Laporan Kultur Jaringan Tumbuhan

3
LAPORAN KULTUR JARINGAN TUMBUHAN INDUKSI KALUS EMBRIOGENIK A. Tujuan Melatih keterampilan praktikan dalam menentukan jenis dan konsentrasi ZPT untuk induksi kalus dari jaringan daun B. Landasan Teori Pertumbuhan suatu tanaman meliputi tumbuh dan berkembang (diferensiasi) dari sel-sel atau jaringan. Biasanya proses tumbuh dan diferensiasi ini berjalan bersamaan selama pertumbuhan. Melalui teknik kultur jaringan dapat diamati proses tersebut yang berupa pembentukkan massa sel yang belum berdiferensiasi yang disebut kalus. Bila kalus ini mengalami regenerasi maka akan terbentuk tunas dan akar, yang akhirnya terbentuk tanaman lengkap (Willadsen, 1979). Penelitian pembentukan kalus pada jaringan terluka pertama kali dilakukan oleh Sinnott pada tahun 1960. Pembentukan kalus pada jaringan luka dipacu oleh zat pengatur tumbuh auxin dan sitokinin endogen. Secara in vivo, kalus pada umumnya terbentuk pada bekas-bekas luka akibat serangan infeksi mikro organisme seperti Agrobacterium tumefaciens, gigitan atau tusukan serangga dan nematoda. Kalus juga dapat terbentuk sebagai akibat stress. Kalus yang diakibatkan oleh hasil dari infeksi bakteri Agrobacterium tumefaciens disebut tumor (Syarifah et all, 2009). Tujuan kultur kalus adalah untuk memperoleh kalus dari eksplan yang diisolasi dan ditumbuhkan dalam lingkungan terkendali. Kalus diharapkan dapat memperbanyak dirinya (massa selnya) secara terus menerus. Seperti telah diketahui bahwa, banyak jenis tumbuhan yang dapat memproduksi ssenyawa metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber obat-obatan maupun zat berguna lain bagi kehidupan. Tetapi, kebanyakan metabolit sekunder pada beberapa tanaman hanya diproduksi dalam jumlah yang sedikit atau bahkan sangat jrang diproduksi ataupun diproduksi tetapi dalam jangka waktu yang sangat lama sehingga diperlukan suatu cara untuk memperoleh senyawa

description

Biologi

Transcript of Laporan Kultur Jaringan Tumbuhan

LAPORAN KULTUR JARINGAN TUMBUHANINDUKSI KALUS EMBRIOGENIKA. Tujuan Melatih keterampilan praktikan dalam menentukan jenis dan konsentrasi ZPT untuk induksi kalus dari jaringan daunB. Landasan TeoriPertumbuhan suatu tanaman meliputi tumbuh dan berkembang (diferensiasi) dari sel-sel atau jaringan. Biasanya proses tumbuh dan diferensiasi ini berjalan bersamaan selama pertumbuhan. Melalui teknik kultur jaringan dapat diamati proses tersebut yang berupa pembentukkan massa sel yang belum berdiferensiasi yang disebut kalus. Bila kalus ini mengalami regenerasi maka akan terbentuk tunas dan akar, yang akhirnya terbentuk tanaman lengkap (Willadsen, 1979).Penelitian pembentukan kalus pada jaringan terluka pertama kali dilakukan oleh Sinnott pada tahun 1960. Pembentukan kalus pada jaringan luka dipacu oleh zat pengatur tumbuh auxin dan sitokinin endogen. Secara in vivo, kalus pada umumnya terbentuk pada bekas-bekas luka akibat serangan infeksi mikro organisme seperti Agrobacterium tumefaciens, gigitan atau tusukan serangga dan nematoda. Kalus juga dapat terbentuk sebagai akibat stress. Kalus yang diakibatkan oleh hasil dari infeksi bakteri Agrobacterium tumefaciens disebut tumor (Syarifah et all, 2009).Tujuan kultur kalus adalah untuk memperoleh kalus dari eksplan yang diisolasi dan ditumbuhkan dalam lingkungan terkendali. Kalus diharapkan dapat memperbanyak dirinya (massa selnya) secara terus menerus. Seperti telah diketahui bahwa, banyak jenis tumbuhan yang dapat memproduksi ssenyawa metabolit sekunder yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber obat-obatan maupun zat berguna lain bagi kehidupan. Tetapi, kebanyakan metabolit sekunder pada beberapa tanaman hanya diproduksi dalam jumlah yang sedikit atau bahkan sangat jrang diproduksi ataupun diproduksi tetapi dalam jangka waktu yang sangat lama sehingga diperlukan suatu cara untuk memperoleh senyawa metabolit sekunder tersebut dalam jangka waktu yang cepat, jumlah yang banyak dan dapat dipanen dengan cepat dengan metode yang cukup sederhana. Salah satu cara yang telah di ketahui adalah dengan teknik kultur jaringan , yaitu kultur kalus (Suryowinoto, 1996).Penggunaan kultur jaringan mempunyai kelebihan yaitu mampu memproduksi bibit yang seragam dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang relatif singkat sehingga kultur jaringan sering dijadikan solusi sebagai metode perbanyakan tanaman dan juga dapat digunakan sebagai suatu metode penyimpanan plasma nutfah yang tidak membutuhkan tempat yang besar. Keberhasilan dari kultur jaringan sangat bergantung dari ketepatan konsentrasi nutrisi yang berada di dalam media kultur. Ketepatan konsentrasi ini menyangkut pada ketersediaan nutrisi bagi eksplan tanaman. Kelebihan nutrisi dari tanaman akan menyebabkan tanaman mengalami keracunan unsur hara. Oleh karena itu, pembuatan larutan stock dan sterilisasi media dianggap penting untuk diketahui sebagai sarana penenunjang kebutuhan informasi akan kultur jaringan (Rahardja, 1988).C. Alat dan Bahan Alat1. Botol Kultur2. Petri disk3. Pipet tetes4. Gelas ukur5. Beker glass6. Pinset 7. Handle dan scalpel8. Karet gelang9. Lampu spirtus10. Timbangan analitik11. Sprayer12. Autoclave13. LAF14. Tissue15. Lampu UV Bahan:1. Daun papaya umur sedang (daun ke 3 dari atas)2. Aquades steril 3. Kinetin4. NAA5. Media MS06. Larutan vitamin C7. Detol 8. Klorox9. Alkohol 70%10. Kapas

D. Cara Kerja

E. Hasil dan PembahasanF. Kesimpulan G. Daftar PustakaRahardja PE. 1988. Kultur Jaringan Teknik Perbanyakan Tanaman Secara Modern. Jakarta: Penebar Swadaya.Suryowinoto, M. 1996. Pemuliaan Tanaman Secara In Vitro. Yogyakarta: Kanisius.Syarifah Iis Aisyah, Surjono H. Sutjahjo, Rustikawati dan Catur Herison . 2009. Induksi Kalus Embriogenik pada Kultur In Vitro Jagung (Zea mays) dalam Rangka Peningkatan Keragaman Genetik Melalui Variasi Somaklonal. Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia, 3: 344 - 350 344.Willadsen, S.M. 1979. A method for culture of micromanipulated sheep embryos and its use to produce monozygotic twins. Nature, 277:298-30.