LAPORAN KINERJA (LKJ) BADAN KETAHANAN PANGAN … filetahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian...
Transcript of LAPORAN KINERJA (LKJ) BADAN KETAHANAN PANGAN … filetahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian...
LAPORAN KINERJA (LKJ) BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH
TAHUN ANGGARAN 2015
BADAN KETAHANAN PANGAN DAERAH PEMERINTAH PROVINSI LAMPUNG
KATA PENGANTAR
Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung ini merupakan
perwujudan pertanggungjawaban atas kinerja pencapaian tujuan dan sasaran
strategis. Laporan Kinerja tahun 2015 merupakan laporan tahun pertama pelaksanaan
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2015 – 2019.
Penyusunan Laporan Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah mengacu pada
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah, Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 53
tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata
Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.
Laporan Kinerja ini merupakan bentuk akuntabilitas dari pelaksanaan tugas yang
berfungsi, antara lain sebagai alat penilai kinerja secara kuantitatif, merupakan wujud
akuntabilitas pelaksanaan tugas dan fungsi Badan Ketahanan Pangan Daerah provinsi
Lampung menuju terwujudnya Good Govermance dan sebagai wujud transparansi
serta pertanggungjawaban kepada masyarakat disatu sisi dan di sisi lain merupakan
alat kendali dan alat pemacu peningkatan kinerja di setiap bidang lingkup Badan
Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung.
Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung diukur atas dasar
penilaian indikator kinerja utama (IKU) yang merupakan indikator keberhasilan
pencapaian tujuan dan sasaran strategis sebagaimana telah ditetapkan dalam
Penetapan Kinerja Perubahan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung
Tahun 2015. Secara umum capaian kinerja sasaran telah sesuai dengan rencana yang
telah ditetapkan, meskipun beberapa sasaran belum menunjukkan capaian sesuai
target. Berdasarkan analisis dan evaluasi obyektif yang disampaikan melalui Laporan
Kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015 ini,
diharapkan dapat terjadi optimalisasi dari peningkatan efisiensi, efektivitas dan
produktivitas kinerja seluruh pejabat dan pelaksana di Badan Ketahanan Pangan
Daerah pada tahun-tahun selanjutnya, sehingga dapat mendukung Kinerja Badan
Ketahanan Pangan Daerah dalam mewujudkan Good Govermance dan Clean
Government.
Bandar Lampung, Februari 2016
Kepala Badan,
Ir. KUSNARDI, M.Agr.Ec Pembina Utama Muda
19631123 198803 1 005 ii
RINGKASAN EKSEKUTIF
Sesuai dengan Rencana Kinerja Tahun 2015 Badan Ketahanan Pangan Daerah
Provinsi Lampung menetapkan 1 sasaran strategis dengan 9 indikator. Selanjutnya
sasaran strategis tersebut diwujudkan dalam 5 (lima) program dan 48 (Empat Puluh
Delapan) kegiatan yang dibiayai dengan dana APBD Tahun 2015. Secara
keseluruhan dapat diinformasikan bahwa capaian kinerja sasaran strategis yang
ditetapkan rata-rata mencapai 77,78%. Dengan demikian tugas yang diamanatkan di
dalam Rencana Strategis dapat dilaksanakan dengan baik.Sehingga secara ke
seluruhan tercapainya target-target pembangunan tadi menggambarkan adanya
komitmen yang kuat dari unsur pimpinan maupun staf Badan Ketahanan Pangan
Daerah Provinsi Lampung dalam melaksan akan tugas pokok dan fungsinya.
Capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015,
pada penurunan persentase jumlah penduduk miskin mencapai 0,68% hal ini berarti
kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah tahun 2015 tidak mencapai target (1%),
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 70,31 belum mencapai target 87,52,
Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen sudah melebihi target yaitu
Rp. 4.067 dari target Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp. 3.700,-,
Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen telah mencapai target,
Coefisien Variabel (CV) dari hasil pemantauan telah mencapai 6% dari target CV <
10%, Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi telah mencapai target yaitu 84,1
dari target 84,1, konsumsi energi 2.052 kkal/kapita/hari, hal ini berarti sudah
melebihi target (2.004kkal/kapita/hari) dan konsumsi protein belum mencapai target
56,4 gr/kapita/hari terealisasi 53,25 gr/kapita/hari, untuk PPH konsumsi, konsumsi
energi dan konsumsi protein menggunakan angka sementara, karena angka tetap baru
akan diketahui nanti sekitar bulan Mei 2016, untuk Peningkatan Produk Pangan
Segar yang Tersertifikasi mencapai 7,4% dari target 10%, dan Tingkat Keamanan
Pangan Segar yang di Uji telah melebihi target 80% (dibawah ambang batas)
terealisasi 91,39. Secara ringkas seluruh capaian kinerja tersebut diatas telah
memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi Badan Ketahanan Pangan Daerah
Provinsi Lampung untuk meningkatkan kinerja dimasa-masa yang akan datang.
Capaian kinerja tersebut merupakan hasil dari upaya–upaya dan langkah-langkah
yang dirumuskan sebagai strategi pemecahan masalah yang selama ini ditemui.
Tentunya upaya-upaya tersebut akan dimodifikasi sesuai dengan perkembangan
situasi dan kondisi serta kemampuan sumber daya yang dimiliki guna pencapaian
kinerja yang lebih tinggi ditahun berikutnya guna mewujudkan visi Gubernur
Lampung “Lampung Maju Sejahtera 2019”.
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ii
IKHTISAR EKSEKUTIF ..................................................................................... iii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ viii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Maksud dan Tujuan ...................................................................... 2
1.3 Tugas Pokok dan Fungsi BKPD .................................................. 2
1.4 Struktur Organisasi BKPD ........................................................... 4
1.5 Isu Strategis/Permasalahan SKPD ................................................ 4
BAB II. PERENCANAAN KINERJA ............................................................... 5
2.1 Rencana Strategis BKPD 2015-2019 ........................................... 5
2.2 Perjanjian Kinerja Perubahan Tahun 2015 .................................. 11
BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA ............................................................ 15
3.1 Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2015 ............................. 16
3.2 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja ......................................... 19
3.3 Realisasi Anggaran Kinerja Tahun 2015 ...................................... 63
3.4 Analisis Efisiensi .......................................................................... 65
BAB IV. PENUTUP ........................................................................................... 66
LAMPIRAN-LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Hubungan antara Misi, Tujuan dan Indikator Tujuan ................... 6
Tabel 2. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Target Kinerja ............... 7
Tabel 3. Program Tahun 2015 untuk Mendukung Pencapaian Sasaran
Strategis ........................................................................................ 9
Tabel 4. Sasaran Pembangunan Bidang Ketahanan Pangan di Provinsi
Lampung Taun 2015...................................................................... 10
Tabel 5. Perjanjian Kinerja Perubahan Badan Ketahanan Pangan Daerah
Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2015 .................................... 10
Tabel 6. Rencana Belanja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung Tahun Anggaran 2015 ................................................... 11
Tabel 7. Alokasi Anggaran Rutin Badan Ketahanan Pangan Daeerah
Provinsi Lampung ......................................................................... 12
Tabel 8. Alokasi per Sasaran Pembangunan Tahun Anggaran 2015 .......... 12
Tabel 9. Perbandingan Antara Target dan Realisasi Capaian Kinerja Badan
Ketahanan Pangan Daerah Provins Lampung Tahun 2015 ........... 15
Tabel 10. Realisasi dan Capaian Kinerja IKU Badan Ketahanan Pangan
Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015 per Triwulan ................... 16
Tabel 11. Pencapaian Kinerja Tahun 2015 di Bandingkan dengan Target
Kinerjanya, Target RPJMD dan Perjanjian Kinerja Tahun 2016 .. 17
Tabel 12. Rencana dan Realisasi Capaian Sasaran Terpenuhinya Kebutuhan
Konsumsi Pangan per Kapita Masyarakat untuk Memenuhi
Kecukupan Energi dan Keamanan Pangan.................................... 18
Tabel 13. Target dan Realisasi Capaian Indikator Skor Pola Pangan
Harapan, Konsumsi Energi dan Konsumsi Protein pada
Tahun 2015 .................................................................................... 20
Tabel 14. Skor PPH Konsumsi di Provinsi Lampung Tahun 2015 ............... 21
Tabel 15. Perbandingan Target Nasional, Terget Renstra dan Realisasi
Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi ................... 22
Tabel 16. Target dan Realisasi Capaian Indikator Konsumsi Energi
Di Provinsi Lampung Tahun 2015 ................................................ 23
Tabel 17. Perbandingan Antara Target Nasional, Target Renstra
Dan Capaian Kinerja di Provinsi Lampung................................... 23
Tabel 18. Perkembangan PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun
2012 – 2015 ................................................................................... 24
iv
Tabel 19. Rencana dan Realisasi Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Ketersediaan .................................................................................. 29
Tabel 20. PPH Ketersediaan di Provins Lampung 2011 - 2015 .................... 29
Tabel 21. Surplus/Minus Bahan Makanan Prov. Lampung Thn.2011-2015 . 31
Tabel 22. Ketersediaan Energi dan Protein Berdasarkan NBM Provinsi
Lampung Tahun 2009 – 2013........................................................ 31
Tabel 23. Ketersediaan Energi dan Protein Menurut Sumbernya ................. 34
Tabel 24. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung Berdasarkan NBM
Tahun 2015 .................................................................................... 35
Tabel 25. Ketersediaan dan Konsumsi Bahan Pangan di Provinsi Lampung
Tahun 2015 (Atap Tahun 2014) .................................................... 38
Tabel 26. Target dan Realisasi Pencapaian Sasaran Menurunnya Jumlah
Penduduk Rawan Pangan .............................................................. 39
Tabel 27. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Lampung
Tahun 2011 - 2015......................................................................... 40
Tabel 28. Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja dalam
Penurunan Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun
2011 – 2015 ................................................................................... 41
Tabel 29. Target dan Realisasi Capaian Indikator Harga Pangan Pokok
Di Tingkat Produsen dan Konsumen ............................................. 47
Tabel 30. Data harga Tingkat Produsen, Grosir dan Eceran di Provinsi
Lampung Tahun 2015.................................................................... 48
Tabel 31. Kondisi Kestabilan Harga Pangan Tingkat Eceran Tahun
2015 di Provinsi Lampung ............................................................ 49
Tabel 32. Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen di
Bandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra
Tahun 2011 – 2015 ........................................................................ 49
Tabel 33. Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen di
Bandingkan dengan Target Nasional dan Target Renstra
Tahun 2011 – 2015 ........................................................................ 50
Tabel 34. Target dan Realisasi Capaian Indikator Peningkatan Produk
Pangan Segar yang Tersertifikasi .................................................. 54
Tabel 35. Pelaku Usaha dan Kebun yang sudah Teregister dan Sudah
Tersertiifikasi ................................................................................. 55
Tabel 36. Target dan Realisasi Capaian Indikator Tingkat Keamanan
Pangan Segar yang di Uji .............................................................. 57
v
Tabel 37. Rekap Hasil Uji Cepat (Formalin, Boraks, Methyl Yellow,
Pestisida dan Rhodamin B dan Uji Laboratorium Provinsi
Lampung Tahun 2015.................................................................... 59
Tabel 38. Pencapaian Kinerja dan Anggaran ................................................ 63
Tabel 39. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya .............................................. 64
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Tingkat Capaian IKU BKPD Provinsi Lampung Tahun 2015 ...... 16
Gambar 2. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra
Dan Capaian Kinerja Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Konsumsi Tahun 2011 – 2015 ....................................................... 22
Gambar 3. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan
Realisasi Kegiatan untuk Skor PPH, Konsumsi Energi dan
Konsumsi Protein Tahun 2015 ...................................................... 24
Gambar 4. Skor PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2011-2015 .......... 25
Gambar 5. Perkembangan Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun
2012 – 2015 ................................................................................... 25
Gambar 6. Perkembangan Konsumsi Protein di Provinsi Lampung
Taun 2012 – 2015 .......................................................................... 25
Gambar 7. Skor PPH Ketersediaan Prov. Lampung Th. 2011–2015 .............. 30
Gambar 8. Ketersediaan Energi di Lihat dari Sumbernya Tahun
2011 – 2015 ................................................................................... 32
Gambar 9. Ketersediaan Protein Berdasarkan Sumbernya tahun 2011-
2015 ............................................................................................... 32
Gambar 10. Persentase Ketersediaan Energi, Tahun 2015 ............................... 34
Gambar 11. Persentase Ketersediaan Protein, Tahun 2015 ............................... 34
Gambar 12. Persentase Kontribusi Kelompok Pangan Tahun 2015 ................. 35
Gambar 13. Perbandingan Skor Maksimum dan Skor PPH Menurut
Kelompok Pangan ......................................................................... 36
Gambar 14. Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun
2011 – 2015 ................................................................................... 41
Gambar 15. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra
Dan Realisasi Kinerja dalam Penurunan Penduduk Rawan
Pangan ........................................................................................... 42
vii
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ketahanan pangan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan bangsa
karena pemenuhan pangan merupakan hak azasi setiap manusia.Selain itu, ketahanan
pangan juga merupakan salah satu pilar ketahanan nasional suatu bangsa, dan
menunjukkan eksistensi kedaulatan bangsa. Terkaitdengan hal tersebut, ketahanan
pangan tidak akan dapat terwujud dengan hanyamelibatkan satu komponen bangsa, tapi
harus melibatkan seluruh komponen bangsa,baik pemerintah maupun masyarakat, harus
bersama-sama membangun ketahananpangan secara sinergi. Hal inilah yang kemudian
dijabarkan dalam Undang-UndangNomor 18 Tahun 2012 tentang Pangan, yang
merumuskan ketahanan pangansebagai “kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah
tangga yang tercermin daritersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, halal, merata,dan terjangkau” dan ketahanan pangan merupakan
tanggung jawab bersama antarapemerintah dan masyarakat. Undang-undang tentang
Pangan tersebut kemudiandijabarkan dalam berbagai Peraturan Pemerintah untuk
diimplementasikan dalamkeputusan Pimpinan Pemerintah.Dalam rangka mencapai
ketahanan pangan yang mantap danberkesinambungan, ada 3 (tiga) komponen pokok
yang harus diperhatikan:
1. Ketersediaan pangan yang cukup dan merata;
2. Keterjangkauan pangan yangefektif dan efisien; serta
3. Konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang, amandan halal.
Ketiga komponen tersebut perlu diwujudkan sampai tingkat rumah tangga,dengan:
1. Memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang beragam untukpeningkatan
ketersediaan pangan dengan teknologi spesifik lokasi dan ramahlingkungan;
2. Mendorong masyarakat untuk mau dan mampu mengkonsumsipangan yang beragam,
bergizi seimbang, dan aman untuk kesehatan;
3. Mengembangkan perdagangan pangan regional dan antar daerah, sehinggamenjamin
pasokan pangan ke seluruh wilayah dan terjangkau oleh masyarakat dalamkerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI);
4. Memanfaatkan pasarpangan internasional secara bijaksana bagi pemenuhan
konsumen yang beragam;serta
5. Memberikan jaminan bagi masyarakat miskin di perkotaan dan perdesaandalam
mengakses pangan yang bersifat pokok.
Upaya untuk mewujudkan pemantapan ketahanan pangan tersebut, kemudiandijabarkan
dalam berbagai kegiatan pembangunan ketahanan panganyang dilaksanakan oleh Badan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 2
Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung (BKPD). Guna mengetahui
kinerjapelaksanaan program dan kegiatan pembangunan ketahanan pangan tersebut
selama tahun 2015, disusunlah Laporan Kinerja Instansi Pemerintah
1.2 Maksud dan Tujuan
Laporan Kinerja (LKj) tahun 2015 disusunsebagai bentuk pertanggungjawaban kinerja
Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Kepada Gubernur Lampung selaku
Pimpinan Daerah tertinggi di Provinsi Lampung.
Tujuan penyusunan laporan ini adalah untuk :
1.Mengetahui sejauhmanakinerja Badan Ketahanan Pangan tahun 2015;
2. Memenuhi kewajiban BadanKetahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya selama tahun 2015.
1.3. Tugas Pokok dan Fungsi SKPD
Tugas Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung yaitu : “Melaksanakan
penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang ketahanan pangan, tugas
dekonsentrasi dan tugas pembantuan yang diberikan pemerintah kepada Gubernur serta
tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan peraturan
perundang-undangan yang berlaku”.
Dalam melaksanakan tugas tersebut Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung mempunyai funngsi, sebagai berikut :
1. Perumusan kebijakan teknis pengelolaan ketahanan pangan;
2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah di bidang
ketahanan pangan;
3. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang ketahanan pangan
4. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur di bidang Ketahanan Pangan;
5. Pengelolaan administrative.
Pembangunan ketahanan pangan, sangat diperlukan kerjasama yang sinergisdan terarah
antar institusi dan komponen masyarakat serta koordinasi program dankegiatan berbagai
subsektor dan sektor. Guna mewujudkan sinergi dan harmonisasikebijakan dan program,
serta memperkuat koordinasi peningkatan ketahanan panganantar sektor, antar wilayah,
dan antar waktu, dibentuk Dewan Ketahanan Pangan(DKP) yang bertugas merumuskan
kebijakan serta melaksanakan evaluasi danpengendalian dalam mewujudkan ketahanan
pangan nasional melalui Peraturan Gubernur Lampung Nomor 9 tanggal 2 April tahun
2008 yang disempurnakan dengan Peraturan Gubernur Lampung Nomor 25 tahun 2013
tentang Dewan Ketahanan Pangan (DKP), dalam peraturan ini Gubernur berkedudukan
sebagai ketua dan Wakil Gubernur sebagai ketua harian.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 3
BKP selaku Sekretariat DKP memfasilitasi pelaksanaan tugas Wakil Gubernur selaku
Ketua Harian DKP dalam membantu Gubernuruntuk :
1. Merumuskankebijakan dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan di Provinsi
Lampung dengan memperhatikan kebijakan yang ditetapkan Dewan Ketahanan
Pangan Nasional; dan
2. Merumuskan kebijakan dalam rangka mendorong keikutsertaan masyarakat dalam
penyelenggaraan ketahanan pangan
3. Melaksanakan evaluasi dan pengendalian perwujudan ketahanan pangan.
Tugas BADAN Ketahanan Pangan Daerah meliputi kegiatan di bidang: penyediaan
pangan, distribusi pangan,cadangan pangan, penganekaragaman pangan, serta mutu dan
keamanan pangan. Dalam melaksanakan tugas sehari-hari, Badan Ketahanan Pangan
Daerah provinsi Lampung didukung oleh 6 Eselon III dengan struktur organisasi, yaitu:
1. Sekretariat Badan,
mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administratif kepada seluruh
unit organisasi di lingkungan Badan KetahananPangan Daerah Provinsi Lampung.
2. Bidang Ketersediaan dan Kerawanan Pangan,
mempunyai tugas melaksanakanpengkajian, penyiapan perumusan kebijakan,
pengembangan, pemantauan, pemantapan ketersediaan dan akses pangan serta
pencegahan dan penanggulangankerawanan pangan
3. Bidang Distribusi dan Harga Pangan,
mempunyai tugas melaksanakankoordinasi, identifikasi, pembinaan, pengembangan
dan pemantauan distribusi dan harga pangan serta cadangan pangan.
4. Bidang Konsumsi dan Penganekaragaman Pangan
mempunyai tugasmelaksanakan pengkajian, penyiapan perumusan kebijakan,
pengembangan,pemantauan, dan pemantapan konsumsi dan keamanan pangan.
5. Bidang Mutu dan Keamannan Pangan
Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, identifikasi, pembinaan,
pengembangan dan pemantauan serta pengendalian mutu dan keamanan pangan
6. UPT
Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan penyelenggaranan pelayanan
administrasi di bidang sertifikasi mutu dan keamanan pangan produk hasil pertanian
secara terpadu dengan prinsip koordinasi, integrasi, sinkronisasi, simplifikasi,
keamanan pangan dan kepastian.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 4
1.4 Struktur Organisasi Badan Ketahanan Pangan Daerah
1.5 Isu Strategis/Permasalahan Badan Ketahanan Pangan Daerah
1. Penanganan kerawanan pangan
2. Peningkatan stabilitas pasokan, harga dan distribusi pangan
3. Peningkatan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat
4. Pengawasan dan pembinaan keamanan pangan segar
KEPALA BADAN
SUB BAGIAN UMUM DAN
KEPEGAWAIAN
SUB BIDANG
DISTRIBUSI
PANGAN
SEKRETARIS
BIDANG
KETERSEDIAAN DAN KERAWANAN
PANGAN
BIDANG
KONSUMSI DAN PENGANEKA-
RAGAMAN PANGAN
BIDANG
MUTU DAN KEAMANAN PANGAN
BIDANG
DISTRIBUSI DAN HARGA PANGAN
SUB BAGIAN KEUANGAN
SUB BAGIAN
PERENCANAAN DAN
EVALUASI
SUB BIDANG KETERSEDIAAN DAN
AKSES PANGAN
SUB BIDANG
KERAWANAN
PANGAN
SUB BIDANG
HARGA DAN
CADANGAN
PANGAN
SUB BIDANG
KONSUMSI
PANGAN
SUB BIDANG
PENGANEKA-
RAGAMAN
PANGAN
UPT
SUB BIDANG
MUTU PANGAN
DAN GIZI
SUB BIDANG
KEAMANAN
PANGAN
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 5
BAB II.
PERENCANAAN KINERJA
2.1 Rencana Strategis (RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung Tahun 2015 – 2019
Terdapat beberapa dokumen perencanaan nasional dan daerah yang menjadi dasar bagi
perencanaan kinerja. Beberapa dokumen tersebut adalah Rencana Pembangunan
Nasional dan Daerah berupa Dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN), Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD), Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN), Rencana Pembangunan Jangka Menegah Daerah
(RPJMD). Pada lingkup Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dokumen perencanaan
lima tahunan berupa dokumen Rencana Strategis (Renstra) SKPD yang merupakan
penjabaran dari RPJMD.
Berdasarkan RPJMD Provinsi Lampung maka disusunlah Rencana Strategik Badan
Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung tahun 2015 – 2019 yang merupakan
dokumen perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat arah, kebijakan dan strategi
serta program – program pembangunan ketahanan pangan yang akan dilaksanakan
langsung oleh Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung maupun mendorong
Badan Ketahanan Pangan Daerah Kabupaten/Kota serta peran aktif masyarakat.
Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung merupakan dokumen
perencanaan yang bersifat indikatif yang memuat program pembangunan ketahanan
pangan yang akan dilaksanakan selama kurun waktu 2015 – 2019 dengan penekanan
pada pencapaian sasaran prioritas Nasional, Daerah dan Standar Pelayanan Minimal
(SPM).Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung ini memuat visi,
misi, tujuan, sasaran, kebijakan, program, indikator yang akan dicapai sampai tahun
2019.
2.1.1 Visi dan Misi
Pada periode Renstra 2015 – 2019 tidak ada lagi visi dan misi SKPD namun mengikuti
Visi Gubernur yaitu :
“ Lampung Maju dan Sejahtera 2019”
Visi tersebut dimaksudkan untuk menjadikan Provinsi Lampung merupakan daerah yang
maju dan berdaya saing. Menjadi wilayah maju mempunyai pengertian Provinsi
Lampung menjadi daerah dengan kinerja ekonomi tinggi dimana untuk menjadi daerah
yang maju harus di dukung dengan kualitas sumber daya manusia. Kualitas sumber
daya yang tinggi akan didapatkan bila status kesehatan masyarakat Provinsi Lampung
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 6
juga tinggi. Menjadi wilayah sejahtera mempunyai pengertian bahwa masyarakat
Provinsi Lampung yang sejahtera dalam arti sejahtera secara ekonomi, makmur dengan
pembagian yang lebih adil dan merata, jumlah penduduk terkendali, derajat kesehatan
tinggi, angka harapan hidup tinggi, kualitas pelayanan sosial lebih baik. Masyarakat
sejahtera juga harus terjamin hak-haknya dan memiliki kesempatan yang sama untuk
meningkatkan hidup, memperoleh pekerjaan, pendidikan, kesehatan dan pelayanan
sosial serta kebutuhan dasar yang layak
Pada periode Renstra 2015 – 2019 tidak ada lagi misi SKPD namun mengikuti Misi
Gubernur. Untuk mewujudkan Visi Gubernur Lampung maka telah dirumuskan menjadi
5 (lima) misi yaitu:
1. Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian daerah
2. Meningkatkan infrastruktur untuk pengembangan ekonomi dan pelayanan sosial
3. Meningkatkan kualitas pendidikan, kesehatan, IPTEK dan inovasi, budaya
masyarakat dan Toleransi kehidupan beragama
4. Meningkatkan pelestarian SDA dan kualitas lingkungan hidup yang berkelanjutan
5. Menegakkan supremasi hukum, mengembangkan demokrasi berbasis kearifan lokal,
dan memantapkan kepemerintahan yang baik dan antisipatif
Sektor Ketahanan Pangan masuk dalam Misi Pertamadalam RPJMD (Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah) 2015-2019 Provinsi Lampung yaitu
:“Meningkatkan Pembangunan Ekonomi dan Memperkuat Kemandirian
Daerah”.
2.1.2 Tujuan
Mengacu kepada misi yang telah ditetapkan, maka tujuan yang hendak dicapai atau
dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah sebagai berikut :
Misi Pertama : Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian
pangan
Tujuan : Mewujudkan pemantapan ketahanan pangan masyarakat sampai
tingkat perseorangan secara berkelanjutan melalui
panganekaragaman pangan, penguatan ketersediaan, distribusi
pangan, dan kualitas konsumsi pangan yang aman berbasis
sumberdaya lokal
Indikator Tujuan : 1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
2. Jumlah Konsumsi Energi (kkal/kap/hr)
3. Jumlah Konsumsi Protein (gram/kap/hr)
4. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
5. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan (%)
6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen (Rp.)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 7
7. Koefisien Variasi Pangan (Beras) di Tingkat Konsumen (%)
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji (%)
Tabel 1. Hubungan antara Misi, Tujuan dan Indikator Tujuan
No. Tujuan Indikator Tujuan Satuan
Kondisi
Akhir
2019
1. Mewujudkan pemantapan
ketahanan pangan
masyarakat sampai
tingkat perseorangan
secara berkelanjutan
melalui penganeka-
ragaman pangan,
penguatan ketersediaan,
distribusi pangan, dan
kualitas konsumsi pangan
yang aman berbasis
sumberdaya lokal
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
2. Jumlah Konsumsi energi
3. Jumlah Konsumsi Protein
4. Skor PPH Ketersediaan
5. Persentase Jumlah Penduduk Rawan Pangan
6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat produsen
7. Koefisien Variasi Pangan (beras) di tingkat konsumen
8. Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasi
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan Segar yang diuji
-
Kkal/kap/hr
Gram/kap/hr
-
%
(Rp.)
%
%
%
87,7
2.064
57,00
88,7
1 %
≥ HPP
CV<10%
10
80%
(dibawah
ambang
batas)
2.1.3 Sasaran Strategis
Mengacu pada misi yang telah ditetapkan, maka sasaran yang hendak dicapai atau
dihasilkan dalam kurun waktu 5 tahun adalah sebagai berikut :
Misi Pertama : Meningkatkan pembangunan ekonomi dan memperkuat kemandirian
pangan
sasaran : Terpenuhinya kebutuhan konsumsi pangan yang beragam, bergizi,
seimbang dan aman untuk memenuhi kecukupan energi per kapita.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 8
Tabel 2. Sasaran Strategis, Indikator Kinerja dan Target Kinerja
NO Sasaran Strategis Indikator Kinerja Satuan Kondisi
Awal
Kondisi
Akhir
RPJMD
1. Terpenuhinya
kebutuhan konsumsi
pangan per kapita
masyarakat untuk
memenuhi kecukupan
energi dan keamanan
pangan
1. Skor Pola Pangan
Harapan (PPH) Konsumsi
2. Jumlah Konsumsi Energi
3. Jumlah Konsumsi Protein
4. Skor Pola Pangan Harapan
(PPH) Ketersediaan
5. Persentase Penurunan
Jumlah Penduduk Rawan
Pangan
6. Harga Gabah Kering Panen
(GKP) di Tingkat produsen
7. Koefisien Variasi Pangan
(beras) di tingkat konsumen
8. Persentase Peningkatan
Produk Pangan Segar yang
Tersertifikasi
9. Persentase Tingkat
Keamanan Pangan Segar
yang diuji
-
Kkal/kap/hr
Gram/kap/hr
-
%
Rp/Kg
CV
%
%
84,1
2.004
56,1
87,52
1
≥ HPP
CV<10%
10
80%
(dibawah
ambang
batas)
87,70
2.064
57
88,70
1
≥ HPP
CV<10%
10
80%
(dibawah
ambang
batas)
Keterangan : yang dicetak warna merupakan indikator kinerja Gubernur
2.1.4 Strategi, Arah Kebijakan Daerah, Program dan Indikator Kinerja Dalam
Renstra 2015 – 2019
Berdasarkan visi, misi serta tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan, maka upaya
pencapaiannya selanjutnya dijabarkan secara sistematis melalui perumusan strategis,
arah kebijakan dan program. Selain itu untuk mengukur capaian kinerjanya maka
dirumuskan pula indikator sebagai tolok ukur kinerjanya.
2.1.4.1 Strategi
Strategi untuk mencapai misi pertama : Meningkatkan pembangunan ekonomi dan
memperkuat kemandirian daerah, adalah terpenuhinya kebutuhan konsumsi pangan
yang beragam, bergizi, seimbang dan aman untuk memenuhi kecukupan energi per
kapita dengan cara :
1. Memprioritaskan pembagunan ekonomi berbasis pertanian dan perdesaan untuk
meningkatkan pendapatan masyarakat
2. Pemenuhan pangan bagi kelompok masyarakat terutama masyarakat miskin transien
dan kronis akibat bencana alam melalui pendistribusian bantuan pangan
3. Pemberdayaan masyarakat agar mampu memanfaatkan pangan beragam, bergizi dan
aman (B2SA) berbasis sumberdaya lokal
4. Promosi dan edukasi kepada masyarakat untuk memanfaatkan pangan B2SA
berbasis sumberdaya lokal
5. Pengawasan dan pemantauan keamanan pangan segar.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 9
2.1.4.2 Arah Kebijakan Daerah
Arah kebijakan daerah untuk mencapai Misi pertama Meningkatkan pembangunan
ekonomi dan memperkuat kemandirian daerah, adalah untuk pemantapan ketahanan
pangan, yang meliputi aspek :
1. Aspek ketersediaan pangan
Dalam aspek ketersediaan pangan difokuskan pada peningkatan ketersediaan pangan
yang beranekaragam berbasis potensi sumberdaya lokal dan memantapkan
penanganan kerawanan pangan untuk mengurangi jumlah penduduk miskin dan
kelaparan
2. Keterjangkauan pangan
Difokuskan pada stabilisasi harga dan pasokan pangan serta pengelolaan cadangan
pangan
3. Pemanfaatan pangan.
Difokuskan pada percepatan penganekaragaman konsumsi pangan berbasis sumber
daya dan kearifan lokal ditunjang dengan pengawasan keamanan pangan segar.
2.1.4.3 Program untuk mencapai sasaran
Berdasarkan visi, misi, tujuan, sasaran strategis dan arah kebijakan yang telah ditetapkan
dalam Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung, maka upaya yang
dilakukan untuk pencapaiannya dijabarkan secara sistematis melalui perumusan program
prioritas daerah. Adapun Program Prioritas untuk mendukung masing-masing sasaran
tahun 2015 adalah sebagai berikut :
Tabel 3. Program Tahun 2015 untukMendukung Pencapaian Sasaran Strategis
No Sasaran Strategis Indikator Jumlah Program
1.
.
Terpenuhinya kebutuhan
konsumsi pangan yang beragam,
bergizi, seimbang dan aman
untuk memenuhi kecukupan
energi per kapita
1. Skor Pola Pangan Harapan
Ketersediaan
2. Persentase Penurunan Jumlah
Penduduk Rawan Pangan
(%/tahun)
3. Harga gabah kering panen
(GKP) di tingkat produsen
(Rp./Kg)
4. Koefisien variasi pangan (beras)
di tingkat konsumen (CV)
5. Skor Pola Pangan Harapan
(PPH) Konsumsi
6. Jumlah Konsumsi Energi
(kkal/kap/hari)
7. Jumlah Konsumsi Protein
(gr/kap/hari)
8. Persentase Peningkatan Produk
Pangan Segar yang
Tersertifikasi (%)
9. Persentase Tingkat Keamanan
Pangan Segar yang Diuji (%)
1 Program
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 10
2.1.5 Tema, Prioritas dan Sasaran Pembangunan Daerah
2.1.5.1 Tema Pembangunan Daerah
Peraturan Gubernur Lampung nomor 46 tahun 2014 tentang Rencana Kerja Pemerintah
Daerah (RKPD), tema dan prioritas pembangunan Provinsi Lampung tahun 2015 adalah
Pemantapan Daerah Sebagai Landasan Pembangunan Berkelanjutan.
2.1.5.2 Prioritas Pembangunan Daerah
Berdasarkan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) tahun 2015, priortas
pembangunan Daerah Lampung adalah sebagai berikut :
1. Memperkuat daya dukung infrastruktur dan konektivitas wilayah
2. Revitalisasi pertanian dalam rangka pemantapan ekonomi daerah untuk peningkatan
rakyat yang berkeadilan
3. Memperluas kesempatan kerja dan akses pelayanan pendidikan dan kesehatan
4. Penguatan inovasi teknologi, pematapan IPTEK, industri dan perdagangan serta
energi terbarukan
5. Peningkatan pariwisata dan kebudayaan daerah melalui snergi antar pemangku
kepentingan
6. Pemantapan pengelolaan sumber daya alam, lingkungan dan penanggulangan
bencana
7. Reformasi birokrasi melalui peningkatan kerjasama dan tatakelola pemerintahan
yang baik
Bidang ketahanan pangan masuk dalam prioritas kedua, yaitu revitalisasi pertanian
dalam rangka pemantapan ekonomi daerah untuk peningkatan rakyat yang berkeadilan.
2.1.5.3 Sasaran Pembangunan Daerah
Untuk mendukung pelaksanaan tema pembangunan tersebut diatas, maka ditetapkan
prioritas pembangunan Provinsi Lampung tahun 2015 bersama dengan sasarannya
sebagai berikut :
Tabel 4. Sasaran Pembangunan Bidang Ketahanan Pangan di Provinsi
Lampung tahun 2015
NO PRIORITAS SASARAN
1 Bidang Ketahanan Pangan :
“Revitalisasi pertanian dalam
rangka pemantapan ekonomi
daerah untuk peningkatan rakyat
yang berkeadilan ”
Terpenuhinya kebutuhan konsumsi pangan yang
beragam, bergizi, seimbang dan aman untuk
memenuhi kecukupan energi per kapita
1. Skor PPH ketersediaan
2. Persentase penurunan jumlah penduduk rawan
pangan (%Tahun)
3. Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat
produsen (Rp/Kg)
4. Koefisien variasi pangan (beras) di tingkat
konsumen (CV)
5. Jumlah konsumsi energi (kkal/kap/hari)
6. Jumlah konsumsi Protein (gram/kap/hari)
7. Skor PPH Konsumsi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 11
NO PRIORITAS SASARAN
8. Persentase Peningkatan produk pangan segar
yang tersertifikasi (%)
9. Persentase Tingkat keamanan pangan segar yang
diuji (%)
2.2 Perjanjian Kinerja (PK) PerubahanTahun2015
Dokumen Perjanjian Kinerja (PK) merupakan dokumen pernyataan atau kesepakatan atau
perjanjian antara atasan dan bawahan untuk mencapai target kinerja yang ditetapkan suatu
instansi. Dokumen ini memuat sasaran strategis, indikator kinerja utama beserta target kinerja
dan anggaran. Penyusunan PK 2015 dilakukan dengan mengacu kepada RPJMD, RKPD 2015,
IKU dan APBD.
Tabel 5. Perjanjian Kinerja Perubahan Badan Ketahanan Pangan Daerah
Provinsi Lampung Tahun Anggaran 2015
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target
1.
Terpenuhinya kebutuhan
konsumsi pangan yang
beragam, bergizi, seimbang
dan aman untuk memenuhi
kecukupan energi per kapita
1. Skor Pola Pangan Harapan
(PPH) Ketersediaan
2. Persentase Penurunan Jumlah
Penduduk Rawan Pangan
(%/thn)
3. Harga Gabah Kering Panen
(GKP) di Tingkat produsen
(Rp./Kg)
4. Koefisien Variasi Pangan
(beras) di tingkat konsumen
(CV)
5. Skor Pola Pangan Harapan
(PPH) Konsumsi
6. Jumlah Konsumsi Energi
(kkal/kap/hr)
7. Jumlah Konsumsi Protein
(gr/kap/hari)
8. Persentase Peningkatan Produk
Pangan Segar yang
Tersertifikasi (%)
9. Persentase Tingkat Keamanan
Pangan Segar yang di Uji (%)
87,52
1
≥ HPP
CV < 10%
84,1
2.004
56,1
10%
80% (dibawah
ambang batas)
Program :
1. Pelayanan Administrasi Perkantoran
2. Peningkatan Sarana dan Prasarana
Aparatur
3. Peningkatan Disiplin Aparatur
Anggaran
Rp. 827.560.810,-
Rp. 185.782.000,-
Rp. 93.128.000,-
Keterangan
APBD
APBD
APBD
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 12
4. Peningkatan Pengembangan Sistem
Pelaporan Capaian Kinerja dan
Keuangan
5. Peningkatan Diversifikasi dan
Peningkatan Ketahanan Pangan
Rp. 177.841.000,-
Rp. 4.988.314.500,-
APBD
APBD
J u m l a h APBD Rp. 6.272.626.310,-
6. Peningkatan Diversifikasi dan
Ketahanan Pangan Masyarakat
Rp. 13.071.726.000,- APBN
J u m l a h APBN Rp. 13.071.726.000,-
T O T A L Rp. 19.344.352.310,-
2.2.1 Rencana Anggaran Tahun 2015
Jumlah Anggaran untuk Badan Ketahanan Pangan provinsi Lampung tahun 2015
sebesar Rp. 12.126.296.880,- yang digunakan untuk membiayai Belanja Tidak Langsung
dan Belanja Langsung, secara rinci rencana anggaran Belanja Tidak Langsung dan
Belanja Langsung dapat dillihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 6. Rencana Belanja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung
Tahun Anggaran 2015
No. Uraian Rencana %
1.
2.
Belanja Tidak Langsung
Belanja Langsung
5.853.670.570
6.272.626.310
48,27
51,73
J u m l a h 12.126.296.880 100
Sumber : DPA Perubahan BKPD TA. 2015
Alokasi anggaran Belanja Langsung Tahun Anggaran 2015 yang dialokasikan untuk
membiayai program pendukung kelancaran kegiatan yang langsung mendukung
pencapaian sasaran BKPD Provinsi Lampung, sebagai berikut:
Tabel 7. Alokasi Anggaran Rutin Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung
No. Program Anggaran (Rp.) %
Program Pendukung (Rutin)
1.
2.
3.
4.
Program Pelayanan Administrasi
Perkantoran
Program Peningkatan Sarana dan
Prasarana Aparatur
Program Peningkatan Disiplin
Aparatur
Program Peningkatan
Pengembangan Sistem Pelaporan
capaian Kinerja dan Keuangan
827.560.810
185.782.000
93.128.000
177.841.000
13,19
2,96
1,48
2,84
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 13
Program Pencapaian Sasaran
1. Program Peningkatan Diversifikasi
dan Peningkatan Ketahanan Pangan
4.988.314.500 79,53
J u m l a h 6.272.626.310 100
Alokasi anggaran Belanja Langsung Tahun Anggaran 2015 yang dialokasikan untuk
membiayai kegiatan kegiatan prioritas yang langsung mendukung pencapaian sasaran
pembangunan adalah sebagai berikut :
Tabel 8. Alokasi per Sasaran Pembangunan Tahun Anggaran 2015
No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Anggaran %
1. Terpenuhinya
kebutuhan konsumsi
pangan yang beragam,
bergizi, seimbang dan
aman untuk memenuhi
kecukupan energi per
kapita
1. Skor Pola Pangan
Harapan (PPH)
Konsumsi
2. Jumlah Konsumsi
Energi (kkal/kap/hr)
3. Jumlah Konsumsi
Protein (gr/kap/hari)
4. Skor Pola Pangan
Harapan (PPH)
Ketersediaan
5. Persentase Penurunan
Jumlah Penduduk
Rawan Pangan (%/thn)
6. Harga Gabah Kering
Panen (GKP) di
Tingkat produsen
(Rp./Kg)
7. Koefisien Variasi
Pangan (beras) di
tingkat konsumen (CV)
8. Persentase Peningkatan
Produk Pangan Segar
yang Tersertifikasi (%)
9. Persentase Tingkat
Keamanan Pangan
Segar yang di Uji (%)
827.442.000
559.604.500
327.860.000
2.855.514.000
417.894.000
16,59
11,22
6,57
57,24
8,38
J U M L A H 4.988.314.500 100
Pada tabel di atas, jumlah anggaran untuk program/kegiatan sebesar Rp. 4.988.314.500,
untuk pencapaian indikator penurunan jumlah penduduk rawan pangan dibiayai dengan
anggaran sebesar 11,22%, untuk pencapaian indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
ketersediaan, Skor Pola Pangan Harapan (PPH) konsumsi, Konsumsi Energi dan
Indikator Konsumsi Protein dibiayai dengan anggaran sebesar 16,59%, untuk
pencapaian indikator Harga Gabah Di Tingkat Produsen dan Harga Beras di Tingkat
Konsumen di biayai dengan anggaran 6,57% dan untuk pencapaian indikator
Peningkatan Produk Pangan Segar yang Tersertifikasisebesar 57,24% karena
didalamnya termasuk dana DAK untuk pembangunan gedung Laboratorium dan gedung
UPT Balai Sertifikasi Mutu dan Keamanan Pangan. Sementara untuk pencapaian target
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 14
indikator Tingkat Keamanan Pangan Segar yang di Uji dibiayai dengan anggaran 8,38%
dari anggaran kegiatan untuk pencapaian indikator (Program Peningkatan Diversifikasi
dan Peningkatan Ketahanan Pangan).
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 15
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
Pendekatan manajemen pembangunan berbasis kinerja, yang utama adalah bahwa
pembangunan diorientasikan pada pencapaian menuju perubahan yang lebih baik. Hal
ini mengandaikan bahwa fokus dari pembangunan bukan hanya sekedar melaksanakan
program/kegiatan yang sudah direncanakan.Esensi dari manajemen pembangunan
berbasis kinerja adalah orientasi untuk mendorong perbaikan, dimana program/kegiatan
dan sumber daya anggaran adalah alat yang dipakai untuk mencapai rumusan perubahan,
baik pada level keluaran, hasil maupun dampak. Pendekatan ini juga sejalan dengan
prinsip Good Govermance dimana salah satu pilarnya, yaitu akuntabilitas, akan
menunjukkan sejauh mana sebuah instansi pemerintahan telah memenuhi tugas dan
mandatnya dalam penyediaan layanan public yang langsung bisa dirasakan hasilnya oleh
masyarakat, sehingga pengendalian dan pertanggungjawaban program/kegiatan menjadi
bagian penting dalam memastikan akuntabilitas kinerja pemerintah daerah kepada public
telah dicapai.
Dalam hal ini, Laporan Kinerja pemerintah merupakan bentuk realisasi kinerja dari
pelaksanaan tugas dan fungsi yang dipercakan kepada setiap instansi pemerintah atas
penggunaan anggaran. Hal terpenting yang diperlukan dalam pemyusunan laporan
kinerja adalah pegukuran kinerja dan evaluasi serta pengungkapan secara memadai hasil
analisis terhadap pengukuran kinerja (Permenpan Nomor 53 tahun 2014 tentang
petunjuk teknis perjanjian kinerja, pelaporan kinerja dan tata cara reviu atas laporan
kinerja instansi pemerintah).
Sedangkan untuk skala penilaian terhadap kinerja pemerintah, menggunakan pijakan
Permendagri No. 54 tahun 2010, sebagai berikut :
No. Interval Nilai Realisasi
Kinerja
Kriteria Penilaian Realisasi
Kinerja Kode
1. 91 ≤ Sangat Tinggi
2. 76 ≤ 90 Tinggi
3. 66 ≤ 75 Sedang
4. 51 ≤ 65 Rendah
5. ≤ 50 Sanngat Rendah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 16
3.1 Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2015
Pengukuran tingkat capaian kinerja Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung
Tahun 2015 dilakukan dengan cara membandingkan antara target indikator kinerja
sasaran dengan realisasinya. Rincian tingkat capaian kinerja masing-masing indikator
sasaran tersebut dapat diilustrasikan dalam tabel dibawah ini:
Tabel 9.Perbandingan Antara Target dan Realisasi Capaian Kinerja Badan
Ketahanan Pangan Daerah ProvinsiLampung Tahun 2015
No Indikator Kinerja Capaian
2014
Tahun 2015 Target
Akhir
Renstra
Capaian s/d
2015
terhadap
2019 (%) Target Capaian %
1. Skor Pola Pangan
Harapan (PPH)
Konsumsi
83,4 84,1 84,1*)
100 92,5 90,92
2.
Jumlah Konsumsi
energi(kkal/kap/hr)
2.062,4 2.004 2.052*)
102,40 2.150 95,44
3. Jumlah Konsumsi
Protein (gr/kap/hr)
54,4 56,1 53,25*)
94,92 57 93,42
4.
Skor Pola Pangan
Harapan (PPH)
Ketersediaan
73,92 87,52 70,31 80,34 96,32 73
5. Persentase
Penurunan Jumlah
Penduduk Rawan
Pangan (%/th)
0,18 1 0,68 68 1% 68
6. Harga Gabah
Kering Panen
(GKP) di Tingkat
produsen (Rp/Kg)
3.557 ≥ HPP
≥ HPP
109,78 ≥ HPP
HPP tahun
2019 belum
diketahui
7. Coefisien Variasi
pangan beras di
tingkat konsumen
CV : 6% CV<10% CV : 6% 100 CV <10% 100
8. Persentase
Peningkatan
Produk Pangan
Segar yang
Tersertifikasi (%)
0,74 10 3,16
74,0 10 74,0
9. Persentase Tingkat
Keamanan Pangan
Segar yang di Uji
(%)
80,43
80% 91,39% 114,24 80% 114,24
Catatan : Untuk indikator 5 dan 6 merupakan angka sementara, karena realisasi kinerja tahun 2015 baru bisa dilihat
pada bulan Juni 2016
Dari 9 indikator kinerja sasaran yang merupakan indikator kinerja utama (IKU) Badan
Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Tahun 2015, 6 indikator menunjukkan
capaian lebih dari 91, 1 indikator kinerja memiliki capaian 76 ≤ 90, dan 2 indikator
menunjukkan capaian kinerja antara 66 ≤ 75. berdasarkan skala nilai peringkat kinerja
pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010 terdapat 6 indikator
menunjukkan capaian sangat tinggi, 1 indikator menunjukkan capaian tinggi, dan 2
indikator menunjukkan capaian sedang.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 17
Gambar 1. Persentase Pencapaian IKU BKPD Provinsi Lampung Tahun 2015
Sementara bila dilihat dalam kerangka triwulan, perbandingan antara rencana dan
realisasi kinerja untuk seluruh sasaran adalah sebagai berikut :
Tabel 10. Realisasi dan Capaian Kinerja IKU Badan Ketahanan Pangan Daerah
Provinsi Lampung Tahun 2015 per Triwulan
No Sasaran Strategi Indikator Kinerja Satuan
Target
Tahun
an
Triwulan Target Realisasi %
1.
Terpenuhinya
Kebutuhan Konsumsi
Pangan yang beragam,
bergizi, seimbang dan
aman untuk memenuhi
kecukupan energi per
Kapita
Skor Pola Pangan
Harapan (PPH) Konsumsi
- 84,1 Triwulan I 83,4 83,4 100
Triwulan II 83,4 83,4 100
Triwulan III 83,4 83,4 100
Triwulan IV 84,1 84,1*) 100
Jumlah Konsumsi
Energi
Kkal/kap/hr 2.004 Triwulan I 2.067 2.067 100
Triwulan II 2.067 2.067 100
Triwulan III 2.067 2.067 100
Triwulan IV 2.004 2.052*) 102,40
Jumlah Konsumsi
Protein
Gram/kap/hr 56,1 Triwulan I 54,6 54,6 100
Triwulan II 54,6 54,6 100
Triwulan III 54,6 54,6 100
Triwulan IV 56,1 53,25*) 94,92
Skor pola pangan harapan
(PPH) ketersediaan
- 87,52 Triwulan I 73,92 73,92 100
Triwulan II 73,92 73,92 100
Triwulan III 73,92 73,92 100
Triwulan IV 87,52 70,31 80,34
Pesentase Penurunan
jumlah penduduk rawan
pangan
% 1 Triwulan I 0,18 0,18 100
Triwulan II 0,18 0,18 100
Triwulan III 0,18 0,18 100
Triwulan IV 1 0,68 68
Harga Gabah Kering
Panen (GKP) di
Tingkat produsen
Rp/kg 3.700≤ Triwulan I 3.700 ≤ 4.079 110,24
Triwulan II 3.700 ≤ 3.663 99
Triwulan III 3.700 ≤ 4.082 110,32
Triwulan IV 3.700 ≤ 4.450 120,27
Coefisien Variasi
pangan beras di
tingkat konsumen
% >10% Triwulan I 10% > 6 100
Triwulan II 10% > 6 100
Triwulan III 10% > 6 100
Triwulan IV 10% > 6 100
Persentase Peningkatan
Produk Pangan Segar
yang Tersertifikasi
-% 10 Triwulan I 10 10 7,4
Triwulan II 10 10 7,4
Triwulan III 10 10 7,4
Triwulan IV 10 7,4 74,0
Persentase Tingkat
Keamanan Pangan
Segar yang di Uji
% 80 Triwulan I 80 80 100
Triwulan II 80 80 100
Triwulan III 80 80 100
Triwulan IV 80 91,39 114,24
Catatan *) menggunakan angka sementara karena hasil realisasi baru diketahui pada bulan Juni 2016
Sangat Tinggi 67%
Tinggi 11%
Sedang 11%
Rendah 11%
Tingkat Capaian IKU Tahun 2015
Sangat Tinggi
Tinggi
Sedang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 18
Beberapa IKU yang diuraikan diatas, penetapan target dan pengukuran realisasi triwulan
dilakukan dengan menggunakan proxy indikator karena karakter indikator yang spesifik,
termasuk tentang metode pengukuran indikator. Indikator yang dimaksud dan penjelasan
mengapa dipergunakan proxy indikator adalah sebagai berikut :
1. Sebagian indikator merupakan indikator pada level outcome, dimana pelaksanaan
kegiatan pada tahun berjalan, belum tentu akan berkontribusi pada pencapaian target
kinerja IKU secara langsung, seperti indikator penurunan jumlah penduduk rawan
pangan.
2. Sebagian indikator mempergunakan data yang dihasilkan oleh pengukuran secara
periodik oleh lembaga diluar Badan Ketahanna pangan Daerah, yang biasanya
dilakukan sekali dalam setahun, indikator yang masuk dalam kategori ini adalah
PPH Ketersediaan, Skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, Konsumsi energi
dan Konsumsi Protein.
Tabel 11. Pencapaian Kinerja Tahun 2015 Dibandingkan dengan Target
Kinerjanya, Target RPJMD dan Perjanjian Kinerja Tahun 2016
No Sasaran
Strategi
Indikator
Kinerja Satuan
Tahun 2015 Tahun 2016
Target Capaian Realisasi Target
RPJMD PK
1. Terpenuhinya
Kebutuhan
Konsumsi
Pangan yang
beragam,
bergizi,
seimbang dan
aman untuk
memenuhi
kecukupan
energi per
Kapita
Skor Pola
Pangan
Harapan (PPH)
Konsumsi
- 84,1 84,1 100 86,2 86,2
Jumlah
Konsumsi
Energi Kkal/kap/hr 2.004 2.052 102,4 2.040 2.040
Jumlah
Konsumsi
Protein Gram/kap/hr 56,1 53,25 94,92 56,4 56,4
Skor Pola
Pangan
Harapan (PPH)
Ketersediaan
- 87,52 70,31 80,34 89,71 89,71
Persentase
Penurunan
Jumlah
Penduduk
Rawan Pangan
%/Tahun 1 0,68 68 1 1
Harga Gabah
Kering Panen
(GKP) di
Tingkat
produsen
Rp/Kg
HPP≤
3.700≤ 4.067 109,92 3.700 3.700
Coefisien
Variasi pangan
beras di tingkat
konsumen
% <10% 6% 100 < 10% < 10%
Persentase
Peningkatan
Produk Pangan
Segar yang
Tersertifikasi
% 10 7,4 74,0 10 10
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 19
Persentase
Tingkat
Keamanan
Pangan Segar
yang di Uji
%
80%
(dibawah
ambang
batas)
91,39 114,24 80 % 80 %
3.2 Evaluasi dan Analisis Capaian Kinerja
Bagian ini akan menguraikan evaluasi dan analisis capaian kinerja yang menjelaskan
laporan kinerja secara umum sebagaimana telah diuraikan dalam sub bab sebelumnya.
Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung memiliki satu sasaran yaitu
terpenuhinya kebutuhan konsumsi pangan per kapita masyarakat untuk memenuhi
kecukupan energi dan keamanan pangan yang diukur dengan 9 indikator.Penyajian
untuk sub bab ini akan disajikan per indikator. Beberapa indikator yang terkait
digabungkan menjadi satu dalam analisis ini.
Sasaran Badan Ketahanaan Pangan terpenuhinya kebutuhan konsumsi pangan
yang beragam, bergizi, seimbang dan aman untuk memenuhi kecukupan energi
per kapita
Capaian kinerja tahun 2015 merupakan capaian kinerja tahun pertama dari periode 5
(lima) tahun RPJMD dan Renstra Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung.
Adapun gambaran pencapaian indikator kinerja pada tahun 2015 adalah sebagai berikut:
Tabel 12. Rencana dan Realisasi Capaian Sasaran Terpenuhinya Kebutuhan
Konsumsi Pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman untuk
memenuhi kecukupan energi per Kapita
NO Sasaran
Srategis Indikatir Kinerja Satuan
2015 2019
Target Realisasi % Target
RPJMD %
1. Terpenuhinya
Kebutuhan
Konsumsi
Pangan yang
beragam,
bergizi,
seimbang dan
aman untuk
memenuhi
kecukupan
energi per
Kapita
1. Skor Pola Pangan
Harapan (PPH)
Konsumsi
- 84,1 84,1 100 92,5 90,92
2. Jumlah Konsumsi
Energi
Kkal/kap/hr 2.004 2.052 102,4 2.150 95,44
3. Jumlah Konsumsi
Protein
Gram/kap/hr 56,1 53,25 94,92 57 93,42
4. Skor Pola Pangan
Harapan (PPH)
Ketersediaan
- 87,52 70,31 80,34 96,32 73,0
5. Persentase
Penurunan
Jumlah Penduduk
Rawan Pangan
%/Tahun 1 0,68 68 1 68
6. Harga Gabah
Kering Panen
(GKP) di
Tingkat produsen
Rp/Kg HPP≤
3.700
4.067 109,92 HPP≤ Belum
diketahui
HPP nya
7. Coefisien Variasi
pangan beras di
tingkat
konsumen
% <10% 6% 100 <10% 100
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 20
NO Sasaran
Srategis Indikatir Kinerja Satuan
2015 2019
Target Realisasi % Target
RPJMD %
8. Persentase
Peningkatan
Produk Pangan
Segar yang
Tersertifikasi
% 10 7,4 74,0 10 74
9. Persentase
Tingkat
Keamanan
Pangan Segar
yang di Uji
% 80%
(dibawah
ambang
batas)
91,39 114,24 80 114,24
Keberhasilan Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam menjalankan
Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan Masyarakat diukur
berdasarkan pencapaian outcome. Pengukuran tersebut dilakukan mengingat outcome
merupakanhasil dari berfungsinya output yang telah dilaksanakan bidang yaitu
BidangKetersediaan dan Kerawanan Pangan, Bidang Distribusi dan Harga Pangan,
BidangPenganekaragaman dan Konsumsi Pangan, Bidang Mutu dan Keamanan Pangan,
UPT serta Sekretariat BadanKetahanan Pangan Daerah. Pengukuran capaian kinerja
Badan Ketahanan Pangan Daerah tersebutdilaksanakan secara tahunan, sedangkan
pengukuran realisasi keuangan dan fisikoutput kegiatan dipantau secara bulanan dan
triwulanan melalui Laporan realisasi kinerja dan realisasi keuangan.
Pengukuran kinerja didasarkan pada indikator kinerja yang terstandarisasi agar mampu
menghasilkan hasil evaluasi kinerja yang relevan dan reliable sebagai bahan
pertimbangan perencanaan selanjutnya.Hasil pengukuran menjadi dasar untuk
menyimpulkan kemajuan kinerja, mengambil tindakan dalam rangka mencapai target
kinerja yang ditetapkan dan menyesuaikan strategi untuk mencapai tujuan dan sasaran.
Analisis dan evaluasi capaian kinerja diperoleh dari hasil pengukuran kinerja kegiatan
yang mendukung tercapainya sasaran.Beberapa indikator kinerja dapat dilaksanakan
melalui beberapa kegiatan yang saling terkait digabung menjadi satu dalam analisis ini.
Hasil analisis dan evaluasi capaian kinerja tahun 2015 Badan Ketahanan Pangan Daerah
Provinsi Lampung per indikator dapat dijelaskan sebagai berikut :
SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KONSUMSI, JUMLAH KONSUMSI
ENERGI DAN JUMLAH KONSUMSI PROTEIN
Pembahasan Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH) konsumsi, Indikator Jumlah
Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein digabung menjadi satu, karena kegiatan
yang mendukung untuk pencapaian ke 3 indikator tersebut sama.
1.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 21
Bidang konsumsi dan penganekaragaman pangan sebagai salah satu bidang di Badan
Ketahanan Pangan memiliki tugas pokok melaksanakan koordinasi, identifikasi,
pembinaan, pengembangan dan pemantauan konsumsi dan penganekaragaman pangan.
Meningngkatkan kualitas konsumsi pangan beragam bergizi seimbang dan aman
berbasis pada pangan pokok lokal merupakan salah satu tugas badan ketahanan pangan
daerah khususnya bidang konsumsi dan penganekaragaman pangan. untuk
meningkatkan kualitas konsumsi dilaksanakan melalui beberapa kegiatan, antara lain :
Analis situasi konsumsi pangan, Bimtek analisis konsumsi pangan (pelatihan bagi
petugas/aparat Kabupaten/Kota), Lomba cipta menu tingkat Provinsi dan Nasional,
Pemantauan, monitoring dan evaluasi percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
(P2KP), Promosi P2KP, Pengembangan usaha pangan lokal.
Realisasi pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) Konsumsi, Jumlah
Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein pada tahun 2015 dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 13. Target dan Realisasi Capaian Indikator Skor Pola Pangan Harapan,
Jumlah Konsumsi Energi dan Jumlah Konsumsi Protein pada Tahun
2015
No Indikator Kinerja Capaian
2014
Tahun 2015 Target Akhir
Renstra
Capaian s/d 2015
terhadap 2019 (%) Target Capaian %
1.
2.
3.
Skor Pola Pangan
Harapan (PPH)
Konsumsi
Jumlah Konsumsi
Energi(kkal/kap/hr)
Jumlah Konsumsi
Protein (Gr/kap/hr)
83,4
2.062,4
54,5
84,1
2.004
56,1
84,1*)
2.052*)
53,25*)
100
102,4
94,92
92,5
2.150
57
90,92
95,44
93,42
Sumber data : BKPD Prov. Lampung
Keterangan *) Angka Sementara
Pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
Pengertian Pola Pangan Harapan (PPH) atau Desirable Dietary Pattern adalah susunan
keberadaan pangan yang didasarkan pada sumbangan energi dari kelompok pangan
utama (baik secara absolut maupun relative) dari suatu pola ketersediaan dan atau
konsumsi pangan.FAO –RAPA (1989) mendefinisikan PPH sebagai komposisi kelomok
pangan utama yang bila dikonsumsi dapat memenuhi kebutuhan energi dan zat gizi
lainnya.Dengan demikian PPH merupakan susunan beragam pangan yang didasarkan
atas proporsi keseimbangan energi dari berbagai kelompok pangan untuk memenuhi
kebutuhan gizi baik dalam jumlah, maupun mutu dengan pertimbangan segi daya terima,
ketersediaan pangan, ekonomi budaya dan agama.Mutu konsumsi pangan penduduk
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 22
dapat dilihat dari skor pangan (dietary score) dan dikenalnya sebagai skor PPH. Semakin
tinggi skor PPH, konsumsi pangan semakin berimbang dan seimbang.
Pangan yang dikonsumsi secara beragam dalam jumlah cukup dan seimbang akan
mampu memenuhi kebutuhan zat gizi. Keanekaragaman pangan tersebut mencakup
kelompok : padi padian, umbi umbian, pangan hewani, minyak dan lemak, buah/biji
berminyak, kacang kacangan, gula, sayur dan buah, dll. Skor PPH di nilai dengan angka
100.Kegunaan PPH merupakan instrummen sederhana untuk menilai situasi konsumsi
pangan penduduk, baik jumlah maupun komposisi pangan menurut jenis pangan yang
dinyatakan dalam skor PPH. Skor PPH merupakan indikator mutu gizi dan keragaman
konsumsi pangan sehingga dapat digunakan untuk merencanakan kebutuhan konsumsi
pangan pada tahun tahun mendatang.PPH dapat digunakan sebagai pedoman dalam
evaluasi dan perencanaan penyediaan, produksi dan konsumsi pangan penduduk, baik
secara kuantitas, kualitas maupun keragamannya dengan mempertimbangkan aspek
sosial, ekonomi.Budaya, agama dan cita rasa. Pada tahun 2015 ini, skor PPH di Provinsi
Lampung ditargetkan 84,1 dan ternyata dari hasil analisis target PPH tahun 2015
tercapai yaitu 84,1 (Angka Sementara), seperti terlihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 14. Skor PPH Konsumsi di Provinsi Lampung Tahun 2015
Kelompok
Pangan
Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Kalori % %
AKE*) Bobot
Skor
Aktual
Skor
AKE
Skor
Maks
Skor
PPH
Padi-padian 1.290,9 65,6 64,5 0,5 32,8 32,3 25,0 25,0
Umbi-umbian 37,8 1,9 1,9 0,5 1,0 0,9 2,5 0,9
Pangan Hewani 149,1 7,6 7,5 2,0 15,1 14,9 24,0 14,9
Minyak &Lemak 291,1 14,8 14,6 0,5 7,4 7,3 5,0 5,0
Buah/Biji
Berminyak 56,6 2,9
2,8 0,5 1,4 1,4 1,0 1,0
Kacang-kacangan 59,3 3,0 3,0 2,0 6,0 5,9 10,0 5,9
Gula 95,1 4,8 4,8 0,5 2,4 2,4 2,5 2,4
Sayur dan Buah 115,6 5,9 5,8 5,0 29,4 28,9 30,0 28,9
Lain-lain 35,6 1,8 1,8 0,0 0,0 0,0 0,0 0,0
Total 2.131,2 108,2 106,6 95,5 94,0 100 84,1
Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung
Keterangan : Penghitungan menggunakan data sementara
Untuk skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi tahun 2015 yang ditampilkan pada
tabel diatas merupakan angka sementara (ASEM) karena angka tetapnya baru akan
keluar sekitar bulan Juni 2016.
Pola Pangan masyarakat Provinsi Lampung masih di dominasi oleh beras/padi-padian,
sementara konsumsi umbi-umbian masih dibawah standar, untuk itu perlu ditingkatkan
kampanye peningkatan pengolahan makanan yang berbahan pangan dari umbu-
umbian.Konsumsi pangan yang berasal dari hewani juga masih kurang, masih bisa
ditingkatkan mengingat Provinsi Lampung merupakan penghasil ikan dan daging yang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 23
cukup besar.Untuk itu gerakan makan ikan atau daging dan telur perlu ditingkatkan,
namun yang lebih penting lagi adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat, karena
harga produk hewani cukup mahal.Maka perlu dipertimbangan di kegiatan kawasan
rumah pangan lestari (KRPL) di kembangkan ternak ayam atau ternak ikan.
Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan untuk membangun bangsa
Indonesia dalam menghadapi persaingan era global.Untuk itu, tubuh memerlukan
makanan yang mengandung zat gizi lengkap sesuai dengan kebutuhan untuk dapat
menjalankan aktivitas secara aktif dan produktif.
Makanan yang di konsumsi sehari-hari harus mengandunng lima kelompok zat gizi,
yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral dalam jumlah yang cukup dan
tidak berlebihan namun juga tidak kekurangan. Disamping itu manusia juga memerlukan
air dan serat untuk memperlancar berbagai proses dalam tubuh. Zat-zat gizi tersebut
akan terpenuhi bila pangan yang kita konsumsi beragam, karena secara alami komposisi
setiap jenis bahan pangan memiliki kelebihan dan kekurangan akan zat gizi tertentu,
sehingga dengan mengkonsumsi jenis pangan yang beragam, pangan satu dengan yang
lainnya akan saling melengkapi. Pangan yang bergizi seimbang ini tidak harus berharga
mahal bahkan dapat diperoleh dengan harga yang sangat murah, dengan memanfaatkan
apa yang ada di sekitar kita, misalnya pekarangan.
Sehubungan dengan itu, pemerintah melalui kegiatan penganekaragaman konsumsi
pangan mengupayakan agar pola konsumsi pangan penduduk lebih beranekaragam,
seimbang serta aman dalam jumlah dan komposisi yang cukup (Beragam, Bergizi
Seimbang dan Aman) yang dimulai dari masing-masing rumah tangga.
Tabel 15. Perbandingan Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kinerja
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi
2011 2012 2013 2014 2015
Target Nasional 88,1 89,8 91,5 93,3 84,1
Target Renstra 88,9 89,8 91,5 93,3 84,1
Realisasi Kinerja 89,2 86,5 84,3 83,4 84,1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 24
Gambar 2. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi Tahun 2011 - 2015
Jumlah Konsumsi Energi (kkal/kapita/hari); Jumlah Konsumsi Protein (gr/kapita/hari)
Pada tahun 2015 untuk indikator jumlah konsumsi energi terealisasi 2.052 kkal/
kapita/hari dari target 2.004 kkal/kapita/hari atau 102,40%, sedangkan untuk jumlah
konsumsi protein terealisasi 53,25 gram/kapita/hari dari yang ditargetkan sebesar 56,1
atau 94,92%. Untuk kedua indikator yaitu jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi
protein capaian kinerjanya termasuk sangat tinggi karena lebih dari 91%. Secara rinci
pencapaian jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
Tabel 16. Target dan Realisasi Capaian Indikator Jumlah Konsumsi Energi di
Provinsi Lampung Tahun 2015
No Indikator Kinerja Capaian
2014
Tahun 2015 Target Akhir
Renstra
Capaian s/d
2015 terhadap
2019 (%) Target Capaian %
1.
2.
Jumlah Konsumsi
Energi(kkal/kap/hr)
Jumlah Konsumsi
Protein (gr/kap/hr)
2.062,4
54,5
2.004
56,1
2.052*)
53,25*)
102,40
94,92
2.150
57
95,44
93,42
Sumber Data BKPD Prov. Lampung
Keterangan *) Angka Sementara
Aspek kuantitas konsumsi pangan adalah jumlah pangan yang dikonsumsi dalam satuan
Kkal/Kap/Hari atau Gram/Kap/Hari. Penilaian aspek ini ditinjau dari volume pangan
yang dikonsumsi dan konsumsi zat gizi yang dikandung bahan pangan. Kedua hal
tersebut digunakan untuk melihat apakah konsumsi pangan sudah dapat memenuhi
kebutuhan yang layak untuk hidup sehat yang dikenal dengan angka kecukupan gizi
(AKG) yang direkomendasikan Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi ( WNPG). Untuk
88,1
89,8
91,5
93,3
84,1
87,3
88,9 89,8
91,5
84,1
89,2
86,5
84,3 83,4
84,1
78
80
82
84
86
88
90
92
94
96
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
Target Nasional
Target Renstra
Realisasi Kinerja
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 25
menilai kuantitas konsumsi pangan masyarakat digunakan parameter Tingkat Konsumsi
Energi (TKE) dan Tingkat Konsumsi Protein (TKP). Beberapa kajian menunjukkan
bahwa bila jumlah konsumsi energi dan protein terpenuhi sesuai dengan norma atau
angka kecukupan gizi dan konsumsi pangan beragam, maka zat-zat lain juga akan
terpenuhi dari konsumsi pangan.
Pangan dalam aspek penilaian situasi konsumsi wilayah lebih ditekankan pada aspek
gizi yang didasarkan pada penganekaragaman pangannya, bukah hanya beranekaragam
makanan pokoknya saja tetapi juga beranekaragam konsumsi bahan pangan lainnya.
Perbandingan antara target nasional, target Renstra dan capaian kinerja akan disajikan
pada tabel di bawah ini :
Tabel 17. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Capaian
Kinerja di Provinsi Lampung Tahun 2015
PPH Jumlah
Konsumsi Energi
Jumlah Konsumsi
Protein
Target Nasional
Target Renstra
Capaian Kinerja
84,1
84,1
84,1*)
2.004
2.004
2.052*)
56,1
56,1
53,25*)
Keterangan *) Data Sementara
Gambar 3. Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kegiatan
untuk Skor PPH, Konsumsi Energi dan Konsumsi Protein Tahun 2015
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa capaian kinerja tahun 2015 untuk indikator skor
pola pangan harapan (PPH) konsumsi dan jumlah konsumsi energi sudah melebihi
target, baik target nasional maupun target di renstra. Sedangkan untuk capaian kinerja
indikator jumlah konsumsi protein realisasinya masih di bawah target nasional dan target
di renstra.
84,1 56,1
2.004
84 56
2.004
84,1 53,25
2.052
0
500
1000
1500
2000
2500
PPH Konsumsi Energi Konsumsi Protein
Target Nasional
Target Renstra
Realisasi Kinerja
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 26
Perkembangan skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi, konsumsi energi dan
konsumsi protein di Provinsi Lampung dari tahun 2012 – 2015 dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 18. Perkembangan PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2012 - 2015
Uraian Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
Skor PPH Konsumsi 86,5 84,3 83,4 84,1*)
Jumlah Konsumsi
Energi
2.228 2.156 2.067 2.052*)
Jumlah Konsumsi
Protein
59,5 57,2 54,8 53,25*)
Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung
Keterangan : *) Angka Sementara
Grafik 4. Skor PPH Konsumsi Provinsi Lampung Tahun 2011 – 2015
Grafik 5. Perkembangan Konsumsi Energi di Provinsi Lampung Tahun 2012-2015
86,5
84,3
83,4
84,1
81,5 82
82,5 83
83,5 84
84,5 85
85,5 86
86,5 87
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
SKOR PPH KONSUMSI
PPH
2.228
2.156
2.067 2.052
1.950
2.000
2.050
2.100
2.150
2.200
2.250
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
Konsumsi Energi
Konsumsi Energi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 27
Grafik 6. Perkembangan Konsumsi Protein di Provinsi Lampung Tahun 2012-2015
Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa skor pola pangan harapan (PPH) konsumsi
masyarakat Provinsi Lampung sudah mulai mengarah kepada beragam, bergizi,
Seimbang dan Aman (B2SA), walaupun mulai pada tahun 2013 terjadi penurunan, hal
ini dikarenakan terjadi revisi hasil justifikasi data BPS dan BKP Pusat. Dan pada tahun
2015 terjadi peningkatan menjadi 84,1 (angka sementara), meningkatnya PPH konsumsi
ini karena adanya dukungan dari Pemerintah Daerah yang terus mensosialisasikan dan
mengkampanyekan keseimbangan pangan melalui lomba cipta menu dan makanan
sehat, pameran dan penyuluhan-penyuluhan melalui PPL dan PKK.
upaya upaya yang dilakukan dalam meningkatkan angka PPH antara lain :
a. Gerakan percepatan penganekaragaman konsumsi pangan
b. Lomba cipta menu tingkat Provinsi dan Nasional
c. Pengembangan usaha pangan lokal
Penilaian situasi konsumsi pangan dapat dilakukan dengan menganalisa dua aspek
penilaian yaitu : aspek kuantitas konsumsi (% AKE) dan aspek kualitas konsumsi (mutu
Konsumsi : Skor PPH). Mutu pangan atau kualitas pangan dalam hal ini dapat mencakup
aspek fisik pangan, kualitas kimiawi pangan dan mikrobiologi/aspek keamanna pangan,
aspek organoleptic dan aspek gizi.Pangan dalam aspek penilaian situasi konsumsi
wilayah lebih ditekankan pada aspek gizi yang didasarkan pada penganekaragaman
pangannya, bukan hanya beranekaragaman untuk makanan pokok saja tetapi juga
anekaragaman konsumsi bahan pangan lainnya. Semakin beragam dan seimbang pangan
yangn dikonsumsi akan semakin baik kualitas gizinya, karena pada hakekatnya tidak ada
satu jenis pangan yang mempunyai kandungan gizi yang lengkap dan cukup jumlah
jenisnya. Untuk menilai keanekaragaman pangan digunakan pendekatan Pola Pangan
Harapan (PPH).Semakin tinggi skor mutu pangan yang dihitung menggunakan
pendekatan PPH menunjukkan konsumsi pangan semakin beragam dan komposisinya
semakin baik dan seimbang.Apabila keragaman konsumsi pangan berada di bawah
59,5
57,2
54,8
53,25
50
52
54
56
58
60
Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
Konsumsi Protein
Konsumsi Protein
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 28
anjuran, maka tingkat konsumsi masyarakat perlu ditingkatkan melalui peningkatan
pendapatan dan pengetahuan pangan dan gizi.
Pada tahun 2015 untuk meningkatkan PPH di Provinsi Lampung, Badan Ketahanan
Pangan Daerah telah melakukan beberapa upaya diantaranya melalui kegiatan gerakan
penganekaragaman konsumsi pangan dengan sasaran anak SD/usia dini, petugas
Kabupaten/Kota, Kepala sekolah, Dewan guru, dan kelompok wanita tani di 4
Kabupaten/Kota yaitu Kabupaten Pringsewu, Lampung Selatan, Lampung tengah, dan
Pesawaran. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan
wawasan bagi kelompok tani dan anak-anak SD dalam mewujudkan pola konsumsi
pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman (B2SA).Serta mengurangi
ketergantungan terhadap bahan pokok beras.
Selain kegiatan gerakan penganekaragaman konsumsi pangan juga di lakukan sosialisasi
gerakan penganekaragaman konsumsi pangan dan konsumsi pangan beragam, bergizi,
seimbang dan aman (B2SA) kepada tim penggerak PKK, karena tim penggerak PKK
merupakan organisasi wanita yang mempunyai anggota sampai pada tingkat desa, oleh
karena itu TP_PKK merupakan mitra yang sangat cocok dan tepat dalam
mensosialisasikan dan menyebarluaskan gerakan Percepatan Penganekaragaman
Konsumsi Pangan (P2KP) dan konsumsi pangan B2SA. TP-PKK bisa dijadikan ujung
tombak dalam menyukseskan program P2KP dan pangan B2SA kepada masyarakat.
Guna memotivasi masyarakat agar mau mengkonsumsi makanan yang beragam, bergizi,
seimbanng dan aman (B2SA), maka Badan Ketahanan Pangan Daerah harus melakukan
sosialisasi secara terus menerus untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan
masyarakat serta mengubah pola konsumsi pangan masyarakat menuju beragam, bergizi,
seimbang dan aman. Dalam rangka mempercepat pemahaman masyarakat tentang
konsumsi pangan yang beragam, bergizi, seimbang dan aman, Badan Ketahanan Pangan
daerah melaksanakan lomba cipta menu beragam, bergizi, seimbang dan aman yangn
diikuti oleh perwakilan dari Kabupaten/Kota se Provinsi Lampung. Pada tahun 2015 ini
lomba dilaksanakan di halaman kantor Gubernur pada tanggal 12 Oktober 2015 yang
diikuti oleh 14 tim penggerak PKK Kabupaten/Kota. Lomba cipta menu beragam,
bergizi, seimbang dan aman IB2SA) ini merupakan salah satu upaya untuk mendorong
kemandirian masyarakat khususnya ibu-ibu rumah tangga dalam pengembangan pangan
lokal guna mendukung percepatan diversifikasi penganekaragaman pangan, dan
diharapkan dapat diterapkan di tingkat rumah tangga untuk mewujudkan ketahanan
pangan keluarga menuju ketahanan pangan nasional.
Dan untuk lebih memacu upaya penganekaragaman pangan berbasis sumber daya lokal
dilakukan dengan cara pengembangan usaha pangan lokal. Usaha pengolahan pangan
lokal berbasis sumber daya lokal, pada saat ini semakin sulit berkembang dan makin
terpinggirkan oleh produk-produk makanan produk industri yang umumya berbahan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 29
baku terigu. Pada tahun 2015, Badan Ketahanan Pangan daerah provinsi Lampung
memberikan bantuan alat penepung kepada kelompok wanita di 5 Kabupaten, yaitu
Kabupaten Lampung Timur, Lampung Barat, Lampung Utara, Pesawaran dan Kota
Metro.
Masalah dan solusi dalam pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH)
konsumsi, jumlah konsumsi energi dan jumlah konsumsi protein, sebagai berikut :
Masalah
1. Pendapatan masyarakat masih rendah dibandingkan harga kebutuhan pangan secara
umum, sehingga menurunya daya beli masyarakat disebabkan oleh kenaikan harga
pangan daripada masalah ketersediaan sehingga kualitas konsumsi pangan masih
rendah, kurang beragam dan masih di dominasi pangan sumber karbohidrat serta
masih rendahnya konsumsi protein hewani, umbi-umbian, aneka kacang serta sayur
dan buah
2. Keterbatasan dalam memberikan dukukngan program bagi dunia usaha dan asosiasi
yang mengembangkan aneka produk olahan pangan lokal
3. Konsumsi beras per kapita masih tinggi hai ini dikarenakan harga pangan pokok
bersumberdaya lokal sebagai pengganti beras harganya masih relative lebih tinggi
daripada harga beras, selain itu juga adanya anggapan yang salah dimasyarakat yaitu
belum makan kalau belum makan nasi serta masih terbatasnya dukungan sosialisasi,
promosi dalam penganekaragaman konsumsi pangan melalui berbagai media.
Solusi
1. Peningkatan pengetahuan kelompok wanita tentang pentingnya pemanfaatan
pekarangan untuk tambahan gizi keluarga dan untuk meningkatkan pendapatan
keluarga.
2. Peningkatan koordinasi dalam perumusan kebijakan konsumsi dan keamanan
pangan melalui peningkatan pemantauan dan analisis pola konsumsi pangan serta
pengembangan kelembagaan pedesaan dalam diversifikasi konsumsi pangan.
3. Fasilitasi kepada kelompok pengembangan bisnis pangan lokal dan makanan
tradisional serta mendorong peran aktif swasta dan dunia usaha dalam
pengembangan industri dan bisnis pangan lokal (MP3L)
SKOR POLA PANGAN HARAPAN (PPH) KETERSEDIAAN
Ketahanan pangan nasional masih merupakan isu yang strategis bagiIndonesia
mengingat kecukupan produksi, distribusi dan konsumsi pangan memiliki dimensi yang
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 30
terkait dengan dimensi sosial, ekonomi dan politik.Ketahanan pangan merupakan suatu
sistem yang terintegrasi yang terdiri atas berbagai subsistem, subsistem utamanya adalah
ketersediaan pangan, keterjangkauan dan pemenuhan konsumsi pangan.Terwujudnya
ketahanan pangan merupakan sinergi dari interaksi ketiga subsistem tersebut.Subsistem
ketersediaan pangan mencakup aspek produksi dan cadangan pangan.
Ketersediaan pangan harus dikelola sedemikian rupa sehingga walaupunproduksi
pangan bersifat musiman, terbatas dan tersebar antar wilayah, tetapi volume pangan
yang tersedia bagi masyarakat harus cukup jumlah dan jenisnya serta stabil
penyediaannya dari waktu ke waktu. Untuk itu aspek cadangan pangan merupakan salah
satu komponen penting dalamketersediaan pangan yang dapat berfungsi menjaga
kesenjangan antara produksi dengan kebutuhan, disamping itu juga dapat digunakan
untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekurangan pangan yang bersifat
sementara disebabkan gangguan atau terhentinya pasokan bahan pangan, misalnya
karena putusnya prasarana dan sarana transportasi akibat bencana alam.
Realisasi pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan, dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 19. Rencana dan Realisiasi Indikator Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Ketersediaan
No Indikator Kinerja Capaian
2014
Tahun 2015 Target
Akhir
Renstra
Capaian s/d
2015
terhadap
2019 (%)
Target Capaian %
1.
Skor Pola Pangan
Harapan
Ketersediaan
73,92 87,52
70,31
80,34
96,32
73
Pada indikator skor pola pangan harapan (PPH) Ketersediaan pada tahun 2015 ini
ditargetkan 87,52 dan terealisasi 70,31 atau 80,34%, meskipun pencapaian kinerjanya
belum mencapai 100% tetapi pencapaian kinerjanya sudah tergolong tinggi yaitu
mencapai 80,34%.
Untuk mengetahui perkembangan skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan selama
lima tahun terakhir di Provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 20. Pola Pangan Harapan (PPH Ketersediaan) di Provinsi Lampung
2011 – 2015
Kelompok Pangan Skor
Maks
Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan
2011 2012 2013 2014 2015
Padi-Padian
Umbi-Umbian
Pangan Hewani
Minyak dan Lemak
Buah/Biji
Berminyak
25
2,5
24
5
1
25
2,3
10,5
3,6
-
25
2,5
7,08
5,0
0
25
1,97
10,06
2,36
-
25
2,00
9,87
2,82
-
25
1,65
9,40
1,03
-
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 31
Kacang-Kacangan
Gula
Sayur dan Buah
Lain-Lain
10
2,5
30
-
2,2
2,5
27,7
-
1,55
2,5
30,0
-
1,97
2,5
30
-
1,72
2,50
30,00
-
0,73
2,50
30.00
-
T O T A L 100 73,7 73,63 73,86 73,92 70,31 Sumber : Badan Ketahanan Pangan daerah Prov. Lampung
Sumber Data : Badan Ketahanan Pangan Daerah prov. Lampung
Gambar 7. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung Tahun 2011 – 2015
Jika dilihat dari tabel diatas menunjukkkan bahwa PPH ketersediaan di Provinsi
Lampung sejak tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 mengalami peningkatan, hanya
saja pada Tahun 2015 mengalami penurunan hal ini dikarenakanada beberapa komoditas
yang mengalami penurunan ketersediaannya sehingga masih dibawah skor maksimal,
untuk komoditi padi-padian, gula, sayur dan buah ketersediaannnya sudah melebihi dari
skor maksimal, sementara untuk kelompok pangan umbi-umbian, hewani, minyak dan
lemak, buah/biji berminyak, dan kacang-kacangan ketersediaannya masih di bawah skor
maksimal yang menyebabkan skor PPH ketersediaan di Provinsi Lampung belum ideal
yang menunjukkan bahwa ketersediaan bahan pangan di Provinsi Lampung belum
beragam/berimbang. Untuk kelompok pangan yang masih dibawah skor maksimal perlu
ditingkatkan produksinya agar skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan bisa
meningkat mendekati skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan yang ideal yaitu
PPH ketersediaan mencapai 100.
Sementara jika dilihat dari surplus atau minus ketersediaan bahan pangan selama lima
tahun terakhir di provinsi Lampung dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
73,7 73,63 73,76 73,92
70,31
68
69
70
71
72
73
74
75
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
SKOR PPH KETERSEDIAAN
Series 1
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 32
Tabel 21. Surplus/Minus Bahan Makanan Provinsi Lampung Th. 2011 – 2015
No
. Komoditas
Surplus (+)/Minus (-) (ton)
2011 2012 2013 2014 2015
I
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
11
Pangan Nabati
Beras
Jagung
Kedelai
Kacang Tanah
Kacang Hijau
Ubi Kayu
Ubi Jalar
Sayur
Buah
Minyak Goreng
Gula Pasir
805.134
1.614.307
-26.578
-86.799
2.309
7.676.122
33.904
-109.341
1.960.998
11.902
725.105
889.523
1.508.442
-87.733
1.671
-2.796
6.810.249
11.125
-340.047
1.230.602
49.240
650.819
952.622
1.506.991
-91.857
1.442
-3.469
6.752.862
8.367
-360.415
1.609.894
-48.954
722.018
780.725
1.557.589
-85.814
274
-77
8.122.537
19.889
-444.243
1.481.576
-63.528
628.267
873.967
1.509.246
-80.588
7.257
-9
6.657.508
14.042
-
20.764.046
II.
1.
2.
3.
4.
Pangan Hewani
Daging
Telur
Susu
Ikan
-13.321
4.694
-28.660
-41.995
-4.528
87.443
-341.961
248.798
19.134
98.106
-350.308
491.323
5.927
3.176
-362.463
367.435
-15.943
7.913
Sumber Data : Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung
Data Neraca Bahan Makanan (NBM) menunjukkan bahwa ketersediaan bahan pangan di
Provinsi Lampung telah cukup, dicerminkan dengan tersedianya energi dan protein yang
telah melebihi standar yang ditetapkan melalui Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi
(WNPG). Sebagai gambaran ketersediaan bahan pangan Provinsi Lampung dapat dilihat
pada Tabel dibawah ini.
Tabel 22. Ketersediaan Energi dan Protein Berdasarkan NBM Provinsi
Lampung Tahun 2011 – 2015.
No. Uraian Standar
WNPG
Tahun 2011
(ATAP 2010)
Tahun 2012
(ATAP 2011)
Tahun 2013
(ATAP 2012)
Tahun 2014
(ATAP 2013)
Tahun 2015
(ATAP 2014
1
Energi
(kal/kap/hr) 2.200 2.578,28 2.870,04 2.911,84 2.987,84 2.735,29
a. Nabati
2.462 2.791,68 2.800,13 2.877,91 2.630,63
b. Hewani
117 78,36 111,71 109,93 104,66
2
Protein
(gram/kap/hr) 57 66,41 58,31 68,23 55,90 67,93
a. Nabati
51,19 49,36 55,47 43,57 55,65
b. Hewani
15,22 8,95 12,76 12,33 12,28
Sumber : Badan Ketahanan Pangan daerah Prov. Lampung
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 33
Gambar 8. Ketersediaan Energi dilihat dari Sumbernya tahun 2011 - 2015
Gambar 9. Ketersediaan Protein Berdasarkan Sumbernya Tahun 2011 – 2015
Dalam upaya pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan, Badan
Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung telah melakukan penyusunan Neraca
Bahan Makanan (NBM).Tabel Neraca Bahan Makanan ini menyajikan gambaran
menyeluruh tentang pola penyediaan pangan di suatu wilayah dalam periode tertentu.
Neraca Bahan Makanan (NBM) digunakan sebagai salah satu bahan dalam menyusun
kebijakan ketersediaan pangan, maka NBM harus disusun secara lengkap, tepat waktu
dan berkelanjutan dari suatu periode ke periode berikutnya. Tabel NBM ini dapat
digunakan untuk mengevaluasi pengadaan, penggunaan pangan, komposisi atau pola
ketersediaan energi atau zat gizi lainnya.Selain itu juga digunakan sebagai acuan dalam
-
500,00
1.000,00
1.500,00
2.000,00
2.500,00
3.000,00
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
117,00 78,36 111,71 109,93 104,66
2.462,00
2.791,68 2.800,13 2.877,91
2.630,63 2.578,28
2.870,04 2.911,84 2.987,84
2.735,29
Sumber Hewani
Sumber Nabati
Total Energi
0
10
20
30
40
50
60
70
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
15,22
8,95 12,76 12,33 12,28
51,19 49,36
55,47
43,57
55,65
66,41
58,31
68,23
55,9
67,93
Sumber Hewani
Sumber Nabati
Total Protein
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 34
perencanaan produksi/pegadaan pangan serta sebagai bahan dalam penetapan kebijakan
pangan dan gizi.
Pada tahun 2015 ini ditargetkan skor Pola Pangan Harapan (PPH) ketersediaan sebesar
87,52 tetapi dari hasil penyusunan NBM ternyata PPH ketersediaan di Provinsi
Lampung baru mencapai 70,31, masih lebih rendah dari yang di inginkan. Hal ini
menunjukkan bahwa ketersediaan pangan di Provinsi Lampung belum
beragam/seimbang karena belum mencapai 100. Dari hasil penghitungan ketersediaan
atau hasil dari Neraca Bahan Makanan (NBM) menunjukan bahwa ketersediaan pangan
di provinsi Lampung masih di dominasi oleh kelompok pangan padi padian (74,91%),
kelompok sayur/buahan (8,99%), kelompok gula (7,72%), Pangan hewani (3,78%),
kelompopk umbi-umbian (2,65%), minyak dan lemak (1,66%) serta diikuti kelompok
kacang-kacangan dengan kontribusi energy sebesar (0,29%).
Penyebab belum idealnya ketersediaan pangan tersebut disebabkan karena Komposisi
skor PPH untuk masing-masing kelompok bahan pangan tersebut belum seluruhnya
mencapai skor maksimum, kelompok pangan yang masih di bawah skor maksimum
antara lain : umbi-umbian, sebesar 1,65 (skor maksimal 2,5), kelompok pangan hewani
9,40 (skor maksimal 24, kelompok buah/biji berminyak sebesar 0 (maksimal 1),
kelomppok kacang-kacangan 0,73 (skor maksimal 10, kelompok minyak dan lemak
sebesar 1,03 (skor maksimal 5). Hal ini mengakibatkan tidak seimbangnya ketersediaan
kecukupan gizi yang dipersyaratkan. Sedangkan kelompok bahan pangan yang melebihi
skor maksimal akan memberikan kelebihan kontribusi ideal pangan dalam komposisi
gizi seimbang.
Untuk pemenuhan ketersediaan energi, protein dan lemak yang berimbang, maka untuk
komoditas yang produksinya masih rendah (kelompok kacang-kacangan, kelompok ikan
dan telur)agar dilakukan peningkatan produksi dengan memanfaatkan potensi lahan
yang tersedia, sementara kelebihan ketersediaan untuk bebrapa komoditas pangan di
Provinsi Lampung seperti beras dan ubi kayu dapat dimanfaatkan sebagai aset provinsi
untuk di eksport guna meningkatkan pendapatan daerah.
Salah satu cara untuk mengetahui tingkat ketahanan pangan adalah dengan mengukur
rasio ketersediaan dengan konsumsi pangan. Rasio pangan ini berguna sebagai masukan
bagi pemangku kepentingan untuk memperbaiki dan meningkatkan penyediaan pangan
dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan Provinsi Lampung.Untuk melihat kecukupan
ketersediaan dan konsumsi, dilakukan perbandingan antara ketersediaan dan konsumsi
aktual dengan angka kecukupan ketersediaan dan konsumsi dalam bentuk energi dan
protein.Ketersediaan pangan per kapita mengindikasikan rata-rata individu memperoleh
bahan pangan. Pada tahun 2015 ini angka kecukupan energi tingkat ketersediaan di
targetkan 2.200 kkal/kapita/hari, dari hasil penyusunan neraca bahan makanan Provinsi
Lampung tahun 2015 angka kecukupan energi tingkat ketersediaan mencapai
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 35
2.735,29kkal/kapita/hari (124,33% dari target angka kecukupan energi di tingkat
ketersediaan sebesar 2.200 kkal/kapita/hari. Dari total ketersediaan energi, sumbangan
terbesar berasal dari pangan nabati yaitu sebesar 2.630,63 kkal/kapita/hari atau 96,17%
dan sisanya 3,83% yang berasal dari pangan hewani. Secara rinci sumber energi dari
kelompok pangan tersebut sebagai berikut :
Tabel 23. Ketersediaan Energi dan Protein Menurut Sumbernya
Sumber Pangan Ketersediaan energi Ketersediaan Protein
Kkal/kapita/hari % Gram/kap/hari %
Nabati 2.630,63 96,17 55,65 81,92
Hewani 104,66 3,83 12,28 18.08
Total 2.735,29 100 67,93 26,83
Sumber : Data NBM Badan Ketahanan Pangan Provinsi Lampung Tahun 2015
Gambar 10. Persentase Ketersediaan Energi, Tahun 2015
Gambar 11. Persentase Ketersediaan Protein, Tahun 2015
NABATI; 96,17%
HEWANI; 3,83%
KETERSEDIAAN ENERGI
Nabati; 81,92%
Hewani; 18,08%
; 0; 0% ; 0; 0%
Ketersediaan Protein
Nabati
Hewani
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 36
Total ketersediaan protein adalah sebesar 67,93 gram/kapita/hari atau lebih besar
19,18% dari angka yang dianjurkan yakni 57 gram/kapita/hari. Jika dilihat
sumbangannya menurut masing-masing kelompok pangan, ketersediaan energi, protein
dan lemak masih di dominasi kelompok padi-padian yaitu sebesar 2.048,95
kkal/kapitahari atau 74,90%, kemudian diikuti kelompok buah-buahan 8,04%, gula
7,72%, makanan berpati 2,65%, daging 1,39%, minyak dan lemak 1,66%, ikan 1,49%,
sayuran 0,95%, telur 0,89%, dan buah/biji berminyak 0,29%. Sedangkan yang memberi
sumbangan yang paling kecil adalah kelompoksusu dengan ketersediaan energi yang
hanya mencapai 1% per 1000 kkal/kapita/hari. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar
dibawah ini :
Gambar 12. Persentase Kontribusi Kelompok Pangan Tahun 2015
Berdasarkan penghitungan ketersediaan pangan atau hasil dari Neraca Bahan Makanan
tahun 2015 didapatkan Pola Pangan Harapan (PPH) Provinsi Lampung menurut
kelompok pangan sebagai berikut :
Tabel 24. Skor PPH Ketersediaan Provinsi Lampung berdasarkan NBM Th. 2015
Kelompok
Pangan
Perhitungan Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Kalori % %
AKE*) Bobot
Skor
Aktual
Skor
AKE
Skor
Maks
Skor
PPH
Padi-padian 2.048,95 74,91 93,13 0,50 37,45 46,57 25,00 25,00
Umbi-umbian 72,52 2,65 3,30 0,50 1,33 1,65 2,50 1,65
Pangan Hewani 103,42 3,78 4,70 2,00 7,56 9,40 24,00 9,40
Minyak &Lemak 45,27 1,66 2,06 0,50 0,83 1,03 5,00 1,03
Buah/Biji
Berminyak - - - 0,50 - - 1,00 -
Kacang-kacangan 8,0 0,29 0,36 2,00 0,58 0,73 10,00 0,73
Gula 211,11 7,72 9,60 0,50 3,86 4,80 2,50 2,50
Sayur dan Buah 246,02 8,99 11,18 5,00 44,97 55,91 30,00 30,00
Lain-lain - - - - - - - -
Total 2.735,29 100 124,33 - 96,58 120,08 100 70,31
Padi-Padian (74,91%); 74,91%
Umbi-umbian (2,65%); 2,65%
Pangan Hewani (3,78%); 3,78%
Gula (7,72%); 7,72%
Minyak dan Lemak (1,66%);
1,66%
Sayur dan Buah (8,99%); 8,99%
Kacang-Kacangan (0,29%); 0,29%
% KONTRIBUSI KELOMPOK PANGAN
Padi-Padian (74,91%)
Umbi-umbian (2,65%)
Pangan Hewani (3,78%)
Gula (7,72%)
Minyak dan Lemak (1,66%)
Sayur dan Buah (8,99%)
Kacang-Kacangan (0,29%)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 37
Gambar 13. Perbandingan Skor Maksimum dan Skor PPH menurut Kelompok Pangan
Bila dilihat dari persentase AKE bahwa situasi ketersediaan pangan berdasarkan pola
pangan harapan (Kualitas) di Provinsi Lampung pada tahun 2015 memiliki ketersediaan
energi sebesar 2.735,29 kkal/kapita/hari atau lebih 24,33% dari angka kecukupan gizi
(2.200 kkal/kapita/hari) dengan skor PPH 70,31 yang menyatakan bahwa ketersediaan
pangan di Provinsi Lampung belum beragam/seimbang karena belum mencapai 100.
Meskipun ketersediaan energi berdasarkan Neraca Bahan Makanan (Kuantitas) telah
mencapai 2.735,29 kkal/kapita/hari atau surplus sebesar 24,33% dari angka kecukupan
gizi (2.200 kkal/kapita/hari) namun secara kualitas (skor PPH 70,31) belum ideal.
Penyebab belum idealnya ketersediaan pangan tersebut disebabkan karena :
1. Komposisi skor PPH untuk masing-masing kelompok bahan pangan tersebut belum
seluruhnya mencapai skor maksimal hal ini berakibat tidak seimbangnya
ketersediaan kecukupan gizi yang dipersyaratkan
2. Kelompok pangan yang terlalu melebihi skor maksimal akan memberikan kelebihan
kontribusi ideal pangan dalam komposisi gizi seimbang
3. Penyebab belum idealnya kualitas ketersediaan pangan ini juga disebabkan pada
beberapa kelompok pangan masih dibawah skor maksimal, yaitu pangan hewani
(3,78%), minyak dan lemak (1,66%), kelompok umbi-umbian (2,65%), serta diikuti
kelompok kacang-kacangan dengan kontribusi energi sebesar 0,29%. Kondisi ini
dikarenakan produksi untuk masing-masing kelompok pangan tersebut relatif masih
rendah.
Ketersediaan Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 2015 (Atap 2014)
menunjukkan bahwa ketersediaan yang mengalami surplus antara lain : beras surplus
873.967 ton, Jagung surplus 1.509.246 ton, Kacang Tanah surplus 7.257 ton, Ubi Kayu
25,00
2,50
24,00
5,00
1,00
10,00
2,50
30,00
0,00
25,00
1,65
9,40
1,03 0,00 0,73 2,50
30,00
0,00 0,00
5,00
10,00
15,00
20,00
25,00
30,00
35,00
Skor Maksimum
Skor PPH
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 38
surplus 6.657.508 ton, Ubi Jalar surplus 14.042 ton, Buah-Buahan surplus 20.764.046
ton, dan ikan surplus 7.913 ton, sedangkan untuk komoditas kedelai, kacang hijau,
daging sapi, daging ayam ras dan buras, dan telur (ayam, itik) ketersediaannya
mengalami kekurangan/minus. Untuk kedelai minus 80.588 ton, kacang hijau minus 9
ton, daging sapi minus 3.159 ton, Daging ayam ras dan buras minus 32.691 ton dan telur
(ayam, itik) minus 15.943. Data lengkap ketersediaan bahan pangan di Provinsi
Lampung tahun 2015 (atap 2014) dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 39
Tabel 25. Ketersediaan dan Konsumsi Bahan Pangan di Provinsi Lampung Tahun 2015 (Atap Tahun 2014)
No. Komoditas Produksi (Ton)
Benih/Pakan/Tercecer Ketersediaan
(Ton)
Jumlah
Penduduk
(Jiwa)
Konsumsi/kapita
(Kg/Kap/Th)
Total Konsumsi
(Ton) Surplus/Minus
Ketersediaan
/Konsumsi
(%)
Skor % (Ton)
Padi 3.320.064 7,3 242.365 3.077.699
1. Beras 1.945.106 3,3 64.188 1.880.917 9.549.079 105,45 1.006.950 873.967 186,79 1
2. Jagung 1.719.386 11 189.132 1.530.254 9.549.079 2,20 21.008 1.509.246 7.284,16 1
3. Kedelai 13.777 5 689 13.088 9.549.079 9,81 93.676 - 80.588 13,97 4
4. Kacang Tanah 9.951 5 498 9.453 9.549.079 0,23 2.196 7.257 430,43 1
5. Kacang Hijau 2.352 7 165 2.187 9.549.079 0,23 2.196 - 9 99,59 3
6. Ubi Kayu 8.034.016 15 1.205.102 6.828.914 9.549.079 17,95 171.406 6.657.508 3.984 1
7. Ubi Jalar 42.000 12 5.040 36.960 9.549.079 2,40 22.918 14.042 161,27 1
8. Buah-Buahan 23.403.470 10 2.340.347 21.063.123 9.549.079 31,32 299.077 20.764.046 7.042,71 1
9. Daging Sapi 13.074 - - 13.074 9.549.079 1,70 16.233 - 3.159 80,54 4
10. Daging ayam ras
dan buras
13.813 - - 13.813 9.549.079 4,87 46.504 - 32.691 29,70 4
11. Telur (ayam,itik) 62.168 - - 62.168 9.549.079 8,18 78.111 - 15.943 79,59 4
12. Ikan 231.859 15 34.779 197.080 9.549.079 19,81 189.167 7.913 104,18 2
Keterangan : Skor 1 : Surplus (rasio > 114%)
Skor 2 : Swasembada ( rasio 100 – 114%)
Skor 3 : Cukup (rasio 95 – 100%)
Skor 4 : Defisit (rasio < 95%)
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 40
Jika dibandingkan dengan tahun 2014, pencapaian skor pola pangan harapan (PPH)
ketersediaan pada tahun 2015 mengalami penurunan, pada tahun 2014 skor pola pangan
harapan (PPH) ketersediaan mencapai 73,92 dan pada tahun 2015 turun menjadi 70,31.
Hal ini dikarenakan persentase kontribusi kelompok pangan ada yang mengalami
penurunan seperti kelompok pangan umbi-umbian, kelompok pangan hewani, minyak
dan lemak, dan kelompok kacang-kacangan.
Pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH) ketersediaan juga di bandingkan
dengan target di renstra dan target nasional jauh lebih rendah target renstra dan nasional
pada tahun 2015 sebesar 87,52, sedangkan pencapaian di tahun 2015 baru 70,31 atau
baru mencapai 80,3% dari target renstra dan nasional
Ada beberapa masalah dalam pencapaian indikator skor pola pangan harapan (PPH)
ketersediaan, antara lain :
1. Ketersediaan pangan sangat fluktuatif dari tahun ketahun sehingga untuk
mempertahankan dan meningkatkan ketersediaan pangan perlu adanya program dan
kegiatan yang mendukung tercapainya ketersediaan pangan suatu wilayah.
Solusi
1. Untuk menghadapi ketersediaan pangan yang sangat fluktuatif kiranya perlu
dilakukan penekanan laju pertumbuhan penduduk, penekanan laju alih fungsi lahan,
serta penekanan tingkat konsumsi yang melebihi standar
2. Ketersediaan pangan di Lampung yang masih rendah perlu ditingkatkan melalui
peningkatan produksi dan produktivitas dengan memanfaatkan potensi wilayah
3. Penguatan distribusi pangan karena pergerakan komoditas sangat mobile dan di
Provinsi Lampung masih terdapat beberapa komoditas yang sangat tergantung
pasokan dari luar
PERSENTASE PENURUNAN JUMLAH PENDUDUK RAWAN PANGAN (%)
Realisasi pencapaian indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan,
sebagai berikut :
Tabel 26. Target dan Realisasi Pencapaian Sasaran Persentase Menurunnya
Jumlah Penduduk Rawan Pangan
No Indikator Kinerja Capaian
2014
Tahun 2015 Target
Akhir
Renstra
Capaian s/d
2015
terhadap
2019 (%)
Target Capaian %
1.
Persentase
Penurunan Jumlah
Penduduk Rawan
Pangan (%)
0,18 1
0,68
68 1%
68
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 41
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa target indikator persentase penurunan jumlah
penduduk rawan pangan pada tahun 2015 sebesar 1% hanya bisa dicapai 0,68% atau
terealisasi 68%. Hal ini menunjukkan bahwa sasaran menurunnya jumlah penduduk
rawan pangan pada tahun 2015 sebesar 1% tidak tercapai. Berdasarkan skala nilai
peringkat kinerja pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 tahun 2010, indikator
persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan menunjukkan capaian sedang,
Dalam pencapaian target penurunan jumlah penduduk rawan pangan 1% ini sulit untuk
tercapai karena kemiskinan terdiri dari banyak faktor yang mempengaruhi dan harus
diselesaikan secara lintas sektoral. kemiskinan berhubungan erat dengan kerawanan
pangan yang ditinjau dalam dua dimensi:
a. Kedalaman dengan kategori ringan, sedang, dan berat
b. Jangka waktu/periode kejadian dengan kategori kronis untuk jangka panjang dan
transien untuk jangka pendek/fluktuasi
Selain itu kemiskinan juga berhubungan erat dengan tingkat pengangguran, karena
terkait dengan pendapatan penduduk (faktor ekonomi) dan daya beli masyarakat.
Berdasarkan tabel dibawah ini dapat dilihat bahwa perkembangan jumlah penduduk dan
jumlah penduduk miskin sejak tahun 2010 – 2015 cenderung turun :
Tabel 27. Perkembangan Jumlah Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun
2011 – 2015
Tahun Jumlah Penduduk Miskin (Ribu Jiwa) Persentase Penduduk Miskin
Kota Desa Jumlah Kota Desa Jumlah
2010 (Maret)
2011 (Maret)
2011 (Sept)
2012 (Maret)
2012 (Sept)
2013 (Maret)
2013 (Sept)
2014 (Maret)
2014 (Sept)
2015 (Maret)
2015 (Sept)
301,73
243,61
226,09
241,10
240,11
235,47
224,81
230,63
224,21
233,27
197,94
1.178,20
1.064,09
1.062,48
1.023,39
990,05
939,88
919,95
912,28
919,73
930,22
902,74
1.479,93
1.307,70
1.288,58
1.264,48
1.230,16
1.175,35
1.144,76
1.142,92
1.143,93
1.163,49
1.100,68
14,30
12,27
11,32
12,00
11,88
11,59
10,89
11,08
10,68
10,94
9,25
20,65
18,54
18,39
17,63
16,96
15,99
15,62
15,41
15,46
15,56
15,05
18,94
16,93
16,57
16,18
15,65
14,86
14,39
14,28
14,21
14,35
13,53
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 42
Sumber Data : BPS Provinsi Lampung
Gambar 14. Presentase Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Th. 2011 - 2015
Berdasarkan penyebaran penduduk miskin tahun 2011 - 2015, bahwa jumlah penduduk
miskin di perdesaan lebih tinggi dari perkotaan.Pada tahun 2015 penurunan penduduk
miskin sebesar 0,68% sementara target nasional dan target Rencana Strategis
(RENSTRA) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung Pada tahun 2015
dalam penurunan penduduk rawan pangan yaitu 1%, hal ini berarti bahwa kinerja Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Lampung tahun 2015 dalam menurunkan jumlah penduduk
rawan pangan sebesar 1% pertahun tidak mencapai target, sementara kalau dilihat dari
rata-rata penurunan penduduk rawan pangan selama lima tahun yaitu 1,08%
menunjukkan bahwa kinerja Badan ketahanan Pangan Provinsi Lampung selama lima
tahun telah melebihi target dalam upaya penurunan penduduk rawan pangan.
Tabel 28. Target Nasional, Target Renstra dan Capaian Kinerja dalam Penurunan
Penduduk Miskin di Provinsi Lampung Tahun 2011 - 2015
Tahun
2011
Tahun
2012
Tahun
2013
Tahun
2014
Tahun
2015
Target Nasional 1% 1% 1% 1% 1%
Target Renstra 1% 1% 1% 1% 1%
Realisasi Capaian Kinerja 2,37% 0,92% 1,26% 0,18% 0,68%
0
2
4
6
8
10
12
14
16
18
20
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
11,32 11,88
10,89 10,68
9,25
18,39
16,96
15,62 15,46 15,05
16,57 15,65
14,39 14,21 13,53
Kota
Desa
Jumlah
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 43
Gambar 15.Perbandingan antara Target Nasional, Target Renstra dan Realisasi Kinerja
dalam Penurunan Penduduk Rawan Pangan
Kegiatan yang di kelola oleh Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung dalam
rangka mewujudkan penurunan penduduk rawan pangan yaitu :
a. Pengembangan desa mandiri pangan
b. Analisa dan pemantauan SKPG dan PDRP
c. Pengembangan cadangan pangan pemerintah
d. Pengembangan lumbung pangan masyarakat
e. Analisa dan penyusunan peta ketahanan dan kerentanan pangan.
f. Akses Pangan
g. Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan
Pada tahun 2015 ini pengembangan desa mandiri pangan selain dilakukan pemantauan
dan pembinaan di 97 desa mandiri pangan juga dilakukan pembinaan dan pemantauan di
6 kawasan mandiri pangan.evaluasi dari hasil pemantaun dan pembinaan, dampak dari
kegiatan pengembangan desa mandiri pangan ini, sebagai berikut :;
Sedikit meningkatkan usaha produktif, namun keberlangsungan usaha masih harus
ditingkatkan
Sedikit meningkatkan ketersediaan pangan, namun belum berhasil meningkatkan
ketersediaan pangan, akses dan posisi tawar rumah tangga anggota kelompok
afinitas
Meningkatkan kelembagaan khusunya kelompok afinitas dan LKD, namun masih
kurang untuk TPD
Sedikit meningkatkan daya beli yang ditandai dengan menurunnya proporsi rumah
tangga miskin yang tidak dapat menjangkau pangan
2,37%
0,92%
1,26%
0,18%
0,68%
1% 1% 1% 1% 1%
0,00%
0,50%
1,00%
1,50%
2,00%
2,50%
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
Realisasi Kinerja
Target Renstra
Target Nasional
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 44
Menurunnya tingkat kemiskinan yang ditandai dengan menurunnya proporsi rumah
tangga anggota kelompok afinitas kategori miskin dan meningkatnya proporsi
rumah tangga kelompokm afinitas kategori kurang sejahtera dan sejahtera
Menurunnya kerawanan pangan pada rumah tangga kelompok afinitas belum
terlihat, diduga adanya pengaruh berbagai faktor di luar program
Meningkatkan ketahanan pangan pada rumah tangga anggota kelompok afinitas,
terlihat pada penurunan proporsi rumah tangga yang kurang tahan pangan
Meningkatkan pola pikir pada bebrapa aspek kehidupan masyarakat khusunya
kesadaran akan manfaat pemahaman dan aktualisasi kegiatan berkelompok serta
pemahaman akan pentingnya pendamping dalam pelaksanaan program demapan.
Tingkat ketahanan pangan rumah tangga anggota kelompok afinitas relatif lebih
baik daripada bukan anggota kelompok afinitas. Perbandingan proporsi rumah
tangga anggota kelompok afinitas dan bukan anggota kelompok afinitas berturut-
turut untuk kategori tudak tahan pangan 50,4% dan 64,2%, kurang tahan pangan
27,9% dan n32,9%, serta tahan pangan 6,7% dan 2,9%.
Potensi luas wilayah yang besar kurang dapat dimanfaatkan untuk mendukung
swasembada pangan karena kurangnya sumberdaya air.
Berdasarkan analisa Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi (SKPG) situasi pangan dan
Gizi di Provinsi Lampung dalam kondisi rawan, dengan faktor penyebab dominan
prosentase KK miskin, hanya Kota Metro yang dalam kondisi waspada. Dari hasil
analisa SKPG rasio ketersediaan terhadap konsumsi mormatif serealia dan umbi umbian
di provinsi Lampung memiliki rasio ketersediaan pangan yang baik, hanya di Kota
Metro dan Kota Bandar Lampung, Kota Metro di kategorikan waspada karena tingkat
rasionya 1,06 (Rasio 0,90≤ r ≤ 1,14), sementara Kota Bandar Lampung di kategorikan
deficit karena rasionya < 0,9, dengan demikian Kota Bandar Lampung perlu dilakukan
intervensi untuk mendatangkan pangan dari luar wilayah. Untuk aspek pemanfaatan
pangan Provinsi Lampung memiliki prevalensi kurang energy protein sebesar 0,09%
dengan kata lain semua Kabupaten di provinsi Lampung pada kondisi KEP dengan
status aman, sedangkan akses terhadap pangan, Provinsi Lampung masih dikategorikan
provinsi miskin karena dari 2.160.454 KK terdapat 58,84% KK yang berstatus keluarga
pra sejahtera dan keluarga sejahtera I yang tersebar hampir di semua Kabupaten, hanya
Kota metro dalam kondisi waspada.
Dari hasil penyusunan peta kerentanan dan ketahanan pangan (FSVA) di 196 kecamatan
di bagi dalam 6 kelompok prioritas, yaitu : 3 kecamatan pada prioritas 3 (1,5%), 20
kecamatan pada prioritas 4 (10,2%), 147 kecamatan pada prioritas 5 (75%) dan 26
kecamatan pada prioritas 6 (13,27%). Kecatan prioritas 3, yaitu kecamatan Balik Bukit
Kabupaten Lampung Barat, Kecamatan Anak Tuha Kabupaten Lampung Tengah dan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 45
kecamatan Banjit Kabupaten Way Kanan. Faktor utama penyebab tingginya kerentanan
terhadap kerawanan pangan (prioritas 3), yaitu :
a. Tingginya prosentase balita tinggi kurang (stunting)
b. Tingginya prosentase rumah tangga tanpa akses air bersih
c. Tingginya prosentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yangn
memadai
d. Tingginya jumlah rumah tangga yang tidak memiliki akses ke fasilitas kesehatan
dalam jarak 5 km.
Berdasarkan permentan No. 65 tahun 2010 tentang standar pelayanan minimal salah satu
indikatornya yaitu bahwasannya di setiap provinsi harus memiliki cadangan pangan
sebesar 200 ton pada tahun 2015, Di Provinsi Lampung pada tahun 2014 telah memiliki
cadangan pangan pemerintah sebesar 206.609 ton, yang kemudian pada tahun 2014 di
salurkan ke Kabupaten Mesuji yang terkena bencana kebanjiran sebesar 50,04 ton.
Sehingga cadangan pangan pemerintah pada Provinsi Lampung pada akhir tahun 2014
sebesar 156,569, sehingga pada tahun 2015 di rencanakan untuk pengadaan cadangan
pangan sebesar 20 ton tetapi kemudian melalui APBD Perubahan berkurang menjadi
10.483 kg, dan tidak direalisasikan karena adanya surat dari bulog Nomor
384/08010/08/2015 tanggal 28 Agustus 2015 tentang perjanjian pengelolaan cadangan
pangan yang didalamnya antara lain berisi adanya kenaikan harga berdasarkan
keputusan direksi perum bulog no. KD-199/DK000/07/2015 ditetapkan sebesar Rp.
8.790/kg, dan kita diharuskan melakukan penyesuaian harga terhadap stock milik Badan
Ketahanan Pangan Provinsi Lampung yang di titipkan di gudang Bulog sebagai
kompensasi terhadap biaya penitipan dan perawatan barang. Dengan adanya surat
tersebut Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung tidak merealisasikan
pengadaan cadangan pangan pemerintah yang akan dititipkan ke bulog, karena belum
ditemukan jalan keluar untuk menyelesaikan masalah yang berhubungan dengan surat
penyesuaian harga tersebut terhadap stock cadangan pangan pemerintah yang sudah
dititipkan di bulog.
Dalam rangka pengembangan cadangan pangan, selain melalui cadangan pangan
pemerintah diupayakan juga dari cadangan pangan yang ada di masyarakat yaitu
lumbung pangan masyarakat.Berdasarkan Undang-undang No. 18 tahun 2012 tentang
Pangan menyatakan bahwa ketahanan pangan sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi
rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun
mutunya, aman, merata dan terjangkau. Peranan lumbung pangan di masa lalu lebih
bersifat sosial dan sebagai tempat untuk menyimpan hasil panen yang dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat di musim paceklik.
Peranan lumbung ini pernah diupayakan untuk digantikan oleh kelembagaan alternatif
dengan mengintegrasikan seluruh lembaga sosial pedesaan dalam suatu organisasi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 46
modern. Namun kelembagaan alternatif tersebut ternyata mengalami kegagalan dan
menyebabkan petani selalu berada dalam posisi lemah. Berdasarkan hasil penelitian
PSP-LP IPB tahun 2001, menunjukkan bahwa lumbung pangan pedesaan di beberapa
daerah terbukti memiliki daya adaptasi yang lebih tinggi dari jenis-jenis lembaga
alternatif yang diintervensi dari luar. Lumbung pangan tersebut tidak hanya efektif
dalam melayani kebutuhan pangan anggotanya pada saat krisis tetapi juga melayani
kebutuhan finansial anggotanya dari hasil pengelolaan lumbung.
Revitalisasi kelembagaan perlu dilakukan melalui proses pemberdayaan secara
sistematis, utuh terpadu dan berkesinambungan sehingga mampu menjadi salah satu
lembaga penggerak ekonomi pedesaan. Lumbung pangan adalah salah satu kelembagaan
yang ada di masyarakat yang telah lama berperan dalam pengadaan pangan terutama
dalam musim paceklik. Upaya revitalisasi perlu dilakukan, mengingat (1) keberadaan
lumbung pangan pada akhir-akhir ini sudah semakin memudar seiring dengan kemajuan
sistem perdagangan dan berkembangnya lembaga logistik formal pemerintah; (2)
terjadinya reformasi peran BULOG pada tahun 1998, lumbung pangan dipandang
sebagai salah satu solusi dalam menindaklanjuti berbagai logistik (cadangan pangan) di
pedesaan dan perkotaan; dan (3) terbatasnya anggaran pemerintah untuk membiayai
program stabilisasi harga, sehingga lumbung pangan dipandang sebagai salah satu
alternatif untuk membantu mengatasi kekurangan pangan/defisit pangan di musim
paceklik, serta merosotnya harga pangan (padi) pada saat panen raya di wilayah sentra
produksi. Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung sejak tahun 2011
melaksanakan kegiatan pengembangan cadangan pangan masyarakat, dan pada tahun
2015 pengembangan lumbung pangan masyarakat di targetkan untuk 5 lumbung dan
terealisasi 5 lumbung yaitu :
1. Kelompok Lumbung Mekar Sari, desa Wonosari, Kecamatan Gunung Sugih,
Kabupaten Lampung Tengah
2. Kelompok Tani Tunas Karya I, Desa Tanjung Pandan, Kecamatan Bangun Rejo,
Kabupaten Lampung Tengah
3. Kelompok Tani Karya Makmur, Desa Tanjung Pandan, Kecamatan Bangun
Rejo, Kabupaten Lampung Tengah
4. Kelompok Lumbung Mekar Sari, Desa Bala Rejo, Kecamatan Kalirejo,
Kabupaten Lampung Tengah
5. Kelompok Tani Harapan Jaya, Desa Tyas Bangun, Kecamatan Pabian,
Kabupaten Lampung Tengah.
Pelaksanaan akses Pangan dilakukan di 3 kabupaten yaitu Kabupaten Lampung Barat,
Way Kanan, dan Lampung Timur.Kegiatan ini menggunakan metode sampling dalam
pengambilan data, adapun kecamatan yang menjadi lokasi uji petik kegiatan monitoring
akses pangan adalah kecamatan Batu Ketulis, Banjit dan Marga Tiga. Secara umum
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 47
seluruh wilayah di kecamatan yang terdapat di Kabupaten Lampung Barat, Way Kanan
dan Lampung Timur memiliki karakteristik yang relatif sama, dimana sebagian
wilayahnya berupa dataran tinggi yang bergelombang berupa lahan kering untuk
perkebunan dan pertanian. Sedangkan sebagian besar penduduknya bermata pencaharian
sebagai petani, nelayan, buruh perkebunan, buruh pertanian dan buruh bangunan.
Disetiap Kabupaten dipilih 1 Kecamatan dan 2 Desa di pedesaan yang mewakili zona
penghidupan pertanian, yang masing-masing desa mewakili 2 desa urban dan rural.
Adapaun desa yang dipilih yaitu :
1. Desa Bakhu dan Campang Tiga, Kecamatan Batu Ketulis Kab. Lampung Barat
2. Desa Pasar Banjit dan Simpang Asem, Kecamatan Banjit, Kabupaten Way Kanan.
3. Desa Jaya Guna dan Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Marga Tiga, Kabupaten
Lampung Timur
Dari hasil pengolahan dan analisis data faktor-faktor yang mempengaruhi ketahanan
pangan di tingkat rumah tangga adalah distribusi pengeluaran, pengeluaran perkapita
dan konsumsi pangan rumah tangga.Hal ini diperkuat dengan hasil uji regresi
menggunakan SPSS 16 windows yang menunjukkan bahwa distribusi pengeluaran,
pengeluaran perkapita dan konsumsi pangan rumah tangga berpengaruh langsung
terhadap ketahanan pangan rumah tangga.
Dari hasil pengolahan dan analisis data diperoleh bahwa di desa Bakhu dan campang
tiga memiliki ketahanan pangan yang buruk, faktor-faktor yang mempengaruhi yaitu
distribusi pengeluaran dan konsumsi yang tinggi namun pendapatan yang diperoleh
rumah tangga rendah. Desa Pasar Banjit dan Simpang Asem memiliki ketahanan pangan
yang sedang, hal ini disebabkan karena pengeluaran perkapita rumah tangga yang cukup
baik, sedangkan desa Jaya Guna dan Tanjung Harapan memiliki ketahanan pangan yang
baik.
Dalam pencapaian indikator persentase penurunan jumlah penduduk rawan pangan ada
beberapa masalah, antara lain :
a. Pendapatan masyarakat masih rendah jika dibandingkan dengan kenaikan harga
kebutuhan pangan secara umum
b. Pembinaan dan pemberdayaan kemandirian pangan pada desa rawan pangan dan
kelompok rawan pangan dihadapkan pada kendala sarana dan infrastruktur serta
kemampuan tenaga pendamping dan penyuluh lapangan
c. Pola konsumsi pangan yang tidak seimbang
d. Akses pendidikan dan kesehatan yang belum merata
e. Adanya bencana alam, seperti kekeringan, kebanjiran dll
f. Pemberdayaan kelembagaan masyarakat khususnya pemberdayaan perempuan
belum seimbang.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 48
g. Pelaksanaan SKPG belum berjalan secara optimal dan hasil deteksi dini dari SKPG
kurang ditindaklanjuti
h. Belum bekerjanya tim investigasi di beberapa daerah
Solusi
a. Meningkatkan koordinasi dan sinkronisasi program/kegiatan lintas sektor di desa
rawan pangan
b. Pengurangan kemiskinan dan kerawanan pangan melalui pemberdayaan masyarakat
dilakukan secara terencana, terpadu dan berkesinambungan oleh SKPD, instansi
vertical, LSM, perguruan tinggi dan stake holder lainnya.
c. Meningkatkan pendampingan pemberdayaan masyarakat rumah tangga miskin di
desa rawan pangan
d. Permasalan di lapangan yang bersifat multi issue, multi sector, multi dimensional
diupayakan untuk diselesaikan bersama.
HARGA GABAH KERING PANEN (GKP) DI TINGKAT PRODUSEN DAN
KOEFISIEN VARIASI PANGAN (BERAS) DI TINGKAT KONSUMEN
Harga pangan merupakan salah satu indikator yang dapat menjelaskan
kondisi ketahanan pangan suatu wilayah. Pengamatan terhadap kondisi harga
bahan pangan dapat berguna untuk berbagai hal seperti ketersediaan pasokan,
permintaan, kelancaran distribusi pangan, kondisi perdagangan di pasar
internasional, dampak implementasi kebijakan pemerintah, daya beli
masyarakat, kesejahteraan petani/produsen, dsb. Dengan menganalisis
informasi harga pangan, akan dapat dirumuskan kebijakan-kebijakan yang
diperlukan untuk mengatasi berbagai masalah yang terkait dengan harga dan
ketahanan pangan.
Realisasi pencapaian target sasaran stabilnya harga bahan pangan pokok di tingkat
produsen dan konsumen, dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 29. Target dan Realisasi Capaian Indikator Harga Bahan Pangan Pokok di
Tingkat Produsen dan Konsumen
No Indikator Kinerja Capaian
2014
Tahun 2015 Target
Akhir
Renstra
Capaian s/d
2015
terhadap
2019 (%) Target Capaian %
1.
2.
Harga Gabah
Kering Panen
(GKP)) di Tingkat
produsen
Koefisien Variasi
Pangan (beras) di
tingkat konsumen
3.557
(HPP : 3.300)
CV : 6%
≥ HPP
(3.700)
CV<10%
≥ HPP
(4.067)
CV = 6%
109,78
100
≥ HPP
CV<10%
HPP tahun
2019 belum
diketahui
100
3
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 49
Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen
Agar kebijakan dapat dirumuskan dengan tepat dan sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya, diperlukan adanya data dan informasi harga pangan
yang akurat, tepat waktu, objektif dan konsisten, melalui rangkaian kegiatan
pemantauan, pengumpulan, kompilasi, pengolahan dan analisis data.
Mengingat besarnya implikasi ketersediaan informasi harga pangan terhadap
kebijakan pemerintah baik pusat maupun daerah, diperlukan upaya agar data
harga pangan dapat tersedia dan dapat digunakan sebagai acuan dalam
perumusan kebijakan.Oleh karena itu diperlukan pedoman sebagai acuan
pelaksanaan pengumpulan dan analis data harga pangan terutama bagi instansi
yang terkait dengan ketahanan pangan di daerah.
Stabilitas pasokan dan harga merupakan indikator penting yang menunjukkan kinerja
subsistem distribusi pangan. Stabilnya harga pangan sangat dipengaruhi beberapa aspek
antara lain kemampuan memproduksi bahan pangan, kelancaran arus distribusi pangan
dan pengaturan impor pangan, misalnya beras dan kedelai.
Ketidakstabilan harga pangan dapat memicu tingginya harga pangan di dalam negeri
sehingga aksesibilitas masyarakat terhadap pangan secara ekonomi akan menurun yang
pada akhirnya dapat meningkatkan angka kerawanan pangan.
Situasi harga tahun 2015 pada tingkat produsen, grosir dan eceran di Provinsi Lampung
sebagai berikut :
Tabel 30. Data Harga Tingkat Produsen, Grosir dan Eceran di Provinsi Lampung
Tahun 2015
Nama Bahan Pangan Harga Rata-Rata per Kg
Produsen Grosir Eceran Padi.Gabah - GKP
- GKPG
- GKG
4.067
4.329
5.002
-
-
-
-
-
-
Beras - Premium
- Medium
- Asalan
9.071
8.340
-
10.273
8.994
7.985
10.730
9.862
8.467
Kacang kedelai - Kering 6.268 8.661 9.862
Jagung pipilan kering - Kering 2.854 4.076 4.882
Cabe - Merah Keriting 19.019 22.639 26.022
Bawang Merah - Bawang Merah 14.676 19.039 23.392
Daging - Sapi di tingkat pemotong
- Sapi hidup tingkat peternak
- Daging sapi murni
- Ayam broiler/potong
-
-
-
-
94.905
42.404
-
27.111
-
-
108.392
29.849
Telur - Ayam ras - 18.437 20.276
Gula Pasir - Dalam Negeri/Lokal - 11.070 11.985
Minyak Goreng - - 11.365
Tepung Terigu - - 7.592
Untuk indikator Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen dilihat dari
tabel diatas menunjukkan telah mencapai target, yaitu lebih tinggi dari harga pembelian
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 50
pemerintah (HPP). Berdasarkan Inpres No. 5 Tahun 2015, Harga HPP Tahun 2015 untuk
Gabah kering Panen yaitu Rp. 3.700/kg. Berdasarkan Panel harga yang dilakukan
dihasilkan harga gabah kering panen di produsen pada tahun 2015 di Provinsi Lampung
mencapai Rp. 4.067/kg atau lebih tinggi 9,92% dari harga pembelian pemerintah (HPP).
Koefisien Variasi Pangan (Beras) di Tingkat Konsumen
Koefisien variasi (CV) merupakan suatu ukuran variasi yang dapat digunakan untuk
membandingkan suatu distribusi data yang mempunyai satuan yang berbeda atau
perbandingan antara simpangan baku dengan nilai rata-rata yang dinyatakan dengan
persentase. Dalam analisis harga koefisien variasi digunakan untuk mengetahui tingkat
kestabilan harga, jika koefisien variasi semakin kecil, maka harga tersebut semakin
stabil, bila CV tersebut lebih besar dari target CV, maka harga komoditas tersebut tidak
stabil. Kondisi kestabilan harga pangan tingkat eceran di Provinsi Lampung Tahun 2014
-2015 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 31. Kondisi Kestabilan Harga Pangan Tingkat Eceran tahun 2015 di
Provinsi Lampung
No. Komoditas Tahun 2015
Target CV Realisasi CV Ket.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
Jagung Pipilan Kering
Biji Kedelai Kering
Beras Premium
Beras Medium
Beras Termurah
Bawang merah
Cabai Merah Keriting
Gula Pasir Lokal
Daging Ayam Ras
Telur Ayam Ras
Daging Sapi Murni
Tepung Terigu
Minyak goreng
7
10
10
10
10
25
25
8
10
10
10
15
13
5
2
6
5
7
23
28
4
6
6
6
10
2
S
S
S
S
S
S
TS
S
S
S
S
S
S Keterangan :CV : Koefisien Variasi
S : Stabil
TS : Tidak Stabil
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa indikator Koefisien Variasi Pangan
(Beras) di tingkat konsumen mencapai target yaitu CV < 10%. Dari Tabel diatas dapat
diketahui bahwa pada tahun 2015 harga beras baik yang kualitas premium, medium
ataupun beras termurah dalam kondisi stabil, yang ditunjukkan dengan nilai CV < 10%.
Tabel 32. Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen dibandingkan
dengan Target Nasional dan Target Renstra Tahun 2011 - 2015
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
Target Nasional (>HPP) Rp. 2.640 Rp. 3.300 Rp. 3.300 Rp. 3.300 Rp. 3.700
Target Renstra (>HPP) Rp. 2.640 Rp.3.300 Rp. 3.300 Rp. 3.300 Rp. 3.700
Capaian Kinerja Rp. 3.010 Rp. 3.453 Rp. 3.350 Rp. 3.557 Rp. 4.067
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 51
Dari tabel diatas menunjukkan bahwa harga gabah kering panen (GKP) di tingkat
produsen dari tahun 2011 – 2015 sudah diatas harga pembelian pemerintah (HPP). Dan
pencapaian koefisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen jika dibandingkan
dengan target nasional dan target renstra dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 33. Pencapaian Kinerja Harga GKP di Tingkat Produsen dibandingkan
dengan Target Nasional dan Target Renstra Tahun 2011 - 2015
Tahun 2011 Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015
Target Nasional CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10%
Target Renstra CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10% CV < 10%
Capaian Kinerja CV : 2% CV : 2% CV : 6% CV : 6%
Sumber Data : BKPD Provinsi Lampung
Upaya yang dilakukan dalam mencapai target indikator harga gabah kering panen (GKP)
di tingkat produsen dan koefiisien variasi pangan (beras) di tingkat konsumen yaitu
melalui kegiatan :
a. Pemberdayaan Gapoktan dalam rangka stabilisasi harga pangan
b. Alur distribusi pangan
c. Pemantauan dan pengendalian mobilitas pangan
d. Pembinaan manajemen kelembagaan
Di wilayah sentra produksi pertanian khususnya padi dan jagung memiliki topografi
yang beragam, ketersediaan sarana dan prasarana yang mendukung sektor tersebut
(produksi, pengolahan, dan penyimpanan) bervariasi dari satu wilayah dengan wilayah
lain, waktu panen yang tidak bersamaan di beberapa wilayah, dan iklim yang kurang
mendukung pada saat tanam maupun panen raya sehingga petani, kelompok tani
maupun gabungan kelompok tani selalu dihadapkan pada berbagai masalah :
- Keterbatasan modal usaha untuk melakukan kegiatan pengolahan, penyimpanan,
pendistribusian/pemasaran
- Posisi tawar petani yanng rendah pada saat panen raya yang bersamaan dengan
datangnya hujan, sehingga petani terpaksa menjual produknya dengan harga rendah
kepada para pelepas uang (pedagang perantara)
- Keterbatasan akses pangan (beras) saat paceklik yang disebabkan karena tidak
memiliki cadangan pangan yang cukup.
Dampak dari ketidakberdayaan petani, poktan dan gapoktan dalam mengolah,
menyimpan dan mendistribusikan/memasarkan hasil produksinya dapat menyebabkan :
- Ketidakstabilan harga di wilayah sentra produksi pertanian pada saat terjadi panen
raya
- Kekurangnya pangan pada saat musim paceklik
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 52
Guna mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh petani, kelompok tani, gapoktan di
daerah sentra produksi padi dan jagung, pemerintah melalui Kementerian pertanian cq
Badan Ketahanan Pangan, sejak tahun 2009 telah mengalokasikan dana APBN untuk
memperkuat modal dan kemampuan gapoktan sehingga mempunyai akses terhadap
pangan melalui kegiatan penguatan lembaga distribusi pangan masyarakat (Penguatan-
PLDPM). Dan melalui Dana APBD di lakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi
terhadap gapoktan PLDPM yang telah mendapat bantuan modal melalui dana APBN.
Dalam pembinaan, monitoring dan evaluasi didapatkan hasil sebagai berikut :
Kegiatan PLDPM di Provinsi Lampung telah dimulai sejak tahun 2009, dan sampai
dengan tahun 2015 ini sudah berjumlah 106 Gapoktan, total dana yang sudah
dimanfaatkan oleh gapoktan sebesar Rp. 22.800.000.000,-. Dari hasil evaluasi di
dapatkan hasil bahwa Dana PLDPM yang mengalami perkembangan berasal dari unit
distribusi/pemasaran sebesar Rp. 21.150.000.000,- dan mengalami perkembangan
sebesar 8,87% menjadi Rp. 21.388.444.193,-. Untuk kegiatan pada unit cadangan
pangan setiap gapoktan memiliki stok cadangan pangan dibutuhkan pada saat paceklik
atau pada saat tidak ada panen, saat ini total cadangan pangan berjumlah 286.145,3 kg
GKG dan setiap tahun mengalami perkembangan rata-rata 6,89% dibandingkan tahun
lalu sebesar Rp. 268.411,5 kg GKG.
Dari hasil evaluasi di ketahui beberapa permasalahan-permasalahan yang dihadapi,
antara lain :
a. Unit Distribusi/Pemasaran
- Jaringan pemasaran gapoktan belum/kurang luas, masih sebatas antar
desa/kecamatan
- Persaingan dengan tengkulak, dimana tengkulak dapat meminjamkan modal pada
saat akan tanam
- Masih ada gapoktan yang takut melakukan kegiatan transaksi yang berulang-
ulang karena takut pada saat diperiksa tidak ada gabah/beras digudang
- Masih ada petani yang nakal dalam menjual hasilnya kepada gapoktan yaitu
mencampur gabah kering dengan gabah basah
- Masih ada gapoktan yang belum memahami kegiatan tutup buku akhir tahun oleh
tim pembina
- Banyak pendamping yang tidak aktif terlibat dalam kegiatan jaringan pemasaran
gapoktan
b. Unit Cadangan Pangan
- Masih ada anggota yang sulit mengembalikan cadangan pangan dikarenakan
merasa bahwa bantuan yang diberikan tidak untuk dikembalikan
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 53
- Anggota kesulitan mengembalikan dikarenakan tidak panen/puso pada saat
pengembalian.
Dengan adanya kegiatan pemberdayaann gapoktan ini, daya beli kelompok tani
terhadap hasil produksi kelompoknya semakin meningkat karena adanya bantuan modal
dari pemerintah, Dengan semakin meningkatnya daya beli kelompok terhadap hasil
produksi kelompoknya sehingga diharapkan harga tetap stabil baik pada saat panen raya
ataupun pada saat musim paceklik dan harga bisa diatas harga pembelian pemerintah
(HPP), harga tidak lagi dipermainkan oleh tengkulak, yang biasanya pada musim panen
raya harga jual turun dan pada saat paceklik harga naik, hal ini sangat merugikan petani.
Dan diharapkan melalui kegiatan pemberdayaan gapoktan ini gabungan kelompok
tani/kelompok tani sudah mulai berorientasi ke bisnis.
Dilema yang belum teratasi dalam berproduksi bahan pangan adalah ketergantungan
pada alam (musim) dan antisipasi pemasaran . Dengan ketergantungan yang tinggi pada
ketersediaan air hujan dan pemasaran menghadapi hari-hari besar, makan sebagian
besar sentra produksi pangan mengikuti pola tanam serempak yang berarti juga
mengalami pola panen serempak. Jika panen serempak berlangsung di wilayah yang
luas, maka disebut dengan musim panen raya. Pada saat dilema panen raya, volume hasil
panen yang dijual ditingkat petani jauh melebihi permintaan , akibatnya para petani
mengahadapi harga jual yang rendah . Pada usaha tani padi, harga gabah ditingkat petani
umumnya berada di bawah Harga Pembeli Pemerintah (HPP) dan harga panen asal
temak/ikan di tingkat petani kadang-kadang berada di bawah harga biaya produksi.
Sebaliknya, pada musim paceklik ketersediam pangan di tingkat produsen (petani)
sengat rendah sehingga tingkat harga cukup tinggi. Dampak ketajaman fluktuasi tersebut
sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani, yang pada giliranya juga berdampak
pada tingginya resiko ketahanan pangan di tingkat rumah tangga petani. Lemahnya daya
"Tawar" petani sangat dipengaruhi oleh tersedianya modal usaha, tingkat penerapan
teknologi pasca panen , ketersediaan sarana dan prasarana pasca panen, serta kondisi
prasarana angkutan. Oleh sebab itu, karena alasan, "Cash Flow", petani pada umumnya
segera menjual basil produksinya setelah panen, tanpa melalui proses pengolahan dan
penyimpanan terlebih dahulu.
Salah satu upaya untuk mengurangi fluktuasi harga dan over suplay hasil pertanian pada
saat panen raya adalah dengan mengembangkan modal sistem "tunda jual " yang sesuai
dengan kondisi lokal spesifik . pengembangan modal sistem tunda jual di daerah sentra
produksi pangan bertujuan untuk memperkuat permodalan kelompok tani yang selama
ini masih menjadi kendala besar di Provinsi Lampung diharapkan melalui kegiatan ini
maka posisi tawar dan nilai jual produk pertanian akan meningkat. Dengan demikian,
sasaran untuk meningkatkan pendapatan petani dan ketahanan pangan daerah/rumah
tangga dapat terealisasi.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 54
Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung telah melaksanakan kegiatan
pengembangan sistem tunda jual mulai tahun 2009 sampai tahun 2014 di 7
kabupaten/kota (Lampung Selatan, Lampung Tengah, Lampung Timur, Tanggamus ,
Pringsewu , Pesawaran, dan Kota Bandar Lampung)dengan jumlah binaan 40 poktan.
Bantuan yang diberikan setara dengan 171.832 kgGKG. Untuk kebutuhan kegiatan
ini selain diberi bantuan gabah sebagai modal perlu juga dilakukan pemberdayaan SDM
dan kemampuan manajemen kelembagaan, sehingga pada tahun 2015 ini perlu
dilaksanakan pembinaan manajemen pengelolaaan kelembagaan kelompok terhadap 40
gapoktan tundajual.Tujuan dari Kegiatan Pembinaan Manajemen Kelembagaan adalah :
a. Meningkatkan kemampuan manajemen pemasaran kelompok tani, agar posisi
tawar dan nilaijual produk petani mampu meningkatkan pendapatan keluarga .
b. Meningkatkan administrasi kelompok (pembukuan, pelaporan).
c. Meningkatkan pendapatan petani, kelompok tani melalui penguatan modal usaha
dan menumbuhkembangkanjiwa wirausaha dibidang pertanian.
Pencapaian indikator harga gabah kering panen (GKP) di tingkat produsen dan koefisien
variasi harga pangan (beras) di tingkat konsumen pada tahun 2015 ini telah memenuhi
target, baik itu target di perjanjian kinerja, target di Renstra maupun target nasional.
Dalam pencapaian target indikator Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat Produsen
dan indikator koefisien variasi harga pangan (beras) di tingkat konsumen menemui
beberapa masalah di antaranya :
1. Ketidakstabilan harga dan rendahnya efisiensi system pemasaran hasil-hasil pangan
merupakan kondisi yang kurang kondusif bagi produsen dan konsumen pangan
khususnya pada saat panen raya, pada musim paceklik dan hari-hari besar
disebabkan karena lemahnya disiplin dan penegakan peraturan untuk menjamin siste
pemasaran yang adil dan bertanggungjawab, terbatasnya fasilitas perangkat keras
dan lunak untuk mendukung transparansi informasi pangan dan terbatasnya
kemampuan teknis petugas dan pelaku pemasaran.
2. Distribusi pangan yang tidak merata, sarana dan prasarana kurang memadai serta
terjadinya bencana alam
3. Modal yang dimiliki oleh gapoktan masih kecil sehingga sering kalah bersaing
dengan para tengkulak
4. Gapoktan belum memiliki wawasan dan keahlian dalam menjalin kemitraan, baik
dengan pihak perbankan maupun pihak swasta
5. Pola pikir anggota gapoktan belum ke arah bisnis dalam menjalankan usahanya
6. Kualitas SDM yang masih kurang
7. Gapoktan belum menguasai pembukuan sehingga rata-rata administrasi masih
berantakan
Solusi
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 55
1. Peningkatan peran pelaku usaha dalam perdagangan dan jasa pemasaran serta
pemerintah pusat maupun daerah dalam memfasilitasi prasarana umum distribusi
serta pengaturan agar proses distribusi pangan terselenggara secara teratur, adil dan
bertanggung jawab. Begitu juga peran masyarakat baik bersifat individu skala kecil,
usaha kelompok/koperasi hingga perusahaan besar dalam pengembangan usaha
distribusi di bidang jasa, pemasaran, pengangkutan, pengolahan dan penyimpanan
perlu terus di tinngkatkan
2. Koordinasi dalam perumusan kebijakan distribusi pangan, penyempurnaan program
dan kegiatan dalam pengembangan sistem distribusi melalui peningkatan
pemantauan dan analisa harga pangan serta pengembangan kelembagaan distribusi
pangan masyarakat serta peningkatan akses pangan.
3. Pendampingan ke Gapoktan dalam menyusun pembukuan dan menjalin kemitraan
agar usahanya lebih berkembang
4. Merubah pola pikir anggota gapoktan agar berorientasi kea rah bisnis melalui
pelatihan dan pendampingan
5. Meningkatkan kualitas SDM melalui pelatihan dan bimtek
PENINGKATAN PRODUK PANGAN SEGAR YANG TERSERTIFIKASI (%)
Target indikator peningkatan produk pangan segar yang bersertifikasi pada tahun 2015
sebesar 10% dan terealisasi 3,16% atau 31,6%. Secara rinci di sajikan pada tabel di
bawah ini :
Tabel 34.Target dan Realisasi Capaian Indikator Peningkatan Produk Pangan
Segar yang Tersertifikasi
No Indikator Kinerja Tahun 2015 Target Akhir
Renstra
Capaian s/d
2015 terhadap
2019 (%) Target Capaian %
1..
Persentase Peningkatan
Produk Pangan Segar
yang Tersertifikasi
10% 7,4%
74%
10% 74%
Realisasi pencapaian kinerja indikator peningkatan produk pangan segar yang
tersertifikasi baru mencapai 74% dari yang ditargetkan. Target renstra dan target
nasional untuk indikator peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi adlah 10%,
pada tahun 2014 peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi belum dijadikan
indikator kinerja, baru tahun 2015 dijadikan indikator. Peningkatan produk pangan segar
yang tersertifikasi dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
2.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 56
Tabel 35. Pelaku Usaha dan Kebun yang sudah Teregister & sudah Tersertiifikasi
Tahun
Jumlah Kebun dan
lahan usaha yang
sudah Teregister
Jumlah kebun dan lahan usaha
yang sudah tersertifikasi Presentase
Tahun 2014
Tahun 2015
55
75
26
41
47,27
54,67
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa peningkatan produk pangan segar yang
tersertifikasi dari tahun 2014 sampai tahun 2015 baru mencapai 7,4% atau 74% dari
yang ditargetkan yaitu 10%.
Upaya yang dilakukan dalam peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi yaitu
dengan cara merubah pola pikir petani dengan cara sosiallisasi atau pelatihan pelatihan
dan bimbingan teknis tentang cara untuk menghasilkan produk yang aman. Dalam
upaya meningkatkan daya saing produk agribisnis dalam perdagangan domestik dan
internasional, penerapan sistem jaminan/manajemen mutu dan keamanan pangan produk
(food safety) agribisnis terutama untuk produk segar adalah sanngat penting dan menjadi
satu keharusan, sehingga Petani/pelaku usaha dituntut menjalankan proses produksi
yang baik, yang berujung pada penerapan Hazard analysis critical control point
(HACCP), selain hal tersebut, untuk dapat melakukan penanganan keamanan pangan
segar dengan benar diperlukan pengenalan teknologi penanganan keamanan pangan
segar sesuai dengan ketentuan yang berlaku, pengawasan dan pembinaan. Bentuk
jaminan mutu produk hasil pertanian adalah sertifikasi jaminan mutu dan atau label yang
menyatakan kesesuaian produk terhadap standar nasional Indonesia (SNI) atau standar
lain yang diacu. Untuk mendapatkan sertifkat jaminan mutu dan keamanan pangan,
petani/pelaku usaha harus menerapkan system jaminan mutu dan mengajukan
permohonan sertifikat ke lembaga sertifikasi terkait seperti Otoritas Kompeten
Keamanan Pangan Daerah (OKKP-D) yang ada di Badan Ketahanan Pangan Daerah
Provinsi Lampung.
Dalam pencapaian target indikator peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi
sebesar 10% ini agak mengalami kesulitan dikarenakan beberapa faktor, yaitu :
1. Dari segi pelaku usaha
Dari pelaku usaha ini masih banyak pelaku usaha yang belum memahami tentang
tata cara pengajuan sertifikasi baik sertifikasi prima 3 maupun prima 2 dan belum
memahami nilai tambah yang akan diperoleh atas produk yang sudah
bersertifikat/teregistrasi sehingga perlu kerja keras dari OKKP-D untuk
mensosialisasikan tata cara pengajuan sertifikat/registrasi dan merubah pola pikir
petani/pelaku usaha untuk menghasilkan produk yang aman yang mungkin selam ini
kurang dipahami dan kurang diperhatikan
2. Dari segi konsumen
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 57
Belum adanya tuntutan dari konsumen agar produk memilliki sertifikasi sehingga
pelaku usaha belum begitu memperhatikan dan menganggap penting sertifikat
untuk produk pangan segar asal tumbuhan yang dihasilkannya.
3. Dari segi pasar
Pasar belum menghargai sertifikat/registrasi yang dimiliki oleh petani/pelaku usaha,
dipasaran harga produk pertanian baik yang bersertifikat maupun yang tidak
memiliki sertifikat tidak ada bedanya, hal ini menjadi salah satu sebab petani
enggan untuk mengajukan sertifikasi atas produk pangan segar yang dihasilkannya.
Menghadapi kendala – kendala dilapangan seperti ini maka UPT melakukan bebrapa
upaya, diantaranya yaitu melakukan bimbingan teknis tentang penerapan mutu dan
keamanan pangan, melakukan surveilen terhadap produk yang sudah memiliki sertifikat
agar tetap konsisten menerapkan mutu dan keamanan pangan dalam budidaya produk
pangan segarnya, melakukan sosialisasi tentang manfaat sertifikasi dan registrasi
produknya, dan juga melakukan pameran untuk produk produk yang sudah disertifikasi
dan registrasi agar lebih dikenal di masyarakat sehingga akan menaikkan nilai jualnya.
Masalah yang dihadapi dalam pencapaian indikator peningkatan produk pangan segar
yang tersertifikasi, antara lain :
1. Konsumen belum menuntut produk yang bersertifikat maupun yang teregister
2. Petani/pelaku usaha belum memahami nilai tambah yang dapat diperoleh atas
produk yang telah bersertifikat/teregister
3. Sistem pemasaran belum menghargai mutu (sertifikasiregistrasi yang dimiliki oleh
petani/pelaku usaha)
4. Pasar modern belum menuntut produk segar yang bersertifikat/teregistrasi
Solusi pemecahan masalah sebagai berikut :
1. Melakukan edukasi konsumen (retailer, supplier, dan konsumen akhir) untuk lebih
menghargai mutu dan keamanan pangan melalui berbagai media massa secara
intensif
2. Melakukan rintisan kerjasama dengan supplier, pasar modern, eksportir dalam hal
pemasaran produk segar bersertifikat/teregistrasi
3. Memperkuat infrastruktur penerapan dan sertifikasi/registrasi
4. Meningkatkan kepedulian stakeholder tentang pentingnya sertifikasi/registrasi
dalam rangka peningkatan keamanan, mutu dan daya saing produk hortikultura.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 58
PERSENTASE MENINGKATNYA KEAMANAN PANGAN SEGAR
Untuk mendukung kebijaksanaan pusat, Pemerintah Provinsi Lampung telah
menerbitkan Peraturan Gubernur Lampung No. 36 Tahun 2013 tentang Sistem
Keamanan Terpadu Provinsi Lampung dan adanya Surat Keputusan Gubernur Lampung
No. G/564/II.06/HK/2015, tanggal 2 Desember 2015 tentang Pembentukan Tim
Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan Daerah Provinsi Lampung merupakan revisi dari
Surat Keputusan Gubernur Lampung Nomor G/744/II.05/HK/2013 tanggal 30
September 2013 tentang Pembentukan Tim Koordinasi Jejaring Keamanan Pangan
Daerah Provinsi Lampung dengan menambahkan tim pelaksana pengawasan terhadap
bahan berbahaya yang disalahgunakan dalam pangan. Penanganan Keamanan Pangan
Segar dilakukan melalui Pemantauan dan Pengawasan oleh Petugas Badan Ketahanan
Pangan Daerah Provinsi Lampung bersama sama dengan Tim Jejaring Keamanan
Pangan Daerah Provinsi Lampung.
Realisasi pencapaian sasaran meningkatnya pengawasan mutu dan keamanan pangan
segar, dapat dilihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 36. Target dan Realisasi Capaian Indikator Persentase Tingkat Keamanan
Pangan Segar yang Diuji (%)
No Indikator Kinerja Capaian
2014
Tahun 2015
Target Akhir
Renstra
Capaian
s/d 2015
terhadap
2019 (%) Target Capaian %
1.
Persentase Tingkat
Keamanan Pangan
Segar (Uji Lab)
80,43% 80% (dibawah
ambang batas)
91,39% 114,24
80% (dibawah
ambang batas)
114,24
Dalam rangka pengawasan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung, pada tahun
2015 tim koordinasi jejaring keamanan pangan daerah Provinsi Lampung melakukan
inspeksi mendadak (SIDAK) ke pasar tradisional dan pasar modern. Sidak dilaksanakan
dalam rangka hari besar keagamaan yaitu menjelang hari raya idul fitri 1436 H serta
menjelang hari raya natal tahun 2015 serta saat adanya issue ketidakamanan pangan
yang beredar di masyarakat.
Dari hasil pengawasan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung, di dapatkan hasil
tingkat keamanan pangan segar di Provinsi lampung mencapai 91,39% dari target 80%.
Meskipun dari uji cepat dan uji laboratorium menunjukkan ada beberapa sampel yang
mengandung bahan berbahaya seperti Formalin, borak, residu pestisida dan lain lain tapi
kadarnya masih di bawah ambang batas, sehingga masih aman untuk di konsumsi.
Indikator keamanan pangan segar (uji lab) pada tahun 2015 Badan Ketahanan Pangan
Daerah menargetkan 80% dan terealisasi 91,39%. Upaya Badan Ketahanan Pangan
3.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 59
Daerah Provinsi Lampung dalam mewujudkan keamanan pangan segar antara lain
melalui kegiatan :
a. Bimtek mutu dan keamanan pangan
b. Pemantauan, pengawasan dan pengendalian mutu keamanan pangan segar
c. Peningkatan, penerapan standar mutu BMR (Batas Maksimum Residu)
d. Pengembangan jejaring keamanan pangan dan promosi keamanan pangan segar
Masalah keamanan pangan tidak dapat diselesaikan oleh satu institusi saja, tetapi
merupakan tugas bersama antara institusi dan stake holder dengan membentuk jejaring
kerja (Networking) yang berjalan secara efektif dan efisien. Keamanan pangan menjadi
sangat penting mengingat bahwa pada saat ini tuntutan akan mutu dan keamanan pangan
oleh masyarakat dan dunia semakin tinggi.
Permasalahan dalam penanganan keamanan pangan segar di Provinsi Lampung pada
tahun 2015 ini adalah terbatasnya SDM dalam penanganan keamanan pangan, masih
rendahnya kesadaran masyarakat (produsen/petani/pedagang/konsumen) tentang
keamanan pangan, kurangnya monitoring yang terintegrasi antara instansi yang
berwenang. Dari permasalahan tersebut tindak lanjut yang diharapkan berupa pengadaan
pelatihan atau bimtek untuk peningkatan kapasitas dan kapabilitas petugas pengawas
serta meningkatkan sarana dan prasarana penunjang pengawas keamanan pangan,
koordinasi dan sinkronisasi dalam wadah jejaring keamanan pangan serta menggiatkan
sosialisasi dan promosi keamanan pangan secara berkesinambungan. Jejaring keamanan
pangan daerah menjadi kunci kesuksesan program keamanan pangan di daerah, oleh
karena itu memerlukan upaya penguatan berupa penguatan aspek legalitas, mengaktivasi
fungsi-fungsi jejaring keamanan pangan daerah (JKPD) dan mengintegrasikan program
yang ada di daerah.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 60
TABEL 37. REKAP HASIL UJI CEPAT ( FORMALIN, BORAKS, METHYL YELLOW, PESTISIDADAN RHODAMIN B DAN UJI LABORATORIUM PROV. LAMPUNG TH. 2015
No. Kabupaten Jenis uji
Jumlah
Sampel yang
Diuji
Hasil Uji Jumlah
Komoditi
Asal Komoditi
Negatif
Positif
Terdeteksi
Aman
dikonsumsi
1 Lampung Barat Formalin 5 5 0 4 Buah dan Sayur Pasar Liwa dan Pasar Hamtobio
Pestisida**) 11 9 2 11 Buah dan Sayur Pasar Liwa dan Pasar Hamtobio
2 Pringsewu Formalin 13 12 1 12 Buah dan Sayur Pagelaran, Pasar Pringsewu dan Pasar Gading Rejo
Rhodamin B 1 0 1 0 Buah dan Sayur Pasar Gading Rejo
Pestisida**) 20 14 6 19 Buah dan Sayur Pagelaran, Pasar Pringsewu dan Pasar Gading Rejo
3 Tanggamus Formalin 5 4 1 4 Buah dan Sayur Sumberrejo dan Pasar Talang Padang
Pestisida**) 16 13 3 15 Buah dan Sayur Sumberrejo dan Pasar Talang Padang
4 Pesawaran Formalin 5 5 0 5 Buah dan Sayur Pasar Wiyono, Tegineneng, dan Pasar Gedong Tataan
Pestisida**) 21 19 2 20 Buah dan Sayur Pasar Wiyono, Tegineneng, dan Pasar Gedong Tataan
5 Tulang Bawang Formalin 4 4 0 4 Buah dan Sayur Pasar Menggala
Pestisida**) 5 4 1 5 Buah dan Sayur Pasar Menggala
6 Metro Formalin 10 9 1 9 Buah dan Sayur Pasar Tejo Agung
Pestisida**) 3 2 1 2 Buah dan Sayur Pasar Tejo Agung
7 Bandar Lampung Formalin*) 16 13 3 13 Buah dan Sayur Pasar tradisional dan pasar modern Bandar Lmpung
Bktr Listeria m***) 2 0 2 0
Apel Gala Royal,
Granny Smith Hypermart Bandar Lampung
8 Lampung Timur Formalin 10 10 0 10 Buah dan Sayur Pasar Pekalongan dan Pasar Batang Hari
Rhodamin B 1 1 0 1 Buah dan Sayur Pasar Pekalongan dan Pasar Batang Hari
Pestisida**) 3 2 1 3 Buah dan Sayur Pasar Pekalongan dan Pasar Batang Hari
9 Lampung Selatan Formalin*) 6 3 2 3 Buah dan Sayur Desa Pancasila dan Pasar Natar
Pestisida**) 6 4 2 6 Buah dan Sayur Desa Pancasila dan Pasar Natar
10 Lampung Tengah Formalin 7 7 0 7 Buah dan sayur Desa Karang Endah dan Pasar Bandar Jaya
Pestisida**) 7 5 2 7 Sayuran dan Buah Desa Karang Endah dan Pasar Bandar Jaya
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 61
11 Lampung Utara Pestisida**) 10 5 5 9 Buah dan Sayur Pasar Pagi Lampung Utara
Formalin 0 0 0 0 Sayuran dan Buah Pasar Pagi dan Pasar Buah Stasiun Kotabumi
12 Way Kanan Formalin 3 3 0 3 sayuran dan Buah Pasar Baradatu
Pestisida**) 7 5 2 7 Buah dan Sayur Pasar Baradatu
13 Tulang Bawang Barat Pestisida**) 11 10 1 11 Buah dan Sayur Pasar Panaragan Jaya
Formalin 6 6 0 6 Sayuran dan Buah Pasar Panaragan Jaya
14 Mesuji Pestisida**) 8 7 1 7 Sayuran dan Buah Pasar Brabasan
Formalin 9 8 1 8 Sayuran dan Buah Pasar Brabasan
15 Pesisir Barat Pestisida**) 8 6 2 8 Sayuran dan Buah Pasar Way Batu Krui
Formalin 5 4 1 4 Sayuran dan Buah Pasar Way Batu Krui
Jumlah 244 199 44 223
Persentase (%) 100 81,56 18,03 91,39
Ket;
*) Telah dilakukan Uji Lab.terhadap anggur, hasil positif formalin
**) Telah dilakukan uji Laboraturium pestisida, hasilnya beberapa komoditi positif terdeteksi pestisida, namum masih dibawah batas maksimum residu (BMR) (Masih aman untuk dikonsumsi)
***) Telah dilakukan uji Lab bakteri Listeria monocitogenes, hasilnya positif
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 62
Permasalahan :
1. Terbatasnya SDM dalam penanganan keamanan pangan
2. Masih rendahnya kesadaran masyarakat (produsen/petani/pedagang/konsumen)
tentang keamanan pangan
3. Kurangnya monitoring yang terintegrasi antara instansi yang berwenang.
4. Belum tersedianya laboratorium pengujian mutu dan keamanan pangan
Solusi :
Beberapa solusi dalam menangani permasalahan keamanan pangan segar di Provinsi
Lampung, Badan Ketahanan pangan Daerah, antara lain :
1. Penguatan kelembagaan keamanan pangan segar termasuk penguatan SDM
2. Pengawasan keamanan pangan segar, termasuk pengambilan sampel keamanan
pangan segar
3. Promosi dan sosialisasi keamanan pangan segar
4. Penguatan koordinasi lintas sektor, baik instansi pemerintah daerah maupun vertical
yang terkait dengan penanganan keamanan pangan dengan membentuk tim
koordinasi jejaring keamanan pangan daerah
5. Dukungan pemerintah pusat dan daerah dalam rangka penanganan mutu dan
keamanan pangan baik dari segi aturan maupun sarana pendukung seperti
pembangunan sarana dan prasarana untuk laboratorium.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 63
3.3 Realisasi Anggaran Kinerja Tahun 2015
Penyerapan anggaran belanja langsung pada tahun 2015 sebesar 63,67% dari total yang
dianggaran yang di alokasikan. Jika dilihat dari realisasi anggaran per sasaran
penyerapan anggaran terbesar pada program/kegiatan di sasaran tingkat keamanan
pangan segar yang di uji (97,39%). Sedangkan penyerapan terkecil pada
program/kegiatan di sasaran peningkatan produk pangan segar yang tersertifikasi
(27,75%).
Efisiensi anggaran menunjukkan bagaimana sasaran dengan indikator yang dirumuskan
telah berhasil dicapai dengan memanfaatkan sumber daya/input tertentu. Semakin tinggi
jumlah sumber daya yang dikeluarkan untuk mencapai keluaran tertentu, maka
efisiensinya akan semakin rendah, begitu juga sebaliknya semakin rendah sumber daya
yang dihabiskan untuk mencapai sasaran, maka efisiensi anggarannya akan semakin
tinggi.
Pencapaian kinerja dan anggaran pada tahun 2015 secara umum menunjukkan tingkat
efisiensi anggaran yang sangat tinggi.Hal ini bisa dilihat bahwa mayoritas dari seluruh
indikator menunjukkan realisasi anggarannya lebih kecil daripada realisasi kinerjanya.
Ini bisa bermakna bahwa secara umum, pencapaian kinerja dari aspek program telah
dicapai dengan cara yang efisien karena realisasi anggaran lebih kecil daripada yang
ditargetkan dan juga lebih kecil daripada realisasi capaian kinerjanya.
Memang terdapat indikator yang realisasinya lebih rendah daripada realisasi
anggarannya, seperti indikator penurunan jumlah penduduk rawan pangan, yang realisasi
anggarannya mencapai82,68% namun realisasi kinerjanya baru mencapai 68%, untuk
indikator semacam ini, perlu mengkaji lebih jauh factor apa sajakah yang menyumbang
kepada situasi diatas, seperti menguji seberapa baik koordinasi dan sinergi dengan
stakeholder telah terbangun untuk menjawab persoalan kerawanan pangan karena faktor
kemiskinan, karena masalah kemiskinan tidak bisa diatasi oleh satu instansi saja tapi
harus melibatkan lintas sektor. Selain itu juga perlu mengidentifikasi, bagaimana
membuat efisiensi anggaran bisa ditingkatkan menjadi lebih baik.
Anggaran dan realisasi belanja langsung tahun 2015 yang dialokasikan untuk membiayai
program/kegiatan dalam pencapaian indikator pembangunan di sajikan dalam tabel
berikut :
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 64
Tabel 38. Pencapaian Kinerja dan anggaran
Sasaran Indikator Kinerja Anggaran
Target Realisasi % Realisasi Target Realisasi % Realisasi
Terpenuhinya kebutuhan
konsumsi pangan yang
beragam, bergizi,
seimbang dan aman untuk
memenuhi kebutuhan
energi per kapita
1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Konsumsi
2. Jumlah Konsumsi Energi
3. Jumlah Konsumsi Protein
4. Skor Pola Pangan Harapan (PPH)
Ketersediaan
84,1
2.004
56,1
87,52
84,1
2.052
53,25
70,31
100
102,4
94,92
80,34
827.442.000
770.961.100
93,17
5. Persentase Penurunan Jumlah
Penduduk Rawan Pangan
1 0,68 68 559.604.500 462.663.100 82,68
6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di
Tingkat
7. Coefisien Variasi Pangan (beras) di
Tingkat Konsumen
HPP ≤
(HPP : 3.700)
CV<10%
4.067
6 %
109,92
100
327.860.000
317.494.200
96,84
8. Persentase Peningkatan Produk
Pangan Segar yang Tersertifikasi
10 % 7,4 % 74 % 2.855.514.000
792.334.750
27,75
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan
Segar yang di Uji
80%
91,39 114,24 417.894.000
406.983.000
97,39
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 65
3.4 Analisis Efisiensi
Bagian yang disajikan dalam tabel ini terkait dengan efisiensi anggaran untuk indikator
yang pencapaian kinerjanya mencapai atau lebih dari 100%, terlihat bahwa dari 9
indikator menunjukkan pencapaian yang sama atau lebih dari 100%, yaitu sebanyak 5
indikator, sebagaimana ditunjukkan dalam tabel dibawah ini, sebagai contoh Skor Pola
Pangan Harapan dengan realisasi anggaran sebesar 93,17 dari total anggaran telah
mencapai kinerja 100%, Indikator peningkatan keamanan pangan segar yang diuji
dengan realisasi anggaran 97,39% telah mencapai kinerja 114,24%.
Banyaknya indikator yang berhasil dicapai dengan sumber daya yang efisien
menunjukkan bahwa efisiensi anggaran telah mencapai tingkat yang tinggi.Kondisi ini
sejalan dengan prinsip pengelolaan anggaran public dan lebih jauh, juga sejalan dengan
prinsip pemerintahan yang baik, yang salah satunya adalah pengelolaan sumber daya
anggaran yang efisien dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan.
Tabel 39. Efisiensi Penggunaan Sumber Daya
Sasaran
Strategis Indikator
% Capaian
Kinerja
% Penyerapan
Anggaran
Tingkat
Efisiensi
Terpenuhinya
kebutuhan
konsumsi
pangan yang
beragam,
bergizi,
seimbang dan
aman untuk
memenuhi
kebutuhan
energi per
kapita
1. Skor Pola Pangan
Harapan (PPH)
Konsumsi
2. Jumlah Konsumsi
Energi
3. Harga Gabah
Kering Panen
(GKP) di Tingkat
4. Coefisien Variasi
Pangan (beras) di
Tingkat Konsumen
5. Persentase Tingkat
Keamanan Pangan
Segar yang di Uji
100
102,4
109,92
100
114,24
93,17
93,17
96,84
96,84
97,39
6,83
6,83
3,16
3,16
2,61
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 66
BAB IV PENUTUP
Laporan Kinerja (LKj) Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi Lampung telah
memaparkan sasaran dan indikator yang ada pada perencanaan strategis untuk
mengetahui keberhasilan dalam pelaksanaan tugas pokok dan fungsinya.
Selama ini keberhasilan suatu instansi pemerintah lebih ditekankan kepada
kemampuan instansi dalam menyerap sumber daya keuangan. Melalui
pengukuran kinerja yang terdapat dalam LKj, maka keberhasilan suatu instansi
pemerintah akan lebih dilihat dari kemampuan instansi tersebut berdasarkan
sumberdaya yang dikelolanya untuk mencapai hasil sesuai dengan rencana yang
telah dituangkan dalam perencanaan strategis.
Berdasarkan hasil pengukuran dan evaluasi kinerja yang dilakukan terhadap
kinerja Badan Ketahanan Pangan daerah Provinsi Lampung dalam
merealisasikan visi, misi, tujuan dan sasaran yang tertuang dalam Rencana
Strategis, dengan cara mempertimbangkan nilai indikator kinerja masukan
(input), keluaran (output), hasil (outcome), manfaat (Benefit) dan dampak
(impact), maka nilai capaian kinerja Badan ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung pada tahun anggaran 2015 sebesar 77,78%. Menurut skala
pengukuran ordinal, maka nilai capaian kinerja tersebut dapat dikategorikan
Baik dan Berhasil.
Demikian Laporan Kinerja Instansi (LKj) Badan Ketahanan Pangan daerah
Provinsi Lampung ini disusun, dengan harapan dapat memberikan umpan balik
bagi seluruh aparat yang ada pada Badan Ketahanan Pangan Daerah Provinsi
Lampung agar dapat lebih meningkatkan kinerjanya di masa yang akan datang.
Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) Tahun 2015 BKPD Provinsi Lampung Page 67
LAMPIRAN
SIDAK PASAR DALAM RANGKA PEMANTAUAN KEAMANAN PANG
SIDAK PASAR TRADISIONAL DALAM RANGKA PEMANTAUAN KEAMANAN PANGAN
OPTIMALISASI PEMANFAATAN PEKARANGAN MELALUI KRPL
(KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI)
PENYERAHAN ALAT PENEPUNG UNTUK KWT
TARGET REALISASI % REALISASI TARGET REALISASI % REALISASI
1 3 4 5 6 7 8
Terpenuhinya Kebutuhan 1. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Konsumsi 84,1 84,1 100
Konsumsi Pangan yang
Beragam, bergizi, seimbang dan 2. Jumlah Konsumsi Energi 2.004 2.052 102,4
aman untuk memenuhi
kecukupan energi per kapita 3. Jumlah Konsumsi Protein 56,1 53,25 94,92
4. Skor Pola Pangan Harapan (PPH) Ketersediaan 87,52 70,31 80,34
a. Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi 4 SD, 112 KWT/ 4 SD, 112 KWT/ 100% 108.480.000 78.980.800 72,81
Pangan 14 Kab/Kota 14 Kab/Kota
b. Lomba Cipta Menu Tingkat Provinsi dan Nasional 2 kali 2 kali 100% 83.062.000 82.412.900 99,22
c. Promosi Pangan Segar dan Olahan 1 kali 1 kai 100% 200.000.000 198.453.500 99,23
d. Hari Pangan Sedunia TK. Provinsi dan TK. Nasional 2 kali 2 kali 100% 300.000.000 277.097.500 92,37
e. Konsolidasi Dewan Ketahanan Pangan 1 Tahun 1 Tahun 100% 38.050.000 37.437.300 98,39
f. Pengembangan Usaha Pangan Lokal 35 KWT 35 KWT 100% 97.850.000 96.579.100 98,70
a. Pengembangan Desa Mandiri Pangan 97 Desa 97 Desa 100% 119.000.000 118.571.400 99,64
559.604.500
SASARAN INDIKATOR/KEGIATANKINERJA ANGGARAN
2
827.442.000 770.961.100 93,17
5. Persentase Penurunan Jumlah Penduduk Rawan Pangan 1 0,68 68
TABEL PENCAPAIAN KINERJA DAN ANGGARAN TAHUN 2015
462.663.100 82,68
TARGET REALISASI % REALISASI TARGET REALISASI % REALISASI
1 3 4 5 6 7 8
SASARAN INDIKATOR/KEGIATANKINERJA ANGGARAN
2
827.442.000 770.961.100 93,17
4 Kawasan 4 Kawasan
b. Analisa dan Pemantauan SKPG dan PDRP 15 Kab/Kota 15 KabKota 100% 84.934.500 84.847.200 99,90
c. Pengembangan Cadangan Pangan Pemerintah 10,483 Ton 0 0% 133.203.000 38.627.000 29,00
Daerah
d. Pengembangan Lumbung Pangan Masyarakat 5 lumbung 5 lumbung 100% 133.187.000 131.621.900 98,82
e. Analisa dan Penyusunan Peta Ketahanan Pangan 1 Buah 1 Buah 100% 61.000.000 60.789.200 99,65
dan Kerentanan Pangan
f. Akses Pangan 1 dokumen 1 dokumen 100% 28.280.000 28.206.400 99,74
6. Harga Gabah Kering Panen (GKP) di Tingkat Produsen HPP ≤ 4.067 109,92
HPP = Rp. 3.700
7. Coefisien Variasi Pangan (beras) Tingkat Konsumen CV < 10% CV = 6% 100
a. Pemberdayaan Gapoktan dalam rangka Stabilisasi 77 Gapoktan 77 Gapoktan 100% 126.720.000 126.232.400 99,62
Harga Pangan
b. Alur Distribusi Pangan - - 1.140.000 1.140.000 100,00
c. Pengembangan dan Pengendalian Mobilitas Pangan 5 Kab/Kota 5 Kab/Kota 100% 100.000.000 91.649.000 91,65
d. Pembinaan Manajemen Kelembagaan 40 Gapoktan 40 Gapoktan 100% 100.000.000 98.472.800 98,47
a. Operasional Pengawasan Mutu dan Keamanan 12 Bulan 12 Bulan 100% 84.621.000 84.508.100 99,87
Pangan OKKPD
8.Persentase Peningkatan Produk Pangan Segar yang
Tersertifikasi10% 7,40% 74% 2.855.514.000 792.334.750
327.860.000 317.494.200 96,84
27,75
TARGET REALISASI % REALISASI TARGET REALISASI % REALISASI
1 3 4 5 6 7 8
SASARAN INDIKATOR/KEGIATANKINERJA ANGGARAN
2
827.442.000 770.961.100 93,17
b. Surveilen dan Pengawasan Produk Hasil Pertanian 6 Kab/Kota 6 Kab/Kota 100% 88.025.000 87.656.650 99,58
yang sudah Sertifikasi/Regristrasi/Produk yang
Beredar
c. Penyempurnaan Dokumen Sistem Mutu Mengacu 7 Dokumen 7 Dokumen 100% 15.103.000 15.103.000 100,00
pada ISO/IEC 17065
d. Sertifikasi, Regristrasi Produk Labelisasi Prima 3 40 Sertifikat 40 Sertifikat 100 140.666.000 140.321.200 99,75
Mendukung Terminal Agrobisnis
e. Audit Internal 20 Orang 20 Orang 100 54.449.000 54.449.000 100,00
e. Promosi Produk Unggulan Lampung yang sudah 2 Kali 2 Kali 100 66.951.000 66.316.700 99,05
Sertifikas/Regristrasi
f. Bimtek Penerapan Mutu dan Keamanan Pangan 1 Kali 1 Kali 100 24.899.000 24.685.100 99,14
Hasil Pertanian di Lokasi Sentra
g. Kajian Pengembangan Pangan Segar yang Bermutu 6 KabKota 6 Kab/Kota 100 80.800.000 80.735.000 99,92
dan Bersertifikat
h. Pembangunan Gedung Kantor dan Laboratorium 1 Unit - 15 2.300.000.000 238.560.000 10,37
Pengujian Mutu dan Sarana Prasarana OKKPD
Provinsi Lampung
a. Bimtek Mutu dan Keamanan Pangan 1 Kali 1 Kali 100 60.332.000 59.077.000 97,92
b. Pemantauan, Pengawasan dan Pengendalian 8 Kab/Kota 10 Kab/Kota 125 126.337.000 125.014.000 98,95
Mutu Keamanan Pangan Segar
c. Peningkatan Penerapan Standar BMR (Batas 12 Kab/Kota 12 KabKota 100 67.820.000 66.712.000 98,37
Maksimum Residu)
9. Persentase Tingkat Keamanan Pangan yang di Uji 80% 91,39 114,24 417.894.000 406.983.000 97,39