LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE … fileSurat Tugas Nomor: ... Kawasan Industri Medan...
Transcript of LAPORAN KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI KE … fileSurat Tugas Nomor: ... Kawasan Industri Medan...
LAPORAN
KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI
KE PROVINSI SUMATERA UTARA
Reses Masa Persidangan III Tahun Sidang 2017 - 2018
27 Februari - 3 Maret 2018
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT
REPUBLIK INDONESIA
2018
1
LAPORAN
KUNJUNGAN KERJA KOMISI VI DPR RI
KE PROVINSI SUMATERA UTARA
Reses Masa Persidangan III Tahun Sidang 2017 - 2018
Tanggal 27 Februari - 3 Maret 2018
I. PENDAHULUAN
A. Dasar Kunjungan Kerja
Pasal 98 ayat (4) huruf f Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014
tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD sebagaimana telah mengalami
perubahan pertama dengan Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2014
dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun
2018.
Keputusan Rapat Intern Komisi VI DPR RI tanggal 15 Januari 2018,
bahwa Komisi VI DPR RI akan melaksanakan Kunjungan Kerja
Reses Masa Persidangan III yang direncanakan dilaksanakan pada
akhir masa reses ke 3 (tiga) daerah provinsi, salah satunya adalah
ke provinsi Sumatera Utara.
Surat Tugas Nomor: ST/8/Kom.VI/DPR RI/II/2018 tentang
Penugasan Anggota Komisi VI DPR RI untuk melakukan Kunjungan
Kerja Pada Reses Masa Persidangan III Tahun Sidang 2017 - 2018
ke Provinsi Sumatera Utara.
B. Objek Kunjungan Kerja
Kunjungan kerja Komisi VI DPR RI akan mengunjungi beberapa sektor
BUMN, yaitu sektor: Perbankan, Transportasi, Pertambangan, kawasan
industri, infrastruktur, serta minyak dan gas yang beroperasi di Provinsi
Sumatera Utara.
2
Adapun objek yang dikunjungi dan dibahas meliputi:
1. Pelabuhan Kuala Tanjung, Sumatera Utara.
2. PT Inalum (Persero).
3. PT Pelindo I (Persero).
4. PT Kawasan Industri Medan (Persero).
5. PT Perkebunan Nusantara III (Persero).
6. PT Pertamina (Persero).
7. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
8. PT BRI (Persero) Tbk.
9. PT BNI (Persero) Tbk.
10. PT Prima Multi Terminal.
11. PT Waskita Karya (Persero) Tbk.
12. PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.
C. Maksud dan Tujuan Kunjungan Kerja
Laporan ini dimaksudkan untuk menyampaikan pokok-pokok
permasalahan dan tantangan yang dihadapi sebagai hasil temuan
Komisi VI DPR RI yang menyangkut bidang tugasnya selama
Kunjungan Kerja ke Provinsi Sumatera Utara. Kunjungan Kerja ini
dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu fungsi Dewan untuk
melakukan pengawasan sebagaimana diatur dalam Peraturan DPR RI
tentang Tata Tertib dengan tujuan sebagai bahan masukan bagi
Pemerintah untuk ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang berlaku.
Sasaran Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI ini menitikberatkan pada
pengawasan terhadap kebijakan Pemerintah yang telah dilaksanakan
serta rencana/program pembangunan yang akan dilakukan, terutama
terkait dengan pembangunan dan pengembangan Kawasan Industri
Kuala Tanjung dan Pelabuhan Kuala Tanjung yang dilakukan oleh
Pemerintah melalui Badan Usaha Milik Negara.
D. Susunan Anggota Tim Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI
(Terlampir)
3
II. HASIL KUNJUNGAN KERJA
A. Pertemuan dengan PT Inalum (Persero), PT Pelindo I (Persero), PT
Kawasan Industri Medan (Persero), PT Perkebunan Nusantara III
(Persero), PT Pertamina (Persero), PT BRI (Persero) Tbk., PT Bank
Mandiri (Persero) Tbk., PT BNI (Persero) Tbk., PT Prima Multi
Terminal, PT Waskita Karya (Persero) Tbk., dan PT Pembangunan
Perumahan (Persero) Tbk.
1. PT Inalum (Persero).
Pada tanggal 6 Januari 1976, PT Indonesia Asahan Aluminium
(Inalum), sebuah perusahaan patungan antara pemerintah
Indonesia dan Nippon Asahan Aluminium Co., Ltd (konsorsium
perusahaan asal Jepang) didirikan di Jakarta. Inalum adalah
perusahaan yang membangun dan mengoperasikan Proyek
Asahan, sesuai dengan Perjanjian Induk. Perbandingan saham
antara pemerintah Indonesia dengan Nippon Asahan Aluminium
Co., Ltd, pada saat perusahaan didirikan adalah 10% dengan 90%.
Pada bulan Oktober 1978 perbandingan tersebut menjadi 25%
dengan 75% dan sejak Juni 1987 menjadi 41,13% dengan 58,87%.
Dan sejak 10 Februari 1998 menjadi 41,12% dengan 58,88%.
Untuk melaksanakan ketentuan dalam Perjanjian Induk, Pemerintah
Indonesia kemudian mengeluarkan SK Presiden No.5/1976 yang
melandasi terbentuknya Otorita Pengembangan Proyek Asahan
sebagai wakil Pemerintahan yang bertanggung jawab atas
lancarnya pembangunan dan pengembangan Proyek Asahan.
Inalum dapat dicatat sebagai pelopor dan perusahaan pertama di
Indonesia yang bergerak dalam bidang Industri peleburan
aluminium dengan investasi sebesar 411 milyar Yen.
Secara de facto, perubahan status Inalum dari PMA menjadi BUMN
terjadi pada tanggal 1 November 2013 sesuai dengan kesepakatan
yang tertuang dalam Perjanjian Induk. Pemutusan kontrak antara
Pemerintah Indonesia dengan konsorsium perusahaan asal Jepang
berlangsung pada tanggal 9 Desember 2013, dan secara de jure
Inalum resmi menjadi BUMN pada tanggal 19 Desember 2013
setelah Pemerintah Indonesia mengambil alih saham yang dimiliki
pihak konsorsium. PT Inalum (Persero) resmi menjadi BUMN ke-
4
141 pada tanggal 21 April 2014 sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 26 Tahun 2014.
Master Plan PT Inalum (Persero)
Gambar 1. Master Plan Inalum
Lokasi perencanaan visualisasi Pra-Master Plan Kawasan Inalum
ini terletak pada sisi access road menuju smelter plant. Pada sisi
access road ini terdapat beberapa nodes yang dimiliki inalum, di
antaranya Tugu Inalum, perumahan Tanjung Gading, Camp B
Inalum, dan Camp A Inalum sehingga potensi menjadi sequence
yang unik dari jalur lintas timur Sumatera hingga ke smelter plant.
Tantangan dan Harapan PT Inalum (Persero)
a. Inalum siap mendukung program Pemerintah berupa Proyek
Strategis Nasional (PSN) di Kuala Tanjung yang terdiri dari
pengembangan smelter (dan produk turunan) dengan kapasitas
hingga 500 ktpa pada 2021, Port Hub Internasional Wilayah
Barat Indonesia, dan Kawasan Industri Terpadu Kuala Tanjung
– Sei Mangkei (KITKT-SM).
b. Inalum siap bersinergi dengan semua mitra dan stakeholders
potensial terutama sebagai Anchor pada Kawasan Industri
Terpadu Kuala Tanjung – Sei Mangkei, penyedia bahan baku
aluminium berkualitas, dan penyedia lahan industri.
c. Ketersediaan energi listrik tambahan yang stabil dengan biaya
yang kompetitif menjadi “Tantangan Besar” untuk mendukung
peningkatan kapasitas pabrik smelter menjadi 500.000 ton/tahun
dan pengembangan proyek hilirisasi aluminium.
5
d. Terkait dengan pengembangan Industri Logam Nasional, Inalum
juga siap mendukung pengadaan bahan baku industri domestik
yang saat ini masih menjadi kendala dalam penyediaannya, dan
mengurangi ketergantungan pada Import. Inalum bertekad untuk
ikut serta dalam mewujudkan “True Localization” dan
Kemandirian Industri Nasional, dengan menyediakan Aluminium
yang berkualitas, pendistribusian tepat waktu, dan dengan harga
yang kompetitif.
e. Mengharapkan dukungan Pemerintah dan seluruh stakeholders
untuk bersama-sama dalam mewujudkan pengembangan
Industri Aluminium Nasional dan Kawasan Industri Terpadu
Kuala Tanjung – Sei Mangkei, yaitu:
Adanya insentif dari Pemerintah untuk pembangunan PLTU
serta dukungan dalam mencari alternatif sumber energi
lainnya.
Dibutuhkan intervensi dan kebijaksanaan DPR dan
Pemerintah, terutama dalam mendukung kemajuan iklim
industri dan investasi di Provinsi Sumatera Utara, dengan
peraturan-peraturan yang tidak memberatkan terutama bagi
perusahaan-perusahaan milik negara.
Mempersiapkan infrastruktur penunjang industri (kereta api,
jalan akses dan tol, listrik, air, dan gas). Khusus access road
Kuala Tanjung (di sebelah kanan arah ke Kuala Tanjung)
agar dapat segera dibangun mengingat sudah padatnya lalu
lintas dan lahan telah tersedia.
Membantu kemudahan perizinan dan pembebasan lahan.
Memberikan insentif yang disiapkan untuk menarik minat dan
menggalang investasi.
Mempersiapkan kawasan peruntukan industri.
Menyiapkan SDM berkemampuan industrial yang terlatih
dengan baik dengan pendirian pusat pendidikan vokasi
(Politeknik/Litbang) berbasis kompetensi link & match
dengan Kawasan Industri.
2. PT Pelindo I (Persero).
PT Pelindo I (Persero) berkedudukan dan berkantor pusat di Jalan
Krakatau Ujung No. 100 Medan, Sumatera Utara, Indonesia.
6
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 2001,
kedudukan, tugas, dan kewenangan Menteri Keuangan selaku
Pemegang Saham pada Persero/Perusahaan Terbatas dialihkan
kepada Menteri BUMN Republik Indonesia, sedangkan pembinaan
Teknis Operasional berada ditangan Departemen Perhubungan
Republik Indonesia dan dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal
Perhubungan Laut.
Sebelum tahun 2008, Perusahaan bergerak dalam bidang jasa
kepelabuhan, pelayanan peti kemas, terminal dan depo peti kemas,
usaha galangan kapal, pelayanan tanah, listrik dan air, pengisian
BBM, konsolidasi dan distribusi termasuk hewan, jasa konsultasi
kepelabuhan, dan pengusahaan kawasan pabean. Namun sejak
tahun 2008, dalam rangka optimalisasi sumber daya maka
Perusahaan dapat melakukan kegiatan usaha lain meliputi jasa
angkutan, sewa dan perbaikan fasilitas, perawatan kapal dan
peralatan, alih muat kapal, properti diluar kegiatan utama
kepelabuhan, kawasan industri, fasilitas pariwisata dan perhotelan,
jasa konsultan dan surveyor, komunikasi dan informasi, konstruksi
kepelabuhan, ekspedisi, kesehatan, perbekalan, shuttle bus,
penyelaman, tally, pas pelabuhan, dan timbangan.
Wilayah kerja usaha Perusahaan meliputi Provinsi Nanggroe Aceh
Darussalam (NAD), Provinsi Sumatera Utara, Provinsi Riau, dan
Provinsi Kepulauan Riau.
Kinerja Perusahaan
Dalam 5 tahun terakhir dan di tengah perlambatan ekonomi, PT
Pelindo I (Persero) masih dapat mencatat pertumbuhan, baik dari
aspek pendapatan maupun laba bersih. Rata-rata pertumbuhan
pendapatan sebesar 10% dan rata-rata pertumbuhan laba bersih
sebesar 13%.
7
Gambar 2. Pendapatan dan Laba Bersih Tahun 2013 – 2017 (Rp Miliar)
Pembangunan dan Pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung dan
Kawasan Industri Kuala Tanjung
Pengembangan Pelabuhan dan Kawasan Industri Kuala Tanjung
merupakan Proyek Strategis Nasional yang telah ditetapkan dalam
Peraturan Presiden No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan
Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional dan telah diubah melalui
Peraturan Presiden No. 58 Tahun 2017 tentang Perubahan atas
Perpres No. 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan
Proyek Strategis Nasional.
Pengembangan Kawasan Industri Kuala Tanjung yang terintegrasi
dengan Pelabuhan akan dikembangkan melalui sinergi BUMN
(Sesuai surat Menteri BUMN ke Menko Perekonomian No. S-
77/MBU/02/2018 tanggal 2 Februari 2018 perihal Permohonan
penugasan PT Pelindo I (Persero) dan PT Inalum (Persero) untuk
pengembangan Pelabuhan dan Kawasan Industri Kuala Tanjung).
Dalam pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung, khususnya
Terminal Multi Purpose, PT Pelindo I berperan sebagai pemilik
konsesi dan pengembang pelabuhan yang dilakukan melalui sinergi
BUMN dengan PT Waskita Karya dan PT Pembangunan
Perumahan. Nilai investasi untuk pembangunan Pelabuhan Kuala
Tanjung adalah sebesar Rp3 triliun, di mana Rp900 miliar
8
merupakan anggaran dari PT Pelindo I (persero) dan Rp2,1 triliun
berasal dari pinjaman Bank (Bank Mandiri, BRI, dan BNI) dengan
waktu pengembalian pinjaman 10 tahun.
Sedangkan dalam pengembangan Kawasan Industri yang
terintegrasi dengan pelabuhan, PT Pelindo I berperan sebagai
inisiator dan pemilik izin prinsip melalui anak perusahaannya yaitu
PT Prima Pengembangan Kawasan (PT PPK).
Dalam menghadapi permasalahan yang muncul, PT Pelindo I
(Persero) dan pihak-pihak yang terkait termasuk BUMN yang
berperan, terus berupaya mencari solusi guna percepatan
pembangunan Pelabuhan dan Kawasan Industri Kuala Tanjung.
Tabel 1.
Permasalahan dan Solusi
No. Permasalahan Solusi
1. Pembangunan Terminal Multi Purpose
a. Faktor cuaca dan variasi lapisan tanah sangat berpengaruh sekali terutama pada saat pekerjaan area laut
Mengoptimalkan waktu pada saat cuaca baik.
Mengganti desain pancang beton sebagian dengan baja untuk area jembatan
b. Klaim dari masyarakat terhadap lahan eks HPL Otorita Asahan dan kendala percepatan pembebasan lahan
Koordinasi dengan pihak Otorita Asahan, Kepolisian, dan Kejaksaan Batu Bara dalam penyelesaiannya
2. Pengembangan Kawasan Industri Kuala Tanjung
a. Belum terbitnya izin lokasi dari Kabupaten Batu Bara dan rekomendasi dari Kementerian Perindustrian
Percepatan penerbitan rekomendasi dan penerbitan izin lokasi
b. Pembebasan lahan belum optimal karena sebagian masih dipertahankan oleh masyarakat, dan ada perusahaan swasta yang memiliki izin prinsip yang berpotongan dengan izin prinsip yang dimiliki oleh PT PPK
Koordinasi dengan Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Perizinan terpadu Satu Pintu, BPN, dan Pemkab Batu Bara, serta pihak swasta
9
Dukungan DPR dan Pemerintah
PT Pelindo I membutuhkan dukungan dari DPR dan Pemerintah
dalam upaya mengakselerasi pengembangan Pelabuhan Kuala
Tanjung yang terintegrasi dengan Kawasan Industri Kuala Tanjung,
yaitu dalam hal:
a. Konektivitas
Percepatan pembangunan akses jalan tol dari/ke Pelabuhan
dan Kawasan Industri Kuala Tanjung.
Peningkatan status jalan dari/ke Pelabuhan dan Kawasan
Industri menjadi jalan Nasional.
b. Status Pelabuhan dan Kawasan Industri Kuala Tanjung
Terminal Multi Purpose ditetapkan sebagai bounded zone.
Status Kawasan Pelabuhan dan Kawasan Industri ditetapkan
menjadi Kawasan Ekonomi Khusus.
c. Perpajakan dan Bea Masuk
Tax holiday bagi investor yang masuk ke Kawasan Industri
Kuala Tanjung.
Pembebasan pajak/bea masuk bagi barang-barang proyek
pengembangan Pelabuhan dan Kawasan Industri Kuala
Tanjung.
d. Pendanaan
Dukungan pendanaan multilateral.
Skema Subsidiary Loan Agreement.
3. PT Kawasan Industri Medan (Persero)
PT Kawasan Industri Medan (PT KIM) adalah Badan Usaha Milik
Negara dengan bidang usaha jasa pengelolaan Kawasan Industri.
Kawasan ini didirikan pada tanggal 7 Oktober 1988, dengan
komposisi kepemilikan sahamnya terdiri dari Pemerintah RI (pusat)
60%, Pemerintah Provinsi Sumatera Utara 30%, dan Pemerintah
Kota Medan 10%.
Sejak didirikannya kawasan ini, seiring dengan tingginya minat
investor untuk menanamkan investasinya di Provinsi Sumatera
Utara, PT KIM terus melakukan pengembangan lahan. Hingga saat
ini telah memiliki luas areal 780 ha dan akan terus dikembangkan
10
dengan usaha sendiri maupun bekerjasama dengan pihak swasta
yang berpengalaman dan profesional dalam pembangunan
kawasan industri.
PT KIM akan terus meningkatkan berbagai sarana dan fasilitas
yang dibutuhkan dunia usaha maupun investor di kawasan industri.
Dalam kawasan yang terbesar di di Provinsi Sumatera Utara ini
telah bergabung sebanyak 600 pengusaha mulai dari industri
dengan skala UKM, menengah, hingga Industri-industri
Multinasional dan Internasional.
Kinerja PT Kawasan Industri Medan
Gambar 3. Pendapatan Perusahaan Tahun 2012 - 2017
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Pendapatan Core (Rp.Juta) 184,772 134,198 163,106 56,397 41,252 81,790
Pendapatan Non Core (Rp.Juta) 20,833 22,660 78,373 126,601 56,434 37,090
-
50,000
100,000
150,000
200,000
Axi
s Ti
tle
Chart Title
Pendapatan non core bersumber dari pengolahan limbah dan air
bersih. Pendapatan core berasal dari penjualan lahan dan
penyewaan gudang.
11
Gambar 4. Laba Bersih Perusahaan Tahun 2012 - 2017
2012 2013 2014 2015 2016 2017
Laba Bersih (Rp.Jutaan) 54,125 58,122 31,207 33,785 36,196 47,270
-
10,000
20,000
30,000
40,000
50,000
60,000
70,000
Axi
s Ti
tle
Laba Bersih (Rp.Jutaan)
Laba bersih PT KIM mulai menurun sejak tahun 2013 setelah lahan
yang akan dijual berkurang. Sementara perkembangan Dividen
selama 5 tahun yang dipengaruhi oleh perkembangan laba setelah
pajak, PT KIM masih mampu memberikan dividen sebesar 10%
dari laba bersih.
12
Rencana Jangka Panjang PT Kawasan Industri Medan
Tabel 2. Rencana Jangka Panjang PT KIM menuju Kawasan
Industri Modern
4. PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
Berdasarkan Keputusan Bupati Simalungun No.
188/45/193/BPPD/2013, PT Perkebunan Nusantara III (Persero)
atau PTPN III ditetapkan sebagai Badan Usaha Pembangunan dan
Pengelola Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Sei mangkei.
Keberadaan KEK Sei Mangkei merupakan komponen strategis dan
menjadi skala prioritas program nasional. KEK Sei Mangkei
13
dirancang untuk mengakomodir lebih dari 200 unit industri berkelas
dunia. Bahkan saat ini, Sei Mangkei satu-satunya KEK yang
memiliki akses ke Selat Malaka, yang juga akan terintegrasi dengan
kawasan industri terpadu Kuala Tanjung – KEK Sei Mangkei
terkoneksi langsung dengan Global Hub Kuala Tanjung sebagai
pelabuhan multi purpose. Dalam jangka panjang pelabuhan
tersebut akan dikembangkan menjadi kota pelabuhan modern yang
terintegrasi dengan kawasan industri berbasis aluminium dan
pemukiman serta infrastruktur pendukung lainnya.
Kehadiran KEK Sei Mangkei memiliki peluang dan harapan yang
besar sebagai multiplier effect terhadap ketergantungan bahan
baku impor, produk industri hilir berbasis sawit, produk industri hilir
berbasis Karet, dan produk aneka industri lainnya dalam memenuhi
berbagai kebutuhan masyarakat.
Tantangan dan Hambatan Pengembangan KEK Sei Mangkei
Tabel 3. Tantangan dan Hambatan Pengembangan KEK Sei Mangkei
No. Tantangan dan Hambatan Keterangan Status
1. Masih Tingginya Harga Gas di KEK Sei Mangkei
Harga Gas di KEK Sei Mangkei saat ini USD 10,66/MMBTU, dikarenakan tingginya harga gas dari sektor hulu (USD 7,47/MMBTU) dan tingginya Toll Fee Jaringan Pipa Gas dari Arun – Belawan – KIM – KEK Sei Mangkei (USD 2,56/MMBTU).
2. Belum ditetapkannya KEK Sei Mangkei sebagai Objek Vital Nasional (OVNI) oleh Kementerian Perindustrian guna terciptanya Stabilitas Keamanan bagi investor.
Izin Usaha Kawasan Industri (IUKI) telah terbit No. 503/03/IUKI/29.2/2017 tanggal 10 November 2017.
Izin Prinsip Kawasan Industri seluas 1.933,80 Ha telah terbit No. 503/02/29.2/2017 tanggal 10 November 2017.
3. Belum selesainya Pembangunan Rel Kereta Api dari Stasiun Bandar Tinggi ke Pelabuhan Kuala Tanjung sepanjang ± 21,5 Km.
Terkendala oleh pembebasan lahan masyarakat sepanjang + 4 Km.
14
4. Belum selesainya Pembangunan Global Hub Pelabuhan Kuala Tanjung.
Diperlukan Percepatan pembangunan oleh PT Prima Multi Terminal.
5. Belum adanya insentif terkait pajak/retribusi dari Pemerintah Daerah (Simalungun) untuk KEK Sei Mangkei
Diperlukan insentif terkait dari Pemerintah Daerah untuk menarik minat investor.
6. Belum adanya Tempat Pembuangan/Pengolahan Limbah B3 (Bahan Beracun dan Berbahaya) di Pulau Sumatera.
Saat ini tempat pengolahan limbah B3 hanya terdapat di Cileungsi, Bogor, Jawa Barat.
7. Belum selesainya pembangunan jalan tol ruas Medan - Tebing Tinggi – Kisaran (saat ini masih sampai Sei Rampah)
Diperlukan peningkatan mutu jalan untuk mendukung transportasi darat dari dan ke KEK Sei Mangkei.
8. Penataan Tata Ruang Daerah di sekitar KEK Sei Mangkei dalam Perwujudan Rencana Pengembangan Kota Baru Sei Mangkei
Perlu Penyesuaian RTRW terhadap 3 (tiga) Kabupaten sebagai multiplier effect dari KEK Sei Mangkei yaitu: SIBASA (Simalungun – Batubara – Asahan)
Alternatif Skema Bisnis Pengembangan Kawasan Industri Terpadu
Sei Mangkei – Kuala Tanjung
a. PTPN III menyarankan skema pengelolaan yang terpisah antara
KEK Sei Mangkei dan Kawasan Industri Kuala Tanjung dengan
spesialisasi industri berbasis agro (sawit dan karet) dan
turunannya berpusat di Sei Mangkei, dan spesialisasi industri
alumunium dan turunannya berpusat di Kuala Tanjung.
b. Diperlukan perencanaan dan pengembangan yang terintegrasi
di antara KEK Sei Mangkei dengan Kawasan Industri kuala
Tanjung agar tidak terjadi kanibalisme (kompetitor).
5. PT Pertamina (Persero)
PT Pertamina (Persero) atau biasa disebut Pertamina merupakan
perusahaan milik negara yang bergerak di bidang energi meliputi
minyak, gas, serta energi baru dan terbarukan. Sejak didirikan pada
10 Desember 1957, Pertamina menyelenggarakan usaha minyak
dan gas bumi di sektor hulu hingga hilir. Bisnis sektor hulu
Pertamina yang dilaksanakan di beberapa wilayah di Indonesia dan
15
luar negeri meliputi kegiatan di bidang-bidang eksplorasi, produksi,
serta transmisi minyak dan gas. Untuk mendukung kegiatan
eksplorasi dan produksi tersebut, Pertamina juga menekuni bisnis
jasa teknologi dan pengeboran, serta aktivitas lainnya yang terdiri
atas pengembangan energi panas bumi dan Coal Bed Methane
(CBM). Dalam pengusahaan migas baik di dalam dan luar negeri,
Pertamina beroperasi baik secara independen maupun melalui
beberapa pola kerja sama dengan mitra kerja yaitu Kerja Sama
Operasi (KSO), Joint Operation Body (JOB), Technical Assistance
Contract (TAC), Indonesia Participating/Pertamina Participating
Interest (IP/PPI), dan Badan Operasi Bersama (BOB).
Sektor hilir Pertamina meliputi kegiatan pengolahan minyak
mentah, pemasaran dan niaga produk hasil minyak, gas dan
petrokimia, dan bisnis perkapalan terkait untuk pendistribusian
produk perusahaan.
Sinergi PT Pertamina (Persero) untuk Kawasan Industri di Provinsi
Sumatera Utara
BUMN bersinergi untuk merevitalisasi, menggerakkan, dan
menghubungkan kawasan ekonomi di daerah, seperti KEK Sei
Mangkei dengan Kawasan Industri Kuala Tanjung. Ketiadaan akses
di 3 sektor vital yang selama ini menjadi kendala mulai dibuka, yaitu
di sektor energi, telekomunikasi, dan transportasi. PT Pertamina
(Persero) berkontribusi membangun jaringan transmisi pipa gas dan
menyalurkan gas ke kawasan industri yang sumbernya berasal dari
Arun Regasifikasi Terminal.
16
Gambar 5.
Profil Bisnis PT Pertamina di Provinsi Sumatera Utara
Tabel 4.
Konsumen Gas PT Pertamina di Kawasan Industri Kuala Tanjung
Perusahaan Kebutuhan Status Keterangan
Bakrie 1,2-1,6 mmscfd
Gas in di 14 Februari 2018 dengan menggunakan LNG Trucking
PJBG kombinasi antara LNG trucking dengan gas pipa. Saat ini LNG trucking dengan harga 10,8 USD/Mmbtu
Inalum 1,3-3,0 mmscfd
Pembahasan HOA Gas akan digunakan untuk produksi. Adapun pasokan listrik menggunakan PLTA dan batubara. Harga gas pipa pada kisaran 10,8 USD/Mmbtu.
Wilmar 2,0-6,0 mmscfd
Masih penjajakan Konsumen mengharapkan harga gas pada kisaran 9,0 USD/Mmbtu
Pelindo I < 10 mmscfd
Masih Penjajakan Awal pembahasan, gas digunakan juga untuk pembangkitan (30 MW). Namun karena listrik akan dipasok PLN, maka gas digunakan untuk tenan yang akan masuk di kawasan.
17
6. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.
Bank Mandiri di Provinsi Sumatera Utara terdiri dari empat Area
dan 135 Kantor Cabang yang terdiri dari cabang reguler dan
cabang mikro, di mana cabang tersebut tersebar pada Area Medan
Imam Bonjol, Area Medan Balai Kota, Area Pematangsiantar, dan
Area Rantau Prapat. Bank Mandiri Provinsi Sumatera Utara tercatat
membukukan laba sebesar Rp1,51 triliun posisi per Desember 2017
atau tumbuh sebesar Rp438,1 milyar atau 40,9% secara YoY.
Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Mandiri Provinsi Sumatera Utara
tumbuh sebesar 17,59% di mana market share DPK tercapai 14,3%
atau naik 0,68 % secara YoY.
Pertumbuhan DPK Perbankan tersebut didorong oleh Tabungan
sebesar Rp8,2 triliun atau 10,9%, Deposito Rp8,8 triliun atau 9,9%,
dan Giro Rp6,8 triliun atau 20,2%. Bank Mandiri Provinsi Sumatera
Utara juga mengalami pertumbuhan di ketiga produk, Tabungan
tumbuh Rp1,5 triliun atau 13.8%, Giro tumbuh Rp1,9 triliun atau
39,1%, dan Deposito tumbuh Rp1,3 trliun atau 11,83%.
Kredit perbankan secara YoY tumbuh sebesar 11,1% dan Bank
Mandiri juga berkontribusi terhadap pertumbuhan dengan tumbuh
sebesar 25,9% secara YoY. Market share kredit Bank Mandiri pada
November 2017 sebesar 20,9%, mengalami peningkatan sebesar
2,47 % secara YoY.
Penyaluran Kredit secara Keseluruhan di Bank Mandiri di Provinsi
Sumatera Utara didominasi oleh Kredit Modal Kerja sebesar Rp23,7
triliun atau share sebesar 51,2% dan Kredit Investasi sebesar
Rp19,5 triliun dengan share 42,1%. Untuk kredit konsumtif sebesar
Rp3,1 triliun dengan share 6,6%.
Secara pertumbuhan YoY tahun 2016-2017 kredit Investasi
mengalami pertumbuhan tertinggi sebesar 65,9%
Kontribusi Bank Mandiri dalam Pembangunan Pelabuhan Kuala
Tanjung
Bank Mandiri telah menyalurkan Kredit pada PT Pelindo I Group
dengan eksposur kredit sebesar Rp2,3 triliun dengan posisi baki
debet Rp1,2 triliun per Desember 2017. Adapun fasilitas ini
18
didominasi oleh Project Financing untuk pembangunan
Pelabuhan Belawan International Container Terminal (BICT)
Fase II dan Pembangunan Terminal Multi Purpose (TMP) Kuala
Tanjung.
Kontribusi Bank Mandiri dalam mendukung pembangunan Kuala
Tanjung, tidak hanya pemberian kredit ke PT Prima Multi
Terminal, tetapi Bank Mandiri juga melayani penyimpanan dana
dan transaksi PT Prima Pengembang Kawasan (PPK) yang juga
merupakan anak usaha PT Pelindo I yang bertugas dalam
pengembangan kawasan industri Kuala Tanjung. Selanjutnya
Bank Mandiri sedang mempersiapkan infastruktur dan sistem
untuk pelayanan transaksi Jasa Pelabuhan Kuala Tanjung yang
akan beroperasi pada 2018-2019.
Untuk skema pembiayaan pembangunan Pelabuhan Kuala
Tanjung, kredit ini diberikan sindikasi Join Mandated Lead Arranger
(JMLA) antara Bank Mandiri, BRI, dan BNI (sinergi BUMN
Perbankan) dengan porsi yang setara bagi ketiga sindikasi. Adapun
pembagian agen adalah Bank Mandiri sebagai Agen Fasilitas, BRI
sebagai Agen Escrow, dan BNI sebagai Agen Jaminan.
Pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung yang dilakukan oleh PT
Pelindo I melalui anak perusahaannya menghabiskan total
anggaran sebesar Rp3.054.444 juta, di mana Bank Mandiri, BRI,
dan BNI berkontribusi memberikan kredit atau pembiayaan sebesar
Rp2.194.278 juta, dengan jangka waktu pengembalian selama 10
tahun atau sampai dengan tahun 2025.
Selain pembiayaan melalui fasilitas kredit yang diberikan, Bank
Mandiri, BRI, dan BNI akan terus mendukung pelayanan transaksi
keuangan di Pelabuhan Kuala Tanjung, di mana potensi Pelabuhan
Kuala Tanjung akan berkembang menjadi daerah usaha yang akan
menimbulkan berbagai kebutuhan pembiayaan baik pinjaman
korporasi, pinjaman retail, dan produk perbankan lainnya. Ketiga
Bank tersebut telah memiliki kantor cabang di sekitar Pelabuhan
Kuala Tanjung dan siap melayani kebutuhan stakeholder
Pelabuhan Kuala Tanjung.
19
7. PT BRI (Persero) Tbk.
PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu bank milik
pemerintah yang terbesar di Indonesia yang berdiri pada tanggal 16
Desember 1895 di Purwokerto. Pada periode setelah kemerdekaan
RI, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 1 tahun 1946 Pasal 1
disebutkan bahwa BRI adalah sebagai Bank Pemerintah pertama di
Indonesia. Sejak 1 Agustus 1992 berdasarkan Undang-Undang
Perbankan No. 7 tahun 1992 dan Peraturan Pemerintah RI No. 21
tahun 1992, status BRI berubah menjadi perseroan terbatas.
Kepemilikan BRI saat itu masih 100% di tangan Pemerintah
Republik Indonesia. Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia
memutuskan untuk menjual 30% saham BRI, sehingga menjadi
perusahaan publik dengan nama resmi PT. Bank Rakyat Indonesia
(Persero) Tbk.
Penyaluran KUR di Provinsi Sumatera Utara
BRI akan terus fokus membantu pelaku UMK dengan meningkatkan
jumlah penyaluran KUR tahun ini. Sektor KUR yang dilayani yaitu
pertanian, perikanan, industri pengolahan, perdagangan, dan jasa.
Sampai dengan Januari 2018, jumlah pelaku UMK yang telah
dibantu dengan KUR sebanyak 9.893 debitur dengan plafon
penyaluran 228.825.667.484 yang tersebar di seluruh
kota/kabupaten Sumatera Utara.
Percepatan kolektibilitas KUR mikro dan KUR kecil:
a. Percepatan kolektibilitas berdasarkan hasil pemeriksaan yang
objektif dan prinsip kehati-hatian yang dituangkan dalam Lembar
Kunjungan Nasabah (LKN).
b. Dilakukan terhadap KUR yang berpotensi menjadi bermasalah
karena faktor di luar kendali bank dengan pembatasan:
Debitur meninggal dunia.
Tidak diketahui keberadaannya.
Usaha sudah tidak ada lagi.
c. Mendapatkan persetujuan dari Pemimpin Cabang.
20
Tabel 5. Penyaluran KUR di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2017
Kontribusi BRI dalam Pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung
Pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung yang dilakukan oleh PT
Pelindo I melalui anak perusahaannya menghabiskan total
anggaran sebesar Rp3.054.444 juta, di mana BRI, Bank Mandiri,
BNI berkontribusi memberikan kredit atau pembiayaan sebesar
Rp2.194.278 juta, dengan jangka waktu pengembalian selama 10
tahun atau sampai dengan tahun 2025.
Selain pembiayaan melalui fasilitas kredit yang diberikan, BRI, Bank
Mandiri, dan BNI akan terus mendukung pelayanan transaksi
keuangan di Pelabuhan Kuala Tanjung, di mana potensi Pelabuhan
Kuala Tanjung akan berkembang menjadi daerah usaha yang akan
menimbulkan berbagai kebutuhan pembiayaan baik pinjaman
korporasi, pinjaman retail, dan produk perbankan lainnya. Ketiga
Bank tersebut telah memiliki kantor cabang di sekitar Pelabuhan
Kuala Tanjung dan siap melayani kebutuhan stakeholder
Pelabuhan Kuala Tanjung.
8. PT BNI (Persero) Tbk.
PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk atau BNI berdiri pada
tanggal 5 Juli 1946 dan merupakan bank pertama milik negara yang
lahir setelah kemerdekaan Indonesia. BNI sempat berfungsi
sebagai bank sentral dan bank umum sebagaimana tertuang dalam
Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang No. 2 tahun
1946, sebelum akhirnya beroperasi sebagai bank komersial sejak
21
tahun 1955. Oeang Republik Indonesia atau ORI sebagai alat
pembayaran resmi pertama yang dikeluarkan Pemerintah Indonesia
pada tanggal 30 Oktober 1946 dicetak dan diedarkan oleh Bank
Negara Indonesia.
BNI mencatat sejarah dengan menjual saham perdananya kepada
masyarakat melalui Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek
Surabaya (BES) pada tahun 1996. Dalam sejarah perbankan
nasional, BNI menjadi bank negara pertama yang go-public.
Kredit dan Dana Pihak Ketiga BNI di Provinsi Sumatera Utara
Pada tahun 2017, BNI Sumatera Utara mencatatkan pertumbuhan
kredit sebesar Rp364 miliar atau naik 4,94% dibanding tahun
sebelumnya. Kualitas kredit semakin membaik tercermin dalam
penurunan NPL menjadi 2,88% pada tahun 2017.
Dana Pihak Ketiga (DPK) di BNI Sumatera Utara tumbuh signifikan
sebesar Rp455 miliar atau naik 15,55% dibanding tahun
sebelumnya.
Realisasi kredit BNI Sumatera Utara di dominasi oleh segmen kecil
share-nya mencapai 40.39% yaitu sebesar Rp3,12 triliun naik 4%
year on year, diikuti oleh segmen menengah mencapai 34.55%
yaitu sebesar Rp2,66 triliun, dan segmen consumer yaitu 25,05 %
atau sebesar Rp1,94 trilliun.
Realisasi kredit produktif BNI Sumatera Utara dibagi menjadi 2 yaitu
kredit investasi dan kredit modal kerja. Pada tahun 2017, BNI
Sumatera Utara mencatatkan kredit investasi sebesar Rp2,56 triliun
dan kredit modal kerja mencapai Rp2,72 triliun.
Penyaluran KUR BNI di Provinsi Sumatera Utara
Penyaluran KUR di Provinsi Sumatera Utara sejak tahun 2015
sampai dengan 31 Desember 2017 tercatat sebesar Rp1.332 miliar
dengan kolektibilitas sebesar 98.8%. Penyaluran KUR per sektor
usaha di BNI Sumatera Utara masih didominasi sektor
perdagangan pada tahun 2017 yang mencapai 74% dari total
penyaluran KUR tahun 2017 yaitu Rp539 miliar.
KUR mikro sebesar Rp22 juta per debitur dan KUR retail sebesar
Rp220 juta per debitur. Jumlah debitur KUR di BNI Sumatera Utara
22
dengan nominal maksimal Rp25 juta masih mendominasi
penyaluran KUR yaitu sebanyak 1.207 debitur.
Kontribusi BNI pada Pembiayaan Pengembangan Sektor
Pelabuhan
Total pembiayaan BNI terhadap industri pelabuhan sebesar Rp4,3
triliun. Terdiri dari Pelindo I Group Rp1,08 triliun, Pelindo II Group
Rp270 milyar, dan Pelindo III Group Rp3 triliun.
BNI juga turut serta dalam pembiayaan untuk pembangunan
Terminal multi purpose Pelabuhan Kuala Tanjung melalui PT. Prima
Multi Terminal, yang merupakan anak perusahaan PT Pelindo I
(Persero), PT Waskita Karya (Persero) Tbk., dan PT Pembangunan
Perumahan (Persero) Tbk.
Tabel 6. Kredit Investasi Sindikasi Pelabuhan Kuala Tanjung
Bank Porsi Status Keagenan
BNI Rp732 miliar Lead Arranger Security Agent
BRI Rp732 miliar Lead Arranger Escrow Agent
Mandiri Rp732 miliar Lead Arranger Facility Agent
Total Rp2.196 miliar - -
9. PT Prima Multi Terminal
PT Prima Multi Terminal (PT PMT) adalah sebuah perusahaan
pengembang pelabuhan terpadu. PT PMT merupakan anak
perusahaan gabungan BUMN yaitu PT Pelindo I (Persero), PT
Waskita Karya (Persero) Tbk., dan PT Pembangunan Perumahan
(Persero) Tbk. dengan komposisi penyertaan saham masing-
masing yaitu 55%, 20%, dan 25%. Perusahaan ini berfokus pada
pembangunan pelabuhan dan operator. Saat ini PT PMT sedang
mengembangkan terminal multi purpose baru di Pelabuhan Kuala
Tanjung, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara. Bidang usaha PT
PMT antara lain terminal peti kemas internasional dan domestik,
terminal curah cair internasional dan domestik, penyediaan
pergudangan, kegiatan industri tertentu, dan jasa penunjang
lainnya.
23
Pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung
PT PMT mendapat penugasan dari PT Pelindo I (persero) untuk
melaksanakan pembangunan Pelabuhan Kuala tanjung di mana
pengerjaan fisiknya dilakukan oleh PT Waskita Karya (Persero)
Tbk. dan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. Pengerjaan
Pelabuhan Kuala Tanjung ini dimulai pada bulan April tahun 2015.
Realisasi pembangunan Kuala Tanjung sampai dengan saat ini
sudah mencapai 90,4% di mana pengerjaan pada sisi laut
mencapai 97% dan sisi darat 80%. Ditargetkan per April 2018,
Pelabuhan Kuala Tanjung sudah dapat dioperasikan untuk
melayani arus keluar masuk barang dan penumpang ke seluruh
Indonesia dan luar negeri. Selanjutnya, PT PMT akan ditugaskan
mengelola pelabuhan ini.
Berbagai pekerjaan konstruksi dasar seperti dermaga 500x600
meter selesai, Trestle panjang 2,8 km untuk empat jalur truk selebar
18,5 meter dilengkapi rak pipa 4 line x 8 inch, serta lapangan
penumpukan di darat yang dilengkapi dengan fasilitas terminal,
sebagian besar telah selesai pengerjaannya.
Pelabuhan Kuala Tanjung akan memiliki kapasitas hingga
mencapai 20 juta TEUs yang dikembangkan secara bertahap
hingga tahun 2023. Tahap I merupakan Pengembangan terminal
multi purpose yang memiliki kapasitas 400 ribu TEUs.
10. PT Waskita Karya (Persero) Tbk.
PT Waskita Karya (Persero) Tbk atau Waskita Karya merupakan
Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Konstruksi terbesar di
Indonesia yang mengembangkan usaha melalui lima pilar bisnis
utama yaitu konstruksi, investasi jalan tol, beton precast, realty, dan
energi.
Waskita Karya berdiri pada tahun 1961 melalui proses nasionalisasi
perusahaan asing yang awalnya bernama Volker Aannemings
Maatschapiij N.V. Waskita Karya mencatatkan saham di Bursa Efek
Indonesia (IPO) pada bulan Desember tahun 2012 dengan
menerbitkan saham baru sebesar Rp1,2 triliun.
24
Pada bulan Juni tahun 2015 Waskita Karya menyelesaikan aksi
korporasi dengan menerbitkan saham baru (rights issue) total nilai
Rp5.298 miliar yang terdiri dari:
Penyertaan Modal Negara Rp3.499 miliar.
Setoran Modal Publik Rp1.798 miliar.
Waskita Karya mencatatkan saham anak perusahaan PT Waskita
Beton Precast Tbk di Bursa Efek Indonesia melalui IPO pada
tanggal 20 September 2016 sebesar Rp5,2 triliun.
Waskita Karya turut serta mengerjakan pembangunan fisik
Pelabuhan Kuala Tanjung bersama-sama dengan PT
Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.
11. PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.
PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk. atau PT PP didirikan
dengan nama NV Pembangunan Perumahan berdasarkan Akta
Notaris No. 48 tanggal 26 Agustus 1953, di mana kemudian
berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 63 tahun 1961, NV
Pembangunan Perumahan diubah menjadi PN (Perusahaan
Negara) Pembangunan Perumahan. Pada saat awal didirikan, PT
PP telah dipercaya untuk membangun rumah bagi para petugas PT
Semen Gresik, anak perusahaan dari BAPINDO di Gresik. Seiring
dengan peningkatan kepercayaan, PT PP menerima tugas untuk
membangun proyek-proyek besar yang berhubungan dengan
kompensasi perang Pemerintah Jepang yang dibayarkan kepada
Republik Indonesia, yaitu: Hotel Indonesia, Bali Beach Hotel,
Ambarukmo Palace Hotel, dan Samudera Beach Hotel.
Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 39 tahun 1971, PN
Pembangunan Perumahan berubah statusnya menjadi PT PP yang
dikuatkan dengan Akta No. 78 tanggal 15 Maret 1973. Seiring
dengan Peraturan Pemerintah tentang Perubahan Struktur
Kepemilikan Saham Negara, maka pada tanggal 9 Februari 2010
perseroan telah memenuhi kewajiban pencatatan di PT Bursa Efek
Indonesia (BEI). Sejak tanggal tersebut, saham PT PP secara resmi
telah tercatat dan dapat diperdagangkan di BEI.
Perseroan dipercaya untuk mengerjakan berbagai proyek
infrastruktur di Indonesia di antaranya New Tanjung Priok dengan
25
nilai kontrak Rp8,2 triliun, salah satu mega proyek PT PP pada
tahun 2012. Selain itu, Perseroan juga menangani pembangunan 7
(tujuh) bandar udara selama tahun tersebut. Perusahaan
melakukan berbagai aksi korporasi baik finansial maupun
operasional, seperti proses obligasi yang dilakukan pada
penghujung tahun 2012.
PT PP turut serta mengerjakan pembangunan fisik Pelabuhan
Kuala Tanjung bersama-sama dengan PT Waskita Karya (Persero)
Tbk.
B. Hasil Kunjungan Komisi VI DPR RI
1. Temuan Komisi VI DPR RI
Hasil temuan yang didapatkan oleh Komisi VI DPR RI dalam
Kunjungan Kerja ke Provinsi Sumatera Utara adalah sebagai
berikut:
a. Proses pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung sudah
memasuki tahap akhir dan diprediksi akan beroperasi pada
bulan April 2018. Namun pembangunan Kawasan Industri Kuala
Tanjung yang akan terintegrasi dengan Pelabuhan Kuala
Tanjung masih dalam tahap perencanaan pembebasan lahan.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada koordinasi yang baik dan
perencanaan matang dalam pembangunan kawasan industri
dan pelabuhan tersebut. Dikhawatirkan biaya pembebasan
lahan untuk Kawasan Industri Kuala Tanjung akan meningkat
tajam dan membebani BUMN yang bertugas mengembangkan
kawasan industri tersebut. Seharusnya, proses pembebasan
lahan untuk Kawasan Industri dan Pelabuhan Kuala Tanjung
dilakukan secara bersamaan.
b. Pendanaan pembangunan Pelabuhan Kuala Tanjung yang
hampir selesai, sekitar 70%-nya berasal dari pinjaman bank
(Rp2.194.278 juta dari total Rp3.054.444 juta). Namun Direksi
Pelindo I tidak bisa menjelaskan secara pasti siapa yang akan
menggunakan pelabuhan tersebut nantinya dan bagaimana
proyeksi pendapatannya, sementara Kawasan Industri Kuala
Tanjung masih belum terbangun. Dikhawatirkan Pelindo I tidak
mampu membayar kewajiban hutang termasuk bunganya yang
harus dikembalikan dalam waktu 10 tahun.
26
2. Rekomendasi Komisi VI DPR RI
Rekomendasi hasil pertemuan Komisi VI DPR RI dengan PT Inalum
(Persero), PT Pelindo I (Persero), PT Kawasan Industri Medan
(Persero), PT Perkebunan Nusantara III (Persero), PT Pertamina
(Persero), PT BRI (Persero) Tbk., PT Bank Mandiri (Persero) Tbk.,
PT BNI (Persero) Tbk., PT Prima Multi Terminal, PT Waskita Karya
(Persero) Tbk., dan PT Pembangunan Perumahan (Persero) Tbk.
adalah sebagai berikut:
a. Komisi VI DPR RI meminta kepada PT Inalum (Persero) untuk
membuat matriks terkait dengan dukungan-dukungan yang
dibutuhkan PT Inalum (Persero) secara spesifik kepada
pemerintah, DPR, dan stakeholders lainnya dalam mewujudkan
pengembangan Industri Aluminium Nasional dan Kawasan
Industri Terpadu Kuala Tanjung – Sei Mangkei. Matriks tersebut
mohon segera disampaikan kepada Komisi VI DPR RI.
b. Komisi VI DPR RI segera mengundang PT Pelindo I (Persero)
untuk menyampaikan dan menjelaskan Studi Kelayakan Bisnis
atau Feasibility Study dari pembangunan Pelabuhan Kuala
Tanjung.
c. Komisi VI DPR RI akan membawa permasalahan yang ditemui
dalam Kunjungan Kerja ke Provinsi Sumatera Utara terkait
dengan pembangunan Kawasan Industri dan Pelabuhan Kuala
Tanjung, ke tingkatan yang lebih tinggi.
III. PENUTUP
Demikianlah laporan Kunjungan Kerja Komisi VI DPR RI ke Provinsi
Sumatera Utara pada Reses Masa Persidangan III Tahun Sidang 2017 -
2018.
Jakarta, Maret 2018 Ketua Tim, Ttd Ir. H. Azam Azman Natawijana
A-430
27
LAMPIRAN FOTO
Komisi VI DPR RI melakukan Peninjauan Lapangan ke PT Inalum
Komisi VI DPR RI melakukan Peninjauan Lapangan ke PT Inalum
28
Komisi VI DPR RI mendapatkan Penjelasan dari Direksi PT Pelindo I
dalam Peninjauan Lapangan Pelabuhan Kuala Tanjung
Komisi VI DPR RI mendapatkan Penjelasan dari Direksi PT Pelindo I
dalam Peninjauan Lapangan Pelabuhan Kuala Tanjung
29
Komisi VI DPR RI melakukan Pertemuan dan Diskusi dengan Direksi
BUMN Di Kantor PT Inalum (Persero)