LAPORAN KONSERVASI GIGI.docx

19
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan 1

description

LAPORAN KONSERVASI GIGI

Transcript of LAPORAN KONSERVASI GIGI.docx

Page 1: LAPORAN KONSERVASI GIGI.docx

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah

1.3 Tujuan

1

Page 2: LAPORAN KONSERVASI GIGI.docx

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2

Page 3: LAPORAN KONSERVASI GIGI.docx

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Prosedur diagnosa di bidang konservasi gigi

A.  Pemeriksaan Subjektif

Pemeriksaan yang dilakukan dengan anamesa keluhan yang menjadi alasan

penderita mencari pertolangan pengobatan atau sejumlah infromasi rutin yang

berkaitan dengan data pribadi, riwayat medis, dan riwayat dental serta keluhan utama

didapatkan dari pemeriksaan subyektif. Banyak pasien yang menunjukkan tingkatan

nyeri yang jelas dan merasa tertekan. Pada umumnya nyeri dan ketidaknyamanan

yang disebabkan oleh penyakit pulpa dan periradikuler yang parah dapat

mempengaruhi kondisi fisik pasien. Anamnesa yang diajukan adalah mengenai

lokasi, asal nyeri, karakter dan keparahan nyeri yang dialami. Kemudian pertanyaan

lanjutan mengenai spontanitas dan durasi nyeri, serta stimulus yang merangsang atau

meredakan nyeri. Keparahan rasa nyeri dan obat-obatan yang diminum pasien untuk

meredakan nyeri dan keefektifannya juga perlu diketahui.

Makin intens nyerinya, makin besar kemungkinan adanya penyakit

irreversible. Nyeri intens dapat timbul dari pulpitis ieversible atau dari periodontitis

atau abses apikalis akut. Nyeri spontan yang bersama dengan nyeri intens juga

mengindikasikan adanya penyakit pulpa atau periradikuler yang parah. (Walton &

Torabinejad, 1997 : 73-75). Ada dua jenis anamnesa berdasarakan cara

mendapatakannya :

1.    Autoanamesa yaitu anamesa secara langsung dari keterangan penderita sendiri.

2.    Alloanamesa yaitu anamesa tidak langsung, keterangan didapat dari orang lain

yang mengetahui keluhan penderita.

Pemeriksaan subjektif meliputi:

1. Keluhan Utama

3

Page 4: LAPORAN KONSERVASI GIGI.docx

Keluhan utama pada umumnya merupakan informasi pertama yang dapat

diperoleh. Keluhan ini berupa gejala atau masalah yang dirasakan pasien dalam

bahasanya sendiri yang berkaitan dengan kondisi yang membuatnya cepat-cepat

datang mencari perawatan. Keluhan utama hendaknya dicatat dengan bahasa apa

adanya menurut pasien. (Walton & Torabinejad, 1997 : 72)

2. Riwayat Kesehatan Umum

Suatu riwayat kesehatan umum yang lengkap bagi pasien terdiri atas data

demografis rutin, riwayat medis, riwayat dental, keluhan utama, dan sakit yang

sekarang diderita.

a. Data Demografis

Data demografis mengidentifikasi karakteristik pasien.

b. Riwayat Medis

Karena suatu riwayat medis tidak dimaksudkan sebagai pemeriksaan

klinis lengkap, pertanyaan medis janganlah terlalu luas. Buatlah formulir

pemeriksaan yang berisi penyakit serius yang sedang dan pernah dialami. Jika

ditemukan adanya penyakit fisik atau psikologis yang parah atau penyakit

yang masih diragukan yang mungkin mengganggu diagnosis dan perawatan

kita, lakukanlah pemeriksaan lebih lanjut dan konsultasikan dengan profesi

kesehatan lainnya.

c. Riwayat Dental

Riwayat dental merupakan ringkasan dari penyakit dental yang pernah

dan sedang diderita. Informasi ini menyediakan informasi yang sangat

berharga mengenai sikap pasien terhadap kesehatan gigi, pemeliharaan, serta

perawatannya. Infromasi demikian tidak hanya berperan penting dalam

penegakan diagnosis, melainkan berperan pula pada rencana perawatan.

Kuesionernya hendaknya berisikan pertanyaan mengenai gejala dan tanda,

baik kini maupun di masa lalu. Pengambilan riwayat dental ini merupakan

4

Page 5: LAPORAN KONSERVASI GIGI.docx

langkah teramat penting dalam menentukan diagnosis yang spesifik.(Walton

& Torabinejad, 1997 : 72-73)

B. Pemeriksaan Objektif

Pemeriksaan dilakukan dengan pengamatan fisik dan uji klinis

1. Pemeriksaan ekstraoral

Penampilan umum, tonus otot, asimetri fasial, pembengkakan, perubahan

warna, jaringan parut ekstraoral, dan kepekaan atau nodus jaringan limfe servikal atau

fasial yang membesar, merupakan indokator status fisik pasien. Pemeriksaan

ekstraoral yang hati-hati akan membantu mengidentifikasi sumber keluhan pasien

serta adanya dan luasnya reaksi inflamasi rongga mulut.

2. Pemeriksaan intraoral

Bibir, mukosa oral, pipi, lidah, palatum, dan otot-otot serta semua

keabnormalan diperiksa. Periksa pula mukosa alveolar dan gingival-cekatnya untuk

memeriksa apakah ada perubahan warna, terinflamasi mengalami ulserasi, atau

mempunyai saluran sinus. Suatu stoma saluran sinus biasanya menandakan adanya

pulpa nekrosis atau periodontitis apikalis supuratif atau kadang-kadang abses

periodontium.

Gigi geligi diperiksa untuk mengetahui adanya perubahan warna, fraktur, abrasi,

erosi, karies, restorasi yang luas, atau abnormalitas lain. Mahkota yang berubah

warna sering merupakan tanda adanya penyakit pulpa atau merupakan akibat

perawatan saluran akar yang telah dilakukan sebelumnya.

Untuk tes lebih lanjut terhadap gigi, dapat dilakukan tes seperti:

a. Perkusi

Perkusi dapat menentukan ada tidaknya penyakit periradikuler. Respons

positif yang jelas menandakan adanya inflamasi periodontium. Karena perubahan

inflamasi dalam ligament periodontium tidak selalu berasal dari pulpa dan dapat

diinduksi oleh penyakit periodontium, hasilnya harus dikonfirmasikan dengan tes

5

Page 6: LAPORAN KONSERVASI GIGI.docx

yang lain. Cara melakukan perkusi dengan cara mengetukkan ujung kaca mulut yang

diletakkan parallel atau tegak lurus mahkota pada bagian insisal atau oklusal.

b. palpasi

Untuk menentukan seberapa jauh inflamasi menyebar ke arah periapikal.

Respon positif dari palpasi menandakan adanya inflamasi di daerah periradikuler.

Palpasi dilakukan dengan cara menekan mukosa di atasa apeks dengan cukup kuat.

Bagian-bagian yang dipalpasi untuk menentukan adanya kelainan yaitu kelenjar

saliva (submandibular), TMJ dan limfa nodi.

c. Tes status periodontal

Dapat dilakukan dengan cara palpasi, perkusi, tes mobilitas gigi dan probing.

d. Tes vitalitas pulpa

Ada berbagai macam tes untuk mengetahui kevitalan pulpa, yaitu:

6

Page 7: LAPORAN KONSERVASI GIGI.docx

1. Tes termal

Tes dingin menggunakan larutan chlor etil yang dibasahkan pada

cotton palate. Respon nyeri tajam dan sebentar akan timbul baik pada pulpa

normal, pulpitis reversible maupun irreversible. Akan tetapi jika responnya

cukup intens dan berkepanjangan, pulpa biasanya telah mengalami

peradangan irreversible. Sebaliknya jika pulpa nekrosis tidak akan

memberikan respon.

Tes panas menggunakan gutta percha yang dipanaskan dan

diaplikasikan pada permukaan fasial. Seperti halnya pada tes dingin, nyeri

tajam dan sebentar menandakan pulpa vital atau peradangan reversible.

Respon hebat dan tidak cepat hilang adalah pulpitis irreversible. Jika tidak ada

respon menandakan pulpanya nekrosis.

2. Electric Pulp Testing (EPT)

Hal ini dilakukan dengan cara memberikan rangsang berupa aliran

elektrik pada gigi menggunakan alat yang disebut electric pulp tester. Adanya

respon positif menunjukkan pulpa masih vital, sedangkan respon negatif

menunjukka pulpa sudah tidak vital atau terjadinya nekrosis pulpa. Pada

kondisi tertentu, tes ini dapat mengakibatkan salah diagnosa, misalnya pada

kondisi gigi dengan akut alveolar abses, terjadinya kontak dengan gingival,

trauma gigi yang baru, restorasi yang cukup besar.

3. Tes kavitas

Dilakukan dengan cara menggunakan bur high speed nomer 1 dan 2

yang disertai dengan pemakaian water coolant. Pasien tidak dianastesi pada

pemeriksaan ini, tujuannya untuk mendapatkan gambaran ada tidaknya rasa

sakit pada saat tes. Rasa nyeri menandakan pulpa vital. Tujuan tes ini

terutama menentukan kavitas preparasi. Jika pada saat tes tidak terasa nyeri,

7

Page 8: LAPORAN KONSERVASI GIGI.docx

maka kavitas preparasi dilanjutkan terus sampai ruang pulpa dan melakukan

perawatan endodonsi.

4. Tes jarum miller

Tes ini dilakukan jika kavitas sudah perforasi pulpa.Jika kavitas belum

perforasi maka dilakukan tes thermal dingin dan panas terlebih dahulu. Tes ini

dilakuakan dengan memasukkan jarum miller ke dalam kavitas dan diteruskan

ke saluran akar sampai timbul rasa sakit. Bila tidak terasa sakit, lanjutkan

sampai panjang rata-rata gigi menurut Ingle, kemudian hentikan. Bila ujung

jarum miller belum menyampai apikal gigi namun sudah terasa sakit berarti

gigi masih vital, namun jika ujung jarum miller sudah mencapai apikal gigi

tidak terasa sakit berarti gigi sudah non vital.

C. Pemeriksaan Radiografis

a. Periapeks

Lesi periradikuler yang disebabkan oleh pulpa biasanya memiliki empat

karakteristik yaitu (1) hilangnya lamina dura di daerah apeks, (2) radiolusensi tetap

terlihat di apeks bagaimanapun sudut pengambilannya, (3) radiolusensi menyerupai suatu

hanging drop; dan (4) biasanya nekrosisnya pulpa telah jelas. Lesi radiolusen yang

terbentuk sempurna disebabkan oleh hasil dari suatu pulpa yang nekrosis. Suatu

radiolusensi yang cukup besar di daerah periapeks dengan gigi yang pulpanya vital

adalah bukan berasal dari lesi endodonsi melainkan struktur normal atau penyakit

nonendodonsi. Perubahan juga bisa berupa radioopak. Condensing osteitis adalah reaksi

yang jelas terhadap pulpa atau inflamasi periradikuler dan mengakibatkan peningkatan

dalam tulang medulla.

b. Pulpa

Hanya sedikit keadaan patologis khusus yang berkaitan dengan pulpitis

ireversibel terlihat secara radiografis. Suatu pulpa yang terinflamasi dengan aktivitas

dentinoklast dapat memperlihatkan pembesaran ruang pulpa yang berubah abnormal dan

merupakan tanda patologis dari resorpsi interna.kalsifikasi yang menyebar luas dalam

8

Page 9: LAPORAN KONSERVASI GIGI.docx

kamar pulpa menunjukkan adanya iritasi dengan derajat rendah yang sudah berjalan lama

(tidak harus suatu pulpitis ireversibel.) (Walton & Torabinejad, 1997 : 83-85

3.2. Diagnosa Kasus dalam Skenario

Berdasarkan kasus yang ada pada skenario, didapatkan:

Tes termis, tes kavitas dan tes jarum miller tidak terasa sakit. Gambaran

ronsen menunjukan ujung miller sampai apikal semua akar gigi.

Diagnosa sebagai nekrosis pulpa totalis.

Nekrosis pulpa adalah matinya pulpa baik sebagian atau keseluruhan yang

disebabkan karena adanya inflamasi kronis pada pulpa atau adanya trauma injuri.

Gejalanya biasanya tidak ada rasa sakit dan gigi yang berubah warna (diskolorisasi).

Terdapat dua jenis nekrosis pulpa, yaitu:

1. Nekrosis koagulasi

Pada tipe ini, bahan-bahan yang mengalami nekrosis akan mengalami koagulasi

dan memadat.

2. Nekrosis liquefaction

Pada tipe ini, bahan-bahan yang mengalami nekrosis pada pulpa diubah oleh

enzim proteolitik menjadi bentuk yang cair dan lunak. Pada akhir kematian pulpa,

biasanya terbentuk H2S, amoniak, bahan yang bersifat lemak dan beberapa gas

seperti Indol dan kadaverin. Inilah yang menyebabkan bau busuk yag biasanya

ditemui pada saat kematian pulpa.

Nekrosis pulpa dapat disebabkan karena banyak hal. Yang paling umum adalah

adanya karies yang sudah kronis, dimana pulpa sudah tidak bisa mempertahankan diri

lagi. Kemudian adanya trauma injuri yang menyebabkan hilangnya mahkota yang dapat

membuat pulpa mati dan gigi tidak vital juga bisa menjadi penyebabnya (Nisha Garg,

Amit Garg, Textbook Of Endodontics, 2007) .

Dari serangkaian tes yang dilakukan untuk mendiagnosa terjadonya nekrosis pulpa

didapat yaitu dengan pengamatan visual, terlihat warna gigi mulai berubah. Dari tes

9

Page 10: LAPORAN KONSERVASI GIGI.docx

vitalitas, gigi mungkin tidak menunjukkan respon terhadap tes dingin, perkusi, palpasi

dan electric pulp test (EPT). Ada gejala keluhan spontan saat anamnesis (biasanya pada

nekrosis pulpa parsialis) (Walton and Torabinejad, 2003)..

3.3 Rencana perawatan

Rencana perawatan yang tepat pada kasus di skenario adalah Endo intrakanal

dengan restorasi permanen onlay. Endo intrakanal adalah pengangkatan seluruh jaringan

pulpa yang sudah mati seluruhnya. Endo intrakanal merupakan perawatan untuk jaringan

pulpa yang telah mengalami kerusakan yang bersifat irreversibel atau untuk gigi dengan

kerusakan jaringan keras yang luas. Jika seluruh jaringan pulpa dan kotoran diangkat serta

saluran akar diisi dengan baik akan diperoleh hasil perawatan yang baik pula. Tahapan

perawatan endo intrakal sama dengan perawatan pulpektomi, perbedaan perawatannya adalah

pada pemakaian anastesi, pada perawatan endo intrakanal tidak memerlukan anastesi karena

gigi dalam kondisi non vital.

Indikasi endo intrakanal :

- Nekrosis pulpa totalis.

- Perawatan ulang.

- Kelainan periapikal

Kontraindikasi endo intrakanal :

- OH jelek

- Tidak mempunyai nilai estetik / fungsional

- Fraktur dengan arah vertikal

-Mengganggu pertumbuhan gigi tetangga

- Resorbsi interna / eksterna meliputi setengah akar

Langkah-langkah perawatan endo intrakanal :

1. Pembuatan foto Rontgen.Untuk mengetahui panjang dan jumlah saluran akar serta keadaan

jaringan sekitar gigi yang akan dirawat.

10

Page 11: LAPORAN KONSERVASI GIGI.docx

2. Daerah operasi diisolasi dengan rubber dam untuk menghindari kontaminasi bakteri dan

saliva.

3. Jaringan karies dibuang dengan bor fisur steril. Atap kamar pulpa dibuang dengan

menggunakan bor bundar steril kemudian diperluas dengan bor fisur steril.

4. Jaringan pulpa di kamar pulpa dibuang dengan menggunakan ekskavatar atau bor bundar

kecepatan rendah.

5. Kamar pulpa dibersihkan dari sisa-sisa jaringan pulpa yang telah terlepas kemudian

diirigasi dan dikeringkan dengan cotton pellet steril. Jaringan pulpa di saluran akar

dikeluarkan dengan menggunakan jarum ekstirpasi dan headstrom file.

6. Saluran akar diirigasi dengan akuades steril untuk menghilangkan kotoran dan darah

kemudian dikeringkan dengan menggunakan paper point steril yang telah dibasahi dengan

formokresol kemudian diaplikasikan ke dalam saluran akar selama 5 menit.

7. Saluran akar diisi dengan pasta mulai dari apeks hingga batas koronal dengan

menggunakan jarum lentulo.

8. Lakukan lagi foto rontgen untuk melihat ketepatan pengisian.

9. Kamar pulpa ditutup dengan semen, misalnya dengan semen seng oksida eugenol atau

seng fosfat.

10. Selanjutnya gigi di restorasi dengan restorasi permanen onlay.

3.4 Prognosis pada kasus di skenario

Prognosis adalah prediksi dari kemungkinan perawatan, durasi dan hasil akhir suatu penyakit berdasarkan pengetahuan umum dari pathogenesis dan kehadiran faktor risiko penyakit. Prognosis muncul setelah diagnosis dibuat dan sebelum rencana perawatan dilakukan. Faktor-faktor prognosis adalah karakteristik yang memprediksi hasil akhir suatu penyakit begitu penyakit itu muncul sedangkan faktor-faktor risiko adalah karakteristik individu yang membuatnya berisiko tinggi menderita suatu penyakit.

Berdasarkan kasus pada skenario, prognosis dikatakan baik karena:

a. pasien kooperatif

b. tidak ada kelainan sistemik

c. usia yang masih muda

d. tidak ada kegoyangan gigi

11

Page 12: LAPORAN KONSERVASI GIGI.docx

e. jaringan periodonsium baik

12

Page 13: LAPORAN KONSERVASI GIGI.docx

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Dari hasil pemeriksaan baik pemeriksaan subyektif , obyektif dan pemeriksaan radiografi

didapatkan hasil diagnosis pada gigi 47 pasien mengalami nekrosis pulpa totalis. Hal ini

dikarenakan:

a. tes termis: 0

b. tes kavitas: 0

c. tes jarum miller: 0

d. gambaran ronsen: ujung miller sampai ke apikal semua akar gigi

e. pasien tidak pernah merasa sakit

13

Page 14: LAPORAN KONSERVASI GIGI.docx

DAFTAR PUSTAKA

Bence, R. 1990. Buku Pedoman Endodontik Klinik, terjemahan Sundoro. Jakarta :Penerbit Universitas Indonesia.

14