Laporan Kimia Organik
-
Upload
akbar-d-yogaswara -
Category
Documents
-
view
351 -
download
24
description
Transcript of Laporan Kimia Organik
LAPORAN PRAKTIKUM
KIMIA ORGANIK
PERCOBAAN 5
REAKSI UJI PROTEIN
NAMA : DALE AKBAR YOGASWARA
NIM : J1C111015
KELOMPOK : I (SATU)
ASISTEN : MA’RIFATUL MAHMUDAH
PROGRAM STUDI BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2012
PERCOBAAN 5
REAKSI UJI PROTEIN
I. TUJUAN PERCOBAAN
Tujuan percobaan praktikum ini adalah mempelajari dan memahami reaksi
kimia spesifik pada protein (asam amino).
II. TINJAUAN PUSTAKA
Asam amino merupakan senyawa monomer dari protein asam amino dapat
dikelompokkan sebagai turunan asam karboksilat dengan adanya yang terikat
pada C alfa (α) yaitu atom C setelah gugus COOH. Jadi struktur asam amino
mempunyai 2 buah gugus fungsi yaitu gugus karboksilat (-COOH) dan gugus
amina (-NH2). Struktur asam amino secara umum, yaitu:
H O
R C C
NH2 OH
(Riawan, 1990).
Asam amino merupakan bahan pangan penting yang sangat diperlukan
oleh tubuh. Kemudian dari kebutuhan asam amino tersebut, ada beberapa jenis
asam amino yang dapat disintesis oleh tubuh. Dalam bahan pangan banyak
terdapat asam amino, kurang lebih sekitar 20 macam asam amino, yaitu:
Asam amino non esensial, antara lain: glisin, alanin, serin, asam
asparat, asam glutamat, ornifin, arginin, prolin, hidroksiprolin,
sistein, dan tirosin.
Asam amino esensial, antara lain: valin, leusin, isoleusin, lisin,
histidin, metionin, fenil alanin, triftofen, dan treonin (Riawan,
1990).
Asam amino tidak selalu bersifat seperti senyawa-senyawa organik.
Misalnya, titik lelehnya di atas 2000C, sedangkan kebanyakan senyawa organik
dengan bobot molekul sekitar itu berupa cairan pada temperatur kamar. Asam
amino larut dalam air dan dalam pelarut polar lainnya, tetapi tidak larut dalam
pelarut nonpolar seperti dietil eter atau benzena. Asam amino mempunyai momen
dipol yang besar. Juga, mereka kurang bersifat asam dibandingkan sebagian besar
asam karboksilat dan kurang basa dibandingkan sebagian besar amina (Fessenden,
1986).
Mengapa asam amino menunjukkan sifat yang tak biasa ini, karena suatu
asam amino mengandung suatu gugus amino yang bersifat basa dan gugus
karboksil yang bersifat asam dalam molekul yang sama. Suatu asam amino
mengalami reaksi asam-basa internal yang menghasilkan suatu ion dipolar, yang
juga disaebut zwitterion (dari kata jerman zwitter, “hibrida”). Karena terjadinya
muatan ion, suatu asam amino mempunyai banyak sifat garam. Tambahan pula,
pKa suatu asam amino bukanlah pKa dari gugus –COOH, melainkan dari gugus –
NH3+. pKb bukan dari gugus amino yang bersifat basa, melainkan gugus –COO-
yang bersifat basa sangat lemah (Fessenden, 1986).
Protein merupakan polimer alam yang terjadi melalui reaksi polimerisasi
kondensasi dari monomer asam amino. Asam amino berikatan dengan asam
amino lainnya melalui ikatan peptida. Ikatan ini terjadi antara atom C dari gugus –
COOH dengan atom N dari gugus –NH2. Ikatan antara 2 buah asam amino
melalui reaksi dari 2 asam amino tersebut, maka gugus –NH2 akan berikatan
dengan gugus –COOH dari asam amino lain dan gugus karboksilat akan berikatan
juga dengan gugus amino (-NH2) dari asam amino yang lain sehingga membentuk
polimer yang besar disebut dengan protein (Fessenden, 1986).
Dilihat dari struktur molekulnya maka dapat dibagi menjadi 2 golongan
yaitu: protein sederhana dan protein gabungan. Protein sederhana adalah protein
yang hanya terdiri atas molekul-molekul asam amino saja. Dari bentuk molekul,
protein sederhana dibagi menjadi 2, yaitu fiber dan protein globular.
Protein fiber mempunyai bentuk molekul panjang. Molekul protein
ini terdiri dari beberapa rantai polipeptida yang memanjang dan
dihubungkan oleh beberapa ikatan silang hingga merupakan bentuk
serat atau serabut yang stabil.
Protein globular berbentuk bulat atau elips dan terdiri dari rantai
polipeptida yang berlipat.
Sedangkan protein gabungan adalah senyawa protein yang berikatan
dengan senyawa bukan protein. Gugus protein disebut dengan gugus prostetik.
Gugus prostetik dapat merupakan senyawa karbohidrat, lipid, atau asam nukleat.
Jenis protein gabungan adalah miukroprotein, glikoprotein, lipoprotein, dan
nukleoprotein (Syukri, 1999).
III. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
Alat-alat yang digunakan pada percobaan ini adalah tabung reaksi, gelas
ukur, pipet tetes, kertas saring, corong, labu erlenmeyer, dan penangas air.
B. Bahan
Bahan yang digunakan pada percobaan ini adalah aquades, NaOH,
reagen Biuret, HNO3 pekat, ubi kayu, albumin, reagen Millon, fomaldehida
0,5 %, H2SO4 pekat, HgSO4, dan Pb asetat.
IV. PROSEDUR KERJA
1. Reaksi Biuret
- Diisi tabung reaksi dengan 1 ml sampel.
- Ditambahkan reagen Biuret (3 tetes larutan NaOH pekat dan 2 tetes
larutan CuSO4 5 %).
- Dikocok dan diamati perubahannya.
2. Reaksi Xanthoprotein
- Diisi tabung reaksi dengan 1 ml sampel dan ditambahkan 1 ml HNO3
pekat.
- Diamati endapan yang terbentuk.
- Dipanaskan dan diamati perubahan yang terjadi.
- Didinginkan dan dibagi menjadi dua bagian.
- Ditambahkan NaOH pada tabung 1. Diamati perubahan yang terjadi.
- Dibandingkan tabung 2 yang tidak diberi NaOH.
3. Reaksi Millon Nasse (Untuk Tirosin)
- Diisi tabung reaksi dengan 2 ml sampel ditambah 1 ml regen Millon
(HgSO4 1% dalam H2SO4 10%).
- Dipanaskan, diamati perubahan yang terjadi.
- Didingikan dibawah air leding, diteteskan larutan NaNO3 1%.
- Dipanaskan lagi, diamati perubahan yang terjadi.
4. Reaksi Hopkins-Cole (Untuk Triptopan)
- Diisi tabung reaksi dengan 1 ml sampel yang telah siap, ditambahkan
1 ml formaldehid 0,5 %.
- Ditambahkan 1 ml H2SO4 pekat, perlahan–lahan melalui dinding
tabung yang dimiringkan, sehingga terbentuk dua lapisan yang
dibatasi lingkaran ungu. Jika digoyang, seluruh larutan akan
berwarna ungu.
5. Uji Belerang
- Dipanaskan tabung reaksi yang telah diisi 1 ml sampel dan 1 ml
NaOH 40% selama 1 menit untuk S organik yang diubah menjadi S
anorganik (Natrium sulfida).
- Ditambahkan setetes Pb asetat.
- Diamati perubahannya.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. HASIL
No. Langkah Percobaan Hasil Pengamatan
1.
2.
Reaksi Biuret
- 1 ml minyak + 3 ml reagen biuret
- 1 ml telur ayam kampung + 3 ml
reagen biuret
- 1 ml telur itik + 3 ml reagen biuret
- 1 ml filtrate ubi kayu + 3 ml reagen
biuret
- 1 ml susu + 3 ml reagen biuret
Reaksi Xanthoprotein
- 1 ml minyak + 1 ml HNO3 pekat →
dipanaskan → dibagi 2 salah satu
ditambah 2 tetes NaOH
Berubah warna menjadi
putih keruh
Tidak terjadi perubahan
Tidak terjadi perubahan
Tidak terjadi perubahan
Tidak terjadi perubahan
Terbentuk 2 lapisan (HNO3
dibawah) → warna tidak
berubah → tidak terjadi
perubahan pada tabung yang
ditambah NaOH
3.
- 1 ml susu + 1 ml HNO3 →
dipanskan → dibagi 2 salah satu
ditambah 2 tetes NaOH
- 1 ml filtrat ubi kayu + 1 ml HNO3
→ dipanaskan → dibagi 2 salah
satu ditambah 2 tetes NaOH
- 1 ml telur itik + 1 ml HNO3 →
dipanaskan → dibagi 2 salah satu
ditambah 2 tetes NaOH
- 1 ml telur ayam + 1 ml HNO3 →
dipanaskan → dibagi 2 salah satu
ditambah 2 tetes NaOH
Reaksi Millon Nasse (untuk tirosin)
- 2 ml susu + 1 ml reagen millon
(dipanaskan) + NaNO3
- 2 ml telur itik + 1 ml reagen millon
(dipanaskan) + NaNO3
- 2 ml telur ayam + 1 ml reagen
millon (dipanaskan) + NaNO3
- 2 ml minyak + 1 ml reagen millon
(dipanaskan) + NaNO3
- 2 ml filtrat ubi kayu + 1 ml reagen
millon (dipanaskan) + NaNO3
Tidak ada endapan → warna
berubah menjadi kuning →
tidak terjadi perubahan pada
tabung yang ditambah
NaOH
Terbentuk endapan → tidak
terjadi perubahan warna →
tidak terjadi perubahan pada
tabung yang ditambah
NaOH
Terbentuk endapan → warna
menjadi kuning → tidak
terjadi perubahan pada
tabung yang ditambah
NaOH
Terbentuk endapan → warna
menjadi kuning → tidak
terjadi perubahan pada
tabung yang ditambah
NaOH
Warna merah - merah
Warna merah - merah
Warna merah - merah
Warna merah - merah
Warna merah - merah
4.
5.
Reaksi Hopkins–Cole (untuk
triptopan)
- 5 tetes susu + 5 tetes formaldehid
0,5% + 1 ml H2SO4 pekat
- 5 tetes telur itik + 5 tetes
formaldehid 0,5% + 1 ml H2SO4
pekat
- 5 tetes telur ayam + 5 tetes
formaldehid 0,5% + 1 ml H2SO4
pekat
- 5 tetes minyak + 5 tetes formaldehid
0,5% + 1 ml H2SO4 pekat
- 5 tetes filtrat ubi kayu + 5 tetes
formaldehid 0,5% + 1 ml H2SO4
pekat
Uji Belerang
- 1 ml susu + 1 ml NaOH 10%
(dipanaskan) + Pb asetat
- 1 ml telur itik + 1 ml NaOH 10%
(dipanaskan) + Pb asetat
- 1 ml telur ayam + 1 ml NaOH 10%
(dipanaskan) + Pb asetat
- 1 ml minyak + 1 ml NaOH 10% +
Pb asetat
- 1 ml fitrat ubi kayu + 1 ml NaOH
10% (dipanaskan) + Pb asetat
Warna merah - merah
Warna merah - merah
Warna merah - merah
Warna merah - merah
Warna merah - merah
-
+
+
-
-
B. PEMBAHASAN
1. Reaksi Biuret
Pada percobaan reaksi biuret ini, sampel yang digunakan sama
dengan sampel pada reaksi pengendapan yaitu putih telur (ayam, dan
itik), filtrat ubi kayu serta susu. Percobaan ini bertujuan untuk
NH2 NH2
membuktikan adanya ikatan peptida lebih dari satu. Secara teori uji ini
positif apabila pada sampel yang direaksikan menghasilkan warna ungu.
Warna ungu tersebut akan dipengaruhi oleh banyaknya asam amino yang
terikat pada ikatan peptida. Pada percobaan ini dilakukan pencampuran
sampel dengan NaOH, kemudian ditambahkan dengan CuSO4 5%.
Berdasarkan data hasil pengamatan diperoleh bahwa pada semua sampel
tidak terjadi perubahan menjadi warna ungu, saya juga kurang mengerti
kenapa ditak terjadi perubahan warna menjadi ungu. Secara teori, reaksi
yang terjadi adalah sebagai berikut:
R – CH – COOH + 2NaOH + CuSO4 R – CH – COOH +
Cu(OH)2 + Na2SO4
2. Reaksi Xanthoprotein
Pada percobaan reaksi xanthoprotein ini, sampel yang digunakan
juga sama dengan reaksi biuret yaitu putih telur (ayam, dan itik), minyak
serta susu. Percobaan ini berdasarkan nitrasi inti benzena yang terdapat
dalam molekul protein, seperti triftopan, tirosin, dan fenialanin. Uji ini
positif apabila pada sampel yang direaksikan menghasilkan endapan
kuning. Dalam hal ini, dilakukan pencampuran sampel dengan aquades
dan HNO3 pekat serta melakukan pemanasan. Kemudian larutan dibagi
menjadi dua bagian. Pada bagian pertama yang ditambahkan dengan
NaOH dan pada bagian kedua yang tidak ditambahkan dengan NaOH.
Berdasarkan data yang dihasilkan diperoleh bahwa pada sampel putih
telur (ayam dan itik) serta filtrat ubi kayu menghasilkan endapan kuning
walaupun endapannya dibagi dua. Sedangkan pada sampel susu dan
minyak tidak menghasilkan endapan kuning. Berarti dalam hal ini putih
telur (ayam dan itik) serta filtrat ubi kayu memberikan uji positif pada
percobaan reaksi xanthoprotein. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
H H
–CH2–C–COOH + HNO3 –CH2–C–CONO3+ H2O
NH2 NH2
H H
–CH2–C–CONO3 + NH4OH –CH2–C–COOH+
NH2 NH2
3. Reaksi Millon Nasse (Untuk Tirosin)
Pada percobaan reaksi Millon Nasse ini bertujuan untuk mendeteksi
pada sampel adanya asam amino yang mempunyai gusus fenol seperti
tirosin. Percobaan ini dilakukan pencampuran sampel dengan reagen
Millon, kemudian dilakukan pemanasan. Selanjutnya diteteskan NaOH 1
%. Dalam hal ini semua sampel kecuali minyak berubah menjadi warna
merah setelah dipanaskan, hal ini menunjukkan bahwa semua sampel
positif mengandung asam amino. Reaksi yang terjadi adalah sebagai
berikut:
NH2
–CH2–C–COOH + HgSO4 + NaNO3 –CH2–C–CONO3
+ Hg (OH)2 + NaSO4
4. Reaksi Hopkins–Cole (Untuk triptopan)
Pada percobaan dimana putih telur (ayam dan itik), filtrat ubi kayu,
minyak serta susu ditambahkan dengan formaldehid encer tidak terjadi
perubahan, setelah ditambahkan dengan HgSO4 1% pekatseharusnya
menurut teori secara perlahan–lahan maka akan terbentuk cincin ungu
pada batas pertemuan larutan, dalam percobaan tidak terbentuk. Hal ini
membuktikan bahwa pada semua sampel uji negatif.
Pembentukkan cincin ungu ini dikarenakan cincin membentuk
kondensasi dua inti indol dari triptofan dengan aldehid. Aldehid disini
diperoleh dari formaldehid yang ditambahkan ke dalam larutan.
CH
CH3
HC- COOH + H2SO4 HC-COOSO3 + H2O
N NH3
5. Uji Belerang
NH4NO3
NH2 NH2
Pada reaksi ini akan dihasilkan larutan berwarna cokelat. Pada
percobaan dengan sampel putih telur (ayam dan itik) mengalami uji
positif yaitu ditandai dengan warna akhir larutan tersebut adalah cokelat
tua dan masih terdapat endapan pada larutannya. Sebelum ditetesi
dengan Pb-asetat larutan tersebut berwarna kuning dengan jumlah
endapan yang sedikit, setelah dilakukan penambahan dengan Pb-asetat
maka terbentuk dua lapisan pada larutan ketika dikocok maka larutan
berubah menjadi cokelat. Pada percobaan ini dilakukan pemanasan yang
bertujuan untuk mengubah S organik menjadi S anorganik.
Sedangkan pada sampel air susu, filtrat ubi kayu dan minyak
mengalami uji negatif yang tidak ditandai dengan terbentuknya larutan
berwarna cokelat sebagai warna larutan akhir.
H – S – CH – COOH + NaOH Na2S + CH3 – CH – COOH
Na2S + Pb(NO3)2 PbS ↓ + 2NaNO3
VI. KESIMPULAN
Dari hasil percobaan, maka dapat diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Gumpalan putih yang dihasilkan pada putih telur dan susu
menunjukkan adanya protein (asam amino).
2. Reaksi biuret bertujuan untuk membuktikan adanya ikatan peptida lebih
dari satu dan akan memberikan uji negatif pada semua sampel karena
tidak menghasilkan warna ungu.
3. Reaksi Xanthoprotein ini berdasarkan nitrasi inti benzena yang terdapat
dalam molekul protein, seperti triftopan, tirosin, dan fenialani dan
memberikan uji positif pada putih telur (ayam dan itik) dan filtrat ubi
kayu yang direaksikan karena menghasilkan endapan kuning.
4. Reaksi Millo Nase ini bertujuan untuk mendeteksi pada sample adanya
asam amino yang mempunyai gusus fenol seperti tirosin yang
menghasilkan gumpalan putih apabila direaksikan dengan reagen
merkuri sulfat.
5. Reaksi Hopkins Cole ini merupakan khas untuk gugus indol dalam
protein dan uji ini positif apbila terbentuk dua lapisan yang dibatasi
oleh cincin berwarna ungu pada sample tersebut.
6. Uji belerang ini bertujuan untuk mendeteksi adanya sulfur (belerang)
dalam asam amino dan memberikan uji positif pada putih telur (ayam
dan itik) karena terbentuk endapan hitam yang menandakan adanya
sulfur tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Fessenden dan Fessenden. 1986. Kimia Organik Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Riawan, S. 1990. Kimia Organik Edisi 1. Bina Rupa Aksara. Jakarta.
Syukri, S. 1999. Kimia Dasar 3. ITB Press. Bandung.