LAPORAN Kerokan Kulit

37
 LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI PEMBUAT A N SEDIAAN LANGSUNG (  DIRECT  PREP A RAT ) DARI KEROKAN KULIT OLEH: Kelompok II Genap KEMENTERI AN KESEHAT AN RI POLITEKNIK KESEHAT AN DENPASAR JURUSAN ANALIS KESEHAT AN 2!"

description

laporan mikologi tentang kerokan kulit kepala dan kaki

Transcript of LAPORAN Kerokan Kulit

LAPORAN PRAKTIKUM MIKOLOGI

PEMBUATAN SEDIAAN LANGSUNG (DIRECT PREPARAT) DARI KEROKAN KULIT

OLEH: Kelompok II GenapKEMENTERIAN KESEHATAN RIPOLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR

JURUSAN ANALIS KESEHATAN

2014BAB I

PENDAHULUAN

1. 1. Latar BelakangDi dunia diperkirakan terdapat 100 ribuan jenis jamur. Tergolong ke dalam kelompok fungi, jamur bisa saja terdiri atas satu sel yang besarnya beberapa mikrometer, atau dapat juga membentuk tubuh buah yang besarnya mencapai satu meter. Sel-selnya tersusun berderet satu per satu dan membentuk hifa atau benang-benang (filamen). Selain bisa melakukan fermentasi medium karbohidrat menjadi gula, jamur pun juga sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan jamur, sampah dan bangkai makhluk hidup lainnya bisa terurai. Namun, seringkali jamur juga dapat menguraikan bahan yang diperlukan manusia sehingga bisa mendatangkan kerugian. Pembusukan pada makanan dan pelapukan pada kayu cukup merepotkan manusia. Tak hanya itu, jamur bisa beracun dan menyebabkan penyakit tertentu.

Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia. Jamur tumbuh dimana saja dekat dengan kehidupan manusia, baik di udara, tanah, air, pakaian, bahkan di tubuh manusia sendiri. Dalam keadaan normal, sedikit sekali spesies jamur yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Secara umum jamur adalah organisme yang hidup bebas di mana-mana dan apabila terjadi infeksi oleh jamur pada seseorang yang sehat, biasanya berasal dari lingkungannya dan masuk ke dalam tubuh lewat pernapasan, tertelan, ataupun secara langsung kontak dengan kulit. Jamur bisa menyebabkan penyakit yang cukup parah bagi manusia. Penyakit yang disebabkan oleh jamur berasal dari makanan yang kita makan sehari-hari, atau juga dari konsumsi jamur beracun. Pada manusia jamur hidup pada lapisan tanduk. Jamur itu kemudian melepaskan toksin yang bisa menimbulkan peradangan dan iritasi berwarna merah dan gatal. Infeksinya bisa berupa bercak-bercak warna putih, merah, atau hitam di kulit dengan bentuk simetris. Ada pula infeksi yang berbentuk lapisan-lapisan sisik pada kulit. Itu tergantung pada jenis jamur yang menyerang.

Banyak orang meremehkan penyakit karena jamur, seperti panu atau kurap. Padahal, penyakit ini bisa menular lewat persentuhan kulit, atau juga dari pakaian yang terkontaminasi spora jamur. Banyak anggapan, penyakit panu atau kurap sekadar masalah kosmetik. Bahkan, jamur bisa mengenai manusia dari kepala hingga ujung kaki, dari bayi hingga orang dewasa dan orang lanjut usia. Menurut Jimmy Sutomo dari perusahaan Janssen-Cilag, sebagai negara tropis Indonesia menjadi lahan subur tumbuhnya jamur. Karena itu, penyakit-penyakit akibat jamur sering kali menjangkiti masyarakat.

Dari sekitar 50.000-200.000 spesies jamur yang telah diketahui, hanya kurang dari 200 jenis jamur saja yang tercatat dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Pada beberapa kondisi dimana kekebalan tubuh menurun, jamur yang normalnya hidup dalam tubuh pertumbuhannya menjadi berlebihan dan menyebabkan infeksi. Untuk menegakkan diagnosa, selain terjadi gejala-gejala yang dari tiap-tiap jemis jamur, maka diagnosa suatu penyakit akibat jamur harus dibantu dengan pemeriksaan laboratorium, diantaranya dengan melakukan pemeriksaan preparat langsung. Oleh sebab itu untuk melihat ada infeksi jamur perlu dibuat preparat langsung dari kerokan kulit.1. 2. Rumusan MasalahDari latar belakang diatas didapat rumusan masalah sebagai berikut:

1.2.1 Bagaimana metode pembuatan sediaan langsung dari kerokan kulit?

1.2.2 Bagaimana cara membuat sediaan langsung dari kerokan kulit?1.2.3 Bagaimana cara pemeriksaan dan mengetahui ada tidaknya jamur pada sampel kerokan kulit?1. 3. Tujuan1.2.4 Untuk mengetahui metode pembuatan sediaan langsung dari kerokan kulit.1.3.1 Untuk mengetahui cara membuat sediaan langsung dari kerokan kulit.1.3.2 Untuk mengetahui cara pemeriksaan dan mengetahui ada tidaknya jamur pada sampel kerokan kulit1. 4. Manfaat1.4.1 Manfaat TeoritisDiharapkan laporan ini bisa menambah wawasan, informasi dan pengetahuan penulis dalam bidang mikologi serta dapat dijadikan pedoman dan pembelajaran yang bermanfaat.1.4.2 Manfaat Praktisa. Mahasiswa dapat melakukan diagnosis dari infeksi jamur dengan menggunakan sedian langsung dari kerokan kulit.b. Mahasiswa dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai infeksi jamur. BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi Jamur

Jamur merupakan organisme yang tidak mempunyai klorofil sehingga tidak mempunyai kemampuan untuk memproduksi makanan sendiri atau dengan kata lain jamur tidak bisa memanfaatkan karbondioksida sebagai sumber karbonnya. Oleh karena jamur memerlukan senyawa organic baik dari bahan organic mati maupun dari organisme hidup sehingga jamur dikatakan juga organisme heterotrofik. Jamur ini ada yang hidup dan memperoleh makanan dari bahan organik mati seperti sisa-sisa hewan dan tumbuhan, dan ada pula yang hidup dan memperoleh makanan dari organisme hidup. Jamur yang hidup dan memperoleh makanan dari bahan organic mati dinamakan saprofit, sedangkan yang hidup dan memperoleh makanan dari organism hidup dinamakan parasit (Darnetty, 2006).

Penampilan jamur atau cendawan tidak asing bagi kita semua. Kita dapat melihat pertumbuhan berwarna biru dan hijau pada buah jeruk dan keju. Pertumbuhan berwarna putih seperti bulu pada roti dan selai basi, jamur dilapangan dan hutan. Kesemuaan ini merupakan tubuh berbagai cendawan. Jadi cendawan mempunyai berbagai macam penampilan, tergantung pada spesiesnya. Telaah mengenai cendawan disebut mikologi. Cendawan terdiri dari kapang (mold) dan khamir (yeast) (Perlczar, 2005).

Kapang merupakan fungi yang berfilamen dan multiseluler. Kapang membentuk filament panjang yang disebut hifa dan meupakan cirri utama fungi. Koloni fungi yang merupakan massa hifa disebut miselium. Hifa mempunyai 2 struktur yaitu bersepta dan tidak bersepta. Septa ini menyekat sel sehingga filament yang panjang ini terlihat seperti rantai sel. Hifa yang tidak bersepta disebut hifa konosilitik. Hifa dapat membentuk struktur reproduksi yang disebut spora (Lay, 1994).

Khamir merupakan fungi yang tidak berrfilamen dan berproduksi memalui pertunasan atau pembelahan sel. Bentuk koloni khamir sering kali mirip dengan bakteri. Khamir digunakan dalam pertumbuhan roti dan anggur, namun ada pula khamir yang dapat menimbulkan penyakit (Lay, 1994)

2.2. Morfologi Jamur

Pada umumnya, sel khamir lebih besar dari pada kebanyakan bakteri tetapi khamir yang paling kecil tidak sebesar bakteri yang terbesar, khamir sangat beragam ukurannya, berkisar antara 1 sampai 5 m lebarnya dan panjangnya dari 5 samapi 30 m atau lebih. Biasanya berbentuk telur, tetapi beberapa ada yang memanjang atau berbentuk bola. Setiap spesies mempunyai bentuk yang khas tergantung pada umur dan lingkungan. Khamir tidak dilengkapi flagellum atau organ-organ penggerak lainnya (Pelczar, 2005).

Tubuh suatu kapang pada dasarnya terdiri dari dua bagian: miselium dan spora (sel resisten, istirahat atau dorman). Miselium merupakan kumpulan beberapa filament yang dinamakan hifa. Setiap hifa lebernya 5 sampai 10 m, dibandingkan dengan sel bekteri yang biasanya berdiameter 1 m (Pelczar, 2005).

2.3. Struktur Somatik

Tubuh jmur dikenal dengan nama talus, soma atau struktrur somatic yang pada dasarnya terdiri dari struktur berupa benang-benang bercabang yang disebut hifa. Hifa tersebut menyebar pada perukaan ataupun dalam substrat dan kumpulan dari hifa tersebut dinamakan miselium hifa jamur ada yang mempunyai sekat yang dikenal dengan istilah septum yang membangi hifa tersebut menjadi sel-sel uninukleat (berinti satu) ataupun multinukleat (berinti banyak). Hifa yang mempunyai septum tersebut dinamakan speta yang tidak mempunyai septum disebut asepta atau senosit. Talus atau hifa jamur dapat dibedakan atas dua bagian yaitu:

1. Hifa vegetatif: tumbuh mengarah kedalam substrat dan berfungsi untuk mengabsorbsi nutrisi.

2. Hifa generative: tumbuh mengarah keluar dan berfungsi untuk perkembangbiakan (Darnetty, 2006).

Ada tiga macam morfologi hifa yaitu:

1. Asepta atau senosit. Hifa ini tidak mempunyai dinding sekat atau septum

2. Septa dengan sel-sel uninukleat. Sekat membagi hifa menjadi ruang-ruang atau sel-sel berisi nukleus tunggal. Pada setiap septum terdapat pori ditengah-tengah yang memungkinkan perpindahan nukleus dan sitoplasma dari satu ruang keruang yang lain. Sungguhpun setiap ruang suatu hifa yang bersekat tidak terbatasi oleh suatu membrane sebagaimana halnya pada sel yang khas, setiap ruang itu biasanya dinamakan sel.

3. Septa dengan sel-sel multinukleat. Septum membagi hifa menjadi sel-sel dengan lebih dari satu nukleus dalam setiap ruang (Pelczar, 2005).

Kebanyakan struktur jamur berukuran besar terbentuk dari ayaman/ agregar hifa. Pada tahap-tahap tertentu dari siklus hidup kebanyakan jamur, miselium akan terorganisir membentuk anyaman-anyaman yang longgar ataupun padat yang dapat dibedakan dari hifa biasa sebagai berikut:

1. Prosenkim: ayaman hifa yang agak kendor, tersusun secara pararel, tiap-tiap hifa masih jelas dan mudah dilepaskan dan merupakan suatu bentuk memanjang.

2. Peudoparenkim: ayaman hifa yang lebih padat, tiap-tiap hifa sudah hilang sifat individunya dan tidak dapat dipisahkan dan bentuknya agak oval.

3. Rizomorf: anyaman hifa yang sangat padat, merupakan suatu unit yang terorganisir dan titik tumbuhnya mirip dengan titik tumbuh ujung akar.

4. Sklerotium: anyaman hifa yang keras, padat dan merupakan bentk istirahat yang tahan terhadap kondisi yang tidak menguntungkan.

5. Stroma: suatu struktur padat yang merupakan massa dari hifa yang berbentuk seperti bantalan (Darnetty, 2006).

2.4. Reproduksi Jamur

Secara alamiah cendawan berkebang biak dengan berbagai cara, baik secara aseksual dengan pembelahan, pencukupan atau pembentukan spora dapat pula secara seksual dengan peleburan nucleus dari satu sel induk. Pada pembelahan, suatu sel membagi diri untuk membentuk dua sel anak yang srupa. Pada penguncupan, suatu sel anak tumbuh dari penojolan kecil pada sel inangnya (Pelczar, 2005).

Spora aseksual dibentuk oleh hifa dari satu individu fungi. Bila spora aseksual berimigrasi, spora tersebut akan menjadi fungi yang secara genetic identik dengan induknya. Macam-macam spora aseksual:

1. Konidispora (konidium), berupa spora satu sel ataupun multisel, non motil, tidak terdapat dalam kantung dan dibentuk diujung hifa (konodiofer) konodium kecil bersel satu disebut mikrokonidium dan konidium besar bersel banyak disebut mikrokonodium, contohnya Aspergillus sp.

2. Sporangiospora, merupakan spora bersel satu, terbentuk didalam kandung yang disebut sporangium pada ujung hifa udara (sporangiosfor). Aplanospora merupakan sporangispora nonmotil dan zoospore merupakan jenis motil dengan adanya flagella, contohnya Rhizopus sp.

3. Arthrospora (oidium), yaitu spora bersel satu yang terbentuk melalui terputusnya sel-sel hifa.

4. Klamidospora merupakan spora bersel satu yang berdinding tebal dan senagt resisten terhadap kondisi lingkungan yang buruk terbentuk dari sel hifa somatic.

5. Blastospora, yaitu spora aseksual yang muncul dari pertunasan pada sel khamir.

Spora seksual dihasilkan dari reproduksi seksual, yaitu peleburan dua nukleus. Spora ini lebih jarang terbentuk, lebih belakangan, hanya terbentuk dalam kondisi tertentu dan dalam jumlah yang lebih sedikit dibandinkan spora aseksual. Proses pembentukan spora seksual terdiri dari tiga tahap yaitu plasmogami, saat inti sel haploid dari sel donor (+) mempenetrasi sitoplasma sel resipien, karyagami, saat inti (+) dan inti (-) berfusi mejadi banyak inti haploid (spora seksual) yang beberapa diantaranya dapat merupakan rekomendasi genetic. Macam-macam spora seksual:

1. Askospora merupakan spora bersel satu yang terbentuk didalam kandung (askus). Biasanya terdapat delapan akospora dalam setiap askus.

2. Basidospora merupakan spora bersel satu dan terbentuk diatas 3 struktur ganda (basidium).

3. Zigospora merupakan spora besar berdinding tebal, terbentuk bila ujung dua hifa yang serasi secara seksual (gametangia) melebur.

4. Oospora terbentuk dalam struktur khusus pada betina yang disebut oogonium. Pembuahan telur (oosfer) oleh gamet jantan yang terbentuk dalam antheridium menghasilkan oospora. Dalam setiap oogonium terdapat satu atau beberapa oosfer (Pratiwi, 2004).

2.5. Fisiologi Jamur

Pada umumnya jamur benang lebih tahan terhadap kekeringan disbanding khamir atau bakteri. Namun demikian, batasan kandungan air total pada makanan yang baik untuk pertumbuhan jamur dapat diestimasikan dan dikatakan bahwa kandungan air dibawah 14-15% pada biji-bijian atau makanan kering dapat mencegah atau memperlambat pertumbuhan jamur (Hidayat, 2006).

Kebanyakan jamur termasuk dalam kelompok mesofilik, yaitu dapat tumbuh pada suhu normal. Suhu optimum untuk kebanyakan jamur sekitar 25-30oC, namun beberapa tumbuh pada suhu 35-37oC atau lebih, misalnya pada spesies Aspergillus. Sejumlah jamur termasuk dalam psikrotrofik, yaitu yang dapat tumbuh baik pada suhu dingin dan beberapa masih dapat tumbuh pada suhu dibawah pembekuan (-5oC 10oC). hanya beberapa yang mampu tumbuh pada suhu tinggi (termofilik) (Hidayat, 2006).

Jamur benang biasanya bersifat aerob yang membutuhkan oksigen untuk pertumbuhannya. Kebanyakan jamur dapat tumbuh pada interval pH yang luas (pH 2,0-8,5), walaupun pada umumnya jamur lebih suka pada suhu tinggi (termofilik) (Hidayat, 2006).

Jamur pada umumnya mampu menggunakan bermacam-macam makanan dari yang sederhana sampai yang kompleks. Kebanyakan jamur memiliki bermacam-macam enzim hidrolitik, yaitu amylase, pektinase, proteinase dan lipase (Hidayat, 2006).

Beberapa jamur memproduksi komponen penghambat bagi mikroba lain, contohnya Penicillium chrysogenum dengan produksi penisilinya. Aspergillus clavatus, klavasin. Beberapa komponen kimia bersifat miostatik menghambat pertumbuhan jamur (misalnya asam sorbet, propionate, asetat) atau bersofat fungisida yang mematikan (Hidayat, 2006).

2.6. Klasifikasi Jamur

Fungi dikalsifikasikan menjadi empat kelas utama yaitu Phycomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes dan Deuteromycetes. Bersadarkan cirri-ciri spora seksual dan aseksual, habitat, struktur garis besar morfologi dan sifat nutrisinya, kelas Phycomycetes dibagi lagi menjadi enam kelas, yaitu Cytridiomycetes, Hypocytridiomycetes, Oomycetes, Plasmodiophormycetes, Trishomycetes dan Zygomycetes. Keenam kelas ini umumnya tidak mempunyai septa (dinding penyekat) yang teratur pada benang hifanya (coenocytic hyphae), sehingga mengakibatkan terdapat banyak mukleus (inti) disetiap sel benang hifa.

1. Ascomycete

Jamur ini mempunyai miselium yang bersekat-sekat. Pembiakan secara vegetative dilakukan dengan konidia, sedang pembiakan secara generative dilakukan dengan spora-spora yang dibentuk didalam askus, beberapa askus terdapat didalam suatu tubuh buah. Pada umumnya askus itu suatu ujung hifa yang mengandung 4 atau 8 buah spora. Contoh-contoh Ascomycetes yang terkelan ialah:

a. Aspergillus, jamur ini kedapatan dimana-mana sebagai saprofit. Koloni yang sudah menghasilkan spora warnanya menjadi coklat kekuning-kuningan, kehijau-hijuan atau kehitam-hitaman. Miselium yang semula berwarna putih sudah tidak tampak lagi.

b. Penicillium, jamur ini serupa dengan Aspergillus, hanya dengan pengamatan mikroskop akan kelihatan perbedaanya dan perbedaan itu terletak dalam susunan konodianya (Dwidjoseputro, 1998).

2. Basidiomycetes

Jamur ini merupakan miselium berseptum, telah berkembang dengan sempurna dan dapat melakukan penetrasi pada substrat serta menyerap bahan makanan. Miselium ini dapat telihat pada bagian-bagian yang lembab dari kayu-kayu terutama pada bagian bawah kulit dan juga daun-daun. Biasanya miselium berwarna putih, kuning cerah atau orange dan pertumbuhanya sering menyebar sepeti kipas. Sebagian dari filum Basidiomycota ada yang membentuk rhizomof. Miselium dari kebanyakan Basidiomycota melewati 3 tingkat perkembangan yaitu miselium primer, miselium sekunder dan miselium tersier. Pada awalnya miselium ini berinti banyak, kemudian dengan terbentuknya septa maka miselium ini berinti satu haploid. Miselium sekunder terjadi dari hasil plasmogami antara dua hifa yang kompatibel atau plasmogami antara oidio (spermatia) dengan hifa penerima (reseptif) yang kompatibel. Miselium tersier terdiri atas miselium sekunder yang telah terhimpun merupakan jaringan teratur misalnya yang membentuk basidiokarp. Pada bagian tengah septum terdapat logam. Ada dua tipa dasar dari basidium yaitu: Halobasidium merupakan basidium yang terdiri dari satu sel atau basidium yang tidak punya septa dan Phragmobasidium merupakan basidium yang terdiri dari 4 sel yang dibatasi oleh septa melintang ataupun membujur (Darnetty, 2006).

3. Deuteromycetes

Deuteromycetes juga disebut jamur tidak sempurna, yaitu jamur yang belum diketahui cara pembiakan seksualnya, oelh karena itu belum dapat dimasukkan kesalah satu kelas yang telah ditentukan (Dwidjoseputro, 1998). Akan tetapi karena konidiumnya jelas dan tidak asing lagi, banyak spesies masih dianggap tergolong kedalam kelas ini meskipun tingkat seksualnya saat ini telah ditehaui dengan baik. Kapang gerus Penicillium dan Aspergillus dikalsifikasikan sebagai Deuteromycetes meskipun tingkat pembentukan askosporanya telah ditemukan pada beberapa spesies(Pratiwi, 2004).

4. Phycomycetes

Ciri yang khas untuk mengenal sebagian besar Phycomycetes ialah miselium yang tidak bersekat-sekat. Warna miselium putih, jika tua mungkin agak coklat kekuning-kuningan, kebanyakan sporangium berwarna kehitam-hitaman. Beberapa contoh Phycomycetes:

a. Phytophthora, kebanyakan spesies berupa parasit pada tumbuh-tumbuhan tomat, kentang tembakau, karet dan lain-lainnya lagi.

b. Aprolegina, saprofit yang banyak kedapatan didalam air dan tanah yang basah. Ada juga yang menjadi parasit pada ikan dan insekta.

c. Mucor, saprofit yang banyak kedapatan pada sisa-sisa makanan yang banyak mengandung karbohidrat. Mucor membiak dengan dua jalan, yaitu dengan spora yang semacam saja dan spora-spora yang berlainan jenis.

d. Rhizopus, beberapa spesies hidup sebagai saprofit dan beberapa spesies lain hidup sebagai parasit pada tumbuh-tumbuhan. Rhizopus nigricans kedapatan dimana-mana. Semula miseliumnya tampak seperti sekelompok kapas, lama kelamaan koloni menjadi berwarna kehitam-hitaman karena banyak sporangium dan spora. Rhizopus banyak menyerupai mucor, hanya miselium Rhizopus terbagi-bagi atas stolon yang menghasilkan alat-alat serupa akar (rhizoida) dan sporangiofor (Dwodjoseputro, 1998).

2.7. Penyakit Jamur Penyakit yang disebabkan oleh infestasi jamur bersama-sama disebut sebagai mikosis. Penyakit ini kemudian diklasifikasikan ke dalam kelompok yang berbeda tergantung pada sifat dari jaringan yang terlibat dan cara masuk ke dalam host. Kelompok-kelompok adalah sebagai berikut:

a. Mikosis Superfisial

Ini adalah penyakit yang disebabkan oleh jamur yang tumbuh hanya pada permukaan kulit dan rambut, yaitu infeksi hanya terbatas pada lapisan terluar kulit, kuku dan rambut. Ini adalah yang paling merusak dari semua infeksi jamur, karena mereka gagal untuk menembus tubuh dari penderita dan hanya mempengaruhi sel-sel di permukaan. Beberapa contoh mikosis superfisial dan agen jamur menyebabkan mereka adalah sebagai berikut:

Hitam piedra Piedraia hortae

Putih piedra atau tinea blanca Trichosporon sp.

Pityriasis versicolor atau panu Malassezia furfur

Tinea nigra Hortaea wernecki

Mikosis superfisial adalah penyakit jamur yang meginfeksi lapisan permukaan kulit, yaitu stratum korneum, rambut dan kuku. Mikosis superfisial terbagi menjadi 2 kelompok :

(1) jamur bukan golongan dermatofita, yaitu pitiaris versikolor, otomikosis, piedra hitam, piedra putih, onikomikosis dan tinea nigra palmaris, dan

(2) jamur golongan dermatofita.

Adapun contoh dari mikosis superfisial, antara lain :1) Panu adalah salah satu contoh dari mikosis profundal. Penyakit yang disebut juga Pitiriasis versikolor ini merupakan mikosis yang disebabkan oleh infeksi jamur bukan dermatofita genus Malassezia sp.. Penyakit ini ditemukan di seluruh dunia (kosmopolit), terutama di dareh beriklim panas termasuk Indonesia.

2) Otomikosis adalah penyakit jamur yang terjadi pada liang telinga yang disebabkan oleh jamur bukan dermatofita genus Aspergillus, Penicillium, Mucor, Rhizophus dan Candida. Tersebar di seluruh dunia, terutama di daerah panas dan lembab. 3) Piedra adalah infeksi jamur pada rambut, benjolan berwarna hitam atau putih kekuningan. Piedra ada 2 macam, yaitu Piedra hitam dan Piedra putih. Piedra hitam disebabkan oleh infeksi jamur Piedraia hortae. Banyak ditemukan di daerah beriklim tropis, termasuk Indonesia. Sedangkan Piedra putih disebabkan oleh jamur Trichosporon beigelii. Banyak ditemukan di daerah beriklim dingin, belum pernah ditemukan di Indonesia. 4) Onikomikosis adalah mikosis yang terjadi pada kuku. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai macam jamur, terutama Candida sp. dan dermatofita lain. Penyakit ini tersebar di seluruh dunia termasuk di Indonesia. 5) Plantaris adalah mikosis yang terjadi pada stratum korneum telapak tangan dan kaki dengan bercak-bercak berwarna tengguli hitam, kadang bersisik. Penyakit dengan nama lain Tinea Nigra Palmaris ini, disebabkan oleh jamur Cladosporium wernecki atau Cladosporium mansoni. Penyakit ini banyak ditemukan di Amerika Selatan dan Tengah, di Eropa dan Asia sangat jarang ditemukan.

6) Kurap adalah mikosis yang terjadi pada permukaan kulit. Penyakit yang termasuk kelompok dermatofitosis (mitosis superfisial oleh jamur dermatofita) ini disebabkan oleh infeksi jamur golongan dermatofita, seperti Trychophyton, Microsporum dan Epidermophyton. Penyakit ini banyak ditemukan di Indonesia.

7) Tinea kapitis adalah dermatofitosis yang terjadi pada kulit kepala. Penyakit ini disebabkan oleh jamur golongan dermatofita terutama Trichophyton rubrum, T. mentagrophytes dan Microsporum gypseum. Penyakit ini sering terjadi pada anak-anak yang dapat ditularkan dari binatang peliharaan misalnya kucing dan anjing. Tapi juga dapat menginfeksi orang dewasa.

8) Tinea korporis adalah dermatofitosis yang terjadi pada kulit wajah berminyak, tubuh dan tungkai. Penyakit ini disebabkan oleh Trichophyton, Microsporum, dan E. floccosum. Penyakit ini banyak terdapat di daerah beriklim tropis terutama di Indonesia.

9) Tinea Imbrikata adalah dermatofitosis yang terjadi pada kulit badan kecuali kepala, telapak tangan dan kaki, berupa sisik kasar konsentris. Disebabkan oleh jamur Trichophyton concentricum. Penyakit ini ditemukan di daerah tropis dan endemis di beberapa daerah di Indonesia (Jawa, Kalimantan, Irian Jaya dan lain-lain).

10) Tinea favosa adalah dermatofitosis yang terjadi di kulit kepala namun juga dapat menyebar ke rambut dan kuku menimbulkan bau yang khas yang disebut mousy odor. Disebabkan oleh jamur T. schoenleini, kadang-kadang T. violaceum dan M. gypseum. Penyakit ini ditemukan di Polandia, Rusia, Mesir, Balkan dan negeri-negeri sekitar Laut Tengah. 11) Tinea kruris adalah dermatofitosis yang mengenai paha atas bagian tengah, daerah inguinal (daerah lipat paha), pubis, perineum (antara anus dan kemaluan) dan daerah perianal (dekat lubang anus). Disebabkan oleh jamur dari spesies Trichophyton, Microsporum dan E. Floccosum. Penyakit ini banyak ditemukan di daerah tropis dan dingin, banyak pula di temukan di Indonesia. 12) Tinea pedis adalah dermatofitosis yang menginfeksi telapak kaki dan sela jari kaki. Penyakit ini biasa disebut dengan kutu air. Penyakit ini disebabkan oleh jamur T. rubrum dan T. mentagrophytes. Tersebar luas di daerah tropis dan lainnya, terutama Indonesia. 13) Tinea barbae adalah dermatofitosis yang menyebabkan terjadinya peradangan pada rambut. Penyakit ini disebabkan oleh jamur zoofilik, seperti T. verrucosum. Penyakit ini belum pernah ditemukan di Indonesia. 14) Tinea unguium adalah dermatofitosis yang membuat kuku menjadi rapuh dan terkikis. Disebabkan oleh jamur genus Trichophyton dan Microsporum. Penyakit ini terdapat di seluruh dunia

b. Mikosis subkutan

Ini adalah infeksi yang mempengaruhi dermis dan jaringan bawah kulit lainnya dari penderita. Infeksi ini umumnya terjadi ketika patogen menembus dermis selama atau setelah trauma kulit. Lesi kemudian menyebar secara lokal tanpa penetrasi lebih dalam. Namun, beberapa jamur dapat menyebabkan mikosis dalam, terutama pada pasien dengan kelainan yang mendasari parah. Sebuah contoh umum adalah mikosis subkutan Sporotrichosis, disebabkan oleh Sporothrix schenckii. Chromomycosis, phaeohyphomycosis, chromoblastomycosis, lobomycosis, rhinosporidiosis dan mycetomas merupakan contoh lain dari mikosis subkutan.

c. Mikosis Cutaneous

Mycoses Cutaneous adalah infeksi yang memperpanjang lebih dalam lapisan epidermis serta rambut invasif dan penyakit kuku. Jamur yang bertanggung jawab untuk menyebabkan infeksi ini dikenal sebagai dermatofit. Infeksi ini dapat menyebabkan banyak rasa sakit dan ketidaknyamanan sebagai organisme ini menembus jauh ke dalam kulit. Kurap atau tinea, adalah contoh umum dari mikosis kulit. Beberapa contoh lain dari mikosis kulit yang menyebabkan jamur termasuk Microsporum, Epidermophyton dan trikofiton.

d. Mikosis Sistemik

Mikosis sistemik diyakini yang paling berbahaya dari semua infeksi jamur. Hal ini terutama karena mereka menyerang organ internal dengan langsung masuk melalui paru-paru, saluran pencernaan atau infus. Ini dapat disebabkan oleh dua kelompok jamur, jamur patogen primer atau jamur oportunistik. Contoh penyakit jamur milik kelompok pertama meliputi blastomycosis, histoplasmosis, paracoccidioidomycosis dan coccidiomycosis. Jamur oportunistik umumnya mempengaruhi orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah atau dengan beberapa cacat metabolisme yang serius. Penyakit yang termasuk dalam kategori ini adalah kriptokokosis, kandidiasis, dan aspergillosis.

1) Nocardiosis

Merupakan mikosisi yang menyerang jaringan subkutan, yakni terjadi pembengkakan jaringan yang terkena dan terjadinya lubang-lubang yang mengeluarkan nanah dan jamurnya berupa granula. Penyebabnya adalah Nocardia asteroides.

2) Candidiasis

Merupakan mikosis yang menyerang kulit, kuku atau organ tubuh seperti jantung dan paru-paru, selaput lendir dan juga vagina. Infeksi ini terjadi karena faktor predisposisi, misalnya diabetes, AIDS, daerah kulit yang lembab dan obesitas. Penyebabnya adalah Candida albicans.

3) Actinomycosis

Merupakan mikosis yang ditandai dengan adanya jaringan granulomatous, bernanah disertai dengan terjadinya abses dan fistula. Penyebabnya adalah Actinomyces bovis.

4) Maduromycosis(Madurafoot)

Merupakan mikosis pada kaki yang ditandai dengan terjadinya massa granulomatous yang biasanya meluas ke jaringan lunak dan tulang kaki. Gejalanya dimulai dengan adanya lesi pada tapak kaki bagian belakang, timbul massa granulomatous dan abses yang kemudian terjadi sinus-sinus yang mengeluarkan nanah dan granula. Penyebabnya adalah Allescheris boydii, Cephalosporium falciforme, Madurella mycetomi, dan Madurella grisea.

5) Coccidioidomycosis

Merupakan mikosis yang mengenai paru-paru yang disebabkan oleh Coccidioides immitis. Gejalnya mirip dengan pneumonia yang lain, berupa batuk dengan atau tanpa sputum yang biasanya disertai dengan pleuritis.

6) Sporotrichosis

Merupakan mikosis yang bersifat granulomatous menimbulkan terjadinya benjolan gumma, ulcus dan abses yang biasanya mengenai juga kulit dan kelenjar lympha superfisial. Penyebabnya adalah Sporotrichum schenckii. Gejala awalnya berupa benjolan (nodul) di bawah kulit kemudian membesar, merah, meradang, mengalami nekrosis kemudian terbentuk ulcus. Nodul yang sama terjadi sepanjang jaringan lympha.

7) Blastomycosis

Merupakan mikosis yang menyerang kulit, paru-paru, viscera, tulang dan sistem saraf. Penyebabnya adalah Blastomyces dermatitidis dan Blastomyces brasieliensis. Blastomycosis kulit gejalanya brupa papula atau pustula yang berkembang menjadi ulcus kronis dengan jaringan granulasi pada alasnya. Kulit yang sering terkena adalah wajah, leher, lengan dan kaki. Bila menyerang organ dalam, gejalanya mirip tuberculosis.

Mikosis sistemik/profunda ialah penyakit jamur yang mengenai alat dalam. Penyakit ini dapat terjadi karena jamur langsung masuk ke alat dalam (misalnya paru), melalui luka, atau menyebar dari permukaan kulit atau alat dalam lain. Jamur yang berhasil masuk bisa tetap berada di tempat (misetoma) atau menyebabkan penyakit sistemik (misalnya, histoplasmosis). Mikosis sistemik terdiri atas beberapa penyakit yang disebabkan oleh jamur dengan gejala klinis tertentu di bawah kulit misalnya traktus intestinalis, traktus respiratorius, traktusurogenital, susunan kardiovaskular, susunan saraf sentral, otot, tulang, dan kadang kulit.

2.8. Klasifikasi Penyakit Jamur

A. Berdasarkan etiologi

Etiologi suatu penyakit adalah penyebab penyakit itu sendiri yang merupakan inisiator serangkaian peristiwa yang menyebabkan sakitnya penderita. Atau, etiologi adalah suatu gambaran mengenai penyebab penyakit yang meliputi identifikasi factor-faktor yang menimbulkan penyakit tertentu. Agen penyebab penyakit secara umum adalah :

Kelainan genetic

Agen infeksi; bakteri, virus, parasit, jamur

Bahan kimia

Radiasi Trauma mekanik (Dhan, 2011).

Klasifikasi penyakit akibat jamur berdasarkan etiologi pembagian ini sukar karena kita harus sampai pada spesiesjamur sebagai penyebab penyakitnya misalnya (Siregar, 2002): Trikopitosis

: penyebabnya Trichophyton Aspergilosis: penyebabnya spesies aspergilusAspergilloma adalah sebuah bola jamur (mycetoma) yang berkembang di rongga yang sudah ada sebelumnya dalam parenkim paru dan merupakan kolonisasi dari aspergillus dalam bronkus atau kavitas paru. Aspergilosis merupakan infeksi yang disebabkan oleh jamur ubiquitous jenis aspergillus, dapat ditemukan di tanah, air dan tumbuhan yang mengalami pembusukan.. Aspergillus fumigatus merupakan jenis dan penyebab paling umum dari aspergillosis invasif, aspergillus akan menginfeksi paru-paru dan akan menyebabkan empat sindrom penyakit, yaitu Allergic Bronchopulmonary Aspergillosis (ABPA), Chronic Necrotizing Pneumonia Aspergillosis (CNPA). Aspergillus fumigates dapat di isolasi dari udara dan banyak ditemui pada kelembaban yang tinggi. Meskipun lebih dari 1000 spesies aspergili telah diidentifikasi, sangat sedikit yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia. Aspergillus merupakan percabangan hifa yang memiliki distribusi di seluruh dunia, spesies aspergillus yang sering menyebabkan infeksi pada manusia yaitu aspergillus fumigates (Ifran.2012).

Gambar. Aspergilosis Epidermopitosis: penyebabnya spesies epidermophytonPenyakit kurap pada kulit adalah infeksi jamur yang terjadi pada kulit yang disebabkan oleh beberapa jamur dermatofita yang terbagi menjadi tiga genus, yaitu Trychopyton (T), Microsporum (M) dan Epidermophyton (E) dan yang paling sering menjadi penyebab kadas adalah (M) dan (E), karena jenis jamur tersebut bisa tumbuh didaerah lembab dan hangat seperti diantara jari-jari kaki. Kulit yang terinfeksi jamur berbentuk lingkaran, berbatas tegas dengan tepi kemerahan disertai vesikel-vesikel kecil dan bersisik. Keluhan utama yang dirasakan adalah gatal di waktu panas dan keringat. Id reaction dapat dijumpai pada telapak atau sela-sela jari tangan atau kaki. Diagnosis dari penyakit kurap atau kadas ini adalah pemeriksaan langsung dengan larutan KOH 10-205. Tampak hifa bersekat dan bercabang. Biakan pada modium agar Sobaraud ditambah antibiotika disimpan pada suhu kamar. Terapi pengobatan kurap yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah kurap atau kadas ini adalah pengobatan lokal salep yang bersifat fungistatuk dan keratolotik. Sedangkan sistemiknya adalah Griseofluvin, derivate imidazol (Anonim. 2013).

Gambar. Epidermopitosishttp://penyakitkurap.com/B. Berdasarkan geografis

Yaitu menurut letak penyebarannya, penyakit jamur yang menyerang seluruh dunia atau beberapa tempat di dunia.

Contoh :

1) Jamur yang tersebar luas,yang dapat menyerang seluruh permukaan bumi, misalnya : Trikopitosis dan Histoplasmosis

Gambar Histoplasmosis

Penyakit histoplasmosisPenyebab dari histoplasmosis adalah terpaparnya seseorang oleh jamur yang diberi nama Histoplasma capsulatum. Jamur ini terutama sering berada pada kandang ayam dan merpati, lumbung tua, taman dan gua yang merupakan tanah basah yang kaya bahan organik, terutama kotoran dari burung dan kelelawar.

Suhu tubuh burung yang terlalu tinggi, menyebabkan burung tidak dapat terinfeksi dengan histoplasmosis, namun burung dapat membawa H. capsulatum di bulu mereka. Selain itu, kotoran burung dapat mendukung pertumbuhan jamur. Kelelawar memiliki suhu tubuh lebih rendah dan dapat terinfeksi, namun seseorang tidak dapat terjangkit penyakit ini dari kelelawar atau dari orang lain.

2) Jamur yang hanya menyerang beberapa bagian di dunia ini,misalnya : Blastomikosis Amerika Utara dan Blastomikosis Amerika Selatan.

Blastomikosis (Blastomikosis Amerika Utara, Penyakit Gilchrist) adalah infeksi yang disebabkan oleh Blastomyces dermatitidis. Blastomikosis terutama menyerang paru-paru, tetapi kadang menyebar ke seluruh tubuh melalui aliran darah.

Penyebab : jamur Blastomyces dermatitidis. Jamur hidup di tanah yang lembab dan paling sering pada tempat dimana terdapat kayu atau daun-daun yang membusuk. Jamur masuk ke dalam tubuh melalui paru-paru, yang merupakan dimulainya infeksi. Infeksi paru dapat terjadi setelah seseorang menghirup udara yang mengandung spora jamur. Jamur kemudian dapat menyebar ke bagian lain tubuh, seperti kulit, tulang, sendi, dan bagian tubuh lainnya. Penyakit ini sering terjadi di daerah Amerika Serikat, di daerah perbukitan Sungai Mississippi, dan juga di Afrika. Penyakit ini paling sering mengenai pria yang berusia 20-40 tahun. Tetapi, tidak seperti infeksi jamur pada umumnya, blastomikosis tidak lebih sering ditemukan pada orang-orang dengan AIDS.

Gejala : blastomikosis paru-paru dimulai secara bertahap dengan timbulnya demam, menggigil dan berkeringat banyak. Kemudian bisa terjadi nyeri dada, kesulitan untuk bernafas, dan batuk. Meskipun infeksi paru biasanya memburuk secara perlahan, tapi kadang-kadang akan membaik tanpa pengobatan.

Blastomikosis disseminata bisa menyerang berbagai bagian tubuh :

Infeksi kulit dimulai dengan benjolan kecil (papul) dan mungkin saja berisi nanah (papulopustula). Kemudian akan timbul kutil yang dikelilingi abses (penimbunan nanah) yang tidak terasa nyeri.

Pada tulang bisa timbul pembengkakan disertai nyeri.

Pada laki-laki terjadi pembengkakan epididimis disertai nyeri atau prostatitis.

Adakalanya, jamur menyebar ke jaringan yang melapisi otak dan medula spinalis (meninges), menyebabkan terjadinya meningitis jamur. Gejala infeksi ini dapat berupa sakit kepala dan kebingungan.

Diagnosis : ditegakkan melalui pemeriksaan mikroskopis terhadap sampel dahak atau jaringan yang terinfeksi, misalnya kulit. Bila ditemukan adanya jamur, dilakukan pembiakan dan analisa laboratorium.

Pengobatan : blastomikosis dapat diobati dengan amfoterisin B intravena (melalui pembuluh darah) atau itraconazole per-oral (melalui mulut). Dengan pengobatan, perbaikan akan cepat terjadi, tetapi obat harus tetap dilanjutkan untuk berbulan-bulan. Tanpa pengobatan, infeksi akan memburuk secara perlahan dan menyebabkan kematian.

C. Berdasarkan morfologi koloni

1) Jamur yang berfilamen, yaitu jamur yang pada pembiakan memberikan koloni filament. Misalnya : Tricophyton, Mikrosporum

Trichophyton adalah suatu dermatofita yang hidup di tanah, binatang atau manusia. Berdasarkan tempat tinggal terdiri atas anthropophilic, zoophilic, dan geophilic. Trichophyton concentricum adalah endemic pulau Pacifik, Bagian tenggara Asia, dan Amerika Pusat. Trichophyton adalah satu penyebab infeksi pada rambut, kulit terutama Kutu air (Tinea pedis), dan infeksi pada kuku manusia. Trichophyton merupakan salah satu parasit di antara dermatofit. Dikenal sebagai "Gatal Malabar" (Malabar itch), infeksi kulit yang terdiri dari letusan dari sejumlah lingkaran konsentris skala tumpang tindih membentuk papulosquamous patch disebabkan oleh jamur. Trichophyton juga menyebabkan kutu air, kurap, dan infeksi serupa kuku, jenggot, kulit dan pada kulit kepala.

2) Jamur ragi, yaitu jamur yang pada pembiakan memberikan koloni ragi, misalnya : Candida.

Jamur Candida atau Monilia Keputihan akibat jamur ini akanberwarna putih susu, kental, berbau agak keras, disertai rasa gatal yang dominan pada vagina. Akibatnya, mulut vagina menjadi kemerahan dan meradang. Keputihan ini biasanya dipicu oleh kehamilan, penyakit kencing manis, pemakaian pil KB, dan rendahnya daya tahan tubuh. Bayi yang baru lahir juga bisa tertular keputihan akibat jamur Candida ini karena tanpa sengaja tertelan cairan ibunya yang adalah penderita saat persalinan.

3) Jamur yang mempunyai 2 ( dua ) bentuk jamur ganda, yaitu jamur yang pada pembiakan temperature 370C menghasilkan koloni ragi, tetapi pada temperature kamar akan memberikan koloni filament, misalnya : Sporotrikosis

Sporotrikosis adalah penyakit kulit yang disebabkan infeksi jamur kronis yang ditandai dengan adanya penonjolan -penonjolan padat pada permukaan kulit.Penonjolan-penonjolan padat ini sebagai akibat pembengkakan kelenjar limfe yang kemudian melunak, memecah, dan menyebabkan kerusakan kulit ( epidermis dan dermis ).

Penyakit ini disebabkan oleh jamur Sporotrichum schenkil yang dapat hidup ditanah, hewan, tumbuh-tumbuhan, dan sayuran yang telah membusuk. Penyakit ini lebih sering menyerang pria daripada wanita.Orang yang bertempat tinggal di daerah pertanian yang kelembapannya tinggi dan kebersihannya kurang, lebih mudah terkena penyakit ini. Gejala yang ditimbulkan oleh penyakit ini mulai ari masuknya spora kedalam kulit.Spora masuk melalui luka.Mula-mula timbul penonjolan padat di atas permukaan kulit.Tonjolan-tonjolan padat ini akhirnya pecah disertai kerusakan kulit bagian epidermis dan dermis.Akibatnya, terjadi peradangan pembuluh limfe yang menyebar mengikuti aliran pembuluh lmfe.Pengobatan sistemik dapat dilakukan dengan memberikan kalium yodida jenuh per oral, dimulai 5 tetes/hari dan dinaikkan perlahan hingga 30-40 tetes/hari.Dapat juga dengan memberikan ketokonazol 100-200 mg/hari selama 1 bulan.Intrakonazol 100 mg/hari selama 1 bulan, dan flukonazol 150 mg/hari selama 2 bulan.Pengobatan topikal dapat dilakukan dengan mengompresnya menggunakan kalium yodida 2% dan yodium 2%. Pencegahan penyakit ini dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan dan tubuh, terutama menjaga kebersihan kulit.Selain itu, sebaiknya menghindari kontak langsung dengan kotoran di dalam tanah atau air.

D. Berdasarkan Topografi

a. Mikosis superfisialis yaitu jamur yang menyerang lapisan luar pada kulit, kuku dan rambut. Dibagi dalam dua bentuk yaitu :

Dermatofitosis, yang terdiri dari : Tinea Kapitis, Tinea Kruris, TineaKorporis, Tinea pedis atau manus, Tinea Unguium (onikomikosis), TineaInterdigitalis, Tinea Imbrikata, Tinea Favosa, Tinea Baarbae.

Nondermatofitosis terdiri dari : Tinea Versicolor, Piedra Hitam, Piedra Putih

Perbedaan antara dermatofitosis dan nondermatofitosis terletak pada infeksi di kulit. Golongan dermatofitosis menyerang atau menimbulkan kelainan di dalam epidermis,mulai dari stratum korneum sampai stratum basalis, sedangkangolongan nondermatofitosis hanya pada bagian superfisialis dariepidermis. Hal ini disebabkan dermatofitosis mempunyai afinitas terhadap keratin yang terdapat pada epidermis, rambut dan kuku sehingga infeksinya lebih dalam.

b. Mikosis Intermediat yaitu jamur-jamur yang menyerang kulit,mukosa, subkutis dan alat-alat dalam terutama yang disebabkanoleh spesies kandida sehingga penyakitnya disebut kandidiasis

seperti Candida albicans.

c. Mikosis Dalam yaitu jamur-jamur yang menyerang subkutis danalat-alat dalam. Adapun jamur yang termasuk dalam golonganini yaitu : Aktinomikosis, Nokardiosis, Kriptokokosis,Fikomikosis sublutis, Aspergilosis, Histoplasmoosis,Kromomikosis,

Sporotrikosis, Blastomikosis Amerika Utara dan Amerika Selatan, Misetoma Madura Foot

2.9. Cara Penularan Penyakit Yang Disebabkan Oleh Jamur

Masuknya jamur dalam tubuh dapat melalui :

Melalui luka kecil atau aberasi pada kulit misalnya golongan dermatofitosis, kromoblastomikosis.

Melalui saluran napas, dengan mengisap elemen-elemen jamur seperti pada histoplastosis.

Melalui kontak tetapi tidak perlu ada luka atau aberasi kulit seperti golongan dermatofitosis.

(Lis Herawati. 2012)

2.10. Cara Menegakkan DiagnosisSelain dari gejala gejala khas setiap jamur, diagnosis suatu penyakit jamur harus dibantu dengan pemeriksaan laboratorium yaitu :

1. Pemeriksaan langsung

Untuk melihat apakah adanya infeksi jamur perlu dibuat preparat langsung dari kerokan kulit, rambut, atau kuku. Sediaan ditetesi dengan larutan KOH 10 40 % dengan maksud melarutkan keratin kulit atau kuku sehingga akan tinggal kelompok hifa. Sesudah 15 menit atau sesudah dipanasi di atas api kecil, jangan sampai menguap kemudian di lihat di bawah mikroskop (Siregar, 2002).2. Pembiakan atau kultur

Pembiakan dilakukan dalam media agar sabaroud pada suhu kamar (25 300C), kemudian dalam 1 minggu dilihat dan dinilai apakah ada perubahan atau pertumbuhan. Hal hal yang perlu diperhatikan : bentuk koloni, warna koloni, jenis koloni (Siregar, 2002).

3. Reaksi imunologis

Dengan menyuntikkan secara intrakutan semacam antigen yang dibuat dari koloni jamur, reaksi ( + ) berarti infeksi oleh jamur (+), misalnya :

1) Reaksi histoplasmin

Antigen yang dibuat dari pembiakan histoplasma. Kalau (+) berarti infeksi histoplasma (+).

2) Reaksi trikofitin

Antigen yang dibuat dari pembiakan schenkii. Kalau (+) berarti ada infeksi Trikopiton

3) Reaksi sporotrikin

Antigen dibuat dari koloni Sporotricium schenkii. Kalau (+) berarti infeksi oleh spesies Sporotrikum(Siregar, 2002).

4. Biopsi atau pemeriksaan histopatologi

Khusus dilakukan untuk pemeriksaan penyakit jamur golongan mikosis dalam. Dengan pewarnaan khusus dari suatu jaringan biopsy, dapat dicari elemen jamur dalam jaringan tersebut. Pewarnaan khusus seperti pewarnaan Gram, HE, dan PAS dapat mewarnai elemen jamur dalam jaringan sehingga tampak jelas. Selain itu, pemeriksaan histopatologi sangat penting untuk melihat reaksi jaringan akibat infeksi jamur (Siregar, 2002).

5. Pemeriksaan dengan sinar wood

Sinar Wood adalah sinar ultraviolet yang setelah melewati suatu jaringan wood, sinar yang tadinya polikromatis menjadi monokromatis dengan panjang gelombang 3600 A. Sinar ini tidak dapat dilihat. Bila sinar ini diarahkan ke kulit atau rambut yang mengalami infeksi oleh jamur jamur tertentu, sinar ini akan berubah menjadi warna yang kehijau hijauan atau flouresensi. Apabila pemeriksaan dengan cara ini memberi flouresensi, pemeriksaan sinar wood disebut positif, dan apabila tidak ada flouresensi disebut negative. Jamur jamur yang memberikaan flouresensi adalah Microsporum lanosum, Microsporum audouinii, Microsporum canis, dan Malssezia furtur (penyebab tinea versikolor) (Siregar, 2002).

2.11. Media Pertumbuhan

Medium pertumbuhan mikrobia adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran nutrien yang diperlukan mikrobia untuk pertumbuhannya.Dengan menggunakan bahan medium pertumbuhan, aktivitas mikrobia dapat dipelajari dan dengan menggunakan medium tumbuh dapat dilakukan isolasi mikrobia menjadi biakan murni. Pada dasarnya bahan-bahan untuk pertumbuhan medium dapat dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu bahan dasar yang meliputi air, agar yang bersifat tidak diuraikan oleh mikrobia, gelatin yang merupakan protein yang dapat diuraikan oleh mikrobia, dan silika gel yaitu bahan yang mengandung natrium silikat khusus untuk menumbuhkan mikrobia yang bersifat obligat autotrof, unsur-unsur nutrien yang dapat diambil dari bahan alam, meliputi karbohidrat, lemak dan asam-asam organik, sumber nitrogen yang mencakup pepton dan protein, garam-garam kimia (K, Na, Fe dan Mg), vitamin, dan sari buah, ekstrak sayuran dan susu. Serta bahan-bahan tambahan yaitu bahan yang sengaja ditambahkan ke dalam medium dengan tujuan tertentu seperti indikator maupun antibiotic (Schlegel, 1993).

Beberapa mikroorganisme dapat hidup baik padamedium yang sangat sederhana yang hanya mengandung garam anargonik di tambahsumber karbon organik seperti gula.Sedangkan mikroorganime lainnya memerlukansuatu medium yang sangat kompleks yaitu berupa medium ditambahkan darah ataubahan-bahan kompleks lainnya.Akan tetapi yang terpenting medium harus mengandung nutrien yang merupakansubstansi dengan berat molekul rendah dan mudah larut dalam air.Nutrien ini adalahdegradasi dari nutrien dengan molekul yang kompleks. Nutrien dalam medium harusmemenuhi kebutuhan dasar makhluk hidup, yang meliputi air, karbon, energi, mineraldan faktor tumbuh (Volk, dan Wheeler,1993).

Adapun macam-macam media Pertumbuhan antara lain (Hadioetomo, 1993) :

1. Medium berdasarkan konsistensi

Medium padat, yaitu media yang mengandung agar 15% sehingga setelah dingin media menjadi padat.

Medium setengah padat, yaitu media yang mengandung agar 0,3-0,4% sehinggamenjadi sedikit kenyal, tidak padat, tidak begitu cair. Media semi solid dibuat dengantujuan supaya pertumbuhan mikroba dapat menyebar ke seluruh media tetapi tidakmengalami percampuran sempurna jika tergoyang. Misalnya bakteri yang tumbuh padamedia NfB (Nitrogen free Bromthymol Blue) semisolid akan membentuk cincin hijaukebiruan dibawah permukaan media, jika media ini cair maka cincin ini dapat denganmudah hancur. Semisolid juga bertujuan untuk mencegah/menekan difusi oksigen, misalnya pada media Nitrate Broth, kondisi anaerob atau sedikit oksigen meningkatkanmetabolisme nitrat tetapi bakteri ini juga diharuskan tumbuh merata diseluruh media.

Medium cair yaitu media yang tidak mengandung agar, contohnya adalah NB (NutrientBroth), LB (Lactose Broth).

2. Medium berdasarkan komposisi

Medium sintesis, yaitu media yang komposisi zat kimianya diketahui jenis dantakarannya secara pasti, misalnya Glucose Agar, Mac Conkey Agar.

Medium semi sintesis, yaitu media yang sebagian komposisinya diketahui secara pasti,misanya PDA (Potato Dextrose Agar) yang mengandung agar, dekstrosa dan ekstrakkentang. Untuk bahan ekstrak kentang, kita tidak dapat mengetahui secara detail tentangkomposisi senyawa penyusunnya.

Medium non sintesis, yaitu media yang dibuat dengan komposisi yang tidak dapatdiketahui secara pasti dan biasanya langsung diekstrak dari bahan dasarnya, misalnyaTomato Juice Agar, Brain Heart Infusion Agar, Pancreatic Extract.

3. Medium berdasarkan fungsi

Media untuk isolasi, media ini mengandung semua senyawa esensial untuk pertumbuhan mikroba, misalnyaNutrient Broth, Blood Agar.

Media selektif/penghambat, media yang selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga mediatersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhanmikroba yang diinginkan. Contohnya adalah Luria Bertani medium yang ditambahAmphisilin untuk merangsang E.coli resisten antibotik dan menghambat kontaminanyang peka, Ampiciline. Salt broth yang ditambah NaCl 4% untuk membunuhStreptococcus agalactiae yang toleran terhadap garam.

Media diperkaya (enrichment), media diperkaya adalah media yang mengandung komponen dasar untuk pertumbuhanmikroba dan ditambah komponen kompleks seperti darah, serum, kuning telur. Mediadiperkaya juga bersifat selektif untuk mikroba tertentu. Bakteri yang ditumbuhkan dalammedia ini tidak hanya membutuhkan nutrisi sederhana untuk berkembang biak, tetapimembutuhkan komponen kompleks, misalnya Blood Tellurite Agar, Bile Agar, SerumAgar, dll.

Media untuk peremajaan kultur, media umum atau spesifik yang digunakan untuk peremajaan kultur

Media untuk menentukan kebutuhan nutrisi spesifik, media ini digunakan unutk mendiagnosis atau menganalisis metabolisme suatu mikroba.Contohnya adalah Kosers Citrate medium, yang digunakan untuk menguji kemampuanmenggunakan asam sitrat sebagai sumber karbon.

Media untuk karakterisasi bakteri, media yang digunakan untuk mengetahui kemempuan spesifik suatu mikroba. Kadang-kadang indikator ditambahkan untuk menunjukkan adanya perubahan kimia. Contohnyaadalah Nitrate Broth, Lactose Broth, Arginine Agar.

Media diferensial, media ini bertujuan untuk mengidentifikasi mikroba dari campurannya berdasar karakterspesifik yang ditunjukkan pada media diferensial, misalnya TSIA (Triple Sugar IronAgar) yang mampu memilih Enterobacteria berdasarkan bentuk, warna, ukuran kolonidan perubahan warna media di sekeliling koloni.

Macam macam media menurut Dwidjoseputro (1964), media dibedakan menjadi :

Media cair misalnya kaldu.

Media kental (padat) menggunakan kentang yang dipotong.

Media yang diperkaya.

Media yang sintetik berupa ramu ramuan zat anorganik.

Media kering berupa serbuk kering yang dilarutkan dalam air.

Menurut Pelczar et al (1986), media dibedakan menjadi:

Media yang diperkaya komponennya yaitu lumpur, ekstra serum dari tanaman atau hewan.

Media selektif yaitu bagian kimiawi secara spesifik untuk NA agar dapat tumbuh bakteri tanpa adanya halangan dari apapun.

Media yang berbeda yaitu menyatukan reagen atau zat kimia di media untuk menghasilkan pertumbuhan yang baik setelah diinkubasi dan diinokulasi dengan mengizinkan 2 pertumbuhan bakteri yang berbeda.

Menurut Hadioetomo (2010), media dibedakan menjadi 2 menurut komposisi kimiawinya yaitu media sintetik dan medium nonsintetik atau kompleks. Medium sintetik dibuat dari bahan kimia yang kemurnian tinggi dan ditentukan dengan tepat, sedangkan medium non-sintetik tidak diketahui dengan pasti.

Berdasarkan fungsi/sifatnya beberapa macam medium, antara lain medium umum, medium selektif dan medium diferensial.

Media selektif (selective medium) /media penghambat adalah media yang ditambah zat kimia tertentu yang bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan mikroba lain sehingga dapat mengisolasi mikroba tertentu, misalnya media yang mengandung kristal violet pada kadar tertentu, dapat mencegah pertumbuhan bakteri gram positif tanpa mempengaruhi bakteri gram negatif. Media ini selain mengandung nutrisi juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan. Berdasarkan komposisi kimianya, dikenal medium alami, medium semi sintetik, dan medium sintetik. Media ini dipakai untuk menyeleksi mikrorganisme sesuai dengan yang diinginkan, jadi hanya satu jenis mikrorganisme saja yang dapat tumbuh dalam media ini atau hanya satu kelompok tertentu saja. (Iyandri, 2011)

Sedangkan media diferensial adalah media untuk mengklasifikasikan kelompok jenis bakteri. Media ini digunakan oleh ahli mikrobiologi untuk mengidentifikasi jenis bakteri tertentu. (Iyandri, 2011)

Pemindahan biakan mikroba yang dibiakkan harus sangat hati-hati dan mematuhi prosedur laboratorium agar tidak terjadi kontaminasi. Oleh karena itu, diperlukan teknik-teknik dalam pembiakan mikroorganisme yang disebut dengan teknik inokulasi biakan. Untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni, umumnya digunakan dua prosedur yaitu: metode agar cawan dengan goresan dan metode agar tuang.

A. Teknik Okulasi

Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih dahulu diusakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi.Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan teknik penanamanbakteri (inokulasi) yaitu :1. Menyiapkan ruangan

Ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril agar tidak terjadi kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan .dalam labotarium pembuataan serum vaksin dan sebagainya. Inokulasi dapat dilakukan dalam sebuah kotak kaca (encast) udara yang lewat dalam kotak tersebut dilewatkan saringan melalui suatu jalan agar tekena sinar ultraviolet.2. Pemindahan dengan dengan pipet

Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan untuk diambil 1 ml contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni.3. Pemindahan dengan kawat inokulasi.

Ujung kawat inokulasi sebaliknya dari platina atau nikel .ujungnya boleh lurus juga boleh berupa kolongan yang diametrnya 1-3mm. Dalam melakukuan penanaman bakteri kawat ini terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya tungkai cukup dilewatkan nyala api saja setelah dingin kembali kawat itu disentuhkan lagi dalam nyala. Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi biakan murnimikroorganisme yaitu :1. Metode Gores

Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu, tetapi memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di permukaan media agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi). Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni.

Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng. Bila dilakukan dengan baik teknik inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya terkadang berbeda pada masing-masing laboratorium tapi tujuannya sama yaiitu untuk membuat goresan sebanyak mungkin pada lempeng medium pembiakan.Ada beberapa teknik menggores yang biasa digunakan :

1. Goresan SinambungCara kerja :

Sentuhkan inokulum loop pada koloni dan gores secara kontinyu sampai setengah permukaan agar.

Jangan pijarkan loop, lalu putar cawan 180oC lanjutkan goresan sampai habis.

Goresan sinambung umumnya digunakan bukan untuk mendapatkan koloni tunggal, melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium baru.

2. Goresan T

Cara kerja :

Bagi cawan menjadi 3 bagian menggunakan spidol marker

Inokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag

Panaskan jarum inokulan dan tunggu dingin, kemudian lanjutkan streak zig-zag pada daerah 2 (streakpada gambar). Cawan diputar untuk memperoleh goresan yang sempurna

Lakukan hal yang sama pada daerah 3

3. Goresan Kuadran (Streakquadrant)

Cara kerja :

Hampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan yang berbeda yaitu dibagi empat. Daerah 1 merupakan goresan awal sehingga masih mengandung banyak sel mikroorganisma.Goresan selanjutnya dipotongkan atau disilangkan dari goresan pertama sehingga jumlah semakin sedikit dan akhirnya terpisah-pisah menjadi koloni tunggal.

2.12. Media Pertumbuhan Jamur

Media biakan merupakan suatu zat yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme di laboratorium. Fungsi dari suatu media biakan adalah memberikan tempat dan kondisiyang mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan dari mikroorganisme yang ditumbuhkan. PDA (Potato Dextrosa Agar) merupakan salah satu media yang banyak digunakan untuk membiakkan suatu mikroorganisme, baik berupa fungi, bakteri maupun sel makhluk hidup.Pembuatan kultur murni jamur menggunakan media PDA (Potato Dextrosa Agar). PDA terbuat dari kentang, dextrosa dan agar dimana setiap komponen mengandung suatu zat tertentu yang mampu menunjang pertumbuhan jamur, antara lain: (1) kentang (Potato) yang merupakan sumber karbohidrat yang mengandung vitamin, dan mineral yang cukup tinggi. Fungsi kentang dalam penyusunan PDA adalah mensuplai karbohidrat yang sangat diperlukan oleh jamur dalam pertumbuhannya, (2) dekstrosa merupakan penyusun PDA yang sangat mempengaruhi pertumbuhan jamur. Dekstrosa merupakan gugusan gula, baik monosakarida maupun polisakarida. Dekstrosa umumnya menyediakan karbohidrat sebagai sumber energi dan unsur-unsur N, Na, Ca, dan K yang berperan sebagai kofaktor enzim dalam pertumbuhan spora jamur,(3) agar yang diperoleh dari tumbuhan berumbi yang menghasilkan glukosa. Agar merupakan polimer sulfat yang sebagian besar terdiri atas D-galactosa, 3,6-anhidro-L-galactosa, dan asam D-glukoronik. Fungsi dari agar adalah untuk mengentalkan media sehingga mempermudah dalam menumbuhkan dan mengisolasi jamur mikroskopis dan bagian-bagian jamur yang lainnya.

Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan media yang sangat umum yang digunakan untuk mengembangbiakkan dan menumbuhkan jamur dan khamir. Komposisi Potato Dextrose Agar ini terdiri dari bubuk kentang, dextrose dan juga agar. Bubuk kentang dan juga dextrose merupakan sumber makanan untuk jamur dan khamir.

Potato Dextrose Agar juga bisa digunakan untuk menghitung jumlah mikroorganisme menggunakan metode Total Plate Count. Perindustrian seperti industri makanan, industri produk susu dan juga kosmetik menggunakan PDA untuk menghitung jumlah mikroorganisme pada sample mereka. Karena fungsinya yang dapat mengembangbiakkan jamur, sekarang ini PDA juga banyak digunakan oleh pembudidaya jamur seperti jamur tiram. Untuk memaksimalkan pertumbuhan bibit jamur, biasanya pembudidaya mengatur kondisi pH yang rendah (sekitar 3,5) dan juga menambahkan asam atau antibiotik untuk menghambat terjadinya pertumbuhan bakteri.Pada umumnya, formula komposisi PDA yang cocok untuk pertumbuhan jamur dan khamir (per liter) yaitu :

Bubuk kentang/potato starch..4 gram

Dextrose...20 gram

Agar.15 gram

Contoh beberapa mikroorganisme yang dapat tumbuh dengan baik pada PDA, yaitu :

Pleurotus ostreatus Saccharomyces cerevisiae Trichophyton mentagrophytes

Media PDA (Potato Dextrose Agar) merupakan medium semisintetik. Media merupakan tempat dimana terjadi perkembangan organism, organism menyerap karbohidrat dari kaldu kentang dan gula serta dari agar yang telah dicampur. Hal ini lah yang menyebabkan mengapa kentang harus dipotong dadu, agar karbohidrat di kentang dapat di kelar dan menyatu dengan air sehingga menjadi kaldu. Semakin kecil permukaan maka semakin besar daya osmosirnya (risda 2007)

BAB IIIMETODE

3.1 Waktu Dan Tempat

3.1.1Waktu

Pratikum dilaksankan pada Rabu, 17 September 20143.1.2Tempat

Pelaksanaan praktikum bakteriologi ini, dilaksanakan di Laboratorium Bakteriologi Jurusan Analis Kesehatan Politekik Kesehatan Denpasar.3.2 Metode

Metode yang digunakan adalah pembuatan sediaan langsung dengan larutan NaOH 10%

3.3 Prinsip

Larutan NaOH 10%/KOH 10% akan melisiskan kulit sehingga bila mengandung jamur di bawah mikroskop akan terlihat hifa dan atau spora

3.4 Alat dan Bahan

a. Alat

1. Cawan petri2. Scalpel3. Objek glass4. Kover glass5. Ose6. Api Bunsen7. Mikroskop8. pinsetb. Bahan

1. Alkohol 70%

2. Kapas

3. NaCl 10 % / KOH 10 % / NaOH 10 %

4. Sampel kerokan kulit

3.5 Cara Kerja

a. Teknik membuat kerokan kulit1. Bagian kulit yang akan dikerok dihapus beberapa kali dengan alkohol

2. Bagian kulit yang dikerok sebaiknya di pinggiran lesi yang aktif dan tertutup dengan sisik

3. Perlahan-lahan dikerok dengan scalpel

4. Kerokan kulit ditampung dalam cawan petri, siap dipakai untuk bahan pemeriksaan.b. Teknik membuat sediaan langsung kerokan kulit

1. NaCl 10 % / KOH 10 % / NaOH 10 % diteteskan pada objek glass2. Ujung ose dibasahi dengan larutan NaCl 10 % / KOH 10 % / NaOH 10 % kemudian ditempelkan pada kerokan kulit, sehingga kerokan tersebut menempel pada ujung ose

3. Kerokan kulit diletakkan pada tetesan larutan NaCl 10 % / KOH 10 % / NaOH 10 % kemudian ditutup dengan kaca penutup.

4. Dilewatkan beberapa kali di atas nyala api, dan dibiarkan selama 10 menit

5. Diperiksa di bawah mikroskop dengan kondensor rendah, mula-mula objektif pembesaran objektif 10X untuk mencari lapang pandang bagian kulit yang akan diperiksa, kemudian pembesaran objektif 40X untuk mencari adanya hifa dan spora.

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Hasil PengamatanNoGambarKeterangan

1Identitas Sampel

Jenis sampel: Kerokan kulit kepala

Nama

: Ratnayanti sampel kulit kepala/ketombe didapatkan hasil positif dimana terlihat adanya sel-sel lemak dan beberapa sel seperti spora jamur namun tidak terlihat adanya mikosis

2Identitas Sampel

Jenis sampel: Kerokan sela jari kaki

Nama

: Dwi Sumarajaya

Pada sampel sela-sela jari kaki didapatkan hasil positif dimana terlihat adanya hifa semu (pseudohypha)

3

Identitas Sampel

Jenis sampel: Kerokan kulit panu

Nama

: Mr. X

sampel kerokan kulit panu didapatkan hasil positif berupa adanya beberapa sel spora yang penyebarannya tidak rata.

4.2 Pembahasan

Fungi (jamur) adalah organisme eukariotik yang bersel tunggal atau banyak dengan tidak memiliki klorofil. Jamur dapat menimbulkan berbagai macam penyakit, baik penyakit dalam maupun penyakit luar. Penyakit-penyakit tersebut dapat diketahui jenisnya dengan cara melakukan diagnosis laboratorium. Cara untuk menegakkan diagnosis dari infeksi jamur dapat dilakukan dengan berbagai cara diantaranya adalah dengan pembuatan sediaan langsung. Pembuatan sediaan langsung dapat dilakukan dengan menggunakan sampel kulit, kuku dan rambut.

Pada praktikum kali ini dilakukan pembuatan sediaan langsung (direct preparat) dari kerokan kulit kepala, kerokan kulit di sela-sela kaki dan kerokan kulit pada kulit yang terinfeksi panu. Tujuan dari pemeriksaan pembuatan sediaan langsung kali ini adalah untuk mengetahui jenis jamur yang menginfeksi kulit dari pasien. Bagian kulit yang akan dijadikan sampel harus dipastikan telah mengalami tanda-tanda terinfeksi oleh jamur. Cara pengambilan sampel ini yaitu pertama-tama bagian kulit yang akan dikerok harus didesinfeksi terlebih dahulu menggunakan kapas alkohol. Hal ini berfungsi untuk membersihkan kotoran-kotoran yang menempel pada bagian kulit tersebut sehingga mempermudah dalam pengamatan hifa maupun spora jamur nantinya. Bagian kulit yang akan dikerok sebaiknya bagian pinggir lesi yang aktif dan tertutup dengan sisik. Hal ini dikarenakan pada bagian tersebut lebih mudah untuk dikerok sehingga sampel kerokan kulit yang diinginkan dapat segera diperoleh. Kerokan kulit yang didapatkan dari pasien kemudian diletakkan pada cawan petri dan dapat segera diperiksa. Dalam praktikum kali ini sampel yang digunakan yaitu kerokan kulit kaki pasien yang bernama Dwi Sumarajaya dan kerokan kulit kepala pasien yang bernama Ratnayanti serta kerokan kulit panu dari Mr X.

Dalam pembuatan preparat langsung ini dapat digunakan larutan KOH 10% atau NaCl 10% atau NaOH 10%. Dalam praktikum kali ini larutan yang digunakan adalah larutan NaOH 10%. Larutan NaOH ini diteteskan pada objek glas kemudian diambil sampel kerokan kulit yang didapatkan tadi dan diletakkan pada tetesan larutan NaOH 10% tersebut. Kemudian sampel ditutup dengan cover glass. Objek glass kemudian difiksasi diatas nyala api dan kemudian dibiarkan selama kurang lebih 10 menit. Larutan NaOH 10% ini berfungsi untuk melisiskan bagian keratin kulit yang ada dalam sampel dan yang tersisa adalah hyfa atau spora dari jamur (fungi) saja sehingga memudahkan dalam proses pengamatan dibawah mikroskop.

Setelah preparat dibiarkan selama 10 menit maka selanjutnya diamati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10 kali. Hal ini bertujuan untuk mencari lapang pandang pengamatan. Setelah didapatkan lapang pandangnya selanjutnya dilanjutkan dengan pengamatan pembesaran 40 kali. Pada pembesaran 40 kali ditemukan hasil positif pada ketiga sampel.

Pada sampel kulit kepala/ketombe didapatkan hasil positif dimana terlihat adanya sel-sel lemak dan beberapa sel seperti spora jamur namun tidak terlihat adanya mikosis. Pada sampel sela-sela kulit kaki didapatkan hasil positif dimana terlihat adanya hifa semu (pseudohypha). Sedangkan pada sampel kerokan kulit panu didapatkan hasil positif berupa adanya beberapa sel spora yang penyebarannya tidak rata.Adapun hal-hal yang dapat mempengaruhi pemeriksaan kali ini adalah:

1. Bagian kulit yang dijadikan sampel harus memiliki ciri-ciri terinfeksi jamur agar hasil yang didapatkan valid.

2. Larutan NaOH 10% yang digunakan dipastikan tanggal kadaluarsanya.

3. Alat yang digunakan baik itu objek dan cover glass yang digunakan sebaiknya yang baru dan bersih agar hasil yang diperoleh lebih maksimal.

4. Pada proses fiksasi sampel di atas api, diperhatikan jangan sampai menguap karena dapat merusak struktur hifa atau spora jamur yang ada pada sampel.BAB V

PENUTUP5.1. Kesimpulan

a. Praktikum kali ini menggunakan metode pembuatan sediaan langsung dengan larutan KOH 10%

b. Pada sampel kulit kepala/ketombe didapatkan hasil positif dimana terlihat adanya sel-sel lemak dan beberapa sel seperti spora jamur namun tidak terlihat adanya mikosis. Pada sampel sela-sela kulit kaki didapatkan hasil positif dimana terlihat adanya hifa semu (pseudohypha). Sedangkan pada sampel kerokan kulit panu didapatkan hasil positif berupa adanya beberapa sel spora yang penyebarannya tidak rata.

5.2. Saran

a. Diperlukan keterampilan untuk mengerok kulit yang teridentifikasi jamur.b. Kita harus senantiasa menjaga kebersihan tubuh agar terhindar dari penyakit jamur.DAFTAR PUSTAKADarnetty. 2006. Pengantar Mikologi. Padang: Andalas Universiti Press.Dwidjoseputro. 1998. Dasar-Dasar Mikrobilogi. Jakarta: Djambatan.Hidayat, Nur dkk. 2006. Mikrobiologi Industri. Yogyakarta: Andi.

Lay, Bibiana W. 1994. Analisis Mikroba Dilaboratorium. Jakarta: Raja Gratindo Persada.Lucas, Stefanus. 2006. Formulasi Steril. Yogyakarta: Andi.Perlczar, Michael. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: UI-Press.

Pratiwi, Sylvia T. 2004. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.Risda. 2007. Potato Dextrose Agar. Online, http://www.mikrobiologidasar.com. . Diakses pada tanggal 22 September 2014

Sumarjito. 2008. Panduan Belajar Biologi. Yogyakarta: Primagama.