LAPORAN KUNLAP

57
1. ANAMNESIS Pasien 1 Nama : Ibu S Umur : 27 tahun Usia kehamilan : 31-32 minggu Status Obstetri : G1P0A0H0 Ibu S merupakan pasien rujukan dari puskesmas datang dengan keluhan bayinya tidak bergerak seperti sebelumnya, sehingga ibu S memeriksakan diri ke puskesmas dan dari puskesmas di rujuk ke RSUP NTB dengan suspect IUFD/KJDR karena tidak ditemukan adanya DJJ ketika pemeriksaan, selain itu juga ibu ini juga mengaku memiliki hipertensi. Pasien 2 Nama : Ny. X Usia : 33 tahun Usia Kehamilan : 34-35 minggu Status Obstetri : G5P4A0H3 Ibu X adalah pasien yang datang dalam kondisi kala I fase aktif ke RSUP NTB dengan janin tunggal, hidup, dan intrauterin. Persalinan berlangsung normal pervaginam, hidup, dan tanpa 1

description

kunjungan lapangan

Transcript of LAPORAN KUNLAP

1. ANAMNESIS

Pasien 1

Nama : Ibu SUmur: 27 tahun Usia kehamilan: 31-32 mingguStatus Obstetri: G1P0A0H0Ibu S merupakan pasien rujukan dari puskesmas datang dengan keluhan bayinya tidak bergerak seperti sebelumnya, sehingga ibu S memeriksakan diri ke puskesmas dan dari puskesmas di rujuk ke RSUP NTB dengan suspect IUFD/KJDR karena tidak ditemukan adanya DJJ ketika pemeriksaan, selain itu juga ibu ini juga mengaku memiliki hipertensi.

Pasien 2Nama: Ny. XUsia: 33 tahunUsia Kehamilan: 34-35 mingguStatus Obstetri: G5P4A0H3Ibu X adalah pasien yang datang dalam kondisi kala I fase aktif ke RSUP NTB dengan janin tunggal, hidup, dan intrauterin. Persalinan berlangsung normal pervaginam, hidup, dan tanpa penyulit. Pasien datang pukul 22.00 WITA dan dipimpin mengeran pada pukul 02.30 WITA dini hari. Kondisi bayi baik, tidak ditemukan tanda distress pernapasan, sesaat setelah lahir langsung menangis kencang, permukaan kulit berwarna kemerahan, dan bergerak aktif menandakan tonus otot baik. Pasien sudah melakuan inisiasi menyusui dini (IMD) kepada bayinya.

Pasien 3Nama: Ny. YUsia: 29 tahunUsia Kehamilan: 32-33 mingguStatus Obstetri: G2P1A0H1Pasien datang ke RSUP NTB dengan keluhan keluar cairan berwarna putih bening, tidak disertai dengan keluhan mulas, dan tidak disertai dengan pengeluaran darah yang bercampur lender. Pasien mengaku ini merupakan kejadian yang pertama kali dialaminya, dengan konsistensi sangat cair dan berbau khas, berbeda dengan keputihan yang sering dialaminya dengan konsistensi yang kental dan tidak berbau.

Pasien 4Nama: Ibu RustianahUsia: 22 tahunStatus: Sudah menikahAlamat: Desa Montong Banjar, Kel. Nungkane, Kab. Lombok TengahPekerjaan: Ibu rumah tanggaJumlah anak: 2Usia Menikah: 17 tahunUsia Menarche: 13 tahunPasien datang ke poliklinik KB RSUP NTB dengan keinginan untuk dilakukan pemeriksan IVA. Pasien menyangkal telah memiliki keluhan perdarahan pasca senggama, leukorea patologis, dan keluhan gatal-gatal. Informasi pemeriksaan IVA ini diperoleh pasien saat mengikuti penyuluhan tentang IVA pada pada hari itu juga di RSUP NTB.

2. PEMERIKSAAN

Pasien 1Px. Fisik:Pada pemeriksaan fisik tidak didapatkan gerakan janin, kemudian tidak di dapatkan DJJ dan tinggi pundus uteri dari ibu S tidak sesuai dengan usia kehamilannya.Px. Penunjang:USG, untuk memastikan lagi apakah janin apakah masih bergerak atau tidak djj masih ada atau tidak dll.

Pasien 2Pemeriksaan yang dilakukan sebelum bayi lahir adalah palpasi Leopold dan pelvimetri examination guna mengobservasi dan mengeliminasi masalah yang berkaitan dengan jalan lahir maupun malpresentasi janin.Pemeriksaan setelah bayi lahir adalah pertama kali inspeksi tidak ditemukan tanda anemis, turgor ibu baik, dan tidak ditemuan retraksi papilla mammae yang menandakan ibu sudah bisa melakukan IMD tanpa kendala. Saat palpasi juga ditemukan kontraksi uterus ibu baik, dan teraba uterus dibawah umbilicus.Pasien 3Pemeriksaan fisik yang pertama dilakukan adalah inspeksi secara umum. Ibu sudah bisa beraktifitas dengan baik, aktifitasnya tidak terganggu, dan dapat berjalan dengan dibantu oleh kursi roda. Fisik ibu secara umum kuat, dan tidak ditemukan tanda-tanda dehidrasi. Pada pemeriksaan Leopold ditemukan teraba massa yang kurang melenting pada fundus, dan massa yang melenting serta keras konsistensi nya pada daerah suprasimfisis. Ballotement normal, pada pemeriksaan pelvimetri, tidak ditemukan adanya CPD, tidak dilakukan pemeriksaan inspekulo pada pasien, jadi tidak diketahui apakah terdapat genangan cairan ketuban pada daerah fornix pasien. Pengeluaran cairan ketuban sudah berhenti. Tidak didapatkan dilatasi serviks dan effacement.Pasien 4Pemeriksaan Fisik:Tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening inguinal, tidak teraba massa, tidak ada nyeri. Pada inspekulo ditemukan batas yang tegas antara SSK baru dan SSK lama. Tidak ada tanda inflamasi, vagina dinding licin ruggae normal, porsio kemerahan, terdapat kitsa nabotti, tidak ada lesi pada permukaan seluruh genital pasien.

3. DIAGNOSIS KERJA

Pasien 1Kematian janin dalam rahim (KJDR)Pasien 2Kehamilan PretermPasien 3Ketuban pecah diniPasien 4IVA test (-)

4. PLANNING

Pasien 1

Ibu S di diagnosis KJDR dengan usia kehamilan 31-32 minggu, jadi untuk penatalaksanaannya dilakukan induksi persalinan dengan menggunakan misoprostol.Pasien 2tidak ada terapi khusus yang diberikan, hanya terapi konservatif yaitu tirah baring dan pemberian cairan infus.

Pasien 3Pemberian terapi konservatif dengan RL, dan injeksi ampisilin 6 gram/jam, rencana untuk diberikan steroid pematang paru.Pasien 4Kembali untuk melakuan tes IVA 1 tahun mendatang.

5. KOMPLIKASI

Pasien 1a. Trauma emosional yang beratterjadi bila waktu antara kematian janin dengan persalinan cukup lama.b. Dapat terjadi infeksi jika ketuban pecah. c. Kematian janin dalam kandungan lebih dari 3-4 minggu biasanya tidak membahayakan ibu .setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipo-fibrinogenemia) akan lebih besar; oleh karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan setiap minggu setelah diagnosis ditegakkan. Bila terjadi hipofibrinogenemia, maka akanterjadi perdarahan postpartumPasien 2

Pada pasien ini tidak ditemukan adanya komplikasi. Bayi dan ibu lahir dalam kondisi sehat dan selamat serta dapat dilakukan IMD setelah bayi lahir.Pasien 3Pada pasien ini dikhawatirkan mengalami korioamnionitis dan gawat janin.Pasien 4Jika () tidak ada komplikasi yang dikhawatirkan

6. PROGNOSIS

Seluruh pasienJika tidak ada komplikasi yang dapat membahayakan bayi atau ibu maka prognosisnya baik. ibu dapat dipulangkan segera setelah kondisi stabil.

7. PEMBAHASAN

A. Intrauterine Fetal Death (Iufd) Atau Kematian Janin Dalam Rahim (KJDR)1. PengertianKematian janin dalam rahim didefenisikan sebagai kematianintrauterindari janin dengan berat 500 gram ataulebih atau pada janin pada umur kehamilan sekurang-kurangnya 20 minggu.2. Etiologia) Perdarahan: plasenta previa dan solusio plasenta. Solusio plasenta atau terlepasnya plasenta diakibatkan oleh trauma,misalnya karena benturan pada perut. Benturan ini bisa saja mengenai pembuluh darah di plasenta, sehingga timbul perdarahan di plasenta atau plasenta terlepas sebagian. Akhirnya aliran darah ke janin pun tidak ada.b) Pre-eklampsia dan eklampsia. Pre-eklampsia dan eklampsia merupakan kumpulan gejala yang timbul pada ibu hamil, bersalin, dan pada masa nifas yang terdiri dari trias: hipertensi, protenuria, dan edema; yang kadang-kadang disertai dengan konvulsi sampai koma. Hal ini dapat menyebabkan aliran darah menurun ke plasenta dan menyebabkan gangguan pertumbuhan janin dan kekurangan oksigen sehingga terjadi hipoksia intrauterin.c) Penyakit-penyakit kelainan darah, menjadi Misalnya; ketidakcocokan antara rhesus darah ibu dengan arah janin. Akan timbul masalah bila ibu memiliki rhesus negatif, sementara bapak rhesus positif, sehingga anak akan mengikuti yang dominan, akibatnya antara ibu dan janin mengalami ketidakcocokan rhesus. Ketidakcocokan ini akan mempengaruhi kondisi janin tersebut yaitu dapat terjadi hidrofetalis, suatu reaksi imunologis yang menimbulkan gambaran klinis pada janin antara lain, pembengkakan pada perut akibat terbentuknya cairan berlebih dalam rongga perut (asites), pembengkakan kulit janin, penumpukan cairan dalam rongga dada dan jantung, biasanya janin tidak dapattertolong.d) Penyakit infeksi dan penyakit menular. Penyakit infeksi pada ibu disebabkan oleh virus dapat mengakibatkan kematian janin dalam rahim seperti rubella, sitomegalovirus, herpesvirus hominis, virus coxsakie, dan campak. Penyakit menular seksual seperti sifilis. Selain itu infeksi bakteri dapat menyebabkan kematian janin misalanya tifus abdominalis dengan angka kematian 75% dan kolera dengan angka kematian 57%.e) Penyakit saluran kencing: bakteriuria, pielonefritis, glomerulonefritis, dan payah ginjal. Sejauh telah diketahui bahwa kehamilan dapat mempengaruhi aliran darah dan aliran plasma efektif ke ginjaldan saluran kencing. Kecepatan filtrasi glomeruler dan fungsi tubuler meningkat 30-50% selama kehamilan.f) Penyakit endokrin: diabetes mellitus dan hipertiroid. Penyakit diabetes dapat merupakan kelainan hederitar dengan ciri insufiensi insulin dalam sirkulasi darah, konsentrasi gula darah tinggi, dan berkurangnya glikogenesis. Diabetes dalam kehamilan menimbulkan banyak kesulitan. Penyakit ini akan menyebabkan perubahan-perubahan metabolik dan hormonal penderita yang juga dipengaruhi oleh kehamilan. Angka kematian perinatal karena penyakit ini adalah 10-15%. Selain itu pada kehamilan, kelenjar tiroid mengalami hiperfungsi ditandai dengan naiknya metabolisme basal sampai 15-27% dan kadang kala disertai pembesaran ringan. Akibat penyakit ini adalah kematian janin dalam rahim.3. Perubahan pada BayiApabila janin mati pada kehamilan yang telah lanjut, terjadilah perubahan sebagai berikut:a) Rigor mortis(tegang mati) berlangsung 2 jam setelah mati kemudian lemas kembali.b) Stadium maserasi Iadalah timbulnya lepuh-lepuh pada kulit. Lepuh ini mula-mula berisi cairan jernih, tetapi kemudian menjadi merah. Berlangsung sampai 48 jam setelah anak mati.c) Stadium maserasi IIadalah timbul lepuh-lepuh pecah dan mewarnai air ketuban merah coklat. Terjadi 48 jam setelah anak mati.d) Stadium maserasi IIIadalah terjadi kira-kira 3 minggu setelah anak mati. Badan janin sangatlemas dan hubungan antara tulang-tulang sangat longgar dan edema dibawahkulit.

4. Diagnosisa) Anamnesis : ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasa perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil, atau kehamilan tidak seperti biasanya.b) Inspeksi : tidak kelihataan gerakan-gerakan janinc) Palpasi :TFU lebih rendah dari seharusnya tuanya kehamilan, tidak teraba gerakan-gerakan janin, serta dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.d) Auskultasi : baik memakai stetoskop monoral maupun deptone tidak akan terdengar denyut janin.e) Reaksi kehamilan : reaksi kehamilan baru negativesetelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.f) Rontgen foto abdomen1)Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin.2)Tanda nojosk : adanya ingulasi yang tajam tulang belakang janin.3)Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang leher janin.4)Tanda spalding : overlapping tulang-tulang kepala (sutura) janin5)Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak.6)Kepala janin kelihatan seperti kantong yang berisi benda padat. 5.Diagnosis bandinga.Mioma uteri.b.Molahidatidosa.6.Komplikasia) Trauma emosional yang beratterjadi bila waktu antara kematian janin dengan persalinan cukup lama.b) Dapat terjadi infeksi jika ketuban pecah. c) Kematian janin dalam kandungan lebih dari 3-4 minggu biasanya tidak membahayakan ibu .setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipo-fibrinogenemia) akan lebih besar; oleh karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan setiap minggu setelah diagnosis ditegakkan. Bila terjadi hipofibrinogenemia, maka akanterjadi perdarahan postpartum7.Penanganana) Periksa tanda vital.b) Ambil darah untuk pemeriksaan darah perifer, fungsi pembekuan, golongan darah ABO dan rhesus.c) Jelaskan seluruh prosedur pemeriksaan dan hasilnya serta rencana tindakan akan dilakukan kepada pasien dan keluarganya. Bila belum ada kepastian sebab kematian, hindari memberikan informasi tidak tepat.d) Dukungan mental emosional perlu diberikan kepada pasien. Sebaiknya pasien selalu didampingi dengan orang terdekatnya. Yakinkan bahwa besar kemungkinan dapat lahir pervaginam.e) Rencana persalinan pervaginam dengan cara induksi maupun ekspektatif, perlu dibicarakan dengan pasien dan keluarganya, sebelum keputusan diambil.f) Bila pilihan adalah ekspekatif ; tunggu persalinan spontan hingga 2 minggu yakinkan bahwa 90% persalinan spontan akan terjadi tanpa komplikasi.g) Bila pilihan adalah manajemen aktif : induksi persalinan mengunakan oksitosin dan misoprostol. Seksio sesarea merupakan pilihan misalnya pada letak lintang.h) Berikan kesempatan pada ibu dan keluarganya untuk melihat dan melakukan berbagai kegiatan ritual bagi janin yang meninggal tersebut.i) Pemeriksaan patologi plasenta akan mengungkapkan adanya patologi plasenta dan infeksi.

8.Faktor Predisposisia) Status sosial ekonomi yang rendah.b) Tingkat pendidikan ibu yang rendah.c) Umur ibu yang melebihi 35 tahun dan kurang dari 20 tahund) Jarak kehamilan kurang dari 2 tahune) Multiparitasf) Kehamilan di luar perkawinang) Kehamilan tanpa pengawasan antenatal.h) Riwayat kehamilan dengan komplikasi

B. Kehamilan Preterm

a. Definisi Usia kehamilan normal bagi manusia adalah 40 minggu.11 Menurut World Health Organization (WHO), usia kehamilan pada bayi yang baru lahir dikategorikan menjadi prematur, normal, dan lebih bulan. Kelahiran prematur terjadi sebelum 37 minggu usia kehamilan dan bisa dibagi dalam moderate premature atau prematur sedang, very premature atau sangat prematur ,dan extremely premature atau amat sangat prematur.Usia kehamilan ini dihitung dari hari pertama setelah siklus menstruasi terakhir.Menurut kejadiannya. persalinan preterm digolongkan menjadi:1. Idiopatik/SpontanSekitar 50% penyebab persalinan preterm tidak diketahui, olehkarena itu digolongkan pada kelompok idiopati. sekitar 12,5%persalinan preterm spontan didahului oleh ketuban pecah dini(KPD), yang sebagian besar disebabkan faktor infeksi(korioamnionitis).

2. IatrogenikPersalinan preterm buatan/iatrogenic disebut juga sebagai elective preterm. Menurut usia kehamilan persalinan preterm diklasifikasikan dalam:1. Preterm/kurang bulan: Usia kehamilan 32 36 minggu2. Very preterm /sangat kurang bulan: Usia kehamilan 28 32 minggu3. Extremely preterm /ekstrim kurang bulan: Usia kehamilan 20 27 minggu

Menurut berat badan lahir. bayi kurang bulan dibagi dalamkelompok:1. Berat badan lahir rendah:Berat badan bayi 1500 - 2500 gram2. Berat badan lahir sangat rendah:Berat badan bayi 1000 - 1500 gram3. Berat badan lahir ekstrirn rendah:Berat badan bayi 2 cmPendataran serviks >50%.Pendataran dan pembukaan serviks dinilai denganpemeriksaan berkala Peningkatan duh vagina

Perubahan serviksa. Digital dengan memeriksa panjang dan pembukaanserviks, pemeriksaan ini sangat subjektifb. USG abdominal, transvaginal, transperinealpreterm terlalu atall lambat

Manajemen persalinan kurang bulan mencakup:1. Tirah baring (bedrest). Kepentingan istirahat rebah disesuaikan dengan kebutuhan ibu,namun secara statistik tidak dapat mengurangi kejadiankurang bulan secara statistik.242. Hidrasi dan sedasi. Hidrasi oral maupun intravena sering dilakukan untuk persalinan preterm, karena sering terjadi pada ibu dengan kontraksi premature, walaupun mekanisme belum jelas. Preparat morfin dapat digunakan untuk mendapatkan efek sedasi.3. Pemberian tokolitik akan menghambat kontraksi miometrium dapatmenunda persalinana. Nifedipin. Nifedipin adalah antagonis kalsium diberikan per oral. Dosis 20 mg, dilanjutkan 10-20 mg, 3-4 kali perhari, disesuaikan dengan aktivitas uterus sampai jam. Dosis maksimal 60mg/hari, komplikasi dapat adalahsakit kepala dan hipotensib. C OX ( cy c I o- oxy g e nas e) -2 in h i b it orsIndomethacin. Dosis awal 100 dilanjutkan 50 rng per oral setiap jampemberian lebih dari dua hari, dapat rnenirnbulkarr oligohidramnion akibat penurunan renal bloodflow janin. Indometachin direkomendasikan padakelramilan >32 rninggu karerta., dapat mempercepatpenutupan ( PDA).c. Magnesium sulfatMagnesium sulfat dipakai sebagai tokolitik yang diberikan secara parenteral. Dosis awal 4-gr IV diberikan dalam 20 menit,diikuti 1-4 gram per jam tergantung dari produksi urin dan kontraksi uterus. Bila terjadi efek toksik, berikankalsium glukonas 1 gram secara IV perlahan-lahan.d. AtosibanAtosiban adalah suatu analog oksitosin yang bekerja padareseptor oksitosin dan vasopresin. Dosis awal 6,75mg bolus dalam satu menit, diikuti 18mg/jam selama 3 jam per infus,kemudian 6mg/jamselama 45 jam. Dosis maksimal330mg.e. Beta2-sympathomimeticsSaat ini sudah banyak ditinggalkan.Preparat yang biasa dipakai adalah ritodrine, terbutaline,salbutamol, isoxsuprine, fenoterol and hexoprenaline.Contoh: Ritodrin (Yutopar)Dosis:50 mg dalam 500 ml larutan glukosa 5%. Dimulai dengan10 tetes per menit dan dinaikkan 5 tetes setiap 10 menitsampai kontraksi uterus hilang. Infus harus dilanjutkan 12 48 jam setelah kontraksi hilang. Selanjutnya diberikan dosis pemeliharaan satu tablet (10 mg) setiap 8 jam setelah makan. Nadi ibu, tekanan darah dan denyut jantung janin harusdimonitor selama pengobatan. Kontra indikasi pemberianadalah penyakit jantung pada ibu, hipertensi atau hipotensi,hipertiroidi, diabetes dan perdarahan antepartum.Efek samping yang dapat terjadi pada ibu adalah palpitasi,rasa panas pada muka (flushing), mual, sakit kepala, nyeridada, hipotensi, aritmia kordis, edema paru, hiperglikemiadan hipokalenn. Efek samping pada janin antara lain fetal, takhikardia. hipoglikemia, hipokalemi, ileus dan hipotensi.f. ProgesteronProgesteron dapat mencegah persalinan preterm. Injeksialpha-hi.drax-ffirogesterone caproate menurunkanpersalinan pretermberulang. 250 mg (1 mL) im tiapminggu sampai 37 minggu kehamilan atau sampaipersalinan. Pemberian dimulai 16-21 minggu kehamilan.4. Pemberian steroidPemakaian kortikosteroid dapat menurunkan kejadian RDS, kematian neonatal dan perdarahan intraventrikuler. Dianjurkanpada kehamilan 24 minggu, namun dapat dipertimbangkansampai 36 minggu Kontra indikasi berat, (tuberkulosis dankorioamnionitis).Betametason merupakan obat terpilih, diberikan secara injeksiintramuskuler dengan dosis 12 mg dan diulangi 24 jam kemudian. Efek optimal dapat dicapai dalam1 - 7 haripemberian, setelah 7 hari efeknya masih meningkat. Apabilatidak terdapat betametason, dapat diberikan deksametason 2x5 mg intramuskuler per hari selama 2 hari.

5. AntibiotikaPemberian antibiotika pada persalinan tanpa infeksi tidakdianjurkan karena tidak dapat meningkatkan luaran persalinan.Pada ibu dengan ancaman persalinan preterm dan terdeteksi adanya vaginosis bacterial, pemberian klindamisin ( 2 x 300 mg sehari selama 7 hari) atau metronidazol (2 x 500 mg sehari selama 7 hari), atau eritromisin (2 x 500 mg sehari selama 7hari) akan bermanfaat bila diberikan pada usia kehamilan15000-20000/mm3)Pemeriksaan penunjang lain : leukosit esterase (+) (hasil degradasi leukosit, normal negatif), pemeriksaan Gram, kultur darah.

PatofisiologiVolume air ketuban pada kehamilan cukup bulan adalah 1000 1500 cc. Air ketuban berwarna putih kekeruhan, berbau khas amis, dan berasa manis, reaksinya agak alkalis atau netral, berat jenis 1,008. Komposisinya terdiri atas 98 % air, sisanya albumin, urea, asam urik, kreatinin, sel-sel epitel, rambut lanugo, verniks kaseosa dan garam anorganik. Kadar protein kira-kira 2,6 gr % per liter terutama sebagai albumin.Dijumpai lecitin spingomyelin dalam air ketuban amat berguna untuk mengetahui apakah janin sudah punyai paru-paru yang matang. Sebab peningkatan kadar lecitin pertanda bahwa permukaan paru-paru diliputi zat surfaktan. Ini merupakan syarat bagi paru-paru untuk berkembang dan bernapas. Bila persalinan berjalan lama atau ada gawat janin atau pada letak sungsang akan kita jumpai warna ketuban keruh kehijau-hijauan, karena telah bercampur dengan mekonium.Asal air ketuban dari (1) kencing janin (fetal urin), (2) transudasi dari darah ibu, (3) sekresi dari epitel amnion dan (4) asal campuran (mixed origin).

Fungsi air ketuban adalah: Untuk proteksi janin. Untuk mencegah perlengketan janin dengan amnion. Agar janin dapat bergerak dengan bebas. Regulasi terhadap panas dan perubahan suhu. Mungkin untuk menambah suplai cairan janin, dengan cara ditelan atau diminum yang kemudian dikeluarkan melalui kencing janin. Meratakan tekanan intra uterin dan membersihkan jalan lahir bila ketuban pecah. Peredaran air ketuban dengan darah cukup lancar dan perputarannya cepat, kira-kira 350-500 cc.Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang.Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh.Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstraseluler matriks.Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah.Faktro resiko untuk terjadinya ketuban pecah dini adalah berkurangnya asam askorbik sebagai komponen kolagen serta kekurangan tembaga dan asam askorbik yang berakibat pertumbuhan struktur abnormal karena antara lain merokok. Degradasi kolagen dimediasi oleh matriks metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik dan inhibitor protease (TIMP-1).Mendekati waktu persalinan, keseimbangan antara MMP dan TIMP-1 mengarah pada degradasi proteolitikdari matriks ekstraseluler dan membrane janin.Aktivitas degradasi proteolitik ini meningkat menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis dimana terdapat peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini.5Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda.Pada trimester ketiga, selaput ketuban mudah pecah.Melemahnya kekuatan selaput ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi rahim dan geakan janin.Pada trisemster terkhir terjadi perubahan biokimia pada selaput ketuban.Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal fisiologis.Ketuban pecah dini premature sering terjadi pada polihiramnion, inkompetens serviks, dan solusio plasenta. Selain itu, faktor yang paling sering menyebabkan ketuban pecah dini adalah factor eksternal misalnya infeksi.5

Pecahnya selaput ketuban berkaitan dengan proses biokimia yang terjadi dalam kolagen matriks ektraseluler amnion, kotion, dan apoptosis membrane janin. Membrane janin dan desidua bereaksi terhadap stimuli seperti infeksi, dan peregangan selaput ketuban dengan memproduksi mediator seperti prostaglandin, sitokinin, dan protein hormone yang merangsang aktivitas matriks degrading enzyme.Kolagen terdapat pada lapisan kompakta amnion, fibroblas, jaringan retikuler korion dan trofoblas.Sintesis maupun degradasi jaringan kolagen dikontrol oleh sistem aktifitas dan inhibisi interleukin-1 (IL-1) dan prostaglandin. Jika ada infeksi dan inflamasi, terjadi peningkatan aktifitas IL-1 dan prostaglandin, menghasilkan kolagenase jaringan, sehingga terjadi depolimerisasi kolagen pada selaput korion / amnion, menyebabkan selaput ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan. Patofisiologi pada infeksi intrapartum : Ascending infection, pecahnya ketuban menyebabkan ada hubungan langsung antara ruang intraamnion dengan dunia luar. Infeksi intraamnion bisa terjadi langsung pada ruang amnion, atau dengan penjalaran infeksi melalui dinding uterus, selaput janin, kemudian ke ruang intraamnion. Mungkin juga jika ibu mengalami infeksi sistemik, infeksi intrauterin menjalar melalui plasenta (sirkulasi fetomaternal). Tindakan iatrogenik traumatik atau higiene buruk, misalnya pemeriksaan dalam yang terlalu sering, dan sebagainya, predisposisi infeksi.2.6 PenatalaksanaanPenatalaksanaan kehamilan dengan komplikasi ketuban pecah dini perlu mempertimbangkan morbiditas dan mortalitas immaturitas neonatal yang berhubungan dengan persalinan dan risiko infeksi terhadap ibu dan janin.Hal yang segera harus dilakukan dalam penanganan ketuban pecah dini adalah ; Pastikan diagnosis Tentukan umur kehamilan Evaluasi ada tidaknya infeksi maternal dan janin Apakah dalam keadaan inpartu, terdapat kegawatan janin.Dalam menghadapi ketuban pecah dini, harus dipertimbangkan beberapa hal berikut ;1) Fase laten : Lamanya sejak ketuban pecah sampai terjadinya proses persalinan. Semakin panjang fase laten, semakin besar kemungkinan terjadinya infeksi. Mata rantai infeksi merupakan ascendens infeksi, antara lain ; Korioamnionitis: Abdomen terasa tegang Pemeriksaan laboratorium terjadi leukositosis Protein c reaktif meningkat Kultur cairan amnion positif. Desiduitis : infeksi yang terjadi pada lapisan desidua.2) Perkiraan BB janin dapat ditentukan dengan pemeriksaan USG yang mempunyai program untuk mengukur BB janin. Semakin BB janin semakin besar kemungkinan kematian dan kesakitan sehingga tindakan terminasi memerlukan pertimbangan keluarga.3) Presentasi janin intrauteriPresentasi janin merupakan penunjukuntuk melakukan terminasi kehamilan.Pada letak lintang atau bokong, harus dilakukan dengan jalan seksio sesarea.Pertimbangan komplikasi dan resiko yang akan dihadapi janin dan maternal terhadap tindakan terminasi.4) Usia kehamilanMakin muda kehamilan antar terminasi kehamilan banyak diperlukan waktu untuk mempertahankan janin hingga lebih matur. Semakin lama menunggu, kemungkinan infeksi akan semakin besar dan membahayakan janin serta situasi maternal.

Medika MentosaKortikosteroidPemberian kortikosteroid dapat menekan morbiditas dan mortalitas perinatal pasca ketuban pecah dini preterm. Kortikosteroid juga menekan risiko terjadinya sindrom distress pernafasan ( 20 35,4% ), hemoragi intraventrikular ( 7,5 15,9% ), enterokolitis nekrotikans (0,8 4,6%). Rekomendasi sebagian besar menggunakan betamethason (celestone) intramuscular 12 mg setiap 24 jam selama 2 hari. National Institute of Health merekomendasikan pemberian kortikosteroid sebelum masa gestasi 30 23 minggu, dengan asumsi viabilitas fetus dan tidak ada infeksi intra amniotik.Pemberian kortikosteroid setelah masa gestasi 34 minggu masih controversial dan tidak direkomendasikan kecuali ada bukti immaturitas paru melalui pemeriksaan amniosentesis.AntibiotikPemberian antibiotic pada pasien ketuban pecah dini dapat menekan infeksi neonatal dan memperpanjang periode latensi. Sejumlah antibiotik yang digunakan meliputi ampisilin 2 gram dengan kombinasi eritromisin 250 mg setiap 6 jam selama 48 jam, diikuti pemberian amoksisilin 250 mg dan eritromisin 333 mg setiap 8 jam untuk lima hari. Pasien yang mendapat kombinasi ini dimungkinkan dapat mempertahankna kandungan selama 3 minggu setelah penghentian pemberian antibiotik setelah 7 hari.Tabel Penggunaan Antibiotik Bagi Menangani Ketuban Pecah Dini.KETUBAN PECAH 37 MINGGU

INFEKSINON-INFEKSIINFEKSINON-INFEKSI

Penisilin Gentamisin Metronidazol Lahirkan bayi Amoksilin + Eritromisin untuk 7 hari Steroid untuk pematangan paru Penisilin Gentamisin Metronidazol Lahirkan bayi

Lahirkan bayi Berikan penisilin atau ampisilin

Antibiotik setelah persalinan

PROFILAKSISINFEKSINON-INFEKSI

Stop antibiotikLanjutkan untuk 24-48 jam setelah bebas panasTidak perlu antibiotik

Agen TokolitikPemberian agent tokolitik diharapkan dapat memperpanjang periode latensi namun tidak memperbaiki luaran neonatal.Tidak banyak data yang tersedia mengenai pemakaian agen tokolitik untuk ketuban pecah dini.Pemberian agen tokolitik jangka panjang tidak diperkenankan dan hingga kini masih menunggu hasil penelitian lebih jauh.TatalaksanaKetuban Pecah DiniKemungkinan tindakan yang dapat dilakukan pada ketuban pecah dini :Konservatif Tirah baring untuk mengurangi keluarnya air ketuban sehingga masa kehamilan dapat diperpanjang.Tirah baring ini juga dapat dikombinasikan dengan pemberian antibiotic sebagai profilaksis (mencegah infeksi). Antibiotic yang dianjurkan : Ampicillin (untuk infeksi Streptococcus ) : 4 x 500 mg atau eritromicin bila tidak tahan ampicillin dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari. Eritrosin dosis tinggi (untuk infeksi Clamydia trachomatis, ureoplasma, dan lainnya) .Bahaya menunggu terlalu lama adalah kemungkinan infeksi semakin meningkat sehingga terpaksa harus dilakukan terminasi. Pada pasien 3 ini, dipilih terapi konservatif.Tatalaksana aktifDilakukan untuk memperpanjang usia kehamilan dengan pemberian kombinasi : Kortikosteroid untuk pematangan paru (Betametazon IM 12 mg 24 jam atau deksametazon IM 6 mg 12 jam selama 2 hari) Tokolitik untuk mengurangi atau menghambat kontraksi uterus, dapat diberikan : Sympathomimetic : Ritodrine Magnesium sulfat Indometacin Nifedipine : Epilate Atosiban : Tractocile Antibiotic untuk profilaksis infeksi (mengurangi peranan infeksi sebagai pemicu terjadinya proses persalinan)Tindakan tatalaksana aktif juga tidak terlalu banyak meningkatkan maturitas janin dan paru.Dalam keadaan terpaksa harus dilakukan terminasi kehamilan untuk menyelamatkan janin dan maternal.Dalam menunda persalinan ini, ada lima criteria yang dapat dipertimbangkan : Usia kehamilan < 26 minggu. Sulit mempertahankan kehamilan sampai aterm atau sampai usia kehamilan sekitar 34 minggu. Bahaya infeksi dan oligohiramnion akanmenimbulkan masalah pada janin. Bayi dengan usia kehamilan kurang dari 26 minggu sulit untuk hidup dan beradaptasi di luar kandungan. Usia kehamilan 26 - 31 minggu. Persoalan tentang sikap dan komplikasi masih sama dengan usia kandungan < 26 minggu. Namun pada rumah sakit yang sudah maju, dimungkinkan adanya perawatan intensif neonatus. Pertolongan bayi dengan berat < 2.000 gram dianjurkan dengan seksio sesarea. Usia kehamilan 31 - 33 minggu. Dilakukan amniosintesis untuk menetukan kematangan paru, atau test busa (bubble test). Memperhatikan kemungkinan infeksi intrauteri. Bayi dengan berat > 2.000 gram sangat mungkin ditolong. Usia kehamilan 34 - 36 minggu. BB janin sangat baik sehingga dapat dilakukan induksi persalinan atau seksio sesarea. Usia kehamilan > 36 minggu. Sudah dianggap aterm sehingga dapat hidup diluar kandungan dan selamat.Kehamilan pada usia ini dapat di induksi dengan oksitosin. Bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 25 50 g intravaginal setiap 6 jam maksimal 4 kali. Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotic dosis tinggi dan persalinan diakhiri. Bila pembukaan / skor pelviks < 5, lakukan pematangan serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesarea. Bila pembukaan / skor pelviks > 5, induksi persalinan5.Penanganan Ketuban Pecah di Rumah Apabila terdapat rembesan atau aliran cairan dari vagina, segera hubungi dokter atau petugas kesehatan dan bersiaplah untuk ke Rumah Sakit Gunakan pembalut wanita (jangan tampon) untuk penyerapan air yang keluar Daerah vagina sebaiknya sebersih mungkin untuk mencegah infeksi, jangan berhubungan seksual atau mandi berendam Selalu membersihkan dari arah depan ke belakang untuk menghindari infeksi dari dubur Jangan coba melakukan pemeriksaan dalam sendiriSkema di bawah menunjukkan tatalaksana untuk Ketuban Pecah Dini Prematur dan Aterm.

D. TES IVADefinisiPemeriksaan inspeksi visual dengan asam asetat (IVA) adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk mengamati leher rahim yang telah diberi asam asetat/asam cuka 3-5% secara inspekulo dan dilihat dengan penglihatan mata telanjang.Pemeriksaan IVA pertama kali diperkenalkan oleh Hinselman (1925) dengan cara memulas leher rahim dengan kapas yang telah dicelupkan dalam asam asetat 3-5%.

II.2Cara Kerja Asam AsetatPemberian asam asetat itu akan mempengaruhi epitel abnormal, bahkan juga akan meningkatkan osmolaritas cairan ekstraseluler. Cairan ekstraseluler yang bersifat hipertonik ini akan menarik cairan dari intraseluler sehingga membran akan kolaps dan jarak antar sel akan semakin dekat. Sebagai akibatnya, jika permukaan epitel mendapat sinar, sinar tersebut tidak akan diteruskan ke stroma, tetapi dipantulkan keluar sehingga permukaan epitel abnormal akan berwarna putih, disebut juga epitel putih (acetowhite). Daerah metaplasia yang merupakan daerah peralihan akan berwarna putih juga setelah pemulasan dengan asam asetat tetapi dengan intensitas yang kurang dan cepat menghilang. Hal ini membedakannya dengan proses prakanker yang epitel putihnya lebih tajam dan lebih lama menghilang karena asam asetat berpenetrasi lebih dalam sehingga terjadi koagulasi protein lebih banyak. Jika makin putih dan makin jelas, main tinggi derajat kelainan jaringannya.Dibutuhkan 1-2 menit untuk dapat melihat perubahan-perubahan pada epitel. Leher rahim yang diberi 5% larutan asam asetat akan berespons lebih cepat daripada 3% larutan tersebut. Efek akan menghilang sekitar 50-60 detik sehingga dengan pemberian asam asetat akan didapatkan hasil gambaran leher rahim yang normal (merah homogen) dan bercak putih (mencurigakan displasia). Lesi yang tampak sebelum aplikasi larutan asam asetat bukan merupakan epitel putih, tetapi disebut leukoplakia; biasanya disebabkan oleh proses keratosis.

II.3Tujuan Pemeriksaan IVA- Untuk mengurangi morbiditas atau mortalitas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan Untuk mengetahui kelainan yang terjadi pada leher rahim.

II.4Keuntungan Metode IVAMenurut (Nugroho. 2010:65) keuntungan IVA dibandingkan tes-tes diagnosa lainnya adalah :- Mudah, praktis, mampu laksana- Dapat dilaksanakan oleh seluruh tenaga kesehatan- Alat-alat yang dibutuhkan sederhana- Sesuai untuk pusat pelayanan sederhanaII.5 Jadwal Penatalaksanaan IVAProgram Skrining yang dianjurkan oleh WHO :1. Skrining pada setiap wanita minimal 1 kali pada usia 35-40 tahun2. Jika fasilitas memungkinkan lakukan tiap 10 tahun pada usia 35-55 tahun3. Kalau fasilitas tersedia lebih lakukan tiap 5 tahun pada usia 35-55 tahun4. Ideal dan optimal pemeriksaan dilakukan setiap 3 tahun pada wanita usia 25-60 tahun.5. Skrining yang dilakukan sekali dalam 10 tahun atau sekali seumur hidup memiliki dampak yang cukup signifikan.6. Di Indonesia, anjuran untuk melakukan IVA bila : hasil positif (+) adalah 1 tahun dan, bila hasil negatif (-) adalah 5 tahun

II.6 Syarat Mengikuti Test IVA Sudah pernah melakukan hubungan seksual Tidak sedang datang bulan/haid Tidak sedang hamil 24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksualII.7 Bahan dan AlatUntuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan alat sebagai berikut: a. Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi. b. Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi litotomi.c. Spekulum vagina d. Asam asetat (3-5%) e. Swab-lidi berkapas f. Sarung tangan

Bahan dan alat pemeriksaan IVA

II.8Teknik Pemeriksaan IVA dan Interpretasi Pasien yang siap diperiksa ditempatkan pada meja gynekologi dengan posisi lithotomi. Dengan spekulum, pemeriksa melihat leher rahim yang dipulas dengan kapas yang dibasahi dengan asam asetat 3-5%. Tunggu selama 1-2 menit kemudian melihat hasil pemeriksaan. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white epithelum.Prinsip metode IVA adalah melihat perubahan warna menjadi putih (acetowhite) pada lesi prakanker jaringan ektoserviks rahim yang diolesi larutan asam asetoasetat (asam cuka). Bila ditemukan lesi makroskopis yang dicurigai kanker, pengolesan asam asetat tidak dilakukan namun segera dirujuk ke sarana yang lebih lengkap. Perempuan yang sudah menopause tidak direkomendasikan menjalani skrining dengan metode IVA karena zona transisional leher rahim pada kelompok ini biasanya berada pada endoserviks rahim dalam kanalis servikalis sehingga tidak bisa dilihat dengan inspeksi spekulum. Perempuan yang akan diskrining berada dalam posisi litotomi, kemudian dengan spekulum dan penerangan yang cukup, dilakukan inspeksi terhadap kondisi leher rahimnya. Setiap abnormalitas yang ditemukan, bila ada, dicatat. Leher rahim yang normal akan tetap berwarna merah muda, sementara hasil positif bila ditemukan area, plak atau ulkus yang berwarna putih. Lesi prakanker ringan/jinak (NIS 1) menunjukkan lesi putih pucat yang bisa berbatasan dengan sambungan skuamokolumnar. Lesi yang lebih parah (NIS 2-3 seterusnya) menunjukkan lesi putih tebal dengan batas yang tegas, dimana salah satu tepinya selalu berbatasan dengan sambungan skuamokolumnar (SSK) . Beberapa kategori temuan IVA tampak seperti tabel berikut :

Kategori Temuan IVANormal Licin, merah muda, bentuk portio normal

Infeksi Servisitis (inflamasi, hiperemis)Banyak fluorEktropion Polip

Positif IVAPlak putihEpitel acetowhite (bercak putih)

Kanker leher rahimPertumbuhan seperti bunga kolMudah berdarah

Temuan Interpretasi

Negatif tak ada lesi bercak putih (acetowhite lesion) bercak putih pada polip endoservikal atau kista nabothi garis putih mirip lesi acetowhite pada sambungan skuamokolumnar

Positif 1 (+) samar, transparan, tidak jelas, terdapat lesi bercak putih yang ireguler pada serviks lesi bercak putih yang tegas, membentuk sudut (angular), geographic acetowhite lessions yang terletak jauh dari sambungan skuamokolumnar

Positif 2 (++) lesi acetowhite yang buram, padat dan berbatas jelas sampai ke sambungan skuamokolumnar lesi acetowhite yang luas, circumorificial, berbatas tegas, tebal dan padat pertumbuhan pada leher rahim menjadi acetowhite

Deskripsi VIA positif. Berwarna keputihan agak tebal, berbatas tegas, pada pewarnaan acetowhite sekitar os serviks sampai skuamokolumnar junction. Terdapat acetowhite ringan pada epitel metaplastic imatur meluas sampai ke endoserviks.Baku emas untuk penegakan diagnosis lesi prakanker leher rahim adalah biopsi yang dipandu oleh kolposkopi. Apabila hasil skrining positif, perempuan yang diskrining menjalani prosedur selanjutnya yaitu konfirmasi untuk penegakan diagnosis melalui biopsi yang dipandu oleh kolposkopi. Setelah itu baru dilakukan pengobatan lesi prakanker. Ada beberapa cara yang dapat digunakan yaitu kuretase endoservikal, krioterapi, atau loop electrosurgical excision procedure (LEEP)1, laser, konisasi, sampai histerektomi simpel.

II.9 Akurasi Pemeriksaan dengan Metode IVABeberapa penelitian terdahulu menyebutkan bahwa metode IVA berpotensi menjadi alternatif metode skrining kanker leher rahim di daerah-daerah yang memiliki sumber daya terbatas. Namun demikian, akurasi metode ini dalam penerapan klinis masih terus dikaji di berbagai negara berkembang.Sensitivitas IVA dibanding pemeriksaan sitologi (Tes Pap) berturut-turut adalah 76,7% dan 44,3%. Meskipun begitu, dilaporkan juga bahwa metode IVA ini kurang spesifik, angka spesifisitas IVA hanya 64,1% dibanding sitologi 90,6%.48 Penelitian lainnya mengambil sampel 1997 perempuan di daerah pedesaan di Cina, dilakukan oleh Belinson JL dan kawan-kawan untuk menilai sensitivitas metode IVA pada lesi prakanker tahap NIS 2 atau yang lebih tinggi, dikonfirmasi dengan kolposkopi dan biopsi leher rahim. Hasil penelitian menunjukkan bahwa angka sensitivitas IVA untuk NIS 2 atau yang lebih tinggi adalah 71%, sementara angka spesifisitas 74%.2 Beberapa penelitian menunjukkan sensitivitas IVA lebih baik daripada sitologi. Claey et al.3 melaporkan penelitiannya di Nikaragua, bahwa metode IVA dapat mendeteksi kasus LDT (Lesi Derajat Tinggi) dan kanker invasif 2 kali lebih banyak daripada Tes Pap. Berbagai penelitian telah menyatakan bahwa skrining dengan metode IVA lebih mudah, praktis dan lebih sederhana, mudah, nyaman, praktis dan murah. Pada tabel dibawah ini dapat dilihat perbandingkan antara pap smear dan IVA dalam berbagai aspek pelayanan.

II.10 Penatalaksanaan IVA Pemeriksaan IVA dilakukan dengan spekulum melihat langsung leher rahim yang telah dipulas dengan larutan asam asetat 3-5%, jika ada perubahan warna atau tidak muncul plak putih, maka hasil pemeriksaan dinyatakan negative. Sebaliknya jika leher rahim berubah warna menjadi merah dan timbul plak putih, maka dinyatakan positif lesi atau kelainan pra kanker. Namun jika masih tahap lesi, pengobatan cukup mudah, bisa langsung diobati dengan metode Krioterapi atau gas dingin yang menyemprotkan gas CO2 atau N2 ke leher rahim. Sensivitasnya lebih dari 90% dan spesifitasinya sekitar 40% dengan metode diagnosis yang hanya membutuhkan waktu sekitar dua menit tersebut, lesi prakanker bisa dideteksi sejak dini. Dengan demikian, bisa segera ditangani dan tidak berkembang menjadi kanker stadium lanjut. Metode krioterapi adalah membekukan serviks yang terdapat lesi prakanker pada suhu yang amat dingin (dengan gas CO2) sehingga sel-sel pada area tersebut mati dan luruh, dan selanjutnya akan tumbuh sel-sel baru yang sehat (Samadi Priyanto. H, 2010) Kalau hasil dari test IVA dideteksi adanya lesi prakanker, yang terlihat dari adanya perubahan dinding leher rahim dari merah muda menjadi putih, artinya perubahan sel akibat infeksi tersebut baru terjadi di sekitar epitel. Itu bisa dimatikan atau dihilangkan dengan dibakar atau dibekukan. Dengan demikian, penyakit kanker yang disebabkan human papillomavirus (HPV) itu tidak jadi berkembang dan merusak organ tubuh yang lain.

KomplikasiKomplikasi timbul pada Ketuban Pecah Dini ini tergantung pada usia kehamilan. Ia dapat terjadi infeksi maternal ataupon neonatal, persalinan premature, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden seksio sesarea atau gagalnya persalinan normal.Persalinan PrematurSetelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu persalinan dalam 24 jam. Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.InfeksiResiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini.Pada ibu terjadi korioamnionitis.Pada bayi dapat terjadi septicemia, pneumonia, omfalitis.Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi.Pada Ketuban Pecah Dini prematur, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada Ketuban Pecah Dini meningkat sebanding dengan lamanya periode laten. Komplikasi Ibu: Endometritis Penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia) Sepsis (daerah uterus dan intramnion memiliki vaskularisasi sangat banyak) Syok septik sampai kematian ibu. Komplikasi Janin Asfiksia janin Sepsis perinatal sampai kematian janin.

Hipoksia dan AsfiksiaDengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia.Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.Penekanan tali pusat (Prolapsus)Gawat janin, kematian janin akibat hipoksia (sering terjadi pada presentasi bokong atau letak lintang), trauma pada waktu lahir dan prematur.

Gambar .Prolapsus Tali Pusat.PreventifPencegahan primerUntuk mengurangi terjadinya pecah ketuban dini, dianjurkan bagi ibu hamil untuk mengurangi aktivitas pada akhir trimester kedua dan awal trimester ke tiga, serta tidak melakukan kegiatan yang membahayakan kandungan selama kehamilan.Ibu hamil juga harus dinasihatkan supaya berhenti merokok dan mengambil alkohol.Berat badan ibu sebelum kehamilan juga harus cukup mengikut Indeks Massa Tubuh (IMT) supaya tidak berlaku mana-mana komplikasi.Selain itu, pasangan juga dinasihatkan supaya menghentikan koitus pada trimester akhir kehamilan bila ada faktor predisposisi.Pencegahan sekunderMencegah infeksi intrapartum dengan; Antibiotika spektrum luas : gentamicin iv 2 x 80 mg, ampicillin iv 4 x 1 mg, amoxicillin iv 3 x 1 mg, penicillin iv 3 x 1.2 juta IU, metronidazol drip.Pemberian kortikosteroid : kontroversi. Di satu pihak dapat memperburuk keadaan ibu karena menurunkan imunitas, di lain pihak dapat menstimulasi pematangan paru janin (surfaktan). Di RSCM diberikan, bersama dengan antibiotika spektrum luas.Hasil cukup baik.PrognosisPrognosis pada ketuban pecah dini sangat variatif tergantung pada : Usia kehamilan Adanya infeksi / sepsis Factor resiko / penyebab Ketepatan Diagnosis awal dan penatalaksanaanPrognosis dari KPD tergantung pada waktu terjadinya, lebih cepat kehamilan, lebih sedikit bayi yang dapat bertahan. Bagaimanapun, umumnya bayi yang lahir antara 34 dan 37 minggu mempunyai komplikasi yang tidak serius dari kelahiran premature.

Referensi :

- Achadiat, Chrisdiono M. 2004.Prosedur Tetap Obstetri dan Ginekologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. - Mochtar, R. 1998.Sinopsis obstetri.PenerbitBuku Kedokteran EGC. Jakarta. - Sastrawinata, S. 2004.Obstetri Patologi. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta. - Wiknjosastro, H. 2006.Ilmu Kebidanan. Yayasan BinaPustaka. Jakarta.

40