LAPORAN KINERJA 2016 Setjen 2016.pdf · REALISASI CAPAIAN DATA DUKUNG standar kompetensi jabatan...
Transcript of LAPORAN KINERJA 2016 Setjen 2016.pdf · REALISASI CAPAIAN DATA DUKUNG standar kompetensi jabatan...
1
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN LUAR NEGERI
REPUBLIK INDONESIA
LAPORAN KINERJA 2016
1
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
RINGKASAN EKSEKUTIF Jakarta, Mei 2017
Tahun 2016, Sekretariat Jenderal Kementerian Luar Negeri memiliki 2 (dua) sasaran dan 6 (enam) Indikator Kinerja Utama (IKU) sesuai dengan Manual IKU yang telah ditetapkan di Lingkungan Kementerian Luar Negeri. Keenam IKU Sekretariat Jenderal tersebut adalah:
1. Indeks Kepuasan Pegawai;
2. Nilai Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kemenlu dari
KemenPAN dan RB;
3. Opini BPK;
4. Persentase Pejabat yang Telah Memenuhi Standar Kompetensi Jabatan;
5. Persentase Penerapan Cetak biru Strategi Teknologi Informasi dan Komunikasi
Kementerian Luar Negeri;
6. Persentase Pemenuhan Kebutuhan Sarana dan Prasarana.
Dari hasil pengukuran, monitoring dan evaluasi yang dilakukan secara berkala,
selama tahun 2016, Setjen berhasil meraih pencapaian kinerja sebagai berikut:
SASARAN NO INDIKATOR KINERJA
UTAMA TARGET
2016
TARGET REVISI 2016
REALISASI 2016
CAPAIAN 2016
Meningkatnya dukungan manajemen dan teknis pelaksanaan diplomasi Indonesia
1 Indeks Kepuasan Pegawai
58% 58% 53,20% 91,72%
2 Nilai Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kemenlu dari KemenPAN dan RB
BB (73,00)
BB (73,00)
BB (74,21)
101,66%
3 Opini BPK WTP WTP WDP 75%
4 Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan
60% 60% 48,61%
81,01%
5 Persentase Penerapan Cetak Biru Teknologi Informasi dan Komunikasi Kementerian Luar Negeri
25% 18% 18,6% 103,36%
Capaian Kinerja Sasaran I Sekretariat Jenderal Tahun 2016 90.55%
2
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
SASARAN NO INDIKATOR KINERJA
UTAMA TARGET
2016
TARGET REVISI 2016
REALISASI 2016
CAPAIAN 2016
Meningkatnya dukungan manajemen dan teknis dalam sarana dan prasarana Kemenlu
6
Persentase sarana dan prasarana Kemenlu dan Perwakilan RI yang dipenuhi
95%
50% 76,47% 152,94%
Capaian Kinerja Sasaran 2 Sekretariat Jenderal Tahun 2016 152,94%
Capaian kinerja yang signifikan dari Sekretariat Jenderal pada tahun 2016 antara
laindari capaian kinerja IKU-6Persentase Sarana dan Prasarana Kemenlu dan Perwakilan RI yang dipenuhi. Selanjutnya, pada IKU-2yakni Nilai Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kemenlu dari KemenPAN dan RB pada Tahun 2016 mendapatkan predikat “BB” dengan nilai 74,21. Nilai ini menunjukkan kenaikan dibandingkan tahun 2015 yang mendapat Nilai Evaluasi AKIP 72,22.
Capaian kinerja untuk IKU “Persentase Pejabat yang Telah Memenuhi Standar
Kompetensi Jabatan” cukup tinggi yaitu 81,01%, mengingat hampir semua jabatan pimpinan tinggi yang kosong pada tahun 2016 telah terisi melalui mekanisme Seleksi Terbuka. Capaian IKU ini juga mengalami peningkatan 75,45% jika dibandingkan pada tahun 2015 dengan angka capaian 11,11%.Selain itu, pencapaian IKU “Persentase Penerapan Cetak biru Strategis Teknologi Informasi dan Komunikasi” pada tahun 2016 yaitu 103,36%, mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 10,34% dari capaian tahun 2015 yaitu 93,02%.
Pada tahun 2016 Kemenlu mendapat Opini “Wajar Dengan Pengecualian (WDP)”
dari BPK atas Laporan Keuangan Kemenlu Tahun 2015. Capaian ini turun dibandingkan tahun lalu yang mendapatkan Opini “Wajar Tanpa Pengecualian (WTP)”. Hal ini dikarenakan Kemenlu baru menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual dalam pelaporan keuangan tahun 2015.
Sementara itu, dari sisi anggaran, pada tahun 2016 Sekretariat Jenderal
mendapat alokasi anggaran sebesar Rp 967.741.756.000,00. Total realisasi anggaran Sekretariat Jenderal sebesar Rp 726.590.322.064,00. dengan rata-rata realisasi persentase untuk total anggaran adalah sebesar 74,90% pada tahun 2016.
3
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah disusun berdasar amanat Peraturan
Pemerintah nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah; Peraturan Presiden nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah; dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara
dan Reformasi Birokrasi nomor 53 Tahun 2015 tentang Petunjuk Perjanjian Kinerja,
Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, serta
Permenlu No. 7 tahun 2016 mengenai Pedoman Implementasi Sistem Akuntablitas
Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI.
Laporan Kinerja wajib disusun dan disampaikan untuk melaporkan kinerja sebagaimana
tercermin dalam Rencana Strategis (Renstra) dan dokumen Perjanjian Kinerja (PK).
Sekretariat Jenderal terus berupaya untuk meningkatkan akuntabilitas kinerja
Kementerian Luar Negeri, termasuk dalam proses penyempurnaan dokumen Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemeritah (SAKIP) Kementerian Luar Negeri. Dalam
rangka peningkatan akuntabilitas kinerja, Sekretariat Jenderal terus berupaya untuk
mengimplementasikan sistem AKIP dengan baik mulai dari perencanaan, pelaporan,
monitoring serta evaluasi yang berorientasi pada hasil/manfaat bagi negara sesuai
dengan bidang tugas Kementerian Luar Negeri. Hal ini dapat terlihat pada pengelolaan
keuangan maupun kinerja Kementerian Luar Negeri yang dijalankan melalui
pemantauan dan evaluasi sistem pengendalian internal oleh Sekretariat Jenderal melalui
kegiatan Monitoring dan Evaluasi yang dilakukan secara rutin setiap triwulan.
Sebagai bagian dari Kementerian Luar Negeri, Sekretariat Jenderal memiliki
tugas dan fungsi dalam memfasilitasi dan mendukung pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan pimpinan Kementerian Luar Negeri. Dalam pelaksanaan tugas tersebut,
Sekretariat Jenderal terus berupaya untuk mewujudkan sistem manajemen kinerja yang
bertumpu pada perencanaan, pengukuran kinerja, pelaksanaan, pengendalian dan
evaluasi internal sesuai dengan SAKIP dalam rangka mewujudkan institusi yang
profesional, bersih dan berwibawa serta menerapkan prinsip-prinsip good governance.
4
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
I.2. Tugas dan Fungsi
Berdasarkan Peraturan Menteri Luar Negeri Nomor 2 Tahun 2016 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Luar Negeri, tugas dan fungsi Sekretariat
Jenderal adalah:
1. Tugas:
Sekretariat Jenderal mempunyai tugas menyelenggarakan koordinasi pelaksanaan
tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan administrasi kepada seluruh unsur
organisasi di lingkungan Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik
Indonesia.
2. Fungsi:
a. koordinasi kegiatan Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik
Indonesia;
b. koordinasi dan penyusunan rencana, program, dan anggaran Kementerian Luar
Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia;
c. pembinaan dan pemberian dukungan administrasi yang meliputi ketatausahaan,
kepegawaian, keuangan, kerumah tanggaan, kerja sama, hubungan masyarakat,
arsip, dan dokumentasi Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik
Indonesia;
d. pembinaan dan penataan organisasi dan tata laksana Kementerian Luar Negeri
dan Perwakilan Republik Indonesia;
e. koordinasi dan penyusunan peraturan perundang-undangan serta pelaksanaan
advokasi hukum;
f. pengelolaan barang milik/kekayaan negara dan layanan pengadaan barang/jasa
Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan Republik Indonesia;
g. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
5
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
I.3. Struktur Organisasi Secara umum, gambaran mengenai struktur organisasi Sekretariat Jenderal di tingkat Eselon II sesuai dengan Peraturan
Menteri Luar Negeri Nomor 07 Tahun 2011 dapat digambarkan sebagai berikut:
6
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
I.4. Aspek Strategis Organisasi
Sekretariat Jenderal memiliki tugas utama dalam melaksanakan koordinasi
pelaksanaan tugas serta pembinaan dan pemberian dukungan manajemen dan
administrasi Kementerian Luar Negeri.
Dalam tugasnya melaksanakan dukungan manajemen sumber daya manusia,
Sekretariat Jenderal memiliki peranan penting dalam mengelola SDM Kemenlu yang
berkompeten mencakup pegawai Kemenlu yang dibina dan dikembangkan potensinya
serta dapat memenuhi kriteria kondisi internal yang mencakup unsur pengetahuan,
keterampilan, interpersonal dan intrapersonal yang mampu menunjang pencapaian
kinerja organisasi secara optimal.
Sekretariat Jenderal juga memiliki peranan strategis dalam mengelola anggaran
yang optimal dengan penyerapan anggaran yang maksimal serta terpenuhinya target-
target kinerja yang telah ditetapkan. Selain itu, Sekretariat Jenderal juga berperan dalam
pengelolaan sistem informasi manajemen yang terintegrasi, pemanfaatan Teknologi
Informasi dan Komunikasi yang efektif dan efisien dalam rangka mendukung
pelaksanaan strategi Kementerian Luar Negeri. Terintegrasinya sistem informasi
manajemen dapat menghasilkan efektifitas sistem informasi, sehingga pertukaran
data/informasi dapat berlangsung secara cepat dan akurat, untuk dapat mendorong
terciptanya akuntabilitas, transparansi, efisiensi, dan efektivitas kinerja, serta
mendorong peningkatan kualitas pelayanan publik Kementerian Luar Negeri.
Melalui perencanaan organisasi, sumber daya manusia (SDM), dukungan
anggaran, sarana dan prasarana, teknologi informasi serta dukungan teknis lainnya,
Sekretariat Jenderal memliki tanggung jawab dalam mendukung keberhasilan diplomasi
total bagi pencapaian kepentingan nasional sesuai visi dan misi Kementerian Luar
Negeri.
Dalam rangka mewujudkan cita-cita pencapaian kelola pemerintahan yang baik
(good governance) dan mendukung kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi
Kementerian Luar Negeri, Sekretariat Jenderal terus berupaya memantapkan koordinasi
kegiatan serta meningkatkan kualitas penyelenggaraan pengelolaan administrasi umum.
8
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
PERJANJIAN KINERJA (PK) TAHUN 2016
Program : Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya Kementerian Luar Negeri
Total Anggaran Pusat : Rp 967.741.756.000,-
PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 SEKRETARIAT JENDERAL KEMENTERIAN LUAR NEGERI
SASARAN PROGRAM
No INDIKATOR SASARAN TARGET
Meningkatnya Dukungan Manajemen dan Teknis Pelaksanaan Diplomasi Indonesia
1 Indeks Kepuasan Pegawai 58% 2 Nilai Hasil Evaluasi Akuntabilitas
Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Luar Negeri
BB (73)
3 Opini BPK WTP 4 Persentase pejabat yang telah
memenuhi standar kompetensi jabatan
60%
5 Persentase penerapan Cetak biru Strategi Teknologi Informasi dan Komunikasi Kementerian Luar Negeri
18%
Meningkatnya dukungan manajemen dan teknis dalam sarana dan prasarana Kemlu
6 Persentase sarana dan prasarana Kemenlu dan Perwakilan RI yang dipenuhi
50%
9
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
BAB III
AKUNTABILITAS KINERJA
III.1. Capaian Indikator Kinerja Utama Tahun 2016
Sekretariat Jenderal Kementerian Luar Negeri memiliki dua sasaran program pada tahun 2016, sasaran pertama yaituMeningkatnya Dukungan Manajemen dan Teknis Pelaksanaan Diplomasi Indonesia dengan capaian sebesar 90,55%dan sasaran kedua yaitu Meningkatnya dukungan manajemen dan teknis dalam sarana dan prasarana Kemludengan capaian sebesar 152,94%. Pengukuranpencapaian dua sasaran tersebut dicapai dengan meggunakan 6 (enam) Indikator Kinerja Utama, sesuai dengan Manual IKU yang telah ditetapkan oleh Sekretaris Jenderalsebagai berikut:
Tabel Capaian Kinerja Sekretariat Jenderal Tahun 2016
SASARAN ESELON I
IKU TARGET INFORMASI
KINERJA REALISASI CAPAIAN DATA DUKUNG
Meningkatnya dukungan manajemen dan teknis pelaksanaan diplomasi Indonesia
IKU 1 Indeks Kepuasan Pegawai
58% Hasil Survey Kepuasan Pegawai
2,66 dari skala 5
53,20%
91,72%
Hasil Survey Kepuasan Pegawai
IKU 2 Nilai Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kementerian Luar Negeri
BB (73)
Laporan Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kemenlu dari KemenPAN dan RB
BB (74,21) 101,6
6% 101,66
%
Laporan Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kemenlu dari KemenPAN dan RB
IKU 3 Opini BPK
WTP
Opini BPK atas Laporan Keuangan Kemenlu Tahun 2013
WDP (75%) 75% 75% Laporan Hasil Audit BPK
IKU 4 Persentase pejabat yang telah memenuhi
60%
Jumlah Pejabat (Eselon I s.d. II) di lingkungan
35 48,61
% 81,01
% Database Kepegawaian
10
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
SASARAN ESELON I
IKU TARGET INFORMASI
KINERJA REALISASI CAPAIAN DATA DUKUNG
standar kompetensi jabatan
Kemenlu yang telah memenuhi kompetensi jabatan Jumlah Pejabat (Eselon I s.d. II) di lingkungan Kemenlu
72
IKU 5 Persentase penerapan Cetak biru Strategi Teknologi Informasi dan Komunikasi Kementerian Luar Negeri
18%
Sistem Informasi yang diselesaikan
4
18,6%
103,36%
Laporan dari Pusat Komunikasi
Sistem Informasi sesuai Cetak biru Strategi Teknologi Informasi dan Komunikasi
25
Infrastruktur Teknologi Informasi Yang Diselesaikan
4
Infrastruktur Teknologi Informasi sesuai Cetak biru Strategi Teknologi Informasi dan Komunikasi
18
Capaian Kinerja Sasaran 1 Setjen Tahun 2016 90,55%
Meningkatnya dukungan manajemen dan teknis dalam sarana dan prasarana Kemenlu
IKU 6 Persentase sarana dan prasarana Kemenlu dan Perwakilan RI yang dipenuhi
50%
Jumlah pekerjaan pengadaan sarana dan prasarana yang direncanakan
1.157 unit dan 12 paket
76,47%
152,94%
Laporan penyelesaian pekerjaan
11
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
SASARAN ESELON I
IKU TARGET INFORMASI
KINERJA REALISASI CAPAIAN DATA DUKUNG
Jumlah pekerjaan pengadaan sarana dan prasarana yang diselesaikan tepat waktu
1.910 dan 9 paket
Capaian Kinerja Sasaran 2 Setjen Tahun 2016 152,94%
SASARAN NO IKU REALISASI
2015 CAPAIAN 2015
REALISASI 2016
CAPAIAN 2016
Meningkatnya dukungan manajemen dan teknis pelaksanaan diplomasi Indonesia
1 Indeks Kepuasan Pegawai
45% 81,45% 53,20% 91,72%
2 Nilai Hasil Evaluasi AKIP Kemenlu BB
(72,22) 103,17%
BB (74,21)
101,66%
3 Opini BPK* WTP 100% WDP 75%
4 Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan
5,56% 11,11% 48,61% 81,01%
5 Persentase Penerapan Cetak Biru Teknologi Informasi dan Komunikasi Kementerian Luar Negeri
9,30% 16,91% 18,6% 103,36%
Capaian Kinerja Sasaran I 66,53% 90,55%
Meningkatnya dukungan manajemen dan teknis dalam sarana dan prasarana Kemenlu
6
Persentase sarana dan prasarana Kemenlu dan Perwakilan RI yang dipenuhi
- - 76,47% 152,94%
Capaian Kinerja Sasaran II - 152,94%
*: Opini BPK tahun 2015 (untuk dokumen 2014), tahun 2016 (untuk dokumen tahun 2015)
12
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
Capaian kinerja Sekretariat Jenderal pada tahun 2016 sebesar 90,55%, untuk sasaran
pertama meningkat signifikan dari tahun 2015 sebesar 66,53%. Pada tahun 2016,
terdapat penambahan IKU padaSekretariat Jenderal yaitu Persentase sarana dan
prasarana Kemenlu dan Perwakilan RI yang dipenuhi dengan capaian sebesar
152,94%.Sehingga didapat rata-rata capaian dari kedua sasaran tersebut sebesar
121,74%. Sejalan dengan Manual IKU Setjen Kemenlu yang telah ditetapkan, maka
pengukuran IKU telah lebih berorientasi kinerja/outcome dan bukan kepada
kegiatan.Perhitungan capaian sasaran telah bororientasi kepada hasil dan sesuai dengan
kriteria IKU yakni SMART (Specific, Measurable, Attainable, Relevan, Time Bound). Grafik
perbandingan capaian kinerja Sekretariat Jenderal dari tahun 2011 hingga 2016 bisa
terlihat seperti dalam gambar di bawah ini:
Capaian sasaran Sekretariat Jenderal diukur dengan 6 Indikator Kinerja Utama (IKU). Pengukuran terhadap masing-masing IKU tersebut adalah sebagai berikut:
1. Indeks Kepuasan Pegawai. Pengukuran untuk IKU tersebut menggunakan
pengukuran dari Hasil Survei Kepuasan Pegawai yang dilakukan oleh Biro
Perencanaan & Organisasi (Kelompok Kerja Reformasi Birokrasi).
13
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
Penjelasan: Indeks Kepuasan Pegawai dilakukan melalui survei yang ditujukan untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kepuasan pegawai Kementerian Luar Negeri terhadap kapasitas organisasi Kementerian Luar Negeri yang meliputi 6 (enam) aspek yaitu: (i) kelembagaan; (ii) kepegawaian/sumber daya manusia; (iii) imbalan; (iv) sarana dan prasarana; (v) pengendalian dan pengawasan; serta (vi) mekanisme dan tata kerja.Ukuran tingkat kepuasan skala Likert (skala terendah 1 yaitu tidak puas dan skala tertinggi 5 yaitu sangat puas)
Aspek pengukuran Laporan Kinerja oleh KemenPAN dan RB menggunakan 5 komponen penilaian yakni Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja, Evaluasi
Kinerja, serta Capaian Kinerja. Pada tahun 2017 Kementerian Luar Negeri mendapatkan penilaian untuk LAPORAN KINERJA tahun 2016 dengan poin 74,21 yaitu “BB”
Pengukuran untuk IKU ini menggunakan parameter dari Laporan Hasil Audit BPK. Untuk tahun 2016 Kementerian Luar Negeri mendapatkan Opini Wajar
Dengan Pengecualian (WDP)
Jumlah pejabat (Eselon I & II) di lingkungan Kemenlu yang telah memenuhi kompetensi jabatan x 100 %
Jumlah pejabat (Eselon I & II) di lingkungan Kemenlu
2. Nilai hasil evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kemenlu dari
KemenPAN dan RB. Pengukuran untuk IKU tersebut menggunakan pengukuran
dari Laporan Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Kemenlu
dari KemenPAN dan RB.
3. Opini BPK
4. Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan. Pengukuran
untuk IKU tersebut adalah sebagai berikut:
5. Persentase Penerapan Cetak Biru Teknologi Informasi dan Komunikasi
Kementerian Luar Negeri. Pengukuran terhadap IKU tersebut menggunakan
rumusan sebagai berikut:
14
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
Penjelasan: Cetak Biru Teknologi Informasi dan Komunikasi Kementerian Luar Negeri adalah dokumen perencanaan yang berisi identifikasi sistem dan teknologi
informasi yang menyediakan kerangka kerja pengembangan sistem dimaksud secara efisien untuk mendukung dan meningkatkan strategi organisasi.
Persentase penerapan Cetak biru Strategi TIK Kemenlu merupakan informasi tentang realisasi penerapan strategi teknologi informasi dan komunikasi di
Kementerian Luar Negeri.
Penjelasan:
Sarana dan prasarana yang direncanakan x 100 %
Sarana dan prasarana yang direalisasikan
6. Persentase sarana dan prasarana Kemenlu dan Perwakilan RI yang dipenuhi.
Pengukuran terhadap IKU tersebut menggunakan rumusan sebagai berikut:
III.1.1 IKU-1 Indeks Kepuasan Pegawai
Selama tahun 2016, Indeks kepuasan pegawaisebesar 2,66 dari target 2,9. Indeks
kepuasan pegawai diukur dari indeks hasil survei yang mengukur sejauh mana pegawai di
lingkungan internal Kementerian Luar Negeri puas atas kinerja aspek-aspek pelayanan dan/atau
kinerja organisasi secara umum. Sebagai bentuk komitmen Kementerian Luar Negeri dalam
mendorong kemajuan pelaksanaan reformasi birokrasi, Kelompok Kerja Penataan dan
Penguatan Organisasi Tim Pelaksana Reformasi Birokrasi Kementerian Luar Negeri telah
menyelenggarakan survei tingkat kepuasan pegawai Kementerian Luar Negeri terhadap
kapasitas organisasi Kementerian Luar Negeri.
Tabel Perbandingan Capaian IKU-1
IKU-1 Realisasi
2015
Realisasi
2016
“Indeks Kepuasan Pegawai” 45% 53,20%
Target 55% 58%
Capaian 81,45% 91,72%
15
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
Aspek organisasi yang menjadi objek survei meliputi unsur kelembagaan,
kepegawaian/sumber daya manusia (SDM), imbalan, sarana dan prasarana, pengendalian dan
pengawasan, serta mekanisme dan tata kerja. Pelaksanaan survei tingkat kepuasan pegawai
terhadap kapasitas organisasi merupakan bagian dari upaya Kementerian Luar Negeri untuk
melakukan perbaikan secara terus-menerus dan berkelanjutan dalam rangka membentuk
organisasi yang efisien dan efektif, tepat fungsi, tepat ukuran dan tepat proses. Pelaksanaan
survei ini merupakan alat ukur bagi Kementerian Luar Negeri untuk melakukan pembenahan
diri dalam rangka meningkatkan kapasitas organisasi yang pada akhirnya akan mendukung
peningkatan kinerja pegawai.
Tingkat Kepuasan Pegawai Kementerian Luar Negeri
Survei tingkat kepuasan pegawai Kementerian Luar Negeri terhadap kapasitas organisasi
Kementerian Luar Negeri diikuti oleh 285 responden pegawai Kementerian Luar Negeri yang
bertugas di Pusat dan Perwakilan RI, yang merepresentasikan 7,9% dari jumlah total pegawai
saat ini. Survei ditujukan untuk mengetahui dan menganalisis tingkat kepuasan pegawai
Kementerian Luar Negeri terhadap kapasitas organisasi Kementerian Luar Negeri yang meliputi
6 (enam) aspek yaitu: (i) kelembagaan; (ii) kepegawaian/sumber daya manusia; (iii) imbalan;
(iv) sarana dan prasarana; (v) pengendalian dan pengawasan; serta (vi) mekanisme dan tata
kerja.
Berdasarkan hasil pengolahan data statistik dengan menggunakan ukuran tingkat
kepuasan skala Likert (skala terendah 1 dan skala tertinggi 5), angka kumulatif tingkat kepuasan
pegawai Kementerian Luar Negeri terhadap kapasitas organisasi Kementerian Luar Negeri
adalah 2,66 atau kurang puas. Rincian tingkat kepuasan pegawai per aspek kapasitas organisasi
adalah sebagai berikut:
a) Tingkat kepuasan terhadap aspek kelembagaan adalah 2,69 (kurang puas);
b) Tingkat kepuasan terhadap aspek kepegawaian/sumber daya manusia adalah 2,51
(kurang puas);
c) Tingkat kepuasan pegawai terhadap aspek imbalan adalah 2.49 (kurang puas);
16
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
d) Tingkat kepuasan terhadap aspek penyediaan sarana dan prasarana adalah 2,79
(kurang puas);
e) Tingkat kepuasan terhadap aspek pengendalian dan pengawasan adalah 2,60
(kurang puas); dan
f) Tingkat kepuasan terhadap aspek mekanisme dan tata kerja adalah 2,85 (kurang
puas).
Menilik tingkat kepuasan aspek kelembagaan dan kepegawaian/sumber daya manusia
yang memiliki skor yang sama (2,51), menunjukkan bahwa kedua aspek ini saling berkaitan dan
dalam pembenahannya tidak dapat dilakukan secara terpisah. Concern utama yang menjadi
perhatian responden terhadap kedua aspek tersebut juga sama yaitu masalah pembenahan pola
karir BPKRT, Pejabat Komunikasi dan Jabatan Fungsional Diplomat. Hingga saat ini jabatan
fungsional untuk Bendahara Penata Kerumahtanggaan (BPKRT) dan Petugas Komunikasi masih
belum terbentuk, sehingga memunculkan sejumlah pertanyaan responden mengenai kepastian
pola karir kedua rumpun kepegawaian tersebut. Di lain pihak, masalah pola karir jabatan
fungsional diplomat juga menjadi sorotan sejumlah responden. Implementasi UU Aparatur Sipil
Negara dan perkembangan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi memunculkan kebutuhan untuk
mengkaji kembali peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang Jabatan Fungsional
Diplomat, utamanya adalah revisi terhadap Peraturan Menteri PAN No.
PER/87.1/M.PAN/8/2005 tentang Jabatan Fungsional Diplomat dan Angka Kreditnya.
Pada aspek imbalan merupakan kapasitas organisasi yang memperoleh skor terendah
dari 6 (enam) aspek dimana tingkat kepuasannya yaitu 2,49 atau kurang puas. Rasa
ketidakpuasan responden terhadap aspek imbalan berkaitan erat dengan tunjangan kinerja yang
diterima. Sebagian besar responden berpandangan bahwa penentuan kelas jabatan seharusnya
didasarkan secara obyektif pada beban kerja, jenis dan tingkat kesulitan pekerjaan yang
dilakukan, sehingga tunjangan kinerja yang diterima sesuai dengan yang semestinya diterima.
Sebagian besar responden juga berharap peningkatan remunerasi Kementerian Luar Negeri
dapat segera terealisasi, sehingga berdampak kepada peningkatan tunjangan kinerja yang
diterima. Masukan dari para responden tersebut menegaskan perlunya bagi Kementerian Luar
Negeri untuk melakukan percepatan pelaksanaan reformasi birokrasi pada 8 area perubahan
dan reviu terhadap evaluasi jabatan yang pernah dilakukan pada tahun 2012.
Sarana dan prasarana merupakan aspek kapasitas organisasi yang memperoleh skor
tingkat kepuasan yaitu 2,79. Hal ini tidak terlepas dari sejumlah perbaikan fasilitas umum dan
perkantoran yang secara intensif dan berkesinambungan dilakukan oleh Kementerian Luar
Negeri. Namun masih terdapat berbagai catatan penting dari para responden yang perlu
ditindaklanjuti oleh Kementerian Luar Negeri untuk percepatan pelaksanaannya dan salah satu
yang menjadi sorotan utama adalah masalah perbaikan dan kebersihan kantin.
17
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
Pada aspek pengendalian dan pengawasan, tingkat kepuasan terendah pegawai adalah
mengenai masalah sistem pengendalian internal pemerintah (SPIP) di Kementerian Luar Negeri
dimana mayoritas pegawai menyatakan kurang puas (2,60). Sebagian besar responden
menyatakan agar penerapan SPIP dapat disosialisasikan secara lebih intensif karena belum
banyak diketahui dan dipahami oleh pegawai. Setiap pimpinan unit organisasi/satuan kerja
pada prinsipnya harus menerapkan SPIP di lingkungan masing-masing untuk mewujudkan
terlaksananya mekanisme akuntabilitas publik melalui penyusunan perencanaan, pelaksanaan,
dan pelaporan kinerja yang terintegrasi.
Terkait aspek mekanisme dan tata kerja, merupakan aspek dengan skor tertinggi yaitu
2,85.Tingkat kepuasan terendah pegawai adalah terhadap peraturan di Kementerian Luar
Negeri yang mengatur mengenai penataan tata laksana dan Standard Operating Procedures
(SOP). Hal ini dapat dipahami karena Kementerian Luar Negeri belum memiliki pedoman
business process dan SOP sebagai panduan dalam penyusunan business process dan SOP di setiap
unit kerja/satuan kerja. Kementerian PANdanRB telah menerbitkan Peraturan Menteri
PANdanRB No. 12 Tahun 2011 tentang Pedoman Penataan Tata Laksana (Business Process) yang
perlu diterjemahkan lebih lanjut ke dalam Peraturan Menteri Luar Negeri. Peraturan Menteri
Luar Negeri ini yang akan menjadi panduan bagi setiap unit/satuan kerja untuk membangun
dan menata tata laksana dalam rangka memberikan dasar yang kuat bagi penyusunan SOP yang
lebih sederhana, efisien, efektif dan akuntabel. Pada tahun 2016, pihak Kementerian PAN dan RB
dan Badan Pusat Statistik (BPS) tidak melakukan survei kapasitas organisasi.
Sebagai langkah kedepan, berpijak dari hasil survei yang telah dilakukan, Kementerian
Luar Negeri akan mengambil langkah solutif sebagai berikut:
a) Penyelesaian pembentukan jabatan fungsional bagi BPKRT dan Petugas
Komunikasi;
b) Revisi terhadap Peraturan Menteri PAN dan RB Tahun 2005 tentang Jabatan
Fungsional Diplomat dan Angka Kreditnya;
c) Peninjauan terhadap evaluasi jabatan (peta jabatan dan kelas jabatan) Kementerian
Luar Negeri;
d) Perbaikan dan kebersihan kantin; memelihara kebersihan, perbaikan, dan
kelengkapan sarana di toilet; melakukan pest control secara berkala; penambahan
dan peremajaan armada bus jemputan; mengoptimalkan fasilitas day-care;
penambahan ruang rapat, serta penyediaan ruang tamu yang memadai;
e) Sosialisasi tentang SPIP secara lebih intensif;
f) Penyusunan penataan tata-laksana (business process) dan pedoman penyusunan
Standard Operating Procedure (SOP) Kementerian Luar Negeri.
18
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
III.1.2 IKU-2 Nilai Hasil Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi
Pemerintah Kemenlu dari KemenPAN dan RB
Berdasarkan Surat Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia nomor B/538/M.AA.05/2017 tanggal 16 Februari 2017
tentang Hasil Evaluasi atas Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, nilai AKIP
Kementerian Luar Negeri tahun 2016 adalah 74,21 dengan predikat BB.Rincian
komponen penilaian AKIP oleh Kementerian PAN dan RB sebagai berikut:
Tabel Penilaian AKIP Kemenlu 2016
Komponen Yang Dinilai
2015 2016
Bobot Nilai Bobot Nilai
a. Perencanaan Kinerja 30 23,42 30 24,27
b. Pengukuran Kinerja 25 17,09 25 18,61
c. Pelaporan Kinerja 15 10,11 15 10,17
d. Evaluasi Internal 10 6,88 10 7,40
e. Capaian Kinerja 20 14,72 20 14,25
Nilai Hasil Evaluasi 100 72,22 100 74,21
Tingkat Akuntabilitas Kinerja BB BB
Capaian kinerja untuk nilai AKIP Kemenlu tahun 2016sebesar 74,21dengan predikat “BB” dari target nilai 73 adalah 101,66%. Nilai tersebut mengalami peningkatan sebesar 1,99% dibandingkan tahun 2015 dengan nilai72,22.
Tabel Perbandingan Capaian IKU-2
IKU-2 Realisasi
2015 Realisasi
2016
“Nilai hasil evaluasi Akuntabilitas Kierja Instansi Pemerintah Kemenlu dari KemenPAN dan RB”
BB (72,22) BB (74,21)
Target B (70) BB (73) Capaian 103,17% 101,66%
Prestasi “BB” dengan range nilai >70-80 memiliki arti “Sangat Baik”,
menunjukkan tingkat efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran dibandingkan dengan capaian kinerja, kualitas pembangunan budaya kinerja birokrasi dan penyelenggaraan pemerintahan yang berorientasi pada hasil di Kementerian Luar Negeri telah menunjukkan hasil yang sangat baik. Komponen yang menjadi penilaian diantaranya meliputi Perencanaan Kinerja, Pengukuran Kinerja, Pelaporan Kinerja, Evaluasi Internal, dan Capaian Kinerja.
19
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
Grafik Prestasi AKIP Kementerian Luar Negeri Tahun 2009-2016
Peningkatan nilai evaluasi AKIP Kemenlu tahun 2016 didorong oleh beberapa
faktor antara lain: a) Kemenlu telah menindaklanjuti sebagian besar rekomendasi yang disampaikan
Kementerian PAN dan RB pada tahun sebelumnya. Kondisi yang ingin diwujudkan
oleh Kementerian Luar Negeri selama periode 2015-2019 telah secara baik
dituangkan dalam rencana strategis dalam bentuk tujuan dan sasaran yang telah
berorientasi hasil (result oriented);
b) tujuan dan sasaran tersebut telah diterjemahkan dan diturunkan (cascade) kepada
unit-unit organisasinya serta dituangkan di dalam rencana strategi unit kerja.
Dengan adanya rencana strategis unit kerja, maka diharapkan pembangunan result
oriented government dapat dirasakan bahkan sampai unit terkecil dalam Kementerian
Luar Negeri;
c) Perjanjian Kinerja (PK) telah ditetapkan dari tingkatan Menteri sampai dengan
sebagian Pejabat Pengawas. Dengan ditetapkannya PK sampai dengan pejabat
pengawas, maka diharapkan mekanisme penetapan kinerja pada tingkat individu di
lingkungan Kemenlu akan menjadi lebih mudah dan tepat;
d) Kemenlu juga telah menyusun rencana aksi atas kinerja, untuk memudahkan
pimpinan melakukan pemantauan dan pengendalian capaian kinerja pada tahun
berjalan, namun pelaksanaannya masih belum optimal dan hasil pemantauan
rencana aksi belum sepenuhnya ditindak lanjuti untuk perbaikan;
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
PRESTASI 57,27 59,84 59,95 62,93 65,27 72,22 74,21
0
10
20
30
40
50
60
70
80
Re
nta
ng
Nila
i AK
IP
PRESTASI HASIL AKIP KEMLU
PREDIKAT CC
PREDIKAT CC
PREDIKAT CC
PREDIKAT CC
PREDIKAT
B
PREDIKAT BBPREDIKAT
BB
20
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
e) Indikator kinerja sebagai ukuran keberhasilan tujuan dan sasaran secara berjenjang
sudah diterapkan. Kualitas indikator kinerja tersebut telah memenuhi kriteria
indikator kinerja yang baik dan dapat menggambarkan kondisi yang ingin
diwujudkan, tetapi masih belum dilakukan secara menyeluruh;
f) Indikator kinerja yang ditetapkan juga telah dimanfaatkan pada berbagai dokumen
perencanaan dan penganggaran, baik pada tingkat instansional maupun unit
organisasi;
g) Mekanisme pemantauan dan pengumpulan data kinerja sudah berbasis teknologi
informasi, namun belum dilaksanakan secara terpadu. Ketiadaan sistem informasi
pemantauan kinerja akan menyulitkan pemantauan dan pengendalian kinerja;
h) Penggunaan teknologi informasi dapat memastikan keandalan data kinerja dalam
laporan kinerja. Laporan Kinerja Kementerian Luar Negeri juga semakin membaik
dengan semakin berfokus kepada kinerja serta semakin berkualitas dalam analisis
atas capaian kinerja yang diperjanjikan serta analisis efisiensi penggunaan anggaran;
i) Evaluasi atas pelaksanaan program yang dilakukan oleh setiap penanggungjawab
program maupun belum memberikan hasil yang optimal. Masih dijumpai
ketidakselarasan antara kegiatan, hasil program serta peran yang diemban oleh
setiap unit organisasi. Demikian juga evaluasi kinerja internal, belum mampu
memicu perubahan kinerja organisasi;
j) Pada tingkatan perwakilan, tujuan, sasaran, dan ukuran keberhasilan yang masih
ditetapkan secara seragam pada seluruh perwakilan membuat isu kewilayahan yang
seharusnya berbeda-beda pada setiap negara tidak terlihat.
Berdasarkan uraian di atas, serta dalam rangka meningkatkan efektivitas penerapan budaya kinerja, Kementerian PAN dan RB merekomendasikan beberapa hal sebagai berikut :
a) Menjabarkan lebih lanjut sasaran strategis dan indikator kinerja pada Rencana
Strategis hingga indikator kinerja individu sesuai dengan tugas, fungsi, dan peran
yang diharapkan;
b) Membangun aplikasi pemantauan kinerja yang terpadu, sehingga akan
memudahkan mekanisme pemantauan kinerja dan mekanisme pengumpulan
data kinerja. KemenPAN RB juga menyarankan untuk menyempurnakan aplikasi
tersebut melalui pengintegrasian dengan aplikasi keuangan sehingga informasi
keuangan dan kinerja dapat digambarkan secara lebih komprehensif;
21
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
c) Menyederhanakan rumusan program dan kegiatan dengan lebih memfokuskan
pada hasil yang diharapkan;
d) Lebih mendorong dan memperkuat penerapan budaya kinerja di lingkungan
Kementerian Luar Negeri, melalui pemanfaatan berbagai dokumen perencanaan
kinerja yang sudah disusun, pemantauan dan penilaian kinerja secara periodik,
mekanisme reward and punishment kinerja, dan sebagainya;
e) Mendorong peningkatan akuntabilitas kinerja perwakilan dengan menetapkan kinerja
atas isu-isu kewilayahan yang diperlukan.
III.1.3 IKU-3 Opini BPK
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI telah memberikan opini atas Laporan
Keuangan Kementerian Luar Negeri pada tanggal 2 Juni 2016.Opini yang diberikan atas
Laporan Keuangan Kemenlu adalah opini Wajar dengan Pengecualian
(WDP).Pencapaian ini merupakan penurunan dari sebelumnya selama 3 tahun berturut-
turut Kemenlu memperoleh opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian).
Tabel Perbandingan Capaian IKU-3
IKU-3 Realisasi
2016 Realisasi
2015
“Opini BPK” WDP WTP
Target WTP WTP Capaian 75% 100%
Faktor penghambat/kendala dalam mencapai Opini BPK tertinggi yaitu Wajar Tanpa Pengecualian yaitu dengan diterapkannya Sistem Akuntansi Berbasis Akrual untuk pertama kalinya di 2015, terdapat kendala-kendala dalam proses penyusunan Laporan Keuangan TA 2015. Kendala ini juga berdampak atas penurunan opini BPK RI, yaitu:
a) Kendala Administrasi diantaranya Standard Operation Procedure (SOP) yang belum sempurna;
b) Kendala aplikasi yang belum dapat mengakomodir kekhususan transaksi-transaksi yang terdapat pada Laporan Keuangan Kementerian Luar Negeri;
c) Kendala kompetensi Sumber Daya Manusia (SDM) yang perlu lebih ditingkatkan;
d) Kendala jarak jauh dan perbedaan waktu sehingga menghambat komunikasi dan koordinasi dengan Sarker Perwakilan RI di luar negeri;
e) Kendala koordinasi internal Kemenlu.
22
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
Proyeksi ke depan/hal-hal yang perlu dilakukan untuk mendapatkan Opini BPK
tertinggi yaitu Wajar Tanpa Pengecualian, yaitu:
a) Kemenlu c.q. Sekretariat Jenderal akan segera melaksanakan pelatihan dan bimbingan teknis yang diperlukan guna mempercepat peningkatan kualitas pemahaman para pengelola keuangan di satker-satker atas SAP Basis Akrual.
b) Kemenlu c.q. Sekretariat Jenderal dan Kemkeu c.q. Direktorat Jenderal Perbendaharaan akan segera menyusun panduan teknis terkait di tingkat kementerian yang diperlukan guna memperbaiki proses pencatatan, pelaksanaan dan pelaporan keuangan di satker-satker yang sesuai dengan SAP Basis Akrual.
c) Kemenlu c.q. Sekretariat Jenderal dan Inspektorat Jenderal akan melakukan rekonsiliasi dan monitoring internal Kemenlu, guna memastikan dan menindaklanjuti berbagai temuan BPK yang ada.
d) Kemenlu akan segera menyesuaikan, mengembangkan dan mengoptimalkan pemanfaatan Teknologi Informasi (TI) yang diperlukan guna pelaksanaan SAP Basis Akrual, baik aplikasi internal (SIMKEU, E-Data LK dan aplikasi Puskom lain) maupun eksternal (SILABI, SAS, SAIBA, OM SPAN dan aplikasi Kemkeu lain).
III.1.4 IKU-4 Persentase Pejabat yang Telah Memenuhi Standar
Kompetensi Jabatan
Selama tahun 2016, realisasi “Persentase pejabat yang telah memenuhi standar
kompetensi jabatan” sebesar 48,61% dari target 60% sebagaimana tabel berikut:
Tabel Perbandingan Capaian IKU-4
IKU-4 Jumlah
2015 Jumlah
2016
“Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan”
Jumlah Pejabat (Eselon I s.d. II) di lingkungan Kemenlu yang telah memenuhi kompetensi jabatan
4 35
Jumlah Pejabat (Eselon I s.d. II) di lingkungan Kemenlu 72 72
Realisasi 5,56% 48,61% Target 50% 60%
Capaian 11,11% 81,01%
23
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
Pada tahun 2015, Kementerian Luar Negeri melalui Seleksi terbuka JPT Madya
dan Pratama, telah menempatkan 2 (dua) pejabat pimpinan Tinggi Madya dan 2 (dua )
pejabat Pimpinan Tinggi Pratama yang sesuai dengan kompetensi manajerial, teknis
yang telah ditentukan. Pada tahun 2016, terdapat 8 jabatan Eselon I dan 25 jabatan
Eselon II Kementerian Luar Negeri yang tidak terisi mengingat pejabat sebelumnya
memasuki usia pensiun atau mendapatkan penugasan lain sebagai unsur pimpinan di
Perwakilan RI di Luar Negeri. Terhadap 33 jabatan kosong tersebut, Kemenlu
melakukan Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama dan Madya tahun 2016.
Proses seleksi tersebut telah dilakukan dengan menggunakan penilaian
kompetensi manajerial, teknis dan sosio kultural sesuai dengan Standar Kompetensi
yang dibutuhkan pada jabatan tersebut. Dari 33 jabatan tersebut, 2 jabatan diantaranya
tidak dapat dilaksanakan mengingat kekurangan peserta seleksi. Sementara itu 31 (tiga
puluh satu) jabatan lainnya yang telah diisi dengan Seleksi Terbuka tersebut yaitu :
a. JPT Madya:
1) Direktur Jenderal Asia Pasifik dan Afrika
2) Direktur Jenderal Amerika dan Eropa
3) Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN
4) Direktur Jenderal Protokol dan Konsuler
5) Kepala BPPK
6) Staf Ahli Bidang Manajemen
7) Staf Ahli Bidang Diplomasi Ekonomi
b. JPT Pratama:
1) Kepala Biro Kepegawaian
2) Kepala Biro Keuangan
3) Direktur Asia Selatan dan Tengah
4) Direktur Afrika
5) Direktur Eropa Barat
6) Direktur Amerika Utara dan Tengah
7) Direktur Amerika Selatan dan Karibia
8) Direktur Perdagangan, Perindustrian, Investasi dan HAKI
9) Direktur Pembangunan Ekonomi dan Lingkungan Hidup
10) Sesditjen Kerjasama ASEAN
11) Direktur Kerjasama Ekonomi ASEAN
12) Direktur Mitra Wicara dan Antar Kawasan ASEAN
13) Direktur Perjanjian Politik, Keamanan dan Kewilayahan
14) Direktur Perjanjian Ekonomi, Sosial dan Budaya
24
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
15) Sekretaris Ditjen IDP
16) Sesditjen Protokol dan Konsuler
17) Direktur Fasilitas Diplomatik
18) Direktur Konsuler
19) Direktur Perlindungan WNI dan BHI
20) Sekretaris Itjen
21) Inspektur Wilayah I
22) Inspektur Wilayah IV
23) Kepala Pusat P2K2 Aspasaf
24) Kepala Pusat P2K2 Amerop
Capaian untuk IKU “Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi
jabatan” cukup baik mengingat hampir semua jabatan pimpinan tinggi yang kosong pada
tahun 2016, telah terisi melalui mekanisme Seleksi Terbuka.Capaian ini juga mengalami
peningkatan sebesar 43.05 % jika dibandingkan pada tahun 2015.
Grafik Perbandingan Capaian Persentase Pejabat yang Telah Memenuhi Standar
Kompetensi Jabatan Tahun 2015-2016
50
60
5,56
48,61
11,11
81,01
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
2015 2016
Perbandingan Capaian IKU-4Tahun 2015 dan 2016
Target
Realisasi
Capaian
25
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
IKU-4 “Persentase pejabat yang telah memenuhi standar kompetensi jabatan”
merupakan IKU yang baru digunakan dan diukur pada tahun 2015. Dibanding tahun
2015 ketika capaian target persentase “Persentase pejabat yang telah memenuhi
standar kompetensi jabatan” hanya sebesar 5.56%, maka tahun 2016 terjadi
peningkatan mencapai 48.61%. Meski demikian, capaian tersebut belum memenuhi
target yang ditetapkan sebelumnya yaitu 60%.
Peningkatan capaian dengan cukup signifikan ini antara lain dipengaruhi
kesiapan Biro Kepegawaian dalam pengalokasian anggaran untuk pelaksanaan proses
Seleksi Terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi pada Tahun Anggaran 2016 dengan total
anggaran mencapai Rp 4.3 Miliar. Selain itu, dilakukan langkah-langkah percepatan
pencapaian dengan cara mengiventarisir jabatan Pimpinan Tinggi Pratama dan Madya
yang kosong pada akhir tahun 2016 dan segera melakukan lelang penyedia Jasa
Assessor pada awal tahun 2016. Tim yang terlibat pada proses Seleksi Terbuka Jabatan
Pimpinan Tinggi TA 2016 terdiri dari perwakilan dari seluruh Satuan Kerja di
Kementerian Luar Negeri.
Jumlah Pejabat yang telah dinilai dan sesuai dengan Standar Kompetensi
dibandingkan dengan jumlah jabatan yang tersedia (Eselon I maupun Eselon II) pada
Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:
Tabel Jumlah Pejabat yang Dinilai dan Sesuai dengan Standar Kompetensi
No Unit
Jumlah Pejabat telah
dinilai dan sesuai Standar
Kompetensi
Jumlah Jabatan Yang
Tersedia (Eselon I dan
Eselon II)
1 STAF AHLI MENTERI LUAR NEGERI 3 5 2 SEKRETARIAT JENDERAL 3 12
3 DIREKTORAT JENDERAL ASIA PASIFIK DAN AFRIKA
3 7
4 DIREKTORAT JENDERAL AMERIKA DAN EROPA 4 7
5 DIREKTORAT JENDERAL KERJA SAMA ASEAN 4 6
6 DIREKTORAT JENDERAL MULTILATERAL 2 7
7 DIREKTORAT JENDERAL INFORMASI DAN DIPLOMASI PUBLIK
1 6
8 DIREKTORAT JENDERAL HUKUM DAN PERJANJIAN INTERNASIONAL
2 5
9 DIREKTORAT JENDERAL PROTOKOL DAN KONSULER
5 6
10 INSPEKTORAT JENDERAL 4 6
26
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
No Unit
Jumlah Pejabat telah
dinilai dan sesuai Standar
Kompetensi
Jumlah Jabatan Yang
Tersedia (Eselon I dan
Eselon II)
11 BADAN PENGKAJIAN DAN PENGEMBANGAN KEBIJAKAN
4 5
JUMLAH 35 72
Dalam pencapaian IKU-1 SS-3.1.1.1, Kementerian Luar Negeri menghadapi kendala diantaranya seperti:
a) Seleksi terbuka pada 2 (dua) jabatan yang tidak dapat dilaksanakan, yaitu pada jabatan
Staf Ahli Bidang Polhukkam dan Kepala Biro Perlengkapan mengingat jumlah peserta
seleksi yang tidak memenuhi ketentuan;
b) Kementerian Luar Negeri pada tahun 2015 melakukan restrukturisasi organisasi untuk
mencapai visi misi dan sasaran strategis sesuai Renstra Kemlu 2015 – 2019.
Berdasarkan Peraturan Presiden no. 56 Tahun 2015 tentang Kementerian Luar Negeri
dan Permenlu No. 02 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja, restrukturisasi
Kementerian Luar Negeri ini memunculkan jabatan-jabatan baru secara nomenklatur
maupun substansif yang mensyaratkan penyusunan pembaharuan peta dan analisa
jabatan. Oleh karena itu diperlukan penyempurnaan model dan standar kompetensi
jabatan sesuai dengan tugas fungsi baru tersebut;
c) Penyempurnaan model kompetensi dan standar kompetensi jabatan pada setiap jenjang
jabatan di Kementerian Luar Negeri direncanakan akan dilaksanakan pada tahun
2017berdasarkan tugas dan fungsi, proses bisnis, analisa jabatan baru.
Dalam upaya mengatasi kendala yang dihadapi, Kementerian Luar Negeri akan
melakukan beberapa langkah solusi dan proyeksi ke depan sebagai berikut:
a. Langkah Solusi
1. Memprioritaskan penyusunan model dan standar kompetensi jabatan berdasarkan
organisasi dan tata kerja baru Kementerian Luar Negeri berdasarkan Permenlu no. 2
Tahun 2016 yang mulai berlaku 1 Januari 2017 pada triwulan pertama tahun 2017;
2. Pelaksanaan asesmen kompetensi pada pejabat Kementerian Luar Negeri secara bertahap
pada setiap jenjang jabatan struktural dan fungsional. Asesmen dimulai secara bertahap
melalui proses Seleksi terbuka Jabatan Pimpinan Tinggi Madya dan Pratama, dan
kemudian dilanjutkan melalui asesmen kompetensi pada para pejabat Eselon II, III dan
pejabat fungsional diplomat madya (pada tahun 2017), hingga para pejabat Eselon IV, JFT
tingkat muda dan pratama, serta para pelaksana pada tahun-tahun selanjutnya;
3. Dengan disempurnakannya peta jabatan dan standar kompetensi jabatan, serta
pelaksanaan asesmen pada seluruh pegawai maka proses pengangkatan, mutasi dan
promosi pegawai dapat dilaksanakan dengan perencanaan yang matang, yang pada
gilirannya akan menjadikan pencapaian kinerja organisasi lebih optimal.
27
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
b. Proyeksi ke depan
Pada tahun 2017, Biro Kepegawaian merencanakan untuk menyusun roadmap sumber
daya manusia yang salah satu unsurnya adalah pembentukan Talent Management. Aspek
utama dalam praktek Talent management antara lain adalah pengembangan kepemimpinan
dan pembentukan talent pool. Peta Talenta (talent pool) merupakan proses menempatkan
posisi setiap individu sesuai dengan keahlian, kompetensi, dan kapabilitas dalam sebuah peta
dengan metode Human Asset Value Matriks. Peta talenta sangat diperlukan untuk membuat
keputusan talenta.Human Asset Value Matrix adalah suatu metode yang dapat digunakan
untuk meletakkan posisi pegawai kedalam peta talenta, dengan menggunakan metode
penilaian prestasi dan potensi.
Sehingga, diharapkan ke depannya Biro Kepegawaian tidak hanya dapat menempatkan
pejabat Eselon I dan II sesuai kompetensi melalui seleksi terbuka, namun juga dapat
memetakan seluruh pegawai sesuai kompetensinya serta dapat merencanakan proses
suksesi kepemimpinan.
III.1.5 IKU-5 Persentase Penerapan Cetak Biru Teknologi
Informasi dan Komunikasi Kementerian Luar Negeri
Tabel Perbandingan Capaian IKU 5
IKU 5 Realisasi
2015 Realisasi
2016
“Persentase Penerapan Cetak Biru Teknologi Informasi dan Komunikasi Kementerian Luar Negeri”
9,30% 18,6%
Target 55% 18% Capaian 16,91% 103,36%
Persentase Penerapan Cetak Biru Teknologi Informasi dan Komunikasi adalah
informasi tentang realisasi penerapan strategi teknologi informasi dan komunikasi di
Kementerian Luar Negeri. Formulasi yang dipergunakan untuk mengukur capaian
Indikator Kinerja Utama ini adalah sebagai berikut:
% PPR = (𝑥1 + 𝑦1
𝑥2 + 𝑦2) × 100%
Elemen yang terlibat dalam perhitungan adalah:
1) Penerapan Cetak biru Strategi Teknologi Informasi dan Komunikasi (PPR) dalam
bentuk persentase.
2) Sistem Informasi.
28
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
a) Sistem Informasi Yang Diselesaikan (𝑥1).
b) Sistem Informasi sesuai Cetak biru Strategi Teknologi Informasi dan Komunikasi
(𝑥2).
3) Infrastruktur Teknologi Informasi.
a) Infrastruktur Teknologi Informasi Yang Diselesaikan (𝑦1).
b) Infrastruktur Teknologi Informasi sesuai Cetak biru Strategi Teknologi Informasi
dan Komunikasi (𝑦2).
Tujuan dipergunakannya Indikator Kinerja Utama ini adalah untuk mendorong
realisasi penerapan strategi teknologi informasi dan komunikasi di Kementerian Luar
Negeri. Pencapaian Indikator Kinerja Utama Persentase Penerapan Cetak Biru Teknologi
Informasi dan Komunikasi Kementerian Luar Negeri pada tahun 2016 adalah sebesar
18,6% dari target 18%(persentase realisasi 103,36 %), sebagaimana tabel berikut:
Tabel Pengukuran Kinerja IKU-5
INDIKATOR KINERJA UTAMA
TARGET INFORMASI
KINERJA JUMLAH REALISASI
DATA DUKUNG
Persentase Penerapan Cetak Biru Teknologi Informasi dan Komunikasi Kementerian Luar Negeri
18%
Sistem Informasi Yang Diselesaikan
4
103,36%
Laporan Pembangunan Sistem Informasi
Sistem Informasi Sesuai RISTIK
25 RISTIK Kemenlu
Infrastruktur Teknologi Informasi Yang Diselesaikan
4
Laporan Pengembangan Infrastruktur TI
Infrastruktur TI Sesuai RISTIK
18 RISTIK Kemenlu
Capaian18,6 %
Upaya peningkatan kapasitas teknologi baik secara infrastruktur, jaringan, dan
aplikasi sesuai panduan Cetak biru Strategi Teknologi Informasi dan Komunikasi
Kementerian Luar Negeri Tahun 2011-2015 agar dapat memberikan layanan yang
optimal kepada pengguna dilakukan oleh Pusat Komunikasi dengan melaksanakan dua
kegiatan, yaitu:
a. Pembangunan Command Center Kementerian Luar Negeri;
b. Pembangunan Infrastruktur Pendukung Command Center Kementerian Luar
Negeri.
29
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
Capaian kinerja kedua kegiatan di atas secara terinci adalah tersedianya
Command Center Kementerian Luar Negeri dan infrastruktur pendukungnya, terdiri dari:
1. Fasilitas Ruang Command Center;
2. Sistem dan Perangkat Lunak Video Conference (Perangkat Infrastruktur Video
Conference dan Perangkat Infrastructure Recording and Streaming Server);
3. Perangkat Video Conference dan Sound System;
4. Video Wall Display System;
5. Perangkat Lunak Sistem Operasi Server;
6. Perangkat Lunak Advanced Content Analytic dan Crawler;
7. Perangkat Lunak Big Data;
8. Perangkat ApplianceData Warehouse;
9. Perangkat lunak Business Inteligenceand Reporting(Dashboard);
10. Infrastruktur Pusat Data Pejambon (Blade Enclosure, Blade Server, Server Memory,
Lisensi Aplikasi Manajemen Virtualisasi Server, Lisensi Aplikasi Archiving Email,
Distribution Switch, Access Switch, Access Point, UPS 10/15/30 KVA, Sistem
Kelistrikan);
11. Infrastruktur Pusat Data Cijantung (Blade Enclosure, Blade Server, Server Memory,
Lisensi Aplikasi Manajemen Virtualisasi Server, Sistem Kelistrikan)
Kendala yang dihadapi dalam upaya penerapan Cetak Biru Teknologi Informasi
dan Komunikasi Kementerian Luar Negeri adalah:
a. Belum adanya kebijakan tata kelola teknologi informasi dan komunikasi
Kementerian Luar Negeri menyebabkan prioritas pelaksanaan tahapan penerapan
Cetak biru Strategi Teknologi Informasi dan Komunikasi terganggu oleh adanya
permintaan layanan infrastruktur dan aplikasi yang tidak tercantum dalam
dokumen Cetak biru Strategis Teknologi Informasi dan Komunikasi yang harus
didahulukan penyelesaiannya karena arahan pimpinan.
b. Sumber daya manusia yang menangani penerapan Cetak biru Strategi Teknologi
Informasi dan Komunikasi belum seluruhnya mendapat pelatihan dan sertifikasi.
c. Kode sumber yang dibangun sebelumnya oleh pihak ketiga yang ditunjuk oleh
satker pengguna/pemesan aplikasi tidak dibuat di atas platform yang standar
digunakan di Kementerian Luar Negeri.
d. Jumlah anggaran untuk pelaksanaan tahap ketiga (tahun 2016) hanya tersedia
sebesar 50% dan pada bulan Agustus 2016 mengalami pemotongan anggaran
sebesar Rp 4.495.261.000,- dalam rangka implementasi Instruksi Presiden Nomor 4
Tahun 2016 tentang Langkah-Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja
Kementerian/Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara Tahun Anggaran 2016.
30
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
Langkah perbaikan dalam rangka percepatan pencapaian target kinerja, Pusat
Komunikasi melakukan hal-hal sebagai berikut:
a. Menyelaraskan permintaan satker pengguna terhadap layanan infrastruktur dan
aplikasi baru dengan Cetak biru Strategi Teknologi Informasi dan Komunikasi
Kementerian Luar Negeri Tahun 2011-2015.
b. Memprioritaskan kegiatan dan optimalisasi anggaran untuk melaksanakan
penerapan Cetak biru Strategi Teknologi Informasi dan Komunikasi.
c. Pemutakhiran peta kebutuhan sistem informasi dan infrastruktur teknologi
informasi yang dibutuhkan oleh Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI.
d. Melakukan penyusunan draft Cetak biru Strategi Teknologi Informasi dan
Komunikasi Kementerian Luar Negeri Tahun 2016-2020.
Dalam upaya meningkatkan capaian Indikator Kinerja Utama Persentase
Penerapan Cetak biru Strategi Teknologi Informasi dan Komunikasi di masa depan,
kegiatan tahun mendatang akan diproyeksikan pada:
a. Pengesahan draft Rencana Induk Strategi Teknologi Informasi dan Komunikasi
Kementerian Luar Negeri Tahun 2016-2020 dalam bentuk Keputusan Menteri Luar
Negeri.
b. Peningkatan kualitas pengembang sistem informasi untuk lebih mengefektifkan
proses pengembangan aplikasi.
c. Peningkatan koordinasi dengan satker pengguna sehingga kegiatan pengembangan
TIK dapat berjalan sesuai dengan target yang ditentukan dalam Cetak biru
Teknologi Informasi dan Komunikasi.
Perbandingan persentase capaian realisasi Indikator Kinerja Utama Persentase
Penerapan Cetak biru Strategi Teknologi Informasi dan Komunikasi dalam kurun waktu
2011-2016 adalah sebagai berikut:
INDIKATOR KINERJA UTAMA 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Persentase Penerapan Cetak biru Teknologi Informasi dan Komunikasi
N/A N/A N/A N/A 93,02% 103,36%
Indikator Kinerja Utama Persentase Penerapan Cetak biru Teknologi Informasi
dan Komunikasi baru digunakan pada tahun 2015. Terdapat peningkatan capaian
sebesar 10,34 poin dari 93,02% (2015) menjadi 103,36% (2016).
31
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
III.1.6 IKU-6 Persentase Sarana dan Prasarana Kementerian
Luar Negeri dan Perwakilan RI yang Dipenuhi
Pada tahun 2016 terdapat penambahan satu kegiatan pada Sekretariat Jenderal
Kemenlu yaitu Peningkatan Sarana dan Prasarana Kementerian Luar Negeri Sepanjang
tahun 2016, untuk itu dalam Perjanjian Kinerja Sekretariat Jenderal tahun 2016
terdapat pula penambahan IKU-6 untuk “Persentase pemenuhan kebutuhan sarana dan
prasarana”. Target yang ditetapkan untuk IKU-6 pada tahun 2016 adalah 50% dengan
realisasi sebesar 76,47% memperoleh capaian 152,94% (konversi capaian 120%).
Tabel Capaian IKU 6
IKU 6 Realisasi
2016
“Persentase sarana dan prasarana Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI yang dipenuhi”
76,47%
Target 50% Capaian 152,94%
(konversi 120%)
Rincian kegiatan pada IKU-6 “Persentase sarana dan prasarana Kementerian
Luar Negeri dan Perwakilan RI yang dipenuhi” adalah sebagai berikut:
IKU ESELON II KEGIATAN
KODE Target & realisasi Kinerja (akumulatif)
KEG OUTPU
T TARGET TW
4 REALISASI 4
KET (dok, peserta, etc)
PERSENTASE IKU 4
100,00% 76,47%
Prosentase didapat setelah
dikalikan dengan bobot masing-
masing
IKU 4: Persentase sarana dan prasarana Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan RI
yang dipenuhi
1.157 unit dan
12 paket
1.910 unit dan
9 paket
Mengadakan Kendaraan Bermotor Roda 4/6
1305 995 8 9 UNIT
Mengadakan Kendaraan Bermotor Roda 2
1305 995 3 3 UNIT
Mengadakan Komputer 1305 996 155 156 UNIT
Mengadakan Printer 1305 996 60 61 UNIT
Mengadakan Notebook 1305 996 28 28 UNIT
32
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
Mengadakan Alat Pendukung Pengolah Data
1305 996 40 55 UNIT
Mengadakan Perangkat Lunak 1305 996 177 177 UNIT
Mengadakan Pendingin Ruangan 1305 997 3 4 UNIT
Mengadakan Meubelair Kantor 1305 997 158 523 UNIT
Mengadakan Alat Penyimpanan 1305 997 38 21 UNIT
Mengadakan Peralatan Inventaris Lainnya
1305 997 392 787 UNIT
Mengadakan Inventaris Pengganti bagi Pegawai Lama dan Baru
1305 997 90 85 UNIT
Mengadakan Meubelair Asrama Pusdiklat Cipayung dan Senayan
1305 997 2 1 UNIT
Melakukan Rehabilitasi Gedung dan Sarana Kementerian Luar Negeri
1305 998
5 4 PAKET Melakukan Beli - Cicil Gedung
KBRI London 1305 998
2 1 PAKET Melakukan Pembangunan
Bertahap Sekretariat ASEAN 1305 998
5 4 PAKET
Kegiatan pemenuhan kebutuhan sarana prasarana yang telah berhasil
dilaksanakan diantaranya adalah:
a) Untuk pemenuhan sarana berupa kendaraan kendaraan dinas Biro
Perlengkapan telah melakukan peremajaan kendaraan dinas roda 2 dan
dinas roda 4/6 yang semula direncanakan untuk 11 unit, dengan optimalisasi
yang dilakukan Biro Perlengkapan dapat diperoleh realisasi 12 unit;
b) Dalam hal pengadaan Komputer, printer, Notebook, Alat Pendukung
Pengolah Data, Pendingin Ruangan, Alat Penyimpanan, Peralatan Inventaris
Lainnya dan Penggantian Inventaris Pegawai Lama dan Baru, Biro
perlengkapan telah berhasil melaksanakan pengadaan dengan jumlah total
1.176 unitdari total target 768 unit hal ini dikarenakan adanya optimalisasi
dan penyesuaian akan permintaan kebutuhan pada tahun berjalan serta
dengan adanya penggunaan e-catalog (paket dipisah antara komputer dan
software yang biasanya digabung) sehingga output menjadi lebih besar dari
yang direncanakan;
c) Pengadaan Perangkat Lunak yaitu mencakup pengadaan pengembangan
aplikasi ASN, pengembangan aplikasi SIMPEG, aplikasi software kepegawaian
dan software Microsoft Office, software aplikasi barang persediaan,
Pengembangan Aplikasi Modul Dasbor dan aplikasi Sistem Informasi TP
Baperjakat. Dari yang direncanakan sebanyak 177 berhasil direalisasikan
sesuai dengan rencana;
33
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
d) Dikarenakan terdapat permintaan kebutuhan tambahan pada tahun berjalan
serta adanya SOTK baru sehingga anggaran meubelair kantor mendapatkan
tambahan anggaran untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sehingga realisasi
melebihi target yang direncanakan yaitu 158 unit terealisasi sebanyak 523
unit;
e) Pengadaan Meubelair Asrama Pusdiklat Cipayung dan Asrama Pusdiklat
Senayan mengalami revisi pengurangan anggaran sehingga dari yang
direncanakan dilakukan pengadaan meubelair untuk pusdiklat cipayung dan
asrama pusdiklat senayan menjadi hanya dilaksanakan pengadaan meubel
air untuk wisma pusdiklat cipayung yaitu pembelian 9 sofa sehingga
pencapaiannya sebesar 50%;
f) Pada akhir tahun 2015 telah didapatkan pemenang sayembara pengadaan
gedung KBRI London yaitu PT BNI (Persero) Tbk, pada tahun 2016
direncanakan pelaksanaan pembayaran angsuran dilakukan setiap semester
(2 kali dalam setahun), namun dikarenakan masih terdapat penyelesaian
pengurusan perolehan gedung seperti adanya perubahan gedung KBRI yang
akan dibeli dari yang semula direncanakan sehingga Kementerian Luar
Negeri harus menunggu hasil dari independent appraisers sampai akhirnya
penandatanganan kontrak terlaksana pada triwulan IV. Pada tanggal 1
Desember 2016 telah dilakukan pembayaran angsuran pertama yaitu
sebesar Rp68.142.752.000,00 sehingga pencapaian sebesar 50% dengan
pencapaian fisik sebesar luasan gedung KBRI London yaitu 5.503,7 m2;
g) Untuk Kegiatan Rehabilitasi Gedung dan Sarana Kementerian Luar Negeri
telah dilakukan self blocking anggaran sebesar Rp17.614.000.000,- dari
pembangunan kantin baru untuk rencana pemotongan anggaran sesuai
Instruksi Presiden No. 8 Tahun 2016, sehingga direncanakan akan dilakukan
pada tahun anggaran selanjutnya;
h) Untuk kegiatan Pembangunan Gedung ASEC telah didapatkan 4 paket dari 5
paket yang direncanakan yaitu SK Pengelola Kegiatan Pembangunan Gedung
ASEC, Konsultan Manajemen Konstruksi, Konsultan Perencana dan Konsultan
Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL). Konsultan ANDALALIN mengalami
gagal lelang pada tahun 2016 sehingga akan dilanjutkan seleksinya pada
tahun selanjutnya guna memenuhi persyaratan pembangunan gedung.
Disamping capaian sasaran output Biro Perlengkapan yang cukup memuaskan
selama tahun 2016, terdapat beberapa hal positif lainnya yang menandai peningkatan
keberhasilan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan Biro Perlengkapan. Capaian tersebut
antara lain adalah sebagai berikut:
34
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
a) Sebagai unit yang mengelola seluruh pegawai honorer, Biro Perlengkapan
berupaya untuk mengedepankan kepentingan hak normatif dan memberikan
perlindungan sosial ekonomi kepada seluruh pegawai honorer di lingkungan
Kemenlu dengan mengikutsertakan kedalam program Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan serta menanggung biaya tersebut.
Dengan adanya program ini Biro Perlengkapan mendapatkan sertifikat
kerjasama dari BPJS Ketenagakerjaan;
b) Dalam hal pemanfaatan 54 tanah kavling yang dibagikan di tahun 1999
kepada para pegawai Kementerian Luar Negeri untuk didirikan bangunan di
atasnya atas biaya pribadi pegawai yang bersangkutan, telah diketahui
sebanyak 26 (dua puluh enam) pegawai dan mantan pegawai yang
mengalihkan kavling di Komplek Perumahan Pondok Aren, Cipadu,
Jurangmangu dan Kreo kepada pihak ketiga, baik itu menjual maupun
mengontrakkan tanpa persetujuan Kemenlu serta telah dikirimkan surat
somasi keapada masing-masing pihak. Tim Pemeriksa telah dibentuk lintas
satuan kerja terdiri dari Biro Perlengkapan, Inspektorat Jenderal dan
Direktorat Hukum yang telah melakukan pemeriksaan terhadap 17 (tujuh
belas) orang pegawai dan mantan pegawai tersebut sampai akhir tahun 2016.
Untuk 9 (Sembilan) orang lainnya, Biro Perlengkapan telah mengirimkan
suratreminder (peringatan) kepada mereka yang belum memenuhi panggilan
klarifikasi;
c) LPSE telah memperoleh ISO 9001:2015 pada tahun 2016 setelah melakukan
serangkaian kegiatan seperti konsultasi, penyusunan dokumen, dan audit
oleh pihak ketiga pada tahun 2015 yang lalu. Hasil audit untuk sertifikasi ISO
tidak didapatkan temuan-temuan kritikal baik major ataupun minor, hanya
saran perbaikan dan corrective action;
d) Pada Tahun Anggaran 2016 jumlah Pengadaan Barang/Jasa yang telah
dilaksanakan oleh Pokja ULP Kementerian Luar Negeri sebanyak 41 (empat
puluh satu) pengadaan. Angka ini melebihi dari jumlah RUP yang diterima,
yaitu sebanyak 27 (dua puluh tujuh) pengadaan. Hal ini disebabkan adanya
tambahan pengadaan dari Satker diluar RUP yang telah diterima;
e) Unit Layanan Pengadaan (ULP) Kementerian Luar Negeri, yang pengelolaan
anggarannya dibawah tanggung jawab Biro Perlengkapan, mempertahankan
statusnya sebagai salah satu ULP percontohan se Indonesia dengan
terpilihnya kembali untuk masuk dalam program ULP Percontohan yang
diberikan oleh LKPP dan Millenium Challenge Account Indonesia;
f) Disamping keberhasilan tersebut diatas, masih terdapat kewajiban Biro
Perlengkapan yang memerlukan peningkatan di masa mendatang, yaitu
35
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
mendorong setiap satuan kerja di Kementerian Luar Negeri dan Perwakilan
RI untuk menyampaikan Laporan Pengawasan dan Pengendalian (Wasdal)
BMN yang wajib dikirimkan setiap tahun ke KPKNL Jakarta I. Berdasarkan
data yang dihimpun Biro Perlengkapan, pada tahun 2016 yang telah
menyampaikan laporan wasdal sebanyak 127 Perwakilan dari 132
Perwakilan;
g) Pengadaan Gedung KBRI London.Dalam rangka efisiensi, efektifitas dan
optimalisasi anggaran dari adanya biaya sewa yang dikeluarkan setiap
tahunnya oleh Kementerian Luar Negeri, Biro Perlengkapan telah
melaksanakan pengadaan/pembelian property di London, Inggris, yang akan
dipergunakan sebagai gedung operasional KBRI London.
Pengadaan/pembelian dimaksud dilaksanakan secara cicil kepada pemenang
sayembara pembiayaan pengadaan gedung KBRI London yaitu PT Bank
Negara Indonesia (Persero) Tbk. Pengadaan ini dilakukan berdasarkan PMK;
h) Biro Perlengkapan selalu berupaya untuk meningkatkan kualitas dan
engagement pegawainya dalam rangka mendorong komitmen kinerja
pegawai menjadi lebih maksimal, sehubungan dengan hal tersebut telah
dilaksanakan kegiatan peningkatan kualitas aparatur Biro Perlengkapan
menuju reformasi dan struktur baru Kementerian Luar Negeri yang diikuti
oleh 200 pegawai Biro Perlengkapan.
Kendala yang kerap ditemui dalam pemenuhan sarana dan prasarana adalah
perubahan spesifikasi yang diminta oleh user namun hal tersebut berhasil diatasi
dengan koordinasi yang intensif dengan user dan penyedia.Pada tahun 2016 terdapat
gagal lelang yang diantaranya adalah pengadaan genset untuk Pusdiklat dan Konsultan
Analisis Dampak Lalu Lintas (ANDALALIN), hal ini dikarenakan tidak ada penyedia
yang memenuhi spesifikasi yang dipersyaratkan.
Pada pelaksanaan pengadaan barang/jasa juga terdapat kendala dan
permasalahan yang dapat mengganggu proses pengadaan serta kinerja ULP selama
tahun 2016 yaitu waktu pelaksanaan pengadaan banyak yang tidak sesuai dengan
jadwal yang telah ditetapkan dalam RUP sehingga terjadi penumpukan paket pekerjaan
dalam satu periode tertentu. Penyampaian kelengkapan dokumen oleh user berdekatan
dengan waktu pelaksanaan lelang/ kegiatan/ pekerjaan sehingga masa persiapan
pengadaan oleh pokja menjadi terlalu singkat.Penyampaian tambahan paket pengadaan
(diluar ULP) mendekati akhir anggaran yang berpotensi besar menyebabkan lelang
gagal yang tidak mungkin dilakukan pelelangan ulang, sedangkan untuk lelang yang
36
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
berhasil jangka waktu penyelesaian pekerjaan ditetapkan oleh user paling lambat 31
Desember 2016.
Di bidang SDM, kendala yang cukup signifikan adalah tidak terdapatnya staf yang
memiliki latar belakang pendidikan teknik bangunan, otomotif maupun mekanikal
elektrikal juga cukup menjadi kendala utama. Selain itu keanggotaan LPSE bersifat ad
hoc, menyebabkan pelaksanaan tugas dari tim LPSE yang kurang maksimal karena
personil LPSE harus menyesuaikan dengan tupoksi utamanya dan terikat perkerjaan
lain di Satuan Kerjanya masing-masing. Sebaiknya kepada para pegawai yang
diamanahkan untuk bertugas pada LPSE dibebaskan dari tugas-tugas utamanya pada
Satuan Kerjanya seperti halnya di Kementerian dan Lembaga lainnya sehingga dapat
lebih fokus dalam melaksanakan tugas dan kegiatan sehari-hari di LPSE tanpa
terganggu dengan kewajiban tupoksinya di Satuan Kerja lain. Selain itu, dengan
berganti-gantinya personil LPSE setiap tahun, menyebabkan kesulitan dalam
pelaksanaan tugas substansi dan teknis LPSE karena personil baru belum memahami
tupoksi dalam bidangnya masing-masing di LPSE sehingga perlu pelatihan khusus
untuk memberi pemahaman dalam pelaksanaan tugasnya sehari-hari dan perlu waktu
untuk mendalami substansi.Mengatasi kendala tersebut, telah dilakukan langkah-
langkah sebagai berikut:
a) Meningkatkan konsolidasi dan koordinasi dengan seluruh user yang akan
melakukan lelang serta konsultasi kepada LKPP sehingga pelaksanaan lelang
dapat lebih lancar;
b) Melakukan koordinasi lebih lanjut dengan Biro Kepegawaian dan Pusat
Komunikasi terkait perangkapan tugas di LPSE;
c) Menambah jenis pendidikan dan pelatihan keterampilan teknis yang dapat
diikuti untuk meningkatkan kapasitas SDM bagian pemeliharaan;
d) Pengurangan secara bertahap tenaga teknis honorer yang dialihkan ke
penyedia jasa building management system.
37
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
III.2 Realisasi Anggaran Tahun 2016
Sekretariat Jenderal memiliki tugas dan peranan penting dalam pengelolaan
anggaran yang Optimal di Kementerian Luar Negeri, hal ini dapat dicapai dengan
adanya penyerapan anggaran yang maksimal serta terpenuhinya target-target kinerja
yang telah ditetapkan. Tabel berikut merupakan rincian kegiatan, pagu, perubahan
pagu serta realisasi anggaran Sekretariat Jenderal tahun 2016:
Tabel Realisasi Anggaran Sekretariat Jenderal Tahun 2016
No Kegiatan Pagu Awal Pagu Akhir Realisasi %
1 Pelayanan Administrasi dan Dukungan Teknis Lainnya Kementerian dan Perwakilan
19.635.289.000 19.135.289.000 18.710.437.469 92,15%
2 Pelayanan Administrasi dan Dukungan Teknis Lainnya Menteri Luar Negeri
20.303.325.000 20.303.325.000 15.801.240.053 82,58%
3 Pengelolaan Sumber Daya Manusia Kementerian Luar Negeri
229.847.399.000 235.247.399.000 231.065.250.250 98,22%
4 Pengelolaan Keuangan Kementerian Luar Negeri
166.307.125.000 164.541.778.000 132.682.043.931 80,64%
5 Penyusunan Perencanaan dan Penguatan Organisasi Kementerian Luar Negeri
21.141.890.000 22.180.607.000 19.123.660.194 86,22%
6 Pengelolaan Perlengkapan serta Urusan Rumah Tangga Kementerian Luar Negeri
55.683.843.000 55.683.843.000 49.950.572.076 89,70%
7 Dukungan Sistem Informasi dan Komunikasi Kementerian Luar Negeri
113.481.176.000 113.481.176.000 57.699.369.355 89,54%
8 Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia Kementerian Luar Negeri dan Kerjasama Pendidikan dan Pelatihan Diplomatik
66.284.157.000 64.440.787.000 102.071.221.680 89,95%
9 Peningkatan Sarana dan Prasarana Kementerian Luar Negeri
275.057.552.000 275.057.552.000 99.486.527.056 36,17%
JUMLAH 967.741.756.000 970.071.756.000 726.590.322.064 74,90%
38
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
Realisasi anggaran tahun 2016 diukur melalui seberapa besar realisasi anggaran
Sekretariat Jenderal dalam jangka waktu 1 tahun anggaran dilihat dari akumulasi SP2D
melalui aplikasi e-Monev SMARTDirjen Anggaran Kementerian Keuangan dibagi dengan
pagu DIPA Sekretariat Jenderal.
Pada awal Tahun 2016 Sekretariat Jenderal mendapatkan anggaran DIPA sebesar
Rp 967.741.756.000.Pada akhir tahun 2016terdapat perubahan besaran pagu untuk
beberapa kegiatan pada DIPA Sekretariat Jenderal Kementerian Luar Negeri sebesar Rp.
2.330.000.000.Total realisasi anggaran Sekretariat Jenderal pada tahun 2016 sebesar Rp
726.590.322.064 dengan rata-rata realisasi persentase untuk total anggaran adalah
sebesar 74,90%. Rata-rata capaian total anggaran Sekretariat Jenderal Kemenlu tahun
2012-2016 dapat dilihat dalam diagram di bawah ini:
Diagram Perbandingan Rata-rata Capaian Anggaran Sekretariat Jenderal Tahun 2012-2016
Realisasi anggaran pada tahun 2016 mengalami penurunanjika dibandingkan
dengan realisasi anggaran tahun 2015 yaitu90,72%. Kendala pencapaian ini
dikarenakan terdapat perubahan kegiatan dengan adanya penambahan satu kegiatan
Peningkatan Sarana dan Prasarana Kementerian Luar Negeri. Selain itu, terdapat Inpres
04 Tahun 2016 tentang pemotongan anggaran yang berdampak pada belum
maksimalnya pelaksanaan kegiatan dan Inpres 08 Tahun 2016 yang menyebabkan
Perwakilan RI melakukan self blocking anggaran dan melakukan kegiatan secara
selektif.Hal ini berdampak pula pada perubahan besaran pagu untuk beberapa kegiatan
pada DIPA Sekretariat Jenderal Kementerian Luar Negeri yaitu sebesar Rp.
2.330.000.000.
39
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
Dalam mengatasi kendala tersebut, Sekretariat Jenderal akan mengambil langkah
solutif, antara lain melakukan perbaikan postur anggaran Sekretariat Jenderal agar
dapat mendukung program-program prioritas Kementerian secara optimal tanpa harus
melakukan pengalihan atau revisi anggaran serta lebih meningkatkan kualitas
perencanaan anggaran.
40
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
BAB IV
PENUTUP
Selama tahun 2016 Sekretariat Jenderal Kementerian Luar Negeri
menjalankan program “Dukungan Manajemen dan Pelaksanaan Tugas Teknis Lainnya
Kementerian Luar Negeri”, yang kemudian dijabarkan menjadi 8 (delapan) Kegiatan
setingkat Eselon II dan I (satu) Kegiatan Perwakilan dan program “Dukungan Sarana
dan Prasarana Aparatur Kementerian Luar Negeri” yang dijabarkan dalam 1 (satu)
Kegiatan setingkat Eselon II dan I (satu) Kegiatan Perwakilan. Dalam upayanya
mencapai sasaran kinerja, masih terdapat kekurangan-kekurangan yang menjadi
kendala utama dalam pelaksanaan kegiatan.
Berbagai upaya telah dilakukan oleh Sekretariat Jenderal demi pencapaian
sasaran kinerja, terutama dalam upaya meningkatkan nilai hasil evaluasi AKIP dan
Opini BPK atas Laporan Keuangan Kementerian Luar Negeri. Namun terdapat
beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam rangka meningkatkan
akuntabilitas dan kinerja Setjen secara keseluruhan, yaitu perlunya diakukan upaya-
upaya seperti:
1. Penerapan sistem manajemen kinerja berbasis Balanced Scorecard sampai
dengan level individu pegawai Kemenlu, sebagaimana best practices Kementerian
Keuangan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Kementerian Kelautan dan
Perikanan, Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) yang telah berhasil meraih
Predikat “A” atas AKIP; Dalam kaitan tersebut diperlukan penerapan penetapan
kinerja individu yang terkait dengan kinerja organisasi dan memiliki kesesuaian
dengan indikator kinerja individu level di atasnya, sehingga hasil penilaian
kinerja individu nantinya dapat dijadikan dasar untuk pengembangan karir
individu dan pemberian tunjangan kinerja;
2. Melakukan capacity building dalam bidang akuntabilitas dan manajemen kinerja
dengan melakukan diseminasi, sharing of knowledge, sertifikasi ataupun
pelatihan-pelatihan menunjang, yang diselenggarakan dari mulai tingkat Menteri,
Eselon I, Eselon II, serta bagi pegawai yang memiliki fungsi dalam mengelola
kinerja dan APIP;
3. Membangun aplikasi pemantauan kinerja sehingga akan memudahkan
mekanisme pemantauan kinerja dan mekanisme pengumpulan data kinerja.
KemenPAN RB juga menyarankan untuk menyempurnakan aplikasi tersebut
41
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
melalui pengintegrasian dengan aplikasi keuangan sehingga informasi keuangan
dan kinerja dapat digambarkan secara lebih komprehensif;
4. Penyegeraan penyusunan dan penyempurnaan model dan standar kompetensi
jabatan di Kementerian Luar Negeri pada triwulan pertama tahun 2016. Dengan
disempurnakannya peta jabatan dan standar kompetensi jabatan maka proses
pengangkatan, mutasi dan promosi pegawai dapat dilaksanakan dengan
perencanaan yang matang, yang pada gilirannya akan menjadikan pencapaian
kinerja organisasi lebih optimal;
5. Adanya urgensi untuk secara progresif meningkatkan kuantitas dan kualitas SDM
Pengelola Keuangan Kemenlu, terutama terkait dengan diberlakukannya SAP
Basis Akrual, yang menuntut pemahaman dan akurasi data-data keuangan yang
tinggi. Keberadaan pengelolaan keuangan (Bendahara dan Penata
Kerumahtangaan/BPKRT) yang terbatas, terutama di Satker Perwakilan yang
hanya memiliki 1 (satu) BPKRT, akan cukup mempersulit pelaksanaan SAP Basis
Akrual ke depannya. Perubahan SAP yang cukup dalam waktu singkat
menyebabkan pemahaman para pengelola keuangan di satker-satker masih
sangat terbatas.
Demikian, dengan tersusunnya Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal
Kementerian Luar Negeri tahun 2016, diharapkan pencapaian kinerja dan pelaporan
kinerja Sekretariat Jenderal Kementerian Luar Negeri pada tahun 2017 dapat lebih
baik.
IV.1 Kendala Utama
Dalam penyusunan Laporan Kinerja tahun 2016 ini, sistematika
penyusunannnya telah sesuai dengan kaidah yang ditetapkan. Namun demikian,
masih terdapat kekurangan-kekurangan yang menjadi kendala utama dalam
pelaksanaan kegiatan yang mempengaruhi tingkat capaian sasaran, yakni:
1. Sistem manajemen kinerja di Kementerian Luar Negeri tengah dalam proses
pengembangan yang sangat berdampak luas bagi pengelolaan kinerja di
Kementerian Luar Negeri khususnya di Sekretariat Jenderal;
2. Restrukturisasi organisasi Kementerian Luar Negeri 2015–2019 pada tahun 2016
pada prosesnya akan memunculkan jabatan-jabatan baru secara nomenklatur
maupun substansif yang mensyaratkan penyusunan pembaharuan peta dan
analisa jabatan. Oleh karena itu penyempurnaan model dan standar kompetensi
jabatan serta pelaksanaan asesmen mulai dilaksanakan secara bertahap pada
tahun 2016 sehingga tugas pokok dan fungsi pada jabatan baru belum dapat
dilaksanakan secara efektif;
42
Laporan Kinerja Sekretariat Jenderal 2016
3. Penyampaian tambahan paket pengadaan (diluar ULP) mendekati akhir tahun
anggaran serta penyampaian kelengkapan dokumen oleh user yang berdekatan
dengan waktu pelaksanaan lelang/ kegiatan/ pekerjaanmenyebabkan masa
persiapan pengadaan oleh pokja menjadi terlalu singkat sehingga berpotensi
besar menyebabkan lelang gagal yang tidak mungkin dilakukan pelelangan ulang;
4. Kendala terkait penyelesaian dokumen keuangan tepat waktu yaitu dokumen
keuangan yang berasal dari Perwakilan RI tidak lengkap dan terlambat
disampaikan sehingga dokumen tersebut tidak dapat segera ditindaklanjuti.
IV.2 Pemecahan Masalah
Setelah diadakan evaluasi kinerja secara komprehensif dan disesuaikan
dengan Rencana Strategis Sekretariat Jenderal tahun 2015-2019 dan dengan melihat
pada Kendala Utama yang dihadapi, maka upaya-upaya yang dilakukan untuk
memperoleh hasil pengukuran kinerja tahun 2016 yang lebih akurat adalah:
1. Kemenlumelalui Sekretariat Jenderal telah menyusun rencana aksi atas
pencapaian perjanjian kinerja. Meskipun secara kualitas belum sepenuhnya
memadai, namun rencana aksi yang telah disusun dapat memudahkan pimpinan
untuk melakukan pemantauan dan pengendalian capaian kinerja pada tahun
berjalan;
2. Pembahasan jurnal transaksi akrual di Lingkungan Kementerian Luar Negeri dan
Satker Perwakilan RI di luar negeri;
3. Kemenlu c.q. Sekretariat Jenderal dan Inspektorat Jenderal akan melakukan
rekonsiliasi dan monitoring internal Kemenlu, guna memastikan dan
menindaklanjuti berbagai temuan BPK yang ada;
4. Melakukan prioritasi kegiatan dan optimalisasi anggaran untuk melaksanakan
penerapan Cetak biru Strategi Teknologi Informasi dan Komunikasi;
5. Meningkatkan konsolidasi dan koordinasi dengan seluruh user serta konsultasi
kepada LKPP sehingga pelaksanaan lelang dapat lebih lancar, selain itu
pembuatan sistem informasi manajemen pengadaan barang/jasa Pemerintah
dapat menunjang kinerja serta dapat mengurangi beban biaya penggandaan
dokumen pengadaan.