laporan kekasaran
-
Upload
irwandi-sang-ingeener -
Category
Documents
-
view
497 -
download
70
Transcript of laporan kekasaran
LAPORAN AKHIRMETROLOGI INDUSTRI
MODUL 4KEKASARAN PERMUKAAN
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
GIHON MATONDANG 1007135346
BARIB BRAMAWIRA 1007135583
SIGIT NURHASANTO 1007133773
AAN MARDIANSA 1007135481
LABORATORIUM PENGUKURAN PROGRAM STUDI SARJANAJURUSAN TEKNNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS RIAU
2011
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas berkat dan rahmat-Nyalah, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
pratikum METROLOGI INDUSTRI, khususnya ”PENGUKURAN
KEKASARAN PERMUKAAN” sebagai laporan akhir pratikum pengukuran
kekasaran permukaan ini tepat pada waktunya.
Pertama-tama penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada:
Bapak DODI SOFYAN ARIEF,ST.,MT,selaku dosen pengampu
metrologi industri.
Asisten metrologi industri yang banyak memberi ilmu
pengetahuan.
Kedua orang tua yang selalu memberikan dorongan dan motifasi
kepada penulis
Teman-teman yang telah membantu dalam pembuatan laporan
pratikum metrologi industri,khususnya kekasaran permukaan.
Penulis telah berusaha menyusun laporan ini dengan sebaik-baiknya.
Namun, penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan penulis, sehingga
masih terdapatnya banyak kesalahan dan kekurangan yang luput dari perhatian
penulis. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sangatlah
diharapkan untuk membangun kedepannya. Atas perhatiannya penulis
mengucapkan banyak terima kasih.
Pekanbaru, Desember 2011
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iii
DAFTAR NOTASI..................................................................................................v
BAB 1PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................................1
1.2 Tujuan Pratikum.............................................................................................1
1.3 Alat Ukur Yang Digunakan...........................................................................2
1.4 Benda Kerja....................................................................................................4
1.5 Pelaksanaan Pratikum....................................................................................5
BAB II TEORI DASAR...........................................................................................6
2.1 Pendahuluan...................................................................................................6
2.2 Permukaan dan Profil.....................................................................................6
2.3 Parameter Kekasaran Permukaan...................................................................9
2.4 Pembahasan Harga Parameter Kekasaran Permukaan.................................14
BAB III DATA PENGAMATAN..........................................................................18
3.1 Data Pengamatan..........................................................................................18
3.2 Pengolaha Data.............................................................................................19
3.2.1 Perhitungan Kerja..................................................................................19
BAB IV ANALISA DATA....................................................................................23
4.1 Aanalisa Data...............................................................................................23
BAB V KESIMPULAN.........................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................25
LAMPIRAN...........................................................................................................26
ii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Amplifire...............................................................................................2Gambar 2. Drive unit..............................................................................................3Gambar 3. Pick-up..................................................................................................3Gambar 4. Benda kerja...........................................................................................4Gambar 5. Beberapa orientasi bidang potong terhadap geometri ideal..................7Gambar 6.posisi profil referensi/acuan/puncak,profil tengah dan profil akar/alas terhadap profil terukur,untuk satu panjang sampel.Perhatikan bahwa pemilihan panjang sampel ℓ ( letak dan/atau Panjang ) akan mempengaruhi harga parameter kekasaran................................................................................................................10Gambar 7. Analisis profil terukur dalam arah sumbu gerak sensor alat ukur.beberapa Dengan analisis dalam arah tegak dengan satuan pm. Satuan analisis pada arah ml adalah dalam mm.................................................................12Gambar 8.Kurva abbott, hubungan antara kedalaman c (µm) dengan bagian panjang penahan tp (%).Bentuk kurva ini merupakan ciri spesifik bagi permukaan yang dianalisis........................................................................................................13Gambar 9. Profil”berduri”dan profil”bercelah”.Kedua profil terukur ini dapat mempunyai harga Rt (juga Ra) yang sama.Hanya parameter Rp-nya yang berbeda.................................................................................................................................14Gambar 10.Penentuan tinggi gelombang W untuk profil yang bergelombang....15Gambar 11. grafik kekasaran permukaan.............................................................18
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Ketidak teraturan suatu profil (konfigurasi penampang permukaan)........8Tabel 2.Beberapa profil teoritik dengan harga parameter “kekasarannya”...........16
iv
DAFTAR NOTASI
Simbol Keterangan Satuan
PR Profil referensi Titik
Dx Panjang sampel Titik
PA Profil alas Titik
PT Profil terukur Titik
Pt Profil tengah Titik
Ku Koefisien lekukan µm
Kv Koefisien kelurusan µm
Rt Kekasaran total µm
Rp Kekasaran perataan µm
Ra Kekasaran rata-rata aritmatik µm
Rg kekasaran rata-rata kuadratik µm
Rz kekasaran total rata-rata µm
yl....yn Jarak profil alas – profil terukur µm
hl....hn Jarak profil referensi – profil terukur µm
v
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pengukuran adalah suatu proses membandingkan suatu parameter atau
variabel dengan suatu parameter atau variabel yang dianggap sebagai acuan atau
standar.
Permukaan adalah batas yang memisahkan benda padat dengan
sekelilingnya.Karakteristik suatu permukaan memegang peranan penting dalam
perancangan komponen mesin atau peralatan.Banyak hal dimana karakteristik
permukaan perlu dinyatakan jelas.Misalnya dalam kaitannya dengan:
Gesekan
Keausan
Pelumasan
Tahanan kelelahan
Perekatan dua atau lebih komponen-komponen.
Dan sebagainya
Karakteristik permukaan sebagaimana yang dimaksud oleh siperancang
ini dapat mungkin harus dipenuhi ooleh sipembuat komponen.
1.2 Tujuan pratikum
Adapun tujuan dari praktikum ini adalah :
1. Memahami prinsip dasar proses pengukuran kekasaran
permukaan
2. Dapat menggunakan dan mengoperasikan alat ukur kekesaran
permukaan
3. Mengetahui parameter-parameter kekasaran permukaan
1
4. Mampu menganalis hasil pengukuran kekasaran permukaan
1.3 Alat Ukur Yang Digunakan
Adapun alat yang digunakan selama melaksanakan pratikum metrologi
industri,khususnya pengukuran kekasaran permukaan yaitu seperangkat alat
kekasaran permukaan,yang terdiri dari :
1. Amplifire (AS-1700)
Gambar 1. Amplifire
2
1.4 Benda kerjaDalam pratikum metrologi industri,khususnya pengukuran kekasaran
permukaan benda kerja yang digunakan adalah aluminium yang mirip dengan
stanlist.Dimana gambar benda kerja tersebut seperti pada gambar dibawah ini:
Gambar 4. Benda kerja
4
1.5 Pelaksanaan pratikum
Adapun prosedur pelaksanaan pratikum pengukuran kekasaran
permukaan antara lain :
1. Rangkaikan alat ukur kekasaran permukaan dan setting
parameter sesuai standar ISO (minta bantuan instruktur).
2. Letakkan benda ukur dibawah jarum sensor yang terdapat
pada pick-up ,kemudian lakukan pengaturan set-meter =0.
3. Lakukan pengambilan data dan hasil,yang didapat berbentuk
grafik.
4. Lakukan perhitungan parameter-parameter kekasaran
permukaan dari data grafik yang diperoleh.
5. Lakukan penganalisisan kekasarn permukaan dari hasil
perhitungan-perhitungan grafik.
5
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Pendahuluan
Yang dimaksud dengan “ permukaan “ adalah batas yang memisahkan
benda padat dengan sekelilingnya.Benda padat dengan lubang kecil (poros)
seperti kayu dalam hal ini tidak termasuk,jika ditinjau dengan skala kecil pada
dasarnya konfigurasi permukaan suatu elemen mesin (Produk) juga merupakan
suatu karakteristik geometrik,yang dalam hal ini termasuk golongan
mikrogeometri.Sementara itu yang tergolong mikrogeometri adalah permukaan
secara keseluruhan yang membuat bentuk atau rupa yang spesifik.Misalnya
permukaan poros,lubang,sisi dan sebagainya.
Karakteristik suatu permukaan memegang peranan penting dalam rancangan
komponen mesin atau peralatan,dalam proses pengerjaan harus sangat
diperhatikan. Kompromi haruslah didapatkan antara persyaratan fungsional
konponen dengan ongkos pembuatan.
Agar pengerjaan lebih mudah maka sebaiknya seperti
toleransi,ukuran,bentuk dan posisi. Karakteristik permukaan harus dapat
diterjemahkan kedalam bentuk gambar teknik.
2.2 Permukaan dan Profil
Karena ketidaksempurnaan alat ukur dan cara pengukuran maupun cara
evaluasi hasil pengukuran maka suatu permukaan sesungguhnya (real surface)
tidaklah dapat dibuat tiruan (duplikatnya secara sempurna).”Tiruan permukaan”
hasil pengukuran hanya bisa mendekati bentuk atau konfigurasi permukaan yang
sesungguhnya dan disebut sebagai permukaan terukur.Sebagai contoh suatu celah
atau retakan yang sempit pada permukaan tidak akan dapat diikuti oleh jarum
6
peraba (stylus) alat ukur karena dimensi ujung jarum ini lebih besar dari pada
ukuran celah.
Karena terjadinya berbagai penyimpangan selama proses pembuatan
maka permukaan geometri ideal (geometrically ideal surface) yaitu permukaan
yang dianggap mempunyai bentuk yang sempurna tidaklah dapat dibuat.Dalam
praktek seorang perancang akan menuliskan syarat permukaan pada gambar
teknik dengan cara yang mengikuti suatu aturan (standar) yang tertentu.suatu
permukaan yang disyaratkan pada gambar teknik itu adalah disebut sebagai
permukaan nominal (nominal surface).
Permukaan hanya dipandang sebagai penampang permukaan yang
dipotong yang ditinjau relatif terhadap permukaan dengan geometri ideal secara
tegak lurus (normal),serong (oblique) atau singgung (tangensial).Bidang
pemotongan juga dapat diatur orientasinya, sehingga ”sejajar” permukaan, lalu
geser kedalam permukaan cara pemotongan ini akan menghasilkan suatu
garis/daerah yang dinamakan sesuai dengan nama pemotongannya. Khusus untuk
pemotongan normal dan serong, garis hasil pemotongannya disebut profil.
Gambar 5. Beberapa orientasi bidang potong terhadap geometri ideal
7
Ketidakteraturan konfigurasi suatu permukaan,bila di tinjau dari
profilnya dapat diuraikan atas beberapa tingkat: tingkat pertama yaitu
ketidakteraturan makrogeometri sebagaimana telah dibahas pada toleransi
bentuk.tingkat kedua adalah disebut dengan gelombang (waviness) merupakan
ketidakteraturan yang periodik dengan penjang gelombang yang jelas lebih besar
dan kedalamannya (amplitudo).tingkat ketiga alur (grooves) serta tingkat keempat
yang disebut dengan serpihan (flakes) kedua-duanya lebih dikenal dengan istilah
kekasaran (rougness). Dalam kebanyakan hal ke empat tingkat ketidakteraturan
konfigurasi suatu permukaan jarang ditemukan sendiri/terpisah.melainkan
kombinasi beberapa tingkat ketidakteraturan yang tersebut.
Sepintas pembedaan antara tingkat ketidakteraturan ini dapat dimengerti
dan dapat juga diperkirakan faktor-faktor penyebabnya,akan tetapi persoalannya
adalah bagaimana membuat dan menyatakan secara kuantitatif suatu parameter
yang dapat menjelaskan satu persatu tingkat ketidakteraturan bagi suatu
permukaan yang sekaligus mempunyai konbinasi ketidakteraturan diatas.
8
Tabel 1. Ketidak teraturan suatu profil (konfigurasi penampang permukaan)
2.3 Parameter Kekasaran PermukaanUntuk memproduksi profil suatu permukaan sensor atau peraba (stylus)
alat ukur harus digerakkan mengikuti gerakan lintasan yang berupa garis lurus
dengan jarak yang telah ditentukan terlebih dahulu. Panjang lintasan ini disebut
dengan panjang pengukuran (traveling enght ; ℓe).
Berikut adalah beberapa istiah penting tentang profil-profil pada
pengukuran kekasarn permukaan :
profil geometrik ideal (geometrically ideal profil) adalah profil
permukaan sempurna (berupa garis lurus,lengkung dan busur).
profil terukur ( measure profil) adalah profil permukaan terukur
profil referensi (acuan / puncak) adalah profil yang digunakan
sebagai acuan/puncak Untuk menganalisis ketidakteraturan
konfigurasi permukaan.
profil akar/alas ( root profil) adalah profil referensi yang digeser
kebawah sehingga menyinggung titik terendah profil terukur.
profil tengah (center profil) adalah profil referensi yang digeser
ke bawah arah bawah sedemikan rupa sehingga jumlah luas bagi
daerah-daerah di alas profil tengah sampai ke profil terukur
adalah sama dengan jumlah luas dengan daerah – daerah
dibawah profil tengah sampai ke profil terukur.
9
Gambar6.posisi profil referensi/acuan/puncak,profil tengah dan profil akar/alas terhadap
profil terukur,untuk satu panjang sampel.Perhatikan bahwa pemilihan panjang
sampel ℓ ( letak dan/atau Panjang ) akan mempengaruhi harga parameter
kekasaran.
Berdasarkan profil-profil yang diterangkan diatas, dapat dideferensikan
beberapa parameter permukaan,yaitu yang berhubungan dimensi pada arah tegak
dan arah memanjang/mendatar. Untuk dimensi arah tegak dikenal beberapa
parameter, yaitu:
Kekasaran total ( peak to valley height/total height): Rt (μm)
Adalah jarak antara profil referensi dengan profil alas.
Kekasaran peralatan ( deph of surface smooting / peak to mean
line), Rp (μm) Adalah jarak rata – rata antara profil referensi
dengan profil terukur.
Rp =
10
Kekasaran rata – rata aritmatik ( mean roughness indek /
center line average, CLA). Ra (μm) Adalah harga rata – rata
aritmatik bagi harga absolutnya jarak antara profil terukur
dengan profil tengah.
Ra = dx
Catatan :
Parameter Ra ini banyak dimanfaatkan dalam praktek. Pada ganbar 2.28
diperlihatkan jika daerah- daerah dibawah profil tengah ” Lembah” dicerminkan
ke atas ( menjadi daerah-daerah yang diarsir tegak ) di rata – ratakan dengan
daerah – daerah diatas profil tengah ( ” gunung ” ; daerah yang diarsir miring )
maka akan terbentuk ” dataran tinggi” dengan ketinggian sebesar Ra.
Kekasaran rata – rata kuadratik ( root mean square height )
Rg ( μm) Adalah akar bagi jarak kuadrat rata – rata antara profil
terukur dengan profil Tengah.
Rg = hi2 dx
Kekasaran total rata – rata, Rz ( μm) Adalah merupakan jarak
rata – rata profil alas ke profil terukur pada lima puncak tertinggi
dikurangi jarak rata – rata profil alas ke profil terukur pada lima
lembah terendah
Rz =
Selanjutnya untuk dimensi arah mendatar ( sesuai dengan arah gerak
sensor alat ukur ) diterangkan beberapa parameter antara lain (lihat gambar 2.30-
a):
11
Gambar 7. Analisis profil terukur dalam arah sumbu gerak sensor alat ukur.
Dengan analisis dalam arah tegak dengan satuan pm. Satuan analisis
pada arah ml adalah dalam mm.
Lebar gelombang (waviness width) Aw (mm) Adalah rata – rata
aritmatik bagi semua jarak a1 diantara dua buah puncak
gelombang (profil terukur ) yang berdekatan pada suatu panjag
sampel ℓw
ℓw ini disebut dengan panjang sampel gelombang ( wainess sampeling length),
dimensinya lebih panjang dari pada panjang sampel ℓ (yang biasanya dipakai
untuk mengukur kekasaran), maksud pemakaian ℓw adalah untuk memisahkan
efek gelombang dari parameter kekasaran.
Lebar kekasaran. ( roughness width) Ar (mm) Adalah rata –
rata aritmatik bagi semua jarak awi diantara dua puncak kekasaran
profil terukur yang berdekatan pada suatu panjang sampel ℓ.
Panajang penahan (bearing lenght ). ℓt (mm) Apabila profil
referensi digeserkan kebawah sejauh c (dalam mm) akan
memotong profil terukur sepanjang ℓc1 , ℓc2 .........ℓcn. panjang
12
penahan ℓt adalah jumlah proyeksi ℓc1 , ℓc2 .........ℓcn. (pada
profil referensi atau profil geometrik ideal, lihat gambar 2.30-b )
karena untuk tiap harga C (mm) akan memberikan harga harga ℓt
yang tertentu, maka pada waktu menulisakan ℓt perlu dijelaskan
juga harga C ini didapat untuk pergeseran C sebesar 0,25 μm.
Bagian panjang penahan ( bearing lenght frantion), tp (mm)
Adalah hasil bagi panjang penahan terhadap panjang sampelnya
tp =
Seperti halnya pada pernyataan ℓt, besarnya C harus pula dituliskan, yaitu secara
contoh berikut : tp 0,25 = ...........%
Apabila C mencapai harga maksimum,yaitu sama dengan harga mencapai harga
100% . selanjutnya, dapat dibuat suatu kurva yang menggambarkan hubungan
antara C dan tp, dan kuva ini dikenal dengan nama kurva abbott dengan bentuk
yang tertentu, sehingga dapat dianggap sebagai salah satu karakteristik
konfigurasi permukaan yang bersangkutan gambar 2.31 menunjukkan contoh
kurva ini.
Gambar 8.Kurva abbott, hubungan antara kedalaman c (µm) dengan bagian
panjang penahan tp (%).Bentuk kurva ini merupakan ciri spesifik bagi
permukaan yang dianalisis.
13
2.4 Pembahasan Harga Parameter Kekasaran Permukaan
sebagaimana yang telah disinggung dimuka, parameter kekasaran
permukaan merupakan besaran panjang yang direkayasa orang guna
mengidentifikasikan suatu permukaan. Suatu parameter dikatakan ideal jika
perbedaan yang bagai manapun spesifikasinya dapat diketahui dan perbedaan
hasil pengukuran berdasarkan parameter tersebut. Karena kompleksitas suatu
permukaan maka sulit untuk membuat parameter yang ideal, hal ini
dapatditunjukkan melalui ulasan berikut.
Gambar 9.Profil”berduri”dan profil”bercelah”.Kedua profil terukur ini dapat
mempunyai harga Rt (juga Ra) yang sama.Hanya parameter Rp-nya
yang berbeda.
Pertama – tama marilah kita tinjau dua buah profil permukaan yang
”istimewa” seperti gambar 2.32. salah satu profil mempunyai celah – celah yang
sempit. Bila diukur, kedua profil ini akan memberikan harag Ra yang kurang lebih
sama. Demikian pula halnya dengan harga Rt - nya. Perbedaan kedua profil ini
hanya terletak pada harga Rp-nya. Oleh karena itu, untuk memberikan informasi
yang lebih lengkap mengenai konfigurasi permukaan. dikemukakan suatu
parameter baru yang disebut dengan parameter bentuk yang dapat dinyatakan
dengan memakai salah satu dan dua cara pernyataan berikut:
Koefisien lekukan, ku
Adalah kekasaran peralatan dibagi dengan kekasaran total
14
Ku =
Koefisien kelurusan, kv
Adalah merupakan komplemen satuan koefisien lekukan
Kv =
Untuk suatu profil yang mempunyai kombinasi ketidakteraturan yang
berbentuk gelombang dan sekaligus juga kekasaran harus diusahakan untuk
memisahkan tingkatan ketidakteraturan tersebut. Caranya, dengan mengambil dua
panjang sampel yang bebeda yaitu panjang sampel gelombang dan panjang
sampel kekasaran jadi, harga rata – rata aritmatik Ra untuk beberapa panjang
sampel kekasaran yang diukur pada beberapa tempat didalam panjang sampel
gelombang dapat dikurangkan dari harga Ra yang didapat dari pengukuran untuk
satu panjang sampel gelombang tersebut (lihat gambar2.33 ) .
Gambar 10.Penentuan tinggi gelombang W untuk profil yang bergelombang
Dan hasil ini dapat didefenisikan suatu parameter lain yang disebut ketinggian /
kekasaran gelombang, w ( waviness height). Untuk satu panjang sampel
gelombang. W adalah jarak antara profil dasar dengan profil referensi yang telah
digeser sejauh harga rata – rata Rt untuk beberapa panjang sampel kekasaran .
W = Rt kekasaran – ‾Rt kekasaran
Dimana :
15
‾Rt kekasaran = kekasaran
Untuk mengetahui karakteristik suatu permukaan akan diperoleh hasil yang lebih
baik jika dilakukan dengan cara merata – ratakan hasil pengukuran pada beberapa
tempat Arah gerak sensor alat ukur (arah pengukuran ) adalah sembarang, kecuali
jika ada ketentuan bahwa arah pengukuran harus tegak lurus terhadap alur – alur
bekas pengerjaan (dan ini merupakan cara yang banyak dipraktekkan). Apabila
arah telah ditentukan, pengukuran yang dilakukan pada beberapa tempat harus
menggunakan arah gerak sensor yang sama, jadi, garis – garis pengukuran harus
sejajar.
Secara teoritik dapat dimisalkan bentuk suatu profil permukaan.
Kemudian,dihitung parameter permukaannya berdasarkan rumus matematika tabel
2.2 berikut adalah contoh beberapa bentuk profil teoritik dengan perbandingan
harga – harga parameter ” kekasarannya”.
Tabel 2.Beberapa profil teoritik dengan harga parameter “kekasarannya”
Dan tabel 2 ini dapat disimpulkan beberapa hal yang penting yaitu:
Koefisien Rg/Ra untuk kesemua bentuk profil harganya hampir
tidak berubah,yaitu Rg/Ra =1,2.Oleh karena itu dapat dianggap
bahwa Rg dan Ra adalah sederajat,artinya kedua parameter
16
tersebut mempunyai nilai informasi yang sama atas konfigurasi
permukaan.
Koefisien Ra/Rt dan Rg/Rt tidak banyak dipengaruhi oleh bentuk
profil,yang bearti kedua koefisien ini tidak sesuai untuk menandai
konfigurasi permukaan.
Koefisien Rp/Rt yang harganya terletak diantara 0 dan 1 ternyata
lebih dapat digunakan untuk menandai konfigurasi permukaan
dari pada yang lain.Oleh sebab itu Rp/Rt ini disebut dengan nama
koefisien lekukan Ku.
17
BAB III
DATA PENGAMATAN
3.1 Data Pengamatan
Gambar 11.grafik kekasaran permukaan
Keterangan : Rt = Jarak antara profil referensi dengan profil alas
Rp = Jarak antara profil referensi dengan profil tengah
Ra = Jarak antara profil terukur dengan profil tengah
y = Jarak antara profil referensi dengan profil terukur
h = Jarak antara profil tengah dengan profil terukur
R = Puncak tertinggi bukit ke profil alas
r = Puncak terendah lembah ke profil alas
. Data Permukaan Benda Ukur
Nilai y Nilai h Nilai R
y1 = 7 Titik h1 = 0 Titik R1 = 13 Titiky2 = 7 Titik h2 = 7 Titik R2 = 12 Titik
18
y3 = 7 Titik h3 = 1 Titik R3 = 14 Titiky4 = 1 Titik h4 = 6 Titik R4 = 11 Titiky5 = 2 Titik h5 = 4 Titik R5 = 13 Titiky6 = 6 Titik h6 = 1 Titik R6 = 0 Titiky7 = 7 Titik h7 = 3 Titik R7 = 4 Titiky8 = 7 Titik h8 = 2 Titik R8 = 2 Titiky9 = 6 Titik h9 = 1 Titik R9 = 4 Titiky10 = 2 Titik h10 = 5 Titik R10 = 3 Titiky11 = 4 Titik h11 = 3 Titiky12 = 7 Titik h12 = 0 Titiky13 = 7 Titik h13 = 6 Titiky14 = 7 Titik h14 = 2 Titiky15 = 2 Titik h15 = 5 Titiky16 = 2 Titik h16 = 5 Titiky17 = 6 Titik h17 = 1 Titiky18 = 7 Titik h18 = 2 Titiky19 = 7 Titik h19 = 3 Titiky20 = 4 Titik h20 = 3 Titiky21 = 4 Titik h21 = 3 Titiky22 = 5 Titik h22 = 2 Titiky23 = 7 Titik h23 = 8 Titiky24 = 7 Titik h24 = 11 Titiky25 = 7 Titik h25 = 10 Titiky26 = 2 Titik h26 = 5 Titiky27 = 1 Titik h27 = 6 Titiky28 = 4 Titik h28 = 3 Titiky29 = 7 Titik h29 = 0 Titik
3.2 Pengolaha data
3.2.1 Perhitungan kerja
Setelah mendapatkan grafik dari pengukuran,untuk mengetahui nilai
kekasaran permukaan maka data yang didapat dikonversi terlebih dahulu.
Diketahui : - jumlah titik dari profil referensi (PR) ke profil alas (PA) = 14 titik
19
- Panjang sampel (dx) = 112 titik
Ditanya : - Rt =........?
- Rp =........?
- Ra =.........?
- Rg = ........?
- Rz = .........?
- Ru = .........?
-
Penyelesaian :
- Rt =
=
= 0.007 µm
- Rp =
=
20
=
= 7952 titik
=
= 7,952 µm
- Ra =
=
=
= 0,482143 titik
Ra =
= 0,000482143 µm
- Rg =
=
= 55,021 titik
Rg =
= 0,055027 µm
21
BAB IV
ANALISA DATA
4.1 Aanalisa Data
Pada praktikum pengukuran kekasaran permukaan kali ini mengukur
kekasaran suatu permukaan benda ukur. Prinsip kerja alat ini digunakan untuk
mengetahui seberapa tinggi kekasaran permukaan benda yang mau diukur tersebut
yaitu menggunakan optikelektrik. Dimana pada drive unit terdapat komponen
elektronik dan sistem optik didalam.
Rangkaian alat ini dimulai dari pick-up yang dipasang pada drive unit,
kemudian kabel pada drive unit disambungan pada amplifire. Kemudian
menyalakan amplifire yang tujuannya agar data yang telah diperoleh dan diproses
dari sensor pada pick-up dan drive unit dilanjautkan pada amplifire sehingga hasil
proses pengukuran kekasaran permukaan ini berbentuk grafik.
Setelah diproses data pengamatan yang berupa grafik, lanjutkan dengan
menghitung parameter kekasaran permukaan sesuai dengan referensi/ modul
praktikum.
Hasil dari pratikum titik y dan h mencapai 29 titik.
Grafik kurva yang didapat garis kekasaran tidaklah pernah putus
selalu menyatu antara satu dengan yang lainnya walaupun tingkat
ketidakteraturan tidak sempurna.ketidakteraturan garis kurva ini
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
a.kesalahan pada mesin yang digunakan
b.kesalahan pada operator pada saat memproduksi
c.penggunaan alat yang tidak sesuai dengan ketentuan
23
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum yang dilaksanakan dapat ditarik kesimpulkan :
1. Prinsip kerja dari alat ukur kekasaran permukaan ini adalah optoelektrik.
2. Parameter-parameter yang diukur antara lain kekasaran total, kekasaran
perataan, kekasaran rata-rata aritmatik, kekasaran rata-rata kuadratik dan
kekasaran total rata-rata.
3. Untuk mengetahui nilai kekasaran suatu benda,yang terlebih dahulu
dilakukan adalah melakukan pengukuran terhadap benda ukur tersebut
dan akan didapat data pengamatan berupa grafik kekasaran.selain
itu,data tersebut dikonversi agar dapat nilai kekasarannya.
4. Ketidakteraturan grafik atau kurva pengukuran kekasaran permukaan
disebabkan oleh perancangan benda kerja itu sendiri.
5. Dalam ilmu pengukuran,kesalahan (error) didefinisikan sebangai
perbedaan antara hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya dari objek
fisik yang diukur.
5.2 Saran
Adapun saran yang dapat diberikan pada pembaca sebagai berikut:a) Sebelum melakukan praktikum sebaiknya praktikan menguasai teori terlebih
dahulu agar memudahkan dalam melakukan praktikumb) Dalam praktikum hendaknya mengikuti perosedur yang baikc) Bersikap serius selama melakukan pengukurand) pengukuran harus dilakukan dengan cermat agar hasil pengukuran
akurat,karena hasil pengukuran tergantung pada operater yang mengukure) Pastikan benda ukur masi dalam keadaan baik
24
DAFTAR PUSTAKA
“Modul pratikum metrologi industri”,UR,Jurusan teknik Mesin,2011.
“ www.scribe.com
25