Laporan Kkl Hortikultura 2014

77
LAPORAN KKL HORTIKULTURA BBPPTOOT & DESA PERTANIAN “AMANAH” Disusun oleh: Kelompok 3 Bhian Ananda J.R. K4312011 Haris Nurhuda K4312027 Karisma Ana Yasinta K4312033 Rani Purwati K4312053 Septi Amtiningsih K4312060 Setiasih Rizki W K4312062 Windi Rahmawati K4312075 PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Transcript of Laporan Kkl Hortikultura 2014

LAPORAN KKL HORTIKULTURABBPPTOOT & DESA PERTANIAN AMANAH

Disusun oleh:Kelompok 3Bhian Ananda J.R.K4312011Haris NurhudaK4312027Karisma Ana YasintaK4312033Rani PurwatiK4312053Septi AmtiningsihK4312060Setiasih Rizki WK4312062Windi RahmawatiK4312075

PENDIDIKAN BIOLOGIFAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKANUNIVERSITAS SEBELAS MARETSURAKARTA2014KATA PENGANTARAssalamualaikum Wr. Wb.Alhamdulillah puji dan syukur kepada Allah SWT yang telah melimpahkan karunia, rahmat serta hidayah-Nya. Sholawat dan salam penulis sampaikan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, keluarga dan sahabat-sahabat beliau sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan kegiatan kuliah kerja lapangan (KKL).Dalam penulisan laporan ini, penulis tidak akan berhasil dan selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan hati yang tulus penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Dr. Ir Yudi Rinanto selaku dosen pengampu mata kuliah Hortikultura, Ibu Murni Ramli, M.Ed, E.Dd., Ibu Dewi Puspita Sari, S.PD, MSc dan Ibu Umi Fatmawati, S.Pd, Msi sebagai pembimbing dalam kegiatan KKL Hortikultura, Asisten Dosen Hortikulruta, selueruh mahasiswa Hortkultura khususnya Pendidikan Biologi 2012 dan berbagai pihak yang telah membantu dalam penulisan laporan ini.Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karenanya dengan tangan terbuka dan hati lapang, penulis bersedia menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan ini. Akhirnya penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat dalam rangka memperluas wawasan dan cakrawala untuk berfikir bagi penulis dan juga bagi para pembaca lainnya.Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surakarta, 22 Desember 2014

DAFTAR ISIKATA PENGANTAR2DAFTAR ISI3BAB I PENDAHULUANLatar Belakang 4Tujuan 4Manfaat 4BAB II PEMBAHASANBalai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT)Kujungan di ruang Cinema 5Kunjungan Etalase Tanaman Obat B2P2TOOT8Tumbuhan Mahkota Dewa8Tumbuhan Daun Dewa20Gedung Pasca Panen 33Kegiatan di Laboratorium Terpadu41Desa Agrowisata Tanaman Sayur AMANAH 45BAB III PENUTUPSimpulan 49Saran 49DAFTAR PUSTAKA 50LAMPIRAN51

BAB IPENDAHULUANA. LATAR BELAKANGKunjungan mahasiswa pendidikan biologi 2012 dan beberapa mahasiswa angkatan 2011 yang mengambil mata kuliah hortkultura, dimaksudkan untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai tanaman obat dan budidaya tanaman sayur.Keterbatasan pembelajaran dikelas, melatarbelakangi dosen pengampu, Bapak Dr, Ir. Yudi Rinanto, M.Puntuk membawa kami berkunjung ke sebuah Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat.Selain pembelajaran mengenai tanaman obat, pembudidayaan tanaman sayur juga dirasa penting untuk dipelajari.Mendukung pembelajaran tersebut, kegiatan berupa kuliah kerja lapangan (KKL) perlu dilakukan untuk mengetahui kondisi lapangan sesungguhnya.Pentingnya keterkaitan antara pembelajaran teori dan lapangan menjadi dasar mengapa perlu diadakan kuliah kerja lapangan di desa Agrowisata tanaman sayur amanah di Desa Berjo, sego gunung.

B. TUJUAN1. Untuk menambah wawasan mahasiswa mengenai tanaman obat (meliputi pembibitan, penanaman, pemeliharaan panen, pembudidayaan, pembuatan obat herbal, penelitian serta kegiatan pengembangan obat-obatan herbal)2. Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa akan tanaman-tanaman berpotensi obat di Indonesia3. Untuk meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai budidaya tanaman sayurC. MANFAAT1. Menambah wawasan mahasiswa mengenai tanaman obat (meliputi pembibitan, penanaman, pemeliharaan panen, pembudidayaan, pembuatan obat herbal, dan penelitian serta kegiatan pengembangan obat-obatan herbal)2. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa akan tanaman-tanaman berpotensi obat di Indonesia3. Meningkatkan pengetahuan mahasiswa mengenai budidaya tanaman sayur.BAB IILAPORAN KEGIATANA. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT)1. Kujungan di ruang CinemaKegiatan KKL Hortikultura Pendidikan Biologi 2012 berawal dari B2P2TOOT Tawangmangu.Kelompok kami,yaitu kelompok 3 mengikuti setiap kegiatan KKL dari awal hingga akhir.Untuk kegiatan pertama yang dilakukan di B2P2TOOT adalah presentasi dari petugas B2P2TOOT di aula B2P2TOOT.Di ruangan ini dijelaskan sejarah dan kekayaan tanaman obat yang dimiliki B2P2TOOT,berikut penjelasannya :

B2P2TOOT bermula dari kebun koleksi Tanaman Obat (TO), dirintis oleh Romo Santoso sejak awal tahun kemerdekaan, menggambarkan semangat dari seorang anak bangsa Nusantara yang tekun dan sangat mencintai budaya pengobatan nenek moyang. Beliau mewariskan semangat dan kebun tersebut pada negara. Mulai April 1948, secara resmi Kebun Koleksi TO tersebut dikelola oleh pemerintah di bawah lembaga Eijkman dan diberi namaHortus Medicus Tawangmangu.TransformasiKeniscayan, evolusi sebagai suatu organisasi terjadi karena Kepmenkes No. 149 tahun 1978 pada tanggal 28 April 1978, yang mentransformasi kebun koleksi menjadi Balai Penelitian Tanaman Obat (BPTO) sebagai Unit Pelaksana Teknis di Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Departemen Kesehatan. Transformasi I sebagai lembaga Iptek memberikan nuansa dan semangat baru dalam mengelola tanaman obat (TO) dan potensi-potensi TO sebagai bahan JAMU untuk pencegahan, pemeliharaan dan peningkatan kesehatan rakyat.Evolusi organisasi berlanjut pada tahun 2006, dengan Permenkes No. 491 tahun 2006 tanggal 17 Juli 2006, BPTO bertransformasi menjadi Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT). Transformasi II tersebut memberikan amanah untuk melestarikan, membudidayakan, dan mengembangkan TOOT dalam mendukung pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang optimal.Era persaingan, globalisasi dan keterbukaan, mendorong manusia dan negara menggali, memanfaatkan, mengembangkan budaya kesehatan dan sumber daya lokal untuk pembangunan kesehatan. Ini berdampak pada Transformasi III B2P2TOOT, dengan Permenkes No. 003 tahun 2010 pada tanggal 4 Januari 2010 Tentang Saintifikasi JAMU, Penelitian Berbasis Pelayanan. Sejak tahun 2010, B2P2TOOT memprioritaskan pada Saintifikasi JAMU, dari hulu ke hilir, mulai dari riset etnofarmatologi tumbuhan obat dan JAMU, pelestarian, budidaya, pascapanen, riset praklinik, riset klinik, teknologi, menajemen bahan JAMU, penelitian iptek, pelayanan iptek, dan diseminasi s.d community empowerment.

(Perpustakaan B2P2TOOT)

B2P2TO-OTTawangmangumemiliki 1000 jenis koleksi tanaman obat dari berbagai wilayah dari seluruh Indonesia. Berikut ini adalah beberapa contoh dari tanaman obat beserta khasiatnya yang ada di sana :a. Sambiloto (Androgrophis paniculotoMess), berkhasiat sebagai obat demam.b. Sambung nyawa (Gynura procumbensBack) yang berguna untuk anti tumor yaitu pada bagian daunnya (folium).c. Buah merah (Pandanus conodaiusL.) yang berkhasiat untuk menambah stamina.d. Bunga kecing (Gomphrena globosaL,) yang berhasiat untuk menambah nafsu makan.e. Jeruk kates (Atalantia trimeraoliv) berkhasiat sebagai obat pening,f. Lidah buaya (Aloe veraL.) berkhasiat sebagai cosmetik.g. Sirih (Piper bettleL.) berkhasiat dalam mengatasi hidung berdarah.h. Jeruk nipis (Aurantifolia swingle) berkhasiat dalam penurun panas.i. Sente (Alocasia macrorrhizaShoot) berkhasiat sebagai expectorant.j. Krokot hias (Portalacea grandiflora) sebagai penyembuh panas dalam.k. Entong (Opuntia elatiorMill) berkhasiat sebagai obat bisul dan luka bakar.l. Kayu putih (Melaleuca leucadendroL.) berkhasiat sebagai obat masuk angin.2. Kunjungan Etalase Tanaman Obat B2P2TOOT1) Tumbuhan Mahkota DewaTumbuhan Mahkota Dewa memiliki pohon yang tingginya bisa mencapai 3 meter, dan sering kali tumbuhan ini di jadikan sebagai pohon teduh di pekarangan rumah, dan untuk orang tua dahulu buah dari pohon ini di jadikan obat yang sangat mujarab untuk berbagai penyakit.Buah Mahkota dewa di percaya berasal dari Papua atau Irian Jaya, dalam bahasa latin buah ini di kenal dengan nama Phaleria macrocarpa, Bentuk dari Buah Mahkota Dewa ini bulat, diameter 3-5 cm, permukaan licin, beralur, ketika muda warnanya hijau dan merah setalah masak. Daging buah berwarna putih, berserat dan berair.Biji bulat, keras, berwarna cokelat.Berakar tunggang dan berwarna kuning kecoklatan.Perbanyakan dengan cangkok dan bijinya.

Di Indonesia sendiri masyarakat indonesia biasa mengkonsumsibuah mahkota dewa dengan menyeduh dijadikan teh Mahkota dewa yaitu dari buah mahkota dewa yang telah mengalami proses pengeringan. Kandungan Mahkota DewaSebagian masyarakat telah mengetahui manfaat buah mahkota dewa, tetapi belum mengetahui kegunaan dari daunnya. Khasiat dari daun tumbuhan mahkota dewa dapat mengobati penyakit seperti: kanker, tumor, diabetes (kencing manis), pembengkakan prostad, asam urat, darah tinggi (hipertensi), reumatik, batu ginjal, hepatitis, dan penyakit jantung. (Harmanto, 2001).Dosis efektif yang aman dan bermanfaat belum diketahui secara tepat.Untuk obat yang diminum biasanya digunakan beberapa irisan buah kering (tanpa biji). Selama beberapa hari baru dosis ditingkatkan sedikit demi sedikit, sampai dirasakan manfaatnya. Untuk penyakit berat seperti kanker dan psoriaris, dosis pemakaian kadang harus lebih besar agar mendapat manfaat perbaikan.Efek samping yang timbul harus diperhatikan.(Dalimartha, 2004).

Kandungan Kimia dalam Tanaman Mahkota DewaMenurut Arjadi (2010), mahkota dewa kaya akan kandungan kimia. Adapun kandungan buah mahkota dewa terdiri dari alkaloid, flavonoid, polifenol, saponin. Senyawa flavonoid dalam usaha penyembuhan diabetes meningkatkan pengeluaran insulin yang dihasilkan oleh sel Pulau Langerhans Pankreas dengan cara merubah metabolisme Ca 2+ dan meregenerasi pulau Langerhans Pankreas terutama sel . Selanjutnya dijelaskan penurunan kadar glukosa darah akibat pemberian mahkota dewa dapat dijelaskan melalui dua mekanismeutama, yaitu secara intra pankreatik dan ekstra pankreatik. Mekanisme intra pankreatik bekerja dengan cara memperbaiki (regenerasi) sel pankreas yang rusak dan melindungi sel dari kerusakan serta merangsang pelepasan insulin dengansenyawa aktif alkaloid dan flavonoid. Mekanisme ekstra pankreatik berlangsung berbagai mekanisme. alkaloid terbukti mempunyai kemampuan regenerasi dimana ekstrak alkaloid terbukti secara nyata mempunyai kemampuan regenerasi sel pankreas yang rusak. Peningkatan sekresi insulin diakibatkan oleh adanya efek perangsangan saraf simpatis (simpatomimetik) dari alkaloid yang berefek pada meningkatnya sekresi insulin. Flavonoid mempunyai sifat sebagai antioksidan sehingga dapat melindungi kerusakan sel-sel pankreas dari radikal bebas (Arjadi, 2010).1) Senyawa Flavonoid Menurut Arjadi (2010), pada daging buah mahkota dewa terdapat senyawa flavonoid, saponin dan alkaloid. Senyawa kimia aktif yang diduga mempunyai efek hipoglikemik mirip insulin adalah flavonoid. Salah satu zat flavonoid dengan efek hipoglikemik adalah quercetin dapat meningkatkan pengeluaran insulin dari sel pulau Langerhans melalui perubahan metabolisme Ca2+. Flavonoid yang terkandung dalam daging buah mahkota dewa mempunyai kemampuan merangsang pengeluaran insulin atau mempunyai senyawa mirip insulin yang dapat diekstraksi. Diduga flavonoid yang terdapat pada daging buah mahkota dewa dapat menyebabkan regenerasi sel pulau Langerhans, meregenerasi sel , merangsang pengeluaran insulin dan atau sebagai senyawa mirip insulin. Flavonoids dengan aksi merangsang pengeluaran insulin dan atau sebagai komponen mirip insulin, seperti quercetin, akan menginduksi hepatik glucokinase dan hasilnya menciptakan efek hipoglikemik.2) Senyawa Saponin Menurut Suparjo (2002), istilah fitokimia biasanya digunakan untuk menunjukkan senyawa yang terdapat pada tanaman yangtidak dibutuhkan untuk fungsi normal tubuh tetapi mempunyai pengaruh terhadap kesehatan atau peran aktif melawan penyakit. Salah satu senyawa kimia yang dihasilkan tanaman adalah saponin.Saponin merupakaan senyawa glikosida kompleks dengan berat molekul tinggi yang dihasilkan terutama oleh tanaman, hewan laut tingkat rendah dan beberapa bakteri. Istilah saponin diturunkan dari bahasa Latin Sapo yang berarti sabun, diambil dari kata Saponaria vaccaria, suatu tanaman yang mengandung saponin digunakan sebagai sabun untuk mencuci. Saponin larut dalam air tetapi tidak larut dalam eter. Saponin mengandung gugus gula terutama glukosa, galaktosa, xylosa, rhamnosa atau methilpentosa yang berikatan dengan suatu aglikon hidrofobik (sapogenin) berupa triterpenoid, steroid atau steroid alkaloid. Aglikon dapat mengandung satu atau lebih ikatan C-C tak jenuh. Rantai oligosakarida umumnya terikat pada posisi C3 (monodesmosidic), tetapi beberapa saponin mempunyai gugus gula tambahan pada C26 atau C28 (bidesmosidic). Struktur saponin yang sangat kompleks terjadi akibat bervariasinya struktur aglikon, sifat dasar rantai dan posisi penempelan gugus gula pada aglikon. Saponin dapat menurunkan kolesterol, mempunyai sifat sebagai antioksidan, antivirus dan anti karsinogenik (Suparjo, 2002). Senyawa saponin yang dapat membantu mengurangi kadar glukosa darah di tubuh karena dapat membentuk suatu lapisan membran pada permukaan usus halus sehingga dapat menghambat absorbsi glukosa (Mills, 2000).3) Senyawa Alkaloid Menurut Lenny (2006), alkaloid adalah golongan senyawa organik yang terbanyak ditemukan dialam. Hampir seluruh senyawa alkaloid berasal dari tumbuh-tumbuhan dan tersebar luar dalam berbagai jenis tumbuhan. Semua alkaloid mengandung paling sedikit satu atom nitrogen yang biasanya bersifat basa dan dalam sebagian atom nitrogen ini merupakan bagian dari cincin heterosiklik. Hampir semua alkaloid yang ditemukan dialam mempunyai keaktifan biologis tertentu, ada yang sangat beracun dan adapula yang sangat berguna bagi pengobatan. Misalnya kuinin, morfin dan stiknin adalah alkaloid yang terkenal mempunyai efek sifiologis dan psikologis. Alkaloid dapat ditemukan dalam berbagai bagian tumbuhan seperti biji, daun, ranting dan kulit batang. Alkaloid umumnya ditemukan dalam kadar yang kecil dan harus dipisahkan dari campuran senyawa yang rumit yang berasal dari jaringan tumbuhan (Lenny, 2006).

Klasifikasi Mahkota Dewa

Para ahli tanaman menbagi klasifikasi mahkota dewa ke dalam 1200 spesies yangdisinyalir persebaran tumbuhnya tersebar ke 67 negara di dunia.Jika kita memandangtanamanmahkota dewa dari kerangka ilmu biologi, maka klasifikasi mahkota dewa dari mulau kingdom sampai spesies bisa dijabarkan sebagai berikut :Kingdom: Plantae (Tumbuhan)Divisi: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)Kelas: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)Ordo: MyrtalesFamili: ThymelaeaceaeGenus: PhaleriaSpesies: Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl.Berdasarkan klasifikasi mahkota dewa dalam ilmu biologi, kita bisa menggolongkantanamanini sebagai tumbuhan dengan bunga dan juga biji. Bentuknya layaknya pohon yang tumbuh ke atas (tidak merambat) dan memiliki usia yang tergolong panjang atau parenial. Adapun tinggi maksimal mahkota dewa adalah 1 hingga 2,5 meter. Batang pohonnya berkayu, silindris, berwarna coklat dengan permukaan cenderung kasar dan dilengkapi dengan sistem percabangan yang miring ke atas.Akar tanaman mahkota dewa bersifat tunggang sedangkan daunnya bersifat tunggal. Bentuk daun ini agak menjorong dengan panjang 7 sampai 10 cm dan lebar 2 sampai 2,5 cm. Warnanyahijautua dan tersusun secara folia oposita atau berhadapan. Bentuk biji bulat dan pada usia muda berwarna hijau saat matang berwarna merah terang. Buah tersusun atas serat dan air dan memiliki biji.Pohon mahkota dewa termasuk anggota family thymelaecae sosoknya berupa pohon perdu, tajuk pohon bercabang cabang ketinggianya sekitar 1,5 2,5 meter. Namun, jika dibiarkan, bisa mencapai 5 meter. Umur mahkota dewa bias mencapai puluhan tahun, tingkat produktifitasnya mampu dipertahankan sampai usia 10 20 tahun. Pohon mahkota dewa terdiri dari akar, batang, daun, bunga,dan buah. Akarnya berupa akar tunggang panjang akarnya bisa mencapai 100 cm, akar ini belum terbukti bisa digunakan dalam pengobatan.( Harmanto, 2001)Batang mahkota dewa terdiri dari kulit dan kayu, kulitnya berwana coklat kehijauan sementara kayunya berwarna putih.Batangnya ini bergetah diameternya mencapai 15 cm. percabangan batang cukup banyak.Batang ini secara empiris terbukti bisa mengobati penyakit kanker tulang.( Harmanto, 2001)Daun mahkota dewa merupakan daun tunggal, bentuknya lonjong langsing memanjang berujung lancip sekilas menyerupai bentuk daun jambu air, tetapi lebih langsing dan teksturnya pun lebih liat.Warnanya hijau, daun tua berwarna lebih gelap dari pada daun muda, permukaannya licin dan tidak berbulu.Panjangnya bisa mencapai 7 10 cm dengan lebar 3 5 cm. Daun mahkota dewa termasuk bagian pohon yang paling sering dipakai untuk pengobatan. Pemanfaatanya dilakukan dengan cara merebusnya. Penyakit yang dapat disembuhkan antara lain ; lemah syahwat, disentri, alergi, dan tumor. ( Harmanto, 2001)Bunga mahkota dewa merupakan bunga majemuk yang tersusun dalam kelompok 2 4 bunga. Pertumbuhanya menyebar di batang atau ketiak daun, warnanya putih, bentuknya seperti terompet kecil, baunya harum, ukuranya kira kira sebesar bunga pohon cengkeh. Bunga ini keluar sepanjang tahun atau tak kenal musim, tetapi paling banyak muncul pada musim hujan.Bunga mahkota dewa belum terbukti dapat digunakan untuk pengobatan.( Harmanto, 2001)Buah mahkota dewa merupakan ciri khas pohon mahkota dewa.Bentukya bulat, ukuranya bervariasi, dari sebesar bola pimpong sampai sebesar apel merah.Penampilan buah mahkota dewa memang tampak merangsang selera untuk memakanya namun hati hati memakanya karena harus bersiap siap untuk setidaknya merasakan mabuk atau pusing.Buah ini mampu tumbuh dengan lebat dan terdiri dari kulit, daging, cangkang dan biji. Pemanfaatan kulit dan daging buah ini antara lain mampu mengobati flu, rematik, sampai kanker rahim stadium akhir. Kulit dan daging buah juga termasuk bagian yang paling sering digunakan untuk pengobatan.( Harmanto, 2001)Tumbuhan mahkota dewa banyak digunakan sebagai obat tradisional, baik secara tunggal maupun dicampur dengan obat-obatan tradisional lainya. Hal ini disebabkan karena tumbuhan mahkota dewa mengandung senyawa-senyawa alkaloid, saponin, flavonoid, resin, tannin dan sebagainya yang berkhasiat untuk Anti Histamin, Antioksidan, Obat Asam Urat, liver, rematik, kencing manis, ginjal, tekanan darah tinggi sampai kanker.Menurut Gotama, dkk (1999) didalam kulit buah mahkota dewa terkandung senyawa alkaloid, saponin dan flavanoid sementara dalam daunnya terkandung alkaloid, saponin serta polifenol. Mennurut Harrmato (2001) buah mahkota mengandung alkaloid, saponin serta polifenol dan ekstrak daunnya memberikan efek antihistamin (Siswono 2001). Daging buah mahkota dewa mempunyai efek hipoglikemik ( dapat menurunkan kadar gula dalam darah). Berdasarkan hasil penelitian dapat ditunjukkan bahwa daging buah mahkota dewa menghasilkan efek antihipoglikemik dengan dosis 241.35 mg/kg berat badan (primsa 2002).Menurut Sumastuti (2002) daun serta buah mahkota dewa mengandung saponin dan flavonoid yang mempunyai efek antihistamin secara invitro dan metode magnus yang dimodifikasi pada berbagai ekstrak daun muda, buah tua mahkota dewa mampu menurunkan kontraksi histamin murni pada ileum marmot terisolasi. Mahkota dewa juga memberikan efek terhadap uterus, efek sitosik pada sel kanker rahim, efek hipoglikemik, hepatoprotektor, antiinflamasi, histopatologik pada hati, ginjal, lambung, ovarium, uterus, pancreas, serta antibakteri.Dengan alasan bahwa buah mahkota dewa sering digunakan masyarakat untuk mengatasi eksem, gatal-gatal, penyakit kulit yang diperkirakan dengan adanya alergi maka sumastuti melakukan uji efek antihistamin ekstrak air daun dan buah mahkota dewa pada ileum marmot terpisah. Efek antihistamin dibandingkan dengan difenhidramin HCl. Pemberian 0.5 ml ekstrak daun dan buah mahkota dewa dengan konsentrasi 6.25; 12.5; 25; 50 dan 100% dapat mengurangi kontraksi ileum marmot terpisah akibat pemberian histamine. (Sumastuti, 2002 dalam Widowati, 2005).(Menurut widowati, 2004 dalam Harmanto, 2001) Penelitian praklinis telah dilakukan pada hewan berupa uji toksisitas BSLT, toksisitas akut oral, dan uji toksisitas khusus teratogenik.Guna mendukung khasiat farmakologinya, telah dilakukan uji bioassay terhadap kanker, uji hepatoprotektif, uji antioksidan, uji antidiabetes, uji antihiperurisemia, dan uji antihistamin. Cara Pembuatan Jamu dari Mahkota Dewa1. Ramuan Obat Mahkota Dewa Untuk Kangker:( Resep 1)Untuk mencegah kanker payudara atau kanker rahim, cukup gunakan satu sendok makan ramuan obat mahkota dewa yang diseduh dengan segelas air minum.Minum sehari dua kali, pagi dan sore hari.Sedangkan untuk penyembuhan kanker Anda harus menambahkan ramuan campuran mahkota dewa dan kunyit putih. Cara membuat ramuan obat tradisional mahkota dewa dan kunyit putih adalah dengan merebus satu sendok teh mahkota dewa dalam tiga gelas air hingga airnya tinggal setengahnya, lalu tambahkan satu sendok teh kunyit putih. Ramuan ini diminum tiga kali sehari.Untuk penyakit yang sangat serius dosis ini dibuat dua kali lipat atau sampai satu sendok makan.2. Ramuan Obat Mahkota Dewa Untuk Kanker: (Resep 2)Siapkan Bahan: Daging buah mahkota dewa kering sebanyak 5 gram, Umbi kunyit putih sebanyak 15 gram, Sambiloto kering : 10 gram, Daun dewa sebanyak 15 gram. Cara membuat ramuan obat mahkota dewa adalah: Semua bahan dicuci bersih lalu direbus dengan 5 gelas air. setelah air tersisa 3 gelas lalu di saring. Minum ramuan obat ini 3 kali sehari satu gelas.3. Ramuan Obat Mahkota Dewa Untuk DiabetesSiapkan daging buah mahkota dewa kering 5 7 iris, Daun sambiloto kering 7 lembar, Daun mimba 3 lembar, Daun sendok 7 lembar. Cara membuat ramuan obat, semua bahan diatas dicuci bersih lalu direbus dengan 3 gelas air, tunggu hingga menjadi 1 1/2 gelas, lalu saring dan minum ramuan obat ini 3 kali sehari setengah gelas.4. Ramuan Obat Mahkota Dewa Untuk Rematik Dan Asam UratCampurkan 5 gram daging serta buah mahkota dewa dengan 15 gram akar sidaguri, 10 gram sambiloto kering, kemudian cuci bersih semua bahan. Rebus bahan dalam 5 gelas air, kemudian biarkan rebusan hingga air tersisa 3 gelas. Untuk menjernihkan, saring air rebusan dan tunggu sampai dingin dan minum 3 kali sehari masing-masing 1 gelas. Sebaiknya ramuan diminum 1 jam sebelum makan.5. Ramuan Obat Mahkota Dewa Untuk Pengobatan HepatitisCampurkan 5 gram daging buah mahkota dewa kering dengan 15 gram pegagan, 10 gram sambiloto kering dan 15 gram daun dewa kemudian cuci bersih semua bahan tersebut. Rebus bahan dalam 5 gelas air, biarkan rebusan hingga air tersisa 3 gelas. Untuk menjernihkan, saring air rebusan, tunggu sampai dingin dan minum 3 kali sehari masing-masing 1 gelas. Pembudidayaan Tanaman Mahkota Dewa1. Penanaman Tanaman Mahkota Dewa Vegetatif Dan GeneratifTanaman mahkota Dewa merupakan tanaman perdu dan merupakan tumbuhan yang bisa berkembang subur di dataran rendah dan dataran dengan ketinggian maksimal 1200 meter dari dasar laut.Oleh sebab itu, pastikan terlebih dahulu tempatuntuk menanam tanaman mahkotadewa berada pada kualifikasi tersebut.Pada dasarnya budidaya tanaman mahkota dewa sangat mudah. Bisa dengan cara vegetatif maupun generatif. Dengan cara generatif, artinya budidaya mahkota dewa memanfaatkan bibit berupa biji buah mahkota dewa itu sendiri. Sedangkan dengan cara vegetatif, artinya dengan cara mencangkok bagian pohon mahkota dewa. Secara umum, yang paling banyak digunakan adalah cara yang pertama yakni melalui bibit biji. Namun mengingat cangkokan lebih cepat berbuah, tak jarang juga yang memilih cara vegetatif. Medium tanam mahkota dewa bisa di pot maupun ditanam secara langsung di tanah.Namun, pilihan terbaik mungkin ditanam langsung mengingat akarnya yang tunggang. Memilih BibitJika memilih cara vegetatif, maka langkahnya cukup sederhana. Memilih pohon yang hendak dicangkok.Dalam memilih pohon, perlu diperhatikan tempilan pohon, intensitasnya dalam berbuah dan hal lainnya. Sama halnya jika memilih dengan cara generatif, bibit penting untuk diseleksi. Sebab bibit yang baik pasti akan memberikan hasil yang juga baik. Mengingat tamanan mahkota dewa tidak memiliki siklus musim dalam berbuah, maka bibit terbaik adalah tanaman yang berbuah lebih produktif dan memiliki kualitas buah yang lebih baik.

2. Perawatan Tanaman Mahkota Dewa Pengolahan Tanah, Penanaman, PemupukanSetelah bibit tersedia, hal lain yang penting diperhatikan adalah pengolahan medium tanam. Sebelum menanam bibit, perhatikan kesuburan tanah. Ada baiknya digemburkan terlebih dahulu dengan cara diberi pupuk dasar. Selain tanah, lubang tanam juga penting untuk diperhatikan jika Anda memilih cara generatif. Penting untuk membiarkan lubang tanam terbuka selama seminggu agar terkena udara luar dan terpapar sinar matahari.Setelah bibit dan medium tanam telah siap, selanjutnya adalah langkah penanaman.Sebenarnya, hal yang paling menguntungkan dari budidaya mahkota dewa adalah tidak adanya siklus musim baik itu tanam maupun berbuah.Jadi tidak ada waktu khusus jika ingin menanam mahkota dewa. Setelah proses penanaman, yang perlu Anda perhatikan selanjutnya adalah pemeliharaan berupa pemupukan, penyiraman, dan penyiangan dari gulma dan juga pembasmian hama. Penyiraman,Pemupukan, PenyianganDalam budidaya mahkota dewa, penting untuk memperhatikan perawatan seperti pemupukan.Pada dasarnya, pupuk yang dianjurkan adalah pupuk organik berbahan alami. Anorganik tidak dianjurkan sebab residu kimianya akan mempengaruhi buah padahal buah mahkota dewa merupakan bahan obat herbal. Tentu kandungan kimia akan mempengaruhi kualitas pengobatan. Hal lain yang penting adalah proses penyiraman. Selama hidupnya, tanaman mahkota dewa digolongkan sebagai tanaman yang konsumsi airnya cukup tinggi.

3. Panen Langkah terakhir dalam proses budidaya mahkota dewa adalah masa panen. Buah mahkota dewa yang siap panen berwarna merah terang dan memiliki bau manis layaknya gula pasir. Setelah dipetik, untuk meningkatkan nilai jual, ada beberapa proses yang dapat dilakukan seperti penyortiran, pencucian, pemotongan daging buah, pengeringan dan lain-lain. Namun, dalam kondisi tertentu juga bisa dijual buah mahkota dewa dalam keadaan segar.

4. Hama yang biasa menyerang dan cara mengatasiUntuk penanaman tanaman mahkota dewa, penting juga untuk memperhatikan masalah hama juga gulma. Lakukan proses penyiangan secara frekuentif untuk melawan gulma sepanjang tahun. Sedangkan untuk hama, umumnya yang sering menyerang mahkota dewa adalah belalang, ulat buah, dan juga kutu putih. Cara mengatasi hal tersebut adalah dengan menggunakan pestisida organik untuk mengusir hama tersebut.

5. Distribusi hasil panen? (buat jamunya dimana? Kalo ada pabrik yang memproduksi pabrik apa?Pendistribusian hasil panen tanaman mahkota dewa, yaitu pembuatan jamu dapat dilakukan dipabrik-pabrik jamu atau diolah oleh industri-industri rumah tangga yang memproduksi obat-obat herbal.Berikut merupakan beberapa pabrik jamu herbal yang memproduksi olahan tanaman mahkota dewa ;

3

2. Daun Dewa1. Tumbuhan Daun DewaDi Indonesia, sambung nyawa dikenal dengan beberapa nama daerah, seperti daun dewa, tanaman sambung nyawa, beluntas cina (Heyne, 1987), dan ngokilo (Soemarmo, 1983). Tanaman ini merupakan anggota famili Asteraceae/Compositae dengan nama spesies Gynura procumbens (Lour) Merr

Gambar. Daun dewa (Gynura procumbens)Daun dewa [Gynura procumbens(Lour) Merr.] merupakan salah satu tanaman obat dari familia Compositae yang potensial untuk dikembangkan. Tanaman daun dewa merupakan salah satu tanaman obat yang digolongkan sebagai herba. Tanaman daun dewa adalah tanaman asli dari Birma dan Cina, di sana biasanya dimakan sebagai sayuran sehat yang mengandung banayk serat (Heyne dalam Samkhatin Khaniyah). Daun Dewa (Gynura segetum (Lour.) Merr.)biasa ditemukan di pekarangan rumah sebagai tanaman obat. Bagian tanaman yang bisa digunakan untuk pengobatan adalah seluruh tanaman, dari mulai akar hingga daun. Para nenek moyang kita sering menggunakan daun dewa untuk mengobati berbagai penyakit seperti luka terpukul, pendarahan, batuk darah, muntah darah, mimisan, infeksi kerongkongan, tidak datang haid, digigit binatang berbisa, pembekuan darah, tulang patah dan pendarahan setelah melahirkan.Perlu diketahui bahwa daun dewa ini berbeda dengan daun dari tanaman mahkota dewa.Meskipun keduanya sama-sama digunakan untuk pengobatan tradisional. Kandungan Daun DewaBerikut ini beberapa khasiat daun dewa untuk mengobati berbagai macam penyakit serta cara penggunaannya:1. Digigit ular, serangga, dan binatang berbisa lainnyaUmbi dilumatkan kemudian ditempelkan pada bagian tubuh yang terkena gigitan binatang.2. Mengobati kutilAmbil 5 lembar daun dewa dihaluskan, dan dilumurkan pada tempat tumbuhnya kutil, kemudian dibalut.Dilepas keesokan harinya dan diganti dengan ramuan yang baru.3. Tidak datang haidBagi para wanita yang mengalami tidak datang haid atau terlambat haid bisa mengobatinya dengan daun dewa.Caranya, 15-30 gram herba daun dewa direbus atau ditumbuk, diambil airnya, campur dengan arak yang sudah dipanaskan, lalu minum.4. Perdarahan pada wanita, pembengkakan payudara, batuk dan muntah darahAmbil 1 (satu) batang lengkap tanaman daun dewa (kurang lebih 15 gram) lalu direbus, dan air rebusannya diminum.5. Kejang pada anakBagi para orang tua, jika anak Anda mengalami kejang, segera ambil 1 batang daun dewa, lalu ditumbuk dan ambil airnya, dicampur arak, minumkan pada anak.6. Luka terpukul, masuk anginAmbil 6-9 gram umbi segar ditambah arak kuning (wong ciu) secukupnya, kemudian dipanaskan, minum.Menurut Subianto dalam Mudjahid (1998) daun dewa dapat dimanfaatkan sebagai obat anti kanker (kanker rahim, kanker payudara, maupun kanker darah). Selain itu daun dewa juga berguna untuk menurunkan kadar kolesterol darah, mengobati diabetes, tumor, dan sebagai obat anti kanker (Mujahid dalam Samkhatin Khaniyah).Khasiat daun dewa sebagai obat anti kanker dimungkinkan karena adanya senyawa sitotoksik yaitu senyawa flavonoid (Sudarto, 1990). Senyawa flavonoid merupakan salah satu produk dari proses metabolit sekunder tanaman. Metabolit sekunder adalah senyawa kimia yang dihasilkan suatu sel atau organ suatu organisme tetapi tidak dimanfaatkan secara langsung sebagai sumber energi sel atau organ yang membuatnya. Menurut Kyte dan Kleyn (1996) metabolit sekunder dapat diproduksi secara in vitromelalui kultur kalus.Tanaman sambung nyawa mengandung flavonoid, sterol tak jenuh, triterpenoid, polifenol, tanin, saponin, steroid, asam klorogenat, asam kafeat, asam vanilat, asam para kumarat, asam para hidroksi benzoat, dan minyak atsiri. Lebih spesifik lagi, dari hasil uji isolasi flavonoid dilaporkan keberadaan 2 macam senyawa flavonoid, yaitu kaemferol (suatu flavonol), flavonol, dan auron. Diduga juga keberadaan isoflavon dengan gugus hidroksil pada posisi 6 atau 7, 8 (cincin A) tanpa gugus hidroksil pada cincin B (Sugiyanto dalam Wiwik, 2007).

Secara in vivo, flavonoid yang terabsorbsi akan aktif menghambat radikalbebas yang diakibatkan oleh sitotoksisitas oleh peroksidasi lemak (Yuting dalam Wiwik, 2007). Secara in vitro, flavonoid menghambat peroksidasi lemak, pada tahap inisiasi berperan sebagai pengikat anion superoksida dan radikal hidroksil. Reaksi radikal selanjutnya diakhiri oleh flavonoid dengan mendonorkan atom hidrogen pada radikal peroksida membentuk radikal flavonoid sekaligusmengakhiri rantai reaksi. Flavonoid juga dapat menghambat superoksidasi fenton, yaitu sumber penting radikalO2 aktif (Afanas dalam Wiwik, 2007). Flavonoid telah dilaporkan dapat mengkelat ion besi (Fe++) dan membentuk kompleks inert/lambat yang tidak dapat menginisiasi lipid peroxidation (Middleton et al., 2000). Hasil penelitian Szymusiak and Zielinski (2000) dalam Wiwik (2007), flavonoid jenis quercetin dapat mengkelat logam dengan kation divalen, di antaranya Mg 2+, Fe2+, Ni2+, dan Cu2+.

Pengolahan obat yang berasal dari daun dewa, bisa dengan daun segar yang disajikan langsung ataupun dalam bentuk ekstrak, yaitu daun disterilkan dan dikeringkan. Setelah benar-benar kering, daun digiling hingga menjadi tepung atau simplisia.Kemudian tepung disaring agar halus rata, lalu siap dimasukkan dalam kapsul.Menurut Setiawan Dalimartha, bahwa bukan hanya daunnya yang bermanfaat, juga umbinya dapat menghilangkan pembekuan darah di pembuluh darah, sehingga memungkinkan sebagai obat stroke dan jantung koroner. Selain itu umbinya berkhasiat untuk mengatasi bengkak karena memar, tulang patah, perdarahan sehabis melahirkan, dan sakit jantung.

Klasifikasi Daun DewaMenurut van Steenis (1947) dan Backer and van den Brink (1965), klasifikasi dari G. Procumbens(Lour) Merr.adalah, sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Class : Dicotyledoneae Ordo : Asterales (Campanulatae) Familia : Asteraceae Genus : GynuraSpecies : Gynura procumbens (Lour) Merr.Tanaman sambung nyawa diduga berasal dari Myanmar dan tersebar sampai Cina serta Asia Tenggara (Jawa, Kalimantan, dan Filipina) (Sudarto, 1990). Di Jawa banyak ditemukan pada ketinggian 1-1200 m dpl, terutama tumbuh dengan baik pada ketinggian 500 m dpl, banyak tumbuh di selokan, semak belukar, hutan terang, dan padang rumput (Backer and van den Brink, 1965).Berikut adalah deskripsi morfologi dari tanaman daun dewa (van Steenis et al., 1975; Backer and van Den Brink, 1965): Sambung nyawa berupa tanaman perdu tegak jika masih muda, dan merambat jika sudah cukup tua, berperawakan herba berdaging. Batang pendek dan lunak, tumbuh tegak dengan tinggi 30 45 cmberbentuk segiempat segilimaberuas-ruas berwarna hijau dengan bercak ungu, penampang lonjong, berambut halus Daunnya berupa daun tunggal berbentuk ellips memanjang, tersebarmengelilingi batang, tepi daun bertoreh, ujung lancip,pangkal meruncing, berambut halus, panjang tangkai 0,5-3,5 cm, helaian daun 3,5-12,5 cm dengan bagian atas berwarna hijau muda mengkilat, tulang daun menyirip dan menonjol pada permukaan daun bagian bawah, dan lebar daunnya 1-5,5 cm, panjang daun sekitar 20 cm dan lebar 10 cm. Susunan bunga majemukyang tumbuh di ujung batang,bentuk bongkol, cawan berwarna orange-kuning, mahkota bertipe tabung berwarna hijau/jingga, benang sari berbentuk jarum berwarna kuning dengan kepala sari berlekatan menjadi satu, dan brachtea involucralis berbentuk garis berujung runcing/tumpul. Buah berbentuk jaring, berwarna coklat, dan berkarpopodium pada bagian basalnya. Biji, berbentuk jarum, panjang sekitar 0,5 cm, berwarna cokelat Akar, merupakan akar serabut, berwarna kuning muda membentuk umbi sebagai tempat cadangan makanan

Pembudidayaan Tanaman Mahkota DewaSyarat tumbuh tanaman daun dewa1. Lokasi tumbuhDaun dewa dapat tumbuh dengan baik di dataran rendah sampai ketinggian 1.200 m dpl (dari permukaan laut).Tanaman tersebut tumbuh di daerah beriklim sedang sampai basah dengan curah hujan 1.500-3.500 mm / tahuan dengan tanah yang agak lembab-subur.Tanaman ini sangat ideal dibudidayakan di saerah dengan suhu udara 25-32oC.Kelembaban yang dibut uhkan 70-90% dengan penyinaran agak tinggi (Winarto, 2003).Di dataran tinggi, tanaman ini dapat mengeluarkan bunga yang berwarna oranye, sedangkan di dataran rendah jarang berbunga. Di pulau Jawa, tanaman daun dewa banyak ditanama pada ketinggian antara 500-700 m dpl (Priadi dalam Fatma, 2011)2. Kedaan iklimTanaman ini menyukai daerah yang tidak terlalu terbuka, paling tidak memiliki naungan lebih kurang 25% sehingga dapat ditumpangsarikan bersama tanaman lain yang diperkirakan tidak mengganggu pertumbuhannya. Namun, dari beberapa penelitian, pada areal yang terbuka tanaman ini menunjukkan hasil yang baik.3. Keadaan tanahHampir semua jenid tanah untuk pertanian cocok bagi budidaya tanaman daun dewa. Namun, tanaman daun dewa idealnya ditanam pada lahan yang gembur dan subur, banyak mengandung bahan organik (humus), dan memiliki kondisi pH 6-7. Tanah yang cenderung liat sebaiknya dihindari karena akan menghambat pertumbuhan tanaman dan umbi. Jenis tanah regosol andosol sangat cocok untuk budidaya tanaman daun dewa. Tanaman saun dewa memerlukan intensitas sinar matahari yang cukup, demikian juga sirkulasi udara dan drainase harus baik. Terjadinya genangan air (becek) harus dihindari karen akan menyebabkan gangguan pada proses metabolisme (fisiologis) pertumbuhan tanaman daun dewa. Sebaiknya, di tanah yang terlalu kering (kekurangan air), pertumbuhan tanaman akan terhambat sehingga tanaman kerdil dan merana (Priadi dalam Fatma, 2011).

Teknik budidaya tanaman daun dewa1. Persiapan lahanTanaman daun dewa sangat opeka terhadap genangan air. Bila lama tergenang, akibatnya akan terjadi pembusukan akar dan umbi. Untuk menghindari keadaan tanah olah yang siap tanah baik secara fisik, kemis maupun biologis, sehingga tanamanyang dibudidayakan tumbuh dengan baik. Pengolahan tanah terutama akan memperbaiki secara fisis, perbaikan kemis dan biologis terjadi secara tidak langsung (Anonim dalam Fatma, 2011).Pengolahan tanah sebagai setiap manipulsi mekanik terhadap tanah diperlukan untuk menciptakan keadaan tanah yang baik bgi pertumbuhan tanaman. Tujuan pengolahan tanaha adalah untuk menyiapkan tempat persemaian, tempat tanam, menciptakan daerah perakaran yang baik, membenamkan sisa tanaman, danmemberantas gulma. Mengolah tanah adlaah untuk menciptakan sifat olah yang baik, dan sifat ini mencerminkan keadaan fisik tanah yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman (Arsjad dalam Fatma, 2011).2. Persiapan bahan tanamanPerbanyakan tanaman daun dewa dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu setek batang, tunas akar (umbi), dan langsung menebarkan umbinya. Bahan untuk bibit diambil dari tanaman yang memiliki pertumbuhan baik dan subur, serta tidak terserang penyakit (Priadi dalam Fatma, 2011).Perbanyakan dengan stek batang biasanya kurang memuaskan. Tanaman cenderung kerdi; dan kurus, pertumbuhan daun terhambat dan jumlahnya lebih sedikit bila dibandingkan dengan tanaman hasil perbanyakan mata tunas dari umbi (Anonim dalam Fatma, 2011).3. PenanamanPenanaman yang paling cocok adalah pada akhir musim hujan, terutama did aerah-daerah yang memiliki kelembapapan tinggi dan air tanah cukup memadai. Penanaman dilakukan dengan memilih bibit yang memiliki pertumbuhan baik dari tempat persemaian, yaitu stelah berumur sekitar satu bulan. Jika akan menggunakan umbi secara langsung, dipilih umbi yang memiliki kemampuan baik dan segar. Bibit-bibit tersebut ditanam pada lubang tanam yang telah disediakan. Setiap lubang tanam cukup dinamai dengan satu batang setek atau umbi (Priadi dalam Fatma, 2011).Penanaman bibit daun dewa perlu juga memperhatikan saat waktu penanaman, yakni pada pagi atau sore hari. Pada saat penanaman, bibit daun ewa dibenamkan kira-kira sampai batas helai daun paling bawah. Kedalaman tanam sekitar 6-8 cm. Lalu tutup dengan tanah sebelah kanan dan kiri lubang tanam, daun dewa yang ditanam terlalu dalam akan mengalami tertumbuhan lambat danhasil yang rendah. Namun, bila ditanam terlalu dangkal akan berpengaruh pada batang yang mudah roboh (Winarto dalam Fatma, 2011).4. Pemeliharaan tanamana. PemupukanPemupuka yang tepat akan meningkatkan jumlah daun, cabang, dan bobot umbi. Sebagai pupuk dasar dapat digunakan pupupk kandang atau pupuk kompos dengan dosis 0,3-0,5 kg/lubang tanam atau setara dengan 15-12 ton/ha. Pupuk diberikan 3-7 hari sebelum penanaman, diaduk dengn tanah did alam lubang tanam, pemupukan selanjutnya dapat dilakukan dengan menggunkana pupuk daun, terutama bila tanaman tampak kekurangan unsur hara. Dosis dan waktu pemberian pupuk disesuaikan dengan rekomendasi dari jenis pupuk yang digunakan (Priadi dalam Fatma, 2011)b. PenyiramanTanaman yang kekurangan air panampilan daunnya kecil-kecil dan tebal, sedangkan tanaman yang cukup air akan memiliki helaian daun lebar dan panjang. Penyiraman dalam jumlah cukup harus dilakukan secara rutin.Namun perlu dihindari genangan air yang cukup lama disekitar tanaman karena tanaman tidak tahan terhadap gengan air. Adanya genangan air akan menyebankan umbi membusuk dan tanaman akan layu dan mati.c. PeyulamanPenyulaman terhadap tanaman yang mati atau tidak baik pertumbuhannya (abnormal) dapat dilakukan 7-10 hari setelah penanaman.Penyulaman dilakukan dengan tanaman yang memiliki pertumbuhan seragam dan baik. Penyulaman diusahakan agar tidak terlambat karena akan berpengaruh pada keragaman panen dan kemudahan dalam perawatan (Proadi dalam Fatma, 2011).d. PenyaianganPerawatan yang paling penting pada tanaman dewa adalah penyiangan atau pemberantasan rumput-rumputan dan gulma.Penyiangan haris dilakukan secara rutin dan dapat dilakuakn secara manual yaitu dengan menggunakan tangan (Suharmiati dan Maryani dalam Fatma, 2011).Penyaingan harus dilakukan secara ritun, yaitu dengan memberantas rumput-rumputan dan tanaman pengganggu.Tujuan penyiangan adalah menghindari terjadinya persaingan zat-zat makanan anatara tanaman pokok dan tumbuhan yang tidak diinginkan (gulma0.Penyiangan juga bermanfaat untuk meningkatkan intensitas sinar matahari yang masuk (Priadi dalam Fatma, 2011).e. Pengendalian hama penyakitPerlindungan tanaman dilakukan terhadap kemungkinan adanya gangguan hama dan penyakit yang menyerang tanaman daun dewa. Hama yang sering ditemukan menyerang tanaman daun dewa adalah ulat jengkal (Nyctemera coleta) dan kumbang (Psyliodes sp).Ulat jengkal memkan daun sampai habis hingga hanya tersisa tulang daun.Sementara, serangan kumbang mengakibatkan daun-daun berlubang dan daun yang menyentuh tanah. Pemberantasan hama sebaiknya tidak menggunkan pestisida sebab racun atau residu pestisida dapat menempel pada bagian-bagian tanaman (Priadi dalam Fatma, 2011).

6. Panen a. Panen daunPanen daun pertama dilakukan setelah tanaman berumur sekitar 1-2 bulan.Panen selanjutnya dapat dilakukan secara rutin setiap satu bulan. Panen dilakuakn dengan cara memetik atau memangkas daun-daun tua, sebanyak 4-6 helai ke arah pucuk, yaitu daun yang berwarna hujai tua mengkilap. Pada batang bekas pangaksan akan tumbuh tunas-tunas baru yang dapat dipanen kembali secara bertahap. Setelah dipanen, tanaman di pupuk kembali. Daun tanaman dewa ini dapat digunakan dalam keadaan segar atau kering.b. Panen umbiPanen umbi dapat dilakukan pada tanaman yang telah berumur 4-5 bulan setelh tanam, yaitu setelah tanamn berbunga untuk yang kedua kalinya.Pemanenan dapat dilakukan dengan mencabut atau membongkat tanaman dengan menggunkaan cangkul, namun harus dilakukan secara hati-hati agar tidak melukai umbi. Luka pada umbi akan menurunkan kualitasnya. Untuk mempermudah pemanenan sebaiknya tanah dengan disiram terlebih dahulu agar lunak/gembur (Priadi dalam Fatma, 2011).7. Pasca PanenPengolahan pasca panen tanamn obat ditujukan untuk membuat produk tanamn obat menjadi simplisia yang siap dikonsumsi oleh masyarakat umum, industri obat ataupun untuk eksport. Kegiatan yang meliputi prosesing/pengolahan bahan sesaat setelah panen sampai tahap penyimpanan dengan tujuan agar diperoleh simplisia yang berkualitas serta stabil selama penympnana. Pengolahan pasca panen tersebut meliputi:a. Pengumpulan bahan bahub. Sortasi basahc. Pencuciand. Penirisane. Pengubahan bentukf. Pengeringang. Sortasi keringh. Pengepakan dan penyimpanan(Katno dalam Fatma, 2011)

C) Gedung pasca panenA. Alat-alatAlat 1. 1 unit Gas Chromatography,2. 1 unit TLC densitometer3. 1 unitHPLC,4. 2 unit Vacuum Rotavapor,5. 3 unit Spektrofotometer,6. 2 unit Blotting apparatus,7. 1 unit TermocyclerPCR,8. 1 unit mesin pembuat tablet dan kapsul JAMU,9. 1 unit mesin penyerbuk,10. 1 unit pencuci bahan JAMU,11. 1 unit pengering bahanJAMU)Ruang 1. Ruang pencucian2. Ruang sortasi3. Ruang pengubahan bentuk4. Ruang pengeringan5. Ruang pengemasan6. Ruang penyimpanan serta stok/gudang simplisia.

B. Penanganan dan Pengelolaan Pascapanen hasil panen tanaman obat Penanganan dan pengelolaan pascapanen adalah suatu perlakuan yang diberikan padahasil pertanian hingga produk siap dikonsumsi.Penanganan dan pengelolaan pascapanen tanaman obat dilakukan terutama untuk menghindari kerugian-kerugian yang mungkin timbul akibat perlakuan prapanen dan pascapanen yang kurang tepat. Hal-hal yang dapat mengakibatkan kerugian, misalnya terjadinya perubahan sifat zat yang terdapat dalam tanaman, perlakuan dan cara panen yang tidak tepat, masalah daerah produksi yang menyangkut keadaan iklim dan lingkungan, teknologi pascapanen yang diterapkan, limbah, serta masalah sosial-ekonomi dan budaya masyarakat.Pengelolaan pascapanen tanaman obat perlu dilakukan secara hati-hati.Pengelolaan pascapanen meliputi kegiatan penyortiran, pencucian, pengolahan hasil (pengupasan kulit serta pengirisan), pengeringan, pengemasan, sampai pada penyimpanan.Adapun tujuan pengelolaan pascapanen tanaman obat dapat dirangkum sebagai berikut :1. Mencegah kerugian karena perlakuan prapanen yang tidak tepat.2. Menghindari kerusakan akibat waktu dan cara panen yang tidak tepat.3. Mengurangi kerusakan pada saat pengumpulan, pengemasan, dan pengangkutan saat pendistribusian hasil panen.4. Menghindari kerusakan karena teknologi pascapanen yang kurang tepat.5. Menekan penyusutan kuantitatif dan kualitatif hasil.6. Terjaminnya suplai bahan baku produksi tanaman obat meskipun tidak pada musimnya.7. Pengolahan limbah yang dapat memberikan nilai tambah bagi produsen simplisia, contoh sisa-sisa hasil pengolahan simplisia untuk pembuatan pupuk kompos.8. Meningkatkan efisiensi pemanfaatan sumber daya alam dan menjamin kelestariannya.Kegiatan pengelolaan pascapanen tanaman obat menunjukkan suatu sistem yang kompleks serta melibatkan banyak faktor, baik teknis, sosial budaya, dan ekonomi.Melihat hubungan yang saling berkait dan kompleks tersebut maka diperlukan peran pemerintah dan swasta secara aktif dalam membantu meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pengelolaan tanaman obat.Pasca panen merupakan kelanjut-an dari proses panen terhadap tanaman budidaya atau hasil dari penambangan alam yang fungsinya antara lain untuk membuat bahan hasil panen tidak mudah rusak dan memiliki kualitas yang baik serta mudah disimpan untuk diproses selanjutnya. Untuk memulai proses pasca panen perlu diperhatikan cara dan tenggang waktu pengumpulan bahan tanaman yang ideal setelah dilakukan proses panen tanaman tersebut. Selama proses pasca panen sangat penting diperhatikan keber-sihan dari alat-alat dan bahan yang digunakan, juga bagi pelaksananya perlu memperhatikan perlengkapan seperti masker dan sarung tangan. Tujuan dari pasca panen ini untuk menghasilkan simplisia tanaman obat yang bermutu, efek terapinya tinggi sehingga memiliki nilai jual yang tinggi. Secara umum faktor-faktor dalam penanganan pasca panen yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut:1. SortasiSortasi adalah proses pemisahan bahan asing atau kotoran yang mencemari simplisia yang dikhawatirkan dapat menurunkan mutu. Sortasi dikelompokkan menjadi dua :a. Sortasi BasahPenyortiran segar dilakukan setelah selesai panen dengan tujuan untuk memisahkan kotoran-kotoran atau bahan-bahan asing, bahan yang tua dengan yang muda atau bahan yang ukurannya lebih besar atau lebih kecil, Bahan nabati yang baik memiliki kandungan campuran bahan organik asing tidak lebih dari 2%. Proses penyortiran pertama bertujuan untuk memisahkan bahan yang busuk atau bahan yang muda dan yang tua serta untuk mengurangi jumlah pengotor yang ikut terbawa dalam bahan, tanah, kerikil, rumput, batang, daun, akar yang telah rusakb. Sortasi Kering Penyortiran dilakukan bertujuan untuk memisahkan benda-benda asing yang terdapat pada simplisia, misalnya akar-akar, pasir, debu, kerikil, tanah, kotoran unggas atau benda asing lainnya. Proses penyortiran merupakan tahap akhir dari pembuatan simplisia kering sebelum dilakukan pengemasan, penyimpanan atau pengolahan lebih lanjut. Setelah penyortiran simplisia ditimbang untuk mengetahui rendemen hasil dari proses pasca panen yang dilakukan.

2. Pencucian Pencucian bertujuan untuk memperoleh simplisia yang bersih serta bebas dari kotoran yang mungkin terikut saat pemanenan atau pengangkutan, untuk menurunkan jumlah mikroba pathogen yang menyebabkan pembusukan dan membuat penampakan fisik simplisia lebih menarik.Pencucian dilakukan pada air yang mengalir sehingga kotoran yang terlepas tidak menempel kembali.Setelah dicuci, bahan ditiriskan.Penirisan dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan kandungan air. Penirisan dilakukan pada tempat yang agak teduh, karena bila langsung dikeringkan di bawah sinar matahari maka akan mengalami pembusukan (Siswanto, Yuli Widyastuti. 1997). Pencucian bahan dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :a) Perendaman bertingkatPerendamana biasanya dilakukan pada bahan yang tidak banyak mengandung kotoran seperti daun, bunga, buah dll. Proses perendaman dilakukan beberapa kali pada wadah dan air yang berbeda, pada rendaman pertama air cuciannya mengandung kotoran paling banyak. Saat perendaman kotoran-kotoran yang melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan. Metoda ini akan menghemat peng-gunaan air, namun sangat mudah melarutkan zat-zat yang terkandung dalam bahan.b) PenyemprotanPenyemprotan biasanya dilakukan pada bahan yang kotorannya banyak melekat pada bahan seperti rimpang, akar, umbi dan lain-lain. Proses penyemprotan dilakukan de-ngan menggunakan air yang ber-tekanan tinggi. Untuk lebih me-nyakinkan kebersihan bahan, ko-toran yang melekat kuat pada bahan dapat dihilangkan langsung dengan tangan. Proses ini biasanya meng-gunakan air yang cukup banyak, namun dapat mengurangi resiko hilang/larutnya kandungan dalam bahan.c) Penyikatan (manual maupun oto-matis)Pencucian dengan menyikat dapat dilakukan terhadap jenis bahan yang keras/tidak lunak dan kotorannya melekat sangat kuat. Pencucian ini memakai alat bantu sikat yang di gunakan bentuknya bisa bermacam-macam, dalam hal ini perlu diper-hatikan kebersihan dari sikat yang digunakan. Penyikatan dilakukan terhadap bahan secara perlahan dan teratur agar tidak merusak bahannya.Pembilasan dilakukan pada bahan yang sudah disikat.Metode pencucian ini dapat menghasilkan bahan yang lebih bersih dibandingkan de-ngan metode pencucian lainnya, namun meningkatkan resiko kerusa-kan bahan, sehingga merangsang tumbuhnya bakteri atau mikro-organisme.d) Penirisan/pengeringanSetelah pencucian, bahan lang-sung ditiriskan di rak-rak pengering.Khusus untuk bahan rimpang pen-jemuran dilakukan selama 4 - 6 hari. Selesai pengeringan dilakukan kem-bali penyortiran apabila bahan lang-sung digunakan dalam bentuk segar sesuai dengan permintaan.Tujuan pengeringan ialah untuk mendapatkan simplisia yang tidak mudah rusak, sehingga dapat disimpan dalam waktu yang lebih lama. Dalam Farmakope Indonesia edisi IV Tahun 1995 disebutkan bahwa persyaratan kadar air simplisia harus kurang dari 10%. Dengan mengurangi kadar air dan menghentikan enzimatik akan mencegah penurunan mutu atau perusakan simplisia. Contoh-nya untuk rimpang jahe, perlu dilakukan penyortiran sesuai standar perdagangan, karena mutu bahan menentukan harga jual. Berdasarkan standar perdagangan, mutu rimpang jahe segar dikategorikan sebagai berikut : Mutu I : bobot 250 g/rimpang, kulit tidak terkelupas, tidak me-ngandung benda asing dan tidak berjamur. Mutu II : bobot 150 - 249 g/rim-pang, kulit tidak terkelupas, tidak mengandung benda asing dan tidak berjamur. Mutu III : bobot sesuai hasil analisis, kulit yang terkelupas maksimum 10%, benda asing maksimum 3%, kapang mak-simum 10%.Demikian pula dengan waktu pengeringan juga ber-variasi, tergantung pada jenis bahan yang dikeringkan seperti rimpang, daun, kayu ataupun bunga. Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pro-ses pengeringan adalah kebersihan (khususnya pengeringan mengguna-kan sinar matahari), kelembaban udara, aliran udara dan tebal bahan (tidak saling menumpuk). Penge-ringan bahan dapat dilakukan secara tradisional dengan menggunakan sinar matahari ataupun secara mo-dern dengan menggunakan alat pe-ngering seperti oven, rak pengering, blower ataupun dengan fresh dryer.Pengeringan hasil rajangan dari temu-temuan dapat dilakukan de-ngan menggunakan sinar matahari, oven, blower dan fresh dryer pada suhu 30 - 500C.Pengeringan pada suhu terlalu tinggi dapat merusak komponen aktif, sehingga mutunya dapat menurun. Untuk irisan rim-pang jahe dapat dikeringkan meng-gunakan alat pengering energi surya, dimana suhu pengering dalam ruang pengering berkisar antara 36 - 450C dengan tingkat kelembaban 32,8 - 53,3% menghasilkan kadar minyak atsiri lebih tinggi dibandingkan dengan pengeringan matahari lang-sung maupun oven. Untuk irisan temulawak yang dikeringkan dengan sinar matahari langsung, sebelum dikeringkan terlebih dulu irisan rimpang direndam dalam larutan asam sitrat 3% selama 3 jam.Selesai peren-aman irisan dicuci kembali sampai bersih, ditiriskan kemudian dijemur dipanas matahari.Tujuan dari perendaman adalah untuk mencegah terjadinya degradasi kur-kuminoid pada simplisia pada saat penjemuran juga mencegah peng-uapan minyak atsiri yang berlebihan. Dari hasil analisis diperoleh kadar minyak atsirinya 13,18% dan kur-kumin 1,89%. Di samping meng-gunakan sinar matahari langsung, penjemuran juga dapat dilakukan dengan menggunakan blower pada suhu 40 - 500C.Kelebihan dari alat ini adalah waktu penjemuran lebih singkat yaitu sekitar 8 jam, di-bandingkan dengan sinar matahari membutuhkan waktu lebih dari 1 minggu. Pelain kedua jenis pengeri-ng tersebut juga terdapat alat pengering fresh dryer, dimana suhunya hampir sama dengan suhu ruang, tempat tertutup dan lebih higienis. Kelemahan dari alat ter-sebut waktu pengeringan selama 3 hari.Untuk daun atau herba, penge-ringan dapat dilakukan dengan me-nggunakan sinar matahari di dalam tampah yang ditutup dengan kain hitam, menggunakan alat pengering fresh dryer atau cukup dikering-anginkan saja.Pengeringan dapat menyebabkan perubahan-perubahan hidrolisa enzi-matis, pencokelatan, fermentasi dan oksidasi. Ciri-ciri waktu pengering-an sudah berakhir apabila daun atau-pun temu-temuan sudah dapat di-patahkan dengan mudah. Pada umumnya bahan (simplisia) yang sudah kering memiliki kadar air 8 - 10%. Dengan jumlah kadar air tersebut kerusakan bahan dapat ditekan baik dalam pengolahan mau-pun waktu penyimpanan.Untuk ekspor jahe dalam bentuk asinan jahe, dipanen pada umur 3 - 4 bulan, karena pada umur tersebut serat dan pati jahe masih sedikit.Mutu jahe yang diinginkan adalah bobot 60 - 80 g/rimpang.Selesai penyortiran bahan langsung dikemas dengan menggunakan jala plastik atau sesuai dengan permintaan. Di samping dijual dalam bentuk segar, rimpang juga dapat dijual dalam bentuk kering yaitu simplisia yang dikeringkan.

3. Pengubahan BentukPengubahan bentuk simplisia menjadi bentuk lain seperti irisan, potongan dan serutan bertujuan untuk mempermudah penggunaan dan pengolahan selanjutnya menjadi bahan baku (Siswanto, Yuli Widyastuti. 1997).4. PengemasanPengemasan dapat dilakukan terhadap simplisia yang sudah di-keringkan.Jenis kemasan yang di-gunakan dapat berupa plastik, kertas maupun karung goni.Persyaratan jenis kemasan yaitu dapat menjamin mutu produk yang dikemas, mudah dipakai, tidak mempersulit pena-nganan, dapat melindungi isi pada waktu pengangkutan, tidak beracun dan tidak bereaksi dengan isi dan kalau boleh mempunyai bentuk dan rupa yang menarik.Berikan label yang jelas pada tiap kemasan tersebut yang isinya menuliskan ; nama bahan, bagian dari tanaman bahan yang digunakan, tanggal pengemasan, nomor/kode produksi, nama/alamat penghasil, berat bersih, metode pe-nyimpanan.

5. PenyimpananPenyimpanan simplisia dapat di-lakukan di ruang biasa (suhu kamar) ataupun di ruang ber AC. Ruang tempat penyimpanan harus bersih, udaranya cukup kering dan ber-ventilasi. Ventilasi harus cukup baik karena hama menyukai udara yang lembab dan panas. Perlakuan sim-plisia dengan iradiasi sinar gamma dosis 10 kGy dapat menurunkan jumlah patogen yang dapat meng-kontaminasi simplisia tanaman obat (Berlinda dkk, 1998). Dosis ini tidak merubah kadar air dan kadar minyak atsiri simplisia selama penyimpanan 3 - 6 bulan. Jadi sebelum disimpan pokok utama yang harus diperhati-kan adalah cara penanganan yang tepat dan higienes. Hal-hal yang perlu diperhatikan mengenai tempat penyimpanan simplisia adalah : Gudang harus terpisah dari tem-pat penyimpanan bahan lainnya ataupun penyimpanan alat dan dipelihara dengan baik. Ventilasi udara cukup baik dan bebas dari kebocoran atau ke-mungkinan masuk air hujan. Suhu gudang tidak melebihi 300C. Kelembabab udara sebaiknya di-usahakan serendah mungkin (650 C) untuk mencegah terjadinya penyerapan air. Kelembaban udara yang tinggi dapat memacu pertumbuhan mikroorganisme se-hingga menurunkan mutu bahan baik dalam bentuk segar maupun kering. Masuknya sinar matahari lang-sung menyinari simplisia harus dicegah. Masuknya hewan, baik serangga maupun tikus yang sering me-makan simplisia yang disimpan harus dicegahSimplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami perubahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain simplisia merupakan bahan yang dikeringkan (SK Menteri Kesehatan RI No. 22/MenKes/IX/1976). Simplisia dibedakan menjadi :1. Simplisia nabati Simplisia nabati adalah simplisia yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman. Eksudat tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar dari tanaman atau dengan cara tertentu dikeluarkan dari selnya.2. Simplisia hewaniSimplisia hewani adalah simplisia yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat zat berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.3. Simplisia pelikan atau mineral Simplisia pelikan atau mineral ialah simplisia yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.Secara umum simplisia merupakan produk hasil pertanian tumbuhan obat setelah melalui proses pasca panen dan proses preparasi secara sederhana menjadi bentuk produk kefarmasian yang siap dipakai atau diproses selanjutnya, yaitu :.a. Siap dipakai dalam bentuk serbuk halus untuk diseduh sebelum diminum.b. Siap dipakai untuk dicacah dan direbus sebagai jamu rebusan.c. Diproses selanjutnya untuk dijadikan produk sediaan farmasi lain yang umumnya melalui proses ekstraksi, separasi, dan pemurnian yaitu menjadi ekstrak (Anonim :1989).4. Simplisia daunSeperti yang telah dijelaskan bahwa simplisia daun mempunyai sifat sifat umum yang hampir sama dalam komposisi maupun jaringan penyusunnya. Namun, pada prinsipnya setiap jenis daun memiliki sifat khusus sehubungan dengan pemanfaatannya sebagai bahan obat (Siswanto, Yuli Widyastuti : 1997).Pemanenan Simplisia dilakukan setelah daun daun membuka sempurna, utamakan pada daun yang mendapat banyak sinar matahari sewaktu proses fotosintesa berlangsung maksimal. Dipotong pada tangkai dan hendaknya dilakukan secara manual.

4) Kegiatan di Laboratorium TerpaduSetealah berkeliling di kebun etalase, kami langsung bergegas ke Laboratorium Terpadu.Dalam perjalanan ini kami masih dipandu oleh staff dari B2P2TOOT Tawanngmangu.Kami diberikan gambaran yang ada di laboratorium terpadu ini.Di lantai pertama ada ruangan penyimpanan tanaman obat yang diawetkan, ada juga show room produk tanaman obat atau lebih dikenal dengan sebutan obat herbal yang sudah dipatenkan. Sebagai tambahan informasi, produk obat herbal terdapat 3 tingkatan, dari mulai tingkatan terbawah yaitu Jamu, Obat Herbal Terstandar (OHT), dan paling atas Fitofarmaka.Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT) Tawangmangu memiliki laboratorium terpadu berperan penting dalam pengolahan obat herbal sehingga aman digunakan masyarakat. Balai ini memiliki tujuh laboratorium, yaitu laboratorium galenika, fitokimia, proteksi hama penyakit tanaman, instrument, kultur jaringan tanaman, biomolekuler, dan mikrobiologi.

Laboratorium terpadu terdiri dari 7 laboratorium yakni1. Laboratorium Sistematika TumbuhanIndentifikasi tumbuhan/determinasi, pembaruan specimen (herbarium, simplisia) serta dokumentasi pengelolaan tanaman obat dalam bentuk foto, slide dan cakram optic (CD)2. Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Identifikasi hama dan penyakit tanaman dan penelitian tentang cara pemberantasan hama dan penyakit tanaman.

3. Laboratorium Galenika (Fito Farmasetik) Pembuatan sediaan galenika dalam bentuk ekstrak, tingktur dan lainlain; penyulingan/destilasi minyak atsiri, penetapan kadar dan penetapan profil minyak atsiri secara kromatografi serta koleksi minyak atsiri dan ekstrak kering

Gambar Laboratorium Galenika B2P2TOOT4. Laboratorium Farmakognosi dan Fitokimia Analisis makroskopis dan mikroskopis, histokimia, skrining fitokimia, pemeriksaan kadar senyawa aktif, isolasi dan identifikasi metabolit sekunder serta penetapan parameter standar ekstrak dan simplisia secara densitometry spektrofotometri.

gambar Laboratorium Fitokimia B2P2TOOT5. Laboratorium Kultur Jaringan dan MikrobiologiKultur jaringan tanaman (KJT) untuk memperoleh bibit dan meningkatkan kandungan senyawa aktif, penetapan cemaran mikroba (angka jamur dan angka lempeng total), identifikasi mikroba dan uji aktivitas antimikroba ekstrak tanaman obat.

laboratorium Kultur Jaringan6. Laboratorium Eksperimental Pembesaran dan perawatan hewan coba (animal house), serta melakukan uji khasiat dan keamanan tanaman obat dan obat tradisional.

Animal house beris) hewan uji coba (Mencit)

7. Laboratorium Bioteknologi Penelitianrekayasa genetic untuk memperoleh bibit unggul dan rekaya untuk memperoleh protein terapeutik. identifikasi/deteriminasi serta pembuatan catalogSelain itu, B2P2TOOT juga memiliki instalasi-instalasi sebagai berikut.1. Instalasi Koleksi Tanaman Obat Inventarisasi tanaman obat; peremajaan tanaman koleksi, pengamatan dan pendapatan pertumbuhan, pencatatan data iklim,2. Instalasi Adaptasi dan PelestarianAdaptasi tanaman obat hasil eksplorasi, adaptasi tanaman obat tertentu / pendataan pertumbuhan dan hasil pengelolaan / pemeliharaan.Pelestarian plasma nutfah tanaman obat dengan kategori langka.

Meruapakan gedung pelestarain bagi tanaman obat yang sudah langka, atau hampir punah.

3. Instalasi Koleksi Tanaman Obat Inventarisasi tanaman obat; peremajaan tanaman koleksi, pengamatan dan pendapatan pertumbuhan, pencatatan data iklim,4. Instalasi Pasca panen Penanganan hasil panen tanaman obat meliputi pencucian, sortasi, pengubahan bentuk, pengeringan, pengemasan dan penyimpanan serta stok/gudang simplisia.5. Instalasi Benih dan Pembibitan Tanaman ObatPelabelan benih, koleksi benih dari lokasi tertentu, sortasi biji, uji viabilitas benih, penyimpanan benih, pengadaan bibit baik secara konvensional maupun kultur jaringanBerikut adalah tahapan dari mulai pembibitan tanaman. Bibit tanaman berada dalam ruangan yang khusus yakni di rumah pembibitan. Di rumah pembibitan ini terdapat berbagai macam bibit tanaman obat. Selain itu juga terdapat green house untuk penumbuhan bibit.

Rumahpembibitan green housePada kunjungan kami ke B2P2TOOT kami menyaksikan langsung Pemindahan bibit oleh petugas

Pembibitan oleh petugasTidak jauh dari rumah pembibitan terdapat lokasi lahan untuk penanaman.Kemudian dilakukan penanaman bibit ke lahan produksi.

Penyiapan lahan penanaman bibit ke lahan Setelah itu dilakukan perawatan tanaman dengan cara pemupukan. Berikut gambar pemupukan oleh petugas

Pemupukan tanaman

B. Desa Agrowisata Tanaman Sayur AMANAHTujuan selanjutnya setelah dari B2P2OOT adalah ke Desa Pertanian Amanah, dari B2P2OOT ke Desa Pertanian Amanah sekitar 30 menit. Setibanya di Desa Pertanian Amanah kami dan mahasiswa lainnya sholat terlebih dahulu kemudian setelah sholat kami melakukan makan siang di masjid yang kami gunakan untuk sholat, setelah itu kami berkumpul untuk mendengarkan arahan yang diberikan kepada Bapak Dr, Ir. Yudi Rinanto, M.P selaku dosen pengampu mata kuliah hortikultura. Rombongan dibagi menjadi 2 kelompok, kelompok pertama dengan pemandu bapak Darsono yang merupakan pemilik ladang tomat dan kubis sedangkan kelompok kedua dengan pemandu yang lain bertugas mencari tanaman cabai dan seledri. Kami dan kelompok tomat berjalan ke ladang mengikuti bapak Darsono, setelah 15 menit kami berjalan akhirnya kami sampai di ladang yang yang ditanami tomat.kami mendengarkan informasi yang disampaikan oleh pak Darsono mulai dari pembibitan hingga pasca panen tomat, dalam ladang tersebut terlihat tanaman tomat yang kami kunjungi sedang berbuah. Dalam perjalanan kami mencari tanaman tomat dan kubis tidak hanya dipandu bapak Darsono tetapi juga Ibu Murni Ramli selaku dosen pendamping. Setelah pak Darsono menjelaskan pembibitan hingga pasca panen tanaman tomat, beberapa mahasiswa bertanya mengenai hama yang sering menyerang tanaman tomat, benih jenis apa yang digunkan, kemudian ada juga yang bertanya tentang bagaimana cara memetik, waktu pemetikan buah tomat serta pasca panen yang dilakukan. Pasca panen yang dilakukan pada tanaman tomat yaitu dengan cara pedaganag datang langsung ladang yang ingin dibeli, hama yang sering menyerang tanaman tomat biasanya bekicot dan jamur, cara memetik hanya buah saja tidak diikutsertakan tangkai buahnya. Pemetikan buah tomat biasanya dilakukan pada pagi hari sekitar jam 08.00-09.00 WIB. Setelah mendapatkan informasi mengenai tanaman tomat, kami dan kelompok tomat berjalan menuju ladang yang ditanami kubis, perjalanan yang kami tempuh sekitar 5 menit dari ladang tomat.setibanya di ladang tanaman kubis, cuaca pada saat itu tidak mendukung karena hujan deras dan sedikit angin sehingga kami memutuskan untuk mencari tempat yang teduh untuk mendengarkan informasi yang disampaikan oleh Bapak Darsono. Akhirnya kami berteduh di balai desa pertanian, bapak Darsono memulai memberikan informasi mengenai pembibitan hinga pasca panen tanaman kubis. Informasi yang kami peroleh sebagai berikut :

a. Cara pembibitan Benih yang sering digunakan adalah Grand 11 atau Grand 22 dengan merk BISI cap kapal terbang. Benih tersebut memiliki keunggulan lebih tahan dengan hama dibanding benih lainnya, selain itu ukuran buah tanaman kubis bisa mencapai 5 kg perbuahnya. Petani membuat bibit sendiri dengan cara memasukkan benih kedalam polybag putih ukuran 4x6 cm kemudian ditutup selama kira-kira 3 hari hingga benih tersebut berkecambah. Benih kubis biasanya tidak direndam terlebih dahulu karena ukuran bijinya lebih kecil dari biji tomat, jika direndam biji kubis akan menempel satu sama lain sehingga akan sulit untuk memasukkan ke dalam polybag.b. Penanaman Setelah berkecambah bibit kubis dipindahkan ke green house atau tempat yang ditutupi oleh plastik, tujuannya agar mendapatkan sinar matahari secara tidak langsung.Setelah kira-kira umur 3 minggu tanaman kubis sudah siap dipindah tanam ke ladang. Persiapan lahan tanam atau ladang yang dipersiapkan untuk menanam tanaman kubis sama seperti tanaman lainnya dengan cara menyiapkan gadangan atau lahan tanam selama 3 bulan dalam lahan tanam tersebut diberi pupuk organik dan pupuk anorganik untuk mengurangi hama penyakit, hanya hal yang perlu diwaspadai saat persiapan lahan tanam adalah jenis jamur atau nematoda atau istilah yang sering dikenal di desa pertanian yaitu mentol atau akar gada. Tanaman kubis jika terserang nematoda terlihat seperti kena kanker atau akar terlihat membentuk bulatan-bulatan atau bintil-bintil pada akarnya.Jarak tanam tanaman kubis sekitar 40-50 cm, teknik penanaman tanaman di desa pertanian amanah dengan teknik tumpang sari misalnya sebelum ditanam kubis terlebih dahulu ladang ditanami tanaman cabai, setiap 6 bulan tanaman cabai sudah bisa dipanen kemudian pada saat tanaman cabai berumur 5 bulan baru tanaman kubis ditanam dilahan yang sama, secara bersamaan dalam menanam kubis dapat juga ditanami loncang atau daun bawang.c. Perawatan Dalam persiapan lahan tanam perlu diberikan pupuk organik dan anorganik untuk meminimalisir munculnya hama. Hama yang sering menyerang tanaman kubis adalah ulat, cara memberantas ulat tersebut dengan cara menyemprotkan pestisida dibagian daun dan buahnya karena biasanya ulat menyerang pada bagian dalam buah kubis.

d. Panen Umumnya tanaman kubis dipanen pada umur 3 bulan, ukurannya buah kubis 2-4 kg tetapi juga bisa mencapai 5kg setiap satu kubis. Bentuk kubis dengan benih Grand 11 biasanya berbentuk oval. Harga perkilo saat ini sekitar Rp. 2000, keadaan ini dikatakan harga kubis sedang turun biasanya harga normalnya Rp. 5000/kg.Cara panen dengan cara memangkas bagian bawah atau batang tanaman kubis hingga diperoleh bulatan buahnya saja sedangkan bagian bawah buah dibuang. Untuk panen tanaman kubis hanya bisa dilakukan satu kali saja.e. Distribusi hasil panenPendistribusian hasil panen biasanya dilakukan dengan cara pengumpul atau pedagang datang langsung ke tempat petani. Satu buah kubis biasanya beratnya mencapai 2-4 kg, tetapi jika kubis memiliki ukuran yang besar pedagang biasanya tidak mau membeli.f. Solusi dari permasalahan Untuk memberantas penyakit berupa akar mentol atau akar yang diserang oleh jenis jamur/nematoda, jika akar terkena penyakit ini akar seperti tanaman yang terkena kanker atau akar berbentuk bintil atau bulatan yaitu dengan cara menyiapkan lahan tanam dengan cara memnambahkan pupuk organik dan pupuk anorganik agar tidak terserang nematoda. Hama yang sering menyerang tanaman kubis berupa ulat, cara memberantas hama tersebut dilakukan dengan cara melakukan penyemprotan pada bagian buah atau bagian daunnya. Umumnya pada musim penghujan tanaman kubis lebih rentan terhadap penyakit dan cara memberantas hama lebih sulit karena pada musim penghujan banyak ulat. Pada musim penghujan ini harga tanaman kubis perkilo mengalami penurunan harga karena biasanya harga normal Rp.5000/kg tetapi untuk musim penghujan ini harga perkilo hanya Rp.2000/kg. Biaya untuk setiap tanaman kubis yaitu Rp. 2000 mulai dari benih, penyewaan lahan, polybag dan pestisida. Untuk pestisida membutuhkan biaya yang paling besar karena ada tidaknya hama yang menyerang tanaman kubis selalu dilakukan penyemprotan. Lahan atau ladang yang digunakan petani bukan milik petani sendiri tetapi milik pemerintah daerah sehingga di Desa Pertanian Amanah berlaku sistem lelang lahan, sistem lelang lahan dilakukan setiap Desember. Hal ini memungkinkan petani dapat memiliki lahan lebih dari satu sehingga setiap petani dapat menanam tidak hanya satu jenis sayuran tetapi dapat menanam beberapa jenis sayuran.

BAB IIIPENUTUPA. KESIMPULAN1. Tumbuhan Mahkota Dewa memiliki pohon yang tingginya bisa mencapai 3 meter, dan sering kali tumbuhan ini di jadikan sebagai pohon teduh di pekarangan rumah, dan untuk orang tua dahulu buah dari pohon ini di jadikan obat yang sangat mujarab untuk berbagai penyakit.2. Daun Dewa (Gynura segetum (Lour.) Merr.) biasa ditemukan di pekarangan rumah sebagai tanaman obat. Bagian tanaman yang bisa digunakan untuk pengobatan adalah seluruh tanaman, dari mulai akar hingga daun.3. Pengelolaan pascapanen meliputi kegiatan penyortiran, pencucian, pengolahan hasil (pengupasan kulit serta pengirisan), pengeringan, pengemasan, sampai pada penyimpanan.4. Bapak Darsono selaku salah satu pemandu di desa pertanian Amanah memulai memberikan informasi mengenai pembibitan hinga pasca panen tanaman kubis.5. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TO-OT) Tawangmangu memiliki laboratorium terpadu yang terbagi dalam tujuh laboratorium, yaitu laboratorium galenika, fitokimia, proteksi hama penyakit tanaman, instrument, kultur jaringan tanaman, biomolekuler, dan mikrobiologi.b. SARANDemikian laporan Kuliah Kerja Lapang matakuliah Hortikultura yang kami susun. Kami menyadari sebagai manusia biasa tidak luput dari kesalahan. Untuk membangun pribadi yang menjadi lebih baik maka kami mengharapkan saran dari pembaca sebagai acuan perbaikan diri.

BAB IV DAFTAR PUSTAKABacker, C. A. and van Den Brink, R. C. B. 1965. Flora of Java. Jilid IIb. Neatherlands: N. V. P. Noordhoff.Dalimartha, Setiawan (2007).Atlas Tumbuhan Obat Indonesia4.Jakarta: Puspa Swara.ISBN979-1133-14-XHardiyanto, Arif.,dkk. 2004. Pengaruh Variasi Konsentrasi AsamNaftalen Asetat terhadap Pertumbuhan dan Kandungan Flavonoid Kalus Daun Dewa [Gynura procumbens(Lour) Merr.] Biofarmasi 2 (2): 69-74, Agustus 2004, ISSN: 1693-2242Khaniyah, Samkhatin.2012. Pertumbuhan Kalus Daun Dewa [Gynura Procumbens(Lour) Merr.] dengan Kombinasi 2,4-Dichlorophenoxyacetic Acid Dan Kinetin Secara Invitro. Biosaintifika 4 (2) (2012)Krisdiantin, Fatma. 2011. Budidaya Daun Dewa (Gynura Procumbens Lour) Merr dan Khasiatnya sebagai Obat Tradisional di PT.INDIMA, Kaliurang, Yogyakarta. Tugas Akhir. Fakultas Pertanian UNSKyte, L. and J. Kleyn 1996. Plant from Test Tubes an Introduction to Micropropagation. 3rd Edition. Washington: Timber Press IncMudjahid, A. 1998. Pengaruh Daun Dewa terhadap Perubahan Morfologi Sel serta Struktur Morfologi Lesi Jaringan Hepar Tikus. Skripsi. Surakarta: Fakultas Kedokteran UNS.Soemarmo, R. 1983. Wawancara secara Lisan tentang Khasiat Daun Dewa sebagai Anti Kanker. Magelang.Sudarto, B. 1990. Studi Farmakognosi Tumbuhan Gynura procumbens (Lour) Merr.Tesis. Yogyakarta: Fakultas Pasca Sarjana UGM.Widyawati, Wiwik. 2007. Efek Ekstrak Daun Sambung Nyawa (Gynura procumbens (Lour) Merr.) Terhadap Kadar Metil Merkuri Darah Dan Karakteristik Eritrosit Tikus Putih (Rattus Norvegicus L.) Paska Pemaparan Metil Merkuri Klorida. Skripsi. FMIPA UNS

LAMPIRANA. DOKUMENTASIRUANG CINEMA

KEBUN ETALASE

RUANG PENGERINGAN

RUANG PENYIMPANAN;

KEBUN KOLEKSI

MUSEUM

LAHAN TANAMAN TOMAT

LAHAN TANAMAN KOBIS