Laporan Kerja Praktek 2010 Total Cantigi

download Laporan Kerja Praktek 2010 Total Cantigi

of 47

Transcript of Laporan Kerja Praktek 2010 Total Cantigi

ANALISIS BIAYA PRODUKSI BUDIDAYA PAPRIKA (Capsicum Annum) PADA BANGUNAN SCREENHOUSE DENGAN SISTEM DRIP IRRIGATION DI TOTALL CANTIGI FARM (TCF), GARUT Desa Cikandang Lebak Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut

Diajukan Sebagai Laporan Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Program Studi Agroteknologi

Oleh : Enceng Sobari 207 700 500

PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2010

LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN ANALISIS BIAYA PRODUKSI BUDIDAYA PAPRIKA (Capsicum Annum) PADA BANGUNAN SCREENHOUSE DENGAN SISTEM DRIP IRRIGATION DI Totall Cantigi Farm (TCF), GARUT Desa Cikandang Lebak Kecamatan Cikajang Kabupaten Garut

Kerja Praktik Program Studi Agroteknologi Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Oleh : Enceng Sobari : 207 700 500 Telah disetujui dan dilaksanakan di Garut, 05 Juli 2010 Mengetahui, Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Ahmad Taofik NIP : Ketua Program Studi Agroteknologi

Ir. Iyep Risa Winaya NIP :

Ir. Cecep Hidayat, MP. NIP :19209181988031001

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya kepada penulis dalam menyusun laporan ini. Laporan ini merupakan hasil dari kegiatan praktik kerja lapangan yang telah dilaksanakan oleh penulis di Desa Cikandang Lebak Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat. Kecamatan Cikajang terletak di sebelah selatan kota Kabupaten Garut, terletak diantara kaki gunung Cikuray dan Papandayan. Jarak dari ibukota Kabupaten Garut adalah 25 Km, dan 85 Km jarak dari ibukota Propinsi Jawa Barat, yaitu Bandung yang diajukan sebagai laporan pelaksanaan praktik kerja lapangan Program Studi Agroteknologi, Jurusan Teknologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung. Penulis menyadari selama penyusunan laporan ini, tidak sedikit hambatan yang dialami penulis, namun berkat bimbingan dan arahan dari berbagai pihak laporan ini Alhamdulillah dapat terselesaikan. Oleh karena itu, penulis ucapkan Jazakumullah khairon katsiron kepada : 1. Bapak ketua kelompok Totall Cantigi Farm (TCF) beserta jajarannya yang telah menerima dan mengizinkan penulis untuk bisa melaksanakan praktik kerja lapangan di tempat yang beliau pimpin.2. Bapak Ahmad Taofik selaku pembimbing I dan Ir. Iyep Risa Winaya

selaku pembimbing lapangan3. Ketua jurusan Agroteknologi Ir. Cecep Hidayat, MP.

4. Orang tua khususnya ibunda , saudara, sahabat dan seseorang yang

selalu mendoakan dan memberikan dorongan semangat kepada penulis. 5. Rita Kharismawati Hidayat dan Restu Siti Humaira yang selalu memberikan semangat kepada penulis. 6. Sahabat- sahabat yang selalu memberikan dukungan kepada penulis. Semoga amal ibadah mereka mendapatkan balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis harapkan kritik dan saran yang membangun untuk lebih baik lagi. Bandung, Oktober 2010

Penulis

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI . DAFTAR TABEL . DAFTAR GAMBAR . BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah . 1.2.Tujuan .

BAB II TINJAUAN PUSTAKA . 2.1. Deskripsi cabai paprika (Capsicum annum ) 2.2. Deskripsi kontruksi screenhouse/ greenhouse . 2.3. Sistem pengairan screenhouse/ greenhouse ... BAB III METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN 3.1. Waktu dan tempat praktik kerja lapangan . 3.2. Alat praktik kerja lapangan ... 3.3. Bahan praktik kerja lapangan 3.4. Metode praktik kerja lapangan .. 3.5. Prosedur praktik kerja lapangan BAB IV PROFIL PERUSAHAAN 4.1. Sejarah perusahaan 4.2. Struktur organisasi . 4.3. Bidang usaha . 4.4. Visi dan misi perusahaan . 4.4.1. Visi .. 4.4.2. Misi . 4.5. Lokasi perusahaan ......

4.6. Bagian/departemen ...... 4.7. Manajemen usaha 4.8. Jumlah tenaga kerja . BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil . 5.2. Pembahasan .. 5.2.1. Sewa Lahan ...... 5.2.2. Pembangunan Screenhouse 1000 m2 . 5.2.2.1. Persiapan Bahan dan Rancangan Kontruksi Bangunan ..a. Analisa harga Kebutuhan bahan kontruksi bangunan screenhouse.. b. Kontrusi kerangka bangunan dan tipe screenhouse

5.2.2.2. Prinsip Kerja Kontruksi Bangunan . 5.2.3. Pemasangan Instalasi Drip Irrigation . 5.2.3.1. Persiapan bahan dan design sistem Instalasi Drip Irrigation.a. Analisa Harga Kebutuhan Bahan Instalasi Drip Irrigation. b. Design/ model sistem irigasi .

5.2.3.2. Sistem Kerja Instalasi Drip Irrigation. 5.2.4. Analisis usaha.. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN .. 6.1. Kesimpulan . 6.2. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

DAFTAR TABEL Tabel1. Kandungan gizi buah cabai paprika segar

halaman

dalam setiap 100 g bahan yang dapat dimakan.2. Syarat iklim optimal sayuran dengan system hidroponik 3. Alat praktik kerja lapangan .. 4. Bahan praktik kerja lapangan 5. Daftar kebutuhan kontruksi .. 6. Daftar kebutuhan irigasi

DAFTAR GAMBAR Gambar halaman

1. Tiang Penyanggah tampak depan 2. Tiang utama tampak dalam .. 3. Tampak atas atau atap .. 4. Model greenhouse . 5. Alur sistem kerja irigasi

BAB I PENDAHULUAN 1.3. Latar Belakang Masalah Pertambahan penduduk menyebabkan bahan pangan turut meningkat

pula, termasuk di dalamnya permintaan terhadap sayuran sebagai sumber bahan pangan nabati. Peningkatan permintaan bahan pangan nabati tersebut akan mendorong pengembangan usaha pertanian yang lebih intensif. Usaha pertanian yang memanfaatkan sumber daya lokal, baik sumber daya alam maupun sumber daya manusia dalam jumlah besar akan mampu memberikan kontribusi yang sangat berarti bagi kelangsungan perekonomian bangsa sehingga sektor pertanian menjadi basis untuk memperkuat perekonomian bangsa sekaligus sebagai salah satu upaya untuk mensejahterakan masyarakat petani Indonesia yang merupakan mayoritas dari jumlah penduduk dan sebagian besar merupakan golongan ekonomi menengah ke bawah. Kegiatan pembangunan pertanian yang mencakup tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan, diarahkan pada pertanian yang maju, rasional, efisien, dan tangguh. Pertanian tersebut didirikan dengan penggunaan teknologi yang maju dan berwawasan lingkungan, sistem pengelolaan yang berorientasi bisnis dan berkelanjutan, penggunaan faktor produksi yang padat modal, berwawasan lingkungan yang bersih dan terkendali, serta didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas.

Pengembangan usaha dalam sektor pertanian hortikultura diantaranya adalah budidaya tanaman paprika dalam screenhouse. Budidaya tanaman sayuran dalam screenhouse, memiliki beberapa kelebihan seperti pengaruh perubahan cuaca yang cukup ekstrim dapat diminimalisir, kondisi lahan (media tanam) yang dapat diatur sedemikian rupa, penyerapan nutrisi (pupuk) yang optimal, system irigasi (pengairan) yang teratur dan efisien mengunakan system Drip irigation atau irigasi tetes, yaitu sebuah sistem yang menggunakan tabung dan drippers untuk mengantarkan air pada tekanan rendah langsung ke akar tanaman. Hal ini untuk mencegah tanaman tergenang air, pasokan air irigasi tetes akan mengalir setetes demi setetes dengan kecepatan sangat pelan, sehingga jumlah air untuk masing-masing tanaman dapat dikontrol dengan tepat untuk pertumbuhan maksimum. Sistem irigasi tetes menghilangkan sebagian besar kehilangan air akibat penguapan, limpasan, overspray, erosi dan angin. Sistem irigasi tetes memiliki efisiensi hingga 95% dibandingkan dengan sistem manual yang memiliki efisiensi 50 hingga 65% untuk biaya overhead penyiram. Dengan sistem ini akan menghemat penggunaan air untuk menyiram tanaman, banyak sekali menghemat waktu dan uang karena tidak perlu menyiram air berlebihan setiap waktu yang hal ini akan sangat memboroskan pasokan air dan membuat tanaman rusak. Sehingga kualitas dan kontinuitas produksi akan terjaga dengan baik, serta pengendalian hama penyakit dapat ditekan seminimal mungkin. Selain itu produktifitas tanaman dapat lebih tinggi dibandingkan pada lahan luar.

Budidaya tanaman sayuran (hortikultura) dalam screenhouse merupakan kegiatan usaha padat modal dan dibutuhkan keahlian (skill) yang cukup memadai, sehingga sulit dilakukan/dijalankan oleh petani biasa (tradisional), hal ini berdampak pada stabilitas harga yang relative stabil dan lebih menguntungkan. (Ndroe, 2010) Cabai paprika (capsicum annum) merupakan tanaman hortikultura yang dimanfaatkan untuk keperluan pangan. Selain itu cabai paprika juga digunakan dalam industri farmasi untuk membuat ramuan obat-obatan, kosmetik, pewarna bahan makanan. Cabai paprika merupakan tanaman komoditas sayuran yang penting, yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masayarakat sehari-hari. Pemanfaatannya sebagai bahan baku industri menjadikan cabai paprika sebagai komoditas yang bernilai ekonomis tinggi dan mempunyai peluang bisnis yang cerah. Selain digunakan untuk konsumsi rumah tangga dan masakan luar negeri, berbagai kelompok industri pengolahan makanan yang menggunakan cabai paprika sebagai bahan baku utama/bahan campuran antara lain : industri mie, bihun, kecap, kerupuk, emping, karak,dan sebagainya . Oleh sebab itu penulis ingin mengetahui analisis biaya produksi budidaya agribisnis tanaman paprika sebagai produk budidaya sayuran ekslusif dalam screenhouse yang mampu bersaing baik dari segi kualitas, kuantitas, kontinuitas, harga maupun pelayanan berkualitas export. Tujuan Tujuan PKL adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan wawasan penulis mengenai usaha agribisnis pertanian

hortikultura yang lebih baik dengan memperhatikan kualitas, kuantitas dan kontinuitas2. Meningkatkan keahlian dan pemahaman penulis lebih jauh mengenai

penggunaan system hidroponik dalam budidaya agribisnis3. Mampu menganalisis faktor-faktor yang dibutuhkan dalam sebuah

budidaya agribisnis, salah satunya analisis biaya produksi

instalasi

bangunan screenhouse/ greenhouse dan drip irigation pada budidaya paprika ( capsicum annum )4. Memperluas networking antara perguruan tinggi dengan perusahaan Totall

Cantigi Farm (TCF) dan menjalin tali silaturrahmi yang kuat dengan penulis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Deskripsi cabai paprika (Capsicum annum ) Cabai paprika (capsicum annum var. Grossum) termasuk family terungterungan (solanaceae). Tanaman ini termasuk golongan tanaman semusim atau tanaman berumur pendek. Tanaman cabai paprika tumbuh sebagai perdu atau semak, dengan ketinggian mencapai 4 meter. Klasifikasi tanaman cabai paprika dalam ilmu tumbuhan, sistematika (taksonomi) tanaman cabai paprika adalah sebagai berikut : Divisi Subdivisi Kelas Ordo Famili Genus Spesies Varietas : Spermathophyta (Tanaman berbiji) : Angiospermae (Biji berada didalam buah) : Dicotyledonae (Biji berkeping dua atau biji belah) : Solanales : Solanaceae (Terung-terungan) : Capsicum : Capsicum Annum : Grossum

( Bambang cahyono, 2007 )

Agar tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi, tanaman cabai paprika memerlukan temperature 21o C - 27 o C pada siang hari dan 13o C - 16 o C pada malam hari. Dan tanaman paprika memerlukan kelembaban udara sekitar 80%. Curah hujan 250 mm/bulan ketinggian tempat 700 m dpl 1500 m dpl. Dan cahaya matahari, pada masa awal fase pertumbuhan, tanaman cabai paprika memerlukan intensitas cahaya matahari yang rendah. Penyinaran secara langsung dengan intensitas cahaya yang tinggi dapat mematikan tanaman (bibit). Oleh karena itu, pada masa awal pertumbuhan, tanaman cabai harus diberi naungan. (Schoch (1972) yang dikutip iman harjono (1994). (Hal 13&32) Cabai paprika mengandung zat oleoresin yang dapat diperoleh dengan cara ekstraksi menggunakan pelarut organik, misalnya alkohol dan heksan. Di industri pangan, oleoresin paprika banyak digunakan sebagai pewarna bahan makanan. Pewarna oleoresin memiliki ketahanan panas yang lebih baik dibandingkan dengan pewarna makanan lainnya dan dapat digunakan pada kisaran pH yang luas yakni antara 1-9. Selain itu oleoresin paprika juga lebih ekonomis, memiliki flavor yang kuat dan dapat dikontrol serta lebih bersih. ( Bambang cahyono, 2007) Pada umumnya, cabai paprika mengandung 0,1 % - 1% rasa pedas, yang disebabkan zat capsaicin dan dihidrocapsaicin yang terkandung dalam buahnya. Tabel 1: Kandungan gizi (komposisi kimia) buah cabai paprika segar dalam setiap 100 g bahan yang dapat dimakan

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Kalori Protein Lemak Karbohidrat Kalsium Fosfor Zat besi Vitamin A Vitamin B-1 Vitamin B-2 Vitamin C Niasin

Jenis zat -0.90 0,30 4,40 7,00 g g g

Kadar

mg

22,00 mg 0,40 mg

22,00 IU 540,00 mg 0,02 mg

160,00 mg 0,40 mg

Sumber : Tabel Of Representative Value Of Food Commonly Used In Tropical Countries (1982) dalam Imam Harjono, 1994.

2.2. Deskripsi kontruksi screenhouse/ greenhouse Rumah kaca (atau rumah hijau) adalah sebuah bangunan di mana tanaman dibudidayakan. Sebuah rumah kaca terbuat dari gelas atau plastik yang menjadi panas karena radiasi elektromagnetik yang datang dari matahari memanaskan tumbuhan, tanah, dan lainnya di dalam bangunan. (Wikipedia, 2010) Greenhouse dalam istilah disini adalah suatu bangunan atau rumah yang dirancang sedemikian rupa untuk menaungi tanaman dengan menggunakan atap kaca atau plastik transparan agar dapat meneruskan cahaya matahari yang optimal, banyak juga yang menyebut screenhouse. Greenhouse biasanya dibangun pada ketinggian 500-1500 M dpl, walaupun pada ketinggian dibawah 500 M dpl masih

bisa,

tetapi

biasanya

kurang

optimal

produksinya,

misalnya

dalam

penyiraman/pemberian nutrisi akan lebih banyak volumenya dibandingkan dengan dataran tinggi, ini disebabkan intensitas penyinaran dan suhu didataran rendah lebih tinggi dibandingkan dengan dataran tinggi, sehingga

evapotranspirasipun tinggi. Greenhouse yang dibangun pada ketinggian dibawah 500 M dpl biasanya untuk Nursery/pembibitan, penelitian, atau untuk perikanan dan sejenisnya.

Bahkan di Negara lain, greenhouse sudah banyak di pakai untuk atap pengeringan industri pertanian. Jenis plastik yang biasa digunakan sebagai atap greenhouse yang kuat terhadap faktor iklim antara lain plastik UV, plastik film, polyethylene dan fiberglass. Plastik UV adalah plastik yang dilapisi bahan kimia tertentu, sehingga dapat menahan sinar ultraviolet yang berlebihan tanpa merusak tanaman. Untuk kebutuhan jenis plastik yang umum diperdagangkan di Indonesia adalah jenis plastik UV 6%, 8%, dan 12%, dengan ketebalan sekitar 150 -200 micron. (Edi sugiyanto, 2009) Plastik UV yang tersedia dipasaran bermacam-macam dan di kelompokan berdasarkan atap greenhouse yang menggunakan plastik UV, terdapat Angkaangka persen UV seperti 6%, 12% dan 14% itu berarti banyaknya kandungan bahan kima yang terkandung, semakin banyak bahan kima ada, semakin besar pula kemampuan plastik UV untuk menahan sinar. Disekeliling greenhouse sebaiknya dipasang dinding pengaman. dinding pengaman ini berfungsi melindungi tanaman dari berbagai gangguan yang datang dari luar, yang sifatnya dapat merugikan pertumbuhan tanaman. Contohnya mencegah masuknya

serangga. Dinding pengaman ini yang biasa dipakai adalah sejenis screen, polynet, dsb. (Edi sugiyanto, 2009) Bentuk Greenhouse selalu mengikuti struktur kerangka yang dibuat. Kekuatan atau kekokohan tersebut selain ditentukan dari pemilihan bahan material yang digunakan, juga tergantung dari model struktur kerangka yang dibuat. Bentuk greenhouse yang umumnya digunakan di Indonesia antaralain, piggy back system (joglo), dan tunnelhouse. Bentuk piggy back system adalah bentuk seperti rumah biasa dengan tambahan atap kecil di bagian atasnya. Tambahan tersebut berfungsi sebagai ventilator, akibatnya hawa panas yang ada di dalam greenhouse akan tertekan keluar melalui lubang di atas. Tunnelhouse adalah greenhouse yang terbentuk seperti terowongan, bagian atap melengung setengah lingakaran. Bentuk dan ukuran greenhouse bisa mempengaruhi temperatur dan kelembaban di dalamnya, dengan demikian akan berpengaruh juga terhadap pertumbuhan tanaman. Misalnya, tinggi greenhouse akan berperan dalam menciptakan perbedaan suhu di luar dan di dalam greenhouse, sedangkan lebar dan panjangnya berperan terhadap kekuatan greenhouse. Oleh karena itu, supaya tidak terjadi perbedaan yang ekstrim antara suhu di dalam dan di luar greenhouse, maka greenhouse di buat sedemikian rupa sesuai dengan keadaan setempat, sehingga sirkulasi udara yang masuk dan keluar dapat berjalan dengan baik. Bentuk dan ukuran greenhouse biasanya harus mempertimbangkan curah hujan, kecepatan angin dan jenis tanaman yang akan di tanam.

Syarat ketinggian, suhu, RH, sinar matahari pada dasarnya sayuran & bunga dengan system hidroponik dapat tumbuh pada semua dataran di Indonesia, tetapi karena hidroponik komersial dengan menggunakan Greenhouse, maka faktor iklim yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah, suhu, intensitas cahaya dan kelembaban (RH). Intensitas cahaya yang dibutuhkan adalah 5-7 jam per hari, tetapi diusahakan intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam greenhouse adalah 60-70 %. Tabel 2 : Syarat iklim optimal sayuran dengan sistem hidroponik :

Data : Edi sugiyanto, 2008

Untuk type iklim tersebut tersebar dari daerah Jawa Barat : Cipanas, Megamendung sekitar, Ciapus, Parung, Goalpara, Cugenang, Salabintana, Lembang, Pengalengan, Garut. Jawa Tengah :Ungaran, Wonosobo, Guci-Slawi. Jawa Timur: Nongkojajar, Batu-Malang. Bali, Lombok, Berastagi-Medan, Malakaji-Sulsel, Tomohon. (Edi Sugiyanto, 2008).

2.3. Sistem pengairan screenhouse/ greenhouse Selain itu keberlangsungan hidup dan produk yang dihasilkan tanaman hidroponik tidak terlepas dari kerja sistem irigasi itu sendiri, karena irigasi bukan

hanya mensupply air untuk tanaman, akan tetapi air itu sendiri berperan membawa nutrisi/pupuk yang dibutuhkan tanaman, sebab tanaman yang menggunakan sistem hidroponik cenderung tidak dapat mencari unsur hara secara alami ke tanah, akan tetapi menggunakan media yang telah disesuaikan sehingga perlu adanya pasokan nutrisi yang selalu diberikan melalui irigasi tersebut. Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan pertaniannya. Dalam dunia modern saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat dilakukan manusia. Pada zaman dahulu jika persediaan air melimpah karena tempat yang dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mangalirkan air tersebut ke lahan pertanian. Namun demikian irigasi juga biasa dilakukan dengan membawa air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu-persatu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram. Sebagaimana telah diungkapkan, dalam dunia modern ini sudah banyak cara yang dapat dilakukan untuk melakukan irigasi dan ini sudah berlangsung sejak Mesir Kuno. Di lahan kering, air sangat langka dan pemanfaatannya harus efisien. Jumlah air irigasi yang diberikan ditetapkan berdasarkan kebutuhan tanaman, kemampuan tanah memegang air, serta sarana irigasi yang tersedia. Ada beberapa sistem irigasi untuk tanah kering, yaitu:

(1) irigasi tetes (drip irrigation), (2) irigasi curah (sprinkler irrigation), (3) irigasi saluran terbuka (open ditch irrigation), dan

(4) irigasi bawah permukaan (subsurface irrigation).

(Wikipedia, Agustus 2010) Sistem irigasi tetes adalah sebuah sistem yang menggunakan tabung dan drippers untuk mengantarkan air pada tekanan rendah langsung ke akar tanaman. Hal ini untuk mencegah tanaman tergenang air, pasokan air irigasi tetes akan mengalir setetes demi setetes dengan kecepatan sangat pelan dan mempertahankan tanah udara yang diperlukan oleh akar tanaman untuk pertumbuhan yang sehat. Jumlah air untuk masing-masing tanaman dapat dikontrol dengan tepat untuk pertumbuhan maksimum. Sistem irigasi tetes menghilangkan sebagian besar kehilangan air akibat penguapan, limpasan, overspray, erosi dan angin.sistem irigasi tetes memiliki efisiensi hingga 95% dibandingkan dengan sistem manual yang memiliki efesiensi 50 hingga 65% untuk biaya overhead penyiram, dengan sistem ini kita akan menghemat penggunaan air untuk menyiram tanaman. Salah satu rahasia membuat tanaman subur dan sehat adalah dengan cara mengalirkan air yang sering sampai ke dalam akar. Sistem irigasi tetes sangat bagus digunakan untuk tanaman bunga, sayuran, pohon, semak dan tanaman rumah kaca, karena sistemnya yang terus menerus mengalirkan air tetes demi tetes. Sangat mudah untuk mengotomatisasi irigasi tetes dengan menambahkan digital timer. Digital timers can be set to turn on automatically at any time of day and for as long as necessary. Digital timer dapat diatur untuk mengaktifkan secara otomatis pada setiap saat selama diperlukan. Sistem irigasi tetes bekerja dengan tekanan rendah, volume

penyemprot rendah yang ideal untuk menjaga tanaman basah. Penggunaannya sangat mudah, dengan dilengkapi baterai untuk mengotomatiskan irigasi tetes yang dioperasikan dengan timer sehingga menghemat waktu. (Ndroe, Jan 2010)

BAB III METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN 3.1. Waktu dan tempat praktik kerja lapangan Praktik kerja lapangan dilaksanakan pada : Hari/ tanggal : Senin/05 Juli 2010 06 Agustus 2010 Tempat Garut. 3.2. Alat praktik kerja lapangan Tabel 3: Alat praktik kerja lapangan Alat Buku tulis Pulpen Pensil Kertas gambar Note book 1 buah 1 buah 1 buah 4 buah 1 buah Banyak : Di Desa Cikandang Lebak Kecamatan Cikajang Kabupaten

3.3. Bahan praktik kerja lapangan Tabel 4 : Bahan praktik kerja lapangan Screenhouse Bambu Plastik UV PE 13 PE 5 Irigasi drip

Plastik dinding Polinet Tali tambang Paku

Pipa Stop kran Drum HNO3

3.4. Metode praktik kerja lapangan 1. Pengumpulan data : a. Observasi langsung b. Wawancara c. Diskusi d. Studi literatur 3.5. Prosedur praktik kerja lapangan 1. Objek Objek praktik kerja lapangan di budidaya tanaman hidroponik di Totall Cantigi Farm (TCF), Garut. 2. Pengumpulan dataa. Observasi mengumpulkan dengan mengambil data langsung dan

terlibat dilapangan.b. Wawancara dilakukan denagn melontarkan beberapa pertanyaan

yang berkaitan langsung dengan data yang dibutuhkan di lapangan.

c. Diskusi dilakukan dengan pembimbing lapangan dan rekan kerja dari universitas untuk mendapatkan data dan informasi yang lengkap sebagai literature pembuatan laporan hasil kerja lapangan. d. Studi literatur dicari melalui sumber-sumber tertulis dan elektronik seperti buku pedoman dan internet. 3. Penulisan laporan Laporan disusun berdasarkan panduan peraktik kerja lapangan program studi agroteknologi fakultas sains dan teknologi UIN SGD Bandung.

BAB IV PROFIL PERUSAHAAN 4.1. Sejarah perusahaan Totall Cantigi Farm (TCF) merupakan bagian dari kelompok tani Cantigi, dan berada dalam lingkup Gapoktan Bina Taruna Tani Mandiri, dimana usaha tani yang dijalankan oleh TCF merupakan usaha tani pada sayuran ekslusive. Kelompok tani Cantigi terbentuk sejak tahun 1998, dengan ketua kelompok Ir.Iyep Risa Winaya (Ketua Gapoktan Bina Taruna Mandiri). Kelompok tani Cantigi selama kurun waktu 1998 sampai sekarang banyak bergelut pada budidaya tanaman lahan luar seperti tomat, cabe, kentang, kol, selada, wortel, dan lainlain. Sementara usaha budidaya tanaman sayuran pada lahan dalam (menggunakan screenhouse) sudah dimulai sejak tahun 1997, dimana komoditi yang diandalkan selama ini adalah paprika. Kegiatan lain yang dilakukan oleh TCF adalah tempat penelitian beberapa instansi pemerintah terkait, dalam hal ini Dinas Pertanian Kabupaten Garut, BPTP, BSBI, BBI, dan lainlain. Selain itu, setiap tahun TCF menjadi lokasi PKL, Studi Banding, dan magang beberapa instutusi pendidikan diantaranya adalah sekolah SPMA Tanjungsari, SPMA Garut, mahasiswa APT, UNPAD, UNWIM, UIN Sunan Gunung djati Bandung, UNIGA, dan lainlain. Selama menjalankan usaha budidaya tanaman sayuran lahan luar dan lahan dalam TCF menjalin mitra kerjasama dengan beberapa supplier diantaranya adalah PT. Saung Mirwan (Bogor), PT. Alamanda, PT. Bimandiri, Amazing, dan

lainlain. Dengan semakin meningkatnya permintaan pasokan sayuran dari mitra mitra tersebut, maka TCF berusaha meningkatkan skala usaha guna memenuhi permintaan. Saat ini TCF memiliki luas tanam pada lahan luar kurang lebih sekitar 2,5 hektar dengan status hak milik pribadi dan sewa. Selebihnya merupakan usaha kemitraan dengan petanipetani binaan. Sementara untuk lahan dalam, TCF memiliki 3 buah screen house dengan luas 3000 m 2 . Adapun usaha budidaya yang menjadi fokus dari program TCF adalah budidaya tanaman paprika pada lahan dalam (menggunakan screenhouse), karena berdasarkan pengalaman selama 1997 sampai saat ini, usaha budidaya pada lahan dalam relative sangat stabil dan menguntungkan. Di dalam team TCF terdiri dari SDMSDM yang berkualitas dan berpengalaman baik dalam hal budidaya tanaman sayuran, pengendalian hama dan penyakit, analisa usaha, hingga manajemen investasi yang dapat diandalkan dengan tujuan profitable dan sustainable. Berikut adalah profil anggota TCF team : 4.2. Struktur organisasi

4.3. Bidang usaha Komoditi yang diandalkan di Totall Cantigi Farm (TCF) adalah paprika. Sementara usaha budidaya tanaman sayuran pada lahan luar seperti : tomat, cabe, kentang, kol, selada, wortel, dan lainlain. 4.4. Visi dan misi perusahaan 4.4.1. Visi : Mewujudkan usaha tani yang maju, mandiri, dan professional dengan menjalin mitra kerjasama strategis. 4.4.2. Misi : Mengembangkan usaha pertanian yang sudah berjalan menjadi lebih baik dalam hal kualitas, kuantitas, dan kontinuitas. 4.5. Lokasi perusahaan Lokasi budidaya tanaman sayuran ekslusive tersebut bertempat di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut, Propinsi Jawa Barat, Indonesia. Kecamatan Cikajang terletak di sebelah selatan kota Kabupaten Garut, terletak diantara kaki gunung Cikuray dan Papandayan. Jarak dari ibukota Kabupaten Garut adalah 25 Km, dan 85 Km jarak dari ibukota Propinsi Jawa Barat, yaitu Bandung. Sementara apabila dari Ibukota Jakarta terpaut jarak 220 Km. Dengan lokasi di antara dua kaki gunung, Kecamatan Cikajang memiliki keunggulan dan kondisi iklim yang menunjang untuk perkembangan pertanian dan peternakan. Ketinggian tempat wilayah Kecamatan Cikajang berkisar antara 900 1300 m dpl sehingga memiliki suhu dingin dengan kisaran 15 0 27 0 C untuk suhu siang dan 5 0 18 0 C untuk suhu malam. Topografi Kecamatan

Cikajang hampir 90% berbukit dan bergelombang dengan kemiringan lereng 15% 60% dan 10% topografinya datar. Kondisi tanah di Kecamatan Cikajang relative subur karena merupakan bentukan dari pasir dan material vulkanik muntahan gunung berapi. Dengan jenis tanah sebagian besar andosol dan juga latosol serta podsolik merah kuning yang kaya akan unsur hara. Struktur tanah sebagian besar kasar dengan tekstur pasir berlempung juga banyak mengandung monmorillonit. Dengan kondisi agro ekologi seperti tersebut di atas, maka Kecamatan Cikajang memiliki keuntungan lain yaitu merupakan daerah akumulasi bentukan hujan karena terletak pada dua lembah kaki gunung, sehingga intensitas hujan relative tinggi. Berdasarkan klasifikasi Schmidt & Ferguson, Kecamatan Cikajang termasuk ke dalam wilayah tipe B yaitu tipe basah. Ratarata lama penyinaran 89 jam per hari, kondisi ini sangat baik untuk pertumbuhan tanaman karena memperoleh suplai air dan sinar matahari yang mencukupi.

4.6. Bagian/departemen 1. Teknik dan manajemen lapangan

Budidaya ,penanggulangan hama/penyakit dan panen Menentukan semua keputusan di lapangan

2. Perencanaan strategis dan Pelaporan

Membuat perencanaan program dalam satu periode tanam ( awal

tanam-pascapanen- pasar) Membuat pelaporan rutin kondisi usaha

3. Pascapanen dan pemasaran Mencari peluang pasar dan business deal Packaging dan transportasi

4. Kemitraan dan Humas Menjalin mitra usaha dan menterjemahkan program kepada mitra Menjalin kerjasama dan hubungan baik dengan mitra serta

masyarakat sekitar 5. Pengembangan dan analisa usaha Monitoring dan evaluasi usaha Mencari peluang usaha strategis serta akses permodalan

6. Administrasi dan Keuangan Melakukan sistem administrasi Memenajemen keuangan

4.7. Manajemen usaha

Investor

Pengembang an & Analisa Usaha

Administra si & Keuangan

Pasca Panen & Pemasaran

Perencana an Strategis & Pelaporan

Kemitraan & Humas

Teknik & Manajemen Lapangan

4.8. Jumlah tenaga kerja

Jumlah tenaga kerja inti di Totall Cantigi Farm (TFC) sebanyak 13 orang pegawai tetap dan beberapa tenaga kerja harian1. Teknik dan Manajemen lapangan 2. Perencanaan strategis dan Pelaporan 3. Pascapanen dan Pemasaran 4. Kemitraan dan Humas 5. Pengembangan dan Analisa Usaha 6. Administrasi dan Keuangan 7. Tenaga Pemeliharaan

: 1 orang : 1 orang : 1 orang : 1 orang : 1 orang : 1 orang : 7 orang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil 5.1.1. Biaya produksi/ investasi Jumlah total pembangunan screenhouse Jumlah total pemasangan drip irrigation Biaya alat bantu kontruksi dan instalasi Total kontruksi dan irigasi Total Biaya Keperluan Budidayaa.

Rp. 21.462.000 Rp. 11.317.500 Rp. 850.000

Rp. 33.629.000

Total kontruksi dan irigasi

Rp. 33.629.000

b. Sewa lahan Per 1000 m2

periode 5 tahun

Rp. 4.750.000

c. Total biaya oprasional budidaya

Rp. 21.246.500 = Rp. 59.625.500

Biaya Total Keseluruhan (a+b+c) 5.2. Pembahasan

Cabai paprika (capsicum annum) merupakan tanaman hortikultura yang dimanfaatkan untuk keperluan pangan. Cabai paprika merupakan tanaman komoditas sayuran yang penting, yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masayarakat sehari-hari. Pemanfaatannya sebagai bahan baku industri menjadikan cabai paprika sebagai komoditas yang bernilai ekonomis tinggi dan mempunyai peluang bisnis yang cerah. Selain digunakan untuk konsumsi rumah tangga dan masakan luar negeri, berbagai kelompok industri pengolahan makanan yang menggunakan cabai paprika sebagai bahan baku utama/bahan campuran. Secara umum tanaman ini memerlukan temperatur 21o C - 27 o C pada siang hari dan 13o C - 16 o C pada malam hari. Dan tanaman paprika memerlukan kelembaban udara sekitar 60%-80%. Curah hujan 250 mm/bulan ketinggian tempat 700 mdpl 1500 m dpl. Penyinaran 8-12 jam/ hari (long day plant). Dalam budidaya paprika, diperlukan keterampilan untuk menerapkan pengetahuan dan teknik budidaya yang sesuai dengan daya duknung agroekosistem, dengan tinjauan berbagai aspek agronomis dan agroekonomi. Keterampilan yang kurang dan pengetahuan yang tidak memadai tentang cabai aprika yang dibudidayakan dapat menyebabkan kegagalan dan kerugian yang besar. Selain keterampilan dan pengetahuan, dalam membudidayakan cabai paprika sangat dibutuhkan juga modal usaha yang cukup memadai. (Bambang, 2007)

Berbagai

aspek

agronomi

yang

harus

diperhatikan

dalam

membudidayakan cabai paprika dengan sistem hidroponik dalam memulai membuka peluang usaha disektor ini antara lain : pembangunan screenhouse, pembibitan/penyemaian Pemilihan lokasi dan benih, penanaman,

penyiraman, pemeliharaan, pemberian nutrisi, pengendalian hama dan penyakit tanaman, pemanenan, pasca panen. Dalam usaha budidaya paprika hidroponik tidak terlepas dari tiga modal utama yang harus terpenuhi yaitu :

Pemilihan lokasi Pembangunan screen/green house Sistem instalasi irigasi yang digunakan Hal diatas menjadi dasar dalam budidaya paprika, karena tiga aspek diatas

merupakan modal penting yang harus terpenuhi agar tanaman tersebut tumbuh dengan baik dan berproduksi tinggi. Sebab dalam usaha budidaya paprika pemilihan lokasi, pembangunan screenhouse dan instalasi irigasi merupakan modal yang cukup besar pengeluarannya akan tetapi hanya satu kali pengeluaran dan dapat digunakan secara kontinuitas. Khususnya pembangunan screenhouse yang akan mempengaruhi terhadap syarat pertumbuhan tanaman paprika dari mulai permukaan tanah, sumber air, ketinggian tempat, curah hujan, suhu/ temperature, kelembaban dan penyinaran. 5.2.1. Sewa Lahan

Per 1000 m2 periode 5 tahun musim tanam Rp. 4.750.000

5.2.2. Pembangunan Screenhouse 1000 m2 5.2.2.1. Persiapan Bahan dan Rancangan Kontruksi Bangunana. Analisa harga Kebutuhan bahan kontruksi bangunan screenhouse

Tabel 5 : Daftar kebutuhan kontruksi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Bahan Bambu all grade Plastik UV Plastik dinding (8 mm) Polinet Mulsa Paku all grade Tali kain Kawat bentang Tambang kecil Karet cemped Upah Tenaga Kerja Satuan Batang Kg Kg Rol Rol Kg Rol Kg Rol Ikat HOK Jumlah TotalKeterangan : Masa Ekonomis Screen House 5 Tahun ( 5 Periode ) Nilai Depresiasi Bangunan Screen Setiap Periode : Rp. 21.462.000 : 5 (Periode) = Rp. 4.292.400

Banyak 1650 250 50 3 2 40 6 35 4 5 30

Harga 5000 32000 22000 3500 420000 9000 12000 19000 85000 22000 40000

Jumlah 8.250.000 8.000.000 1.100.000 525000 840000 360000 72000 665000 340000 110000 1.200.000 21.462.000

b. Kontrusi kerangka bangunan dan tipe screenhouse

Gambar 1 : Tiang Penyanggah tampak depan Tiang dasar Menggunakan pasak untuk menyambungkan bambu satu ama lain sehingga tidak mudah goyang terdiri dari : Tiang utama, tiang ke-2 dan ke-3, palang dada, palang dinding, atap 1 dan atap 2, juga bentangan siku-siku yang menjadikan bangunan tersebut kaut. Bagian depan ini sama halnya seperti bagian belakang, hanya tidak terdapat rangka untuk pintu masuk.

Gambar 2 : Tiang utama tampak dalam

Gambar 3 : Tampak atas atau dua atap 5.2.2.2. Prinsip Kerja Kontruksi Bangunan Greenhouse dalam istilah disini adalah suatu bangunan atau rumah yang dirancang sedemikian rupa untuk menaungi tanaman dengan menggunakan atap kaca atau plastik transparan agar dapat meneruskan cahaya matahari yang optimal, banyak yang menebut juga screenhouse. (Edi Sugiyanto, 2008) Bentuk dan design kontruksi greenhouse atau screenhouse yang digunakan adalah bentuk piggy back system atau disebut juga sistem monitor yang memiliki atap dua tingkat. Bentuknya seperti rumah biasa dengan tambahan atap kecil di bagian atasnya. Tambahan atap tersebut berfungsi sebagai ventilator atau sirkulasi udara, akibatnya hawa panas yang ada di dalam greenhouse akan tertekan keluar melalui lubang di atas, sehingga sirkulasi udara yang masuk dan keluar dapat berjalan dengan baik. Berbeda dengan penggunaan screenhouse berbentuk Tunnelhouse yaitu greenhouse yang terbentuk seperti terowongan, bagian atapnya melengung setengah lingkaran, kecil sekali sirkulasi untuk menekan temperatur berlebihan didalam screenhouse tersebut.

Model piggy back system atau monitor (dua atap)

Gambar 4 : model greenhouse

Model Tunnelhouse system

Model satu atap

Karena bentuk dan ukuran screenhouse bisa mempengaruhi temperatur dan kelembaban di dalamnya, dengan demikian akan berpengaruh juga terhadap pertumbuhan tanaman dan mesti diperhatikan betul-betul akan pengaruh yang dapat ditimbulkan dari kontruksi bangunannya. Pengunaan model screenhouse seperti, tinggi screenhouse akan berperan dalam menciptakan perbedaan suhu di luar dan di dalam screenhouse, sedangkan lebar dan panjangnya berperan terhadap kekuatan screenhouse. Oleh sebab itu, supaya tidak terjadi perbedaan yang ekstrim antara suhu di dalam dan di luar screenhouse, maka screenhouse di buat sedemikian rupa sesuai dengan keadaan iklim setempat, sehingga bentuk dan ukuran screenhouse biasanya harus mempertimbangkan curah hujan, kecepatan angin dan jenis tanaman yang akan di budidayakan. 5.2.3. Pemasangan Instalasi Drip Irrigation 5.2.3.1. Persiapan bahan dan design sistem Instalasi Drip Irrigation a. Analisa Harga Kebutuhan Bahan Instalasi Drip Irrigation

Tabel 6 : Daftar kebutuhan irigasi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Bahan Toren Drum Pe 13 mm Pe 5 mm Take off, grommet, end plugh Regulating stick Nepel Stop kran Mesin jet pomp Pipa all grade(1/2,1/4,1,2)

Satuan Buah Buah m m Set Buah Buah Buah Unit Length

Banyak 1 1 650 650 30 1300 1300 5 1 15

Harga 1.200.000 150000 3500 850 15000 1500 350 22000 800000 20000 275000 40000

Jumlah 1.200.000 150000 2275000 552500 450000 1.950.000 455000 110000 800000 300000 275000 2.800.000 11.317.500

Skrin filter Biaya pasang

Buah 1 HOK 7 Jumlah Total

Bak

airSumber

Tore n

air

b. Design/ model sistem irigasi

Mesin pompa

Polibag sleep Regulating

Filt er

Polibag Stop kran single

stickNep el

Pe 5

Grom et

Take off

Pe 13

End plugh

P i p a

Gambar 5 : Alur sistem kerja irigasi Sistem instalasi drip irrigation/ irigasi tetes dengan dua media yang digunakan yaitu media menggunakan polibag single biasanya digunaan untuk doble row dan media yang menggunakan polibag sleep lebih mudah dalam aklimatisasi tanaman dari polibag semai ke screenhouse 5.2.3.2. Sistem Kerja Instalasi Drip Irrigation Prinsip kerja dari Drip Irrigation atau irigasi tetes ini adalah sebuah sistem yang menggunakan tabung/ toren dan drippers untuk mengantarkan air dan nutrisi tanaman melalui pipa pada tekanan rendah langsung ke akar tanaman. Hal ini untuk mencegah tanaman tergenang air, pasokan air irigasi tetes akan mengalir setetes demi setetes langsng ke pusat akar dengan kecepatan sangat pelan dan mempertahankan tanah dan udara yang diperlukan oleh akar tanaman untuk pertumbuhan yang sehat. Jumlah debit air atau nutrisi untuk masing-masing tanaman dapat dikontrol dengan tepat untuk pertumbuhan maksimum. Keunggulan sistem irigasi tetes menghilangkan sebagian besar kehilangan air

disebabkan penguapan, limpasan, overspray, erosi dan angin. Sehingga dengan menggunakan sistem ini kita akan banyak sekali menghemat waktu dan uang karena kita tidak perlu menyiram air berlebihan setiap waktu yang hal itu akan sangat memboroskan pasokan air dan membuat tanaman menjadi rusak. Ketimbang memanfaatkan gaya gravitasi bumi yang dalam prinsip kerjanya kurang begitu baik, dari segi waktu kurang efesien dan juga pasokan air atau nutris untuk tanaman relative tidak sama dan cenderung adanya kelebihan air pada setiap tanamannya. karena permukaan tanah yang tidak rata, sedangkan untuk menggunakan sistem drip irrigation diperlukan permukaan tanah yang rata, sehingga ketika air yang didorong oleh mesin pompa akan mudah mengalir kecepatan dengan debit yang sama. Selain itu sistem ini dapat juga menggunakan digital timer, yaitu alat pemberian air yang dapat dikontrol secara otomatis sesuai waktu dan jumlah yang dibutuhkan oleh tanaman. Akan tetapi karna kendala keamanan maka Total Cantigi Farm hanya menggunakan sistem kalibrasi sederhana, yaitu dengan cara menyimpan gelas ukur secara acak disetiap sudut barisan tanaman sampai mencapai kebutuhan yang telah ditentukan untuk menghitung debit air yang dibutuhkan dan selanjutnya hanya menggunakan satu kontrol saja untuk biasa tahu berapa banyak debit air atau nutrisi yang diberikan pada tanaman setelah melalui proses kalibrasi tersebut. Oleh sebab itu perlu diketahui terlebih dahulu berapa banyak kebutuhan nutrisi atau air yang diperlukan oleh tanaman satu kali aplikasi. Contoh : untuk

satu periode tanam nutrisi yang dibutuhkan sebanyak 17 set nutrisi maka bila di perhitungkan : 17 x Rp.520000 (harga nutrisi) = Rp.8.840.000 (double row). Dan bila dihitung rata-rata kebutuhan nutrisi siap aplikasi per tanaman untuk single row adalah :

5.2.4. Analisis usaha

Biaya Total Biaya Screen + Irigasi + Operasional = Rp. 59.625.500 Biaya Produksi Per tanaman/Periode : Rp. 21.246.500 : 2500 pohon = Rp. 8.498,6

Hasil Taksasi Panen sesuai target (3 Kg/pohon) : Perkiraan Hasil Panen (Taksasi) 2500 pohon x 3 Kg = 7500 Kg Harga jual Rata-rata per Kg Paprika : Rp.10.000/Kg Pendapatan Kotor : 7500 Kg x Rp. 10.000 = Rp. 75.000.000

Nilai Depresiasi Bangunan Screen dan Sistem Irigasi = Rp. 4.292.400 Laba Tiap Periode : Pendapatan Kotor (Biaya Operasional Tanam + Depresiasi Screen House dan Irigasi) = Rp. 75.000.000 (Rp. 21.246.500 + 4.292.400) = Rp.75.000.000 Rp. 25.538.900 = Rp. 49.461.100

Zakat 5 % Rp. 49.461.100 x 5% = Rp. 2.473.055

Bila modal dari investasi maka : Laba Bersih Laba investor : Rp. 49.461.100 : 60% x Rp. 49.461.100 = Rp. 29.676.660

Laba Pengelola : 40% x Rp. 49.461.100 = Rp. 19.5784.440 Pendapatan investor tiap periode : Rp. 29.676.660 + Rp 4.292.400 = Rp 33.969.060 Persentase Laba Bagi Hasil untuk Investor : 44,03% BEP Investasi : Rp 59.625.500 : 33.969.060 = 1,75 Dimana BEP Modal Investasi tercapai setelah 1,75 Periode

BEP / Titik Impas Produksi Tiap Periode : Biaya Produksi per Pohon : Rp. 8.498,6

Harga Rata-rata Paprika per Kg : Rp. 10.000 BEP 8.498,6 : 10.000 = 0,8

Jadi, setiap pohon minimal harus mampu berproduksi rata-rata 0,8 Kg Per Pohon dengan harga jual rata-rata Rp. 10.000/Kg.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan Cabai paprika merupakan tanaman komoditas sayuran yang penting, yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masayarakat sehari-hari. Pemanfaatannya sebagai bahan baku industri menjadikan cabai paprika sebagai komoditas yang bernilai ekonomis tinggi dan mempunyai peluang bisnis yang cerah. Pengembangan usaha dalam sektor pertanian hortikultura budidaya tanaman paprika dalam screenhouse, memiliki beberapa kelebihan seperti pengaruh perubahan cuaca yang cukup ekstrim dapat diminimalisir, kondisi lahan (media tanam) yang dapat diatur sedemikian rupa, penyerapan nutrisi (pupuk) yang optimal, sistem irigasi (pengairan) yang teratur dan efisien mengunakan system Drip irrigation atau irigasi tetes, yaitu sebuah sistem yang menggunakan tabung dan drippers untuk mengantarkan air pada tekanan rendah langsung ke akar tanaman.

Bentuk dan design kontruksi greenhouse atau screenhouse yang biasa digunakan bermacam-macam diantaranya :

Bentuk piggy back system atau disebut juga sistem monitor yang memiliki atap dua tingkat, dengan tambahan atap kecil di bagian atasnya. Tambahan atap tersebut berfungsi sebagai ventilator atau sirkulasi udara. Dan bentuk ini sering sekali digunakan.

Bentuk Tunnelhouse yaitu greenhouse yang terbentuk seperti terowongan, bagian atapnya melengung setengah lingkaran.

6.2. Saran 1. Agar memperoleh perhitungan yang tepat dari biaya produksi kebutuhan kontruksi dan instalasi irigasi, maka harga yang tercantum disesuaikan dengan wilayah tempat pembelian sarana produksi.2. Untuk memperoleh waswasan yang lebih luas lagi mengenai usaha di

bidang hortikultura, maka peserta PKL diharapkan lebih proaktif dalam setiap kegiatan yang berlangsung didalam atau diluar lapangan tempat PKL.3. Agar sistem kerja dari design/ model kontruksi dan sistem irigasi drip

dapat dipahami dengan jelas, maka perlu dibutakan gambar model 3D (Tiga dimensi). 4. Diperlukan analisis yang lebih real untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dan akurat.

DAFTAR PUSTAKA Bambang, C. 2007. Cabai paprika Teknik Budidaya Dan Analisis Usaha Tani . Cetakan ke 5. hal 9-13 dan 30-35. Kanisius. Yogyakarta. Ndroe. 2010. Sistem irigasi tetes. http://www.sukainternet.com/artikel/40/sistemirigasi-tetes. 25 Agustus 2010. 1:42 pm. Sugiyanto, E. 2008. Syarat Ketinggian, Suhu, RH, Sinar Matahari . www.ediskoe.blog.com. 25 Agustus. 1:47 pm. Sugiyanto, E. 2009. Greenhouse Kontruksi. www.ediskoe.blog.com. 25 Agustus 2010. 1:25 pm. Sugiyanto, E. 2010. Greenhouse. http://networkedblogs.com/mqIY. 25 Agustus 2010. 1:51 pm. Wikipedia. 2010. Rumah kaca. http://id.wikipedia.org/wiki/Rumah_kaca. 20 Agustus 2010. Wikipedia. 2010. Irigasi. http://id.wikipedia.org/wiki/Irigasi. 5 Agustus 2010. 1:37 pm.