Laporan Kerja Praktek Refenery dan Fraksinasi PT. SMART, Tbk

68
 Laporan Kerja Praktek  1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Teknik kimia merupakan cabang ilmu yang berkaitan dengan proses dan  perancangan pada pabrik industri, baik industri proses pembuatan barang setengah  jadi maupun barang jadi. Cabang ilmu ini memiliki cakupan yang sangat luas meliputi bahan baku, proses, dan produk beserta alat-alat proses, maintenance, utilitasnya, tata letak pabrik, hingga pemasaran produk. Teknik Kimia sangat dekat dengan pabrik, dengan segala dinamisasi penerapan teknologinya. Seiring dengan berkembangnya dunia industri maka semakin kompleks  permasalahan yang timbul dan semakin besar perubahan-perubahan yang terjadi didalamnya. Oleh karena itu tidak cukup mempelajari ilmu tanpa terjun langsung ke lapangan untuk melihat kondisi yang sebenarnya di industri. Dengan alasan inilah, Program Studi Teknik Kimia UNLAM memberikan kesempatan kepada para mahasiswa untuk melaksanakannya dengan menyelesaikan Kerja Praktek (KP) di industri, dengan maksud untuk melatih keterampilan mahasiswa menyelesaikan masalah yang dihadapi di lapangan sesuai dengan ilmu pengetahuannya. Semuanya ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa untuk persiapan masuk ke dunia kerja yang sesungguhnya. Kerja praktek merupakan salah satu sarana latihan untuk mengembangkan dan menerapkan ilm u pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah. Selain itu dengan adanya kerja praktek dapat memberikan gambaran yang jelas tentang berbagai hal yang berkaitan dengan berbagai masalah, khususnya masalah pengaturan sistem di tempat kerja praktek tersebut. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam  pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibutuhkan kerjasama dan jalur komunikasi yang baik antara perguruan tinggi, industri, instansi pemerintah dan swasta. Kerjasama ini dapat dilaksanakan dengan saling bertukar informasi antara

description

Laporan Kerja Praktek Refenery dan Fraksinasi PT. SMART, Tbk

Transcript of Laporan Kerja Praktek Refenery dan Fraksinasi PT. SMART, Tbk

  • Laporan Kerja Praktek

    1

    BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang

    Teknik kimia merupakan cabang ilmu yang berkaitan dengan proses dan

    perancangan pada pabrik industri, baik industri proses pembuatan barang setengah

    jadi maupun barang jadi. Cabang ilmu ini memiliki cakupan yang sangat luas

    meliputi bahan baku, proses, dan produk beserta alat-alat proses, maintenance,

    utilitasnya, tata letak pabrik, hingga pemasaran produk. Teknik Kimia sangat dekat

    dengan pabrik, dengan segala dinamisasi penerapan teknologinya.

    Seiring dengan berkembangnya dunia industri maka semakin kompleks

    permasalahan yang timbul dan semakin besar perubahan-perubahan yang terjadi

    didalamnya. Oleh karena itu tidak cukup mempelajari ilmu tanpa terjun langsung ke

    lapangan untuk melihat kondisi yang sebenarnya di industri. Dengan alasan inilah,

    Program Studi Teknik Kimia UNLAM memberikan kesempatan kepada para

    mahasiswa untuk melaksanakannya dengan menyelesaikan Kerja Praktek (KP) di

    industri, dengan maksud untuk melatih keterampilan mahasiswa menyelesaikan

    masalah yang dihadapi di lapangan sesuai dengan ilmu pengetahuannya. Semuanya

    ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa untuk persiapan masuk ke

    dunia kerja yang sesungguhnya.

    Kerja praktek merupakan salah satu sarana latihan untuk mengembangkan dan

    menerapkan ilmu pengetahuan yang diperoleh di bangku kuliah. Selain itu dengan

    adanya kerja praktek dapat memberikan gambaran yang jelas tentang berbagai hal

    yang berkaitan dengan berbagai masalah, khususnya masalah pengaturan sistem di

    tempat kerja praktek tersebut. Untuk mencapai hasil yang optimal dalam

    pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dibutuhkan kerjasama dan jalur

    komunikasi yang baik antara perguruan tinggi, industri, instansi pemerintah dan

    swasta. Kerjasama ini dapat dilaksanakan dengan saling bertukar informasi antara

  • Laporan Kerja Praktek

    2

    masing-masing pihak tentang korelasi antara ilmu di perguruan tinggi dan

    penggunaan di dunia industri.

    Kegiatan kerja praktek dapat dilaksanakan pada pabrik-pabrik yang berlatar

    belakang pada proses produksinya yang menggunakan bahan-bahan kimia tertentu

    untuk menunjang proses produksinya, salah satu pabrik yang dapat dijadikan tempat

    pelaksanaan kerja praktek (KP) adalah pabrik pengolahan minyak goreng dengan

    bahan baku CPO dari buah kelapa sawit. Pada pabrik pengolahan minyak goreng dan

    turunannya ini dilakukan beberapa tahapan proses, dimaksudkan untuk diperoleh

    berbagai macam hasil produksi seperti Olein (minyak jadi/minyak goreng), Stearin

    (bahan baku margarin), PFAD (palm fatty acid distilat) sebagai campuran bahan baku

    sabun, kosmetik dan lain-lain, serta PKE (palm kernel expeller) sebagai bahan baku

    pakan ternak.

    Adapun yang melatar belakangi dalam penyusunan laporan akhir Kerja Praktek

    ini adalah:

    1. Perkembangan ilmu teknologi yang sangat pesat dewasa ini membuat bertambah

    luas dan kompleks pula persaingan dalam dunia kerja yang akan membutuhkan

    calon-calon tenaga kerja yang terampil, berpendidikan dan siap pakai.

    2. Kegiatan pembangunan yang semakin kompleks dan meningkat, khususnya

    pembangunan dibidang SDM berkualitas yang di ikuti dengan majunya teknologi

    yang semakin canggih.

    3. Pertumbuhan kesempatan kerja yang tidak sebanding dengan persediaan tenaga

    kerja saat ini.

    1.2 Tujuan Kerja Praktek

    1.2.1 Tujuan Umum

    1. Mendapatkan pengetahuan dan keterampilan praktis serta pengalaman di bidang

    proses produksi dalam suatu industri kimia.

  • Laporan Kerja Praktek

    3

    2. Memperluas wawasan tentang aplikasi keteknik-kimiaan dalam bidang industri,

    sehingga memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk mengembangkan

    interpersonal skill.

    3. Turut berperan serta dalam memberikan konstribusi pada sistem pendidikan

    nasional.

    4. Mengenalkan budaya kerja pada masyarakat dan menumbuhkan pola pikir

    konstrukstif yang berwawasan bagi mahasiswa dan dunia kerja di industri.

    1.2.2 Tujuan Khusus

    1. Mengetahui sejarah dan perkembangan perusahaan serta uraian proses produksi

    pada plant refinery PT. SMART Tbk Refinery Tarjun.

    2 Mengetahui bahan baku, bahan penunjang yang digunakan dalam proses

    produksi pada PT. SMART Tbk Refinery Tarjun.

    3 Mengetahui flow diagram proses plant refinery pada PT. SMART Tbk Refinery

    Tarjun.

    4 Mengetahui spesifikasi peralatan dan unit utilitas yang digunakan di plant

    refinery pada PT. SMART Tbk Refinery Tarjun.

    5 Mengetahui struktur organisasi perusahaan dan tugas-tugasnya pada PT. SMART

    Tbk Refinery Tarjun.

    6 Menghitung neraca panas pada proses kritalisasi PT. SMART Tbk Refinery

    Tarjun.

  • Laporan Kerja Praktek

    4

    BAB II

    TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

    2.1 Ringkasan Sejarah dan Perkembangan Perusahaan

    Perusahaan memulai usahanya dibidang kelapa sawit pada tahun 1962 dengan

    nama PT. Maskapai Perkebunan Sumcama Padang Halaban. Pada tahun 1970,

    seluruh saham perusahaan dikembalikan kepada pihak asing dan status perusahaan

    berubah menjadi PMA (Penanaman Modal Asing) sesuai dengan surat keputusan

    Menteri Negara Ekonomi Keuangan Dan Industri No. KEP/MEKUIN/7/1970 tanggal

    15 juli 1970. Pada tahun 1985, status perusahaan berubah menjadi PMDN

    (Penanaman Modal Dalam Negeri) sesuai dengan surat dari Badan Koordinasi

    Penanaman Modal (BKPM) No. 06/V/1985 tanggal 28 maret 1985. Kemudian pada

    tanggal 1991 perusahaan berubah namanya menjadi PT. Sinar Mas Agro Resources

    and Technology Corporation atau bisa disingkat PT. SMART Corporation.

    Pada tahun 1989, perusahaan mengakuisisi 100% saham dari 2 perkebunan

    kelapa sawit PT. Maskapai Perkebunan Leidong West Indonesia dan PT. Perusahaan

    Perkebunan Panigoran yang masing-masing memiliki areal 1,879 Ha dan 1,666 Ha.

    Perusahaan juga mengakuisisi 100% saham PT. Maskapai Perkebunan Indorub

    Sumber Wadung, dengan luas areal perkebunan 1,052 Ha yang berlokasi di Jawa

    Barat.

    Di tahun 1991, perusahaan mengambil alih 100% saham PT. Nirmala Agung,

    perkebunan dengan luas areal 450 Ha, PT. Global Agronusa Indonesia, perkebunan

    pisang, PT. Mulyorejo Industrial Company, pabrik penyulingan minyak goreng,

    margarin dan lemak nabati, serta mengakuisisi 25% saham PT. Grahamas Indojaya,

    perusahaan pengangkutan.

    Sebelum perusahaan melakukan penawaran umum pada tahun 1992,

    perusahaan mengambil alih 100% saham PT. Kunci Mas Wijayam, 49% saham PT.

    Inti Gerak Maju, perkebunan kelapa hibrida dan kelapa sawit serta 49% saham

    PT.Tapian Nadenggan, perkebunan kelapa sawit. Kemudian perusahaan mengakuisisi

  • Laporan Kerja Praktek

    5

    50% saham PT. Sinar Meadow International Indonesia, pabrik penyulingan minyak

    goreng, margarin dan lemak nabati, dan PT. Sinar Pure Foods International, pabrik

    penggalengan ikan tuna. Di tahun1993, perusahaan mengambil alih 2 perkebunan

    kelapa sawit PT. Kresna Duta Agroindo yang berlokasi di Jambi serta PT. Pilinti

    Perkasa Alam yang berlokasi di Riau. PT. Pilinti Perkasa Alam kemudian mengubah

    namanya menjadi PT. Ivo Mas Exim.

    Di tahun 1994, perusahaan meningkatkan kapasitas penyulingan Surabaya

    dari 600 ton per hari menjadi 1000 ton per hari. Selain itu pembangunan 4 buah

    tangki timbun yang berlokasi di Cirebon dan Banyuwangi untuk minyak tidak

    bermerek telah pula dirampungkan dan yang berlokasi di Dumai dan Palembang

    sebagai tempat penyimpanan minyak kelapa sawit (CPO).

    Pada awal tahun 1995, perusahaan membentuk 60%-40% perusahaan

    patungan dengan PT. Risjadson dengan nama PT. Smartindo Utama, yang kemudian

    membentuk 50%-50% perusahaan patungan dengan Goodmen Fielder Overseas

    Holding Pte, Ltd dari Australia dengan nama Smartindo Bluedird Snacks (SBS).

    Sangat disayangkan, kinerja SBS tidak seperti yang diharapkan manajemen.

    Sehingga, pada bulan Desember 1995, perusahaan menjual 60% saham

    kepemilikannya di PT. Smartindo Utama kepada pihak ketiga untuk memperbaiki

    kinerja perusahaan.

    Pada bulan Juli 1995, PT. SMART dan PT. Intermas Tata Trading

    membentuk 70%-30% perusahaan co-holding dengan nama PT. Inter Smart

    Corporation, yang memiliki 51% saham pada PT. Nala Vini Eka Beverage

    (NAVIKA), perusahaan yang membuat kemasan RC Cola, Canada Dry, A&W dan

    Crush. Selain itu perusahaan juga memiliki lisensi untuk memproduksi Cuzz dan

    Zoda. Pada bulan Desember 1995, PT.SMART meningkatkan kepemilikan pada PT.

    Inter Smart Corporation dari 70% menjadi 100%, sehingga kepemilikan SMART

    pada NAVIKA meningkat dari 35,7% menjadi 51%. Pada saat yang bersamaan

    PT.SMART juga mendivestasikan 50% saham PT. Sinar Meadow International

    Indonesia.

  • Laporan Kerja Praktek

    6

    Pada tahun 1997, perusahaan mendivestasikan PT. Inter Smart Corporation,

    perusahaan induk dari NAVIKA dan ASIANINDO. Pada bulan Juni 1997, SMART

    mengakuisisi 100% saham dari 2 buah perusahaan di Kalimantan Timur yaitu, PT.

    Sangatta Andalan Utama dan PT. Matra Sawit Sarana Sejahtera dengan luas areal

    masing-masing sebesar 5.700 Ha dan 16.650 Ha. Perusahaan juga melakukan joint

    venture di bidang pemupukan dengan sumber air dari Selandia Baru.

    Pada tahun 1999, PT. SMART Corporation diubah namanya menjadi

    PT.SMART Tbk. dalam rangka penyesuaian dengan peraturan pemerintah No.26

    tahun 1998 perihal pemakaian nama perseroan terbatas, menyusul listing saham PT.

    SMART Tbk. dalam bursa efek Jakarta.

    Pada bulan Mei 2002, perusahaan telah mendivestasikan seluruh

    kepemilikannya pada perkebunan teh, PT. Maskapai perkebunan Indorub Sumber

    Wadung dan anak perusahaannya serta PT. perkebunan dan Perindustrian Nirmala

    Agung. Investasi perseroan sebesar 6,9% pada PT. Global Agronusa Indonesia,

    perkebunan pisang, juga telah didivestasikan seluruhnya pada bulan November 2002.

    Sedangkan perkebunan pisang yang seluruh sahamnya dimiliki oleh perseroan sudah

    tidak beroperasi lagi sejak awal tahun 2000, yang disebabkan karena adanya

    kerusuhan yang terjadi di daerah tersebut.

    Saat ini PT.SMART Tbk. Merupakan perusahaan pengolahan kelapa sawit

    yang terintegrasi, mulai dari pembibitan, perkebunan dan pengolahan kelapa sawit

    menjadi produk-produk yang dipasarkan, dibawah bendera SINAR MAS GROUP,

    salah satu konglomerasi besar di Indonesia. PT. SMART Tbk. Menjadi bagian dari

    Golden Agri-Resources Ltd. Yang listing di Singapore Exchange Securities Trading

    Limited (SGX-ST) sejak tahun 1999. Golden Agri-Resources Ltd. merupakan bagian

    dari Asia Food & Properties Ltd. (AFP), sebuah perusahaan induk investasi

    (investment holding company) dengan area bisnis di bidang Agrobisnis, makanan dan

    property. AFP mempunyai daerah operasi di Indonesia, Cina, Singapura, dan

    Malaysia. PT. SMART Tbk. Mempunyai dan mengolah perkebunan kelapa sawit,

  • Laporan Kerja Praktek

    7

    pabrik dan refinery yang membuat minyak goreng branded dan unbranded, branded

    margarin dan shortening.

    PT. SMART Tbk terbagi menjadi 2 operasional, yaitu:

    1. Upstream (pengolahan buah kelapa sawit menjadi minyak sawit (CPO)).

    2. Downstream (pengolahan lebih lanjut dari CPO menjadi hasil produk akhir).

    Untuk produk-produk Downstream PT. SMART terbagi menjadi 3 (tiga)

    kategori besar yaitu: Retail, Industry dan Bulk. Produk-produk Retail dikhususkan

    untuk konsumen rumah tangga. Sedangkan produk-produk industri ditujukan untuk

    memenuhi kebutuhan industri mie instan, industri kembang gula, bakeri, jaringan fast

    food, hotel, rumah sakit, restoran dan sebagainya. Kategori yang terakhir, bulk adalah

    tanpa merek dan ditargetkan untuk konsumsi dalam jumlah besar.

    Sementara untuk operasional upstream, PT.SMART mengimplementasikan

    program pengembangan perkebunan secara berkesinambungan dan saat ini sedang

    melakukan penanaman kembali pohon-pohon tua dan kurang produksi. Struktur

    terintegrasi dari masing-masing bagian telah dapat memastikan kualitas unggulan dan

    penyediaan bahan baku, CPO (crude palm oil) yang stabil untuk pemenuhan produksi

    dengan biaya yang kompetitif.

    Perusahaan telah menjalankan program riset dan pengembangan secara

    intensif, baik di perkebunan dan refinery untuk mengoptimalkan hasil perkebunan

    untuk memenuhi kebutuhan dan permintaan konsumen terhadap produk-produk kita.

    Perkembangan perekonomian Indonesia dan permintaan konsumen yang terus

    meningkat akan menciptakan peluang bisnis bagi perusahaan. Hal ini didukung

    dengan tim manajemen yang sangat berpengalaman selama ini, yang telah

    menciptakan merek produksi yang kuat dan memiliki perkebunan kelapa sawit di

    Sumatra dan Kalimantan. PT. SMART Tbk. Akan terus mengambil kesempatan

    dalam perekonomian Indonesia. Dengan pengintegrasian dan usaha terus menerus

    mencapai kesempurnaan dalam produk-produk dan pelayanannya, PT. SMART Tbk.

    Akan menjadi pemain minyak goreng kelapa sawit sehat yang unggul di pasaran

    global.

  • Laporan Kerja Praktek

    8

    PT. SMART Tbk Refinery Tarjun adalah sebuah pabrik terbesar dan satu-

    satunya yang mengolah buah kelapa sawit menjadi minyak goreng dan turunan

    lainnya yang ada di Kalimantan selatan. Perusahaan ini terletak di desa Tarjun Kec.

    Kelumpang Hilir kab. Kotabaru Kalimantan Selatan yang menempati tanah seluas 7

    Ha. Pabrik ini mulai berproduksi sejak bulan april tahun 2008 dan akan terus

    berkembang kedepannya. Adapun bahan baku utama yang digunakan dalam proses

    produksi adalah CPO (crude palm oil) dari hasil olahan tahap pertama buah kelapa

    sawit sebelum masuk ke dalam proses pengolahan minyak goreng dan turunan

    lainnya. CPO ini berasal dari pabrik-pabrik kelapa sawit (PKS) baik dari GROUP

    SINAR MAS sendiri maupun perusahaan lainnya yang ada di Kalimantan dan di

    sekitar wilayah PT. SMART Tbk. Perusahaan pengolahan CPO ini dibangun dengan

    kapasitas pabrik sebesar 1000 ton/hari dan kapasitas tersebut akan terus ditingkatkan

    dengan didirikannya plant-plant baru yang sekarang sedang dalam tahap proyek

    pembuatan.

    Di perusahaan PT. SMART Tbk. Refinery Tarjun memiliki 5 nilai-nilai

    perusahaan, yakni :

    1. Integrity (Integritas)

    2. Positive Attitude (Bersikap positif)

    3. Commitment (Komitmen)

    4. Continuous Improvement (Perbaikan berkelanjutan)

    5. Innovative (Inovasi)

    6. Loyalty (Loyalitas)

    PT.SMART, Tbk berkomitmen untuk memuaskan pelanggan dengan

    mengeluarkan kebijakan mutu dan keamanan pangan, yaitu:

    1. Menjadi produsen produk yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi.

    2. Meningkatkan kesadaran dan keahlian karyawan untuk menerapkan sistem mutu

    dan keamanan pangan secara efektif dan melakukan perbaikan secara

    berkelanjutan.

  • Laporan Kerja Praktek

    9

    3. Bekerja sama dengan pemasok untuk mendapatkan bahan baku dan bahan

    penunjang yang terbaik.

    4. Senantiasa berinteraksi dengan pelanggan untuk memahami kebutuhan mereka.

    5. Memenuhi persyaratan undang-undang dan regulasi pangan serta persyaratan

    pelanggan yang berkaitan dengan mutu dan keamanan pangan yang di setujui

    bersama.

    2.2 Uraian Proses Produksi

    Proses produksi PT. SMART Tbk Refinery Tarjun merupakan operasi

    downstream yaitu pengolahan lebih lanjut CPO menjadi hasil produk akhir olein,

    stearin dan produk samping berupa PFAD. Proses tersebut terbagi menjadi Refinery

    dan Fraksination.

    2.2.1 Proses Refinery

    Proses Refinery adalah proses memurnikan CPO dengan tahapan proses

    preheating, degumming, bleaching dan dedorized sehingga menghasilkan kualitas

    produk RBDPO yang sesuai spesifikasi.

    1. Preheating

    Bahan utama proses refinery adalah crude palm oil (CPO) yang disimpan

    pada tangki penyimpanan CPO (storage tank). Temperatur CPO dijaga sekitar 40-

    55oC. Umpan CPO dipompakan melewati strainer yang berfungsi sebagai penyaring

    impurities yang terikut dalam CPO. Strainer terbuat dari bahan stainless steel dengan

    ukuran 100 mesh. CPO kemudian dialirkan melalui sistem pengembalian panas (heat

    recovery system) yang berupa plate heat exchanger dengan heat transfer dari RBDPO

    dan target temperatur 95-120oC. Jika dalam keadaan start up umpan dilewatkan

    melalui plate heat exchanger dengan pemanasan menggunakan steam yang didapat

    dari power plant. Dari plate heat exchanger CPO dialirkan menuju dryer, bertujuan

    untuk mengurangi kadar air dalam CPO.

    2. Degumming

  • Laporan Kerja Praktek

    10

    Proses degumming bertujuan untuk mengikat gum (getah) berupa fosfatida

    dan komponen logam dengan penambahan PA (Phosphoric Acid). Umpan yang telah

    dipanaskan dialirkan ke Instensive Mixer dan ditambahkan phosphoric acid 85%

    dengan dosis 0.04-0.06% kemudian dialirkan ke dinamic mixer dengan pengadukan

    secara intensif untuk mempresipitasi gum (getah) pada CPO. Jika dalam keadaan start

    up proses pencampuran PA menggunakan static mixer. Presipitasi gum akan

    meringankan proses filtrasi dan mencegah pembentukan scale dalam proses

    deodorizing. Pada kondisi tertentu proses degumming dapat ditambahkan citric acid

    25% dengan kadar 0.005-0.02% yang berfungsi sebagai anti oksidan.

    3. Bleaching

    Proses bleaching atau pemucatan bertujuan untuk menghilangkan beberapa

    impurities yang tidak diinginkan (logam, pigmen warna, fosfatida) dari CPO dengan

    penambahan asorben BE (Bleaching Earth). BE yang digunakan dengan dosis 0,6-

    2%. Umpan dari mixer dinamic dipompakan ke tangki bleacher dengan temperatur

    dalam tangki 95-120oC untuk mendapatkan proses bleaching optimum. Dalam tangki

    bleacher CPO dicampur dengan bleaching earth, dengan injeksi steam tekanan 1-1,5

    bar agar proses optimal. Slurry dialirkan ke tangki bleached (buffer tank) dalam

    keadaan vacuum untuk menarik air dari minyak dengan menggunakan vacuum

    bleaching. Gum yang dihasilkan dari proses degumming akan diadsorpsi oleh

    absorben BE dengan sempurna. Slurry yang mengandung minyak dan BE dipisahkan

    dengan Niagara filter untuk memisahkan minyak dari partikel-partikel BE. Slurry

    melewati lembaran Niagara filter dan partikel BE terjebak pada lembaran filter.

    Setalah itu dialirkan ke bag filter untuk dilakukan filtrasi ulang, kemudian DBPO

    ditampung ke dalam filtrate receiver vessel. BE dari proses filtrasi ini dinamakan

    spent earth dan di buang pada tempat pengumpulan spent earth yard.

    Tahap proses filtrasi pada Niagara filter adalah sebagai berikut:

    a. Filling, slurry dipompakan kedalam tangki Niagara filter, waktu yang diperlukan

    10 menit

  • Laporan Kerja Praktek

    11

    b. Recirculation, pelapisan pada lembaran Niagara filter dengan sirkulasi sampai

    minyak yang dihasilkan jernih dari partikel bleaching earth, waktu yang

    diperlukan 15 menit

    c. Filtration, proses penyaringan minyak dari partikel-partikel bleaching earth,

    waktu yang diperlukan 130 meni

    d. Emptying, pengosongan Niagara filter, waktu yang diperlukan 9 menit

    e. Steam blowing, pengeringan spent earth dan menekan minyak yang masih

    terdapat di spent earth, waktu yang diperlakukan 13 menit

    f. Decompression, penurunan tekanan di dalam Niagara filter, waktu yang

    diperlukan 1 menit

    g. Cake discharge, pelepasa spent earth melalui butterfly valve, waktu yang

    diperlukan 20 menit

    DBPO dari filtrate receiver vessel dialirkan ke catride filter ini ilakukan agar

    minyak semakin murni ari BE. Adanya BE pada minyak dapat mencemari deodorize.

    4. Deodorizing

    Bleached Oil (BPO) yang telah difiltrasi ditampung di Receiver Tank yang

    selanjutnya akan difeeding ke Falling Film HE dengan terlebih dulu difiltrasi

    menggunakan Catridge filter ukuran 10 micron untuk memastikan minyak dalam

    keadaan bersih. Tekanan Catridge Filter dijaga 1,5-4,0 bar. Jika tekanan Catridge

    Filter dibawah atau lebih dari tekanan operasional atau jika pemakaian sudah

    mencapai 2 bulan maka dilakukan penggantian Catridge Filter. Suhu Bleached Oil

    berkisar 95-120oC. Aktualnya 103

    oC. Kemudian BPO dialirkan ke falling film heat

    exchanger. Pada tahap ini dilakukan proses perpindahan panas atau dapat disebut

    juga sebagai economizer. Minyak BPO yang bersuhu 95-120oC akan dikrosing

    dengan minyak RBDPO dari scrubber yang bersuhu 258-265oC. Falling film

    merupakan vessel yang didesain berbentuk Shell and Tube. Dimana minyak BPO

    yang akan dipanaskan dialirkan kedalam tube dan minyak RBDPO yang akan

    didinginkan dialirkan dalam Shell, sehingga terjadi perpindahan panas antara minyak

    BPO dan RBDPO. Suhu BPO yang telah dialirkan silang melalui falling film

  • Laporan Kerja Praktek

    12

    meningkat menjadi 200-230oC, sedangkan suhu RBDPO yang telah dialirkan silang

    menurun menjadi 200-230oC. Tujuan dari tahap ini adalah untuk menghemat

    penggunaan steam dan kebutuhan air pendingin.

    BPO yang suhunya sudah meningkat kembali ditingkatkan lagi suhunya

    dengan menggunakan final oil heater. Final heating merupakan tahap pemanasan

    akhir sebelum minyak BPO diumpankan ke Deodorizer. Minyak BPO yang telah

    dialirkan silang di falling film heat exchanger ditransfer ke final oil heater. Disini

    minyak akan dipanaskan dengan dua sumber panas. Pada pemanasan yang pertama,

    minyak akan dipanaskan dengan steam 45 bar yang disuplai dari Power Plant. Media

    yang digunakan sebagai alat pemindah panas adalah coil. Suhu steam 45 bar yang

    digunakan sebagai pemanas berkisar 268oC. Pemanasan minyak BPO selanjutnya

    adalah dengan menggunakan High Pressure Boiler (HPB) bertekanan 55-68 bar,

    aktual yang digunakan 60 bar. Hingga suhu minyak mencapai 260-268oC, suhu aktual

    263oC. Media perpindahan panas yang digunakan juga menggunakan coil.

    Minyak BPO dengan suhu sekitar 260-268oC dialirkan ke unit deodorizing.

    Tahapan Proses pada Deodorizing adalah sebagai berikut:

    a. Proses ini adalah proses penghilangan asam lemak bebas (FFA) dan zat-zat yang

    berbau yang terkandung dalam minyak DBPO dengan jalan penguapan

    kompponen-komponen volatilnya.

    b. Minyak yang telah dipanaskan di final oil heater diumpankan ke Presripper.

    Minyak DBPO dipecah menjadi titik-titik minyak melalui celah-celah mesh

    Prestripper dengan tujuan untuk memudahkan dalam penghilangan bau (keton),

    Peroxide Value (PV), pemucatan warna DBPO dan menurunkan kadar Free Fatty

    Acid (FFA). Kemudian minyak akan bergerak secara overflow melewati tiap tray

    dari tray 6 hingga tray 1 pada stripper. Setiap tray diinjeksikan sparging steam

    bertekanan 0,5-1 bar, aktualnya 0,6 bar. Pemisahan Minyak dengan FFA

    didasarkan titik didih yaitu dimana titik didih FFA sekitar 1500C dan minyak

    sekitar 3000C sehingga dalam kondisi sistem sekitar 268

    0C FFA akan menguap

    dan menuju ke scrubber.

  • Laporan Kerja Praktek

    13

    c. Scrubber merupakan paket kolom yang berisi isian yaitu raschig rings yang

    berukuran 25-50 mm. PFAD yang menguap dilewatkan melalui isian dan

    dikontakkan dengan FFA yang sudah didinginkan dan disimpan pada PFAD tank.

    PFAD dikondensasikan dengan FFA bersuhu 60-80oC PFAD yang telah

    didinginkan di PHE ditransfer ke PFAD tank.

    Minyak RBDPO dialirkan ke falling film heat exchanger untuk diturunkan

    suhunya dengan mengalirkan silang dengan minyak DBPO. Suhu RBDPO akan turun

    menjadi sekitar 1800C. Kemudian RBDPO yang telah turun suhunya kembali

    dialirkan dan diturunkan suhunya di PHE menjadi 80-1400C. Pada PHE tersebut

    pertukaran panas RBDPO dialirkan silang dengan CPO. RBDPO dengan suhu 80-

    1400C kembali didinginkan dengan PHE dengan menggunakan air chiller dari water

    cooling tower sehingga suhunya menjadi sekitar 700C. RBDPO dengan suhu 70

    0C ini

    dialirkan ke bag filter CCP yang berukuran 10 micron untuk menjaga mutu RBDPO.

    Kemudian RBDPO setelah dilewatkan melalui bag filter disimpan ke tank yard.

    Diagram alir proses produksi Refinery plant dapat dilihat pada gambar 2.1 di

    bawah ini:

  • Laporan Kerja Praktek

    14

  • Laporan Kerja Praktek

    15

    2.2.2 Proses Fraksinasi

    Fraksinasi adalah metode fisik dengan menggunakan sifat kristalisasi dari

    trigliserida untuk memisahkan campuran menjadi leleh rendah fraksi cair dan lebur

    tinggi fraksi cair. Ada tiga jenis fraksinasi: fraksinasi kering, fraksinasi deterjen, dan

    fraksinasi pelarut. Dua komponen yang dihasilkan dari fraksinasi minyak kelapa

    sawit adalah minyak goreng (olein) dan stearin (bentuk padat). Proses fraksinasi yang

    dilakukan pada PT. SMART Tbk adalah proses fraksinasi kering (dry fractionation).

    Dengan pendinginan RBDPO akan terpisah menjadi dua fraksi yaitu fraksi padat

    berupa stearin dan fraksi cair berupa olein.

    Secara umum pengolahan minyak goreng dalam pabrik refinery terdiri dari

    tahap proses refinery dan fraksinasi. Untuk proses fraksinasi kering terdiri dari 2

    tahap proses yaitu :

    1. Kristalisasi

    Proses kristalisasi yaitu proses yang dilakukan pada media kristalizer dengan

    cara pemanasan RBDPO pada temperatur titik lebur kemudian didinginkan secara

    perlahan hingga temperatur leleh rendah sesuai dengan spesifikasi yang daharapkan

    sambil diaduk hingga terbentuk butiran butiran kristal. Media kristalizer dilengkapi

    pmdengan coil water yang berfungsi sebagai pendingin dan agitator yang berfungsi

    sebagai pengaduk. Terdiri dari tahap proses sebagai berikut:

    a. Filling

    RBDPO dari storage tank dipompakan ke tangki crystallizer yang

    sebelumnya dinaikkan suhunya menjadi 58-700C. Waktu yang diperlukan untuk

    filling adalah sekitar 21 menit. Setelah memasuki tangki crystallizer, RBDPO

    mengalami proses pendinginan yang dimulai dengan proses fast cooling.

    b. Fast cooling

    Proses pendinginan cepat yang dilakukan pada RBDPO yang telah homogen

    dengan menggunakan air cooling water. Temperatur air cooling tower masuk

    ditetapkan maksimal 340C. Temperatur minyak saat fast cooling adalah sekitar 70-

    330C.

  • Laporan Kerja Praktek

    16

    c. Crystallization

    Pada proses ini, pendinginan RBDPO menggunakan chilled water dari

    tangki chilled water yang pendinginan airnya menggunakan chiller. Temperatur air

    chilled water diatur sebesar 6,5 oC untuk mendapatkan temperatur minyak 30,8-32

    0C.

    Pada langkah ini kondisi minyak cenderung labil karena pembentukan kristal

    menimbulkan panas.

    d. Final cooling

    Proses pendinginan RBDPO sampai mencapai temperatur tertentu sesuai

    dengan produk yang diinginkan. Untuk produk bulk temperatur akhir minyak

    disetting 24,6oC.

    e. Holding

    Holding bertujuan untuk mempertahankan suhu minyak sebelum memasuki

    proses filtrasi.

    2. Filtrasi

    Setelah tahap kristalisasi, olein dan stearin yang terbentuk akan dipisahkan

    dalam filter press yang terdiri dari plate-plate yang dilengkapi dengan membran dan

    filter cloth. Tahapan proses dalam filtrasi adalah sebagai berikut:

    a. Closing

    Filter press akan menutup dengan didorong oleh pompa hidraulic.

    b. Filtration

    RBDPO kristal akan dipompa dari crystallizer menuju filter press untuk

    filtrasi, dimana parameter yang digunakan adalah filtration pressure. Olein akan lolos

    melalui filter cloth sedangkan stearin akan tertahan pada permukaan filter cloth.

    Ketika loading pressure sudah mencapai 2,1 bar maka loading akan berhenti, dan

    dilanjutkan dengan proses squezzing. Olein ditampung pada tangki olein kemudian

    dialirkan tank yard.

    c. Squeezing

  • Laporan Kerja Praktek

    17

    Pada tahap ini membran akan mengembang dan menekan stearin pada

    permukaan filter cloth hingga tekanan 8 bar dengan menggunakan minyak kerja

    sehingga stearin semakin padat dan kandungan olein semakin sedikit pada stearin

    tersebut.

    d. Core Blow

    Proses core blowing bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa RBDPO kristal

    pada jalur feed . Proses blowing dilakukan dengan angin yang bertekanan 3 bar

    selama 2x1 menit. Sisa RBDPO kristal akan ditampung di blowing tank.

    e. Filtrate Blow

    Proses filtrate blowing bertujuan untuk membersihkan sisa-sisa filtrat pada

    pipa filtrate. Proses blowing dilakukan dengan angin yang bertekanan 3 bar selama 1

    menit.

    f. Pressure Release

    Proses ini bertujuan untuk mengurangi tekanan pada filter press sebelum

    proses opening dilakukan. Lamanya waktu pressure release ini adalah 20 detik.

    g. Opening

    Setelah pressure release, filter press akan terbuka dan stearin akan jatuh

    kedalam bak penampungan stearin. Bak penampungan stearin dilengkapi dengan

    steam coil untuk mencairkan stearin (58-700C) sebelum dipompa ke stearin storage.

    Diagram alir proses produksi Fraksinasi plant dapat dilihat pada gambar 2.2 di

    bawah ini:

  • Laporan Kerja Praktek

    18

  • Laporan Kerja Praktek

    19

    2.2.3 Unit Operasi

    Proses produksi dari bahan baku minyak kelapa sawit CPO (crude palm oil)

    dan inti sawit PK (palm kernel) yang masuk sampai menjadi produk-produknya di

    PT. SMART Tbk Refinery Tarjun terbagi menjadi beberapa unit operasi, yaitu Weight

    Bridge (jembatan timbang), Unloading CPO, Unloading Kernel (inti sawit), Pump

    House (rumah pipa), Refinery Plant, KCP (Kernel Crushing Plant), dan Jetty

    (pelabuhan). Unit pertama yaitu jembatan timbang (WB) untuk proses penimbangan

    berat beban truk-truk pengangkut bahan baku dan yang lainnya ketika masuk dan

    keluar area pabrik. Jembatan timbang ini terletak didepan pintu masuk area pabrik

    dengan dua jalur yaitu jalur masuk dan jalur keluar.

    Adapun material yang harus ditimbang sebelum masuk dan keluar area pabrik

    adalah:

    1. Pengiriman Produk: Olein/minyak goreng.

    2. Penerimaan Bahan Baku Utama: Crude palm oil (CPO) dan palm kernel (PK).

    3. Penerimaan Bahan penunjang

    - Chemical: BE, PA dan bahan kimia yang lainnya.

    - Spare part: peralatan suku cadang pabrik

    - Bahan bakar: batubara dan solar

    Gambar 2.3 Weight Bridge (jembatan timbang)

  • Laporan Kerja Praktek

    20

    Unit yang kedua yaitu Unloading CPO dan Unloading Kernel dimana pada unit

    ini merupukan proses balking/pembongkaran bahan baku utama kedalam tangki

    penyimpanan yang digunakan yaitu CPO (crude palm oil) dan kernel (inti sawit),

    CPO akan ditampung dalam storage tank yang kemudian akan diproses di Refinery

    sedangkan kernel akan ditampung ke dalam silo yang selanjutnya akan diproses di

    KCP (kernel crushing plant).

    Gambar 2.4 Unloading CPO

    Adapun jumlah storage tank yang ada di PT. SMART Tbk Refinery Tarjun

    sekarang ini berjumlah 42 unit dengan 5 macam jenis tipe ukuran kapasitas tangki

    yang berbeda-beda antara lain dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

    Tabel 2.1 Spesifikasi Storage Tank

    Tipe Tangki Kapasitas Tinggi Diameter

    A1 A10 5.000 MT 19,9 m 20 m

    B1 B9 3.000 MT 19,9 m 15,4 m

    C1 C10 2.000 MT 19,9 m 13,4 m

    D1 D11 1.000 MT 13,6 m 10,7 m

    E1 dan E2 250 MT 7,6 m 6,8 m

  • Laporan Kerja Praktek

    21

    Gambar 2.5 storage tank

    CPO Setelah melewati jembatan timbang (WB) dan kemudian dibongkar dari

    truk tangki untuk ditampung ke dalam tangki penampungan, akan ditarik pada Pump

    House Station. Di dalam Pump House, CPO akan ditrsansfer masuk kedalam Refinery

    Plant untuk diproses lebih lanjut. Pump House ini berfungsi untuk pendistribusian

    minyak bahan baku sebelum proses dan minyak jadi setelah proses hasil Refinery

    plant dan KCP. Selain jalur darat, penerimaan bahan baku CPO juga bisa lewat jalur

    laut yaitu dengan menggunakan kapal tongkang yang mana CPO langsung ditransfer

    menggunakan pipa dari jetty/pelabuhan menuju Pump House dan kemudian

    ditampung ke dalam storage tank.

    Gambar 2.6 Pump House

    Dalam Refinery Plant, terbagi menjadi 2 tahapan proses produksi yaitu

    Refinery/pengolahan tahap pertama untuk CPO yang akan menghasilkan produk

    minyak setengah jadi (RBDPO) kemudian setelah itu dilanjutkan masuk ke tahap

  • Laporan Kerja Praktek

    22

    fractionation untuk diperoleh hasil produk akhir berupa olein (minyak goreng) dan

    stearin. Hasil olahan dari Refinery Plant akan dikembalikan ke storage tank melalui

    Pump House yang kemudian bisa dikirim/dijual ke konsumen.

    Gambar 2.7 Refinery Plant

    Pada station KCP (kernel crushing plant) akan memproduksi inti sawit

    sebanyak 600 ton/hari menjadi dua hasil produk berupa serbuk PKE (palm kernel

    expeller) untuk bahan baku pakan ternak dan CPKO (crude palm kernel oil) untuk

    bahan baku pembuatan minyak goreng yang berkualitas mutu tinggi, hasil produk

    yang diolah dari KCP akan dijual/dikirim keluar kalimantan bahkan keluar negeri

    untuk diproses lebih lanjut.

    Gambar 2.8 Unloading Kernel & KCP

  • Laporan Kerja Praktek

    23

    Station yang terakhir adalah Jetty (pelabuhan) untuk menerima dan mengirim

    minyak jadi hasil olahan maupun bahan baku. Di pelabuhan ini bisa bersandar kapal

    dari lokal maupun kapal asing dari luar negeri untuk aktivitas jual beli minyak.

    Karena aktivitas pelabuhan PT.SMART Tbk Refinery Tarjun bisa menerima kapal

    asing dari luar negeri maka untuk tingkat keamanan pelabuhan PT.SMART bekerja

    sama dengan keamanan pelayaran Internasional.

    Gambar 2.9 Jetty PT.SMART Tbk Refinery Tarjun

    2.3 Uraian Peralatan Proses

    2.3.1 Refinery

    A. Alat Utama

    1. Plate Heat Exchanger CPO/PHE E 205

    Alat ini berfungsi sebagai alat penukar panas dengan tujuan membantu

    menaikkan temperatur CPO saat proses pengurangan kadar air di Dryer Tank

    dan melakukan pemanasan bertahap untuk proses degumming dimana

    prinsipnya adalah terjadi penukaran panas antara CPO dengan RBDPO.

    Perubahan temperatur yang terjadi sebagai berikut :

    a. CPO dari 40 550C menjadi minimal 95oC

  • Laporan Kerja Praktek

    24

    b. RBDPO dari 135 1650C menjadi maksimal 100oC

    Apabila suhu awal CPO kurang dari 400C maka CPO akan cepat sekali

    membeku sehingga proses penarikan CPO melalui CPO Feed Pump G 201

    A/B akan sulit, sedangkan apabila suhu awal CPO lebih dari 550C maka dapat

    mengakibatkan kerusakan struktur kimia dalam CPO (minyak rusak). Apabila

    suhu akhir CPO kurang dari 950C besar peluang tidak optimalnya

    penghilangan air saat proses pengeringan di Dryer Tank D 201 (kandungan air

    masih tinggi), sedangkan apabila suhu CPO lebih dari 1200C dapat

    mengakibatkan rusaknya minyak (CPO) dan dapat mempercepat rusaknya

    pompa. PHE CPO E 205 mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

    a. Code Design : PA 90464

    b. Pressure Chamber Fluid : 1 2

    c. Volume : 242,3 liter 240,1 liter

    d. Allow Pressure : Min 0 Min 0

    Max 10 Max 10

    e. Allow Temperatur : Min 50C Min 50C

    Max 1500C Max 150

    0C

    2. Plate Heat Exchanger CPO/PHE E 201

    Alat ini berfungsi sebagai alat penukar panas yang dioperasikan Refinery

    Plant saat start up. Pada alat ini akan terjadi pertukaran panas CPO

    bertemperatur 40-550C dengan steam yang diinjeksikan sebesar 3 bar. PHE E

    201 mempunyai spesifikasi sebagai berikut:

    a. Code Design : PA 90463

    b. Pressure Chamber Fluid : 1 2

    c. Volume : 29,3 liter 28,21 liter

    d. Allow Pressure : Min 0 Min 0

    Max 10 Max 10

    e. Allow Temperatur : Min 50C Min 50C

    Max 1500C Max 150

    0C

  • Laporan Kerja Praktek

    25

    3. Dryer Tank D 201

    Fungsi dari alat ini adalah mengurangi kadar air dalam minyak (CPO) dimana

    air yang menguap akan ditangkap oleh sistem vacuum. CPO dari PHE E 205

    ke tangki ini dengan cara di spray agar memperluas bidang penguapan. Hal

    yang perlu diperhatikan adalah level didalam tangki. Idealnya level didalam

    tangki adalah 25% dari volume tangki. PHE E 205 mempunyai spesifikasi

    sebagai berikut:

    a. Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004

    b. Design/Working Pressure : -15/15 Psi 1 Psi

    c. Design/Working Temperatur : 1500C

    d. Test Pressure : 19 Psi

    e. Volume : 43 CuM

    4. Statif Mixer / Dynamic Mixer / Degumming Mixer G 207

    Pada tahap ini CPO dialirkan ke Rettention Vessel Tank D 204 dengan Dryer

    Pump G 202 melalui Dynamic Mixer G 207 yaitu Dynamic Mixer terjadi

    proses penghilangan getah (degumming) secara hidrolisis oleh katalis

    Phosforic Acid (PA) 85% sebanyak 0,06% dari jumlah minyak yang mana PA

    ini ditarik dari pompa tangki PA G 206. Didalam alat ini ada screw yang

    berfungsi sebagai pengaduk (mixer).

    5. Rettention Vessel Tank D 204

    Minyak yang keluar dari Dynamic Mixer G 207 ditampung didalam Rettention

    Vessel Tank D 204 yang kemudian dalam vessel ada proses penambahan

    Bleaching Earth (BE). Untuk mengoptimalkan proses ini digunakan Agitator

    sebagai pengaduk. Hal yang harus diperhatikan saat proses didalam alat ini

    adalah vacuum max 160 mbar, live steam 1 1,5 bar dan flowrate max 50

    ton/jam. Rettention Vessel Tank D 204 mempunyai spesifikasi sebagai berikut

    :

    a. Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004

    b. Design/Working Pressure : -15/15 Psi 1,5 Psi

  • Laporan Kerja Praktek

    26

    c. Design/Working Temperatur : 1500C

    d. Test Pressure : 19 Psi

    e. Volume : 8,25 CuM

    6. Bleacher Tank D 202

    Minyak yang telah bercampur dengan BE pada Rettention Vessel Tank D 204

    berwujud lumpur atau semi solid yang disebut dengan slurry oil dialirkan ke

    tangki ini untuk disempurnakan reaksinya dengan bantuan steam dan ada

    sistem vacuum untuk menarik air setelah selesai reaksi dan menguapkan air

    yang masih terkandung didalam minyak. Selanjutnya slurry oil ini dialirkan

    ke Buffer Vessel Tank D 203. Hal yang harus diperhatikan saat proses didalam

    alat ini adalah vacuum max 160 mbar, life steam 1-1,5 bar dan flowrate max

    50 ton/jam. Bleacher Tank D 202 mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

    a. Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004

    b. Design/Working Pressure : -15/15 Psi 1 Psi

    c. Design/Working Temperatur : 1500C

    d. Test Pressure : 19 Psi

    e. Volume : 43 CuM

    7. Buffer Vessel Tank D 203

    Berfungsi sebagai wadah/tangki penampung slurry oil sebelum dialirkan ke

    Niagara Filter (D 206/207/208). Buffer Vessel Tank D 203 mempunyai

    spesifikasi sebagai berikut :

    a. Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004

    b. Design/Working Pressure : -15/15 Psi 1 Psi

    c. Design/Working Temperatur : 1500C

    d. Test Pressure : 19 Psi

    e. Volume : 2,5 CuM

    8. Niagara Filter D 206/207/208

    Tahap filtrasi di Niagara Filter yang berjumlah 3 (tiga) buah ini bertujuan

    untuk memisahkan Spenth Earth (SE) dengan Degummed Bleached Palm Oil

  • Laporan Kerja Praktek

    27

    (DBPO). Pada tahap ini, control kejernihan DBPO sangat diperhatikan. Hal-

    hal yang perlu diperhatikan saat filtrasi di Niagara Filter D 206/207/208

    adalah tekanan sebesar 3,5 bar dengan steam sebesar 3 bar. Niagara Filter D

    206/207/208 mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

    a. Allow Working Pressure : Max -1 / 6 bar

    b. Allow Working Temperatur : Min 200C Max 1500C

    c. Test Pressure : 7,8 bar

    d. Volume : 6,3 m3

    9. Bag Filter D 205 A/B

    Alat ini berjumlah 2 (dua) buah dimana setiap tangki didalamnya terdapat 4

    (empat) buah saringan yang berukuran 510 , sehingga fungsinya adalah

    menyaring kembali DBPO dari Niagara Filter D 206/207/208. Hal yang

    harus diperhatikan dari kerja alat ini adalah pemberian tekanan 0,2 1,5 bar.

    10. DBPO Tank F 203

    Tangki ini digunakan sebagai wadah penampungan minyak (DBPO)

    sementara sebelum dialirkan ke Cartridge Filter D 300 A/B. Pada tangki ini

    pula disediakan aliran dengan valve khusus yang bisa dibuka kapan saja tanpa

    mempengaruhi proses produksi guna pengambilan sampel DBPO. Alat ini

    mempunyai spesifikasi sebagai berikut :

    a. Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004

    b. Design/Working Pressure : -15/15 Psi 1 Psi

    c. Design/Working Temperatur : 1500C

    d. Test Pressure : 19 Psi

    e. Volume : 27,83 CuM

    11. Cartridge Filter D 300 A/B

    Alat ini berjumlah 2 (dua) buah dimana disetiap tangki didalamnya terdapat

    20 (dua puluh) buah saringan yang berukuran 5-10 , sehingga fungsinya

    ialah untuk menyaring kembali DBPO dari DBPO tank F 203 sebelum

    dipanaskan di Falling Film Heater E 302. Hal yang perlu diperhatikan dari

  • Laporan Kerja Praktek

    28

    kerja alat ini adalah tekanan yang masuk harus berada dalam range 1,5-4 bar.

    Apabila tekanan masuk mendekati 4 bar, saringan segera diganti dan jika

    tekanan tiba-tiba drop dari tekanan normal maka Cartridge Filter segera

    diperiksa dan atau diganti.

    12. Falling Film Heater E 302

    Alat ini berfungsi untuk memanaskan DBPO secara bertahap yang mana

    tujuannya adalah melepaskan FFA yang ada di dalam DBPO sendiri. Pada

    tahap ini DBPO bertemperatur 95-1200C akan bersinggungan dengan RBDPO

    yang bertemperatur 255-2650C, sehingga terjadi pertukaran panas yang

    menaikkan temperatur DBPO menjadi 2002200C. Jika temperatur DBPO

  • Laporan Kerja Praktek

    29

    warna DBPO dan menurunkan FFA RBDPO. Minyak dari D 301 over flow

    melalui 6 (enam) tingkat tray yang ,masing-masing tray diinjeksikan steam di

    deodorizer D 302. Pada tahap ini terjadi penguapan DBPO yang turun

    melalui celah-celah mesh dimana proses penguapannya dibantu dengan sistem

    injection antara 0,51,0 bar dan dalam keadaan vacuum 26 bar yang

    bertujuan untuk menurunkan kadar FFA sampai 0,08%. Pack Coloumn

    Deodorizer ini memiliki spesifikasi alat sebagai berikut :

    a. Prestripper D 301

    Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004 Ed

    Design Pressure : -1. +1/-0,003 bar

    Design Temperatur : 280/2650C

    Test Pressure : 1,51 bar

    Volume : 80 m3

    b. Scrubber D 303

    Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004 Ed

    Designing Pressure : -1. +1/-0,003 bar

    Design Temperatur : 280/2650C

    Test Pressure : 1,51 bar

    Volume : 80 m3

    c. Deodorize Tank D 302

    Code Design : ASME SECT VIII DIV. I 2004 Ed

    Design Pressure : 8/6 bar -1/4 bar

    Design Temperatur : 275/2600C -

    Test Pressure : 7/8 bar 15 bar

    Volume : 9,3 m3 4,6 m3

    15. Shell and Tube Heater E 301

    Alat ini berfungsi untuk mendinginkan RBDPO yang disebut juga dengan

    proses Cooling Down. Pada tahap ini akan terjadi pertukaran panas antara air

    dengan RBDPO bertemperatur 135-1650C sehingga terjadi perubahan

  • Laporan Kerja Praktek

    30

    temperatur RBDPO max 1000C.

    16. Plate Heat Exchanger RBDPO/PHE E 304

    Alat ini berfungsi untuk mendinginkan RBDPO yang disebut juga dengan

    proses Cooling IV. Pada tahap ini akan terjadi pertukaran panas antara air max

    340C dengan RBDPO bertemperatur 135 1650C sehingga terjadi perubahan

    temperatur RBDPO max 800C.

    17. Bag Filter D 300 A/B

    Alat ini berjumlah 2 (dua) buah yang gunanya adalah menyaring RBDPO

    sebelum dialirkan ke Tank Yard. RBDPO disaring melalui Bag Filter dengan

    ukuran 5 10 mikron. Tahap penyaringan ini perlu dikontrol mencapai 4,0 bar

    maka Bag Filter segera diganti dengan yang baru dan periksa clarity RBDPO

    yang keluar.

    B. Alat Penunjang

    1. CPO Feed Pump G210A/B

    Alat ini berfungsi untuk memompa CPO yang berasal dari Tank Yard untuk

    dialirkan menuju PHE E205 atau PHE E201. Disamping ini terdapat strainer

    (saringan) berukuran 0,25 cm untuk menyaring CPO yang akan masuk pada

    proses refinery.

    2. Dryer Pump G202

    Alat ini berfungsi untuk menarik minyak yang berasal dari Dryer Tank D201

    untuk dialirkan ke Dinamic Mixer G207.

    3. Phosforic Acid Tank G206

    Tangki ini berfungsi untuk menampung Asam Phosfat 85 %. Asam Phosfat

    digunakan untuk pengikatan getah dengan dosis 0,04-0,06%.

    4. Bleaching Earth Tank F202

    Alat ini berfungsi untuk menampung Bleaching Earth (BE) yang akan

    dicampur dengan minyak pada dosis 0,6-2 % max.

    5. Bleaching Earth Pump G213A/B

  • Laporan Kerja Praktek

    31

    Pompa ini berjumlah dua buah yang berfungsi mengatur keluarnya BE yang

    berasal dari Bleaching Earth Tank F202 untuk dicampur dengan minyak di

    Ratention Vessel Tank D204.

    6. Drop Ceparator Tank F207

    Tangki ini berfungsi untuk menampung sisa minyak hasil proses filtrasi di

    Niagara Filter D206/207/208 yang sebelumnya telah ditampung di Drop

    Separator Tank F207. Tangki ini juga digunakan untuk menampung minyak

    yang terikut oleh vacuum yang berasal dari Dryer Tank D201, Bleacher Tank

    D202, Buffer Vessel Tank D203 dan DBPO Tank F203. Hasil minyak yang

    tertampung didalam tangki ini akan dialirkan kembali menuju Buffer Vessel

    Tank D203. Drop Ceparator Tank F207 memiliki spesifikasi alat sebagai

    berikut :

    a. Code design : ASME SECT VIII DIV.I 2004

    b. Design/Working Pressure : -1/+1 Bar 0,8 Bar

    c. Design/Working Temperatur : 1500C

    d. Test Pressure : 1,3 Bar

    e. Volume : 1,15 m3

    7. Slurry Oil Pump G204A/B/C

    Pompa ini berfungsi memompa Slurry Oil yang berada di Buffer Vessel Tank

    D203 untuk dialirkan menuju Niagara Filter D206/207/208.

    8. Bleach Oil Pump G301

    Pompa ini berfungsi untuk menarik DBPO yang berasal dari DBPO tank F203

    untuk dialirkan menuju Catridge Filter D300A/B pada Deodorizing Plant.

    9. Filter Leaf Washing Tank

    Alat ini terletak pada Wash Water Treatment Plant yang berfungsi untuk

    mencuci filter atau saringan Niagara Filter D206/207/208.

    10. Seperangkat Komputer

    Komputer ini mempunyai software khusus yang berfungsi untuk mengontrol

    dan mengendalikan sebagian besar alat utama dan pendukung pada Refinery

  • Laporan Kerja Praktek

    32

    Plant.

    11. High Pressure Boiler (HPB) D310

    Alat ini berfungsi untuk mensupply energi dalam bentuk steam ke coil-coil

    yang ada final Heater E303. Air yang digunakan untuk mengolah steam ini

    langsung bersumber dari Power Plant and Utility. HPB D310 ini memiliki

    spesfikasi alat sebagai berikut :

    a) Code design : 10-8918 NUK-HP 1745

    b) Max : 95 bar

    c) Jumlah Steam : 4571 kg/h

    d) Heating Surface : 84,7 m2

    e) Test Pressure : 205 bar

    f) Capasity : 1745 kW

    g) Max Temperatur : 308C

    h) Volume : 1040 liter

    12. FFA Cooler E305

    PFAD yang dihasilkan dari Pack Column Deodorizer akan dipompa oleh

    PFAD Pump G303 menuju alat ini. PFAD menguap melalui scrubber D303

    yang kemudian dikondensasikan dengan PFAD cair yang sudah ada dari poses

    sebelumnya yang ditampung di PFAD Tank F301.

    13. PFAD Pump G303

    Ini berfungsi untuk menarik PFAD yang berasal dari PFAD tank F310 untuk

    dialirkan ke FFA Cooler E305.

    14. Fatty Acid Palm Distilate Tank (PFAD Tank) F310

    Tangki ini berfungsi untuk menyimpan PFAD sementara yang berguna untuk

    mendinginkan PFAD yang baru dating dari Pack Column Deodorizer di FFA

    Cooler.

    15. Clean Cooling Tower (CCT)

    Colling Tower ini berfungsi untuk menampung air yang digunakan untuk

    mendinginkan minyak di Shell and Tube Heater E301 dan PHE E304.

  • Laporan Kerja Praktek

    33

    16. Dirty Cooling Tower (DCT)

    Cooling Tower ini berfungsi untuk menampung air yang berasal dari proses

    deodorisasi yang terjadi secara vacuum.

    17. Fat Trap

    Fat Trap merupakan tempat penampungan heavy phase dari DCT. Biasanya

    heavy phase masih mengandung minyak, sehingga perlu diadakan pengutipan

    minyak di heavy phase, yang dilakukan secara manual.

    2.3.2 Fraksinasi

    A. Alat Utama

    1. Plate Heat Exchanger/PHE 111

    Alat ini berfungsi untuk menaikkan temperatur RBDPO yang berasal dari

    RDBPO Tank Yard menjadi 58-700C dengan cara disinggungkan dengan

    steam 3 bar. Apabila terjadi kegagalan selama proses kristalisasi di Crystalizer

    Tank CR 121-129, maka RBDPO disirkulasikan lagi ke HE 111 untuk

    dipanaskan ulang.

    2. Crystalizer Tank CR 121-129

    Alat ini berjumlah sembilan buah dimana setiap tangkinya berkapasitas 40 ton

    basis RBDPO. Tujuannya adalah pembentukan kristal stearin yang homogen.

    Agar pembentukan yang terjadi optimal, dibantu dengan pengadukan

    menggunakan agitator dan pendinginan secara bertahap melalui coil yang ada

    di dalam tangki selama 6-7 jam. Prinsip kerja alat ini adalah mendinginkan

    RBDPO secara bertahap yang dimulai dari :

    a. Tahap Filling (Pengisian)

    b. Tahap Cooling yaitu pendinginan minyak di dalam Crystalizer CR

    121-129 menggunakan Cooling Water yang dipompakan dari Cooling Tower

    CT151 melalui Cooling Water Supply Pump PU 151 selama 60 menit. Pada

    tahap ini adalah menurunkan temperatur minyak dari 58-700C menjadi 35

    0C.

  • Laporan Kerja Praktek

    34

    c. Tahap Chilling yaitu minyak didinginkan dengan Chiller Water

    bertemperatur 6-100C dari Chiller Unit CU131A/B/C di Chiller Water Tank

    TK131 yang dipompakan melalui Chiller Pump PU131. Tahap ini

    berlangsung selama 5-6 jam untuk menurunkan temperatur minyak menjadi

    21-260C.

    3. Filter Press FL211A/B

    Filter Press FL211A/B berfungsi untuk memisahkan fraksi padat yang di

    sebut Refined Bleached Deodorized Palm Stearin (RBD Stearin) dan fraksi

    cair yang disebut Refined Bleached Deodorized Palm Olein (RBD Olein)

    4. Melting Tank TK231A/B

    Tangki terbuka ini berjumlah dua buah yang terletak dibawah Filter Press

    FL211A/B berfungsi untuk menampung cake stearin dan mencairkannya

    dengan cara memanaskan melalui coil-coil yang ada di dalam alat ini. Setelah

    mencair, stearin kemudian ditransferkan ke Tank Yard.

    5. Olein Tank TK221

    Tangki ini berfungsi untuk menampung RBD Olein hasil proses filtrasi di

    Filter Press FL211A/B sebelum dialirkan menuju Tank Yard.

    B. Alat Penunjang

    1. Feed Oil Pump RBDPO PU111 dan Rework Pump PU111

    Alat ini digunakan untuk memompakan RBDPO dari Tank yard menuju

    Crystalizer Tank CR 121-129.

    2. Water Pump PU121-129

    Alat ini berjumlah sembilan buah yang berfungsi untuk memompa air yang

    berasal dari Cooling Tower CT151 dan untuk memompa Chiller Water yang

    berasal dari Chiller Water Tank TK131.

    3. Chilled Water Supply Pump PU131

    Alat ini berfungsi untuk memompa air yang berasal dari Chiller Water Tank

    TK131 untuk dialirkan menuju Crystalizer Tank CR 121-129.

  • Laporan Kerja Praktek

    35

    4. Chiller Water Tank TK131

    Tangki ini berfungsi untuk menampung chill water yang berasal dari Chiller

    Unit CU131A/B/C.

    5. Chiller Unit CU131A/B/C

    Alat ini berjumlah tiga buah yang fungsinya adalah mendinginkan air yang

    nantinya akan digunakan untuk proses kristalisasi.

    6. Chilled Water Transfer Pump PU132A/B/C

    Alat ini berjumlah tiga buah berfungsi untuk memompa air yang berasal dari

    Chiller Tank TK131 untuk dialirkan menuju Chiller Unit CU131A/B/C.

    7. Cooling Tower Water Pump PU141A/B/C

    Alat ini berjumlah tiga buah berfungsi untuk memompa air yang berasal dari

    Cooling Tower CT141 untuk dialirkan menuju Chiller Unit CU131A/B/C.

    8. Cooling Tower CT141 dan Cooling Tower CT151

    Cooling Tower CT141 berfungsi untuk menampung cooling water yang

    berasal dari Utility (Water Treatment Plant), dimana Cooling Water ini akan

    dialirkan menuju Chiller Unit CU131A/B/C dengan menggunakan Pompa

    PU141A/B/C. Cooling Tower CT151 berfungsi untuk menampung Cooling

    Water yang berasal dari Utility (Water Treatment Plant) yang dipakai

    langsung untuk proses cooling pada crystallizer.

    9. Cooling Water Supply Pump PU151

    Alat ini berfungsi untuk memompa air yang berasal dari Cooling Tower

    CT151 untuk proses kristalisasi di Crystalizer Tank CR 121-129.

    10. Feed Pump PU211A/B

    Alat ini berjumlah dua buah yang berfungsi untuk menarik minyak hasil

    proses kristalisasi untuk dialirkan menuju Filter Press FL211A/B.

    11. Stearin Pump PU231A/B

    Alat ini berjumlah dua buah yang berfungsi untuk memompa RBD Stearin

    dari Melting Tank TK231A/B menuju Tank Yard.

    12. Squeezing Tank TK261 A/B

  • Laporan Kerja Praktek

    36

    Tangki ini menampung RBD Olein yang berfungsi untuk menekan RBD

    Stearin sehingga terbentuk cake stearin di Filter Press FL211A/B.

    13. Squeeze Oil Pump PU261A/B

    Alat ini berjumlah dua buah yang berfungsi untuk menarik RBD Olein yang

    berasal dari Squeezing Tank TK261 A/B untuk dialirkan ke membran Filter

    Press FL211A/B.

    14. Olein Pump PU221

    Alat ini berfungsi untuk menarik RBD Olein yang berasal dari Olein Tank

    TK221 untuk dialirkan menuju Tank Yard.

    15. Washing Tank TK 241

    Tangki ini berfungsi sebagai tangki penampung minyak untuk proses

    pencucian Filter Press. Proses washing ini dilakukan setelah Filter Press

    beroperasi 20-24 kali press.

    16. Washing Pump PU 241

    Alat ini berfungsi untuk menarik RBD Olein yang berada di Washing Tank

    TK 241 menuju Filter Press FL211A/B.

    17. Plate heat Exchanger Washing/PHE Washing HE241

    Alat ini berfungsi untuk memanaskan minyak washing (RBDOL) sebelum

    digunakan untuk proses pencucian di Filter Press FL211A/B. Di dalam alat

    ini minyak washing (RBDPOL) akan bersinggungan dengan steam sampai

    didapat temperatur minyak washing (RBDOL) 700C.

    18. Coreblow Tank CL251A/B

    Tangki ini berjumlah dua buah yang berfungsi untuk menampung minyak sisa

    hasil proses filtrasi pada proses Coreblow. Didalam tangki ini terdapat coil-

    coil yang berfungsi untuk memanaskan minyak sebelum dialirkan menuju

    RBDPO Tank Yard.

    19. Recovered Oil Pump PU251A/B

  • Laporan Kerja Praktek

    37

    Alat ini berjumlah dua buah yang berfungsi untuk memompa minyak yang

    berasal dari Coreblow Tank CL251A/B untuk dialirkan menuju RBDPO Tank

    Yard.

    20. Seperangkat Komputer

    Komputer ini mempunyai software khusus yang berfungsi untuk mengontrol

    dan mengendalikan sebagian besar alat utama dan penunjang pada Fraksinasi

    Plant.

    2.4 Uraian Utilitas dan Fasilitas Penunjang

    2.4.1 Utilitas

    A. Power Plant

    Power Plant merupakan pusat energi pada PT.SMART Tbk Refinery Tarjun

    yang berfungsi untuk menghasilkan daya utilitas berupa listrik dari genset/mesin

    diesel dan steam dari boiler untuk membantu lancarnya proses produksi, juga bisa

    disebut sebagai motor untuk menjalankan pabrik ini. Adapun daya yang dihasilkan

    dari power plant ini sebesar 6 MW listrik secara perhitungan, namun mengingat tidak

    ada mesin yang bekerja dengan efisiensi 100, maka daya aktual yang dihasilkan oleh

    power plant adalah seitar 80-86% atau sekitar 4,8-5,2 MW. Sebagai sumber daya,

    power plant mengalirkan arus listrik sebanyak 1,1MW ke unit refinery dan sisanya

    adalah ke plant lainnya serta ke main office, mushola, kantin dan fasilitas penunjang

    lainnya.

    Sumber steam yang digunakan untuk berlangsungnya proses produksi ada dua

    yaitu berasal dari power plant dan sebuah boiler header alstom yang digerakkan oleh

    turbin yang kemudian akan menghasilkan uap panas dengan tekanan yang tinggi.

    Steam dari power plant akan ditransfer untuk membantu pemanasan dalam Final

    heater di Refinery dan steam yang dari boiler header alstom akan didistribusikan ke

    setiap plant seperti Refinery, Fraksinasi, Storage tank, Pump house, dan lain-lain.

  • Laporan Kerja Praktek

    38

    Gambar 2.10 Power Plant

    B. WTP (Water Treatment Plant)

    WTP (Water Treatment Plant) ialah suatu unit pengolahan air sebagai salah

    satu sistem utilitas untuk menunjang kebutuhan proses produksi dan domestik yang

    sesuai dengan baku mutu yang ditetapkan pada pabrik PT.SMART, Tbk Refinery

    Tarjun. Dalam WTP ada dua metode pengolahan air yaitu yang pertama bersumber

    dari air waduk dan yang kedua bersumber dari air laut. Untuk pengolahan air dari

    waduk bisa disebut dengan istilah BWRO (Brackish Water Reverse Osmosis) yang

    mana pada pengolahan sistem ini air dari waduk akan ditarik menggunakan pompa

    dan akan diproses dengan melalui beberapa tahapan didalam WTP sehingga akan

    menghasilkan berbagai macam produk air sesuai dengan kebutuhan tiap masing-

    masing plant. Sedangkan air laut yang ditarik dengan pompa menuju WTP untuk

    diproses bisa disebut SWRO (Sea Water Reverse Osmosis) air laut yang tadi nya asin

    dalam WTP ini akan diproses dengan melalui beberapa tahapan yang kemudian akan

    diperoleh air tawar agar bisa didistribusikan ke semua unit dan plant. Air dari WTP

    ini juga dipakai untuk boiler atau turbin sehingga bisa menghasilkan steam. WTP

    setiap harinya memproduksi air sebanyak 80 m3/jam. Prosesnya secara umum untuk

    pemurnian air laut (SWRO) adalah air laut yang diambil difiltrasi dengan

    menggunakan dual media filter yang kemudian dialirkan ke filtered water tank

    dengan kapasitas tangki 80 ton. Untuk BWRO terlebih dahulu diendapkan di clarifier

    tank. Hasil dari clarifier tank dialirkan ke clarified water tank. BWRO yang sudah

    mengalami proses clarifying ini difiltrasi dengan menggunakan multimedia filter. Dan

    dilanjutkan proses filtasi kembali dengan menggunakan active carbon filter . Untuk

    SWRO kemudian dilakukan filtrasi kembali dengan menggunakan catridge filter, dan

  • Laporan Kerja Praktek

    39

    difiltrasi kembali dengan menggunakan membran. SWRO yang tidak memenuhi

    standar akan langsung dialirkan ke laut. Hasil dari proses filtrasi SWRO dan BWRO

    ini dialirkan ke tangki buffering kedua, yaitu untuk SWRO dialirkan ke product tank

    dan untuk BWRO dialirkan ke filtered tank. Kemudian keduanya kembali dialirkan

    ke tangki buffering ketiga yaitu berupa filtered tank dan difiltrasi kembali

    menggunakan cartridge filter, lalu difiltrasi lagi dengan menggunakan membran filte.

    Hasilnya dialirkan ketangki buffering keempat yaitu berupa BWRO tank. Air yang

    dihilangkan mineralnya melalui proses demineralized water dialirkan ke demin plant.

    Air yang telah disimpan pada buffering keempat dialirkan ke deaerator untuk

    mengurangi kadar O2, deaerator terbagi dua, yaitu deaerator Alstom dan deaerator

    power plant. Hasil dari deaerator dialirkan kembali ke feed water boiler atau boiler

    drum sebelum dialirkan ke boiler water atau turbin extraction steam. Pemanasan

    pada boiler menggunakan batubara. Steam yang diahsilkan dialirkan ke refinery

    plant, KCP, office, dan laboratory.

    Gambar 2.11 Water Treatment Plant (WTP)

    C. Unit Penyedia Bahan Bakar

    Bahan bakar yang digunakan untuk menjalankan power plant adalah batubara

    dan solar.

  • Laporan Kerja Praktek

    40

    Gambar 2.12 Stockpile batubara

    2.4.2 Pengolahan limbah WWTP (Waste Water Treatment Plant)

    WWTP (waste water treatment plant) merupakan unit pengolahan limbah cair

    yang ada dalam area pabrik. Unit ini sangat berperan penting untuk sebuah pabrik

    karena limbah merupakan hasil buangan produk samping dari hasil olahan yang tidak

    bisa terpakai lagi. Dalam PT.SMART, Tbk Refinery Tarjun hanya mengolah limbah

    cair saja. Yaitu limbah cair hasil produksi Refinery, limbah cair dari Unloading CPO,

    dan limbah cair dari QC/laboratory. Sedangkan untuk limbah padat nya di gunakan

    untuk penambalan lubang-lubang bekas galian saja. Sebelum limbah cair dibuang ke

    drainase menuju laut terlebih dahulu harus melewati beberapa tahapan proses yang

    akan ditunjukan pada gambar berikut dibawah ini:

    Gambar 2.13 WWTP

    Limbah cair yang berasal dari refinery ditampung di DCT (Dirty cooling tower)

    akan digabung dengan limbah dari Unloading pump house, dan limbah dari

    QC/laboratory ditampung sementara menjadi satu dalam suatu bak pump pit

    kemudian akan dipompa masuk kedalam bak oil & grease trap untuk proses

    penyaringan pertama, hal ini bertujuan untuk memisahkan minyak sisa PFAD yang

  • Laporan Kerja Praktek

    41

    masih terikat ikut dengan air. Minyak sisa tersebut akan masukkan ke dalam sludge

    basin oil tank yang kemudian akan ditransfer ke dalam storage tank atau kembali

    diproses ulang.

    Sedangkan air masih dalam bak oil & grease trap akan overflow kedalam bak

    equalisasi. Karena air tersebut bersifat asam, dalam bak ini ditambahkan NaOH untuk

    menurunkan tingkat keasamannya. Setelah itu air dialirkan masuk ke dalam statif

    mixer dengan diinjeksikan PAC yang berfungsi untuk menjernihkan air dari bak

    equalisasi sebelum masuk ke dalam bak flokulasi. Dalam bak ini limbah tersebut

    dicampur dengan PE sehingga terjadi proses penggumpalan membentuk flok.

    Kemudian limbah dialirkan masuk ke dalam bak disolve air floatation (DAF). Dalam

    bak ini limbah terbentuk menjadi 3 zona yaitu zona paling atas berbentuk

    float/gelembung busa, zona tengah berbentuk air, dan zona dasar berbentuk sludge.

    Dari bak DAF, air limbah akan ditransfer masuk ke dalam bak aerasi untuk diproses

    lanjut yaitu proses mencampur air dengan udara sehingga air yang beroksigen rendah

    akan kontak dengan oksigen atau udara yang dihembuskan dari pompa aerator. Proses

    ini akan menurunkan kadar BOD, COD, TDS dan TSS yang terkandung dalam

    limbah tersebut. Setelah melewati tahap aerasi, air limbah akan overflow ke dalam

    bak sedimentasi dimana pada bak ini akan terjadi proses pemisahan antara

    sludge/padatan dengan airnya. Air dari bak sedimentasi masuk kedalam bak control

    tank untuk diuji kelayakan airnya dan disaring melewati catridge filter sebagai

    penyaringan tahap akhir yang kemudian dialirkan ke drainase menuju laut.

    Sedangkan untuk endapan sludge dari bak sedimentasi akan ditransfer ke dalam

    sludge thickener yang kemudian akan dialirkan ke filter press untuk dipisahkan lagi

    antara air dan cake. Air dari hasil filter press akan diproses ulang dalam bak pump pit,

    sedangkan cakenya akan dijadikan sebagai pupuk organik untuk tanaman di area

    pabrik. Untuk uraian proses pengolahan limbah cair pada PT. SMART Tbk Refinery

    Tarjun dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

  • Laporan Kerja Praktek

    42

    Gambar 2.14 Diagram alir proses pengolahan limbah cair pada WWTP

    2.3.3 Fasilitas Penunjang

    A. Main Office

    Main office merupakan fasilitas penunjang yang sangat berpengaruh besar

    dalam kemajuan suatu pabrik karena dalam office ini semua bagian-bagian

    departemen yang ada dalam area pabrik berpusat pada office. Oleh karena itu office

    pada pabrik PT. SMART Tbk Refinery Tarjun terletak ditengah-tengah area pabrik

    karena sesuai dengan fungsinya yaitu sebagai pusat pengawasan berjalannya proses

    produksi pada pabrik tersebut.

  • Laporan Kerja Praktek

    43

    Gambar 2.15 Main office

    B. Workshop dan Maintenance

    Workshop dan Maintenance berfungsi sebagai unit perawatan serta perbaikan

    alat-alat yang ada dalam area pabrik sebagai penunjang proses produksi.

    Gambar 2.16 Unit Stasiun Workshop & Maintenance

    C. Warehouse

    Unit stasiun warehouse berfungsi sebagai gudang penyimpanan stok bahan

    kimia dan spare part yang akan digunakan dalam proses produksi. Pada pabrik PT.

    SMART Tbk Refinery Tarjun, warehouse ini terbagi menjadi 3 ruangan yaitu ruang

    pertama untuk menyimpan stok spare part, ruang kedua untuk menyimpan raw

    chemical, dan ruang ketiga untuk menyimpan BE dan PA.

  • Laporan Kerja Praktek

    44

    Gambar 2.17 Warehouse spare part

    Gambar 2.18 Warehouse Chemical PA & BE

    D. Laboratorium/Quality Control (QC)

    Laboratorium merupakan fasilitas pabrik yang sangat berperan untuk

    mengontrol dan menganalisa hasil produksi serta menjamin kualitas mutu produk

    yang ada di PT. SMART Tbk Refinery Tarjun. Hasil pengujian analisa yang

    dikeluarkan dari laboratorium ini harus sesuai dengan kondisi aktual proses produksi

    tersebut. Hal demikian dilakukan agar prabik ini mampu memproduksi suatu produk

    dengan mutu yang sesuai dengan standar mutu yang telah ditetapkan.

    Gambar 2.19 Laboratorium

  • Laporan Kerja Praktek

    45

    E. Hydrant (Unit Pemadam Kebakaran)

    Hydrant merupakan sebuah unit stasiun pencegahan kebakaran yang terdapat

    dalam area pabrik PT. SMART Tbk Refinery Tarjun.

    Gambar 2.20 Unit Stasiun Hydrant

    F. Kantin dan Mushala

    Kantin dan mushala merupakan fasilitas yang digunakan oleh para karyawan

    dalam area pabrik untuk melaksanakan kewajibannya selain bekerja yaitu untuk

    makan dan beribadah. Untuk makan karyawan, pabrik PT. SMART Tbk Refinery

    Tarjun menyediakan kantin khusus karyawan dengan ruang makan yang cukup luas.

    Jatah makan di pabrik ini disesuaikan dengan jam masuk kerja tiap masing-masing

    karyawan yaitu dengan pembagian per shift dan lembur. Sedangkan untuk beribadah

    para karyawan yang muslim, pabrik menyediakan mushala yang terletak disamping

    kantin.

    Gambar 2.21 Kantin karyawan

  • Laporan Kerja Praktek

    46

    Gambar 2.22 Mushala

    G. Perumahan Staff & karyawan/mess

    Untuk tempat tinggal para karyawan, PT. SMART Tbk Refinery Tarjun

    menyediakan ratusan unit perumahan untuk staff dan non-staff yang berupa mess.

    Gambar 2.23 Perumahan/mess karyawan

    H. Bis karyawan

    Fasilitas penunjang perusahaan yang terakhir berupa alat transportasi yaitu

    bus karyawan. Pada pabrik ini terdapat 2 unit bus yang siap untuk mengantar jemput

    karyawan ketika masuk kerja.

  • Laporan Kerja Praktek

    47

    Gambar 2.24 Bus karyawan

    2.5 Aspek Ekonomi, Organisasi dan Manajemen Pabrik

    2.5.1 Aspek Ekonomi

    Sistem pemasaran yang digunakan oleh PT. SMART Tbk Refinery Tarjun

    yaitu melalui dua jalur, pengiriman produk berupa olein atau minyak goreng curah

    lewat jalur darat dengan menggunakan unit truck tangki dan jalur kedua yaitu

    pengiriman/penjualan melalui jalur laut yang menggunakan kapal tanker. Pengiriman

    produk lewat jalur laut ini adalah semua hasil produk maupun bahan baku seperti

    CPO, RBDPO, PFAD, RBDOLEIN, RBDSTEARIN, CPKO dan PKE. Data penjualan

    untuk berbagai negara:

    Tabel 2.2 Data Penjualan Eksport PT. SMART Refinery Tarjun Januari-Juni 2012

    NEGARA Jumlah Penjualan Persentase (%)

    India 23 38,33333

    China 9 15

    Korea Selatan 13 21,66667

    Malaysia 3 5

    Bangladesh 3 5

    Filipina 5 8,333333

    Pakistan 2 3,333333

    Singapura 1 1,666667

    Belanda 1 1,666667

  • Laporan Kerja Praktek

    48

    2.4.2 Organisasi

    PT.SMART, Tbk Refinery Tarjun terdiri dari departemen-departemen dimana

    dalam setiap departemen tersebut terdapat seseorang yang memiliki tugas dan fungsi

    kerja sebagai berikut :

    1. General Manager (GM)

    General Manager (GM) mempunyai wewenang yaitu membuat keputusan

    dalam segala hal yang berkaitan dengan perbaikan, pemeliharaan, perawatan, dan

    koordinasi seluruh bagian departemen yang tidak dapat diputuskan oleh bawahannya

    baik yang dilakukan sendiri ataupun oleh pihak kontraktor. Sedangkan tugas-

    tugasnya adalah :

    a. Memeriksa dan menyetujui rencana pemeliharaan tahunan untuk instalasi pabrik

    dan seluruh alat mesin pengolahan produksi, berdasarkan skedul Pemeliharaan

    Tahunan.

    b. Mengawasi pelaksanaan program pemeliharaan mesin - mesin yang dilakukan

    oleh bawahannya.

    c. Mengawasi dan memastikan pelaksanaan Standart Operasional Prosedur (SOP)

    dan Work Instruction (WI) serta Keselamatan Kerja atau perlengkapan safety

    kerja.

    d. Memeriksa dan menyetujui Laporan Biaya Pemeliharaan Bulanan.

    General Manajer (GM) memiliki tanggung jawab terhadap seluruh kegiatan

    Operasional Pabrik, Pemeliharaan seluruh alat mesin pengolahan produksi, dan

    skedul Pemeliharaan Tahunan, Penerapan System Management, Keselamatan Kerja,

    serta Laporan Biaya Pemeliharaan Bulanan.

    2. Deputy GM

    Deputy GM mempunyai wewenang yang sama dengan GM dimana fungsi

    Deputy GM pada pabrik ini adalah sebagai wakil GM yang juga memiliki tugas sama

    dengan General manager. Deputy GM harus saling berkoordinasi dengan bawahannya

    dan memiliki tanggung jawab yang sama besarnya dengan posisi GM.

    3. Departemen Head

  • Laporan Kerja Praktek

    49

    Departemen Head merupakan kapala bagian yang mempunyai hak wewenang

    untuk mengatur dan membuat keputusan dalam hal teknik pemeliharaan, perawatan,

    peningkatan kualitas mutu dalam tiap masing-masing departemen yang ada dalam

    pabrik dimana hal ini tidak dapat dilakukan oleh seorang bawahannya. Wewenang ini

    tentu akan tetap dalam pengawasan seorang GM dan deputy GM-nya. Dept. Head

    memiliki tanggung jawab penuh terhadap pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dan

    perbaikan alat mesin produksi, peningkatan kemampuan kerja bawahan serta

    kebenaran dan ketepatan waktu laporan biaya pemeliharaan bulanan. Sedangkan

    tugas-tugasnya adalah :

    a. Membuat dan melaksanakan rencana kerja pemeliharaan yang telah ditetapkan

    dalam skedul dan perbaikan serta rencana kebutuhan material / spare part secara

    periodik.

    b. Mengawasi dan memastikan pelaksanaan Standart Operasional Prosedur (SOP)

    dan Work Instruction (WI) serta Keselamatan Kerja atau perlengkapan safety

    kerja.

    4. Section Head

    Section Head merupakan tangan kanan dari Dept. Head dimana mempunyai

    hak wewenang yaitu memerintah, membuat keputusan dan mengatur bawahan untuk

    menjalankan proses produksi sesuai dengan standar operasional baik sebelum proses

    maupun setelah proses. Sedangkan tugas-tugasnya adalah :

    a. Membuat dan melaksanakan rencana kerja pembersihan dan pencucian seluruh

    peralatan proses, membuat jam kerja proses produksi serta kebutuhan bahan

    penunjang proses secara periodik.

    b. Melaksanakan, monitoring kondisi kerja mesin/alat secara seksama dengan

    memperhatikan perlakuan beban operasi serta senantiasa meminimalkan losess

    yang terjadi.

    c. Membawahi dan melakukan pengawasan langsung terhadap kegiatan

    kerja/operasional proses produksi, kebersihan areal/lokasi pabrik, water supply,

    power supply, dan stock hasil produksi.

  • Laporan Kerja Praktek

    50

    d. Melakukan pengawasan Safety & Health Environment.

    - Penanganan Limbah B3

    - Penanganan Limbah Cair dan Padat

    e. Mengawasi dan memastikan pelaksanaan Standart Operasional Prosedur (SOP)

    dan Work Instruction (WI) serta Keselamatan Kerja atau perlengkapan safety

    kerja.

    Section Head memiliki tanggung jawab penuh terhadap kelancaran dan

    kelangsungan pengolahan proses produksi dan pelaksanaan terhadap sistem

    operasional prosedur yang berkaitan dengan kegiatan pengolahan bahan baku menjadi

    hasil produk.

    5. Staff Officer

    Staff Officer mempunyai wewenang untuk menjalankan rencana kerja proses

    produksi, pemeliharaan dan perbaikan alat mesin proses serta rencana kebutuhan

    material atau spare part secara periodik. Sedangkan tugas-tugasnya adalah :

    a. Membawahi dan melakukan pengawasan langsung terhadap kinerja operator.

    b. Melakukan pengawasan dan pengaturan terhadap kegiatan kerja/operasional

    peralatan, proses pengolahan serta pendistribusian hasil produksi.

    c. Melaksanakan, monitoring kondisi kerja alat mesin secara seksama dengan

    memperhatikan perlakuan beban operasi.

    d. Melakukan kegiatan administrasi terhadap seluruh kegiatan pemeliharaan dan

    perbaikan.

    e. Melakukan pengawasan Safety & Health Environment, Penanganan Limbah B3,

    Penanganan Limbah Cair & Padat serta Emisi dan Ambient Udara.

    f. Mengevaluasi seluruh quality oil losses secara up to date.

    g. Membuat Laporan Biaya Pemeliharaan Bulanan.

    h. Melakukan koordinasi dengan foreman dan operator untuk menjalankan proses

    produksi.

    Staff Officer memiliki tanggung jawab penuh terhadap terlaksananya rencana

    kegiatan pemeliharaan dan perbaikan alat mesin produksi yang sudah ditetapkan,

  • Laporan Kerja Praktek

    51

    kelancaran dan kelangsungan alat mesin produksi, peningkatan kemampuan kerja

    operator dibawah pengawasannya, serta kebenaran dan ketepatan waktu laporan biaya

    pemeliharaan bulanan.

    6. Foreman dan Operator

    Foreman dan Operator adalah seseorang yang mempunyai tanggung jawab

    untuk pengoperasian proses produksi. Dimana dalam hal ini tetap dalam pengawasan

    dari atasannya yaitu Staff Officer, dan Section Head. Sedangkan tugas-tugasnya

    adalah :

    a. Menjalankan proses produksi sesuai dengan Standart Operasional Prosedur

    yang berlaku.

    b. Mengontrol, memelihara dan memperbaiki kerja alat mesin produksi secara

    berkala.

    c. Bertanggung jawab terhadap keakuratan data laporan produksi.

    Adapun struktur organisasi perusahaan PT. SMART Tbk Refinery Tarjun

    dalam gambar 2.25 sebagai berikut:

  • Laporan Kerja Praktek

    52

  • Laporan Kerja Praktek

    53

    BAB III

    LAPORAN KEGIATAN

    3.1 Jadwal Kerja Praktek

    Pelaksanaan kerja praktek di pabrik pengolahan minyak goreng PT. SMART

    Tbk Refinery Tarjun dimulai pada hari Senin sampai dengan hari Jumat. Jadwal jam

    kerja praktek pada hari Senin sampai dengan hari Jumat mulai pukul 08.00 WITA

    hingga pukul 17.00 WITA. Hari Sabtu dan Minggu adalah hari libur kerja.

    3.2 Uraian Kegiatan Kerja Praktek

    Uraian kegiatan kerja praktek yang laksanakan pada pabrik pengolahan

    minyak goreng PT. SMART Tbk Refinery Tarjun adalah sebagai berikut:

    Tabel 3.1 Uraian Kegiatan Kerja Praktek

    Waktu Pelaksanaan Kegiatan Keterangan

    2 Juli 2012

    3 Juli 2012

    4 Juli 2012

    - Penempatan posisi kerja

    praktek dibagian produksi

    - Pengarahan mengenai K3

    serta perlengkapan safety.

    - Pengenalan plant Refinery.

    - Mempelajari mekanisme CPO

    dengan menggunkan pompa

    hingga ke dryer.

    - Pemberian materi tentang

    pengolahan CPO menjadi

    RBDPO

    - Memahami alur proses

    - Mendapatkan

    penjelasan

    - Mendapat penjelasan

    - Mendapatkan

    penjelasan

    - Mendapatkan

    penjelasan

    - Mendapatkan

  • Laporan Kerja Praktek

    54

    5 Juli 2012

    7 Juli 2012

    9 Juli 2012

    10 Juli 2012

    11 Juli 2012

    produksi dalam Refinery plant

    - Menggambar diagram alir

    proses.

    - Mencari data parameter

    komponen bahan untuk

    perhitungan neraca massa.

    - Mencari data spesifikasi alat-

    alat yang digunakan.

    - Mencari kondisi operasi

    proses refinery dan fraksinasi.

    - Observasi agitator dalam

    tangki kristalisasi.

    - Memahami mekanime proses

    fraksinasi

    - Observasi ke refinery

    - Menghitung neraca panas dan

    massa

    - Membuat FDP refinery

    - Melanjutkan membuat FDP

    - Mendapatkan tugas dari

    officer panel room

    penjelasan

    - Mendapatkan

    penjelasan

    - Mendapatkan

    penjelasan

    - Tinjauan ke QC

    - Tinjauan ke plant

    - Tinjauan ke control

    room

    - Tinjauan ke plant

    - Tinjauan ke plant dan

    mendapatkan

    penjelasan

    - Tinjauan ke plant

    - Menggunakan

    sotfware Ms. exel

  • Laporan Kerja Praktek

    55

    12 Juli 2012

    13 Juli 2012

    16 Juli 2012

    17 Juli 2012

    18 Juli 2012

    19 Juli 2012

    20 Juli 2012

    23 Juli 2012

    - Observasi plant yang sedang

    melakukan shut down, melihat

    PHE

    - Observasi ke jetty

    - Observasi plant yang sedang

    shut down, melihat HPB

    - Melanjutkan menghitung

    neraca massa dan panas

    - Observasi plant yang sedang

    shut down, melihat Final Oil

    Heater

    - Mencari densitas RBDPO

    - Menghitung volume

    crystallizer

    - Observasi plant yang sedang

    shut down, melihat retention

    - Melanjutkan menghitung

    neraca massa dan panas

    - Observasi plant yang sedang

    shut down, melihat bleacher

    - Penyusunan laporan akhir

    kerja praktek

    - Menggunakan

    software Ms.visio

    - Menggunakan

    software Ms.Visio

    - Menyelesaikan tugas

    - Tinjauan ke plant

    - Tinjauan ke jetty

    - Tinjauan ke plant

    - Menggunakan

    software Ms.Exel

    - Tinjauan ke plant

    - Tinjauan ke QC

    - Menggunakan software

    Ms.Exel

    - Tinjauan ke plant

  • Laporan Kerja Praktek

    56

    24 Juli 2012

    25 Juli 2012

    26 Juli 2012

    27 Juli 2012

    30 Juli 2012

    31 Juli 2012

    - Melihat proses filtrasi

    - Melanjutkan penyusunan

    laporan akhir kerja praktek

    - Melanjutkan penyusunan

    laporan akhir kerja pratek

    - Observasi plant

    - Mencari data pemasaran

    produk dan struktur organisasi

    - Observasi plant dan control

    plant

    - Mencari data pemasaran

    - Menghitung neraca panas

    kristalisasi

    - Melanjutkan penyusunan

    laporan akhir kerja praktek

    - Menggunakan

    software Ms.Exel

    - Tinjauan ke plant

    - Menggunakan

    Ms.Word

    - Tinjauan ke plant

    - Menggunakan Ms.

    Word

    - Menggunakan Ms.

    Word

    - Tinjauan ke plant

    - Tinjauan ke Main

    Office

    - Tinjauan ke plant

  • Laporan Kerja Praktek

    57

    - Tinjauan ke Main

    Office

    - Menggunakan

    CamCAD

    - Menggunakan

    Ms.Word

    2 Juli 2012

    3 Juli 2012

    4 Juli 2012

    - Penempatan posisi kerja

    praktek dibagian produksi.

    - Pengarahan mengenai K3

    serta perlengkapan safety.

    - Pengenalan plant Refinery.

    - Mempelajari mekanisme CPO

    dengan menggunkan pompa

    hingga ke dryer.

    - Pemberian materi tentang

    pengolahan CPO menjadi

    RBDPO

    - Memahami alur proses

    produksi dalam Refinery plant

    - Menggambar diagram alir

    proses.

    - Mencari data parameter

    komponen bahan untuk

    - Mendapatkan

    penjelasan

    - Mendapat penjelasan

    - Mendapatkan

    penjelasan

    - Mendapatkan

    penjelasan

    - Mendapatkan

    penjelasan

    - Mendapatkan

    penjelasan

  • Laporan Kerja Praktek

    58

    5 Juli 2012

    7 Juli 2012

    9 Juli 2012

    10 Juli 2012

    11 Juli 2012

    perhitungan neraca massa.

    - Mencari data spesifikasi alat-

    alat yang digunakan.

    - Mencari kondisi operasi

    proses refinery dan fraksinasi.

    - Observasi agitator dalam

    tangki kristalisasi.

    - Memahami mekanime proses

    fraksinasi

    - Observasi ke refinery

    - Menghitung neraca panas dan

    massa

    - Membuat FDP refinery

    - Melanjutkan membuat FDP

    - Mendapatkan tugas dari

    officer panel room

    - Observasi plant yang sedang

    melakukan shut down, melihat

    PHE

    - Observasi ke jetty

    - Mendapatkan

    penjelasan

    - Tinjauan ke QC

    - Tinjauan ke plant

    - Tinjauan ke control

    room

    - Tinjauan ke plant

    - Tinjauan ke plant dan

    mendapatkan

    penjelasan

    - Tinjauan ke plant

    - Menggunakan

    sotfware Ms. exel

    - Menggunakan

    software Ms.visio

    - Menggunakan

    software Ms.Visio

  • Laporan Kerja Praktek

    59

    12 Juli 2012

    13 Juli 2012

    16 Juli 2012

    17 Juli 2012

    18 Juli 2012

    19 Juli 2012

    20 Juli 2012

    23 Juli 2012

    - Observasi plant yang sedang

    shut down, melihat HPB

    - Melanjutkan menghitung

    neraca massa dan panas

    - Observasi plant yang sedang

    shut down, melihat Final Oil

    Heater

    - Mencari densitas RBDPO

    - Menghitung volume

    crystallizer

    - Observasi plant yang sedang

    shut down, melihat retention

    - Melanjutkan menghitung

    neraca massa dan panas

    - Observasi plant yang sedang

    shut down, melihat bleacher

    - Penyusunan laporan akhir

    kerja praktek

    - Melihat proses filtrasi

    - Melanjutkan penyusunan

    laporan akhir kerja praktek

    - Menyelesaikan tugas

    - Tinjauan ke plant

    - Tinjauan ke jetty

    - Tinjauan ke plant

    - Menggunakan

    software Ms.Exel

    - Tinjauan ke plant

    - Tinjauan ke QC

    - Menggunakan software

    Ms.Exel

    - Tinjauan ke plant

    - Menggunakan

    software Ms.Exel

    - Tinjauan ke plant

  • Laporan Kerja Praktek

    60

    24 Juli 2012

    25 Juli 2012

    26 Juli 2012

    27 Juli 2012

    30 Juli 2012

    31 Juli 2012

    - Melanjutkan penyusunan

    laporan akhir kerja pratek

    - Observasi plant

    - Mencari data pemasaran

    produk dan struktur organisasi

    - Observasi plant dan control

    plant

    - Mencari data pemasaran

    - Menghitung neraca panas

    kristalisasi

    - Melanjutkan penyusunan

    laporan akhir kerja praktek

    - Menggunakan

    Ms.Word

    - Tinjauan ke plant

    - Menggunakan Ms.

    Word

    - Menggunakan Ms.

    Word

    - Tinjauan ke plant

    - Tinjauan ke Main

    Office

    - Tinjauan ke plant

    - Tinjauan ke Main

    Office

    - Menggunakan

  • Laporan Kerja Praktek

    61

    CamCAD

    - Menggunakan

    Ms.Word

  • Laporan Kerja Praktek

    62

    BAB IV

    PERHITUNGAN NERACA PANAS PADA CRYSTALLIZER

    4.1 Neraca Panas Crystallizer

    Rumus umum neraca panas untuk crystallizer:

    F. hF = C. Hc + Q + L. Hl

    Tabel 4.1 Data komponen RBDPO dengan massa total 32.000 KG

    No. Komponen RBDPO Persentase Massa Massa Komponen (KG)

    1. Asam Palmitat 49,1% 19.247,2

    2. Asam Oleat 40,1% 15.719,2

    3. Asam Myristat 0,6 % 235,2

    4. Asam Stearat 3,1 % 1.215,2

    5. Asam Linoleat 7,1% 2.783,2

    Kemudian dari massa yang didapat, diperoleh mol masing-masing komponen

    dengan rumus mol =

    , menjadi:

    Tabel 4.2 Data Mol Komponen RBDPO

    No. Komponen

    RBDPO

    Massa Komponen

    (KG)

    BM senyawa Mol

    1. Asam Palmitat 19.247,2 256 75,184375

    2. Asam Oleat 15.719,2 282 55,741844

    3. Asam Miristat 235,2 228 1,0315789

    4. Asam Stearat 1.215,2 284 4,2788732

    5. Asam Linoleat 2.783,2 280 9,94

  • Laporan Kerja Praktek

    63

    4.1.1 Perhitungan Kapasitas panas masing-masing komponen

    Perhitungan Kapasitas Panas Berdasarkan Tabel 8.2 Heat Capacity of the

    Elemnt J/mol 0C ( Coulson: 322). Untuk Asam Palmitat CH3(CH2)14COOH, C yang

    berjumlah 16 dengan Ar 12, maka Nilai kapasitas panas atom C pada fase liquid

    menjadi:

    16 x 12 x 11,7 = 2.246,4

    Untuk H yang berjumlah 32 dengan Ar 1, maka Nilai kapasitas panas atom H pada

    fase liquid menjadi:

    32 x 1 x 18 = 576

    Untuk O yang berjumlah 2 dengan Ar 16, maka Nilai kapasitas panas atom C pada

    fase liquid menjadi:

    2 x 16 x 25,1 =80,32

    Yang kemudian kemudian dijumlahkan menjadi:

    2.246,4 + 576 + 80,32 = 3.625,6 J/mol 0C

    Hal demikian pula yang dilakukan untuk menghitung kapasitas panas untuk

    komponen lainnya, kemudian hasilnya adalah sebagai berikut:

    Tabel 4.3 Nilai Kapasitas Panas Komponen RBDPO

    No. Komponen RBDPO Nilai Kapasitas Panas J/mol 0C

    1. Asam Palmitat 3.625,6

    2. Asam Oleat 3.956,6

    3. Asam Myristat 3.244,4

    4. Asam Stearat 4.006,8

    5. Asam Linoleat 3.906,4

    4.2 Perhitungan Panas Sensibel

    4.2.1 Perhitungan Panas Sensibel Masuk (H1)

    Berdasarkan rumus H = m . Cp. 2

    1 dan perubahan suhu dari 43

    0C

    menjadi 250C, maka nilai H1 adalah:

  • Laporan Kerja Praktek

    64

    H = m. Cp. 2

    1

    H = 75,184375 mol x 3625,6 J/mol 0C x (43-25)

    0C

    H = 4.906.592,46 J = 4.9065, 9246 KJ

    Untuk perhitungan panas sensibel komponen RBDPO lainnya juga mengikuti

    perhitungan diatas dan hasilnya dalah sebagai berikut:

    Tabel 4.4 Nilai Panas Sensibel Masing-Masing Komponen RBDPO

    No. Komponen RBDPO H1 (KJ)

    1. Asam Palmitat 4.906,59246

    2. Asam Oleat 3.969,867237