laporan ketik ekolatrop

84
1.PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Indonesia merupakan negara kepulauan. Luas pantai di Indonesia berpotensi membentuk ekosistem dengan keanekaragamannya. Ekosistem terpenting yang ada di perairan laut, yaitu ekosistem mangrove, ekosistem terumbu karang dan ekosistem lamun. Keberadaan ketiga ekosistem tersebut menjadi habitat berbagai biota laut. Biota laut yang ada di dalamnya merupakan kekayaan laut pesisir. Banyaknya pulau yang dimiliki Indonesia , sehingga Indonesia disebut negara kepulauan. Keberadan pulau- pulau tersebut tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Bahkan wilayah pesisir mempunyai keunggulan wilayah yang berbeda diantara wilayah yang lain. Keunggulan suatu wilayah dapat terlihat dari keunggulan sumberdaya alamnya, misalnya mangrove, terumbu karang,dan lamun. Sumberdaya tersebut saling keterkaitan serta mempunyai karakteristik kultur yang khas. Keberadaan sumberdaya alam juga berhubungan dan salaing keterkaitan dengan masyarakat. Ekosistem di perairan laut dipengaruhi oleh berbagai aspek yang berkaitan dengan kehidupannya. Ekosistem laut berbeda dengan ekosistem darat. Ekosistem laut akan dapat beradaptasi dengan lingkungan hidup yang ekstrim, suhu yang rendah serta tekanan yang tinggi. Pada laut dalam yang lingkungannya ekstrim 1

description

laporan

Transcript of laporan ketik ekolatrop

1.PENDAHULUAN1.1 LATAR BELAKANG

Indonesia merupakan negara kepulauan. Luas pantai di Indonesia berpotensi membentuk ekosistem dengan keanekaragamannya. Ekosistem terpenting yang ada di perairan laut, yaitu ekosistem mangrove, ekosistem terumbu karang dan ekosistem lamun. Keberadaan ketiga ekosistem tersebut menjadi habitat berbagai biota laut. Biota laut yang ada di dalamnya merupakan kekayaan laut pesisir.Banyaknya pulau yang dimiliki Indonesia , sehingga Indonesia disebut negara kepulauan. Keberadan pulau-pulau tersebut tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Bahkan wilayah pesisir mempunyai keunggulan wilayah yang berbeda diantara wilayah yang lain. Keunggulan suatu wilayah dapat terlihat dari keunggulan sumberdaya alamnya, misalnya mangrove, terumbu karang,dan lamun. Sumberdaya tersebut saling keterkaitan serta mempunyai karakteristik kultur yang khas. Keberadaan sumberdaya alam juga berhubungan dan salaing keterkaitan dengan masyarakat.Ekosistem di perairan laut dipengaruhi oleh berbagai aspek yang berkaitan dengan kehidupannya. Ekosistem laut berbeda dengan ekosistem darat. Ekosistem laut akan dapat beradaptasi dengan lingkungan hidup yang ekstrim, suhu yang rendah serta tekanan yang tinggi. Pada laut dalam yang lingkungannya ekstrim banyak terdapat aktivitas thermal vents. Hal itu dikarenakan cahaya matahri tidak dapat menembus perairan. Oleh karena itu, di perairan dalam proses fotosintesis tidak terjadi secara optimal. Kompleksnya suatu struktur di perairan menunjukan diversity spesies. Akan terjadi siklus materi dan arus energi pada komponen-komponen yang ada. Segala aktivitas yang terjadi juga dipengaruhi beberapa faktor, diantaranya faktor kimia,fisika dan biologi. Hubungan yang terjadi di dalam ekosistem merupakan satu kesatuan komunitas perairan. Komponen tersebut terdiri atas komponen biotik (mahluk hidup) dan abiotik(mahluk tak hidup).1.2 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud diadakannya praktikum ekologi laut tropis di Pantai Kondang Merak Kabupaten Malang adalah agar para praktikan dapat mengamati keadaan ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang di Pantai Kondang Merak.selain itu,praktikan dapat melihat secara langsung jenis-jenis individu yang terdapat di ketiga ekosistem tersebut.

Tujuan diadakannya praktikum ekologi laut tropis di Pantai Kondang Merak Kabupaten Malang adalah untuk mengetahui presentase penutupan ekosistem lamun, terumbu karang, dan mangrove di Pantai Kondang Merak Kabupaten Malang (Malang Selatan). Selain itu, mengetahui kondisi perairan di daerah tersebut.

1.3 MANFAAT DAN KEGUNAAN

Manfaat dari praktikum ekologi laut tropis tentang mangrove, lamun, dan terumbu karang adalah agar praktikan dapat memahami tentang habitat dan ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang.

Kegunaan dari praktikum ekologi laut tropis tentang mangrove, lamun, dan terumbu karang adalah agar praktikan dapat memahami dan dapat mengetahui keanekaragaman hayati yang ada di ekosistem mangrove, lamun, dan terumbu karang pada setiap transek.

1.4 TEMPAT DAN WAKTU

Praktikum ekologi laut tropis dilaksanakan di Pantai Kondang Merak,Kabupaten Malang pada hari sabtu tanggal 25Oktober 2014, pada pukul 04.30 WIBsampai selesai.2.TINJAUAN PUSTAKA2.1 EKOLOGI LAUT TROPISMANGROVE

Hutan bakau (mangrove) adalah tipe hutan yang ditumbuhi dengan pohon bakau (mangrove) yang khas terdapat disepanjang pantai atau muara sungai dan dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Hutan bakau ini sering juga disebut sebagai hutan pantai atau hutan pasut. Hutan bakau umumnya tumbuh berbatasan dengan darat pada jangkauan air pasang tertinggi, sehingga ekosistem ini merupakan daerah transisi yang eksistensinya juga dipengaruhi oleh faktorfaktor darat dan laut (Hogarth, 1999; Tomlinson, 1986; Nontji, 1987).

Gambar 1. Mangrove (Sumber: Google Image, 2014)Hutan bakau mempunyai fungsi ganda dan merupakan mata rantai yang sangat penting dalam memelihara keseimbangan siklus biologi di suatu perairan. Fungsi fisik hutan bakau yaitu menjaga keseimbangan ekosistem perairan pantai, melindungi pantai dan tebing sungai terhadap pengikisan atau erosi pantai, menahan dan mengendapkan lumpur serta menyaring bahan tercemar. Fungsi lainnya adalah sebagai penghasil bahan organik yang merupakan sumber makanan biota, tempat berlindung dan memijah berbagai jenis udang, ikan, dan berbagai biota lainnya (Bosire et al., 2005; Bowen et al., 2001; Bengen, 2000)

LAMUN

Padang Lamun merupakan salah satu ekosistem yang berada di perairan pesisir yang memiliki Produktivitas tertinggi setelah terumbu karang. Tingginya Produktivitas Lamun tak Lepas dari peranannya sebagai habitat dan naungan berbagai biota. Di daerah Padang lamun hidup berbagai jenis biota laut seperti ikan, crustacean, molluska dan Echinodermata. Mereka membentuk jarring jarring makanan yang sangat kompleks, sehingga terjadi aliran energy dan siklus materi yang sangat kompleks pula. Ada biota yang hidup menetap danada pula sebagai pengunjung setia di padang lamun tersebut (Ira et.al, 2012 ).

Gambar 2. Lamun (Sumber: Google Image, 2014)

Komunitas lamun merupakan komponen kunci dalam ekosistem pesisir di seluruh dunia (Hutomo& Peristiwadi, 1990). Selain nilai secara hakiki tersebut, lamun sebagai penyedia makanan, sebagai tempat berlindung beberapa jenis ikan dan krustase komersial penting (GRAY et al. 1996). Namun keberadaan komunitas lamun hampir di setiap pesisir bervariasi, hal ini diduga karena perbedaan karakteristik lingkungan perairan ( Supriyadi, 2010 ).TERUMBU KARANG

Ekosistem terumbu karang menempati barisan terdepan, disusul ekosistem lamun dan mangrove. Ekosistem terumbu karang memiliki karakteristik yang spesifik dan sangat bergantung pada kondisi perairan disekitarnya. Terumbu karang membutuhkanperairan dengan kecerahan tinggi dan intensitas cahaya yang memadai, yang biasanya berada pada daerah paparan yang dangkal. Wilayah Indonesia memiliki perairan pantai sepanjang lebih dari 81.000 km. Perairan ini sebagian besar merupakan perairan dangkal yang sangat potensial bagi berkembangnya ekosistem terumbu karang. Terumbu karang merupakan ekosistem yang khas di daerah tropis (Sunarto, 2006).

Gambar 3. Terumbu Karang ( Sumber : Google.image. 2014 )Terumbu karang di perairan Sanur mempunyai beberapa fungsi diantaranya fungsi konservasi yakni tempat berlangsungnya proses-proses ekologis dan sistem penyangga kehidupan laut serta Pengawetan keanekaragaman hayati dan plasma nutfah.

Fungsi fisik, sebagai pelindung pantai dari abrasi dengan meredam gelombang sehingga energi gelombang sampai ke bibir pantai melemah, penghasil pasir putih, perluasan daratan saat surut. Fungsi produksi, yakni sebagai lahan utama bagi nelayan untuk mendapatkan bahan makanan baik untuk konsumsi sendiri ataupun dijual seperti ikan, udang, kepiting, lobster, kerang-kerangan, gurita, produk ornamental/akuarium, ikan hias, karang hias, kerang hias, souvenir, bahan baku industri farmasi kosmetika serta bahan bangunan di masa lalu (Prasetyo, dkk. 2011).

2.2 CIRI EKOSISTEM LAUT TROPIS

Menurut Satino, (2011) ekosistem laut mempunyai ciri ciri yaitu ;

1. Bersifat contimnental2. Luas dan dalam3. Asin4. Memiliki arus dan gelombang5. Pasang-surut dan dihuni oleh organisme baik plankton, neuston maupun bentos

Menurut Regional, (2008) dalam ekosistem pesisir dan laut, ekosistem laut meliputi beberapa ekosistem khas seperti padang lamun, terumbu karang, laut dalam dan samudra, dimana seluruh jenis organisme saling berhubungan dan ekosistem pesisir dimana organisme penghuninya berbaur antara organisme dari darat dan dari laut. Seperti pantai berbatu, pantai berpasir, hutan mangrove, padang lamun dan terumbu karang.2.3 RANTAI MAKANAN

Secara ekologis, ekosistem mangrove merupakan tempat siklus rantai makanan karena tersedianya sumber unsur hara yang kaya raya. Sedangkan daun-daun mangrove yang telah gugur dan jatuh ke dalam air akan menjadi substrat yang baik bagi jamur dan bakteri dan sekaligus mempercepat proses pembentukan detritus dan mineralisasi. Dengan demikian tersedia makanan bagi hewan avertebrata, yang selanjutnya terbentuk sistem jaringan makanan kompleks, sehingga ekosistem mangrove merupakan habitat, nursery ground, feeding ground, spawning ground bagi fauna diperaira. Lebih kurang 2.000 spesies fauna ikan, udang, maluska, vertebrata dan invertebrata lainnya, sehingga ekosistem mangrove adalah merupakan lumbung benih kehidupan dilaut( kamal, 2006 ).

Dalam mekanisme rantai makanan di dalam laut pencemaran akibat kegiatan industry sangatlah merugikan bagi rantai makanan di daerah laut tersebut karena pada umumny buangan atau lmbah mengandung zat beravun yang termasuk adalah logam berat. Logam berat akan masuk ke dalam tubuh organisme laut srbagian besar melalui rantai makanan yang akan dimangsa oleh zooplankton, zooplankton dimangsa oleh ikan-ikan kecil, ikan kecil akan dimangsa oleh ikan besar dan akhirnya ikan besar dikonsumsi oleh manusia. Proses ini berlangsung secara terus menerus maka jumlah dari logam yang terkonsumsi juga semakin banya dan termasuk terakumulasi ke dalam tubuh manusia ( Darmono, 2011 ).2.4 FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI EKOLOGI LAUT2.1. 2.2. 2.3. FAKTOR FISIKA

Cukup banyak faktor-faktor fisika yang mempengaruhi kelimpahan fitoplankton seperti suhu, pergerakan air dan cahaya, akan tetapi faktor fisika utama yang menentukan produktivitas primer adalah cahaya. Suhu merupakan faktor turunan dari keberadaan cahaya. Selain faktor cahaya, suhu juga sangat mendukung pergerakannya secara vertikal. Hal ini sangat berhubungan dengan densitas air laut yang mampu menahan plankton untuk tidak tenggelam. Perpindahan secara vertikal ini juga dipengaruhi oleh kemampuannya bergerak atau lebih tepat mengadakan adaptasi fisiologis sehingga terus melayang pada kolom air. Perpaduan kondisi fisika air dan mekanisme mengapung menyebabkan plankton mampu bermigrasi secara vertikal sehingga distribusinya berbeda (Sunarto, 2008).

Kecerahan perairan adalah suatu kondisi yang menunjukkan kemampuan cahaya untuk menembus lapisan air pada kedalaman tertentu. Pada perairan alami kecerahan sangat penting karena erat kaitannya dengan aktifitas fotosintesa. Kecerahan merupakan faktor penting bagi proses fotosintesa dan produksi primerdalam suatu perairan (sari, dkk. 2012 ).

FAKTOR KIMIA

Salinitas disamping suhu, adalah merupakan faktor abiotik yang sangat menentukan penyebaran biota laut. Perairan dengan salinitas lebih rendah atau lebih tinggi dari pada pergoyangan normal air laut merupakan faktor penghambat (limiting factor) untuk penyebaran biota laut tertentu (aziz, 1994).

Faktor kimia utama adalah ketersediaan nutrien atau zat anorganik. Sebagai organisme autotrop maka fitoplankton mendapatkan sumber energinya dari bahan anorganik yang akan dirubah menjadi bahan organik melalui proses fotosintesis dengan bantuan cahaya.Sebagai organissme autotrop fitoplankton berperan sebagai produser primer yang mampu mentransfer energi cahaya menjadi energi kimia berupa bahan organik pada selnya yang dapat dimanfaatkan oleh organisme lain pada tingkat tropis diatasnya. Fitoplankton merupakan produser terbesar pada ekosistem laut (Sunarto, 2008).

FAKTOR AKTIVITAS MANUSIA

Kerusakan lingkungan di wilayah pantai/pesisir Indonesia sampai saat ini belum bisa ditanggulangi dengan optimal. Bahkan yang terjadi saat ini, berbagai kerusakan lingkungan di wilayah pesisir semakin meluas. Penyebab kerusakan lingkungan di wilayah pesisir tersebut lebih didominasi oleh pencemaran minyak, sampah, dan lain-lain, abrasi pantai, kerusakan mangrove dan terumbu karang. Dengan melihat penyebab kerusakan tersebut terlihat bahwa aktivitas manusia lah yang menjadi penyebab utama kerusakan lingkungan di wilayah pesisir dan laut. Padahal kalau dilihat dari dampak kerusakan tersebut sebagai besar akan berdampak kepada aktivitas manusia dan lingkungan, seperti rusaknya biota laut, terancamnya pemukiman nelayan, terancamnya mata pencaharian nelayan dan sebagainya. Oleh sebab itu apabila hal ini tidak secepatnya ditanggulangi dengan optimal maka dikhawatirkan sumber daya pesisir dan laut akan semakin terdegradasi. Selain itu juga aktivitas masyarakat pesisir akan semakin terancam (Vitria, 2010).

Salah satu penyebab tekanan berlangsung terus menerus terhadap ekosistem terumbu karang serta biota yang beasosiasi dengannya adalah aktivitas masyarakat nelayan yang menggunakan jarring muromi, bubu ( perangkap tradisional ) panah, tombak, dan bahan peledak serta racun ikan diwilayah perairan ekosistem terumbu karang. Factor lain yang menyebabkan tekanan pada ekosistem adalah kegiatan pengambilan batu karang untuk berbagai peruntukan seperti pengerasan jalan, fondasi rumah, pengeingan pantai, penghalang ombak, dan lainnya yang secara tidak langsung berdampak negative bagi pertumbuhan dan perkembangan karang (haruddin, et. Al, 2011).

2.5 HUBUNGAN ANTARA EKOSISTEM MANGROVE, LAMUN, RUMPUT LAUT, DAN TERUMBU KARANG

Hubungan antar ekosistem mangrove dengan ekosistem terumbu karang dan lamun diantaranya dapat dillihat dari perpindahan hewan-hewan (khususnya hewan air) dari ekosistem mangrove dan terumbu karang maupun lamun. Banyak ikan maupun udang sebagian siklus hidupnya berpindah dari ekosistem mangrove ke ekosistem terumbu karang dan lamun. Hubungan lainnya dapat dilihat dari aliran air dimana dinamika pasang-surut dan arus membawa nutrient dari dan ke ekosistem-ekosistem tersebut (Lovelock, 1964). Ekosistem Terumbu Karang, ekosistem Padang Lamun dan ekosistem Mangrove merupakan ekosistem yang paling menentukan dalam pengayan dan pemulihan ketersedian sumberdaya ikan di laut. Semua ekosistem tersebut merupakan tempat aktifitas ikan dan kaya akan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh ikan dalam aktifitas hidup. Berfungsi sebagai daerah Pemijahan (Spawning Ground), daerah asuhan atau pembesaran (Nursery Ground) dan daerah mencari makan (Feeding Ground) (Warman, 2013).

2.6 MANFAAT2.4. 2.5. EKOSISTEM MANGROVE

Hutan mangrove dengan Vegetasi Hutan bakau memiliki peranan yang tidak dapat tergantikan oleh ekosistem lain, yaitu kedudukannya sebagai mata rantai yang mengaitkan ekosistem laut dan ekosistem darat ( Saraswati,2004 ).

Hutan mangrove memiliki fungsi dan manfaat diantaranya adalah , sebagai daerah asuhan (nursery grounds), tempat mencari makan (feeding grounds), dan daerah pemijahan (spawning grounds) berbagai jenis ikan, udang, dan biota laut lainnya. Penghasil sejumlah besar detritus (hara) bagi plankton, pemasok larva (nener) ikan, udang, dan biota laut lainnya, dan juga sebagai tempat wisata (Nontji, 2005)

EKOSISTEM LAMUN

Telah diketahui bahwa sejumlah avertebrata memakan lamun sedikit sekali. Tetapi jika lamun tersebut hanyut dan terdampar di pantai mulai terjadi dekompoisi sehingga lamun akan dimakan oleh beberapa larvae dan Talitridae (Amphipoda). Selanjutnya telah diketahui bahwa makanan yang diproduksi oleh lamun yang berguna untuk fauna dasar melalui bentuk detritus. Hanya sedikit sekali pengetahuan tentang proses dekomposisi lamun (MENZIES et al. 1967).

Padang lamun merupakan daerah asuhan untuk beberapa organisme. Sejumlah jenis fauna tergantung pada padang lamun, walaupun mereka tidak mempunyai hubungan dengan lamun itu sendiri. Banyak dari organisme tersebut mempunyai kontribusi terhadap keragaman pada komunitas, tetapi tidak berhubungan langsung dengan kepentingan ekonomi (azkab, 2000).

EKOSISTEM TERUMBU KARANG

Terumbu karang merupakan salah satu dari beberapa ekosistem yang ada di laut yang kaya akan keanekaragaman hayati dan memiliki manfaat yang besar di sektor perikanan. Berbagai jenis hewan dan tumbuhan yang hidup di ekosistem terumbu karang. Ada sekitar 350 jenis karang batu, >2000 jenis ikan, 1500 jenis moluska, 10 jenis teripang ekonomis dan 555 jenis alga yang hidup di ekosistem ini (Nontji, 1993).

Caesar (1996) menyatakan bahwa terumbu karang yang termasuk dalam kategori sangat baik dapat menyumbangkan 18 ton ikan per km2 per tahun, sedangkan yang termasuk dalam kategori baik dan cukup adalah sebesar 13 ton/km2 /tahun dan 8 ton/km2 /tahun. Apabila dikalkulasikan secara ekonomi, nilai terumbu karang yang ada di perairan Indonesia adalah sebesar 4,2 milyar $US dari aspek perikanan, wisata dan perlindungan laut. Nilai ini belum termasuk nilai manfaat terumbu karang sebagai pelindung pantai, bahan bangunan, sumber pangan serta obat-obatan.

3.METODE PRAKTIKUM2. 3.1 MANGROVE3. 3.1. ALAT DAN BAHAN

Adapun alat yang digunakan pada saat praktikum ekologi laut tropis mengenai ekosistemmangrove, yaitu :NoNama AlatJumlahKegunaan

1Rool Meter (100m)1 buahMengukur luasan area praktek

2Kamera Digital1 buahMendokumentasikan kegiatan dan organisme

3Kantong sampelsecukupnyaUntuk menyimpan spesimen

5Buku identifikasi1 buahUntuk membantu mengidentifikasi

6Alat tulis1 setUntuk mencatat hasil identifikasi

Table 1 Alat dan Bahan MangroveBahan yang digunakan pada saat praktikum ekologi laut tropis, yaitu mangrove.

Mangrove akan diamati kepadatan,keragaman, dan homogenitasnya.

PROSEDUR KERJA

MangroveMengunjungi stasiun mangrove yang telah ditentukanDalam stasiun mangrove terdapat 2 stasiun yang terdiri dari 9 transek. Dimana pada setiap transek terdiri dari3 plot, yaitu 1010, 5 5 , dan 1 1mDipilih minimal 3 transek untuk identifikasiDiidentifikasi genus dari mangrove di setiap transekDiamati jenis substrat dan kondisi lingkungan serta biota yang ada disetiap stasiunDiambil foto mangrove secara keseluruhan dan bagian-bagiannya (bunga, susunan bunga, buah, daun, susunan daun, letak daun, dan akar).Diidentifikasi sample (bagian tumbuhan mangrove)

HasilDihitung indeks keragaman, kelimpahan dan homogenitas.

3.2 LAMUN3.2. ALAT DAN BAHAN

Alat yang digunakan pada saat praktikum ekologi laut tropis pengamatan ekosiste lamun, yaitu:NoNama AlatFUNGSI

1Roll meter (100m)Untuk Transek

2Sabak dan PensilMencatat data

3Buku identifikasi lamunDigunakan membantu identifikasi lamun

4Skin dive toolsMasker, snorkle dan fin

5Transek kuadran 1x1mDibagi menjadi 100 bagian (100 cm2)

Table 2. Alat dan Bahan Lamun

Sedangkan bahan yang di gunakan pada saat praktikum yaitu lamun. Lamun akan dihitung keragaman,kelimpahan dan homogenitas.PROSEDUR KERJA

LAMUNDibuat line transek sepanjang 30 m kearah laut (vertikal dari garis pantai)Transek kuadran diletakan dalam setiap line transek dengan jarak 10 m Dilakukan pengulangan beberapa kali pada transek kuadran disetiap stasiun untuk mendapatkan hasil yang akuratDiamati dan dicatat jenis-jenis lamunDiambil Gambar hewan yang ditemukan didalam transekDicatat hasil indentifikasi

HasilDihitung indeks keragaman, kelimpahan dan homogenitas.2.1.1. 3.3. TERUMBU KARANG1. 2. 3. 3.3. 3.3.1 ALAT DAN BAHANPerlengkapan Pengukuran Parameter Lingkungan:NONAMA ALATFUNGSI

1Termometer digitalMengukur temperatur perairan

2SalinometerMengukur salinitas

3DO meterMengukur kandugan oksigen terlarut

4pH meterMengetahui pH suatu perairan

Table 3. Alat Dan Bahan Terumbu KarangPerlengkapan Praktikum:NONAMA ALATFUNGSI

1Role meter 100 mUntuk transek

2Sabak dan pensilMencatat data

3Buku identifikasi karangDigunakan untuk membantu mengidentifikasi karang

4Skin dive toolsMasker,snorkel ,dan fin

Table 4. Alat dan Bahan Terumbu KarangSedangkan bahan yang di gunakan pada saat praktikum yaitu terumbu karang. 2.2. 2.2.1.

3.3.2 Disiapkan Alat dan BahanPROSEDUR KERJA

Menarik line transek sepanjang 50 m sejajar garis pantai Mencatat kategori atau bentuk pertumbuhan karang yang berada tepat di bawah garis transek dengan jarak 0,5 cm Mengidentifikasi jenis karang yang berada di bawah transek Mencatat dalam form data lapang terumbu karang Mengambil gambar invertebrata dan vertebrata yang ditemukan Menghitung index keragaman, kelimpahan dan homogenitas HasilMencatat hasil identifikasi

4. DATA HASIL PENGAMATAN4. 1. DATA PENGAMATAN4. MANGROVETransek BUkuran transekJenis mangroveJumlah pohonDiameter rata-rata(cm)

10 10Xylocarpus moluccensis122,29

Xylocarpus rumphii116,56

Bruguiera gymnorhiza15,09

5 5Xylocarpus rumphii24,95

Table 5. Mangrove Transek B Biota yang ditemukan adalah semut, nyamuk dan serangga.Transek FUkuran transekJenis mangroveJumlah pohonDiameter rata-rata (cm)

10 10Nypa fruticans616,02

Xylocarpus moluccensis364,49

55Xylocarpus rumphii136,63

1 1Bruguiera gymnorhiza20,92

Xylocarphus rumphii20,98

Table 6. Mangrove Transek FBiota yang ditemukan adalah semut, ulat, kepiting , bekicot , nyamuk dan laba-laba.

DATA HASIL PERHITUNGANStasiun 1Transek Jenis PohonBeltasemai

ind/10m2ind/ha (Di)Rata-rata d (cm)Find/5m2ind/ha (Di)Rata-rata d (cm)find/m2ind/ha (Di)Rata-rata d (cm)f

1 (A)A00-000-000-0

B00-000-000-0

C00-000-000-0

D12013,69100-000-0

E00-000-000-0

F00-000-0240000.51

G0-01806,21120000.241

2 (B)A00-000-0-0-0

B36016,85100-0-0-0

C00-000-0-0-0

D00-000-0-0-0

E----21608,731-0-0

F36015,58121607,6416120000,91

G00-000-000-0

3 (C)A36012,4100-000-0

B00-000-000-0

C00-000-000-0

D00-000-000-0

E00-000-000-0

F00-032406,1100-0

G00-000-0120001,41

4 (D)A48015.411808,41000

B00-000-0000

C00-000-0000

D12012.34100-0000

E00-000-0000

F00-043205,61240001,91

G24036100-0120000,91

5 (E)A24011,611804,8100-0

B00-0-0-000-0

C00-0-0-000-0

D24012,31-0-000-0

E00-0-0-000-0

F12010,81-0-0120001,81

G12011,1121605,1100-0

Table 7. StasiunTabelluas area100M20,01Ha

jumlah transek 5luasanPohonHaBeltaHasemaiHa

10100,05550,0125110,0005

Perhitungan luas area (A) dengan total transek = 5A= 1. PohonA= = 0,05 ha2. BeltaA= = 0,0125ha3. SemaiA= = 0,0005 haKerapatan Jenis (Di) Rumus :Di = dengan : Di = kerapatan jenis i ni = Jumlah total tegakan dari jenis i A = Luas total area pengambilan sampel

Tingkat PohonTingkat BeltaTingkat Semai

Jenis (A)180Jenis (A)160Jenis (A)0

Jenis (B)60Jenis (B)0Jenis (B)0

Jenis (C)10Jenis (C)0Jenis (C)0

Jenis (D)80Jenis (D)0Jenis (D)0

Jenis (E)0Jenis (E)160Jenis (E)0

Jenis (F)80Jenis (F)720Jenis (F)22000

Jenis (G)80Jenis (G)240Jenis (G)6000

=460=1280=28000

Table 8. Kerapatan JenisKerapatan jenis pohon :1. Jenis (A) 5. Jenis (E)Di = = 180 Di = = 02. Jenis (B)6. Jenis (F)Di = = 60 Di = = 803. Jenis (C)7. Jenis (G)Di = = 0 Di = = 604. Jenis (D)Di = = 80 Total kerapatan jenis pohon adalah 180 + 60 + 0 + 80 + 0 + 80 + 60 = 460

Kerapatan Jenis Belta

1. Jenis (A) 5. Jenis (E)Di = = 160 Di = = 1602. Jenis (B)6. Jenis (F)Di = = 0 Di = = 7203. Jenis (C)7. Jenis (G)Di = = 0 Di = = 2404. Jenis (D)Di = = 0Total kerapatan jenis belta adalah 160 + 0+ 0+ 0 + 160+ 720 + 240= 1280Kerapatan Jenis Semai1. Jenis (A) 5. Jenis (E)Di = = 0 Di = = 02. Jenis (B)6. Jenis (F)Di = =0 Di = = 220003. Jenis (C)7. Jenis (G)Di = = 0 Di = = 60004. Jenis (D)Di = = 0Total kerapatan jenis semai adalah 0+ 0 + 0 + 0 + 0 + 22000 + 6000 = 28000

Kerapatan Relatif Jenis (Rdi) (%)Rumus : Dengan : Di = Kerapatan jenis i Di= Total kerapatan seluruh jenis

Tingkat PohonTingkat BeltaTingkat Semai

Jenis (A)39,1304Jenis (A)12,5 Jenis (A)0

Jenis (B)13,04347 Jenis (B)0Jenis (B)0

Jenis (C)0Jenis (C)0Jenis (C)0

Jenis (D)17,3913Jenis (D)0Jenis (D)0

Jenis (E)0Jenis (E)12,5Jenis (E)0

Jenis (F)17,3913Jenis (F)56,25Jenis (F)78,57

Jenis (G)13,04347Jenis (G)18,75Jenis (G)21,428

=100=100=100

Table 9. Kerapatan Relatif JenisKerapatan relatif jenis pohon :1. Jenis (A) 5. Jenis (E)RDi = = 39,1304% RDi = = 0 %2. Jenis (B)6. Jenis (F)RDi = = 13,04347 % RDi = = 17,3913 %3. Jenis (C)7. Jenis (G)RDi = = 0 %RDi = = 13,04347 %4. Jenis (D)RDi = = 17,3913 %Total kerapatan relatif jenis pohon adalah (39,13 + 13,04 + 0 + 17,39 + 0 + 17,39 + 13,04 ) % = 100 %

Kerapatan relatif jenis belta :1. Jenis (A) 5. Jenis (E)RDi = = 12,5 % RDi = = 12,5 %2. Jenis (B)6. Jenis (F)RDi = = 0 % RDi = = 56,25 %3. Jenis (C)7. Jenis (G)RDi = = 0 % RDi = = 18,75 % 4. Jenis (D)RDi = = 0%Total kerapatan relatif jenis belta adalah (12,5 + 0+ 0+ 0 + 12,5 + 56,25 + 18,75 ) % = 100 %

Kerapatan relatif jenis semai :1. Jenis (A) 5. Jenis (E)RDi = = 0 % RDi = = 0 %2. Jenis (B)6. Jenis (F)RDi = = 0 % RDi = = 78,57 %3. Jenis (C)7. Jenis (G)RDi = = 0 % RDi = = 21,428 % 4. Jenis (D)RDi = = 0 %Total kerapatan relatif jenis semai adalah (0 + 0 + 0 + 0 + 0 + 78,57 + 21,428) % = 100 %Frekuensi Jenis (Fi)Rumus : Fi =

Tingkat PohonTingkat BeltaTingkat Semai

Jenis (A)0,6Jenis (A)0,4Jenis (A)0

Jenis (B)0,2Jenis (B)0Jenis (B)0

Jenis (C)0Jenis (C)0Jenis (C)0

Jenis (D)0,6Jenis (D)0Jenis (D)0

Jenis (E)0Jenis (E)0,2Jenis (E)0

Jenis (F)0,4Jenis (F)0,4Jenis (F)0,8

Jenis (G)0,4Jenis (G)0,2Jenis (G)0,6

=2,2=1,2 =1,4

Table 10. Frekuensi JenisFrekuensi jenis pohon 1. Jenis (A)5. Jenis (E)Fi = = 0,6 Fi = = 02. Jenis (B)6. Jenis (F)Fi = = 0,2Fi = = 0,43. Jenis (C)7. Jenis (G)Fi = = 0 Fi = = 0,44. Jenis (D)Fi = = 0,6Total frekuensi jenis pohon adalah 0,6 + 0,2 + 0+ 0,6 + 0+ 0,4 + 0,4 = 2,2

Frekuensi Jenis Belta1. Jenis (A)5. Jenis (E)Fi = = 0,4 Fi = = 0,22. Jenis (B)6. Jenis (F)Fi = = 0 Fi = = 0,43. Jenis (C)7. Jenis (G)Fi = = 0 Fi = = 0,24. Jenis (D)Fi = = 0Total frekuensi jenis belta adalah 0,4+ 0+ 0 + 0 + 0,2 + 0,4 + 0,2= 1,2

Frekuensi Jenis Semai1. Jenis (A)5. Jenis (E)Fi = = 0 Fi = = 02. Jenis (B)6. Jenis (F)Fi = = 0 Fi = = 0,83. Jenis (C)7. Jenis (G)Fi = = 0 Fi = = 0,64. Jenis (D)Fi = = 0Total frekuensi jenis semai adalah 0+ 0+ 0 + 0 + 0+ 0,8 + 0,6= 1,4 Frekuensi Relatif Jenis (Rfi) (%)Rumus : Rfi = Tingkat PohonTingkat BeltaTingkat Semai

Jenis (A)27,273Jenis (A)33,33Jenis (A)0

Jenis (B)9,091Jenis (B)0Jenis (B)0

Jenis (C)0Jenis (C)0Jenis (C)0

Jenis (D)27,273Jenis (D)0Jenis (D)0

Jenis (E)0Jenis (E)16,67Jenis (E)0

Jenis (F)18,182Jenis (F)33,33Jenis (F)57,143

Jenis (G)18,182 Jenis (G)16,67Jenis (G)42,837

=100=100=100

Table 11. Frekuensi Relatif JenisFrekuensi relatif jenis pohon 1. Jenis (A)5. Jenis (E)Rfi = = 27,273 % Rfi = = 0 %2. Jenis (B)6. Jenis (F)Rfi = = 9,091 %Rfi = = 18,182 %3. Jenis (C)7. Jenis (G)Rfi = = 0 %Rfi = = 18,182 %4. Jenis (D)Rfi = = 27,273 %Total frekuensi relatif jenis pohon adalah (27,273 + 9,091 + 0 + 27,273 + 0 + 18,182 + 18,182 ) % = 100 %

Frekuensi relatif jenis belta1. Jenis (A)5. Jenis (E)Rfi = = 33,33 % Rfi = =16,67 %2. Jenis (B)6. Jenis (F)Rfi = = 0 % Rfi = = 33,33 %3. Jenis (C)7. Jenis (G)Rfi = = 0 % Rfi = =16,67 %4. Jenis (D)Rfi = = 0 %Total frekuensi relatif jenis belta adalah (33,33 + 0+ 0+ 0 + 16,67 + 33,33 +16,67) %= 100 %

Frekuensi relatif jenis semai1. Jenis (A)5. Jenis (E)Rfi = = 0% Rfi = = 0 %2. Jenis (B)6. Jenis (F)Rfi = = 0 % Rfi = = 57,143%3. Jenis (C)7. Jenis (G)Rfi = = 0 % Rfi = = 42,857 %4. Jenis (D)Rfi = = 0 % Total frekuensi relatif jenis semai adalah (0+ 0+ 0+ 0+ 0+ 57,143 + 42,857 % = 100 %

Penutupan Jenis (Pji)Rumus : Pji = Dengan : DBH = diameter pohon jenis i A = Luas area (pohon/belta/semai)Tingkat PohonTingkat BeltaTingkat Semai

Jenis (A)24372,052Jenis (A)10942,272Jenis (A)0

Jenis (B)4541,833Jenis (B)0Jenis (B)0

Jenis (C)0Jenis (C)0Jenis (C)0

Jenis (D)23066,266Jenis (D)0Jenis (D)0

Jenis (E)0Jenis (E)4786,170Jenis (E)0

Jenis (F)10925,699Jenis (F)11855,861Jenis (F)40835,7

Jenis (G)21609,637Jenis (G)8018,932Jenis (G)10129,012

=84515,487=35603,23528=50964,712

Table 12. Penutupan JenisPenutupan Jenis Pohon1. Jenis (A)5. Jenis (E)Pji = = 24372,052 Pji = = 02. Jenis (B)6. Jenis (F)Pji = = 4541,833 Pji = =10925,6993. Jenis (C)7. Jenis (G)Pji = =0 Pji = = 21609,6374. Jenis (D)Pji = = 23066,266Total penutupan jenis pohon adalah 24372,052+ 4541,833 + 0+ 23066,266 + 0+ 10925,699+ 21609,637 = 84515,487

Penutupan Jenis Belta1. Jenis (A)5. Jenis (E)Pji = = 10942,272 Pji = = 4786,1702. Jenis (B)6. Jenis (F)Pji = =0 Pji = =11855,8613. Jenis (C)7. Jenis (G)Pji = =0 Pji = = 8018,9324. Jenis (D)Pji = = 0Total penutupan relatif jenis belta adalah 10942,272+ 0+0 +0 +4786,170 +11855,861+ 8018,932 = 35603,23528

Penutupan jenis semai 1. Jenis (A)5. Jenis (E)Pji = =0 Pji = =02. Jenis (B)6. Jenis (F)Pji = =0 Pji = =40835,73. Jenis (C)7. Jenis (G)Pji = =0Pji = = 10129,0124. Jenis (D)Pji = =0Total penutupan jenis semai adalah 0+ 0 + 0 + 0+ 0+ 40835,7 + 10129,012 = 50964,712Penutupan Relatif Jenis (RPji) (%)Rumus : Rpji=

Tingkat PohonTingkat BeltaTingkat Semai

Jenis (A)28,837Jenis (A)30,73Jenis (A)0

Jenis (B)5,474Jenis (B)0Jenis (B)0

Jenis (C)0Jenis (C)0Jenis (C)0

Jenis (D)27,292Jenis (D)0Jenis (D)0

Jenis (E)0Jenis (E)13,44Jenis (E)0

Jenis (F)12,927Jenis (F)33,30Jenis (F)80,15

Jenis (G)25,568Jenis (G)22,52Jenis (G)19,88

=100=100=100

Table 13. Penutupan Relatif JenisPenutupan relatif jenis pohon :1. Jenis (A) 5. Jenis (E)Rpji = = 28,837% Rpji = = 0%2. Jenis (B) 6. Jenis (F)Rpji = = 5,474 % Rpji = = 12,927%3. Jenis (C) 7. Jenis (G)Rpji = =0 % Rpji = = 25,568%4. Jenis (D)Rpji = = 27,292% Total penutupan relatif jenis pohon adalah (28,837+ 5,474+ 15,48 + 0 + 27,292+ 0+ 12,927+ 025,568) %= 100 %

Penutupan relatif jenis belta1. Jenis (A) 5. Jenis (E)Rpji = = 30,73 % Rpji = =13,44%2. Jenis (B) 6. Jenis (F)Rpji = = 0% Rpji = = 33,30%3. Jenis (C) 7. Jenis (G)Rpji = = 0% Rpji = = 22,52 %4. Jenis (D)Rpji = = 0% Total penutupan relatif jenis belta adalah (30,73+ 0+ 0+ 0 + 13,44 + 33,30+ 22,52) % = 100 %

Penutupan relatif jenis semai1. Jenis (A) 5. Jenis (E)Rpji = =0% Rpji = = 0%2. Jenis (B) 6. Jenis (F)Rpji = = 0% Rpji = = 80,15%3. Jenis (C) 7. Jenis (G)Rpji = =0% Rpji = = 19,88%4. Jenis (D)Rpji = = 0% Total penutupan relatif jenis semai adalah (0+ 0+ 0+ 0+ 0+ 80,15+ 19,88) % = 100% Nilai Penting Jenis (INPi)Rumus : INPi = Rdi + Rfi + RPji

Tingkat PohonTingkat BeltaTingkat Semai

Jenis (A)95,2404Jenis (A)76,56Jenis (A)0

Jenis (B)27,608Jenis (B)0Jenis (B)0

Jenis (C)0Jenis (C)0Jenis (C)0

Jenis (D)71,956Jenis (D)0Jenis (D)0

Jenis (E)0Jenis (E)45,6Jenis (E)0

Jenis (F)48,500Jenis (F)122,88Jenis (F)215,863

Jenis (G)56,793Jenis (G)57,94Jenis (G)84,145

=300=300=300

Table 14. Nilai Penting Jenis

Nilai penting jenis pohon1. Jenis (A)INPi = 39,1304 + 27,273+ 28,837 = 95,24042. Jenis (B)INPi = 13,04347 + 9,091 + 5,474 = 27,6083. Jenis (C)INPi = 0+ 0+ 0= 04. Jenis (D)INPi = 17,3913+27,273+ 27,292= 71,9565. Jenis (E)INPi = 0+ 0+ 0= 06. Jenis (F)INPi = 17,3913+ 18,182+ 12,927 = 48,5007. Jenis (G)INPi = 13,04347+ 18,182 + 25,568 = 56,793

Nilai penting jenis belta1. Jenis (A)INPi = 12,5 + 33,33 + 30,73= 76,562. Jenis (B)INPi = 0+ 0+ 0= 03. Jenis (C)INPi = 0+ 0+ 0= 04. Jenis (D)INPi = 0 + 0 + 0 = 0 5. Jenis (E)INPi = 12,5+ 16,66667 + 13,44 = 45,66. Jenis (F)INPi = 56,25+ 33,33+ 33,30= 122,887. Jenis (G)INPi = 18,75+ 16,67 + 22,52 = 57,94

Nilai penting jenis semai1. Jenis (A)INPi = 0+ 0+ 0= 02. Jenis (B)INPi = 0+ 0+ 0= 03. Jenis (C)INPi = 0+ 0+ 0= 04. Jenis (D)INPi = 0+ 0+ 0=05. Jenis (E)INPi = 0+ 0+ 0= 06. Jenis (F)INPi = 78,57+ 57,143+ 80,15= 215,8637. Jenis (G)INPi = 21,428 + 42,837+ 19,88= 84,145

Stasiun 2STASIUN 2

transekjenisPohonbeltasemai

Ind/10m2Ind/ha(Di)Rata-rata d(cm)fInd/5m2Ind/ha (Di)Rata-ratad(cm)fInd/1m2Ind/ha(Di)Rata-rata d(cm)f

6(F)A37515,1100-000-0

B00-000-000-0

C00-000-000-0

D12513,69100-000-0

E00-044003,2100-0

F00-000-0125000,51

G00-000-0125000,21

7(G)A00-000-000-0

B00-000-000-0

C00-022005100-0

D00-000-000-0

E12553122006100-0

F00-022006,514100000,751

G12555100-000-0

8(H)A00-000-000-0

B00-011006,3100-0

C00-000-000-0

D00-000-000-0

E4100201330041375000,81

F00-000-000-0

G00-000-000-0

9(I)A00-000-0250000,41

B00-000-000-0

C00-011007100-0

D00-000-0125000,71

E12514,3111009,8100-0

F12546000-000-0

G00-011004.51125000,351

Table 15. Stasiun 2Tabelluas area100M20,01ha

jumlah transek 2luasanPohonHabeltahasemaiHa

10100,04550,01110,0004

Perhitungan luas area (A) dengan total transek = 4A= 4. PohonA= = 0,04 ha5. BeltaA= = 0,01ha6. SemaiA= = 0,0004 ha

Kerapatan Jenis (Di) Rumus :Di = dengan : Di = kerapatan jenis i ni = Jumlah total tegakan dari jenis i A = Luas total area pengambilan sampel

Tingkat PohonTingkat BeltaTingkat Semai

Jenis (A)75Jenis (A)0Jenis (A)5000

Jenis (B)0Jenis (B)100Jenis (B)0

Jenis (C)0Jenis (C)300Jenis (C)0

Jenis (D)25Jenis (D)0Jenis (D)2500

Jenis (E)150Jenis (E)1000Jenis (E)7500

Jenis (F)25Jenis (F)200Jenis (F)12500

Jenis (G)25Jenis (G)100Jenis (G)5000

=300=1700=32500

Table 16. Kerapatan JenisKerapatan jenis pohon :5. Jenis (A) 5. Jenis (E)Di = = 75 Di = = 1506. Jenis (B)6. Jenis (F)Di = = 0Di = = 257. Jenis (C)7. Jenis (G)Di = = 0 Di = = 25 8. Jenis (D)Di = = 25Total kerapatan jenis pohon adalah 75 + 0 + 0 + 25 + 150 + 25 +25= 300

Kerapatan Jenis Belta

5. Jenis (A) 5. Jenis (E)Di = = 0Di = = 10006. Jenis (B)6. Jenis (F)Di = = 100 Di = = 2007. Jenis (C)7. Jenis (G)Di = =300 Di = = 1008. Jenis (D)Di = = 0Total kerapatan jenis belta adalah 0 + 100+ 300+ 0 + 1000+ 200 + 100= 1700Kerapatan Jenis Semai5. Jenis (A) 5. Jenis (E)Di = = 5000 Di = = 75006. Jenis (B)6. Jenis (F)Di = =0 Di = = 125007. Jenis (C)7. Jenis (G)Di = = 0 Di = = 50008. Jenis (D)Di = = 2500Total kerapatan jenis semai adalah 5000+ 0 + 0 + 2500 +7500 + 12500 + 5000 = 32500

Kerapatan Relatif Jenis (Rdi) (%)Rumus : Dengan : Di = Kerapatan jenis i Di= Total kerapatan seluruh jenis

Tingkat PohonTingkat BeltaTingkat Semai

Jenis (A)25Jenis (A)0Jenis (A)15,38

Jenis (B)0Jenis (B)5,88Jenis (B)0

Jenis (C)0Jenis (C)17,65Jenis (C)0

Jenis (D)8,3Jenis (D)0Jenis (D)7,09

Jenis (E)50Jenis (E)58,82Jenis (E)23,08

Jenis (F)8,3Jenis (F)11,76Jenis (F)38,46

Jenis (G)8,3Jenis (G)5,88Jenis (G)15,38

=100=100=100

Table 17. Kerapatan Relatif Jenis Kerapatan relatif jenis pohon :5. Jenis (A) 5. Jenis (E)RDi = = 25 % RDi = = 50 %6. Jenis (B)6. Jenis (F)RDi = = 0% RDi = = 8,3 %7. Jenis (C)7. Jenis (G)RDi = = 0 %RDi = = 8,3 %8. Jenis (D)RDi = = 8,3%Total kerapatan relatif jenis pohon adalah(25+ 0+ 0 + 8,3+ 50 + 8,3 +8,3) % = 100%Kerapatan relatif jenis belta :5. Jenis (A) 5. Jenis (E)RDi = = 0%RDi = = 58,82 %6. Jenis (B)6. Jenis (F)RDi = = 5,88%RDi = = 11,76 %7. Jenis (C)7. Jenis (G)RDi = = 17,65%RDi = = 5,88 % 8. Jenis (D)RDi = = 0%Total kerapatan relatif jenis belta adalah (0+ 5,88+ 17,65 + 0 + 58,82+ 11,76+ 5,88 ) % = 100 %

Kerapatan relatif jenis semai :5. Jenis (A) 5. Jenis (E)RDi = = 15,38% RDi = = 23,08%6. Jenis (B)6. Jenis (F)RDi = = 0 % RDi = = 38,46%7. Jenis (C)7. Jenis (G)RDi = = 0 % RDi = = 15,38% 8. Jenis (D)RDi = = 7,69%Total kerapatan relatif jenis semai adalah (15,38 + 0 + 0 + 7,69 + 23,08 + 38,46 + 15,38) % = 100 %Frekuensi Jenis (Fi)Rumus : Fi =

Tingkat PohonTingkat BeltaTingkat Semai

Jenis (A)0,25Jenis (A)0Jenis (A)0,25

Jenis (B)0Jenis (B)0,25Jenis (B)0

Jenis (C)0Jenis (C)0,50Jenis (C)0

Jenis (D)0,25Jenis (D)0Jenis (D)0,25

Jenis (E)0,75Jenis (E)1Jenis (E)0,25

Jenis (F)0,25Jenis (F)0,25Jenis (F)0,5

Jenis (G)0,25Jenis (G)0,25Jenis (G)0,5

=1,75=2,25 =1,75

Table 18. Frekuensi JenisFrekuensi jenis pohon 5. Jenis (A)5. Jenis (E)Fi = = 0,25 Fi = = 0,756. Jenis (B)6. Jenis (F)Fi = = 0Fi = = 0,257. Jenis (C)7. Jenis (G)Fi = = 0Fi = = 0,258. Jenis (D)Fi = = 0,25Total frekuensi jenis pohon adalah 0,25 + 0+ 0+ 0,25 + ,750+ 0,25 + 0,25 = 1,75

Frekuensi Jenis Belta5. Jenis (A)5. Jenis (E)Fi = = 0 Fi = = 16. Jenis (B)6. Jenis (F)Fi = = 0,25 Fi = = 0,257. Jenis (C)7. Jenis (G)Fi = = 0,50 Fi = = 0,25 8. Jenis (D)Fi = = 0Total frekuensi jenis belta adalah 0+ 0,25+ 0,50 + 0 + 1 + 0,25 + 0,25= 2,25Frekuensi Jenis Semai5. Jenis (A)5. Jenis (E)Fi = = 0,25 Fi = = 0,256. Jenis (B)6. Jenis (F)Fi = = 0 Fi = = 0,57. Jenis (C)7. Jenis (G)Fi = = 0 Fi = = 0,58. Jenis (D)Fi = = 0,25 Total frekuensi jenis semaiadalah 0,25 + 0+ 0 + 0,25 + 0,25+ 0,5+ 0,5= 1,75Frekuensi Relatif Jenis (Rfi) (%)Rumus : Rfi =

Tingkat PohonTingkat BeltaTingkat Semai

Jenis (A)14,29Jenis (A)0Jenis (A)14,29

Jenis (B)0Jenis (B)11,11Jenis (B)0

Jenis (C)0Jenis (C)22,22Jenis (C)0

Jenis (D)14,29Jenis (D)0Jenis (D)14,29

Jenis (E)42,86Jenis (E)44,44Jenis (E)14,29

Jenis (F)14,29Jenis (F)11,11Jenis (F)28,57

Jenis (G)14,29Jenis (G)11,11Jenis (G)28,57

=100=100=100

Table 19. Frekuensi Relatif Jenis

Frekuensi relatif jenis pohon 5. Jenis (A)5. Jenis (E)Rfi = = 14,29 % Rfi = = 42,86 %6. Jenis (B)6. Jenis (F)Rfi = = 0%Rfi = = 14,29 %7. Jenis (C)7. Jenis (G)Rfi = = 0 %Rfi = = 14,29 %8. Jenis (D)Rfi = = 14,29%Total frekuensi relatif jenis pohon adalah (14,29 + 0 + 0 + 14,29 + 42,86 + 14,29 + 14,29) % = 100 %

Frekuensi relatif jenis belta5. Jenis (A)5. Jenis (E)Rfi = = 0% Rfi = =44,44 %6. Jenis (B)6. Jenis (F)Rfi = = 11,11% Rfi = = 11,11%7. Jenis (C)7. Jenis (G)Rfi = = 22,22 % Rfi = =11,11 %8. Jenis (D)Rfi = = 0 %Total frekuensi relatif jenis belta adalah (0+ 11,11 + 22,22 + 0 + 44,44 + 11,11 +11,11) %= 100 %

Frekuensi relatif jenis semai5. Jenis (A)5. Jenis (E)Rfi = = 14,29% Rfi = = 14,29%6. Jenis (B)6. Jenis (F)Rfi = = 0% Rfi = = 28,57%7. Jenis (C)7. Jenis (G)Rfi = = 0 % Rfi = = 28,57%8. Jenis (D)Rfi = = 14,29% Total frekuensi relatif jenis semai adalah (14,29+ 0+ 0+ 14,29+ 14,29+ 28,57+ 28,57 % = 100 %

Penutupan Jenis (Pji)Rumus : Pji = Dengan : DBH = diameter pohon jenis i A = Luas area (pohon/belta/semai)

Tingkat PohonTingkat BeltaTingkat Semai

Jenis (A)4852,196Jenis (A)0Jenis (A)314

Jenis (B)0Jenis (B)3115,665Jenis (B)0

Jenis (C)0Jenis (C)1130,4Jenis (C)0

Jenis (D)3678,041Jenis (D)0Jenis (D)961,625

Jenis (E)149567,816Jenis (E)41526,5Jenis (E)1256

Jenis (F)41526,5Jenis (F)3316,625Jenis (F)3320,313

Jenis (G)59365,625Jenis (G)1589,625Jenis (G)6358,5

=258990,18=50678,815=12210,438

Table 20. Penutupan JenisPenutupan Jenis Pohon5. Jenis (A)5. Jenis (E)Pji = = 4474,696 Pji = = 149567,8166. Jenis (B)6. Jenis (F)Pji = = 0Pji = = 41526,57. Jenis (C)7. Jenis (G)Pji = =0 Pji = = 59365,6258. Jenis (D)Pji = = 3678,04Total penutupan jenis pohon adalah 4474,696+ 0+ 0+ 3678,04 + 149567,816+ 41526,5+ 59365,625= 258612,677

Penutupan Jenis Belta5. Jenis (A)5. Jenis (E)Pji = = 0Pji = = 41526,56. Jenis (B)6. Jenis (F)Pji = =3115,665 Pji = =3316,6257. Jenis (C)7. Jenis (G)Pji = =1130,4 Pji = = 1589,6258. Jenis (D)Pji = = 0Total penutupan relatif jenis belta adalah0+ 3115,665+1130,4 +0 +41526,5 +3316,625+ 1589,625= 50678,815

Penutupan jenis semai 5. Jenis (A)5. Jenis (E)Pji = =314 Pji = =1256

6. Jenis (B)6. Jenis (F)Pji = =0 Pji = =3320,3137. Jenis (C)7. Jenis (G)Pji = =0Pji = = 6358,58. Jenis (D)Pji = =961,625Total penutupan jenis semai adalah 314+ 0 + 0 + 961,625+ 1256+ 3320,313+ 6358,5= 12210,438

LAMUNLokasi: Pantai Kondang MerakSuhu: 326,50CKedalaman:-Salinitas: 36Tanggal : 25 Oktober 2014pH: 8,6Waktu:10.30 WIB

TRANSEK 14443210522

3212034210

2333323232

2213432332

3343445333

2553453534

4432334452

4321555321

3434212323

4421321323

Table 21. Lamun Transek 1Perhitungan Penutupan LamunKelasFrekuensi(f)Nilai Tengah (M) (%)Nilai f M

0300

183,1325,04

2279,38253,26

33218,75608

41937,5712,55

5117582,5

TOTAL2415,8

Table 22. Perhitungan penutupan Lamun

Penutupan lamun di transek 1 C == =32,21%TRANSEK 25555555555

2545455554

2253454444

3534344454

2344344454

3444343433

3333444444

2443434444

2332335534

3222342232

Table 23. Lamun transek 2Perhitungan Penutupan LamunKelasFrekuensi(f)Nilai Tengah (M) (%)Nilai f M

0000

103,130

2149,38131,32

32418,75450

43437,51275

528752100

TOTAL3958,32

Table 24. Perhitungan Penutupan LamunPenutupan lamun di transek 2C == =52,75 %TRANSEK 33201000132

3000021140

3102302323

2102032021

3220220232

2332020232

3220202222

3322022232

2020220202

3202200000

Table 25. LamunTransek 3Perhitungan Penutupan LamunKelasFrekuensi(f)Nilai Tengah (M) (%)Nilai f M

0700

1143,1343,82

2289,38262,64

34118,75768,75

4937,5337,5

517575

TOTAL1478,53

Table 26. Perhitungan Penutupan LamunPenutupan lamun di transek 3C == =19,71 %

TERUMBU KARANG

Lokasi: Pantai Kondang MerakSuhu: 326,50CKedalaman:-Salinitas: 36Tanggal : 25 Oktober 2014pH: 8,6Waktu:10.30 WIB

InterceptLength (l)(m)Category (Lifeform)TAKSON*

TawalTakhir

01,81,8SDAbiotic

1,82,30,5CMHard Coral Non-Acropora

2,36,74,4SDAbiotic

6,76,80,1CFHard Coral Non-Acropora

6,810,53,7SDAbiotic

10,510,70,2CMHard Coral Non-Acropora

10,710,80,1SDAbiotic

10,810,90,1CFHard Coral Non-Acropora

10,911,30,4SDAbiotic

11,311,50,2ACBHard Coral Acropora

11,514,83,3SDAbiotic

14,814,90,1CFHard Coral Non-Acropora

14,922,17,2SDAbiotic

22,122,30,2ACBHard Coral Acropora

22,327,35SDAbiotic

27,327,50,2CFHard Coral Non-Acropora

27,527,60,1SDAbiotic

27,627,90,3CFHard Coral Non-Acropora

27,9302,1SDAbiotic

3030,10,1CFHard Coral Non-Acropora

30,130,50,4SDAbiotic

30,530,70,2CMHard Coral Non-Acropora

Table 27. Terumbu KarangANALISIS DATA1. Persentase Penutupan

Jadi, persentase terumbu karang di Kondang Merak tergolong kritis2. Persen Penutupan Bentuk Pertumbuhan

3. Kepadatan Relatif

4. Frekuensi Relatif Spesies

5. Indeks Diversitas

Jadi, indeks diversitas terumbu karang di Pantai Kondang Merak tergolong sedang.6. Indeks Keseragaman

7. Indeks Dominasi

Jadi, indeks dominasi terumbu karang di Pantai Kondang Merak tergolong rendah.

5. PENUTUP5.1 KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat diambil dari praktikum Ekologi Laut Tropis adalah : Terumbu karang adalah sekumpulanhewan karangyang bersimbiosis dengan sejenis tumbuhan alga yang disebutzooxanthellae. Terumbu karang (coral reef) merupakan ekosistem yang khas terdapat di daerah tropis Secara umum hutan mangrove dapat didefinisikan sebagai suatu tipe ekosistem hutan yang tumbuh di suatu daerah pasang surut (pantai, laguna, muara sungai) yang tergenang pasang dan bebas pada saat air laut surut dan komunitas tumbuhannya mempunyai toleransi terhadap garam (salinity) air laut. Mangrove tumbuh pada pantai-pantai yang terlindung atau pantai pantai yang datar. Lamun adalah tumbuhan berbunga yang sudah sepenuhnya menyesuaikan diri untuk hidup terbenam dalam laut.

5.2 SARAN

Adapun saran yang didapat dari praktikum Ekologi Laut Tropis adalah diharapkan para praktikan agar dapat mengidentifikasi jenis mangrove dengan tepat agar tidak terjadi kesalahan dalam pengidentifikasian. Serta dalam meneliti karang dan lamun diharapkan agar berhati-hati supaya tidak merusak ekosistem dari karang dan lamun tersebut. Serta diharapkan tidak telat dalam memberikan informasi baik tentang laporan maupun praktikum.

DAFTAR PUSTAKA

Atmadja, Wanda S. 1992.Rumput Laut Sebagai Obat.Aziz, Aznam. 1994. Pengaruh Salinitas terhadap Sebaran Fauna Echinodermata. Jurnal Oseana, vol. XIX, no. 2, hal. 23 - 32Azkab, Muhammad Husni. 2000. Struktur dan Fungsi pada Komunitas Lamun.Berhimpon, S. 2001. Industri Pangan Hasil Bernilai Tinggi (Valuable Commodities) Salah Satu Unggulan Agroindustri Sulawesi Utara. Manado: PATPICaesar, H. 1996. Economic Analysis of Indonesian Coral Reef. Working Paper Series Work in Progress. World Bank, Washington DC: 97 pp.Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran Hubungannya dengan Toksikologi Senyawa Logam. Jakarta: UI PressGray, C.A., D.J. McElligott and R.C. Chick. 1996. Intra and Inter Estuary Differences in AAssemblages of Fishes Associated with Shallow Seagrass and Bare Sand. Marine Freshwater Res, vol. 47, hal. 723-735Haruddin, dkk. 2011.Dampak Kerusakan Ekosistem Terumbu Karang Terhadap Hasil Penangkapan Ikan Oleh Nelayan Secara Tradisional di Pulau Siompu Kabupaten Buton Propinsi Sulawesi Tenggara. Surakarta:Universitas Sebelas MaretPressHogarth, P.J. 1999. The Biology of Mangroves. Oxford: Oxford University Press OxfordTomlinson, P.B. 1986. The Botany of Mangroves. Cambridge: Cambridge University PressHutomo, M. dan T. Peristiwady. 1990. Diversity, Abundance and Diet of Fish in the Seagrass Beds of Lombok Island, Indonesia. J. Kuo, R.C. Phillips, D.I. Walker and H. Kirkman. Seagrass Biology: Proceedings of an International Workshop. Perth: University of Western AustraliaIra, dkk. 2012. Kerapatandan Penutupan Lamunpada Daerah TanggulOmbakDI Perairan Desa Terebino Provinsi Sulawesi Tengah. Universitas HaluoleoKamal, Eni. 2006. Potensidan Pelestarian Sumberdaya Pesisir: Hutan Mangrovedan Terumbu Karangdi Sumatera Barat. Universitas Bung HattaKordi, M. Ghufran H. 2010. A to Z Budidaya Biota Akuatik untuk Pangan, Kosmetik, dan Obat-Obatan.Yogjakarta: Andi OffsetKusumastanto T. 2006. Ekonomi Kelautan (Ocean Economics Oceanomics). Bogor: Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian BogorLovelock, Catherine, 1964. Field Guide to the Mangrove of Queensland. Menzies, F., J.S. Zaneveld and R.M. Pratt. 1967. Transported Turtle Grass as A Sources Organic Enrichment of Abysal Sediments of North Carolina. Deep-Sea Research, no.14, hal. 111-112Nontji, Anugerah. 1987. Laut Nusantara. Jakarta: DjambatanNontji, Anugerah. 1993. Laut Nusantara. Jakarta: DjambatanNontji, Anugerah. 2005. Laut Nusantara. Jakarta: DjambatanNganro,Noorsalam Rahman. 2009.Pendidikan dan Penelitian di Sekolah ilmu Teknologi Hayati. Bandung: Institut Teknologi BandungNursanto Iman. 2004. Pembuatan Minuman sebagai Usaha Diversifikasi Rumput Laut Eucheuma cottoni. Bogor: IPBPrasetyo, dkk. 2011. Kajian Potensi Kerusakan Terumbu Karang dan Alternatif Pemecahannya di Perairan SanurRegional. 2008. Ekosistem Pesisir dan Laut dalam regional.coramap.or.idSaraswati, A.A. 2004. Peranan Serasah Mangrove pada Wilayah Pesisir. Jurnal Penelitian Perairan Jakarta.Sari, dkk. Sudi Parameter Fisikadan Kimia Daerah Penangkapan Ikan Perairan Selat Asam Kabupaten Kepulauan Meranti Provinsi Riau. Riau: Universitas Riau PressSatino. 2011. Materi Kuliah Biologi Luat. http://staff.uny.ac.id.Souhoka. 2009. Kondisi Karang Batudi Perairan Pulau Tanajampea, Kabupaten Selayar. UPT Loka Konservasi Biota Laut Bitung-LIPISunarto. 2006. Keanekaragaman Hayatidan Degradasi Ekosistem Terumbu Karang. Universitas Pajajaran PressSunarto. 2008 . Karakteristik Biologidan Peranan Planktonbagi Ekosistem Laut. Universitas PajajaranPressSupriyadi, Indarto Happy. 2010.Pemetaan Padang Lamun di Perairan Teluk Toli Toli dan Pulau Sekitarnya, Sulawesi Barat. Pusat Penelitian Oceanografi.

Vitria, Belvi. 2010. Berbagai Kegiatan Manusia yang Dapat Menyebabkan Terjadinya Degradasi Ekosistem Pantai serta Dampak yang Ditimbulkannya. Pontianak: Jurusan Ilmu Kelautan dan Perikanan Politeknik Negeri Pontianak PressWarman. 2013. Kerusakan Terumbu Karang, Mangrovedan Padang Lamun Ancamanterhadap Sumberdaya Ikan, Apartemen Ikan Solusinya.

LAMPIRAN

NOFOTO DAN NAMAPESAN DAN KESAN

1

ADHIMAS HARYO PPESANSEMANGAT

KESANSANTAI DAN SERIUS

2HARDI BAGUSPESANSEMANGAT

KESANSANTAI DAN RAMAH

3ZAKIYATUL FARIDAPESANSEMANGAT

KESANENAK DAN RAMAH

4NADILA FITALAYAPESANSEMANGAT

KESANENAK DAN SIPP

5PUTRI M BARBARAPESANSEMANGAT

KESANBAIK

6NETRO HANDARUPESANSEMANGAT

KESANENAK SUDAH

7SRI RAHMADHANIPESANSEMANGAT

KESANBAIK DAN ENAK

8AKBAR WICAKSONOPESANSEMANGAT

KESANBAIK

9TAUFIK R IRKHAMIPESANSEMANGAT

KESANENAK

10NURUL MUKHLISPESANSEMANGAT

KESANBAIK ENAK

11BURHANY RESMANAPESANSEMANGAT

KESANTIDAK PERNAH KELIHATAN

12FATIN KURNIA LAILIPESANSEMANGAT

KESANTIDAK PERNAH KELIHATAN

13LUH NYOMAN DIDIK TRI UPESANSEMANGAT

KESANENAK RAMAH

14RENARDHI ABYAN PPESANSEMANGAT

KESANENAK BAIK

15DHEA AYU BATAMIAPESANSEMANGAT

KESANBAIK

16CANDRA WIJAYAPESANSEMANGAT

KESANENAK

17GUSTIAR BAYU ANGGANIEPESANSEMANGAT

KESANBAIK DAN ENAK

18ANTHON ANDRIMIDA

PESANSEMANGAT

KESANENAK

19SAIFUL RIZAL FPESANSEMANGAT

KESANENAK DAN SIPP

20MAHENDRA AHMADPESANSEMANGAT

KESANENAK

21FATATIN NURYANAPESANSEMANGAT

KESANENAK BAIK

22SITI ANIKOTUL MUNAMAZEH

PESANSEMANGAT

KESANBAIK

2