pangan ketahanan

128
EDISI 2 ROADMAP DEPTAN.indb 1 2/15/2013 7:35:34 PM

description

ketahanan pangan

Transcript of pangan ketahanan

  • Edisi 2

    ROADMAP DEPTAN.indb 1 2/15/2013 7:35:34 PM

  • Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI Tahun 2012

    Foto:Dokumentasi Badan Ketahanan Pangan

    desain:Penebar Art

    Penerbit:Kementerian Pertanian

    Kantor Pusat Kementerian Pertanian

    Jl. Harsono RM No.3, Ragunan-Jakarta 12550, INDONESIA

    undang-undang

    RI nomor 7 tahun 1996

    tentang pangan. Ketahanan

    pangan adalah suatu

    kondisi dimana setiap

    individu dan rumahtangga

    memiliki akses secara fisik,

    ekonomi, dan ketersediaan

    pangan yang cukup,

    aman, serta bergizi untuk

    memenuhi kebutuhan

    sesuai dengan seleranya

    bagi kehidupan yang aktif

    dan sehat.

    ROADMAP DEPTAN.indb 2 2/15/2013 7:35:34 PM

  • [3]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    DAFTAR ISI

    ROADMAP DEPTAN.indb 3 2/15/2013 7:35:34 PM

  • {4}PEnEBaR SWaDaYa

    ROADMAP DEPTAN.indb 4 2/15/2013 7:35:34 PM

  • [5]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    DAFTAR TAbel

    DAFTAR GAmbAR

    ROADMAP DEPTAN.indb 5 2/15/2013 7:35:34 PM

  • [6] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    DAFTAR lAmpIRAn

    ROADMAP DEPTAN.indb 6 2/15/2013 7:35:34 PM

  • [7]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    ROADMAP DEPTAN.indb 7 2/15/2013 7:35:34 PM

  • [8] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

    Buku Roadmap Diversifikasi Pangan 2011-2015 ini

    disusun sebagai acuan untuk melaksanakan kegiatan

    percepatan diversifikasi atau penganekaragaman

    konsumsi pangan. Diversifikasi pangan merupakan

    salah satu prioritas dari empat target sukses pertanian,

    karena itu program atau gerakan percepatan diversifikasi

    konsumsi pangan harus dilaksanakan secara terstruktur

    dan terukur, dengan kegiatan, sasaran, dan ukuran kinerja yang jelas.

    Roadmap ini merupakan penjabaran dari Peraturan Presiden (Perpres) No.

    22 Tahun 2009. Dalam Perpres tersebut disebutkan dua sasaran dari upaya

    diversifikasi pangan yaitu: (1) memasyarakatkan pola konsumsi pangan yang

    beragam, bergizi, seimbang dan aman, serta, (2) mengurangi konsumsi beras/

    kapita 1,5% per tahun. Saya meyakini bahwa program diversifikasi konsumsi

    pangan ini hanya akan berhasil apabila semua pemangku kepentingan aktif

    mendukung pelaksanaan program ini.

    Perjalanan panjang upaya pelaksanaan diversifikasi pangan di Indonesia telah

    mengalami pasang surut dari masa ke masa. Namun demikian, upaya tersebut

    sampai saat ini belum memperlihatkan hasil yang memuaskan, bahkan konsumsi

    makanan pokok masyarakat Indonesia masih tetap bertumpu pada beras, dan

    Sambutan menteri pertanian RI

    ROADMAP DEPTAN.indb 8 2/15/2013 7:35:35 PM

  • [9]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    yang cukup merisaukan secara perlahan beralih ke makanan yang bahan bakunya

    tidak diproduksi di Indonesia pada saat ini, yaitu terigu.

    Di sisi lain sebenarnya banyak tersedia makanan sumber karbohidrat berasal

    dari pangan lokal seperti ubi-ubian (singkong, ubi jalar, talas, ganyong), sukun,

    jagung dan pisang. Makanan-makanan sumber karbohidrat tersebut posisinya

    di masyarakat dianggap kurang bergengsi dibandingkan dengan nasi, sehingga

    muncul pameo kalau belum makan nasi dianggap belum makan. Kita akan terus

    berupaya mengubah sikap masyarakat tersebut, agar di masa datang lebih

    berminat untuk mengonsumsi makanan sumber karbohidrat dari bahan baku

    lokal. Untuk itu, tentunya makanan tersebut harus beragam, bergizi seimbang

    serta aman dikonsumsi untuk mendukung seseorang hidup sehat, aktif, dan

    produktif. Untuk mencapai hal tersebut, kegiatan utama diversifikasi pangan pada

    dasarnya berupa: (1) promosi dan sosialisasi pola konsumsi pangan beragam,

    bergizi seimbang dan aman, (2) pemanfaatan lahan pekarangan dengan pola

    pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL), dan pengembangan

    olahan pangan berbasis pangan lokal.

    Saya berharap buku ini dapat dijadikan acuan oleh seluruh pemangku

    kepentingan dalam implementasi kebijakan percepatan penganekaragaman

    konsumsi pangan.

    Menteri Pertanian RI

    Suswono

    ROADMAP DEPTAN.indb 9 2/15/2013 7:35:35 PM

  • [10] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi atau penganekaragaman pangan

    merupakan salah satu kunci sukses pembangunan

    pertanian sebagaimana tertuang dalam Rencana

    Strategis Kementerian Pertanian Tahun 2010-2014.

    Upaya peningkatan diversifikasi pangan dimaksudkan

    untuk meningkatkan ketersediaan dan konsumsi

    pangan yang beragam dan bergizi seimbang, dan

    menghindari ketergantungan pada 1 jenis pangan pangan pokok seperti beras.

    Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati kedua

    terbesar, dengan 77 spesies tanaman sumber karbohidrat seperti serealia

    (jagung, sorghum, hotong, jali, jawawut dll), ubi-ubian (singkong, ubi jalar, talas,

    sagu, ganyong, garut, gembili, gadung dll), dan buah (sukun, pisang, labu kuning,

    buah bakau, dll). Pangan sumber karbohidrat tersebut tersedia dan tumbuh

    subur di seluruh Indonesia, dan secara tradisional dikonsumsi sebagai pangan

    pokok maupun kudapan.

    Dengan kecenderungan bergesernya budaya makan masyarakat ke arah

    makanan instan, maka ketersediaan pangan lokal harus diupayakan mengikuti

    trend permintaan konsumen dan tersedia di pasar serta mudah dijangkau secara

    fisik maupun ekonomi (murah). Tujuan yang diinginkan adalah meningkatkan

    Kata pengantar

    ROADMAP DEPTAN.indb 10 2/15/2013 7:35:35 PM

  • [11]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    kualitas konsumsi pangan masyarakat ke arah pangan yang beragam dan bergizi

    seimbang serta aman, berbasis sumberdaya lokal, untuk hidup sehat, aktif dan

    produktif.

    Upaya peningkatan diversifikasi pangan memerlukan dukungan dan sinergi

    kegiatan lintas sektor serta peran aktif para pemangku kepentingan termasuk

    pembuat kebijakan, pelaku usaha, peneliti dan para pihak yang peduli terhadap

    ketahanan pangan berbasis sumberdaya lokal dan pengembangan sumber daya

    manusia Indonesia yang berkualitas.

    Pada akhirnya saya mengharapkan dukungan dari semua stakeholder terkait untuk

    secara bersama-sama menyukseskan upaya peningkatan diversifikasi pangan

    dengan mengutamakan pangan-pangan lokal sumber karbohidrat, sumber

    protein, sumber vitamin dan mineral yang ada di seluruh wilayah Indonesia.

    Kepala Badan Ketahanan Pangan

    Kementerian Pertanian

    Achmad Suryana

    ROADMAP DEPTAN.indb 11 2/15/2013 7:35:35 PM

  • [12] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Tingginya dominasi beras dalam pola konsumsi pangan penduduk

    Indonesia hingga saat ini merupakan salah satu penyebab masih

    rendahnya kualitas konsumsi pangan nasional, yang belum

    beragam dan bergizi seimbang yang diindikasikan oleh skor Pola

    Pangan Harapan. Kontribusi beras dalam konsumsi kelompok padi-padian

    sebesar 996 kkal/kap/hari atau mencapai 80.6 persen terhadap total energi padi-

    padian (1.236 kkal/kap/hr) pada tahun 2011.

    Beras sebagai pangan pokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, tidak

    hanya telah membudaya dalam pola konsumsi pangan masyarakat namun juga

    dianggap memiliki citra pangan yang lebih baik dari sisi sosial. Sementara komoditi

    sumber karbohidrat lainnya yang biasa dikonsumsi sebagian masyarakat di

    masa lampau, saat ini semakin tergeser sejalan dengan perkembangan ekonomi

    dan teknologi serta sebagai ekses dari kebijakan pemerintah berupa program

    penyaluran beras bagi keluarga miskin atau RASKIN.

    Sementara keberagaman jenis pangan dan keseimbangan gizi dalam pola

    konsumsi pangan dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat, aktif dan produktif.

    Dengan memperhatikan pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia yang masih

    belum sesuai harapan tersebut, maka penganekaragaman konsumsi pangan

    Ringkasan eksekutif

    ROADMAP DEPTAN.indb 12 2/15/2013 7:35:35 PM

  • [13]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    atau diversifikasi konsumsi pangan menjadi penting untuk

    dilaksanakan guna menciptakan generasi sumber daya

    manusia yang lebih berkualitas dan berdaya saing.

    Untuk mencapai kualitas konsumsi pangan yang lebih baik,

    perlu ditingkatkan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani,

    kacang-kacangan, buah/biji berminyak, gula serta sayur dan

    buah atau dikenal sebagai penganekaragaman konsumsi

    secara horizontal. Selain itu, peningkatan kualitas konsumsi

    pangan juga dapat dicapai melalui penganekaragaman

    vertikal yaitu konsumsi aneka ragam jenis pangan sumber

    karbohidrat dan olahannya (jenis padi-padian: jagung dan

    olahannya, hotong, sorghum, biji jali, dan jenis padi-padian

    lainnya), aneka pangan sumber protein dan olahannya

    (aneka pangan hewani dan aneka kacang-kacangan), serta

    aneka pangan sumber vitamin dan olahannya (beragam jenis

    sayur dan buah-buahan). Dengan demikian, peningkatan

    konsumsi kelompok pangan sumber tenaga, pembangun

    dan pengatur perlu diiringi dengan penurunan konsumsi

    beras.

    Sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Presiden

    No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan

    Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber

    Daya Lokal, bahwa upaya penganekaragaman konsumsi

    pangan harus berbasis sumber pangan setempat atau khas

    daerah. Hal ini agar diartikan bahwa pengurangan konsumsi

    beras tidak dapat digantikan dengan konsumsi gandum/

    terigu yang hampir seluruhnya diimpor. Sementara

    konsumsi umbi-umbian bukan hanya sebagai pangan

    pilihan pengganti padi-padian namun juga sebagai pangan

    upaya

    penganekaragaman

    konsumsi pangan

    harus berbasis sumber

    pangan setempat

    atau khas daerah.

    hal ini agar diartikan

    bahwa pengurangan

    konsumsi beras tidak

    dapat digantikan

    dengan konsumsi

    gandum/terigu yang

    hampir seluruhnya

    diimpor.

    ROADMAP DEPTAN.indb 13 2/15/2013 7:35:35 PM

  • [14] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    berpati (starchy foods) yang banyak mengandung serat dan dibutuhkan tubuh

    untuk dikonsumsi setiap hari, seperti sagu, ubi kayu, ubi jalar, talas, pisang, labu

    kuning, dan sukun.

    Upaya diversiifikasi konsumsi pangan tentunya akan menghadapi berbagai

    tantangan seperti laju pertumbuhan penduduk yang harus disertai dengan

    ketersediaan pangan yang memenuhi gizi. Dari aspek psikologis, modernisasi

    dalam kehidupan masyarakat tanpa disadari menggerus pola konsumsi

    masyarakat dari mengonsumsi pangan lokal kepada pangan yang instan. Situasi

    pergeseran pola konsumsi pangan masyarakat ini disebabkan oleh banyak hal

    seperti masih kurangnya pengetahuan masyarakat terhadap konsumsi pangan

    beragam, bergizi seimbang dan masih aman. Sebagian masyarakat masih

    memiliki prinsip asal kenyang. Di sisi lain, untuk mempercepat proses adaptasi

    masyarakat kembali kepada pangan lokal diperlukan pengembangan teknologi

    tepat guna baik untuk memproduksi maupun mengolah bahan pangan terutama

    pangan lokal non beras. Melalui teknologi tepat guna dapat ditingkatkan nilai

    tambah dan nilai sosial dari pangan lokal selain beras. Saat ini ketersediaan dan

    akses terhadap teknologi semacam itu diindikasikan relatif rendah.

    Dengan semakin disadarinya bahwa diversifikasi konsumsi pangan merupakan

    suatu tuntutan yang penting untuk dilaksanakan melalui suatu gerakan

    percepatan diversifikasi konsumsi pangan secara terkoordinasi dan sinergi antar

    kebijakan di tingkat pusat lintas sektor dan daerah serta dukungan partisipasi

    aktif pihak swasta dan masyarakat, yang diwujudkan dalam bentuk program dan

    kegiatan sesuai kewenangan masing-masing namun saling mendukung, termasuk

    pengembangan program-program percepatan pengurangan kemiskinan.

    Berbagai kegiatan pembangunan ketahanan pangan dilaksanakan dalam rangka

    percepatan penganekaragaman konsumsi pangan. Kegiatan promosi/kampanye

    dilakukan melalui iklan layanan masyarakat, poster, baliho, leaflet, komik dan lain-

    lain. Hampir semua provinsi dan kabupaten/kota telah mengeluarkan aturan/

    ROADMAP DEPTAN.indb 14 2/15/2013 7:35:35 PM

  • [15]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    edaran tentang upaya penganekaragaman konsumsi berbasis sumber daya lokal.

    Pengenalan masyarakat terhadap menu pilihan pengganti beras dan terigu baik

    sebagai pangan pokok maupun kudapan, dilakukan dengan melibatkan para ahli

    teknologi pangan dari perguruan tinggi dan Badan Penelitian dan Pengembangan

    Pertanian. Di samping itu upaya peningkatan kualitas konsumsi pangan dilakukan

    melalui upaya pemberdayaan kelompok wanita untuk mengoptimalkan

    pemanfaatan pekarangan dengan menanam sayur dan buah serta budidaya ternak

    kecil melalui pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari.

    Sawut Singkong Kuning Lengkap

    Mie Ubi Pelangi

    ROADMAP DEPTAN.indb 15 2/15/2013 7:35:35 PM

  • [16] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Keladi Isi Ubi Ungu

    Kentang Golong Lengkap

    Nasi Bingu Jagung Lengkap

    ROADMAP DEPTAN.indb 16 2/15/2013 7:35:35 PM

  • [17]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    Nasi Jagung Campur

    Nasi Keribang Jali

    ROADMAP DEPTAN.indb 17 2/15/2013 7:35:35 PM

  • [18] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    A. Latar BelakangMembangun ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara

    pemerintah, swasta, dan masyarakat. Ketahanan pangan dimaksud adalah

    kondisi terpenuhinya pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang

    tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya,

    aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan

    dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat,

    aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Sejalan dengan hal tersebut, salah satu

    kunci sukses Kementerian Pertanian adalah peningkatan diversifikasi pangan

    untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan pangan pokok tertentu.

    Hal ini didasari oleh pola konsumsi pangan masyarakat Indonesia yang masih

    belum beragam, bergizi seimbang, dan aman serta masih didominasi oleh beras.

    Kontribusi beras dalam konsumsi kelompok padi-padian sebesar 996 kkal/kap/

    hari atau mencapai 80,6 persen terhadap total energi padi-padian (1.236 kkal/

    kap/hr) pada tahun 2011. Di samping itu, rendahnya konsumsi pangan hewani,

    sayuran, buah dan aneka kacang menyebabkan kualitas konsumsi pangan

    masyarakat masih rendah yang diindikasikan dengan skor Pola Pangan Harapan

    (PPH) 77,3 tahun 2011 atau masih di bawah PPH yang ideal sebesar 100.

    Keberagaman jenis pangan dan keseimbangan gizi dalam pola konsumsi pangan

    dibutuhkan tubuh untuk hidup sehat, aktif, dan produktif. Penganekaragaman

    pangan adalah upaya peningkatan ketersediaan dan konsumsi pangan yang

    beragam, bergizi seimbang, dan berbasis pada potensi sumber daya lokal.

    pendahuluan

    1

    ROADMAP DEPTAN.indb 18 2/15/2013 7:35:35 PM

  • [19]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    Penganekaragaman konsumsi pangan atau diversifikasi

    pangan harus dilaksanakan guna menciptakan sumber daya

    manusia yang lebih berkualitas dan berdaya saing. Data Human

    Development Reports UNDP (United Nations Development

    Programme) tentang Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

    2011, mengindikasikan bahwa Indonesia dikategorikan ke

    dalam Medium Human Development dan menduduki peringkat

    124 dari 187 negara, sementara Singapura peringkat 26, Brunei

    Darussalam peringkat 33, Malaysia peringkat 61, Thailand

    peringkat 103 dan Vietnam peringkat 128.

    Selain itu, masih banyak tantangan yang akan dihadapi dalam

    pemenuhan kebutuhan pangan di masa mendatang, baik

    secara nasional, regional bahkan internasional, seperti laju

    pertumbuhan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi di

    berbagai belahan dunia, serta isu perubahan iklim. Sementara,

    sumber daya alam (lahan dan air) semakin terbatas, sebagai

    akibat dari konversi lahan pertanian ke non pertanian,

    meluasnya wilayah gurun atau penggurunan (desertification),

    serta konversi bahan pangan menjadi bahan bakar.

    Meroketnya harga pangan dunia pada tahun 2007 dan

    2008 merupakan satu contoh nyata dari distorsi terhadap

    keseimbangan antara pasokan dan permintaan pangan

    dunia. Oleh karena itu, berbagai upaya (dari sisi pasokan dan

    permintaan) perlu dilakukan untuk menghadapi berbagai

    tantangan itu, salah satunya adalah optimalisasi pemanfaatan

    sumber hayati (nabati dan hewani) yang tersedia melalui

    peningkatan teknologi mulai dari budidaya, penanganan

    pasca panen hingga pendistribusian serta penumbuhan

    kesadaran masyarakat untuk mengonsumsi pangan lokal

    Perkembangan Pola Konsumsi Pangan Pokok

    Tahun 1954 :

    Pola konsumsi pangan pokok yaitu konsumsi beras mencapai 53,5%, sedangkan konsumsi ubi kayu (22,26%), jagung (18,9%) dan kentang (4,99%).

    Tahun 1987:

    Pola konsumsi pangan pokok sudah bergeser luar biasa yaitu konsumsi beras menjadi 81,1%, sedangkan konsumsi ubi kayu 10,02% dan jagung 7,82%.

    Tahun 1999:

    Perubahan pola konsumsi pangan pokok berlanjut, yaitu konsumsi jagung hanya sebesar 3,1% dan ubi kayu 8,83%

    Tahun 2010:

    Pangsa non beras (ubi kayu, jagung dan kentang) dalam pola konsumsi pangan pokok hampir tidak ada dan digantikan oleh konsumsi terigu naik 500% menjadi 10.92 kg/kap/tahun (dalam kurun waktu 30 tahun).

    ROADMAP DEPTAN.indb 19 2/15/2013 7:35:35 PM

  • [20] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    yang mampu berkontribusi terhadap pola makan yang beragam dan bergizi

    seimbang, sekaligus dapat mengurangi ketergantungan masyarakat terhadap

    pangan pokok tertentu.

    Peran industri dan swasta dalam pengembangan pangan lokal untuk mendukung

    diversifikasi pangan masih harus ditingkatkan. Pada umumnya industri yang

    bergerak di bidang pangan masih mengandalkan terigu sebagai bahan baku

    utama meskipun sudah dikembangkan tepung pengganti terigu yang berbasis

    sumber daya lokal seperti ubi kayu, dan banyak sumber karbohidrat dari jenis

    Perkembangan Kebijakan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

    Tahun 1960 Program Perbaikan Menu Makanan Rakyat

    Tahun 1969 Pemerintah mempopulerkan slogan Pangan Bukan Hanya Beras dengan tujuan untuk memanfaatkan bahan pangan lokal, maka diperkenalkan Beras Tekad dari singkong untuk mengganti beras.

    Tahun 1974 Pencanangan kebijakan diversifikasi pangan (INPRES Nomor 14 Tahun 1974) tentang Perbaikan Menu Makanan Rakyat disempurnakan dengan Inpres Nomor 20 Tahun 1979 tentang Menganekaragamkan Jenis Pangan dan Meningkatkan Mutu Gizi Makanan Rakyat.

    Tahun 1993-1998

    Program Diversifikasi Pangan dan Gizi dilaksanakan oleh Departemen Pertanian.

    Tahun 1989 Dibentuk Kantor Menteri Negara Urusan Pangan dengan Program Aku Cinta Makanan Indonesia.

    Tahun 1996 Undang-undang No. 7 Tentang Pangan

    Tahun 2002 Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tentang Ketahanan Pangan

    Tahun 2009 Peraturan Presiden RI No. 22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber daya Lokal.

    Tahun 2009 Peraturan Menteri Pertanian No. 43/Permentan/ OT.140/10/2009, Tahun 2009 tentang Gerakan Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP).

    Tahun 2009 Undang-Undang No. 18 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan

    Tahun 2010 Peraturan Menteri Pertanian No.65/Permentan/ OT.140/12/2010 tentang SPM Bidang Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten/Kota.

    Tahun 2010 Instruksi Presiden Nomor 3 tahun 2010 tentang Pembangunan yang berkeadilan

    Kementerian PPN/Bappenas bertanggung jawab dalam Penyusunan Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi (RAN-PG) 2011-2015Pemerintah Provinsi melalui Gubernur diinstruksikan untuk menyusun Rencana Aksi Daerah Pangan dan Gizi (atau disingkat RAD-PG) pada Tahun 2011

    Tahun 2010 Undang-Undang No. 13 tentang Hortikultura

    Tahun 2012 Undang-Undang No.18 tentang Pangan

    ROADMAP DEPTAN.indb 20 2/15/2013 7:35:36 PM

  • [21]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    umbi-umbian termasuk sagu dapat dijadikan bahan pangan

    pokok masyarakat kedepan. Berkembangnya teknologi

    pangan dan inovasi-inovasi yang telah dilakukan oleh Badan

    Litbang Pertanian, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, dan

    perguruan tinggi telah banyak menghasilkan paket teknologi

    pangan yang berbasis kearifan lokal, menjadi produk pangan

    yang dapat dikomersilkan.

    Hal tersebut juga diungkapkan Presiden pada Konferensi

    Dewan Ketahanan Pangan tahun 2012 dan Sidang Kabinet

    Terbatas dalam Safari Ramadhan Bidang Pangan di

    Kementerian Pertanian yang mengamanatkan perlunya

    koordinasi dan sinergi kegiatan penelitian dan pengembangan

    pengolahan pangan dengan sektor industri, agar penelitian

    dapat dirasakan masyarakat khususnya dalam mendukung

    program Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

    (P2KP) yang selama ini belum masuk dalam mainstream

    pembangunan industri pangan Indonesia, sehingga perlu

    dilaksanakan kegiatan kerjasama antara pemerintah dan

    swasta dalam pengembangan diversifikasi pangan.

    Efektivitas pangan percepatan penganekaragaman konsumsi

    pangan akan tercapai apabila didukung dan berjalan seiring

    dengan pengembangan bisnis pangan dan industri pangan

    lokal. Kondisi ini menuntut komitmen yang tinggi dari

    berbagai pihak serta memerlukan rencana bisnis dan industri

    aneka ragam pangan yang komprehensif. Rencana bisnis dan

    industri aneka ragam pangan tersebut perlu dikembangkan

    untuk pemantapan pelaksanaan penganekaragaman

    konsumsi pangan di berbagai daerah. Dalam rencana tersebut,

    diperlukan komitmen yang kuat dari para pelaku usaha baik di

    Manfaat terciptanya

    budaya makan dengan

    pola konsumsi pangan

    beragam, bergizi

    seimbang, dan aman:

    Meningkatnya citra Vpangan lokal

    Turut menjaga Vstabilitas pasokan dan

    harga pangan

    Turut menciptakan Vkesempatan kerja

    dan mengurangi

    kemiskinan

    Turut menyumbang Vpada ketahanan

    pangan global

    (dengan menjadi

    negara pengekspor

    beras)

    Meningkatkan kualitas Vhidup sehat, aktif dan

    produktif

    ROADMAP DEPTAN.indb 21 2/15/2013 7:35:36 PM

  • [22] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Mengapa Penganekaragaman Pangan Penting

    Pola konsumsi pangan masyarakat belum beragam, bergizi seimbang, Vdan aman, serta masih didominasi oleh beras dan terigu.

    Pemanfaatan pangan lokal khususnya sumber karbohidrat belum Voptimal.

    Total permintaan kebutuhan beras terus meningkat sejalan dengan Vpertumbuhan penduduk yang masih tinggi (1,49%/tahun).

    Semakin nyata dampak perubahan iklim global yang dapat Vmempengaruhi kapasitas produksi pangan domestik dan global.

    Percepatan peningkatan status gizi perlu segera dilakukan, karena Vsifat masalah gizi yang jelas terlihat masih cukup berat.

    tingkat nasional maupun daerah untuk menyukseskan pengembangan industri

    aneka ragam pangan berbasis sumber daya lokal.

    Dampak Perubahan Iklim Global

    Saat ini dunia sedang menghadapi tantangan yang berat dalam pembangunan

    dengan adanya krisis global ditambah dengan isu perubahan iklim yang semakin

    dirasakan. Menurut data BPS, jumlah penduduk miskin di Indonesia pada bulan

    Maret 2012 mencapai 29,13 juta orang atau 11,96 persen, berkurang 890 ribu

    orang atau 0,53 persen dibanding dengan penduduk miskin pada bulan yang

    sama tahun 2011 yang sebesar 30,02 juta orang (12,49 persen). Patut diwaspadai

    perubahan iklim dapat meyebabkan meningkatnya kerentanan masyarakat

    yang hidup dibawah garis kemiskinan dan tidak memiliki kapasitas cukup dalam

    menghadapi dampak perubahan iklim.

    Adanya perubahan iklim global tersebut memberikan dampak pada penurunan

    kapasitas produksi pangan. Di satu sisi sebagian besar negara produsen justru

    cenderung mengamankan produksi pangannya untuk memenuhi kebutuhan

    dan cadangan pangan domestik. Untuk itu perlu ada upaya yang dilakukan,

    ROADMAP DEPTAN.indb 22 2/15/2013 7:35:36 PM

  • [23]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    salah satunya melalui gerakan diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal

    sebagaimana dituangkan di dalam buku Roadmap ini.

    Roadmap Diversifikasi Pangan tahun 2011 2015 menginformasikan situasi pola

    konsumsi pangan saat ini baik di tingkat nasional maupun wilayah, tantangan

    dan peluang, kebijakan, strategi dan pelaksanaan program diversifikasi pangan,

    keterlibatan swasta dan pemangku kepentingan dalam menyukseskan program

    diversikasi pangan.

    B. Maksud dan TujuanRoadmap Diversifikasi Pangan tahun 2011 2015 ini merupakan acuan bagi

    pemangku kepentingan dalam upaya meningkatkan diversifikasi pangan secara

    lebih terintegrasi, sinergis, efektif, dan efisien untuk meningkatkan keragaman

    dan kualitas konsumsi pangan masyarakat Indonesia.

    Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan

    Dari sisi konsumsi merupakan upaya membudayakan pola konsumsi Vpangan beragam, bergizi seimbang, dan aman untuk mendukung

    hidup sehat, aktif, dan produktif;

    Dari sisi pengembangan bisnis pangan memberi dorongan dan insentif Vpada rantai bisnis pangan yang lebih beragam dan aman yang berbasis

    sumber daya lokal;

    Pada sisi produksi mendorong pengembangan berbagai ragam Vproduksi pangan, dan menumbuhkan beragam usaha pengolahan

    pangan (rumah tangga, UMKM, swasta);

    Dari sisi kemandirian pangan akan dapat mengurangi ketergantungan Vnasional terhadap pangan impor, dan secara mikro mengurangi

    ketergantungan konsumen pada satu jenis pangan tertentu, serta

    mendorong setiap wilayah untuk mengoptimalkan potensi sumber daya

    pangan setempat dalam memenuhi kebutuhan pangan penduduk;

    Dari sisi swasembada akan lebih menjamin dicapainya swasembada Vpangan berbasis potensi sumber daya lokal secara berkelanjutan.

    ROADMAP DEPTAN.indb 23 2/15/2013 7:35:36 PM

  • [24] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    A. Kondisi Umum1. Kondisi Gizi Masyarakat

    Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskesdas) tahun 2010, secara nasional

    prevalensi kurang gizi pada balita (berat badan menurut umur) sebesar 17,9

    persen, mengalami penurunan dibandingkan tahun 2007 sebesar 18,4 persen.

    Hal yang sama terjadi pada prevalensi gizi buruk yaitu dari 5,4 persen pada tahun

    2007 menjadi 4,9 persen tahun 2010 dan prevalensi pendek pada balita adalah

    35,6 persen tahun 2010, menurun dari 36,7 persen pada tahun 2007. Penurunan

    juga terjadi pada prevalensi anak kurus, dimana prevalensi balita sangat kurus

    menurun dari 13,6 persen tahun 2007 menjadi 13,3 persen tahun 2010.

    Gambar 1. Status Gizi Balita di Indonesia

    Kondisi pola & konsumsi Pangan

    Saat ini

    2

    ROADMAP DEPTAN.indb 24 2/15/2013 7:35:36 PM

  • [25]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    Walaupun secara nasional terjadi penurunan prevalensi masalah gizi pada balita,

    tetapi masih terdapat kesenjangan antar provinsi. Terdapat 18 provinsi yang

    memiliki prevalensi gizi kurang dan buruk diatas prevalensi nasional. Untuk

    prevalensi pendek pada balita masih ada 15 provinsi yang memiliki prevalensi

    diatas prevalensi nasional, dan untuk prevalensi anak kurus teridentifikasi 19

    provinsi yang memiliki prevalensi di atas prevalensi nasional.

    Sumber: Riskesdas, 2010.

    Gambar 2. Prevalensi Balita Gizi Kurang di Indonesia Tahun 2010

    Disamping itu, data yang tercantum dalam Rencana Aksi Nasional Pangan dan Gizi

    (RAN-PG) juga menggambarkan kondisi yang beragam antar provinsi berdasarkan

    data Riskesdas tahun 2010 dan data proporsi penduduk sangat rawan pangan

    yang bersumber dari Susenas 2009. Kondisi ini merupakan dasar pertimbangan

    dalam menyusun perencanaan khususnya terkait dengan intervensi pemerintah

    yang diperlukan dalam mengatasi permasalahan pangan dan gizi di provinsi

    bersangkutan. Stratifikasi Provinsi Berdasarkan Tingkat Prevalensi Anak Balita

    Pendek dan Proporsi Penduduk Sangat Rawan Pangan dapat dilihat pada matriks

    berikut.

    ROADMAP DEPTAN.indb 25 2/15/2013 7:35:36 PM

  • [26] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Tabel 1. Stratifikasi Provinsi Berdasarkan Tingkat Prevalensi Anak Balita Pendek dan Proporsi Penduduk Sangat Rawan Pangan

    StatusProporsi Penduduk Sangat Rawan Pangan 14,47 persen

    Proporsi Penduduk Sangat Rawan Pangan > 14,47 persen

    Persentase Pendek pada Anak Balita 32 persen

    Strata 1Kepulauan Riau,Bengkulu, danBali.

    Strata 2Bangka Belitung,Jambi,Kalimantan Timur,DI Yogyakarta,DKI Jakarta,Sulawesi Utara,Maluku Utara, dan Papua.

    Persentase Pendek pada Anak Balita > 32 persen

    Strata 3Aceh,Sumatera Barat,Riau,Kalimantan Tengah,Kalimantan Selatan,Banten,Jawa Barat,Sulawesi Selatan,Sulawesi Barat, danNusa Tenggara Barat.

    Strata 4Sumatera Utara,Sumatera Selatan,Lampung,Kalimatan Barat,Jawa Tengah,Jawa Timur,Gorontalo,Sulawesi Tengah,Sulawesi Tenggara,Nusa Tenggara Timur,Maluku, dan Papua Barat.

    Sumber : - Data anak balita yang pendek berasal dari Riskesdas 2010 - Data proporsi penduduk sangat rawan pangan berasal dari Susenas 2009Catatan : Kondisi sangat rawan pangan adalah tingkat konsumsi energi rata-rata dibawah 1400

    kkal/kap/hari.

    ROADMAP DEPTAN.indb 26 2/15/2013 7:35:36 PM

  • [27]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    2. Situasi Konsumsi Pangan Masyarakat

    a. Situasi Konsumsi Pangan Nasional

    Kondisi pola konsumsi pangan masyarakat dapat bergeser dengan cukup

    dinamis, dipengaruhi oleh banyak hal seperti kondisi sosial, budaya dan ekonomi,

    preferensi dan ketersediaan. Namun sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan

    Presiden No.22 Tahun 2009 tentang Kebijakan Percepatan Penganekaragaman

    Konsumsi Pangan Berbasis Sumber Daya Lokal, bahwa upaya penganekaragaman

    konsumsi pangan harus berbasis sumber pangan setempat atau pangan lokal.

    Pengurangan konsumsi beras juga harus disertai dengan pengurangan konsumsi

    gandum/terigu yang seluruhnya diimpor. Konsumsi beras sebagai sumber

    karbohidrat dapat disubsitusi dengan karbohidrat lain yang biasa dikonsumsi

    masyarakat berdasarkan kearifan lokal antara lain: jagung, sorghum, hotong,

    jali, sagu, ubi kayu, ubi jalar, talas, pisang, labu kuning, dan sukun. Perbandingan

    komposisi capaian pola pangan harapan berdasarkan data Susenas tahun 2011

    dengan PPH, dapat dilihat pada Gambar 3 berikut :

    Gambar 3. Pangsa Kelompok Pangan Terhadap Pencapaian Skor PPH pada Tahun 2011 dan PPH

    ROADMAP DEPTAN.indb 27 2/15/2013 7:35:36 PM

  • [28] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Perkembangan situasi konsumsi pangan pada tahun 2011 secara kuantitas

    dan kualitas belum memenuhi kondisi konsumsi energi menurut PPH untuk

    memenuhi kecukupan energi sebesar 2.000 kkal/kapita/hari. Perincian realisasi

    kontribusi energi (pangan) penduduk Indonesia tahun 2011 diuraikan pada Tabel

    2. Berdasarkan komposisinya, pangan yang dikonsumsi penduduk Indonesia

    masih belum memenuhi kaidah gizi seimbang yang dianjurkan. Untuk mencapai

    kualitas konsumsi pangan yang lebih baik, maka di tahun mendatang harus

    ditingkatkan konsumsi umbi-umbian, pangan hewani, kacang-kacangan, buah/

    biji berminyak, serta sayur dan buah (penganekaragaman konsumsi secara

    horizontal) pada proporsi yang direkomendasikan oleh PPH. Peningkatan kualitas

    konsumsi pangan juga dapat dicapai melalui penganekaragaman vertikal yaitu

    konsumsi aneka ragam jenis pangan sumber karbohidrat dan olahannya (jenis

    padi-padian: jagung dan olahannya, hotong, sorghum, biji jali, dan jenis padi-

    padian lainnya), aneka pangan sumber protein dan olahannya (aneka pangan

    hewani dan aneka kacang-kacangan), serta aneka pangan sumber vitamin dan

    olahannya (beragam jenis sayur dan buah-buahan).

    Penghitungan skor Pola Pangan Harapan (PPH) didasarkan pada triguna makanan sesuai diagram di bawah ini.

    ROADMAP DEPTAN.indb 28 2/15/2013 7:35:36 PM

  • [29]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    Konsumsi jagung dalam kelompok padi-padian masih rendah dibanding

    konsumsi jenis padi-padian lain (beras dan terigu). Begitu juga dengan konsumsi

    jenis umbi-umbian terutama sagu dan jenis umbi lainnya masih rendah. Konsumsi

    pangan sumber protein hewani lebih banyak bersumber dari ikan, daging unggas

    dan telur. Kacang kedelai memiliki proporsi konsumsi yang lebih tinggi sebagai

    sumber protein nabati utama dalam pola konsumsi pangan penduduk selama

    tahun 2011. Komoditas minyak sawit dan kelapa merupakan jenis pangan dari

    kelompok minyak/lemak serta buah/biji berminyak yang memiliki proporsi

    konsumsi cukup besar dalam sumbangan energi pola konsumsi penduduk

    nasional. Gambaran konsumsi ini menunjukkan bahwa konsumsi penduduk

    Indonesia masih didominasi pangan sumber energi (serealia, minyak/lemak,

    dan buah/biji berminyak), dan masih kurang konsumsi pangan sumber vitamin

    mineral, serta kurang konsumsi buah-buahan (Tabel 3).

    Sumber : Susenas 2011 Triwulan I; BPS diolah Pusat PKKP BKPKeterangan : Angka Kecukupan Energi 2000 kkal/kap/hari (Widya Karya Pangan dan Gizi VIII, 2004)

    - Energi : Dalam kkal - Gram : Untuk berat jenis pangan menurut kelompok- AKG : Angka Kecukupan Gizi

    Tabel 2. Kualitas Konsumsi Pangan Penduduk Indonesia Berdasarkan PPH

    No Kelompok PanganKonsumsi Th. 2011 PPH

    Gram Energi%

    AKGSkor PPH

    Gram Energi%

    AKGSkor PPH

    1. Padi-padian 315,9 1.236 61,8 25,0 275 1.000 50,0 25,0

    2. Umbi-umbian 40,0 53 2,6 1,3 100 120 6,0 2,5

    3. Pangan hewani 95,9 168 8,4 16,8 150 240 12,0 24,0

    4. Minyak dan lemak 22,8 204 10,2 5,0 20 200 10,0 5,0

    5. Buah/biji berminyak 6,0 33 1,6 0,8 10 60 3,0 1,0

    6. Kacang-kacangan 22,7 56 2,8 5,6 35 100 5,0 10,0

    7. Gula 22,2 81 4,1 2,0 30 100 5,0 2,5

    8. Sayur dan buah 197,3 83 4,2 20,8 250 120 6,0 30,0

    9. Lain-lain 61,2 39 1,9 - - 60 3,0 -

    Total 1.952 97,6 2.000 100,0

    Skor PPH 77,3 100

    ROADMAP DEPTAN.indb 29 2/15/2013 7:35:36 PM

  • [30] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Kelompok Bahan Pangan Konsumsi Tahun 2011Energi (kkal/

    kap/hari)gram/kap/hari kg/kap/thn

    I. Padi-padian 1236 a. Beras 996 281,7 102,8 b. Jagung 12 4,3 1,6 c. Terigu 228 29,9 10,9II. Umbi-umbian 53 a. Singkong 33 27,6 10,1 b. Ubi jalar 10 8,1 3,0 c. Kentang 2 4,3 1,6 d. Sagu 4 1,3 0,5 e. Umbi lainnya 2 1,8 0,7III. Pangan Hewani 168 a. Daging ruminansia 15 5,5 2,0 b. Daging unggas 39 13,0 4,8 c. Telur 27 19,6 7,1 d. Susu 29 5,7 2,1 e. Ikan 57 52,0 19,0IV. Minyak dan Lemak 204 a. Minyak kelapa 36 4,1 1,5 b. Minyak sawit 163 18,1 6,6 c. Minyak lainnya 5 0,6 0,2V. Buah/biji berminyak 33 a. Kelapa 27 5,1 1,9 b. Kemiri 6 0,9 0,3VI. Kacang-kacangan 56 a. Kedelai 47 20,7 7,6 b. Kacang tanah 6 0,9 0,3 c. Kacang hijau 2 0,8 0,3 d. Kacang lain 1 0,3 0,1VII.Gula 81 a. Gula pasir 74 20,2 7,4 b. Gula merah 7 2,0 0,7VIII. Sayuran dan buah 83 a. Sayur 44 133,7 48,8 b. Buah 39 63,6 23,2IX. Lain-lain 39 a. Minuman 29 49,9 18,2 b. Bumbu-bumbuan 10 11,3 4,1

    Tabel 3. Konsumsi Berdasarkan Kelompok Pangan Penduduk Indonesia Tahun 2011

    Sumber: Susenas 2011 triwulan I, BPS diolah BKP

    ROADMAP DEPTAN.indb 30 2/15/2013 7:35:36 PM

  • [31]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    b. Situasi Konsumsi Pangan Wilayah

    Seperti halnya kondisi nasional, situasi konsumsi di beberapa provinsi juga belum

    mencapai keberagaman dan keseimbangan, hal ini dilihat dari skor mutu pangan

    (skor Pola Pangan Harapan) yang masih jauh di bawah ideal. Berdasarkan hasil

    olah data Susenas-BPS tahun 2011, skor mutu pangan tertinggi sebesar 86,8

    dicapai oleh Provinsi Bali, dan skor mutu pangan terendah terdapat di Provinsi

    Papua sebesar 69,6 pada tahun 2011 (Gambar 4).

    Umumnya hampir seluruh provinsi belum memiliki pola konsumsi pangan yang

    beragam dan bergizi seimbang. Hanya sembilan provinsi yang mampu mencapai

    skor mutu pangan diatas 80. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi pangan

    beragam, dan bergizi seimbang belum menjadi pola konsumsi pangan penduduk

    rata-rata nasional. Konsumsi pangan penduduk masih didominasi oleh sumber

    karbohidrat terutama padi-padian yaitu proporsi beras menempati porsi yang

    besar dalam menu makanan sebagian besar penduduk provinsi secara nasional.

    Tabel 4. Pembagian Kelompok Wilayah Berdasarkan Skor PPH dan Tingkat Konsumsi Beras Tahun 2011

    ROADMAP DEPTAN.indb 31 2/15/2013 7:35:36 PM

  • [32] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    (Sumber: Susenas 2011 Triwulan I, BPS diolah BKP)

    Gambar 4. Capaian Skor PPH per Provinsi Tahun 2011

    Konsumsi di beberapa sentra produksi cenderung memiliki kualitas konsumsi

    pangan penduduk yang rendah yaitu seperti di Provinsi Sumatera Selatan, Jawa

    Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan NTB memiliki skor mutu pangan dibawah

    skor PPH sebesar 77. Hal ini menggambarkan bahwa ketersediaan pangan yang

    memadai di suatu wilayah belum menjamin konsumsi pangan yang berkualitas,

    karena pola konsumsi pangan sangat erat kaitannya dengan pola perilaku,

    pengetahuan gizi, preferensi, maupun budaya makan penduduk.

    ROADMAP DEPTAN.indb 32 2/15/2013 7:35:36 PM

  • [33]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    B. Pola Konsumsi1. Pola Konsumsi Pangan Sumber Karbohidrat

    Pola konsumsi pangan pokok di Indonesia selama lima tahun terakhir (2005-2010)

    umumnya didominasi oleh beras dan terigu. Jika dilihat perkembangannya pola

    konsumsi pangan pokok penduduk Indonesia tahun 2005, sebagian besar (22 provinsi

    dari 33 provinsi) di Indonesia memiliki pola konsumsi beras-terigu, sedangkan 11 provinsi

    lainnya memiliki pola konsumsi beras-terigu-ubi kayu (Provinsi DI Yogyakarta dan Maluku

    Utara), beras-jagung-ubi kayu (Provinsi Nusa Tenggara Timur), beras-jagung-terigu

    (Provinsi Gorontalo), beras-terigu-ubi kayu-sagu (Provinsi Sulawesi Tenggara dan Maluku),

    dan beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu (Provinsi Papua). Pola konsumsi pangan pokok

    Provinsi Aceh, Kepulauan Riau, Sulawesi Barat dan Papua Barat tidak terpantau karena

    data SUSENAS tahun 2005 untuk provinsi tersebut tidak tersedia.

    Pada tahun 2007, pola konsumsi pangan pokok tidak banyak mengalami perubahan

    dibandingkan dengan tahun 2005. Terdapat 24 provinsi dengan pola konsumsi

    pangan pokok beras-terigu dan hanya Provinsi Gorontalo pola konsumsinya beras-

    jagung. Provinsi Lampung mengalami perubahan pola konsumsi pangan pokok dari

    beras-terigu pada tahun 2005 menjadi beras-terigu-ubi kayu pada tahun 2007. Provinsi

    Jawa Timur dan Gorontalo memiliki pola konsumsi pangan pokok beras-jagung-terigu.

    Provinsi Sulawesi Tenggara juga mengalami perubahan pola konsumsi pangan pokok

    menjadi beras-terigu-sagu. Provinsi Maluku dan Maluku Utara memiliki pola konsumsi

    pangan pokok beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar, dan hanya Provinsi Papua dengan pola

    konsumsi pangan pokok beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu. Pola konsumsi Provinsi

    Papua Barat tidak terpantau karena data tidak tersedia.

    Pada tahun 2008, pola konsumsi pangan pokok tidak mengalami perubahan

    yang signifikan dibandingkan pada tahun 2007. Terdapat 24 provinsi dengan

    pola konsumsi pangan pokok beras-terigu. Provinsi Lampung dan Maluku Utara

    memiliki pola konsumsi pangan pokok beras-terigu-ubi kayu, sedangkan Provinsi

    Jawa Timur dan Gorontalo memiliki pola konsumsi pangan pokok beras-jagung-

    ROADMAP DEPTAN.indb 33 2/15/2013 7:35:36 PM

  • [34] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    terigu, dan hanya Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan pola konsumsi pangan

    pokok beras-jagung-ubi kayu. Terdapat beberapa provinsi yang mengalami

    perubahan pola konsumsi, diantaranya Provinsi Sulawesi Tenggara menjadi

    beras-terigu-ubi kayu-sagu, Provinsi Papua menjadi beras-terigu-ubi jalar-sagu

    dan Provinsi Maluku menjadi beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu. Pola konsumsi

    pangan pokok provinsi Papua Barat tidak terpantau karena data tidak tersedia.

    Pola konsumsi pangan pokok tahun 2009 mengalami beberapa perubahan

    dibandingkan tahun 2008. Terdapat 27 provinsi dengan pola konsumsi beras-terigu.

    Provinsi Lampung, Jawa Timur, dan Sulawesi Barat mengalami perubahan pola konsumsi

    menjadi beras-terigu, sedangkan Provinsi Nusa Tenggara Timur mengalami perubahan

    pola konsumsi menjadi beras-jagung. Terdapat 5 provinsi di wilayah Indonesia Timur

    yang memiliki pola konsumsi tiga komoditas atau lebih, yaitu Gorontalo dengan pola

    konsumsi beras-jagung-terigu, Provinsi Maluku Utara pola konsumsinya beras-terigu-

    ubi kayu, Provinsi Maluku dan Papua Barat pola konsumsinya beras-terigu-ubi kayu-

    sagu, serta Provinsi Papua pola konsumsinya beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu.

    Pola konsumsi pangan pokok tahun 2010 tidak mengalami perubahan

    dibandingkan dengan tahun 2009. Terdapat 27 provinsi dengan pola konsumsi

    pangan pokok beras-terigu. Provinsi Nusa Tenggara Timur pola konsumsinya

    beras-jagung. Terdapat lima provinsi di wilayah Indonesia Timur yang memiliki

    pola konsumsi pangan pokok tiga komoditas atau lebih, yaitu Gorontalo dengan

    pola konsumsi pangan pokok beras-jagung-terigu, Provinsi Maluku Utara pola

    konsumsinya beras-terigu-ubi kayu, Provinsi Maluku dan Papua Barat pola

    konsumsinya beras-terigu-ubi kayu-sagu, serta Provinsi Papua pola konsumsinya

    beras-terigu-ubi kayu-ubi jalar-sagu. Selengkapnya dapat dilihat pada Gambar 5

    berikut dan Lampiran 1 (Tabel 1.1.).

    ROADMAP DEPTAN.indb 34 2/15/2013 7:35:36 PM

  • [35]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    2. Pola Konsumsi Pangan Sumber Protein

    Pola konsumsi pangan sumber protein nasional selama lima tahun terakhir

    didominasi oleh ikan, kacang kedele, daging unggas dan telur. Pangan sumber

    protein penduduk Indonesia sebagian besar bersumber dari pangan hewani yaitu

    ikan. Indonesia dengan wilayah lautan yang luas menjadi potensi penyediaan

    ikan yang sangat potensial dalam memenuhi kebutuhan protein penduduk.

    Konsumsi ikan yang telah menjadi pola di hampir sebagian besar wilayah

    Indonesia didorong oleh keterjangkauan secara ekonomi yaitu harga ikan lebih

    terjangkau di seluruh tingkat pendapatan masyarakat. Kontribusi ikan dalam pola

    konsumsi pangan sumber protein rata-rata sebesar 40 persen selama tahun 2005

    -2010. Sumbangan protein yang cukup besar ini menjadikan asupan konsumsi

    protein asal pangan hewani dapat dipenuhi (Tabel 5).

    Jenis pangan sumber protein yang dikonsumsi selama tahun 2005 2010 lebih

    didominasi oleh pangan hewani dibanding nabati. Sejak tahun 2007 semua

    komoditas pangan hewani telah menjadi tren konsumsi pangan penduduk

    Indonesia. Hal ini mencerminkan tingginya preferensi masyarakat terhadap

    pangan hewani dibanding pangan sumber protein nabati. Selama lima tahun

    terakhir dari semua jenis pangan sumber protein nabati, hanya kacang kedelai

    yang memiliki tren konsumsi yang tinggi dibanding jenis kacang-kacangan

    lainnya. Kontribusi kacang kedelai hampir 12 kali lipatnya dibanding rata-rata

    konsumsi kacang tanah, dan hampir 6 kali lipat dibanding rata-rata konsumsi

    kacang hijau. Untuk itu, diperlukan upaya lebih maksimal untuk meningkatkan

    konsumsi kacang-kacangan dalam rangka diversifikasi konsumsi pangan. Namun

    di sisi lain, konsumsi jenis kacang-kacangan lain seperti kacang mete, kacang

    merah, dan sebagainya, sudah banyak dikonsumsi di Indonesia namun belum

    tercatat sehingga pola konsumsi pangan sumber protein asal pangan nabati

    masih kurang.

    ROADMAP DEPTAN.indb 35 2/15/2013 7:35:36 PM

  • [36] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Gam

    bar

    5. P

    ola

    Kon

    sum

    si P

    anga

    n Su

    mb

    er K

    arb

    ohid

    rat

    Ind

    ones

    ia T

    ahun

    201

    0

    ROADMAP DEPTAN.indb 36 2/15/2013 7:35:36 PM

  • [37]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    Berdasarkan Undang-Undang No. 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan

    Kesehatan Hewan Pasal 78 ayat 6 bahwa pemerintah dan pemerintah daerah

    menyelenggarakan penyuluhan dan pendidikan publik di bidang peternakan

    dan kesehatan hewan melalui upaya peningkatan kesadaran gizi masyarakat

    dalam mengonsumsi produk hewan yang aman, sehat, utuh dan halal.

    Tabel 5. Perkembangan Pola Konsumsi Sumber Protein Selama 2005 2010

    No Jenis PanganKontribusi Konsumsi (% AKP)

    2005 2006 2007 2008 2009 2010

    1Daging ruminansia

    4.6 4.3 5.1 5.3 5.3 5.5

    2 Daging unggas 10.3 8.8 11.0 11.1 11.0 11.9

    3 Telur 9.2 9.1 9.3 9.1 9.7 10.5

    4 Susu 3.7 4.0 5.4 5.4 5.3 5.2

    5 Ikan 42.3 42.2 38.6 42.2 41.7 41.3

    6 Kedelai 23.8 27.2 24.7 22.4 23.2 21.7

    7 Kacang tanah 3.7 2.6 4.0 2.7 2.3 2.5

    8 Kacang hijau1.9 1.5 1.5 1.4 1.1 1.0

    9 Kacang lain0.5 0.3 0.4 0.4 0.5 0.4

    POLA KONSUMSI

    Ikan

    Kedelai

    Telur

    D.Unggas

    Ikan

    Kedelai

    Telur

    D.Unggas

    Ikan

    Kedelai

    D.Unggas

    Telur

    Susu

    D.Ruminansia

    Ikan

    Kedelai

    D.Unggas

    Telur

    Susu

    D.Ruminansia

    Ikan

    Kedelai

    D.Unggas

    Telur

    Susu

    D.Ruminansia

    Ikan

    Kedelai

    D.Unggas

    Telur

    D.Ruminansia

    Susu

    Sumber : Data Susenas 2005-2010, BPS diolah BKP

    3. Pola Konsumsi Pangan Sumber Vitamin dan Mineral

    Pola konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral secara nasional umumnya

    didominasi oleh buah-buahan. Selama tahun 2005, 2007 hingga 2010 pisang

    dan daun ketela pohon telah menjadi pola konsumsi pangan sumber vitamin dan

    ROADMAP DEPTAN.indb 37 2/15/2013 7:35:37 PM

  • [38] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    mineral penduduk Indonesia. Selama tahun 2005, jenis pangan sumber vitamin

    yang telah menjadi pola konsumsi yaitu pisang, daun ketela pohon, rambutan,

    dan salak. Pada tahun 2007, rambutan dan salak tidak lagi menjadi pola konsumsi

    tapi duku tergolong menjadi komoditas buah-buahan yang berkontribusi dalam

    pola konsumsi sumber vitamin dan mineral. Pola konsumsi sumber vitamin

    mineral pada tahun 2008-2009 sama dengan pola konsumsi pada tahun 2005,

    sedangkan pada tahun 2010, hanya pisang dan daun ketela pohon yang tercatat

    dalam pola konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral (Tabel 6).

    Tabel 6. Pola Konsumsi Pangan Sumber Vitamin dan Mineral Tahun 2005-2010

    NoJenis

    Pangan

    Kontribusi Konsumsi (%AKE)

    2005 2007 2008 2009 2010

    1 Daun Ubi Kayu 8.3 8.7 9.6 9.8 7.5

    2 Rambutan 7.5 4.8 7.1 5.0 4.0

    3 Duku 3.0 5.1 1.1 0.7 4.1

    4 Salak 5.3 4.2 6.5 5.3 4.3

    5 Pisang Lain2 16.0 16.2 17.3 17.2 15.0

    6 Gado-gado 6.6 - - - 6.4

    POLA

    KONSUMSI

    -Pisang Lain2

    - Daun Ubi K.

    (ketela pohon)

    - Gado-gado

    - Rambutan

    Salak

    - Pisang

    Lain2

    - Daun Ubi K.

    (ketela pohon)

    - Duku

    - Pisang

    Lain2

    - Daun Ubi K.

    (ketela pohon)

    - Rambutan

    - Salak

    - Pisang

    Lain2

    - Daun Ubi K

    (ketela pohon)

    - Salak

    - Rambutan

    - Pisang

    Lain2

    - Daun Ubi K.

    (ketela pohon)

    - Gado-gado

    Sumber : Data Susenas, 2005, 2007-2010; BPS; diolah BKP

    Dapat disimpulkan bahwa pola konsumsi pangan sumber vitamin dan mineral

    penduduk Indonesia umumnya didominasi oleh komoditas pangan yang

    bersumber dari pekarangan atau paling tidak bisa dikembangkan oleh setiap

    keluarga di pekarangan yang dimilikinya. Pemenuhan kebutuhan akan sumber

    vitamin dan mineral umumnya dipenuhi dari daun ketela pohon untuk jenis

    sayuran dan buah pisang untuk jenis buah-buahan yang semuanya bisa

    dikembangkan di pekarangan, bahkan pada lahan pekarangan yang sangat

    terbatas luasannya. Untuk itu, potensi pekarangan harus lebih ditingkatkan lagi

    ROADMAP DEPTAN.indb 38 2/15/2013 7:35:37 PM

  • [39]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    dalam pemanfaatannya serta lebih dikembangkan lagi dalam budidaya tanaman

    sayuran dan buah-buahan untuk konsumsi pangan sehari-hari.

    Berdasarkan pasal 95 Undang-Undang No.13 Tahun 2010 tentang Hortikultura

    bahwa pemerintah dan pemerintah daerah bertugas meningkatkan konsumsi

    hortikultura masyarakat melalui: (a) penetapan dan sosialisasi buah dan sayuran

    sebagai produk pangan pokok; (b) penetapan target pencapaian angka konsumsi

    buah dan sayuran per kapita per tahun sesuai dengan standar kesehatan; dan

    (c) pemuatan materi hortikultura ke dalam kurikulum pendidikan nasional atau

    daerah.

    Dalam undang-undang tersebut mengamanatkan bahwa komoditas sayur dan

    buah bukan hanya sebagai pendamping pangan pokok melainkan tergolong

    sebagai pangan utama yang harus dikonsumsi masyarakat setiap harinya.

    Selain itu, undang-undang tersebut juga menetapkan bahwa pencapaian angka

    konsumsi sayur dan buah per kapita setiap tahunnya didasarkan pada standar

    kesehatan, yang dalam perencanaan konsumsi pangan sejalan dengan standar

    komposisi Pola Pangan Harapan (PPH). Standar konsumsi sayur dan buah

    berdasarkan komposisi Pola Pangan Harapan yaitu sebanyak 250 gram/kap/hari.

    Kondisi pola konsumsi sayur dan buah penduduk Indonesia saat ini masih

    dibawah anjuran, sehingga perlu upaya peningkatan konsumsi sayur dan buah

    bagi seluruh masyarakat, diantaranya melalui pendidikan formal (kurikulum

    pendidikan), maupun melalui sosialisasi secara berkelanjutan kepada seluruh

    lapisan masyarakat.

    Apabila dilihat dari pangan lokal yang dikonsumsi masyarakat di tingkat provinsi

    banyak yang masih mempunyai potensi untuk dikembangkan dan dihidupkan

    kembali budaya makannya, seperti pada Lampiran 5.

    ***

    ROADMAP DEPTAN.indb 39 2/15/2013 7:35:37 PM

  • [40] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    A. TantanganTantangan utama yang dihadapi dalam upaya percepatan diversifikasi konsumsi

    pangan, adalah:

    1. Meningkatnya jumlah penduduk

    Berdasarkan sensus penduduk tahun 2000 laju pertumbuhan penduduk

    Indonesia adalah 1,3% per tahun, sehingga pada tahun 2009 penduduk Indonesia

    diprakirakan sejumlah 231.369.500 jiwa. Namun berdasarkan sensus penduduk

    tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia telah mencapai 237.556.363 jiwa,

    meningkat sebesar 2,67% dari prakiraan jumlah penduduk tahun 2009.

    Laju pertumbuhan jumlah penduduk ini menuntut adanya ketersediaan pangan

    dalam jumlah yang cukup, harga terjangkau dan tersedia di setiap saat, hal ini

    merupakan tantangan yang sangat besar. Ditambah lagi dengan kebijakan

    pemerintah yang masih lebih terfokus kepada penyediaan beras (pangan

    pokok) tanpa disertai pertimbangan yang memadai bagi peningkatan produksi/

    pengadaan pangan yang berbasis sumber daya lokal seperti umbi-umbian

    yang selain dapat berfungsi sebagai sumber karbohidrat, juga sumber serat.

    Mengonsumsi beras tetap harus dilengkapi dengan umbi-umbian karena dapat

    melengkapi fungsi gizi dari beras.

    TAnTAnGAn, peRmASAlAHAn DAn

    pelUAnG

    3

    ROADMAP DEPTAN.indb 40 2/15/2013 7:35:37 PM

  • [41]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    2. Globalisasi perdagangan dan pergeseran pola konsumsi pangan masyarakat ke arah pangan yang lebih instan

    Semakin terbukanya perdagangan global dan dihapuskannya hambatan

    perdagangan berakibat pada menjamurnya produk pangan impor dengan jenis-

    jenis pangan yang tidak seluruhnya dapat dikembangkan di dalam negeri. Aneka

    pangan impor baik bahan mentah (gandum, aneka sayuran, aneka buah, daging,

    ikan, susu, dan sebagainya), hingga berbagai jenis pangan siap saji tinggi lemak

    dan gula namun rendah serat dan karbohidrat kompleks membawa perubahan

    pada semakin banyaknya jenis-jenis pangan yang tidak dapat diproduksi secara

    lokal namun masuk dalam pola konsumsi pangan. Menjamurnya restoran yang

    menyajikan makanan siap saji ini telah menggeser kebiasaan makan di rumah

    dan konsumsi pangan tinggi serat rendah gula yang biasa disiapkan di rumah.

    Disamping itu seiring dengan perkembangan/kemajuan teknologi, peningkatan

    status sosial-ekonomi masyarakat yang diikuti dengan gaya hidup yang lebih

    modern yang menuntut masyarakat untuk bergerak lebih cepat mendorong

    pemilihan konsumsi makanan serba instant. Ditinjau dari pandangan ilmu gizi

    perubahan perilaku tersebut dapat meningkatkan peluang terjadinya masalah

    gizi lebih, obesitas dan penyakit degeneratif (Baliwati dkk, 2004).

    3. Masih rendahnya tingkat konsumsi pangan sumber protein, vitamin dan mineral serta tingginya konsumsi beras dan terigu

    Kondisi pola konsumsi pangan masyarakat yang masih didominasi oleh beras/padi,

    perlu mendapat perhatian dengan menurunkan konsumsi beras dan meningkatkan

    konsumsi umbi-umbian dari kelompok sumber karbohidrat. Di samping itu, perlu

    pula meningkatkan konsumsi produk ternak dan ikan sebagai sumber protein;

    serta sayuran dan buah sebagai sumber vitamin, mineral dan zat gizi lainnya.

    Kualitas konsumsi masyarakat pada tahun 2010 untuk kelompok pangan hewani serta

    sayuran dan buah masih di bawah target Pola Pangan Harapan (PPH). Sebagai contoh,

    kontribusi kelompok pangan hewani (sebagai salah satu sumber protein) terhadap

    ROADMAP DEPTAN.indb 41 2/15/2013 7:35:37 PM

  • [42] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    skor PPH masih 16,1 sedangkan skor idealnya adalah sebesar 24,0. Rendahnya

    konsumsi protein hewani sangat erat hubungannya dengan daya beli masyarakat.

    Namun protein nabati dari kacang-kacangan seperti kedelai, dapat menjadi alternatif

    untuk memenuhi kebutuhan protein dan pola makan namun ketersediaan aneka

    kacang-kacangan sebagai sumber protein nabati, relatif masih kurang memadai.

    4. Penggunaan bahan baku pangan lokal masih terkendala dengan masalah kontinuitas ketersediaan yang belum stabil dan mutunya sangat beragam.

    Di tataran produsen maupun petani, belum dapat menjamin secara penuh untuk

    menjaga kesinambungan tersedianya bahan baku pangan lokal secara terus menerus

    sepanjang waktu. Ketersediaan bahan baku pangan lokal masih sangat dipengaruhi

    oleh faktor musim panen. Pada saat panen tiba, bahan baku pangan lokal melimpah di

    pasaran, namun sebaliknya jika bukan musimnya akan sangat sulit didapatkan.

    Dalam kondisi seperti ini diperlukan investasi untuk memproduksi bahan baku

    pangan lokal secara lebih berkesinambungan dan menghasilkan produk yang

    memenuhi kebutuhan standar yang diinginkan oleh industri dan mempunyai

    daya simpan, sehingga ketersediaannya terdistribusi sepanjang tahun. Pola

    kemitraan antara pihak industri dan petani produsen merupakan solusi saling

    menguntungkan yang perlu dikembangkan. Disamping itu untuk menjamin

    kontinuitas produksi, pendekatan dengan pengembangan food estate juga cukup

    baik, terutama di luar Jawa. Perlu ada upaya membangun sinergitas di antara

    sektor hilir (industri pengolah) dengan sektor hulu (produsen) agar suplai bahan

    baku dapat lebih terjamin, dan industri pengolah dapat merencanakan produksi

    dengan standar kualitas yang lebih baik.

    5. Kebijakan produksi pertanian belum mempertimbangkan kecukupan gizi

    Program pemerintah untuk meningkatkan produksi pangan masyarakat secara luas

    yang dilaksanakan selama ini masih bersifat kuantitas, belum mempertimbangkan

    kebutuhan gizi. Perencanaan produksi sebaiknya disesuaikan dengan kondisi

    ROADMAP DEPTAN.indb 42 2/15/2013 7:35:37 PM

  • [43]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    pola konsumsi masyarakat yang bisa berbeda antar daerah. Pola Pangan

    Harapan harus menjadi patokan dalam merencanakan produksi komoditas yang

    akan dikembangkan sesuai dengan sumber daya setempat. Kebijakan yang

    ada selama ini masih mengacu pada peningkatan swasembada yang hanya

    mempertimbangkan kondisi supply demand secara agregat di tingkat nasional,

    tanpa mempertimbangkan kebutuhan konsumsi pangan secara beragam dan

    bergizi seimbang, di tiap wilayah.

    Pada perkembangan selanjutnya, pelaksanaan P2KP tahun 2012 mulai dikenalkan

    Model Pengembangan Pangan Pokok Lokal (MP3L). Sebagai contoh adalah beras

    analog yang diproduksi menggunakan berbagai jenis bahan baku lokal seperti

    ubi kayu, sagu, sorgum, jagung, dan sebagainya yang sekaligus diperkaya dengan

    zat gizi sumber vitamin dan mineral dalam proses fortifikasi, agar kandungan

    gizinya tidak kalah dengan yang ada pada beras. Produk yang dihasilkan dari

    kegiatan ini ditujukan untuk meningkatkan ketersediaan pangan lokal sehingga

    dapat dijadikan bahan pengganti beras dalam program subsidi pangan bagi

    masyarakat berpenghasilan rendah yang selama ini disebut RASKIN.

    6. Perubahan iklim

    Dampak pemanasan global yang menyebabkan timbulnya perubahan iklim

    mengancam tersedianya bahan pangan di tingkat produksi. Pangan pokok

    yang selama ini dikonsumsi masyarakat secara umum dikhawatirkan dapat

    mengalami kegagalan panen akibat tidak dapat diprediksinya musim hujan

    yang dapat menyebabkan sulitnya pengairan. Kondisi cuaca yang ekstrim

    juga dikhawatirkan dapat mengganggu produksi pangan khususnya terhadap

    komoditas pangan yang selama ini menjadi pangan pokok. Hal ini memerlukan

    strategi perencanaan produksi pangan yang beradaptasi dengan perubahan

    iklim tersebut. Ketergantungan pada satu jenis komoditi seperti beras akan

    menimbulkan masalah karena harus mencari varietas-varietas baru yang sesuai

    dengan kondisi perubahan iklim. Padahal banyak spesies sumber karbohidrat

    selain beras yang diproduksi oleh masyarakat sesuai dengan kearifan lokal.

    ROADMAP DEPTAN.indb 43 2/15/2013 7:35:37 PM

  • [44] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    B. Permasalahan1. Masih kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya

    konsumsi beragam, bergizi seimbang dan aman

    Saat ini pengetahuan masyarakat terhadap konsumsi pangan beragam bergizi

    seimbang dan aman masih kurang. Sebagian masyarakat masih memiliki prinsip

    asal kenyang. Kondisi ini akan menyebabkan ketidakseimbangan asupan gizi

    yang pada akhirnya akan berpengaruh kepada gizi kurang maupun gizi lebih.

    Pengetahuan yang kurang akan menimbulkan bermacam permasalahan seperti

    salah pemilihan jenis dan jumlah makanan, cara mengolah bahan makanan yang

    kurang tepat, sehingga banyak zat gizi yang hilang serta kurangnya kesadaran

    dalam memanfaatkan potensi alam secara berkelanjutan.

    2. Terbatasnya ketersediaan dan akses terhadap inovasi teknologi

    Pengembangan teknologi tepat guna sangat diperlukan baik untuk memproduksi

    maupun mengolah bahan pangan terutama pangan lokal non beras, guna

    meningkatkan nilai tambah dan nilai sosialnya. Namun ketersediaan dan akses

    terhadap teknologi semacam itu diindikasikan kurang memadai. Disamping itu,

    teknologi yang dikembangkan oleh berbagai lembaga penelitian dan perguruan

    tinggi juga belum bebas diakses oleh para pelaku usaha.

    Kondisi keterbatasan di atas, akan menjadi hambatan bagi pengembangan pangan

    lokal. Peran perguruan tinggi menjadi penting dalam mengatasi permasalahan

    keterbatasan ketersediaan dan akses terhadap teknologi pangan lokal.

    3. Keberagaman varietas yang ditanam oleh masyarakat.

    Sebagaimana kondisi Indonesia yang mempunyai keanekaragaman hayati nomor

    dua di dunia, begitu juga dengan varietas tanaman pangan lokal yang dimiliki

    memberikan banyak pilihan bagi masyarakat untuk mengembangkannya. Namun

    untuk keperluan industri pengolahan maka perlu ditentukan jenis varietas yang

    ROADMAP DEPTAN.indb 44 2/15/2013 7:35:37 PM

  • [45]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    ditanam petani dan sesuai dengan kebutuhan industri yang bersangkutan agar

    produk olahannya dapat dibuat dengan standar kualitas dan kemasan yang lebih

    baik.

    4. Kurangnya dukungan permodalan untuk produksi maupun untuk pengolahan karena skim kredit yang ada belum dapat digunakan untuk pengembangan bahan baku pangan lokal.

    Modal merupakan hal yang sangat utama untuk keberlanjutan usaha. Selama ini,

    para petani dan pengolah tepung yang berbahan baku lokal seperti ubi kayu,

    sagu, ganyong, dan lain sebagainya merasa kesulitan dalam mengajukan modal

    kepada lembaga keuangan, seperti perbankan, koperasi maupun fasilitas kredit

    yang ditawarkan pemerintah lainnya. Kelompok dan jenis usaha yang dilakukan

    belum cukup meyakinkan lembaga keuangan untuk mendapatkan dana sebagai

    bantuan modal.

    5. Harga bahan baku pangan lokal masih belum stabil dan relatif lebih tinggi daripada harga terigu, sehingga harga produk akhir juga cenderung lebih tinggi.

    Kontinuitas ketersediaan bahan baku sangat berpengaruh pada harga. Semakin

    banyak permintaan dan penawaran sedikit, maka harga bahan baku pangan lokal

    cenderung mahal, begitu pula sebaliknya. Pada musim panen, harga cenderung

    turun. Kondisi ini menyebabkan fluktuasi harga yang sangat signifikan dan

    merugikan petani maupun para pelaku usaha dan industri. Untuk itu perlu ada

    kerjasama kemitraan yang saling menguntungkan antara petani dan pelaku

    usaha industri pangan untuk menjamin kontinuitas pasokan dan harga yang adil

    bagi kedua belah pihak.

    6. Belum ada jaminan keamanan produk pangan lokal yang dihasilkan

    Upaya pemerintah dalam memenuhi hak konsumen untuk dapat mengakses produk

    pangan lokal yang aman hingga saat ini belum dapat terpenuhi karena belum adanya

    jaminan keamanan produk pangan lokal yang beredar. Padahal, jaminan keamanan

    ROADMAP DEPTAN.indb 45 2/15/2013 7:35:37 PM

  • [46] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    produk pangan merupakan hal yang sangat kompleks, mengingat faktor yang berpotensi

    sebagai pembawa resiko dapat muncul dalam setiap titik pada rantai pangan, mulai dari

    produksi, distribusi, dan pengolahan hingga siap untuk dikonsumsi. Faktor keamanan

    produk pangan dapat dinilai dari sumber resiko dan dampaknya terhadap kesehatan

    manusia. Secara umum, jaminan keamanan produk pangan harus mampu melindungi

    masyarakat terutama dari pangan yang tidak aman atau tercemar oleh cemaran kimia,

    biologi, dan fisik. Namun demikian, sampai dengan saat ini jaminan keamanan produk

    pangan masih bersifat partial, seperti upaya peningkatan ketersediaan produk Prima 3

    dan mengoptimalkan hasil uji terhadap produk pangan (uji terhadap pestisida, mikroba,

    dan logam berat), belum mengarah kepada kawasan pangan yang aman.

    Undang-Undang Pangan No. 7 Tahun 1996 yang telah diganti dengan Undang-

    Undang No.18 Tahun 2012 tentang pangan menekankan pentingnya keamanan

    pangan baik untuk pangan segar, pangan olahan dan pangan siap saji. Kementerian

    Pertanian bertanggung jawab terhadap pembinaan dan pengawasan keamanan

    pangan segar (sayur, buah, daging, telur dan susu). Pelaksanaan penanganan

    keamanan pangan segar mengacu kepada Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun

    2004 tentang Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan.

    C. Peluang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman hayati yang begitu besar

    termasuk umbi-umbian. Kebanyakan komoditi ini tersedia secara tradisional dan

    dibudidayakan secara sederhana di lahan kering dan tadah hujan. Di beberapa

    daerah pangan lokal selain beras sejak dulu telah menjadi pangan pokok seperti

    sagu dan umbi-umbian di Maluku dan Papua, jagung di Madura, Jawa Timur dan

    beberapa daerah di Nusa Tenggara serta ubi kayu di daerah pegunungan di Jawa

    Timur, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta. Daerah yang memiliki potensi pangan

    pilihan selain beras dapat dilihat pada Lampiran 2 (Gambar 2.1.2.4). Pangan

    lokal memiliki kandungan gizi yang tidak kalah dibandingkan dengan nasi/beras.

    Kandungan gizi beberapa pangan lokal sebagai berikut:

    ROADMAP DEPTAN.indb 46 2/15/2013 7:35:37 PM

  • [47]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    Tiwul

    ubi kayu

    1. Pangan Sumber Karbohidrat

    Jagung. Produksi jagung Indonesia terus meningkat. Data

    BPS menunjukkan dalam periode 19902011, produksi jagung

    meningkat dari 6,73 juta ton menjadi 17,64 juta ton atau

    peningkatan dengan laju 5,34 persen per tahun. Peningkatan

    luas areal pertanaman jagung meningkat dari sekitar 3,15 juta

    ha menjadi 3,86 juta ha, dengan laju 1,49 persen per tahun;

    dan peningkatan produktivitas dari 2,13 ton/ha menjadi 4,56

    ton/ha atau peningkatan dengan laju 3,74 persen per tahun

    (Lampiran 3; Tabel 3.1. 3.2.)

    Produk pangan olahan dari bahan jagung bukan lagi

    menjadi bahan pangan yang inferior, terutama dengan

    berkembangnya kesadaran masyarakat akan kesehatan.

    Produk pangan dari jagung seperti gula jagung dan minyak

    jagung diyakini dapat menurunkan kadar gula darah dan non

    kolesterol.

    Ubi kayu. Sebagai sumber karbohidrat, ubi kayu dapat

    dikonsumsi dalam bentuk langsung maupun makanan olahan

    yang berasal dari tepung.

    Tanaman ubi kayu relatif mudah dibudidayakan, dapat

    dibudidayakan pada ketinggian dari 0 sampai 1500 m dpl

    dengan curah hujan antara 750 1.000 mm per tahun. Ubi

    kayu juga dapat diusahakan pada segala jenis tanah asal

    mempunyai drainase yang baik, dengan pH tanah yang

    dikehendaki antara 4,5 sampai 8,0. Penanaman ubi kayu

    dilakukan secara monokultur atau tumpangsari dengan

    tanaman lain.

    Mie Jagung

    Jagung Bose (Pangan Lokal ntt)

    Jagung

    Skotel Jagung

    ROADMAP DEPTAN.indb 47 2/15/2013 7:35:37 PM

  • [48] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Ubi kayu mempunyai prospek menjadi sumber bahan pangan

    pilihan dalam diversifikasi pangan, beberapa keunggulan

    dari ubi kayu ini adalah: a) tanaman ini sudah dikenal dan

    dibudidayakan secara luas oleh masyarakat pedesaan sebagai

    bahan pokok dan sebagai bahan cadangan pangan pada

    musim paceklik; b) masyarakat Pulau Jawa khususnya di

    pedesaan telah terbiasa mengolah dan mengonsumsinya

    dalam bentuk gatot dan tiwul; c) nilai kandungan gizinya

    cukup tinggi; dan d) mudah beradaptasi dengan lingkungan

    atau lahan yang marginal dan beriklim kering.

    Dalam periode 1990 2011, produksi ubi kayu meningkat dari

    15,83 juta ton menjadi 24,04 juta ton atau peningkatan dengan

    laju 2,18 persen per tahun. Peningkatan produksi tersebut

    terutama karena kontribusi peningkatan produktivitas. Dalam

    tahun 1990 - 2011 produktivitas ubi kayu meningkat dengan

    laju 2,57 persen per tahun yaitu dari 12,07 ton/ha 20,29 ton/

    ha; sementara luas areal pertanaman ubi kayu cenderung

    menurun dari 1,31 juta ha pada tahun 1990 menjadi 1,18

    juta ha, atau penurunan dengan laju (0,38) persen per tahun

    (Lampiran3; Tabel 3.3. 3.5.).

    Ubi jalar. Sebagai sumber bahan pangan yang mempunyai

    potensi tinggi namum belum didayagunakan secara maksimal.

    Di Indonesia, penggunaan tepung ubi jalar memang belum

    sebanyak di luar negeri. Kondisi ini merupakan peluang bagi

    pengembangan ubi jalar. Indonesia termasuk lima besar

    negara penghasil ubi jalar terbesar di dunia, dengan produksi

    2 juta ton per tahun.

    Brownies cassava

    Beras analog

    ubi jalar

    Bebilar (beras ubi jalar)

    ROADMAP DEPTAN.indb 48 2/15/2013 7:35:37 PM

  • [49]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    Produksi ubi jalar terus meningkat, pada tahun 1990 2011

    produksi ubi jalar Indonesia meningkat dari 1,97 juta ton

    menjadi 2,19 juta ton atau peningkatan dengan laju 0,82

    persen per tahun. Peningkatan produksi tersebut terjadi

    terutama karena kontribusi peningkatan produktivitas, yaitu

    peningkatan sebesar 1,30 persen per tahun, dari produktivitas

    sebasar 9,44 ton per hektar di tahun 1990 menjadi 12,32 ton

    per hektar. Sementara luas panen ubi kayu nasional justru

    cenderung menurun. Dalam tahun 1990-2011 luas panen

    menurun dari 208,73 ribu hektar menjadi 178,12 ribu hektar

    (Lampiran 3; Tabel 3.6. 3.7.).

    Talas. Tanaman pangan yang bersifat menahun. Talas bisa

    dijumpai hampir di seluruh kepulauan dan tersebar dari tepi

    pantai sampai pegunungan yang terletak 1.000 1.300 m di

    atas permukaan laut baik liar maupun dibudidayakan. Saat ini

    daerah yang dikenal sebagai sentra Talas adalah Bogor, Banten

    dan Malang. Beberapa jenis talas yang dapat dikonsumsi telah

    dikenal seperti talas sutera, talas bentul, talas ketan, talas

    paris, talas loma, talas pandan, talas lampung, talas mentega,

    talas gambir atau talas hideung (Sunda = hitam).

    Tanaman talas relatif mudah ditanam di hampir semua jenis

    tanah dan juga dapat ditumpangsarikan. Budidaya tanaman

    talas dapat menghasilkan produksi yang baik pada lingkungan

    bersuhu 21 C -27 C, kelembaban udara 50% - 90%, adanya

    sinar matahari langsung, dan curah hujan 2.000 mm/tahun.

    Pada kondisi optimal, hasil produksi dapat mencapai 10 ton/

    hektar. Di sisi lain, di samping dikonsumsi sebagai makanan

    pokok dan makanan tambahan karena mengandung

    karbohidrat tinggi, protein, lemak, dan vitamin, tanaman yang

    Roll cake ubi ungu

    Es krim ubi jalar ungu

    Talas

    Perkedel talas

    ROADMAP DEPTAN.indb 49 2/15/2013 7:35:37 PM

  • [50] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    mengandung asam perusi atau asam biru ini, juga memiliki nilai ekonomi tinggi.

    Dalam perkembangannya, talas bukan lagi makanan inferior, dalam bentuk

    tepung bahan baku talas dapat dibuat produk makanan bernilai tinggi.

    Sagu. Sumber bahan pangan lain yang yang telah dimanfaatkan di beberapa daerah

    di Indonesia adalah sagu (Metroxylon sp). Bersadarkan data dari berbagai sumber yang

    dirangkum Bintoro (2000), taksiran luas area sagu di Indonesia berkisar 4.376.829 Ha,

    seperti terangkum dalam Lampiran 3 (Tabel 3.8.).

    Dibandingkan dengan tanaman penghasil karbohidrat lain, keunggulan utama

    tanaman sagu adalah produktivitasnya tinggi. Produksi sagu yang dikelola

    dengan baik dapat mencapai 25 ton pati kering/ha/tahun. Produktivitas ini setara

    dengan tebu, namun lebih tinggi dibandingkan dengan ubi kayu dan kentang

    dengan produktivitas pati kering 10-15 ton/ha/tahun. Sagu tumbuh baik pada

    lahan marginal seperti gambut, rawa, payau atau lahan tergenang di mana

    tanaman lain tidak mampu tumbuh.

    No Bahan Pangan

    Zat GiziBDD (%)Energi

    (kkal)Protein

    (gr)Lemak

    (gr)Kh (gr)

    Abu (gr)

    Air (gr)

    I. Padi-padian

    1 Beras 360 6.8 0.7 78.9 - 13.0 100

    2 Gandum lokal c) 360 13.4 1.6 73.0 1.4 10.6 100

    3 Jawawut/sokuia) 334 9.7 3.5 73.4 - 11.9 100

    4 Sorghum/lenab) 395 20.3 8.73 58.8 6.6 5.6 100

    5 Sorghum Jagung Rote b) 385 10.6 7.4 69.0 1.1 11.9 100

    6 Hermada (tepung) b) 367 2.4 1.5 86.0 1.2 9.0 100

    7 Hotong (hotoburu) b) 366 9.9 3.6 73.4 2.4 10.7 100

    8 Jali/nyolaia) 289 11.0 4.0 61.0 - - 90

    9 Jagung Kuning Pipila) 366 9.8 7.3 69.1 2.4 11.5 100

    Berasan:

    10 Beras Jagung Instan Semarang Jateng b)

    374 5.42 0.3 71.8 2.6 19.8 100

    Tepung:

    Tabel 7. Kandungan Gizi Beberapa Pangan Lokal Sumber Karbohidrat

    ROADMAP DEPTAN.indb 50 2/15/2013 7:35:37 PM

  • [51]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    No Bahan Pangan

    Zat GiziBDD (%)Energi

    (kkal)Protein

    (gr)Lemak

    (gr)Kh (gr)

    Abu (gr)

    Air (gr)

    11 Tepung Jagung b) 374 7.0 4.2 77.1 1.4 10.3 100

    II. Umbi-umbian

    A Ubi Kayu

    10 Ubi kayu putih a) 146 1.2 0.3 34.7 - 62.5 75

    11 Ubi kayu kuning a) 157 0.6 0.3 37.9 - 60.0 75

    Berasan :

    12 Beras Singkong (Rasi) b) 359 1.4 0.9 86.5 1.9 7.8 100

    13 Beras Aruk b) 353 0.6 0.8 85.9 0.2 12.5 100

    14 Beras Kufu 342 2.3 0.1 83.1 - - 100

    15 Oyek a) 342 2.3 0.1 83.1 - - 100

    16 Tiwul 363 1.1 0.5 88.2 - - 100

    Lempengan :

    17 Jeppa b) 352 1.3 1.1 84.1 1.3 12.2 100

    Tepung/pati :

    18 Iluy mentah b) 352 6.2 1.3 79.0 1.1 12.4 100

    19 Tepung kasava 363 1.1 0.5 88.2 - - 100

    20 Tapioka (pati singkong) 362 0.5 0.3 86.9 - - 100

    Mie :

    21 Mie bendo b) 350 0.4 0.9 85.0 0.3 13.3 100

    B Ubi Jalar

    22 Ubi jalar a) 123 1.8 0.7 27.9 - - 86

    Tepung :

    23 Tepung ubi jalar ungu d) 375 3.0 0.55 89.5 - - 100

    24 Tepung ubi jalar kuning d) 375 2.5 0.6 90.0 - - 100

    25 Tepung ubi jalar putih d( 371 4.0 0.35 88.0 - - 100

    Mie :

    26 Mie telo

    Bentuk segar :

    27 Ubi banggai b) 118 2.5 0.7 25.4 0.8 70.5 -

    C Ganyong

    Segar :

    28 Ganyong (umbi) 95 1.0 0.11 22.6 - 75.0 -

    Tepung :

    29 Tepung ganyong 356 1.0 1.53 84.6 0.23 16.6 100

    Mie :

    Lanjutan Tabel 7.

    ROADMAP DEPTAN.indb 51 2/15/2013 7:35:37 PM

  • [52] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Lanjutan Tabel 7.

    No Bahan Pangan

    Zat GiziBDD (%)Energi

    (kkal)Protein

    (gr)Lemak

    (gr)Kh (gr)

    Abu (gr)

    Air (gr)

    30 Mie ganyong b) 341 1.1 0.85 82.1 0.4 15.6 100

    D Sagu

    Berasan :

    31 Sagu rendang b) 364 0.6 0.8 88.6 0.9 9.1 100

    Tepung :

    32 Tepung sagu a) 353 0.7 0.2 84.7 - 14.0 100

    Mie :

    33 Mie sagu kering b) 382 4.5 0.98 88.9 1.6 4.0 100

    34 Mie sagu basah 152 0.9 5.6 24.4 1.6 4.0 100

    35 Soun sagu b) 385 2.5 1.4 90.5 1.2 4.4 100

    Lainnya:

    36 Sagu mentah kerug b) 349 0.8 0.6 85.8 1.4 11.4 -

    E Garut

    Tepung :

    37 Tepung garut a) 355 0.7 0.2 85.2 - - 100

    F Talas

    Tepung :

    38 Tepung talas 376 3.4 0.8 88.7 1.4 5.7 100

    G Gadung

    Segar :

    39 Gadung a) 100 0.9 0.3 23.5 0.9 74.4 100

    III Buah

    Segar :

    Bakau

    40 Buah bakau b) 371 4.2 1.5 85.1 3.9 5.3 -

    41 Buah bakau (NTT) b) 319 25.4 0.5 63.6 1.3 9.1 -

    42 Bakau segar (NTT) b) 155 11.9 2.4 26.5 1.0 58.2 -

    43 Bakau segar (Halmahera) b) 147 10.5 2.0 26.5 1.2 59.9 -

    Tepung :

    44 Tepung buah bakau b) 367 4.3 1.1 85.0 2.1 7.6 100

    45 Tepung buah bakau NTT b) 269 22.2 0.67 52.4 1.4 24.3 -

    46 Tepung buah bakau Halmahera b)

    267 22.8 0.57 51.7 1.3 23.7 -

    ROADMAP DEPTAN.indb 52 2/15/2013 7:35:38 PM

  • [53]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    Lanjutan Tabel 7.

    IV Komposit

    Tepung :

    47 Tepung sijalejo

    48 Tepung jalejo b) 366 19.1 2.5 66.9 2.4 9. 100

    Mie :

    49 Mie kering jalejo b) 369 14.4 1.6 74.3 1.5 8.2 100

    50 Mie jalejo+bayam (kering)b) 362 13.7 2.1 72.2 1.4 10.6 100

    51 Mie jalejo+wortel (kering)b) 369 14.2 2.0 73.4 1.5 8.9 100

    52 Mie basah jalejo b) 193 7.9 0.9 38.4 0.8 52.1 100

    53 Mie jalejo+bayam (basah) b) 199 7.7 1.1 39.5 0.8 51.0 100

    54 Mie jalejo+wortel (basah) b) 197 7.4 1.1 39.3 0.8 51.4 100

    Keterangan: Sumber a) Berdasarkan DKBM, Depkes b) Hasil analisis lab. Fisik Terpadu, GMSK, IPB c) Hasil analisis laboratorium Teknologi Pangan dan Gizi, IPB d) Laboratorium Bogasari

    No Bahan Pangan

    Zat GiziBDD (%)Energi

    (kkal)Protein

    (gr)Lemak

    (gr)Kh (gr)

    Abu (gr)

    Air (gr)

    nasi goreng talas Soun sagu

    ROADMAP DEPTAN.indb 53 2/15/2013 7:35:38 PM

  • [54] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Kapurung Cookies talas

    Sagu Papeda

    2. Pangan Sumber Protein

    Pangan sumber protein hewani memberikan kontribusi yang cukup besar dalam

    pemenuhan konsumsi pangan dan gizi terutama dalam pencapaian skor PPH.

    Namun demikian, tingkat konsumsi kelompok pangan hewani tahun 2011 sebesar

    95.9 gram/kapita/hari, masih kurang dibandingkan standar konsumsi ideal

    sebesar 150 gram/kapita/hari. Apabila dilihat tingkat konsumsi per komoditas

    untuk pangan hewani yang terdiri dari daging ruminansia, daging unggas, telur,

    susu dan ikan, sebagai berikut:

    Daging ruminansia sebesar 5,5 gram/kap/hari (standar 8,6 gram/kap/hari) VDaging unggas sebesar 13,0 gram/kap/hari (standar 18,7 gram/kap/hari) VTelur sebesar 19,6 gram/kap/hari (standar 28,8 gram/kap/hari) VSusu sebesar 5,7 gram/kap/hari (standar 6,6 gram/kap/hari) VIkan sebesar 51,9 gram/kap/hari (standar 87,3 gram/kap/hari) V

    ROADMAP DEPTAN.indb 54 2/15/2013 7:35:38 PM

  • [55]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    Dari data tersebut terlihat bahwa konsumsi pangan hewani masyarakat Indonesia

    masih rendah, kurang lebih dua per tiga dari standar kebutuhan konsumsi pangan

    hewani. Komposisi kandungan gizi beberapa pangan hewani dapat dilihat pada

    daftar berikut:

    No Bahan Pangan

    Zat Gizi

    BDD (%)Energi (kkal)

    Protein (gr)

    Lemak (gr) Kh (gr)

    1 Daging Anak Sapi 190,0 19,1 12,0 0,0 100,0

    2 Daging Asap 191,0 32,0 6,0 0,0 100,0

    3 Daging Babi Gemuk 457,0 11,6 45,0 0,0 100,0

    4 Daging Babi Kurus 376,0 14,1 35,0 0,0 100,0

    5 Daging Domba 206,0 17,1 14,8 0,0 100,0

    6 Daging Kambing 154,0 16,6 9,2 0,0 100,0

    7 Daging Kerbau 84,0 18,7 0,5 0,0 100,0

    8 Daging Kuda 118,0 18,1 4,1 0,9 100,0

    9 Daging Sapi 207,0 18,8 14,0 0,0 100,0

    10 Daging Ayam 302,0 18,2 25,0 0,0 58,0

    11 Telur Ayam 162,0 12,8 11,5 0,7 90,0

    12 Telur Bebek (Itik) 189,0 13,1 14,3 0,8 90,0

    13 Telur Penyu 144,0 12,0 10,2 0,0 90,0

    14 Ikan Bandeng 129,0 20,0 4,8 0,0 80,0

    15 Ikan Bawal 96,0 19,0 1,7 0,0 80,0

    16 Ekor Kuning 109,0 17,0 4,0 0,0 80,0

    17 Ikan Mas 86,0 16,0 2,0 0,0 80,0

    18 Ikan Segar 113,0 17,0 4,5 0,0 80,0

    19 Susu Sapi 61,0 3,2 3,5 4,3 100,0

    20 Susu Kambing 64,0 4,3 2,3 6,6 100,0

    Tabel 8. Komposisi Zat Gizi Beberapa Pangan Hewani

    Sumber: Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM-Depkes, 1995)

    Apabila dilihat dari produksi, komoditas pangan tersebut cukup untuk memenuhi

    kebutuhan masyarakat akan tetapi karena faktor daya beli dan pendapatan

    sehingga akses terhadap pangan hewani masih rendah. Data produksi dapat

    dilihat pada tabel berikut :

    ROADMAP DEPTAN.indb 55 2/15/2013 7:35:38 PM

  • [56] Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Tabe

    l 9. P

    erke

    mba

    ngan

    Pro

    duks

    i Dag

    ing,

    Tel

    ur, d

    an S

    usu

    No.

    Kom

    odit

    asPr

    oduk

    si (T

    on)

    Pert

    umbu

    han

    (%) *

    *)

    2007

    2008

    2009

    20

    1020

    11 *

    )

    1D

    agin

    g Te

    rnak

    Dag

    ing

    Sapi

    339.

    479,

    039

    2.51

    1,0

    409.

    309,

    843

    6.45

    2.3

    465.

    822,

    56,

    73

    Dag

    ing

    Kerb

    au41

    .757

    ,039

    .032

    ,034

    .644

    ,935

    .912

    .137

    .467

    ,64,

    33

    Dag

    ing

    Kam

    bing

    63.6

    15,0

    66.0

    27,0

    73.8

    25,3

    68.7

    92.9

    70.7

    15,1

    2,79

    Dag

    ing

    Dom

    ba56

    .852

    ,047

    .028

    ,554

    .265

    ,044

    .865

    ,144

    .946

    ,10,

    18

    Dag

    ing

    Babi

    225.

    906,

    020

    9.77

    7,0

    200.

    117,

    821

    1.99

    2,6

    204.

    588,

    0 (3

    ,49)

    Dag

    ing

    Kuda

    1.97

    4,7

    1.81

    3,0

    1.79

    9,3

    1.97

    4,4

    1.82

    2,1

    (7,7

    1)

    Jum

    lah

    729.

    583,

    775

    6.18

    8.5

    773.

    962,

    179

    9.98

    9,4

    825.

    361,

    43,

    17

    2D

    agin

    g U

    ngga

    s

    Dag

    ing

    Ayam

    294.

    889,

    027

    3.54

    6.4

    247.

    725,

    026

    7.63

    5,1

    283.

    135,

    05,

    79

    Dag

    ing

    Ayam

    Ras

    Pet

    elur

    58.1

    62,0

    57.2

    74,0

    55.0

    55,4

    57.7

    11,6

    60.1

    10,1

    4,16

    Dag

    ing

    Ayam

    Ras

    Ped

    agin

    g94

    2.78

    4,0

    1.01

    8.73

    4,0

    1.10

    1.76

    5,5

    1.21

    4.33

    9,0

    1.27

    0.43

    8,0

    4,62

    Dag

    ing

    Itik

    44.1

    04,9

    30.9

    8025

    .781

    ,825

    .999

    ,129

    .180

    .212

    .24

    Jum

    lah

    1.33

    9.93

    9,9

    1.38

    0.53

    4,4

    1.43

    0.32

    7,7

    1.56

    5.68

    4,8

    1.64

    2.86

    3.4

    4,93

    3Te

    lur

    Telu

    r Aya

    m B

    uras

    230.

    472,

    016

    6.61

    8,0

    160.

    920,

    617

    5.52

    7,8

    179.

    605,

    32,

    32

    Telu

    r Aya

    m R

    as P

    etel

    ur94

    4.13

    6,0

    955.

    999,

    090

    9.51

    9,3

    945.

    635,

    198

    6.79

    4,5

    4,35

    Telu

    r Itik

    207.

    534,

    420

    0.98

    8,4

    236.

    427,

    424

    5.03

    7,8

    265.

    788,

    88,

    47

    Jum

    lah

    1.38

    2.14

    2,4

    1.32

    3.60

    5,4

    1.30

    6.86

    7,3

    1.36

    6.20

    0,7

    1.43

    2.18

    8,6

    4,83

    4Su

    su56

    7.68

    3,4

    646.

    952,

    382

    7.24

    9,2

    909.

    532,

    892

    5.77

    5,0

    1,79

    Ket :

    *) D

    ata

    Sem

    enta

    ra

    **) P

    ertu

    mbu

    han

    Tahu

    n 20

    11

    ROADMAP DEPTAN.indb 56 2/15/2013 7:35:38 PM

  • [57]Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian RI

    Diversifikasi PanganTahun 2011 - 2015

    ROADMAP

    Daging ternak. Produksi daging ruminansia yang terdiri

    dari daging sapi, daging kerbau, daging kambing, daging

    domba, daging kuda dan daging babi, pada tahun

    2011 sebesar 825.361,38 ton mengalami peningkatan

    dibandingkan tahun 2010 sebesar 799.989,45 ton, atau

    sekitar 3,17 persen. Peningkatan terbesar adalah komoditas

    daging sapi. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah

    untuk mencapai swasembada daging sapi dan kerbau

    tahun 2014.

    Daging Unggas. Produksi daging unggas yang terdiri

    dari daging ayam, daging ayam ras petelur, daging ayam

    ras pedaging dan daging itik, pada tahun 2011 sebesar

    1.642.863,41 ton mengalami peningkatan dibandingkan

    tahun 2010 sebesar 1.565.684,81 ton, atau sekitar 4,93

    persen. Peningkatan terbesar adalah komoditas daging

    itik.

    Telur. Produksi telur yang terdiri dari telur ayam buras, telur

    ayam ras petelur dan telur itik, pada tahun 2011 sebesar

    1.432.188,59 ton mengalami peningkatan dibandingkan

    tahun 2010 sebesar 1.366.200,71 ton, atau sekitar 4,83

    persen. Peningkatan terbesar adalah komoditas telur itik.

    Susu. Produksi susu pada tahun 2011 sebesar 925.775,05

    ton mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2009

    sebesar 909.532,82 ton, atau sekitar 1,79 persen.

    3. Pangan Sumber Vitamin dan Mineral

    Sayuran dan buah merupakan pangan sumber vitamin dan

    mineral. Berdasarkan