Laporan Kelompok 6 ( KALIWANGLU KULON )

95
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemerintah melalui departemen kesehatan dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia, khususnya tenaga kesehatan dilakukan dengan ber Salah satu diantanya adalah program pendidikan tenaga kesehatan di berbagai pendidikan tenaga kesehatan. Akademi-akademi kesehatan Negeri dan Swasta dan poltekes dibawah lingkungan pusdiknakes Depkes RI maupun skala tingg atau program studi atau lurusan atau akultas perguruan tinggi diba pendidikan nasional, sebbagai institusi yang mendidik calon tenaga kesehatan IIImasupun S-I, berusaha untuk menghasilkan tenaga-tenaga kesehatan !perawat, perawat gigi, nutrisionis, sanitarian, analis kesehatan, bidan" proe memenuhi tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu dan merata. #hususnya di institusi pelayanan kesehatan baik di rumah sakit, klinik, lembaga pelayanan kesehatan lain, serta kepada masyarakat !komunitas umumnya. Dalam rangka memenuhi kriteria tenaga kesahatan yang berkualitas te mahasiswa kesehatan perlu mendapatkan berbagai pengalaman bela$ar secara lan nyata dilapangan dan dapat mengaplikasikan ilmunya dimasyarakat sehingga pada akhirnya dapat memberi konstribusi tercapainya tu$uan pendidikan yang telah dikurikulumnya masing-masing. Sesuaikurikulum berbasis kompetensi !#%#" tahun &''(, prosesbela$ar menga$ar pada progrma $en$ang SI keperawatan khususnya metode pengalaman be ceramah !pbc", pengalaman bela$ar diskusi !pbd", pengalaman bela$ar seminar pengalaman bela$ar praktek !pbk" ataupun pengalaman bela$ar lapangan dapat dilaksanakan dikelas, klinik dan komunitas atau masyarakat lan untuk kegiatan pengalaman bela$ar praktek lapangan !pbl", yang merup proses pembela$aran dilakukan agar dapat memiliki kompetensi yang sp mahasiswa dapat menetapkan semua ilmu yang telah diperolehdikelas !studi komprehensi", ke dalam suatu tatanan nyata di masyarakat, d kesehatan yang akan ditemui lebih kompleks untuk dilakukan pemecahan berdasarkan target kompetensi yang sudah ditentukan. Dengan demikian mahasiswa diharapkan akan mampu bela$ar mengatasi masal kesehatan tersebut melalui berbagaib inter)ensi keperawatan dengan menggunakan 1

description

laporan kelompok 6

Transcript of Laporan Kelompok 6 ( KALIWANGLU KULON )

BAB I PENDAHULUANA. LATAR BELAKANG Pemerintah melalui departemen kesehatan dalam mengembangkan kualitas sumber daya manusia, khususnya tenaga kesehatan dilakukan dengan berbagai cara. Salah satu diantanya adalah program pendidikan tenaga kesehatan di berbagai institusi pendidikan tenaga kesehatan. Akademi-akademi kesehatan Negeri dan Swasta dan atau poltekes dibawah lingkungan pusdiknakes Depkes RI maupun skala tinggi kesehatan atau program studi atau lurusan atau fakultas perguruan tinggi dibawah kementrian pendidikan nasional, sebbagai institusi yang mendidik calon tenaga kesehatan tingkat D III masupun S-I, berusaha untuk menghasilkan tenaga-tenaga kesehatan (perawat, perawat gigi, nutrisionis, sanitarian, analis kesehatan, bidan) profesional yang mampu memenuhi tuntutan masyarakat akan kebutuhan pelayanan kesehatan yang bermutu, adil dan merata. Khususnya di institusi pelayanan kesehatan baik di rumah sakit, puskesmas, klinik, lembaga pelayanan kesehatan lain, serta kepada masyarakat (komunitas) pada umumnya. Dalam rangka memenuhi kriteria tenaga kesahatan yang berkualitas tersebut mahasiswa kesehatan perlu mendapatkan berbagai pengalaman belajar secara langsung nyata dilapangan dan dapat mengaplikasikan ilmunya dimasyarakat sehingga pada akhirnya dapat memberi konstribusi tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan dikurikulumnya masing-masing.

Sesuai kurikulum berbasis kompetensi (KBK) tahun 2006, proses belajar mengajar pada progrma jenjang SI keperawatan khususnya metode pengalaman belajar ceramah (pbc), pengalaman belajar diskusi (pbd), pengalaman belajar seminar (pbs), pengalaman belajar praktek (pbk) ataupun pengalaman belajar lapangan (pbl), yang dapat dilaksanakan dikelas, klinik dan komunitas atau masyarakat langsung. Khusus untuk kegiatan pengalaman belajar praktek lapangan (pbl), yang merupakan metode proses pembelajaran dilakukan agar dapat memiliki kompetensi yang spesifik, dimana mahasiswa dapat menetapkan semua ilmu yang telah diperoleh dikelas (studi komprehensif), ke dalam suatu tatanan nyata di masyarakat, dimana masalah kesehatan yang akan ditemui lebih kompleks untuk dilakukan pemecahan masalah berdasarkan target kompetensi yang sudah ditentukan.

Dengan demikian mahasiswa diharapkan akan mampu belajar mengatasi masalah kesehatan tersebut melalui berbagaib intervensi keperawatan dengan menggunakan pendekatan proses asuhan keperawatan pada komunitas, kelompok khuus dan asuhan pada keluarga serta menggunakan kerangka berfikir ilmu statistik kesehatan, epidemiologi demografi dan ilmun kesehatan metodologi riset.

Mata kuliah keperawatan komuniktas dan keluarga dengan model Praktek kerja Lapangan (PKL) ini dilaksanakan dengan penekanan pada strategi belajar sambil berbuat (learning by doing) dan belajar untuk memperoleh pengalaman langsung (learning by experience) pada masyarakat daerah binaan (darbin) Bapelkes jogja dan puskesmas di wilayah provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, dengan sasaran pada individu, keluarga, kelompok dan komunitas. Jenis pelayanan kesehatan yang diberikan pada kegiatan PKL bersifat komperhensif, namun pada PKL ini lebih menekankan pada aspek promotif, preventif dan resosialitatif daripada kuratif dan rehabilitatif dan membantu program puskesmas dalam rangka pengembangan pelayanan perawatan kesehatan masyarakat (public health nursing).

B. Tujuan PKL

1. Tujuan Umum

Setelah mengikuti praktek kerja lapang (PKL) : Asuhan Keperawatan Komunitas ini mahasiswa SI Keperawatan diharapkan mempunyai pengalaman, pengetahuan, sikap dan keterampilan dalam mengatasi berbagai permasalahan kesehatan di tingkat keluarga dan komunitas melalui intervensi proses asuhan keperawatan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan kerangka berfikir ilmu statistik kesehatan, epidemiologi, demografi dan metodelogi riset keperawatan. 2. Tujuan Khusus

Secara Khusus, setelah mengikuti kegiatan Praktek Kerja Lapangan (PKL) selama 2 minggu (14 hari) ini diharapkan peserta didik mampu :

a. Melakukan perkenalan, sosilasi adaptasi dan orientasi dengan budaya dan lingkungan masyarakat di tempat PKL.b. Mengidentifikasi masala-masalah kesehatan pada individu, keluarga, kelompok dan komunitas dengan menerapkan pendekatan kerangka berfikir epidemiologi biostatistik dan demografi dan survei cepat.c. Menyusun rencana penanggulangan masalah kesehatan berbasis masyarakat dengan menerapkan ilmu-ilmu kesehatan masyarakat asuhan keperawatan keluarga dan asuhan keperawatan komunitas serta ilmu-ilmu medis dasar, yang mencakup upaya pelayanan promotif, prefentif, kuratif, dan rehabilitatif di wilayah binaan.d. Mengimplementasikan asuhan keperawatan keluarga dan asuhan keperawatan komunitas dan program kesehatan untuk menunjang puskesmas dengan mengaplikasikan Model Askep NANDA.e. Memahami aplikasi praktek puskesmas dalam pelayanan keperawatan di Unit Pelayanan Kesehatan (Puskesmas).f. Melaksanakan program kegiatan intervensi keperawatan kesehatan dengan memanfaatkan partisipasi masyarakat, melakukan kerjasama lintas prrogram dan lintas sektoral.g. Memanfaatkan potensi sumber daya masyarakat secara optimal, melakukan upaya rujukan dan menerapkan teknologi tepat guna.h. Melakukan evaluasi (menilai) bai input, proses maupun output intervensi asuhan keperawatan pada keluarga atau komunitas dan program kesehatan lainnya.i. Mengembnagkan sikap kerjasama kelompok, kepemimpinan, dan kebersamaan dalam mengelola pelayanan kesehatn dan perawstsnndi msyarakat.C. MANFAAT PKL

1. Manfaat Praktis a. Bagi masyarakat :

Untuk mengetahui pmasalahan kesehaan yang terdapat dilingkungan, diri sendiri, keluarga dan masyarakat sekitarnya. Kemudian masyarakat dapat memecahkan masalah yang terjadi dilingkungannya.

b. Bagi pemerintaha Desa atau Dusun :

1) Mengetahui profil atau gambaran status kesehatan masyarakat yang nyata dari hasil pendataan mahasiswa PKL, sehingga dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi untuk perencanaan pembangunan kesehatan.

2) Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku masyarakat dan prilaku masyarakat dalam berperilaku hidup bersih dan sehat.

c. Bagi Puskesmas

1) Membantu pelayanan program kerja puskesmas secara umum dan program Public Health Care atau Nursing (PHN) dan hasil pengkaian data mahasiswa dapat dijadikan data dasar yang terbaru (up to date) dari status kesehatan ,masyarakat diwilayah kerjanya dan status PHBS (tatanan rumah tangga) di tingkat dusun dan desa.

2) Memberdayakan SDM puskesmas untuk menjadi membimbing lapangan ( Field Instructor) atau Clinicastructor.

2. Manfaat Teoritis

a. Bagi mahasiswa

1) Memperoleh pengalaman nyata dalam kehidupan bermasyarakat khususnya dalam pengembangan dan pengorganiasian masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatan dikaitkan denga pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat (PHN/PHC/PKMD) dan penyiapan masyarakat dalam menghadapi kegawatdaruratan sehari-hari dan saat bencana.

2) Mampu mengenal budaya, bahasa dan adat kebiasaan masyarakat Daerah Istimewa Yogyakarta sehari-hari.

3) Belajar sambil berwisata di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.

4) Memperoleh kenangan yang tak terlupakan dan menjadi media pendewasaan karakter dan budi pekerti mahasiswa sebagai bekal mencari kerja.

b. Bagi Almamater

1) Menjadikan institusi dikenal dan secara formal diakui keberadaannya, disamping sebagai upaya bagi pengelola untuk transfer of knowledge dari Bapelkes Jogja ka institusi pendidikan.

2) Sebagai perwujudan corporate social responsibility (CSR) institusi pendididikan dalam mewujudkan tri dharma perguruan tinggi, yaitu pengabdian pada masyarakat.

3) Bagi dosen pengelola program keperawatan komnitas, diharapkan mampu memperoleh gambaran bagaimana cara penyelenggaraan dan pengelolaan manajemen keperawatan komunitas.

4) Dilihat dari outputnya : menjadikan lulusannya lebih memiliki pengalaman dan wawasan yang lebih konferhensif, holistic dan adaptif terhadap situasi dan kondisi yang berbeda dari tempat asalnya.

c. Bagi Bapelkes jogja :

1) Sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan atau organisasi corporate sosial responssibility (CSR). Bapelkes Yogjakarta pada masyarakat Yogjakarta pada umumnya dan masyarakat kabupaten Sleman pada khususnya.

2) Melaksanakan sebagian tugas pokok dan fungsinya dalam mempersiapkan kapasitas dan kemampuan calon tenaga kesehatan, tenaga kesehatan dan masyarakat, agar lebih bermutu dan professional.

3) Dapat meningkatkan jalinan partnership dan networking dengan berbagai organisasi maupun institusi pendididkan kesehatan.

D. RUANG LINGKUP

Penyusunan laporan ini dibatasi pada lingkup asuhan keperawatan komunitas, yang pengumpulan datanya dari kuisioner yang telah diisi oleh mahasiswa dengan cara obserfasi dan wawancara langsung dengan warga dukuh Kaliwanglu Kulon, desa Harjobinangon, kecamatan Pakem, kabupaten Sleman provinsi Yogjakarta yang dilakasanakan dari tanggal 22 Januari sampa 31 Januari tahu 2013.

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. KONSEP KEPERAWATAN KOMUNITAS

1. Pengertian

Keperawatan Kesehatan Komunitas adalah pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok resiko tinggi, dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan, dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan, dan melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan pelaksanaan dan evaluasi pelayanan keperawatan. (Pradley, 1985; Logan dan Dawkin, 1987)

Keperawatan kesehatan masyarakat adalah suatu bidang keperawatan yang merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif dan mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara berkesinambungan tanpa mengabaikan pelayanan kuratif dan rehabilitatif secara menyeluruh dan terpadu, ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sebagai kesatuan yang utuh, melalui proses keperawatan untuk meningkatkan fungsi kehidupan manusia secara optimal, sehingga mandiri dalam upaya kesehatan. (Ruth B. Freeman .1961)

Asuhan keperawatan komunitas pada hakekatnya adalah proses keperawatan yang diterapkan pada klien komunitas, yang langkah-langkahnya meliputi pengkajian, analisa data komnuitas, diagnosa keperawatan komunitas, rencana asuhan keperawatan komunitas, implementasi asuhan keperawatan komunitas dan evaluasi asuhan keperawatan komunitas, dimana proses ini bervariasi dalam setiap situasi dan memliki elemen-elemen penting yaitu kesungguhan (deliberative), kesesuaian (adaptable), siklus (cyclic), berfokus pada klien (client focused), interaktif (interactive) dan berorientasi pada kebutuhan komunitas (need-oriented)2. Asumsi Dan Kepercayaan Terhadap Perawatan Kesehatan Komunitas Menurut ANA (American Nurses Association)Asumsi

Sistem pemeliharaan yang kompleks.

a. Komponen sistem pemeliharaan kesehatan primer, sekunder dan tersier.

b. Perawatan subsistem pemeliharaan kesehatan dan produk pendidikan dasar praktek penelitian.c. Pemeliharaan kesehatan primer lebih menonjol dari sekunder dan tersier.

d. Perawatan kesehatan menyangkut setting pemeliharaan kesehatan primer.3. Kepercayaan

a. Pemeliharaan kesehatan harus memadai dan diterima semua orang.b. Orang yang menerima asuhan harus dilibatkan.c. Perawat sebagai pemberi dan klien sebagai konsumen pelayanan kesehatan.

d. Lingkungan berdampak terhadap kesehatan populasi dan individu.

e. Pencegahan penyakit bagian esensial dari peningkatan kesehatan.

f. Kesehatan sebagai proses menyangkut kehidupan dalam jangka waktu yang lama.

g. Klien hanya anggota tetap dari tim pemeliharaan kesehatan.

h. Individu dalam sistem kesehatan masyarakat bertanggung jawab secara mandiri dan aktif berpartisipasi dalam pemeliharaan kesehatan.4. Falsafah Keperawatan KomunitasBerdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka dapat dikembangkan falsafah keperawatan komunitas sebagai landasan praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian terhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural-spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan membrikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.

Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:

a. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasarkan kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.

c. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.

d. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.

e. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara berkesinambungan.

f. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai consumer pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat.

g. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara berkesinambungan dan terus-menerus.

h. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.

Gambar 2.1 : Paradigma / Falsafah Keperawatan Komunitas

Berdasarkan gambar di atas, dapat dijabarkan masing-masing unsur sebagai berikut :1. Manusia

Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu atau klien yang berada pada lokasi atau batas geografi tertentu yang memiliki niliai-nilai, keyakinan dan minat yang relatif sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai Tujuan. Komunitas merupakan sumber dan lingkungan bagi keluarga, komunitas, Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk kelompok resiko tinggi antara lain: daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh.

2. Kesehatan

Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dasar klien atau komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.

3. Lingkungan.

Semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien yang bersifat biologis, psikologis, sosial, kultural dan spiritual.

4. Keperawatan.

Intervensi atau tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor, melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier. Berdasarkan falsafah di atas maka dikembangkan : tujuan, sasaran dan strategi intervensi keperawatan komunitas.

Berdasarkan falsafah di atas maka dikembangkan : tujuan, sasaran dan strategi intervensi keperawatan komunitas.

Tujuan Keperawatan Kesehatan Komunitas1. Tujuan UmumMeningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki.

Untuk mempertahankan sistem klien dalam keadaan stabil melalui pengkajian yang aktual, potensial stresor dilanjutkan dengan melakukan tindakan yang tepat:

a. Prevensi primer : memperkuat garis pertahanan dengan menekan faktor risiko dan cegah stres

b. Prevensi sekunder: dimulai setelah timbul tanda dan gejala , untuk memperkuat garis pertahanan normal melalui tujuan dan intervensi relevan

c. Prevensi tersier: dilakukan setelah terapi, memobilisasi klien untuk cegah penyulit lebih lanjut

2. Tujuan KhususUntuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat dalam hal:

a. Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi.

b. Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah.c. Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/ keperawatan.

d. Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi.

e. Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/ keperawatan.

f. Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan kesehatan/keperawatan.

g. Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care).

h. Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan.

i. Menunjang fungsi puskesmas dalam menurunkan angka kematian bayi, ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.

j. Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap masalah kesehatan3. SasaranSasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah kesehatan atau perawatan.

a. IndividuIndividu adalah bagian dati anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat diri sendiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.b. KeluargaKeluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggota keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang aada di sekitarnya.

c. Kelompok KhususKelompok hkusus adalah kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:

1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan pertumbuhannya, seperti;

a) Ibu hamil

b) Bayi baru lahir

c) Balita

d) Anak usia sekolah

e) Usia lanjut

2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:

a) Penderita penyakit menular, seperti TBC, lepra, AIDS, penyakit kelamin lainnya.

b) Penderita dengan penynakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus, jantung koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:a) Wanita tuna susila

b) Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba

c) Kelompok-kelompok pekerja tertentu, dan lain-lain.4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:a) Panti wredha

b) Panti asuhan

c) Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)d) Penitipan balita

d. MasyarakatMasyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalan berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.

4. StrategiStrategi intervensi keperawatan komunitas meliputi

a) Proses kelompok.

b) Pendidikan kesehatan.

c) Kerja sama (partnership).

5. Ruang Lingkup Perawatan KomunitasRuang lingkup praktik keperawatan komunitas meliputi: upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatifa. Upaya PromotifUpaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:

1) Penyuluhan kesehatan masyarakat

2) Peningkatan gizi

3) Pemeliharaan kesehatan perseorangan

4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan

5) Olahraga secara teratur

6) Rekreasi

7) Pendidikan seks.b. Upaya PreventifUpaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan terhadap kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:

1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil

2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas maupun kunjungan rumah3) Pemberian vitamin A dan yodium melalui posyandu, puskesmas ataupun di rumah.

4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan menyusui.c. Upaya KuratifUpaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:

1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)

2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari puskesmas dan rumah sakit

3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas

4) Perawatan payudara

5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir.d. Upaya RehabilitatifUpaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya., dilakukan melalui kegiatan:

1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita kusta, patah tulang maupun kelainan bawaan

2) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin dilakukan oleh perawat.e. Upaya ResosialitatifUpaya resosialitatif adalah upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Di samping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jelas dan dapat dimengerti.

6. Kata Kunci dalam Keperawatan Komunitas

a. Komunitas sebagai klien/partner

1) Bila praktek berorientasi pada komunitas

2) Berorientasi pada komunitas adalah mencari perubahan yang sehat untuk seluruh komunitas

3) Focus: Kolektif kebaikan umum ( bukan pada kesehatan individu

4) Unit pelayanan: Individu , keluarga , kelompok , himpunan , industri industri dalam masyarakat

5) Perubahan yang di maksud adalah: agar berdampak terhadap seluruh komunitas dan kemitraan .

b. Kemitraan

Karakter partnership

1) INFORMED : Menyadari persepsi, hak dan tanggung jawab

2) FLEXIBLE: Mengenal keunikan dan kesamaan kontribusi

3) Negotiated: Distribusi Kekuatan pada setiap tahapan dari proses berubah

c. Data Inti

1) Definisi inti adalah sesuatu yang penting dan mendasar. Inti dari sebuah komunitas adalah orang-orang-nya sejarah mereka, karakteristik, nilai dan kepercayaan mereka.

2) Bermitra dengan orang-orang dalam komunitas adalah bagian integral dari bekerja dalam komunitas.

3) Data inti meliputi : sejarah, demografi, vital statistik, nilai dan kepercayaan.d. 8 sub-sistem komunitas

1) Lingkungan fisik Bagaimana komunitas terlihat? catat tentang mutu air, flora, perumahan, ruang, area hijau, binatang, orang-orang, bangunan buatan manusia, keindahan alam, air, iklim? 2) Pelayanan Sosial dan Kesehatan

Apakah ada klinik, rumah sakit, profesi kesehatan yang praktek, layanan kesehatan publik, pusat emergensi, rumah perawatan/ panti werda, fasilitas layanan sosial, layanan kesehatan mental, Dukuntradisional/pengobatan alternatif

3) Ekonomi

Apakah komunitas maju dengan pesat ? Apakah ada industri, toko, tempat-tempat untuk pekerjaan? Berapa tingkat pengangguran? Rata - rata pendapatan keluarga / rumah tangga ? Karakteristik pekerjaan, kategori yang bekerja

4) Transportasi dan keamanan / keselamatan

Bagaimana orang-orang bepergian? Jenis transportasi publik dan pribadi apa yang tersedia? Apakah anda melihat bis-bis, sepeda, taksi? Apakah ada trotoar, jalur sepeda? Apakah transportasi yg ada memungkinkan untuk orang-orang cacat?

5) Politik dan Pemerintahan

Apakah ada tanda-tanda aktivitas politik (misalnya, poster, pertemuan)? Apakah pengaruh partai menonjol? Bagaimana peraturan pemerintah terhadap komunitas (misalnya pemilihan kades, walikota, dewan kota ) ? Apakah orang-orang terlibat dalam pembuatan keputusan dalam unit pemerintahan lokal mereka?

6) Komunikasi

Apakah ada area umum dimana orang-orang berkumpul? Apa surat kabar yang anda lihat di stan/kios? Apakah orang-orang memiliki TV dan radio? Apa yang mereka lihat/dengarkan? Apa saja sarana komunikasi formal dan informal?

7) Rekreasi

Dimana anak-anak bermain? Apa saja bentuk rekreasi utama? Siapa yang berpartisipasi? Fasilitas untuk rekreasi apa yang anda lihat?Kebiasaan menggunakan waktu senggang ?

e. Diagnosa Keperawatan Omaha

Komposisi Diagnosa Keperawatan komunitas

1) Jenis diagnosis: Potensial, Risiko & Aktual

a) Sehat/ Welness ( Potensial: komunitas mempunyai potensi untuk ditingkatkan belum ada data maladaptif atau paparan masalah kesehatan

b) Ancaman ( Resiko: belum terdapat pemaparan masalah kesehatan, namun sudah ditemukan beberapa data maladaptif yg memungkinkan timbulnya gangguan/masalah

c) Nyata ( Aktual: sudah timbul gangguan/masalah kesehatan didukung dengan beberapa data maladaptif

2) Kondisi yang perlu ditingkatkan; gangguan yang mungkin atau sudah terjadi

3) Aggregat yang terisiko

4) Wilayah dimana aggregat bertempat tinggal

5) Penyebab/etiologi (kecuali potensial, tidak ada etiologi)

6) Manifestasi/data penunjang (sign and Symptom)

Komponen diagnosis : Berdasarkan klasifikasi masalah menurut OMAHA

a. P = problem (untuk potensial)

b. PES = Problem, etiologi dan sign & simptom (untuk Risiko dan Aktual)

f. Empat Domain masalah

Klasifikasi masalah menurut OHAMA

1) Domain Lingkungan

a) Pendapatan

b) Sanitasi

c) Pemukiman

d) Keamanan pemukiman atau tempat kerja

2) Domain Psikososial

a) Komunikasi dengan sumber masyarakat b) Kontak sosial c) Perubahan peranan d) Hubungan antar manusia e) Stabilitas emosi3) Domain Fisiologis

a) Pendengaran

b) Penglihatan

c) Berbicara dan bahasa

d) Nyeri

e) Kesadaran

4) Domain Perilaku Yang Berhubungan Dengan Kesehatan

a) Kesehatan

b) Nutrisi

c) Pola istirahat dan tidur

d) Aktifitas fisik

e) Kebersihan perorangan

f) Tekhnis prosedur/ketrampilan

g. Pencegahan dalam keperawatan komunitas :

a. Primer : Mengurangi kemungkinan bertemu stressor. Menjaga stabilitas klien Pendidikan kesehatan, Memberikan informasi untuk memelihara atau meningkatkan kekuatan klien. Motivasi terhadap kebaikan. Meningkatkan kepekaan yang ada atau potensi bahaya stressor, misal memberikan kekebalan dan modifikasi lingkungan. Pendidikan kesehatan dan orientasikan kembali kebutuhan untuk mencegah kejadian yang akan datang atau keburukan lebih lanjut.Mendukung klien/system klien dalam mencapai tujuan. Koordinasi dan intervensi sumber kesehatan, misal : mengarahkan kelompok untuk menolong sendiri atau konseling terapi rehabilitasb. Sekunder : Melindungi struktur dasar , Mencapai stabilitas klien , Skrenning/penemuan kasus baru.Mobilisasi dan maksimalkan sumber internal/ eksternal terhadap stabilitas dan tenaga konservas, misalm: tidur/ pola istirahat, nutrisi, aktifitas.Fasilitasi masuknya stressor dan rekasi stressor; resiko tinggi dengan menghidarinya dan menggunakan obat-obatan.c. Tersier : Pendidikan kesehatan dan orientasikan kembali kebutuhan untuk mencegah kejadian yang akan datang atau keburukan lebih lanjut.Mendukung klien/system klien dalam mencapai tujuan. Koordinasi dan intervensi sumber kesehatan, misal : mengarahkan kelompok untuk menolong sendiri atau konseling terapi rehabilitas7. Peran Perawat / Ners Keperawatan Komunitasa. Pemberi pelanan kesehatan (clinician)

b. Pendidik atau penyuluh (educator)

c. Pengelola/manajer Kasus (change agent)d. Konselor atau counselor

e. Fasilitator (kolaborator)

f. Advokat klien (advocate)

g. Peneliti

h. Penemu kasus di komunitas

i. Role model8. Kegiatan Praktek Keperawatan Komunitas

Kegiatan praktek keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan, wilayah kerja perawat tetapi secara umum kegiatan praktek keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:

a. Tahap Persiapan:1) Pembekalan dari departemen komunitas dan dinas kesehatan tentang program praktek.2) Penjajakan ke daerah, meliputi wilayah, sistem dalam komunitas, masalah dan kesehatan utama.3) Penyusunan instrumen data.

4) Uji coba instrumen pengumpulan data.

5) Pertemuan awal dengan komunitas dan keluarga untuk perkenalan, penjelasan program praktek dan mengadakan kontrak dengan komunitas.

6) Melaksanakan pendataan dengan melibatkan tokoh-tokoh dan kader kesehatan setempat.

7) Melakukan tabulasi data, menganalisa data dengan pendekatan demografi, epidemiologi dan statistik serta membuat visualisasi/penyajian data.

8) Mengidentifikasi pra musyawarah komunitas: menyusun kepanitiaan, menyiapkan dan melatih masyarakat yang akan terlibat dalam musyawarah dan menyebarkan undangan.

9) Melaksanakan musyawarah komunitas tingkat RW:

a) Penyajian data hasil pengkajian kesehatan masyarakat

b) Diskusi kelompok untuk menetapkan hasil masalah, prioritas masalah, garis besar rencana kegiatan

c) Membentuk kelompok kerja kesehatan sesuai dengan masalah yang telah ditetapkan.

d) Tanggapan-tanggapan dari tokoh-tokoh masyarakat dan petugas kesehatan dari instansi terkait.b. Tahap Pelaksanaan:

1) Menyusun kembali rencana kerja hasil musyawarah bersama dengan kelompok kerja kesehatan.2) Melaksanakan kegiatan di komunitas bersama-sama dengan kelompok kerja kesehatan:a) Pelatihan kader kesehatanb) Penyuluhan kesehatan

c) Simulasi atau demonstrasi

d) Pembuatan model atau percontohan

e) Kunjungan rumah (home health care)

f) Kerja bakti, daan lain-lain.

3) Berkoordinasi dengan puskesmas dan instansi terkait dalam pelaksanaan kegiatan.

c. Tahap Evaluasi:

1) Mengevaluasi setiap kegiatan yang dilakukan di komunitas dalam hal kesesuaian, kefektifan dan keberhasilan kegiatan serta aktivitas dari komunitas.2) Mengevaluasi seluruh kegiatan di komunitas dalam hal pencapaian tujuan, keberhasilan pemecahan masalah dan kemampuan komunitas dalam pemecahan masalah.9. Tahap Asuhan Keperawatan Komunitas

a. Mengunakan pendekatan proses keperawatan, dengan langkah-langkah :1) Pengkajian

2) Diagnosa Keperawatan

3) Perencanaan

4) Pelaksanaan

5) Evaluasi.

Gambar 2.2 : Tahapan Dalam Asuhan Keperawatan Komunitas

b. Mengunakan Pendekatan Pengorganisasian Masyarakat

1) Tujuan pengorganisasian Komunitas :

Diharapkan mampu berproses dalam mengidentifikasikan kebutuhannya, mengembangkan keyakinan untuk memenuhi kebutuhan dengan menggunakan potensi dan sumber daya yang ada di dalam komunitas dan di luar komunitas. Pendekatan yang digunakan menggunakan prinsip, landasan dan langkah dasar seperti tertera pada gambar 2.2

2) Langkah-langkah pengorganisasian Masyarakat :

a) Persiapan :

(1) Pengenalan komunitas

Pendekatan Jalur Formal

Dilakukan terhadap instansi birokrasi yang bertanggung jawab pada wilayah komunitas dengan cara ; Pengajuan proposal dan perijinan, Penjelasan tujuan dan program ( hasil : surat ijin/persetujuan

(2) Pendekatan Jalur Informal

Dilakukan setelah adanya ijin/persetujuan dari institusi dari birokrasi dengan melakukan pendekatan kepada : Tokoh-tokoh masyarakat, Ketua RW, RT, Kader kesehatan Dengan menjelaskan tujuan, program kegiatan, meminta dukungan dan partisipasi serta kontrak kerjasama.

Gambar 2.3 : Prinsip Pendekatan dalam Asuhan Keperawatan Komunitas

b) Pengenalan Masalah

Tujuan : untuk mengetahui masalah kesehatan secara menyeluruh yang benar- benar menjadi kebutuhan komunitas saai ini.

c) Tahap pengenalan masalah :

Membuat instrumen pengkajian/pengumpulan data . Diawali dengan survey awal pada komunitas yang menjadi sasaran, meliputi :

1) Survey wilayah

2) Survey populasi

3) Survey masalah utama dan faktor penyebab

4) Survey kebijakan program dan frasilitas layanan kesehatan.

5) Survey potensi-potensi, sumber pendukung di komunitas.

d) Membuat instrument pengumpulan data.

1) Tabulasi Data:

(a) Membuat table tabulasi data

(b) Menghitung frekuensi distribusi

(c) Membuat table, diagram, grafik frekuensi distribusi2) Analisa Data

(a) Analisa Deskriptif : Membuat gambaran suatu keadaan dari obyek yang diteliti.

(b) Analisa Korelasi : Menganalisa tingkat hubungan pngaruh dari dua atau lebih subvariabel yang diteliti dengan menggunkan perhitungan statistik.

3) Perumusan Masalah

(a) Adalah merumuskan diagnosa keperawatan pada komunitas yang dikaji dengan berdasarkan hasil analisa data.

(b) Mengunakan klarifikasi masalah OMAHA

(c) Formulasi :

(1) Problem

(2) Etiologi

(3) Data yang menyokong.

(4) Penyadaran komunitas

4) Tujuan :

(a) Mengenalkan masalah kesehatan yang sedang dihadapi oleh komunitas

(b) Mengikutsertakan komunitas dalam pemecahan masalah

(c) Menumbuhkan kesadaran komunitas untuk terlibat aktif menjadi tenaga potensial dalam kegiatan pemecahan masalah.

5) Kegiatan :

Mengadakan musyawarah komunitas dengan metode lokakarya mini, dengan langkah :

(a) Penyajian data hasil survey

(b) Diskusi kelompok :

(1) Perumusan masalah dan faktor penyebab

(2) Menyusun rencana pemecahan masalah (bentuk masalah, waktu, tempat, penanggung jawab dan biaya)

(3) Pembentukan kelompok kerja kesehatan (Pokjakes) dari anggota komunitas yang merupakan calon kader kesehatan yang bertanggung jawab terhadap kegiatan yang direncanakan.

(4) Penyajian hasil diskusi kelompok

(5) Tangapan-tanggapan dari tokoh formal, informal, puskesmas.(c) Pelaksanaan

Adalah tahap pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang telah direncanankan dengan melihat aktifitas kelompok kerja yang telah terbentuk melalui kerja sama dengan aparat desa/kelurahan, puskesmas/dinkes yang meliputi kegiatan :

(1) Pelatihan Kader

(2) Penyuluhan kesehatan

(3) Pelayanan kesehatan langsung

(4) Home care

(5) Rujukan

Gambar 2.4 : Perawat Bekerja Bersama Masyarakat (Kader Kesehatan)

(d) Evaluasi

Hal-hal yang harus dievaluasi :

(1) Perkembangan masalah kesehatan yang ditemukan

(2) Pencapaian tujuan perawatan (terutama tujuan jangka pendek)

(3) Efektifitas dan efisiensi tindakan/kegiatan yang telah dilakukan

(4) Rencana tindak lanjut.

9. PROSES KEPERAWATAN MODEL CAPModel adalah gambaran yang mendekati kenyataan dari konsep. (Riehl and Roy, 1980). Model konseptual adalah sintesis seperangkat konsep dan pernyataan yang mengintegrasikan konsep konsep tersebut menjadi suatu kesatuan. Model keperawatan dapat didefinisikan sebagai kerangka piker, sebagai satu cara melihat keperawatan, atau satu gambaran tentang lingkup keperawatan.

Model ini sebagai panduan proses keperawatan dalam pengkajian komunitas; analisa dan diagnosa; perencanaan; implementasi komunitas yang terdiri dari tiga tingkatan pencegahan; primer, sekunder, dan tersier, dan program evaluasi (Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999). Fokus pada model ini komunitas sebagai partner dan penggunaan proses keperawatan sebagai pendekatan. Neuman memandang klien sebagai sistem terbuka dimana klien dan lingkungannya berada dalam interaksi yang dinamis.

Menurut Neuman, untuk melindungi klien dari berbagai stressor yang dapat mengganggu keseimbangan, klien memiliki tiga garis pertahanan, yaitu fleksible line of defense, normal line of defense, dan resistance defense. Agregat klien dalam model community as partner ini meliputi intrasistem dan ekstrasistim. Intrasistem terkait adalah sekelompok orang-orang yang memiliki satu atau lebih karakteristik (Stanhope & Lancaster, 2004). Agregat ekstrasistem meliputi delapan subsistem yaitu komunikasi, transportasi dan keselamatan, ekonomi, pendidikan, politik dan pemerintahan, layanan kesehatan dan sosial, lingkungan fisik dan rekreasi (Helvie, 1998; Anderson & McFarlane, 2000; Ervin, 2002; Hitchcock, Schubert, Thomas, 1999; Stanhope & Lancaster, 2004; Allender & Spradley, 2005).

Delapan subsistem dipisahkan dengan garis putus-putus artinya sistem satu dengan yang lainnya saling mempengaruhi. Di dalam komunitas ada lines of resistance, merupakan mekanisme internal untuk bertahan dari stressor. Rasa kebersamaan dalam komunitas untuk bertanggung jawab terhadap kesehatan contoh dari line of resistance Anderson dan McFarlane (2000) mengatakan bahwa dengan menggunakan model community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan proses keperawatan. Roda pengkajian komunitas terdiri dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan bagian dari pengkajian keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

a. PengkajianPengkajian adalah upaya pengumpulan data secara lengkap dan sistematis terhadap masyarakat untuk dikaji dan dianalisis sehingga masalah kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat baik individu, keluarga atau kelompok yang menyangkut permasalahan pada fisiologis, psikologis dan sosial ekonomi maupun spiritual dapat ditentukan.

Pengkajian keperawatan komunitas merupakan suatu proses tindakan untuk mengenal komunitas. Mengidentifikasi faktor positif dan negatif yang berbenturan dengan masalah kesehatan dari masyarakat hingga sumber daya yang dimiliki komunitas dengan tujuan merancang strategi promosi kesehatan. Dalam tahap pengkajian ini terdapat lima kegiatan, yaitu : pengumpulan data, pengolahan data, analisis data, perumusan atau penentuan masalah kesehatan masyarakat dan prioritas masalah.

1) Pengumpulan Data

Tujuan : Pengumpulan data dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai masalah kesehatan pada masyarakat sehingga dapat ditentukam tindakan yang harus diambil untuk mengatasi masalah tersebut yang menyangkut aspek fisik, psikologis, sosial ekonomi dan spiritual serta factor lingkungan yang mempengaruhinya.

Kegiatan pengkajian yang dilakukan dalam pengumpulan data meliputi :

a) Data inti

(1) Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas

(2) Data demografi

(3) Vital statistic

(4) Status kesehatan komunitas

b) Data lingkungan fisik

(1) Pemukiman

(2) Sanitasi

(3) Fasilitas

(4) Batas-batas wilayah

(5) Kondisi geografis

c) Pelayanan Kesehatan Dan Sosial

(1) Pelayanan kesehatan

(2) Fasilitas sosial (pasar, took, swalayan)

d) Ekonomi

(1) Jenis pekerjaan

(2) Jumlah penghasilan rata-rata tiap bulan

(3) Jumlah pengeluaran rata-rata tiap bulan

(4) Jumlah pekerja dibawah umur, ibu rumah tangga, dan lanjut usiae) Keamanan dan transportasi

(1) Keamanan

(2) Transportasi

f) Politik dan pemerintahan

(1) System pengorganisasian

(2) Struktur organisasi

(3) Kelompok organisasi dalam komunitas

(4) Peran serta kelompok organisasi dalam kesehatan

g) System komunikasi

(1) Sarana umum komunikasi

(2) Jenis alat komunikasi dan digunakan dalam komunitas

(3) Cara penyebaran informasi

h) Pendidikan

(1) Tingkat pendidikan komunitas

(2) Fasilitas pendidikan yang tersedia (formal dan non formal)

(3) Jenis bahasa yanhg digunakan

i) Rekreasi

(1) Kebiasaan rekreasi

(2) Fasilitas tempat rekreasi

2) Jenis DataJenis data secara umum dapat diperoleh dari

a) Data Subjektif

Yaitu data yang diperoleh dari keluhan atau masalah yang dirasakan oleh individu, keluarga, kelompok dan komunitas, yang diungkapkan secara langsung melalui lisan.

b) Data Objektif

Data yang diperoleh melalui suatu pemeriksaan, pengamatan dan pengukuran.

3) Sumber Dataa) Data primer

Data yang dikumpulakn oleh pengkaji dalam hal ini mahasiswa atau perawat kesehatan masyarakat dari individu, keluarga, kelompok dan komunitas berdasarkan hasil pemeriksaan atau pengkajian.

b) Data sekunder

Data yang diperoleh dari sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya : kelurahan, catatan riwayat kesejatan pasien atai medical record. (Wahit, 2005)

4) Cara Pengumpulan Data a) Wawancara atatu anamnesa

b) Pengamatan

c) Pemeriksaan Fisik

5) Pengolahan Dataa) Klasifikasi data atau kategorisasi data

b) Perhitungan prosentase cakupan dengan menggunakan telly

c) Tabulasi data

d) Interpretasi data

(Anderson and Mc Farlane 1988. Community as Client)

6) Analisis Data

Tujuan analisis data :

a) Menetapkan kebutuhan komuniti

b) Menetapkan kekuatan

c) Mengidentifikasi pola respon komuniti

d) Mengidentifikasi kecenderungan penggunaan pelayanan kesehatan

e) Penentuan masalah atau perumusan masalah kesehatan

7) Prioritas masalah

Prioritas masalah kesehatan masyarakat dan keperawatan perlu mempertimbangkan berbagai factor sebagai criteria:

a) Perhatian masyarakat

b) Prevalensi kejadian

c) Berat ringannya masalah

d) Kemungkinan masalah untuk diatasi

e) Tersedianya sumber daya masyarakat

f) Aspek politis.

Prioritas masalah juga dapat ditentukan berdasarkan hirarki kebutuhan menurut Abraham H. Mashlow yaitu:

a) Keadaan yan mengancam kehidupan

b) Keadaan yang mengancam kesehatan

c) Persepsi tentang kesehatan dan keperawatan

b. Diagnosa keperawatan Diagnosis keperawatan adalah respon individu pada masalah kesehatan baik yang actual maupun potensial. Masalah actual adalah masalah yang diperoleh pada saat pengkajian, sedangkan masalah potensial adalah masalah yang mungkin timbul kemudian. (American Nurses Of Association (ANA). Dengna demikian diagnosis keperawatan adalah suatu pernyataan yang jelas, padat dan pasti tentang status dan masalah kesehatan pasien yang dapat diatasi dengan tindakan keperawatan.Contoh Diagnosa Keperawatan

1) Resiko terjadinya diare di RW. 02 Ds. Genuk Semarang suhubungan dengan :

a) Sumber air tidak memenuhi syarat

b) Kebersihan perorangan kurang

c) Lingkungan yang buruk di manefestasikan oleh : banyaknya sampah yang berserakan, penggunaan sungai sebagai tempat mencuci, mandi dan pembuangan kotoran.2) Tingginya kejadian karies gigi SMP 29 Semarang sehubungan dengan :

a) Kurangnya pemeriksaan gigi

b) Kurangnya fluor pada air minum di manefestasikan: 62% caries dengan inspeksi pada murid-murid SMP

3) Kurangnya gizi pada balita di desa Karang Awen sehubungan dengan :

a) Banyak kepala keluarga kehilangan pekerjaan

b) Kurangnya jumlah kader

c) Kurangnya jumlah posyandu

d) Kurangnya jumlah pengetahuan masyarakat tentang gizi.

c. Perencanaan1) Tahapan pengembangan masyarakat:

2) Persiapan, penentuan prioritas daerah

3) Pengorganisasian, pembentukan pokjakes.

4) Tahap diklat

5) Tahap kepemimpinan

6) Koordinasi intersektoral

7) Akhir, supervisi atau kunjungan bertahap.d. Pelaksanaan/Implementasi1) Tanggung jawab melaksanakan kegiatan:

2) Bantuan mengatasi masalah kurang

3) nutrisi, mempertahankan kondisi

4) seimbang, meningkatkan kesehatan

5) Mendidik komunitas tentang perilaku sehat

6) untuk mencegah kurang gizi

7) Advokat komunitas.

e. Evaluasi atau penilaianDilakukan dengan konsep evaluasi struktur, proses, hasil.

1) Fokus:

a) Relevansi antara kenyataan dengan target

b) Perkembangan/ kemajuan proses, kesesuaian dg perencanaan, peran pelaksana, fasilitas dan jumlah peserta

c) Efisiensi biaya, bagaimana mencari sumber dana

d) Efisiensi kerja, apakah tujuan tercapai, apakah masyarakat puas.

e) Dampak, apakah terjadi perubahan status kesehatan. lama.

2) Proses Evaluasi

a) Menilai respon verbal dan nonverbal

b) Mencatat adanya kasus baru yg dirujuk ke RSB. KONSEP KEPERAWATAN KELUARGA

1. Definisi Keluargaa. Burges (1963)Burges memberikan pandangan tentang definisi keluarga yang berorientasi kepada tradisi, yaitu (Setiawati,2008 : 13) :1) Keluarga terdiri dari orang-orang yang disatukan oleh ikatan Perkawinan, darah, dan ikatan adopsi.

2) Anggota sebuah keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka hidup secara terpisah mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumah mereka.

3) Anggota keluarga berinteraksi dan berkomunikasi satu sama lain dalm peran-peran sosial keluarga seperti halnya peran sebagai suami istri, ayah dan ibu, peran sebagai anak laki-laki anak perempuan.

4) Keluarga bersama-sama menggunakan kultur yang sama yaitu : kultur yang diambil dari masyarakat dengan beberapa ciri unik tersendiri.b. Sub Dit Kes. Mas Dep. Kes RI (1983)Keluarga merupakan satu kelompok atau sekumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan unit masyarakat yang terkecil dan biasanya tidak selalu ada hubungan darah, ikatan Perkawinan, atau ikatan lain. Mereka hidup bersama dalam satu rumah, dibawah asuhan seorang kepala keluarga dan makan dari satu periuk (Setiawati, 2008 : 13).

c. Whall (1986)Keluarga sebagai kelompok yang terdiri atas dua atau lebih individu yang dicirikan oleh istilah khusus, yang mungkin saja memiliki atau tidak memiliki hubungan darah atau hukum yang mencirikan orang tersebut ke dalam satu keluarga (Setiawati, 2008 : 13).d. Dep. Kes RI (1988)

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul serta tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan (Setiawati, 2008 : 13)e. Silvicion G. Bailon dan Aracelis Maglaya (1989)Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena hubungan darah, hubungan Perkawinan, atau pengangkatan dan mereka hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain di dalam peranannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan (Setiawati, 2008 : 14)f. Friedman (1988)Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang terikat dalam Perkawinan, ada hubungan darah, atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah (Setiawati, 2008 : 14)g. Stuart (ICN, 2001)Lima hal penting yang ada pada definisi keluarga (Setiawati, 2008 : 14) :

1) Keluarga adalah suatu sistem atau unit.2) Komitmen dan keterikatan antar anggota keluarga yang meliputi kewajiban di masa yang akan datang.

3) Fungsi keluarga dalam pemberian perawatan meliputi perlindungan, pemberian nutrisi, dan sosialisasi untuk seluruh anggota keluarga.

4) Anggota-anggota keluarga mungkin memiliki hubungan dan tinggal bersama atau mungkin juga tidak ada hubungan dan tinggal terpisah.

5) Keluarga mungkin memiliki anak atau mungkin juga tidak.

h. Menurut UU no. 10 tahun 1992

Keluarga adalah : unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-istri, atau suami-istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya atau ibu dan anaknya

2. Batasan Keluarga

Batasan keluarga adalah suatu batasan yang membentuk sebuah keluarga, baik dari jumlah individu, hubungan anggota keluarga, dan komunikasi tiap individu. Menurut Sub. Dit Perawatan Kesehatan Masyarakat Dep. Kes. RI suatu kelompok atau kumpulan individu yang hidup bersama sebagai suatu kesatuan atau unit masyarakat yang terkeci dan biasanya, tetapi tidak selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan ikatan lain, mereka hidup bersama dalam satu rumah, biasanya di bawah asuhan seorang kepala rumah tangga dan makan dari satu periuk. Departemen Kesehatan RI Unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.

Dari pengertian dan batasan keluarga dapat disimpulkan bahwa karakteristik keluarga terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, anggota keluarga biasanya hidup bersama, atau jika terpisah mereka tetap memperhatikan satu sama lain, anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak dan adil, dan mempunyai tujuan.

Keperawatan keluarga menjadi bidang keahlian khusus yang mengabadikan berbagai bidang keahlian keperawatan lainnya. Meskipun sebagian keahlian yang berbeda, namun keperawatan keluarga ini masih tergolong bayi (Hanson, 1987) ada bukti kuat bahwa keperawatan keluarga merupakan sebuah bidang keahlian khusus yang sedang bertumbuh, bersifat dinamis dan mendapat perhatian dalam praktik, pendidikan dan penelitian.ketika edisi pertama buku ini ditulis pada tahun 1979 hingga 1980, belum ada definisi keperawatan keluarga (Ford, 1989; Soholdan Robischon, 1975) ;keperawatan komunitas yang berfokus pada keluarga (Reinhardt dan Quinn, 1973); keperawatan yang berfokus pada keluarga (Janosik dan Miller, 1980); dan perawatan kesehatan keluarga (Hamovich dan Barnard, 1979) namun gagasan tentang sebuah keahlian khusus dalam bidang keperawatan keluarga belum ada. Sekarang naskah dan artikel dalam bidang keperawatan keluarga makin banyak.

Namun, belum terdapat kesempatan terhadap apa yang menjadi cakupan bidang keperawatan keluarga sesungguhnya dan bagaimana keperawatan keluarga berbeda dari keperawatan kesehatan komunitas (Friedman, 1986) dan terapi keluarga (Gilliss et al,1989). Sebuah tinjauan pustaka tentang keperawatan mengungkapkan dengan jelas dalam definisi tentang keperawatan keluarga itu sendiri terdapat tiga tingkat praktik keperawatan keluarga atau foci. Tingkat keperawatan keluarga yang diperaktikan tergantung pada bagaimana perawat keluarga mengkonseptualisasikan keluarga dan bekerja dengannya.

Tingkat kepustakaan pada keluarga juga bergantung pada filosofi dari sistem tempat perawat bekerja. Lingkungan kerja (apa penghargaan dan penguatan negatif kepemimpinan) merupakan penentu utama dari perilaku. Setiap tingkat dari ketiga tingkat atau foci keperawatan keluarga merupakan komponen keperawatan keluarga.

a. TINGKAT I: Keluarga Sebagai Konteks

Dalam tingkat I keperawatan konseptualisasikan sebagai suatu bidang dimana keluarga dipandang sebagai konteks bagi pasien atau klien (Bozzet, 1987). Keluarga, sebagai kelompok primer klien yang paling penting digambarkan sebagai stresor atau sumber bagi klien. Keluarga merupakan latar belakang atau fokus sekunder dan individual nmerupakan bagian terdepan atau fokus primer yang berkaitan dengan pengkajian dan intervensi.

Perawat boleh melibatkan keluarga sampai tingkat tertentu. Dalam beberapa kasus, perawat boleh menganggap keluarga sebagai bagian sistem pendukung sosial klien, tapi hanya dengan sedikit keterlibatan keluarga ke dalam rencana perawatan klien. Sedangkan dalam kasus lain, perawat boleh menunjukkan keterlibatan keluaraga dalam rencana perawatan klien. Dampak sosioemosional yang potensial atau aktual juga nyata pada klien, dikaji dan dipadukan dalam rencana pengobatan.

b. TINGKAT II : keluarga sebagai kumpulan dari anggota keluarga

Dalam tingkat ini keluarga dipandang sebagai kumpulan atau jumlah indidu anggota keluarga. Pada tingkat ini masing-masing klien dilihat sebagai suatu unit yang terpisahkan bukan unit yang berinteraksi.

c. Tingkat III : keluarga sebagai klien

Dalam tingkat ini keluarga sebagai klien atau sebagai fokus utama pengkajian keperawatan. Keluarga dipandang sebagai sistem yang berinteraksi, dimana fokusnya adalah dinamika dan hubungan internal keluarga, struktur dan fungsi keluarga serta saling ketergantungan subsistem keluarga dengan kesehatan dan keluarga dengan lingkungan luarnya.

Fokus dari tingkat 3 ini adalah keterampilan pengkajian dan intervensi klinis yang lebih maju berdasarkan integrasi keperawatan, terapi keluarga dan teori sistem. Dan pada prakteknya ketiga tingkatan ini bisa dilaksanakan sendiri-sendiri atau bersamaan sepanjang masa. 3. Bentuk-bentuk keluarga

a. Sussman (1974) dan Maclin (1988)

1) Keluarga Tradisional

a) Keluarga inti adalah keluarga yang terdiri atas ayah , ibu dan anak

b) Pasangan inti adalah keluarga yang terdiri dari suami dan istri sajac) Keluarga dengan orangtua tunggal: satu orang yang mengepalai keluarga sebagai konsekuensi perceraian.d) Bujangan yang tinggal sendiriane) Keluarga besar tiga generasif) Pasangan usia pertengahan atau pasangan lansiag) Jaringan keluarga besar2) Keluarga Non Tradisional

a) Keluarga dengan orang tua yang memiliki anak tanpa menikah

b) Pasangan yang memiliki anak tanpa menikahc) Pasangan yang hidup bersama tanpa menikah (kumpul kebo)d) Keluarga gaye) Keluarga lesbif) Keluarga komun : Keluarga dengan lebih dari satu pasangan monogami dengan anak-anak yang secara bersama-sama menggunakan fasilitas, sumber dan memiliki pengalaman yang sama.b. Anderson Carter

1) Keluarga inti (nuclear family) : Keluarga yang terdiri atas ayah, ibu dan anak-anak.2) Keluarga besar (ekstended family) : Keluarga inti ditambah dengan sanak saudara, nenek, kakek, keponakan, sepupu, paman, bibi, dan sebagainya.

3) Keluarga berantai (sereal family): Keluarga yang terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan satu keluarga inti.

4) Keluarga duda atau janda: Keluarga yang terjadi karena perceraaian atau kematian5) Keluarga berkomposisi : Keluarga yang perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-sama.

6) Keluarga kabitas : Dua orang menjadi satu tanpa pernikahan tetapi membentuk satu keluarga.3. Struktur Keluarga

Pendekatan struktural fungsional semata mata menganalisa karakteristik struktural keluarga susunan dari bagian bagian yang membentuk keseluruhan struktur, karakteristik struktural keluarga ini menampilkan fungsi fungsi, baik bagi keluarga maupun masyarakat dan subsistem subsistemnya. Struktur keluarga menyatakan bagaimana keluarga disusun, yaitu cara cara yang digunakan untuk menata unit unit, dan bagaimana unit unit tersebut saling terkait satu sama lain.

Dimensi dimensi dan definisi definisi dari konsep struktur sangat berubah. Beberapa ahli teori meletakan dasar struktur pada bentuk tipe keluarga (keluarga inti dan keluarga besar), tipe struktur kekuasaan (Matriarch vs patriarch); pola pola perkawinan (mis.eksogami dan endogami) (Eshleman,1947). Satu cara lain memadang struktur keluarga adalah dengan melukiskan subsistem subsistemnya sebagai dimensi stuktural (Minuchin, 1947). Mengasumsikan bahwa keluarga merupakan semacam kelompok kecil khusus digunakan dimensi dimensi struktural yang diidentifikasi oleh teori dari kelompok kecil karena bersangkut paut dengan pengkajian terhadap kelompok kelompok semacam itu.

Tingginya tingkat ketergantungan satu sama lain dari keluarga ini dan saling ketergantungan tersebut Nampak, ketika seorang professional perawatan keluarga mengobservasi bagaiman perilaku tertentu dari keluarga menjadi indicator dari sejumlah atau semua elemen pengatur utama dalam keluarga. Misalnya dengan cara otoritas, seorang suami yang sedang diobservasi memeritah istri dan anak anak, bilamana dan apa yang akan disajikan untuk makan malam. Lalu ibu meminta anak anak melakukan setiap bagian pekerjaan yang telah dibebankan untuk menyiapkan makanan. Ibu dan anak anak melaksanakan harapan suami tanpa komentar dan mengeluh. Tidak ada bentuk komunikasi lain yang di catat. Kita dapat melihat dari kejadian ini bahwa figure penguasa dari situasi ini adalah ayah ; peran seorang pemimpin keluarga yang memerlukan dan memiliki control terhadap keluarga bahkan hal hal kecil pun di control.

Struktur keluarga atau organisasi pada akhirnya di evaluasi oleh bagaimana keluarga mampu memenuhi fungsi fungsi keluarga yaitu tujuan tujuan yang penting bagi anggotanya dan masyarakat. Struktur keluarga berperan memudahka pencpaian fungsi fungsi keluarga, karena alokasi da konservasi sumber sumber merupakan suatu tugas yang utama bagi struktur keluarga. Karena hubungan yang penting ini, fungsi fungsi harus dipandang dalam hubungannya dengan struktur keluarga.

4. Fungsi keluarga yang berhubungan dengan struktur:a. Struktur egalisasi : masing-masing keluarga mempunyai hak yang sama dalam menyampaikan pendapat (demokrasi)b. Struktur yang hangat, menerima dan toleransic. Struktur yang terbuka, dan anggota yang terbuka : mendorong kejujuran dan kebenaran (honesty and authenticity)d. Struktur yang kaku : suka melawan dan tergantung pada peraturane. Struktur yang bebas : tidak adanya aturan yang memaksakan (permisivenes)f. Struktur yang kasar : abuse (menyiksa, kejam dan kasar)g. Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar berteman)h. Disorganisasi keluarga (disfungsi individu, stress emosional)5. Elemen struktur keluarga menurut Friedman :

a. Struktur peran keluarga

Menggambarkan peran masing-masing anggota keluarga baik didalam keluarganya sendiri maupun peran dilingkungan masyarakat.

b. Nilai atau norma keluarga

Menggambarkan nilai dan norma yang dipelajari dan diyakini dalam keluarga.

c. Pola komunikasi keluarga

Menggambarkan bagaimana cara pola komunikasi diantara orang tua, orang tua dan anak, diantara anggota keluarga ataupun dalam keluarga.

d. Struktur kekuatan keluarga

Menggambarkan kemampuan anggota keluarga untuk mengendalikan atau mempengaruhi orang lain dalam perubahan perilaku ke arah positif.

6. Ciri-ciri struktur keluarga

a. TerorganisasiKeluarga adalah cerminan organisasi, dimana masing-masing anggota keluarga memiliki peran dan pungsi masing-masing sehingga tujuan keluarga dapat tercapai. Organisasi yang baik ditandai dengan adanya hubungan yang kuat antara anggota sebagai bentuk saling ketergantungan dalam mencapai tujuan.

b. KeterbatasanDalam mencapai tujuan, setiap anggota keluarga memiliki peran dan tanggung jawabnya masing-masing sehingga dalam berinteraksi setiap anggota tidak semena-mena, tetapi mempunyai keterbatasan yang dilandasi oleh tanggung jawab masing-masing anggota keluarga.

c. PerbedaanAdanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukan masing-masing anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi yang berbeda dan khas seperti halnya peran ayah sebagai pencari nafkah utama, peran ibu yang merawat anak-anak.7. Dominasi struktur keluarga

a. Dominasi jalur hubungan darah

1) PatrilinealKeluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ayah. Suku-suku di Indonesia rata-rata menggunakan struktur keluarga patrilineal.

2) MatrilinealKeluarga yang dihubungkan atau disusun melalui jalur garis ibu. Suku padang salah satu suku yang yang mengunakan struktur keluarga matrilineal.

b. Dominasi keberadaan tempat tinggal

1) PatrilokalKeberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak suami.

2) MatrilokalKeberadaan tempat tinggal satu keluarga yang tinggal dengan keluarga sedarah dari pihak istri.

c. Dominasi pengambilan keputusan

1) PatriakalDominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami.

2) MatriakalDominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri. (Setiawati & Dermawan, 2008)8. Menurut Friedman (1988) struktur keluarga terdiriatas:a. Pola dan Proses KomunikasiKomunikasi dalam keluarga ada yang berfungsi dan ada yang tidak, hal ini bisa disebabkan oleh beberapa faktor yang ada dalam komponen komunikasi seperti : sender, chanel-media, massage, environtment dan reciever.b. Komunikasi dalam keluarga yang berfungsi adalah:1) Karakteristik pengirim yang berfungsi1) Yakin ketika menyampaikan pendapat2) Jelas dan berkualitas3) Meminta feedback4) Menerima feedbacka. Pengirim yang tidak berfungsi1) Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa menggunakan dasar/data yang obyektif)2) Ekspresi yang tidak jelas (contoh: marah yang tidak diikuti ekspresi wajahnya)3) Jugmental exspressions, yaitu ucapan yang memutuskan/menyatakan sesuatu yang tidak didasari pertimbangan yang matang. Contoh ucapan salah benar, baik/buruk, normal/tidak normal, misal: kamu ini bandel, kamu harus4) Tidak mampu mengemukakan kebutuhan5) Komunikasi yang tidak sesuaib. Karakteristik penerima yang berfungsi1) Mendengar2) Feedback (klarifikasi, menghubungkan dengan pengalaman)3) Memvalidasic. Penerima yang tidak berfungsi1) Tidak bisa mendengar dengan jelas/gagal mendengar2) Diskualifikasi, contoh : iya dech..tapi.3) Offensive (menyerang bersifat negatif)4) Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)5) Kurang memvalidasid. Pola komunikasi di dalam keluarga yang berfungsi1) Menggunakan emosional : marah, tersinggung, sedih, gembira2) Komunikasi terbuka dan jujur3) Hirarki kekuatan dan peraturan keluarga4) Konflik keluarga dan penyelesaiannyae. Pola komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi1) Fokus pembicaraan hanya pada sesorang (tertentu)2) Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya diskusi3) Kurang empati4) Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri5) Tidak mampu memfokuskan pada satu isu6) Komunikasi tertutup7) Bersifat negatif8) Mengembangkan gosip2. Struktur peranPeran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisiindividu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri/suamiatau anak.

Contoh :

Perilaku perana. Perananayah: pencari nafkah, pelindung dan pemberi rasa aman, kepala keluarga, sebaagai anggota dari kelompoksosialnya serta sebagaianggota masyarakatdarilingkungannya.b. Peranan ibu :mengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik anak-naknya, pelindung dan sebagai salah satu anggota kelompok dari peranan sosialnya serta sebagaianggotamasyarakat darilingkungannya,serta bisa berperan sebagai pencari nafkahtambahan dalam keluarga.c. Peranan anak :melaksanakan peranan psiko sosial sesuai dengan tingkat perkembangannya, baik fisik, mental, sosial dan spiritual3. Struktur kekuatanKekuatan merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke arah positif.Tipe struktur kekuatan:a. Legitimate power/authority(hak untuk mengontrol, seperti orang tua terhadap anak)

b. Referent power(seseorang yang ditiru)c. Resource or expertpower(pendapat ahli)

d. Reward power(pengaruh kekuatan karena adanya harapan yang akan diterima)e. Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai keinginannya)f. Informational power(pengaruh yang dilalui melalui proses persuasi)g. Affective power(pengaruh yang diberikan melalui manipulasi dengan cinta kasih misalnya hubungan seksual)

Hasil dari kekuatan tersebutyangakan mendasari suatu proses dalam pengambilan keputusan dalam keluarga seperti::a. Konsensusb. Tawar menawar atau akomodasic. Kompromi atau de factod. Paksaan4. Tugas Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Friedman ( 1981 ) membagi 5 tugas kesehatan yang harus dilakukan keluarga yaitu :

a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap anggota keluarganya

b. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tetap

c. Memberika keperawatan kepada anggota keluarganya yang sakit dan tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usisanya yang sudah tua

d. Mempertahankan suasana di rumah yang nyaman sesuai dengan kepribadian anggota keluarga.

e. Mempertahankan hubungan bolak balik antara anggota keluarga dan lembaga lembaga kesehatan yang menunjukkan kemanfaatan yang baik dengan fasilitas kesehatan yang ada5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kesehatan Keluarga

Seperti yang sudah disebut terlebih dahulu tentang definisi keluarga dari beberap ahli, salah satunya mengemukakan bahwa keluarga sebagai sitem sosial didalamnya berlangsung interaksi secara terus menerus antara anggota keluarga dan lingkungan. Sebagai dampak perubahan tersebut yang terjadi pada lingkungan internal dan eksternal, maka dengan ssendirinya keluarga akan melakukan kompensasi sebagai upaya untuk menyesuaikan dengan perubahan tersebut sehingga fungsi kesehatannya dapat terjaga. Kesehatan keluarga dipengaruhi oleh anggota keluarga dalam menjalankan fungsinya dengn baik.Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi kesehatan keluarga adalah :1. Faktor Fisik

Ross, Mirowsaky dan Goldstein (1990) memberikan gambaran bahwa ada hubungan positif antara perkawinan dengan kesehatan fisik. Contoh dari hubungan positif tersebut antara lain : seorang suami sebelum menikah terlihar kurus maka beberapa lama kemudian setelah menikah akan terlihat lebih gemuk, beberapa alasan dikemukakan bahwa dengan menikah suami ada yang memperhatikan dan pola makan lebih teratur begitu juha sebaliknya yang terjadi pada istri

2. Faktor Psikis

Terbentuknya keluarga akan menimbulkan dampak psikologis yang besar, perasaan nyaman karena saling memperhatikan, saling memberikan penguatan atau dukungan. Suami akan merasa tentram dan terarah setelah beristri begitupun sebaliknya.

3. Faktor Sosial

Status sosial memiliki dampak yang signifikan terhadap fungsi kesehtan sebuah keluarga. Dalam sebuah keluarga ada kecenderungan semakin tinggi tingkat pendapatan yang diterima semakin baik taraf kehidupannya. Tingginya pendapatan yang diterima akan berdampak pada pemahaman tentang pentingnya kesehatan, jenis pelayanan kesehatan yang dipilih, dan bagaimana berespon terhadap masalah kesehatan yang ditemukan.

4. Faktor Budaya

a. Keyakinan dan praktek kesehatan

Setiap suku atau bahkan bangsa memiliki keyakinan dan penilaian yang berbedabeda terhadap fungsi kesehatan. Keyakinan keluarga tehadap fungsi kesehatan sangat dipengaruhi oleh nilai dan keyakinan yang dibawa sebelumnya. Misalnya saja tentang pemahaman pemberian makanan tambahan pada anak-anak. Orang-orang terdahulu memiliki keyakinan bahwa anak sudah boleh diberi makan pisang sebelum umur 4 bulan, tetapi untuk saat ini makanan tambahan baru boleh diberikan setelah anak berumur 4-6 bulan. Perbedaan generasi dalam sebuah keluarga akan memepengaruhi keyakinan keluarga bahkan sering kali menimbulkan konflik tentang fungsi kesehatan yang akan digunakan dalam keluarga tersebut.b. Nilai-Nilai keluarga

Nilai-nilai yang dimiliki oleh keluarga mempengaruhi kesehatan keluarga yang bersangkutan. Misalnya sebuah keluarga yang kurang memperhatikan kesehatan akan merasa bahwa tanpa melakukan upaya apapun kesehatan kelurganya terjaga, maka keluarga akan kuat meyakininya, tetapi keluarga tersebut akan mengalami kesulitan jika suatu waktu nilai yang diyakininya ternyata adalah dan terbukti bahwa kesehatan keluarganya terganggu.c. Peran Dan Pola Komunikasi KeluargaDampak budaya terhadap peran, kekuatan dan komunikasi keluarga berbeda-beda pada tiap keluarga. Jika terjadi perubahan terhadap budaya dengan semestinya terjadinya pergeseran peran, aturan-aturan, kekuatan dan pola komunikasi. d. Koping Keluarga

Koping keluarga dipengaruhi oleh budaya, keluarga akan berusaha beradaptasi dengan perubahan budaya. Koping di artikan sebagai respon positif baik kognitif, afektif, maupun psikomotor bagi kehidupan keluarga daam menyelesaikan masalah yang terjadi pada keluargaC. KONSEP PHBS ( Perilaku Hidup Sehat Bersih )

1. Pengertian

Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas mahluk hidup yang dapat diamati secara langsung maupun tidak langsung yang dapat diamati oleh pihak luar. Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berhubungan dengan sakit, penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan (Notoatmodjo, 2007). PHBS di institusi pendidikan adalah upaya pemberdayaan dan peningkatan kemampuan untuk berperilaku hidup bersih dan sehat di tatanan institusi pendidikan. Indikator PHBS di institusi pendidikan/sekolah meliputi:a. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabun

b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolah

c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehat;

d. Olah raga yang teratur dan terukur

e. Memberantas jentik nyamuk

f. Tidak merokok di sekolah

g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan

h. Membuang sampah pada tempatnya.2. Tujuan PHBSPHBS adalah upaya memberikan pengalaman belajar bagi perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan edukasi guna meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan advokasi, bina suasana (social support), dan gerakan masyarakat (empowerment) sehingga dapat menerapkan cara-cara 8 hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara, dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Aplikasi paradigma hidup sehat dapat dilihat dalam program Perilaku Hidup Bersih Sehat (Depkes RI, 2006).Kebijakan pembangunan kesehatan ditekankan pada upaya promotif dan preventif agar orang yang sehat menjadi lebih sehat dan produktif. Pola hidup sehat merupakan perwujudan paradigma sehat yang berkaitan dengan perilaku perorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat yang berorientasi sehat dapat meningkatkan, memelihara, dan melindungi kualitas kesehatan baik fisik, mental, spiritual maupun sosial.Perilaku hidup sehat meliputi perilaku proaktif untuk:a. Memelihara dan meningkatkan kesehatan dengan cara olah raga teratur dan hidup sehat;

b. Menghilangkan kebudayaan yang berisiko menimbulkan penyakit;

c. Usaha untuk melindungi diri dari ancaman yang menimbulkan penyakit;

d. Berpartisipasi aktif daalam gerakan kesehatan masyarakat.3. Sasaran PHBSSasaran PHBS menurut Depkes RI 2008 dikembangkan dalam lima tatanan yaitu di rumah atau tempat tinggal, di tempat kerja, di tempat-tempat umum, institusi pendidikan, dan di sarana kesehatan. Sedangkan sasaran PHBS di institusi pendidikan adalah seluruh warga institusi pendidikan yang terbagi dalam:

a. Sasaran primerYaitu sasaran utama dalam institusi pendidikan yang akan dirubah perilakunya atau murid dan guru yang bermasalah (individu/kelompok dalam institusi pendidikan yang bermasalah).

b. Sasaran sekunderYaitu sasaran yang mempengaruhi individu dalam institusi pendidikan yang bermasalah misalnya, kepala sekolah, guru, orang tua murid, kader kesehatan sekolah, tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan lintas sektor terkait.

c. Sasaran tersierMerupakan sasaran yang diharapkan menjadi pembantu dalam mendukung pendanaan, kebijakan, dan kegiatan untuk tercapainya pelaksanaan PHBS di institusi pendidikan seperti, kepala desa, lurah, camat, kepala Puskesmas, Diknas, guru, tokoh masyarakat, dan orang tua murid.

4. Strategi PHBSKebijakan Nasional Promosi kesehatan menetapkan tiga strategi dasar promosi kesehatan dan PHBS yaitu (Manda, 2006):a. Gerakan Pemberdayaan (Empowerment)

Merupakan proses pemberian informasi secara terus menerus dan berkesinambungan agar sasaran berubah dari aspek knowledge, attitude, dan practice. Sasaran utama dari pemberdayaan adalah individu dan keluarga, serta kelompok masyarakat.b. Bina Suasana (Social Support)

Adalah upaya menciptakan lingkungan sosial yang mendorong individu anggota masyarakat untuk mau melakukan perilaku yang diperkenalkan.Terdapat tiga pendekatan dalam bina suasana antara lain:

1) Pendekatan individu

2) Pendekatan kelompok

3) Pendekatan masyarakat umumc. Advokasi (Advocacy)Adalah upaya yang terencana untuk mendapatkan dukungan dari pihakpihak terkait (stakeholders). Pihak-pihak terkait ini dapat berupa tokoh masyarakat formal yang berperan sebagai penentu kebijakan pemerintahan dan penyandang dana pemerintah. Selain itu, tokoh masyarakat informal seperti tokoh agama, tokoh pengusaha, dan lain sebagainya dapat berperan sebagai penentu kebijakan tidak tertulis dibidangnya atau sebagai penyandanh dana non pemerintah. Sasaran advokasi terdapat tahapantahapan yaitu:1) Mengetahui adanya masalah

2) Tertarik untuk ikut menyelesaikan masalah

3)Peduli terhadap pemecahan masalah dengan mempertimbangkan alternatif pemecahan masalah

4)Sepakat untuk memecahkan masalah dengan memilih salah satu alternatif pemecahan masalah

5) Memutuskan tindak lanjut kesepakatan5. Manfaat PHBSManfaat PHBS di lingkungan sekolah yaitu agar terwujudnya sekolah yang bersih dan sehat sehingga siswa, guru dan masyarakat lingkungan sekolah terlindungi dari berbagai ancaman penyakit, meningkatkan semangat proses belajar mengajar yang berdampak pada prestasi belajar siswa, citra sekolah sebagai institusi pendidikan semakin meningkat seingga mampu menarik minat orang tua dan dapat mengangkat citra dan kinerja pemerintah dibidang pendidikan, serta menjadi percontohan sekolah sehat bagi daerah lain (Depkes RI, 2008).6. Indikator PHBS di SekolahBeberapa indikator PHBS di lingkungan sekolah antara lain (Dinkes Semarang, 2010):

a. Mencuci tangan dengan air yang mengalir dan menggunakan sabunSiswa dan guru mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir sebelum makan dan sesudah buang air besar. Perilaku cuci tangan dengan air mengalir dan menggunakan sabun mencegah penularan penyakit seperti diare, kolera, disentri, typus, cacingan, penyakit kulit, hepatitis A, ispa, flu burung, dan lain sebagainya. WHO menyarankan cuci tangan dengan air mengalir dan sabun karena dapat meluruhkan semua kotoran dan lemak yang mengandung kuman. Cuci tangan ini dapat dilakukan pada saat sebelum makan, setelah beraktivitas diluar sekolah, bersalaman dengan orang lain, setelah bersin atau batuk, setelah menyentuh hewan, dan sehabis dari toilet. Usaha pencegahan dan penanggulangan ini disosialisasikan di lingkungan sekolah untuk melatih hidup sehat sejak usia dini. Anak sekolah menjadi sasaran yang sangat penting karena diharapkan dapat menyampaikan informasi kesehatan pada keluarga dan masyarakat.b. Mengkonsumsi jajanan sehat di kantin sekolahDi sekolah siswa dan guru membeli atau konsumsi makanan/jajanan yang bersih dan tertutup di warung sekolah sehat. Makanan yang sehat mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral dan vitamin. Makanan yang seimbang akan menjamin tubuh menjadi sehat. Makanan yang ada di kantin sekolah harus makanan yang bersih, tidak mengandung bahan berbahaya, serta penggunaan air matang untuk kebutuhan minum.c. Menggunakan jamban yang bersih dan sehatJamban yang digunakan oleh siswa dan guru adalah jamban yang memenuhi syarat kesehatan (leher angsa dengan septictank, cemplung tertutup) dan terjaga kebersihannya. Jamban yang sehat adalah yang tidak mencemari sumber air minum, tidak berbau kotoran, tidak dijamah oleh hewan, tidak mencemari tanah disekitarnya, mudah dibersihkan dan aman digunakan.

d. Olah raga yang teratur dan terukurAktivitas fisik adalah salah satu wujud dari perilaku hidup sehat terkait dengan pemeliharaan dan penigkatan kesehatan. Kegiatan olah raga disekolah bertujuan untuk memelihara kesehatan fisik dan mental anak agar tidak mudah sakit. Dalam rangka meningkatkan kesegaran jasmani, perlu dilakukan latihan fisik yang benar dan teratur agar tubuh tetap sehat dan segar. Dengan melakukan olahraga secara teratur akan dapat memberikan manfaat antara lain: meningkatkan kemampuan jantung dan paru, memperkuat sendi dan otot, mengurangi lemak atau mengurangi kelebihan berat badan, memperbaiki bentuk tubuh, mengurangi risiko terkena penyakit jantung koroner, serta memperlancar peredaran darah. e. Memberantas jentik nyamukKegiatan ini dilakukan dilakukan untuk memberantas penyakit yang disebabkan oleh penularan nyamuk seperti penyakit demam berdarah. Memberantas jentik nyamuk dilingkungan sekolah dilakukan dengan gerakan 3 M (menguras, menutup, dan mengubur) tempat-tempat penampungan air (bak mandi, drum, tempayan, ban bekas, tempat air minum, dan lain-lain) minimal seminggu sekali. Hasil yang didapat dari pemberantasan jentik nyamuk ini kemudian di sosialisasikan kepada seluruh warga sekolah.f. Tidak merokok di sekolahSiswa dan guru tidak ada yang merokok di lingkungan sekolah. Timbulnya kebiasaan merokok diawali dari melihat orang sekitarnya merokok. Di sekolah siswa dapat melakukan hal ini mencontoh dari teman, guru, maupun masyarakat sekitar sekolah. Banyak anak-anak menganggap bahwa dengan merokok akan menjadi lebih dewasa. Merokok di lingkungan sekolah sangat tidak dianjurkan karena rokok mengandung banyak zat berbahaya yang dapat membahayakan kesehatan anak sekolah.

g. Menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan

Siswa menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap bulan. Kegiatan penimbangan berat badan di sekolah untuk mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anak serta status gizi anak sekolah. Hal ini dilakukan untuk deteksi dini gizi buruk maupun gizi lebih pada anak usia sekolah.

h. Membuang sampah pada tempatnya

1) Pengertian

Sampah adalah suatu bahan yang tebuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun alam. Sampah ditampung dan dibuang setiap hari ditempat pembuangan yang memenuhi syarat karena membuang sampah tidak pada tempatnya akan dapat mengakibatkan penyakit dan akan mencemari udara disekitarnya. Mendidik anak untuk selalu membuang sampah pada tempatnya akan dapat menekan angka penyakit yang dapat muncul di lingkungan sekolah.

2)Jenis Sampah

Sampah dibedakan menjadi 3 jenis yaitu:

a) Sampah anorganik/kering yaitu tidak dapat mengalami pembususkan secara alami seperti logam, besi, kaleng plastik, karet, atau botol.

b)Sampah organik/basah dapat memngalami pembususkan secara alami seperti sisa makanan, sayuran, sampah dapur, dan lain sebagainya.

c) Sampah berbahaya yaitu sampah yang dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan seperti botol racun nyamuk, jarum suntik, batere, dan lain sebagainya.3) Pengelolaan Sampah

Pengelolaan sampah meliputi penyimpanan, pengumpulan, dan pemusnahan sampah sehingga sampah tidak mengganggu lingkungan (Notoatmodjo, 2003):a) Penyimpanan sampah

Yaitu penyimpanan sampah sementara sebelum sampah dimusnahkan. Oleh karena itu dibutuhkan tempat sampah dengan syarat yang memadai antara lain:

(1) Konstruksinya kuat untuk mencegah kebocoran dan berseraknya sampah.

(2) Tempat sampah memiliki tutup dan mudah dibuka sehingga tidak mengotori tangan.

(3) Ukuran sampah disesuaikan sehingga mudah untuk diangkut.b) Pengumpulan sampah Sampah ditampung di tempat yang memadai kemudian diangkut serta dibuang ke tempat pembuangan akhir.c) Pemusnahan sampah

(1) Dibakar (incenarator)

Yaitu memusnahkan sampah dengan cara membakar sampah, kerugian dari cara ini adalah dapat menyebabkan polusi udara serta jika dilakukan di dekat pemukiman dapat terjadi kebakaran.

(2) Pengomposan (composting)Yaitu pengolahan sampah menjadi pupuk (kompos), khususnya untuk sampah organik daun-daunan, sisa makanan, dan sampah lain yang dapat membusuk.

(3) Ditanam (landfill)

Sampah dimusnahkan dengan cara membuat lubang ditanah kemudian sampah dimasukkan dan ditimbun dangan tanah.4) Dampak Pengelolaan Sampah yang Negatif

a) Terhadap Kesehatan

(1) Pengelolaan sampah yang tidak baik merupakan media yang subur untuk berkembangnya vektor-vektor penyakit seperti serangga, tikus, dan binatang lainnya untuk berkembang biak sehingga dapat menyababkan timbulnya penyakit.

(2) Sampah menjadi sumber polusi seperti pencemaran tanah, air, serta udara.

(3) Sampah menjadi tempat hidup mikroorganisme berbahaya yang dapat membahayakan kesehatan.

(4) Sampah dapat menimbulkan kecelakaan dan kebakaranb) Terhadap Lingkungan

(1) Dapat mengganggu estetika dan polusi udara akibat pembusukan sampah oleh mikroorganisme.

(2) Debu-debu yang berterbangan dapat mengganggu mata dan pernafasan.

(3) Jika terjadi proses pembakaran yang dekat dengan sekolah maupun pemukiman asapnya akan mengganggu penglihatan, pernafasan, serta mencemari udara.

(4) Pembuangan sampah ke saluran air menyebabkan pendangkalan saluran dan mengurangi daya aliran saluran.

(5) Dapat menyebakan banjir jika sampah dibuang di sembarang tempat. Terutama ke saluran yang daya serapnya sudah menurun.

(6) Membuang sampah ke selokan dapat mengotori badan air.5) Perilaku Membuang Sampah yang Benar

a) Sarana membuang sampahMembuang sampah yang benar adalah dengan memisahkan sampah menjadi 3 bagian yaitu:

(1) Sampah organik seperti buah atau makanan yang cepat busuk.

(2) Sampah non organik seperti botol plastik, kaleng minuman, pecahan kaca, dan sebagainya.

(3) Sampah yang mudah terbakar seperti kertas atau plastik.b) Media PromosiMedia promosi membuang sampah di sekolah dapat berupa:

(1) Poster.

(2) Slogan tentang kebersihan lingkungan dan anjuran membuang sampah pada tempatnya yang dipasang disetiap kelas.

(3) Video tentang pengelolaan sampah yang baik dan benar di sekolah.

c) Aturan atau Tata TertibUntuk menjaga agar lingkungan agar selalu terjaga dari sampah maka tindakan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

(1) Guru memberi contoh pada siswa-siswi membuang sampah selalu pada tempatnya.

(2) Guru wajib menegur dan menasehati siswa yang mebuang sampah di sembarang tempat.

(3) Mencatat siswa-siswi yang membuang sampah di sembarang tempat pada buku/kartu pelanggaran.

(4) Membuat tata tertib baru yang isinya tentang pemberian denda terhadap siswa-siswi yang membuang sampah di sembarang tempat.7. Perilaku Kesehatan

Perilaku sehat adalah perilaku yang didasarkan pada prinsip-prinsip kesehatan (Azwar, 1983 dalam Machfoedz 2005). Sedangkan Skiner dalam Notoatmodjo (2007) menjelaskan perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan. Penerapan perilaku hidup bersih sehat (PHBS) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi. Lawrence Green dalam Notoatmojo (2007) membedakan adanya dua determinan masalah kesehatan yaitu faktor perilaku (behavioral factors) dan faktor non perilaku (non behavioral factors). Green menjelaskan bahwa faktor perilaku ditentukan oleh tiga faktor utama:1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors) Yaitu faktor-faktor yang mempermudah atau mempredisposisi terjadinya perilaku seseorang, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan, nilai-nilai tradisi, dan sebagainya. Pengetahuan yang diberikan kepada siswa tentang perilaku hidup bersih sehat di lingkungan sekolah menjadi faktor penting untuk dapat menerapkan perilaku tersebut. Melalui pengetahuan akan membentuk sikap yang akan diterapkan menjadi kebiasaan berperilaku hidup bersih sehat di lingkungan sekolah.2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors) Merupakan faktor-faktor yang memungkinkan atau memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor pemungkin adalah sarana dan prasarana atau fasilitas untuk terjadinya perilaku kesehatan, misalnya tempat pembuangan air yang bersih, tempat pembuangan sampah, tempat olah raga yang memadai, ketersediaan makanan bergizi di warung sekolah, UKS, dan sebagainya. Sarana prasarana menjadi pendukung dalam mewujudkan perilaku hidup bersih sehat di sekolah, maka faktor ini disebut faktor pemungkin.3. Faktor-faktor penguat (reinforcing factors)Yaitu faktor-faktor yang memperkuat atau mendorong terjadinya perilaku. Dukungan dari pihak sekolah seperti guru, petugas kesehatan setempat, maupun masyarakat sekitar menjadi faktor yang dapat menguatkan perilaku siswa dalam berperilaku hidup bersih sehat di lingkungan sekolah. Dukungan fasilitas saja tidak akan cukup untuk menunjang perilaku sehat, namun juga dukungan perilaku atau contoh dari seluruh komponen sekolah. Bloom dalam Notoatmodjo (2007) perilaku manusia dibagi dalam 3 domain yaitu kognitif (cognitif), afektif (affectif), psikomotor (psychomotor). Kognitif dapat diukur dari pengetahuan, afektif dari sikap, dan psikomotor dari praktek atau tindakan yang dilakukan. Dalam pembentukan dan perubahan perilaku dipengaruhi oleh bebrapa faktor yaitu faktor internal yaitu karakteristik orang yang bersangkutan misalnya tingkaat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya. Sedangkan faktor internal seperti lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik dan sebagainya. Teori Bloom ini kemudian dimodifikasi sebagai berikut:1. PengetahuanMerupakan hasil dari tahu, ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh dari mata dan telinga. Siswa mengerti tentang perilaku hidup bersih sehat dari keluarga maupun lingkungan sekolah dari apa yang diajarkan dan apa yang dilihat melalui contoh perilaku ataupun membaca pesan-pesan kesehatan di media cetak, elektronik, poster, leaflet dan sebagainya. Dalam pengetahuan ada 6 tingkatan yaitu:a. Tahu (know)Diartikan sebagai mengingat materi yang telah diberikan sebelumnya. Termasuk mengingat kembali sesuatu yang spesifik dari seluruh rangsangan yang telah diterimab. Memahami (comprehension)Yaitu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.c. Aplikasi (aplication)

Merupakan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya.d. Analisis (analysis)

Adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek kedalam komponen-komponen tapi masih dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (synthesis)

Merupakan suatu kemmapuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.f. Evaluasi (evaluation)Berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Pengetahuan pada anak usia sekolah merupakan perubahan yang terjadi pada aspek kognitifnya. Daya pikir anak usia sekolah berkembang kearah pikir konkrit, rasional, dan obyektif. Teori Piaget menyatakan pemikiran anak usia sekolah disebut juga pemikiran operasional konkrit (concrete operational thought) yaitu aktivitas mental yang difokuskan pada obyek-obyek yang konkrit. Dalam masa ini terjadi 3 macam proses yaitu:a. Negasi (negation)

Anak memahami hubungan antara benda atau keadaan yang satu dengan benda atau keadaan yang lain.b. Hubungan Timbal Balik (Resiprok)

Anak memahami hubungan sebab akibat dalam suatu keadaan.c. IdentitasAnak sudah mengenal obyek yang ada di sekitarnya. Proses tersebut memungkinkan anak mengetahui suatu perbuatan tanpa melihat bahwa perbuatan tersebut ditunjukkan. Pada tahap ini anak telah memiliki struktur kognitif yang memungkinkan untuk anak berfikir untuk melakukan suatu tindakan tanpa bertindak secara nyata (Wong, 2009). Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan (Notoatmodjo, 2007) antara lain:

a. PendidikanPendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan makin mudah untuk menerima informasi. Pengetahuan anak tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut b. Informasi media massa

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.c. Sosial budaya dan ekonomi

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan anak didalam keluarga maupu masyarakat akan mengembangkan pola kognitif anak dan akan membentuk sebuah perilaku. Status ekonomi juga akan menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu, sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi penge