LAPORAN KINERJA TAHUN 2018 - lampungbaratkab.go.id€¦ · Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun...
Transcript of LAPORAN KINERJA TAHUN 2018 - lampungbaratkab.go.id€¦ · Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun...
DINAS KESEHATAN KABUPATEN
LAMPUNG BARAT
LAPORAN KINERJA TAHUN 2018
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 (H) ayat 1 menyatakan bahwa
“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal,
dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan”, demikian halnya juga Undang-
Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pasal 14 menyatakan
bahwa “Pemerintah bertanggung jawab merencanakan, mengatur,
menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya
kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat”.
Sebagaimana tersebut di atas secara jelas diamanatkan bahwa hak atas
pelayanan kesehatan yang merupakan upaya pemenuhan kebutuhan
salah satu hak dasar masyarakat adalah tanggung jawab negara. Negara
bertanggung jawab dalam hal mengatur dan memastikan terpenuhinya
hak untuk hidup sehat bagi seluruh lapisan masyarakat termasuk bagi
masyarakat miskin dan/atau tidak mampu.
Sistem Kesehatan Nasional, berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 72
Tahun 2012 menjelaskan bahwa pengelolaan kesehatan diselenggarakan
melalui pengelolaan administrasi kesehatan, informasi kesehatan, sumber
daya kesehatan, upaya kesehatan, pembiayaan kesehatan, peran serta
dan pemberdayaan masyarakat, ilmu pengetahuan dan teknologi di
bidang kesehatan serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan
saling mendukung guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang
setinggi-tingginya. Dalam pasal 3 Peraturan Presiden tersebut, disebutkan
bahwa komponen pengelolaan kesehatan dikelompokkan dalam sub
sistem (a) upaya kesehatan; (b) penelitian dan pengembangan kesehatan;
(c) pembiayaan kesehatan; (d) sumber daya manusia kesehatan; (e)
sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan; (f) manajemen, informasi
dan regulasi kesehatan; dan (g) pemberdayaan masyarakat.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 2
Pembangunan bidang kesehatan di Kabupaten Lampung Barat
dilaksanakan dengan merujuk pada program pembangunan kesehatan
yang telah ditetapkan secara nasional dan juga berdasarkan kebutuhan
daerah. Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Lampung Barat
Nomor 13 tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas-dinas
Kabupaten Lampung Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Lampung Barat
Tahun 2008 Nomor 13) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
daerah Kabupaten Lampung Barat Nomor 7 Tahun 2013 (Lembaran
Daerah Kabupaten Lampung Barat Tahun 2013 Nomor 7), Kepala Dinas
Kesehatan Kabupaten Lampung Barat mempunyai tugas melaksanakan
urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas
pembantuan di bidang kesehatan.
Untuk menyelenggarakan tugasnya, Kepala Dinas Kesehatan mempunyai
fungsi sebagai berikut :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan;
b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di
bidang kesehatan;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang kesehatan;
d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati di bidang
kesehatan;
e. Pelayanan administratif.
Untuk melaksanakan fungsinya, Kepala Dinas Kesehatan mempunyai
rincian tugas:
a. Memimpin dan mengkoordinasikan pelaksanaan rumah tangga di
lingkungan Dinas Kesehatan yang menjadi tugas dan kewenangan;
b. Mempelajari peraturan perundang-undangan, kebijakan teknis,
pedoman dan petunjuk teknis serta bahan-bahan lain yang
berhubungan dengan bidang kesehatan;
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 3
c. Merumuskan kebijakan dalam hal mengembangkan sistem
kesehatan yaitu dengan:
a. Merencanakan dan mengendalikan pembangunan kesehatan
pengaturan dan pengorganisasian sistem kesehatan daerah;
dan
b. Menyelenggarakan sistem informasi kesehatan dan penelitian
pengembangan pelayanan kesehatan.
d. Melaksanakan kebijakan dalam hal `mengembangkan sumber daya
kesehatan yaitu dengan:
a. Menyelenggarakan bimbingan pengendalian pendidikan tenaga
kesehatan, pendidikan, pelatihan, pembiayaan, dan sarana
kesehatan; dan
b. Memberdayakan tenaga kesehatan, biaya, dan sarana
kesehatan.
e. Menyelenggarakan pelayanan kesehatan yaitu dengan:
a. Melaksanakan pelayanan kesehatan medik dasar dan
pelayanan penunjang medik; dan
b. Melakukan bimbingan dan mengendalikan pelayanan medic
dasar dan rujukan serta pelayanan penunjang medik.
f. Mengkoordinasikan serta mengelola farmasi dan makanan yaitu
dengan:
a. Melaksanakan bimbingan dan mengendalikan sarana produksi
dan distribusi farmasi, makanan, minuman, dan alat kesehatan;
dan
b. Melakukan pencegahan dan penanggulangan penyalahgunaan
obat, narkotika, psikotropika, zat aditif, dan bahan berbahaya
lainnya.
g. Menyelenggarakan perizinan di bidang kesehatan:
a. Melakukan pengaturan perizinan, registrasi, dan akreditasi
tenaga serta sarana kesehatan; dan
b. Melakukan pengaturan perizinan, registrasi dan akreditasi
farmasi, makanan, dan minuman.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 4
h. Menyelenggarakan program kesehatan keluarga yaitu dengan:
a. Meningkatkan upaya kesehatan ibu dan anak, kegiatan
keluarga berencana, kesehatann siswa sekolah, kesehatan
olahraga, remaja dan lanjut usia; dan
b. Membina serta meningkatkan gizi keluarga.
i. Melaksanakan pencegahan dan pemberantasan penyakit yaitu
dengan:
a. Mencegah dan memberantas penyakit menular, penyelidikan
epidemiologi, penanggulangan wabah dan kejadian luar biasa;
b. Mencegah dan mengendalikan penyakit menular; dan
c. Membimbing dan mengendalikan upaya pencegahan dan
pemberantasan penyakit.
j. Melaksanakan Penyehatan Lingkungan yaitu dengan:
a. Menyelenggarakan upaya kesehatan lingkungan permukiman,
tempat-tempat umum, tempat pengolahan makanan dan
pariwisata; dan
b. Membimbing dan mengendalikan penyelenggaraan kesehatan
lingkungan.
k. Mengkoordinasikan dan memberdayakan Upaya Kesehatan
Masyarakat yaitu dengan:
a. Promosi kesehatan masyarakat, urusan nhukum, dan
hubungan masyarakat;
b. Melakukan bimbingan dan pengendalian Upaya Kesehatan
Masyarakat Berbasis Masyarakat (UKBM); dan
c. Melakukan bimbingan dan pengendalian penyelenggaraan
Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPK) dan
sistem pembiayaan kesehatan lainnya.
l. Membagi tugas kepada bawahan sekaligus memberikan petunjuk baik
secara lisan maupun tertulis sesuai permasalahan dan bidang tugas
masing-masing;
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 5
m. Melaksanakan monitoring, evaluasi dan pelaporan terhadap
pelaksanaan tugas dan kegiatan yang telah dilaksanakan kepada
pimpinan;
n. Menilai prestasi kerja PNS di lingkup Dinas Kesehatan, berdasarkan
Sasaran Kerja Pegawai (SKP) dan perilaku kerja yang telah dicapai
untuk dipergunakan sebagai bahan dalam penilaian prestasi kerja
pegawai negeri sipil; dan
o. Melaksanakan tugas dinas lainnya yang diberikan oleh pimpinan
untuk kelancaran pelaksanaan tugas berdasarkan standar norma dan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Arah kebijakan pembangunan kesehatan yang dilaksanakan oleh
Dinas Kesehatan Tahun 2017 – 2022 yaitu:
1. Penguatan Pelayanan Kesehatan Primer ( Primary Health Care )
2. Intervensi berbasis resiko Kesehatan
3. Penerapan pendekatan keberjalanjutan pelayanan
Permasalahan-permasalahan utama yang harus dihadapi dan diatasi oleh
Dinas Kesehatan hingga saat ini, antara lain:
a. Belum optimalnya pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak.
Adanya persalinan yang dilakukan bukan oleh tenaga kesehatan
terlatih
Ibu hamil tidak memeriksakan kehamilan pada tenaga kesehatan
Kematian bayi sebanyak 17 kasus
Kematian ibu sebanyak 5 kasus
b. Status gizi masyarakat.
Gizi buruk sebanyak 1 kasus
Rendahnya penerapan pola makan dengan gizi seimbang di dalam
keluarga
c. Pengendalian dan pencegahan penyakit menular dan penyakit tidak
menular.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 6
Masih ada masyarakat yang tidak menyetujui pemberian imunisasi
kepada bayinya,.
Perubahan gaya hidup yang berdampak pada perilaku hidup sehat
masyarakat, hal ini ditandai dengan meningkatnya kasus penyakit
tidak menular (degeneratif).
d. Pengembangan dan pemerataan SDM kesehatan di puskesmas dan
jaringannya dan kualitas tenaga kesehatan yang masih rendah.
Distribusi tenaga kesehatan yang belum merata khususnya pada
daerah yang sulit dijangkau.
Keterampilan dan kualitas tenaga kesehatan yang masih rendah
sehingga berpengaruh terhadap kualitas pelayanan kesehatan dan
percepatan pencapaian keberhasilan program.
e. Ketersediaan obat dan vaksin dan pengawasan penggunaan obat dan
makanan di masyarakat.
f. Pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) di masyarakat.
g. Partisipasi masyarakat dalam berkontribusi untuk pelaksanaan
pembangunan sektor kesehatan masih rendah.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 7
BAB II
PERENCANAAN KINERJA
2.1 Rencana Kinerja Tahun 2018
Rencana Kinerja tahun 2018 Dinas Kesehatan disusun berdasarkan
sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam dokumen Renstra Dinas
Kesehatan yang dalam upaya pencapaian target tersebut didukung
dengan adanya program dan kegiatan-kegiatan dengan target output dan
outcome yang disesuaikan dengan ketersediaan anggaran, SDM, dan
waktu pelaksanaan selama 1 tahun.
Berikut adalah rencana kinerja tahun 2018 Dinas Kesehatan Kabupaten
Lampung Barat yang terdiri dari Indikator Kinerja Utama (IKU) dan
Indikator Kinerja Pendukung yang ditetapkan dalam Perjanjian Kinerja
(PK) tahun 2018.
No
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama/Pendukung/ Kegiatan
Target 5 Tahun
1. Meningkatnya manajemen, sistem informasi dan regulasi kesehatan
Prosentase terlaksananya administrasi perkantoran setiap tahunnya
100
Jumlah Puskesmas melaksanakan Sistem Informasi Kesehatan
15 Puskesmas
2 Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan
Jumlah UPT puskeskas terakreditasi
15 Puskesmas
Jumlah UPT Puskesmas dengan pengelolaan keuangan pelayanan secara mandiri
15 Puskesmas
Jumlah UPT Puskesmas dengan sarana, prasarana dan alat kesehatan sesuai standar
15 Puskesmas
Jumlah UPT Puskesmas dengan tenaga sesuai standar
15 Puskesmas
3 Meningkatnya upaya promotif, preventif dan pemberdayaan masyarakat
Jumlah puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan pada kondisi krisis kesehatan
15 Puskesmas
Jumlah Pekon dengan IKS 0,5 – 0,8
25 Pekon
Jumlah KK di pekon /kelurahan terdata lengkap
82.662 KK
4..
Meningkatnya kemandirian, akses dan mutu serta sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
Persentase ketersediaan obat dan vaksin di puskemas
90 %
Persentase obat yang memnuhi syarat
90 %
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 8
No
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama/Pendukung/ Kegiatan
Target 5 Tahun
5. Meningkatnya kesehatan masyarakat
Angka Kematian Ibu (AKI) / 100.000 KH
129,8 / 100.000 KH
Angka Kematian Bayi (AKB) 4,3 / 1.000 KH
Persentase balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan
100 %
Persentase penurunan prevalensi balita kurus (wasting)
< 10 %
Persentase penurunan prevalensi balita stunting
25 %
Persentase masyarakat Lampung Barat di atas 60 Tahun yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar
100 %
6. Meningkatnya upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan tidak menular
Persentase pelayanan kesehatan skriningpada usia produktif
62 %
Persentase penemuan kasus baru TBC
70 %
Persentase cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL)
96 %
7. Meningkatnya sinergitas dan kemitraan lintas sector, LSM dan duani usaha
Persentase peserta JKN 100 %
8. Meningkatnya lingkungan sehat
Jumlah pekon/kelurahan dipicu STBM ( Sanitasi Total Bersumber Masyarakat )
73 Pekon
Persentase Rumah Sehat 49 %
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 9
2.2 Sasaran, Program dan Kegiatan
Sasaran 1 : Meningkatnya dukungan manajemen dan integrasi
perencanaan dan sistem informasi kesehatan.
Dengan program dan kegiatan sebagai berikut :
1. PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
Meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Penyediaan Jasa Surat Menyurat
b. Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumberdaya Air dan Listrik
c. Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perizinan Kendaraan
Dinas/Operasional
d. Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor
e. Penyediaan Alat Tulis Kantor
f. Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan
g. Penyediaan Komponen Instalasi Listrik dan Penerangan Bangunan
Kantor
h. Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-Undangan
i. Penyediaan makanan dan minuman
j. Rapat-Rapat Koordinasi dan Konsultasi ke Luar Daerah
k. Penyediaan Jasa Pendukung Administrasi Perkantoran/Teknis
l. Penyediaan Jasa Propaganda/Publikasi/Pameran
m. Rapat-Rapat Koordinasi dan Pembinaan Dalam daerah
n. Penyediaan Jasa Pelayanan Pasien
o. Pelaksanaan Program Percepatan Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal
p. Pengembangan SDM Kesehatan
2. PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
APARATUR
Meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung kantor
b. Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas/Operasional
c. Pemeliharaan Rutin/Berkala Perlengkapan Gedung Kantor
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 10
3. PROGRAM PENINGKATAN PENGEMBANGAN SISTEM
PELAPORAN CAPAIAN KINERJA DAN KEUANGAN SKPD
Meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi
Kinerja SKPD
b. Penyusunan Lap[oran Keuangan Semesteran
c. Penyusunan Pelaporan Prognosis Realisasi Anggaran
d. Penyusunan Pelaporan AKhir Tahun
e. Penyusunan, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan Dokumen
Perencanaan SKPD
f. Kegiatan Pengelolaan Keuangan Daerah
g. Penetapan Renstra SKPD 2017-2022
4. PROGRAM KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PEMBANGUNAN
KESEHATAN
Meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Penyusunan Profil Kesehatan
b. Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA)
Sasaran 2 : Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan pada
fasilitas kesehatan
Dengan program dan kegiatan sebagai berikut :
1. PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS SUMBER DAYA
APARATUR
Meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Pendidikan dan Pelatihan Formal
b. Peningkatan Kompetensi Tenaga Kesehatan
c. Penilaian Tenaga Kesehatan Teladan
d. Pelatihan Manajemen Aktif Kala III Bagi Bidan Desa Daerah sulit
e. Pelatihan Manajemen Asfiksia dan BBLR Bagi Bidan
f. Pelatihan Kader Posyandu
g. Peningkatan Manajemen Pengelola Obat Kesehatan
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 11
h. Pelatihan Kelas Ibu dan Kelas Ibu balita Bagi Bidan Desa
i. Tim Penilaian Angka Kredit
2. PROGRAM STANDARISASI PELAYANAN KESEHATAN
Meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. DAK Non Fisik Akreditasi Puskesmas
b. Pelayanan registrasi tenaga kesehatan, sarana kesehatan dan
usaha masyarakat
c. Peningkatan SDM BIdang Kesehatan
3. PROGRAM PENGADAAN, PENINGKATAN DAN PERBAIKAN
SARANA DAN PRASARANA PUSKUESMAS/PUSKESMAS
PEMBANTU DAN JARINGANNYA
Meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. DAK Afirmasi Bidang Kesehatan (Puskesmas)
b. DAK Afirmasi Bidang Kesehatan (Pengadaan peralatan pendukung
Imunisasi)
c. DAK Reguler Bidang Kesehatan (Pelayanan Kesehatan Dasar dan
Rujukan Prioritas Daerah)
4. PROGRAM UPAYA KESEHATAN RUJUKAN
Meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Operasional Ambulans Hebat
Sasasan 3 : Meningkatnya upaya promotif dan preventif dan
pemberdayaan masyarakat
Dengan program dan kegiatan sebagai berikut :
1. PROGRAM UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
Meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Penyediaan Biaya Operasional dan Pemeliharaan Puskesmas
b. Pemilihan Puskesmas Berprestasi Dalam Rangka Peningkatan
Akuntabilitas Pelayanan Kesehatan
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 12
c. Pelayanan Kesehatan Daerah Terpencil, Tertinggal dan Situasi
Khusus (Poskotis)
d. Manajemen pelayanan kesehatan di puskesmas
e. DAK Bantuan Operasional Kesehatan
2. PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT
Meliputi kegiatan sebagai berikut :
f. Promosi Kesehatan Melalui Media
g. Kampanye ABAT (Aku Bangga Aku Tahu) HIV/AIDS
h. Pendataan Keluarga Sehat
3. PROGRAM PENGEMBANGAN KESEHATAN TRADISIONAL
Meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Pengembangan Tanaman Berkhasiat Obat Keluarga
Sasaran 4 : Meningkatnya kemandirian, akses dan mutu sediaan
farmasi, alat kesehatan dan makanan
Dengan program dan kegiatan sebagai berikut :
1. PROGRAM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN
Meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Peningkatan Mutu Pelayanan Farmasi Komunitas dan Rumah Sakit
b. Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
c. Penyediaan Biaya Operasional dan Pemeliharaan UPT Instalasi
Farmasi
d. DAK Reguler Bidang Kesehatan ( Kefarmasian )
e. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan
b. PROGRAM PENGAWASAN OBAT dan MAKANAN
Meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya
b. Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP)
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 13
Sasaran 5 : Meningkatnya kesehatan masyarakat
Dengan program dan kegiatan sebagai berikut :
1. PROGRAM PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
Meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Pemberian Makanan Tambahan Pada Ibu Hamil Kurang Energi
Kronis
b. Pelacakan dan Penanggulangan Kasus Gizi buruk Balita KEP dan
Bumil KEK
2. PROGRAM PENINGKATAN PELAYANAN KESEHATAN LANSIA
Meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Lansia Ceria
3. PROGRAM PENINGKATAN KESELAMATAN IBU MELAHIRKAN dan
ANAK
Meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Audit Maternal dan Perinatal (AMP)
b. Sosialisasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K)
c. Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik Jaminan Persalinan
Sasaran 6 : Meningkatnya upaya pencegahan dan penanggulangan
penyakit menular dan tidak menular
1. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGANGGULANGAN
PENYAKIT MENULAR
Meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Pelayanan Vaksinasi Bagi Balita dan Anak Sekolah
b. Pencegahan Penularan Penyakit Endemik/epidemik
c. Peningkatan Pelayanan Imunisasi
d. Peningkatan Surveillance Epideminologi dan Penanggulangan
Wabah/KLB
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 14
e. Peningkatan Komunikasi, Informasi dan Edukasi (kie)
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit
f. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Penderita DBD
g. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Diare
h. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Penderita Malaria
i. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Kusta
j. Peningkatan Pelayanan Kesehatan TBC
k. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Penderita Infeksi Menular
seksual (IMS)/HIV/AIDS
l. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Rabies dan GHPR
m. Pencegahan dan Penanggulangan Filiaris dan Kecacingan
n. Peningkatan Imunisasi Tetanus Toxoid (TT) pada Wanita Usia
Subur (WUS) Baik yang hamil maupun tidak hamil
2. PROGRAM PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR
Meliputi kegiatan sebagai berikut :
1. Kawasan Tanpa Rokok
2. Peningkatan Pelayanan Penderita Hipertensi
3. Pelayanan Penderita Diabetes Mellitus
4. Pelayanan Kesehatan Haji
5. Pelayanan Deteksi Dini Kanker
6. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Skrining pada Usia Produktif
3. PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN JIWA DAN NAPZA
Meliputi kegiatan sebagai berikut :
1. Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA
Sasaran 7 : Meningkatnya sinergitas dan kemitraan lintas sector,
LSM dan dunia usaha
1. PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN PENDUDUK MISKIN
Meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Penduduk Miskin di Luar Kuota
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 15
b. Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional
c. Peningkatan Pelayanan Kesehatan ISPA dan Pneumonia
2. PROGRAM KEMITRAAN PENINGKATAN PELAYANAN
KESEHATAN
Meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
b. Non Kapitasi JKN
c. Advokasi Program JKN
3. PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
Meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Manajemen dan Operasional Jaminan Kesehatan
Sasaran 8 : Lingkungan Sehat
1. PROGRAM PENGEMBANGAN LINGKUNGAN SEHAT
Meliputi kegiatan sebagai berikut:
a. Pembinaan dan Pengawasan Hygiene Sanitasi Tempat
Pengolahan Makanan (TPM)
b. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
c. Pemeriksaan Kualitas Air
d. Forum Kabupaten Sehat
2. PROGRAM KESEHATAN KERJA DAN OLAHRAGA
Meliputi kegiatan sebagai berikut :
a. Pembinaan Kesehatan Pekerja (formal dan informal)
b. Pembinaan Kesehatan Olahraga Masyarakat
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 16
2.3 Perjanjian Kinerja 2018
Berikut adalah perjanjian kinerja Dinas Kesehatan tahun 2017 yang
merupakan indikator kinerja sasaran strategis serta program dan kegiatan
yang akan dilaksanakan yang akan mendukung pencapaian kinerja
sasaran strategis.
a. Sasaran Strategis 1
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama/Pendukung
Target
1. Meningkatnya dukungan manajemen dan integrasi perencanaan dan sistem informasi kesehatan
a. Persentase terlaksananya administrasi perkantoran setiap tahunnya
b. Jumlah puskesmas melaksanakan Sistem Informasi Puskesmas (SIP)
a. 100 % b. 12 Puskesmas
Adapun program dan kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai target
sasaran strategis sebagai berikut:
I. PROGRAM PELAYANAN ADMINISTRASI PERKANTORAN
Meliputi kegiatan sebagai berikut :
1. Penyediaan Jasa Surat Menyurat
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung terkelolanya pelayanan
perkantoran. Kegiatan berupa belanja ATK, materai dan benda pos
dengan realisasi sebesar 100%
Keluaran :
Terlaksananya kegiatan surat menyurat. Realisasi : 1 Paket (100%)
Hasil : Terlaksananya kegiatan surat menyurat.
2. Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumberdaya Air dan Listrik
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung terpenuhinya kebutuhan
jasa komunikasi, sumber daya air dan listrik. Realisasi keuangan dan
kinerja tahun 2018 tercapai 67,5%. Alokasi belanja yang tidak
terealisasi adalah belanja listrik dan langganan internet.
Keluaran : Terpenuhinya kebutuhan komunikasi, sumberdaya air dan listrik. Realisasi : 12 bulan (67,4,%)
Hasil : Memperlancar administrasi perkantoran.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 17
3. Penyediaan Jasa Pemeliharaan dan Perizinan Kendaraan
Dinas/Operasional
Kegiatan dilaksanakan untuk memenuhi kebutuhan pembayaran pajak
kendaraan dinas roda dua dan roda empat yang ada di lingkungan
Dinas Kesehatan Kabupaten Lampung Barat. Realisasi kinerja 34,7%
dengan terpeliharanya 13 kendaraan roda 4 dan 28 kendaraan roda 2,
dengan demikian kendaraan yang ada di lingkungan dinas kesehatan
sudah terpelihara dengan baik. Alokasi belanja yang tidak terealisasi
adalah belanja registrasi kendaraan bermotor.
Keluaran : Terpeliharanya Kendaraan dinas roda dua dan empat Realisasi: 9 mobil & 21 motor.
Hasil : Memperlancar administrasi perkantoran
4. Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor
Kegiatan dilaksanakan untuk membayar tenaga petugas penjaga
kebersihan kantor. Realisasi kinerja 99,99% dengan kondisi kebersihan
kantor Dinas Kesehatan terjaga dengan baik. Realisasi keuangan
Rp. 18.495.000 (99,99 %) dari pagu Rp. 18.494.500,-
Keluaran : Terpenuhinya kebersihan kantor Dinas Kesehatan.
Hasil : Terlaksananya kebersihan kantor Dinas Kesehatan
5. Penyediaan Alat Tulis Kantor
Kegiatan dilaksanakan untuk menjamin tersedianya alat tulis kantor
sehingga kegiatan perkantoran dapat berlangsung dengan baik.
Realisasi kinerja 99,99% kebersihan kantor Dinas kesehatan telah
terealisasi dengan baik dan kantor Dinas Kesehatan dalam keadaan
bersih dan realisasi keuangan Rp. 18.495.000 (99,99 %) dari pagu
Rp. 18.494.500,-
Keluaran : Terpenuhinya kebersihan kantor Dinas Kesehatan.
Hasil : Terlaksananya kebersihan kantor Dinas Kesehatan
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 18
6. Penyediaan Barang Cetakan dan Penggandaan
Kegiatan dilaksanakan untuk meyediakan barang cetakan berupa
format laporan program dan keuangan dan penggandan laporan rutin
bulanan, triwulan maupun tahunan. Realisasi kinerja dan anggaran
mencapai 100% dari anggaran Rp. 75.062.400,- dengan tersedianya
barang cetakan dan penggandaan maka pelayanan administrasi
perkantoran menjadi lebih baik.
Keluaran : Tersedianya barang cetakan dan penggandaan. Target : 1 paket selama 1 tahun
Hasil : Meningkatnya pelayanan administrasi perkantoran.
7. Penyediaan Komponen Instalasi Listrik dan Penerangan Bangunan
Kantor
Kegiatan dilaksanakan untuk menyediakan komponenen, listrik,
instalasi listrik dan penerangan bangunan kantor. Realisasi keuangan
sebesar 4.095.000 dan kinerja sebesar 100% menjamin ketersediaan
sarana komponen instalasi listrik / penerangan bangunan kantor.
Keluaran : Tersedianya alat listrik kantor
Hasil : Tersedianya SDM kesehatan yang terampil.
8. Penyediaan Bahan Bacaan dan Peraturan Perundang-Undangan
Kegiatan ini dilaksanakan berupa penyediaan media massa lokal dan
nasional yang ada di Kabupaten Lampung Barat. Realisasi keuangan
sebesar Rp. 3.960.000,- dan kinerja sebesar 100 %.
Keluaran : Tersedianya bahan bacaan dan Perundang-Undangan
Hasil : Terpenuhinya Informasi media massa
9. Penyediaan makanan dan minuman
Kegiatan dilaksanakan untuk menyediakan makanan dan minuman
tamu yang ada Dinas Kesehatan dan rapat-rapat koordinasi rutin yang
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 19
dilaksanakan. Realisasi keuangan sebesar Rp. 54.960.000,- ( 99,8%)
dari pagu yang ada.
Keluaran : Tersedianya makanan dan minuman tamu dan rapat
koordinasi Hasil : Terpenuhinya kebutuhan makanan dan minuman untuk
tamu dan rapat koordinasi.
10. Rapat-Rapat Koordinasi dan Konsultasi ke Luar Daerah
Kegiatan dilaksanakan untuk mendukung pelaksanan rapat-rapat
koordinasi yang dilaksanakan di luar daerah dan kegiatan konsultasi
berupa perjalanan dinas ke luar daerah baik provinsi, Kementerian
Kesehatan atau Kementerian terkait di Jakarta dan kegiatan luar
daerah lainnya. Realisasi keuangan dan kinerja sebesar Rp.
136.950.000,- 99,8 % dari pagu Rp, 138.950.000,-.
Keluaran : Terpenuhinya Koordinasi dan Konsultasi Keluar Daerah
Hasil : Terlaksananya Koordinasi dan Konsultasi Keluar Daerah
11. Penyediaan Jasa Pendukung Administrasi Perkantoran/Teknis
Kegiatan dilaksanakan untuk menyediakan honorarium bagi 10 orang
dokter umum dan 30 orang bidan desa yang ada. Realisasi keuangan
dan kinerja sebesar 86,78 % kegiatan tersebut dilaksanakan guna
memenuhi kebutuhan tenaga kesehatan yang ditempatkan di desa di
kabupaten Lampung Barat.
Keluaran : Tersedianya tenaga medis/bidan di puskesmas 10 orang dr umum dan 30 orang bidan desa Tersedianya jasa tenaga pendukung perkantoran dan teknis
Hasil : Meningkatnya pelayanan kesehatan kepada masyarakat
12. Penyediaan Jasa Propaganda/Publikasi/Pameran
Kegiatan dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan dan partisipasi
pada kegiatan pameran pembangunan. Realisasi keuangan dan kinerja
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 20
sebesar 100 % kegiatan tersebut dilaksanakan untuk memberikan
pengetahuan dan informasi kepada masyarakat Lampung Barat
capaian dan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan Lampung Barat beserta jajarannya guna meningkatkan
pembangunan di bidang kesehatan.
Keluaran :
Terlaksananya kegiatan Propaganda / Publikasi/Pameran Realisasi: 1 kali Pameran
Hasil : Terlaksananya Kegiatan Propaganda / Publikasi/Pameran
13. Rapat-Rapat Koordinasi dan Pembinaan Dalam daerah
Kegiatan dilaksanakan dalam rangka kegiatan koordinasi dengan
seluruh UPT Puskesmas setiap 3 bulan dan pembinaan di lingkup
Dinas Kesehatan dan jajaran puskesmas se Kabupaten Lampung Barat.
Realisasi keuangan sebesar Rp. 39.786.749,- (99,5%) dari pagu
kegiatan.
Keluaran :
Terpenuhinya Koordinasi dan Pembinaan Dalam daerah. Targget : 12 bulan
Hasil :
Terlaksananya Koordinasi dan Pembinaan Dalam daerah
14. Penyediaan Jasa Pelayanan Pasien
Kegiatan dilaksanakan berupa penyediaan insentif kepada seluruh
dokter PNS yang bertugas di Puskesmas. Realisasi keuangan sebesar
100% dengan jumlah dokter penerima sebanyak 11 orang.
Keluaran :
Jumlah dokter PNS yang menerima insentif
Hasil :
Terlaksananya Kegiatan Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal
15. Pelaksanaan Program Percepatan Percepatan Pembangunan
Daerah Tertinggal
Kegiatan dilaksanakan dilaksanakan dalam rangka koordinasi baik
dalam maupun luar daerah, dengan tujuan Kementerian Kesehatan dan
Kementerian Desa, dilakukan sebagai upaya percepatan pembangunan
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 21
dan pelaksanaan program-program di Bidang Kesehatan agar
Kabupaten Lampung Barat bisa keluar dari predikat Kabupaten
Tertinggal. Realisasi keuangan sebesar Rp. 32.495.280,- (92,8%) dari
pagu sebesar Rp. 35.000.000,-
Keluaran :
Pelaksanaan dukungan administrasi program percepatan pembangunan daerah tertinggal Hasil :
Pelaksanaan dukungan administrasi program percepatan pembangunan daerah tertinggal
16. Pengembangan SDM Kesehatan
Kegiatan dilaksanakan untuk penyediaan Beasiswa S-1 Kedokteran
bagi masyarakat Lampung Barat pada universitas negeri, dengan
proses penerimaan melalui jalur undangan atau SBNPTN. Realisasi
keuangan dan kinerja sebesar 52,4 % dikarenakan hanya terdapat 3
orang mahasiswa yang diterima dalam program beasiswa S-1
Kedokteran di Universitas Negeri pada tahun anggaran 2018.
Keluaran :
Jumlah peserta yang mendapat beasiswa S-1 Kedokteran, Realisasi : 3 Orang
Hasil : Terealisasinya peserta yang mengikuti pendidikan S-1 Kedokteran, Realisasi : 3 Orang
II. PROGRAM PENINGKATAN SARANA DAN PRASARANA
APARATUR
1. Pemeliharaan Rutin/Berkala Gedung kantor
Kegiatan dilaksanakan untuk menjamin terpeliharanya gedung
kantor A dan D, serta terehabilitasinya Gedung C di lingkungan Dinas
Kesehatan. Realisasi keuangan sebesar 100% dengan nilai sebesar
Rp. 56.000.000,-
Keluaran : Jumlah gedung kantor yang mendapatkan pemeliharaan Realisasi : 3 Gedung
Hasil : Jumlah gedung kantor yang mendapatkan pemeliharaan Realisasi : 3 Gedung
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 22
2. Pemeliharaan Rutin/Berkala Kendaraan Dinas/Operasional
Kegiatan dilaksanakan untuk menjamin terpeliharanya kendaraan dinas
di lingkup Dinas Kesehatan. Realisasi keuangan sebesar 570.844.280,-
(98,2%) dari pagu Rp. 581.115.000,- .
Keluaran : Terlaksananya Pemeliharaan Kendaraan Dinas Roda 2 dan Roda 4 Realisasi: 13 mobil dan 28 motor
Hasil : Jumlah kendaraan yang mendapatkan pemeliharaan Realisasi: 13 mobil dan 28 motor
3. Pemeliharaan Rutin/Berkala perlengkapan gedung / kantor
Kegiatan dilaksanakan untuk penyediaan pemeliharaan perlengkapan
kantor yang digunakan dalam aktivitas perkantoran. Realisasi keuangan
sebesar 71.500.000,- dan realisasi kinerja sebesar 100 % yaitu dengan
terpeliharanya sarana pendukung administrasi sehingga akan
memperlancar pelayanan adminitrasi.
Keluaran : Jumlah perlengkapan gedung kantor yang mendapatkan pemeliharaan Realisasi: 10 komputer, 10 printer
Hasil : Jumlah perlengkapan gedung kantor yang mendapatkan pemeliharaan Realisasi: 10 komputer, 10 printer
III. PROGRAM PENINGKATAN PENGEMBANGAN SISTEM
PELAPORAN CAPAIAN KINERJA DAN KEUANGAN SKPD
1. Penyusunan Laporan Capaian Kinerja dan Ikhtisar Realisasi Kinerja
SKPD
Kegiatan dilaksanakan untuk mendapatkan laporan capaian kinerja dan
ikhtisar realisasi kinerja SKPD. Realisasi kinerja mencapai 100% dan
realisasi keuangan sebesar Rp. 1.000.000,- atau sebesar 100% dari
pagu Rp. 1.000.000,-
Keluaran : Jumlah laporan capaian kinerja bulanan Realisasi : 12 kali laporan kinerja
Hasil : Jumlah laporan capaian kinerja bulanan Realisasi : 12 kali laporan kinerja
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 23
2. Penyusunan Laporan Keuangan Semesteran
Kegiatan dilaksanakan untuk menjamin tersedianya laporan capaian
Keuangan semesteran. Realisasi keuangan dan kinerja yang dicapai
100% yaitu terpenuhinya dokumen laporan keuangan semesteran.
Keluaran : Tersedianya laporan keuangan semesteran. Realisasi : 2 semester
Hasil : Diperolehnya dokumen laporan prognosis realisasi anggaran, Realisasi : 100%
3. Penyusunan Pelaporan Prognosis Realisasi Anggaran
Kegiatan dilaksanakan untuk dapat mengetahui hasil laporan prognosis
anggaran. Realisasi keuangan dan kinerja yang dicapai 100% yaitu
terlaksananya pelaporan prognosis setiap bulan.
Keluaran : Tersedianya laporan prognosis anggaran. Target : 1 tahun
Hasil : Terlaksananya pelaporan prognosis anggaran. Realiasi : 100%
4. Penyusunan Pelaporan Akhir Tahun
Kegiatan dilaksanakan untuk mendapatkan laporan keuangan akhir
tahun. Realisasi keuangan dan kinerja yang dicapai 100% yaitu
dengan terlaksananya pelaporan keuangan akhir tahun
Keluaran : Tersedianya pelaporan keuangan akhir tahun. Target : 1 paket 1 tahun (100%)
Hasil : Terlaksananya penyusunan laporan akhir tahun.
5. Penyusunan, Evaluasi dan Pelaporan Pelaksanaan Dokumen
Perencanaan SKPD
Kegiatan dilaksanakan untuk menjamin tersedianya laporan evaluasi
dan pelaporan dokumen perencanaan SKPD. Realisasi keuangan dan
kinerja yang dicapai 100% yaitu terpenuhinya dokumen perencanaan.
Keluaran : Tersedianya dokumen dan pelaporan pelaksanaan dokumen perencanaan SKPD. Realisasi : 1 lap kinerja, 1 LKPJ, 1 LPPD, 1 Lap Akhir, 1 Lap SPM
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 24
Hasil : Tersedianya dokumen dan pelaporan pelaksanaan dokumen perencanaan SKPD. Realisasi : 1 lap kinerja, 1 LKPJ, 1 LPPD, 1 Lap Akhir, 1 Lap SPM
6. Kegiatan Pengelolaan Keuangan Daerah
Kegiatan dilaksanakan untuk pembayaran honorarium pengelola
keuangan daerah yang terdiri dari operator SIPKD, Operator Akruall,
Operator SIAP Online, Operator SIPPD, Operator SIRUP, Pengelola
Barang, Bendahara Gaji, Pembua Dokumen, Bendahara penerimaan,
Bendahara Pengeluaran, Pencatat Pembukuan dan Pembantu PPK.
Realisasi keuangan dan kinerja yang dicapai 100% yaitu terpenuhinya
pengelolaan keuangan daerah.
Keluaran
: Tersedianya pengelolaan Keuangan daerah Realisasi : 12 bulan
Hasil : Terlaksananya Pengelolaan Keuangan Daerah. Realisasi : 100 %
7. Penetapan Renstra SKPD 2017-2022
Kegiatan dilaksanakan dalam rangka penyediaan dokumen Renstar
Dinas Kesehatan yang telah diverifikasi oleh ditetapkan sesuai dengan
RPJMD Kabupaten Lampung Barat. Realisasi keuangan dan kinerja
yang dicapai 100% yaitu tercetaknya Renstra SKPD Dinas Kesehatan
Tahun 2017-2022.
Keluaran : Jumlah cetak dokumen renstra SKPD Realisasi : 10 Buku
Hasil : Jumlah cetak dokumen renstra SKPD Realisasi : 10 Buku
IV. PROGRAM KEBIJAKAN DAN MANAJEMEN PEMBANGUNAN
KESEHATAN
1. Penyusunan Profil Kesehatan
Kegiatan dilaksanakan dalam rangka penyediaan buku profil kesehatan
Kabupaten Lampung Barat yang menggambarkan hasil pembangunan
kesehatan pada tahun 2017. Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 25
Lampung Barat berupa penyajian relative yang terdiri atas derajat
kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya kesehatan, dan data umum
serta lingkungan yang berhubungan dengan kesehatan. Sumber data
menggunakan data sekunder dari Dinas Kesehatan, Laporan
Puskesmas, Lintas sektor terkait seperti BPS Lampung Barat dan
RSUD Alimuddin Umar, dan Badan KBPP. Realisasi keuangan 99,1%
dari pagu sebesar Rp. 52.175.500,-.
Keluaran : Jumlah dokumen profil Realisasi : 45 buku profil
Hasil : Data profil yang disajikan setiap tahunnya Realisasi : 81 data
2. Sistem Informasi Kesehatan Daerah (SIKDA)
Kegiatan dilaksanakan sebagai upaya menyediaikan sarana untuk
pelaksanaan SIP yang terpadu dan berbasis tehnologi informasi.
Seluruh puskesmas telah menjalankan SIP sedangan 3 puskesmas
yaitu Kebun Tebu, Batu Ketulis dan Air Hitam belum menjalankan SIP.
Hal ini terjadi karena usulan pembuatan username puskesmas belum
disetujui oleh Kementerian Kesehatan. Realisasi keuangan 95,8%, dari
pagu sebesar Rp. 209.776.000,-, belanja yang tidak terealisasi adalah
belanja jasa internet dan perjalanan dinas.
Keluaran : Puskesmas menjalankan SIP Realisasi: 12 Puskesmas
Hasil : Puskesmas melaksanakan SIKDA Realisasi : 12 Puskesmas
b. Sasaran Strategis 2
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama/Pendukung
Target
2. Meningkatnya akses dan mutu pelayanan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan
Jumlah UPT puskeskas terakreditasi
15 Puskesmas
Jumlah UPT Puskesmas dengan pengelolaan keuangan pelayanan secara mandiri
15 Puskesmas
Jumlah UPT Puskesmas dengan sarana, prasarana dan alat kesehatan sesuai standar
15 Puskesmas
Jumlah UPT Puskesmas dengan tenaga sesuai standar
15 Puskesmas
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 26
Adapun program dan kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai target
sasaran strategis sebagai berikut:
I. PROGRAM PENINGKATAN KAPASITAS SUMBER DAYA
APARATUR
Meliputi kegiatan sebagai berikut :
1. Pendidikan dan Pelatihan Formal
Kegiatan dilaksanakan untuk memfasilitasi kegiatan diklat formal dan
informal, pelatihan menjadi fasilitator dan peningkatan kompetensi dan
ketrampilan ACLS bagi perawat. Realisasi keuangan 52,8 %
disebabkan tidak terealisasinya kegiatan pelatihan fasilitastor bidan
delima dengan pagu Rp. 40.000.000,- hal ini disebabkan pelaksanaan
pelatihan tingkat provinsi tidak diselenggarakan sesuai dengan jadwal
yang telah ditetapkan.
Keluaran :
a. Jumlah aparatur dinas kesehatan mengikuti pendidikan dan pelatihan formal, realisasi 3 orang
b. Jumlah bidan yang dilatih sebagai fasilitator Bidan Delima, realisasi 0 orang
c. Pelatihan ACLS for Nurse, realisasi 10 orang
Hasil : 1. Jumlah aparatur dinas kesehatan mengikuti
pendidikan dan pelatihan formal, realisasi 3 orang 2. Jumlah bidan yang dilatih sebagai fasilitator Bidan
Delima, realisasi 0 orang 3. Pelatihan ACLS for Nurse, realisasi 10 orang
2. Peningkatan Kompetensi Tenaga Kesehatan
Kegiatan dilaksanakan untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan
bidan pengelola laporan Kesehatan Ibu dan Anak di puskesmas
dengan berbasis android. Realisasi keuangan sebesar Rp 72.923.800,-
(96%) dari pagu Rp 76.000.000,-.
Keluaran : Jumlah SDM Puskesmas yang dilatih Realisasi: 30 Bidkor/Bidan Desa
Hasil : Jumlah SDM Puskesmas yang dilatih Realisasi: 30 Bidkor/Bidan Desa
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 27
3. Penilaian Tenaga Kesehatan Teladan
Kegiatan dilaksanaan untuk dapat memilih tenaga kesehatan teladan di
tingkat kabupaten dan sebagai bentuk apresiasi terhadap kinerja,
motivasi dan dedikasi terhadap program kesehatan. Penentuan tenaga
kesehatan teladan dilakukan dengan melalui beberapa tahapan yaitu
seleksi berkas, presentasi makalah dan dilanjutkan dengan kunjungan
lapangan. Ttim juri yang terlibat adalah Dinas Kesehatan, Organisasi
Profesi, Bagian Kesra, Dinas Realisasi kinerja 99,8 % dengan realisasi
keuangan sebesar Rp. 169.637.930,- dari pagu Rp. 170.000.000,-.
Kabupaten lampung Barat berhasil mendapatkan 3 tenaga kesehatan
teladan tingkat Propinsi Lampung pada tahun 2018 dan 1 orang tenaga
kesehatan teladan tingkat Nasional.
Keluaran : Tenaga Kesehatan yang dipilih Realisasi : 9 Orang
Hasil : Tenaga Kesehatan yang dipilih Realisasi : 9 Orang
4. Pelatihan Manajemen Aktif Kala III Bagi Bidan Desa Daerah sulit
Kegiatan dilaksanakan dengan peserta adalah bidan pemberi pelayana
persalinan di puskesmas dan pekon. Realisasi kinerja sebesar 96,5%
sedangkan realisasi keuangan yang dicapai 48.238.900,- dari pagu
Rp. 49.999.000,-
Keluaran : Jumlah bidan yang dilatih Manajemen Aktif Kala III dan Evaluasi Pasca Pelatihan Realisasi : 30 Orang
Hasil : Bidan desa mampu melaksanakan manajemen aktif kala III pada setiap pertolongan persalinan Realisasi : 30 Orang
5. Pelatihan Manajemen Asfiksia dan BBLR Bagi Bidan
Kegiatan dilaksanakan sebagai pemberian pengetahuan, ketrampilan
bagi bidan terhadap kasus asfiksia pada bayi dan anak serta
manajemen Bayi Berat Lahir Rendah. Realisasi kinerja sebesar 99,9 %
sedangkan realisasi keuangan yang dicapai 39.950.500,- dari
pagu Rp. 40.000.000 .
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 28
Keluaran : Terlaksananya pelatihan manajemen asfiksia dan BBLR bagi bidan evaluasi pasca pelatihan. Realisasi: 30 bidan.
Hasil :
Bidan Desa mampu melaksanakan Manajemen Asfiksia dan BBLR Realisasi: 30 bidan.
6. Pelatihan Kader Posyandu
Kegiatan dilaksanakan dengan sasaran kader posyandu se Kabupaten
Lampung Barat. Realisasi kinerja yang dicapai 100 % dengan pelatihan
kader posyandu sebanyak 10 Posyandu dan 50 kader.
Keluaran : Jumlah kader yang dilatih, Realisasi : 50 Kader Hasil : Jumlah kader posyandu yang memahami tugas kader di
pekon, Realisasi : 50 Orang
7. Peningkatan Manajemen Pengelola Obat Kesehatan
Kegiatan dilaksanakan dengan sasaran adalah pengelola puskesmas
15 orang dan pustu sebanyak 37 orang. Realisasi fisik 97,2 % dari
pagu Rp. 41.000.000,-.
Keluaran : Puskesmas yang melaksanan pengelolaan obat dengan baik. Realisasi : 15 Puskesmas dan 37 Pustu
Hasil : Puskesmas yang melaksanan pengelolaan obat dengan baik. Realisasi : 15 Puskesmas dan 37 Pustu
8. Pelatihan Kelas Ibu dan Kelas Ibu balita Bagi Bidan Desa
Kegiatan dilaksanakan sebagai dengan sasaran adalah bidan
penanggung jawab kegiatan Kesehatan Ibu dan Anak. Realisasi
keuangan sebesar 79,9% dari pagu Rp. 40.000.000,-.
Keluaran : Jumlah bidan yang dilatih kelas ibu dan kelas ibu balita Realisasi : 30 Orang
Hasil : Bidan mampu melaksanakan Kelas Ibu dan Kelas Ibu Balita, Target : 30 Orang
9. Tim Penilaian Angka Kredit
Kegiatan dilaksanakan untuk pelaksanaan rapat yang dilaksanakan
pada bulan periode kenaikan pangkat April dan Oktober bagi 1 tim
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 29
penilaian angka kredit. Realisasi keuangan dan kinerja sebesar 100 %
dari pagu Rp. 27.853.000,-
Keluaran : Tersedianya pembiayaan untuk tim penilaian angka kredit tenaga fungsional kesehatan Target : 1 Tim (100 %)
Hasil : Terlaksananya penilaian angka kredit tenaga kesehatan fungsional.
II. PROGRAM STANDARISASI PELAYANAN KESEHATAN
1. Pemilihan puskesmas berprestasi dalam rangka peningkatan
akuntabilitas pelayanan kesehatan.
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka untuk memacu peningkatan
akses pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan cara memberikan
penilaian dan pemberian penghargaan kepada Puskesmas, Klinik
Pratama dan Praktik Dokter/Dokter Gigi berprestasi. Kegiatan ini
merupakan salah satu pembinaan dan pengawasan yang dilakukan
secara terintegrasi dan berjenjang untuk memberikan pengakuan dan
penghargaan secara institusi maupun perorangan atas prestasi dan
peran aktif dalam mendukung keberhasilan pembangunan di bidang
kesehatan, yang di dalam penilaiannya menggunakan instrumen
penilaian yang mengacu pada standar akreditasi FKTP untuk menilai
proses penyelenggaraan kegiatan. Disamping menilai proses,
dilakukan penilaian hasil kerja dengan menggunakan indikator kinerja,
serta inovasi yang dilaksanakan oleh FKTP, terutama dalam
melaksanakan kegiatan promotif dan preventif serta upaya
meningkatkan peran serta masyarakat. Kegiatan ini dibiayai oleh
APBD Kabupaten Lampung Barat dengan nilai sebesar
Rp 49.480.500,- dengan realisasi keuangan sebesar 94,8%
Keluaran
: Terpilihnya puskesmas berprestasi Terlaksananya pembinaan puskesmas dalam rangka pemilihan puskesmas berprestasi Target : 1 puskesmas
Hasil : Terpilihnya puskesmas berprestasi untuk mengikuti lomba tingkat provinsi Target: 1 puskesmas
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 30
2. Pelayanan registrasi tenaga kesehatan, sarana kesehatan & usaha
masyarakat
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bagian dari salah satu fungsi
pelayanan pemerintah di bidang kesehatan yaitu pemberian lisensi dan
akreditasi sarana serta tenaga kesehatan. Pemberian lisensi dan
akreditasi ini merupakan salah satu fungsi kontrol dan pengawasan
pemerintah terhadap sarana kesehatan yang bermutu dan berkualitas
serta tenaga kesehatan yang profesional dan sesuai dengan standar
kompetensinya. Sehingga pada akhirnya pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada masyarakat dapat dipertanggungjawabkan dalam hal
ini adalah pelayanan kesehatan yang berkualitas. Realisasi keuangan
mencapai 97,8 % dengan sisa anggaran Rp. 1.346.450,- dari
pagu Rp. 60.000.000,-
Keluaran : a. Tenaga kesehatan yang memilik izin praktek, realisasi 40 nakes, 450 SIP
b. Sarana kesehatan yang memiliki izin, realisasi 15 Sarana
c. Usaha masyarakat yang memiliki izin, realisasi 10 usaha masyarakat
Hasil : Persentase sasaran tenaga kesehatan, sarana kesehatan dan usaha masyarakat yang memenuhi standar, realisasi: 100%
3.Kalibrasi alat kesehatan di puskesmas.
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai bagian dari upaya peningkatan
kualitas pelayanan kesehatan di puskesmas, yaitu dengan menjaga
keakuratan alat kesehatan yang digunakan untuk pemeriksaan
kesehatan oleh tenaga kesehatan di sarana pelayanan kesehatan atau
puskesmas. Alat kesehatan yang digunakan pada kurun waktu tertentu
harus dilakukan kalibrasi, melalui kegiatan ini setiap tahunnya
puskesmas melakukan proses kalibrasi alat kesehatan dengan
menggunakan jasa pihak ketiga. Kegiatan ini dibiayai APBD
Kabupaten Lampung Barat dengan nilai kegiatan sebesar
Rp 54.000.000,-
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 31
Keluaran
: Terlaksananya kalibrasi alat-alat kesehatan di puskesmas Target : 2 puskesmas
Hasil : Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di puskesmas. Target : 100%
4. Peningkatan SDM Bidang Kesehatan
Kegiatan dilaksanakan dalam upaya penyediaan tenaga kesehatan
untuk mendukung pelaksanaan program kesehatan. Tenaga kesehatan
ditempatkan pada seluruh puskesmas. Realisasi keuangan 76,1 %
dengan sisa anggaran Rp. 350.450.467,-. Alokasi belanja yang
terealisasi adalah belanja gaji 30 orang tenaga kesehatan lainnya yang
tidak dibayarkan dan realisasi pembayaran gaji dokter hanya untuk 11
orang.
Keluaran : 1. Jumlah SDM sebagai PTT daerah, realisasi 11 dokter, 30 bidan, 20 perawat
2. Jumlah SDM sebagai PPPK, realisasi 11 dokter, 30 bidan, 20 perawat
Hasil : Tersedianya SDM sebagai tenaga kesehatan PTT dan kontrak daerah, realisasi 11 dokter, 30 bidan, 20 perawat
5. DAK Non fisik akreditasi Puskesmas
Kegiatan dilaksanakan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan
melalui proses akreditasi puskesmas. Hasil penilaian tim akreditasi
puskesmas terhadap tiga puskesmas adalah predikat madya.
Realisasi keuangan sebesar 99,5%, dengan sisa anggaran
Rp. 3.625.621,-.
Keluaran : Jumlah puskesmas yang melaksanakan pendampingan, self assessment, pra survey, survey dan paska survey. Realisasi: 3 Puskesmas yaitu Puskesmas Lombok, Puskesmas Gedung Surian dan Puskesmas Bandar Negeri Suoh
Hasil : Jumlah puskesmas yang melaksanakan pelayanan kesehatan dasar, realisasi : 15 Puskesmas
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 32
III. Program Pengadaan, Peningkatan, dan Perbaikan Sarana dan
Prasarana Puskesmas/Puskesmas Pembantu dan Jaringannya
1. DAK Afirmasi Bidang Kesehatan (Puskesmas)
Kegiatan dilaksanakan sebagai upaya pemenuhan sarana, prasarana
dan alat kesehatan yang diberikan pada fasilitas kesehatan di daerah
terpencil dan perbatasan. Realisasi keuangan yang dicapai 98,1%
dengan dan realisasi fisik kegiatan sebesar 100%.
Keluaran : 1. Terlaksananya pembangunan baru puskesmas, realisasi 8 unit ( Puskesmas Sumber Jaya, Gedung Surian, Kenali, BNS, Sri Mulyo, Liwa, Batu Brak dan Lombok )
2. Terlaksana pembanguan rumah jabatan, realisasi 4 unit ( Puskesmas Lombok, Sri Mulyo dan dua unit di Puskesmas BNS )
3. Terlaksananya pengadaan pusling single, realisasi 3 unit ( Puskesmas Sumber Jaya, Batu Brak dan Gedung Surian )
4. Terlaksananya Pengadaan pusling double, realisasi 1 unit di Puskesmas BNS
5. Terlaksananya Pengadaan ambulans transport single, realisasi 2 paket ( Kenali dan Sri Mulyo )
6. Terlaksananya pengadaan pusling R2, realisasi 33 paket
7. Terlaksananya pengadaan alat kesehatan, realisasi 65 paket
8. Terlaksananya pengadaan sarana air bersih, realisasi 7 paket
9. Terlaksananya pengadaan listrik(genset) realisasi 2 unit
Hasil : 1. Terlaksananya pembangunan baru puskesmas, realisasi 8 unit ( Puskesmas Sumber Jaya, Gedung Surian, Kenali, BNS, Sri Mulyo, Liwa, Batu Brak dan Lombok )
2. Terlaksana pembanguan rumah jabatan, realisasi 4 unit ( Puskesmas Lombok, Sri Mulyo dan dua unit di Puskesmas BNS )
3. Terlaksananya pengadaan pusling single, realisasi 3 unit ( Puskesmas Sumber Jaya, Batu Brak dan Gedung Surian )
4. Terlaksananya Pengadaan pusling double, realisasi 1 unit di Puskesmas BNS
5. Terlaksananya Pengadaan ambulans transport single, realisasi 2 paket ( Kenali dan Sri Mulyo )
6. Terlaksananya pengadaan pusling R2, realisasi 33 paket
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 33
7. Terlaksananya pengadaan alat kesehatan, realisasi 65 paket
8. Terlaksananya pengadaan sarana air bersih, realisasi 7 paket
9. Terlaksananya pengadaan listrik(genset) realisasi 2 unit
2. DAK Afirmasi Bidang Kesehatan ( Pengadaan peralatan pendukung
imunisasi)
Kegiatan dilaksanakan sebagai upaya penyediaan peralatan
pendukung imunisasi. Realisasi keuangan sebesar 99,8%, dilakukan
untuk 3 puskesmas dikarenakan adanya perubahan satuan harga dari
peralatan pendukung imunisasi tersebut.
Keluaran : Jumlah puskesmas yang mendapatkan peralatan pendukung imunisasi Realisasi : 3 Unit
Hasil : Puskesmas yng mendapat peralatan pendukung imunisasi Target : 3 Unit
3. DAK Bidang Kesehatan Pelayanan Dasar
Realisasi fisik yang dicapai 100% yaitu peningkatan fisik puskesmas
sebanyak 1 unit, pengadaan kendaraan roda 4 (empat) puskesmas
keliling standar 1 unit, 3 unit pusling roda 2 dan 15 set alat kesehatan.
Sisa anggaran karena sesuai dengan hasil penawaran saat lelang
dengan harga sesuai e-katalog.
Keluaran : 1. Terlaksananya pembangunan /renovasi puskesmas, realisasi 1 puskesmas.
2. pemenuhan alat kesehatan, realisasi 15 set alkes 3. pemenuhan sarana transportasi rujukan, realisasi
1 R4, 3 unit kendaraan R2 Hasil : 1. Terlaksananya pembangunan /renovasi
puskesmas, realisasi 1 puskesmas. 2. pemenuhan alat kesehatan, realisasi 15 set alkes 3. pemenuhan sarana transportasi rujukan, realisasi
1 R4, 3 unit kendaraan R2
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 34
IV. Program Upaya Kesehatan Rujukan
1. Operasional Ambulans Hebat
Realisasi keuangan sebesar 85,6%, hal ini terjadi karena dana alokasi
BBM baru dapat direalisasikan setelah launching program pada bulan
agustus ( rencana awal bulan Juni 2018 ), honorarium cleaning
service tidak direalisasikan karena posko kendaraan Ambulan Hebat
yang berpindah tempat dan alokasi rekening listrik Pos Tim Monitoring
berada di Gedung Dinas Kesehatan.
Keluaran : Jumlah kecamatan yang melaksanakan ambulans
hebat Realisasi : 10 Kecamatan
Hasil : Jumlah kecamatan yang memiliki fasilitas pelayanan emergency bagi pasien gawat darurat Realisasi : 15 Kecamatan
C. Sasaran 3 : Meningkatnya upaya promotif dan preventif dan
pemberdayaan masyarakat
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama/Pendukung
Target
3. Meningkatnya upaya promotif dan preventif dan pemberdayaan masayarakat
Jumlah puskesmas melaksanakan pelayanan kesehatan [ada kondisi krisis kesehatan
15 Puskesmas
Jumlah pekon dengan IKS 0,5-0,8
25 Pekon
Jumlah KK di Pekon / Kelurahan terdata lengkap
82.662 KK
Adapun program dan kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai target
sasaran strategis sebagai berikut :
I. PROGRAM UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT
1. Penyediaan biaya operasional dan pemeliharaan puskesmas
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai dukungan pembiayaan operasional
kegiatan di seluruh puskesmas dan puskesmas pembantu. Besaran
anggaran per puskesmas ditentukan berdasarkan jumlah penduduk di
wilayah kerja UPT Puskesmas, status pelayanan puskesmas (rawat
inap atau non rawat inap), jumlah kunjungan pasien, biaya
operasional/pemeliharaan alat medis dan non medis, bahan habis pakai
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 35
termasuk di dalamnya biaya penerangan (listrik atau bahan bakar
generator) serta biaya penunjang lainnya yang dibutuhkan oleh
puskesmas. Penyediaan Biaya Operasional Puskesmas (BOP) bagi
puskesmas dalam melakukan berbagai upaya kesehatan adalah
bersifat komplementer (pelengkap) dan diperuntukkan sebagai biaya
operasional rutin kantor, artinya untuk menunjang kinerja kegiatan di
UPT Puskesmas dapat dipenuhi bukan saja dari BOP tetapi tetapi dari
sumber dana lainnya. Alokasi anggaran BOP untuk tahun 2018
sebesar Rp 950.129.210,-dengan realisasi sebesar 90,01 %
Keluaran
: Tersedianya biaya operasional dan pemeliharaan di puskesmas dan puskesmas pembantu, Target : 15 puskesmas dan 38 pustu
Hasil : Peningkatan pemanfaatan layanan sarana kesehatan pemerintah oleh masyarakat. Target: 100%
2. Pelayanan kesehatan daerah terpencil, tertinggal dan situasi khusus
(poskotis)
Kegiatan daerah terpencil bertujuan untuk meningkatkan jangkauan
pelayanan kesehatan puskesmas melalui pengembangan inovasi
pelayanan kesehatan puskesmas sesuai keadaan dan kebutuhan
masyarakat, meningkatkan dukungan sumberdaya upaya kesehatan
puskesmas di daerah tertinggal, perbatasan dan kepulauan. Kegiatan
yang dilakukan antara lain dengan pemberian Pelayanan Kesehatan
gratis, pemberian makanan tambahan pada posyandu, sosialisasi
budaya hidup sehat melalui pemberian paket PHBS, dan sunatan
massal. Pelayanan kesehatan situasi khusus adalah suatu
situasi/kondisi atau kegiatan-kegiatan legal terencana yang sifatnya
massal dan jelas penanggungjawabnya, bisa oleh pemerintah, swasta,
perhimpunan profesi, organisasi massa, ataupun masyarakat, dalam
keterkaitannya dengan upacara-upacara agama, adat, festival atau
pekan raya, di mana pada peristiwa atau kegiatan tersebut melibatkan
sejumlah besar orang pada suatu tempat tertentu. Contoh situasi
khusus antara lain: arus mudik lebaran, Natal dan Tahun Baru, upacara
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 36
keagamaan, upacara adat, kegiatan festival (seni, budaya dll), pesta
olahraga, kampanye pemilu, dan pengungsi di lokasi pengungsian.
Alokasi anggaran sebesar Rp. 206.183.000,- dengfan realisai 84,01%
Keluaran
: Terlaksananya pelayanan kesehatan di daerah terpencil dan poskotis. Target : 10 pekon, dan 3 poskotis.
Hasil : Masyarakat daerah terpencil, tertinggal memperoleh pelayanan kesehatan dan situasi khusus ( Pemeriksaan Indra dan Gigi Mulut pada anak SD, Poskotis dan P3K). Target: 2000 Orang
3. Manajemen Pelayanan Kesehatan di Puskesmas
Kegiatan ini dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
kesehatan masyarakat melalui pelaksanaan akreditasi sehingga
puskesmas yang telah terakreditasi dapat melaksanakan pelayanan
sesuai dengan standar pelayanan yang seharusnya diberikan di
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat alokasi anggaran sebesar
Rp. 104.930.000,- dengan realisasi sebesar Rp. 99,8%.
Keluaran
: Terpenuhinya puskesmas yang siap Akreditasi
Terlaksananya penilaian akreditasi puskesmas.
Target : 3 puskesmas, 3 puskesmas Hasil : Pelayanan kesehatan di puskesmas optimal.
Target: 100%
II. Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
1. Promosi Kesehatan Melalui Media
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka promosi pelaksanaan
program dan kegiatan kesehatan dengan menggunakan media
promosi baik yang berupa media cetak, media massa, dan siaran
radio, kegiatan ini dibiayai oleh APBD Kabupaten Lampung Barat
sebesar Rp. 96.350.000,- dengan realisasi 100%.
Keluaran
: Terlaksananya promosi kesehatan melalui media dan penyebarluasan informasi kesehatan Target : 1 radio 200 kali siar, iklan media cetak, 100 bh x-banner, 500 bh poster, 1000 bh stiker, 1500 lbr booklet.
Hasil : Masyarakat mengetahui informasi tentang layanan kesehatan di Kabupaten Lampung Barat.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 37
Target : 1 radio 300 kali siar, 1 paket iklan media cetak, 250 bh x-banner, 80 bh spanduk, 2000 bh stiker, 3000 lembar leaflet, 2500 lmbr poster,525 PIN.
2. Kampanye ABAT (Aku Bangga Aku Tahu) HIV/AIDS.
Kegiatan Kampanye ABAT adalah kegiatan yang dilaksanakan
sebagai upaya diseminasi informasi tentang penyakit HIV/AIDS
kepada pelajar sekolah yang merupakan usia rentan terhadap resiko
penularan HIV/AIDS, sehingga para pelajar tersebut mendapatkan
informasi yang tepat tentang bahaya HIV/AIDS dan cara penularannya.
Kegiatan ini dibiayaioleh APBD Kabupaten Lampung Barat dengan
anggaran sebesar Rp 79.910.000,- dengan realisasi sebesar 99,9%
Keluaran
: Terlaksananya Kampanye ABAT HIV/AIDS di sekolah. Target : 15 SMP di Kabupaten Lampung Barat
Hasil : Meningkatnya pengetahuan siswa SMP dan SMA tentang bahaya penyakit HIV/AIDS. Target : 15 SMP di Kabupaten Lampung Barat.
3. Pendataan Keluarga Sehat
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung terlaksananya survey
pendataan keluarga. Pendataan dilakukan untuk menilai 12 indikatro
keluarga sehat. Target program pada tahun 2019 seluruh keluarga
telah didata oleh petugas kesehatn. Anggaran sebesar
Rp. 27.840.000,- dengan realisasi sebesar 79,6%
Keluaran : Jumlah pekon yang survey keluarga sehat Target : 25 Pekon
Hasil : Persentase pelaksanaan pendataan hasil survey keluarga sehat pada pekon sasaran Target : 25 Pekon
4. DAK Non Fisik Bantuan Operasional Kesehatan (BOK)
BOK merupakan bantuan pemerintah pusat kepada pemerintah daerah
untuk mendukung operasional puskesmas dalam rangka pencapaian
program kesehatan prioritas nasional, khususnya kegiatan promotif
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 38
preventif sebagai bagian dari upaya kesehatan masyarakat. BOK
diharapkan dapat mendekatkan petugas kesehatan kepada masyarakat
dan memberdayakan masyarakat, melalui mobilisasi kader kesehatan
untuk berperan aktif dalam pembangunan kesehatan.
Tujuan dari pelaksanaan DAK Non Fisik BOK adalah untuk
meningkatkan akses dan mutu pelayanan kesehatan untuk upaya
kesehatan promotif dan preventif di wilayah kerja puskesmas. Pagu
anggaran sebesar Rp. 9.335.999.000,- dengan realisasi 97,4%
Keluaran
: Terlaksananya upaya promotif dan preventif Terlaksananya e-logistic kabupaten Terlaksananya kegiatan rujukan BOK di Dinas Kesehatan Target : 15 Puskesmas
Hasil : Peningkatan kesehatan masyarakat. Target : 40%
III. PROGRAM PENGEMBANGAN KESEHATAN TRADISIONAL
1. Pengembangan Tanaman Berkhasiat Obat Keluarga
Kegiatan dilaksanakan dalam upaya menggali potensi, meingkatkan
kemampuan dan pemanfataan obat-obat tradisional untuk
pemeliharaan kesehatan masyarakat. Pengelolaan dan sasaran
adalah kelompok masyarakat pengelola toga, kader kesehatan dan
masyarakat pengguna obat tradisional. Hasil dari pengembangan
kegiatan ini adalah diperolehnya predikat Juara Lomba Toga Tingkat
Provinsi yang diraih oleh Pekon Waspada Kecamatan Sekincau. Pagu
anggaran sebesar Rp. 100.000.000,- dengan realisasi sebesar 97,9%.
Keluaran
: - Jumlah pekon yang memiliki kebun kolektif toga, realisasi 15 pekon
- Jumlah pekon yang mengikuti lomba toga, realisasi 15 pekon
Hasil : Peningkatan kesehatan masyarakat. Target : 40%
d. Sasaran Strategis 4
4..
Meningkatnya kemandirian, akses & mutu serta sediaan farmasi, alat kesehatan dan makanan
Persentase ketersediaan obat dan vaksin di puskemas
90 %
Persentase obat yang memnuhi syarat
90 %
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 39
Adapun program dan kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai target
sasaran strategis sebagai berikut :
I. Program Pengawasan Obat dan Makanan
a. Peningkatan Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk pengawasan bahan makanan yang
mengandung bahan berbahaya pada makanan yang dijual bebas
kepada masyarakat. Khususnya produk makanan yang dijual sebagai
jajanan pasar, jajanan anak sekolah, warung, dan sebagainya.
Pemeriksaan dilakukan antara lain terhadap bahan kimia tambahan,
misalnya zat warna berbahaya (Rhodamin B), boraks dan juga
mikroba pathogen. Pagu anggaran sebesar Rp 57.000.000,- dengan
realisasi sebesar 96,8%
Keluaran
: Meningkatnya pengawasan terhadap masyarakat dari bahan pangan, obat, obat tradisional dan kosmetika yang mengandung bahan berbahaya; Terlaksananya pemeriksaan sampel bahan makanan/minuman ke kecamatan; Terlaksananya pemeriksaan sampel bahan makanan/minuman ke propinsi. Target : 40 Lokasi, 1 Paket, 1 paket.
Hasil : Terpantaunya bahan berbahaya yang terkandung di dalam bahan makanan. Target : 100%
b. Sertifikasi Penyuluhan Keamanan Pangan (PKP).
Kegiatan dilaksanakan sebagai upaya pembinaan dan pengawasan
efektif terhadap produk pangan, khususnya hasil produksi Industri
Rumah Tangga pangan (IRTP), agar tersedia pangan yang aman,
bermutu, beragam, dan bergizi. Sebelum produksi IRTP diedarkan,
produk pangan wajib mendapat Sertifikat Pangan Industri Rumah
Tangga (SPP-IRT). Salah satu persyaratan untuk mendapatkan
sertifikat tersebut adalah bahwa pemilik/penanggung jawab IRTP telah
mengikuti dan memiliki Sertifikat Penyuluhan Keamanan pangan
(PKP). Pagu anggaran sebesar Rp 48.868.000,- dengan realisasi
sebesar 93,7%
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 40
Keluaran
: Terlaksananya sertifikasi penyuluhan kemanan pangan (PKP) untuk pemilik/ penanggung jawab industri rumah tangga, pangan, guru dan penjual makanan siap saji Target : 40 orang
Hasil : Terbinanya penanggung jawab industri rumah tangga pangan, guru dan penjual makan siap saji. Target : 40 orang
II. PROGRAM OBAT DAN PERBEKALAN KESEHATAN
1. Peningkatan Mutu Pelayanan Farmasi Komunitas dan Rumah Sakit
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya pelaksanaan pengawasan
dan pembinaan terhadap sarana/fasilitas kesehatan swasta di
Kabupeten Lampung Barat agar masyarakat Lampung Barat dapat
memperoleh pelayanan kesehatan yang terjamin kualitasnya,
mengingat saat ini semakin maraknya pertumbuhan sarana/fasilitas
kesehatan swasta dan makin berkembangnya pengetahuan
masyarakat untuk melakukan swamedikasi. Pagu anggaran
Rp. 26.449.000,- dengan realisasi sebesar 99,3%
Keluaran
: Terlaksananya pengawasan mutu sarana/fasilitas kesehatan swasta Target : 6 sarana
Hasil : Meningkatnya mutu sarana/ fasilitas kesehatan swasta di Kabupaten Lampung Barat Target : 100%.
2. Pengelolaan Obat dan Perbekalan Kesehatan
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai salah satu upaya penyediaan obat
dan perbekalan kesehatan dengan kegiatan utama adalah distribusi
obat dan perbekalan kesehatan ke seluruh puskesmas. Alokasi
anggaran sebesar Rp 67.734.500,- dengan realisasi sebesar 99,2%.
Keluaran
: Tersedianya obat-obatan dan perbekalan kesehatan serta sarana penunjangnya. Target : 1 paket
Hasil : Terlaksananya pengelolaan obat dan perbekalan kesehatan bagi Puskesmas. Target : 100%
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 41
3. Penyediaan Biaya Operasional dan Pemeliharaan UPT Instalasi
Farmasi
Kegiatan ini ditujukan untuk dana opersional UPT Instalasi farmasi,
yang digunakan untuk proses pengelolaan, penyimpanan dan
pendistribusian obat dari hasil pengadaan maupun obat dari provinsi ke
seluruh puskesmas di Kabupaten Lampung Barat. Pagu anggaran
sebesar Rp. 81.901.000,- dengan realisasi sebesar 96,3 %
Keluaran
: Tersedianya biaya operasional dan pemeliharaan instalasi UPT Farmasi; Terlaksananya pemusnahan obat. Target : 12 bulan, 1 paket
Hasil : Terlaksananya operasional dan pemeliharaan UPT Instalasi farmasi. Target : 100%
4. DAK Reguler Bidang Kesehatan ( Kefarmasian )
Kegiatan dilaksanakan untuk pengadaan obat dan perbekalan
kesehatan serta sarana penunjang instalasi farmasi kabupaten.
Pemenuhan kebutuhan obat meliputijenis dan jumlah disesuaikan
dengan kebutuhan yang disusun berdasarkan pola penyakit, rencana
kebutuhan obat (RKO) puskesmas dan ditambah buffer untuk jangka 6
bulan berikutnya. Pagu anggaran sebesar Rp. 3.145.129.000,- dengan
realisasi sebesar 95,7%.
Keluaran
: - Persentase ketersedian obat dan perbekalan kesehatan, realisasi : 95%
- Sarana Penunjang IFK, realisasi : 1 Paket Hasil : - Persentase ketersedian obat dan perbekalan
kesehatan, realisasi : 95% - Sarana Penunjang IFK, realisasi : 1 Paket
5. Pengadaan obat dan perbekalan kesehatan
Kegiatan dilaksanakan untuk pengadaan obat dan perbekalan
kesehatan serta sarana penunjang instalasi farmasi kabupaten. Yang
belum terpenuhi oleh kegiatan bersumber DAK Farmasi. Pemenuhan
kebutuhan obat meliputijenis dan jumlah disesuaikan dengan
kebutuhan yang disusun berdasarkan pola penyakit, rencana
kebutuhan obat (RKO) puskesmas dan ditambah buffer untuk jangka 6
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 42
bulan berikutnya. Pagu anggaran sebesar Rp. 310.152.000,- dengan
realisasi sebesar 99,9 %.
Keluara
: Persentase ketersedian obat dan perbekalan kesehatan, realisasi : 95%
Hasil : Persentase ketersedian obat dan perbekalan kesehatan, realisasi : 95%
e. Sasaran Strategis 5
5. Meningkatnya kesehatan masyarakat
Angka Kematian Ibu (AKI) / 100.000 KH
129,8 / 100.000 KH
Angka Kematian Bayi (AKB) 4,3 / 1.000 KH
Persentase balita gizi buruk yang mendapatkan perawatan
100 %
Persentase penurunan prevalensi balita kurus (wasting)
< 10 %
Persentase penurunan prevalensi balita stunting
25 %
Persentase masyarakat Lampung Barat di atas 60 Tahun yang mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar
100 %
Adapun program dan kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai target
sasaran strategis sebagai berikut :
I. Program Perbaikan Gizi Masyarakat
1. Pemberian Makanan Tambahan Pada Ibu Hamil Kurang energi Kronis.
kegiatan dilakukan dalam bentuk pemberian makanan tambahan
berupa susu ibu hamil KEK yang telah diukur LILAnya oleh petugas
kesehatan dengan LILA <23.5 cm. Kemudian dilakukan pemantauan
kembali terhadap ibu hamil KEK yang telah diberi makanan tambahan
berupa susu. Pagu anggaran sebesar Rp. 130.118.000,- dengan
realisasi sebesar 95,1%
Keluaran
: Tersedianya PMT bagi ibu hamil KEK dan terlaksananya monev ke puskesmas. Target : 50 bumil KEK
Hasil : Meningkatnya status gizi ibu hamil. Target : 50 bumil KEK
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 43
2. Pelacakan dan penanggulangan kasus gizi buruk balita KEP dan
bumil KEK.
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengatasi kasus gizi buruk yang ada di
masyarakat. Pelacakan kasus dilakukan oleh tenaga pelaksana gizi
(TPG) puskesmas yang didapat dari hasil pencatatan di pelayanan
puskesmas maupun posyandu. Pemeriksaan balita dengan cara
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, sedangkan
untuk bumil dilakukan dengan cara pengukuran lingkar lengan atas (LILA).
Berdasarkan hasil laporan tersebut maka untuk temuan kasus akan
dilakukan pemeriksaan secara langsung oleh tim Dinas Kesehatan.
Berikutnya dilakukan intervensi penanganan kasus dengan pemberian
makanan tambahan (PMT) untuk balita KEP dan bumil KEK. Pagu
anggaran sebesar Rp. 92.500.000,- dengan realisasi sebesar 99,9%
Keluaran
: Terlaksananya pertemuan pelacakan dan penanggulangan kasus gizi buruk; Terlaksananya validasi dan monev balita KEP dan bumil KEK. Target : 15 Puskesmas, 30 Orang, 4 kasus bumil KEK.
Hasil : Tertanganinya kasus gizi buruk, Balita KEP dan Bumil KEK. Target : 100%.
II. Program Peningkatan Pelayanan Kesehatan Lansia
1. Lansia Ceria
Kegiatan dilaksanakan untuk mengaktifkan posyandu, pemberian
bingkisan kepada lansia yang aktif mengikuti kegiatan. Kegiatan yang
dilaksanakan di posyandu meliputi pemeriksaan kesehatan, konsultasi
kesehatan, pengobatan dasar dan senam bersama. Pagu anggaran
sebesar Rp. 40.000.000,- dengan realisasi 93,1%.
Keluaran
: - Jumlah puskesmas yang memberikan pelayanan lansia, realisasi 15 puskesmas
- Jumlah posyandu lansia mendapatkan pembinaan, realisasi 15 posyandu
- Jumlah posyandu lansia mendapatkan bantuan, realisasi 15 posyandu
Hasil : Persentase sasaran lansia mendapatkan pelayanan kesehatan lansia, target 10%
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 44
III. Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak
1. Audit Maternal dan Perinatal
Kegiatan ini merupakan sebuah bentuk investigasi kualitatif mendalam
mengenai penyebab dan situasi di seputar kematian maternal dan
perinatal/neonatal baik yang ditangani di fasilitas kesehatan termasuk
bidan di desa atau bidan praktek swasta secara mandiri, maupun di
rumah. Kegiatan ini dilakukan oleh tim Audit Maternal Perinatal
Kabupaten Lampung Barat yang sudah ditandatangani oleh petugas,
di mana tim bertugas untuk melaksanakan pengkajian terhadap
semua kasus kematian yang terjadi pada ibu hamil yang berada di
wilayah kerja kab/kota baik yang meninggal di dalam kabupaten/kota
ataupun di luar. Pagu anggaran sebesar Rp 125.120.000,- dengan
realisasi sebesar 100%
Keluar an : Terlaksananya Audit Maternal dan Perinatal Target : 4 triwulan, 240 orang.
Hasil : Bidan mampu mendiagnosa penyebab dan mencegah kematian ibu dan anak. Target : 240 orang
2. Sosialisasi Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan
Komplikasi (P4K)
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mensosialisasikan program
perencanaan persalinan, yang meliputi perencanaan tempat
persalinan, penolong persalinan, biaya persalinan, kendaraan yang
digunakan saat persalinan, tabungan untuk pembiayaan persalinan
dan calon pendonor darah, dimana notifikasi yang digunakan adalah
dengan menggunakan stiker P4K yang semestinya ditempelkan di
depan rumah sebagai penanda keberadaan ibu hamil dalam rumah
tangga dimaksud. Dengan berjalannya upaya program P4K
diharapkan dapat meminimalisir kemungkinan terjadinya kematian ibu
dan bayi selama proses kehamilan, persalinan dan masa nifas. Pagu
anggaran sebesar 159.948.000, dengan realisasi sebesar 98,5%.
Keluaran
: Terlaksananya pertemuan sosialisasi program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K); Terlaksananya cetak buku KIA.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 45
Target : 42 orang dari 8 kecamatan terdiri dari PKK kec, kepala pekon, bidan desa, kepala puskesmas, kader, dukun); 5300 buku KIA ,120 lembar balik Kelas ibu dan 35 lembar balik KIA catin.
Hasil : Meningkatnya pengetahuan peserta sosialisasi program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K) dan tersedianya buku penunjang KIA. Target : : 42 orang dari 8 kecamatan terdiri dari PKK kec, kepala pekon, bidan desa, kepala puskesmas, kader, dukun); 5300 buku KIA ,120 lembar balik Kelas ibu dan 35 lembar balik KIA catin.
c. Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik Jaminan Persalinan
Kegiatan DAK Non Fisik Jampersal tahun 2017 digunakan untuk
mendekatkan akses dan mencegah terjadinya keterlambatan
penanganan pada ibu hamil, ibu bersalin, nifas dan bayi baru lahir
terutama di daerah sulit akses ke fasilitas kesehatan melalui
penyediaan Rumah Tunggu Kelahiran (RTK). Kegiatan ini diarahkan
untuk memobilisasi persalinan di fasilitas kesehatan untuk mencegah
secara dini terjadinya komplikasi baik dalam persalinan ataupun masa
nifas. Pagu anggaran sebesar Rp 3.402.163.000,- dengan realisasi
sebesar 41,9%
Keluaran
: Tersedianya Rumah Tunggu Kelahiran; Tersedianya biaya transport rujukan. Target : 17 unit, 1350 ibu hamil
Hasil : Meningkatnya jumlah persalinan di fasilitas pelayanan kesehatan. Target : 100%
f. Sasaran Strategis 6
No
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama/Pendukung/ Kegiatan
Target 5 Tahun
6. Meningkatnya upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit menular dan tidak menular
Persentase pelayanan kesehatan skriningpada usia produktif
62 %
Persentase penemuan kasus baru TBC
70 %
Persentase cakupan imunisasi dasar lengkap (IDL)
96 %
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 46
Adapun program dan kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai target
sasaran strategis tersebut adalah sebagai berikut :
I. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
1. Pelayanan vaksinasi bagi balita dan anak sekolah
Kegiatan ini adalah kegiatan pemberian imunisasi untuk melindungi anak
sekolah dari penyakit campak, tetanus dan difteri yang diberikan pada
anak sekolah kelas 1, 2 dan 3 dengan target 98%. Pagu anggaran
sebesar Rp 168.000.000,- dengan realisasi sebesar 99,2%
Keluaran
: Terlaksananya bulan imunisasi anak sekolah (BIAS); Terlaksananya pertemuan persiapan BIAS. Target : 242 SD/MI, 26 orang
Hasil : Tercapainya imunisasi anak sekolah. Target: 95%
2. Pencegahan penularan penyakit endemik/epidemik
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya pencegahan terhadap
kemungkinan terjadinya kejadian epidemik penyakit menular dalam
komunitas atau daerah tertentu dalam hal ini yang berkaitan dengan
kasus flu burung. Kegiatan dilaksanakan dengan melakukan peningkatan
petugas surveilans dan melakukan pelacakan kasus setiap ada kasus
kematian unggas yang dianggap mencurigakan. Pagu anggaran sebesar
Rp 25.000.000,- dengan realisasi 93,23%
Keluaran
: Terdeteksinya penyakit akibat flu burung; Terlaksananya pertemuan evaluasi petugas surveilans program flu burung. Target : 3 kecamatan, 30 orang
Hasil : Terdeteksinya kasus flu burung pada manusia. Target: 100%
3. Peningkatan pelayanan imunisasi
Kegiatan Peningkatan Pelayanan Imunisasi dilakukan untuk menurunkan
angka kesakitan, kecacatan dan kematian bayi akibat penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi (PD3I). Selanjutnya untuk tercapainya target
desa/kelurahan Universal Child Imminization (UCI) 100% pada tahun 2018
dimana 80% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 47
imunisasi dasar lengkap pada satu kurun waktu tertentu. Pagu anggaran
sebesar Rp 688.434.000,-dengan realisasi sebesar 97,5%
Keluaran
: Terlaksananya imunisasi; Terlaksananya pertemuan
KIPI; Terlaksananya pertemuan target Universal Child
Immunization (UCI); Terlaksananya pertemuan migrasi
software berbasis web.
Target : 136 pekon, 35 orang, 30 orang.
Hasil : Tercapainya universal child imunization (UCI).
Target: 100%
4. Peningkatan surveilance epidemiologi dan penanggulangan
wabah/KLB.
Kegiatan ini adalah kegiatan respon suatu sistem yang sangat penting
dalam pengendalian penyakit khususnya penyakit yang berpotensi
menimbulkan KLB atau wabah, dengan cara menganalisa hasil laporan
mingguan dari unit pelayanan kesehatan (puskesmas) ke Dinas
Kesehatan, dari analisa tersebut dapat diambil nilai ambang "alert" yang
mengindikasikan adanya sinyal suatu penyakit yang melampaui batas
toleransi yang membutuhkan suatu tindakan atau respon khusus dari
petugas kesehatan di puskesmas maupun pada tingkat kabupaten. Pagu
anggaran sebesar Rp 32.470.000,-. Dengan realisasi sebesar 100%
Keluaran : Terlaksananya pelacakan kasus potensi KLB. Target : 15 puskesmas
Hasil : Tertanganinya KLB dalam waktu 24 jam. Target: 100%
5. Peningkatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) pencegahan
dan pemberantasan penyakit.
Kegiatan ini berupa pelaksanaan Early Warning Alert Respon System
(EWARS) atau Sistem Kewaspadaan Dini di Kabupaten Lampung Barat
dengan mengaktifkan sms gate away di puskesmas yang dilaporkan
berjenjang tiap minggunya ke Dinas Kesehatan. Di Kabupaten Lampung
Barat tahun 2018 kegiatan ini dilaksanakan khususnya untuk tertib
administrasi pelaporan kasus penyakit. Pagu Anggaran yang dialokasikan
untuk kegiatan ini sebesar Rp 32.402.000,- dengan realiasasi 100%
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 48
Keluaran
: Terlaksananya Early Warning Alert Respon System (EWARS); Tersedianya komunikasi cepat; Tercapainya ketepatan laporan mingguan Target : 15 puskesmas
Hasil : Terdeteksinya kasus yang ada di Masyarakat. Target: 100%
6. Peningkatan pelayanan kesehatan penderita DBD
Kegiatan ini dilakukan berkaitan dengan pencegahan dan pengendalian
penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD), sehingga dapat menurunkan
angka kesakitan dan kematian penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
Upaya yang dilakukan berkaitan dengan kegiatan ini antara lain adalah
dengan melatih tenaga kader jumantik (juru pemantau jentik) di pekon -
pekon sasaran, pelaksanaan fogging, dan pemeriksaan jentik di rumah
penduduk. Pagu anggaran sebesar Rp 194.000.000,- dengan realisasi
sebesar 94,7%.
Keluaran
: Terlaksananya peningkatan kapasitas dalam penanganan kasus DBD. Target : 113 orang.
Hasil : Menurunkan angka prevalensi penyakit DBD. Target: 80%
7. Peningkatan pelayanan kesehatan penderita diare
Kegiatan ini adalah kegiatan yang dilakukan untuk menurunkan angka
kesakitan dan kematian akibat diare. Kegiatan dilakukan dengan
melibatkan lintas program dan lintas sektor terkait mengingat bahwa diare
adalah penyebab utama kematian balita di Indonesia sehingga perlu
penanganan secara komprehensif yang tidak bisa hanya dilakukan oleh
Dinas Kesehatan dan jaringannya saja. Hal yang menjadi fokus adalah
pelaksanaan tata laksana yang tepat dalam penanganan kasus diare baik
di sarana pelayanan kesehatan maupun di rumah tangga. Pagu anggaran
sebesar Rp 58.100.000,- dengan realisasi sebesar 99,7%
Keluaran : Terlaksananya diseminasi informasi diare kepada kader PKK tingkat pekon. Target : 104 orang kader PKK.
Hasil : Meningkatnya angka penemuan diare pada balita oleh kader PKK. Target: 100%
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 49
8. Peningkatan pelayanan kesehatan penderita malaria
Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, penyakit
ini dapat menyebabkan kematian terutama pada kelompok resiko tinggi
yaitu bayi, anak balita, dan ibu hamil. Malaria juga berdampak pada
penurunan produktivitas kerja akibat anemia. Indikator program Malaria
ditentukan oleh Annual Positivity Incidence (API) sebesar < 1/1.000
penduduk. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mempertahankan API rate
hingga < 1/1.000 penduduk sehingga tidak menjadi masalah bagi
kesehatan masyarakat, mempertahankan angka konfirmasi laboratorium
bagi kasus Malaria klinis minimal 90% hingga 100% dan pengobatan
menggunakan ACT. Pagu anggaran Rp 225.000.000,- dengan realisasi
sebesar 99,01%
Keluaran
: Terlaksananya peningkatan kapasitas petugas P2 malaria; Terlaksananya Pos Malaria Desa (Pos Maldes) Target : 157 orang, 13 kecamatan
Hasil : Menurunnya angka kesakitan Malaria di masyarakat. Target: 90%
9. Peningkatan pelayanan kesehatan kusta
Tujuan dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk menurunkan angka
prevalensi kusta hingga < 1/10.000 penduduk sehingga tidak menjadi
masalah kesehatan masyarakat, mempertahankan angka penemuan
penderita baru hingga ≤ 5/100.000 penduduk minimal 3 tahun berturut-
turut, meningkatkan kualitas tenaga kesehatan hingga minimal 75% telah
mendapat pelatihan kusta, dan untuk meningkatkan angka penemuan
melalui Active Case Finding. Dengan dilaksanakannya kegiatan ini
diharapkan menjadi daerah beban rendah (Low Burden) Kusta dalam
rangka menuju Eliminasi Kusta Tingkat Provinsi Tahun 2019. Pagu
anggaran sebesar Rp 66.000.000,- dengan realisasi sebesar 100%
Keluaran : Terlaksananya pelacakan kasus kusta Target : 1600 orang, 10 SD/MI
Hasil : Meningkatnya deteksi dini Kusta di anak sekolah tingkat SD. Target: 100%
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 50
10. Peningkatan pelayanan kesehatan penderita TBC
Secara umum tujuan kegiatan ini adalah untuk menurunkan angka
kesakitan dan angka kematian penyakit TB Paru dengan cara
memutuskan rantai penularan. Kegiatan yang dilakukan antara lain
dengan peningkatan kapasitas petugas laboratorium di puskesmas dan
pembelian perbekalan kesehatan dan bahan kimia untuk pemeriksaan
TB Paru di puskesmas. Sasaran dari program penanggulangan penyakit
TB Paru adalah seluruh masyarakat yang ada di Kabupaten Lampung
Barat sebesar 85%, angka konversi sebesar 80%, angka kesembuhan
(success rate) sebesar 85% dan tidak ada kesalahan besar dalam
pembacaan laboratorium sebesar 5%. Pagu anggaran Rp 106.415.000,-
dengan reaisasi sebesar 94,2%
Keluaran
: Terlaksananya pelatihan petugas laboratorium TBC di BLK Provinsi Lampung. Target : 9 orang, 15 puskesmas
Hasil : Menambah pengetahuan dan keterampilan petugas laboratorium TBC. Target: 100%
11. Peningkatan pelayanan kesehatan penderita infeksi menular seksual
(IMS) HIV/AIDS
Kegiatan ini ditujukan untuk mencegah dan mengurangi penyebaran
penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) termasuk HIV/AIDS. Sasaran dari
kegiatan ini semua orang dengan HIV/AIDS (ODHA) dapat tertanggulangi
dengan target IMS yaitu menurunnya angka prevalensi kelamin kurang
dari 1%. Kegiatan dilaksanakan dengan melakukan Pelatihan klinik
Voluntary Counsseling and Testing (VCT) terhadap tenaga pengelola
program IMS dan HIV/AIDS di puskesmas sehingga dapat memberikan
pelayanan yang optimal kepada masyarakat yang membutuhkan. Pagu
anggaran sebesar Rp 9.000.000,- dengan realisasi sebesar 98,1%
Keluaran
: Terlaksananya deteksinya kasus IMS dan HIV/AIDS Target : 120 ibu hamil
Hasil : Meningkatnya angka penemuan dan pengobatan pengidap IMS dan HIV/AIDS di masyarakat. Target: 90%
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 51
12. Peningkatan pelayanan kesehatan rabies dan GHPR
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya untuk mengeliminasi gigitan
hewan penular rabies dengan meningkatkan pengetahuan masyarakat
dan koordinasi dengan lintas sektor terkait. Sasaran dari kegiatan adalah
menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat Gigitan Hewan Penular
Rabies (GHPR) hingga 0 kasus. Upaya yang dilakukan antara lain adalah
dengan melaksanakan advokasi pelaksanaan tata laksana rabies di
kecamatan se-Kabupaten Lampung Barat. Pagu anggaran sebesar
Rp 65.000.000,- dengan realisasi sebesar 99,9%
Keluaran
: Terlaksananya kegiatan advokasi penanganan kasus rabies/GHPR Target : 52 orang, 2 Pkm
Hasil : Meningkatnya dukungan dan komitmen dalam pengendalian penyakit rabies/ GHPR. Target: 90%
13. Pencegahan dan Penanggulangan Filaris dan Kecacingan
Kegiatan ini ditujukan untuk sosialisasi tentang pentingnya pemberian oat
cacing untuk anak-anak. Kegiatan dilakukan sebagai upaya pencegahan
secara massal bagi anak-anak terhadap penyakit kecacingan yang
berdampak pada status kesehatan anak terutama untuk macam-macam
penyakit yang disebabkan oleh kecacingan. Pagu anggaran sebesar
Rp 225.572.000,- dengan realisasi sebesar 96,2%
Keluaran
: Terlaksananya pemberian obat kecacingan untuk pencegahan secara massal. Target : 249 posyandu, 249 SD/MI, 174 PAUD.
Hasil : Tereliminasinya penyakit akibat kecacingan. Target: 80%
14. Peningkatan Imunisasi TT pada WUS baik hamil maupun tidak hamil
Kegiatan dilaksanakan untuk meningkatkan cakupan imunisasi Tetanus
Toxoid bagi WUS hamil maupun tidak hamil. Tujuan akhir dari pemberian
vaksinasi ini adalah perlindungan individu dan komunal dari kasus
tetanus neonatorum, sehingga angka kesakitan dan angka kematian
dapat dicegah sejak dini. Pagu anggaran sebear Rp. 197.000.000,-
dengan realisasi sebesar 85,4%.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 52
Keluaran : Jumlah sasaran WUS mendapatkan imunisasi TT Realisasi 57.830 jiwa.
Hasil : Persentase WUS hamil dan tidak hamil mendapatkan imunisasi TT, realisasi 79,5%
15. Peningkatan Pelayanan Kesehatan ISPA dan Pneumonia
Kegiatan dilaksanakan untuk meningkatkan angka penemuan dan
tatalaksanan minimal 86% dari perkiraan penderita pneumonia dengan
sasaran kegiatan adalah angka kesakitan dan kematian pneumonia
kurang dari 4%. Hal ini perlu dilakukan mengingat pneumonia merupakan
penyakit paling serius dan paling membahayakan jiwa anak-anak
dibandingkan dengan infeksi saluran pernafasan lainnya, terutama pada
bayi dan anak berusia di bawah lima tahun. Pagu anggaran sebesar
Rp. 66.000.000,- dengan realisasi sebesar 100%.
Keluaran
: Terlaksananya peningkatan kapasitas bagi petugas P2 ISPA dan pneumonia Target : 107 orang di 9 puskesmas
Hasil : Meningkatnya hasil penemuan pneumonia balita , target 4%
II. Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Tidak
Menular
1. Promosi Kesehatan Kawasan Tanpa Rokok (KTR)
Kegiatan ini adalah kegiatan yang dilaksanakan sebagai pelaksanaan
program KTR yang merupakan bagian dari upaya pengendalian konsumsi
rook di wilayah Kabupaten Lampung Barat. Pagu anggaran
Rp. 375.000.000,- dengan realisasi sebesar 98,9%
Keluaran
: Terlaksananya KTR di kecamatan dan puskesmas Target : 15 puskesmas, 2 pekon, baleho besar 2 buah, baleho sedang 17 buah, leaflet 2.000 lembar, sticker 1.000 lembar, buku saku 300 buah dan 353 buah kaos
Hasil : Terlaksananya KTR di kecamatan dan puskesmas Target : 15 puskesmas, 2 pekon, baleho besar 2 buah, baleho sedang 17 buah, leaflet 2.000 lembar, sticker 1.000 lembar, buku saku 300 buah dan 353 buah kaos
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 53
2. Pelayanan Penderita Hipertensi
Kegiatan dilaksanakan sebagai salah satu upaya menjaring kasus
penyakit tidak menular. Kegiatan berupa peningkatan kapasitas petugas
dalam deteksi, penegakan diagnose, pengobatan, perawatan dan
pencatatan-pelaporan kasus secara berjenjang. Seluruh puskesmas dapat
melaksanakan skring hipertensi setelah nakes mendapat peningkatan
kapasitas. Pagu anggaran Rp. 40.000.000,- dengan realisasi 96,6%
Keluaran
: - Puskesmas mengikuti pertemua peningkatan kapasitas nakes, realisasi 15 puskesmas
- Puskesmas melaksanakan skrining penderita hipertensi, realisasi 15 puskesmas
- Puskesmas mendapatkan logistic, realisasi 8 puskesmas
Hasil : Persentase penderita hipertensi diskring oleh puskesmas Realisasi : 18,43%
3. Pelayanan Penderita Diabetes Mellitus
Kegiatan dilaksanakan berupa peningkatan kapasitas nakes dalam skring
diabetes mellitus, tercatat sebanyak 2.106 jiwa ( 14,8%) telah diskrining
dan mendapatkan pengobatan. Pagu anggaran Rp. 40.000.000,- dengan
realisasi sebesar 98,13%
Keluaran
: - Puskesmas mengikuti pertemuan peningkatan kapasitas nakes, realisasi 15 puskesmas
- Puskesmas melaksanakan skrining penderita hipertensi, realisasi 15 puskesmas
- Puskesmas mendapatkan logistic, realisasi 8 puskesmas
Hasil : Persentase penderita hipertensi diskring oleh puskesmas Realisasi : 14,8%
4. Pelayanan Kesehatan Haji
Kegiatan ini dilaksanakan untuk mendukung pelaksanaan
pemberangkatan calon jemaah haji yaitu berkaitan dengan pemeriksaan
kesehatan calon jemaah haji. Pemeriksaan kesehatan jemaah haji adalah
rangkaian kegiatan yang meliputi anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang dan penetapan diagnosis jemaah haji, dilanjutkan
dengan pemeriksaan kesehatan sesuai indikasi. Jemaah haji risiko tinggi
adalah jemaah haji dengan kondisi kesehatan yang secara epidemiologi
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 54
berisiko mengalami peningkatan kesakitan dan kematian selama
perjalanan ibadah haji yaitu: jemaah haji lanjut usia, jemaah haji penderita
penyakit menular, jemaah haji wanita hamil, dan jemaah haji dengan risiko.
Jemaah haji juga diberikan vaksinasi Meningitis Tetravalent (ACYW135)
bagi semua jemaah haji, dan influenza sesuai dengan musim bagi
petugas dan jemaah usia lanjut untuk upaya kekebalan tubuh jemaah haji
agar tidak sakit sebagai akibat penularan penyakit tertentu serta upaya
memutus mata rantai penularan dan penyebaran penyakit dari dan ke
tanah air. Pagu anggaran sebesar Rp 207.106.000,- dengan realisasi
sebesar 72,9%
Keluaran
: Terlaksananya pemeriksaan, pemberian vaksin dan terdeteksinya resiko tinggi pada jamaah haji Target : 150 jemaah
Hasil : Pelayanan kesehatan calon jemaah haji yang optimal. Target: 100%
5. Pelayanan Deteksi Dini Kanker
Kegiatan dilaksanakan untuk mendeteksi secara dini kasus kanker leher
Rahim (Ca. Cervix) dengan motode IVA. Peningkatan kapasitas petugas
dalam hal diagnose, promosi dan terapi serta pencatan dan pelaporan.
Pagu anggaran Rp. 150.000.000,- dengan realisasi sebesar 86,03%.
Keluaran
: - Puskesmas mengikuti pertemuan peningkatan kapasitas nakes, realisasi 15 puskesmas
- Jumlah mendapatkan sosialisasi, realisasi 150 orang - Puskesmas mendapatkan logistic, realisasi 15
puskesmas - Puskesmas melaksanakan deteksi dini, realisasi 15
puskesmas Hasil : Persentase WUS usia 30-50 tahun diperiksa IVA,
realisasi 29,05%
6. Peningkatan Pelayanan Kesehatan Skrining pada Usia Produktif
Kegiatan dilaksanakan untuk memaksimalkan eksistensi posbindu dalam
fungsi mempertahankan kesehatan, pencegahan penyakit, peingkatan
kemampuan dan kemauan masyarakat untuk melakukan deteksi penyakit-
penyakit degenratif seperti DM dan hipertensi. Pagu anggaran
Rp. 150.000.000,- dengan realisasi sebesar 98,3%
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 55
Keluaran
: - Puskesmas mengikuti pertemuan peningkatan kapasitas nakes, realisasi 15 puskesmas
- Jumlah mendapatkan sosialisasi, realisasi 100 orang - Puskesmas mendapatkan logistic, realisasi 33
posbindu - Jumlah popsbinsu, realisasi 33 posbindu
Hasil : Terselenggaranya kegiatan posbindu PTM Realisasi : 115 posbindu
III. PROGRAM PELAYANAN KESEHATAN JIWA DAN NAPZA
1. Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA
Kegiatan dilaksanakan berupa peningkatan kapasitas nakes dalam hal
diagnose, promosi dan terapi serta administrasi pelaporan program
pencegahan penyalahgunaan NAPZA. Pagu anggaran Rp. 150.000.000,-
dengan realisasi sebesar 98,8%
Keluaran
: - Puskesmas mengikuti pertemuan peningkatan kapasitas nakes, realisasi 15 puskesmas
- Jumlah mendapatkan sosialisasi, realisasi 60 orang - Puskesmas mendapatkan logistic, realisasi 3
puskesmas Hasil : Puskesmas memahami SOP Pencegahan
Penyalahgunaan NAPZA, realisasi 15 Puskesmas
g. Sasaran Strategis 7
No Sasaran Strategis
Indikator Kinerja Utama/Pendukung/ Kegiatan
Target 5 Tahun
7. Meningkatnya sinergitas dan kemitraan lintas sector, LSM dan duani usaha
Persentase peserta JKN 100 %
Adapun program dan kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai target
sasaran strategis sebagai berikut :
I. Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan
1. Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Kegiatan ini adalah untuk melaksanakan jaminan kesehatan yang
diselenggarakan oleh BPJS kesehatan. Pembiayaan Jaminan Kesehatan
dilakukan secara langsung oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) dalam hal ini adalah puskesmas yang ada di setiap kecamatan se-
Kabupaten Lampung Barat. Dana kapitasi yang merupakan implementasi
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 56
dari pelaksanaan JKN bertujuan untuk memberikan perlindungan
kesehatan dalam bentuk manfaat pemeliharaan kesehatan dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah
di FKTP/Puskesmas. Peserta yang dibiayai adalah setiap orang termasuk
orang asing yang telah membayar iuran, dan terdaftar sebagai peserta
JKN di FKTP sesuai data yang ada di BPJS Kesehatan.
Pagu anggaran Rp 9.840.809.912,- dengan realisasi sebesar 82,3%
Keluaran : Tersedianya dana pelayanan kesehatan. Target : 15 puskesmas, 38 pustu
Hasil : Terlayaninya pasien JKN di puskesmas dan jaringannya. Target : 100%
2. Non Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Kegiatan ini adalah untuk melaksanakan jaminan kesehatan yang
diselenggarakan oleh BPJS kesehatan. Pembiayaan Jaminan Kesehatan
dilakukan secara langsung oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama
(FKTP) dalam hal ini adalah puskesmas yang ada di setiap kecamatan se-
Kabupaten Lampung Barat. Dana kapitasi yang merupakan implementasi
dari pelaksanaan JKN bertujuan untuk memberikan perlindungan
kesehatan dalam bentuk manfaat pemeliharaan kesehatan dalam rangka
memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap
orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah
di FKTP/Puskesmas. Peserta yang dibiayai adalah setiap orang termasuk
orang asing yang telah membayar iuran, dan terdaftar sebagai peserta
JKN di FKTP sesuai data yang ada di BPJS Kesehatan. Kegiatan ini
dikhususkan untuk membiayai pelayanan rawat inap, persalinan di bidan
desa, dan biaya rujukan pasien (ambulans).
Pagu anggaran sebesar Rp 1.980.000.000,- dengan realisasi 30,12%
Keluaran
: Tersedianya pelayanan kesehatan non kapitasi di puskesmas Target :100%
Hasil : Terlayaninya pasien di puskesmas rawat inap dan pelayanan obstetri neonatal di bidan desa. Target : 100%
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 57
3. Advokasi Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Kegiatan dilaksanakan untuk mendapatkan dukungan dari seluruh pihak,
lintas sector terkait dalam upaya peningkatan coverags dengan target
universal covergas tahun 2019. Pagu anggaran Rp. 35.000.000,- dengan
realisasi sebesar 100%
Keluaran : Jumlah peserta advokasi JKN, realisasi : 50 orang
Hasil : Advokasi dilakukan kepada pemerintah daerah, legislatif.
II. Program Pelayanan Kesehatan Penduduk Miskin
1. Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Penduduk Miskin Luar Kuota
Kegiatan dilaksanakan sebagai upaya untuk membiayai jaminan
kesehatanbagi oenduduk miskin yang tidak terdaftar dalam database
pemerintah pusat. Bekerjasama dengan BPJS dengan membuat MoU
sehingga pemerintah daerah membayarkan biaya remi asuransi ke BPJS
Kesehatn dengan besaran Rp. 23.000,- / jiwa / bulan. Pagu anggaran
Rp. 2..771.000.000,- dengan realisasi sebesar 85,25%.
Keluaran : Terlaksananya jaminan kesehatan masyarakat moskin luar kuota Terlaksananya operasional tim pengelola, tim monev dan tim koordinasi JKN Target : 10.000 jiwa
Hasil : Terlaksananya pengelolaan Program JKN di kabupaten dan puskesmas Target : 10.000 jiwa
2. Sosialisasi Jaminan Kesehatan Nasional
Kegiatan dilaksanakan untuk menyampaikan informasi, diseminasi
informasi tentang Program JKN, pengelolaan, kepesertaan dan
mekanisme pelayanan, dasar hokum JKN, manfaat dan alur pelayanan
serta keuntungan penggunaan program JKN. Pagu anggaran
Rp. 146.000.000,- dengan realisasi 100%.
Keluaran : Terlaksananya sosialisasi JKN di Masyarakat Target : 600 orang, 15 kecamatan dan 1 media cetak
Hasil : Tersosialisasi Program JKN di masyarakat
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 58
III. Program Jaminan Kesehatan Nasional
1. Manajemen dan Operasional Jaminan Kesehatan
Kegiatan dilaksanakan sebagai pendukung pelaksanaan Program JKN,
kegiatan yang dilaksanakan meliputi bimbingan teknis, konsultasi dan
monev program di unit pelayanan. Pagu anggaran Rp 150.000.000,-
dengan realisasi sebesar 98,9%.
Keluaran : - Tim koordinasi, realisasi 53 orang - Pertemuan P-care realisasi 1 kali - Advertorial, realisasi 1 paket
Hasil : Jumlah tim yang melakukan pengelolaan JKN di Kabupaten Lampung Barat Realisasi : 1 tim
h. Sasaran Strategis 8
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama/Pendukung
Target
8 Meningkatnya Lingkungan Sehat.
Jumlah pekon / kelurahan dipicu STBM ( Sanitasi Total Berbasis Masyarakat )
136 Pekon
Persentase Rumah Sehat 70%
Adapun program dan kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai target
sasaran strategis sebagai berikut :
I. Program Pengembangan Lingkungan Sehat
1. Pembinaan dan Pengawasan Hygiene Sanitasi Tempat Pengolahan
Makanan (TPM)
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka pembinaan dan pengawasan
tempat pengolahan makanan produksinya dikonsumsi oleh masyarakat.
Pengawasan dilakukan khususnya terhadap aspek hygiene dan sanitasi di
tempat tersebut, kedua faktor tersebut berdampak signifikan terhadap
kualitas dan kebersihan makanan yang dihasilkan oleh TPM. Kebersihan
yang tidak terjamin di TPM dapat menyebabkan makanan yang dijual
kepada masyarakat tidak layak konsumsi dan kemungkinan dapat
menyebabkan berbagai penyakit yang berbahaya untuk kesehatan
konsumennya. Pagu anggaran Rp. 40.000.000,- dengan realisasi
90,02%
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 59
Keluaran
: Terlaksananya pembinaan dan pengawasan Hygine Sanitasi TPM Target : 30 pengelola Tempat Pengelola Makanan di 3 kecamatan.
Hasil : Kesehatan masyarakat optimal. Target: 100%
2. Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM)
Kegiatan ini adalah kegiatan yang dilakukan sebagai upaya
pemberdayaan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan sanitasi dasar
di lingkungannya, yang diantaranya dengan melakukan pemicuan Desa
STBM yang merupakan inisiatif dan komitmen masyarakat pekon. Pagu
anggaran sebesar Rp 150.000.000,- dengan realisasi 85,7%.
Keluaran
: Terlaksananya sosialisasi dan pemicuan menuju desa STBM. Target : 8 pekon.
Hasil : Masyarakat mengetahui masalah sanitasi lingkungannya dan termotivasinya untuk menyelesaikan masalah sendiri. Hasil: 100%
3. Pemeriksaan Kualitas Air
Kegiatan bertujuaan untuk mengetahui kualitas air minum PDAM yang
diambil dari 5 lokasi PDAM yang beroperasi di Kabupaten Lampung Barat
dan depot air minum yang menjual jasa pengisian air minum ulang.
Sampel uji dikirim oleh petugas sanitarian Dinas Kesehatan ke
Laboratorium Kesehatan Lingkungan di Bandar Lampung segera setelah
sampel diperoleh. Pagu anggaran sebesar Rp 20.000.000,- dengan
realisasi 82,6%
Keluaran : Jumlah sarana pengelola air minum Realisasi : 5 PDAM, 10 Depot
Hasil : Persentase sarana air minum yang diperiksa Target : 20%
4. Forum Kabupaten Sehat
Kegiatan ini adalah kegiatan yang ditujukan untuk pembentukan
Kabupaten Lampung Barat sebagai Kabupaten Sehat dengan melibatkan
unsur aparat di tingkat kabupaten, kecamatan dan pekon. Dengan
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 60
melakukan pembentukan forum kecamatan sehat yang dilakukan
pembinaan secara terus menerus terhadap aspek-aspek yang akan
dilakukan penilaian oleh tim pusat. Pagu anggaran sebesar
Rp 50.000.000,- dengan realisasi sebesar 83,6%.
Keluaran
: Terlaksananya pembinaan forum komunikasi kecamatan sehat di Lampung Barat untuk persiapan lomba. Target : 5 kecamatan, 5 kecamatan nominasi penilaian kabupaten sehat tingkat provinsi.
Hasil : Terbina dan meningkatnya kesadaran masyarakat tentang lingkungan sehat. Hasil: 28,73%
4. Program Kesehatan Kerja dan Olah Raga
1. Pembinaan kesehatan pekerja ( formal dan informal )
kegiatan dilaksanakan sebagai upaya peningkatan kapasitas tenaga
dalam pengelolaan program kesehatan kerja di masyarakat.
Meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan pekerja dalam upaya
pencegahan terjadinya Penyakit Akibat Kerja (PAK ) dan membiasakan
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) dalam setiap aktivitas kerja. Pagu
anggaran Rp. 55.000.000,- dengan realisasi sebesar 98,8%.
Keluaran : 1. Jumlah tenaga formal dan informal yang mendapatkan pembinaan, realisasi 30 orang
2. Jumlah masyarakat yang mendapatkan sosialisasi kesehatan kerja dan olahraga, realisasi 40 orang
Hasil : Persentase tenaga kerja yang dibina dan mendapatkan sosialisasi kesehatan kerja dan olahraga, realisasi 20%
2. Pembinaan kesehatan olahraga masyarakat
Kegiatan dilaksanakn sebagai upaya peningkatan kapasitas tenaga
kesehatan dalam pengelolaan pembinaan kesehatan olah raga di
masyarakat. Pada tahap awal ini sasaran kegiatan adalah jamaah calon
haji kabupaten dan siswa sekolah sesuai dengan tingkatannya. Pagu
anggaran Rp. 50.000.000,- dengan realisasi sebesar 98,8%.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 61
BAB IV
PENUTUP
Secara umum pencapaian kinerja Dinas Kesehatan sebagian besar
telah berhasil mencapai target yang telah ditetapkan. Masih terdapat
beberapa indikator kinerja yang tidak sesuai dengan target penetapan
kinerja. Penetapan suatu indikator kinerja yang kemudian pencapaiannya
jauh dari target atau bahkan tidak dapat diukur merupakan suatu evaluasi
bagi pelaksanaan program//kegiatan di Dinas Kesehatan pada tahun
berikutnya.
Kedepannya diharapkan agar dalam penetapan kinerja di dasarkan
pada indikator yang dapat terukur secara jelas yang juga menggambarkan
kontribusi program atau kegiatan yang dilakukan pada tahun yang
ditetapkan.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page 62
a. Peningkatan upaya kesehatan masyarakat ;
b. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi ibu dan anak;
c. Peningkatan pelayanan kesehatan bagi usia lanjut;
d. Promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat;
e. Peningkatan status gizi masyarakat terutama pada ibu hamil, bayi dan
anak balita;
f. Peningkatan pengawasan obat dan makanan dalam rangka
perlindungan konsumen/masyarakat;
g. Pengembangan dan pemanfaatan obat tradisional;
h. Peningkatan upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit
menular;
i. Peningkatan kesiapsiagaan menghadapi KLB penyakit menular ,
keracunan makanan dan re-emerging disease;
j. Peningkatan upaya penyehatan lingkungan;
k. Peningkatan sarana dan prasarana kesehatan;
l. Pengembangan sumberdaya kesehatan;
m. Standarisasi pelayanan kesehatan;
n. Pelayanan kesehatan penduduk miskin;
o. Kebijakan dan manajemen pembangunan kesehatan.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
62
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
1. Capaian Kinerja Organisasi
Akuntabilitas kinerja berisikan uraian hasil pengukuran kinerja, evaluasi,
dan analisis kinerja yang secara sistematis menggambarkan tentang
keberhasilan dan kegagalan, hambatan dan permasalahan yang
dihadapai serta langkah-langkah yang telah diambil. Selain itu, di bab ini
juga dijelaskan tentang capaian realisasi anggaran yang digunakan dalam
upaya pencapaian target kinerja di setiap program dan kegiatan yang
telah dilaksanakan.
Di tahun 2018 telah dilaksanakan berbagai program dan kegiatan untuk
mencapai target pembangunan kesehatan di Kabupaten Lampung Barat
sebagaimana yang telah dijabarkan dalam RPJMN Dinas Kesehatan
Kabupaten Lampung Barat. Untuk mengukur capaian kinerja dilakukan
dengan menggunakan indikator kinerja yang menjadi dasar atau tolok
ukur capaian hasil kinerja, evaluasi dan juga pengukuran kinerja dilakukan
dengan metode penghitungan berdasarkan capaian kinerja terhadap
target per masing-masing sasaran dengan cara dikuantitatifkan.
Berikut adalah cara penghitungan capaian kinerja, yaitu:
a. Kondisi
Jika semakin tinggi realisasi menggambarkan tingkat capaian yang
semakin baik.
Rumus = Realisasi x 100%
Rencana
b. Kondisi:
Semakin rendah realisasi menggambarkan tingkat capaian yang
semakin rendah.
Rumus = Rencana - (Realisasi-Rencana) x 100%
Realisasi
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
63
Pengukuran indikator kinerja pada tingkat kegaiatan dalam laporan ini
meliputi:
a. Indikator Kinerja Masukan adalah sesuatu yang dibutuhkan agar
pelaksana kegiatan berjalan.
b. Indikator Kinerja Keluaran adalah segala sesuatu yang diharapkan
langsung dapat dicapai dari suatu kegiatan baik fisik maupun non fisik.
c. Indikator hasil adalah indikator yang menggambarkan hasil nyata dari
keluaran suatu kegiatan.
Pencapaian indikator kinerja Dinas Kesehatan per sasaran strategis
adalah sebagai berikut:
a. Sasaran Strategis “ Meningkatnya dukungan manajemen dan
integrasi perencanaan dan sistem informasi kesehatan ”.
Untuk mengukur keberhasilan sasaran strategis tersebut di atas
ditetapkan 2 indikator yaitu:
a) Persentase terlaksananya adminstrasi perkantoran setiap tahunnya.
b) Jumlah Puskesmas melaksanakan Sistem Informasi Puskesmas
(SIP)
Administrasi perkantoran merupakan kegiatan yang berhubungan
langsung dengan sistem administrasi di Dinas Kesehatan.
Sistem manajemen kesehatan dalam sebuah ruang lingkup perkantoran
Dinas Kesehatan yang merupakan salah satu bagian dari manajemen
yang memberikan informasi sesuai dengan bidang administrasi yang
dibutuhkan untuk menunjang berjalannya suatu kegiatan secara
efektif.Menerapkan dan meningkatkan kemampuan teknologi informasi
agar pelaksanaan tugas berjalan secara efektif dan efisien. Penerapan
administrasi perkantoran ditujukan untuk menerapkan dan meningkatkan
kemampuan pengelolaan dokumen sesuai standar operasional prosedur
yang berlaku dalam perusahaan, menerapkan dan meningkatkan
kemampuan pengelolaan administrasi keuangan (Accounting),
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
64
agar proses pengelolaan aspek keuangan dapat dipertanggungjawabkan
serta dilaporkan, meningkatkan pelayanan Dinas Kesehatan terhadap
masyarakat, menerapkan dan meningkatkan kemampuan dalam
merencanakan, melaksanakan, mengorganisasi, dan mengevaluasi tugas
yang menjadi tanggung jawab masing-masing, serta meningkatkan
kemampuan berkomunikasi terhadap relasi dengan memperhatikan etika
dan lingkungan. Indikator sasaran dicapai melalui program pelayanan
administrasi perkantoran, program peningkatan sarana prasarana
aparatur dan program peningkatan pengembangan sistem pelaporan
capaian kinerja dan keuangan SKPD.
Sampai dengan tahun 2018 telah dilaksanakan kegiatan yang mendukung
pencapaian program dan sasaran diantaranya terkait admistrasi surat
menyurat, pemenuhan jasa sumber daya listrik, air dan instalasi
komunikasi, pembayaran pajak kendaraan roda dua dan empat Dinas
Kesehatan, pemenuhan jasa kebersihan kantor, alat tulis kantor dan
barang cetakan. Dinas Kesehatan yaitu jumlah surat masuk dan keluar
yang ditangani dan ditindaklanjuti dari 1119 surat masuk seluruhnya
(103,9%) ditindaklanjuti serta didisposisikan, sedangkan surat keluar yang
tercatat pada tahun 2018 sejumlah 1120 surat keluar (89,8%). Untuk
pemenuhan jasa sumber daya listrik, air dan instalasi komunikasi Dinas
Kesehatan 100 % tercapai.
Selanjutnya pencapaian indikator juga dilakukan dengan melaksanakan
program peningkatan pengembangan sistem pelaporan, capaian kinerja
dan keuangan. Persentase dokumen perencanaan dan keuangan yang
akuntabel dan tepat waktu merupakan output capaian program, yakni
sampai dengan tahun 2018 tercapai pengelolaan laporan keuangan
semester dan akhir tahun, penyusunan laporan perencanaan dan
keuangan sejumlah 17 dokumen diantaranya LAKIP, LRA, LKPJ, Evaluasi
Renja, Rencana Aksi, LPPD dan sebagainya yang bersifat rutin dan
periodik.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
65
Sistem informasi Puskemas menjadi salah satu elemen penting dalam
pedoman manajemen puskesmas. Sistem ini sedang berjalan dan
terintegrasi dengan Sistem Informasi Kesehatan Daerah sedang
dikembangkan oleh Dinas Kesehatan. Output dari Sistem Informasi
Puskesmas adalah :
1. Rencana Lima Tahunan dinas kesehatan kabupaten/kota,
2. Standar Pelayanan Minimal tingkat kabupaten/kota,
3. Target yang akan disepakati bersama dinas kesehatan
kabupaten/kota yang menjadi tanggung jawab Puskesmas tersebut,
4. Pedoman Umum Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan
Keluarga,
5. Penguatan Manajemen Puskesmas melalui Pendekatan Keluarga,
6. Norma, Standar, Perilaku, dan Kriteria (NSPK) yang dianggap perlu
untuk diketahui oleh tim di dalam penyusunan perencanaan
Puskesmas
Sistem Informasi Puskesmas akan berperan dalam mengolah dan
menganalisis data Indeks Keluarga Sehat (IKS) dan kinerja Puskesmas.
SIP ini berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan No. 46 Tahun 2016.
Secara teknis IKS diperoleh setelah terkumpulnya data kinerja dan
gambaran status kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
IKS akan diterapkan pada tingkat keluarga, desa atau kelurahan, dan
Puskesmas. Hasil perhitungan dari data-data tersebut akan menunjukan
indeks yang akan dikategorikan menjadi 3 kategori nilai yang berbeda,
yang akan menunjukan indikator kesehatan keluarga: kurang dari 0,500
untuk tidak sehat, antara 0,500 – 0,800 untuk pra-sehat, dan lebih dari
0,800 untuk keluarga sehat.
Pada kinerja Puskesmas, data yang disediakan oleh SIP mencakup
pencatatan dan kegiatan Puskesmas dan jaringannya, survei lapangan,
laporan lintas sektor terkait, dan laporan jejaring fasilitas pelayanan
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
66
kesehatan di wilayah kerjanya. Penilaian akan terbagi menjadi tiga
kategori yaitu Kelompok III, kelompok II, dan kelompok I.
Kelompok III adalah Puskesmas dengan tingkat kinerja kurang, dimana
tingkat pencapaian cakupan hasil pelayanan kesehatannya kurang dari
sama dengan 80% dan tingkat pencapaian cakupan hasil manajemennya
kurang dari 5,5. Kelompok II merupakan Puskesmas dengan tingkat
kinerja yang cukup, dengan tingkat cakupan hasil pelayanan
kesehatannya 81-90% dan tingkat pencapaian hasil
manajemennya berada di antara 5,5-8,4. Kelompok I dimasukkan sebagai
Puskesmas dengan tingkat kinerja baik dengan tingkat pencapaian
cakupan hasil pelayanan kesehatannya diatas 91% dan tingkat
pencapaian cakupan hasil manajemen lebih dari 8,5.
Untuk mencapai sasaran ini dilaksanakan program pengembangan
manajemen dan kebijakan kesehatan serta peningkatan informasi
kesehatan dengan kegiatan Pengembangan Sistem Informasi Kesehatan
Daerah (SIKDA) Sampai dengan tahun 2018 dari 15 Puskesmas yang ada
12 Puskesmas telah terpenuhi sarana/ instrument SIKDA berupa
komputer, server dan instalasi pendukungnya, serta telah dilatihnya
tenaga Puskesmas untuk menjadi operator SIKDA melalui kegiatan
workshop. Sedangkan 3 (tiga) Puskesmas lainnya belum memiliki
perangkat SIKDA.
2. Sasaran Strategis 2 : “ Meningkatnya akses dan mutu pelayanan
kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan “
Untuk mengukur keberhasil pencapaian sasaran strategis tersebut di atas,
ditetapkan indikator – indikator sebagai berikut :
a. Jumlah UPT puskesmas yang telah melakukan akreditasi
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
67
Puskesmas merupakan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang
memberikan pelayanan kesehatan primer pada masyarakat. Permenkes
No. 75 tahun 2014 Pasal 39 ayat 1 menyatakan bahwa dalam upaya
peningkatan mutu pelayanan, Puskesmas wajib diakreditasi secara
berkala paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali. Akreditasi merupakan
pengakuan terhadap Puskesmas, klinik pratama, praktik dokter dan
praktik dokter gigi yang diberikan oleh lembaga independen
penyelenggara akreditasi yang ditetapkan oleh Menteri setelah dinilai
bahwa fasilitas kesehatan tingkat pertama tersebut memenuhi standar
pelayanan fasilitas kesehatan tingkat pertama yang telah ditetapkan untuk
meningkatkan mutu pelayanan secara berkesinambungan.
Manfaat akreditasi Puskesmas bagi kabupaten adalah sebagai wahana
pembinaan peningkatan mutu kinerja melalui perbaikan yang
berkesinambungan terhadap sistem manajemen, sistem manajemen mutu
dan sistem penyelenggaraan klinis, serta penerapan manajemen resiko.
Adapun manfaat bagi masyarakat adalah memperkuat kepercayaan
masyarakat dan adanya jaminan kualitas.
Capaian Persentase Puskesmas Terakreditasi
Target Tahun
2018 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
100 % 0 50 50 0
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2018
Realisasi s/d
(2018)
Capaian
(2018)
Realisasi
2018 2017 2016
26,6 80% 26,6% 80% 60% 13,3%
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
68
b. Jumlah UPT Puskesmas dengan pengelolaan keuangan dan
pelayanan secara mandiri
Sasaran ini ditetapkan menjadi indikator kinerja utama dengan
pertimbangan dimaksud agar pelayanan kesehatan khususnya di
Puskesmas dapat dilakukan secara mandiri. Pelayanan secara mandiri
dapat dilakukan jika Puskesmas sudah berbentuk BLUD sehingga tata
kelola pelayanan dan keuangan diatur dan dijalankan sepenuhnya oleh
Puskesmas.
Pola pengelolaan keuangan BLUD memberikan fleksibilitas berupa
keleluasaan untuk menerapkan praktik-praktik bisnis yang sehat untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, seperti pengecualian dari
ketentuan pengelolaan keuangan daerah pada umumnya. Dalam
pengelolaan model BLUD, instansi pelayanan publik harus menerapkan
ketentuan Pola Pengelolaan Keuangan (PPK) Badan Layanan Umum
(BLU).
Di Kabupaten Lampung Barat pembentukan Puskesmas BLUD
ditargetkan pada tahun 2019. Pada tahun 2018 dilakukan tahap
sosialisasi, pendampingan, self assessment dan penilaian terhadap
pembentukan Puskesmas BLUD.
c. Jumlah UPT puskesmas yang memenuhi sarana prasarana
sesuai standar
Pusat Kesehatan Masyarakat yang selanjutnya disebut Puskesmas
adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya
kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif,
untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di
wilayah kerjanya.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
69
Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk
mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam
rangka mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan
tugas sebagaimana dimaksud di atas, Puskesmas menyelenggarakan
fungsi:
a. penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya
b. penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya.
Untuk menjalankan tugas dan fungsinya Puskesmas harus memenuhi
persyaratan sarana dan prasarana sesuai dengan standar sesuai
Permenkes No. 75 Tahun 2014 yang mengatur tentang Puskesmas yang
meliputi: lokasi, bangunan, prasarana, peralatan kesehatan, ketenagaan,
kefarmasian dan laboratorium.
Adanya dukungan pembangunan Gedung Puskesmas Rawat Inap melalui
DAK Afirmasi memberikan support yang sangat berarti terhadap
pencapaian indicator kinerja pada sasaran ini terutama dalam hal
pemenuhan sarana dan prasarana puskesmas
Capaian Persentase Puskesmas memenuhi sarana prasarana sesuai standar
Target Tahun
2018 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
100 % 0 0 0 100
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2018
Realisasi s/d
(2018)
Capaian
(2018)
Realisasi
2018 2017 2016
26,6 80% 26,6% 80% 60% 13,3%
d. Jumlah UPT puskesmas yang memiliki tenaga sesuai standar
Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas tenaga kesehatan dan
tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah tenaga kesehatan dan tenaga
non kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan
mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah
penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
70
kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya
di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja.
Standar ketenagaan yang disyaratkan dalam Permenkes No. 75 Tahun
2014 menyebutkan terdapat 9 jenis tenaga kesehatan wajib pada setiap
unit pelayanan (puskesmas) yaitu :
(a) dokter umum atau dokter layanan primer;
(b) dokter gigi;
(c) perawat;
(d) bidan;
(e) tenaga kesehatan masyarakat;
(f) tenaga kesehatan lingkungan;
(g) ahli teknologi laboratorium medik;
(h) tenaga gizi; dan
(i) tenaga kefarmasian.
Tenaga non kesehatan harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan,
administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di
Puskesmas.
Tenaga Kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi,
menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan
keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan
dirinya dalam bekerja. Setiap Tenaga Kesehatan yang bekerja di
Puskesmas harus memiliki surat izin praktik sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Sampai dengan akhir tahun 2018, hanya terdapat 1 unit Puskesmas yang
telah tercukupi dan lengkap jenis ketenagaan sesuai Permenkes 75 tahun
2014 yaitu UPT Puskesmas Liwa.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
71
Capaian Persentase Puskesmas memenuhi tenaga sesuai standar
Target Tahun
2018 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
100 % 0 0 0 16,67
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2018
Realisasi s/d
(2018)
Capaian
(2018)
Realisasi
2018 2017 2016
40% 16,67% 16,67% 16,67% 0% 0%
3. Sasaran Strategis 3 : “ Meningkatnya upaya promotif, preventif
dan pemberdayaan masyarakat “
Upaya Promotif dan Preventif dan Pemberdayaan Masyarakat
dilaksanakan untuk meningkatkan perilaku masyarakat tentang hidup
sehat, pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan serta
kesiapsiagaan masyarakat dalam penanggulangan krisis kesehatan.
a. Meningkatnya perilaku hidup bersih dan sehat pada masyarakat
sebesar 80 %.
b. Meningkatnya persentase desa/pekon yang memanfaatkan dana
desa 10 % untuk kesehatan.
c. Memperkuat Puskesmas untuk melaksanakan promosi kesehatan
serta pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan sehingga
terbentuk keluarga sehat.
d. Meningkatnya jumlah puskesmas yang mampu memberikan
pelayanan kesehatan pada kondisi krisis kesehatan.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
72
Untuk mencapai sasaran tersebut ditetapkan indikator kinerja utama
sebagai berikut :
a. Jumlah Puskesmas Melaksanakan Pelayanan pada Kondisi Krisis
Kesehatan
Sasaran ini adalah untuk meningkatnya upaya pengurangan risiko krisis
kesehatan serta puskesmas mampu pelayanan gawat darurat untuk
mendukung penanganan krisis kesehatan.
b. Jumlah Pekon dengan IKS 0,5-0,8
Indeks Keluarga Sehat (IKS) akan diterapkan pada tingkat keluarga, desa
atau kelurahan, dan Puskesmas. Hasil perhitungan dari data-data tersebut
akan menunjukan indeks yang akan dikategorikan menjadi 3 kategori nilai
yang berbeda, yang akan menunjukan indikator kesehatan keluarga:
kurang dari 0,500 untuk tidak sehat, antara 0,500 – 0,800 untuk pra-sehat,
dan lebih dari 0,800 untuk keluarga sehat.
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya pemberdayaan
masyarakat dalam bidang kesehatan dengan melibatkan kader posyandu
secara sukarela. Kegiatan posyandu berfokus pada peningkatan
kesehatan ibu dan anak. Pada level puskesmas posyandu berada di
bawah tanggung jawab bidan pada masing-masing pekon. Posyandu
memberi kontribusi besar bagi sektor kesehatan karena berbagai program
kesehatan biasanya dilakukan melalui jadwal posyandu pada setiap pekon.
Jumlah posyandu sebanyak 260 posyandu yang tersebar di 131 pekon
dan 5 kelurahan se-Kabupaten Lampung Barat. Secara ratio, jumlah
posyandu masih sangat sedikit hanya 8,64 per 10,000 penduduk masih
sangat jauh dibandingkan dengan target yang ditetapkan yaitu
target 125.5 per 10,000 penduduk pada tahun 2018.
Sedikitnya jumlah posyandu ini disebabkan faktor sebagai berikut:
a. Masih kurangnya peran serta aktif masyarakat untuk pengembangan
posyandu.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
73
b. Masih kurangnya peran aktif masyarakat sebagai kader untuk
menggerakkan posyandu di wilayah masing-masing.
c. Masih minimnya dukungan anggaran dari pemerintah daerah untuk
operasional posyandu.
d. Kurangnya kerjasama lintas sektor dengan melibatkan pihak
pekon/kelurahan untuk pengembangan posyandu.
c. Jumlah KK di Pekon/Kelurahan terdata lengkap
Indikator sasaran ini untuk mendukung tercapainya dalam pelaksanaan
Program Indonesia Sehat diperlukan
Persiapan pendataan meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
1. melakukan inventarisasi data jumlah keluarga di wilayah kerja
Puskesmas ber koordinasi dengan kelurahan, kecamatan, serta
data kependudukan dan catatan sipil.
2. menyiapkan instrumen pendataan Instrumen yang perlu disiapkan
dalam proses pengumpulan data kesehatan keluarga.
Paket Informasi Kesehatan Keluarga (Pin Kesga) yang berupa flyer untuk
diberikan kepada keluarga yang dikunjungi sebagai media komunikasi,
informasi dan edukasi (KIE). Flyer yang dimaksud adalah flyer tentang
Keluarga Berencana (KB), Pemeriksaan Kehamilan, Imunisasi, ASI
Eksklusif, Penimbangan Balita, Tuberkolosis, Hipertensi, Kesehatan Jiwa,
Bahaya Merokok, Sarana Air Bersih, Jamban Sehat, dan Jaminan
Kesehatan Nasional.
Pengumpulan Data Keluarga Pendataan keluarga secara menyeluruh
dapat dilakukan sendiri oleh Puskesmas, karena jumlah indikator
keluarga hanya dua belas dan hanya menggunakan tiga jenis formulir.
Keuntungannya bila dilakukan oleh tenaga Puskesmas adalah pada saat
pendataan, sudah bisa langsung dilakukan intervensi minimal berupa
pemberian lembar informasi kesehatan dan penyuluhan kesehatan yang
sesuai dengan masalah kesehatan yang ditemui di keluarga tersebut.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
74
Keuntungan lain dari segi pembiayaan, tentu saja akan lebih hemat.
Puskesmas harus menunjuk beberapa tenaga kesehatan Puskesmas
yang ditugasi sebagai Pembina Keluarga.
Pembina Keluarga dan/atau petugas pendataan berkoordinasi dengan
ketua RT dan RW, kepala desa berkaitan dengan jadwal pelaksanaan,
pembagian keluarga yang akan dikunjungi, dan jumlah instrumen
Prokesga, sebelum memulai pendataan. Guna memperlancar proses,
pendataan sebaiknya didampingi oleh pihak RT/RW atau kader
Posyandu.
Wawancara ditunda dan buatlah janji kunjungan kembali ke keluarga
tersebut untuk melengkapi pengisian kuesioner dari responden yang
belum diwawancarai bila responden tidak ada ditempat saat
pengumpulan data. Batas waktu kembalinya petugas untuk
pengumpulan data ditentukan berdasarkan kesepakatan masing-masing
daerah. Hal tersebut akan sangat tergantung kepada frekuensi dan
rentang waktu intervensi yang direncanakan oleh masing-masing wilayah.
Pengumpul data juga harus menghormati norma sosial setempat.
Kunjungan rumah diupayakan dapat diatur sedemikian rupa agar tidak
mengganggu kegiatan seluruh anggota keluarga.
Sampai dengan tahun 2018, hasil pendataan keluarga sehat telah dientri
dalam aplikasi Keluarga Sehat sebanyak 39.485 keluarga Keluarga Sehat
dengan IKS Kabupaten 0,11 (Tidak Sehat) dari sasaran 79.592 KK
sampai akhir tahun 2018. Adapun secara manual telah terdata sebanyak
72.007 Keluarga (90,5%), hal ini terjadi pada akhir tahun 2018 terjadi
overload pada sistem dan jaringan Kementerian Kesehatan dan hal ini
telah dikonsultasikan kepada Admin Program Keluarga Sehat
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
75
4. Sasaran Strategis 4 : “ Meningkatnya Kemandirian Akses dan
Mutu Sediaan Farmasi, Alat Kesehatan dan Makanan “
Untuk mewujudkan kemandirian akses dan mutu sediaan farmasi perlu
dilakukan dari berbagai upaya antara lain meningkatkan kesadaran dan
kepedulian masyarakat dan tenaga kesehatan tentang pentingnya
kemandirian bahan baku obat, obat tradisional dan alat kesehatan dalam
negeri yang berkualitas dan terjangkau, mewujudkan Instalasi Farmasi
Kabupaten sebagai center of excellence manajemen pengelolaan obat,
vaksin dan perbekalan kesehatan di sektor publik, membangun sistem
informasi dan jaringan informasi terintegrasi di bidang farmasi, alat
kesehatan dan makanan. Selain itu perlu dilakukan upaya meningkatkan
mutu pelayanan obat di Puskesmas dan penggunaan obat rasional
melalui penguatan regulasi dan edukasi diantaranya menyusun
formularium obat dan melaksanakan gerakan untuk masyarakat agar
cerdas menggunakan obat.
Untuk mencapai sasaran tersebut ada 2 (dua) indikator yang ditetapkan
sebagai indikator kinerja utama yaitu:
a. Persentase Ketersediaan Obat dan Vaksin di Puskesmas
Ketersediaan obat di Kabupaten Lampung Barat saat ini didukung oleh
sumber dana DAK Bidang Kesehatan Pelayanan Farmasi dan Pengadaan
obat yang bersumber APBD Lampung Barat serta penyediaan obat dari
Dinas Kesehatan Provinsi. Pada tahun 2016, ketersediaan obat sebesar
Rp 10.871,- per kapita, target kebijakan obat publik adalah sebesar Rp
14.000,-. Sampai dengan akhir tahun 2018 realisasi ketersediaan obat
sebesar Rp. 11.490,- per kapita. Dari target tersebut, ketersediaan obat di
Lampung Barat dapat didukung oleh DAK Bidang Kesehatan Pelayanan
Farmasi dan APBD Kabupaten. Alat kesehatan diadakan melalui alokasi
DAK Bidang Kesehatan Pelayanan Dasar dan DAK Affirmasi Bidang
Kesehatan Pelayanan Dasar.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
76
Ketersediaan obat dan perbekalan kesehatan juga perlu didukung dengan
pengelolaan yang baik dalam rangka menjamin keamanan, khasiat, dan
mutu agar memberikan manfaat bagi kesehatan. Agar pengelolaan obat
dan perbekalan kesehatan dapat berjalan dengan baik, selain didukung
dengan tenaga yang terlatih juga diperlukan penyediaan dana untuk
sarana penyimpanan yang dapat menjaga keamanan secara fisik dan
mempertahankan kualitas obat, sarana pengamanan untuk menghindari
terjadinya kehilangan maupun kebakaran, sarana pengolah data, sarana
telekomunikasi yang memadai, serta sarana penunjang lainnya.
Kebutuhan obat dan vaksin di Puskesmas dapat dipenuhi dengan
perhitungan berdasarkan jumlah penyakit yang ada di Kabupaten
Lampung Barat (10 penyakit terbesar) dan jumlah kunjungan pasien di
seluruh Puskesmas Kabupaten Lampung Barat selama periode 1 (satu)
tahun. Terdapat gambaran 10 penyakit terbesar beserta jumlah kunjungan
pasien Puskesmas pada tahun 2018 sebagai berikut sebagai dasar untuk
menentukan ketersediaan obat dan vaksin di Puskesmas.
Data 10 Penyakit Terbesar Tahun 2018
No Nama Penyakit Jumlah Total
1 Penyakit Saluran Pernafasan Atas 11.297
2 Hipertensi 8.358
3
Penyakit pada sistem otot dan jaringan pengikat (peny. Tulang belulang, radang sendi termasuk reumatik)
8.048
4 Influenza 6.341
5 Gastritis 5.833
6 Diare dan gastroentritis 2.946
7 Penyakit kulit alergi 2.548
8 Karies gigi 2.812
9 Thypoid/ suspect 1.342
10 Penyakit kulit infeksi 1.330
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
77
Data Kunjungan Pasien Ke Puskesmas Se-Kabupaten Lampung Barat Tahun 2018
NO PUSKESMAS JUMLAH KUNJUNGAN
(JIWA) 1 Sumber Jaya 5.582
2 Bungin 4.610
3 Kebun Tebu 8.199
4 Fajar Bulan 4.599
5 Air Hitam 1.577
6 Batu Ketulis 2.748
7 Sekincau 6.715
8 Pagar Dewa 6.761
9 Kenali 3.602
10 Batu Brak 4.110
11 Sri Mulyo 7.675
12 Bandar Negeri Suoh 7.953
13 Liwa 6.826
14 Buay Nyerupa 4.938
15 Lombok 1.823
TOTAL 85.718
Selain data 10 besar penyakit dan data kunjungan, perencanaan obat dan
perbekalan kesehatan dibuat berdasarkan data ketersediaan dan
konsumsi obat tahun sebelumnnya. Obat dengan tingkat persediaan
kurang dari 12 bulan di prioritaskan untuk diadakan.
Dalam upaya pencapaian tersedianya obat dan perbekalan kesehatan di
Kabupaten Lampung Barat dilaksanakan pengadaan obat dan perbekalan
kesehatan dengan berbagai sumber dana. Adapun rincian ketersediaan
obat di Kabupaten Lampung Barat dengan target kebijakan obat publik
sebesar Rp 14.000,-/kapita/tahun dapat dilihat pada tabel berikut ini.
NO THN
ANGGARAN KETERSEDIAAN OBAT
TOTAL
ANGGARAN
JMLH
PDDK
CAKUPAN (TARGET Rp
14.000,-/kapita)
DAK DANA LAIN RP %
1 2014 2.310.610.000 900.358.366 3.210.968.36 311.755 10.300 73,57
2 2015 1.978.640.000 659.863.841 2.638.503.841 293.105 9.002 64,30
3 2016 2.542.574.500 671.779.440 3.214.353.940 295.689 10.871 77,65
4 2017 2.778.840.500 599.212.756 3.378.053.256 298.286 11.325 80,89
5 2018 3.145.129.000 310.152.000 3.455.281.000 300.703 11.490 82.07
6 2019 3.179.694.000 1.059.898.000 4.239.592.000 302.828 14.000 100,00
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
78
Keterbatasan anggaran yang ada membuat ketersediaan obat dan vaksin
baru mencapai 82,07% untuk Tahun 2018 dengan jumlah penduduk
300.703 jiwa. Dengan rencana anggaran pengadaan obat dan BMHP
Tahun anggaran 2019 bersumber Dana DAK sebesar 75% dari total
kebutuhan dana, yaitu senilai Rp 3.145.129.000,-, maka ketersediaan
obat untuk masyarakat Kabupaten Lampung Barat diharapkan mencapai
target menjadi Rp.14.000,- perkapita/tahun dengan perkiraan jumlah
penduduk 302.828 jiwa dapat tercapai pada tahun 2019
b. Persentase Obat yang Memenuhi Syarat.
Sampai dengan tahun 2018 telah tercapai 82,07 % jenis dan jumlah obat
yang diadakan dan dikelola yang memenuhi syarat baik dalam hal
pengelolaan (FIFO fan FEFO), maupun kualitas lain yang dipersyaratkan.
Beberapa item/jenis obat masih ada yang tidak memenuhi syarat karena
batas waktu ekspire date di bawah 24 (duapuluh empat) bulan. Hal ini
menjadi pertimbangan untuk menetapkan indikator sasaran untuk
mencapai persentase obat yang memenuhi syarat 100 %.
5. Sasaran Strategis 5 : “ Meningkatnya kesehatan masyarakat ”
Untuk pencapaian sasaran ini, beberapa indicator yang harus dipenuhi.
Indicator tersebut adalah :
a. Angka Kematian Ibu (AKI) per 100.000 Kelahiran Hidup
AKI menunjukkan kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup, pada tahun
2018 jumlah kasus kematian ibu di Lampung Barat sebagaimana tersebut
dalam table di bawah ini:
Capaian AKI per 100.000 Kelahiran Hidup
Target Tahun
2018 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
101 Per
100.00 KH
<101
(1 kss)
<101
(1 kss)
<101
(3 kss)
<101
(1 kss)
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
79
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2018
Realisasi
(2018)
Capaian
(2018)
Realisasi
2018 2017 2016 2015
101 per
100.000 KH
88,7
(5 kasus)
100% 88,7
5 kasus
< 102 6 kasus
< 101 3 kasus
< 102
6 kasus
Perhitungan kematian ibu hanya dapat dihitung berdasarkan jumlah kasus
saja karena jumlah kelahiran hidup tidak sampai dengan 100.000
kelahiran. Jika dibandingkan dengan kejadian tahun-tahun sebelumnya
jumlah kasus kematian ibu masih lebih rendah.
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap permasalahan kesehatan ibu
yang berdampak pada meningkatnya kasus kematian ibu secara garis
besar:
a. Kematian yang terjadi akibat dari 3 keterlambatan: terlambat
mengambil keputusan, terlambat untuk mencapai fasilitas kesehatan,
dan terlambat untuk mendapatkan penanganan.
b. Adat budaya yang masih melekat di masyarakat sehingga
menghambat upaya promotif dan preventif yang berakibat masih
kurangnya masyarakat memahami masalah kesehatan di
lingkungannya.
c. Masih terjadi disparitas akses pelayanan kesehatan ibu antara
kabupaten dan provinsi terkait dengan ketersediaan fasilitas
pelayanan kesehatan, distribusi dan kualitas tenaga kesehatan yang
ditempatkan di daerah.
d. Keterbatasan kepemilikan jaminan kesehatan pada ibu hamil dengan
alasan pendanaan.
e. Masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan ibu dan bayinya.
Faktor - faktor yang berkontribusi untuk menurunkan kasus kematian ibu::
a. Adanya kegiatan kemitraan bidan dan dukun yang dikembangkan oleh
Kementerian Kesehatan.
b. Adanya pendanaan APBD untuk masyarakat miskin di luar kuota.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
80
c. Perekrutan tenaga bidan melalui pengangkatan PNS ataupun melalui
program Bidan PTT merupakan pendukung keberhasilan program,
dengan adanya tenaga bidan yang terdistribusi sampai dengan di
daerah sulit menjadikan pemberian pelayanan kesehatan dalam hal ini
untuk ibu hamil/bersalin jadi lebih mudah terjangkau.
d. Pelaksanaan kegiatan dalam rangka peningkatan kapasitas tenaga
bidan.
e. Meningkatnya komitmen pemerintah baik daerah maupun pusat
terhadap program kesehatan ibu dan anak, antara lain melalui
program BOK dan adanya dana Jampersal yang khusus digunakan
untuk pemberian akses bagi ibu hamil yang akan melakukan
persalinan.
f. Penyediaan Rumah Tinggal Kelahiran bagi Ibu Hamil yang rumah
tinggalnya jauh dari faskes.
g. Kabupaten Lampung Barat saat ini memiliki 1 rumah sakit khusus ibu
bersalin (RS Bunda).
Upaya yang dapat dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah
antara lain:
1. Meningkatkan kemampuan tenaga kesehatan dalam pendeteksian ibu
hamil terutama yang beresiko tinggi dengan kegiatan pelatihan
dengan melibatkan lintas sektor terkait untuk mengoptimalkan
kegiatan perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi
2. Melakukan advokasi kepada pemerintah daerah untuk pembiayaan
program KIA secara memadai, peningkatan jumlah tenaga dan
pemerataan pendistribusian tenaga kesehatan.
3. Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam program kesehatan
ibu baik di tingkat puskesmas maupun di pekon.
4. Perbaikan sistem pencatatan dan pelaporan program kesehatan ibu.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
81
b. Angka Kematian Bayi (AKB) per 1000 Kelahiran Hidup
Angka Kematian Bayi (AKB) diukur dengan menghitung jumlah kematian
bayi per 1000 kelahiran hidup (KH). Pada tahun 2018 ditetapkan angka
kematian bayi adalah 4,3 per 1000 KH.
Capaian AKB per 1000 Kelahiran Hidup (KH)
Target
Tahun 2018 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
15 Per 1000 KH 20%
(3 kss)
33,3
(5 kss)
13,8
(2 kss)
33,3
(5 kss)
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2018
Realisasi
(2018)
Capaian
(2018)
Realisasi
2017 2016 2015 2014
15 per
1000 KH
2,66
15 kasus
100% 2,96/1000
KH
17 kasus
1.6/1000
KH
24 kasus
4.87/1000
KH
27 kasus
4/1000
KH
24 kasus
Pada tahun 2018 jumlah kelahiran hidup sebanyak 5636 dengan kasus
kematian bayi sebanyak 15 kasus maka AKB 2.66/1000 KH. Angka ini
jauh lebih rendah jika dibandingkan dengan target yang ditetapkan dan
jika dibandingkan dengan jumlah kematian bayi di tahun sebelumnya,
maka kasus kematian bayi di tahun 2018 adalah yang paling sedikit.
Kasus kematian bayi di Lampung Barat secara keseluruhan terjadi pada
saat kelahiran atau lahir mati sehingga dapat dikatakan bukan disebabkan
oleh faktor eksternal setelah kelahiran. Hal ini dapat disebabkan oleh
komplikasi yang terjadi, baik saat kehamilan ataupun saat persalinan.
Target akhir renstra pada tahun 2018 adalah 17/1000 KH sedangkan
secara nasional target AKB adalah 26/1000 KH. Pada tahun 2017 AKB di
Lampung Barat adalah sebesar 2.66/1000 KH, angka ini masih lebih
rendah dari target renstra maupun nasional.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
82
Faktor-faktor yang berkontribusi terhadap permasalahan kesehatan ibu
dan anak yang berdampak pada meningkatnya kasus kematian bayi
secara garis besar:
a. Adat budaya yang masih melekat di masyarakat sehingga
menghambat upaya promotif dan preventif yang berakibat masih
kurangnya masyarakat memahami masalah kesehatan di
lingkungannya.
b. Masih terjadi disparitas akses pelayanan kesehatan anak antara
kabupaten dan provinsi terkait dengan ketersediaan fasilitas
pelayanan kesehatan, distribusi dan kualitas tenaga kesehatan yang
ditempatkan di daerah.
c. Masih rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang
kesehatan ibu dan bayinya.
Faktor - faktor yang berkontribusi untuk menurunkan kasus kematian bayi:
a. Adanya kegiatan kemitraan bidan dan dukun yang dikembangkan oleh
Kementerian Kesehatan.
b. Adanya pendanaan APBD untuk masyarakat miskin di luar kuota.
c. Perekrutan tenaga bidan melalui pengangkatan PNS ataupun melalui
program Bidan PTT merupakan pendukung keberhasilan program,
dengan adanya tenaga bidan yang terdistribusi sampai dengan di
daerah sulit menjadikan pemberian pelayanan kesehatan jadi lebih
mudah terjangkau.
d. Pelaksanaan kegiatan dalam rangka peningkatan kapasitas tenaga
bidan seperti pelatihan asfiksia dan BBLR.
e. Meningkatnya komitmen pemerintah baik daerah maupun pusat
terhadap program kesehatan ibu dan anak, antara lain melalui
program BOK dan adanya kegiatan DAK Jampersal yang memberikan
kemudahan akses untuk ibu hamil yang akan melakukan persalinan.
f. Kabupaten Lampung Barat saat ini memiliki 1 rumah sakit khusus ibu
bersalin (RS Bunda).
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
83
Upaya yang dapat dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah
antara lain:
1. Melakukan advokasi kepada pemerintah daerah untuk pembiayaan
program KIA secara memadai, peningkatan jumlah tenaga dan
pemerataan pendistribusian tenaga kesehatan.
2. Meningkatkan kapasitas tenaga kesehatan dalam program kesehatan
ibu baik di tingkat puskesmas maupun di pekon.
3. Perbaikan sistem pencatatan dan pelaporan program kesehatan ibu.
c. Persentase Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan
Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan kesimbangan dalam bentuk
variabel tertentu atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel.
Status gizi yaitu keadaan kesehatan individu-individu atau kelompok yang
ditentukan oleh derajat kebutuhan fisik akan energi dan zat-zat gizi lain
yang diperoleh dari pangan dan makanan yang dampak fisiknya diukur
secara antropometri.
Indikator yang umum digunakan untuk menilai status gizi balita adalah
berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan menurut umur (TB/U),
dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB). Indikator BB/U paling
umum digunakan karena mempunyai kelebihan yaitu lebih mudah dan
lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum, baik untuk mengatur status
gizi akut dan kronis, berat badan dapat berfluktuasi, sangat sensitif
terhadap perubahan-perubahan kecil, dan dapat mendeteksi kegemukan
(overweight).
Keadaan gizi masyarakat berdasarkan prevalensi balita gizi kurang
dengan indikator BB/U, dengan kriteria:
a. 10% ke bawah : kategori baik (skor 1)
b. 10% - 15% : kategori masalah ringan (skor 2)
c. 15.1 – 20% : kategori masalah sedang (skor 3)
d. Di atas 20% : kategori masalah berat (skor 4)
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
84
Indikator BB/U adalah indikator status gizi secara individu, adapun target
persentase balita gizi buruk indikator BB/U sampai dengan tahun 2017
ditetapkan sebesar < 5 %.
Balita adalah anak yang berumur di bawah 5 tahun (0-59 bulan). Kasus
gizi buruk adalah balita dengan status gizi berdasarkan indeks Berat
Badan menurut Panjang Badan (BB/PB) atau Berat Badan menurut Tinggi
Badan (BB/TB) dengan nilai Z-score <-3 SD (sangat kurus) dan atau
terdapat tanda klinis gizi buruk lainnya. Kasus gizi buruk yang mendapat
perawatan adalah balita gizi buruk yang dirawat inap maupun rawat jalan
di fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat.
Persentase kasus balita gizi buruk yang mendapat perawatan adalah
jumlah kasus balita gizi buruk yang dirawat inap maupun rawat jalan di
fasilitas pelayanan kesehatan dan masyarakat dibagi jumlah kasus balita
gizi buruk yang ditemukan di suatu wilyah kerja pada kurun waktu tertentu
dikali 100%.
Kinerja penanganan kasus balita gizi buruk dinilai baik jika seluruh balita
gizi buruk yang ditemukan mendapat perawatan, baik rawat inap maupun
rawat jalan sesuai tata laksana gizi buruk di fasilitas pelayanan kesehatan
dan masyarakat. Untuk menekan kematian bayi atau balita, dan
menurunkan prevalensi gizi kurang dan buruk, pemerintah menetapkan
target bahwa semua balita gizi buruk dirawat. Dengan demikian target
indikator Balita gizi buruk mendapat perawatan adalah 100%.
Capaian Persentase balita gizi buruk mendapat perawatan
Target Tahun
2018 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
100 % 0 3 3 2
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2018
Realisasi
(2018)
Capaian
(2018)
Realisasi
2018 2017 2016 2015
100 % 0% 100% 100% 100% 100% 100%
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
85
Masalah gizi adalah masalah kesehatan masyarakat yang
penanggulangannya tidak dapat dilaksanakan dengan pendekatan medis
dan pelayanan kesehatan saja, sehingga memerlukan dukungan lintas
sektor. Mengingat penyebabnya sangat kompleks, pengelolaan gizi buruk
memerlukan kerjasama yang komprehensif dari semua pihak. Bukan
hanya dokter maupun tenaga medis, namun juga pihak orang tua,
keluarga, pemuka masyarakat maupun agama dan pemerintah. Pada
tahun 2018 tidak ada laporan tentang kasus gizi buruk murni, adanya
kasus gizi buruk karena komplikasi penyakit penyerta .
Faktor yang menentukan keberhasilan dan penghambat keberhasilan
upaya meningkatnya gizi masyarakat, antara lain:
1) Faktor penunjang keberhasilan
a. Adanya program dan kegiatan dari pemerintah daerah sebagai
upaya meningkatkan status gizi masyarakat meskipun upaya yang
dilakukan belum optimal.
b. Berjalannya program gizi antara lain pemberian obat gizi (tablet
besi, vitamin A, Kapsul Yodiol)
c. Adanya dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang
memberikan daya ungkit terhadap program gizi.
d. Kabupaten Lampung Barat memiliki 260 posyandu.
2) Faktor penghambat keberhasilan
a. Pengetahuan masyarakat yang masih rendah mengenai gizi
keluarga dan diperburuk dengan status ekonomi masyarakat
sehingga meskipun ada kesadaran namun secara pembiayaan
tidak mampu.
b. Jumlah posyandu yang masih sangat kurang dibandingkan target
yang harusnya ada berpengaruh terhadap daya jangkau petugas
kesehatan untuk melakukan pelayanan kesehatan untuk balita.
c. Peran aktif masyarakat masih rendah dalam mengakses pelayanan
kesehatan untuk balita di posyandu.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
86
d. Pengetahuan, keterampilan dan kesanggupan beberapa tenaga
masih kurang dalam tata laksana gizi buruk.
e. Terbatasnya dana operasional, sarana dan prasarana yang
mendukung pelaksanaan program gizi di Lampung Barat.
f. Peran lintas sektor yang masih sangat kurang, pemahaman yang
ada selama ini adalah bahwa masalah gizi di masyarakat adalah
semata-mata tanggung jawab Dinas Kesehatan.
3) Upaya yang dapat dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah
antara lain:
a. Melaksanakan pelatihan Tata Laksana Anak Gizi Buruk bagi
petugas kesehatan di puskesmas.
b. Penanggulangan kurang energi protein (KEP), anemia gizi besi,
gangguan akibat kurang yodium, kurang vitamin A, dan kekurangan
zat gizi mikro lainnya.
c. Melakukan pelacakan balita gizi buruk.
d. Pemberian subsidi pangan bagi penduduk miskin.
e. Peningkatan partisipasi masyarakat melalui revitalisasi pelayanan
posyandu.
f. Pelayanan gizi bagi ibu hamil (berupa tablet besi) dan balita
(berupa makanan pendamping ASI) dari keluarga miskin.
c. Persentase Penurunan Prevalensi Balita Kurus (wasting)
Status gizi anak balita diukur berdasarkan umur (U), berat badan (BB),
dan tinggi badan (TB). Prevalensi kurang gizi (balita gizi kurang, balita
pendek, balita kurus) memberikan indikasi tentang besaran masalah gizi
di masyarakat. Target indikator persentase prevalensi BB kurang pada
tahun 2018 adalah sebesar < 10%.
Capaian Persentase prevalensi BB Kurang
Target Tahun
2018 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
< 10 % 1.75 1.54 1.45 1.41
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
87
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2018
Realisasi
(2018)
Capaian
(2018)
Realisasi
2018 2017 2016 2015
< 10 % 1.41% 100% 0.03% 1.68% 1.41 0.03%
Faktor yang menentukan keberhasilan dan penghambat keberhasilan
upaya meningkatnya gizi masyarakat, antara lain:
1) Faktor penunjang keberhasilan:
a. Adanya program dan kegiatan dari pemerintah daerah sebagai
upaya meningkatkan status gizi masyarakat meskipun upaya yang
dilakukan belum optimal.
b. Berjalannya program gizi antara lain pemberian obat gizi (tablet
besi, vitamin A, Kapsul Yodiol)
c. Adanya dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) yang
memberikan daya ungkit terhadap program gizi.
d. Kabupaten Lampung Barat memiliki 258 posyandu.
2) Faktor penghambat keberhasilan:
a. Pengetahuan masyarakat yang masih rendah mengenai gizi
keluarga dan diperburuk dengan status ekonomi masyarakat
sehingga meskipun ada kesadaran namun secara pembiayaan
tidak mampu.
b. Jumlah posyandu yang masih sangat kurang dibandingkan target
yang harusnya ada berpengaruh terhadap daya jangkau petugas
kesehatan untuk melakukan pelayanan kesehatan untuk balita.
c. Peran aktif masyarakat masih rendah dalam mengakses pelayanan
kesehatan untuk balita di posyandu.
d. Kualitas dan kuantitas kader di pekon masih kurang.
e. Peran lintas sektor yang masih sangat kurang, pemahaman yang
ada selama ini adalah bahwa masalah gizi di masyarakat adalah
semata-mata tanggung jawab Dinas Kesehatan.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
88
3) Upaya yang dapat dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah
antara lain:
a. Melakukan advokasi kepada pemerintah daerah untuk pembiayaan
program gizi.
b. Pemberdayaan masyarakat untuk pencapaian keluarga sadar gizi.
c. Pemberian subsidi pangan bagi penduduk miskin.
d. Peningkatan partisipasi masyarakat melalui revitalisasi pelayanan
posyandu.
e. Pelayanan gizi bagi ibu balita (berupa makanan pendamping ASI)
dari keluarga miskin.
6. Sasaran Strategis 6 : “ Meningkatnya upaya pencegahan dan
penanggulangan penyakit menular dan tidak menular
Indikator yang harus dicapai untuk mencapai sasaran ini adalah :
a. Persentase penemuan kasus baru TBC
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB
menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya.
Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan masyarakat didunia
terutama negara-negara yang sedang berkembang. Penemuan pasien
baru TBC BTA (+) adalah penemuan pasien TB melalui pemeriksaan
dahak sewaktu pagi dan sewaktu (SPS) dan diobati di unit pelayanan
kesehatan. Pengukuran dilakukan dengan menghitung jumlah pasien
baru TBC BTA (+) yang ditemukan dan diobati dibagi jumlah perkiraan
pasien baru TBC BTA (+) dikali 100%.
Capaian Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC BTA (+)
Target Tahun
2018 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
70 % 8.4 9.17 26 41.15
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
89
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2018
Realisasi
(2018)
Capaian
(2018)
Realisasi
2018 2017 2016 2015
70% 25.5% 58.79% 25.5% 27.78% 58,79% 41.15%
Angka cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit
TBC BTA (+) tahun 2018 sebesar 25.5% jauh lebih rendah dibandingkan
dengan target yang ditetapkan yaitu 70%. Rendahnya realisasi
disebabkan estimasi penemuan penderita yang terlalu tinggi 160/100.000
penduduk karena sampel untuk penetapan jumlah sasaran diambil di
wilayah perkotaan.
Upaya untuk menunjang penemuan penderita TB juga dilakukan oleh
pihak swasta, namun penjaringan penderita baru ini dilakukan melalui
pemeriksaan rontgen sehingga tidak dapat dihitung sebagai penemuan
penderita TBC BTA (+) karena indikator ini hanya bisa diukur melalui hasil
pemeriksaan dahak suspect. Faktor yang menentukan keberhasilan dan
penghambat keberhasilan cakupan penemuan penderita penyakit TBC
BTA (+), antara lain:
Faktor penunjang keberhasilan:
a. Proses penjaringan penderita oleh tenaga puskesmas.
b. Kemampuan petugas puskesmas untuk melakukan pemeriksaan
dahak penderita.
c. Puskesmas memiliki laboratorium yang mampu melakukan
pemeriksaan dahak.
d. Adanya program dan kegiatan yang mendukung sebagai upaya
penemuan dan kesembuhan penderita penyakit TBC BTA (+) yang
dibiayai pemerintah daerah.
e. Kesadaran, kepedulian dan pengetahuan masyarakat yang harus
ditingkatkan.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
90
Faktor penghambat keberhasilan:
a. Stigma di masyarakat mengenai penderita TB yang berdampak pada
adanya rasa malu untuk melakukan pemeriksaan dan cenderung
untuk menyembunyikan penyakitnya.
b. Suspect mengalami kesulitan saat ingin melakukan pemeriksaan
karena kesulitan untuk mengeluarkan dahak.
c. Tidak semua puskesmas memiliki tenaga laboratorium/analis untuk
melakukan pemeriksaan dahak. Dari 13 puskesmas yang ada
hanya 7 puskesmas yang memiliki tenaga analis yaitu Puskesmas
Kebun Tebu, Sumberjaya, Fajar Bulan, Air Hitam, Sekincau, Kenali,
Liwa & Batu Brak.
Upaya yang dapat dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah
antara lain:
a. Rekruitmen petugas laboratorium/analis untuk puskesmas.
b. Refreshing dan peningkatan kapasitas petugas laboratorium yang ada.
c. Melengkapi sarana prasarana yang mendukung program TB.
d. Penanaman pemahaman pada masyarakat bahwa penyakit TB adalah
penyakit menular yang dapat disembuhkan.
e. Peningkatan status ekonomi masyarakat sebagai upaya preventif
pencegahan penyakit TB.
f. Peningkatan kesadaran masyarakat akan kesehatan dan kebersihan
lingkungan tempat tinggal.
g. Keterlibatan dan kerja sama anatar lintas sektoral sangat dibutuhkan
mencapai keberhasilan penanganan dan pengendalian penyakit TB
tersebut.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
91
b. Persentase Cakupan Imunisasi Dasar Lengkap (IDL)
UCI (Universal Child Imunization) adalah tercapainya imunisasi dasar
secara lengkap pada bayi (0 – 11 bulan), Ibu hamil, WUS, dan anak
sekolah tingkat dasar. Imunisasi dasar lengkap pada bayi meliputi: 1
dosis BCG, 3 dosis DPT, 4 dosis Polio, 4 dosis Hepatitis B, 1 dosis
Campak. Ibu hamil dan WUS meliputi 2 dosis TT. Anak sekolah tingkat
dasar meliputi 1 dosis DT, 1 dosis campak, dan 2 dosis TT.
Cakupan desa/kelurahan UCI adalah desa/kelurahan dimana ≥80% dari
jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar
lengkap dalam waktu satu tahun. Dihitung berdasarkan jumlah
desa/kelurahan dibandingkan seluruh desa/kelurahan dikali 100.
Capaian cakupan Desa/Kelurahan Universal Child Imunization (UCI)
Target Tahun
2018 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
100 % 45 68 80 98
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2018
Realisasi
(2018)
Capaian
(2018)
Realisasi
2018 2017 2016 2015
100% 98% 98% 98% 97,7% 100% 97.61%
Capaian cakupan UCI pekon/kelurahan tahun 2018 sebesar 98% lebih
tinggi jika dibandingkan dengan tahun 2017. Berdasarkan SPM bidang
kesehatan yang ditetapkan secara nasional maka pada tahun 2010
cakupan UCI pekon/kelurahan semestinya sudah mencapai 100%. Angka
cakupan 98% didapatkan berdasarkan hasil pelaksanaan program
imunisasi di 136 pekon di Lampung Barat, belum tercapainya target 100%
dikarenakan tidak meratanya cakupan antigen tiap-tiap vaksin akibat
sasaran bayi yang tidak tepat jadwal imunisasinya dan adanya bayi-bayi
yang berada di luar wilayah.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
92
Faktor yang menentukan keberhasilan dan penghambat keberhasilan
cakupan UCI pekon/kelurahan, antara lain:
1) Faktor penunjang keberhasilan:
a. Peran aktif masyarakat melalui posyandu dan kader posyandu.
b. Aktifnya petugas puskesmas dalam pelaksanaan program
imunisasi.
c. Ketersediaan logistic imunisasi pada setiap puskesmas.
d. Penyediaan stok vaksin dari pemerintah pusat.
e. Program BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah).
2) Faktor penghambat keberhasilan:
a. Tidak semua masyarakat bersedia bayinya diimunisasi.
b. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pentingnya imunisasi
bagi kita.
c. Pencatatan dan pelaporan dari posyandu dan puskesmas belum
optimal.
3) Upaya yang dapat dilakukan sebagai alternatif pemecahan masalah
antara lain:
a. Peningkatan pengetahuan masyarakat mengenai imunisasi.
b. Pemberian reward bagi petugas yang berprestasi
c. Refreshing kader penanggung jawab imunisasi di puskesmas.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
93
7. Sasaran Strategis 7 : Meningkatnya sinergitas dan kemitraan
lintas sector, LSM dan dunia usaha
Untuk mengukur keberhasil pencapaian sasaran strategis tersebut di atas,
ditetapkan indikator – indikator sebagai berikut:
a. Persentase Peserta JKN
Sampai dengan tahun 2017 Program Jaminan Kesehatan Nasional –
Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS), tepat 31 Desember 2018 jumlah
peserta JKN-KIS sudah mencapai 187.982.949, artinya jumlah
masyarakat yang telah mengikuti Program JKN-KIS hampir mencapai
72,9% dari jumlah penduduk Indonesia, dengan kata lain masih terdapat
sekitar 27,1% lagi masyarakat yang belum menjadi peserta JKN-KIS dan
diharapkan akan terpenuhi sesuai dengan target. Hal itu selaras dengan
arah kebijakan dan strategi nasional dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2019, disebutkan terdapat
sasaran kuantitatif terkait Program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu
Indonesia Sehat (JKN-KIS) yaitu meningkatnya persentase penduduk
yang menjadi peserta Jaminan Kesehatan melalui Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) Bidang Kesehatan, mencakup 95% pada tahun 2019.
Berbagai strategi dan upaya akan dilakukan salah satunya melalui
dukungan dan peran Pemerintah Daerah. Saat ini dukungan tersebut
sudah terasa di sejumlah daerah khususnya dalam upaya memperluas
cakupan kepesertaan dengan memastikan bahwa seluruh penduduk di
wilayah daerah tersebut telah menjadi peserta JKN-KIS atau dengan kata
lain tercapainya Universal Health Coverage (UHC). Di tahun 2017, 95%
atau 489 Kabupaten/Kota dari 514 Kabupaten/Kota sudah terintegrasi
dalam Program JKN-KIS melalui program JKN-KIS.Tercatat 3 Provinsi
(Aceh, DKI Jakarta, Gorontalo), 67 Kabupaten, dan 24 Kota sudah lebih
dulu UHC di Tahun 2018, dan yang berkomitmen akan menyusul UHC
lebih awal yaitu 3 Provinsi (Jambi, Jawa Barat dan Jawa Tengah) serta 59
Kabupaten dan 15 Kota (data terlampir).
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
94
Saat ini kepesertaan JKN baru tercapai 66,76 % dari total penduduk
Kabupaten Lampung Barat, sehingga jika target minimal 95 % untuk
mencapai UHC di Kabupaten Lampung Barat sampai dengan tahun 2019,
maka upaya percepatan peningkatan kepesertaan harus dimaksimalkan. .
Masyarakat miskin adalah masyarakat sasaran program pengentasan
kemiskinan yang memenuhi kriteria tertentu menggunakan 14 (empat
belas) variable kemiskinan dalam satuan Rumah Tangga Miskin. Jaminan
pelayanan kesehatan yang diberikan disini adalah jaminan pelayanan
kesehatan yang dimulai dari pelayanan kesehatan dasar di puskesmas
yang pembiayaannya ditanggung oleh pemerintah. Program jaminan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin diberikan melalui berbagai
program pemerintah antara lain Jamkesmas, yang saat ini posisinya telah
digantikan oleh Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang untuk
masyarakat miskin ditanggung sebagai peserta PBI.
Perhitungan cakupan masyarakat miskin yang mendapat jaminan
pelayanan kesehatan didasarkan pada jumlah masyakat miskin yang ada
di Lampung Barat yang ditetapkan oleh pemerintah pusat, untuk
masyarakat miskin yang tidak masuk dalam data maka ditanggung oleh
pemerintah daerah dengan program pelayanan kesehatan masyarakat
miskin diluar kuota.
8. Sasaran Strategis 8 : “Meningkatnya lingkungan sehat”
Untuk mengukur keberhasil pencapaian sasaran strategis tersebut di atas,
ditetapkan 4 indikator yaitu:
a. Jumlah Desa yang melaksanakan STBM (Sanitasi Total
Berbasis Masyarakat)
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) adalah pendekatan untuk
merubah perilaku higiene dan sanitasi melalui pemberdayaan masyarakat
dengan metode pemicuan. Hygiene adalah upaya kesehatan dengan
cara memelihara kebersihan individu subyeknya. Misalnya mencuci
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
95
tangan untuk melindungi kebersihan tangan, mencuci piring melindungi
kebersihan piring, membuang bagian makanan yang rusak untuk
melindungi keutuhan makanan secara keseluruhan. Sanitasi adalah
upaya kesehatan dengan cara memelihara dan melindungi kebersihan
lingkungan dari subyeknya. Misalnya menyediakan air untuk mencuci
tangan, menyediakan tempat sampah untuk menjaga agar sampah tidak
dibuang sembarangan.
Sanitasi total berbasis masyarakat ini menekankan kepada 5 (lima)
perubahan perilaku hygienis. Sanitasi total adalah kondisi ketika suatu
komunitas:
a. tidak buang air besar (BAB) sembarangan;
b. mencuci tangan pakai sabun;
c. mengelola air minum dan makanan yang aman;
d. mengelola sampah dengan benar;
e. mengelola limbah cair rumah tangga dengan aman.
Jumlah pekon di Kabupaten Lampung Barat adalah 136 pekon, tahun
2018 ditargetkan 63 % dari 136 pekon tersebut sudah melaksanakan
STBM.
Capaian Jumlah Desa yang melaksanakan STBM
Target Tahun
2018 Satuan
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
63 % 46 47.9 50.1 52
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2018
Realisasi
(2018)
Capaian
(2018)
Realisasi
2018 2017 2016 2015
63 52% 82,54 75.23% 22.79% - -
Jumlah pekon yang sudah melaksanakan STBM pada tahun 2018
sebanyak 71 pekon (52%) dari 86 pekon (63%) yang ditargetkan.
Sedangkan sampai tahun 2018 ditargetkan 86 pekon (63%) sudah
melaksanakan STBM, sehingga untuk mencapai target akhir renstra
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
96
masih adalah 25 pekon lagi yang harus dilakukan pembinaan untuk
melaksanakan STBM.
Faktor-faktor yang menghambat tercapainya keberhasilan :
a. Keterbatasan jumlah tenaga sanitarian, hanya ada 1 tenaga sanitarian
yang bertugas di Kabupaten Lampung Barat.
b. Meski tenaga kesehatan lingkungan di puskesmas sudah dilatih,
namun upaya untuk melakukan pemicuan STBM di wilayah kerjanya
belum optimal.
c. PHBS yang masih rendah di masyarakat.
Faktor-faktor yang mendukung pelaksanaan STBM:
a. Tersedianya alokasi anggaran untuk mendukung pelaksanaan STBM
dengan melaksanakan pemicuan yang diikuti dengan pemberian
stimulan jamban.
b. Tenaga pengelola kesehatan lingkungan di puskesmas sudah terlatih
untuk melaksanakan pemicuan STBM di pekon-pekon.
c. Mulai adanya komitmen dari masyarakat untuk melaksanakan STBM,
diantaranya dengan membatu pemerintah daerah dalam pelaksanaan
pembuatan jamban di pekon.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan sebagai pemecahannya:
a. Meningkatkan pembinaan di masyarakat untuk melaksanakan STBM.
b. Melakukan upaya promosi PHBS di masyarakat secara
berkesinambungan.
c. Meningkatkan jumlah desa yang melaksanakan pemicuan STBM.
b. Persentase Rumah Sehat
Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau
hunian dan sarana pembinaan keluarga. Rumah sehat adalah bangunan
rumah tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang
memiliki jamban sehat, sarana air bersih, pembuangan sampah, sarana
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
97
pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan hunian rumah
yang sesuai dan lantai yang tidak terbuat dari tanah (kedap air).
Syarat rumah sehat: a) pencahayaan: cukup terang di semua ruangan
untuk membaca; b) atap: tidak bocor; c) dinding: bersih, kering dan kuat;
d) tersedia jamban keluarga yang sehat; e) tersedia air bersih; f)
pengudaraan: segar, banyak udara yang masuk; g) lantai: bersih, teratur,
rapi, ada dinding pemisah, bebas tikus dan nyamuk; h) ada sarana
pembuangan air limbah.
Bagi sebagian besar masyarakat, rumah merupakan tempat berkumpul
bagi semua anggota keluarga dan menghabiskan sebagian besar
waktunya, sehingga kondisi kesehatan perumahan dapat berperan
sebagai media penularan penyakit di antara anggota keluarga atau
tetangga sekitarnya.
Cakupan rumah sehat adalah persentase jumlah rumah sehat yang ada di
wilayah kerja puskesmas pada kurun waktu 1 tahun. Target tahun 2018
adalah sebesar 70%.
Capaian Persentase cakupan rumah yang memenuhi syarat kesehatan
Target
Tahun
2018
Satuan
Realisasi
Tahun
2018
Realisasi
Trw. I Trw. II Trw. III Trw. IV
75 % 67,5 16,89
7,51 7,24 35,86
Perbandingan terhadap tahun-tahun sebelumnya
Target
2018
Realisasi
(2018)
Capaian
(2018)
Realisasi
2018 2017 2016 2015
75% 67,5% 67,5% 67.5% 57,5% 58.90% 55,04%
Realisasi tahun 2018 lebih rendah dari target tahun 2018 dan target akhir
renstra. Terdapat selisih sebesar 7,5% untuk mencapai target..
Diperlukan upaya yang lebih untuk tercapainya hasil yang diharapkan.
Namun jika dibandingkan dengan capaian tahun 2017, hasil tahun 2018
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
98
mengalami kenaikan sebesar lebih kurang 10 %, sehingga dapat
disimpulkan hasil tahun 201 di bawah target capaian indikator kinerja.
Tidak tercapainya Kecamatan Sehat pada tahun 2017 untuk
dinominasikan ke penilaian provinsi Lampung memberikan kontribusi
terbesar dalam rendahnya pencapaian kinerja sasaran peningkatan
lingkungan sehat.
Faktor-faktor yang menghambat tercapainya keberhasilan :
a. Masih kurangnya pembinaan yang dilakukan oleh petugas ke
masyarakat.
b. Belum optimalnya kemampuan petugas kesehatan lingkungan di
puskesmas dalam menjalankan program di masyarakat.
c. Perilaku masyarakat selaku penghuni rumah yang masih
mengabaikan faktor kebersihan dan kesehatan rumah tinggalnya.
d. Minimnya pengetahuan masyarakat tentang kriteria rumah sehat.
e. Faktor ekonomi yang rendah berdampak pada kemampuan
masyarakat untuk dapat membangun rumah yang memenuhi syarat
sehat.
f. Rendahnya kriteria penilaian pekon/kecamatan untuk dijadikan
nominasi kecamatan sehat.
Upaya-upaya yang dapat dilakukan sebagai pemecahannya:
a. Meningkatkan pembinaan di masyarakat.
b. Melakukan upaya promosi di masyarakat secara berkesinambungan.
c. Memberikan stimulan untuk masyarakat khususnya yang memiliki
keterbatasan ekonomi.
d. Memberikan contoh rumah yang memenuhi syarat-syarat rumah
sehat.
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
99
Seluruh kegiatan yang dilaksanakan berimplikasi pada realisasi keuangan
Dinas Kesehatan pada tahun 2018. Berikut rincian laporan keuangan
Dinas Kesehatan tahun anggaran 2018 yang terdiri dari Pendapatan Asli
Daerah dan Belanja Daerah:
No. Uraian Program Target Realisasi %
I. Pendapatan Asli Daerah 11,776,185,575.00 8,200,621,963.00
69.64
II. BELANJA DAERAH 134,018,002,589.00 124,461,454,381.23
92.87
Belanja Tidak Langsung 24,642,449,367.00 23,849,857,848.00
96.78
1 Belanja Pegawai 24,642,449,367.00 23,849,857,848.00
96.78
Belanja Langsung 109,375,553,222.00 100,611,596,533.23
91.99
1 Program Pelayanan Administrasi Perkantoran
1,293,054,400.00 1,094,150,565.00
84.62
2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur.
708,615,000.00 698,344,280.00
98.55
3 Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur
596,010,000.00 539,050,780.00
90.44
4 Program Peningkatan Sistem Pelaporan Capaian Kinerja dan Keuangan SKPD
127,930,000.00 127,930,000.00
100.00
5 Program Obat dan Perbekalan Kesehatan
3,631,366,300.00 3,489,767,101.00
96.10
6 Program Upaya Kesehatan Masyarakat
10,700,721,710.00 10,327,380,961.00
96.51
7 Program Pengawasan Obat dan Makanan
103,868,000.00 100,562,800.00
96.82
8 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat
201,100,000.00 195,404,650.00
97.17
9 Program Perbaikan Gizi Masyarakat
227,500,000.00 220,843,850.00
97.07
10 Program Pengembangan Lingkungan Sehat
260,000,000.00 222,836,765.00
85.71
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
100
11 Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular & Tidak Menular
2,170,593,000.00 2,077,165,498.00
95.70
12 Program Standarisasi Pelayanan Kesehatan
2,220,689,000.00 1,865,266,462.00
83.99
13 Program Pelayanan Masyarakat Miskin
2,983,000,000.00 2,574,175,000.00
86.29
14
Program Pengadaan, Peningkatan dan Perbaikan Sarana dan Prasarana Puskesmas/Pustu dan Jaringannya.
62,603,673,000.00 61,370,370,734.00
98.03
15 Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan.
11,855,809,912.00 8,732,836,393.40
73.66
16 Program peningkatan pelayanan kesehatan lansia
40,000,000.00 37,225,000.00
93.06
17 Program Keselamatan Ibu Melahirkan dan Anak.
3,687,231,000.00 1,707,384,791.00
46.31
18 Program Kebijakan dan Manajemen Pembangunan Kesehatan
261,951,500.00 252,637,360.00
96.44
19 Program Upaya Kesehatan Rujukan
4,335,334,400.00 3,708,979,078.00
85.55
20 Program Pengendalian Penyakit Tidak Menular
962,106,000.00 876,469,950.83
91.10
21 Program Pelayanan Kesehatan Jiwa dan Napza
50,000,000.00 49,426,400.00
98.85
22 Program Pengembangan Kesehatan Tradisional
100,000,000.00 97,869,000.00
97.87
23 Program Kesehatan Kerja dan Olahraga
105,000,000.00 95,544,314.00
90.99
24 Program JKN 150,000,000.00 149,974,800.00
99.98
JUMLAH 109,375,553,222.00 100,611,596,533.23 91.99
Laporan kinerja Dinas Kesehatan Tahun 2018 Page
101
BAB IV
PENUTUP
Secara umum pencapaian kinerja Dinas Kesehatan sebagian besar telah
berhasil mencapai target yang telah ditetapkan. Masih terdapat beberapa
indikator kinerja yang tidak sesuai dengan target penetapan kinerja.
Penetapan suatu indikator kinerja yang kemudian pencapaiannya jauh
dari target atau bahkan tidak dapat diukur merupakan suatu evaluasi bagi
pelaksanaan program//kegiatan di Dinas Kesehatan pada tahun
berikutnya.
Kedepannya diharapkan agar dalam penetapan kinerja di dasarkan pada
indikator yang dapat terukur secara jelas yang juga menggambarkan
kontribusi program atau kegiatan yang dilakukan pada tahun yang
ditetapkan.