Laporan Kromatografi Penukar Ion
-
Upload
syariful-anam-rifai -
Category
Documents
-
view
255 -
download
8
Transcript of Laporan Kromatografi Penukar Ion
![Page 1: Laporan Kromatografi Penukar Ion](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022013122/55cf9ae2550346d033a3dcaa/html5/thumbnails/1.jpg)
LAPORAN KIMIA ANALITIK KI 2221
Percobaan ke-1
Kromatografi Penukar Ion
LABORATORIUM KIMIA ANALITIK
PROGRAM STUDI KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
2013
Nama : Syariful Anam Rifai
NIM : 10511088
Kelompok : 8
Tanggal Percobaan : 05 Maret 2013
Tanggal Pengumpulan : 12 Maret 2013
Asisten : Oktaviana Quinta Dewi
10509022
![Page 2: Laporan Kromatografi Penukar Ion](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022013122/55cf9ae2550346d033a3dcaa/html5/thumbnails/2.jpg)
Kromatografi Penukar Ion
I. Tujuan
Menentukan jumlah Kalium yang diperlukan oleh resin pada kromatografi penukar
ion melalui titrasi penetralan
II. Teori Dasar
Resin penukar ion merupakan suatu jembatan polimer yagn memiliki gugus fungsi
ionik. Apabila gugus fungsi onik adalah gugus sulfanat maka termasuk resin penukar
kation sedangkan apabila gugus fungsi ionik adalah amonuim maka merupakan resin
penukar anion. Gugus fungsi ionik diikatkan secara kovalen pada jaringan polimer dan
terasosiasi dengan suatu ion beralawanan atau kontra ion. Kontra ion ini menetralkan
muatan dari gugus resin tetapi dapat dipertukarkan dengan ion-ion dari larutan yang
terdapat pada lingkungan ion.
Jika suatu kolom kromatografi diisi dengan resin penukar ion bergugus fungsi
sulfanat, maka kontra ion H+ dapat dipertukarkan dengan kation lain (A+) yang
terdapat dalam larutan. Efektif tidaknya pertukaran ini akan bergantung pada
kesetimbangan pertukaran yagn terjadi. Kesetimbangannya sebagai berikut
P-S03H + A+ P-S03A + H+
P : matriks polimer dari resin
III. Cara Kerja
Kolom resin
dicuci dengan aqua DM
dituang larutan HCl pekat ke dalam kolom
dicuci kembali dengan aqua DM
dituang 25 mL larutan KCl 0,1 M ke dalam kolom
dielusi dengan aqua DM, hasil elusi ditampung ke erlenmeyer
Eluat
dititrasi dengan larutan NaOH 0,1036 M dengan indikator penolphtalein
Ditentukan volume titrasinya
![Page 3: Laporan Kromatografi Penukar Ion](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022013122/55cf9ae2550346d033a3dcaa/html5/thumbnails/3.jpg)
IV. Data dan Pengamatan
Pada percobaan dilakukan titrasi eluat dengan data volume titrasi sebagai berikut
Erlenmeyer Volume titran (mL)
1 46,8
2 22,4
3 22,4
4 22,2
V. Pengolahan Data
Jumlah ion K+
[ ]
[ ]
4,9514 x 10-3 mol
Erlenmeyer Volume titran (mL) Mol ion K+ (mmol)
1 46,8 4,9514 2 22,4 2,3699 3 22,4 2,3699 4 22,2 2,3487
Dengan menggunakan perhitungan yang sama didapatkan mol dari masing-masing
erlenmeyer adalah sebagai berikut.
Erlenmeyer Mol ion K+ (mmol) Jumlah Partikel Ion K+
1 4,9514 2,9822 x 1021
2 2,3699 1,4273 x 1021
3 2,3699 1,4273 x 1021
4 2,3487 1,4146 x 1021
Titran yang digunakan
adalah larutan NaOH
0,1058 M
![Page 4: Laporan Kromatografi Penukar Ion](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022013122/55cf9ae2550346d033a3dcaa/html5/thumbnails/4.jpg)
VI. Pembahasan
Kromatografi Pertukaran ion adalah proses pemurnian senyawa spesifik di dalam
larutan campuran atau proses substitusi satu jenis senyawa ionik dengan yang lain
terjadi pada permukaan fase stasioner. Fase stasioner tersebut merupakan suatu
matriks yang kuat (rigid), yang permukaannya mempunyai muatan, dapat berupa
muatan positif maupun negatif. Mekanisme pemisahan berdasarkan pada daya tarik
elektrostatik.
Kromatografi penukar ion terdapat dua jenis, yaitu kromatografi penukar kation
dan kromatografi penukar anion. Kromatografi pertukaran kation, adalah kondisi
apabila molekul yang diinginkan bermuatan positif, sedangkan kolom yang digunakan
bermuatan negatif. Kolom yang digunakan berupa matriks yang mengandung gugus
karboksil (-CH2-CH2-CH2SO3- dan –O-CH3COO-). Atau jika suatu gugus fungsi ioniknya
adalah sulfonat, maka resin dapat berlaku sebagai kation. Sedangkan kromatografi
pertukaran anion, apabila molekul yang diinginkan bermuatan negatif dan kolom yang
digunakan bermuatan positif. Kolom yang digunakan berupa matriks yang
mengandung gugus N+(CH2)3, -N+(C2H5)H. Atau jika gugus fungsi ioniknya berupa
ammonium kuartener, maka resin bertindak sebagai anion.
Sebelum melakukan percobaan, resin dilakukan regenerasi terlebih dahulu.
Regenerasi adalah penambahan zat ke dalam resin untuk mendorong dan
menggantikan ion-ion yang tersisa di dalam resin. Regenerasi ini bertujuan untuk
mengaktifkan kembali gugus fungsional resin penukar ion. Selain itu, regenerasi juga
dilakukan untuk membersihkan kolom dari ion-ion kalium yang tersisa dari percobaan
sebelumnya. Kolom diregenerasi dengan cara menuangkan HCl pekat ke dalam kolom
agar kolom yang mayoritas telah tergantikan oleh ion kalium pada percobaan
sebelumnya, terisi lagi oleh ion H+ dari asam klorida pekat. Pada saat regenerasi
digunakan larutan HCl pekat agar ion H+ tersedia dalam jumlah banyak dan dapat
menggantikan ion kalium dalam resin. Ion K+ berukuran lebih besar daripada ion H+
sehingga untuk mendorong ion-ion K+ dalam kolom dibutuhkan ion H+ dalam jumlah
yang banyak oleh karena itulah digunakan larutan HCl pekat. Apabila digunakan
larutan HCl encer, maka sebelum ion H+ dapat mendorong ion K+, ion H+ sudah terlebih
dahulu keluar dari kolom.
![Page 5: Laporan Kromatografi Penukar Ion](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022013122/55cf9ae2550346d033a3dcaa/html5/thumbnails/5.jpg)
Pada awalnya resin di dalam kolom berwarna hitam kebiruan. Ketika dilakukan
regenerasi dengan larutan HCl pekat, resin di dalam kolom warnanya berubah menjadi
kemerahan. Hal ini menunjukkan bahwa resin tersebut berada dalam keadaan asam.
Metode kromatografi penukar ion ini, tentu saja memiliki keunggulan dan
kelemamahan. Keunggulan dari kromatografi penukar ion ini adalah waktu
pengerjaannya yang relatif singkat, hasil yang diperoleh reproducible, dan dapat
langsung memperoleh hasil pemisahan analit terionisasi dan tidak terionisasi. Selain
itu, metode ini dapat menghasilkan bentuk puncak yang tajam pada kromatogram.
Adapun kelemahan kromatografi resin penukar ion ini adalah larutan ionik seringkali
bersifat korosif sehingga mengakibatkan kolom tidak bertahan lama. Selain itu,
metode penukar ion ini fasa geraknya tidak boleh dibiarkan semalaman tetapi harus
diganti dengan air dan apabila fasa geraknya telah habis dan belum ditambahkan ke
dalam kolom maka akan mengakibatkan resin menjadi kering dan rusak sehingga tidak
dapat digunakan kembali.
Pada saat dilakukan kromatografi dilakukan pengelusian dan penambah air ke
dalam kolom. Air yang digunakan tersebut bukan merupakan air suling biasa, namun
air yang sudah didemineralisasi atau sering disebut aqua DM. Aqua DM merupakan air
yang sudah dihilangkan mineral-mineral dan ion-ion yang ada di dalamnya. Hal ini
bertujuan supaya tidak ada ion-ion mineral dalam air yang masuk, karena apabila
terdapat ion-ion yang masuk kemungkinan akan dipertukarkan ke resin dan
menyebabkan kesalahan pengukuran. Kesalahan pengukuran dapat menjadi positif
error disebabkan H+ yang ditukar menjadi lebih banyak akibat adanya kation lain
dalam larutan.
Dari data volume titrasi yang diperoleh pada percobaan ini, menunjukkan bahwa
jumlah volume titrasi yang diperlukan cenderung konstan. Namun, terdapat
perbedaan pada percobaan yang pertama. Volume titrasi yang diperlukannya terdapat
perbedaan yang cukup signifikan, dimana volumenya dua kali lipat lebih dari volume
yang lainnya. Volume titrasi ini menunjukkan ion kalsium yang terdapat pada resin
penukar ion. Semakin banyak volume titrasi atau volume NaOH yang dibutuhkan maka
samakin banyak pula jumlah ion K+ yang terdapat di dalam resin. Pada percobaan
pertama, jumlah ion K+ terdapat sangat banyak yang menyebabkan timbulnya
perbedaan nilai yang signifikan. Jumlah ion K+ yang banyak tersebut disebabkan oleh
![Page 6: Laporan Kromatografi Penukar Ion](https://reader031.fdokumen.com/reader031/viewer/2022013122/55cf9ae2550346d033a3dcaa/html5/thumbnails/6.jpg)
masih terdapat ion-ion K+ lain pada resin dari percobaan sebelumnya sehingga jumlah
ion K+ pada percobaan pertama terakumulasi dan jumlahnya menjadi banyak.
Adapun aplikasi dari pemisahan dengan metode kromatografi penukar ion ini
antara lain digunakan pada perusahaan pembuatan emas untuk memisahkan emas
dari ion-ion pengotor lain, juga dapat diaplikasikan untuk membuat air demineralisasi
atau aqua DM. Kromatografi penukar ion ini bisa juga digunakan untuk menghilangkan
kesadahan air dan juga proses desalinisasi air laut.
VII. Kesimpulan
Dari metode kromatografi penukar ion ini, diperoleh jumlah ion K+ yang
diperlukan oleh resin pada kromatografi penukar ion melalui titrasi penetralan adalah
sebagai berikut
Percobaan ke-
Volume titrasi (mL) Jumlah Partikel Ion K+
1 46,8 2,9822 x 1021
2 22,4 1,4273 x 1021
3 22,4 1,4273 x 1021
4 22,2 1,4146 x 1021
VIII. Pustaka
Harvey, David. 2000. Modern Analytical Chemistry. New York: McGraw-Hill
Companies. Hlm. 482-486.
http://www.scimedia.com/chem-ed/sep/lc/ion-chro.htm
diakses pada 3 Maret 2013 pukul 21:32 WIB
Saunders College Publishing. Page 917-918