Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Politik Dalam...

57
LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI TAHUN 2016 KEDEPUTIAN BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN SEKRETARIAT KABINET RI JAKARTA, JANUARI 2017

Transcript of Laporan Kinerja Asisten Deputi Bidang Politik Dalam...

LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI

BIDANG POLITIK DALAM NEGERI

TAHUN 2016

KEDEPUTIAN BIDANG POLITIK, HUKUM, DAN KEAMANAN

SEKRETARIAT KABINET RI

JAKARTA, JANUARI 2017

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

i

KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah merupakan bentuk pertanggung-

jawaban instansi Pemerintah kepada publik dan stakeholders terkait

pengelolaan sumber daya yang digunakan dalam rangka pencapaian tujuan

dan sasaran strategis instansi secara transparan dan akuntabel. Laporan ini

disusun untuk memenuhi amanat Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014

tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah sebagai bentuk

komitmen untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan akuntabilitas kinerja yang

bertujuan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik.

Laporan kinerja ini disusun untuk menyampaikan informasi tentang

keberhasilan dan/atau kegagalan pencapaian Indikator Kinerja Utama (IKU)

Tahun 2016 sebagai ukuran kinerja Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri

dalam pencapaian sasaran strategis yang dijalankan melalui pengelolaan

program dan kegiatan secara akuntabel, efektif, dan efisien. Landasan

penyusunan laporan ini adalah Penetapan Kinerja (PK) Asisten Deputi Bidang

Politik Dalam Negeri Tahun 2016 beserta realisasinya.

Selama tahun 2016, secara umum sasaran strategis Asisten Deputi

Bidang Politik Dalam Negeri dapat dicapai. Hal ini dipengaruhi oleh

implementasi manajemen kinerja yang telah dilakukan sebagai upaya untuk

meningkatkan kualitas sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (SAKIP)

di Sekretariat Kabinet serta sinergi dengan program reformasi birokrasi

Sekretariat Kabinet.

Laporan ini diharapkan dapat menjadi media pertanggungjawaban

kepada publik dan stakeholders serta menjadi pemicu bagi penguatan dan

peningkatan akuntabilitas kinerja di lingkungan Asisten Deputi Bidang Politik

Dalam Negeri untuk mewujudkan pemerintahan yang berorientasi pada hasil

(result oriented government).

Jakarta, Januari 2017

Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri,

Dyah Pancaningrum, S.H., M.TDev.

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

ii

RINGKASAN EKSEKUTIF

Kesimpulan umum tentang pencapaian unit kerja Asisten Deputi Bidang

Politik Dalam Negeri Tahun 2016 adalah sebagai berikut.

a. Dari Segi Anggaran

Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri mendapatkan anggaran

sebesar Rp. 850.000.000 (delapan ratus lima puluh juta rupiah), namun

pada tanggal 12 Mei 2016, dalam rangka pengendalian dan pengamanan

pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun

2016, Presiden Joko Widodo telah menandatangani Instruksi Presiden

(Inpres) Nomor 4 Tahun 2016 tentang Langkah-langkah Penghematan dan

Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga (K/L) Dalam Rangka

Pelaksanaan Anggaran dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016

sehingga anggaran Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri dipotong

sebesar Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan hanya dapat

memanfatkan anggaran sebesar Rp. 649.999.110 (enam ratus empat puluh

sembilan juta sembilan ratus sembilan puluh sembilan ribu seratus sepuluh

rupiah) atau 76,47% dari seluruh pagu anggaran 2016.

b. Dari Segi Outcome

Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri telah menghasilkan 305

dokumen rekomendasi atau 218% (sangat baik) dari target outcome dalam

periode tahun 2016 yang berjumlah 140 dokumen yang terdiri dari 240

rekomendasi kebijakan, 27 rekomendasi persetujuan prakarsa dan 38

rekomendasi materi sidang kabinet.

Dari segi anggaran, capaian unit kerja ini sudah menunjukkan angka

ideal karena persentasenya lebih dari 70%, sedangkan dari segi outcome,

capaiannya justru melebihi target (218%). Keseimbangan antara segi anggaran

dan segi output ini sudah sangat baik namun masih perlu mendapat perhatian

untuk peningkatan kinerja di masa datang agar Asisten Deputi Bidang Politik

Dalam Negeri dapat lebih meningkatkan kontribusinya dalam rangka

memberikan dukungan staf dan administrasi serta pemikiran dalam rangka

pengambilan dan pengendalian kebijakan pemerintah.

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

iii

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ................................................................................. i

RINGKASAN EKSEKUTIF........................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................. iii

BAB I PENDAHULUAN …………………...………………………...... 4

A. Latar Belakang ................................................................. 4

B. Gambaran Organisasi Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri ....................................................................

5

C. Gambaran Aspek Strategis Asisten Deputi Politik Dalam Negeri ...............................................................................

9

BAB II PERENCANAAN KINERJA ................................................. 12

A. Gambaran Umum Perencanaan Kinerja Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri .............................................

12

B. Ikhtisar Penetapan Kinerja (PK) dan Indikator Kinerja Utama (IKU) Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri Tahun 2016 .......................................................................

13

BAB III AKUNTABILITAS KINERJA .................................................... 15

A. Capaian Kinerja Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri Tahun 2016 ..............................................................

15

B. Realisasi Anggaran Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri Tahun 2016 .............................................

42

BAB IV PENUTUP .............................................................................. 43

A. Kesimpulan Umum atas Capaian Kinerja Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri Tahun 2016 ........................

43

LAMPIRAN

B. Langkah-langkah Perbaikan untuk Peningkatan

Kinerja ...............................................................................

44

I - IV

LAMPIRAN

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

4

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara filosofis, Laporan Kinerja Instansi Pemerintah merupakan bentuk

penyampaian pertanggungjawaban dari pihak yang melaksanakan pekerjaan

kepada pihak yang memberi pekerjaan. Pihak yang memberi pekerjaan adalah

rakyat/masyarakat/publik, sedangkan yang melaksanakan pekerjaan adalah

instansi pemerintah. Untuk waktu tertentu (satu tahun), instansi pemerintah

melaporkan kepada publik (atau yang diberi wewenang untuk itu) kinerja yang

telah dicapai secara kuantitatif dan secara kualitatif.

Secara yuridis, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang

Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah yang ditindaklanjuti

dengan Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah mewajibkan setiap instansi pemerintah membuat

Laporan Kinerja (LKj). Teknik pelaporan diatur dalam Peraturan Menteri

Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun

2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata

Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

LKj merupakan wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan program

kerja dalam mencapai tujuan dengan sasaran yang telah ditetapkan. LKj

dimaksudkan untuk menggambarkan capaian kinerja suatu instansi pemerintah

sebagai tolok ukur keberhasilan dan/atau kegagalan atas program kerja yang

telah ditetapkan dalam Rencana Kinerja Tahunan dan Rencana Anggaran

Belanja untuk mendukung kelancaran pelaksanaan kegiatan dalam jangka

waktu 1 (satu) tahun berjalan.

LKj mempunyai manfaat sebagai:

a. bahan evaluasi akuntabilitas kinerja bagi pihak yang membutuhkan;

b. penyempurnaan dokumen perencanaan periode yang akan datang;

c. penyempurnaan pelaksanaan program dan kegiatan yang akan datang; dan

d. penyempurnaan berbagai kebijakan yang diperlukan.

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

5

LKj memaparkan tingkat capaian kinerja suatu unit organisasi atau suatu

unit kerja dan hal-hal lain yang terkait dengan pelaksanaan tugas dan fungsinya

terutama gambaran mengenai tingkat kesesuaian antara program dan kegiatan

yang direncanakan dengan realisasinya. LKj ini juga dapat digunakan sebagai

acuan dalam menyusun rencana kinerja dan rencana anggaran di tahun-tahun

mendatang.

Berdasarkan hal-hal di atas, Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri

yang merupakan salah satu unit kerja di lingkungan Kedeputian Bidang Politik,

Hukum, dan Keamanan Sekretariat Kabinet menyusun LKj Asisten Deputi

Bidang Politik Dalam Negeri Tahun 2016.

B. Gambaran Organisasi Asisten Deputi Politik Dalam Negeri

Berdasarkan Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 4 Tahun 2015 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kabinet, Asisten Deputi Bidang Politik

Dalam Negeri mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan

analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah, penyiapan pendapat

atau pandangan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, pengawasan

pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah, pemberian persetujuan atas

permohonan izin prakarsa penyusunan rancangan peraturan perundang-

undangan dan atas substansi rancangan peraturan perundang-undangan,

penyiapan analisis dan pengolahan materi sidang kabinet, rapat atau

pertemuan yang dipimpin dan/atau dihadiri oleh Presiden dan/atau Wakil

Presiden, serta pemantauan, pengamatan, dan penyerapan pandangan

terhadap perkembangan umum di bidang politik dalam negeri.

Dalam melaksanakan tugas tersebut, Asisten Deputi Bidang Politik

Dalam Negeri menyelenggarakan fungsi:

a. perumusan dan analisis atas rencana kebijakan dan program pemerintah di

bidang politik dalam negeri;

b. penyiapan pendapat atau pandangan dalam rangka penyelenggaraan

pemerintahan di bidang politik dalam negeri;

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

6

c. pengawasan pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah di bidang

politik dalam negeri;

d. pemberian persetujuan atas permohonan izin prakarsa penyusunan

rancangan peraturan perundang-undangan dan atas substansi rancangan

peraturan perundang-undangan di bidang politik dalam negeri;

e. penyiapan analisis dan pengolahan materi sidang kabinet, rapat atau

pertemuan di bidang politik dalam negeri, yang dipimpin dan/atau dihadiri

oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden;

f. pemantauan, pengamatan, dan penyerapan pandangan terhadap

perkembangan umum di bidang politik dalam negeri; dan

g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Deputi Bidang Politik, Hukum,

dan Keamanan.

Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri terdiri dari:

a. Bidang Organisasi Politik, Organisasi Kemasyarakatan, dan Lembaga

Negara;

b. Bidang Politik dan Pemerintahan Umum;

c. Bidang Otonomi Daerah dan Pemerintahan Desa; dan

d. Kelompok Jabatan Fungsional.

Bidang Organisasi Politik, Organisasi Kemasyarakatan, dan Lembaga

Negara mempunyai tugas melaksanakan penyiapan perumusan dan analisis

atas rencana kebijakan dan program pemerintah, penyiapan pendapat atau

pandangan dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, pengawasan

pelaksanaan kebijakan dan program pemerintah, pemberian persetujuan atas

permohonan izin prakarsa penyusunan rancangan peraturan perundang-

undangan dan atas substansi rancangan peraturan perundang-undangan,

penyiapan analisis dan pengolahan materi sidang kabinet, rapat atau

pertemuan yang dipimpin dan/atau dihadiri oleh Presiden dan/atau Wakil

Presiden, serta pemantauan, pengamatan, dan penyerapan pandangan

terhadap perkembangan umum di bidang organisasi politik, organisasi

kemasyarakatan, dan lembaga negara.

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

7

Bidang Organisasi Politik, Organisasi Kemasyarakatan, dan Lembaga

Negara terdiri dari:

a. Subbidang Organisasi Politik dan Organisasi Kemasyarakatan; dan

b. Subbidang Lembaga Negara.

Bidang Politik dan Pemerintahan Umum mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan analisis atas rencana

kebijakan dan program pemerintah, penyiapan pendapat atau pandangan

dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, pengawasan pelaksanaan

kebijakan dan program pemerintah, pemberian persetujuan atas permohonan

izin prakarsa penyusunan rancangan peraturan perundang-undangan dan atas

substansi rancangan peraturan perundangundangan, penyiapan analisis dan

pengolahan materi sidang kabinet, rapat atau pertemuan yang dipimpin

dan/atau dihadiri oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden, serta pemantauan,

pengamatan, dan penyerapan pandangan terhadap perkembangan umum di

bidang politik dan pemerintahan umum.

Bidang Politik dan Pemerintahan Umum terdiri dari:

a. Subbidang Politik; dan

b. Subbidang Pemerintahan Umum.

Bidang Otonomi Daerah dan Pemerintahan Desa mempunyai tugas

melaksanakan penyiapan bahan perumusan dan analisis atas rencana

kebijakan dan program pemerintah, penyiapan pendapat atau pandangan

dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, pengawasan pelaksanaan

kebijakan dan program pemerintah, pemberian persetujuan atas permohonan

izin prakarsa penyusunan rancangan peraturan perundangundangan dan atas

substansi rancangan peraturan perundang-undangan, penyiapan analisis dan

pengolahan materi sidang kabinet, rapat atau pertemuan yang dipimpin

dan/atau

dihadiri oleh Presiden dan/atau Wakil Presiden, serta pemantauan,

pengamatan, dan penyerapan pandangan terhadap perkembangan umum di

bidang otonomi daerah dan pemerintahan desa.

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

8

Bidang Otonomi Daerah dan Pemerintahan Desa terdiri dari:

a. Subbidang Otonomi Daerah; dan

b. Subbidang Pemerintahan Desa.

Bagan struktur organisasi Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri

dapat digambarkan sebagai berikut:

Dyah Pancaningrum, SH.,MTDev Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri

Novi Pratiwi Dewi, SH.,MH Alifa Rahmat Syukri, SH.,MH Kardwiyana Ukar, SH., LL.M Kepala Bidang Organisasi Politik, Organisasi Kemasyarakatan, dan

Lembaga Negara

Kepala Bidang Politik dan Pemerintahan Umum

Kepala Bidang Otonomi Daerah dan Pemerintahan Desa

Farid Budi P, S.IP

Dwirani P. Muktisari, SH

Retno Wulandari,

SH.,MH

Hermawan Susanto,SH.,

MH

Oto Hidayat, SH.,M.LS

Tania Cahya Utami Dewi, SH

Kasubid Organisasi Politik

dan Organisasi Kemasyarakatan

Kasubid Lembaga Negara

Kasubid Politik

Kasubid Pemerintahan

Umum

Kasubid Otonomi Daerah

Kasubid Pemerintahan

Desa

-

-

-

A. Bayu Wiraditya Pawi, SH

Aprilia Dwi Ariyanti, SH

Alwin Juang Hamonangan,

SH

Analis Polhukam

- - Analis Polhukam

- Analis Polhukam

Jumlah sumber daya manusia Asisten Deputi Politik Dalam Negeri pada

akhir 2016 adalah sebagaimana dalam tabel berikut.

Pangkat Jabatan Pendidikan Jenis Kelamin

Gol. Jmlh Nama Jabatan Jmlh Tingkat

Jmlh Jenis

Jmlh S2 S1 D3 SLTA P L

IV/b 2 Asisten Deputi 1 1 - - - 1 1 - 1

Kepala Bidang 1

3 - - - 3 1 2 3 IV/a 2 Kepala Bidang 2

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

9

Pangkat Jabatan Pendidikan Jenis Kelamin

Gol. Jmlh Nama Jabatan Jmlh Tingkat

Jmlh Jenis

Jmlh S2 S1 D3 SLTA P L

III/c 3 Kepala Subbidang 6 3 3 - - 6 3 3 6

III/b 3

III/a

3

Analis 3 - 3 - - 3 1 2 3

Jmlh

13

13 7 6 - - 13 6 7 13

Komposisi kuantitas pegawai tersebut, apabila dibandingkan dengan tugas dan

fungsi yang diemban Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri, masih belum

ideal, karena ada sub bidang yang tidak memiliki dukungan staf yang memadai.

Sehubungan dengan kekurangan staf tersebut, sebagian kegiatan kinerja harus

dilakukan secara rangkap, dan upaya pencapaian target kinerja sering dilakukan

dengan kerja lembur para staf.

C. Gambaran Aspek Strategis (Strategic Issues) Asisten Deputi Bidang

Politik Dalam Negeri

Dalam pelaksanaan tugas dan fungsinya, Asisten Deputi Bidang Politik

Dalam Negeri menghadapi berbagai faktor pendukung dan penghambat, baik

yang berasal dari luar (eksternal) maupun yang berasal dari dalam (internal).

Faktor-faktor tersebut perlu dikenali, dihadapi, dan disikapi dengan tepat agar

tidak mengganggu pelaksanaan kerja. Adapun faktor-faktor yang dihadapi oleh

Asisten Deputi Bidang Bidang Politik Dalam Negeri adalah sebagai berikut:

1. Lingkungan Internal

Berdasarkan hasil analisis internal, maka kekuatan, kelemahan, dan

potensi Asisten Deputi Bidang Bidang Politik Dalam Negeri adalah sebagai

berikut :

a. Kekuatan Organisasi

1) komitmen pimpinan dalam pelaksanaan rencana strategis dan

reformasi birokrasi.

2) kebijakan organisasi.

3) sumber daya manusia yang berkualitas.

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

10

b. Kelemahan Organisasi

1) peningkatan kemampuan dan pengembangan sumber daya manusia

belum sepenuhnya optimal.

2) belum diterapkannya standar pelayanan secara konsisten dan

menyeluruh.

3) belum idealnya jumlah sumber daya manusia.

c. Potensi Organisasi

1) komitmen yang kuat dari pimpinan dan seluruh staf untuk

melaksanakan tugas dan fungsi organisasi.

2) tersedianya sumber daya manusia yang berpotensi untuk

dikembangkan melalui berbagai pendidikan dan pelatihan.

3) komitmen sumber daya manusia pelaksana untuk terus meningkatkan

kinerja.

2. Lingkungan Eksternal

Faktor-faktor lingkungan eksternal yang dapat mempengaruhi penetapan

dan pencapaian tujuan dan sasaran adalah: perkembangan politik dan

hukum nasional, teknologi, dan globalisasi. Berdasarkan hasil analisis

faktor-faktor eksternal, maka peluang dan ancaman terhadap Asisten

Deputi Bidang Bidang Politik Dalam Negeri adalah sebagai berikut :

a. Peluang Organisasi

1) Undang-Undang Pelayanan Publik yang memperkuat landasan

Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri sebagai bagian dari

lembaga pemerintahan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi

masyarakat;

2) Penyempurnaan, perbaikan, penyederhanaan sistem manajemen,

prosedur, dan kebijakan atau ketentuan perundang-undangan

(deregulasi dan debirokratisasi) dalam penyelenggaraan pelayanan

publik;

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

11

3) Pengembangan dan kemajuan teknologi informasi yang cepat dan

dinamis dalam mendukung pengembangan e-government di setiap

instansi pemerintah;

4) Dukungan kebijakan tentang penerapan tata pemerintahan yang baik

(good governance) di semua lini dan tingkatan pada semua kegiatan.

b. Ancaman Organisasi

Ancaman terhadap Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri adalah

tingkat kepercayaan masyarakat yang masih rendah terhadap birokrasi

pemerintah.

3. Permasalahan

Berdasarkan kekuatan, kelemahan, potensi, peluang, dan ancaman di atas,

maka dapat diidentifikasi permasalahan-permasalahan yang ada selama ini

dan kemungkinan yang akan dihadapi oleh Asisten Deputi Bidang Politik

Dalam Negeri dalam tahun-tahun mendatang, yaitu :

a. Aspek Ketatalaksanaan

Koordinasi dan kerja sama yang kurang optimal antar lembaga

pemerintah di pusat dan daerah maupun dengan unit kerja lain di

lingkungan lembaga kepresidenan, yang berhubungan dengan

pelaksanaan Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri. Masih terdapat

ego sektoral antar instansi sehingga kurang bersinergi.

b. Aspek Sumber Daya Manusia

Kualitas sebagian SDM masih perlu terus ditingkatkan untuk mendukung

tugas dan fungsi Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri.

c. Aspek Prasarana dan Sarana

Sistem manajemen informasi berbasis teknologi informasi belum

terintegrasi sepenuhnya dan belum ada kesesuaian antara manajemen

teknologi informasi dengan sistem yang sedang dan akan

dikembangkan.

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

12

BAB II

PERENCANAAN KINERJA

A. Gambaran Umum Perencanaan Kinerja Asisten Deputi Bidang Politik,

Dalam Negeri

Deputi Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Deputi Bidang Polhukam)

berdasarkan Perpres Nomor 25 Tahun 2015 tentang Sekretariat Kabinet yang

ditindaklanjuti dengan Peraturan Sekretaris Kabinet Nomor 4 Tahun 2015

tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Kabinet memiliki organisasi

tingkat eselon II yakni:

1. Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri;

2. Asisten Deputi Bidang Hukum, Hak Asasi Manusia, dan Aparatur Negara;

3. Asisten Deputi Bidang Hubungan Internasional; dan

4. Asisten Deputi Bidang Pertahanan, Keamanan, Komunikasi dan

Informatika.

Dengan tugas dan fungsi serta indikator kinerja sasaran strategisnya 6 (enam)

output berupa rekomendasi.

Dalam rangka terwujudnya dukungan manajemen kabinet yang prima

kepada Presiden dan Wakil Presiden dalam menyelenggarakan pemerintahan,

Sekretariat Kabinet menetapkan tujuan :

Dari ketiga tujuan di atas, tujuan yang relevan dengan lingkup Asisten Deputi

Bidang Politik Dalam Negeri adalah tujuan nomor 1. Menindaklanjuti tujuan

nomor 1, maka tujuan Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri dapat

SEKRETARIAT KABINET Tujuan

1. Terwujudnya hasil rekomendasi

kebijakan yang berkualitas;

2. Terwujudnya pengelolaan

persidangan kabinet yang

berkualitas;

3. Terwujudnya layanan informasi yang

responsif dan transparan.

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

13

dirumuskan menjadi: “Terwujudnya hasil rekomendasi kebijakan yang

berkualitas di bidang politik dalam negeri.”

Perumusan sasaran ini telah memenuhi formulasi SMART, yaitu Specific

(spesifik), Measurable (dapat diukur), Achievable (dapat dicapai), Relevant

(relevan) dan Time-bound (memiliki jangka waktu tertentu). Selanjutnya, dalam

rangka mencapai tujuan strategis dan sasaran strategis tersebut, Asisten

Deputi Bidang Politik Dalam Negeri menetapkan program operasional yaitu:

“mewujudkan rekomendasi yang berkualitas di bidang politik dalam negeri

kepada Deputi Bidang Polhukam”.

B. Ikhtisar Penetapan Kinerja (PK) dan Indikator Kinerja Utama (IKU)

Asisten Deputi Bidang Bidang Politik Dalam Negeri Tahun 2016

Penetapan Kinerja Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri sebagai

berikut:

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target

Terwujudnya rekomendasi yang berkualitas di bidang politik dalam negeri

1. Persentase rekomendasi di bidang politik dalam negeri yang ditindaklanjuti oleh Deputi Bidang Polhukam

100%

2. Persentase rekomendasi di bidang politik dalam negeri yang yang disusun secara tepat waktu

100%

3. Persentase rekomendasi terkait permohonan persetujuan izin prakarsa dan substansi rancangan PUU di bidang politik dalam negeri yang ditindaklanjuti oleh Deputi Bidang Polhukam

100%

4. Persentase rekomendasi terkait permohonan persetujuan izin prakarsa dan substansi rancangan PUU di bidang politik dalam negeri yang disusun secara tepat waktu

100%

5. Persentase penyiapan rekomendasi terkait materi sidang kabinet, rapat atau pertemuan yang dipimpin dan/atau dihadiri oleh Presiden dan/wakil Presiden di bidang politik dalam negeri yang ditindaklanjuti oleh Deputi Bidang Polhukam

100%

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

14

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Utama Target

6. Persentase penyiapan rekomendasi terkait materi sidang kabinet, rapat atau pertemuan yang dipimpin dan/atau dihadiri oleh Presiden dan/wakil Presiden di bidang politik dalam negeri secara tepat waktu

100%

Output disebut tepat waktu apabila laporan diajukan/disampaikan oleh

Asisten Deputi kepada Deputi dalam jangka waktu yang tidak melebihi jangka

waktu yang telah ditetapkan dalam standar operasional prosedur (yaitu: 9 hari

kerja), sedangkan output yang ditindaklanjuti adalah apabila laporan yang

diajukan/ disampaikan oleh Asisten Deputi diterima, disetujui, atau

mendapatkan tanggapan positif dari pimpinan.

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

15

BAB III

AKUNTABILITAS KINERJA

A. Capaian Kinerja Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri Tahun

2016

Secara garis besar, keenam indikator kinerja utama (IKU) Asisten Deputi

Bidang Politik Dalam Negeri dapat dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu:

1. dokumen (berupa rekomendasi) yang disusun secara tepat waktu, dan

2. dokumen yang ditindaklanjuti.

Berdasarkan dua kelompok tersebut, maka capaian kinerja Asisten Deputi

Bidang Politik Dalam Negeri adalah sebagai berikut:

Indikator Kinerja

Target Kinerja Realisasi dan Capaian Tahunan

Tahunan (%)

Tahunan (Kuantitas)

Output Tahunan

(Kuantitas)

Outcome Tahunan

(Kuantitas)

Outcome dibanding

Output (%)

[ (5):(4) ]

Outcome dibanding Target (%)

[ (6):(2) ]

Outcome dibanding

Target (Kuantitas) [ (5):(3) ]

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Dokumen yang disusun tepat waktu

100% 140 305 305 100% 100% 218%

Dokumen yang ditindaklanjuti

100% 140 305 305 100% 100% 218%

Seluruh dokumen yang dihasilkan sepanjang 2016 oleh unit kerja ini

berjumlah 305 dokumen atau 218% dari jumlah seluruh output yang ditargetkan

dalam Rencana Angaran dan Biaya (RAB) tahun 2016, yaitu 140 dokumen.

Dari seluruh dokumen diatas kami sampaikan beberapa rekomendasi

yang memiliki nilai strategis dan isu-isu krusial dari seluruh bidang di Asisten

Deputi bidang Politik Dalam Negeri meliputi antara lain:

I. Bidang Organisasi Politik, Organisasi Kemasyarakatan, dan Lembaga

Negara

1. Memo-memo rekomendasi kehadiran Presiden dalam suatu acara

beserta butir wicara dan infografisnya, di antaranya:

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

16

a. Audiensi Ketua PBNU terkait Penanganan Gerakan Radikal dan

Terorisme

b. Audiensi Pengurus Nasional Asosiasi DPRD Kabupaten Seluruh

Indonesia (ADKASI)

c. Pembukaan Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) Ikatan Senior

HIPMI Indonesia (ISHI) 2016

d. Audiensi Presiden bersama Pimpinan Lembaga Tinggi Negara (DPR,

DPD, MA, MK, BPK, dan KY)

e. Kehadiran Presiden dalam acara Hari Ulang Tahun Emas Majelis

Nasional Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (MN-KAHMI)

f. Permohonan Kepada Presiden Untuk Memberikan Sambutan Dalam

Rangka Pembukaan MUNAS V Asosiasi Pemerintah Kota Seluruh

Indonesia (APEKSI) Tahun 2016.

g. Kehadiran Presiden dalam Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW

bersama Gerakan Pemuda ANSOR (GP ANSOR)

2. Peraturan Perundang-undangan yang ditangani oleh Bidang

Organisasi Politik, Organisasi Kemasyarakatan, dan Lembaga

Negara.

a. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Kerja Sama dan

Inovasi Daerah

1) RPP Kerja Sama Daerah merupakan amanat Pasal 369 UU No.23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan akan mencabut

PP No. 50 Tahun 2007 tentang Tata Cara Pelaksanaan Kerja

Sama Daerah, sedangkan RPP Inovasi Daerah merupakan

amanat Pasal 390 UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah.

2) Secara substansi RPP Kerja Sama Daerah dan RPP Inovasi

Daerah merupakan 2 objek yang berbeda. Namun mengingat

adanya simplifikasi sebagaimana lampiran Keppres No.10 Tahun

2016 tentang Program Penyusunan Peraturan Pemerintah, Pihak

Kemendagri berusaha untuk menggabungkan 2 RPP tersebut

menjadi RPP Kerja Sama Daerah dan Inovasi Daerah.

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

17

3) Apabila simplifikasi tetap dilakukan dan terdapat hambatan dalam

penyelesaian RPP dimaksud, Setkab menyarankan adanya surat

dari Menteri Dalam Negeri kepada Presiden untuk meminta

arahan Presiden, agar RPP Kerja Sama dan Inovasi Daerah dapat

dipisahkan menjadi 2 RPP, mengingat Kepres No. 10 Tahun 2016

tentang Program Penyusunan Peraturan Pemerintah ditetapkan

oleh Presiden.

4) Masalah lain yang muncul adalah adanya klausul Mekanisme

pengambilalihan pelaksanaan kerja sama wajib yang tidak

dilaksanakan Pemerintah Provinsi oleh Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Kabupaten/Kota oleh Gubernur selaku Wakil

Pemerintah Pusat beserta biaya pelaksanaannya.

5) Sekretariat Kabinet menyampaikan pendapat bahwa Pemerintah

Pusat harus diposisikan untuk tidak langsung mengambilalih

pelaksanaan kerja sama wajib yang tidak dilaksanakan oleh

Pemerintah Daerah tersebut. Perlu diatur dalam RPP bahwa

sebelum Pemerintah Pusat mengambilalih pelaksanaan kerja

sama tersebut, Pemerintah Pusat melakukan supervisi,

pembinaan, dan pengawasan yang matang terhadap rencana

kerja sama daerah.

b. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Hak Keuangan

dan Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD

1) Kedudukan Keuangan Pimpinan dan Anggota DPRD telah diatur

dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 24 Tahun 2004 tentang

Kedudukan Protokoler dan Keuangan Pimpinan dan Anggota

DPRD dan perubahannya. Namun dalam perkembangannya

sudah tidak sesuai lagi dengan kebutuhan sehingga perlu

dilakukan perubahan yang disesuaikan dengan Undang-Undang

No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

2) Presiden telah menyetujui rencana penyusunan Rancangan

Perubahan PP Nomor 24 Tahun 2004 dengan Surat Menteri

Sekretaris Negara No. B-1168/M.Sesneg/D-1/HK.02.01/12/2015

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

18

tanggal 18 Desember 2015 hal Izin Prakarsa Penyusunan

Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Hak Keuangan dan

Administratif Pimpinan dan Anggota DPRD.

3) Materi dalam RPP masih terdapat permasalahan sehingga harus

dirapatkan pada tingkat Menteri mengingat Sekretariat Kabinet

merekomendasikan agar pemberian kendaraan dinas dan

tunjangan tidak diberikan kepada Anggota DPRD mengingat

kondisi kemampuan keuangan negara saat ini tidak

memungkinkan.

4) Pada tanggal 29 Agustus 2016, Kemenko Bidang Polhukam

menyelenggarakan Rapat Koordinasi tingkat Menteri membahas

RPP dimaksud, yang dipimpin oleh Menko Bidang Polhukam.

5) Pada intinya Rapat Koordinasi tersebut menyepakati:

a) Ketentuan pengaturan mengenai pemberian kendaraan dinas

bagi Anggota DPRD tidak dapat diakomodasi dalam RPP,

namun Anggota DPRD dapat diberikan fasilitas berupa

tunjangan transportasi, dengan tetap memperhatikan

kemampuan keuangan daerah, mengingat adanya Arahan

Presiden dan kondisi keuangan negara.

b) Ketentuan mengenai tunjangan reses bagi Pimpinan dan

Anggota DPRD dapat diberikan namun harus memperhatikan

kemampuan keuangan daerah.

c. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang Ormas Asing

1) RPP Ormas Asing yang didirikan oleh Warga Negara Asing

merupakan pelaksanaan ketentuan Pasal 50, Pasal 56, dan Pasal

82 UU No 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan,

terdiri dari 38 (tiga puluh delapan) pasal yang dikelompokkan ke

dalam 7 (tujuh) Bab, yang mengatur jenis-jenis ormas asing;

perizinan bagi ormas asing yang akan melakukan kegiatan di

Indonesia; pembentukan Tim Perizinan Ormas Asing; Persyaratan

mengenai personalia ormas asing; ormas pelaksana kerja sama;

dan pengawasan ormas asing serta sanksi-sanksi.

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

19

2) Isu penting yang memerlukan perhatian lebih lanjut adalah

pengawasan dan sanksi, mengingat ormas asing yang melakukan

kegiatan di Indonesia membutuhkan pengawasan dari pemerintah

daerah dan masyarakat dengan dukungan kementerian/lembaga

terkait.

3) Pada awalnya direncanakan akan diusulkan 7 (tujuh) buah RPP,

yang masing-masing mengatur mengenai pendaftaran dan

pendataan ormas, pemberdayaan ormas, sistem informasi ormas,

izin ormas Asing, pengawasan terhadap ormas, mediasi

pemerintah terhadap konflik internal ormas, serta sanksi terhadap

ormas.

4) Namun dengan mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi

perumusan peraturan pelaksanaan, pada perkembangannya

disepakati bahwa RPP yang akan diusulkan berjumlah 2 (dua)

buah, yaitu RPP Ormas Dalam Negeri dan RPP Ormas Asing.

5) Pengaturan mengenai persyaratan dalam RPP perlu disesuaikan

dengan ketentuan UU No. 16 Tahun 2001 tentang Yayasan

sebagaimana telah diubah dengan UU No. 28 Tahun 2004 dan

Peraturan Pemerintah No. 63 Tahun 2008 tentang Pelaksanaan

Undang-Undang tentang Yayasan sebagaimana telah diubah

dengan Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 2013.

6) Pengaturan tentang ormas asing ini perlu kehati-hatian dan terkait

pengawasan perlu dilakukan secara intensif agar tidak

kontraproduktif terhadap kedaulatan negara.

II. Bidang Politik dan Pemerintahan Umum

1. Memo-memo rekomendasi yang ditangani oleh Bidang Politik dan

Pemerintahan Umum yang merupakan isu krusial yang akhirnya

disetujui oleh Presiden, antara lain:

a. Pembentukan Tim Terpadu Administrasi Pemerintahan, Sekretariat

Kabinet dalam hal ini tidak mendukung pembentukan Tim tersebut

dengan pertimbangan:

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

20

1) Apa yang menjadi tujuan dibentuknya Tim Terpadu sebenarnya

telah menjadi tugas dan fungsi Kementerian Dalam Negeri,

sehingga relevansi pembentukan Tim Terpadu perlu

dipertimbangkan kembali. Pembentukan tim seharusnya hanya

dalam hal pelaksanaan pekerjaan diluar tugas dan fungsi

kementerian/LPNK.

2) Dalam hal dukungan dari kementerian/LPNK kepada Kementerian

Dalam Negeri dirasa kurang, maka Kemenko Polhukam dapat

mengoordinasikan kementerian/LPNK terkait agar dapat

mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi Kementerian Dalam

Negeri secara maksimal.

b. Rencana Pembentukan Tim Terpadu Pendukung Pelaksanaan

Administrasi Kependudukan secara Nasional, Sekretariat Kabinet

dalam hal ini tidak mendukung pembentukan Tim tersebut dengan

pertimbangan:

1) Permasalahan pengadaan sarana dan prasarana untuk KTP-el

dapat diselesaikan tanpa membentuk tim terpadu dengan

Keppres, melainkan cukup melalui rapat koordinasi K/L. Apabila

masih terdapat hambatan, maka dapat diselenggarakan rapat di

Sekretariat Kabinet atau melalui Rapat Terbatas yang dipimpin

Presiden.

2) Terkait dengan permasalahan pengadaan sarana dan prasarana

untuk dukungan pelaksanaan program administrasi kependudukan

yang perlu dilakukan percepatan, hal ini dapat dilakukan dengan

mekanisme penunjukan langsung sebagaimana Pasal 38 Perpres

Nomor 172 Tahun 2014 tentang Perubahan Ketiga atas Perpres

Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan Barang/Jasa

Pemerintah (termasuk dalam keadaan tertentu sebagaimana

kriteria Pasal 38 ayat (4) Perpres Nomor 172 Tahun 2014).

Namun apabila ketentuan tersebut dirasa belum cukup, maka

dapat dilakukan perubahan terhadap Perpres Nomor 54 Tahun

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

21

2010 dengan mengatur secara khusus, proses pengadaan

barang/jasa untuk dukungan pelaksanaan program administrasi

kependudukan dalam kriteria penunjukan langsung.

3) Dalam jangka panjang, kiranya perlu dibentuk badan/lembaga

yang khusus menangani administrasi kependudukan. Namun

demikian, pembentukan ini dilakukan dengan mengubah beberapa

peraturan perundang-undangan terkait, seperti UU tentang

Administrasi Kependudukan dan UU tentang Pemerintahan

Daerah.

c. Pembangunan Papua dan Pembentukan Organisasi Papua (Ratas 8

November 2016), Sekretariat Kabinet dalam hal ini tidak mendukung

pembentukan Tim tersebut dengan pertimbangan:

1) Tidak perlu membentuk kementerian/lembaga baru, cukup

mengefektifkan tugas fungsi K/L yang ada disertai peningkatan

peran Pemprov. Papua sebagai wakil pemerintah di daerah

didukung Pemkab, Pemkot dan tokoh setempat.

2) Penunjukan Presiden kepada kementerian/lembaga tertentu yang

ditugaskan untuk melaksanakan koordinasi percepatan

pembangunan Papua dan Papua Barat misalnya Kemenko Bidang

Polhukam dan Bappenas, dapat lebih menguatkan kewenangan

kedua kementerian/lembaga tersebut dalam rangka percepatan

pembangunan Papua dan Papua Barat.

3) Kebijakan, program dan kegiatan terbangun dalam road map

secara terukur volume dan jangka waktu pencapaian targetnya.

2. Peraturan Perundang-undangan yang ditangani oleh Bidang Politik

dan Pemerintahan Umum:

a. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Tentang Pelaksanaan

Urusan Pemerintahan Umum

Sekretariat Kabinet mengajukan RPP Tentang Pelaksanaan Urusan

Pemerintahan Umum untuk dijadikan Rapat Terbatas tanggal 13 April

2016 dan 30 Mei 2016. Inti masukan:

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

22

1) Perlu dipertimbangkan kembali mengingat jangan sampai ada

kesan pemerintah pusat ingin menghidupkan kembali sentralisasi.

2) Berkaitan dengan peningkatan beban anggaran pemerintah pusat

agar tidak mencampuri urusan anggaran dan cukup

menyerahkannya kepada pemerintah daerah. Hal-hal terkait

dengan dampak pengurusan asset, pegawai, dan dokumen,

karena akan menimbulkan kericuhan dan ketakutan di

masyarakat.

b. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Tentang Penataan Daerah

1) Aspek hukum: Masih terdapat perumusan redaksional pasal-pasal

RPP tentang Penataan Daerah yang masih multitafsir sehingga

akan menimbulkan kebiasan aturan dan dikhawatirkan nantinya

akan memberikan dampak tidak implementatifnya PP dimaksud

2) Terdapat beberapa ketentuan yang bertentangan dalam RPP

tentang Penataan Daerah dengan UU No. 23 Tahun 2014,

Terdapat inkonsistensi diantara pasal-pasal dalam RPP tentang

Penataan Daerah. Penjelasan lebih lanjut tercantum dalam

matriks sebagaimana terlampir.

c. Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) Tentang Pelaksanaan

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi

Kependudukan Sebagaimana Telah Diubah Dengan Undang-Undang

Nomor 24 Tahun 2013 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2006 Tentang Administrasi Kependudukan

Inti masukan: masih terdapat beberapa permasalahan yang belum

diakomodasi dalam RPP tersebut yakni:

1) Pembentukan Dinas Dukcapil di provinsi tidak diperintahkan oleh

UU Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan

sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 24 Tahun 2013 (UU

tentang Adminduk),

2) Ketentuan hak akses dalam Pasal 79 ayat (4) UU tentang

Adminduk didelegasikan dalam Peraturan Mendagri, sehingga

BAHAN PEMBAHASAN

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

23

tidak tepat apabila RPP mengatur detail mengenai hak akses

tersebut (karena UU tentang Adminduk memerintahkan

pengaturannya dalam Peraturan Mendagri).

3) Materi muatan pelaporan dan evaluasi seyogianya diatur secara

terintegrasi dalam RPP tentang Laporan Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah, Laporan Keterangan Pertanggungjawaban

dan Ringkasan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah,

serta Tata Cara Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

d. RPP tentang Dekonsentrasi Dan Tugas Pembantuan

1) Konsep Dekonsentrasi dan TP masih perlu dirumuskan kembali

agar lebih jelas dan sederhana sehingga tidak membingungkan

mengingat pengaturan tersebut lebih difokuskan pada urusan

pemerintah, bukan pada konsep Dekonsentrasi dan TP.

2) Terhadap pengaturan terkait “perangkat gubenur”, perlu

konfirmasi lebih lanjut apakah perangkat gubernur dilengkapi

kemampuan teknis untuk melaksanakan urusan-urusan yang

didekonsentrasikan kepada gubernur khususnya urusan

pemerintahan konkuren yang menjadi kewenangan pemerintah

pusat.

3) Perlu diperhatikan terkait konsistensi pengaturan terkait urusan

pemerintahan umum (UPU) dalam RPP.

4) Perlu konfirmasi lebih lanjut pula terkait materi pengaturan

pembinaan dan pengawasan pelaksanaan dekonsentrasi dan

tugas pembantuan agar sejalan dengan pengaturan terkait tugas

dan kewenangan gubernur sebagai WPP (direncanakan akan

diatur dalam RPP terpisah)

5) Materi pengaturan RPP tentang Dekonsentrasi dan TP berkaitan

erat dengan pengaturan terkait pelaksanaan tugas dan wewenang

gubernur sebagai WPP sehingga dapat dilakukan simplifikasi.

e. RPP tentang Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Hak

Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah Pusat.

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

24

1) Pengambilalihan tugas dan wewenang GWPP oleh Mendagri

dapat diterjemahkan sebagai tahapan konsultasi, pembinaan,

supervisi, atau evaluasi Mendagri kepada GWPP. Sehingga

sebisa mungkin Mendagri tidak mengambil alih secara penuh/fisik

(tidak dilakukan secara serta merta, tetapi melalui tahapan agar

secara praktik tetap dilaksanakan GWPP), karena apabila terjadi

pengambilalihan secara penuh berarti tidak selaras dengan

semangat UU tentang Pemda yang telah memberikan otonomi

daerah dengan tetap ada pembinaan dan pengawasan oleh

pemerintah pusat.

2) Sehubungan dengan pembentukan kelembagaan, Presiden

memberikan arahan agar tetap memperhatikan efisiensi dan

efektivitas serta tidak menambah beban anggaran dengan

memperbesar/menambah organisasi.

3) Sejalan dengan arahan Presiden, pembentukan perangkat

gubernur dapat kami pahami sebagai pembentukan organ yang

sifatnya sebagai supporting unit. Adapun tugas-tugas GWPP yang

sifatnya substantif dikerjakan oleh satuan kerja perangkat daerah

(SKPD) sebagai core unit. Tugas dan wewenang gubernur

sebagai kepala daerah, gubernur sebagai pelaksana urusan

pemerintahan umum, dan GWPP tidak perlu dipisah, karena

selain tidak efektif dan efisien juga akan rentan menimbulkan

friksi.

4) Materi pengaturan terkait pembentukan perangkat gubernur

(sekretariat dan unit kerja) seyogianya tidak dituangkan secara

limitatif (jumlah) namun dengan menyesuikan pada kriteria atau

karakteristik suatu provinsi. Sehingga jumlah unit kerja di setiap

provinsi tidak harus dibentuk 5 (lima) unit kerja (maksimal), tetapi

sesuai kebutuhan tiap provinsi.

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

25

III. Bidang Otonomi Daerah dan Pemerintahan Desa

1. Memo-memo rekomendasi yang ditangani oleh Bidang Politik dan

Pemerintahan Umum yang merupakan isu krusial, antara lain:

a. Permohonan Walikota Kota Surakarta untuk berkunjung ke Istana

Negara, Jakarta dan beraudiensi dengan Presiden.

Walikota Kota Surakarta mengajukan permohonan untuk berkunjung ke

Istana Negara, Jakarta dan beraudiensi dengan Presiden. Peserta

kunjungan tersebut berjumlah 89 (delapan puluh sembilan) orang,

meliputi:

1) Walikota Surakarta;

2) Sekretaris Daerah Kota Surakarta;

3) Kepala SKPD Pemerintah Kota Surakarta;

4) Camat se Kota Surakarta:

5) Lurah se Kota Surakarta;

6) Staf Administrasi dan Protokoler.

b. Laporan Hasil Pengawasan Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota

Tahun 2015

Dalam laporannya, Bawaslu menyampaikan laporan hasil pengawasan

penyelenggaraan Pilkada 2015, antara lain:

1) Pemilihan Gubernur, Bupati, dan Walikota Tahun 2015 (Pilkada 2015)

merupakan pilkada pertama yang dilakukan secara serentak di 9

Provinsi dan 260 Kabupaten/Kota. Untuk memetakan dan memberi

skor kerawanan daerah menjelang pelaksanaan Pilkada 2015,

Bawaslu menyusun Indeks Kerawanan Pilkada 2015 (IKP 2015)

dengan 5 (lima) indikator, yaitu profesionalitas penyelenggara, politik

uang, akses pengawasan, partisipasi masyarakat, dan keamanan

daerah.

2) Berdasarkan hasil pengawasan Bawaslu, terdapat 3 (tiga)

permasalahan dalam pelaksanaan Pilkada 2015, yaitu pada

penyelenggaraan tahapan pilkada, kinerja KPU, dan kedisiplinan

parpol pengusung dan/atau paslon.

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

26

c. Laporan Hasil Rapat Pengalihan Urusan Pemerintahan Konkuren Dari

Pemerintah Daerah Ke Pemerintah Pusat

Hasil rapat antara lain:

1) Berdasarkan Lampiran UU No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah, terdapat beberapa perubahan dalam pembagian urusan

konkuren antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan

Pemerintah Kabupaten/Kota, sehingga beberapa urusan beralih dari

Pemerintah Kabupaten/Kota ke Pemerintah Provinsi atau Pemerintah

Pusat, dan dari Pemerintah Provinsi ke Pemerintah Pusat atau

sebaliknya.

2) Peralihan urusan konkuren tersebut diikuti dengan peralihan personel,

pendanaan, sarana dan prasarana, serta dokumen, dengan

beralihnya status pegawai Daerah menjadi pegawai Pusat

menimbulkan konsekuensi pembayaran gaji pegawai tersebut yang

semula ditanggung Pemerintah Daerah menjadi ditanggung

Pemerintah Pusat (K/L terkait).

3) Permasalahan muncul ketika tidak semua K/L yang terkena

pengalihan menganggarkan gaji pegawai yang berasal dari

pengalihan urusan dimaksud. Terjadi ketidaksiapan anggaran untuk

membayar gaji +22.929 pegawai yang beralih dari Daerah ke Pusat,

karena tidak dianggarkan baik di APBN TA 2017 maupun APBD TA

2017.

4) Mengingat perlunya penanganan permasalahan tersebut secara

cepat, Sekretaris Kabinet kiranya perlu mengusulkan kepada Presiden

untuk menyelenggarakan Rapat Terbatas dengan mengundang K/L

terkait guna pembahasan lebih lanjut.

2. Peraturan Perundang-undangan yang ditangani oleh Bidang Politik

dan Pemerintahan Umum:

a. RUU Penyelenggaraan Pemilihan Umum

1) Putusan MK No.14/PUU-XI/2013 menyatakan bahwa Pemilu

Anggota DPR, DPD, dan DPRD serta Pemilu Presiden dan Wakil

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

27

Presiden tahun 2019 harus dilaksanakan secara

bersamaan.Dalam rangka menindaklanjuti Putusan MK tersebut,

Pemerintah saat ini sedang menyiapkan RUU tentang

Penyelenggaraan Pemilihan Umum.

2) Dari 13 (tiga belas) isu yang disampaikan oleh Mendagri,

terdapat 6 (enam) isu krusial yang sangat menonjol, yaitu:

a) Sistem Pemilu Anggota DPR dan DPRD;

b) Persyaratan Partai Politik Peserta Pemilu;

c) Ambang Batas Parlemen (Parliamentary Threshold);

d) Metode Konversi Suara ke Kursi;

e) Pencalonan Presiden dan Wakil Presiden; dan

f) Penguatan Kelembagaan, Kewenangan, dan Tata Kelola

Penyelenggara Pemilu (KPU, Bawaslu dan DKPP).

Keenam isu krusial ini harus mendapat perhatian khusus dan

diputuskan dengan petimbangan dari Presiden. Sedangkan

penyelesaian atas 7 (tujuh) isu krusial sisanya dapat diselesaikan

pada pembahasan tingkat kemenko.

b. RPP Pengelolaan Keuangan Daerah

Regulasi yang mengatur pengelolaan keuangan daerah saat ini

adalah PP Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan

Daerah. PP ini pelaksanaan Pasal 182 dan Pasal 194 UU Nomor 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Pasal 69 dan Pasal 86

UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.

RPP Pengelolaan Keuangan Daerah yang sedang berproses dengan

pemrakarsa Kementerian Dalam Negeri merupakan pelaksanaan

amanat dari Pasal 330 UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah, “ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan,

pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pengawasan dan

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

28

pertanggungjawaban keuangan Daerah diatur dengan peraturan

pemerintah”.

Terhadap penyusunan RPP ini terdapat perbedaan pandangan antara

Kemkeu dan Kemdagri yang disebabkan oleh perbedaan dasar hukum

yang digunakan. Mengingat PP 58 Tahun 2005 merupakan

pelaksanaan UU Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan

Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah,

Kemkeu berpendapat PP 58/2005 tersebut masih relevan dengan UU

33/2004 dan UU 23 /2014. Selain itu RUU tentang Hubungan

Keuangan Pusat dan Daerah (RUU HKPD) sebagai pengganti UU

33/2004 dalam proses pembahasan dan pengajuan kembali di DPR.

Sehingga seyogyanya penyusunan RPP tersebut dilakukan setelah

RUU HKPD ditetapkan. dan untuk merevisi PP tersebut menunggu

revisi UU 33/2004

Sementara itu Kemdagri berpendapat penyusunan RPP ini merupakan

amanat UU 23/2014 dan harus ditetapkan paling lama 2 (dua) tahun

terhitung sejak UU tersebut diundangkan. Saat ini RPP tersebut dalam

tahap harmonisasi di Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia.

c. RPP Pelaksanaan Urusan Pemerintahan Konkuren

Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Urusan

Pemerintahan Konkuren (RPP PUPK) telah masuk Program

Penyusunan Peraturan Pemerintah Tahun 2016 melalui Keputusan

Presiden Nomor 10 Tahun 2016.

Hal ini merupakan pelaksanaan amanat Undang-undang Nomor 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah amanat Pasal 21 Undang-

undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah,

“ketentuan lebih lanjut mengenai pelaksanaan urusan pemerintahan

konkuren diatur dalam peraturan pemerintah.terutama terkait dengan

urusan pemerintahan konkuren”. Selain itu, mengingat kebutuhan

daerah yang sangat mendesak akan regulasi untuk digunakan

sebagai payung hukum dalam penyelenggaraan otonomi di daerah.

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

29

RPP ini pada intinya mengatur hal-hal yang terkait dengan: 1)

pembagian urusan yang belum diatur; 2) penyusunan pedoman

Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK); 3) pembentukan

kebijakan daerah; dan 4) hubungan Pusat dan Daerah dalam

mencapai target urusan.

Mengingat beberapa substansi yang terdapat dalam RPP ini beririsan

dengan beberapa RPP lain yang sedang berproses (misal: RPP

Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan), di Kementerian Dalam

Negeri, telah disampaikan masukan bahwa jika memungkinkan untuk

dilakukan simplifikasi terhadap kedua RPP yang mengatur substansi

yang sama.

Saat ini RPP PUPK sedang berproses di Kementerian Dalam Negeri

untuk finalisasi lampiran-lampiran RPP tersebut.

d. RPP tentang Kecamatan dan Kelurahan

Terhadap RPP tentang Kecamatan dan Kelurahan, Kedeputian

Polhukam menyampaikan masukan sebagai berikut:

1) persyaratan jumlah penduduk dalam pembentukan kecamatan di

Pulau Jawa dan Pulau Bali, perlu disesuaikan dengan yang diatur

dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

2) perlu penjelasan kementerian/lembaga apa saja yang dapat

mengajukan prakarsa pembentukan kecamatan di kawasan yang

bersifat khusus dan strategis bagi kepentingan nasional

3) perlu dipertimbangkan kembali penghapusan syarat camat harus

memiliki pengalaman bertugas di Desa/Kelurahan/Kecamatan paling

singkat 2 tahun sebagaimana diatur dalam Pasal 25 PP Nomor 19

Tahun 2008 tentang Kecamatan, mengingat berdasarkan UU Nomor

23 Tahun 2014, camat tidak lagi sekedar satuan perangkat kerja

daerah namun merupakan perangkat daerah yang juga berperan

sebagai kepala wilayah.

4) perlu meminta pandangan dari kementerian/lembaga terkait (Ditjen

Imigrasi, Ditjen Bea dan Cukai, Kementerian Pertanian, dan

Kementerian Kelautan dan Perikanan) terkait kewenangan

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

30

Kecamatan di wilayah perbatasan pada bidang keimigrasian,

kepabeanan, dan kekarantinaan.

5) persyaratan jumlah penduduk minimal untuk pembentukan kelurahan

di Pulau Jawa dan Bali (paling sedikit 8000 jiwa atau 1600 KK)

sedangkan di luar Pulau Jawa dan Bali (paling sedikit 5000 jiwa atau

1000 KK). Berdasarkan syarat tersebut, sulit untuk wilayah Indonesia

bagian timur memenuhi persyaratan tersebut.

e. RPP tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

(LPPD), Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Kepala Daerah

(LKPKD), Ringkasan Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah (LPPD), dan Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

(EPPD)

RPP tentang LPPD, LKPKD, RLPPD, dan EPPD merupakan amanat UU

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah Pasal 74,

“ketentuan lebih lanjut mengenai laporan penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah, laporan keterangan pertanggungjawaban dan ringkasan laporan

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, serta tata cara evaluasi

penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sebagaimana dimaksud dalam

Pasal 69 ayat (1) dan Pasal 70 ayat (5) diatur dengan peraturan

pemerintah”.

Dalam rapat penyusunan RPP ini, telah disampaikan beberapa masukan

sebagai berikut:

1) Perlu penyederhanaan format pelaporan kinerja, sehingga

pemerintah daerah cukup membuat satu laporan namun

muatannya telah mencakup LKPJ dan LAKIP.

2) Beberapa materi RPP beririsan dengan muatan RPP lain yang

sedang disusun juga oleh Kementerian Dalam Negeri, antara lain:

a) Pelaporan inovasi yang telah dilakukan oleh daerah yang

diatur juga pada RPP tentang Inovasi Daerah.

b) Pemberian penghargaan berupa tanda kehormatan untuk

mendorong kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah yang

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

31

diatur juga pada RPP tentang Pedoman Pembinaan dan

Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

f. RPP Kewenangan Daerah Provinsi di Laut dan Daerah Provinsi yang

Berciri Kepulauan

RPP tersebut merupakan amanat Pasal 30 UU No. 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah.

Hal-hal yang diatur dalam RPP ini antara lain:

1) Kewenangan daerah provinsi di laut;

2) Kewenangan daerah provinsi berciri kepulauan;

3) Kriteria daerah provinsi berciri kepulauan;

4) Strategi percepatan pembangunan daerah provinsi yang berciri

kepulauan;

5) Pendanaan.

Terhadap RPP ini disampaikan beberapa hal krusial, yaitu:

a) Dari sisi prosedural RPP agak sulit untuk dapat diundangkan pada

akhir tahun 2016 karena masih banyak tahapan yang harus

diselesaikan. Selain itu, mengingat hal-hal yang diatur dalam RPP

ini cukup detail dan mendalam, kiranya perlu dicermati agar tidak

tumpang tindih dengan peraturan perundang-undangan lain.

b) UU Pemda mengamanatkan daerah provinsi yang berciri

kepulauan untuk menyusun strategi percepatan pembangunan

daerah. Perlu pengkajian lebih mendalam apakah strategi

dimaksud merupakan suatu dokumen terpisah atau merupakan

bagian integral dari RPJPD dan RKPD. Terlebih lagi RPP ini

mengamanatkan penyusunan strategi dimaksud dalam bentuk

masterplan setiap 5 (lima) tahun sekali.

c) Kementerian Keuangan tidak menyetujui ketentuan pada RPP ini

yang mengatur dana percepatan pembangunan setara 1% dari

total DAU nasional untuk seluruh daerah provinsi yang berciri

kepulauan, dengan pertimbangan antara lain: kondisi keuangan

negara saat ini dalam keadaan yang kurang menggembirakan;

dana percepatan pembangunan tidak dikenal dalam mekanisme

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

32

dana transfer ke daerah; dikhawatirkan akan menimbukan efek

domino kepada daerah yang mempunyai ciri khas untuk menuntut

dana yang sama, misalnya daerah perbatasan, daerah terluar,

dan daerah khusus.

Saat ini draft sedang diproses Kemdagri untuk merekonstruksi

struktur RPP yang mengakomodasi masukan dari K/L terkait.

g. RInpres tentang Langkah-Langkah Pengamanan dan Pengendalian

Belanja Pusat dan Daerah Dalam Rangka Penataan Urusan

Pemerintahan Konkuren

1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah, mengatur adanya pembagian urusan konkuren antara

Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, dan Pemerintah

Kabupaten/Kota.

2) Berdasarkan ketentuan Pasal 404 UU Nomor 23 Tahun 2014,

terdapat pemahaman bahwa dengan adanya pengalihan urusan

pemerintahan konkuren, berarti personel, pendanaan, sarana dan

prasarana, serta dokumen juga ikut beralih, dan dengan beralihnya

status pegawai daerah menjadi pegawai Pusat menimbulkan

konsekuensi pembayaran gaji pegawai yang semula ditanggung oleh

Pemerintah Daerah menjadi ditanggung oleh Pemerintah Pusat

(kementerian/lembaga) terkait.

3) Memperhatikan Pasal 404 UU Nomor 23 Tahun 2014, Mendagri

menetapkan Permendagri Nomor 31 Tahun 2016 tentang

Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah

Tahun Anggaran 2017, yang menjadi dasar Pemerintah Provinsi,

Pemerintah Kabupaten, dan Pemerintah Kota tidak

menganggarkan kembali gaji pegawai Daerah yang beralih status

menjadi pegawai Pusat tersebut dalam APBD TA 2017.

4) Permasalahan muncul ketika tidak semua kementerian/lembaga

yang menerima pengalihan urusan pemerintahan konkuren

tersebut menganggarkan gaji pegawai yang berasal dari

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

33

pengalihan urusan dimaksud. Hal ini diperkuat dengan pandangan

Kementerian Keuangan yang merujuk pada Arahan Presiden

dalam Ratas tanggal 30 Mei 2016 yang intinya tidak ada peralihan

pegawai dari daerah ke pusat.

Terhadap permasalahan tersebut Presiden telah memberikan

arahan dalam Rapat Terbatas, tanggal 29 Desember 2016, Pukul

16.46 WIB yang intinya

a) Masalah pembagian urusan pemerintahan telah diatur dalam

UU. Oleh karena itu, urusan yang dapat diberikan kepada

daerah agar dapat diberikan ke daerah. Namun, apabila

dalam UU masih terdapat poin yang belum sesuai untuk

mengatur masalah tersebut, maka segera lakukan revisi UU

dan pemerintah agar memilah dengan benar.

b) Masalah gaji pegawai terkait pengalihan urusan dari daerah

ke pusat agar diatur, karena prinsipnya pemerintah

menginginkan semua masalah dibuat simpel dan jangan

dibuat rumit.

c) Lakukan segera revisi peraturan UU, namun apabila peraturan

yang diperlukan adalah PP, maka PP tersebut agar segera

diselesaikan.

d) Pemerintah agar memberikan otonomi kepada daerah sesuai

dengan semangat otonomi daerah selama ini.

Dalam melaksanakan tusi penyiapan pendapat dan pandangan dalam

rangka penyelenggaraan pemerintah, Asisten Deputi Bidang Politik Dalam

Negeri masuk sebagai Tim Nasional Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah (EKPPD) yang diketuai oleh Menteri Dalam Negeri

dalam rangka melaksanakan evaluasi Laporan Kinerja Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah (LPPD) setiap tahunnya. Hasil dari EKKPD terhadap

LPPD akan diumumkan secara nasional pada hari Otonomi Daerah (OTDA)

pada tanggal 22 April. Adapun fungsi dilaksanakannya EKKPD terhadap LPPD

dimaksudkan untuk melihat, mendata dan melaporkan kinerja masing-masing

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

34

daerah serta inovasi yang dimiliki daerah.

Selain menjadi anggota Tim EKPPD, Asisten Deputi Bidang Politik Dalam

Negeri juga masuk sebagai Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah (DPOD)

yang diketuai oleh Kementerian Dalam Negeri.

DPOD dibentuk dalam rangka mengoptimalkan penyelenggaraan Pemerintahan

Daerah berdasarkan amanat Pasal 396 UU 23 Tahun 2014 tentang

Pemerintahan Daerah. DPOD bertugas memberikan pertimbangan kepada

Presiden mengenai rancangan kebijakan mengenai: a) penataan Daerah; b)

dana dalam rangka penyelenggaraan otonomi khusus; c) dana perimbangan

keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah; dan d) penyelesaian

permasalahan dalam penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan/atau

perselisihan antara Daerah dengan kementerian/lembaga pemerintah

nonkementerian.

Sekretaris Kabinet sebagai anggota DPOD sebagaimana tercantum dalam

Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 2016 tentang Susunan Keanggotaan

Dewan Pertimbangan Otonomi Daerah banyak terlibat dalam rapat-rapat

perumusan materi tim pokja DPOD terkait beberapa isu-isu strategis,

diantaranya: 1) kebijakan perimbangan keuangan tentang Dana Alokasi Umum

(DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Dana Bagi Hasil (DBH) dan RPP

Penataan Daerah dan Desain Besar Penataan Daerah.

(Foto-foto dan hasil kegiatan sebagaimana terlampir dalam lampiran II).

Rencana Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri yang dinilai

berhasil dalam realisasinya pada tahun 2016 terutama adalah kegiatan

monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan arahan Presiden, yaitu:

1. Permohonan Izin Pembangunan Sarana dan Prasarana

Kementerian/Lembaga

Kegiatan peninjauan lapangan tersebut dilakukan dalam suatu tim secara

bersama dengan Asisten Deputi lain di Kedeputian Polhukam. Kegiatan

tersebut adalah peninjauan lapangan beberapa sarana dan prasarana yaitu:

rencana pembangunan gedung Data Center Sistem Informasi Administrasi

Kependudukan (DC SIAK) Kementerian Dalam Negeri, Gedung Depo Arsip

Tsunami Aceh (Arsip Nasional), Gedung Sekretariat Asean (Kementerian

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

35

Luar Negeri), Gedung Badan Narkotika Nasional, Gedung Pengadilan

Negeri dan Pengadilan Agama, Gudang khusus penyimpanan peralatan

intelijen dan Gedung Kantor Binda (Badan Intelijen Negara).

Dalam melakukan peninjauan lapangan tersebut, kriteria yang dijadikan tolak

ukur adalah sebagai berikut:

a. Aspek Administrasi yang terdiri informasi atas kondisi lokasi yang

dipergunakan saat ini, kondisi lokasi rencana pembangunan, legalitas

lahan dan ketersediaan anggaran.

b. Aspek efektifitas dan efisiensi yang menggambarkan pelaksanaan tugas

dan fungsi dikaitkan dengan lokasi yang dipergunakan saat ini apakah

terdapat faktor-faktor yang teridentifikasi menyebabkan terjadinya

inefektifitas dan inefisiensi pelaksanaan tugas dan fungsi tersebut.

c. Kegiatan ini menghimpun berbagai informasi tentang pelaksanaan

arahan Presiden yang diramu menjadi kajian yang disampaikan kepada

Sekretaris Kabinet dan Presiden.

d. Pemantauan dilakukan ke 15 (lima belas) daerah yaitu:

PROVINSI NO WILAYAH

Provinsi DKI Jakarta 1 Jakarta Selatan

2. Jakarta Utara

Provinsi Banten 3. Kota Serang

4. Kota Serpong, Tangerang Selatan

Provinsi Kalimantan Barat 5. Kota Pontianak

Provinsi Jawa Timur 6. Kabupaten Sidoarjo

Provinsi Jawa Barat 7. Kota Depok

8. Desa, Dayeuh, Kec. Cileungsi

Provinsi Sulawesi Barat 9. Kabupaten Mamuju

Provinsi Bengkulu 10. Kota Bengkulu

Provinsi Kalimantan Utara 11. Kota Tanjung Selor

Provinsi Sumatera Barat 12. Kota Sawahlunto

Provinsi Kalimantan Selatan 13. Kota Banjarmasin

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

36

PROVINSI NO WILAYAH

Provinsi Sumatera Utara 14. Kabupaten Tapanuli Selatan

15. Kabupaten Serdang Bedagai

2. Penyelenggaraan pelayanan kependudukan oleh dinas kependudukan

dan pencatatan sipil pemerintah kabupaten dan kota dalam rangka

tindak lanjut arahan Presiden pada rapat terbatas tanggal 28 April 2016

tentang peningkatan kualitas pelayanan publik (pelayanan kartu tanda

penduduk berbasis nomor induk kependudukan secara elektronik (ktp-

el/kia).

Kegiatan ini menghimpun berbagai informasi tentang pelaksanaan arahan

Presiden yang diramu menjadi kajian yang disampaikan kepada Sekretaris

Kabinet dan Presiden.

Pemantauan dilakukan ke 16 (enam belas) daerah yaitu:

PROVINSI NO WILAYAH WAKTU

Provinsi Sulawesi

Tengah

1 Kota Palu 30 Mei 2016

2. Kabupaten Donggala 31 Mei 2016

Provinsi Jawa Timur 3. Kota Malang 1 Juni 2016

4. Kabupaten Pasuruan 2 Juni 2016

Provinsi D.I. Yogyakarta 5. Kota Yogyakarta 8 Juni 2016

6. Kabupaten Bantul 9 Juni 2016

Provinsi Sulawesi

Selatan

7. Kota Makassar 16 Juni 2016

8. Kabupaten Maros 17 Juni 2016

Provinsi Jawa Tengah 9. Kota Semarang 31 Juli 2016

10. Kabupaten Kudus 2 Agustus 2016

Provinsi Lampung 11. Kota Bandar Lampung 18 Agustus

2016

12. Kabupaten Lampung

Tengah

19 Agustus

2016

Provinsi Nusa Tenggara

Timur

13. Kota Kupang 24 Agustus

2016

14. Kabupaten Manggarai

Barat

25 Agustus

2016

Provinsi Bangka Belitung 15. Kabupaten Belitung 1 September

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

37

PROVINSI NO WILAYAH WAKTU

2016

16. Kabupaten Belitung

Timur

2 September

2016

Dari hasil pemantauan yang telah dilakukan dalam kurun waktu Mei s.d.

September di 16 (enam belas) daerah tersebut, seluruh pemerintah

kabupaten/kota telah menyelenggarakan layanan KTP-el mulai tahun 2011,

2012 dan 2013 dengan tetap menggunakan kelengkapan dan infrastruktur

program e-KTP yang diluncurkan 2006 (kelanjutan program e-KTP).

Dalam kurun waktu tersebut, persentase penyelesaian perekaman KTP-el di

kabupaten/kota wilayah Jawa adalah 90,015%, pencetakan KTP-el adalah

74,98%, dan distribusi adalah 99,21% (distribusi meliputi penyampaian masal

dinas ke tiap kelurahan maupun pengambilan sendiri wajib KTP-el ke dinas).

Sedangkan persentase perekaman KTP-el di kabupaten/kota di luar pulau Jawa

adalah 84,53%, pencetakan adalah 46,05%, distribusi adalah 98,39%.

Untuk sarana dan prasarana, berdasarkan hasil pemantauan untuk wilayah

kota, pada dasarnya sarana dan prasaranya lebih baik daripada wilayah

kabupaten. Dengan demikian wilayah kota dapat memberikan pelayanan publik

yang lebih baik kepada masyarakat karena wilayahnya tidak terlalu luas, akses

mudah dijangkau dan ketersediaan sinyal/jaringan. Sedangkan untuk wilayah

kabupaten, pelayanan publik masih tidak bisa memenuhi standar yang

diharapkan Presiden karena wilayahnya luas, sebaran penduduknya tidak

merata, kondisi geografis yang sulit dijangkau dengan akses infrastruktur

maupun transportasi yang terbatas dan kurang baiknya sinyal/jaringan sebagai

basis pelayanan berbasis elektronik.

Perbaikan pelayanan publik harus dimulai bersama dengan perbaikan

infrastruktur yang menjadi akses masyarakat menuju tempat pelayanan dan

juga perlu disediakan jaringan komunikasi yang memadahi dengan

pembangunan stasiun-stasiun pemancar. Selain itu, perbaikan sumber daya

manusia yang handal sebagai petugas pelayanan publik.

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

38

Berdasarkan hasil pemantauan tersebut maka diberikan rekomendasi:

Peningkatan Pelayanan KTP-el:

a. Perlu dilakukan pendataan daerah yang perlu penambahan perangkat alat

cetak dan rekam secara memadahi termasuk memprioritaskan daerah

terpencil.

b. Perlu segera memberi penggantian atau melakukan perbaikan perangkat

rekam/cetak di daerah yang rusak agar pelayanan penerbitan KTP-el dapat

lebih optimal.

c. Perlu menyediakan service centre untuk perangkat elektronik KTP-el secara

regional guna memudahkan layanan perawatan maupun perbaikan.

d. Sekiranya service centre sudah ada di setiap Provinsi, perlu dipersiapkan

sumber daya manusia yang cukup untuk mengatasi permasalahan perangkat

perekaman KTP-el di seluruh kecamatan yang terdapat di Provinsi tersebut.

e. Apabila dimungkinan perlu dibuat service centre di setiap kabupaten/kota,

sehingga mempercepat perbaikan peralatan yang rusak, dan mengurangi

beban biaya pengiriman.

f. Perlu dibuka ruang bagi APBD untuk berpartisipasi dalam pembiayaan

program KTP-el secara sistematis demi efektifitas dan efisiensi, guna

mempercepat penyelesaian berbagai keterbatasan di daerah seperti

pengadaan tambahan peralatan berikut perbaikannya serta biaya

penyampaian KTP-el kepada pemilik yang tinggal di daerah terpencil.

g. Perlu segera merealisasikan pembangunan gedung DC-SIAK serta

memperbarui jaringan IT guna menyelesaikan masalah instabilitas jaringan

sebagai inti masalah kecepatan layanan, sekaligus meningkatkan

kapasitasnya agar menjangkau seluruh kelurahan guna

mendekatkan/mempercepat waktu layanan kepada publik dan memutus

keberadaan calo.

h. Perlu menjamin stabilitas ketersediaan dan pasokan blanko KTP-el kepada

daerah.

i. Pemerintah Daerah perlu terus berinovasi memperbaiki kualitas sarana kerja

layanan KTP-el secara memadahi, termasuk melakukan pendekatan layanan

kepada masyarakat hingga ke tingkat kelurahan dan kalau perlu dari rumah

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

39

ke rumah, sehingga masyarakat di daerah terpencil dan yang mengalami

kesulitan baik transportasi, kesehatan, maupun kurang pendidikan, tetap

dapat terlayani.

j. Sistem layanan berbasis elektronik online perlu diterapkan pada seluruh

layanan dukcapil di kabupaten/kota guna mempercepat proses layanan dan

mencegah penyalahgunaan oleh calo/oknum.

Peningkatan Pelayanan KIA:

a. Mengingat kerawanan sosial yang terjadi pada anak-anak, program KIA perlu

dilaksanakan oleh seluruh Pemerintah Daerah di Indonesia.

b. Perlu mensosialisasikan pentingnya program KIA kepada Pemerintah

Daerah, karena belum semua Pemerintah Daerah mencanangkan program

KIA, diutamakan daerah dengan persentasi kejahatan pada anak-anak yang

cukup tinggi.

c. Perlu adanya kejelasan tentang pembiayaan program KIA, sehingga tidak

menimbulkan kerancuan dalam penganggarannya.

d. Menteri Dalam Negeri perlu segera menerbitkan petunjuk pelaksanaan dan

petunjuk teknis pelaksanaan Permendagri Nomor 2 Tahun 2016 tentang

Kartu Identitas Anak sebagai pedoman bagi petugas di lapangan agar

tercipta standarisasi pelayanan sehingga dalam pelaksanaannya tidak

menemui kendala.

e. Perlu dilakukan perluasan terhadap manfaat KIA, terutama untuk akses

pendidikan bagi pemegang KIA usia sekolah sehingga dapat memicu

semangat belajar yang kompetitif.

f. Database kepemilikan KIA agar terkoneksi dengan Data Center

Kependudukan Kemdagri untuk melengkapi informasi administrasi

kependudukan.

g. Pemerintah dan Pemerintah daerah perlu meningkatkan sosialisasi terhadap

orang tua akan arti penting bagi anak untuk memiliki KIA agar hak

konstitusional anak terlindungi.

h. Perlu ditingkatkan peran serta pihak swasta dalam menyukseskan program

KIA.

(Foto-foto dan hasil kegiatan sebagaimana terlampir dalam lampiran III).

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

40

Selain melaksanakan arahan Presiden, Asisten Deputi Bidang Politik

Dalam Negeri juga menghadiri dan mengikuti beberapa kunjungan kerja

dengan Komisi II DPR RI, kegiatan Forum Group Discusion (FGD), rapat

koordinasi, workshops dan seminar diantaranya:

1. Rapat Evaluasi Implementasi Kebijakan Politik Dalam Negeri di Daerah “Uji

Publik Rancangan Undang-undang tentang Penyelenggaraan Pemilu” di

Malang, Jawa Timur, tanggal 12 Agustus 2016.

2. Roundtable Discussion Langkah-langkah Engagement RI ke Pasifik Selatan

di Bogor, Tanggal 13-15 Maret 2016.

3. Kunjungan Kerja Komisi II DPR RI Reses Masa Persidangan IV Tahun

Sidang 2015-2016 ke Provinsi Nusa Tenggara Timur.

4. Kunjungan Kerja Komisi II DPR RI Reses Masa Persidangan V Tahun

Sidang 2016 Ke Banjarmasin, Kalimantan Selatan.

5. Kunjungan Kerja Komisi II DPR RI Reses Masa Persidangan V Tahun

Sidang 2016 Ke Tanjung Selor, Kalimantan Utara.

6. Uji Publik Rancangan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Pemilihan

Umum (RUU Penyelenggaraan Pemilu) di Bali, tanggal 11-13 Agustus 2016.

7. Uji Publik Rancangan Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Pemilihan

Umum (RUU Penyelenggaraan Pemilu) di Makasar, Sulawesi Selatan,

tanggal 28-30 Januari 2016.

(Foto-foto dan hasil kegiatan sebagaimana terlampir dalam lampiran II).

Rencana Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri tahun 2016 yang

juga dinilai berhasil dalam realisasinya pada 2016 selain melakukan

pemantauan arahan Presiden ke beberapa daerah di Indonesia adalah

kesempatan beberapa pegawai unit kerja Asisten Deputi Bidang Politik Dalam

Negeri untuk menghadiri kegiatan-kegiatan kepemerintahan di luar negeri,

yaitu:

1. Kunjungan Tim Gabungan Komunikasi dan Diplomasi Isu Melanesia ke

Vanwatu tanggal 12-17 Maret 2016.

2. Kunjungan Tim Gabungan Komunikasi dan Diplomasi Isu Melanesia ke Cape

Town, Afrika Selatan tanggal 29 Oktober-5 November 2016.

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

41

3. Sidang Maritime Safety Commite 97th Session, Internasional Maritime

Organization (IMO), London, Inggris, tanggal 21-25 November 2016.

4. Sidang Internasional Maritime Organization (IMO) Council ke 115, London,

Inggris, tanggal 5-9Desember 2016.

(Foto-foto dan hasil kegiatan sebagaimana dalam lampiran V).

Kinerja Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri dalam melakukan

kegiatan monitoring dan evaluasi tidak terlepas dari berbagai kendala. Adapun

kendala yang biasa dihadapi oleh Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri

adalah sebagai berikut:

1. Data yang telah diminta melalui korespondensi belum disiapkan oleh

instansi yang dikunjungi pada saat pemantauan ke daerah.

2. Disposisi dari pimpinan instansi terkait dalam hal penunjukan pejabat yang

menerima kunjungan sering kali belum turun pada saat melakukan

kunjungan.

3. Kejadian tidak terduga (seperti:kerusuhan, demo, ada kunjungan pejabat

tinggi dari pusat) yang menjadikan pejabat yang bersangkutan tidak bisa

ditemui.

4. Terbatasnya Sumber Daya Manusia (Staf/Pegawai) dalam pelaksanaan

pekerjaan.

5. Prasarana dan sarana (komputer, printer, fax, dll) kurang memadai.

6. Biaya perjalanan dinas belum diterima oleh pejabat dan/ atau pegawai pada

saat pelaksanaan tugas.

7. Penyerapan anggaran tidak maksimal karena:

- Pemotongan anggaran oleh Kementerian Keuangan untuk

penghematan;

- Kegiatan yang direncanakan seringkali di luar kendali unit kerja sehingga

harus segera dilakukan perubahan anggaran;

- Updating data pada Sistem Informasi Keuangan Sekretariat Kabinet

belum real time, baik karena keterbatasan prasarana dan sarana

maupun karena keterlambatan input data dari beberapa unit kerja.

8. Ketersediaan buku-buku referensi pendukung kerja masih kurang sehingga

selama ini staf/pejabat mengupayakan sendiri buku-buku referensi tersebut

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

42

secara pribadi. Koleksi buku di perpustakaan Sekretariat Kabinet masih

sangat terbatas sehingga belum bisa diandalkan sebagai tempat referensi

utama.

Pada umumnya, kendala-kendala tersebut belum sampai menimbulkan

gangguan signifikan terhadap kinerja Asisten Deputi Bidang Politik Dalam

Negeri, sebagaimana terlihat bahwa sejauh ini, Asisten Deputi Bidang Politik

Dalam Negeri masih bisa mengatasi kendala-kendala tersebut dan masih bisa

memenuhi Indikator Kinerja Utama (IKU).

Selain kemampuan mengatasi kendala, faktor-faktor lain yang berperan

dalam keberhasilan Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri memenuhi IKU

antara lain adalah kemampuan SDM untuk melakukan koordinasi dan

konsolidasi; kompetensi dan latar belakang pendidikan para pegawai yang

mendukung; dan koordinasi yang baik dengan instansi-instansi terkait.

B. Realisasi Anggaran Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri Tahun

2016

Pada tahun anggaran 2016, Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri

mendapatkan alokasi anggaran setelah revisi sebanyak Rp. 850.000.000,-

(delapan ratus lima puluh juta rupiah). Besaran anggaran tersebut kemudian

dipotong/blokir sebesar Rp. 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah) sehingga

menjadi Rp. 650.000.000,- (enam ratus lima puluh juta rupiah). Dari anggaran

sebesar Rp. 650.000.000,- (enam ratus lima puluh juta rupiah) tersebut telah

terealisasi sebesar Rp 649.999.110,- (enam ratus empat puluh sembilan juta

sembilan puluh sembilan sembilan ribu seratus sepuluh rupiah) atau sebesar

76,47% dan menghasilkan outcome sebanyak 305 dokumen.

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

43

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan Umum atas Capaian Kinerja Asisten Deputi Bidang Politik

Dalam Negeri

Dari data-data di atas, kesimpulan umum tentang pencapaian unit kerja

Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri sepanjang 2016 adalah sebagai

berikut.

a. Dari Segi Anggaran

Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri mendapatkan anggaran

sebesar Rp. 850.000.000 (delapan ratus lima puluh juta rupiah), namun

pada tanggal 12 Mei 2016, dalam rangka pengendalian dan pengamanan

pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun

2016, Presiden Joko Widodo telah menandatangani Instruksi Presiden

(Inpres) Nomor 4 Tahun 2016 tentang Langkah-langkah Penghematan dan

Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga (K/L) Dalam Rangka

Pelaksanaan Anggaran dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2016

sehingga anggaran Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri dipotong

sebesar Rp. 200.000.000 (dua ratus juta rupiah) dan hanya dapat

memanfatkan anggaran sebesar Rp. 649.999.110 (enam ratus empat puluh

sembilan juta sembilan ratus sembilan puluh sembilan ribu seratus sepuluh

rupiah) atau 76,47% dari seluruh pagu anggaran 2016.

b. Dari Segi Output

Seluruh dokumen yang dihasilkan oleh Asisten Deputi Bidang Politik Dalam

Negeri sepanjang 2016 berjumlah 305 dokumen rekomendasi, atau 218%

dari seluruh target output yang berjumlah 140 dokumen rekomendasi.

Dari segi anggaran, capaian unit kerja ini sudah menunjukkan angka

ideal karena persentasenya mencapai 76,47% yang semestinya dapat lebih

besar apabila tidak ada blokir anggaran untuk penghematan sedangkan dari

segi output, capaiannya justru melebihi target (218%). Keseimbangan antara

segi anggaran dan segi output ini sudah sangat baik namun masih perlu

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

44

mendapat perhatian untuk peningkatan kinerja di masa datang. Peningkatan

kinerja diperlukan agar Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri dapat lebih

meningkatkan kontribusinya dalam rangka memberikan dukungan staf dan

administrasi serta pemikiran dalam rangka pengambilan dan pengendalian

kebijakan pemerintah.

B. Langkah-langkah Perbaikan untuk Peningkatan Kinerja

Sepanjang tahun 2016, Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri telah

dapat mempertahankan kinerjanya, sebagaimana terlihat dari keberhasilan

Asisten Deputi ini memenuhi Indikator Kinerja Utama (IKU) dan mencapai

persentase pemanfaatan anggaran yang memuaskan. Untuk terus

mempertahankan keberhasilan ini, dan juga sebagai upaya untuk mengatasi

berbagai kendala yang timbul, Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri

senantiasa melakukan langkah-langkah peningkatan kinerja, seperti:

1. meningkatkan kompetensi Sumber Daya Manusia Asisten Deputi Bidang Politik

Dalam Negeri dengan mengikutsertakan mereka dalam berbagai kegiatan

pendidikan dan latihan, seminar, workshops, Forum Group Discussion (FGD),

dan forum-forum semacamnya.

2. mengadakan pertemuan rutin yang dipimpin oleh Asisten Deputi Bidang Politik

Dalam Negeri untuk koordinasi dan konsolidasi pelaksanaan tugas dan fungsi.

3. memaksimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang tersedia.

4. membuat sistem monitoring surat masuk dan keluar untuk memantau posisi,

penanganan, dan kemajuan pemrosesan surat-surat tersebut, sehingga

masalah-masalah yang timbul dapat langsung diketahui.

5. memutakhirkan (meng-update) secara berkala informasi yang terkait dengan

capaian output dan pemanfaatan anggaran oleh Asisten Deputi Bidang

Politik Dalam Negeri.

6. menciptakan inovasi-inovasi baru untuk meningkatkan kinerja Asisten Deputi

Bidang Politik Dalam Negeri, seperti: menciptakan database isu-isu aktual di

bidang-bidang dalam lingkup kerja Asisten Deputi Bidang Politik Dalam

Negeri.

7. menjalin koordinasi dengan instansi-instansi terkait.

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

45

Lampiran I

Pejabat dan Pegawai pada Asisten Deputi Bidang Politik Dalam Negeri

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

46

Lampiran II

1. Foto-foto Kunjungan Tim Nasional Evaluasi Kinerja Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah (EKPPD) yang diketuai oleh Menteri Dalam Negeri

dalam rangka melaksanakan evaluasi Laporan Kinerja Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah (LPPD)

Bersama Tim EKKPD dan Bupati Kulon Progo dan jajarannya di Kulon Progo DI Yogyakarta persiapan peringatan Hari Otonomi Daerah XX.

Pelaksanaan Peringatan Hari Otonomi Daerah ke XX di Kulon Progo DI Yogyakarta

2. Foto-foto Kunjungan Kerja Komisi II DPR RI

Kegiatan kunjungan kerja antara Komisi II DPR RI, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet, Badan Nasional Pengelola Perbatasan,Ombudsmen RI dengan pihak Pemerintahan Daerah Provinsi NTT beserta Kanwil BPN Provinsi NTT.

Kegiatan kunjungan kerja antara Komisi II DPR RI, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Sekretariat Negara, Sekretariat Kabinet, Badan Nasional Pengelola Perbatasan, Ombudsmen RI dengan pihak Pemerintahan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan beserta Kanwil BPN Provinsi Kalimantan Selatan.

3. Foto Sosialisasi Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Urusan Pemerintahan Umum

Sosialisasi Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Urusan Pemerintahan Umum yang dilaksanakan pada tanggal 26 Januari 2016 di Malang-Jawa Timur

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

47

Lampiran III

FOTO-FOTO PELAKSANAAN KEGIATAN PEMANTAUAN

PELAKSANAAN ARAHAN PRESIDEN

A. Pembangunan Sarana dan Prasarana Pembangunan Gedung Data

Center Sistem Informasi Administrasi Kependudukan di Kementerian

Dalam Negeri

Rapat koordinasi dengan jajaran Dirjen Adminduk,

Kementerian Dalam Negeri di Pasar Minggu Ruang Display Data Nasional di Pasar Minggu

CPU Data Center, Dirjen Adminduk, Kementerian

Dalam Negeri di Medan Merdeka Utara

CPU Data Center, Dirjen Adminduk, Kementerian

Dalam Negeri di Medan Merdeka Utara

Ruang Pegawai DC Siak Center , Dirjen Adminduk,

Kementerian Dalam Negeri

Ruang Mesin Data Center Dirjen Adminduk,

Kementerian Dalam Negeri di Medan Merdeka Utara

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

48

B. Pelayanan Publik Pembuatan KTP-EL

1. Kantor Pelayanan

Gambar 1. Kantor Pelayanan Terpadu Satu Atap Kota Bandar Lampung

Gambar 2. Disdukcapil Kota Palu Provinsi Sulawesi Tengah

Gambar 3. Kantor Kecamatan Palu Selatan, Kota Palu

Gambar 4. Kantor Disdukcapil Kab. Donggala Provinsi Sulawesi Tengah

Gambar 5. Kantor Disdukcapil Kab. Belitung Timur Gambar 6. Kantor Disdukcapil Kabupaten Kudus

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

49

2. Loket Layanan

Gambar 1. Loket Pelayanan Terpadu Kota Bandar Lampung

Gambar 2. Loket Pelayanan Disdukcapil Kota Malang

Gambar 3. Loket Pelayanan Disdukcapil Kota Kupang

Gambar 4. Loket Pelayanan Kabupaten Manggarai Barat

Gambar 5. Loket Pelayanan di Kota Semarang

Gambar 6. Loket Pelayanan Terpadu Disdukcapil

Kabupaten Kudus

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

50

3. Ruang Tunggu

Gambar 1. Ruang Tunggu Kota Bandar Lampung

Gambar 2. Ruang Tunggu Pelayanan di Kota Kupang

Gambar 3. Ruang Tunggu Pelayanan satu Atap Disdukcapil Kota Malang

Gambar 4. Ruang Tunggu Kabupaten Manggarai Barat

Gambar 5. Ruang tunggu pengambilan KTP-EL Kabupaten

Belitung Timur

Gambar 6. Ruang Tunggu/alat pengambilan nomor antrian di Kota Semarang

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

51

4. Help Desk

Gambar 1. Help Desk Kantor Disdukcapil Kab. Belitung Timur

Gambar 2. Front Help Desk Disdukcapil Kota Malang

5. Proses Pengolahan Data

Proses pengolahan data di kabupaten Belitung

Proses Input data untuk KIA

6. Proses Perekaman

proses perekaman di kabupaten Manggarai Barat

Proses perekaman di Kabupaten Kudus

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

52

7. Proses Pencetakan dan Aktifasi

Proses Percetakan KTP-el di Kota Yogyakarta Proses aktifasi di Kabupaten Belitung

8. KTP-el Siap Edar

KTP-el Siap Edar di Kota Bandar Lampung KTP-eL siap edar Dukcapil Kab. Belitung

9. KTP-EL

KTP EL KTP EL yang rusak

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

53

Lampiran IV

FOTO-FOTO KEGIATAN KE LUAR NEGERI

1. Foto-foto Kunjungan Tim Gabungan Komunikasi dan Diplomasi Isu

Melanesia ke Vanwatu tanggal 12-17 Maret 2016

Rapat Kerja dengan Kementerian Perdagangan

Foto bersama dengan pejabat kementerian Perdagangan Vanwatu

Foto bersama dengan staf dari MSG Melanesian Solution

Foto di MSG Melanesian Solution

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

54

2. Foto-foto Kunjungan Tim Gabungan Komunikasi dan Diplomasi Isu

Melanesia ke Cape Town Afrika Selatan tanggal 29 Oktober-5

November 2016

Pertemuan dengan Pendeta Bongani Qubodo salah satu tokoh agama yang sangat berpengaruh di Afrika

Selatan (sebelah kanan)

Penyampaian Artikel untuk dimuat pada surat kabar

Muslim View

Pertemuan dengan diaspora Indonesia di Afrika Selatan yang lebih dikenal sebagai

Cape Malay

Sesi wawancara dengan Televisi ANN7

Sesi wawancara di Radio Voice Of The Cape

Pertemuan dengan jajaran Pimpinan Partai ANC

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

55

2. FOTO-FOTO KEGIATAN PARTISIPASI DELEGASI RI PADA SIDANG IMO MARITIME SAFETY COMMITTEE KE 97 DI LONDON, INGGRIS TANGGAL 21-25 NOVEMBER 2016

Sidang MSC ke-97 dengan Ketua Mr. Brad Groves dari

Australia membahas111 dokumen yang tercakup dalam

22 mata agenda, serta hal – hal yang belum selesai

dibahas pada pembahasan sebelumnya. Pembahasan

dilakukan di Plenary

Pembahasan dalam Drafting Group on Amendments

to mandatory instruments (agenda item 3)

Setkab sebagai anggota delegasi dalam Working Group

on Goal-based Standards (agenda item 5)

Setkab sebagai anggota delegasi dalam Working Group

on Goal-based Standards (agenda item 5)

Delegasi RI dipimpin oleh Asisten Deputi Keamanan dan Ketahanan

Maritim, Kemenko Bidang Maritim dan Sumber Daya, Bassilio Dias

Araujo dan didampingi oleh unsur perwakilan dari Kemhub, Kemlu,

Setkab, Basarnas, BKI dan KBRI London

[LAPORAN KINERJA ASISTEN DEPUTI BIDANG POLITIK DALAM NEGERI] TAHUN 2016

56

3. INTERNATIONAL MARITIME ORGANIZATION (IMO) SESI KE- 117 DI

LONDON, INGGRIS TANGGAL 5-9 DESEMBER 2016

Penghargaan the International Maritime Prize 2015

diberikan kepada Mr. Dr. Frank Lawrence Wiswall

Jr. Atas kontribusi besar Beliau terhadap kemajuan

dan kerja keras IMO

Bersama Delegasi Indonesia dari Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman di Hall Markas Besar IMO

Jamuan dan pertunjukan seni di hari terakhir

penutupan Sidang dari delegasi Kepulauan

Bahama.

Jamuan yang disediakan delegasi Thailand, masih dalam rangka berduka atas wafatnya Raja Bhumibol Adulyadej