LAPORAN KINERJA (LKJ) BADAN KETAHANAN PANGAN … filetahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian...

84
LAPORAN KINERJA (LKJ) BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG

Transcript of LAPORAN KINERJA (LKJ) BADAN KETAHANAN PANGAN … filetahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian...

LAPORAN KINERJA (LKJ) BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH

TAHUN ANGGARAN 2015

BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG

KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung ini merupakan

perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian tujuan dan sasaran

strategis. Laporan Kinerja tahun 2015 merupakan laporan tahun pertama pelaksanaan

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2015 – 2019.

Penyusunan Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah mengacu pada

Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja

Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 53

tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata

Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Laporan Kinerja ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas yang

berfungsi, antara lain sebagai alat penilai kinerja secara kuantitatif, merupakan wujud

akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan Daerah provinsi

Lampung menuju terwujudnya Good Govermance dan sebagai wujud transparansi

serta pertanggungjawaban kepada masyarakat disatu sisi dan di sisi lain merupakan

alat kendali dan alat pemacu peningkatan kinerja di setiap bidang lingkup Badan

Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung.

Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung diukur atas dasar

penilaian indikator kinerja utama (IKU) yang merupakan indikator keberhasilan

pencapaian tujuan dan sasaran strategis sebagaimana telah ditetapkan dalam

Penetapan Kinerja Perubahan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung

Tahun 2015. Secara umum capaian kinerja sasaran telah sesuai dengan rencana yang

telah ditetapkan, meskipun beberapa sasaran belum menunjukkan capaian sesuai

target. Berdasarkan analisis dan evaluasi obyektif yang disampaikan melalui Laporan

Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015 ini,

diharapkan dapat terjadi optimalisasi dari peningkatan efisiensi, efektivitas dan

produktivitas kinerja seluruh pejabat dan pelaksana di Badan Ketahanan Pangan

Daerah pada tahun-tahun selanjutnya, sehingga dapat mendukung Kinerja Badan

Ketahanan Pangan Daerah dalam mewujudkan Good Govermance dan Clean

Government.

Bandar Lampung, Februari 2016

Kepala Badan,

Ir. KUSNARDI, M.Agr.Ec Pembina Utama Muda

19631123 198803 1 005 ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Sesuai dengan Rencana Kinerja Tahun 2015 Badan Ketahanan Pangan Daerah

Provinsi Lampung menetapkan 1 sasaran strategis dengan 9 indikator. Selanjutnya

sasaran strategis tersebut diwujudkan dalam 5 (lima) program dan 48 (Empat Puluh

Delapan) kegiatan yang dibiayai dengan dana APBD Tahun 2015. Secara

keseluruhan dapat diinformasikan bahwa capaian kinerja sasaran strategis yang

ditetapkan rata-rata mencapai 77,78%. Dengan demikian tugas yang diamanatkan di

dalam Rencana Strategis dapat dilaksanakan dengan baik.Sehingga secara ke

seluruhan tercapainya target-target pembangunan tadi menggambarkan adanya

komitmen yang kuat dari unsur pimpinan maupun staf Badan Ketahanan Pangan

Daerah Provinsi Lampung dalam melaksan akan tugas pokok dan fungsinya.

Capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015,

pada penurunan persentase jumlah penduduk miskin mencapai 0,68% hal ini berarti

kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah tahun 2015 tidak mencapai target (1%),

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 70,31 belum mencapai target 87,52,

Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen sudah melebihi target yaitu

Rp. 4.067 dari target Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp. 3.700,-,

Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen telah mencapai target,

Coefisien Variabel (CV) dari hasil pemantauan telah mencapai 6% dari target CV <

10%, Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi telah mencapai target yaitu 84,1

dari target 84,1, konsumsi energi 2.052 kkal/kapita/hari, hal ini berarti sudah

melebihi target (2.004kkal/kapita/hari) dan konsumsi protein belum mencapai target

56,4 gr/kapita/hari terealisasi 53,25 gr/kapita/hari, untuk PPH konsumsi, konsumsi

energi dan konsumsi protein menggunakan angka sementara, karena angka tetap baru

akan diketahui nanti sekitar bulan Mei 2016, untuk Peningkatan Produk Pangan

Segar yang Tersertifikasi mencapai 7,4% dari target 10%, dan Tingkat Keamanan

Pangan Segar yang di Uji telah melebihi target 80% (dibawah ambang batas)

terealisasi 91,39. Secara ringkas seluruh capaian kinerja tersebut diatas telah

memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi Badan Ketahanan Pangan Daerah

Provinsi Lampung untuk meningkatkan kinerja dimasa-masa yang akan datang.

Capaian kinerja tersebut merupakan hasil dari upaya–upaya dan langkah-langkah

yang dirumuskan sebagai strategi pemecahan masalah yang selama ini ditemui.

Tentunya upaya-upaya tersebut akan dimodifikasi sesuai dengan perkembangan

situasi dan kondisi serta kemampuan sumber daya yang dimiliki guna pencapaian

kinerja yang lebih tinggi ditahun berikutnya guna mewujudkan visi Gubernur

Lampung “Lampung Maju Sejahtera 2019”.

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii

IKHTISAR EKSEKUTIF ..................................................................................... iii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv

DAFTAR TABEL ................................................................................................. v

DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ viii

BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2 Maksud dan Tujuan ...................................................................... 2

1.3 Tugas Pokok dan Fungsi BKPD .................................................. 2

1.4 Struktur Organisasi BKPD ........................................................... 4

1.5 Isu Strategis/Permasalahan SKPD ................................................ 4

BAB II. PERENCANAAN KINERJA ............................................................... 5

2.1 Rencana Strategis BKPD 2015-2019 ........................................... 5

2.2 Perjanjian Kinerja Perubahan Tahun 2015 .................................. 11

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA ............................................................ 15

3.1 Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2015 ............................. 16

3.2 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja ......................................... 19

3.3 Realisasi Anggaran Kinerja Tahun 2015 ...................................... 63

3.4 Analisis Efisiensi .......................................................................... 65

BAB IV. PENUTUP ........................................................................................... 66

LAMPIRAN-LAMPIRAN

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Hubungan antara Misi, Tujuan dan Indikator Tujuan ................... 6

Tabel 2. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Target Kinerja ............... 7

Tabel 3. Program Tahun 2015 untuk Mendukung Pencapaian Sasaran

Strategis ........................................................................................ 9

Tabel 4. Sasaran Pembangunan Bidang Ketahanan Pangan di Provinsi

Lampung Taun 2015...................................................................... 10

Tabel 5. Perjanjian Kinerja Perubahan Badan Ketahanan Pangan Daerah

Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2015 .................................... 10

Tabel 6. Rencana Belanja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi

Lampung Tahun Anggaran 2015 ................................................... 11

Tabel 7. Alokasi Anggaran Rutin Badan Ketahanan Pangan Daeerah

Provinsi Lampung ......................................................................... 12

Tabel 8. Alokasi per Sasaran Pembangunan Tahun Anggaran 2015 .......... 12

Tabel 9. Perbandingan Antara Target dan Realisasi Capaian Kinerja Badan

Ketahanan Pangan Daerah Provins Lampung Tahun 2015 ........... 15

Tabel 10. Realisasi dan Capaian Kinerja IKU Badan Ketahanan Pangan

Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015 per Triwulan ................... 16

Tabel 11. Pencapaian Kinerja Tahun 2015 di Bandingkan dengan Target

Kinerjanya, Target RPJMD dan Perjanjian Kinerja Tahun 2016 .. 17

Tabel 12. Rencana dan Realisasi Capaian Sasaran Terpenuhinya Kebutuhan

Konsumsi Pangan per Kapita Masyarakat untuk Memenuhi

Kecukupan Energi dan Keamanan Pangan.................................... 18

Tabel 13. Target dan Realisasi Capaian Indikator Skor Pola Pangan

Harapan, Konsumsi Energi dan Konsumsi Protein pada

Tahun 2015 .................................................................................... 20

Tabel 14. Skor PPH Konsumsi di Provinsi Lampung Tahun 2015 ............... 21

Tabel 15. Perbandingan Target Nasional, Terget Renstra dan Realisasi

Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi ................... 22

Tabel 16. Target dan Realisasi Capaian Indikator Konsumsi Energi

Di Provinsi Lampung Tahun 2015 ................................................ 23

Tabel 17. Perbandingan Antara Target Nasional, Target Renstra

Dan Capaian Kinerja di Provinsi Lampung................................... 23

Tabel 18. Perkembangan PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun

2012 – 2015 ................................................................................... 24

iv

Tabel 19. Rencana dan Realisasi Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Ketersediaan .................................................................................. 29

Tabel 20. PPH Ketersediaan di Provins Lampung 2011 - 2015 .................... 29

Tabel 21. Surplus/Minus Bahan Makanan Prov. Lampung Thn.2011-2015 . 31

Tabel 22. Ketersediaan Energi dan Protein Berdasarkan NBM Provinsi

Lampung Tahun 2009 – 2013........................................................ 31

Tabel 23. Ketersediaan Energi dan Protein Menurut Sumbernya ................. 34

Tabel 24. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung Berdasarkan NBM

Tahun 2015 .................................................................................... 35

Tabel 25. Ketersediaan dan Konsumsi Bahan Pangan di Provinsi Lampung

Tahun 2015 (Atap Tahun 2014) .................................................... 38

Tabel 26. Target dan Realisasi Pencapaian Sasaran Menurunnya Jumlah

Penduduk Rawan Pangan .............................................................. 39

Tabel 27. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Lampung

Tahun 2011 - 2015......................................................................... 40

Tabel 28. Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja dalam

Penurunan Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun

2011 – 2015 ................................................................................... 41

Tabel 29. Target dan Realisasi Capaian Indikator Harga Pangan Pokok

Di Tingkat Produsen dan Konsumen ............................................. 47

Tabel 30. Data harga Tingkat Produsen, Grosir dan Eceran di Provinsi

Lampung Tahun 2015.................................................................... 48

Tabel 31. Kondisi Kestabilan Harga Pangan Tingkat Eceran Tahun

2015 di Provinsi Lampung ............................................................ 49

Tabel 32. Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen di

Bandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra

Tahun 2011 – 2015 ........................................................................ 49

Tabel 33. Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen di

Bandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra

Tahun 2011 – 2015 ........................................................................ 50

Tabel 34. Target dan Realisasi Capaian Indikator Peningkatan Produk

Pangan Segar yang Tersertifikasi .................................................. 54

Tabel 35. Pelaku Usaha dan Kebun yang sudah Teregister dan Sudah

Tersertiifikasi ................................................................................. 55

Tabel 36. Target dan Realisasi Capaian Indikator Tingkat Keamanan

Pangan Segar yang di Uji .............................................................. 57

v

Tabel 37. Rekap Hasil Uji Cepat (Formalin, Boraks, Methyl Yellow,

Pestisida dan Rhodamin B dan Uji Laboratorium Provinsi

Lampung Tahun 2015.................................................................... 59

Tabel 38. Pencapaian Kinerja dan Anggaran ................................................ 63

Tabel 39. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya .............................................. 64

vi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tingkat Capaian IKU BKPD Provinsi Lampung Tahun 2015 ...... 16

Gambar 2. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra

Dan Capaian Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Konsumsi Tahun 2011 – 2015 ....................................................... 22

Gambar 3. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan

Realisasi Kegiatan untuk Skor PPH, Konsumsi Energi dan

Konsumsi Protein Tahun 2015 ...................................................... 24

Gambar 4. Skor PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2011-2015 .......... 25

Gambar 5. Perkembangan Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun

2012 – 2015 ................................................................................... 25

Gambar 6. Perkembangan Konsumsi Protein di Provinsi Lampung

Taun 2012 – 2015 .......................................................................... 25

Gambar 7. Skor PPH Ketersediaan Prov. Lampung Th. 2011–2015 .............. 30

Gambar 8. Ketersediaan Energi di Lihat dari Sumbernya Tahun

2011 – 2015 ................................................................................... 32

Gambar 9. Ketersediaan Protein Berdasarkan Sumbernya tahun 2011-

2015 ............................................................................................... 32

Gambar 10. Persentase Ketersediaan Energi, Tahun 2015 ............................... 34

Gambar 11. Persentase Ketersediaan Protein, Tahun 2015 ............................... 34

Gambar 12. Persentase Kontribusi Kelompok Pangan Tahun 2015 ................. 35

Gambar 13. Perbandingan Skor Maksimum dan Skor PPH Menurut

Kelompok Pangan ......................................................................... 36

Gambar 14. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun

2011 – 2015 ................................................................................... 41

Gambar 15. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra

Dan Realisasi Kinerja dalam Penurunan Penduduk Rawan

Pangan ........................................................................................... 42

vii

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketahanan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa

karena pemenuhan pangan merupakan hak azasi setiap manusia.Selain itu, ketahanan

pangan juga merupakan salah satu pilar ketahanan nasional suatu bangsa, dan

menunjukkan eksistensi kedaulatan bangsa. Terkaitdengan hal tersebut, ketahanan

pangan tidak akan dapat terwujud dengan hanyamelibatkan satu komponen bangsa, tapi

harus melibatkan seluruh komponen bangsa,baik pemerintah maupun masyarakat, harus

bersama-sama membangun ketahananpangan secara sinergi. Hal inilah yang kemudian

dijabarkan dalam Undang-UndangNomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang

merumuskan ketahanan pangansebagai “kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah

tangga yang tercermin daritersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun

mutunya, aman, halal, merata,dan terjangkau” dan ketahanan pangan merupakan

tanggung jawab bersama antarapemerintah dan masyarakat. Undang-undang tentang

Pangan tersebut kemudiandijabarkan dalam berbagai Peraturan Pemerintah untuk

diimplementasikan dalamkeputusan Pimpinan Pemerintah.Dalam rangka mencapai

ketahanan pangan yang mantap danberkesinambungan, ada 3 (tiga) komponen pokok

yang harus diperhatikan:

1. Ketersediaan pangan yang cukup dan merata;

2. Keterjangkauan pangan yangefektif dan efisien; serta

3. Konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, amandan halal.

Ketiga komponen tersebut perlu diwujudkan sampai tingkat rumah tangga,dengan:

1. Memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang beragam untukpeningkatan

ketersediaan pangan dengan teknologi spesifik lokasi dan ramahlingkungan;

2. Mendorong masyarakat untuk mau dan mampu mengkonsumsipangan yang beragam,

bergizi seimbang, dan aman untuk kesehatan;

3. Mengembangkan perdagangan pangan regional dan antar daerah, sehinggamenjamin

pasokan pangan ke seluruh wilayah dan terjangkau oleh masyarakat dalamkerangka

Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);

4. Memanfaatkan pasarpangan internasional secara bijaksana bagi pemenuhan

konsumen yang beragam;serta

5. Memberikan jaminan bagi masyarakat miskin di perkotaan dan perdesaandalam

mengakses pangan yang bersifat pokok.

Upaya untuk mewujudkan pemantapan ketahanan pangan tersebut, kemudiandijabarkan

dalam berbagai kegiatan pembangunan ketahanan panganyang dilaksanakan oleh Badan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 2

Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung (BKPD). Guna mengetahui

kinerjapelaksanaan program dan kegiatan pembangunan ketahanan pangan tersebut

selama tahun 2015, disusunlah Laporan Kinerja Instansi Pemerintah

1.2 Maksud dan Tujuan

Laporan Kinerja (LKj) tahun 2015 disusunsebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja

Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Kepada Gubernur Lampung selaku

Pimpinan Daerah tertinggi di Provinsi Lampung.

Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk :

1.Mengetahui sejauhmanakinerja Badan Ketahanan Pangan tahun 2015;

2. Memenuhi kewajiban BadanKetahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam

melaksanakan tugas dan fungsinya selama tahun 2015.

1.3. Tugas Pokok dan Fungsi SKPD

Tugas Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung yaitu : “Melaksanakan

penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang ketahanan pangan, tugas

dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah kepada Gubernur serta

tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan

perundang-undangan yang berlaku”.

Dalam melaksanakan tugas tersebut Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi

Lampung mempunyai funngsi, sebagai berikut :

1. Perumusan kebijakan teknis pengelolaan ketahanan pangan;

2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang

ketahanan pangan;

3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang ketahanan pangan

4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur di bidang Ketahanan Pangan;

5. Pengelolaan administrative.

Pembangunan ketahanan pangan, sangat diperlukan kerjasama yang sinergisdan terarah

antar institusi dan komponen masyarakat serta koordinasi program dankegiatan berbagai

subsektor dan sektor. Guna mewujudkan sinergi dan harmonisasikebijakan dan program,

serta memperkuat koordinasi peningkatan ketahanan panganantar sektor, antar wilayah,

dan antar waktu, dibentuk Dewan Ketahanan Pangan(DKP) yang bertugas merumuskan

kebijakan serta melaksanakan evaluasi danpengendalian dalam mewujudkan ketahanan

pangan nasional melalui Peraturan Gubernur Lampung Nomor 9 tanggal 2 April tahun

2008 yang disempurnakan dengan Peraturan Gubernur Lampung Nomor 25 tahun 2013

tentang Dewan Ketahanan Pangan (DKP), dalam peraturan ini Gubernur berkedudukan

sebagai ketua dan Wakil Gubernur sebagai ketua harian.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 3

BKP selaku Sekretariat DKP memfasilitasi pelaksanaan tugas Wakil Gubernur selaku

Ketua Harian DKP dalam membantu Gubernuruntuk :

1. Merumuskankebijakan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan di Provinsi

Lampung dengan memperhatikan kebijakan yang ditetapkan Dewan Ketahanan

Pangan Nasional; dan

2. Merumuskan kebijakan dalam rangka mendorong keikutsertaan masyarakat dalam

penyelenggaraan ketahanan pangan

3. Melaksanakan evaluasi dan pengendalian perwujudan ketahanan pangan.

Tugas BADAN Ketahanan Pangan Daerah meliputi kegiatan di bidang: penyediaan

pangan, distribusi pangan,cadangan pangan, penganekaragaman pangan, serta mutu dan

keamanan pangan. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Badan Ketahanan Pangan

Daerah provinsi Lampung didukung oleh 6 Eselon III dengan struktur organisasi, yaitu:

1. Sekretariat Badan,

mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh

unit organisasi di lingkungan Badan KetahananPangan Daerah Provinsi Lampung.

2. Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan,

mempunyai tugas melaksanakanpengkajian, penyiapan perumusan kebijakan,

pengembangan, pemantauan, pemantapan ketersediaan dan akses pangan serta

pencegahan dan penanggulangankerawanan pangan

3. Bidang Distribusi dan Harga Pangan,

mempunyai tugas melaksanakankoordinasi, identifikasi, pembinaan, pengembangan

dan pemantauan distribusi dan harga pangan serta cadangan pangan.

4. Bidang Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan

mempunyai tugasmelaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan,

pengembangan,pemantauan, dan pemantapan konsumsi dan keamanan pangan.

5. Bidang Mutu dan Keamannan Pangan

Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, identifikasi, pembinaan,

pengembangan dan pemantauan serta pengendalian mutu dan keamanan pangan

6. UPT

Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan penyelenggaranan pelayanan

administrasi di bidang sertifikasi mutu dan keamanan pangan produk hasil pertanian

secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi,

keamanan pangan dan kepastian.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 4

1.4 Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Daerah

1.5 Isu Strategis/Permasalahan Badan Ketahanan Pangan Daerah

1. Penanganan kerawanan pangan

2. Peningkatan stabilitas pasokan, harga dan distribusi pangan

3. Peningkatan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat

4. Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan segar

KEPALA BADAN

SUB BAGIAN UMUM DAN

KEPEGAWAIAN

SUB BIDANG

DISTRIBUSI

PANGAN

SEKRETARIS

BIDANG

KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN

PANGAN

BIDANG

KONSUMSI DAN PENGANEKA-

RAGAMAN PANGAN

BIDANG

MUTU DAN KEAMANAN PANGAN

BIDANG

DISTRIBUSI DAN HARGA PANGAN

SUB BAGIAN KEUANGAN

SUB BAGIAN

PERENCANAAN DAN

EVALUASI

SUB BIDANG KETERSEDIAAN DAN

AKSES PANGAN

SUB BIDANG

KERAWANAN

PANGAN

SUB BIDANG

HARGA DAN

CADANGAN

PANGAN

SUB BIDANG

KONSUMSI

PANGAN

SUB BIDANG

PENGANEKA-

RAGAMAN

PANGAN

UPT

SUB BIDANG

MUTU PANGAN

DAN GIZI

SUB BIDANG

KEAMANAN

PANGAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 5

BAB II.

PERENCANAAN KINERJA

2.1 Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi

Lampung Tahun 2015 – 2019

Terdapat beberapa dokumen perencanaan nasional dan daerah yang menjadi dasar bagi

perencanaan kinerja. Beberapa dokumen tersebut adalah Rencana Pembangunan

Nasional dan Daerah berupa Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Nasional (RPJPN), Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah

(RPJMD). Pada lingkup Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dokumen perencanaan

lima tahunan berupa dokumen Rencana Strategis (Renstra) SKPD yang merupakan

penjabaran dari RPJMD.

Berdasarkan RPJMD Provinsi Lampung maka disusunlah Rencana Strategik Badan

Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung tahun 2015 – 2019 yang merupakan

dokumen perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat arah, kebijakan dan strategi

serta program – program pembangunan ketahanan pangan yang akan dilaksanakan

langsung oleh Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung maupun mendorong

Badan Ketahanan Pangan Daerah Kabupaten/Kota serta peran aktif masyarakat.

Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung merupakan dokumen

perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat program pembangunan ketahanan

pangan yang akan dilaksanakan selama kurun waktu 2015 – 2019 dengan penekanan

pada pencapaian sasaran prioritas Nasional, Daerah dan Standar Pelayanan Minimal

(SPM).Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung ini memuat visi,

misi, tujuan, sasaran, kebijakan, program, indikator yang akan dicapai sampai tahun

2019.

2.1.1 Visi dan Misi

Pada periode Renstra 2015 – 2019 tidak ada lagi visi dan misi SKPD namun mengikuti

Visi Gubernur yaitu :

“ Lampung Maju dan Sejahtera 2019”

Visi tersebut dimaksudkan untuk menjadikan Provinsi Lampung merupakan daerah yang

maju dan berdaya saing. Menjadi wilayah maju mempunyai pengertian Provinsi

Lampung menjadi daerah dengan kinerja ekonomi tinggi dimana untuk menjadi daerah

yang maju harus di dukung dengan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber

daya yang tinggi akan didapatkan bila status kesehatan masyarakat Provinsi Lampung

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 6

juga tinggi. Menjadi wilayah sejahtera mempunyai pengertian bahwa masyarakat

Provinsi Lampung yang sejahtera dalam arti sejahtera secara ekonomi, makmur dengan

pembagian yang lebih adil dan merata, jumlah penduduk terkendali, derajat kesehatan

tinggi, angka harapan hidup tinggi, kualitas pelayanan sosial lebih baik. Masyarakat

sejahtera juga harus terjamin hak-haknya dan memiliki kesempatan yang sama untuk

meningkatkan hidup, memperoleh pekerjaan, pendidikan, kesehatan dan pelayanan

sosial serta kebutuhan dasar yang layak

Pada periode Renstra 2015 – 2019 tidak ada lagi misi SKPD namun mengikuti Misi

Gubernur. Untuk mewujudkan Visi Gubernur Lampung maka telah dirumuskan menjadi

5 (lima) misi yaitu:

1. Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian daerah

2. Meningkatkan infrastruktur untuk pengembangan ekonomi dan pelayanan sosial

3. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, IPTEK dan inovasi, budaya

masyarakat dan Toleransi kehidupan beragama

4. Meningkatkan pelestarian SDA dan kualitas lingkungan hidup yang berkelanjutan

5. Menegakkan supremasi hukum, mengembangkan demokrasi berbasis kearifan lokal,

dan memantapkan kepemerintahan yang baik dan antisipatif

Sektor Ketahanan Pangan masuk dalam Misi Pertamadalam RPJMD (Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah) 2015-2019 Provinsi Lampung yaitu

:“Meningkatkan Pembangunan Ekonomi dan Memperkuat Kemandirian

Daerah”.

2.1.2 Tujuan

Mengacu kepada misi yang telah ditetapkan, maka tujuan yang hendak dicapai atau

dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah sebagai berikut :

Misi Pertama : Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian

pangan

Tujuan : Mewujudkan pemantapan ketahanan pangan masyarakat sampai

tingkat perseorangan secara berkelanjutan melalui

panganekaragaman pangan, penguatan ketersediaan, distribusi

pangan, dan kualitas konsumsi pangan yang aman berbasis

sumberdaya lokal

Indikator Tujuan : 1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

2. Jumlah Konsumsi Energi (kkal/kap/hr)

3. Jumlah Konsumsi Protein (gram/kap/hr)

4. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

5. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%)

6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen (Rp.)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 7

7. Koefisien Variasi Pangan (Beras) di Tingkat Konsumen (%)

8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji (%)

Tabel 1. Hubungan antara Misi, Tujuan dan Indikator Tujuan

No. Tujuan Indikator Tujuan Satuan

Kondisi

Akhir

2019

1. Mewujudkan pemantapan

ketahanan pangan

masyarakat sampai

tingkat perseorangan

secara berkelanjutan

melalui penganeka-

ragaman pangan,

penguatan ketersediaan,

distribusi pangan, dan

kualitas konsumsi pangan

yang aman berbasis

sumberdaya lokal

1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

2. Jumlah Konsumsi energi

3. Jumlah Konsumsi Protein

4. Skor PPH Ketersediaan

5. Persentase Jumlah Penduduk Rawan Pangan

6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen

7. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen

8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi

9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji

-

Kkal/kap/hr

Gram/kap/hr

-

%

(Rp.)

%

%

%

87,7

2.064

57,00

88,7

1 %

≥ HPP

CV<10%

10

80%

(dibawah

ambang

batas)

2.1.3 Sasaran Strategis

Mengacu pada misi yang telah ditetapkan, maka sasaran yang hendak dicapai atau

dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah sebagai berikut :

Misi Pertama : Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian

pangan

sasaran : Terpenuhinya kebutuhan konsumsi pangan yang beragam, bergizi,

seimbang dan aman untuk memenuhi kecukupan energi per kapita.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 8

Tabel 2. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Target Kinerja

NO Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Kondisi

Awal

Kondisi

Akhir

RPJMD

1. Terpenuhinya

kebutuhan konsumsi

pangan per kapita

masyarakat untuk

memenuhi kecukupan

energi dan keamanan

pangan

1. Skor Pola Pangan

Harapan (PPH) Konsumsi

2. Jumlah Konsumsi Energi

3. Jumlah Konsumsi Protein

4. Skor Pola Pangan Harapan

(PPH) Ketersediaan

5. Persentase Penurunan

Jumlah Penduduk Rawan

Pangan

6. Harga Gabah Kering Panen

(GKP) di Tingkat produsen

7. Koefisien Variasi Pangan

(beras) di tingkat konsumen

8. Persentase Peningkatan

Produk Pangan Segar yang

Tersertifikasi

9. Persentase Tingkat

Keamanan Pangan Segar

yang diuji

-

Kkal/kap/hr

Gram/kap/hr

-

%

Rp/Kg

CV

%

%

84,1

2.004

56,1

87,52

1

≥ HPP

CV<10%

10

80%

(dibawah

ambang

batas)

87,70

2.064

57

88,70

1

≥ HPP

CV<10%

10

80%

(dibawah

ambang

batas)

Keterangan : yang dicetak warna merupakan indikator kinerja Gubernur

2.1.4 Strategi, Arah Kebijakan Daerah, Program dan Indikator Kinerja Dalam

Renstra 2015 – 2019

Berdasarkan visi, misi serta tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka upaya

pencapaiannya selanjutnya dijabarkan secara sistematis melalui perumusan strategis,

arah kebijakan dan program. Selain itu untuk mengukur capaian kinerjanya maka

dirumuskan pula indikator sebagai tolok ukur kinerjanya.

2.1.4.1 Strategi

Strategi untuk mencapai misi pertama : Meningkatkan pembangunan ekonomi dan

memperkuat kemandirian daerah, adalah terpenuhinya kebutuhan konsumsi pangan

yang beragam, bergizi, seimbang dan aman untuk memenuhi kecukupan energi per

kapita dengan cara :

1. Memprioritaskan pembagunan ekonomi berbasis pertanian dan perdesaan untuk

meningkatkan pendapatan masyarakat

2. Pemenuhan pangan bagi kelompok masyarakat terutama masyarakat miskin transien

dan kronis akibat bencana alam melalui pendistribusian bantuan pangan

3. Pemberdayaan masyarakat agar mampu memanfaatkan pangan beragam, bergizi dan

aman (B2SA) berbasis sumberdaya lokal

4. Promosi dan edukasi kepada masyarakat untuk memanfaatkan pangan B2SA

berbasis sumberdaya lokal

5. Pengawasan dan pemantauan keamanan pangan segar.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 9

2.1.4.2 Arah Kebijakan Daerah

Arah kebijakan daerah untuk mencapai Misi pertama Meningkatkan pembangunan

ekonomi dan memperkuat kemandirian daerah, adalah untuk pemantapan ketahanan

pangan, yang meliputi aspek :

1. Aspek ketersediaan pangan

Dalam aspek ketersediaan pangan difokuskan pada peningkatan ketersediaan pangan

yang beranekaragam berbasis potensi sumberdaya lokal dan memantapkan

penanganan kerawanan pangan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dan

kelaparan

2. Keterjangkauan pangan

Difokuskan pada stabilisasi harga dan pasokan pangan serta pengelolaan cadangan

pangan

3. Pemanfaatan pangan.

Difokuskan pada percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber

daya dan kearifan lokal ditunjang dengan pengawasan keamanan pangan segar.

2.1.4.3 Program untuk mencapai sasaran

Berdasarkan visi, misi, tujuan, sasaran strategis dan arah kebijakan yang telah ditetapkan

dalam Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung, maka upaya yang

dilakukan untuk pencapaiannya dijabarkan secara sistematis melalui perumusan program

prioritas daerah. Adapun Program Prioritas untuk mendukung masing-masing sasaran

tahun 2015 adalah sebagai berikut :

Tabel 3. Program Tahun 2015 untukMendukung Pencapaian Sasaran Strategis

No Sasaran Strategis Indikator Jumlah Program

1.

.

Terpenuhinya kebutuhan

konsumsi pangan yang beragam,

bergizi, seimbang dan aman

untuk memenuhi kecukupan

energi per kapita

1. Skor Pola Pangan Harapan

Ketersediaan

2. Persentase Penurunan Jumlah

Penduduk Rawan Pangan

(%/tahun)

3. Harga gabah kering panen

(GKP) di tingkat produsen

(Rp./Kg)

4. Koefisien variasi pangan (beras)

di tingkat konsumen (CV)

5. Skor Pola Pangan Harapan

(PPH) Konsumsi

6. Jumlah Konsumsi Energi

(kkal/kap/hari)

7. Jumlah Konsumsi Protein

(gr/kap/hari)

8. Persentase Peningkatan Produk

Pangan Segar yang

Tersertifikasi (%)

9. Persentase Tingkat Keamanan

Pangan Segar yang Diuji (%)

1 Program

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 10

2.1.5 Tema, Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah

2.1.5.1 Tema Pembangunan Daerah

Peraturan Gubernur Lampung nomor 46 tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pemerintah

Daerah (RKPD), tema dan prioritas pembangunan Provinsi Lampung tahun 2015 adalah

Pemantapan Daerah Sebagai Landasan Pembangunan Berkelanjutan.

2.1.5.2 Prioritas Pembangunan Daerah

Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2015, priortas

pembangunan Daerah Lampung adalah sebagai berikut :

1. Memperkuat daya dukung infrastruktur dan konektivitas wilayah

2. Revitalisasi pertanian dalam rangka pemantapan ekonomi daerah untuk peningkatan

rakyat yang berkeadilan

3. Memperluas kesempatan kerja dan akses pelayanan pendidikan dan kesehatan

4. Penguatan inovasi teknologi, pematapan IPTEK, industri dan perdagangan serta

energi terbarukan

5. Peningkatan pariwisata dan kebudayaan daerah melalui snergi antar pemangku

kepentingan

6. Pemantapan pengelolaan sumber daya alam, lingkungan dan penanggulangan

bencana

7. Reformasi birokrasi melalui peningkatan kerjasama dan tatakelola pemerintahan

yang baik

Bidang ketahanan pangan masuk dalam prioritas kedua, yaitu revitalisasi pertanian

dalam rangka pemantapan ekonomi daerah untuk peningkatan rakyat yang berkeadilan.

2.1.5.3 Sasaran Pembangunan Daerah

Untuk mendukung pelaksanaan tema pembangunan tersebut diatas, maka ditetapkan

prioritas pembangunan Provinsi Lampung tahun 2015 bersama dengan sasarannya

sebagai berikut :

Tabel 4. Sasaran Pembangunan Bidang Ketahanan Pangan di Provinsi

Lampung tahun 2015

NO PRIORITAS SASARAN

1 Bidang Ketahanan Pangan :

“Revitalisasi pertanian dalam

rangka pemantapan ekonomi

daerah untuk peningkatan rakyat

yang berkeadilan ”

Terpenuhinya kebutuhan konsumsi pangan yang

beragam, bergizi, seimbang dan aman untuk

memenuhi kecukupan energi per kapita

1. Skor PPH ketersediaan

2. Persentase penurunan jumlah penduduk rawan

pangan (%Tahun)

3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat

produsen (Rp/Kg)

4. Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat

konsumen (CV)

5. Jumlah konsumsi energi (kkal/kap/hari)

6. Jumlah konsumsi Protein (gram/kap/hari)

7. Skor PPH Konsumsi

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 11

NO PRIORITAS SASARAN

8. Persentase Peningkatan produk pangan segar

yang tersertifikasi (%)

9. Persentase Tingkat keamanan pangan segar yang

diuji (%)

2.2 Perjanjian Kinerja (PK) PerubahanTahun2015

Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan dokumen pernyataan atau kesepakatan atau

perjanjian antara atasan dan bawahan untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan suatu

instansi. Dokumen ini memuat sasaran strategis, indikator kinerja utama beserta target kinerja

dan anggaran. Penyusunan PK 2015 dilakukan dengan mengacu kepada RPJMD, RKPD 2015,

IKU dan APBD.

Tabel 5. Perjanjian Kinerja Perubahan Badan Ketahanan Pangan Daerah

Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2015

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target

1.

Terpenuhinya kebutuhan

konsumsi pangan yang

beragam, bergizi, seimbang

dan aman untuk memenuhi

kecukupan energi per kapita

1. Skor Pola Pangan Harapan

(PPH) Ketersediaan

2. Persentase Penurunan Jumlah

Penduduk Rawan Pangan

(%/thn)

3. Harga Gabah Kering Panen

(GKP) di Tingkat produsen

(Rp./Kg)

4. Koefisien Variasi Pangan

(beras) di tingkat konsumen

(CV)

5. Skor Pola Pangan Harapan

(PPH) Konsumsi

6. Jumlah Konsumsi Energi

(kkal/kap/hr)

7. Jumlah Konsumsi Protein

(gr/kap/hari)

8. Persentase Peningkatan Produk

Pangan Segar yang

Tersertifikasi (%)

9. Persentase Tingkat Keamanan

Pangan Segar yang di Uji (%)

87,52

1

≥ HPP

CV < 10%

84,1

2.004

56,1

10%

80% (dibawah

ambang batas)

Program :

1. Pelayanan Administrasi Perkantoran

2. Peningkatan Sarana dan Prasarana

Aparatur

3. Peningkatan Disiplin Aparatur

Anggaran

Rp. 827.560.810,-

Rp. 185.782.000,-

Rp. 93.128.000,-

Keterangan

APBD

APBD

APBD

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 12

4. Peningkatan Pengembangan Sistem

Pelaporan Capaian Kinerja dan

Keuangan

5. Peningkatan Diversifikasi dan

Peningkatan Ketahanan Pangan

Rp. 177.841.000,-

Rp. 4.988.314.500,-

APBD

APBD

J u m l a h APBD Rp. 6.272.626.310,-

6. Peningkatan Diversifikasi dan

Ketahanan Pangan Masyarakat

Rp. 13.071.726.000,- APBN

J u m l a h APBN Rp. 13.071.726.000,-

T O T A L Rp. 19.344.352.310,-

2.2.1 Rencana Anggaran Tahun 2015

Jumlah Anggaran untuk Badan Ketahanan Pangan provinsi Lampung tahun 2015

sebesar Rp. 12.126.296.880,- yang digunakan untuk membiayai Belanja Tidak Langsung

dan Belanja Langsung, secara rinci rencana anggaran Belanja Tidak Langsung dan

Belanja Langsung dapat dillihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 6. Rencana Belanja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung

Tahun Anggaran 2015

No. Uraian Rencana %

1.

2.

Belanja Tidak Langsung

Belanja Langsung

5.853.670.570

6.272.626.310

48,27

51,73

J u m l a h 12.126.296.880 100

Sumber : DPA Perubahan BKPD TA. 2015

Alokasi anggaran Belanja Langsung Tahun Anggaran 2015 yang dialokasikan untuk

membiayai program pendukung kelancaran kegiatan yang langsung mendukung

pencapaian sasaran BKPD Provinsi Lampung, sebagai berikut:

Tabel 7. Alokasi Anggaran Rutin Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi

Lampung

No. Program Anggaran (Rp.) %

Program Pendukung (Rutin)

1.

2.

3.

4.

Program Pelayanan Administrasi

Perkantoran

Program Peningkatan Sarana dan

Prasarana Aparatur

Program Peningkatan Disiplin

Aparatur

Program Peningkatan

Pengembangan Sistem Pelaporan

capaian Kinerja dan Keuangan

827.560.810

185.782.000

93.128.000

177.841.000

13,19

2,96

1,48

2,84

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 13

Program Pencapaian Sasaran

1. Program Peningkatan Diversifikasi

dan Peningkatan Ketahanan Pangan

4.988.314.500 79,53

J u m l a h 6.272.626.310 100

Alokasi anggaran Belanja Langsung Tahun Anggaran 2015 yang dialokasikan untuk

membiayai kegiatan kegiatan prioritas yang langsung mendukung pencapaian sasaran

pembangunan adalah sebagai berikut :

Tabel 8. Alokasi per Sasaran Pembangunan Tahun Anggaran 2015

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Anggaran %

1. Terpenuhinya

kebutuhan konsumsi

pangan yang beragam,

bergizi, seimbang dan

aman untuk memenuhi

kecukupan energi per

kapita

1. Skor Pola Pangan

Harapan (PPH)

Konsumsi

2. Jumlah Konsumsi

Energi (kkal/kap/hr)

3. Jumlah Konsumsi

Protein (gr/kap/hari)

4. Skor Pola Pangan

Harapan (PPH)

Ketersediaan

5. Persentase Penurunan

Jumlah Penduduk

Rawan Pangan (%/thn)

6. Harga Gabah Kering

Panen (GKP) di

Tingkat produsen

(Rp./Kg)

7. Koefisien Variasi

Pangan (beras) di

tingkat konsumen (CV)

8. Persentase Peningkatan

Produk Pangan Segar

yang Tersertifikasi (%)

9. Persentase Tingkat

Keamanan Pangan

Segar yang di Uji (%)

827.442.000

559.604.500

327.860.000

2.855.514.000

417.894.000

16,59

11,22

6,57

57,24

8,38

J U M L A H 4.988.314.500 100

Pada tabel di atas, jumlah anggaran untuk program/kegiatan sebesar Rp. 4.988.314.500,

untuk pencapaian indikator penurunan jumlah penduduk rawan pangan dibiayai dengan

anggaran sebesar 11,22%, untuk pencapaian indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

ketersediaan, Skor Pola Pangan Harapan (PPH) konsumsi, Konsumsi Energi dan

Indikator Konsumsi Protein dibiayai dengan anggaran sebesar 16,59%, untuk

pencapaian indikator Harga Gabah Di Tingkat Produsen dan Harga Beras di Tingkat

Konsumen di biayai dengan anggaran 6,57% dan untuk pencapaian indikator

Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasisebesar 57,24% karena

didalamnya termasuk dana DAK untuk pembangunan gedung Laboratorium dan gedung

UPT Balai Sertifikasi Mutu dan Keamanan Pangan. Sementara untuk pencapaian target

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 14

indikator Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji dibiayai dengan anggaran 8,38%

dari anggaran kegiatan untuk pencapaian indikator (Program Peningkatan Diversifikasi

dan Peningkatan Ketahanan Pangan).

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 15

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

Pendekatan manajemen pembangunan berbasis kinerja, yang utama adalah bahwa

pembangunan diorientasikan pada pencapaian menuju perubahan yang lebih baik. Hal

ini mengandaikan bahwa fokus dari pembangunan bukan hanya sekedar melaksanakan

program/kegiatan yang sudah direncanakan.Esensi dari manajemen pembangunan

berbasis kinerja adalah orientasi untuk mendorong perbaikan, dimana program/kegiatan

dan sumber daya anggaran adalah alat yang dipakai untuk mencapai rumusan perubahan,

baik pada level keluaran, hasil maupun dampak. Pendekatan ini juga sejalan dengan

prinsip Good Govermance dimana salah satu pilarnya, yaitu akuntabilitas, akan

menunjukkan sejauh mana sebuah instansi pemerintahan telah memenuhi tugas dan

mandatnya dalam penyediaan layanan public yang langsung bisa dirasakan hasilnya oleh

masyarakat, sehingga pengendalian dan pertanggungjawaban program/kegiatan menjadi

bagian penting dalam memastikan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah kepada public

telah dicapai.

Dalam hal ini, Laporan Kinerja pemerintah merupakan bentuk realisasi kinerja dari

pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercakan kepada setiap instansi pemerintah atas

penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam pemyusunan laporan

kinerja adalah pegukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan secara memadai hasil

analisis terhadap pengukuran kinerja (Permenpan Nomor 53 tahun 2014 tentang

petunjuk teknis perjanjian kinerja, pelaporan kinerja dan tata cara reviu atas laporan

kinerja instansi pemerintah).

Sedangkan untuk skala penilaian terhadap kinerja pemerintah, menggunakan pijakan

Permendagri No. 54 tahun 2010, sebagai berikut :

No. Interval Nilai Realisasi

Kinerja

Kriteria Penilaian Realisasi

Kinerja Kode

1. 91 ≤ Sangat Tinggi

2. 76 ≤ 90 Tinggi

3. 66 ≤ 75 Sedang

4. 51 ≤ 65 Rendah

5. ≤ 50 Sanngat Rendah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 16

3.1 Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2015

Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung

Tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja

sasaran dengan realisasinya. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator

sasaran tersebut dapat diilustrasikan dalam tabel dibawah ini:

Tabel 9.Perbandingan Antara Target dan Realisasi Capaian Kinerja Badan

Ketahanan Pangan Daerah ProvinsiLampung Tahun 2015

No Indikator Kinerja Capaian

2014

Tahun 2015 Target

Akhir

Renstra

Capaian s/d

2015

terhadap

2019 (%) Target Capaian %

1. Skor Pola Pangan

Harapan (PPH)

Konsumsi

83,4 84,1 84,1*)

100 92,5 90,92

2.

Jumlah Konsumsi

energi(kkal/kap/hr)

2.062,4 2.004 2.052*)

102,40 2.150 95,44

3. Jumlah Konsumsi

Protein (gr/kap/hr)

54,4 56,1 53,25*)

94,92 57 93,42

4.

Skor Pola Pangan

Harapan (PPH)

Ketersediaan

73,92 87,52 70,31 80,34 96,32 73

5. Persentase

Penurunan Jumlah

Penduduk Rawan

Pangan (%/th)

0,18 1 0,68 68 1% 68

6. Harga Gabah

Kering Panen

(GKP) di Tingkat

produsen (Rp/Kg)

3.557 ≥ HPP

≥ HPP

109,78 ≥ HPP

HPP tahun

2019 belum

diketahui

7. Coefisien Variasi

pangan beras di

tingkat konsumen

CV : 6% CV<10% CV : 6% 100 CV <10% 100

8. Persentase

Peningkatan

Produk Pangan

Segar yang

Tersertifikasi (%)

0,74 10 3,16

74,0 10 74,0

9. Persentase Tingkat

Keamanan Pangan

Segar yang di Uji

(%)

80,43

80% 91,39% 114,24 80% 114,24

Catatan : Untuk indikator 5 dan 6 merupakan angka sementara, karena realisasi kinerja tahun 2015 baru bisa dilihat

pada bulan Juni 2016

Dari 9 indikator kinerja sasaran yang merupakan indikator kinerja utama (IKU) Badan

Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015, 6 indikator menunjukkan

capaian lebih dari 91, 1 indikator kinerja memiliki capaian 76 ≤ 90, dan 2 indikator

menunjukkan capaian kinerja antara 66 ≤ 75. berdasarkan skala nilai peringkat kinerja

pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 terdapat 6 indikator

menunjukkan capaian sangat tinggi, 1 indikator menunjukkan capaian tinggi, dan 2

indikator menunjukkan capaian sedang.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 17

Gambar 1. Persentase Pencapaian IKU BKPD Provinsi Lampung Tahun 2015

Sementara bila dilihat dalam kerangka triwulan, perbandingan antara rencana dan

realisasi kinerja untuk seluruh sasaran adalah sebagai berikut :

Tabel 10. Realisasi dan Capaian Kinerja IKU Badan Ketahanan Pangan Daerah

Provinsi Lampung Tahun 2015 per Triwulan

No Sasaran Strategi Indikator Kinerja Satuan

Target

Tahun

an

Triwulan Target Realisasi %

1.

Terpenuhinya

Kebutuhan Konsumsi

Pangan yang beragam,

bergizi, seimbang dan

aman untuk memenuhi

kecukupan energi per

Kapita

Skor Pola Pangan

Harapan (PPH) Konsumsi

- 84,1 Triwulan I 83,4 83,4 100

Triwulan II 83,4 83,4 100

Triwulan III 83,4 83,4 100

Triwulan IV 84,1 84,1*) 100

Jumlah Konsumsi

Energi

Kkal/kap/hr 2.004 Triwulan I 2.067 2.067 100

Triwulan II 2.067 2.067 100

Triwulan III 2.067 2.067 100

Triwulan IV 2.004 2.052*) 102,40

Jumlah Konsumsi

Protein

Gram/kap/hr 56,1 Triwulan I 54,6 54,6 100

Triwulan II 54,6 54,6 100

Triwulan III 54,6 54,6 100

Triwulan IV 56,1 53,25*) 94,92

Skor pola pangan harapan

(PPH) ketersediaan

- 87,52 Triwulan I 73,92 73,92 100

Triwulan II 73,92 73,92 100

Triwulan III 73,92 73,92 100

Triwulan IV 87,52 70,31 80,34

Pesentase Penurunan

jumlah penduduk rawan

pangan

% 1 Triwulan I 0,18 0,18 100

Triwulan II 0,18 0,18 100

Triwulan III 0,18 0,18 100

Triwulan IV 1 0,68 68

Harga Gabah Kering

Panen (GKP) di

Tingkat produsen

Rp/kg 3.700≤ Triwulan I 3.700 ≤ 4.079 110,24

Triwulan II 3.700 ≤ 3.663 99

Triwulan III 3.700 ≤ 4.082 110,32

Triwulan IV 3.700 ≤ 4.450 120,27

Coefisien Variasi

pangan beras di

tingkat konsumen

% >10% Triwulan I 10% > 6 100

Triwulan II 10% > 6 100

Triwulan III 10% > 6 100

Triwulan IV 10% > 6 100

Persentase Peningkatan

Produk Pangan Segar

yang Tersertifikasi

-% 10 Triwulan I 10 10 7,4

Triwulan II 10 10 7,4

Triwulan III 10 10 7,4

Triwulan IV 10 7,4 74,0

Persentase Tingkat

Keamanan Pangan

Segar yang di Uji

% 80 Triwulan I 80 80 100

Triwulan II 80 80 100

Triwulan III 80 80 100

Triwulan IV 80 91,39 114,24

Catatan *) menggunakan angka sementara karena hasil realisasi baru diketahui pada bulan Juni 2016

Sangat Tinggi 67%

Tinggi 11%

Sedang 11%

Rendah 11%

Tingkat Capaian IKU Tahun 2015

Sangat Tinggi

Tinggi

Sedang

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 18

Beberapa IKU yang diuraikan diatas, penetapan target dan pengukuran realisasi triwulan

dilakukan dengan menggunakan proxy indikator karena karakter indikator yang spesifik,

termasuk tentang metode pengukuran indikator. Indikator yang dimaksud dan penjelasan

mengapa dipergunakan proxy indikator adalah sebagai berikut :

1. Sebagian indikator merupakan indikator pada level outcome, dimana pelaksanaan

kegiatan pada tahun berjalan, belum tentu akan berkontribusi pada pencapaian target

kinerja IKU secara langsung, seperti indikator penurunan jumlah penduduk rawan

pangan.

2. Sebagian indikator mempergunakan data yang dihasilkan oleh pengukuran secara

periodik oleh lembaga diluar Badan Ketahanna pangan Daerah, yang biasanya

dilakukan sekali dalam setahun, indikator yang masuk dalam kategori ini adalah

PPH Ketersediaan, Skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, Konsumsi energi

dan Konsumsi Protein.

Tabel 11. Pencapaian Kinerja Tahun 2015 Dibandingkan dengan Target

Kinerjanya, Target RPJMD dan Perjanjian Kinerja Tahun 2016

No Sasaran

Strategi

Indikator

Kinerja Satuan

Tahun 2015 Tahun 2016

Target Capaian Realisasi Target

RPJMD PK

1. Terpenuhinya

Kebutuhan

Konsumsi

Pangan yang

beragam,

bergizi,

seimbang dan

aman untuk

memenuhi

kecukupan

energi per

Kapita

Skor Pola

Pangan

Harapan (PPH)

Konsumsi

- 84,1 84,1 100 86,2 86,2

Jumlah

Konsumsi

Energi Kkal/kap/hr 2.004 2.052 102,4 2.040 2.040

Jumlah

Konsumsi

Protein Gram/kap/hr 56,1 53,25 94,92 56,4 56,4

Skor Pola

Pangan

Harapan (PPH)

Ketersediaan

- 87,52 70,31 80,34 89,71 89,71

Persentase

Penurunan

Jumlah

Penduduk

Rawan Pangan

%/Tahun 1 0,68 68 1 1

Harga Gabah

Kering Panen

(GKP) di

Tingkat

produsen

Rp/Kg

HPP≤

3.700≤ 4.067 109,92 3.700 3.700

Coefisien

Variasi pangan

beras di tingkat

konsumen

% <10% 6% 100 < 10% < 10%

Persentase

Peningkatan

Produk Pangan

Segar yang

Tersertifikasi

% 10 7,4 74,0 10 10

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 19

Persentase

Tingkat

Keamanan

Pangan Segar

yang di Uji

%

80%

(dibawah

ambang

batas)

91,39 114,24 80 % 80 %

3.2 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja

Bagian ini akan menguraikan evaluasi dan analisis capaian kinerja yang menjelaskan

laporan kinerja secara umum sebagaimana telah diuraikan dalam sub bab sebelumnya.

Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung memiliki satu sasaran yaitu

terpenuhinya kebutuhan konsumsi pangan per kapita masyarakat untuk memenuhi

kecukupan energi dan keamanan pangan yang diukur dengan 9 indikator.Penyajian

untuk sub bab ini akan disajikan per indikator. Beberapa indikator yang terkait

digabungkan menjadi satu dalam analisis ini.

Sasaran Badan Ketahanaan Pangan terpenuhinya kebutuhan konsumsi pangan

yang beragam, bergizi, seimbang dan aman untuk memenuhi kecukupan energi

per kapita

Capaian kinerja tahun 2015 merupakan capaian kinerja tahun pertama dari periode 5

(lima) tahun RPJMD dan Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung.

Adapun gambaran pencapaian indikator kinerja pada tahun 2015 adalah sebagai berikut:

Tabel 12. Rencana dan Realisasi Capaian Sasaran Terpenuhinya Kebutuhan

Konsumsi Pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman untuk

memenuhi kecukupan energi per Kapita

NO Sasaran

Srategis Indikatir Kinerja Satuan

2015 2019

Target Realisasi % Target

RPJMD %

1. Terpenuhinya

Kebutuhan

Konsumsi

Pangan yang

beragam,

bergizi,

seimbang dan

aman untuk

memenuhi

kecukupan

energi per

Kapita

1. Skor Pola Pangan

Harapan (PPH)

Konsumsi

- 84,1 84,1 100 92,5 90,92

2. Jumlah Konsumsi

Energi

Kkal/kap/hr 2.004 2.052 102,4 2.150 95,44

3. Jumlah Konsumsi

Protein

Gram/kap/hr 56,1 53,25 94,92 57 93,42

4. Skor Pola Pangan

Harapan (PPH)

Ketersediaan

- 87,52 70,31 80,34 96,32 73,0

5. Persentase

Penurunan

Jumlah Penduduk

Rawan Pangan

%/Tahun 1 0,68 68 1 68

6. Harga Gabah

Kering Panen

(GKP) di

Tingkat produsen

Rp/Kg HPP≤

3.700

4.067 109,92 HPP≤ Belum

diketahui

HPP nya

7. Coefisien Variasi

pangan beras di

tingkat

konsumen

% <10% 6% 100 <10% 100

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 20

NO Sasaran

Srategis Indikatir Kinerja Satuan

2015 2019

Target Realisasi % Target

RPJMD %

8. Persentase

Peningkatan

Produk Pangan

Segar yang

Tersertifikasi

% 10 7,4 74,0 10 74

9. Persentase

Tingkat

Keamanan

Pangan Segar

yang di Uji

% 80%

(dibawah

ambang

batas)

91,39 114,24 80 114,24

Keberhasilan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam menjalankan

Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat diukur

berdasarkan pencapaian outcome. Pengukuran tersebut dilakukan mengingat outcome

merupakanhasil dari berfungsinya output yang telah dilaksanakan bidang yaitu

BidangKetersediaan dan Kerawanan Pangan, Bidang Distribusi dan Harga Pangan,

BidangPenganekaragaman dan Konsumsi Pangan, Bidang Mutu dan Keamanan Pangan,

UPT serta Sekretariat BadanKetahanan Pangan Daerah. Pengukuran capaian kinerja

Badan Ketahanan Pangan Daerah tersebutdilaksanakan secara tahunan, sedangkan

pengukuran realisasi keuangan dan fisikoutput kegiatan dipantau secara bulanan dan

triwulanan melalui Laporan realisasi kinerja dan realisasi keuangan.

Pengukuran kinerja didasarkan pada indikator kinerja yang terstandarisasi agar mampu

menghasilkan hasil evaluasi kinerja yang relevan dan reliable sebagai bahan

pertimbangan perencanaan selanjutnya.Hasil pengukuran menjadi dasar untuk

menyimpulkan kemajuan kinerja, mengambil tindakan dalam rangka mencapai target

kinerja yang ditetapkan dan menyesuaikan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran.

Analisis dan evaluasi capaian kinerja diperoleh dari hasil pengukuran kinerja kegiatan

yang mendukung tercapainya sasaran.Beberapa indikator kinerja dapat dilaksanakan

melalui beberapa kegiatan yang saling terkait digabung menjadi satu dalam analisis ini.

Hasil analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2015 Badan Ketahanan Pangan Daerah

Provinsi Lampung per indikator dapat dijelaskan sebagai berikut :

SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KONSUMSI, JUMLAH KONSUMSI

ENERGI DAN JUMLAH KONSUMSI PROTEIN

Pembahasan Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH) konsumsi, Indikator Jumlah

Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein digabung menjadi satu, karena kegiatan

yang mendukung untuk pencapaian ke 3 indikator tersebut sama.

1.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 21

Bidang konsumsi dan penganekaragaman pangan sebagai salah satu bidang di Badan

Ketahanan Pangan memiliki tugas pokok melaksanakan koordinasi, identifikasi,

pembinaan, pengembangan dan pemantauan konsumsi dan penganekaragaman pangan.

Meningngkatkan kualitas konsumsi pangan beragam bergizi seimbang dan aman

berbasis pada pangan pokok lokal merupakan salah satu tugas badan ketahanan pangan

daerah khususnya bidang konsumsi dan penganekaragaman pangan. untuk

meningkatkan kualitas konsumsi dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain :

Analis situasi konsumsi pangan, Bimtek analisis konsumsi pangan (pelatihan bagi

petugas/aparat Kabupaten/Kota), Lomba cipta menu tingkat Provinsi dan Nasional,

Pemantauan, monitoring dan evaluasi percepatan penganekaragaman konsumsi pangan

(P2KP), Promosi P2KP, Pengembangan usaha pangan lokal.

Realisasi pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) Konsumsi, Jumlah

Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein pada tahun 2015 dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :

Tabel 13. Target dan Realisasi Capaian Indikator Skor Pola Pangan Harapan,

Jumlah Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein pada Tahun

2015

No Indikator Kinerja Capaian

2014

Tahun 2015 Target Akhir

Renstra

Capaian s/d 2015

terhadap 2019 (%) Target Capaian %

1.

2.

3.

Skor Pola Pangan

Harapan (PPH)

Konsumsi

Jumlah Konsumsi

Energi(kkal/kap/hr)

Jumlah Konsumsi

Protein (Gr/kap/hr)

83,4

2.062,4

54,5

84,1

2.004

56,1

84,1*)

2.052*)

53,25*)

100

102,4

94,92

92,5

2.150

57

90,92

95,44

93,42

Sumber data : BKPD Prov. Lampung

Keterangan *) Angka Sementara

Pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, dapat dijelaskan

sebagai berikut :

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

Pengertian Pola Pangan Harapan (PPH) atau Desirable Dietary Pattern adalah susunan

keberadaan pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari kelompok pangan

utama (baik secara absolut maupun relative) dari suatu pola ketersediaan dan atau

konsumsi pangan.FAO –RAPA (1989) mendefinisikan PPH sebagai komposisi kelomok

pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi

lainnya.Dengan demikian PPH merupakan susunan beragam pangan yang didasarkan

atas proporsi keseimbangan energi dari berbagai kelompok pangan untuk memenuhi

kebutuhan gizi baik dalam jumlah, maupun mutu dengan pertimbangan segi daya terima,

ketersediaan pangan, ekonomi budaya dan agama.Mutu konsumsi pangan penduduk

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 22

dapat dilihat dari skor pangan (dietary score) dan dikenalnya sebagai skor PPH. Semakin

tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin berimbang dan seimbang.

Pangan yang dikonsumsi secara beragam dalam jumlah cukup dan seimbang akan

mampu memenuhi kebutuhan zat gizi. Keanekaragaman pangan tersebut mencakup

kelompok : padi padian, umbi umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji

berminyak, kacang kacangan, gula, sayur dan buah, dll. Skor PPH di nilai dengan angka

100.Kegunaan PPH merupakan instrummen sederhana untuk menilai situasi konsumsi

pangan penduduk, baik jumlah maupun komposisi pangan menurut jenis pangan yang

dinyatakan dalam skor PPH. Skor PPH merupakan indikator mutu gizi dan keragaman

konsumsi pangan sehingga dapat digunakan untuk merencanakan kebutuhan konsumsi

pangan pada tahun tahun mendatang.PPH dapat digunakan sebagai pedoman dalam

evaluasi dan perencanaan penyediaan, produksi dan konsumsi pangan penduduk, baik

secara kuantitas, kualitas maupun keragamannya dengan mempertimbangkan aspek

sosial, ekonomi.Budaya, agama dan cita rasa. Pada tahun 2015 ini, skor PPH di Provinsi

Lampung ditargetkan 84,1 dan ternyata dari hasil analisis target PPH tahun 2015

tercapai yaitu 84,1 (Angka Sementara), seperti terlihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 14. Skor PPH Konsumsi di Provinsi Lampung Tahun 2015

Kelompok

Pangan

Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Kalori % %

AKE*) Bobot

Skor

Aktual

Skor

AKE

Skor

Maks

Skor

PPH

Padi-padian 1.290,9 65,6 64,5 0,5 32,8 32,3 25,0 25,0

Umbi-umbian 37,8 1,9 1,9 0,5 1,0 0,9 2,5 0,9

Pangan Hewani 149,1 7,6 7,5 2,0 15,1 14,9 24,0 14,9

Minyak &Lemak 291,1 14,8 14,6 0,5 7,4 7,3 5,0 5,0

Buah/Biji

Berminyak 56,6 2,9

2,8 0,5 1,4 1,4 1,0 1,0

Kacang-kacangan 59,3 3,0 3,0 2,0 6,0 5,9 10,0 5,9

Gula 95,1 4,8 4,8 0,5 2,4 2,4 2,5 2,4

Sayur dan Buah 115,6 5,9 5,8 5,0 29,4 28,9 30,0 28,9

Lain-lain 35,6 1,8 1,8 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0

Total 2.131,2 108,2 106,6 95,5 94,0 100 84,1

Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung

Keterangan : Penghitungan menggunakan data sementara

Untuk skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi tahun 2015 yang ditampilkan pada

tabel diatas merupakan angka sementara (ASEM) karena angka tetapnya baru akan

keluar sekitar bulan Juni 2016.

Pola Pangan masyarakat Provinsi Lampung masih di dominasi oleh beras/padi-padian,

sementara konsumsi umbi-umbian masih dibawah standar, untuk itu perlu ditingkatkan

kampanye peningkatan pengolahan makanan yang berbahan pangan dari umbu-

umbian.Konsumsi pangan yang berasal dari hewani juga masih kurang, masih bisa

ditingkatkan mengingat Provinsi Lampung merupakan penghasil ikan dan daging yang

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 23

cukup besar.Untuk itu gerakan makan ikan atau daging dan telur perlu ditingkatkan,

namun yang lebih penting lagi adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena

harga produk hewani cukup mahal.Maka perlu dipertimbangan di kegiatan kawasan

rumah pangan lestari (KRPL) di kembangkan ternak ayam atau ternak ikan.

Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan untuk membangun bangsa

Indonesia dalam menghadapi persaingan era global.Untuk itu, tubuh memerlukan

makanan yang mengandung zat gizi lengkap sesuai dengan kebutuhan untuk dapat

menjalankan aktivitas secara aktif dan produktif.

Makanan yang di konsumsi sehari-hari harus mengandunng lima kelompok zat gizi,

yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup dan

tidak berlebihan namun juga tidak kekurangan. Disamping itu manusia juga memerlukan

air dan serat untuk memperlancar berbagai proses dalam tubuh. Zat-zat gizi tersebut

akan terpenuhi bila pangan yang kita konsumsi beragam, karena secara alami komposisi

setiap jenis bahan pangan memiliki kelebihan dan kekurangan akan zat gizi tertentu,

sehingga dengan mengkonsumsi jenis pangan yang beragam, pangan satu dengan yang

lainnya akan saling melengkapi. Pangan yang bergizi seimbang ini tidak harus berharga

mahal bahkan dapat diperoleh dengan harga yang sangat murah, dengan memanfaatkan

apa yang ada di sekitar kita, misalnya pekarangan.

Sehubungan dengan itu, pemerintah melalui kegiatan penganekaragaman konsumsi

pangan mengupayakan agar pola konsumsi pangan penduduk lebih beranekaragam,

seimbang serta aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup (Beragam, Bergizi

Seimbang dan Aman) yang dimulai dari masing-masing rumah tangga.

Tabel 15. Perbandingan Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kinerja

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi

2011 2012 2013 2014 2015

Target Nasional 88,1 89,8 91,5 93,3 84,1

Target Renstra 88,9 89,8 91,5 93,3 84,1

Realisasi Kinerja 89,2 86,5 84,3 83,4 84,1

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 24

Gambar 2. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi Tahun 2011 - 2015

Jumlah Konsumsi Energi (kkal/kapita/hari); Jumlah Konsumsi Protein (gr/kapita/hari)

Pada tahun 2015 untuk indikator jumlah konsumsi energi terealisasi 2.052 kkal/

kapita/hari dari target 2.004 kkal/kapita/hari atau 102,40%, sedangkan untuk jumlah

konsumsi protein terealisasi 53,25 gram/kapita/hari dari yang ditargetkan sebesar 56,1

atau 94,92%. Untuk kedua indikator yaitu jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi

protein capaian kinerjanya termasuk sangat tinggi karena lebih dari 91%. Secara rinci

pencapaian jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein dapat dilihat pada

tabel dibawah ini :

Tabel 16. Target dan Realisasi Capaian Indikator Jumlah Konsumsi Energi di

Provinsi Lampung Tahun 2015

No Indikator Kinerja Capaian

2014

Tahun 2015 Target Akhir

Renstra

Capaian s/d

2015 terhadap

2019 (%) Target Capaian %

1.

2.

Jumlah Konsumsi

Energi(kkal/kap/hr)

Jumlah Konsumsi

Protein (gr/kap/hr)

2.062,4

54,5

2.004

56,1

2.052*)

53,25*)

102,40

94,92

2.150

57

95,44

93,42

Sumber Data BKPD Prov. Lampung

Keterangan *) Angka Sementara

Aspek kuantitas konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dikonsumsi dalam satuan

Kkal/Kap/Hari atau Gram/Kap/Hari. Penilaian aspek ini ditinjau dari volume pangan

yang dikonsumsi dan konsumsi zat gizi yang dikandung bahan pangan. Kedua hal

tersebut digunakan untuk melihat apakah konsumsi pangan sudah dapat memenuhi

kebutuhan yang layak untuk hidup sehat yang dikenal dengan angka kecukupan gizi

(AKG) yang direkomendasikan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi ( WNPG). Untuk

88,1

89,8

91,5

93,3

84,1

87,3

88,9 89,8

91,5

84,1

89,2

86,5

84,3 83,4

84,1

78

80

82

84

86

88

90

92

94

96

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

Target Nasional

Target Renstra

Realisasi Kinerja

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 25

menilai kuantitas konsumsi pangan masyarakat digunakan parameter Tingkat Konsumsi

Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP). Beberapa kajian menunjukkan

bahwa bila jumlah konsumsi energi dan protein terpenuhi sesuai dengan norma atau

angka kecukupan gizi dan konsumsi pangan beragam, maka zat-zat lain juga akan

terpenuhi dari konsumsi pangan.

Pangan dalam aspek penilaian situasi konsumsi wilayah lebih ditekankan pada aspek

gizi yang didasarkan pada penganekaragaman pangannya, bukah hanya beranekaragam

makanan pokoknya saja tetapi juga beranekaragam konsumsi bahan pangan lainnya.

Perbandingan antara target nasional, target Renstra dan capaian kinerja akan disajikan

pada tabel di bawah ini :

Tabel 17. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Capaian

Kinerja di Provinsi Lampung Tahun 2015

PPH Jumlah

Konsumsi Energi

Jumlah Konsumsi

Protein

Target Nasional

Target Renstra

Capaian Kinerja

84,1

84,1

84,1*)

2.004

2.004

2.052*)

56,1

56,1

53,25*)

Keterangan *) Data Sementara

Gambar 3. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kegiatan

untuk Skor PPH, Konsumsi Energi dan Konsumsi Protein Tahun 2015

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa capaian kinerja tahun 2015 untuk indikator skor

pola pangan harapan (PPH) konsumsi dan jumlah konsumsi energi sudah melebihi

target, baik target nasional maupun target di renstra. Sedangkan untuk capaian kinerja

indikator jumlah konsumsi protein realisasinya masih di bawah target nasional dan target

di renstra.

84,1 56,1

2.004

84 56

2.004

84,1 53,25

2.052

0

500

1000

1500

2000

2500

PPH Konsumsi Energi Konsumsi Protein

Target Nasional

Target Renstra

Realisasi Kinerja

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 26

Perkembangan skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, konsumsi energi dan

konsumsi protein di Provinsi Lampung dari tahun 2012 – 2015 dapat dilihat pada tabel

dibawah ini :

Tabel 18. Perkembangan PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2012 - 2015

Uraian Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

Skor PPH Konsumsi 86,5 84,3 83,4 84,1*)

Jumlah Konsumsi

Energi

2.228 2.156 2.067 2.052*)

Jumlah Konsumsi

Protein

59,5 57,2 54,8 53,25*)

Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung

Keterangan : *) Angka Sementara

Grafik 4. Skor PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2011 – 2015

Grafik 5. Perkembangan Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun 2012-2015

86,5

84,3

83,4

84,1

81,5 82

82,5 83

83,5 84

84,5 85

85,5 86

86,5 87

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

SKOR PPH KONSUMSI

PPH

2.228

2.156

2.067 2.052

1.950

2.000

2.050

2.100

2.150

2.200

2.250

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

Konsumsi Energi

Konsumsi Energi

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 27

Grafik 6. Perkembangan Konsumsi Protein di Provinsi Lampung Tahun 2012-2015

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi

masyarakat Provinsi Lampung sudah mulai mengarah kepada beragam, bergizi,

Seimbang dan Aman (B2SA), walaupun mulai pada tahun 2013 terjadi penurunan, hal

ini dikarenakan terjadi revisi hasil justifikasi data BPS dan BKP Pusat. Dan pada tahun

2015 terjadi peningkatan menjadi 84,1 (angka sementara), meningkatnya PPH konsumsi

ini karena adanya dukungan dari Pemerintah Daerah yang terus mensosialisasikan dan

mengkampanyekan keseimbangan pangan melalui lomba cipta menu dan makanan

sehat, pameran dan penyuluhan-penyuluhan melalui PPL dan PKK.

upaya upaya yang dilakukan dalam meningkatkan angka PPH antara lain :

a. Gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan

b. Lomba cipta menu tingkat Provinsi dan Nasional

c. Pengembangan usaha pangan lokal

Penilaian situasi konsumsi pangan dapat dilakukan dengan menganalisa dua aspek

penilaian yaitu : aspek kuantitas konsumsi (% AKE) dan aspek kualitas konsumsi (mutu

Konsumsi : Skor PPH). Mutu pangan atau kualitas pangan dalam hal ini dapat mencakup

aspek fisik pangan, kualitas kimiawi pangan dan mikrobiologi/aspek keamanna pangan,

aspek organoleptic dan aspek gizi.Pangan dalam aspek penilaian situasi konsumsi

wilayah lebih ditekankan pada aspek gizi yang didasarkan pada penganekaragaman

pangannya, bukan hanya beranekaragaman untuk makanan pokok saja tetapi juga

anekaragaman konsumsi bahan pangan lainnya. Semakin beragam dan seimbang pangan

yangn dikonsumsi akan semakin baik kualitas gizinya, karena pada hakekatnya tidak ada

satu jenis pangan yang mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan cukup jumlah

jenisnya. Untuk menilai keanekaragaman pangan digunakan pendekatan Pola Pangan

Harapan (PPH).Semakin tinggi skor mutu pangan yang dihitung menggunakan

pendekatan PPH menunjukkan konsumsi pangan semakin beragam dan komposisinya

semakin baik dan seimbang.Apabila keragaman konsumsi pangan berada di bawah

59,5

57,2

54,8

53,25

50

52

54

56

58

60

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

Konsumsi Protein

Konsumsi Protein

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 28

anjuran, maka tingkat konsumsi masyarakat perlu ditingkatkan melalui peningkatan

pendapatan dan pengetahuan pangan dan gizi.

Pada tahun 2015 untuk meningkatkan PPH di Provinsi Lampung, Badan Ketahanan

Pangan Daerah telah melakukan beberapa upaya diantaranya melalui kegiatan gerakan

penganekaragaman konsumsi pangan dengan sasaran anak SD/usia dini, petugas

Kabupaten/Kota, Kepala sekolah, Dewan guru, dan kelompok wanita tani di 4

Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Pringsewu, Lampung Selatan, Lampung tengah, dan

Pesawaran. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan

wawasan bagi kelompok tani dan anak-anak SD dalam mewujudkan pola konsumsi

pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA).Serta mengurangi

ketergantungan terhadap bahan pokok beras.

Selain kegiatan gerakan penganekaragaman konsumsi pangan juga di lakukan sosialisasi

gerakan penganekaragaman konsumsi pangan dan konsumsi pangan beragam, bergizi,

seimbang dan aman (B2SA) kepada tim penggerak PKK, karena tim penggerak PKK

merupakan organisasi wanita yang mempunyai anggota sampai pada tingkat desa, oleh

karena itu TP_PKK merupakan mitra yang sangat cocok dan tepat dalam

mensosialisasikan dan menyebarluaskan gerakan Percepatan Penganekaragaman

Konsumsi Pangan (P2KP) dan konsumsi pangan B2SA. TP-PKK bisa dijadikan ujung

tombak dalam menyukseskan program P2KP dan pangan B2SA kepada masyarakat.

Guna memotivasi masyarakat agar mau mengkonsumsi makanan yang beragam, bergizi,

seimbanng dan aman (B2SA), maka Badan Ketahanan Pangan Daerah harus melakukan

sosialisasi secara terus menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

masyarakat serta mengubah pola konsumsi pangan masyarakat menuju beragam, bergizi,

seimbang dan aman. Dalam rangka mempercepat pemahaman masyarakat tentang

konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman, Badan Ketahanan Pangan

daerah melaksanakan lomba cipta menu beragam, bergizi, seimbang dan aman yangn

diikuti oleh perwakilan dari Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung. Pada tahun 2015 ini

lomba dilaksanakan di halaman kantor Gubernur pada tanggal 12 Oktober 2015 yang

diikuti oleh 14 tim penggerak PKK Kabupaten/Kota. Lomba cipta menu beragam,

bergizi, seimbang dan aman IB2SA) ini merupakan salah satu upaya untuk mendorong

kemandirian masyarakat khususnya ibu-ibu rumah tangga dalam pengembangan pangan

lokal guna mendukung percepatan diversifikasi penganekaragaman pangan, dan

diharapkan dapat diterapkan di tingkat rumah tangga untuk mewujudkan ketahanan

pangan keluarga menuju ketahanan pangan nasional.

Dan untuk lebih memacu upaya penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal

dilakukan dengan cara pengembangan usaha pangan lokal. Usaha pengolahan pangan

lokal berbasis sumber daya lokal, pada saat ini semakin sulit berkembang dan makin

terpinggirkan oleh produk-produk makanan produk industri yang umumya berbahan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 29

baku terigu. Pada tahun 2015, Badan Ketahanan Pangan daerah provinsi Lampung

memberikan bantuan alat penepung kepada kelompok wanita di 5 Kabupaten, yaitu

Kabupaten Lampung Timur, Lampung Barat, Lampung Utara, Pesawaran dan Kota

Metro.

Masalah dan solusi dalam pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH)

konsumsi, jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein, sebagai berikut :

Masalah

1. Pendapatan masyarakat masih rendah dibandingkan harga kebutuhan pangan secara

umum, sehingga menurunya daya beli masyarakat disebabkan oleh kenaikan harga

pangan daripada masalah ketersediaan sehingga kualitas konsumsi pangan masih

rendah, kurang beragam dan masih di dominasi pangan sumber karbohidrat serta

masih rendahnya konsumsi protein hewani, umbi-umbian, aneka kacang serta sayur

dan buah

2. Keterbatasan dalam memberikan dukukngan program bagi dunia usaha dan asosiasi

yang mengembangkan aneka produk olahan pangan lokal

3. Konsumsi beras per kapita masih tinggi hai ini dikarenakan harga pangan pokok

bersumberdaya lokal sebagai pengganti beras harganya masih relative lebih tinggi

daripada harga beras, selain itu juga adanya anggapan yang salah dimasyarakat yaitu

belum makan kalau belum makan nasi serta masih terbatasnya dukungan sosialisasi,

promosi dalam penganekaragaman konsumsi pangan melalui berbagai media.

Solusi

1. Peningkatan pengetahuan kelompok wanita tentang pentingnya pemanfaatan

pekarangan untuk tambahan gizi keluarga dan untuk meningkatkan pendapatan

keluarga.

2. Peningkatan koordinasi dalam perumusan kebijakan konsumsi dan keamanan

pangan melalui peningkatan pemantauan dan analisis pola konsumsi pangan serta

pengembangan kelembagaan pedesaan dalam diversifikasi konsumsi pangan.

3. Fasilitasi kepada kelompok pengembangan bisnis pangan lokal dan makanan

tradisional serta mendorong peran aktif swasta dan dunia usaha dalam

pengembangan industri dan bisnis pangan lokal (MP3L)

SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KETERSEDIAAN

Ketahanan pangan nasional masih merupakan isu yang strategis bagiIndonesia

mengingat kecukupan produksi, distribusi dan konsumsi pangan memiliki dimensi yang

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 30

terkait dengan dimensi sosial, ekonomi dan politik.Ketahanan pangan merupakan suatu

sistem yang terintegrasi yang terdiri atas berbagai subsistem, subsistem utamanya adalah

ketersediaan pangan, keterjangkauan dan pemenuhan konsumsi pangan.Terwujudnya

ketahanan pangan merupakan sinergi dari interaksi ketiga subsistem tersebut.Subsistem

ketersediaan pangan mencakup aspek produksi dan cadangan pangan.

Ketersediaan pangan harus dikelola sedemikian rupa sehingga walaupunproduksi

pangan bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, tetapi volume pangan

yang tersedia bagi masyarakat harus cukup jumlah dan jenisnya serta stabil

penyediaannya dari waktu ke waktu. Untuk itu aspek cadangan pangan merupakan salah

satu komponen penting dalamketersediaan pangan yang dapat berfungsi menjaga

kesenjangan antara produksi dengan kebutuhan, disamping itu juga dapat digunakan

untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan pangan yang bersifat

sementara disebabkan gangguan atau terhentinya pasokan bahan pangan, misalnya

karena putusnya prasarana dan sarana transportasi akibat bencana alam.

Realisasi pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan, dapat

dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 19. Rencana dan Realisiasi Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Ketersediaan

No Indikator Kinerja Capaian

2014

Tahun 2015 Target

Akhir

Renstra

Capaian s/d

2015

terhadap

2019 (%)

Target Capaian %

1.

Skor Pola Pangan

Harapan

Ketersediaan

73,92 87,52

70,31

80,34

96,32

73

Pada indikator skor pola pangan harapan (PPH) Ketersediaan pada tahun 2015 ini

ditargetkan 87,52 dan terealisasi 70,31 atau 80,34%, meskipun pencapaian kinerjanya

belum mencapai 100% tetapi pencapaian kinerjanya sudah tergolong tinggi yaitu

mencapai 80,34%.

Untuk mengetahui perkembangan skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan selama

lima tahun terakhir di Provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 20. Pola Pangan Harapan (PPH Ketersediaan) di Provinsi Lampung

2011 – 2015

Kelompok Pangan Skor

Maks

Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan

2011 2012 2013 2014 2015

Padi-Padian

Umbi-Umbian

Pangan Hewani

Minyak dan Lemak

Buah/Biji

Berminyak

25

2,5

24

5

1

25

2,3

10,5

3,6

-

25

2,5

7,08

5,0

0

25

1,97

10,06

2,36

-

25

2,00

9,87

2,82

-

25

1,65

9,40

1,03

-

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 31

Kacang-Kacangan

Gula

Sayur dan Buah

Lain-Lain

10

2,5

30

-

2,2

2,5

27,7

-

1,55

2,5

30,0

-

1,97

2,5

30

-

1,72

2,50

30,00

-

0,73

2,50

30.00

-

T O T A L 100 73,7 73,63 73,86 73,92 70,31 Sumber : Badan Ketahanan Pangan daerah Prov. Lampung

Sumber Data : Badan Ketahanan Pangan Daerah prov. Lampung

Gambar 7. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung Tahun 2011 – 2015

Jika dilihat dari tabel diatas menunjukkkan bahwa PPH ketersediaan di Provinsi

Lampung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan, hanya

saja pada Tahun 2015 mengalami penurunan hal ini dikarenakanada beberapa komoditas

yang mengalami penurunan ketersediaannya sehingga masih dibawah skor maksimal,

untuk komoditi padi-padian, gula, sayur dan buah ketersediaannnya sudah melebihi dari

skor maksimal, sementara untuk kelompok pangan umbi-umbian, hewani, minyak dan

lemak, buah/biji berminyak, dan kacang-kacangan ketersediaannya masih di bawah skor

maksimal yang menyebabkan skor PPH ketersediaan di Provinsi Lampung belum ideal

yang menunjukkan bahwa ketersediaan bahan pangan di Provinsi Lampung belum

beragam/berimbang. Untuk kelompok pangan yang masih dibawah skor maksimal perlu

ditingkatkan produksinya agar skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan bisa

meningkat mendekati skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan yang ideal yaitu

PPH ketersediaan mencapai 100.

Sementara jika dilihat dari surplus atau minus ketersediaan bahan pangan selama lima

tahun terakhir di provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

73,7 73,63 73,76 73,92

70,31

68

69

70

71

72

73

74

75

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

SKOR PPH KETERSEDIAAN

Series 1

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 32

Tabel 21. Surplus/Minus Bahan Makanan Provinsi Lampung Th. 2011 – 2015

No

. Komoditas

Surplus (+)/Minus (-) (ton)

2011 2012 2013 2014 2015

I

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

11

Pangan Nabati

Beras

Jagung

Kedelai

Kacang Tanah

Kacang Hijau

Ubi Kayu

Ubi Jalar

Sayur

Buah

Minyak Goreng

Gula Pasir

805.134

1.614.307

-26.578

-86.799

2.309

7.676.122

33.904

-109.341

1.960.998

11.902

725.105

889.523

1.508.442

-87.733

1.671

-2.796

6.810.249

11.125

-340.047

1.230.602

49.240

650.819

952.622

1.506.991

-91.857

1.442

-3.469

6.752.862

8.367

-360.415

1.609.894

-48.954

722.018

780.725

1.557.589

-85.814

274

-77

8.122.537

19.889

-444.243

1.481.576

-63.528

628.267

873.967

1.509.246

-80.588

7.257

-9

6.657.508

14.042

-

20.764.046

II.

1.

2.

3.

4.

Pangan Hewani

Daging

Telur

Susu

Ikan

-13.321

4.694

-28.660

-41.995

-4.528

87.443

-341.961

248.798

19.134

98.106

-350.308

491.323

5.927

3.176

-362.463

367.435

-15.943

7.913

Sumber Data : Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung

Data Neraca Bahan Makanan (NBM) menunjukkan bahwa ketersediaan bahan pangan di

Provinsi Lampung telah cukup, dicerminkan dengan tersedianya energi dan protein yang

telah melebihi standar yang ditetapkan melalui Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi

(WNPG). Sebagai gambaran ketersediaan bahan pangan Provinsi Lampung dapat dilihat

pada Tabel dibawah ini.

Tabel 22. Ketersediaan Energi dan Protein Berdasarkan NBM Provinsi

Lampung Tahun 2011 – 2015.

No. Uraian Standar

WNPG

Tahun 2011

(ATAP 2010)

Tahun 2012

(ATAP 2011)

Tahun 2013

(ATAP 2012)

Tahun 2014

(ATAP 2013)

Tahun 2015

(ATAP 2014

1

Energi

(kal/kap/hr) 2.200 2.578,28 2.870,04 2.911,84 2.987,84 2.735,29

a. Nabati

2.462 2.791,68 2.800,13 2.877,91 2.630,63

b. Hewani

117 78,36 111,71 109,93 104,66

2

Protein

(gram/kap/hr) 57 66,41 58,31 68,23 55,90 67,93

a. Nabati

51,19 49,36 55,47 43,57 55,65

b. Hewani

15,22 8,95 12,76 12,33 12,28

Sumber : Badan Ketahanan Pangan daerah Prov. Lampung

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 33

Gambar 8. Ketersediaan Energi dilihat dari Sumbernya tahun 2011 - 2015

Gambar 9. Ketersediaan Protein Berdasarkan Sumbernya Tahun 2011 – 2015

Dalam upaya pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan, Badan

Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung telah melakukan penyusunan Neraca

Bahan Makanan (NBM).Tabel Neraca Bahan Makanan ini menyajikan gambaran

menyeluruh tentang pola penyediaan pangan di suatu wilayah dalam periode tertentu.

Neraca Bahan Makanan (NBM) digunakan sebagai salah satu bahan dalam menyusun

kebijakan ketersediaan pangan, maka NBM harus disusun secara lengkap, tepat waktu

dan berkelanjutan dari suatu periode ke periode berikutnya. Tabel NBM ini dapat

digunakan untuk mengevaluasi pengadaan, penggunaan pangan, komposisi atau pola

ketersediaan energi atau zat gizi lainnya.Selain itu juga digunakan sebagai acuan dalam

-

500,00

1.000,00

1.500,00

2.000,00

2.500,00

3.000,00

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

117,00 78,36 111,71 109,93 104,66

2.462,00

2.791,68 2.800,13 2.877,91

2.630,63 2.578,28

2.870,04 2.911,84 2.987,84

2.735,29

Sumber Hewani

Sumber Nabati

Total Energi

0

10

20

30

40

50

60

70

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

15,22

8,95 12,76 12,33 12,28

51,19 49,36

55,47

43,57

55,65

66,41

58,31

68,23

55,9

67,93

Sumber Hewani

Sumber Nabati

Total Protein

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 34

perencanaan produksi/pegadaan pangan serta sebagai bahan dalam penetapan kebijakan

pangan dan gizi.

Pada tahun 2015 ini ditargetkan skor Pola Pangan Harapan (PPH) ketersediaan sebesar

87,52 tetapi dari hasil penyusunan NBM ternyata PPH ketersediaan di Provinsi

Lampung baru mencapai 70,31, masih lebih rendah dari yang di inginkan. Hal ini

menunjukkan bahwa ketersediaan pangan di Provinsi Lampung belum

beragam/seimbang karena belum mencapai 100. Dari hasil penghitungan ketersediaan

atau hasil dari Neraca Bahan Makanan (NBM) menunjukan bahwa ketersediaan pangan

di provinsi Lampung masih di dominasi oleh kelompok pangan padi padian (74,91%),

kelompok sayur/buahan (8,99%), kelompok gula (7,72%), Pangan hewani (3,78%),

kelompopk umbi-umbian (2,65%), minyak dan lemak (1,66%) serta diikuti kelompok

kacang-kacangan dengan kontribusi energy sebesar (0,29%).

Penyebab belum idealnya ketersediaan pangan tersebut disebabkan karena Komposisi

skor PPH untuk masing-masing kelompok bahan pangan tersebut belum seluruhnya

mencapai skor maksimum, kelompok pangan yang masih di bawah skor maksimum

antara lain : umbi-umbian, sebesar 1,65 (skor maksimal 2,5), kelompok pangan hewani

9,40 (skor maksimal 24, kelompok buah/biji berminyak sebesar 0 (maksimal 1),

kelomppok kacang-kacangan 0,73 (skor maksimal 10, kelompok minyak dan lemak

sebesar 1,03 (skor maksimal 5). Hal ini mengakibatkan tidak seimbangnya ketersediaan

kecukupan gizi yang dipersyaratkan. Sedangkan kelompok bahan pangan yang melebihi

skor maksimal akan memberikan kelebihan kontribusi ideal pangan dalam komposisi

gizi seimbang.

Untuk pemenuhan ketersediaan energi, protein dan lemak yang berimbang, maka untuk

komoditas yang produksinya masih rendah (kelompok kacang-kacangan, kelompok ikan

dan telur)agar dilakukan peningkatan produksi dengan memanfaatkan potensi lahan

yang tersedia, sementara kelebihan ketersediaan untuk bebrapa komoditas pangan di

Provinsi Lampung seperti beras dan ubi kayu dapat dimanfaatkan sebagai aset provinsi

untuk di eksport guna meningkatkan pendapatan daerah.

Salah satu cara untuk mengetahui tingkat ketahanan pangan adalah dengan mengukur

rasio ketersediaan dengan konsumsi pangan. Rasio pangan ini berguna sebagai masukan

bagi pemangku kepentingan untuk memperbaiki dan meningkatkan penyediaan pangan

dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan Provinsi Lampung.Untuk melihat kecukupan

ketersediaan dan konsumsi, dilakukan perbandingan antara ketersediaan dan konsumsi

aktual dengan angka kecukupan ketersediaan dan konsumsi dalam bentuk energi dan

protein.Ketersediaan pangan per kapita mengindikasikan rata-rata individu memperoleh

bahan pangan. Pada tahun 2015 ini angka kecukupan energi tingkat ketersediaan di

targetkan 2.200 kkal/kapita/hari, dari hasil penyusunan neraca bahan makanan Provinsi

Lampung tahun 2015 angka kecukupan energi tingkat ketersediaan mencapai

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 35

2.735,29kkal/kapita/hari (124,33% dari target angka kecukupan energi di tingkat

ketersediaan sebesar 2.200 kkal/kapita/hari. Dari total ketersediaan energi, sumbangan

terbesar berasal dari pangan nabati yaitu sebesar 2.630,63 kkal/kapita/hari atau 96,17%

dan sisanya 3,83% yang berasal dari pangan hewani. Secara rinci sumber energi dari

kelompok pangan tersebut sebagai berikut :

Tabel 23. Ketersediaan Energi dan Protein Menurut Sumbernya

Sumber Pangan Ketersediaan energi Ketersediaan Protein

Kkal/kapita/hari % Gram/kap/hari %

Nabati 2.630,63 96,17 55,65 81,92

Hewani 104,66 3,83 12,28 18.08

Total 2.735,29 100 67,93 26,83

Sumber : Data NBM Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2015

Gambar 10. Persentase Ketersediaan Energi, Tahun 2015

Gambar 11. Persentase Ketersediaan Protein, Tahun 2015

NABATI; 96,17%

HEWANI; 3,83%

KETERSEDIAAN ENERGI

Nabati; 81,92%

Hewani; 18,08%

; 0; 0% ; 0; 0%

Ketersediaan Protein

Nabati

Hewani

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 36

Total ketersediaan protein adalah sebesar 67,93 gram/kapita/hari atau lebih besar

19,18% dari angka yang dianjurkan yakni 57 gram/kapita/hari. Jika dilihat

sumbangannya menurut masing-masing kelompok pangan, ketersediaan energi, protein

dan lemak masih di dominasi kelompok padi-padian yaitu sebesar 2.048,95

kkal/kapitahari atau 74,90%, kemudian diikuti kelompok buah-buahan 8,04%, gula

7,72%, makanan berpati 2,65%, daging 1,39%, minyak dan lemak 1,66%, ikan 1,49%,

sayuran 0,95%, telur 0,89%, dan buah/biji berminyak 0,29%. Sedangkan yang memberi

sumbangan yang paling kecil adalah kelompoksusu dengan ketersediaan energi yang

hanya mencapai 1% per 1000 kkal/kapita/hari. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar

dibawah ini :

Gambar 12. Persentase Kontribusi Kelompok Pangan Tahun 2015

Berdasarkan penghitungan ketersediaan pangan atau hasil dari Neraca Bahan Makanan

tahun 2015 didapatkan Pola Pangan Harapan (PPH) Provinsi Lampung menurut

kelompok pangan sebagai berikut :

Tabel 24. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung berdasarkan NBM Th. 2015

Kelompok

Pangan

Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Kalori % %

AKE*) Bobot

Skor

Aktual

Skor

AKE

Skor

Maks

Skor

PPH

Padi-padian 2.048,95 74,91 93,13 0,50 37,45 46,57 25,00 25,00

Umbi-umbian 72,52 2,65 3,30 0,50 1,33 1,65 2,50 1,65

Pangan Hewani 103,42 3,78 4,70 2,00 7,56 9,40 24,00 9,40

Minyak &Lemak 45,27 1,66 2,06 0,50 0,83 1,03 5,00 1,03

Buah/Biji

Berminyak - - - 0,50 - - 1,00 -

Kacang-kacangan 8,0 0,29 0,36 2,00 0,58 0,73 10,00 0,73

Gula 211,11 7,72 9,60 0,50 3,86 4,80 2,50 2,50

Sayur dan Buah 246,02 8,99 11,18 5,00 44,97 55,91 30,00 30,00

Lain-lain - - - - - - - -

Total 2.735,29 100 124,33 - 96,58 120,08 100 70,31

Padi-Padian (74,91%); 74,91%

Umbi-umbian (2,65%); 2,65%

Pangan Hewani (3,78%); 3,78%

Gula (7,72%); 7,72%

Minyak dan Lemak (1,66%);

1,66%

Sayur dan Buah (8,99%); 8,99%

Kacang-Kacangan (0,29%); 0,29%

% KONTRIBUSI KELOMPOK PANGAN

Padi-Padian (74,91%)

Umbi-umbian (2,65%)

Pangan Hewani (3,78%)

Gula (7,72%)

Minyak dan Lemak (1,66%)

Sayur dan Buah (8,99%)

Kacang-Kacangan (0,29%)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 37

Gambar 13. Perbandingan Skor Maksimum dan Skor PPH menurut Kelompok Pangan

Bila dilihat dari persentase AKE bahwa situasi ketersediaan pangan berdasarkan pola

pangan harapan (Kualitas) di Provinsi Lampung pada tahun 2015 memiliki ketersediaan

energi sebesar 2.735,29 kkal/kapita/hari atau lebih 24,33% dari angka kecukupan gizi

(2.200 kkal/kapita/hari) dengan skor PPH 70,31 yang menyatakan bahwa ketersediaan

pangan di Provinsi Lampung belum beragam/seimbang karena belum mencapai 100.

Meskipun ketersediaan energi berdasarkan Neraca Bahan Makanan (Kuantitas) telah

mencapai 2.735,29 kkal/kapita/hari atau surplus sebesar 24,33% dari angka kecukupan

gizi (2.200 kkal/kapita/hari) namun secara kualitas (skor PPH 70,31) belum ideal.

Penyebab belum idealnya ketersediaan pangan tersebut disebabkan karena :

1. Komposisi skor PPH untuk masing-masing kelompok bahan pangan tersebut belum

seluruhnya mencapai skor maksimal hal ini berakibat tidak seimbangnya

ketersediaan kecukupan gizi yang dipersyaratkan

2. Kelompok pangan yang terlalu melebihi skor maksimal akan memberikan kelebihan

kontribusi ideal pangan dalam komposisi gizi seimbang

3. Penyebab belum idealnya kualitas ketersediaan pangan ini juga disebabkan pada

beberapa kelompok pangan masih dibawah skor maksimal, yaitu pangan hewani

(3,78%), minyak dan lemak (1,66%), kelompok umbi-umbian (2,65%), serta diikuti

kelompok kacang-kacangan dengan kontribusi energi sebesar 0,29%. Kondisi ini

dikarenakan produksi untuk masing-masing kelompok pangan tersebut relatif masih

rendah.

Ketersediaan Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 2015 (Atap 2014)

menunjukkan bahwa ketersediaan yang mengalami surplus antara lain : beras surplus

873.967 ton, Jagung surplus 1.509.246 ton, Kacang Tanah surplus 7.257 ton, Ubi Kayu

25,00

2,50

24,00

5,00

1,00

10,00

2,50

30,00

0,00

25,00

1,65

9,40

1,03 0,00 0,73 2,50

30,00

0,00 0,00

5,00

10,00

15,00

20,00

25,00

30,00

35,00

Skor Maksimum

Skor PPH

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 38

surplus 6.657.508 ton, Ubi Jalar surplus 14.042 ton, Buah-Buahan surplus 20.764.046

ton, dan ikan surplus 7.913 ton, sedangkan untuk komoditas kedelai, kacang hijau,

daging sapi, daging ayam ras dan buras, dan telur (ayam, itik) ketersediaannya

mengalami kekurangan/minus. Untuk kedelai minus 80.588 ton, kacang hijau minus 9

ton, daging sapi minus 3.159 ton, Daging ayam ras dan buras minus 32.691 ton dan telur

(ayam, itik) minus 15.943. Data lengkap ketersediaan bahan pangan di Provinsi

Lampung tahun 2015 (atap 2014) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 39

Tabel 25. Ketersediaan dan Konsumsi Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 2015 (Atap Tahun 2014)

No. Komoditas Produksi (Ton)

Benih/Pakan/Tercecer Ketersediaan

(Ton)

Jumlah

Penduduk

(Jiwa)

Konsumsi/kapita

(Kg/Kap/Th)

Total Konsumsi

(Ton) Surplus/Minus

Ketersediaan

/Konsumsi

(%)

Skor % (Ton)

Padi 3.320.064 7,3 242.365 3.077.699

1. Beras 1.945.106 3,3 64.188 1.880.917 9.549.079 105,45 1.006.950 873.967 186,79 1

2. Jagung 1.719.386 11 189.132 1.530.254 9.549.079 2,20 21.008 1.509.246 7.284,16 1

3. Kedelai 13.777 5 689 13.088 9.549.079 9,81 93.676 - 80.588 13,97 4

4. Kacang Tanah 9.951 5 498 9.453 9.549.079 0,23 2.196 7.257 430,43 1

5. Kacang Hijau 2.352 7 165 2.187 9.549.079 0,23 2.196 - 9 99,59 3

6. Ubi Kayu 8.034.016 15 1.205.102 6.828.914 9.549.079 17,95 171.406 6.657.508 3.984 1

7. Ubi Jalar 42.000 12 5.040 36.960 9.549.079 2,40 22.918 14.042 161,27 1

8. Buah-Buahan 23.403.470 10 2.340.347 21.063.123 9.549.079 31,32 299.077 20.764.046 7.042,71 1

9. Daging Sapi 13.074 - - 13.074 9.549.079 1,70 16.233 - 3.159 80,54 4

10. Daging ayam ras

dan buras

13.813 - - 13.813 9.549.079 4,87 46.504 - 32.691 29,70 4

11. Telur (ayam,itik) 62.168 - - 62.168 9.549.079 8,18 78.111 - 15.943 79,59 4

12. Ikan 231.859 15 34.779 197.080 9.549.079 19,81 189.167 7.913 104,18 2

Keterangan : Skor 1 : Surplus (rasio > 114%)

Skor 2 : Swasembada ( rasio 100 – 114%)

Skor 3 : Cukup (rasio 95 – 100%)

Skor 4 : Defisit (rasio < 95%)

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 40

Jika dibandingkan dengan tahun 2014, pencapaian skor pola pangan harapan (PPH)

ketersediaan pada tahun 2015 mengalami penurunan, pada tahun 2014 skor pola pangan

harapan (PPH) ketersediaan mencapai 73,92 dan pada tahun 2015 turun menjadi 70,31.

Hal ini dikarenakan persentase kontribusi kelompok pangan ada yang mengalami

penurunan seperti kelompok pangan umbi-umbian, kelompok pangan hewani, minyak

dan lemak, dan kelompok kacang-kacangan.

Pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan juga di bandingkan

dengan target di renstra dan target nasional jauh lebih rendah target renstra dan nasional

pada tahun 2015 sebesar 87,52, sedangkan pencapaian di tahun 2015 baru 70,31 atau

baru mencapai 80,3% dari target renstra dan nasional

Ada beberapa masalah dalam pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH)

ketersediaan, antara lain :

1. Ketersediaan pangan sangat fluktuatif dari tahun ketahun sehingga untuk

mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan pangan perlu adanya program dan

kegiatan yang mendukung tercapainya ketersediaan pangan suatu wilayah.

Solusi

1. Untuk menghadapi ketersediaan pangan yang sangat fluktuatif kiranya perlu

dilakukan penekanan laju pertumbuhan penduduk, penekanan laju alih fungsi lahan,

serta penekanan tingkat konsumsi yang melebihi standar

2. Ketersediaan pangan di Lampung yang masih rendah perlu ditingkatkan melalui

peningkatan produksi dan produktivitas dengan memanfaatkan potensi wilayah

3. Penguatan distribusi pangan karena pergerakan komoditas sangat mobile dan di

Provinsi Lampung masih terdapat beberapa komoditas yang sangat tergantung

pasokan dari luar

PERSENTASE PENURUNAN JUMLAH PENDUDUK RAWAN PANGAN (%)

Realisasi pencapaian indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan,

sebagai berikut :

Tabel 26. Target dan Realisasi Pencapaian Sasaran Persentase Menurunnya

Jumlah Penduduk Rawan Pangan

No Indikator Kinerja Capaian

2014

Tahun 2015 Target

Akhir

Renstra

Capaian s/d

2015

terhadap

2019 (%)

Target Capaian %

1.

Persentase

Penurunan Jumlah

Penduduk Rawan

Pangan (%)

0,18 1

0,68

68 1%

68

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 41

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa target indikator persentase penurunan jumlah

penduduk rawan pangan pada tahun 2015 sebesar 1% hanya bisa dicapai 0,68% atau

terealisasi 68%. Hal ini menunjukkan bahwa sasaran menurunnya jumlah penduduk

rawan pangan pada tahun 2015 sebesar 1% tidak tercapai. Berdasarkan skala nilai

peringkat kinerja pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010, indikator

persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan menunjukkan capaian sedang,

Dalam pencapaian target penurunan jumlah penduduk rawan pangan 1% ini sulit untuk

tercapai karena kemiskinan terdiri dari banyak faktor yang mempengaruhi dan harus

diselesaikan secara lintas sektoral. kemiskinan berhubungan erat dengan kerawanan

pangan yang ditinjau dalam dua dimensi:

a. Kedalaman dengan kategori ringan, sedang, dan berat

b. Jangka waktu/periode kejadian dengan kategori kronis untuk jangka panjang dan

transien untuk jangka pendek/fluktuasi

Selain itu kemiskinan juga berhubungan erat dengan tingkat pengangguran, karena

terkait dengan pendapatan penduduk (faktor ekonomi) dan daya beli masyarakat.

Berdasarkan tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah penduduk dan

jumlah penduduk miskin sejak tahun 2010 – 2015 cenderung turun :

Tabel 27. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun

2011 – 2015

Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa) Persentase Penduduk Miskin

Kota Desa Jumlah Kota Desa Jumlah

2010 (Maret)

2011 (Maret)

2011 (Sept)

2012 (Maret)

2012 (Sept)

2013 (Maret)

2013 (Sept)

2014 (Maret)

2014 (Sept)

2015 (Maret)

2015 (Sept)

301,73

243,61

226,09

241,10

240,11

235,47

224,81

230,63

224,21

233,27

197,94

1.178,20

1.064,09

1.062,48

1.023,39

990,05

939,88

919,95

912,28

919,73

930,22

902,74

1.479,93

1.307,70

1.288,58

1.264,48

1.230,16

1.175,35

1.144,76

1.142,92

1.143,93

1.163,49

1.100,68

14,30

12,27

11,32

12,00

11,88

11,59

10,89

11,08

10,68

10,94

9,25

20,65

18,54

18,39

17,63

16,96

15,99

15,62

15,41

15,46

15,56

15,05

18,94

16,93

16,57

16,18

15,65

14,86

14,39

14,28

14,21

14,35

13,53

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 42

Sumber Data : BPS Provinsi Lampung

Gambar 14. Presentase Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Th. 2011 - 2015

Berdasarkan penyebaran penduduk miskin tahun 2011 - 2015, bahwa jumlah penduduk

miskin di perdesaan lebih tinggi dari perkotaan.Pada tahun 2015 penurunan penduduk

miskin sebesar 0,68% sementara target nasional dan target Rencana Strategis

(RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Pada tahun 2015

dalam penurunan penduduk rawan pangan yaitu 1%, hal ini berarti bahwa kinerja Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Lampung tahun 2015 dalam menurunkan jumlah penduduk

rawan pangan sebesar 1% pertahun tidak mencapai target, sementara kalau dilihat dari

rata-rata penurunan penduduk rawan pangan selama lima tahun yaitu 1,08%

menunjukkan bahwa kinerja Badan ketahanan Pangan Provinsi Lampung selama lima

tahun telah melebihi target dalam upaya penurunan penduduk rawan pangan.

Tabel 28. Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja dalam Penurunan

Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun 2011 - 2015

Tahun

2011

Tahun

2012

Tahun

2013

Tahun

2014

Tahun

2015

Target Nasional 1% 1% 1% 1% 1%

Target Renstra 1% 1% 1% 1% 1%

Realisasi Capaian Kinerja 2,37% 0,92% 1,26% 0,18% 0,68%

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

20

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

11,32 11,88

10,89 10,68

9,25

18,39

16,96

15,62 15,46 15,05

16,57 15,65

14,39 14,21 13,53

Kota

Desa

Jumlah

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 43

Gambar 15.Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kinerja

dalam Penurunan Penduduk Rawan Pangan

Kegiatan yang di kelola oleh Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam

rangka mewujudkan penurunan penduduk rawan pangan yaitu :

a. Pengembangan desa mandiri pangan

b. Analisa dan pemantauan SKPG dan PDRP

c. Pengembangan cadangan pangan pemerintah

d. Pengembangan lumbung pangan masyarakat

e. Analisa dan penyusunan peta ketahanan dan kerentanan pangan.

f. Akses Pangan

g. Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan

Pada tahun 2015 ini pengembangan desa mandiri pangan selain dilakukan pemantauan

dan pembinaan di 97 desa mandiri pangan juga dilakukan pembinaan dan pemantauan di

6 kawasan mandiri pangan.evaluasi dari hasil pemantaun dan pembinaan, dampak dari

kegiatan pengembangan desa mandiri pangan ini, sebagai berikut :;

Sedikit meningkatkan usaha produktif, namun keberlangsungan usaha masih harus

ditingkatkan

Sedikit meningkatkan ketersediaan pangan, namun belum berhasil meningkatkan

ketersediaan pangan, akses dan posisi tawar rumah tangga anggota kelompok

afinitas

Meningkatkan kelembagaan khusunya kelompok afinitas dan LKD, namun masih

kurang untuk TPD

Sedikit meningkatkan daya beli yang ditandai dengan menurunnya proporsi rumah

tangga miskin yang tidak dapat menjangkau pangan

2,37%

0,92%

1,26%

0,18%

0,68%

1% 1% 1% 1% 1%

0,00%

0,50%

1,00%

1,50%

2,00%

2,50%

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

Realisasi Kinerja

Target Renstra

Target Nasional

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 44

Menurunnya tingkat kemiskinan yang ditandai dengan menurunnya proporsi rumah

tangga anggota kelompok afinitas kategori miskin dan meningkatnya proporsi

rumah tangga kelompokm afinitas kategori kurang sejahtera dan sejahtera

Menurunnya kerawanan pangan pada rumah tangga kelompok afinitas belum

terlihat, diduga adanya pengaruh berbagai faktor di luar program

Meningkatkan ketahanan pangan pada rumah tangga anggota kelompok afinitas,

terlihat pada penurunan proporsi rumah tangga yang kurang tahan pangan

Meningkatkan pola pikir pada bebrapa aspek kehidupan masyarakat khusunya

kesadaran akan manfaat pemahaman dan aktualisasi kegiatan berkelompok serta

pemahaman akan pentingnya pendamping dalam pelaksanaan program demapan.

Tingkat ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok afinitas relatif lebih

baik daripada bukan anggota kelompok afinitas. Perbandingan proporsi rumah

tangga anggota kelompok afinitas dan bukan anggota kelompok afinitas berturut-

turut untuk kategori tudak tahan pangan 50,4% dan 64,2%, kurang tahan pangan

27,9% dan n32,9%, serta tahan pangan 6,7% dan 2,9%.

Potensi luas wilayah yang besar kurang dapat dimanfaatkan untuk mendukung

swasembada pangan karena kurangnya sumberdaya air.

Berdasarkan analisa Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) situasi pangan dan

Gizi di Provinsi Lampung dalam kondisi rawan, dengan faktor penyebab dominan

prosentase KK miskin, hanya Kota Metro yang dalam kondisi waspada. Dari hasil

analisa SKPG rasio ketersediaan terhadap konsumsi mormatif serealia dan umbi umbian

di provinsi Lampung memiliki rasio ketersediaan pangan yang baik, hanya di Kota

Metro dan Kota Bandar Lampung, Kota Metro di kategorikan waspada karena tingkat

rasionya 1,06 (Rasio 0,90≤ r ≤ 1,14), sementara Kota Bandar Lampung di kategorikan

deficit karena rasionya < 0,9, dengan demikian Kota Bandar Lampung perlu dilakukan

intervensi untuk mendatangkan pangan dari luar wilayah. Untuk aspek pemanfaatan

pangan Provinsi Lampung memiliki prevalensi kurang energy protein sebesar 0,09%

dengan kata lain semua Kabupaten di provinsi Lampung pada kondisi KEP dengan

status aman, sedangkan akses terhadap pangan, Provinsi Lampung masih dikategorikan

provinsi miskin karena dari 2.160.454 KK terdapat 58,84% KK yang berstatus keluarga

pra sejahtera dan keluarga sejahtera I yang tersebar hampir di semua Kabupaten, hanya

Kota metro dalam kondisi waspada.

Dari hasil penyusunan peta kerentanan dan ketahanan pangan (FSVA) di 196 kecamatan

di bagi dalam 6 kelompok prioritas, yaitu : 3 kecamatan pada prioritas 3 (1,5%), 20

kecamatan pada prioritas 4 (10,2%), 147 kecamatan pada prioritas 5 (75%) dan 26

kecamatan pada prioritas 6 (13,27%). Kecatan prioritas 3, yaitu kecamatan Balik Bukit

Kabupaten Lampung Barat, Kecamatan Anak Tuha Kabupaten Lampung Tengah dan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 45

kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan. Faktor utama penyebab tingginya kerentanan

terhadap kerawanan pangan (prioritas 3), yaitu :

a. Tingginya prosentase balita tinggi kurang (stunting)

b. Tingginya prosentase rumah tangga tanpa akses air bersih

c. Tingginya prosentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yangn

memadai

d. Tingginya jumlah rumah tangga yang tidak memiliki akses ke fasilitas kesehatan

dalam jarak 5 km.

Berdasarkan permentan No. 65 tahun 2010 tentang standar pelayanan minimal salah satu

indikatornya yaitu bahwasannya di setiap provinsi harus memiliki cadangan pangan

sebesar 200 ton pada tahun 2015, Di Provinsi Lampung pada tahun 2014 telah memiliki

cadangan pangan pemerintah sebesar 206.609 ton, yang kemudian pada tahun 2014 di

salurkan ke Kabupaten Mesuji yang terkena bencana kebanjiran sebesar 50,04 ton.

Sehingga cadangan pangan pemerintah pada Provinsi Lampung pada akhir tahun 2014

sebesar 156,569, sehingga pada tahun 2015 di rencanakan untuk pengadaan cadangan

pangan sebesar 20 ton tetapi kemudian melalui APBD Perubahan berkurang menjadi

10.483 kg, dan tidak direalisasikan karena adanya surat dari bulog Nomor

384/08010/08/2015 tanggal 28 Agustus 2015 tentang perjanjian pengelolaan cadangan

pangan yang didalamnya antara lain berisi adanya kenaikan harga berdasarkan

keputusan direksi perum bulog no. KD-199/DK000/07/2015 ditetapkan sebesar Rp.

8.790/kg, dan kita diharuskan melakukan penyesuaian harga terhadap stock milik Badan

Ketahanan Pangan Provinsi Lampung yang di titipkan di gudang Bulog sebagai

kompensasi terhadap biaya penitipan dan perawatan barang. Dengan adanya surat

tersebut Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung tidak merealisasikan

pengadaan cadangan pangan pemerintah yang akan dititipkan ke bulog, karena belum

ditemukan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan surat

penyesuaian harga tersebut terhadap stock cadangan pangan pemerintah yang sudah

dititipkan di bulog.

Dalam rangka pengembangan cadangan pangan, selain melalui cadangan pangan

pemerintah diupayakan juga dari cadangan pangan yang ada di masyarakat yaitu

lumbung pangan masyarakat.Berdasarkan Undang-undang No. 18 tahun 2012 tentang

Pangan menyatakan bahwa ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi

rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun

mutunya, aman, merata dan terjangkau. Peranan lumbung pangan di masa lalu lebih

bersifat sosial dan sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen yang dapat

dimanfaatkan oleh masyarakat di musim paceklik.

Peranan lumbung ini pernah diupayakan untuk digantikan oleh kelembagaan alternatif

dengan mengintegrasikan seluruh lembaga sosial pedesaan dalam suatu organisasi

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 46

modern. Namun kelembagaan alternatif tersebut ternyata mengalami kegagalan dan

menyebabkan petani selalu berada dalam posisi lemah. Berdasarkan hasil penelitian

PSP-LP IPB tahun 2001, menunjukkan bahwa lumbung pangan pedesaan di beberapa

daerah terbukti memiliki daya adaptasi yang lebih tinggi dari jenis-jenis lembaga

alternatif yang diintervensi dari luar. Lumbung pangan tersebut tidak hanya efektif

dalam melayani kebutuhan pangan anggotanya pada saat krisis tetapi juga melayani

kebutuhan finansial anggotanya dari hasil pengelolaan lumbung.

Revitalisasi kelembagaan perlu dilakukan melalui proses pemberdayaan secara

sistematis, utuh terpadu dan berkesinambungan sehingga mampu menjadi salah satu

lembaga penggerak ekonomi pedesaan. Lumbung pangan adalah salah satu kelembagaan

yang ada di masyarakat yang telah lama berperan dalam pengadaan pangan terutama

dalam musim paceklik. Upaya revitalisasi perlu dilakukan, mengingat (1) keberadaan

lumbung pangan pada akhir-akhir ini sudah semakin memudar seiring dengan kemajuan

sistem perdagangan dan berkembangnya lembaga logistik formal pemerintah; (2)

terjadinya reformasi peran BULOG pada tahun 1998, lumbung pangan dipandang

sebagai salah satu solusi dalam menindaklanjuti berbagai logistik (cadangan pangan) di

pedesaan dan perkotaan; dan (3) terbatasnya anggaran pemerintah untuk membiayai

program stabilisasi harga, sehingga lumbung pangan dipandang sebagai salah satu

alternatif untuk membantu mengatasi kekurangan pangan/defisit pangan di musim

paceklik, serta merosotnya harga pangan (padi) pada saat panen raya di wilayah sentra

produksi. Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung sejak tahun 2011

melaksanakan kegiatan pengembangan cadangan pangan masyarakat, dan pada tahun

2015 pengembangan lumbung pangan masyarakat di targetkan untuk 5 lumbung dan

terealisasi 5 lumbung yaitu :

1. Kelompok Lumbung Mekar Sari, desa Wonosari, Kecamatan Gunung Sugih,

Kabupaten Lampung Tengah

2. Kelompok Tani Tunas Karya I, Desa Tanjung Pandan, Kecamatan Bangun Rejo,

Kabupaten Lampung Tengah

3. Kelompok Tani Karya Makmur, Desa Tanjung Pandan, Kecamatan Bangun

Rejo, Kabupaten Lampung Tengah

4. Kelompok Lumbung Mekar Sari, Desa Bala Rejo, Kecamatan Kalirejo,

Kabupaten Lampung Tengah

5. Kelompok Tani Harapan Jaya, Desa Tyas Bangun, Kecamatan Pabian,

Kabupaten Lampung Tengah.

Pelaksanaan akses Pangan dilakukan di 3 kabupaten yaitu Kabupaten Lampung Barat,

Way Kanan, dan Lampung Timur.Kegiatan ini menggunakan metode sampling dalam

pengambilan data, adapun kecamatan yang menjadi lokasi uji petik kegiatan monitoring

akses pangan adalah kecamatan Batu Ketulis, Banjit dan Marga Tiga. Secara umum

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 47

seluruh wilayah di kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Barat, Way Kanan

dan Lampung Timur memiliki karakteristik yang relatif sama, dimana sebagian

wilayahnya berupa dataran tinggi yang bergelombang berupa lahan kering untuk

perkebunan dan pertanian. Sedangkan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian

sebagai petani, nelayan, buruh perkebunan, buruh pertanian dan buruh bangunan.

Disetiap Kabupaten dipilih 1 Kecamatan dan 2 Desa di pedesaan yang mewakili zona

penghidupan pertanian, yang masing-masing desa mewakili 2 desa urban dan rural.

Adapaun desa yang dipilih yaitu :

1. Desa Bakhu dan Campang Tiga, Kecamatan Batu Ketulis Kab. Lampung Barat

2. Desa Pasar Banjit dan Simpang Asem, Kecamatan Banjit, Kabupaten Way Kanan.

3. Desa Jaya Guna dan Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Marga Tiga, Kabupaten

Lampung Timur

Dari hasil pengolahan dan analisis data faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan

pangan di tingkat rumah tangga adalah distribusi pengeluaran, pengeluaran perkapita

dan konsumsi pangan rumah tangga.Hal ini diperkuat dengan hasil uji regresi

menggunakan SPSS 16 windows yang menunjukkan bahwa distribusi pengeluaran,

pengeluaran perkapita dan konsumsi pangan rumah tangga berpengaruh langsung

terhadap ketahanan pangan rumah tangga.

Dari hasil pengolahan dan analisis data diperoleh bahwa di desa Bakhu dan campang

tiga memiliki ketahanan pangan yang buruk, faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu

distribusi pengeluaran dan konsumsi yang tinggi namun pendapatan yang diperoleh

rumah tangga rendah. Desa Pasar Banjit dan Simpang Asem memiliki ketahanan pangan

yang sedang, hal ini disebabkan karena pengeluaran perkapita rumah tangga yang cukup

baik, sedangkan desa Jaya Guna dan Tanjung Harapan memiliki ketahanan pangan yang

baik.

Dalam pencapaian indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan ada

beberapa masalah, antara lain :

a. Pendapatan masyarakat masih rendah jika dibandingkan dengan kenaikan harga

kebutuhan pangan secara umum

b. Pembinaan dan pemberdayaan kemandirian pangan pada desa rawan pangan dan

kelompok rawan pangan dihadapkan pada kendala sarana dan infrastruktur serta

kemampuan tenaga pendamping dan penyuluh lapangan

c. Pola konsumsi pangan yang tidak seimbang

d. Akses pendidikan dan kesehatan yang belum merata

e. Adanya bencana alam, seperti kekeringan, kebanjiran dll

f. Pemberdayaan kelembagaan masyarakat khususnya pemberdayaan perempuan

belum seimbang.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 48

g. Pelaksanaan SKPG belum berjalan secara optimal dan hasil deteksi dini dari SKPG

kurang ditindaklanjuti

h. Belum bekerjanya tim investigasi di beberapa daerah

Solusi

a. Meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi program/kegiatan lintas sektor di desa

rawan pangan

b. Pengurangan kemiskinan dan kerawanan pangan melalui pemberdayaan masyarakat

dilakukan secara terencana, terpadu dan berkesinambungan oleh SKPD, instansi

vertical, LSM, perguruan tinggi dan stake holder lainnya.

c. Meningkatkan pendampingan pemberdayaan masyarakat rumah tangga miskin di

desa rawan pangan

d. Permasalan di lapangan yang bersifat multi issue, multi sector, multi dimensional

diupayakan untuk diselesaikan bersama.

HARGA GABAH KERING PANEN (GKP) DI TINGKAT PRODUSEN DAN

KOEFISIEN VARIASI PANGAN (BERAS) DI TINGKAT KONSUMEN

Harga pangan merupakan salah satu indikator yang dapat menjelaskan

kondisi ketahanan pangan suatu wilayah. Pengamatan terhadap kondisi harga

bahan pangan dapat berguna untuk berbagai hal seperti ketersediaan pasokan,

permintaan, kelancaran distribusi pangan, kondisi perdagangan di pasar

internasional, dampak implementasi kebijakan pemerintah, daya beli

masyarakat, kesejahteraan petani/produsen, dsb. Dengan menganalisis

informasi harga pangan, akan dapat dirumuskan kebijakan-kebijakan yang

diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan harga dan

ketahanan pangan.

Realisasi pencapaian target sasaran stabilnya harga bahan pangan pokok di tingkat

produsen dan konsumen, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 29. Target dan Realisasi Capaian Indikator Harga Bahan Pangan Pokok di

Tingkat Produsen dan Konsumen

No Indikator Kinerja Capaian

2014

Tahun 2015 Target

Akhir

Renstra

Capaian s/d

2015

terhadap

2019 (%) Target Capaian %

1.

2.

Harga Gabah

Kering Panen

(GKP)) di Tingkat

produsen

Koefisien Variasi

Pangan (beras) di

tingkat konsumen

3.557

(HPP : 3.300)

CV : 6%

≥ HPP

(3.700)

CV<10%

≥ HPP

(4.067)

CV = 6%

109,78

100

≥ HPP

CV<10%

HPP tahun

2019 belum

diketahui

100

3

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 49

Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen

Agar kebijakan dapat dirumuskan dengan tepat dan sesuai dengan

kondisi yang sebenarnya, diperlukan adanya data dan informasi harga pangan

yang akurat, tepat waktu, objektif dan konsisten, melalui rangkaian kegiatan

pemantauan, pengumpulan, kompilasi, pengolahan dan analisis data.

Mengingat besarnya implikasi ketersediaan informasi harga pangan terhadap

kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah, diperlukan upaya agar data

harga pangan dapat tersedia dan dapat digunakan sebagai acuan dalam

perumusan kebijakan.Oleh karena itu diperlukan pedoman sebagai acuan

pelaksanaan pengumpulan dan analis data harga pangan terutama bagi instansi

yang terkait dengan ketahanan pangan di daerah.

Stabilitas pasokan dan harga merupakan indikator penting yang menunjukkan kinerja

subsistem distribusi pangan. Stabilnya harga pangan sangat dipengaruhi beberapa aspek

antara lain kemampuan memproduksi bahan pangan, kelancaran arus distribusi pangan

dan pengaturan impor pangan, misalnya beras dan kedelai.

Ketidakstabilan harga pangan dapat memicu tingginya harga pangan di dalam negeri

sehingga aksesibilitas masyarakat terhadap pangan secara ekonomi akan menurun yang

pada akhirnya dapat meningkatkan angka kerawanan pangan.

Situasi harga tahun 2015 pada tingkat produsen, grosir dan eceran di Provinsi Lampung

sebagai berikut :

Tabel 30. Data Harga Tingkat Produsen, Grosir dan Eceran di Provinsi Lampung

Tahun 2015

Nama Bahan Pangan Harga Rata-Rata per Kg

Produsen Grosir Eceran Padi.Gabah - GKP

- GKPG

- GKG

4.067

4.329

5.002

-

-

-

-

-

-

Beras - Premium

- Medium

- Asalan

9.071

8.340

-

10.273

8.994

7.985

10.730

9.862

8.467

Kacang kedelai - Kering 6.268 8.661 9.862

Jagung pipilan kering - Kering 2.854 4.076 4.882

Cabe - Merah Keriting 19.019 22.639 26.022

Bawang Merah - Bawang Merah 14.676 19.039 23.392

Daging - Sapi di tingkat pemotong

- Sapi hidup tingkat peternak

- Daging sapi murni

- Ayam broiler/potong

-

-

-

-

94.905

42.404

-

27.111

-

-

108.392

29.849

Telur - Ayam ras - 18.437 20.276

Gula Pasir - Dalam Negeri/Lokal - 11.070 11.985

Minyak Goreng - - 11.365

Tepung Terigu - - 7.592

Untuk indikator Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen dilihat dari

tabel diatas menunjukkan telah mencapai target, yaitu lebih tinggi dari harga pembelian

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 50

pemerintah (HPP). Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015, Harga HPP Tahun 2015 untuk

Gabah kering Panen yaitu Rp. 3.700/kg. Berdasarkan Panel harga yang dilakukan

dihasilkan harga gabah kering panen di produsen pada tahun 2015 di Provinsi Lampung

mencapai Rp. 4.067/kg atau lebih tinggi 9,92% dari harga pembelian pemerintah (HPP).

Koefisien Variasi Pangan (Beras) di Tingkat Konsumen

Koefisien variasi (CV) merupakan suatu ukuran variasi yang dapat digunakan untuk

membandingkan suatu distribusi data yang mempunyai satuan yang berbeda atau

perbandingan antara simpangan baku dengan nilai rata-rata yang dinyatakan dengan

persentase. Dalam analisis harga koefisien variasi digunakan untuk mengetahui tingkat

kestabilan harga, jika koefisien variasi semakin kecil, maka harga tersebut semakin

stabil, bila CV tersebut lebih besar dari target CV, maka harga komoditas tersebut tidak

stabil. Kondisi kestabilan harga pangan tingkat eceran di Provinsi Lampung Tahun 2014

-2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 31. Kondisi Kestabilan Harga Pangan Tingkat Eceran tahun 2015 di

Provinsi Lampung

No. Komoditas Tahun 2015

Target CV Realisasi CV Ket.

1.

2.

3.

4.

5.

6.

7.

8.

9.

10.

11.

12.

13.

Jagung Pipilan Kering

Biji Kedelai Kering

Beras Premium

Beras Medium

Beras Termurah

Bawang merah

Cabai Merah Keriting

Gula Pasir Lokal

Daging Ayam Ras

Telur Ayam Ras

Daging Sapi Murni

Tepung Terigu

Minyak goreng

7

10

10

10

10

25

25

8

10

10

10

15

13

5

2

6

5

7

23

28

4

6

6

6

10

2

S

S

S

S

S

S

TS

S

S

S

S

S

S Keterangan :CV : Koefisien Variasi

S : Stabil

TS : Tidak Stabil

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa indikator Koefisien Variasi Pangan

(Beras) di tingkat konsumen mencapai target yaitu CV < 10%. Dari Tabel diatas dapat

diketahui bahwa pada tahun 2015 harga beras baik yang kualitas premium, medium

ataupun beras termurah dalam kondisi stabil, yang ditunjukkan dengan nilai CV < 10%.

Tabel 32. Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen dibandingkan

dengan Target Nasional dan Target Renstra Tahun 2011 - 2015

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

Target Nasional (>HPP) Rp. 2.640 Rp. 3.300 Rp. 3.300 Rp. 3.300 Rp. 3.700

Target Renstra (>HPP) Rp. 2.640 Rp.3.300 Rp. 3.300 Rp. 3.300 Rp. 3.700

Capaian Kinerja Rp. 3.010 Rp. 3.453 Rp. 3.350 Rp. 3.557 Rp. 4.067

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 51

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa harga gabah kering panen (GKP) di tingkat

produsen dari tahun 2011 – 2015 sudah diatas harga pembelian pemerintah (HPP). Dan

pencapaian koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen jika dibandingkan

dengan target nasional dan target renstra dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 33. Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen dibandingkan

dengan Target Nasional dan Target Renstra Tahun 2011 - 2015

Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015

Target Nasional CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10%

Target Renstra CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10%

Capaian Kinerja CV : 2% CV : 2% CV : 6% CV : 6%

Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung

Upaya yang dilakukan dalam mencapai target indikator harga gabah kering panen (GKP)

di tingkat produsen dan koefiisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen yaitu

melalui kegiatan :

a. Pemberdayaan Gapoktan dalam rangka stabilisasi harga pangan

b. Alur distribusi pangan

c. Pemantauan dan pengendalian mobilitas pangan

d. Pembinaan manajemen kelembagaan

Di wilayah sentra produksi pertanian khususnya padi dan jagung memiliki topografi

yang beragam, ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung sektor tersebut

(produksi, pengolahan, dan penyimpanan) bervariasi dari satu wilayah dengan wilayah

lain, waktu panen yang tidak bersamaan di beberapa wilayah, dan iklim yang kurang

mendukung pada saat tanam maupun panen raya sehingga petani, kelompok tani

maupun gabungan kelompok tani selalu dihadapkan pada berbagai masalah :

- Keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan,

pendistribusian/pemasaran

- Posisi tawar petani yanng rendah pada saat panen raya yang bersamaan dengan

datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya dengan harga rendah

kepada para pelepas uang (pedagang perantara)

- Keterbatasan akses pangan (beras) saat paceklik yang disebabkan karena tidak

memiliki cadangan pangan yang cukup.

Dampak dari ketidakberdayaan petani, poktan dan gapoktan dalam mengolah,

menyimpan dan mendistribusikan/memasarkan hasil produksinya dapat menyebabkan :

- Ketidakstabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian pada saat terjadi panen

raya

- Kekurangnya pangan pada saat musim paceklik

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 52

Guna mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh petani, kelompok tani, gapoktan di

daerah sentra produksi padi dan jagung, pemerintah melalui Kementerian pertanian cq

Badan Ketahanan Pangan, sejak tahun 2009 telah mengalokasikan dana APBN untuk

memperkuat modal dan kemampuan gapoktan sehingga mempunyai akses terhadap

pangan melalui kegiatan penguatan lembaga distribusi pangan masyarakat (Penguatan-

PLDPM). Dan melalui Dana APBD di lakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi

terhadap gapoktan PLDPM yang telah mendapat bantuan modal melalui dana APBN.

Dalam pembinaan, monitoring dan evaluasi didapatkan hasil sebagai berikut :

Kegiatan PLDPM di Provinsi Lampung telah dimulai sejak tahun 2009, dan sampai

dengan tahun 2015 ini sudah berjumlah 106 Gapoktan, total dana yang sudah

dimanfaatkan oleh gapoktan sebesar Rp. 22.800.000.000,-. Dari hasil evaluasi di

dapatkan hasil bahwa Dana PLDPM yang mengalami perkembangan berasal dari unit

distribusi/pemasaran sebesar Rp. 21.150.000.000,- dan mengalami perkembangan

sebesar 8,87% menjadi Rp. 21.388.444.193,-. Untuk kegiatan pada unit cadangan

pangan setiap gapoktan memiliki stok cadangan pangan dibutuhkan pada saat paceklik

atau pada saat tidak ada panen, saat ini total cadangan pangan berjumlah 286.145,3 kg

GKG dan setiap tahun mengalami perkembangan rata-rata 6,89% dibandingkan tahun

lalu sebesar Rp. 268.411,5 kg GKG.

Dari hasil evaluasi di ketahui beberapa permasalahan-permasalahan yang dihadapi,

antara lain :

a. Unit Distribusi/Pemasaran

- Jaringan pemasaran gapoktan belum/kurang luas, masih sebatas antar

desa/kecamatan

- Persaingan dengan tengkulak, dimana tengkulak dapat meminjamkan modal pada

saat akan tanam

- Masih ada gapoktan yang takut melakukan kegiatan transaksi yang berulang-

ulang karena takut pada saat diperiksa tidak ada gabah/beras digudang

- Masih ada petani yang nakal dalam menjual hasilnya kepada gapoktan yaitu

mencampur gabah kering dengan gabah basah

- Masih ada gapoktan yang belum memahami kegiatan tutup buku akhir tahun oleh

tim pembina

- Banyak pendamping yang tidak aktif terlibat dalam kegiatan jaringan pemasaran

gapoktan

b. Unit Cadangan Pangan

- Masih ada anggota yang sulit mengembalikan cadangan pangan dikarenakan

merasa bahwa bantuan yang diberikan tidak untuk dikembalikan

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 53

- Anggota kesulitan mengembalikan dikarenakan tidak panen/puso pada saat

pengembalian.

Dengan adanya kegiatan pemberdayaann gapoktan ini, daya beli kelompok tani

terhadap hasil produksi kelompoknya semakin meningkat karena adanya bantuan modal

dari pemerintah, Dengan semakin meningkatnya daya beli kelompok terhadap hasil

produksi kelompoknya sehingga diharapkan harga tetap stabil baik pada saat panen raya

ataupun pada saat musim paceklik dan harga bisa diatas harga pembelian pemerintah

(HPP), harga tidak lagi dipermainkan oleh tengkulak, yang biasanya pada musim panen

raya harga jual turun dan pada saat paceklik harga naik, hal ini sangat merugikan petani.

Dan diharapkan melalui kegiatan pemberdayaan gapoktan ini gabungan kelompok

tani/kelompok tani sudah mulai berorientasi ke bisnis.

Dilema yang belum teratasi dalam berproduksi bahan pangan adalah ketergantungan

pada alam (musim) dan antisipasi pemasaran . Dengan ketergantungan yang tinggi pada

ketersediaan air hujan dan pemasaran menghadapi hari-hari besar, makan sebagian

besar sentra produksi pangan mengikuti pola tanam serempak yang berarti juga

mengalami pola panen serempak. Jika panen serempak berlangsung di wilayah yang

luas, maka disebut dengan musim panen raya. Pada saat dilema panen raya, volume hasil

panen yang dijual ditingkat petani jauh melebihi permintaan , akibatnya para petani

mengahadapi harga jual yang rendah . Pada usaha tani padi, harga gabah ditingkat petani

umumnya berada di bawah Harga Pembeli Pemerintah (HPP) dan harga panen asal

temak/ikan di tingkat petani kadang-kadang berada di bawah harga biaya produksi.

Sebaliknya, pada musim paceklik ketersediam pangan di tingkat produsen (petani)

sengat rendah sehingga tingkat harga cukup tinggi. Dampak ketajaman fluktuasi tersebut

sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani, yang pada giliranya juga berdampak

pada tingginya resiko ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani. Lemahnya daya

"Tawar" petani sangat dipengaruhi oleh tersedianya modal usaha, tingkat penerapan

teknologi pasca panen , ketersediaan sarana dan prasarana pasca panen, serta kondisi

prasarana angkutan. Oleh sebab itu, karena alasan, "Cash Flow", petani pada umumnya

segera menjual basil produksinya setelah panen, tanpa melalui proses pengolahan dan

penyimpanan terlebih dahulu.

Salah satu upaya untuk mengurangi fluktuasi harga dan over suplay hasil pertanian pada

saat panen raya adalah dengan mengembangkan modal sistem "tunda jual " yang sesuai

dengan kondisi lokal spesifik . pengembangan modal sistem tunda jual di daerah sentra

produksi pangan bertujuan untuk memperkuat permodalan kelompok tani yang selama

ini masih menjadi kendala besar di Provinsi Lampung diharapkan melalui kegiatan ini

maka posisi tawar dan nilai jual produk pertanian akan meningkat. Dengan demikian,

sasaran untuk meningkatkan pendapatan petani dan ketahanan pangan daerah/rumah

tangga dapat terealisasi.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 54

Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung telah melaksanakan kegiatan

pengembangan sistem tunda jual mulai tahun 2009 sampai tahun 2014 di 7

kabupaten/kota (Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung Timur, Tanggamus ,

Pringsewu , Pesawaran, dan Kota Bandar Lampung)dengan jumlah binaan 40 poktan.

Bantuan yang diberikan setara dengan 171.832 kgGKG. Untuk kebutuhan kegiatan

ini selain diberi bantuan gabah sebagai modal perlu juga dilakukan pemberdayaan SDM

dan kemampuan manajemen kelembagaan, sehingga pada tahun 2015 ini perlu

dilaksanakan pembinaan manajemen pengelolaaan kelembagaan kelompok terhadap 40

gapoktan tundajual.Tujuan dari Kegiatan Pembinaan Manajemen Kelembagaan adalah :

a. Meningkatkan kemampuan manajemen pemasaran kelompok tani, agar posisi

tawar dan nilaijual produk petani mampu meningkatkan pendapatan keluarga .

b. Meningkatkan administrasi kelompok (pembukuan, pelaporan).

c. Meningkatkan pendapatan petani, kelompok tani melalui penguatan modal usaha

dan menumbuhkembangkanjiwa wirausaha dibidang pertanian.

Pencapaian indikator harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen dan koefisien

variasi harga pangan (beras) di tingkat konsumen pada tahun 2015 ini telah memenuhi

target, baik itu target di perjanjian kinerja, target di Renstra maupun target nasional.

Dalam pencapaian target indikator Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat Produsen

dan indikator koefisien variasi harga pangan (beras) di tingkat konsumen menemui

beberapa masalah di antaranya :

1. Ketidakstabilan harga dan rendahnya efisiensi system pemasaran hasil-hasil pangan

merupakan kondisi yang kurang kondusif bagi produsen dan konsumen pangan

khususnya pada saat panen raya, pada musim paceklik dan hari-hari besar

disebabkan karena lemahnya disiplin dan penegakan peraturan untuk menjamin siste

pemasaran yang adil dan bertanggungjawab, terbatasnya fasilitas perangkat keras

dan lunak untuk mendukung transparansi informasi pangan dan terbatasnya

kemampuan teknis petugas dan pelaku pemasaran.

2. Distribusi pangan yang tidak merata, sarana dan prasarana kurang memadai serta

terjadinya bencana alam

3. Modal yang dimiliki oleh gapoktan masih kecil sehingga sering kalah bersaing

dengan para tengkulak

4. Gapoktan belum memiliki wawasan dan keahlian dalam menjalin kemitraan, baik

dengan pihak perbankan maupun pihak swasta

5. Pola pikir anggota gapoktan belum ke arah bisnis dalam menjalankan usahanya

6. Kualitas SDM yang masih kurang

7. Gapoktan belum menguasai pembukuan sehingga rata-rata administrasi masih

berantakan

Solusi

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 55

1. Peningkatan peran pelaku usaha dalam perdagangan dan jasa pemasaran serta

pemerintah pusat maupun daerah dalam memfasilitasi prasarana umum distribusi

serta pengaturan agar proses distribusi pangan terselenggara secara teratur, adil dan

bertanggung jawab. Begitu juga peran masyarakat baik bersifat individu skala kecil,

usaha kelompok/koperasi hingga perusahaan besar dalam pengembangan usaha

distribusi di bidang jasa, pemasaran, pengangkutan, pengolahan dan penyimpanan

perlu terus di tinngkatkan

2. Koordinasi dalam perumusan kebijakan distribusi pangan, penyempurnaan program

dan kegiatan dalam pengembangan sistem distribusi melalui peningkatan

pemantauan dan analisa harga pangan serta pengembangan kelembagaan distribusi

pangan masyarakat serta peningkatan akses pangan.

3. Pendampingan ke Gapoktan dalam menyusun pembukuan dan menjalin kemitraan

agar usahanya lebih berkembang

4. Merubah pola pikir anggota gapoktan agar berorientasi kea rah bisnis melalui

pelatihan dan pendampingan

5. Meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan dan bimtek

PENINGKATAN PRODUK PANGAN SEGAR YANG TERSERTIFIKASI (%)

Target indikator peningkatan produk pangan segar yang bersertifikasi pada tahun 2015

sebesar 10% dan terealisasi 3,16% atau 31,6%. Secara rinci di sajikan pada tabel di

bawah ini :

Tabel 34.Target dan Realisasi Capaian Indikator Peningkatan Produk Pangan

Segar yang Tersertifikasi

No Indikator Kinerja Tahun 2015 Target Akhir

Renstra

Capaian s/d

2015 terhadap

2019 (%) Target Capaian %

1..

Persentase Peningkatan

Produk Pangan Segar

yang Tersertifikasi

10% 7,4%

74%

10% 74%

Realisasi pencapaian kinerja indikator peningkatan produk pangan segar yang

tersertifikasi baru mencapai 74% dari yang ditargetkan. Target renstra dan target

nasional untuk indikator peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi adlah 10%,

pada tahun 2014 peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi belum dijadikan

indikator kinerja, baru tahun 2015 dijadikan indikator. Peningkatan produk pangan segar

yang tersertifikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

2.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 56

Tabel 35. Pelaku Usaha dan Kebun yang sudah Teregister & sudah Tersertiifikasi

Tahun

Jumlah Kebun dan

lahan usaha yang

sudah Teregister

Jumlah kebun dan lahan usaha

yang sudah tersertifikasi Presentase

Tahun 2014

Tahun 2015

55

75

26

41

47,27

54,67

Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa peningkatan produk pangan segar yang

tersertifikasi dari tahun 2014 sampai tahun 2015 baru mencapai 7,4% atau 74% dari

yang ditargetkan yaitu 10%.

Upaya yang dilakukan dalam peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi yaitu

dengan cara merubah pola pikir petani dengan cara sosiallisasi atau pelatihan pelatihan

dan bimbingan teknis tentang cara untuk menghasilkan produk yang aman. Dalam

upaya meningkatkan daya saing produk agribisnis dalam perdagangan domestik dan

internasional, penerapan sistem jaminan/manajemen mutu dan keamanan pangan produk

(food safety) agribisnis terutama untuk produk segar adalah sanngat penting dan menjadi

satu keharusan, sehingga Petani/pelaku usaha dituntut menjalankan proses produksi

yang baik, yang berujung pada penerapan Hazard analysis critical control point

(HACCP), selain hal tersebut, untuk dapat melakukan penanganan keamanan pangan

segar dengan benar diperlukan pengenalan teknologi penanganan keamanan pangan

segar sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pengawasan dan pembinaan. Bentuk

jaminan mutu produk hasil pertanian adalah sertifikasi jaminan mutu dan atau label yang

menyatakan kesesuaian produk terhadap standar nasional Indonesia (SNI) atau standar

lain yang diacu. Untuk mendapatkan sertifkat jaminan mutu dan keamanan pangan,

petani/pelaku usaha harus menerapkan system jaminan mutu dan mengajukan

permohonan sertifikat ke lembaga sertifikasi terkait seperti Otoritas Kompeten

Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) yang ada di Badan Ketahanan Pangan Daerah

Provinsi Lampung.

Dalam pencapaian target indikator peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi

sebesar 10% ini agak mengalami kesulitan dikarenakan beberapa faktor, yaitu :

1. Dari segi pelaku usaha

Dari pelaku usaha ini masih banyak pelaku usaha yang belum memahami tentang

tata cara pengajuan sertifikasi baik sertifikasi prima 3 maupun prima 2 dan belum

memahami nilai tambah yang akan diperoleh atas produk yang sudah

bersertifikat/teregistrasi sehingga perlu kerja keras dari OKKP-D untuk

mensosialisasikan tata cara pengajuan sertifikat/registrasi dan merubah pola pikir

petani/pelaku usaha untuk menghasilkan produk yang aman yang mungkin selam ini

kurang dipahami dan kurang diperhatikan

2. Dari segi konsumen

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 57

Belum adanya tuntutan dari konsumen agar produk memilliki sertifikasi sehingga

pelaku usaha belum begitu memperhatikan dan menganggap penting sertifikat

untuk produk pangan segar asal tumbuhan yang dihasilkannya.

3. Dari segi pasar

Pasar belum menghargai sertifikat/registrasi yang dimiliki oleh petani/pelaku usaha,

dipasaran harga produk pertanian baik yang bersertifikat maupun yang tidak

memiliki sertifikat tidak ada bedanya, hal ini menjadi salah satu sebab petani

enggan untuk mengajukan sertifikasi atas produk pangan segar yang dihasilkannya.

Menghadapi kendala – kendala dilapangan seperti ini maka UPT melakukan bebrapa

upaya, diantaranya yaitu melakukan bimbingan teknis tentang penerapan mutu dan

keamanan pangan, melakukan surveilen terhadap produk yang sudah memiliki sertifikat

agar tetap konsisten menerapkan mutu dan keamanan pangan dalam budidaya produk

pangan segarnya, melakukan sosialisasi tentang manfaat sertifikasi dan registrasi

produknya, dan juga melakukan pameran untuk produk produk yang sudah disertifikasi

dan registrasi agar lebih dikenal di masyarakat sehingga akan menaikkan nilai jualnya.

Masalah yang dihadapi dalam pencapaian indikator peningkatan produk pangan segar

yang tersertifikasi, antara lain :

1. Konsumen belum menuntut produk yang bersertifikat maupun yang teregister

2. Petani/pelaku usaha belum memahami nilai tambah yang dapat diperoleh atas

produk yang telah bersertifikat/teregister

3. Sistem pemasaran belum menghargai mutu (sertifikasiregistrasi yang dimiliki oleh

petani/pelaku usaha)

4. Pasar modern belum menuntut produk segar yang bersertifikat/teregistrasi

Solusi pemecahan masalah sebagai berikut :

1. Melakukan edukasi konsumen (retailer, supplier, dan konsumen akhir) untuk lebih

menghargai mutu dan keamanan pangan melalui berbagai media massa secara

intensif

2. Melakukan rintisan kerjasama dengan supplier, pasar modern, eksportir dalam hal

pemasaran produk segar bersertifikat/teregistrasi

3. Memperkuat infrastruktur penerapan dan sertifikasi/registrasi

4. Meningkatkan kepedulian stakeholder tentang pentingnya sertifikasi/registrasi

dalam rangka peningkatan keamanan, mutu dan daya saing produk hortikultura.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 58

PERSENTASE MENINGKATNYA KEAMANAN PANGAN SEGAR

Untuk mendukung kebijaksanaan pusat, Pemerintah Provinsi Lampung telah

menerbitkan Peraturan Gubernur Lampung No. 36 Tahun 2013 tentang Sistem

Keamanan Terpadu Provinsi Lampung dan adanya Surat Keputusan Gubernur Lampung

No. G/564/II.06/HK/2015, tanggal 2 Desember 2015 tentang Pembentukan Tim

Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan Daerah Provinsi Lampung merupakan revisi dari

Surat Keputusan Gubernur Lampung Nomor G/744/II.05/HK/2013 tanggal 30

September 2013 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan

Daerah Provinsi Lampung dengan menambahkan tim pelaksana pengawasan terhadap

bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan. Penanganan Keamanan Pangan

Segar dilakukan melalui Pemantauan dan Pengawasan oleh Petugas Badan Ketahanan

Pangan Daerah Provinsi Lampung bersama sama dengan Tim Jejaring Keamanan

Pangan Daerah Provinsi Lampung.

Realisasi pencapaian sasaran meningkatnya pengawasan mutu dan keamanan pangan

segar, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 36. Target dan Realisasi Capaian Indikator Persentase Tingkat Keamanan

Pangan Segar yang Diuji (%)

No Indikator Kinerja Capaian

2014

Tahun 2015

Target Akhir

Renstra

Capaian

s/d 2015

terhadap

2019 (%) Target Capaian %

1.

Persentase Tingkat

Keamanan Pangan

Segar (Uji Lab)

80,43% 80% (dibawah

ambang batas)

91,39% 114,24

80% (dibawah

ambang batas)

114,24

Dalam rangka pengawasan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung, pada tahun

2015 tim koordinasi jejaring keamanan pangan daerah Provinsi Lampung melakukan

inspeksi mendadak (SIDAK) ke pasar tradisional dan pasar modern. Sidak dilaksanakan

dalam rangka hari besar keagamaan yaitu menjelang hari raya idul fitri 1436 H serta

menjelang hari raya natal tahun 2015 serta saat adanya issue ketidakamanan pangan

yang beredar di masyarakat.

Dari hasil pengawasan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung, di dapatkan hasil

tingkat keamanan pangan segar di Provinsi lampung mencapai 91,39% dari target 80%.

Meskipun dari uji cepat dan uji laboratorium menunjukkan ada beberapa sampel yang

mengandung bahan berbahaya seperti Formalin, borak, residu pestisida dan lain lain tapi

kadarnya masih di bawah ambang batas, sehingga masih aman untuk di konsumsi.

Indikator keamanan pangan segar (uji lab) pada tahun 2015 Badan Ketahanan Pangan

Daerah menargetkan 80% dan terealisasi 91,39%. Upaya Badan Ketahanan Pangan

3.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 59

Daerah Provinsi Lampung dalam mewujudkan keamanan pangan segar antara lain

melalui kegiatan :

a. Bimtek mutu dan keamanan pangan

b. Pemantauan, pengawasan dan pengendalian mutu keamanan pangan segar

c. Peningkatan, penerapan standar mutu BMR (Batas Maksimum Residu)

d. Pengembangan jejaring keamanan pangan dan promosi keamanan pangan segar

Masalah keamanan pangan tidak dapat diselesaikan oleh satu institusi saja, tetapi

merupakan tugas bersama antara institusi dan stake holder dengan membentuk jejaring

kerja (Networking) yang berjalan secara efektif dan efisien. Keamanan pangan menjadi

sangat penting mengingat bahwa pada saat ini tuntutan akan mutu dan keamanan pangan

oleh masyarakat dan dunia semakin tinggi.

Permasalahan dalam penanganan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung pada

tahun 2015 ini adalah terbatasnya SDM dalam penanganan keamanan pangan, masih

rendahnya kesadaran masyarakat (produsen/petani/pedagang/konsumen) tentang

keamanan pangan, kurangnya monitoring yang terintegrasi antara instansi yang

berwenang. Dari permasalahan tersebut tindak lanjut yang diharapkan berupa pengadaan

pelatihan atau bimtek untuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas petugas pengawas

serta meningkatkan sarana dan prasarana penunjang pengawas keamanan pangan,

koordinasi dan sinkronisasi dalam wadah jejaring keamanan pangan serta menggiatkan

sosialisasi dan promosi keamanan pangan secara berkesinambungan. Jejaring keamanan

pangan daerah menjadi kunci kesuksesan program keamanan pangan di daerah, oleh

karena itu memerlukan upaya penguatan berupa penguatan aspek legalitas, mengaktivasi

fungsi-fungsi jejaring keamanan pangan daerah (JKPD) dan mengintegrasikan program

yang ada di daerah.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 60

TABEL 37. REKAP HASIL UJI CEPAT ( FORMALIN, BORAKS, METHYL YELLOW, PESTISIDADAN RHODAMIN B DAN UJI LABORATORIUM PROV. LAMPUNG TH. 2015

No. Kabupaten Jenis uji

Jumlah

Sampel yang

Diuji

Hasil Uji Jumlah

Komoditi

Asal Komoditi

Negatif

Positif

Terdeteksi

Aman

dikonsumsi

1 Lampung Barat Formalin 5 5 0 4 Buah dan Sayur Pasar Liwa dan Pasar Hamtobio

Pestisida**) 11 9 2 11 Buah dan Sayur Pasar Liwa dan Pasar Hamtobio

2 Pringsewu Formalin 13 12 1 12 Buah dan Sayur Pagelaran, Pasar Pringsewu dan Pasar Gading Rejo

Rhodamin B 1 0 1 0 Buah dan Sayur Pasar Gading Rejo

Pestisida**) 20 14 6 19 Buah dan Sayur Pagelaran, Pasar Pringsewu dan Pasar Gading Rejo

3 Tanggamus Formalin 5 4 1 4 Buah dan Sayur Sumberrejo dan Pasar Talang Padang

Pestisida**) 16 13 3 15 Buah dan Sayur Sumberrejo dan Pasar Talang Padang

4 Pesawaran Formalin 5 5 0 5 Buah dan Sayur Pasar Wiyono, Tegineneng, dan Pasar Gedong Tataan

Pestisida**) 21 19 2 20 Buah dan Sayur Pasar Wiyono, Tegineneng, dan Pasar Gedong Tataan

5 Tulang Bawang Formalin 4 4 0 4 Buah dan Sayur Pasar Menggala

Pestisida**) 5 4 1 5 Buah dan Sayur Pasar Menggala

6 Metro Formalin 10 9 1 9 Buah dan Sayur Pasar Tejo Agung

Pestisida**) 3 2 1 2 Buah dan Sayur Pasar Tejo Agung

7 Bandar Lampung Formalin*) 16 13 3 13 Buah dan Sayur Pasar tradisional dan pasar modern Bandar Lmpung

Bktr Listeria m***) 2 0 2 0

Apel Gala Royal,

Granny Smith Hypermart Bandar Lampung

8 Lampung Timur Formalin 10 10 0 10 Buah dan Sayur Pasar Pekalongan dan Pasar Batang Hari

Rhodamin B 1 1 0 1 Buah dan Sayur Pasar Pekalongan dan Pasar Batang Hari

Pestisida**) 3 2 1 3 Buah dan Sayur Pasar Pekalongan dan Pasar Batang Hari

9 Lampung Selatan Formalin*) 6 3 2 3 Buah dan Sayur Desa Pancasila dan Pasar Natar

Pestisida**) 6 4 2 6 Buah dan Sayur Desa Pancasila dan Pasar Natar

10 Lampung Tengah Formalin 7 7 0 7 Buah dan sayur Desa Karang Endah dan Pasar Bandar Jaya

Pestisida**) 7 5 2 7 Sayuran dan Buah Desa Karang Endah dan Pasar Bandar Jaya

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 61

11 Lampung Utara Pestisida**) 10 5 5 9 Buah dan Sayur Pasar Pagi Lampung Utara

Formalin 0 0 0 0 Sayuran dan Buah Pasar Pagi dan Pasar Buah Stasiun Kotabumi

12 Way Kanan Formalin 3 3 0 3 sayuran dan Buah Pasar Baradatu

Pestisida**) 7 5 2 7 Buah dan Sayur Pasar Baradatu

13 Tulang Bawang Barat Pestisida**) 11 10 1 11 Buah dan Sayur Pasar Panaragan Jaya

Formalin 6 6 0 6 Sayuran dan Buah Pasar Panaragan Jaya

14 Mesuji Pestisida**) 8 7 1 7 Sayuran dan Buah Pasar Brabasan

Formalin 9 8 1 8 Sayuran dan Buah Pasar Brabasan

15 Pesisir Barat Pestisida**) 8 6 2 8 Sayuran dan Buah Pasar Way Batu Krui

Formalin 5 4 1 4 Sayuran dan Buah Pasar Way Batu Krui

Jumlah 244 199 44 223

Persentase (%) 100 81,56 18,03 91,39

Ket;

*) Telah dilakukan Uji Lab.terhadap anggur, hasil positif formalin

**) Telah dilakukan uji Laboraturium pestisida, hasilnya beberapa komoditi positif terdeteksi pestisida, namum masih dibawah batas maksimum residu (BMR) (Masih aman untuk dikonsumsi)

***) Telah dilakukan uji Lab bakteri Listeria monocitogenes, hasilnya positif

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 62

Permasalahan :

1. Terbatasnya SDM dalam penanganan keamanan pangan

2. Masih rendahnya kesadaran masyarakat (produsen/petani/pedagang/konsumen)

tentang keamanan pangan

3. Kurangnya monitoring yang terintegrasi antara instansi yang berwenang.

4. Belum tersedianya laboratorium pengujian mutu dan keamanan pangan

Solusi :

Beberapa solusi dalam menangani permasalahan keamanan pangan segar di Provinsi

Lampung, Badan Ketahanan pangan Daerah, antara lain :

1. Penguatan kelembagaan keamanan pangan segar termasuk penguatan SDM

2. Pengawasan keamanan pangan segar, termasuk pengambilan sampel keamanan

pangan segar

3. Promosi dan sosialisasi keamanan pangan segar

4. Penguatan koordinasi lintas sektor, baik instansi pemerintah daerah maupun vertical

yang terkait dengan penanganan keamanan pangan dengan membentuk tim

koordinasi jejaring keamanan pangan daerah

5. Dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka penanganan mutu dan

keamanan pangan baik dari segi aturan maupun sarana pendukung seperti

pembangunan sarana dan prasarana untuk laboratorium.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 63

3.3 Realisasi Anggaran Kinerja Tahun 2015

Penyerapan anggaran belanja langsung pada tahun 2015 sebesar 63,67% dari total yang

dianggaran yang di alokasikan. Jika dilihat dari realisasi anggaran per sasaran

penyerapan anggaran terbesar pada program/kegiatan di sasaran tingkat keamanan

pangan segar yang di uji (97,39%). Sedangkan penyerapan terkecil pada

program/kegiatan di sasaran peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi

(27,75%).

Efisiensi anggaran menunjukkan bagaimana sasaran dengan indikator yang dirumuskan

telah berhasil dicapai dengan memanfaatkan sumber daya/input tertentu. Semakin tinggi

jumlah sumber daya yang dikeluarkan untuk mencapai keluaran tertentu, maka

efisiensinya akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah sumber daya

yang dihabiskan untuk mencapai sasaran, maka efisiensi anggarannya akan semakin

tinggi.

Pencapaian kinerja dan anggaran pada tahun 2015 secara umum menunjukkan tingkat

efisiensi anggaran yang sangat tinggi.Hal ini bisa dilihat bahwa mayoritas dari seluruh

indikator menunjukkan realisasi anggarannya lebih kecil daripada realisasi kinerjanya.

Ini bisa bermakna bahwa secara umum, pencapaian kinerja dari aspek program telah

dicapai dengan cara yang efisien karena realisasi anggaran lebih kecil daripada yang

ditargetkan dan juga lebih kecil daripada realisasi capaian kinerjanya.

Memang terdapat indikator yang realisasinya lebih rendah daripada realisasi

anggarannya, seperti indikator penurunan jumlah penduduk rawan pangan, yang realisasi

anggarannya mencapai82,68% namun realisasi kinerjanya baru mencapai 68%, untuk

indikator semacam ini, perlu mengkaji lebih jauh factor apa sajakah yang menyumbang

kepada situasi diatas, seperti menguji seberapa baik koordinasi dan sinergi dengan

stakeholder telah terbangun untuk menjawab persoalan kerawanan pangan karena faktor

kemiskinan, karena masalah kemiskinan tidak bisa diatasi oleh satu instansi saja tapi

harus melibatkan lintas sektor. Selain itu juga perlu mengidentifikasi, bagaimana

membuat efisiensi anggaran bisa ditingkatkan menjadi lebih baik.

Anggaran dan realisasi belanja langsung tahun 2015 yang dialokasikan untuk membiayai

program/kegiatan dalam pencapaian indikator pembangunan di sajikan dalam tabel

berikut :

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 64

Tabel 38. Pencapaian Kinerja dan anggaran

Sasaran Indikator Kinerja Anggaran

Target Realisasi % Realisasi Target Realisasi % Realisasi

Terpenuhinya kebutuhan

konsumsi pangan yang

beragam, bergizi,

seimbang dan aman untuk

memenuhi kebutuhan

energi per kapita

1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Konsumsi

2. Jumlah Konsumsi Energi

3. Jumlah Konsumsi Protein

4. Skor Pola Pangan Harapan (PPH)

Ketersediaan

84,1

2.004

56,1

87,52

84,1

2.052

53,25

70,31

100

102,4

94,92

80,34

827.442.000

770.961.100

93,17

5. Persentase Penurunan Jumlah

Penduduk Rawan Pangan

1 0,68 68 559.604.500 462.663.100 82,68

6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di

Tingkat

7. Coefisien Variasi Pangan (beras) di

Tingkat Konsumen

HPP ≤

(HPP : 3.700)

CV<10%

4.067

6 %

109,92

100

327.860.000

317.494.200

96,84

8. Persentase Peningkatan Produk

Pangan Segar yang Tersertifikasi

10 % 7,4 % 74 % 2.855.514.000

792.334.750

27,75

9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan

Segar yang di Uji

80%

91,39 114,24 417.894.000

406.983.000

97,39

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 65

3.4 Analisis Efisiensi

Bagian yang disajikan dalam tabel ini terkait dengan efisiensi anggaran untuk indikator

yang pencapaian kinerjanya mencapai atau lebih dari 100%, terlihat bahwa dari 9

indikator menunjukkan pencapaian yang sama atau lebih dari 100%, yaitu sebanyak 5

indikator, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel dibawah ini, sebagai contoh Skor Pola

Pangan Harapan dengan realisasi anggaran sebesar 93,17 dari total anggaran telah

mencapai kinerja 100%, Indikator peningkatan keamanan pangan segar yang diuji

dengan realisasi anggaran 97,39% telah mencapai kinerja 114,24%.

Banyaknya indikator yang berhasil dicapai dengan sumber daya yang efisien

menunjukkan bahwa efisiensi anggaran telah mencapai tingkat yang tinggi.Kondisi ini

sejalan dengan prinsip pengelolaan anggaran public dan lebih jauh, juga sejalan dengan

prinsip pemerintahan yang baik, yang salah satunya adalah pengelolaan sumber daya

anggaran yang efisien dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan.

Tabel 39. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya

Sasaran

Strategis Indikator

% Capaian

Kinerja

% Penyerapan

Anggaran

Tingkat

Efisiensi

Terpenuhinya

kebutuhan

konsumsi

pangan yang

beragam,

bergizi,

seimbang dan

aman untuk

memenuhi

kebutuhan

energi per

kapita

1. Skor Pola Pangan

Harapan (PPH)

Konsumsi

2. Jumlah Konsumsi

Energi

3. Harga Gabah

Kering Panen

(GKP) di Tingkat

4. Coefisien Variasi

Pangan (beras) di

Tingkat Konsumen

5. Persentase Tingkat

Keamanan Pangan

Segar yang di Uji

100

102,4

109,92

100

114,24

93,17

93,17

96,84

96,84

97,39

6,83

6,83

3,16

3,16

2,61

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 66

BAB IV PENUTUP

Laporan Kinerja (LKj) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung telah

memaparkan sasaran dan indikator yang ada pada perencanaan strategis untuk

mengetahui keberhasilan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya.

Selama ini keberhasilan suatu instansi pemerintah lebih ditekankan kepada

kemampuan instansi dalam menyerap sumber daya keuangan. Melalui

pengukuran kinerja yang terdapat dalam LKj, maka keberhasilan suatu instansi

pemerintah akan lebih dilihat dari kemampuan instansi tersebut berdasarkan

sumberdaya yang dikelolanya untuk mencapai hasil sesuai dengan rencana yang

telah dituangkan dalam perencanaan strategis.

Berdasarkan hasil pengukuran dan evaluasi kinerja yang dilakukan terhadap

kinerja Badan Ketahanan Pangan daerah Provinsi Lampung dalam

merealisasikan visi, misi, tujuan dan sasaran yang tertuang dalam Rencana

Strategis, dengan cara mempertimbangkan nilai indikator kinerja masukan

(input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (Benefit) dan dampak

(impact), maka nilai capaian kinerja Badan ketahanan Pangan Daerah Provinsi

Lampung pada tahun anggaran 2015 sebesar 77,78%. Menurut skala

pengukuran ordinal, maka nilai capaian kinerja tersebut dapat dikategorikan

Baik dan Berhasil.

Demikian Laporan Kinerja Instansi (LKj) Badan Ketahanan Pangan daerah

Provinsi Lampung ini disusun, dengan harapan dapat memberikan umpan balik

bagi seluruh aparat yang ada pada Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi

Lampung agar dapat lebih meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang.

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 67

LAMPIRAN

Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 68

Survey LapangandalamrangkaSertifikasi Prima 3

Buah Naga yang SudahTersertifikasi

SIDAK PASAR DALAM RANGKA PEMANTAUAN KEAMANAN PANG

SIDAK PASAR TRADISIONAL DALAM RANGKA PEMANTAUAN KEAMANAN PANGAN

OPTIMALISASI PEMANFAATAN PEKARANGAN MELALUI KRPL

(KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI)

PENYERAHAN ALAT PENEPUNG UNTUK KWT

LOMBA CIPTA MENU

SOSIALISASI MAKANAN B2SA KE ANAK ANAK SD

TARGET REALISASI % REALISASI TARGET REALISASI % REALISASI

1 3 4 5 6 7 8

Terpenuhinya Kebutuhan 1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi 84,1 84,1 100

Konsumsi Pangan yang

Beragam, bergizi, seimbang dan 2. Jumlah Konsumsi Energi 2.004 2.052 102,4

aman untuk memenuhi

kecukupan energi per kapita 3. Jumlah Konsumsi Protein 56,1 53,25 94,92

4. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 87,52 70,31 80,34

a. Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi 4 SD, 112 KWT/ 4 SD, 112 KWT/ 100% 108.480.000 78.980.800 72,81

Pangan 14 Kab/Kota 14 Kab/Kota

b. Lomba Cipta Menu Tingkat Provinsi dan Nasional 2 kali 2 kali 100% 83.062.000 82.412.900 99,22

c. Promosi Pangan Segar dan Olahan 1 kali 1 kai 100% 200.000.000 198.453.500 99,23

d. Hari Pangan Sedunia TK. Provinsi dan TK. Nasional 2 kali 2 kali 100% 300.000.000 277.097.500 92,37

e. Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan 1 Tahun 1 Tahun 100% 38.050.000 37.437.300 98,39

f. Pengembangan Usaha Pangan Lokal 35 KWT 35 KWT 100% 97.850.000 96.579.100 98,70

a. Pengembangan Desa Mandiri Pangan 97 Desa 97 Desa 100% 119.000.000 118.571.400 99,64

559.604.500

SASARAN INDIKATOR/KEGIATANKINERJA ANGGARAN

2

827.442.000 770.961.100 93,17

5. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan 1 0,68 68

TABEL PENCAPAIAN KINERJA DAN ANGGARAN TAHUN 2015

462.663.100 82,68

TARGET REALISASI % REALISASI TARGET REALISASI % REALISASI

1 3 4 5 6 7 8

SASARAN INDIKATOR/KEGIATANKINERJA ANGGARAN

2

827.442.000 770.961.100 93,17

4 Kawasan 4 Kawasan

b. Analisa dan Pemantauan SKPG dan PDRP 15 Kab/Kota 15 KabKota 100% 84.934.500 84.847.200 99,90

c. Pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah 10,483 Ton 0 0% 133.203.000 38.627.000 29,00

Daerah

d. Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat 5 lumbung 5 lumbung 100% 133.187.000 131.621.900 98,82

e. Analisa dan Penyusunan Peta Ketahanan Pangan 1 Buah 1 Buah 100% 61.000.000 60.789.200 99,65

dan Kerentanan Pangan

f. Akses Pangan 1 dokumen 1 dokumen 100% 28.280.000 28.206.400 99,74

6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen HPP ≤ 4.067 109,92

HPP = Rp. 3.700

7. Coefisien Variasi Pangan (beras) Tingkat Konsumen CV < 10% CV = 6% 100

a. Pemberdayaan Gapoktan dalam rangka Stabilisasi 77 Gapoktan 77 Gapoktan 100% 126.720.000 126.232.400 99,62

Harga Pangan

b. Alur Distribusi Pangan - - 1.140.000 1.140.000 100,00

c. Pengembangan dan Pengendalian Mobilitas Pangan 5 Kab/Kota 5 Kab/Kota 100% 100.000.000 91.649.000 91,65

d. Pembinaan Manajemen Kelembagaan 40 Gapoktan 40 Gapoktan 100% 100.000.000 98.472.800 98,47

a. Operasional Pengawasan Mutu dan Keamanan 12 Bulan 12 Bulan 100% 84.621.000 84.508.100 99,87

Pangan OKKPD

8.Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang

Tersertifikasi10% 7,40% 74% 2.855.514.000 792.334.750

327.860.000 317.494.200 96,84

27,75

TARGET REALISASI % REALISASI TARGET REALISASI % REALISASI

1 3 4 5 6 7 8

SASARAN INDIKATOR/KEGIATANKINERJA ANGGARAN

2

827.442.000 770.961.100 93,17

b. Surveilen dan Pengawasan Produk Hasil Pertanian 6 Kab/Kota 6 Kab/Kota 100% 88.025.000 87.656.650 99,58

yang sudah Sertifikasi/Regristrasi/Produk yang

Beredar

c. Penyempurnaan Dokumen Sistem Mutu Mengacu 7 Dokumen 7 Dokumen 100% 15.103.000 15.103.000 100,00

pada ISO/IEC 17065

d. Sertifikasi, Regristrasi Produk Labelisasi Prima 3 40 Sertifikat 40 Sertifikat 100 140.666.000 140.321.200 99,75

Mendukung Terminal Agrobisnis

e. Audit Internal 20 Orang 20 Orang 100 54.449.000 54.449.000 100,00

e. Promosi Produk Unggulan Lampung yang sudah 2 Kali 2 Kali 100 66.951.000 66.316.700 99,05

Sertifikas/Regristrasi

f. Bimtek Penerapan Mutu dan Keamanan Pangan 1 Kali 1 Kali 100 24.899.000 24.685.100 99,14

Hasil Pertanian di Lokasi Sentra

g. Kajian Pengembangan Pangan Segar yang Bermutu 6 KabKota 6 Kab/Kota 100 80.800.000 80.735.000 99,92

dan Bersertifikat

h. Pembangunan Gedung Kantor dan Laboratorium 1 Unit - 15 2.300.000.000 238.560.000 10,37

Pengujian Mutu dan Sarana Prasarana OKKPD

Provinsi Lampung

a. Bimtek Mutu dan Keamanan Pangan 1 Kali 1 Kali 100 60.332.000 59.077.000 97,92

b. Pemantauan, Pengawasan dan Pengendalian 8 Kab/Kota 10 Kab/Kota 125 126.337.000 125.014.000 98,95

Mutu Keamanan Pangan Segar

c. Peningkatan Penerapan Standar BMR (Batas 12 Kab/Kota 12 KabKota 100 67.820.000 66.712.000 98,37

Maksimum Residu)

9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan yang di Uji 80% 91,39 114,24 417.894.000 406.983.000 97,39

TARGET REALISASI % REALISASI TARGET REALISASI % REALISASI

1 3 4 5 6 7 8

SASARAN INDIKATOR/KEGIATANKINERJA ANGGARAN

2

827.442.000 770.961.100 93,17

d. Pengembangan Jejaring Keamanan Pangan dan 15 Kab/Kota 15 Kab/Kota 100 163.405.000 156.180.000 95,58

Promosi Keamanan Pangan Segar