LAPORAN KINERJA (LKj) BADAN LINGKUNGAN HIDUP … BLH Kab... · menunjukkan bahwa secara umum telah...
Transcript of LAPORAN KINERJA (LKj) BADAN LINGKUNGAN HIDUP … BLH Kab... · menunjukkan bahwa secara umum telah...
1
LAPORAN KINERJA (LKj)
BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BANTUL
TAHUN 2016
PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL TAHUN 2017
2
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya, sehingga Laporan Kinerja Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Bantul tahun anggaran 2016 dapat tersusun dengan baik.
Laporan ini disusun berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 29 tahun
2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, bahwa laporan
Kinerja tahunan SKPD disampaikan oleh Kepala SKPD kepada
Gubernur/Bupati/Walikota, paling lambat 2 (dua) bulan setelah tahun anggaran
berakhir. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis
Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja
Instansi Pemerintah, laporan kinerja merupakan benruk akuntabilitas dari
pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi
pemerintah atas penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam
penyusunan laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta
pengungkapan (disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran
kinerja.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini dapat diselesaikan atas
bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, oleh karena itu kami menyampaikan
terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah terlibat
dalam penyusunan laporan ini. Akhir kata, semoga laporan ini dapat bermanfaat
dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.
Bantul, Februari 2017 Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kab. Bantul
Drs. Masharun, MM NIP. 19580703 198503 1 016
3
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN................................................................................ 4
A.
B.
C.
Latar Belakang..........................……………………………….....
Gambaran Umum......................................................................
Isu Strategis.....................……………………………..................
4
5
7
BAB II PERENCANAAN KINERJA............................................................... 10
A.
B.
C.
Rencana Strategis....................................................................
Perjanjian Kinerja Tahun 2016..................................................
Program dan Kegiatan untuk Pencapaian Sasaran..................
10
18
20
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA............................................................... 23
A.
B.
C.
D.
E.
Capaian Kinerja Organisasi.......................................................
Capaian Kinerja Program dan Kegiatan....................................
Capaian Kinerja Lainnya...........................................................
Akuntabilitas Anggaran.............................................................
Efisiensi Penggunaan Sumber Daya.........................................
23
39
42
45
49
BAB IV PENUTUP.......................................................................................... 50
4
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas
dan fungsi yang dipercayakan kepada setiap instansi pemerintah atas
penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam penyusunan
laporan kinerja adalah pengukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan
(disclosure) secara memadai hasil analisis terhadap pengukuran kinerja.
Laporan kinerja merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas dan
fungsi yang dipercayakan kepada instansi pemerintah atas penggunaan
anggaran. Penilaian dan pelaporan kinerja dalam rangka menjamin
pemerintahan yang akuntabel, peningkatan pengawasan, tanggap,
profesional, efisien dan efektif, transparan, pelaksanaan kesetaraan,
berwawasan ke depan, mendorong partisipasi warga dan penegakan hukum
menjadi bagian kunci dalam proses penyelenggaraan pemerintahan yang
baik.
Laporan Kinerja Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul Tahun 2016
disusun berdasarkan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006
tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Peraturan
Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah, Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan
Pemberantasan Korupsi serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk
Teknis Penyusunan Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Reviu atas
Laporan Kinerja, di mana pelaporan capaian kinerja organisasi secara
5
transparan dan akuntabel merupakan bentuk pertanggungjawaban atas
kinerja Pemerintah Kabupaten Bantul.
Tujuan penyusunan Laporan Kinerja Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Bantul Tahun 2016 adalah memberi informasi kinerja yang terukur
kepada pemberi mandat atas kinerja yang telah dan seharusnya dicapai. Juga
sebagai upaya perbaikan berkesinambungan bagi instansi pemerintah untuk
meningkatkan kinerjanya.
B. Gambaran Umum
1. Tugas Pokok, Fungsi, dan Struktur Organisasi
Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2007 tentang
Pembentukan Organisasi Lembaga Teknis Daerah di Lingkungan
Pemerintah Kabupaten Bantul dan Peraturan Daerah Nomor 72 Tahun
2008 tentang Rincian Tugas, Fungsi, dan tata kerja Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Bantul, tugas pokok Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Bantul adalah melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan
kebijakan Daerah di Bidang Lingkungan Hidup. Untuk melaksanakan
tugas tersebut, maka Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul
mempunyai fungsi sebagai berikut:
1) Perumusan kebijakan teknis bidang lingkungan hidup;
2) Pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintah Daerah di
bidang lingkungan hidup;
3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas bidang lingkungan hidup;
4) Pelaksanaan tugas yang diberikan oleh Bupati sesuai tugas dan
fungsinya.
6
2. Sumber Daya
Secara keseluruhan jumlah ASN Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Bantul tahun 2016 berjumlah 39 orang, secara lengkap
gambaran kepegawaian Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul
menurut jenjang pendidikan dan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel
1.1. Demi kelancaran pelaksanaan kegiatan, Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Bantul memiliki 6 (enam) tenaga honorer yang terdiri dari 3
(tiga) honorer laboratorium dan 3 (tiga) honorer kebersihan kantor,
laboratorium serta taman dan lingkungan sekitar kantor.
Dalam pelaksanaan program/kegiatan perlu adanya sarana dan
prasarana pendukung yang akan menunjang kelancaran dan keberhasilan
pencapaian suatu tujuan. Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul
memiliki 2 (dua) gedung, yaitu gedung kantor dan gedung laboratorium
pengujian kualitas lingkungan. Laboratorium lingkungan merupakan
laboratorium pengujiaan yang kompeten untuk pengujian kualitas air. Pada
tanggal 10 Juni 2015 telah diperoleh sertifikat akreditasi dari Komite
Akreditasi Nasional (KAN) dengan nomor sertifikat akreditasi LP-913-IDN.
Lingkup parameter terakreditasi berjumlah 5 (lima) parameter untuk
kualitas air. Guna menunjang operasional kegiatan Badan Lingkungan
Hidup Kabupaten Bantul, sampai dengan tahun 2016 telah memiliki 5
kendaraan roda empat serta 3 kendaraan roda dua.
7
Tabel 1.1 Sumber Daya Manusia Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul
No. Tingkat Pendidikan Jumlah Laki-Laki Jumlah Perempuan
1. Doktor (S3) 0 0
2. Master (S2) 4 2
3. Sarjana (S1) 10 13
4. Diploma (D3/D4) 1 2
5. SLTA 2 4
6. SMP 1 0
7. SD 0 0
3. Isu Strategis
Fungsi lingkungan hidup telah mengalami penurunan. Hal ini
tergambar dari berbagai bencana lingkungan hidup yang akhir-akhir ini terjadi
seperti banjir, kekeringan, longsor, pencemaran dan kerusakan lingkungan
lainnya. Pencemaran lingkungan merupakan salah satu isu strategis di
Kabupaten Bantul. Kabupaten Bantul secara geografis terletak di bagian
selatan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Hal ini menyebabkan secara
alami, Kabupaten Bantul merupakan daerah hilir dari Daerah Aliran Sungai
(DAS) sehingga potensi pencemaran air sungai di Kabupaten Bantul menjadi
cenderung tinggi.
Berdasarkan hasil inventarisasi yang didapat dari pengaduan
masyarakat akibat adanya dugaan pencemaran dan/atau perusakan
lingkungan hidup yang masuk, inventarisasi permasalahan lingkungan dari
kecamatan dan dinas/instansi terkait, serta hasil pemantauan yang dilakukan,
diketahui bahwa isu-isu prioritas mengenai lingkungan hidup adalah sebagai
berikut:
8
1. Kualitas air sungai
Hasil pemantauan yang secara rutin dilakukan tiap tahunnya
terhadap air sungai di Kabupaten Bantul menunjukkan tren penurunan
kualitas air sungai. Penurunan tersebut ditandai dengan semakin tinggi
konsentrasi parameter-parameter yang telah melampaui baku mutu atau
konsentrasi parameter-parameter tersebut semakin menjauhi baku mutu
air klas II dan semakin mendekati ambang batas untuk parameter-
parameter yang belum melampaui baku mutu selama dua tahun terakhir.
Hasil pemantauan yang dilakukan oleh BLH Kabupaten Bantul
menunjukkan bahwa secara umum telah terjadi penurunan kualitas air
sungai pada tahun 2014 dibandingkan tahun 2013. Pada tahun 2014,
dari 15 titik pantau, rata-rata 37,54% parameter yang diuji telah
melampaui baku mutu dan pada tahun 2015 rata-rata 36,86% parameter
yang diujikan melampaui baku mutu. Bahkan, baik pada tahun 2014
maupun 2015 parameter mikrobiologi yaitu fecal koli dan total koli di
seluruh titik pantau (15 titik di 5 sungai) telah melebihi baku mutu.
2. Kualitas udara ambient
Kualitas udara ambient di Kabupaten Bantul sejak tahun 2014
hingga 2015 parameter Total Suspended Particulate (TSP) telah
melampaui baku mutu yang dipersyaratkan dalam Keputusan Gubernur
DIY No. 153 Tahun 2002 dari sembilan parameter yang diujikan.
Konsentrasi SO2 dan CO di udara ambient Kabupaten Bantul juga terus
mengalami peningkatan sejak tahun 2014 hingga 2016. Salah satu
penyebab tidak langsung terjadinya penurunan kualitas udara adalah
9
bertambahnya jumlah penduduk. Semakin bertambah jumlah penduduk,
semakin meningkat kebutuhan energi.
Selain kebutuhan listrik yang melonjak, kebutuhan akan bahan
bakar seperti solar pun ikut melonjak untuk industri dan transportasi.
Pertumbuhan industri bergerak secara paralel dengan pertumbuhan
pemanfaatan bahan bakar minyak untuk transportasi. Namun ternyata
pemanfaatan batubara dan solar (bahan bakar fosil) sebagai sumber
energi pembangkit listrik dan transportasi juga membawa dampak
negatif yang mempengaruhi kualitas udara.
Pencemaran udara yang umum dihasilkan dari proses
pembakaran, termasuk bahan bakar fosil adalah nitrogen oksida (NOx),
karbon monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), debu diameter 10 mikron
dan 2,5 mikron ke bawah (PM10 dan PM2,5) dan hidrokarbon (HC).
Sedangkan sumber utama pencemaran udara dari Pb berasal dari asap
kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar yang
mengandung timbal.
Isu-isu tersebut diatas merupakan dampak negatif dari meningkatnya
jumlah penduduk, meningkatnya aktivitas manusia, dan kurangnya
pemahaman masyarakat mengenai lingkungan hidup. Untuk itu Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul beserta instansi terkait melakukan
upaya agar lingkungan tetap terjaga dan aktivitas masyarakat dalam rangka
memenuhi kebutuhannya tidak terganggu. Upaya-upaya yang dilakukan
berupa sosialisasi mengenai peraturan-peraturan lingkungan hidup dan
pentingnya menjaga lingkungan hidup, menyediakan prasarana dan sarana,
dan rehabilitasi.
10
BAB II
PERENCANAAN STRATEGIS
A. Rencana Strategis
1. Visi dan Misi
Visi merupakan rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan
pada akhir periode perencanaan. Dengan mengacu pada RPJMD
Kabupaten Bantul tahun 2016- 2021, Visi Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Bantul adalah “Bersih, sehat, sejuk, lestari dan proaktif di
bidang pengendalian dampak lingkungan”.
Visi tersebut mengandung pengertian bahwa kondisi Kabupaten
Bantul yang ingin diwujudkan di masa yang akan datang adalah Bantul
yang bersih, sehat, sejuk dan lestari yang semuanya itu akan diwujudkan
melalui misi.
Bersih artinya disini mengandung aspek estetika artinya disamping
pengelolaan sampah, kotoran dan limbah secara benar namun juga indah
dipandang mata.
Sehat artinya lingkungan yang bebas dari kuman dan sarang
penyakit.
Sejuk artinya suatu kondisi yang dipengaruhi oleh banyaknya
pepohonan rindang yang tumbuh terpelihara dimana-mana.
Lestari artinya tetap terjaga alam sebagai daya tampung dan daya
dukung makhluk hidup khususnya masyarakat Bantul.
Proaktif memiliki arti harfiah “lebih aktif”. Hal ini berarti Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul akan lebih aktif dan responsiif dalam
menjawab kondisi, tantangan dan permasalahan lingkungan hidup.
11
Dengan kesadaran bahwa visi merupakan keinginan ideal dan
pencapaiannya bersifat jangka panjang, merupakan rumusan umum
mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi.
Pada RPJMD Kabupaten Bantul tahun 2016 – 2021, bidang lingkungan
hidup ada pada misi 4 “Meningkatkan kapasitas dan kualitas sarana
prasarana umum, pemanfaatan SDA dengan memperhatikan kelestarian
lingkungan hidup dan pengelolaan risiko bencana”. Mengacu pada misi
yang tertuang dalam RPJMD tersebut, misi Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Bantul adalah:
1) Melaksanakan kegiatan sekretariat secara profesional dan
meningkatkan kualitas pelayanan.
2) Melaksanakan pengendalian pencemaran dan dokumen lingkungan.
3) Melaksanakan pengendalian kerusakan dan konservasi sumber daya
alam.
4) Melaksanakan penaatan hukum dan pengembangan kapasitas.
2. Tujuan dan Sasaran
Tujuan merupakan sesuatu yang akan dicapai atau dihasilkan dalam
jangka waktu 1-5 tahun mengacu visi dan misi serta didasarkan isu dan
analisis strategis. Tujuan akan mengarahkan penyusunan perumusan
sasaran, kebijakan, program dan kegiatan dalam rangka merealisasikan
misi. Sedangkan sasaran merupakan hasil yang ingin dicapai secara
nyata dalam rumusan yang lebih spesifik dan terukur dalam kurun waktu
yang lebih pendek dari tujuan. Dalam sasaran dirancang pula indikator
sasaran.
12
1) Tujuan Misi 1
Mewujudkan disiplin aparatur yang didukung oleh kapasitas aparatur
serta prasarana dan sarana yang memadai dengan sasaran:
Tersedianya sarana dan prasarana perkantoran untuk mendukung
profesionalisme kinerja instansi
2) Tujuan Misi 2
Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan mengendalikan
pencemaran lingkungan dengan sasaran: Penurunan beban
pencemaran lingkungan hidup
3) Tujuan Misi 3
Mengupayakan terwujudnya konservasi dan pelestarian sumber daya
alam dengan sasaran: Peningkatan luasan tutupan lahan
4) Tujuan Misi 4
Meningkatkan pengetahuan, kesadaran serta ketaatan masyarakat
untuk perlindungan lingkungan dengan sasaran: Peningkatan
pengetahuan, pemahaman serta kepatuhan semua pihak agar dapat
berperan aktif dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan
hidup
Tabel 2.1 Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Pelayanan Perangkat Daerah
NO. TUJUAN SASARAN INDIKATOR
KINERJA
TARGET KINERJA SASARAN PADA TAHUN KE-
1 2 3 4 5 6
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10)
1 Mewujudkan disiplin aparatur yang didukung oleh kapasitas aparatur serta prasarana dan sarana yang memadai
Tersedianya sarana dan prasarana perkantoran untuk mendukung profesionalisme kinerja instansi
1. Nilai AKIP 74 75 76 77 78 79
2. Nilai IKM 80 82 84 86 88 90
3. Nilai Evaluasi Kinerja
78 79 80 81 82 83
13
3. Strategi dan Kebijakan
a. Strategi
Rumusan strategi harus menunjukkan keinginan yang kuat
bagaimana Perangkat Daerah menciptakan nilai tambah (value added)
bagi stakeholder layanan. Di sini penting untuk mendapatkan
parameter utama yang menunjukkan bagaimana strategi tersebut
menciptakan nilai (strategic objective). Melalui parameter tersebut,
dapat dikenali indikasi keberhasilan atau kegagalan suatu strategi
sekaligus untuk menciptakan budaya “berpikir strategik” dalam
menjamin bahwa transformasi menuju pengelolaan pemerintah daerah
yang lebih baik, transparan, akuntabel dan berkomitmen terhadap
kinerja, strategi harus dikendalikan dan dievaluasi (learning process).
Suatu strategi yang baik harus dikembangkan dengan prinsip-
prinsip:
2 Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan mengendalikan pencemaran lingkungan
Penurunan beban pencemaran lingkungan hidup
Peningkatan konsentrasi DO di Sungai Winongo
7,25 7,30 7,35 7,40 7,45 7,50
Penurunan konsentrasi SO2 di udara ambien
36 35 34 33 32 31
3 Mengupayakan terwujudnya konservasi dan pelestarian sumber daya alam
Peningkatan luasan tutupan lahan
Penambahan luasan tutupan lahan di kawasan lindung (sempadan pantai, mata air, lahan kritis)
0,5 Ha 1 Ha 1 Ha 1 Ha 1 Ha 1 Ha
Penambahan luasan RTH-Taman di 7 Kecamatan
- 250 m2 250
m2
250 m2 250
m2
250 m
2
4 Meningkatkan pengetahuan, kesadaran serta ketaatan masyarakat untuk perlindungan lingkungan
Peningkatan pengetahuan, pemahaman serta kepatuhan semua pihak agar dapat berperan aktif dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
Jumlah kelompok pengelola sampah
130 133 136 139 142 145
Jumlah Sekolah Adiwiyata
56 76 96 116 136 156
14
1) Strategi dapat menyeimbangkan berbagai kepentingan yang saling
bertolak-belakang;
2) Strategi didasarkan pada tujuan dan sasaran Perangkat Daerah
dan pemenuhan kebutuhan layanan yang berbeda tiap segment
masyarakat pengguna layanan, dan pemangku kepentingan;
3) Layanan yang bernilai tambah diciptakan secara berkelanjutan
dalam proses internal Perangkat Daerah;
4) Strategi terdiri dari tema-tema yang secara simultan saling
melengkapi membentuk cerita atau skenario strategi.
b. Kebijakan
Kebijakan adalah pedoman yang wajib dipatuhi dalam melakukan
tindakan untuk melaksanakan strategi yang dipilih, agar lebih terarah
dalam mencapai tujuan dan sasaran. Kebijakan yang dirumuskan
harus dapat:
1) Membantu menghubungkan strategi kepada sasaran secara lebih
rasional.
2) Memperjelas strategi sehingga lebih spesifik/fokus, konkrit, dan
operasional;
3) Mengarahkan pemilihan kegiatan bagi program prioritas yang
menjadi tugas dan fungsi Perangkat Daerah yang lebih tepat dan
rasional berdasarkan strategi yang dipilih dengan
mempertimbangkan faktor-faktor penentu keberhasilan untuk
mencapai sasaran; dan
4) Mengarahkan pemilihan kegiatan bagi program prioritas yang
menjadi tugas dan fungsi Perangkat Daerah agar tidak
15
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan dan
melanggar kepentingan umum.
Melihat Visi, misi serta tujuan yang akan dicapai melalui sasaran-
sasaran, maka dirumuskan beberapa strategi dan kebijakan berdasarkan
misi sebagai berikut :
Strategi dan Kebijakan pada Misi Pertama
“Melaksanakan kegiatan sekretariat secara profesional dan
meningkatkan kualitas pelayanan”
Strategi yang ditempuh adalah peningkatan kualitas sarana dan
prasarana serta SDM yang ada.
Kebijakan untuk mewujudkan misi pertama antara lain :
a) Meningkatkan kinerja organisasi melalui pendayagunaan pegawai,
optimalisasi anggaran serta sarana prasarana yang dimiliki
b) Meningkatkan pengetahuan pegawai melalui pelatihan, seminar dan
bimbingan teknis Bidang Lingkungan Hidup
c) Meningkatkan sarana dan prasarana SDM pengolah data
Strategi dan Kebijakan pada Misi kedua
“Melaksanakan pengendalian pencemaran dan dokumen
lingkungan”
Strategi yang ditempuh adalah :
a) Mengupayakan pencegahan pencemaran air serta udara
b) Mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat
c) Monitoring, evaluasi dan pelaporan usaha
Kebijakan untuk mewujudkan misi kedua antara lain :
16
a) Peningkatan pemantauan kualitas lingkungan
b) Meningkatkan pengawasan dan pembinaan terhadap pelaku
usaha/kegiatan
Strategi dan Kebijakan pada Misi ketiga
“Melaksanakan pengendalian kerusakan dan konservasi sumber
daya alam”
Strategi yang ditempuh adalah :
a) Mengupayakan konservasi lahan
b) Meningkatkan luasan tutupan lahan
Kebijakan untuk mewujudkan misi ketiga antara lain :
a) Meningkatkan pengetahuan pelaku usaha (penambang)
b) Penanaman bibit tanaman serta penambahan luasan ruang terbuka
hijau
Strategi dan Kebijakan pada Misi keempat
“Melaksanakan penaatan hukum dan pengembangan kapasitas”
Strategi yang ditempuh adalah :
a) Pemberdayaan kelompok pemerhati lingkungan
b) Mengupayakan penegakan hukum
Kebijakan untuk mewujudkan misi ketiga antara lain :
a) Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan
b) Meningkatkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan
prinsip 3R
Hubungan antara Tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan dapat dilihat
pada Tabel 2.2 sebagai berikut :
17
Tabel 2.2 Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Kebijakan
VISI : “Bersih, sehat, sejuk, lestari dan proaktif di bidang pengendalian dampak lingkungan”.
MISI 1 : Melaksanakan kegiatan sekretariat secara profesional dan meningkatkan kualitas pelayanan
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
Mewujudkan disiplin aparatur yang didukung oleh kapasitas aparatur serta prasarana dan sarana yang memadai
Tersedianya sarana dan prasarana perkantoran untuk mendukung profesionalisme kinerja instansi
Peningkatan kualitas sarana dan prasarana, serta SDM yang ada
1. Meningkatkan kinerja organisasi melalui pendaya gunaan pegawai, optimalisasi anggaran serta sarana prasarana yg dimiliki
2. Meningkatkan pengetahuan pegawai melalui pelatihan, seminar, bimbingan teknis bidang lingkungan hidup
3. Meningkatkan sarana dan prasarana SDM pengolah data
Misi 2 : Melaksanakan pengendalian pencemaran dan dokumen lingkungan
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
Meningkatkan kualitas lingkungan hidup dengan mengendalikan pencemaran lingkung
Penurunan beban pencemaran lingkungan hidup
1. Mengupayakan pencegahan pencemaran air dan udara
2. Mewujudkan lingkungan yg bersih dan sehat
3. Monitoring, evaluasi dan pelaporan usaha
1. Peningkatan pemantauan kualitas lingkungan
2. Meningkatkan pengawasan dan pembinaan terhadap pelaku usaha/kegiatan
MISI 3 : Melaksanakan pengendalian kerusakan dan konservasi sumber daya alam
Tujuan Sasaran Strategi Kebijakan
Mengupayakan terwujudnya konservasi dan pelestarian sumber daya alam
Peningkatan luasan tutupan lahan
1. Mengupayakan konservasi lahan Mengupayakan konservasi lahan
2. Meningkatkan luasan tutupan lahan
1. Meningkatkan pengetahuan pelaku usaha (penambang)
2. Penanaman bibit tanaman serta penambahan luasan ruang terbuka hijau
MISI 4 : Melaksanakan penaatan hukum dan pengembangan kapasitas
Tujuan Tujuan Tujuan Tujuan
Meningkatkan pengetahuan, kesadaran serta ketaatan masyarakat untuk perlindungan lingkungan
Peningkatan pengetahuan, pemahaman serta kepatuhan semua pihak agar dapat berperan aktif dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
1. Pemberdayaan kelompok pemerhati lingkungan
2. Mengupayakan penegakan hukum
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan
2. Meningkatkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat dengan prinsip 3R
B. Perjanjian Kinerja (PK) Tahun 2016
Perjanjian kinerja adalah lembar/dokumen yang berisikan penugasan dari
pimpinan instansi yang lebih tinggi kepada pimpinan instansi yang lebih rendah
untuk melaksanakan program/kegiatan yang disertai dengan indikator kinerja.
Sasaran strategis BLH Kabupaten Bantul disesuaikan dengan permasalahan
utama (strategic issued) terkait lingkungan hidup yang tengah dihadapi di
Kabupaten Bantul.
Permasalahan lingkungan hidup sangat kompleks dan berbasis keilmuan-
teknik (engineering basis). Ukuran dari kondisi atau status lingkungan hidup
diperoleh melalui proses laboratorium ataupun sarana berbasis tekonologi
lainnya, misalnya citra satelit. Pemahaman dari hasil pengukuran parameter
kimia dan mikrobiologi dari bahan pencemar udara dan air serta besaran
konsentrasinya memerlukan latar belakang teknis yang memadai sehingga
sedikit menyulitkan bagi masyarakat awam. Ukuran atau indikator ini sangat
berbeda dengan keilmuan ekonomi dan sosial yang relatif lebih mudah
dipahami.
Selain itu, indikator lingkungan hidup diukur secara parsial, yaitu
berdasarkan masing-masing parameter bahan pencemar sehingga mengalami
kesulitan untuk mendapatkan gambaran yang dapat mewakili kondisi kualitas
udara maupun air secara utuh dan menyeluruh. Disisi lain sangat dibutuhkan
penilaian kondisi lingkungan hidup (dalam hal ini kualitas air dan kualitas air
sungai) di suatu wilayah pada periode tertentu bertambah baik atau sebaliknya.
Oleh karenanya dibutuhkan suatu ukuran yang dapat menyederhanakan
kompleksitas dan dapat merangkum ukuran-ukuran parsial. Salah satu cara
yang umumnya digunakan adalah menggunakan indeks.
18
19
Indeks kualitas lingkungan hidup yang merupakan aggregat dari indeks
kualitas air, indeks kualitas udara, dan indeks tutupan lahan pada dasarnya
memiliki 2 (dua) fungsi utama, yaitu mendukung pembuatan kebijakan atau
pengambilan keputusan; serta mempermudah komunikasi dengan publik.
Dalam fungsinya sebagai pendukung kebijakan, indeks dapat membantu dalam
menentukan skala prioritas baik dipandang dari sisi isu atau tema maupun
lokus untuk dilakukannya aksi. Prioritas tersebut disesuaikan dengan derajat
permasalahannya yang diindikasikan angka indeks. Selain itu, indeks yang
cukup komprehensif dengan parameter yang memadai akan memiliki aspek
ketelusuran sehingga dapat membantu mengidentifikasikan sumber
permasalahan. Misalnya dalam hal indeks yang mewakili kualitas air dapat
ditelusuri hingga sumber pencemarnya dapat diidentifikasi.
Indeks kualitas lingkungan hidup juga dapat dimanfaatkan untuk
mengukur keberhasilan program-program pengelolaan lingkungan. Melalui
indeks, semua pihak memiliki ukuran yang sama sehingga dapat dilihat tingkat
pencapaian baik untuk kecenderungan berhasil atau sebaliknya. Dengan
begitu, indeks dapat menjadi alat penggerak bagi keterlibatan publik.
Adapun perjanjian kinerja BLH Kabupaten Bantul adalah sebagaimana
tercantum pada Tabel 2.3.
Tabel 2.3 Perencanaan Kinerja 2016 No. Sasaran Indikator Kinerja Target
1 Penurunan beban pencemaran lingkungan hidup
Indeks Kualitas Air 32
Indeks Kualitas Udara 55
2 Peningkatan luasan tutupan lahan Indeks Tutupan Lahan 27,5
3 Peningkatan pengetahuan, pemahaman serta kepatuhan semua pihak agar dapat berperan aktif dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
Volume sampah yang tertangani (m³)
420.000
20
Perjanjian kinerja BLH Kabupaten Bantul tahun 2016 telah mencakup
indikator yang mewakili green issues (isu hijau) dan brown issues (isu coklat).
Isu hijau adalah pendekatan pengelolaan lingkungan hidup yang menangani
aspek-aspek konservasi atau pengendalian kerusakan lingkungan hidup.
Sedangkan isu coklat menangani isu pencemaran lingkungan hidup yang pada
umumnya berada pada sektor industri dan perkotaan. Isu hijau dalam perjanjian
kinerja BLH Kabupaten Bantul tahun 2016 diakomodir dalam indikator kinerja
“Indeks Tutupan Lahan”, sedangkan isu coklat diakomodir dalam indikator
kinerja “Indeks Kualitas Air”, “Indeks Kualitas Udara”, dan “Volume sampah
yang tertangani (m³).”
C. Program dan Kegiatan untuk Pencapaian Sasaran
Dalam upaya mencapai 4 target Indikator Kinerja Utama sebagaimana
telah ditetapkan dalam Renstra dan Perjanjian Kinerja, BLH Kabupaten Bantul
melaksanakan program dan kegiatan pendukungnya. Adapun program dan
kegiatan untuk pencapaian sasaran tersebut disajikan pada Tabel 2.4.
Tabel 2.4 Program dan Kegiatan Pendukung Sasaran
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Program Kegiatan
1 Penurunan beban pencemaran lingkungan hidup
Indeks Kualitas Air (IKA)
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Peningkatan peringkat kinerja perusahaan (proper)
Pengelolaan Prokasih/Superkasih
pengawasan pelaksanaan kebijakan bidang lingkungan hidup
Pengembangan kapasitas laboratorium lingkungan hidup
Monitoring, evaluasi dan pelaporan
Indeks Kualitas Udara (IKUd)
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Penilaian langit biru
Pemantauan Kualitas Lingkungan
Program peningkatan pengendalian polusi
Pengujian kadar polusi limbah padat dan limbah cair
2 Peningkatan luasan tutupan lahan
Indeks Tutupan Lahan
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Peningkatan pengelolaan lingkungan pertambangan
21
No Sasaran Strategis Indikator Kinerja
Program Kegiatan
Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Peningkatan peran serta masyarakat dalam perlindungan dan konservasi SDA
Peningkatan pengelolaan kawasan konservasi
Pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistem
Peningkatan Konservasi Daerah tangkapan Air dan Sumber-Sumber Air
Pengendalian Kerusakan Hutan dan Lahan
Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH)
Pembuatan Taman Hijau
3 Peningkatan pengetahuan, pemahaman serta kepatuhan semua pihak agar dapat berperan aktif dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
Volume sampah yang tertangani
Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaaan persampahan
Penyusunan laporan periodik per bulan sampah harian
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Penyusunan Kebijakan dan Peraturan Perundang-undangan Lingkungan Hidup
Pengawasan Penaatan Hukum Lingkungan Hidup
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengendalian lingkungan hidup
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup
Penilaian Kota Sehat/Adipura
Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Peningkatan edukasi dan komunikasi masyarakat di bidang lingkungan
Pemberdayaan Kampung Hijau
Pemberdayaan Pondok pesantren berwawasan lingkungan
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA
A. Capaian Kinerja Organisasi
Secara umum Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul telah
melaksanakan tugas dalam rangka mencapai sasaran strategis yang telah
ditetapkan dalam RENSTRA 2016 – 2021. Pengukuran target kinerja dari
sasaran strategis yang telah ditetapkan akan dilakukan dengan
membandingkan antara target kinerja dengan capaian kinerja. Capaian
Indikator Kinerja Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul pada tahun 2016
disajikan dalam Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Capaian Indikator Kinerja BLH Kabupaten Bantul Tahun 2016
No Sasaran Indikator Kinerja
Target Realisasi Prosentase
1 Penurunan beban pencemaran lingkungan hidup
Indeks Kualitas Air
32 34 106,25
Indeks Kualitas Udara
55 7,15 13,00
2 Peningkatan luasan tutupan lahan
Indeks Tutupan Lahan
27,5 27,54 100,00
3 Peningkatan pengetahuan, pemahaman serta kepatuhan semua pihak agar dapat berperan aktif dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
Volume sampah yang tertangani (m³)
420.000 420.000 100,00
1. Indikator Kinerja Utama: Indeks Kualitas Air
Berdasarkan perjanjian kinerja BLH Kabupaten Bantul Tahun 2016,
terlihat bahwa pencapaian target indeks kualitas air digunakan sebagai tolak
22
23
ukur kinerja BLH Kabupaten Bantul dalam penanganan masalah kualitas air,
yaitu terjadinya pencemaran air sungai. Perhitungan indeks untuk indikator
kualitas air sungai dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri Negara
Lingkungan Hidup Nomor 115 Tahun 2003 tentang Pedoman Penentuan
Status Mutu Air. Dalam pedoman tersebut dijelaskan antara lain mengenai
penentuan status mutu air dengan metoda indeks pencemaran (Pollution
Index – PI).
Menurut definisinya PIj adalah indeks pencemaran bagi peruntukan j
yang merupakan fungsi dari Ci/Lij, dimana Ci menyatakan konsentrasi
parameter kualitas air i dan Lij menyatakan konsentrasi parameter kualitas air
i yang dicantumkan dalam baku peruntukan air j. Dalam hal ini peruntukkan
yang akan digunakan adalah klasifikasi mutu air kelas II berdasarkan
Peraturan Gubenur DIY Nomor 20 Tahun 2008 tentang Baku Mutu Air di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penghitungan indeks kualitas air dilakukan dengan langkah-langkah
sebagai berikut:
1) Setiap lokasi dan waktu pemantauan kualitas air sungai dianggap sebagai
satu sampel;
2) Hitung indeks pencemaran setiap sampel untuk parameter TSS, DO, BOD,
COD, Total Phosphat, E. Coli dan Total Coliform;
3) Melakukan normalisasi dari rentang nilai 0% - 100% (terbaik – terburuk)
jumlah sampel dengan nilai PIj > 1, menjadi nilai indeks dalam skala 0 –
100 (terburuk – terbaik). Pada prinsipnya nilai PIj > 1 mempunyai arti bahwa
air sungai tersebut tidak memenuhi baku peruntukan air j, dalam hal ini
mutu air kelas II.
24
Adapun rumus perhitungan indeks pencemaran (PIj) dilakukan
sebagaimana tercantum pada Rumus 1.
...............................................Rumus 1
Keterangan: (Ci/Lij)M adalah nilai maksimum dari Ci/Lij ((Ci/Lij)R adalah nilai rata-rata dari Ci/Lij Evaluasi terhadap PIj adalah sebagai berikut: 1) Memenuhi baku mutu atau kondisi baik jika 0 ≤ PIj ≤ 1,0 2) Tercemar ringan jika 1,0 < PIj ≤ 5,0 3) Tercemar sedang jika 5,0 PIj ≤ 10,0 4) Tercemar berat jika PIj > 10,0.
Selanjutnya, dilakukan perhitungan Prosentase pemenuhan mutu air (P)
dengan menggunakan Rumus 2.
...........................Rumus 2
Keterangan: a = jumlah lokasi/titik sampel yang memenuhi status mutu “Memenuhi”. b = jumlah lokasi/titik sampel yang memenuhi status mutu “Cemar Ringan”. c = jumlah lokasi/titik sampel yang memenuhi status mutu “Cemar Sedang”. d = jumlah lokasi/titik sampel yang memenuhi status mutu “Cemar Berat”. Rumus ini diterapkan untuk semua status mutu air.
Langkah selanjutnya adalah menghitung Nilai Indeks per mutu Air (I)
dengan menggunakan Rumus 3.
...............................Rumus 3 Keterangan: Bobot Nilai Indeks sudah ditentukan untuk masing-masing status mutu air yaitu 70 untuk “Memenuhi”, 50 untuk “Cemar Ringan”, 30 untuk “Cemar Sedang” dan 10 untuk “Cemar Berat”. Rumus ini diterapkan untuk semua status mutu sehingga didapat nilai indeks per mutu Air.
Langkah terakhir adalah menghitung Indeks Kualitas Air dengan
menggunakan Rumus 4.
25
IKA = Ii + Ij + Ik + Im.........................................................................Rumus 4
Keterangan: IKA = Indeks Kualitas Udara Ii = Nilai Indeks untuk status mutu “Memenuhi” Ij = Nilai Indeks untuk status mutu “ Cemar Ringan” Ik = Nilai Indeks untuk status mutu “Cemar Sedang” Im = Nilai Indeks untuk status mutu “Cemar Berat”
Pada tahun 2016 pemantauan kualitas air sungai dilakukan di 5 sungai
yang mengalir di wilayah Kabupaten Bantul, yaitu Winongo, Opak, Bedog,
Code dan Gajahwong. Pemantauan dilakukan pada 3 lokasi sampling
(mewakili hulu, tengah dan hilir sungai) untuk masing-masing sungai sehingga
ada 15 sampel (data) kualitas air sungai.
Gambar 3.1 Peta lokasi pengambilan sampel air sungai
Kabupaten Bantul secara geografis terletak di bagian selatan Daerah
Istimewa Yogyakarta (DIY) sehingga secara alami Kabupaten Bantul
merupakan daerah hilir dari Daerah Aliran Sungai (DAS). Hal ini
menyebabkan potensi pencemaran air sungai di Kabupaten Bantul menjadi
cenderung tinggi. Hasil pemantauan yang secara rutin dilakukan tiap tahunnya
26
terhadap air sungai di Kabupaten Bantul menunjukkan tren penurunan kualitas
air sungai. Penurunan tersebut ditandai dengan semakin tinggi konsentrasi
parameter-parameter yang telah melampaui baku mutu atau konsentrasi
parameter-parameter tersebut semakin menjauhi baku mutu air klas II dan
semakin mendekati ambang batas untuk parameter-parameter yang belum
melampaui baku mutu selama dua tahun terakhir.
Dari hasil pemantauan pada tahun 2015 diketahui bahwa 20% titik
pantau mengalami pencemaran ringan, 60% mengalami pencemaran sedang
dan 20% mengalami pencemaran berat dibandingkan baku mutu klas II.
Parameter-parameter tersebut meliputi parameter kimia anorganik,
mikrobiologi, dan kimia organik. Hasil pemantauan pada tahun 2016
ditampilkan pada Grafik 3.1.
Grafik 3.1 Status Mutu Air Sungai di Kabupaten Bantul Tahun 2016
0%
27%
66%
7%
Status Mutu Air Sungai di Kab. Bantul Tahun 2016
Memenuhi
Ringan
Sedang
Berat
27
Jika dibandingkan dengan kualitas air di kota dan kabupaten lain di
Daerah Istimwea Yogyakarta, kualitas air Kabupaten Bantul memang relatif
rendah, sebagaimana disajikan pada Tabel 3.2. Hal ini tidak terlepas dari
kondisi geografis Kabupaten Bantul yang terletask di hlilir DAS. Sekalipun
belum dapat memenuhi baku mutu air klas II sebagaimana peruntukannya,
namun kualitas air sungai di Kabupaten Bantul dari tahun ketahun terus
menunjukkan adanya perbaikan. Hal ini ditunjukkan dengan terus
meningkatnya Indeks Kualitas Air sejak tahun 2014 hingga 2016 sebagaimana
digambarkan pada Grafik 3.2
Tabel 3.2 Indeks Kualitas Air Kabupaten di DIY
No. Kab./Kota Indeks Kualitas Air
1 Kota Yogyakarta* 50,00
2 Gunungkidul* 68,00
3 Kulonprogo* 50,00
4 Sleman* 41,00
5 Bantul* 16,67
6 Bantul** 34
Sumber: P3E Jawa (2015), BLH Kab. Bantul (2016) Ket: *data 2014; **data 2016
Grafik 3.2 Indeks Kualitas Air Sungai Kabupaten Bantul
16,67
30,00
34,00
0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
40,00
2014 2015 2016
Indeks Kualitas Air Sungai
28
Indeks kualitas air telah mencapai target ditetapkan dengan
pencapaian sebesar 106,25%. Walaupun nilai pencapaian kualitas air
sungai ini terhitung sangat tinggi, namun sebenarnya kualitas air sungai di
Kabupaten Bantul adalah paling buruk jika dibanding kualitas air sungai di
kabupaten-kabupaten lain di wilayah DIY. Hal ini merupakan hal yang
wajar mengingat letak Kabupaten Bantul yang berada di bagian hilir DIY
sehingga banyak pencemar yang berasal dari hulu. Selain itu, kesadaran
pelaku usaha juga masih rendah dalam pengelolaan lingkungan sehingga
limbah cair yang masuk ke badan sungai belum semuanya memenuhi
baku mutu.
Faktor-faktor penghambat ini diharapkan dapat tertangani pada
tahun berikutnya dengan menetapkan strategi berupa pemantapan fungsi
pengawasan DLH terhadap pelaku usaha agar mengolah limbahnya
hingga memenuhi baku mutu. Walaupun demikian, tercapainya indikator
Indeks Kualitas Air telah menunjukkan bahwa BLH Kabupaten Bantul telah
memiliki komitmen dalam melaksanakan tugas dan fungsinya.
2. Indikator Kinerja Utama: Indeks Kualitas Udara
Pencapaian target indeks kualitas air digunakan sebagai tolak ukur
kinerja BLH Kabupaten Bantul dalam penanganan masalah kualitas udara
ambien, yaitu terjadinya pencemaran udara. Perhitungan indeks untuk
indikator kualitas udara ambien dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri
Negara Lingkungan Hidup Nomor Kep- 45/MENLH/10/1997 tentang Indeks
Pencemar Udara.
29
Langkah-langkah perhitungan Indeks Kualitas Udara relatif lebih singkat
daripada perhitungan Indeks Kualitas Air. Begitu pula parameter yang
digunakan dalam penghitungan Indeks Kualitas Udara lebih sedikit dibanding
parameter yang diguankan dalam penghitungan Indeks Kualitas Air.
Parameter yang digunakan sebagai dasar penghitungan Indeks Kualitas
Udara hanyalah 2 parameter yaitu SO2 dan NO2.
Adapun penghitungan indeks kualitas udara diawali dengan terlebih
dahulu menghitung Indeks Udara Model EU (Ieu) dengan menggunakan
Rumus 5.
...............................................................................Rumus 5
Keterangan : p1 = nilai rata-rata konsentrasi SO2 dari seluruh titik pantau p2 = nilai rata-rata konsentrasi NO2 dari seluruh titik pantau Ieu adalah Indeks Udara Model EU (Ieu) yang digunakan dalam Program European Union melalui European Regional Development Fund pada Regional Initiative Project, yaitu “Common Information to European Air”. Indeks ini dikalkulasi untuk rata-rata per-jam, harian dan tahunan. Nilai referensi EU untuk parameter NO2 adalah 40 µg/m3 rata-rata pertahun dan SO2 adalah 20 µg/m3 rata-rata pertahun.
Selanjutnya, dilakukan penghitungan Indeks Kualitas Udara dengan
melakukan normalisasi terhadap nilai Indeks Udara Model EU (Ieu)
menggunakan Rumus 6.
IKU = 100-((50/0,9) x(Ieu-0,1)).............................................................Rumus 6
Keterangan: IKU = Indeks Kualitas Udara Ieu = Indeks Udara Model EU (Ieu)
Pemantauan udara ambient dilakukan di 6 (enam) titik pantau/lokasi
yang tersebar di wilayah Kabupaten Bantul, khususnya di tempat-tempat yang
padat lalu lintas dan berdekatan dengan industri sebagaimana ditunjukkan
30
pada Gambar 3.2. Pemantauan kualitas udara ambien dilakukan di lokasi-
lokasi yang mewakili daerah permukiman, industri, dan padat lalu lintas
kendaraan bermotor yaitu di perempatan Klodran, perempatan Madukismo,
perempatan Jejeran, perempatan Ketandan, depan Brimob, dan pertigaan
Pasar Piyungan.
Gambar 3.2 Peta Pengambilan Sampel Udara
Kualitas udara ambient di Kabupaten Bantul sejak tahun 2014 hingga
2016 parameter Total Suspended Particulate (TSP) telah melampaui baku
mutu yang dipersyaratkan dalam Keputusan Gubernur DIY No. 153 Tahun
2002 dari sembilan parameter yang diujikan. Konsentrasi SO2 dan CO di
udara ambient Kabupaten Bantul juga terus mengalami peningkatan sejak
tahun 2014 hingga 2016. Salah satu penyebab tidak langsung terjadinya
penurunan kualitas udara adalah bertambahnya jumlah penduduk. Semakin
bertambah jumlah penduduk, semakin meningkat kebutuhan energi.
31
Pemantauan kualitas udara dilaksanakan secara periodik dalam satu
tahun dengan parameter-parameter yang dipantau meliputi :Sulfur Dioksida
(SO2), Nitrogen Dioksida (NO2), Karbon Monooksida (CO), Ozon (O3), TSP,
PM 10, PM 2,5 dan Timbal (Pb). Pemantauan kualitas udara ambient yang
dilakukan BLH Bantul seperti terlihat pada Gambar 2.17. Baku mutu udara
ambient yang digunakan adalah baku mutu udara ambient yang tertuang
dalam Lampiran Keputusan Gubenur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 153
tahun 2002.
Gambar 3.3 Pemantauan kualitas udara di Perempatan Klodran
Berdasarkan hasil pemantauan, kualitas udara ambient Kabupaten Bantul
masih relatif baik. Dari 8 parameter yang diuji, hanya parameter TSP saja yang
telah melampaui baku mutu. Hasil pemantauan kualitas udara ditampilkan pada
Grafik 3.3 hingga Grafik 3.6.
32
Grafik 3.3 Konsentrasi CO di udara ambien
Grafik 3.4 Konsentrasi Pb di udara ambient
10.183,33
6,621203,67
6334,83
0
2.000
4.000
6.000
8.000
10.000
12.000
2013 2014 2015 2016
Konsentrasi CO
CO (µg/Nm³)
0,16
1,14
0,96
0,47
0,00
0,20
0,40
0,60
0,80
1,00
1,20
2013 2014 2015 2016
Konsentrasi Pb
Pb (µg/Nm³)
33
Grafik 3.5 Konsentrasi TSP di udara ambient
Grafik 3.6 Kualitas Udara Ambient berdasarkan parameter SO2, NO2, O3, PM10 dan PM2.5
Sekalipun masih relatif memenuhi baku mutu, namun secara keseluruhan
kualitas udara ambien Kabupaten Bantul semakin menurun. Terlebih lagi jika
ditinjau berdasarkan Indeks Kualitas Udara yang diukur berdasarkan
konsentrasi SO2 dan NO2 dengan baku mutu dan metode perhitungan yang
78,67
483,67
550,00
426,83
0,00
100,00
200,00
300,00
400,00
500,00
600,00
2013 2014 2015 2016
Konsentrasi TSP
Baku mutu TSP (µg/Nm³)
0
20
40
60
80
100
120
2013 2014 2015 2016
Kualitas Udara Ambien
SO₂ (µg/Nm³) NO₂ (µg/Nm³) O₃ (µg/Nm³)
PM10 (µg/Nm³) PM2.5 (µg/Nm³)
34
diadaptasi dari Indeks Udara Model European Union. Adanya perbedaan
standar baku mutu (Indeks Udara Model EU - European Union) yang digunakan
dalam perhitungan Indeks Kualitas Udara dengan baku mutu udara ambien
dalam Kep. Gub. DIY No. 153 Th 2002 sehingga sekalipun kualitas udara
ambien masih memenuhi baku mutu namun dalam perhitungan indeksnya
menjadi sangat rendah. Konsentrasi kedua parameter ini di udara ambien
Kabupaten Bantul terus menunjukkan kenaikan sehingga Indeks Kualitas Udara
Kabupaten Bantul juga ikut turun, sebagaimana ditampilkan pada Grafik 3.7.
Grafik 3.7 Indeks Kualitas Udara
Indeks kualitas udara di Kabupaten Bantul pada tahun 2016 tidak
mencapai target yang ditetapkan, bahkan mengalami penurunan dibanding
tahun 2015. Salah satu penyebab tidak langsung terjadinya penurunan
kualitas udara adalah bertambahnya jumlah penduduk. Semakin
bertambah jumlah penduduk, semakin meningkat kebutuhan energi. Selain
kebutuhan listrik yang melonjak, kebutuhan akan bahan bakar seperti solar
pun ikut melonjak untuk industri dan transportasi. Pertumbuhan industri
72,44
43,54
7,150,00
20,00
40,00
60,00
80,00
2014 2015 2016
Indeks Kualitas Udara
Indeks Kualitas Udara
35
bergerak secara paralel dengan pertumbuhan pemanfaatan bahan bakar
minyak untuk transportasi. Namun ternyata pemanfaatan batubara dan
solar (bahan bakar fosil) sebagai sumber energi pembangkit listrik dan
transportasi juga membawa dampak negatif yang mempengaruhi kualitas
udara. Pencemaran udara yang umum dihasilkan dari proses pembakaran,
termasuk bahan bakar fosil adalah nitrogen oksida (NOx), karbon
monoksida (CO), sulfur dioksida (SO2), debu diameter 10 mikron dan 2,5
mikron ke bawah (PM10 dan PM2,5) dan hidrokarbon (HC). Sedangkan
sumber utama pencemaran udara dari Pb berasal dari asap kendaraan
bermotor yang menggunakan bahan bakar yang mengandung timbal.
Laju penambahan ruang terbuka hijau (RTH) yang bermanfaat
sebagai bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota) dan pembersih
udara yang efektif di Kabupaten Bantul belum dapat mengimbangi laju
penambahan volume kendaraan sehingga kualitas udara di Kabupaten
Bantul justru semakin menurun. Terlebih lagi RTH Kabupaten Bantul
sebesar 3,38% masih sangat jauh dari luas RTH ideal yaitu sebesar 30%
(Bappeda Kab. Bantul, 2015).
3. Indikator Kinerja Utama: Indeks Tutupan Lahan
Indeks Tutupan Lahan dihitung berdasarkan luas tutupan lahan
daibandingkan dengan luas wilayah kabupaten. Tutupan lahan yang
dimaskud adalah luasan hutan, ruang terbuka hijau, kawasan lindung
bervegetasi dan lain-lain. Ruang terbuka hijau (RTH) yang bermanfaat
sebagai bagian dari sistem sirkulasi udara (paru-paru kota) dan pembersih
udara yang efektif di Kabupaten Bantul belum dapat mengimbangi laju
36
penambahan volume kendaraan sehingga kualitas udara di Kabupaten
Bantul justru semakin menurun. Terlebih lagi RTH Kabupaten Bantul
sebesar 3,38% masih sangat jauh dari luas RTH ideal yaitu sebesar 30%.
Kabupaten Bantul memiliki kawasan hutan negara seluas 1.052,6 ha dan
hutan rakyat (hutan hak) seluas 8.595 ha, sehingga luas keseluruhan hutan
di Kabupaten Bantul adalah 9.647,6 ha (19,03 %) dengan kata lain luas
hutan di Kabupaten Bantul masih belum memenuhi sesuai ketentuan dalam
Undang-Undang nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan (30 %).
Tabel 3.3 Luas Tutupan Lahan tahun 2015
Jenis Tutupan Vegetasi ha km²
Hutan
- Suaka Margasatwa 11.4 0.114
- Hutan Lindung 1,041.2 10.412
Kawasan lindung - RTH (Bappeda) 1,714.70 17.15
- Mangrove 5.5 0.06
Luas tutupan lahan
27.728
Penambahan tutupan lahan dilakukan dalam rangka pengelolaan
hutan dan lahan kritis telah dilaksanakan rehabilitasi hutan dan lahan yang,
sehingga lahan kritis berubah menjadi lahan yang lebih produktif.
Penambahan tutupan layan dilakukan melalui Kegiatan penanaman
tanaman buah (alpukat, sirsak, durian, kelengkeng dan rambutan) di lahan
kritis Dusun Nawungan Desa Selopamioro Imogiri seluas 35 hektar,
penanaman tanaman buah (jambu biji, sirsak, mangga, srikaya dan
durian) di lahan kritis Desa Seloharjo Pundong seluas 7 hektar, dan Desa
Dlingo Kec. Dlingo seluas 4 hektar.
37
Tabel 3.4 Penambahan Tutupan Lahan
Jenis Tutupan Vegetasi ha km²
Kelerengan > 40%
Imogiri 35 0.35
Pundong 7 0.07
Dlingo 4 0.04
Sekitar danau/waduk/mata air 0.2 0.002
Sempadan pantai 2 0.02
Total penambahan 48.2 0.482
Dengan penambahan sebesar 0,482 km2 maka luas tutupan lahan di
Kabupaten Bantul pada tahun 2016 menjadi seluas 28,21 km2 atau 5,57%
dari seluruh wilayah Kabupaten Bantul, sehingga nilai Indeks Tutupan
Lahannya adalah sebesar 27,50. Hal ini menunjukkan bahwa target
capaian IKU Indeks Tutupan Lahan terpenuhi 100%. Faktor pendorong
keberhasilan pencapaian IKU Indeks Tutupan lahan antara lain adalah
kesadaran masyarakat akan pentingnya penghijauan; serta adanya
komitmen untuk melaksanakan tugas dan fungsi BLH Kabupaten Bantul.
Sedangkan faktor penghambatnya adalah terbatasnya lahan yang dapat
ditanamani ataupun dijadikan RTH-taman (Kas Desa, Tanah Pemda),
selain itu juga karena lahan kritis bekas tambang biasanya merupakan
tanah hak milik pribadi sehingga BLH tidak dapat melakukan penanaman di
lokasi tersebut; dan bantuan bibit yang seyogyanya diperuntukkan untuk
penghijauan sempadan sungai ditanam di pekarangan rumah oleh
masyarakat.
4. Indikator Kinerja Utama: Volume Sampah yang Tertangani
Pengelolaan sampah di Kabupaten Bantul dilaksanakan dengan
prinsip mengurangi, memanfaatkan, dan mendaur ulang sampah, dengan
cara setempat, cara komunal, dan pengolahan sampah mandiri.
38
Pengelolaan sampah pada tempat penampungan sampah sementara
ditetapkan tersebar di seluruh kecamatan sesuai dengan tingkat
pelayanannya. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yaitu di desa
Sitimulyo, Kecamatan Piyungan seluas kurang lebih 12 hektar, yang
dikelola dengan sanitary landfill untuk sampah residu akhir.
Layanan sampah terpusat yang cukup besar berada di wilayah
kecamatan yang termasuk kawasan perkotaan yaitu Kecamatan Bantul,
Banguntapan, Sewon, dan Kasihan.Sedangkan Kecamatan Dlingo
sepenuhnya belum terlayani oleh layanan sampah terpusat.Berdasarkan
jumlah volume terangkut, volume terkecil yaitu sampah dari TPS di pasar.
Sejak tahun 2013 melalui kegiatan pengembangan teknologi
pengelolaan persampahan telah dilaksanakan pengomposan sampah
pasar dimana kompos yang dihasilkan dibagikan secara gratis kepada
kelompok tani. Dari kegiatan ini diharapkan sampah pasar yang ada dapat
dimanfaatkan untuk pupuk organik, dan untuk kedepannya kegiatan ini
akan berlanjut ke pasar-pasar tradisional yang lain terutama untuk pasar
yang berlokasi di ibukota kecamatan.
Tabel 3.5 Lokasi Pengomposan Sampah Pasar
No. Tahun
2013 2014 2015 2016
1 Pasar Imogiri Pasar Imogiri Pasar Imogiri Pasar Imogiri
2 - Pasar Jejeran Pasar Jejeran Pasar Ngipik
3 - Pasar Niten Pasar Niten Pasar Niten
4 - Pasar Piyungan Pasar Piyungan Pasar Piyungan
5 - - Pasar Pijenan Pasar Pijenen
Adanya komitmen untuk melaksanakan tugas dan fungsi BLH, serta
kesadaran sekolah dan pondok pesantren dalam pengelolaan lingkungan
merupakan faktor pendorong tercapainya IKU ini. Selain itu, banyaknya
39
kelompok masyarakat pengelola sampah juga ikut andil dalam pencapaian
target. Hingga akhir Desember 2016 telah terbentuk 132 kelompok
pengelola sampah yang tersebar di wilayah Kabupaten Bantul.
Grafik 3.8 Volume sampah yang tertangani
B. Capaian Kinerja Program dan Kegiatan
Keberhasilan pencapaian kinerja BLH Kabupaten Bantul pada tahun
2016 didukung oleh pencapaian kinerja program pada tingkat eselon III dan
pencapaian kinerja kegiatan pada tingkat eselon IV. Pencapaian kinerja
program disajikan pada Tabel 3.6 dan pencapaian kinerja kegiatan disajikan
pada Tabel 3.7.
-
50.000,00
100.000,00
150.000,00
200.000,00
250.000,00
300.000,00
350.000,00
400.000,00
450.000,00
500.000,00
2015 2016
410.238,10 420.000,00
63.341,10 73.641,00
Sam
pah
(m
³)
Tahun
DPU
BLH dan Masyarakat
39
40
Tabel 3.6 Capaian Kinerja Program
No Program Indikator Kinerja
Program Satuan Target Realisasi Prosentase
1 Program peningkatan pengendalian polusi
Penurunan konsentrasi SO2 di udara ambien
µg/m³ 36 96,87 -69,08
2 Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
Peningkatan konsentrasi DO di sungai Winongo
mg/L 7,25 6,1 84,14
3 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
Jumlah Kelompok Pengelola Sampah
kelompok 130 132 101,54
4 Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
Jumlah Sekolah Adiwiyata
sekolah 56 52 92,86
1 Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH)
Penambahan luasan RTH-Taman di 7 kecamatan (m²/tahun)
m²/tahun 0 0 0
2 Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
Penambahan luasan (Ha) tutupan lahan di kawasan lindung (sempadan pantai, mata air, lahan kritis)
Ha/tahun 0,5 0,05 10
Keterangan Warna Warna Prosentase Keterangan
0 s/d 50 Sangat Rendah
50.1 s/d 65 Rendah
65.1 s/d 75 Sedang
75.1 s/d 90 Tinggi
90.1 lebih Sangat Tinggi
(sumber : Permendagri 54 / 2010)
Tabel 3.7 Capaian Kinerja Kegiatan
No Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Satuan Target Capaian %
Capaian
1 Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaan persampahan (DAK)
Jumlah alat pengelolaan sampah dengan prinsip 3R
jenis 3 3 100.00
2 Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan
Jumlah fasilitasi kelompok peduli sampah dan bintek daur ulang sampah dan pengomposan
kelompok 10 30 300.00
3 Penyusunan laporan periodik per bulan sampah harian
Jumlah laporan periodik per bulan sampah harian
Laporan 1 1 100.00
41
No Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Satuan Target Capaian %
Capaian
4 Penilaian kota sehat/Adipura Jumlah paket jasa petugas kebersihan Adipura
paket 10 10 100.00
5 Penilaian langit biru Jumlah titik pantau kualitas udara ambien
titik 6 6 100.00
6 Pemantauan kualitas lingkungan
Jumlah lokasi pemantauan kualitas lingkungan di kawasan industri hasil tembakau
titik 3 3 100.00
7 Peningkatan pengelolaan lingkungan pertambangan
Jumlah sosialisasi pengendalian kerusakan LH di wil. Pertambangan
kali 8 8 100.00
8 Peningkatan peringkat kinerja perusahaan (proper)
Jumlah usaha/kegiatan yang mengikuti proper
perusahaan 7 6 85.71
9 Pengelolaan Prokasih/Superkasih
Jumlah titik pantau Kualitas Air Sungai
titik/lokasi 15 15 100.00
10 Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengendalian lingkungan hidup
Jumlah peringatan Hari LH kali 3 3 100.00
11 Monitoring, evaluasi, dan pelaporan
Jumlah dokumen LH yang dievaluasi
dokumen 15 14 93.33
12 Penyelesaian sengketa lingkungan hidup
Jumlah aduan terselesaikan
kasus 20 23 115.00
13 Pengembangan kapasitas laboratorium lingkungan hidup
Jumlah laporan hasil uji laboratorium
laporan 10 93 930.00
14 Pengawasan pelaksanaan kebijakan bidang lingkungan hidup
Jumlah sosialisasi ijin TPS LB3
sosialisasi 4 4 100.00
15 Penyusunan Kebijakan dan Peraturan Perundang-undangan Lingkungan Hidup
Jumlah rancangan peraturan
peraturan 1 1 100.00
16 Pengawasan Penaatan Hukum Lingkungan Hidup.
Jumlah usaha/kegiatan yang diawasi
usaha 10 36 360.00
17 Pengendalian kerusakan hutan dan lahan
Jumlah workshop hasil pengujian kualitas tanah untuk produksi biomassa
kali 2 1 50.00
18 Peningkatan konservasi daerah tangkapan air dan sumber-sumber air
Jumlah alat biopori unit 450 450 100.00
19 Pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistem
Jumlah bibit tanaman langka
batang 20 20 100.00
20 Peningkatan peran serta masyarakat dalam perlindungan dan konservasi SDA
Jumlah kategori seleksi dan evaluasi kalpataru
kategori 4 20 500.00
42
No Kegiatan Indikator Kinerja Kegiatan Satuan Target Capaian %
Capaian
21 Koordinasi peningkatan pengelolaan kawasan konservasi
Jumlah SPAH unit 120 120 100.00 Jumlah bibit mangrove batang 5,000 5000
22 Peningkatan edukasi dan komunikasi masyarakat di bidang lingkungan
Jumlah usulan sekolah Adiwiyata DIY dan Nasional
sekolah 3 8 266.67
23 Pemberdayaan Kampung Hijau
Jumlah evaluasi kampung hijau
kali 3 3 100.00
24 Pemberdayaan pondok pesantren berwawasan lingkungan
Jumlah evaluasi Pontren berwawasan lingkungan
kali 2 2 100.00
25 Pengujian Kadar Polusi limbah padat dan limbah cair
Jumlah usaha/kegiatan yang dipantau
usaha 3 0 0.00
26 Pembuatan taman hijau Jumlah Studi pertamanan studi 1 1 100.00
C. Capaian Kinerja Lainnya
1. Indeks Kepuasan Masyarakat
Kepuasan masyarakat merupakan faktor yang sangat dan
menentukan untuk mengukur keberhasilan suatu unit pelayanan karena
masyarakat adalah konsumen dari produk/jasa yang dihasilkan. Pada
sektor publik, konsumen pelayanan adalah masyarakat yang notabene
merupakan stakeholder pelayanan publik itu sendiri.
Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul sebagai lembaga
pelayanan masyarakat yang membantu Bupati dalam melaksanakan tugas
dan fungsi pemerintahan dalam penyusunan dan pelaksanaan kbijakan
daerah di bidang lingkungan hidup telah melakukan survey Indeks
Kepuasan Masyarakat (IKM). Indeks Kepuasan Masyarakat adalah data
dan informasi tentang tingkat kepuasan yang diperoleh dari hasil
pengukuran secara kuantitatif dan kualitatif atas pendapat masyarakat
dalam memperoleh pelayanan dari aparatur penyelenggara pelayanan
publik dengan membandingkan antara harapan dan kebutuhannya.
43
Survey IKM yang dilakukan BLH Kabupaten Bantul sepanjang 2016
menunjukkan bahwa pelaksanaan pelayanan publik di BLH Kabupaten
Bantul secara umum mempunyai tingkat kualitas yang baik. Hal ini terbukti
dari 14 unsur pelayanan yang mendapatkan nilai rata-rata diatas nilai
persepsi 2,5. Nilai IKM BLH Kabupaten Bantul setelah dikonversikan
berapa pada interval 62,51 – 81,25, yaitu 80,147 sehingga dapat
dinyatakan bahwa kinerja BLH Kabupaten Bantul adalah BAIK. Nilai IKM
BLH Kabupaten Bantul menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun
sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 3.9.
Grafik 3.9 Nilai IKM Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul
2. Prestasi Bidang Lingkungan Hidup
Penghargaan yang diterima pada tahun 2016 dalam urusan
Lingkungan Hidup disajikan pada Tabel 3.8.
75
76
77
78
79
80
81
2014 2015 2016
76,95
78,43
80,15
Nilai IKM
43
44
Tabel 3.8 Data Penghargaan/Prestasi urusan lingkungan hidup Kabupaten Bantul Tahun 2016
No. Nama Orang
/Kelompok/Organisasi Nama Penghargaan
Pemberi Penghargaan
Tahun Penghargaan
1 Kabupaten Bantul Sertifikat Adipura KLHK 2016
2 Setya Wahyu Purnama, S.Hut, MT Kalpataru Kategori Pengabdi Lingkungan
BLH DIY 2016
3 Suwardi, S.Pd Kalpataru kategori Pembina Lingkungan
BLH DIY 2016
4 Setya Wahyu Purnama, S.Hut, MT Kehati Awards Kategori Pendorong Lestari Kehati
BLH DIY 2016
5 PP. Aswaja Lintang Songo Pondok Pesantren Berwawasan Lingkungan
BLH DIY 2016
6 Bank Sampah Karang Asri (Karang Asri, Karang Tengah, Imogiri)
Bank Sampah Lanjut BLH DIY 2016
7 Bank Sampah Gardu Action (Mancingan, Parangtritis, Kretek)
Bank Sampah Pemula BLH DIY 2016
8 SMAN 1 Bantul Adiwiyata Jenjang SMA/MA
BLH DIY 2016
9 MtsN Bantul Kota Adiwiyata Jenjang SMP/MTs
BLH DIY 2016
10 SDN Trirenggo Adiwiyata Jenjang SD/MI BLH DIY 2016
11 SMKN 1 Sewon Adiwiyata Jenjang SMK BLH DIY 2016
12 Dusun Nogosari (Bulus Wetan, Sumberagung, Jetis)
Kampung Hijau BLH DIY 2016
13 SMPN 1 Pandak Sekolah Adiwiyata Mandiri
KLHK 2016
14 SMAN 2 Bantul Sekolah Adiwiyata Nasional
KLHK 2016
15 SMPN 3 Banguntapan Sekolah Adiwiyata Nasional
KLHK 2016
16 SDN Ngrukeman Sekolah Adiwiyata Nasional
KLHK 2016
D. Akuntabilitas Anggaran
Upaya mencapai target kinerja BLH Kabupaten Bantul didukung dengan tersedianya anggaran. BLH Kabupaten Bantul
pada tahun anggaran 2016 memperoleh dana dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) dan Dana Alokasi
Khusus (DAK) bidang Lingkungan Hidup dengan rencana dan realisasi anggaran sebagaimana disajikan pada Tabel 3.9.
Tabel 3.9 Realisasi Anggaran Program yang digunakan untuk mewujudkan Kinerja BLH Kabupaten Bantul
No Sasaran Indikator Sasaran Program Keuangan
Pagu Realisasi %
Realisasi
1 Penurunan beban pencemaran lingkungan hidup
Indeks Kualitas Air (IKA)
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
282.400.000 222.648.997 78,84
Indeks Kualitas Udara (IKUd)
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
326.150.000 301.333.430 92,39
Program peningkatan pengendalian polusi 70.320.000 52.703.220 74,95
2 Peningkatan luasan tutupan lahan
Indeks Tutupan Lahan
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
38.125.000 30.925.000 81,11
Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
961.550.000 924.579.500 96,16
Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH) 58.925.000 45.649.000 77,47
3 Peningkatan pengetahuan, pemahaman serta kepatuhan semua pihak agar dapat berperan aktif dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
Volume sampah yang tertangani
Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
538.401.347 530.970.350 98,62
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
331.468.800 319.521.300 96,40
Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
152.200.000 148.800.000 97,77
45
46
Adapun rincian anggaran kegiatan yang digunakan dalam pencapaian target kinerja BLH Kabupaten Bantul per sasarannya adalah sebagai berikut:
1. Sasaran: Penurunan Beban Pencemaran Lingkungan Hidup
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Satuan Target Program Anggaran Kegiatan Rp %
Anggaran Realisasi Target Realisasi
Penurunan beban pencemaran lingkungan hidup
Indeks Kualitas Air (IKA)
indeks 32 Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
288.400.000 Peningkatan peringkat kinerja perusahaan (proper)
10.875.000 4.599.630 100 42.3
Pengelolaan Prokasih/Superkasih
90.875.000 72.882.975 100 80.2
pengawasan pelaksanaan kebijakan bidang lingkungan hidup
16.675.000 16.174.380 84.75 82.21
Pengembangan kapasitas laboratorium lingkungan hidup
145.025.000 112.802.552 100 77.78
Monitoring, evaluasi dan pelaporan
18.950.000 16.189.460 86.33 73.76
Indeks Kualitas Udara (IKUd)
indeks 55 Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
320.150.000 Penilaian langit biru 76.150.000 54.619.820 108.55 77.86
Pemantauan Kualitas Lingkungan
250.000.000 246.713.610 100 98.69
Program peningkatan pengendalian polusi
70.320.000 Pengujian kadar polusi limbah padat dan limbah cair
70.320.000 52.703.220 100 74.95
Faktor utama penyebab rendahnya realisasi keuangan pada kegiatan adalah adanya SK PMK No. 125 Th 2016 tentang
penundaan DAU sehingga ada beberapa kegiatan yang tidak dapat dilaksanakan.
47
2. Sasaran: Peningkatan Luasan Tutupan Lahan
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Satuan Target Program Anggaran Kegiatan Rp %
Anggaran Realisasi Target Realisasi
Peningkatan luasan tutupan lahan
Indeks Tutupan Lahan
angka 27,5 Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
38.125.000 Peningkatan pengelolaan lingkungan pertambangan
38.125.000 30.925.000 100 81.11
Program Perlindungan dan Konservasi Sumber Daya Alam
961.550.000 Peningkatan peran serta masyarakat dalam perlindungan dan konservasi SDA
38.925.000 38.925.000 81.22 81.22
Peningkatan pengelolaan kawasan konservasi
307.825.000 303.810.000 100 98.7
Pengelolaan keanekaragaman hayati dan ekosistem
341.800.000 321.791.000 100 94.15
Peningkatan Konservasi Daerah tangkapan Air dan Sumber-Sumber Air
215.075.000 214.578.500 104.37 104.13
Pengendalian Kerusakan Hutan dan Lahan
57.925.000 45.475.000 100 78.51
Program pengelolaan ruang terbuka hijau (RTH)
58.925.000 Pembuatan Taman Hijau 58.925.000 45.649.000 100 77.47
48
3. Sasaran: Peningkatan Pengetahuan, Pemahaman serta Kepatuhan Semua Pihak Agar Dapat Berperan Aktif Dalam Upaya Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
Sasaran Strategis
Indikator Kinerja
Satuan Target Program Anggaran Kegiatan Rp %
Anggaran Realisasi Target Realisasi
Peningkatan pengetahuan, pemahaman serta kepatuhan semua pihak agar dapat berperan aktif dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
Volume sampah yang tertangani
m³ 420.000 Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan
529.787.800 Penyediaan prasarana dan sarana pengelolaaan persampahan
307.361.347 301.830.350 102.88 101.03
Penyusunan laporan periodik per bulan sampah harian
9.810.000 9.810.000 100 100
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengelolaan persampahan
221.230.000 219.330.000 100 99.14
Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup
377.318.800 Penyusunan Kebijakan dan Peraturan Perundang-undangan Lingkungan Hidup
14.580.000 14.575.000 59.32 59.3
Pengawasan Penaatan Hukum Lingkungan Hidup
41.190.000 35.090.000 100 85.19
Peningkatan peran serta masyarakat dalam pengendalian lingkungan hidup
52.930.000 52.730.000 87.81 87.48
Penyelesaian sengketa lingkungan hidup
24.200.000 24.200.000 100 100
Penilaian Kota Sehat/Adipura 198.568.800 192.926.300 87.45 84.96
Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup
156.200.000 Peningkatan edukasi dan komunikasi masyarakat di bidang lingkungan
107.890.000 105.540.000 96.43 94.32
Pemberdayaan Kampung Hijau 23.910.000 23.410.000 100 97.91
Pemberdayaan Pondok pesantren berwawasan lingkungan
20.400.000 19.850.000 100 97.3
Keterangan Warna
Warna Prosentase Keterangan
0 s/d 50 Sangat Rendah
50.1 s/d 65 Rendah
65.1 s/d 75 Sedang
75.1 s/d 90 Tinggi
90.1 lebih Sangat Tinggi
(sumber : Permendagri 54 / 2010)
E. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Tingkat efisiensi anggaran yang mendukung capaian kinerja BLH
Kabupaten Bantul pada tahun 2016 berkisar antara 2,23 hingga 21,16. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam melaksanakan akuntabilitas kinerja telah terjadi
efisiensi, yaitu tercapainya target yang telah ditentukan akan tetapi terdapat
penghematan anggaran. Efisiensi anggaran yang dicapai BLH Kabupaten
Bantul dalam mencapai target kinerja untuk setiap sasaran pada tahun 2016
disajikan pada Tabel 3.10.
Tabel 3.10 Efisiensi penggunaan sumbaer daya
No Sasaran Indikator Kinerja
% Capaian Kinerja
(>=100%)
% Penyerapan Anggaran
Tingkat Efisiensi
1 Penurunan beban pencemaran lingkungan hidup
Indeks Kualitas Air (IKA)
106.25 78.84 21.16
2 Peningkatan luasan tutupan lahan
Indeks Tutupan Lahan
100 94.57 5.43
3 Peningkatan pengetahuan, pemahaman serta kepatuhan semua pihak agar dapat berperan aktif dalam upaya perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup
Volume sampah yang tertangani
100 97.77 2.23
Jika dilihat dari tingkat efisiensi anggaran per IKU, efisiensi anggaran
terbesar terjadi pada IKU “Indeks Kualitas Air” yaitu sebesar 21,16.
Sedangkan efisiensi terkecil terjadi pada IKU “Volume Sampah yang
Tertangani” yaitu sebesar 2,23.
49
51
BAB IV PENUTUP
Laporan Kinerja Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul Tahun 2016 ini
memberikan gambaran tingkat pencapaian sasaran maupun tujuan Badan
Lingkungan Hidup Kabupaten Bantul sebagai jabaran dari visi, misi dan strategi
BLH Kabupaten Bantul yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan
pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai program dan kebijakan yang ditetapkan.
Berdasarkan hasil pengukuran kinerja terhadap 4 indikator kinerja utama,
diketahui bahwa: IKU 1 – Indeks Kualitas Air dengan capaian 106,25% termasuk
kriteria sangat tinggi; IKU 2 – Indeks Kualitas Udara dengan capaian 7,15%
termasuk kriteria sangat rendah; IKU 3 – Indeks Tutupan Lahan dan IKU 4 -
Volume Sampah yang Tertangani dengan capaian 100% termasuk kriteria sangat
tinggi.
Sebagai bagian penutup dari Laporan Kinerja Badan Lingkungan Hidup
Kabupaten Bantul Tahun 2016, disimpulkan bahwa pencapaian kinerja BLH
Kabupaten Bantul pada tahun 2016 adalah 75% kriteria Sangat Tinggi dan 25%
kriteria Sangat Rendah. Dengan demikian masih diperlukan perhatian dan
penetapan strategi pencapaian kinerja pada tahun berikutnya.
50