Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media...

58
Laporan Kebijakan Moneter Ekonomi, Moneter, dan Keuangan Triwulan IV 2015

Transcript of Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media...

Page 1: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

LaporanKebijakan Moneter

Ekonomi, Moneter, dan Keuangan

Triwulan IV 2015Jl. MH. Thamrin No. 2 Jakarta 10350 - Indonesiahttp://www.bi.go.id

Page 2: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan II 2013 i

BANK INDONESIABANK SENTRAL REPUBLIK INDONESIA

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:

Untuk informasi lebih lanjut hubungi:Divisi Pengaturan dan Komunikasi Kebijakan

Grup Kebijakan MoneterDepartemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter

Telp: +62 21 2981 6836/5726Fax: +62 21 345 2489

Email: [email protected]: http//www.bi.go.id

Page 3: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 i

Laporan Kebijakan Moneter dipublikasikan secara triwulanan oleh Bank Indonesia setelah Rapat Dewan Gubernur (RDG) pada bulan Februari, Mei, Agustus dan November. Selain dalam rangka memenuhi ketentuan pasal 58 UU Bank Indonesia No. 23 Tahun 1999 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 3 Tahun 2004, laporan ini berfungsi untuk dua maksud utama, yaitu: (i) sebagai perwujudan nyata dari kerangka kerja antisipatif yang mendasarkan pada prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan dalam perumusan kebijakan moneter, dan (ii) sebagai media bagi Dewan Gubernur untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat luas mengenai berbagai pertimbangan permasalahan kebijakan yang melandasi keputusan kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

Laporan Kebijakan MoneterTriwulan IV 2015

Dewan GubernurAgus D.W. Martowardojo

Mirza Adityaswara

Ronald Waas

Perry Warjiyo

Hendar

Erwin Rijanto

Gubernur

Deputi Gubernur Senior

Deputi Gubernur

Deputi Gubernur

Deputi Gubernur

Deputi Gubernur

Page 4: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun
Page 5: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 iii

Laporan Kebijakan Moneter

Mulai Juli 2005 Bank Indonesia telah mengimplementasikan penguatan kerangka kerja kebijakan moneter konsisten dengan Inflation Targeting Framework (ITF), yang mencakup empat elemen dasar: (1) penggunaan suku bunga BI Rate sebagai policy reference rate, (2) proses perumusan kebijakan moneter yang antisipatif, (3) strategi komunikasi yang lebih transparan, dan (4) penguatan koordinasi kebijakan dengan Pemerintah. Langkah–langkah dimaksud ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan tata kelola (governance) kebijakan moneter dalam mencapai sasaran akhir kestabilan harga untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.

• Kebijakan moneter dengan ITF menempatkan sasaran inflasi sebagai tujuan utama (overriding objective) dan jangkar nominal (nominal anchor) kebijakan moneter. Dalam hubungan ini, Bank Indonesia menerapkan strategi antisipatif (forward looking) dengan mengarahkan respons kebijakan moneter saat ini untuk pencapaian sasaran inflasi jangka menengah ke depan.

• Penerapan ITF tidak berarti bahwa kebijakan moneter tidak memperhatikan pertumbuhan ekonomi. Paradigma dasar kebijakan moneter untuk menjaga keseimbangan (striking the optimal balance) antara inflasi dan pertumbuhan ekonomi tetap dipertahankan, baik dalam penetapan sasaran inflasi maupun respons kebijakan moneter, dengan mengarahkan pada pencapaian inflasi yang rendah dan stabil dalam jangka menengah-panjang.

Langkah – langkah PenguatanKebijakan Moneter dengan Sasaran Akhir Kestabilan Harga

Strategi Kebijakan Moneter

Prinsip Dasar

Inflation Targeting Framework

• Pemerintah setelah berkoordinasi dengan Bank Indonesia telah menetapkan dan mengumumkan sasaran inflasi IHK setiap tahunnya. Berdasarkan PMK No.93/PMK.011/2014, sasaran inflasi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk periode 2016–2018 masing–masing sebesar 4,0%, 4,0% dan 3,5% dengan deviasi ±1%.

Sasaran inflasi

Page 6: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneteriv Bank Indonesia

• BI Rate adalah suku bunga kebijakan yang mencerminkan stance kebijakan moneter yang ditetapkan oleh Bank Indonesia dan diumumkan kepada publik. BI Rate merupakan suku bunga sinyaling dalam rangka mencapai sasaran inflasi jangka menengah panjang, yang diumumkan oleh Bank Indonesia secara periodik untuk jangka waktu tertentu.

• Dalam rangka implementasi penyempurnaan kerangka operasional kebijakan moneter, terhitung sejak tanggal 9 Juni 2008 Bank Indonesia melakukan perubahan sasaran operasional dari suku bunga SBI 1 bulan menjadi suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N).

• BI Rate diimplementasikan dalam operasi moneter melalui pengelolaan likuiditas (liquidity management) di pasar uang untuk mencapai sasaran operasional kebijakan moneter yang tercermin pada perkembangan suku bunga Pasar Uang Antar Bank Overnight (PUAB O/N). Untuk meningkatkan efektivitas pengendalian likuiditas di pasar, operasi moneter harian dilakukan dengan menggunakan seperangkat instrumen moneter dan koridor suku bunga (standing facilities).

• BI Rate ditetapkan oleh Dewan Gubernur melalui mekanisme Rapat Dewan Gurbernur (RDG) bulanan. Dalam hal terjadi perkembangan di luar prakiraan semula, penetapan stance kebijakan moneter dapat dilakukan sebelum RDG bulanan melalui RDG mingguan. Perubahan dalam BI Rate pada dasarnya menunjukkan respons kebijakan moneter Bank Indonesia untuk mengarahkan prakiraan inflasi ke depan agar tetap berada dalam lintasan sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

• Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun penerbitan Laporan Kebijakan Moneter (LKM). Transparansi dimaksudkan untuk meningkatkan pemahaman dan sekaligus pembentukan ekspektasi masyarakat atas prakiraan ekonomi dan inflasi ke depan serta respons kebijakan moneter yang ditempuh Bank Indonesia.

• Untuk koordinasi dalam penetapan sasaran, pemantauan dan pengendalian inflasi, Pemerintah dan Bank Indonesia telah membentuk Tim yang melibatkan pejabat-pejabat dari berbagai instansi terkait. Dalam pelaksanaan tugasnya, Tim membahas dan merekomendasikan kebijakan-kebijakan yang diperlukan baik dari sisi Pemerintah maupun Bank Indonesia untuk mengendalikan tekanan inflasi dalam rangka pencapaian sasaran inflasi yang telah ditetapkan.

Instrumen dan Operasi Moneter

Proses Perumusan Kebijakan

Tranparansi

Koordinasi dengan Pemerintah

Page 7: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 v

Laporan Kebijakan MoneterBank Indonesia

Kata PengantarGubernur Bank Indonesia

Perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang semakin baik pada triwulan IV 2015. Stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan terjaga, sementara momentum pertumbuhan ekonomi mulai bergulir. Stabilitas makroekonomi yang terjaga tercermin dari tekanan inflasi yang melambat, defisit transaksi berjalan yang masih berada dalam level yang sehat, serta mulai terkendalinya tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Untuk keseluruhan tahun 2015, inflasi berada pada kisaran sasaran inflasi tahun 2015, yaitu 4±1%. Stabilitas sistem keuangan tetap solid, ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja pasar keuangan.Sementara itu, melanjutkan peningkatan pertumbuhan pada triwulan sebelumnya, pertumbuhan ekonomi meningkat pada triwulan IV 2015, terutama didorong oleh meningkatnya pengeluaran pemerintah. Ke depan, pertumbuhan ekonomi pada 2016 diperkirakan terus menguat, terutama didukung oleh realisasi stimulus fiskal yang diperkirakan akan semakin cepat dan investasi swasta yang meningkat. Inflasi diperkirakan tetap rendah dan berada pada kisaran sasaran inflasi 2016, yakni 4±1%.

Bank Indonesia menilai bahwa stabilitas makroekonomi semakin baik, khususnya penurunan tekanan inflasi di 2016, dan ketidakpastian di pasar keuangan global semakin mereda. Hal ini mendorong semakin terbukanya ruang pelonggaran moneter. Menyikapi kondisi tersebut, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17 dan 18 Februari 2016 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 7% dan menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Primer dalam rupiah sebesar 1% menjadi 6,5%, berlaku efektif sejak 16 Maret 2016. Kebijakan penurunan BI Rate dan GWM Primer dalam rupiah tersebut diharapkan dapat memperkuat upaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang sedang berlangsung. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah untuk memastikan pengendalian inflasi, penguatan stimulus pertumbuhan, dan upaya reformasi struktural berjalan dengan baik, sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi.

Di tahun 2016, Bank Indonesia memandang perbaikan ekonomi Indonesia akan terus berlanjut ditopang oleh stimulus fiskal, khususnya realisasi pembangunan proyek infrastruktur yang semakin cepat. Sementara itu, investasi swasta diharapkan akan meningkat, seiring dengan dampak paket kebijakan pemerintah yang terus digulirkan dan pemanfaatan ruang pelonggaraan moneter secara terukur dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi. Secara keseluruhan tahun 2016, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan akan berada pada kisaran 5,2%-5,6%, lebih tinggi dari pertumbuhan tahun sebelumnya. Sementara itu, inflasi 2016 diperkirakan terjaga di kisaran sasaran 4±1%, disertai dengan defisit transaksi berjalan yang diperkirakan berada pada di bawah kisaran 3% dari PDB pada 2016. Bank Indonesia akan terus mencermati beberapa risiko perekonomian yang berasal dari eksternal maupun domestik.

Page 8: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Monetervi Bank Indonesia

Bank Indonesia menuangkan dinamika ekonomi dan arah kebijakan yang ditempuh selama triwulan IV 2015 dalam bentuk Laporan Kebijakan Moneter (LKM). LKM terbit pada bulan Februari, Mei, Agustus dan November setiap tahunnya dan bertujuan untuk memberi penjelasan kepada masyarakat luas tentang berbagai pertimbangan yang melandasi pengambilan keputusan serta penetapan kebijakan moneter.

Akhir kata, kami berharap LKM ini dapat terus menjadi referensi yang terpercaya dan mampu memberikan manfaat bagi kita semua. Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa melimpahkan ridha-Nya dan melindungi langkah kita dalam berkarya.

Jakarta, Februari 2016

Gubernur Bank Indonesia

Agus D.W. Martowardojo

Page 9: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 vii

Laporan Kebijakan MoneterBank Indonesia

Daftar Isi

Daftar Tabel

36

viii

1

26

32

Ringkasan Eksekutif

1. Perkembangan Makroekonomi dan Moneter Terkini

2. Prospek Perekonomian

Tabel Statistik

3. Respons Kebijakan Moneter

Perkembangan Ekonomi Dunia 1 Pertumbuhan Ekonomi 4 Neraca Pembayaran Indonesia 8 Nilai Tukar Rupiah 13 Inflasi 14 Perkembangan Moneter 18 Industri Perbankan 19 Pasar Saham dan Pasar Surat Berharga Negara 21 Pembiayaan Non Bank 23 Perkembangan Sistem Pembayaran 23

Prospek Perekonomian Global 26 Prospek Pertumbuhan Ekonomi 27 Prospek Inflasi 31

Boks : Konsumsi Rumah Tangga Yang Cukup Resilient 33

3 Tabel 1.1 Survey Bloomberg Level FFR (Per 11 Februari 2016)3 Tabel 1.2 Level FFR Current Implied Prob (per 11 Feb’16)7 Tabel 1.3 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran10 Tabel 1.4 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha17 Tabel 1.5 Penyumbang Inflasi Volatile Food17 Tabel 1.6 Penyumbang Inflasi Administered Prices20 Tabel 1.7 Kondisi Umum Perbankan23 Tabel 1.8 Pembiayaan Non Bank 24 Tabel 1.9 Perkembangan Volume Sistem Pembayaran Non Tunai25 Tabel 1.10 Perkembangan Nilai Sistem Pembayaran Non Tunai

28 Tabel 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Sisi Pengeluaran 29 Tabel 2.2 Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi Sisi Lapangan Usaha

Page 10: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneterviii Bank Indonesia

Laporan Kebijakan MoneterBank Indonesia

Ringkasan Eksekutif

Perekonomian Indonesia menunjukkan perkembangan yang semakin baik pada triwulan IV 2015 dan Januari 2016. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2015 tercatat meningkat dan diperkirakan akan terus berlanjut pada tahun 2016. Peningkatan tersebut disertai dengan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang semakin baik. Peningkatan ekonomi terutama disebabkan oleh meningkatnya belanja pemerintah, khususnya terkait realisasi proyek-proyek infrastruktur, di tengah peran swasta yang masih terbatas. Di sisi lain, stabilitas makroekonomi tetap terjaga yang ditunjukkan dengan inflasi yang rendah dan defisit transaksi berjalan yang berada pada level yang sustainable. Sementara itu, nilai tukar rupiah yang sebelumnya mengalami pelemahan akibat pengaruh faktor eksternal, mulai di triwulan IV 2015 bergerak stabil dan cenderung menguat. Perkembangan tersebut memberikan ruang bagi pelonggaran kebijakan moneter, sejalan dengan risiko pasar keuangan global yang semakin mereda. Menyikapi kondisi tersebut, Bank Indonesia mulai melonggarkan keijakan moneternya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan. Selain itu, Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan pemerintah dalam memperkuat struktur perekonomian, mendorong pertumbuhan dan menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.

Di sisi perekonomian global, pemulihan ekonomi berisiko terus melemah. Sementara itu, risiko di pasar keuangan global yang bersumber dari kemungkinan kenaikan Suku Bunga Kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate (FFR), semakin mereda. Pemulihan ekonomi AS masih tertahan seiring dengan konsumsi yang masih lemah, perbaikan sektor perumahan yang melambat dan sektor manufaktur yang masih terkontraksi. Pemulihan ekonomi AS yang belum solid mengakibatkan perkiraan kenaikan FFR bergeser mundur pada semester II 2016 dengan besaran kenaikan yang lebih rendah. Bank Sentral Eropa (ECB) masih melanjutkan kebijakan quantitave easing (QE) sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan inflasi Eropa yang masih rendah. Demikian pula Bank Sentral Jepang yang mulai menerapkan kebijakan suku bunga negatif. Di sisi lain, perekonomian Tiongkok terus melambat akibat masih lemahnya sektor manufaktur dan investasi, sejalan dengan proses deleveraging yang dilakukan oleh sektor korporasi. Sementara itu, di pasar komoditas harga minyak dunia diperkirakan cenderung menurun, akibat meningkatnya supply dan melemahnya permintaan.

Momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mulai terjadi sejak triwulan III 2015, berlanjut ke triwulan IV 2015, antara lain didorong oleh pengeluaran pemerintah. Pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2015 tercatat 5,04% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 4,74% (yoy). Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2015 antara lain didorong oleh peran pemerintah, baik dalam bentuk konsumsi pemerintah maupun investasi infrastruktur, serta penyelenggaraan Pilkada. Di sisi lain, peran sektor swasta masih terbatas, yang tercermin dari konsumsi rumah tangga dan investasi nonbangunan yang

Page 11: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 ix

belum kuat. Dari sisi eksternal, ekspor masih menurun seiring pemulihan ekonomi global yang berjalan lambat dan harga komoditas yang terus turun. Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi juga belum merata dan lebih ditopang oleh sektor konstruksi terkait infrastruktur serta sektor jasa. Pertumbuhan ekonomi 2016 diperkirakan akan lebih tinggi, yaitu tumbuh pada kisaran 5,2-5,6% secara tahunan (yoy). Pertumbuhan ekonomi tersebut diperkirakan akan ditopang oleh stimulus fiskal, khususnya realisasi pembangunan proyek infrastruktur yang semakin cepat. Sementara itu, investasi swasta diharapkan akan meningkat, seiring dengan dampak paket kebijakan pemerintah yang terus digulirkan dan pemanfaatan ruang pelonggaraan moneter secara terukur dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi.

Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV 2015 membaik, terutama didukung oleh surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat. NPI pada triwulan IV 2015 mencatat surplus, ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial (TMF) yang lebih tinggi dari defisit transaksi berjalan. Peningkatan surplus TMF tersebut didukung oleh meningkatnya arus masuk modal asing, seiring dengan menurunnya ketidakpastian di pasar keuangan global dan membaiknya keyakinan terhadap prospek perekonomian Indonesia. Sementara itu, defisit transaksi berjalan meningkat menjadi sebesar 2,4% PDB di tengah proses perbaikan perekonomian Indonesia dan masih lemahnya permintaan global. Secara keseluruhan tahun 2015, defisit transaksi berjalan tercatat sebesar 2,06% PDB, jauh lebih rendah dari 3,09% PDB pada tahun 2014. Di sisi lain, Neraca Perdagangan Indonesia pada Januari 2016 mencatat surplus, didukung oleh turunnya defisit neraca perdagangan migas. Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa pada akhir Januari 2016 tercatat sebesar 102,1 miliar dolar AS atau setara 7,5 bulan impor atau 7,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka tersebut berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Ke depan, Bank Indonesia meyakini kinerja NPI akan semakin baik dengan defisit transaksi berjalan yang terkendali di bawah 3% dari PDB.

Rupiah bergerak stabil dengan tren menguat, didorong oleh meningkatnya aliran modal asing seiring dengan risiko pasar keuangan global yang semakin mereda dan persepsi positif terhadap ekonomi domestik. Selama triwulan IV 2015 nilai tukar rupiah menguat sebesar 6,27% secara point to point (ptp) dan mencapai level Rp 13.785 per dolar AS. Penguatan terus berlanjut hingga Januari 2016. Rupiah berhasil menguat 0,1% (ptp) dan ditutup di level Rp.13.775 per dolar AS pada akhir Januari 2016. Tren apresiasi rupiah ditopang oleh meningkatnya aliran masuk modal asing, terutama ke pasar surat berharga negara. Hal itu didorong oleh persepsi positif investor terhadap arah perekonomian Indonesia, seiring dengan penurunan BI Rate, paket kebijakan pemerintah untuk memperbaiki iklim investasi, serta semakin efektifnya implementasi berbagai proyek infrastruktur. Selain itu, semakin meredanya risiko pasar keuangan global, yang tercermin dari perkiraan path FFR yang lebih dovish, turut mendorong apresiasi rupiah. Ke depan, Bank Indonesia akan tetap menjaga stabilitas nilai tukar sesuai dengan nilai fundamentalnya.

Inflasi Januari 2016 melambat dan mendukung prospek pencapaian sasaran inflasi 2016 yakni 4,0±1%. Inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), melambat dari bulan lalu 0,96 (mtm). Melambatnya inflasi tersebut terutama disumbang oleh deflasi komponen harga barang yang diatur Pemerintah (administered prices) dan relatif rendahnya inflasi inti. Kelompok administered prices mengalami deflasi, terutama didorong oleh penurunan harga BBM, tarif angkutan udara

Page 12: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneterx Bank Indonesia

dan harga LPG 12 kg. Sementara itu, inflasi inti tergolong rendah, yaitu 0,29% (mtm) atau 3,62% (yoy), ditopang oleh terjaganya ekspektasi inflasi dan masih rendahnya tekanan permintaan. Di sisi lain, inflasi pada kelompok bahan makanan bergejolak (volatile food) relatif terkendali di tengah terjadinya gejala El Nino. Ke depan, tren penurunan harga minyak dunia diharapkan dapat mendorong penurunan tekanan inflasi. Bank Indonesia meyakini bahwa inflasi akan berada di sekitar titik tengah kisaran sasaran inflasi 4,0±1% pada 2016. Untuk memperkuat pencapaian sasaran inflasi tersebut, Bank Indonesia akan terus meningkatkan koordinasi dengan Pemerintah, khususnya dalam mengendalikan inflasi bahan pangan.

Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga, ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan kinerja pasar keuangan yang cukup kuat. Pada Desember 2015, rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) tercatat sebesar 21,2%, sementara rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) berada di kisaran 2,5% (gross) atau 1,2% (net). Ketahanan sistem perbankan cukup kuat meskipun kinerja korporasi masih dalam tren menurun akibat perlambatan ekonomi dan perkembangan ekonomi global. Dari sisi fungsi intermediasi, pertumbuhan kredit tercatat sebesar 10,5% (yoy), sedikit meningkat dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 9,8% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Desember 2015 tercatat sebesar 7,3% (yoy), lebih rendah dari pertumbuhan bulan sebelumnya sebesar 7,7% (yoy). Bank Indonesia akan menjaga kondisi likuiditas dalam perekonomian agar cukup untuk mendukung penyaluran kredit lebih lanjut. Selain itu, untuk mendukung transmisi penurunan suku bunga kebijakan, struktur suku bunga operasi moneter (term structure) juga diturunkan sesuai dengan kondisi likuiditas di masing-masing tenor.

Ke depan, laju pertumbuhan di tahun 2016 dan 2017 diprakirakan akan terus meningkat sejalan dengan perkiraan permintaan domestik dan kondisi perekonomian global yang lebih baik dibandingkan tahun 2015. Peningkatan investasi terutama berupa pembangunan infrastruktur dan terus meningkatnya penghasilan yang disertai dengan terkendalinya inflasi mendukung kuatnya permintaan domestik yang menjadi penopang utama pertumbuhan domestik di tahun 2016 – 2017. Dari sisi lapangan usaha, sektor industri pengolahan, serta sektor pengangkutan dan komunikasi diprakirakan tumbuh meningkat dan masih tetap menjadi pendorong perekonomian sejalan dengan pemulihan ekonomi global dan perkembangan ekonomi domestik yang terus membaik. Di samping itu, sektor konstruksi juga meningkat signifikan sejalan dengan berjalannya proyek-proyek infrastruktur yang dicanangkan Pemerintah. Sementara itu, inflasi di tahun 2016 dan 2017 diperkirakan tetap terkendali pada kisaran targetnya. Hal tersebut didukung terjaganya ekspektasi, harga komoditas internasional yang relatif rendah, serta nilai tukar yang relatif stabil.

Page 13: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 xi

Bank Indonesia tetap mencermati risiko terhadap stabilitas makroekonomi yang dapat mengganggu pertumbuhan, baik yang berasal dari global maupun domestik. Dari sisi global, ketidakpastian ekonomi global masih cukup tinggi terutama bersumber dari risiko perekonomian Tiongkok dan anjloknya harga minyak. Sementara itu, risiko dari AS terkait kenaikan FFR ke depan relatif mereda. Dari Tiongkok, risiko masih bersumber dari berlanjutnya perlambatan ekonomi yang disertai dengan ketidakpastian di pasar keuangannya. Sebagai imbas dari pelemahan ekonomi global, permintaan terhadap komoditas diperkirakan masih rendah. Hal tersebut berdampak pada risiko berlanjutnya penurunan harga komoditas, termasuk harga minyak. Dari domestik, efektivitas stimulus fiskal akan menjadi kunci perbaikan prospek jangka pendek ekonomi.

Dengan mempertimbangkan kondisi terkini, serta prospek dan risiko perekonomian ke depan, Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 7%, dengan suku bunga Deposit Facility menjadi sebesar 5% dan Lending Facility menjadi sebesar 7,5%. Bank Indonesia juga memutuskan untuk menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Primer dalam rupiah sebesar 1%, dari 7,50% ke level 6,5%, berlaku efektif sejak 16 Maret 2016. Keputusan tersebut sejalan dengan ruang pelonggaran kebijakan moneter yang semakin terbuka dengan semakin terjaganya stabilitas makroekonomi, khususnya penurunan tekanan inflasi di 2016, serta meredanya ketidakpastian di pasar keuangan global. Kebijakan penurunan BI Rate dan GWM Primer dalam rupiah tersebut diharapkan dapat memperkuat upaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang sedang berlangsung. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah untuk memastikan pengendalian inflasi, penguatan stimulus pertumbuhan, dan reformasi struktural berjalan dengan baik, sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ke depan dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi.

xiTriwulan IV 2015

Page 14: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneterxii Bank Indonesia

Page 15: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 1

1. Perkembangan Ekonomi dan Moneter Terkini

Pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2015 meningkat dan diperkirakan semakin baik pada triwulan I 2016 dengan stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan yang tetap terjaga. Membaiknya ekonomi terutama disebabkan oleh meningkatnya peran pemerintah, baik dalam bentuk konsumsi pemerintah maupun investasi bangunan. Sementara itu, konsumsi swasta masih tetap kuat, ditopang oleh peningkatan pertumbuhan konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT) terkait aktivitas Pilkada pada Desember 2015. Peningkatan ekonomi pada triwulan IV 2015 diperkirakan berlanjut pada tahun 2016. Di sisi lain, stabilitas sistem keuangan tetap solid, ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja pasar keuangan.

Perkembangan Ekonomi Dunia

Pemulihan ekonomi global berisiko untuk terus melemah. Sementara itu, risiko di pasar keuangan global yang bersumber dari kemungkinan kenaikan Suku Bunga Kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau Fed Fund Rate (FFR), semakin mereda.Pemulihan ekonomi AS masih tertahan seiring dengan konsumsi yang masih lemah, perbaikan sektor perumahan yang melambat dan sektor manufaktur yang masih terkontraksi. Pemulihan ekonomi AS yang belum solid mengakibatkan perkiraan kenaikan FFR bergeser mundur pada semester II 2016 dengan besaran kenaikan yang lebih rendah. Bank Sentral Eropa (ECB) masih melanjutkan kebijakan quantitave easing (QE) sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan inflasi Eropa yang masih rendah. Demikian pula Bank Sentral Jepang yang mulai menerapkan kebijakan suku bunga negatif. Di sisi lain, perekonomian Tiongkok terus melambat akibat masih lemahnya sektor manufaktur dan investasi, sejalan dengan proses deleveraging yang dilakukan oleh sektor korporasi. Sementara itu, di pasar komoditas harga minyak dunia diperkirakan cenderung menurun, akibat meningkatnya supply dan melemahnya permintaan.

��������������������������������� ��������������������

��

��

��

��

��

��

��

�������� �������������������

��

��

������

����

������

����

�������

����

� �����

����

�������

����

� �����

����

�������

����������

����������

����������

����������

����

�������

����

����

������

����

������

����

������

����

��������

�����

�����

�������

������

�����

������

�����

������

������������������

����������������������������

����������������������������

����

�����

�����

����

����

����

����

�����������������

����

�����

�����

������

������

������

������

������

������

���

������

���

������

���

�����

�� ���

�����

�� ���

���

�� ���

����

�� ���

�����

�� ���

������

���

������

���

� ����

� ���

������

� ���

�����

� ���

�����

� ���

����

� ���

��������������������������� �����������������������

������������������

������������ ��������������������������������

���

���

���

������

��

������ ������

�����

�����

������

������

�����

�����

�� ��

������

�����

�����

�����

������

������

�����

�����

�� ��

������

�����

�����

�����

������

������

�����

�����

�� ��

���

Page 16: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneter2 Bank Indonesia

Risiko di pasar keuangan global yang terkait kenaikan Suku Bunga Kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau FFR, semakin mereda. Hal ituterindikasi dari menurunnya indeks VIX spot dan membaiknya pasar saham AS paska FOMC Januari 2016 (Grafik 1.1 dan 1.2). Ke depan, persepsi risiko diperkirakan menurun, tercermin dari VIX Future pada Juni 2016 yang lebih rendah dibandingkan VIX spot.

Pemulihan ekonomi AS masih tertahan seiring dengan konsumsi yang masih lemah, perbaikan sektor perumahan yang melambat dan sektor manufaktur yang masih terkontraksi. Masih lemahnya konsumsi AS tercermin dari pertumbuhan penjualan ritel dan personal expenditure yang masih lemah (Grafik 1.3). Perbaikan sektor perumahan melambat, terlihat dari pertumbuhan penjualan rumah dalam tren menurun meski suku bunga KPR cenderung turun. Sementara itu, sektor manufaktur juga masih terkontraksi, terindikasi dari PMI Manufaktur, industrial production, dan kapasitas produksi yang terus menurun (Grafik 1.4. dan 1.5). Dari sisi inflasi, inflasi (PCE) masih jauh di bawah target (Grafik 1.6).

Pemulihan ekonomi AS yang belum solid mengakibatkan perkiraan kenaikan FFR bergeser mundur pada semester II 2016 dengan besaran kenaikan yang lebih rendah. FOMC Januari 2016 dan testimoni Yellen di depan kongres (10 Februari 2016) mengindikasikan bahwa kenaikan FFR akan dilakukan secara gradual dengan mempertimbangkan risiko ekonomi dan pasar keuangan global yang dapat mempengaruhi prospek perbaikan AS. Berdasarkan survei Bloomberg terkini (73 ekonom), kenaikan FFR diperkirakan hanya sebesar 50 bps pada 2016, lebih rendah dibandingkan survei bulan Januari 2016 sebesar 75 bps (Tabel 1.1). Bahkan, pasar futures (FFR Implied Probability) memperkirakan tidak terjadi kenaikan FFR selama 2016 (Tabel 1.2).

Bank Sentral Eropa (ECB) masih melanjutkan kebijakan quantitave easing (QE) sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan inflasi Eropa yang masih rendah. ECB diperkirakan melakukan penambahan QE pada bulan Maret 2016. Hal itu sejalan

���������������������������������������������������� �������������

���������������������������

��

��

��

��

��

��

� ����

��� �

�����

� ����

��� �

������

����

��� �

�����

� ����

��� �

������

������

�����

� ���

���

������

���

��� �

�����

� ����

��� �

������

��������������������������� ����­�­������­���­��­��������� �������­�������� �

����������������������

���

���

���

���

���

���

�����������������������

������

��

�����

���

���

���

���

�����

���

�����

���

������

����

�����

����

���

������

����

������

�����

���

������

����

�����

����

���

������

���

�����

�����

��

������

���

����

����

��

���

���

���������������������������

����������������������������������������������

������������������

���������� ��������������������������

�����

��

������

����������������

��

����

�����

��

�����

�����

����

�����

��

�����

�����

����

�����

��

�����

�����

����

�����

��

�����

�����

���

�����

�����

����

����

��������

Page 17: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 3

dengan hasil Governing Council (GC) Meeting pada Desember 2015 yang memperkirakan tingkat yang masih rendah inflasi, dipengaruhi oleh menurunnya harga minyak dan komoditas yang menurun (Grafik 1.7). Inflasi Eropa pada Desember 2015 tercatat sebesar 0,2%, di bawah ekspektasi. Selain itu, terdapat risiko euro terapresiasi dan menurunnya tingkat keyakinan pelaku pasar terhadap ECB dalam mengarahkan inflasi ke target (Grafik 1.8 dan 1.9).

Demikian pula, Bank Sentral Jepang juga mulai menerapkan kebijakan suku bunga negatif. Hal ini dilakukan sebagai respons terhadap turunnya ekspektasi inflasi (Grafik 1.10). Penurunan inflasi Jepang utamanya berasal dari turunnya harga impor, terutama impor bahan energi dan bahan makanan. Penerapan suku bunga negatif berlaku bagi sebagian reserves baru yang ditempatkan di Bank Sentral Jepang (Grafik 1.11). Tujuan dari penerapan kebijakan ini adalah menurunkan tingkat suku bunga riil, sehingga diharapkan dapat mendorong investasi dan konsumsi.

Di sisi lain, perekonomian Tiongkok terus melambat akibat masih lemahnya sektor manufaktur dan investasi, sejalan dengan proses deleveraging yang dilakukan oleh sektor korporasi. Lemahnya sektor manufaktur terindikasi dari penurunan pertumbuhan industrial production dan PMI yang masih terus berlangsung (Grafik 1.12). Selain itu, investasi juga masih lemah, tercermin dari menurunnya fixed asset investment (FAI) (Grafik 1.13). Melambatnya perekonomian Tiongkok sejalan dengan proses deleveraging yang dilakukan oleh sektor korporasi (Grafik 1.14).

Terkait dengan pergerakan yuan (renminbi), yuan masih berisiko melemah dan volatile, dengan mempertimbangkan risiko fundamental serta ketidakpastian kebijakan nilai tukar dan aturan di pasar saham Tiongkok. Pasca devaluasi Agustus 2015, CNY sudah mendekati fixing CNY. Namun, level tersebut masih overvalued, tercermin dari spread CNY dan CNH yang lebar (Grafik 1.15). Selain itu, terjadi over-pricing saham di bursa saham Tiongkok. Risiko ini dapat memicu kembali capital

������������������������������������������ ����������� �

��������������

��������������� �� ��� ��� ��� ��

���������������� ��� ��� ��� � ��� ��

������������� ��� �� � ���� ����

����������� �� �� �� ��� ��� ���

�������� � � �� �� �

������������ �� �� �� ��

������������������ ��� ��� ��� �� ���

����������������� ���� ���� ���� ���� ����

������

������������������

�������

��������

�������

������ �

������� �

���������������������������������������������������������

���������

� ������� ���� ����� ���� ���� ����

� �������� ���� ����� ���� ���� ����

� �������� ���� ����� ���� ���� ����

� �������� ���� ����� ���� ���� ����

� �������� ���� ����� ���� ���� ����

� �������� ���� ����� ���� ���� ����

� ����� �� ��­� �­��� ����� ���� ����

� ������� ��­� �­��� ����� ���� ����

����­ ���­��­ ��­���­ ���­� ����­

������������������

��������������������������������� ����������

��

����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

������������������

��������

�������������������������������������������������������������������������������������������

Page 18: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneter4 Bank Indonesia

outflows. Intervensi di pasar valas tidak dapat terus ditempuh mengingat posisi cadev yg hampir berada di bawah standard metric IMF (Grafik 1.16).

Di pasar komoditas, harga minyak dunia diperkirakan cenderung menurun, seiring meningkatnya supply dan melemahnya permintaan. Harga minyak 2015 turun 47 persen dibandingkan 2014, dan berlanjut di awal 2016 hingga mencapai titik terendah 26,4 dolar AS per barel (Grafik 1.17). Meningkatnya supply didorong oleh pasokan OPEC pada akhir 2015 yang meningkat akibat Irak dan Arab Saudi yang mempertahankan pangsa pasarnya (Grafik 1.18). Sementara itu, menurunnya permintaan terjadi akibat ekonomi global yang diperkirakan masih lemah.

Penurunan harga minyak memberi tekanan ke harga komoditas lainnya, di samping pelemahan ekonomi Tiongkok dan peralihan strategi investasi ke pasar uang. Harga minyak berkorelasi positif dengan harga komoditas lainnya. Penurunan harga komoditas nonmigas juga terjadi karena adanya shifting investasi dari komoditas (asset class) ke aset USD, sejalan dengan ekspektasi normalisasi kebijakan moneter AS.

Pertumbuhan Ekonomi

Momentum pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mulai terjadi sejak triwulan III 2015, berlanjut ke triwulan IV 2015, antara lain didorong oleh pengeluaran pemerintah. Pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2015 tercatat 5,04% (yoy), lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 4,74% (yoy) (Tabel 1.3). Peningkatan pertumbuhan ekonomi pada triwulan IV 2015 antara lain didorong oleh peran pemerintah, baik dalam bentuk konsumsi pemerintah maupun investasi infrastruktur, serta penyelenggaraan Pilkada. Di sisi lain, peran sektor swasta masih terbatas, yang tercermin dari konsumsi rumah tangga dan investasi nonbangunan yang belum kuat. Dari sisi eksternal, ekspor masih menurun seiring pemulihan ekonomi global yang berjalan lambat dan harga komoditas yang terus

������������������������������� ����������

������������������

����

����

�����������

�� �����

�������

�������

�����

���

���

����

�� �����

�����

���

�����

���

��������

�����

���

��������

�����

���

�� �����

����

����

����������������������������� ����������

������������������

����

����

������������ ����

�� �������� ����

����

��

���

���

���

���

��

���

���

���

���

���

���

�������������������������������� �������������

�����������������

��

��

�����

���������������� ������������������������

��

��

��

�� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� ��

���������������������������

Page 19: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 5

turun. Secara sektoral, pertumbuhan ekonomi juga belum merata dan lebih ditopang oleh sektor konstruksi terkait infrastruktur serta sektor jasa.

Konsumsi pemerintah pada triwulan IV 2015 tumbuh 7,31% (yoy), meningkat dari 7,11% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh penyerapan belanja barang yang lebih tinggi. Perkembangan ini menunjukkan peran pemerintah yang semakin kuat dalam mendorong ekonomi, meskipun di awal tahun belanja pemerintah sempat terkendala oleh penyesuaian nomenklatur.

Pertumbuhan investasi, khususnya investasi bangunan, juga meningkat sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi triwulan IV 2015. Secara keseluruhan, investasi tumbuh meningkat menjadi 6,90% (yoy), dari 4,79% (yoy) pada triwulan III 2015. Peningkatan tersebut terutama didorong oleh investasi bangunan yang tumbuh tinggi sejalan dengan akselerasi proyek infrastruktur pemerintah. Hal itu tercermin dari indikator investasi bangunan, seperti penjualan semen yang membaik (Grafik 1.19). Sementara itu, peran sektor swasta masih terbatas tercermin dari pertumbuhan investasi nonbangunan yang belum kuat pada triwulan IV 2015 (3,1%). Hal ini didorong oleh perilaku wait and see investor, sebagaimana terlihat pada sentimen bisnis yang belum membaik (Grafik 1.20). Kinerja dan daya tahan korporasi juga mengalami penurunan. Pada tahun 2015, pendapatan korporasi dari hasil penjualan mengalami pertumbuhan negatif (Grafik 1.21). Meskipun belum kuat, investasi nonbangunan tumbuh membaik, didorong oleh positifnya kinerja investasi mesin dan perlengkapan, kendaraan dan peralatan, serta meningkatnya impor barang modal.

Pertumbuhan konsumsi swasta pada triwulan IV 2015 sedikit meningkat, terutama didorong oleh peningkatan konsumsi Lembaga Non Profit Rumah Tangga (LNPRT). Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada triwulan IV 2015 sedikit meningkat dari 4,98% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 4,99% (yoy), terutama didorong oleh meningkatnya konsumsi Lembaga Non Profit Rumah

���������������������������������������

����������������������

������������������

����������������������

������ � ���������������������� ������� �� � ������

�����

��������� ���������

����������������������������������� �����������

������������������

�� ���������

����

��� ����������������������������������

�����������������������

��

� 

�­

��

��

��

��

��

����

����

����

����

����

����

����

����

����

���

���� �­�

���� �­�

���� 

�­�

���� 

�­�

���� 

�­�

���� �­�

���� 

�­�

���� 

�­�

���� �­�

���� 

�­�

���� �­�

���� 

�­�

���� �­�

���� �­�

���� 

�­�

���� 

�­�

���� 

�­�

���� �­�

���� 

�­�

���� 

�­�

���� �­�

���� 

�­�

���� �­�

���� 

�­�

���� �­�

���������������������������������������� ���������

��

��

��

������

��

��

��

��

��

��

��

��

��

������������������������ ���������������� �������������������������������� �

��

����

�����

��������

�����

���

�����

���

����

���

������

�����

�����

�����

���

��������

�����

���

�� ��

���

­����

���

������

����������

�����

���

�����

���

����

���

������

�����

�����

�����

���

��������

�����

���

�� ��

���

­����

���

Page 20: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneter6 Bank Indonesia

Tangga (LNPRT). Pertumbuhan konsumsi LNPRT meningkat dari 6,56% (yoy) menjadi 8,32% (yoy), sejalan dengan peningkatan aktivitas Pilkada pada triwulan IV 2015. Terbatasnya konsumsi rumah tangga terindikasi dari perbaikan konsumsi nonmakanan yang belum kuat (Grafik 1.22). Selain itu, indikator penjualan mobil dan motor masih mencatat kontraksi, meskipun penjualan motor menunjukkan perbaikan pada Desember 2015. Kredit konsumsi, yang dapat mendorong daya beli masyarakat, juga masih menunjukkan tren perlambatan.

Di sisi eksternal, ekspor masih menurun seiring pemulihan ekonomi global yang berjalan lambat dan harga komoditas yang terus turun. Ekspor pada triwulan IV 2015 mencatat kontraksi 6,44% (yoy), lebih besar dibandingkan kontraksi pada triwulan sebelumnya. Pelemahan tersebut terkait dengan perlambatan volume perdagangan dunia, terutama ke emerging countries, dan harga komoditas yang cenderung lebih rendah sejalan dengan penurunan harga minyak dunia. Berdasarkan kelompoknya, penurunan ekspor terutama didorong oleh pelemahan ekspor nonmigas. Ekspor tambang masih terkontraksi (Grafik 1.23), terutama ekspor batubara sejalan dengan harga yang rendah dan permintaan yang melemah, khususnya dari Tiongkok. Ekspor manufaktur sedikit terkontraksi, seiring terkontraksinya ekspor CPO setelah tumbuh positif di tiga triwulan sebelumnya. Sementara itu, ekspor pertanian tumbuh positif khususnya ekspor ikan, biji kopi, dan rempah-rempah.

Kontraksi impor kembali meningkat, merespons penurunan kinerja ekspor dan konsumsi yang terbatas. Impor mengalami kontraksi sebesar 8,05% (yoy) pada triwulan IV 2015, lebih besar dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi sebesar 5,90% (yoy). Kontraksi impor tersebut terutama disebabkan oleh kontraksi impor migas, di tengah berlanjutnya kontraksi impor nonmigas yang sedikit tertahan. Tertahannya kontraksi impor nonmigas tersebut didorong oleh perbaikan tajam impor barang modal (Grafik 1.24), sejalan dengan mulai berjalannya proyek infrastruktur pemerintah di 2015.

��������������������������� �������������

�����

�������

�����

�����

���

����� �����

�����

���

���

���

���

���

������

���

���

������� ����������������� �����������

�������������������������������

�����������

��������

����

����

����

����

����

����

����

���

���

����

����

����

����

������

������

������

��������

����

���

����

���

���

���

��������

�����

���

�����

���

�������

�����

���

��������

�����

���

��������

������������� �­��������������

����������������������������� �������

��

������������

� �

������������

�� �� �� �� �� �� �� � �� ��

���������������������� �������������� ����������

Page 21: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 7

Secara sektoral (lapangan usaha), kenaikan pertumbuhan ekonomi belum merata. Kenaikan pertumbuhan terutama ditopang oleh sektor konstruksi terkait proyek infrastruktur dan sektor jasa, sementara lapangan usaha lain, termasuk manufaktur, belum tumbuh kuat (Tabel 1.4). Kinerja sektor kontruksi tumbuh menguat didorong oleh akselerasi pembangunan proyek infrastruktur pemerintah. Dari sektor jasa, peningkatan antara lain didorong oleh subsektor administrasi pemerintah sejalan dengan belanja pemerintah yang meningkat dan subsektor jasa keuangan. Sementara itu, sektor manufaktur masih melambat, sejalan dengan kecenderungan melemahnya konsumsi swasta dan melambatnya ekspor manufaktur di penghujung tahun. Perlambatan tersebut dikonfirmasi oleh perkembangan Purchasing Manager Index (PMI) HSBC yang masih pada teritori kontraksi. Dilihat dari jenis industri, penurunan kinerja industri terutama terjadi di industri kimia, terkait dengan permintaan ekspor yang menurun. Namun, peningkatan kinerja industri pengilangan migas yang cukup kuat mampu meredam pemburukan kinerja industri pengolahan yang lebih dalam.

Secara spasial, perbaikan ekonomi terutama didorong oleh Jawa dan Sumatera. Pertumbuhan ekonomi Jawa membaik dari 5,5% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 5,9% (yoy) di triwulan IV 2015 (Gambar 1.1). Hal itu didorong oleh realisasi percepatan proyek infrastruktur pemerintah berskala besar seperti pembangunan waduk,

����������������������������������� ����������������������������

������������

����

���

���

���

��

��

��

��

����� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���

����

����

���� ���

�����

����

����������

���������

����

� ��������

������������������

�������������������������������������������� ���������������

������������������������������������

������

������

�������

��

��

��

��

��

��

��

���

���

���

���

���

����������� ������ �������� ������ ��������

��������������������������������� ������������������������������

������ ������������ ���������� ���������� ���������

������������������������� � �����������������

���������������

������������ �����������

�������������������� ���������������������

����� ����

�����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���� ���� ����� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���� ���� ���� ���� ����� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���� ���� ���� ���� ����� ���� ����� ����� ����� ����� �����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� ����� ����� ����� �����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

��� ���� ����������

��� ��� ���������

�­����

�­��������� ���

�­������������� ���

��������������������

�������������������

 ��

Page 22: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneter8 Bank Indonesia

pelabuhan, bandara, dan transportasi massal. Demikian halnya perekonomian Sumatera yang tumbuh meningkat dari 3,1% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 4,6% pada triwulan IV 2015. Peningkatan ini didorong oleh realisasi proyek infrastruktur, seperti pembangunan tol, pembangkit listrik, dan berbagai sarana penunjang ASEAN Games 2018. Sementara itu, perekonomian Kalimantan masih tumbuh pada kisaran yang cukup rendah sebesar 1,5% (yoy) dari 0,4% (yoy) pada triwulan III 2015. Kondisi tersebut disebabkan masih lemahnya kinerja ekspor dan cenderung turunnya produksi migas khususnya di Kalimantan Timur. Di sisi lain, perekonomian Kawasan Timur Indonesia (KTI) tumbuh sedikit melambat, walaupun masih berada pada level yang cukup tinggi. Pertumbuhan KTI melambat dari 8,9% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 8,6% di triwulan IV 2015. Hal ini dipengaruhi oleh kinerja ekspor, khususnya barang tambang, yang masih terbatas karena masih rendahnya harga komoditas.

Meskipun pada triwulan IV 2015 sudah mulai membaik, perekonomian selama 2015 masih tumbuh melambat menjadi 4,79% (yoy), lebih rendah dari tahun sebelumnya sebesar 5,02% (yoy). Perlambatan terutama disebabkan oleh kontraksi ekspor sejalan dengan kondisi ekonomi global yang belum kondusif serta moderasi konsumsi swasta yang masih berlanjut. Perlambatan ekonomi yang lebih dalam tertahan oleh stimulus pemerintah yang cukup kuat. Hal itu terlihat dari pertumbuhan konsumsi pemerintah dan investasi bangunan yang meningkat, meskipun belanja pemerintah sempat terkendala oleh penyesuaian nomenklatur di awal tahun.

Neraca Pembayaran Indonesia

Kinerja Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) pada triwulan IV 2015 membaik, terutama didukung oleh surplus transaksi modal dan finansial yang meningkat. NPI pada triwulan IV 2015 mencatat surplus, ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial (TMF) yang lebih tinggi dari defisit transaksi berjalan. Peningkatan surplus TMF tersebut didukung oleh meningkatnya arus masuk modal asing, seiring dengan menurunnya ketidakpastian di pasar keuangan global dan membaiknya keyakinan terhadap prospek

��������������������������������� ���������

�������

� �� ��� ��

����

���������������������� �� �� ������� ���

�����

��

��

��

�� �� ��� ��

����

� �� ��� ��

����

� �� ��� ��

����

� �� ��� ��

����

���������� �� ��������� ��������

���������������

������������������������� ���������

���

� �� ��� ��

����

���

��������������� ���

���

���

���

���

����

����

���

����

���

���

���

���

���

������

���

��������

���

���

���

���

���

���

���

���

��

������������� � ����­��� �������������� �� �� �����������

� �� ��� ��

����

� �� ��� ��

����

������������������������������ �����������

���������������������

����

��

���

��

��

��

��

��

��

��

��

��

�����������������������������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

������������

Page 23: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 9

perekonomian Indonesia. Sementara itu, defisit transaksi berjalan meningkat menjadi sebesar 2,4% PDB di tengah proses perbaikan perekonomian Indonesia dan masih lemahnya permintaan global. Secara keseluruhan tahun 2015, defisit transaksi berjalan tercatat sebesar 2,06% PDB, jauh lebih rendah dari 3,09% PDB pada tahun 2014. Di sisi lain, Neraca Perdagangan Indonesia pada Januari 2016 mencatat surplus, didukung oleh turunnya defisit neraca perdagangan migas. Dengan perkembangan tersebut, cadangan devisa pada akhir Januari 2016 tercatat sebesar 102,1 miliar dolar AS atau setara 7,5 bulan impor atau 7,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Angka tersebut berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Ke depan, Bank Indonesia meyakini kinerja NPI akan semakin baik dengan defisit transaksi berjalan yang terkendali di bawah 3% dari PDB.

Neraca Pembayaran Indonesia (NPI) triwulan IV 2015 mencatat surplus sebesar 5,1 miliar dolar AS, setelah pada triwulan sebelumnya mencatat defisit sebesar 4,6 miliar dolar AS (Grafik 1.25). Surplus NPI ini ditopang oleh surplus transaksi modal dan finansial sebesar 9,5 miliar dolar AS yang melampaui defisit transaksi berjalan sebesar 5,1 miliar dolar AS (2,39% PDB) pada triwulan III 2015.

Defisit transaksi berjalan meningkat di tengah proses perbaikan perekonomian Indonesia dan masih lemahnya permintaan global. Defisit transaksi berjalan triwulan IV 2015 tercatat sebesar sebesar 2,4% PDB), lebih besar dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar 1,94% PDB. Kenaikan defisit transaksi berjalan tersebut bersumber dari penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas, karena impor nonmigas tumbuh 7,5% (qtq) seiring dengan meningkatnya permintaan domestik pada triwulan IV 2015 (Grafik 1.26). Peningkatan impor terbesar terjadi pada kelompok barang modal, diikuti oleh kelompok barang konsumsi dan bahan baku. Sementara itu, ekspor nonmigas terkontraksi 4,2% (qtq) dipengaruhi oleh permintaan global yang masih lemah dan terus menurunnya harga komoditas. Di sisi lain, defisit neraca perdagangan migas menyusut seiring turunnya volume impor

������������������������� ������������������

����

����

�� �� �� ��

����� �� �� ��

����� �� �� ��

����� �� �� ��

����

����

����

������� ������������������������������������������������

����������������������� ������� ����������

��������

� ��

����

��

��

���

���

���

��� ��� �� � ��

����

��� �� � ��

����

��� ��

��������� �� �����

�������� �����

�� ���������

����������������������� ������ ����������

��������

� ��

����

��

���

���

���

���

��� ��� �� � ��

����

��� �� � ��

����

��� ��

����������

����� �������

��������

�����

����� ������

Page 24: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneter10 Bank Indonesia

minyak dan harga minyak mentah dunia. Secara keseluruhan tahun 2015, defisit transaksi berjalan tercatat sebesar 2,06% PDB, jauh lebih rendah dari 3,09% PDB pada tahun 2014.

Neraca perdagangan Indonesia pada Januari 2016 mencatat surplus 0,05 miliar dolar AS, setelah pada Desember 2015 mengalami defisit 0,16 miliar dolar AS (Grafik 1.27). Perbaikan neraca perdagangan tersebut didukung oleh turunnya defisit neraca perdagangan migas dari 0,50 miliar dolar AS di Desember 2015 menjadi 0,11 miliar dolar AS di Januari 2016. Perbaikan neraca perdagangan migas tersebut dipengaruhi oleh penurunan impor migas sebesar 32,10% (mtm), yang melampaui penurunan ekspor migas sebesar 14,81% (mtm). Sementara itu, neraca perdagangan nonmigas masih mencatat surplus sebesar 0,16 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan dengan surplus Desember 2015 sebesar 0,34 miliar dolar AS. Penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas disebabkan oleh turunnya ekspor nonmigas (11,52%, mtm) yang lebih dalam dibanding penurunan impor nonmigas (10,22,% mtm). Penurunan ekspor nonmigas utamanya terjadi pada ekspor lemak dan minyak hewan/nabati, bahan bakar mineral, pakaian jadi bukan rajutan, bijih, kerak, dan abu logam, dan timah. Sementara itu, penurunan impor mesin dan peralatan mekanik, mesin dan peralatan listrik, besi dan baja, bahan kimia organik, dan perhiasan/permata menjadi penyebab utama turunnya impor nonmigas Januari 2016.

������������������������� ���������� ��������������������

���������������

������������ �����������

�����������

����� ����

�����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���� ����� ���� ���� ���� ���� ����� ����� ����� ����� ����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

����� ���� ����� ���� ����� ����� ����� ���� ����� ���� �����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� ����� ����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���� ����� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

� ���� ���� ����� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� ���� ���� ����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

�������������� �����������������

��������� ��������  �­���

�� ������� �­����

����������������������

��� ���������

����� ��

����� �� ��������������������������������­��������

������������������  ��� ��

��������������������������������� �

��������������� �����

������ �� ��

���­�����

������� �����

���������������������

��������������

������������������� ����������

����­������

���

Page 25: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 11

Sementara itu, surplus transaksi modal dan finansial meningkat signifikan seiring menurunnya ketidakpastian di pasar keuangan global dan membaiknya keyakinan terhadap prospek perekonomian Indonesia. Surplus transaksi modal dan finansial triwulan IV 2015 sebesar 9,52 miliar dolar AS, lebih tinggi dari triwulan sebelumnya sebesar 0,28 miliar dolar AS (Grafik 1.28). Kenaikan surplus transaksi modal dan finansial tersebut terutama didukung oleh kembali meningkatnya arus masuk investasi portofolio pada obligasi pemerintah, termasuk global bond. Selain itu, kenaikan surplus transaksi modal finansial didukung pula oleh kenaikan investasi lainnya dan aliran masuk investasi langsung asing. Kenaikan investasi lainnya disebabkan antara lain oleh meningkatnya penarikan simpanan di luar negeri dan penarikan pinjaman luar negeri terkait meningkatnya realisasi proyek infrastruktur pemerintah. Sementara itu, kenaikan aliran masuk investasi langsung asing terutama pada sektor pertambangan, keuangan, dan manufaktur sejalan dengan perbaikan investasi domestik.

Dengan perkembangan transaksi modal dan keuangan serta defisit transaksi berjalan, kinerja NPI pada triwulan IV 2015 mencatat surplus. NPI pada triwulan IV 2015 mengalami surplus sebesar 5,1 miliar dolar AS, lebih baik dibandingkan dengan defisit NPI pada triwulan III 2015 sebesar 4,6 miliar dolar AS. Surplus NPI triwulan IV 2015 tersebut pada gilirannya mendorong kenaikan posisi cadangan devisa dari 101,7 miliar dolar AS pada akhir triwulan III 2015 menjadi 105,9 miliar dolar AS pada akhir triwulan IV 2015. Jumlah cadangan devisa tersebut cukup untuk membiayai kebutuhan pembayaran impor dan utang luar negeri pemerintah selama 7,4 bulan dan berada di atas standar kecukupan internasional.

Secara keseluruhan tahun, NPI 2015 mengalami tekanan di tengah dinamika perkembangan ekonomi global dan domestik. NPI 2015 mengalami defisit 1,1 miliar dolar AS, setelah tahun sebelumnya mencatat surplus 15,2 miliar dolar AS. Tekanan terhadap kinerja NPI tersebut terutama bersumber dari penurunan surplus transaksi modal dan finansial yang tidak dapat sepenuhnya membiayai defisit transaksi berjalan. Namun demikian, defisit transaksi berjalan pada 2015 tercatat sebesar 17,8 miliar dolar AS (2,06% PDB), lebih baik dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang mencapai 27,5 miliar dolar AS (3,09% PDB). Perbaikan defisit transaksi berjalantersebut disebabkan oleh penurunan impor yang lebih besar dibandingkan dengan penurunan ekspornya, serta perbaikan kinerja neraca jasa dan neraca pendapatan. Penurunan impor diakibatkan melemahnya permintaan domestik

������������������������������� ��������������������

������������

�������������

�������

�������

�������

�������

������������

���������

��������

�����

�������

�����

��������

�����������

����������

���������

���������

��������

�������

������������

����������������

�����

��������

��� �����

����������

���������

������

��������

���������

���������

�� ������� ���

�� ������� ���

�� ������� ���

����� ���

������­�����

�������

�� �����

�����

�������������� �������

�������� �������

�� �����

���

���

���

���

��� ������

������ ���

���

� �� ��� ��

���� ���� ����

������

���

���

��� ��� ���

��� ���

���

����­��

� �� ��� ��

���� ���� ����

���

���

���

���

���

���

������

���

���

���

���

����������

� �� ��� ��

���� ���� ����

���

����

������

���

��� ��� ��� ���

���

���

���

� �� ��� ��

���� ���� ����

���

���

����

Page 26: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneter12 Bank Indonesia

sebagai dampak dari melambatnya pertumbuhan ekonomi pada 2015. Sementara itu, penurunan ekspor didorong oleh melemahnya permintaan eksternal, akibat melambatnya perekonomian dunia serta berlanjutnya penurunan harga komoditas global.

Di sisi lain, surplus transaksi modal dan finansial tahun 2015 turun menjadi 17,1 miliar dolar AS dari sebelumnya 45,0 miliar dolar AS pada 2014. Hal tersebut terutama didorong oleh aliran masuk modal investasi langsung dan kebutuhan pendanaan korporasi melalui pinjaman luar negeri yang menurun, seiring dengan melambatnya perekonomian domestik.Selain itu, penurunan transaksi modal finansial juga disebabkan oleh penurunan aliran masuk modal portofolio asing dan investasi lainnya. Penurunan aliran masuk modal portofolio asing yang cukup signifikan disebabkan oleh tingginya ketidakpastian di pasar keuangan global, meskipun ketidakpastian di pasar keuangan global sudah mereda pada triwulan IV 2015.Sementara itu, penurunan investasi lainnya diakibatkan oleh kenaikan simpanan sektor swasta di bank luar negeri akibat persepsi pelaku ekonomi terhadap perekonomian domestik yang sempat melemah.

Pada akhir Januari 2016, posisi cadangan devisa Indonesia akhir Januari 2016 tercatat sebesar 102,1 miliar dolar AS, lebih rendah dibandingkan dengan posisi akhir Desember 2015 sebesar 105,9 miliar dolar AS (Grafik 1.29). Perkembangan tersebut dipengaruhi oleh kebutuhan devisa, antara lain untuk pembayaran utang luar negeri pemerintah, termasuk pembayaran pokok dan bunga global bond yang jatuh tempo. Posisi cadangan devisa per akhir Januari 2016 tersebut masih cukup membiayai 7,5 bulan impor atau 7,2 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor. Bank Indonesia menilai cadangan devisa tersebut mampu mendukung ketahanan sektor eksternal dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi Indonesia ke depan.

Ke depan, Bank Indonesia akan terus mencermati perkembangan global yang dapat memengaruhi kinerja neraca pembayaran. Bank Indonesia meyakini kinerja

�������������������������������� �������������

������������������������������������������

��

��

����������������

�������� ����������������������������������

��

����

�� ��� �� � �� ��� �� � �� ��� �� �� ��� ���� ��� ��

���� ���� ���� ���� ����

��� ���� ���

�������������������������������� ���������������

����������������

��������

����������

��

��

��

���� ���� ���� ���� ���� ���� ��

����

�����

�� ��

������

������

��� ��

����

�����

�� ��

������

������

��� ��

����

�����

�� ��

������

������

��� ��

����

�����

�� ��

������

������

��� ��

����

�����

�� ��

������

������

��� ��

����������������������������� �� � ���

��

��

���������������

��

���

���

� �� ��� ��

����

�������������� ������������� ������������� ���������� ������

���

��������������������������������������

� �� ��� ��

����

� �� ��� ��

����

�� ��� ���� ���

����

�� ���

����

����

���

���� ����

���

������

���

���

��������������������

� ������

����

����

Page 27: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 13

NPI akan semakin baik dengan defisit transaksi berjalan yang terkendali di bawah 3% dari PDB pada 2016.

Niai Tukar Rupiah

Rupiah bergerak stabil dengan tren menguat, didorong oleh meningkatnya aliran modal asing seiring dengan risiko pasar keuangan global yang semakin mereda dan persepsi positif terhadap ekonomi domestik. Selama triwulan IV 2015, apresiasi nilai tukar rupiah terus berlanjut hingga Januari 2016. Tren apresiasi rupiah ditopang oleh meningkatnya aliran masuk modal asing, terutama ke pasar surat berharga negara. Hal itu didorong oleh persepsi positif investor terhadap arah perekonomian Indonesia, seiring dengan penurunan BI Rate, paket kebijakan pemerintah untuk memperbaiki iklim investasi, serta semakin efektifnya implementasi berbagai proyek infrastruktur. Selain itu, semakin meredanya risiko pasar keuangan global, yang tercermin dari perkiraan path FFR yang lebih dovish, turut mendorong apresiasi rupiah. Ke depan, Bank Indonesia akan tetap menjaga stabilitas nilai tukar sesuai dengan nilai fundamentalnya.

Selama triwulan IV 2015 nilai tukar rupiah menguat sebesar 6,27%, secara point to point (ptp), dan mencapai level Rp 13.785 per dolar AS. Dari sisi eksternal, penguatan terhadap rupiah selama triwulan IV 2015 terkait dengan meredanya ketidakpastian di pasar keuangan global, sejalan dengan hasil FOMC September 2015 yang sempat dovish, kenaikan FFR pada 17 Desember 2015 yang telah diantisipasi pasar dan pernyataan the Fed paska kenaikan FFR bahwa normalisasi akan dilakukan secara gradual dan terbatas. Di sisi domestik, membaiknya optimisme terhadap prospek ekonomi Indonesia, seiring dengan rangkaian paket kebijakan pemerintah dan paket stabilisasi nilai tukar yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia, juga mendorong penguatan rupiah. Faktor-faktor positif tersebut mendorong meningkatnya aliran modal masuk asing, khususnya ke pasar surat berharga negara, yang selanjutnya mendorong penguatan rupiah (Grafik 1.30)

������������������������������� ����������������

������������������������������������������

��

��

���������������

��

���

���

� �� ��� ��

����

�� �������������� ����������������� ���������������� �������������������������

���

� �� ��� ��

����

� �� ��� ��

����

�� ��� ���� ���

����

�� ��� ���� ����

����

���������������������������� �����������

���

��

���

��

��

���

�������

����������� ���������������������������������������������� ­�����������­�������������

��

���

���

���

���

���

���

����� �� ��� ��� ��

������� �� �� ��� ��� ��

������� �� �� ��� ��� ��

������� �� �� ��� ��� ��

�������

�������������������������������

�����������

����������

�����

�����

�����

������

������

������

������

������

������

������

������

������

������

������

�����

�����

��������

�� �����

��������

���

���

����

����

��������

�����

���

����

���

�������

�����

���

��������

�����

���

��������

�� �����

��������

���

���

����

����

��������

�����

���

����

���

�������

�����

���

��������

�����

���

��������

�� �����

��������

���

���

����

����

��������

�����

���

����

���

�������

�����

���

��������

�����

���

��������

�� �����

������� ������� �����

�­� ��� ����­��������������

�������

Page 28: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneter14 Bank Indonesia

Rupiah kembali mengalami penguatan pada bulan Januari 2016. Rupiah menguat 0,1% (ptp) dan ditutup di level Rp.13.775 per dolar AS pada akhir Januari 2016 (Grafik 1.31). Aliran masuk modal asing kembali pada Januari 2016, terutama ke pasar surat berharga negara. Dari sisi eksternal, hal tersebut didorong oleh perkiraan kenaikan FFR yang bergeser mundur pada semester II 2016 dengan besaran kenaikan yang lebih rendah, serta stance kebijakan Bank Sentral Jepang dan Eropa yang tetap longgar. Dari sisi domestik, persepsi positif investor terhadap arah perekonomian Indonesia, seiring dengan penurunan BI Rate (Januari 2016), paket kebijakan pemerintah untuk memperbaiki iklim investasi, serta semakin efektifnya implementasi berbagai proyek infrastruktur juga turut mendorong penguatan rupiah.

Meskipun sempat meningkat pada triwulan IV 2015, volatilitas rupiah pada Januri 2016 menurun. Meningkatnya volatilitas rupiah pada triwulan IV 2015 dipicu oleh penguatan rupiah pada Oktober 2015 menyusul membaiknya faktor risiko eksternal. Namun, volatilitas rupiah pada triwulan IV 2015 relatif lebih rendah dari real (Brazil), rand (Afrika Selatan), dan ringgit (Malaysia) (Grafik 1.33). Volatilitas rupiah pada Januari menurun dan relatif terjaga dibandingkan negara kawasan seperti rand (Afrika Selatan), ringgit (Malaysia), lira (Turki), real (Brazil), won (Korea Selatan), rupee (India), dan peso (Filipina) (Grafik 1.34).

Ke depan, Bank Indonesia akan tetap menjaga stabilitas nilai tukar sesuai dengan nilai fundamentalnya. Sejumlah faktor eksternal, seperti kondisi pasar keuangan di Tiongkok dan perkembangan harga minyak dunia, dan faktor domestik tetap perlu diwaspadai pengaruhnya terhadap perkembangan nilai tukar rupiah.

Inflasi

Inflasi IHK pada triwulan IV 2015 melambat dibandingkan triwulan sebelumnya. Inflasi IHK tercatat sebesar 1,08% (qtq) atau 3,35% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,27% (qtq) atau 6,83% (yoy). Lebih rendahnya inflasi tersebut terutama didorong oleh melambatnya

�������������������������������

������������������������������������������������������������������������������������

�����

������

������

������

�����

������

������

�����

����

������

������

���� ��

��� ��

��� ��

�����

����

������

������

�����

�����

�����

���

����

����

�� ��

��� ��

��� ��

�� ��

�� ��

�� ��

��� ��

�����

������

������

�����

������

������

������

�����

������

������

�����

������

������

������

������

������

������ ������

������

���������������������

�� ­���  ��������������  �����������������

�������������������������������

������

������������

���

������

���

���

�� ���� ����

���� ���

��

����

����

���

���

��

���

���

����

����

����

����

����

����

����

��

����

�� � � � � � � � �

�������������� ���� ����

��������� ­���­�����

�������������������������������� �

������������

���

��

��

��

���� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� �� ��� ���

�����������

��

Page 29: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 15

inflasi inti. Melambatnya inflasi inti dibandingkan triwulan sebelumnya disebabkan oleh berlalunya faktor musiman (Lebaran dan tahun ajaran baru), rendahnya harga global, serta permintaan domestik yang masih lemah. Inflasi volatile food (VF) lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya, didorong oleh kenaikan harga hortikultura (aneka cabai dan bawang) akibat musim tanam yang sedang berlangsung. Inflasi administered prices (AP) tercatat meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya, didorong oleh kenaikan berbagai tarif rokok

Inflasi Januari 2016 melambat dan mendukung prospek pencapaian sasaran inflasi 2016 yakni 4,0±1%. Inflasi IHK tercatat sebesar 0,51% (mtm), melambat dari bulan lalu 0,96 (mtm). Melambatnya inflasi tersebut terutama disumbang oleh deflasi komponen administered prices dan relatif rendahnya inflasi inti. Kelompok administered prices mengalami deflasi, terutama didorong oleh penurunan harga BBM, tarif angkutan udara dan harga LPG 12 kg. Sementara itu, inflasi inti tergolong rendah, yaitu 0,29% (mtm) atau 3,62% (yoy), ditopang oleh terjaganya ekspektasi inflasi dan masih rendahnya tekanan permintaan. Di sisi lain, inflasi pada kelompok volatile food relatif terkendali di tengah terjadinya gejala El Nino (Grafik 1.35).

Inflasi inti pada triwulan IV 2015 terkendali didorong oleh permintaan domestik yang terbatas dan terjaganya ekspektasi inflasi. Inflasi inti triwulan IV 2015 tercatat sebesar 0,62% (qtq) atau 3,95% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 1,30% (qtq) atau 5,07%(yoy), didorong oleh berlalunya faktor musiman (Lebaran dan tahun ajaran baru), permintaan domestik yang masih lemah, dan apresiasi Rupiah yang berlangsung pada Oktober dan November. Selain itu,masih rendahnya harga global juga turut menyumbang pada terkendalinya inflasi inti (Grafik 1.36).

Inflasi kelompok inti bulan Januari 2016 tercatat sebesar 0,29% (mtm) atau 3,62% (yoy), melambat dari bulan lalu sebesar 0,23% (mtm) atau (3,95% yoy). Perlambatan inflasi terjadi baik pada kelompok traded maupun nontraded. Hal tersebut seiring dengan permintaan domestik yang masih lemah, dan terkendalinya ekspektasi inflasi. Masih lemahnya

�������������������������������� ����������������

��������

���

��

��

��

���� ��� ������ ��������� ���

����������

��

��

���

���������������������

����������������������������� ���������

������

������������������������������

��

��

��

��

���

����

������������

������������������������������

������������������������������

������������������������������ �

����

����� �������������������������������������

�������������������������

��������

��������

��������

��������

��������

��������

��������

��������

��������

��������

��������

��������

��������

��������

��������

��������

��������

��������

��������

��������

��������

������ �

������ �

������ �

������

������

������

������ �

������ �

������ �

������ �

������ �

������ �

������ �

������ �

������ �

������ �

������ �

������ �

������ �

�������

������������������������������

Page 30: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneter16 Bank Indonesia

permintaan domestik terlihat dari masih rendahnya indeks keyakinan konsumen dan penjualan riil.

Inflasi inti yang terjaga pada triwulan IV 2015 turut didukung oleh ekspektasi inflasi yang terkendali baik di level pedagang eceran maupun konsumen. Terkendalinya ekspektasi inflasi tercermin dari tren penurunan pada ekspektasi inflasi pedagang dan konsumen. Concensus Forecast (CF) bulanan menurun dari 4,9% (average, yoy) pada survei Desember 2015 menjadi 4,7% (average, yoy) pada survei Januari 2016. Penurunan ini ditengarai didorong oleh koreksi harga energi yang mendorong penurunan harga BBM dan tarif listrik. Dalam jangka pendek, ekspektasi inflasi untuk 6 bulan yang akan datang meningkat seiring dengan periode puasa dan Hari Raya Idul Fitri (Grafik 1.37 dan Grafik 1.38).

Kelompok volatile food triwulan IV 2015 tercatat mengalami inflasi sebesar 2,62% (qtq) atau 4,84% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2015 sebesar 1,82% (qtq) atau 8,52% (yoy). Realisasi inflasi volatile food yang lebih tinggi terutama didorong oleh kenaikan harga hortikultura (aneka cabai dan bawang). Kenaikan harga hortikultura terutama didorong oleh pasokan yang terbatas akibat musim tanam yang sedang berlangsung (Grafik 1.39).

Pada Januari 2016, kelompok volatile food tercatat mengalami inflasi sebesar 2,40% (mtm) atau 6,77% (yoy). Tekanan inflasi volatile food bersumber dari kenaikan harga berbagai komoditas pangan strategis, khususnya bawang merah, daging ayam ras, dan telur ayam ras. Kenaikan harga daging dan telur ayam ras ditengarai terkait terbatasnya pakan ternak terkait kebijakan impor jagung. Masih tingginya tekanan harga bawang merah disebabkan oleh terbatasnya pasokan akibat masih berlangsungnya masa tanam. Tekanan inflasi volatile food tertahan oleh relatif terkendalinya inflasi beras. Inflasi beras hanya meningkat terbatas di tengah El Nino. Terbatasnya kenaikan harga beras didorong oleh terjaganya pasokan termasuk melalui impor. Selain itu, pasokan juga didukung panen padi yang tengah berlangsung di beberapa wilayah (antara lain Jawa Tengah dan Jawa Timur) serta panen padi yang berlangsung bulan lalu (Tabel 1.5).

��������������������������� ����������������

���������

���

���

���

���

��

�������

��

����������������

���� ���� ���� ���� ���� ���� ����

��������� ������������������������������������� ���������������������������������������� �����������������������

��������� ������������������������������������� ���������������������������������������� �����������������������

���

������������ ������������ ������������ ������������ ������������ ������������ ������������ ������������ � � ���� ����

������

��������������������������� ����������

���������

���

���

���

���

���

�������

�������������������������������

������������� ������ ���� �������� ��� ��� ��������������������������������� ��� ��� �����������������������������

���

���

��� �

��

��

�������������������������������

�������������������������������

�������������������������������

�������������������������������

�������������������������������

�������������������������������

�������������������������������

��� ���������������������������

��������������������

�����������������������������������

��

�����

����������������������������� �����������������

������

��� �� �� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���  ��

��

Page 31: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 17

Kelompok administered prices triwulan IV 2015 tercatat inflasi sebesar 1,09% (qtq) atau 0,39% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2015 sebesar 0,80% (qtq) atau 11,26% (yoy). Inflasi kelompok administered prices terutama didorong oleh kenaikan harga aneka rokok sejalan dengan implementasi Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 20 Tahun 2015 yang mewajibkan pembayaran pita cukai harus lunas pada Desember 2015 (Grafik 1.40).

Pada Januari 2016 kelompok administered prices mengalami deflasi sebesar -0,55% (mtm) atau 3,48% (yoy). Hal tersebut didorong oleh penurunan harga BBM, tarif angkutan udara, dan harga LPG 12kg. Pada Januari 2016, Pemerintah menurunkan harga bensin menjadi Rp6.950/L (non Jamali) dan solar menjadi Rp5.650/L. Seiring dengan penurunan tersebut, Pemerintah juga menurun kantarif angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) sebesar 5%. Selain itu, sejalan dengan koreksi harga gas dunia, pemerintah juga menurunkan harga LPG 12 kg sebesar Rp5.600,-/tabung atau Rp467,-/kg (Tabel 1.6).

Secara spasial, inflasi Kalimantan pada bulan Januari 2016 tercatat sebesar 0,33% (mtm), kemudian diikuti oleh inflasi Jawa dan Sumatera masing-masing sebesar 0,50% (mtm). Tekanan inflasi yang lebih rendah di wilayah Kalimantan didukung oleh koreksi harga yang terjadi pada komoditas daging ayam ras dan cabai merah serta angkutan udara di seluruh daerah. Koreksi pada harga daging ayam ras disebabkan oleh upaya pemerintah daerah dalam menjaga pasokan antara lain melalui intervensi pasar penyeimbang. Penurunan tekanan inflasi di wilayah Jawa tidak sedalam wilayah lainnya. Kondisi ini disebabkan oleh masih relatif tingginya inflasi di berbagai daerah di Jawa antara lain Banten dan Jawa Timur. Sementara Jakarta yang mempunyai bobot relatif besar pada wilayah Jawa mengalami inflasi yang cukup rendah sehingga mampu meminimalisir tekanan inflasi dari provinsi lain di Jawa. Inflasi di Kawasan Timur Indonesia (KTI) merupakan yang tertinggi dibandingkan wilayah lainnya yaitu 0,73%. Inflasi yang lebih tinggi di KTI dapat ditahan oleh deflasi di beberapa daerah seperti Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara dan Sulawesi Barat. Deflasi tersebut terjadi pada komoditas cabai rawit dan ikan segar (Gambar 1.2).

��������������������������������������������

�� ������������� � ������������� ����

�������

� ���������������� ������������ �������������� ��������  ���������­ ������������

� �� � ���­ �� � ��� �� � �­

�� �� � ��­ �� � ��

�� �� � ��

�������

� ������� ��������������� �������

�� ��� � ���� ��� � ���� ��� � ���

����������������������������������������

��������������������������������������������������������������������

�� ��

���� �

����

��

��

��

� �

����

� �

����

� �

����

� �

����

� �

����

� �

����

� �

����

����

�������������������������������������������������

�� ������������������� � ������������� ����

�������

� ������

� �������������

� ����

� ����������������� �����

� ­�� � ���

� ��� � ���

�� �­� � ���

� �­� � ���

������

�  ����������

� �����������������

� �����������

� �� � ��

� �� � ��

� ­� � ��

Page 32: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneter18 Bank Indonesia

Perkembangan Moneter

Likuiditas di Pasar Uang Antar Bank (PUAB) sedikit mengetat, namun secara umum tetap terjaga. Posisi DF turun dari Rp92,1 triliun pada triwulan III 2015 menjadi Rp79,2 triliun pada triwulan IV 2015. Rata-rata suku bunga PUAB O/N pada triwulan IV 2015 mengalami peningkatan dari 5,85% (qtq) pada triwulan III 2015 menjadi 5,97% (qtq) (Grafik 1.41). Peningkatan tersebut antara lain dipengaruhi kenaikan kebutuhan likuiditas pada Desember 2015. Namun demikian, likuiditas secara umum tetap terjaga, tercermin dari volume rata-rata PUAB total pada triwulan IV 2015 yang meningkat menjadi Rp12,39 triliun dari Rp10,85 triliun pada triwulan sebelumnya. Likuiditas pasar uang mulai berangsur pulih pada Januari 2016 sejalan dengan masuknya kembali uang kartal dalam sistem perbankan dan ekspansi fiskal.

Suku bunga deposito pada triwulan IV 2015 relatif stabil, sementara suku bunga kredit menurun pada triwulan IV 2015. Rata-rata tertimbang (RRT) suku bunga deposito pada triwulan IV 2015 stabil di 7,94% (yoy) atau sama dengan RRT suku bunga deposito pada triwulan III 2015. Meskipun relatif stabil dibandingkan triwulan sebelumnya, RRT suku bunga deposito pada Desember (triwulan IV) 2015 naik sebesar 7bps dari bulan sebelumnya. Kenaikan tersebut dipengaruhi oleh kondisi likuiditas perbankan yang relatif mengetat

������������������������ �������������������������

���������

����������

���������

����������

�������������

����� ����������

����

�����������

�������

����� ����

����������

������������

������������

������

���������

��������

��������

���������

������ ���� �����������

���

��������������

��������

���

�������

��������

������

������

��������

��������

����������

����������

�� ��������

���������

���������� ������������������ �������������������������� �������������� ��������

���������������������������

������������������������������ �����������������

��

�����

���

�����

���

� ������

���

���

��������

� ���

���

�����

���

�����

���

� ������

���

���

��������

� ���

���

��������

� ������

�����

���

�����

���

� ���

���

� ���

���

�����

���

�����

���

� ������

���

���

��������

� ���

���

��������

� ������

�����

���

�����

���

� ���

���

� ���

���

��������

����� � ­�� ��­�� ��­��

��������������������������� ���������� �����

��

��

������

��

����� ����� ������������

�� �����

�����

����������

� �����

������

� �����

�������

�������

�������

�������

�������

�������

�������

�������

�������

� �����

������

� �����

�������

�������

�������

�������

�������

�������

�������

�������

�������

� �����

������

� �����

�������

�������

�������

�������

�������

�������

�������

�������

�������

Page 33: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 19

di Desember 2015 terutama akibat faktor musiman meningkatnya kebutuhan likuiditas untuk memenuhi kebutuhan Natal dan Tahun Baru, serta operasi fiskal yang lebih kontraktif. Sementara itu, RRT suku bunga kredit pada triwulan IV 2015 turun 8bps menjadi 12,83% (yoy) dari sebelumnya 12,91% (yoy) pada triwulan III 2015 (Grafik 1.42). Penurunan terutama berasal dari suku bunga KMK dan KI yang masing-masing turun sebesar 12bps dan 7bps menjadi 12,46% (yoy) dan 12,12% (yoy). Dengan perkembangan tersebut, spread antara suku bunga kredit dan deposito menyempit menjadi 489 bps dari bulan sebelumnya 495 bps (Grafik 1.43).

Likuiditas perekonomian (M2) pada triwulan IV 2015 tumbuh melambat dipengaruhi oleh penurunan uang kuasi. Pertumbuhan M2 pada triwulan IV mengalami perlambatan menjadi 8,95% (yoy) dibandingkan dengan triwulan sebelumnya 12,43% (yoy). Perlambatan laju pertumbuhan M2 tersebut terjadi karena menurunnya pertumbuhan uang kuasi di triwulan IV 2015 tidak mampu dikompensasi oleh kenaikan pertumbuhan M1. Pertumbuhan uang kuasi menurun dari dari 12,53% (yoy) pada triwulan III 2015menjadi 8,37% (yoy) pada triwulan IV 2015. Pertumbuhan M1 meningkat dari 8,51% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 11,59% (yoy) pada triwulan IV 2015. Meningkatnya pertumbuhan M1 terutama dikontribusi oleh pertumbuhan giro rupiah milik swasta (korporasi dan perorangan). Pertumbuhan uang kartal ini mengindikasikan pertumbuhan ekonomi yang membaik dari triwulan sebelumnya.

Berdasarkan faktor yang mempengaruhi, perlambatan M2 bersumber baik dari NFA maupun NDA (Grafik 1.44). Penurunan NFA tersebut didorong oleh penurunan NFA BI. Sementara itu, perlambatan NDA didorong oleh melambatnya kredit dan NCG akibat meningkatnya simpanan pemerintah di BI dalam rangka prefunding APBN 2016.

Industri Perbankan

Stabilitas sistem keuangan tetap solid ditopang oleh ketahanan sistem perbankan dan relatif terjaganya kinerja pasar keuangan. Ketahanan

���������������������������������� �����

������������������������������� � ��������������������������

�����������

��

��

��

��

��������

��

�����

����

�������������������������� �����

 �������

­������

��������

��������

��������

 �������

 �������

��������

��������

��������

��������

��������

 �������

­������

��������

��������

��������

 �������

 �������

��������

��������

��������

��������

��������

 �������

­������

��������

��������

��������

 �������

 �������

��������

��������

��������

��������

��������

�����

����

������������������������� �������������������� ���������������������

���

��

��

��

���

���

��������

��������

��������

��������

��������

� ������

��������

��������

��������

��������

��������

� ������

��������

��������

��������

��������

��������

� ������

��������

��������

��������

��������

��������

� ������

�� ��������������������������������� �����������������������������������

����������������������� ��������� ������ ����� ��� ��

��

�������

������

��

��

��

��

��

��

�����

��������

�����

��� ����

�� ����

�� ����

��� ����

�� ����

��� ����

��� ����

��� ����

��� ����

��� ����

��� ����

��� ����

��� ����

�� ����

�� ����

��� ����

�� ����

��� ����

��� ����

��� ����

��� ����

��� ����

��� ����

��� ����

��� ����

�� ����

�� ����

��� ����

�� ����

��� ����

��� ����

��� ����

��� ����

��� ����

��� ����

��� ����

��� ����

��� ����

��� ����

��� ����

��� ����

��� ����

����

Page 34: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneter20 Bank Indonesia

industri perbankan tetap kuat dengan risiko-risiko kredit, likuiditas dan pasar yang cukup terjaga, serta dukungan modal yang kuat.

Pertumbuhan kredit pada triwulan IV 2015 masih menunjukkan tren yang menurun. Pertumbuhan kredit1 pada triwulan IV 2015 tercatat menurun dari 11,1% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 10,45% (yoy) (Grafik 1.45). Penurunan pertumbuhan kredit pada triwulan IV 2015 terutama berasal dari penurunan pertumbuhan KMK dari 10,72% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 9,04% (yoy) pada triwulan IV. Sementara itu, pertumbuhan KI mengalami kenaikan menjadi 14,7% (yoy) pada triwulan IV 2015 dari sebelumnya 12,95% (yoy) pada triwulan III 2015. Namun, kenaikan pertumbuhan KI tersebut tidak mampu mendorong kenaikan pertumbuhan kredit total. Secara sektoral, peningkatan pertumbuhan kredit antara lain terjadi pada sektor listrik, air dan gas, sektor pengangkutan dan sektor jasa dunia usaha (Grafik 1.46).

Pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) pada triwulan IV 2015 menurun, terutama bersumber dari penurunan pertumbuhan deposito. Pertumbuhan DPK pada triwulan IV 2015 tercatat sebesar 7,3% (yoy), lebih rendah dari triwulan sebelumnya sebesar 11,7% (yoy) (Grafik 1.47). Penurunan DPK terutama

1 Kredit menurut konsep perbankan.

����������������������� ��������������

�������

�����������

����������������

������� ����

����������

������ ��

������ ������������

������ ���

������������

���������

���������

������ ������

��� �� ��

 �­����

�������

�����������

�����������

�����­��

������­

��������

���­���� 

��������

�������

����������������������� ����

���

��

��

��

��������������� ��� ������ ��� ���

��������

��������

��������

�������

��������

��������

��������

��������

��������

�������

��������

��������

��������

��������

��������

�������

��������

��������

��������

��������

��������

�������

��������

��������

��

��

��

��

��

��

������������������������ ��������

��������������

����

������ ���� ����� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� �������

��� ���� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� �������

������� ���� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� ������� �������

 �� ­� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ���� ����� ���� ���� ����

�� �������� ­� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ��� ��� ��� ��� ���

� ­� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ����� ���� ���� ���� ���� ����

��� ­� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

� ­� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ���

��� ��� �� ������ ��� ��� ���

������������������

���

����

��� ��� �� ��� ��� ��� ���������

Page 35: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 21

bersumber dari pertumbuhan deposito yang turun dari 11,2% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 5,0% (yoy) pada triwulan IV 2015. Pertumbuhan giro juga mengalami perlambatan dari 13,7% (yoy) pada triwulan III 2015 menjadi 10,3% (yoy). Sementara itu, pertumbuhan tabungan Rupiah mengalami kenaikan pada triwulan IV 2015 menjadi 7,3% (yoy) dari triwulan sebelumnya 4% (yoy). Namun, kenaikan tersebut belum mampu mendorong pertumbuhan DPK.

Kondisi perbankan tetap terjaga di tengah tingginya risiko yang berpotensi menggangu stabilitas sistem keuangan. Pada triwulan IV 2015, ketahanan permodalan masih memadai dengan rasio kecukupan modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) yang masih tinggi sebesar 21,2%, jauh di atas ketentuan minimum 8% (Tabel 1.7). Sementara itu, rasio kredit bermasalah (Non Performing Loan/NPL) tetap rendah dan stabil di kisaran 2,5%. Sementara itu, dari sisi profitabilitas, Return on Assets (ROA) perbankan tercatat sebesar 2,3%.

Pasar Saham dan Pasar Surat Berharga Negara

Perkembangan pasar saham domestik pada triwulan IV 2015 menunjukkan kinerja yang meningkat. IHSG pada triwulan IV 2015 mengalami peningkatan sebesar 8,7% (qtq) menjadi 4.593,01 (31 Desember 2015) (Grafik 1.48). Peningkatan kinerja pasar saham dipengaruhi oleh sentimen eksternal dan domestik. Dari sisi eksternal, risiko di pasar keuangan global yang bersumber dari kemungkinan kenaikan suku bunga FFR semakin mereda. Di sisi domestik, peningkatan kinerja pasar saham didorong oleh sentimen positif terkait, antara lain, dengan terjaganya inflasi dan membaiknya optimisme terhadap prospek ekonomi, seiring dengan rangkaian paket kebijakan pemerintah dan paket stabilisasi nilai tukar yang dikeluarkan BI. Kinerja saham pada triwulan IV 2015 lebih baik dari kinerja pasar saham negara ASEAN, Hongkong dan India.

Kinerja pasar SBN pada triwulan IV 2015 mengalami peningkatan, tercermin dari penurunan yield SBN untuk seluruh tenor. Sejalan dengan pasar saham, perbaikan kinerja pasar SBN juga dipengaruhi oleh

����������������������������� �������������������

������

���

����

����

��������� ��

������ �������������������������������������� ��������� �� � �

­����������­���� ��� ��������� ­�����

����������� ���������������������

������������������ ���

�����������������­ ��

��� �� ��

���

����

���

���

���

���

���

������

�����

������������������������������ ����������������

��� ���

��

��

���

��

��

������

� ���

� � � � � � � � �� �� �� ��

���

��������������� ����������� ������ ������

���

���

���

������������������������������� �����������������������

��

����������������� ���������� � ������

� ���������������������� ���

������

������

�� ���

�� ���

������

������

�� ���

�� ���

������

������

�� ���

�� ���

��

��

���

��

��

���

��

������

Page 36: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneter22 Bank Indonesia

sentimen positif yang bersumber dari eksternal dan domestik. Secara keseluruhan, yield SBN turun sebesar 73 bps dari 9,55% menjadi 8,82%. Adapun yield jangka pendek, menengah dan panjang masing-masing turun sebesar 66 bps, 71 bps dan 84 bps menjadi 8,54%, 8,88% dan 9,09%. Sementara itu, yield benchmark 10 tahun turun sebesar 84 bps dari 9,60% menjadi 8,76% (Grafik 1.49). Pada triwulan IV 2015, investor asing mencatat net beli sebesar Rp34,1 triliun sehingga kepemilikan asing pada triwulan IV 2015 tercatat sebesar 36,54% (Grafik 1.50).

Pada Januari 2016, pasar saham domestik menunjukkan kinerja positif. IHSG menguat dan mencapai level 4.615,16 (29 Januari 2016) atau naik tipis sebesar 22 poin (0,48%) dibandingkan bulan sebelumnya. Penguatan tersebut didorong oleh faktor dari sisi eksternal, diantaranya harga minyak yang sempat mengalami rebound pada pekan IV Januari 2016, perkiraan kenaikan FFRyang bergeser mundur pada semester II 2016 dengan magnitude yang lebih rendah, serta kebijakan bank sentral Jepang dan Eropa yang tetap longgar. Dari sisi domestik, pergerakan pasar saham didorong oleh persepsi positif investor terhadap arah perekonomian Indonesia, seiring dengan penurunan BI Rate (Januari 2016), paket kebijakan pemerintah untuk memperbaiki iklim investasi, serta semakin efektifnya implementasi berbagai proyek infrastruktur. Kinerja IHSG cukup baik karena mampu tumbuh positif di tengah koreksi yang dialami sebagian besar negara kawasan, di antaranya Tiongkok (-23,4%) dan Singapura (-8,9%) (Grafik 1.51).

Pada Januari 2016, pasar SBN menunjukkan kinerja positif. Sejalan dengan pasar saham, perbaikan kinerja pasar SBN juga dipengaruhi oleh sentimen positif yang bersumber dari eksternal dan domestik. Secara keseluruhan, yield turun sebesar 50 bps dari 8,82% menjadi 8,32%. Yield jangka pendek, menengah, dan panjang masing-masing turun sebesar 66 bps, 47 bps, dan 36 bps menjadi 7,88%, 8,41%, dan 8,72%. Sementara itu, yield benchmark 10 tahun turun sebesar 50 bps dari 8,76% menjadi 8,26% (Grafik 1.52). Pada bulan Januari 2016, investor nonresiden tercatat melakukan net beli sebesar Rp19,8 triliun, sehingga kepemilikan asing di pasar SBN menjadi 37,3%.

����

��������

������������ �����

��� ������ �������������������������������� ��������������������� �

­��������­�����������������­�����

�� �������������������������� �������

����������������������

�������������������­���

��� �

����

����

������������

���

����

����������

����

����������������

������������������������������ ������������ ��������������

������������������������������� ��������������������

�� ��

�������������������

��

��

��

���

� �

���� ���

��

���

���

���

����

���

���� ���

����

���

���� ���

��

���

���

���

����

���

���� ���

����

���

���� ���

��

���

���

���

����

���

���� ���

����

���

���� ���

�������������������������

Page 37: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 23

Pembiayaan Non Bank

Pembiayaan ekonomi nonbank meningkat. Total pembiayaan selama triwulan IV 2015 melalui penerbitan saham perdana, right issue, obligasi korporasi, medium term notes, promissory notes dan lembaga keuangan lainnyameningkat menjadi Rp41,6 triliun, lebih tinggi dibandingkan triwulan III 2015 sebesar Rp17,6 triliun (Tabel 1.8). Peningkatan terutama disumbang oleh naiknya penerbitan saham menjadi Rp29,1 triliun dari Rp5,3 triliun pada triwulan sebelumnya.

Perkembangan Sistem Pembayaran

Perkembangan pengelolaan uang rupiah secara umum sejalan dengan perkembangan ekonomi domestik, khususnya dari sektor konsumsi rumah tangga. Rata-rata harian Uang Kartal yang Diedarkan (UYD) pada triwulan IV 2015 adalah sebesar Rp586,8 triliun atau tumbuh 11,0% (yoy), meningkat dibandingkan dengan triwulan sebelumnya sebesar Rp518.3 triliun (9,4%, yoy) (Grafik 1.53). Peningkatan pertumbuhan UYD tersebut ditopang oleh meningkatnya aktivitas ekonomi pada triwulan IV 2015, termasuk tingginya penarikan uang kartal pada bulan Desember 2015 yang bertepatan dengan periode Natal dan liburan akhir tahun 2015.

������������������������������

��������������

����

�������

�� ��

��������������������������

������

��������������������������

���������������������������

��������������������������

����������������� ��­����� �

����

���� ���� ��� ���� ����� ���� ���� ���� ���� �����

��� ���� ��� ���� ���� ��� ���� ��� ���� ����

��� ��� ��� ��� ���� ��� ��� ��� ��� ���

��� ���� ��� ���� ���� ���� ���� ��� ��� ����

��� ��� ��� ��� ���� ���� ��� ��� ��� ����

��� ��� ��� ��� ���� ��� ��� ��� ��� ����

��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ��� ����

���� ����� ������ ����� ����� ���� ����� ������ ����� �����

�����������

��������������������������� ����

��� ���������� ������

��� �������� ����������������� ����������

���

���

���

��

���

���

��� ��� ������

� �� ��� ������

� �� ��� �����

� �� ��� ������

��

��

��

Page 38: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneter24 Bank Indonesia

Di tengah trend pertumbuhan UYD tersebut, Bank Indonesia terus berupaya meningkatkan kualitas uang yang beredar. Selama triwulan IV2015, sejumlah 1,7 miliar lembar Uang Tidak Layak Edar (UTLE) senilai Rp44,0 triliun telah dimusnahkan dan diganti dengan uang rupiah yang layak edar. Jumlah pemusnahan UTLE tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan triwulan III2015 yang tercatat sebesar 1,5 miliar lembar atau senilai Rp41,9 triliun. Tingginya pemusnahan pada triwulan laporan sejalan dengan meningkatnya aliran uang masuk (inflow) dari perbankan ke Bank Indonesia dan peningkatkan standar kualitas uang yang beredar (fitness level).

Penyelenggaraan sistem pembayaran selama triwulan IV 2015 berjalan aman, lancar, dan terpelihara dengan baik. Dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, transaksi sistem pembayaran nontunai pada triwulan IV 2015 mengalami peningkatan baik dari sisi nilai maupun volume transaksi. Peningkatan volume transaksi tercatat sebesar 29.354,23 transaksi atau meningkat sebesar 2,06% (qtq). Sejalan dengan hal itu, nilai transaksi mengalami peningkatan sebesar Rp2.661,81 triliun atau meningkat sebesar 6,98% (qtq) (Tabel 1.9 dan 1.10). Secara umum, volume transaksi sistem pembayaran masih didominasi oleh transaksi Alat pembayaran dengan Menggunakan Kartu (APMK) yang mencapai 1,3 triliun transaksi atau tumbuh 4,9% (qtq). Peningkatan volume transaksi APMK mencerminkan semakin meningkat dan meluasnya penggunaan instrumen pembayaran nontunai oleh masyarakat. Namun, peningkatan volume transaksi terbesar pada triwulan IV 2015 terjadi pada transaksi BI-SSSS sebesar 30,5% (qtq) atau12,1 ribu transaksi.Berdasarkan nilainya, peningkatan nilai transaksi pada triwulan IV 2015 terutama didorong oleh meningkatnya nilai transaksi Bank Indonesia-Scripless Securities Settlement System (BI-SSSS) dan transaksi Sistem Kliring Nasional Bank Indonesia(SKNBI). Nilai transaksi BI-SSSS meningkat sebesar Rp2.677,4 triliun atau naik33,4% (qtq) dan transaksi SKNBI meningkat Rp221,5 triliun atau naik 30,0% (qtq).

�����

������������������������������� �����������������������

���������������������������� ������

����� ��������� �������� �������� �������� ������

������ ����� ����� ����� ����� ������

 ­����� ��������� ��������� ��������� ��������� ������

���  ������������ ������������ ������������ �������� �����

 ����� ����� ��������� ��������� ��������� ��������� �����

 ���������������������� ������������ ������������ ������������ ������������ �����

������­���� ��� ��������� ���������� ���������� ���������� ������

� ��­ ������������ ������������ ������������ ������������ �����

� ­���������

�����������

����

���������� �������������

Page 39: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 25

Di tengah peningkatan nilai dan volume transaksi sistem pembayaran nontunai pada triwulan IV 2015, transaksi pembayaran yang diselesaikan melalui Sistem BI-RTGS justru mengalami penurunan baik dari sisi nilai maupun volume. Secara umum, penurunan yang terjadi pada transaksi melalui Sistem BI-RTGS antara lain disebabkan adanya kebijakan peningkatan batas minimal nilai transaksi melalui Sistem BI-RTGS menjadi di atas Rp500 juta. Volume transaksi sistem pembayaran yang diselesaikan melalui Sistem BI-RTGS tercatat menurun sebesar 19,32% menjadi 2.371,24 ribu transaksi. Penurunan tersebut diikuti dengan penurunan nilai transaksi sebesar 1,02%

�����

��������������������������������� ����������������������

���������������������������� ������

����� ��������� ��������� ��������� ��������� �����

������ �������� �������� �������� ��������� ������

 ­����� ������ ������ ������ ������ ������

���  �������� �������� �������� �������� �����

��  ����� ����� ����� ����� ����� ����� �����

 ���������������������� �������� �������� �������� �������� �����

������­���� ��� ���� ���� ���� ���� ������

� ��­ ��������� ��������� ��������� ��������� �����

��­���������­����

���������� �����

����

���������� ���������

Page 40: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneter26 Bank Indonesia

2. Prospek Perekonomian

Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada tahun 2016 lebih tinggi dari tahun 2015 yaitu pada kisaran 5,2 – 5,6%. Pertumbuhan ekonomi tersebut diperkirakan akan ditopang oleh stimulus fiskal, khususnya realisasi pembangunan proyek infrastruktur yang semakin cepat. Investasi swasta diharapkan akan meningkat seiring dengan dampak paket kebijakan pemerintah dan pemanfaatan ruang pelonggaran moneter secara terukur dengan tetap menjaga stabilitas makro. Sementara itu, kontribusi net ekspor masih negatif dipengaruhi kondisi eksternal yg belum pulih dan impor yang mulai meningkat untuk mendukung realisasi proyek infrastruktur.

Dalam periode yang sama, inflasi diperkirakan akan berada di sekitar titik tengah kisaran sasaran inflasi 4 ± 1%. Tekanan inflasi dari sisi permintaan diprakirakan meningkat seiring meningkatnya utilisasi kapasitas produksi. Ekspektasi inflasi diperkirakan juga tetap terjaga, didukung oleh kebijakan dan koordinasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah. Sementara itu, tekanan inflasi dari sisi eksternal diprakirakan minimal sejalan dengan terbatasnya peningkatan harga-harga komoditas internasional, tren penurunan harga minyak dan nilai tukar yang lebih stabil.

Bank Indonesia akanterus mencermati beberapa risiko yang membayangi proses penyesuaian ekonomi ke depan. Dari sisi global, risiko tersebut antara lain berkaitan dengan belum solidnya pertumbuhan ekonomi dunia, terus menurunnya harga komoditas termasuk harga minyak, serta perlambatan ekonomi dan pasar keuangan Tiongkok. Dari sisi domestik, risiko yang perlu mendapat perhatian adalah potensi tekanan inflasi volatile food.

Prospek Perekonomian Global

Prospek perkembangan ekonomi global 2016 diperkirakan lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya. Pertumbuhan PDB global pada tahun 2016 diperkirakan sebesar 3.4% (yoy), lebih rendah dibandingkan proyeksi sebelumnya. Koreksi asumsi

pertumbuhan global terutama karena tertahannya pertumbuhan AS dan Emerging Market. Ekonomi AS diperkirakan tetap tumbuh membaik meskipun belum solid. Pemulihan ekonomi Eropa terus berlangsung secara gradual, sementara ekonomi Jepang diperkirakan masih lemah. Perkembangan ekonomi Tiongkok masih dalam tren melambat, sedangkan ekonomi India tetap kuat karena didukung oleh domestic demand.

Pertumbuhan ekonomi AS tahun 2016 diperkirakan lebih rendah dibandingkan asumsi sebelumnya.Realisasi pertumbuhan ekonomi AS pada triwulan IV 2015 tercatat sebesar 1,8% (yoy), lebih rendah dari estimasi. Tertahannya pemulihan ekonomi AS disebabkan oleh masih belum kuatnya konsumsi, melambatnya perbaikan sektor perumahan, dan terkontraksinya sektor manufaktur. Dampak positif penurunan harga minyak bagi sektor konsumsi AS sebagai negara pengimpor minyak tertahan oleh langkah deleveraging yang dilakukan oleh rumah tangga dan perusahaan non-finansial di AS.Sementara itu, pertumbuhan penjualan rumah masih dalam tren menurun meski suku bunga KPR cenderung turun. Sementara itu, sektor manufaktur masih terkontraksi, merespon minimnya pertumbuhan ekspor. Sejalan dengan perkembangan tersebut, proyeksi pertumbuhan ekonomi AS pada tahun 2016 dikoreksi dari 2,7% menjadi 2,6%.

Pemulihan ekonomi Eropa terus berlangsung, didukung oleh kebijakan quantitative easing. ECB diperkirakan akan melakukan penambahan QE di bulan Maret 2016, sejalan dengan tingkat inflasi yang masih rendah dan risiko apresiasi Euro. Semua hal tersebut telah menurunkan tingkat keyakinan pelaku pasar terhadap kemampuan ECB dalam mengarahkan inflasi ke target. Sementara itu, pertumbuhan ekspor negara-negara Eropa masih dalam tren menurun, meski dalam perkembangan terakhir menunjukkan rebound. Penurunan ekspor ini sejalan dengan PMI yang cenderung menurun, meski masih berada di zona ekspansif.

Page 41: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 27

I

Pemulihan ekonomi Jepang terus berlangsung meski secara gradual. Pertumbuhan ekonomi Jepang didorong oleh meningkatnya konsumsi dan stimulus pemerintah. Namun demikian, perbaikan konsumsi ke depan tertahan oleh faktor demografi yang semakin didominasi oleh manula. Dengan kondisi tersebut, rumah tangga cenderung melakukan saving. Sementara itu, pertumbuhan ekspor masih bernilai negatif dan dalam tren menurun sejalan dengan pertumbuhan output produksi (industrial production) yang dalam level rendah. Tingkat inflasi Jepang kembali menurun seiring turunnya harga impor. Sebagai respons terhadap ekspektasi inflasi yang menurun, bank sentral Jepang mengadopsi kebijakan suku bunga negatif sejak Februari 2016.

Ekonomi Tiongkok masih dalam tren melambat.Ekonomi Tiongkok masih dalam tren melambat antara lain akibat masih lemahnya investasi, belum kuatnya produksi, dan upaya korporasi melakukan deleveraging. Pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada tahun 2016 diperkirakan sebesar 6,3%, lebih rendah dari 6,9% pada tahun 2015. Yuan masih berisiko melemah dan volatile, akibat risiko fundamental serta ketidakpastian kebijakan nilai tukar dan aturan di pasar saham. Kedepan, risiko pertumbuhan ekonomi terutama berasal dari sektor tersier dan industri. Pertumbuhan sektor tersier, yang mencerminkan terjadinya rebalancing ekonomi China, memiliki risiko penurunan seiring dengan kebijakan Pemerintah membatasi kegiatan shadow banking serta potensi penurunan penjualan ritel akibat default bisnis shadow banking tersebut. Sementara itu, sektor manufaktur masih memperlihatkan perlambatan, seiring dengan rilis data industrial profit Desember 2015 yang mengalami kontraksi dan prediksi rilis data PMI manufacturing Januari 2016 yang lebih lemah dibandingkan periode sebelumnya.

Pertumbuhan ekonomi India pada tahun 2016 diperkirakan tetap kuat dan sesuai dengan proyeksi sebelumnya. Perekonomian India ditopang oleh permintaan domestik yang solid, terlihat dari tren penjualan mobil yang masih terus meningkat.Tingkat inflasi kembali meningkat di bulan Desember, seiring dengan kenaikan harga bahan makanan. Namun demikian, peningkatan inflasi tersebut masih

berada di bawah target inflasi yang ditetapkan oleh RBI sebesar 6%. Sementara itu, sentimen bisnis mengalami sedikit penurunan, sejalan dengan kekhawatiran terhadap kondisi fiskal Pemerintah pasca penetapan kebijakan subsidi BBM yang bertujuan untuk meningkatkan penggunaan bahan bakar LPG di pedesaan.

Sejalan dengan perkembangan ekonomi global yang direvisi ke bawah, perkiraan volume perdagangan dunia dan harga komoditas juga direvisi ke bawah. Untuk tahun 2016, pertumbuhanWTV (world trade volume/WTV) direvisi menjadi 2.9% sedangkan harga minyak ICP direvisi cukup dalam. Peningkatan supply OPEC dan pelemahan permintaan global di tengah masih tingginya inventory minyak diperkirakan mendorong harga minyak tetap berada di level rendah. Harga minyak Brent diperkirakan masih berada di bawah USD50/barrel hingga 2017.Sejalan dengan itu, IHKEI pada 2016 diperkirakan akan melanjutkan penurunan. Pemburukan prospek harga terutama terjadi pada komoditas logam, seiring dengan penurunan aktivitas industri Tiongkok dan tekanan dari rendahnya harga minyak.

Prospek Pertumbuhan Ekonomi

Pertumbuhan ekonomi 2016 diprakirakan meningkat dan mencapai kisaran 5,2 – 5,6%.Pertumbuhan ekonomi tersebut diperkirakan akan ditopang oleh stimulus fiskal, khususnya realisasi pembangunan proyek infrastruktur yang semakin cepat. Investasi swasta diharapkan akan meningkat seiring dengan dampak paket kebijakan pemerintah dan pemanfaatan ruang pelonggaran moneter secara terukur dengan tetap menjaga stabilitas makro. Inflasi pada akhir tahun 2016 diprakirakan berada di sekitar titik tengah kisaran sasaran inflasi 4± 1%.

Secara keseluruhan, konsumsi rumah tangga diprakirakan tumbuh sebesar 5,0 – 5,4%pada tahun 2016. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga diperkirakan stabil sepanjang tahun 2016 seiring dengan meningkatnya proporsi penduduk

Page 42: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneter28 Bank Indonesia

usia produktif sehingga meningkatkan jumlah angkatan kerja. Pada tahun 2016, daya beli diperkirakan menguat seiring dengan rencana kenaikan UMP secara rata-rata nasional sebesar 10,8% dan pembayaran gaji ke-14 PNS.Inflasi yang diperkirakan berada di sekitar titik tengah sasaran inflasi 4±1% juga diharapkan turut mendukung terjaganya daya beli masyarakat. Meningkatnya jumlah lapangan kerja, khususnya terkait dengan proyek infrastruktur, diharapkan dapat menjadi sumber penghasilan di tengah masih terbatasnya kinerja ekspor.

Investasi pada tahun 2016 diprakirakan tumbuh lebih tinggi dari tahun sebelumnya dan mencapai kisaran 7,2 – 7,6%. Investasi pada 2016 diperkirakan akan didorong oleh realisasi pembangunan proyek infrastruktur yang semakin cepat. Hal in didukung oleh proses tender proyek pembangunan infrastruktur yang sebagian dilakukan lebih awal.Investasi swasta diharapkan akan meningkat seiring dengan dampak paket kebijakan pemerintah dan pemanfaatan ruang pelonggaran moneter secara terukur dengan tetap menjaga stabilitas makro.

Pertumbuhan ekspor di tahun 2016 diprakirakan tidak sebaik tahun sebelumnya. Penurunan kinerja ekspor sejalan dengan perkiraan masih lemahnya ekonomi global khususnya Tiongkok dan Amerika Serikat, yang merupakan pasar utama ekspor Indonesia. Harga komoditas ekspor Indonesia juga diperkirakan masih mencatat pertumbuhan negatif pada tahun 2016.Dengan kondisi tersebut, ekspor riil Indonesia di tahun 2016 diprakirakan masih tumbuh negatif. Langkah-langkah peningkatan daya saing, antara lain dengan diversifikasi pasar dan produk, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekspor jangka panjang ke arah yang lebih baik.

Impor pada tahun 2016 diperkirakan masih mengalami kontraksi meskipun tidak sedalam tahun sebelumnya. Kontraksi impor yang tidak sedalam tahun sebelumnya tersebut didorong oleh meningkatnya permintaan domestik khususnya konsumsi dan investasi. Impor barang modal dan impor barang baku diperkirakan akan meningkat guna mendukung pembangunan proyek infrastruktur pemerintah dan investasi swasta.

Sektor Industri Pengolahan diprakirakan tumbuh lebih tinggi. Pada tahun 2016, Sektor Industri Pengolahan diperkirakan tumbuh di kisaran 4,8 – 5,2%, lebih tinggi dari tahun 2015 yang sebesar 4,8%, sejalan dengan peningkatan permintaan domestik. Pertumbuhan sektor ini akan didorong antara lain oleh subsektor industri barang dari logam, sejalan dengan realisasi proyek infrastruktur pemerintah.

��������������������� ��������������������������������������������

�����

������������������������� � �����������������

������������������������������

������������������� ���� � ­� � �� � �� � �� � �� � ���� � ��

����������������� � �� � �� � �� ­ �� ­ �� � �� � ����� � ��

�������� � �­ � �� � �� � ­� � �� � �­ ­ ���� ­ ��

������������������� � �� �� �� �� �� �� �� �� �� �� �­ �� ���� �� ��

������������������� � �� �� �� �� �­ �� �� �� �� ���� �� ���� �� ­�

��� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ������� ����

�������

���������������

������������� ����

����

Page 43: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 29

I

Sektor Perdagangan, Hotel, dan Restoran (PHR) diprakirakan tumbuh relatif stabil di kisaran 4,1 – 4,5%. Pertumbuhan Sektor PHR akan didukung oleh penjualan kendaraan bermotor yang diprakirakan mulai pulih pada tahun 2016. Selain itu, kinerja sektor ini juga akan didukung oleh berkembangnya industri pariwisata. Pemerintah sendiri telah berupaya meningkatkan jumlah wisatawan mancanegara, antara lain penerapan bebas visa ke Indonesia untuk beberapa negara, revitalisasi objek wisata strategis, dan penyediaan paket tur wisata. Optimisme pariwisata tersebut kemudian berdampak positif terhadap perkembangan berbagai industri pendukung, antara lain hotel, restoran, transportasi, serta ritel.

Sejalan dengan perbaikan kinerja sektor PHR, sektor Pengangkutan dan Komunikasi diperkirakan tetap melanjutkan tren positif dari tahun-tahun sebelumnya. Sektor Pengangkutan dan Komunikasi diperkirakan tumbuh di kisaran 9,2 - 9,6% pada tahun 2016. Pertumbuhan sektor ini didorong oleh perkiraan realisasi proyek-proyek pengembangan terminal, pelabuhan, dan bandara, serta penyediaan moda-moda transportasi oleh Pemerintah sebagai bagian dari rencana pembangunan infrastruktur jangka menengah. Secara rinci, Pemerintah akan melakukan pengadaan sekitar 1.050 Bus Rapid Transit (BRT) untuk 32 provinsi, pembangunan 10 unit kapal perintis, pengadaan 3 unit kapal ferry lintas Merak-Bakauheni, pengembangan 34 bandara besar dan kecil di 17 provinsi, dan pengembangan 40 pelabuhan di 14 provinsi. Pada akhir tahun 2016, terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta diperkirakan sudah mulai beroperasi. Proyek ini akan mendorong meningkatnya daya angkut transportasi udara sekaligus menjadi stimulus untuk moda transportasi lainnya. Sementara itu, sejalan dengan strategi penguatan konektivitas nasional, Pemerintah akan mengembangkan sistem angkutan massal, antara lain angkutan massal cepat berbasis rel dan pengembangan kereta perkotaan di 10 kota metropolitan. Proyek MRT di Kota Jakarta sudah mulai melakukan pengeboran tahap II pada November 2015 dan diperkirakan selesai pada akhir tahun 2016.

�������������� �������������� ���������� ���������������������������������������������������������������������������� ���������������������������������������������������������������� ��������� ��������������������������������������������������������� ���������������������������­������������������������������������� ���������������������������� ������������������������������������������������������������������������������������������� ���������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������������

­��

���������������������������� �������������������������� �

­����������������������������������

���������­��������������

­�� ­�� ���

­�� �­�� ��� ��� �

���

��������������������������������������������� ���� ���� ���� ���� ���� ��� ������ ����

���������������������� ���� ���� ���� ����� ����� ����� ������� ����

����������������� ���� ���� ���� ���� ���� ��� ������ ���

������������������������������������������� ���� ���� ��� ��� ��� ��� ������ ����

���������� ���� ���� ���� ��� ��� ���� ������ ����

��������������������������������������� ������ ���� ���� ��� ���� ��� ��� ������ ����

­������������������������ �������������������������� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ����� ���

������������������������������������������������� ���� ���� ���� ��� ���� ���� ������ ���

����������������������� ���� ���� ���� ��� ���� ���� ������ ���

��� ���� ���� ���� ���� ���� ���� ������ ����

Page 44: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneter30 Bank Indonesia

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan berlanjutnya ekspansi kelas menengah, kebutuhan terhadap data dan traffic komunikasi akan terus bertambah. Pemerintah berupaya untuk meningkatkan cakupan broadband di Indonesia melalui penjajakan kerjasama dengan berbagai pihak seperti Google untuk menyediakan jaringan telekomunikasi di daerah-daerah yang sulit terjangkau. Selain itu, perkembangan teknologi komunikasi yang baru yaitu 4G diprakirakan akan mendorong penggunaan data yang semakin besar di Indonesia.

Sektor Keuangan, Real Estate, dan Jasa Perusahaan diprakirakan tumbuh di kisaran 8,8 – 9,2% pada tahun 2016. Prospek perbankan diperkirakan mulai membaik, seiring dengan momentum penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate) yang pada gilirannya dapat menurunkan suku bunga kredit dan meningkatkan pertumbuhan kredit. Penurunan suku bunga kredit diperkirakan berdampak positif pada sektor-sektor ekonomi, antara lain sektor properti yang sempat tertahan lajunya pada tahun 2015. Bergairahnya sektor properti kemudian menjadi indikator penting bagi berkembangnya aktivitas perekonomian yang terkait seperti produksi bahan bangunan dan jasa konstruksi.

Sektor Pertambangan dan Penggalian diprakirakan masih mengalami kontraksi. Sektor Pertambangan dan Penggalian diperkirakan masih tumbuh negatif di kisaran -6,6 – (-6,2)% pada tahun 2016. Berlanjutnya perlambatan Sektor Pertambangan dan Penggalian sejalan dengan kondisi ekonomi global yang belum pulih dan harga komoditas mineral yang masih rendah.

Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGA) diprakirakan akan tumbuh moderat. Sektor Listrik, Gas, dan Air Bersih (LGA) diprakirakan tumbuh di kisaran 3,3 – 3,7% pada tahun 2016, relatif stabil dibandingkan tahun sebelumnya. Beberapa proyek terkait yang masih dalam tahap pengerjaan adalah rencana pembangunan pembangkit listrik 35.000MW dan pembangunan sistem penyediaan air minum (SPAM).

Sektor Konstruksi diprakirakan relatif stabil dan akan tumbuh di kisaran 8,7 – 9,1% pada tahun 2016. Perkembangan sektor ini ditopang

oleh mulai berjalannya proyek-proyek infrastruktur yang dicanangkan Pemerintah terutama setelah diterbitkannya Perpres No.3 tahun 2016 tentang Proyek Strategis Nasional. Pada tahun 2016, Pemerintah diperkirakan akan memulai konstruksi sejumlah proyek yang tersebar di delapan sektor, yaitu Perhubungan Udara, Telekomunikasi dan Informatika, Perhubungan Laut, Perkeretaapian, Ketenagalistrikan dan Energi, Perhubungan Darat dan Jalan, Perumahan Pemukiman dan Cipta Karya, serta Sumber Daya Air. Proyek-proyek tersebut antara lain pembangunan Terminal 3 Bandara Soekarno-Hatta, pembangunan Bandara Kertajati Majalengka, pengembangan Bandara Ahmad Yani Semarang, pembangunan Terminal Kalibaru Priok, pembangunan terminal multi purpose Teluk Lamong, pembangunan tol Trans Jawa (Cikampek-Palimanan, Bawen-Salatiga, Solo-Ngawi-Kertosono), dan pembangunan tol Trans Sumatera (Bakauheni-Tegineneng, Pekanbaru-Dumai, Kayuagung-Betung).

Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan diprakirakan berada dalam tren meningkat. Pada tahun 2016, Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan diperkirakan tumbuh di kisaran sebesar 3,4 – 3,8%. Fenomena El Nino yang terjadi di sepanjang tahun 2015 membuat musim tanam akanbergeser ke awal tahun 2016. Namun demikian, musim hujan yang terjadi pada bulan Januari dan Februari 2016 diperkirakan masih belum dapat memasok kebutuhan air untuk musim tanam sehingga musim panen 2016 diperkirakan akanturut bergeser menjadi bulan April-September. Hal ini menyebabkan pertumbuhan pada triwulan II diperkirakan lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan triwulan lainnya di tahun 2016. Meskipun dampak El Nino membuat kinerja Subsektor Pertanian tertekan, Sektor Pertanian, Peternakan, Kehutanan, dan Perikanan diperkirakan masih dalam tren positif karena El Nino juga berdampak positif pada Subsektor Perikanan. Selain itu, Subsektor Peternakan diperkirakan turut memberi kontribusi positif melalui rencana investasi pemerintah untuk memperkuat pasokan ternak dalam negeri (penguatan bibit ternak dan penyediaan kapal angkut khusus ternak).

Page 45: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 31

I

Sektor Jasa-jasa diperkirakan tumbuh membaik. Pada tahun 2016, Sektor Jasa-jasa diperkirakan tumbuh di kisaran 7,0 – 7,4%, lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya. Pendorong utama pertumbuhan sektor ini adalah Subsektor Jasa Perorangan dan Rumah Tangga seiring dengan realisasi program-program dan proyek infrastruktur pemerintah yang membutuhkan jasa konsultasi, tenaga ahli, manajer proyek, ataupun pengawas proyek. Sejumlah kementerian seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, serta Kementerian Perhubungan telah melakukan pengadaan jasa konsultasi, tenaga ahli, ataupun pengawas proyek untuk pengerjaan pada tahun 2016.

Pada tahun 2017, pertumbuhan perekonomian diprakirakan akan kembali meningkat. Peningkatan tersebut seiring dengan terjaganya laju pertumbuhan perekonomian global dan membaiknya harga komoditas internasional. Dari sisi permintaan domestik, pembangunan infrastruktur diprakirakan akan tetap menjadi penyumbang utama pertumbuhan ekonomi di tengah masih terbatasnya pertumbuhan global. Dari sisi konsumsi, daya beli masyarakat diperkirakan terjaga dengan tingkat inflasi yang berada dalam kisaran target 4±1%.

Prospek Inflasi

Inflasi tahun 2016 diprakirakan akan berada di sekitar titik tengah kisaran targetnya. Di sisi domestik, tekanan inflasi dari sisi permintaan diprakirakan meningkat dibandingkan tahun sebelumnya seiring dengan semakin mendekatnya pertumbuhan ekonomi ke tingkat potensialnya.Ekspektasi inflasi diperkirakan tetap terjaga dengan dukungan kebijakan dan koordinasi antara Bank Indonesia dan Pemerintah. Di sisi lain, tekanan inflasi dari sisi eksternal diprakirakan tidak terlalu besar. Hal tersebut didukung oleh perkiraan terbatasnya peningkatan harga-harga komoditas internasional, yang sejalan dengan laju perbaikan perekonomian dunia yang masih berlangsung secara gradual, penurunan harga minyak dan nilai tukar yang relatif stabil.

Tekanan inflasi inti tahun 2016 diprakirakan moderat. Dari sisi eksternal, tekanan inflasi inti diperkirakan relatif terjaga terutama terkait dengan peningkatan harga komoditas internasional yang terbatas, sejalan dengan perbaikan gradual ekonomi dunia serta nilai tukar yang relatif stabil. Dari sisi domestik, meningkatnya permintaan domestik diprakirakan masih dapat direspons oleh kapasitas produksi, sebagaimana terlihat dari pertumbuhan PDB yang masih berada di bawah tingkat potensialnya. Dengan kondisi tersebut, tekanan inflasi dari sisi permintaan diprakirakan minimal walaupun sedikit meningkat.Selain itu, ekspektasi inflasi juga terindikasi relatif terjaga seiring dengan bauran kebijakan dan koordinasi yang ditempuh oleh Pemerintah dan Bank Indonesia.

Tekanan inflasi dari kelompok volatile food diprakirakan terkendali walaupun sedikit meningkat. Pada tahun 2016, inflasi volatile food diperkirakan terkendali sejalan dengan perkiraan peningkatan produksi dan distribusi bahan makanan dan tata niaga pangan yang lebih baik.

Inflasi kelompok administered prices pada 2016 diperkirakan akan menjadi komponen utama yang membawa inflasi menjadi lebih rendah. Pada tahun 2016, inflasi administered prices diperkirakan lebih rendah dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini terutama terkait dengan tren penurunan harga minyak mentah di pasar internasional yang kemudian menyebabkan harga barang terkait energi menjadi lebih rendah.

Pada tahun 2017, dengan berbagai kebijakan yang diambil untuk mengendalikan inflasi, inflasi diprakirakan masih berada dalam rentang sasaran inflasi 4 ± 1%. Sumber utama tekanan inflasi pada tahun 2017 diprakirakan berasal dari semakin meningkatnya permintaan domestik. Inflasi inti diprakirakan masih akan terjaga dengan ekspektasi inflasi yang terjangkar. Inflasi volatile foods juga diprakirakan akan cenderung menurun seiring dengan peningkatan produksi bahan makanan dan tata niaga yang lebih baik. Sementara itu, inflasi administered prices diprakirakan mengikuti perkembangan harga internasional yang peningkatannya relatif terbatas.

Page 46: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneter32 Bank Indonesia

3. Respons Kebijakan Moneter

Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 17 dan 18 Februari 2016 memutuskan untuk menurunkan BI Rate sebesar 25 basis points (bps) menjadi 7%, dengan suku bunga Deposit Facility menjadi sebesar 5% dan Lending Facility menjadi sebesar 7,5%. Bank Indonesia juga memutuskan untuk menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Primer dalam rupiah sebesar 1%, dari 7,50% ke level 6,5%, berlaku efektif sejak 16 Maret 2016.

Keputusan tersebut sejalan dengan ruang pelonggaran kebijakan moneter yang semakin terbuka dengan semakin terjaganya stabilitas makroekonomi, khususnya penurunan tekanan inflasi di 2016, serta meredanya ketidakpastian di pasar keuangan global. Kebijakan penurunan BI Rate dan GWM Primer dalam rupiah tersebut diharapkan dapat memperkuat upaya mendorong pertumbuhan ekonomi yang sedang berlangsung. Bank Indonesia juga akan terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah untuk memastikan pengendalian inflasi, penguatan stimulus pertumbuhan, dan reformasi struktural berjalan dengan baik, sehingga mampu menopang pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan ke depan dengan tetap menjaga stabilitas makroekonomi.

Page 47: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 33

Boks: Konsumsi Rumah Tangga Yang Cukup Resilient

Pertumbuhan konsumsi rumah tangga pada tahun 2015 masih cukup resilient di tengah penurunan pertumbuhan pendapatan. Studi kasus pada beberapa negara menunjukkan bahwa perlambatan pertumbuhan ekonomi akan segera diikuti perlambatan konsumsi non-food. Namun di beberapa periode perlambatan, konsumsi food malah meningkat. Di Indonesia, konsumsi rumah tangga yang cukup resilient terlihat dari peningkatan persentase rumah tangga dengan pendapatan yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Peningkatan persentase tersebut terindikasi dipengaruhi adanya penyaluran bantuan sosial. Selain itu, upaya menjaga konsumsi juga dilakukan dengan meminjam dan atau menggunakan uang simpanan.

Perlambatan ekonomi memberikan dampak yang berbeda terhadap konsumsi makanan dari rumah tangga berpeng hasilan rendah. Di tengah perlambatan ekonomi Indonesia, konsumsi rumah tangga masih tercatat cukup kuat, khususnya food. Bagi masyarakat berpenghasilan rendah, makanan merupakan inferior goods, sehingga pada saat pendapatan menurun, konsumsi makanan akan naik. Pola seperti itu dikenal sebagai fenomena Engel’s Law (Grafik 1). Teori tersebut kemudian memotivasi ekonom untuk membuat klasifikasi jenis-jenis barang konsumsi berdasarkan elastisitasnya terhadap harga dan pendapatan. Barang-barang konsumsi yang tergolong inferior goods, akan menurun konsumsinya pada saat pendapatan naik dan sebaliknya akan bertambah pada saat pendapatan turun. Pola ini tidak hanya terjadi di Indonesia, namun juga di negara maju seperti Amerika Serikat (Grafik 2). Sebaliknya, pola konsumsi Rumah Tangga nonmakanan akan selalu mengikuti pola pertumbuhan konsumsi secara keseluruhan.

Proporsi pengeluaran makanan juga semakin menurun seiring dengan lebih tingginya daya beli masyarakat. Pada Rumah Tangga dengan

�������������

�����������������������������

���

����

��

��

��

���

�������������

�������������������������

���� ���������� ��

�������� ��

�������� ��

�������� ��

�������� ��

�������� ��

�������� ��

�������� ��

�������� ��

�������� ��

�������� ��

�������� ��

�������� ��

�������� ��

�������������

�������������

���������������������������

���

����

��

��

��

���

�������������������������

� � � � � �

�������������

����

� � � � � �

����

� � � � � �

����

� � � � � �

����

� � � � � �

����

� � � � � �

����

� � � � � �

����

� � � � � �

����

� � � � � �

����

� � � � � �

������������������������� ���

������� �����������

���

���

���

���

���

���

���������������������������������������������������������������������������������������������������������

���������

������������������������������������������������ ������ ���������������

�����������������������������

Page 48: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneter34 Bank Indonesia

pengeluaran per bulan di bawah Rp2 juta, proporsi konsumsi makanan mencapai 60% dari total pengeluaran.1 Proporsi tersebut semakin menurun pada kelompok rumah tangga yang pengeluaran per bulannya lebih besar dari Rp2 juta per bulan (Grafik 3).

Di Indonesia, konsumsi rumah tangga masih cukup resilient terlihat dari peningkatan persentase rumah tangga dengan pendapatan yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Data Susenas menunjukkan pada tahun 2011 terdapat 72% responden yang menyatakan pendapatan yang diperoleh dapat mencukupi pengeluaran sehari-hari. Persentase tersebut meningkat di tahun 2014 menjadi sebesar 76% (Grafik 4).

Peningkatan persentase tersebut terindikasi dipengaruhi adanya penyaluran bantuan sosial. Penyaluran bantuan pemerintah terlihat semakin tepat sasaran. Tanpa memperhitungkan efek pemberian program bantuan sosial, jumlah rumah tangga yang merasa cukup akan penghasilan yang mereka dapatkan meningkat. Namun, jika mengeluarkan rumah tangga yang mendapatkan program bantuan sosial, jumlah rumah tangga yang merasa cukup akan penghasilan mereka menurun dari 58% pada tahun 2011 menjadi 43% pada tahun 2014 (Grafik 5). Penyaluran bantuan sosial yang lebih tepat sasaran terlihat dari penurunan persentase penduduk yang merasa pendapatannya tidak cukup dan juga tidak mendapatkan program bantuan sosial.

Konsumsi yang cukup resilient juga ditopang dengan meminjam dan atau menggunakan uang simpanan. Rumah tangga yang pendapatannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari berupaya dengan meminjam dan menggunakan uang simpanan. Sebanyak 41% dari rumah tangga yang penghasilannya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari menyatakan memenuhi kebutuhannya dengan meminjam dari saudara atau keluarga. Selain meminjam 1 Data pengeluaran rumah tangga didapatkan dari Survei Sosial Ekonomi Nasional

(Susenas). Pengeluaran pada Susenas dijadikan sebagai proxy dari pendapatan.

�������������������������������� ���������������

����

����������������������� �

�������

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���

��

��

��

��

���� ����

������������������� ������ ����� ��������������������������������������������������

�������������������������������� ���������������

����

����������������������� ������������������������������������������������������������ ����������������������������

��

��

��

��

��

��

��

��

��

���� ����

�������������������� ���������� ������������������ ����������� ���������������� �� �������

��

��

��

��

��

����

��

��

��

�������������� ­����������������������������

������������ ����­����������������������������

������ �����­����������������������������

������ �­����������������������������

������������������������������� �����������������������

��������������������

����������������������� �

��

��

��

��

��

��

��

���� ����

��� ����������������������������

��

������������������������������������������

������������������������

���������������������������

����������������������������� �

�� �

�� 

 �� �

���������������������������

�� 

�� �

�� 

 � �

Page 49: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 35

dari keluarga, 33% meminjam dari teman atau tetangga, 10.8% menggunakan simpanan, 8.1% menjual barang milik sendiri, dan 6.9% meminjam dari berbagai sumber serta menggadaikan barang. Dibandingkan 2011, upaya rumah tangga dalam memenuhi kebutuhannya masih didominasi melalui meminjam dari teman/tetangga dan saudara/famili (Grafik 6). Pada 2015, upaya menjaga tingkat konsumsi juga terindikasi menggunakan uang simpanan. Hal itu terjadi terutama pada masyarakat berpendapatan rendah, tercermin dari pertumbuhan simpanan dengan nominal kurang dari Rp100 juta yang melambat (Grafik 7).

Perilaku konsumsi dan tabungan dipengaruhi oleh ekspektasi masyarakat. Rumah tangga terindikasi melakukan consumption smoothing untuk mempertahankan konsumsi di tengah penurunan pendapatan. Sejalan dengan penurunan pendapatan, porsi penggunaan pendapatan untuk saving mengalami penurunan (Grafik 8). Hal ini mengindikasikan preferensi masyarakat untuk mempertahankan level konsumsinya saat ini sejalan dengan optimisme akan kondisi perekonomian ke depan. Kondisi tersebut menekankan pentingnya peningkatan kinerja perekonomian untuk menjaga optimisme konsumen rumah tangga serta resiliensinya ke depan.

������������������������������� ��������������

��

��

��

��

��

����

���������������

���������������

�� ��������

��������

����

����

� ���

���

�������

�������

��������

��������

����

����

� ���

���

�������

�������

��������

��������

����

����

� ���

���

�������

�������

��������

��������

����

����

� ���

���

�������

�������

��������

��������

����

����

� ���

���

�������

�������������������������������������

����

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��

��� ������ �� ����

����

��� ������ �� ����

����

��� ������ �� ����

����

���� �������������������

�������

Page 50: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneter36 Bank Indonesia

Tabel Statistik

Tabel 1 Suku Bunga Pasar Uang. Deposito Berjangka. dan Kredit(Persen per Tahun)

PeriodeSuku Bunga Pasar UangAntarbank*

Tingkat Diskonto

SBI

Suku Bunga Deposito Berjangka Suku Bunga Kredit

1bulan

3bulan

6bulan

12bulan

24bulan

ModalKerja Investasi

2009Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2010Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2011Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2012Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2013Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2014Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2015Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

8,01 7,96 6,88 7,26 7,57 7,79 10,06 12,88 12,59 8,43 8,73 7,19 7,49 7,79 7,78 9,91 12,99 12,51 9,37 9,71 9,26 9,45 9,14 9,34 9,83 13,93 13,32 9,40 10,83 10,75 11,16 10,34 10,43 8,62 15,22 14,40 8,04 8,21 9,42 10,65 10,45 11,31 8,33 14,99 14,05 6,96 6,95 8,52 9,25 9,75 11,37 9,03 14,52 13,78 6,30 6,48 7,43 8,35 8,71 10,80 9,14 14,17 13,20 6,28 6,46 6,87 7,48 7,87 9,55 9,10 13,69 12,96 6,20 6,72 6,83 6,91 7,10 7,15 7,95 12,32 12,18 6,03 7,36 6,82 6,95 7,15 7,08 7,27 12,24 12,13 5,40 6,28 6,83 7,05 7,39 7,04 6,61 12,39 12,06 4,55 5,04 6,35 6,81 7,19 7,06 6,33 12,18 12,04 3,76 3,83 5,66 6,31 6,69 6,71 6,31 12,01 11,62 3,95 4,32 5,39 5,76 6,14 6,42 6,00 11,79 11,46 4,07 4,67 5,40 5,69 5,91 6,16 5,97 11,71 11,36 4,17 4,80 5,58 5,76 6,05 6,09 5,47 11,50 11,28 4,18 4,87 5,51 5,64 6,00 5,86 5,45 11,45 11,25 4,35 5,28 5,60 5,72 5,93 5,91 5,68 11,41 11,14 5,55 6,59 6,73 6,58 6,41 6,17 7,78 11,79 11,49 5,92 7,22 7,92 7,64 7,54 6,78 8,18 12,14 11,83 5,88 7,17 7,99 8,28 8,24 7,43 8,67 12,37 12,00 5,85 7,14 8,32 8,34 8,68 8,19 9,05 12,63 12,24 5,84 6,88 8,48 9,37 9,33 8,71 9,32 12,78 12,34 5,84 6,90 8,58 8,94 9,30 8,79 9,26 12,79 12,36 5,84 6,65 8,31 8,81 9,11 8,92 9,23 12,82 12,32 5,66 6,65 7,76 8,27 8,73 8,80 9,10 12,70 12,29 5,75 7,10 7,62 7,95 8,58 8,53 8,95 12,58 12,19 6,20 7,10 7,60 7,99 8,54 8,47 9,07 12,46 12,12

Page 51: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 37

Tabel Statistik

IV I II III IV I II III IV I II III IV

1) Tidak termasuk pemerintah pusat. bukan penduduk, nilai lawan valas, RDI dan kredit kelolaan

Tabel 2 Posisi Kredit Perbankan dalam Rupiah dan Valuta Asing Menurut Kelompok Bank dan Sektor Ekonomi1)

(Miliar Rupiah)

1 Bank Pemerintah - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain

2 Bank Umum Swasta Nasional - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 3 Bank Pemerintah Daerah - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 4 Bank Asing & Campuran - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain 5 Bank Perkreditan Rakyat - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain

6 Sub jumlah (1 s.d. 5) - Pertanian, Peternakan, Kehutanan & Perikanan - Pertambangan dan Penggalian - Industri Pengolahan - Listrik, Gas dan Air Bersih - Konstruksi - Perdagangan, Hotel dan Restoran - Pengangkutan dan Komunikasi - Keuangan, Real Estat dan Jasa Perusahaan - Jasa-jasa - Lain-lain

942.253 959.124 1.049.288 1.103.059 1.156.147 1.151.895 1.205.247 1.240.836 1.289.773 1.284.855 1.355.059 1.393.315 1.487.454 88.397 89.966 95.830 99.010 107.512 108.130 114.789 118.837 124.465 123.179 128.081 131.653 149.708 38.155 39.738 43.802 39.200 48.147 41.428 37.659 48.491 53.482 42.214 50.187 46.862 45.214 140.696 139.898 150.490 169.128 176.767 168.609 174.022 178.784 193.892 195.808 206.443 220.300 237.152 27.322 30.638 36.064 37.750 37.190 45.615 44.534 48.014 40.894 42.526 45.604 47.458 50.936 37.482 37.177 43.469 45.740 46.693 47.149 51.027 55.634 55.969 56.548 61.843 66.038 67.885 179.095 199.575 252.482 262.245 270.014 271.812 293.800 288.301 293.715 295.835 323.216 326.144 344.286 40.316 41.368 52.980 57.138 57.373 55.618 58.934 62.742 59.113 57.872 58.459 59.058 61.230 40.673 41.851 43.428 44.342 45.646 45.946 45.852 46.225 47.443 49.555 47.713 49.450 51.906 64.733 53.256 30.442 32.046 40.577 35.299 36.970 39.784 50.022 41.939 42.709 44.865 55.666 285.385 285.657 300.301 316.460 326.229 332.290 347.660 354.023 370.778 379.378 390.804 401.488 423.469 1.217.835 1.244.462 1.306.001 1.384.424 1.435.884 1.476.053 1.542.647 1.567.423 1.620.493 1.618.442 1.668.322 1.722.161 1.754.423 41.241 42.914 44.132 49.329 51.790 56.434 60.911 62.579 65.424 65.974 70.194 81.242 81.883 29.893 31.267 32.922 34.838 35.515 38.199 37.876 40.434 44.837 41.682 45.825 47.016 45.805 194.244 194.694 204.139 222.113 236.319 246.442 263.258 272.926 286.756 291.420 305.419 318.885 332.279 22.139 22.553 23.442 24.650 26.545 27.699 27.826 29.129 29.014 28.927 28.694 29.983 30.629 40.861 41.241 45.612 52.225 46.583 49.577 53.991 59.788 66.232 70.546 74.469 76.280 76.896 294.462 302.327 317.037 330.949 347.925 359.146 379.852 382.054 398.616 400.488 410.127 424.610 435.485 61.050 62.785 64.312 69.689 77.121 75.446 83.194 81.063 77.889 77.430 75.894 77.938 79.304 117.867 123.351 132.822 140.783 149.208 157.390 186.115 183.280 184.800 180.003 185.561 189.037 199.270 84.561 84.872 89.361 92.633 95.919 95.397 64.855 63.866 66.206 61.690 63.505 60.656 58.660 331.516 338.459 352.223 367.216 368.959 370.324 384.769 392.305 400.718 400.282 408.632 416.514 414.213 218.435 226.867 244.339 256.658 263.743 267.152 281.977 292.695 298.895 300.957 313.121 322.516 326.002 8.942 9.208 9.723 10.122 10.300 10.942 11.617 11.583 11.723 11.291 11.061 10.376 10.836 1.931 1.951 1.559 1.539 1.265 1.142 1.205 1.197 1.128 1.110 1.107 957 977 5.436 5.296 5.657 5.952 6.819 6.781 6.929 6.810 6.797 6.799 6.556 5.814 7.144 2.599 2.891 2.851 2.809 3.136 3.069 3.038 2.907 3.295 3.181 3.053 2.837 4.501 11.827 9.636 13.384 16.720 15.459 12.608 16.001 19.190 16.418 14.640 18.330 19.955 17.794 23.171 24.374 26.863 27.680 28.530 29.013 30.911 31.614 33.292 33.121 34.219 35.606 34.065 3.422 3.442 3.499 3.389 3.284 3.468 3.471 3.252 3.312 3.224 2.703 2.278 2.615 3.315 3.845 4.422 4.860 5.062 5.867 7.353 7.965 8.151 8.581 8.394 8.551 8.409 9.718 10.876 11.791 12.259 12.518 11.424 10.284 10.460 9.079 8.452 9.479 11.832 10.220 148.074 155.350 164.589 171.327 177.370 182.839 191.168 197.716 205.699 210.558 218.218 224.310 229.442 309.969 318.028 339.153 386.533 408.778 381.690 405.465 422.311 425.451 434.959 449.691 469.825 434.758 8.075 8.384 9.458 11.155 12.440 11.428 11.666 11.933 15.293 16.199 17.131 18.844 18.294 31.591 29.226 29.042 36.743 39.850 35.727 36.361 40.912 39.878 39.332 40.274 41.427 36.254 103.099 111.719 122.313 143.505 153.698 145.209 157.047 165.082 166.638 172.547 177.223 188.414 171.104 6.749 6.963 7.124 8.224 12.417 12.952 7.256 7.448 7.346 10.281 10.219 13.442 13.101 4.909 4.484 5.868 6.674 6.799 6.358 6.344 7.829 8.218 7.155 8.318 8.805 9.961 43.392 45.004 46.628 50.553 51.039 48.787 55.946 60.238 58.757 61.763 64.590 64.634 57.266 14.214 15.787 16.554 20.050 20.968 20.639 23.572 24.206 23.850 24.905 29.489 29.106 28.582 60.203 59.264 64.304 70.006 70.833 62.486 67.164 63.915 63.139 60.761 59.850 62.962 57.306 4.685 4.936 4.673 5.462 5.374 4.726 5.150 4.836 6.340 6.249 5.663 5.071 4.756 33.052 32.260 33.190 34.162 35.361 33.378 34.960 35.912 35.992 35.766 36.935 37.120 38.134 49.562 52.561 56.054 57.891 59.249 66.591 70.225 71.881 73.306 75.543 79.279 79.843 80.513 3.745 3.875 4.148 4.160 4.236 4.783 5.204 5.099 4.999 5.022 5.283 5.266 5.155 99 97 96 103 110 132 144 149 144 145 150 114 127 674 708 733 752 784 858 907 919 934 958 999 1.008 993 29 30 34 38 39 48 54 54 61 63 69 69 72 1.010 992 1.199 1.317 1.431 1.737 1.965 2.132 1.706 1.728 1.905 2.002 2.137 14.683 15.310 15.490 15.692 15.536 18.139 18.938 19.499 19.654 20.330 21.400 21.134 21.427 1.139 1.144 1.168 1.157 1.108 1.227 1.346 1.359 1.422 1.458 1.491 1.471 1.527 335 344 451 564 597 836 888 910 1.742 1.811 1.996 2.116 2.283 4.265 4.615 5.554 6.120 6.098 7.046 7.607 7.805 7.886 8.095 8.389 8.645 8.299 23.583 25.446 27.181 27.986 29.311 31.785 33.174 33.955 34.758 35.932 37.595 38.018 38.493 2.738.054 2.801.041 2.994.835 3.188.565 3.323.801 3.343.381 3.505.561 3.595.145 3.707.916 3.714.756 3.865.472 3.987.660 4.083.150 150.399 154.347 163.291 173.776 186.278 191.716 204.187 210.031 221.903 221.665 231.751 247.381 265.876 101.669 102.280 107.421 112.424 124.886 116.628 113.245 131.183 139.469 124.483 137.543 136.375 128.378 444.149 452.314 483.332 541.450 574.386 567.899 602.162 624.521 655.019 667.533 696.641 734.420 748.672 58.838 63.075 69.514 73.472 79.327 89.382 82.708 87.552 80.611 84.979 87.639 93.789 99.239 96.089 93.529 109.531 122.676 116.965 117.428 129.329 144.573 148.542 150.618 164.865 173.080 174.673 554.802 586.590 658.499 687.119 713.043 726.896 779.446 781.706 804.035 811.537 853.554 872.130 892.528 120.142 124.526 138.514 151.422 159.853 156.397 170.516 172.622 165.585 164.888 168.036 169.850 173.259 222.393 228.655 245.427 260.556 271.346 272.525 307.372 302.294 305.275 300.711 303.513 312.116 319.174 167.963 158.554 141.820 148.520 160.486 153.893 124.866 126.752 139.533 126.425 129.746 131.070 137.601 821.611 837.172 877.484 917.151 937.230 950.616 991.730 1.013.912 1.047.944 1.061.916 1.092.184 1.117.449 1.143.751

2012 2013 2014 2015

Page 52: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneter38 Bank Indonesia

Tabel Statistik

1) M1 + uang kuasi + surat berharga selain saham dgn sisa jk.waktu s.d 1 thn 2) Uang Kartal ditambah uang giral 3) Termasuk rekening khusus pemerintah 4) Termasuk derivatif keuangan

Tabel 3 Uang Beredar dan Faktor-faktor yang Memengaruhi(Miliar Rupiah)

M2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Uang Beredar

AkhirPeriode

Jumlah 1) Jumlah2)

M1

UangKartal

UangGiral

UangKuasi

AktivaLuar

NegeriBersih

TagihanBersih

PemerintahPusat3)

Tagihan Pada

LembagaPemerintah

BUMN

Tagihan Pada

PerusahaanSwasta danPerorangan

LainnyaBersih4)

2010

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2011

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2012

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. Iv

2013

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2014

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2015

Trw. I

Trw. II

Trw. III

Trw. IV

2.112.083 494.461 205.083 289.378 1.611.373 726.192 370.121 79.813 1.397.656 -153.773

2.231.144 545.405 222.828 322.577 1.680.374 756.588 304.728 97.067 1.511.482 -116.738

2.274.955 549.941 229.825 320.117 1.720.039 824.481 283.694 97.679 1.583.468 -139.665

2.471.206 605.411 260.227 345.184 1.856.720 865.121 368.717 99.369 1.684.207 -121.460

2.451.357 580.601 241.618 338.984 1.862.788 911.389 318.001 91.980 1.727.537 -149.448

2.522.784 636.206 261.504 374.702 1.876.446 970.573 216.791 96.052 1.864.834 -129.049

2.643.331 656.096 279.224 376.872 1.973.573 918.902 237.643 105.744 1.989.000 -81.378

2.877.220 722.991 307.760 415.231 2.139.840 912.174 351.177 102.594 2.118.376 -29.895

2.911.920 714.258 287.046 427.212 2.182.891 926.120 297.113 108.407 2.189.236 1.779

3.050.355 779.416 314.670 464.746 2.254.329 925.568 284.336 116.927 2.361.812 15.087

3.125.533 795.518 325.566 469.952 2.318.559 975.633 298.898 116.428 2.471.071 15.597

3.304.645 841.722 361.967 479.755 2.452.503 965.442 389.833 158.382 2.584.819 10.716

3.322.529 810.055 331.169 478.886 2.500.342 947.362 366.902 167.033 2.619.784 21.937

3.413.379 858.499 347.146 511.353 2.543.285 833.821 330.871 181.353 2.797.999 36.822

3.584.081 867.715 360.079 507.636 2.691.972 972.111 342.433 196.176 2.974.266 35.317

3.727.696 887.064 399.589 487.475 2.817.826 1.011.361 406.612 206.109 3.097.131 31.986

3.652.531 853.502 377.438 476.065 2.785.176 983.372 308.632 212.584 3.113.289 31.322

3.865.891 945.718 381.638 564.080 2.903.415 1.077.147 325.312 215.948 3.259.657 27.155

4.010.147 949.168 395.230 553.939 3.044.842 1.114.215 345.765 227.825 3.349.667 42.576

4.173.327 942.221 419.262 522.960 3.209.475 1.105.783 416.608 213.528 3.488.677 49.733

4.246.361 957.580 382.005 575.576 3.275.499 1.189.181 426.449 209.221 3.509.105 32.309

4.358.802 1.039.518 409.713 629.805 3.305.641 1.190.279 408.232 239.222 3.651.282 25.783

4.508.603 1.063.039 428.860 634.178 3.426.343 1.232.071 482.396 236.296 3.759.846 34.972

4.546.743 1.055.285 469.379 585.906 3.478.059 1.139.295 491.279 217.779 3.821.885 92.182

Page 53: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 39

Tabel Statistik

Tabel 4 Uang Primer dan Faktor-faktor yang Memengaruhi(Miliar Rupiah)

664.935 691.678 715.662 821.679 771.365 794.794 817.230 918.421 848.341 882.067 886.497 945.916

394.822 413.492 434.680 500.020 448.363 464.869 473.977 528.537 462.613 506.587 518.300 586.763

331.169 347.146 360.079 399.609 377.438 381.638 395.230 419.262 382.005 409.713 428.860 469.534

63.653 66.346 74.602 100.412 70.925 83.231 78.748 109.275 80.608 96.874 89.440 117.228

230.860 236.417 240.163 253.655 249.988 258.843 270.998 287.484 285.976 292.691 302.056 308.756

77 611 657 451 243 848 703 1.397 32 139 65 366

39.176 41.157 40.161 67.552 72.771 70.234 71.551 101.002 99.720 82.650 66.076 50.031

664.935 691.678 715.662 821.679 771.365 794.794 817.230 918.421 848.341 882.067 886.497 945.916

985.390 940.332 1.071.037 1.169.689 1.130.652 1.248.044 1.317.598 1.351.402 1.419.525 1.398.692 1.445.315 1.422.445

1.083.317 1.030.783 1.179.876 1.279.282 1.217.631 1.347.945 1.409.313 1.424.331 1.484.553 1.465.783 1.521.626 1.529.331

97.927 90.451 108.839 109.593 86.979 99.901 91.715 72.929 65.028 67.091 76.311 106.886

3.218 3.211 3.178 2.315 1.627 1.626 1.604 1.489 1.488 611 598 465

1.129 1.122 1.089 1.016 1.015 1.014 991 978 978 100 87 56

2.089 2.089 2.089 1.300 612 612 612 510 510 510 510 409

148.605 158.098 138.689 185.249 82.121 90.599 109.414 168.098 115.411 89.089 168.008 91.814

250.663 247.488 246.289 245.029 243.914 238.920 237.876 237.218 235.889 233.183 231.796 241.710

102.058 89.390 107.600 59.781 161.793 148.321 128.462 69.120 120.479 144.094 63.788 149.895

6.371 8.295 8.242 8.116 8.079 8.025 8.012 7.927 7.936 7.949 7.914 7.865

(272.082) (233.717) (191.125) (193.362) (151.604) (196.881) (267.608) (246.403) (301.564) (214.939) (260.728) (177.243)

(51.606) (61.556) (66.499) (68.872) (64.774) (68.903) (71.982) (74.899) (78.306) (86.541) (88.754) (83.990)

(0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0) (0)

(40) (27) (39) (15) (35) (34) (47) (17) (49) (49) (49) (191)

(160.116) (125.829) (250.747) (284.545) (241.203) (288.791) (280.270) (288.822) (318.516) (314.371) (384.630) (313.331)

5.194 2.872 2.925 3.106 6.503 1.110 510 (353) 2.417 1.628 (1.176) (1.918)

I. Uang Primer

Uang kartal yang diedarkan

- Uang Kartal di luar Bank Umum dan BPR

- Kas Bank Umum dan BPR

Saldo Giro positif Bank Umum pada BI

Giro Sektor Swasta

SBI 1)

II. Faktor yang mempengaruhi uang primer

Aktiva Luar Negeri Bersih

- Tagihan kepada Bukan Penduduk

- Kewajiban kepada Bukan Penduduk

Tagihan kepada Bank Umum dan BPR

- Kredit Likuiditas

- Tagihan Lainnya

Tagihan Bersih kepada Pemerintah Pusat

- Tagihan kepada Pemerintah Pusat

- Kewajiban Kepada Pemerintah Pusat

Tagihan kepada Sektor Lainnya

Operasi Pasar Terbuka 2) :

Kewajiban Lainnya Bank Umum dan BPR

Simpanan Termasuk Uang Beredar

Simpanan Tidak termasuk Uang Beredar

Saham dan Modal Lainnya

Lainnya Bersih

1) SBI yang digunakan untuk pemenuhan GWM Sekunder dan diperhitungkan sebagai komponen Uang Primer2) Terdiri dari total SBI setelah dikurangi SBI yang digunakan untuk pemenuhan GWM Sekunder dan diperhitungkan sebagai komponen Uang Primer (butir 1), SBIS, Repo OPT, Term Deposit,

BI Deposit Facility, BI Lending Facility, SBN.

2013 2014 2015

I II III IV I II III IV I II III IV

Page 54: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneter40 Bank Indonesia

Tabel Statistik

*) Angka sementara **) Angka sangat sementara R) Revisi 1) 1] Berdasarkan BPM6, namun penggunaan tanda “+” and “-” mengikuti BPM5 2) Tidak termasuk cadangan devisa dan yang terkait 3) Negatif berarti surplus dan positif berarti defisit. Sejak kuartal pertama 2004, perubahan cadangan devisa untuk data realisasi hanya mencakup data transaksi.

Tabel 5 Neraca Pembayaran Indonesia 1)

(Dolar AS)

2013 2014 2015

I II III IV Total I* II* III* IV* Total I* II* III* IV** Total

I. Transaksi Berjalan A. Barang bersih (Neraca Perdagangan) 1. Ekspor f.o.b 2. Impor f.o.b B. Jasa-jasa (bersih) C. Pendapatan (bersih) D. Transfer Berjalan II. Transaksi Modal dan Finansial 2) A. Transaksi Modal B. Transaksi Finansial 1. Investasi Langsung a. Ke Luar Negeri (bersih) b. Di Indonesia/FDI (bersih) 2. Investasi Portofolio a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 3. Investasi Lainnya a. Aset (bersih) b. Kewajiban (bersih) 2) III. Jumlah (I + II) IV. Selisih Perhitungan V. Neraca Keseluruhan (III + IV) VI. Lalu Lintas Moneter a. Perubahan Cadangan Devisa 3) b. IMF: Penarikan Pembayaran Memorandum: Posisi Cadangan Devisa (dalam bulan impor dan pembayaran utang luar negeri) Transaksi Berjalan (% PDB)

-6.007 -10.126 -8.640 -4.336 -29.109 -4.927 -9.585 -7.035 -5.953 -27.499 -4.159 -4.296 -4.190 -5.115 -17.761 1.602 -556 85 4.703 5.833 3.350 -375 1.560 2.448 6.983 3.063 4.125 4.141 1.953 13.281 44.945 45.244 43.824 48.076 182.089 43.937 44.505 43.606 43.245.26 175.293 37.827 39.685 36.086 34.742.87 148.341 - 43.343 -45.800 -43.739 -43.374 -176.256 -40.588 -44.880 -42.046 -40.797 -168.310 -34.764 -35.561 -31.945 -32.790 -135.060 -2.633 -3.552 -2.781 -3.105 -12.070 -2.131 -2.831 -2.486 -2.561 -10.010 -1.845 -2.651 -2.151 -1.846 -8.493 -6.052 -7.020 -6.806 -7.172 -27.050 -7.230 -7.912 -7.313 -7.236 -29.692 -6.805 -7.195 -7.452 -6.576 -28.028 1.076 1.003 862 1.238 4.178 1.085 1.534 1.204 1.397 5.220 1.428 1.426 1.272 1.354 5.479 37 8.697 4.573 8.664 21.971 6.388 14.492 14.535 9.574 44.989 5.087 2.241 279 9.529 17.136 1 7 5 32 45 1 7 3 15 27 1 0 2 14 17 35 8.689 4.569 8.632 21.926 6.387 14.484 14.532 9.559 44.962 5.086 2.241 277 9.516 17.120 3.261 3.323 5.415 171 12.170 2.023 4.353 5.752 2.661 14.788 1.695 3.467 1.782 2.315 9.259 -578 -1.235 -473 -4.360 -11.112 -2.883 -2.407 -2.226 -2.871 -10.388 -3.451 -3.394 -1.345 -1.237 -9.427 3.840 4.558 5.888 4.531 23.282 4.906 6.760 7.979 5.532 25.176 5.146 6.860 3.127 3.553 18.686 3.820 3.793 1.513 1.746 10.873 8.730 8.046 7.409 1.883 26.067 8.509 5.592 -2.218 4.825 16.707 -965 202 -670 160 -1.273 465 -991 1.299 1.814 2.587 24 -737 -683 393 -1.003 4.786 3.591 2.182 1.586 12.145 8.265 9.037 6.110 69 23.481 8.484 6.329 -1.535 4.431 17.709 -6.945 1.553 -2.124 6.734 -783 -4.225 2.040 1.390 5.056 4.262 -5.210 -6.815 483 2.677 -8.866 -6.759 3.691 -2.513 2.153 -3.427 -3.214 375 -2.871 2.283 -3.426 -5.080 -4.622 -1.955 1.148 -10.510 -187 -2.139 389 4.581 2.645 -1.011 1.666 4.261 2.773 7.688 -130 -2.192 2.438 1.529 1.645 -5.971 -1.429 -4.067 4.328 -7.139 1.462 4.907 7.500 3.621 17.489 928 -2.055 -3.912 4.415 -624 -644 -1.048 1.422 84 -186 605 -610 -1.025 -1.211 -2.241 375 -870 -654 675 -474 -6.615 -2.477 -2.645 4.412 -7.325 2.066 4.297 6.475 2.410 15.249 1.303 -2.925 -4.565 5.089 -1.098 6.615 2.477 2.645 -4.412 7.325 -2.066 -4.297 -6.475 -2.410 -15.249 -1.303 2.925 4.565 -5.089 1.098 6.615 2.477 2.645 -4.412 7.325 -2.066 -4.297 -6.475 -2.410 -15.249 -1.303 2.925 4.565 -5.089 1.098 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

104.800 98.095 95.675 99.387 99.387 102.592 107.678 111.164 111.862 111.862 111.554 108.030 101.720 105.931 105.931 5,7 5,4 5,2 5,5 5,5 5,7 6,1 6,3 6,5 6,5 6,6 6,8 6,8 7,5 7,5 (2,6) (4,2) (3,7) (2,1) -3,2 -2,3 -4,3 -3,0 -2,7 -3,1 -2,0 -2,0 -1,9 -2,4 -2,1

Page 55: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 41

Tabel Statistik

Keterangan : 1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ) Sejak triwulan I 2014 perhitungan IHK menggunakan tahun dasar 2012 (2012 = 100). Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)

Tabel 6 Perkembangan Perubahan Indeks Harga Konsumen Menurut Kelompok dan Sub Kelompok Barang dan Jasa(Persen)1)

Kelompok/Sub Kelompok

1,03 7,70 -0,48 4,21 -0,31 2,68 -0,25 2,14 5,70 -1,60 2,20 1,84 2,45 2,67 0,31 0,11 2,33 1,34 2,18 3,05 3,08 10,50 -7,05 0,30 3,50 -0,24 7,36 0,28 -0,60 5,25 2,34 4,38 -0,16 1,86 0,77 3,79 1,83 0,55 -0,79 10,59 2,19 4,99 -2,32 -0,04 0,91 -0,12 10,61 0,35 0,01 9,89 3,06 4,51 1,53 3,95 65,15 -15,59 -3,10 1,75 -3,22 -0,17 0,02 3,10 2,74 -0,90 1,31 2,15 1,92 0,46 0,88 1,33 1,33 3,04 1,56 1,59 1,12 2,05 3,13 1,72 1,56 1,62 1,38 0,88 1,40 1,32 3,65 1,91 0,26 0,76 0,60 1,11 0,04 1,34 1,69 1,63 2,83 1,61 0,74 1,59 1,38 1,72 1,39 1,34 0,86 1,96 3,01 1,51 0,66 0,49 0,64 1,15 1,65 0,82 1,60 0,95 0,11 1,94 2,79 2,26 2,76 0,55 0,72 0,26 1,52 1,18 0,54 1,25 1,41 1,04 1,00 1,08 -1,04 -2,63 4,76 -0,42 1,20 0,17 0,91 0,77 1,29 0,75 1,23 0,12 0,42 0,91 0,64 1,73 0,71 0,51 0,65 0,23 1,12 0,69 0,36 0,17 0,63 1,20 0,71 1,67 -3,39 -7,54 9,72 -2,36 0,64 1,09 0,68 1,04 0,84 1,43 1,39 1,01 1,77 1,70 1,04 1,51 0,97 0,51 1,28 0,19 0,70 0,56 0,51 0,56 0,59 0,67 1,13 0,87 1,23 0,70 2,98 1,54 0,76 1,11 1,22 1,16 0,81 0,33 0,36 0,25 2,79 0,48 0,60 0,39 2,73 0,67 0,50 0,19 2,98 0,27 0,48 0,25 0,02 3,14 0,42 0,23 1,08 0,38 2,35 0,17 0,15 0,65 0,30 1,09 0,44 0,18 0,34 0,93 2,69 0,74 0,56 0,69 0,38 0,92 0,86 0,47 -0,01 3,95 9,76 1,12 0,59 0,60 0,51 10,25 -4,78 2,11 0,74 0,52 0,61 -0,07 5,79 13,98 1,47 -0,09 -0,06 -0,09 -0,01 -0,02 0,82 0,32 0,39 1,28 0,91 0,00 0,86 0,00 0,00 0,00 0,77 2,43 0,90 4,08 0,75 1,41 0,57 1,68 4,49 -0,44 1,40 1,27 1,08

2012 2013 2014 2015 IV I II III IV I II III IV I II III IV

I. Bahan Makanan A. Padi-padian, umbi-umbian dan hasil-hasilnya B. Daging dan hasil-hasilnya C. Ikan segar D. Ikan diawetkan E. Telur. susu dan hasil-hasilnya F. Sayur-sayuran G. Kacang-kacangan H. Buah-buahan I. Bumbu-bumbuan J. Lemak dan minyak K. Bahan makanan lainnya II. Makanan jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau A. Makanan jadi B. Minuman yang tidak beralkohol C. Tembakau dan minuman beralkohol

III. Perumahan A. Biaya tempat tinggal B. Bahan bakar, penerangan, dan air C. Perlengkapan rumah tangga D. Penyelenggaraan rumah tangga

IV. Sandang A. Sandang laki-laki B. Sandang wanita C. Sandang anak-anak D. Barang pribadi dan sandang lainnya V. Kesehatan A. Jasa kesehatan dan obat-obatan B. Obat-obatan C. Jasa perawatan jasmani D. Perawatan jasmani dan kosmetik VI. Pendidikan, Rekreasi, dan Olah Raga A. Biaya pendidikan B. Kursus dan pelatihan C. Perlengkapan/peralatan pendidikan D. Rekreasi E. Olah raga VII. Transpor dan Komunikasi A. Transpor B. Komunikasi dan pengiriman C. Sarana dan penunjang transpor D. Jasa Keuangan U M U M

Page 56: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneter42 Bank Indonesia

Tabel Statistik

Tabel 7 Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota (Persen)1)

1,29 4,03 1,68 1,17 1,18 0,74 1,32 2,12 4,13 -2,13 2,20 0,38 2,03 -0,45 1,39 1,86 2,25 0,75 0,86 1,11 1,78 3,89 -1,41 1,80 0,03 0,88 0,62 0,56 3,71 3,10 -1,73 1,33 0,18 0,82 1,00 1,08 1,22 4,00 1,33 0,29 0,50 1,76 4,70 -1,71 1,62 -0,06 1,84 0,21 3,71 2,50 1,48 2,04 0,16 1,39 1,69 4,93 -1,76 3,55 -1,08 2,70 0,14 3,50 1,88 3,65 2,49 0,94 0,85 0,99 4,98 -1,81 3,14 -0,42 2,50 1,00 2,45 2,37 3,38 1,54 0,06 1,25 1,70 5,06 -1,71 2,76 0,71 1,57 1,01 2,33 2,61 3,74 1,78 0,84 0,27 2,99 7,44 -4,00 2,06 1,09 1,82 1,48 0,32 2,76 4,43 -2,90 2,06 1,47 2,23 0,66 2,62 1,30 3,02 1,63 0,88 0,68 2,34 4,41 -1,32 1,97 0,61 1,45 0,49 1,21 1,20 3,63 1,57 1,00 -0,19 2,13 4,52 -0,67 2,11 2,39 0,84 0,32 2,08 1,82 3,53 1,04 1,00 0,52 1,62 5,38 -2,57 2,04 0,51 1,46 1,27 0,01 2,26 5,24 -2,52 1,06 1,63 1,17 0,98 2,21 0,80 3,05 0,82 0,63 0,38 1,47 5,75 -1,33 1,43 0,94 2,01 0,82 0,25 2,23 5,82 -2,20 2,38 2,24 1,07 0,27 2,61 1,80 4,59 0,64 0,83 -0,26 4,36 5,61 -2,08 1,83 3,17 0,37 0,59 2,73 -0,09 4,30 0,48 0,61 0,77 2,11 4,66 -0,45 2,14 1,52 1,37 1,83 -0,03 0,78 3,80 -0,89 1,78 1,13 0,64 -0,75 4,20 1,29 2,48 0,50 -0,18 0,52 3,35 3,00 -0,41 0,11 4,65 0,32 2,98 0,74 4,15 4,72 -2,55 1,88 3,02 -1,36 0,82 1,68 1,97 2,86 1,82 0,97 1,21 2,13 3,98 -0,92 1,97 1,10 0,48 2,95 1,34 2,13 3,29 -1,19 1,93 0,66 0,68 0,32 1,84 0,98 6,59 0,43 2,30 -1,37 2,19 4,26 -0,45 1,68 1,21 0,02 1,24 1,96 0,61 4,36 0,89 1,74 0,50 1,83 4,64 0,02 0,96 1,49 0,79 0,30 2,42 0,41 3,72 0,22 1,87 0,75 1,37 3,89 -0,20 1,23 0,80 1,65 0,85 3,76 0,95 4,25 -0,03 2,50 0,74 2,45 5,19 -0,74 2,49 1,25 1,63 0,69 2,86 1,41 4,70 0,74 1,91 0,64 2,17 5,01 -0,58 2,05 1,47 1,29 0,51 3,63 0,80 3,13 0,24 1,78 0,90 2,05 4,88 -0,24 1,53 1,74 0,87 0,37 2,67 1,48 4,15 0,03 1,37 0,14 1,39 3,79 -0,34 1,58 1,12 0,32 0,81 2,28 1,06 4,01 0,49 1,94 0,84 1,04 4,35 -0,21 0,59 0,96 0,84 0,11 2,66 1,93 4,58 0,02 1,91 -0,47 1,69 4,40 -0,60 0,94 1,26 0,61 0,33 3,09 1,61 5,08 0,82 1,28 0,20 1,37 4,50 -0,98 0,81 1,18 0,87 0,43 2,31 1,43 4,02 0,03 1,60 0,44 1,73 3,79 0,19 1,44 1,34 0,91 0,45 2,90 0,59 4,11 0,09 1,48 0,61 1,84 2,99 -0,95 1,39 0,59 0,54 0,90 2,48 1,36 3,20 1,21 1,62 0,48 1,01 3,83 -0,75 1,20 0,95 1,11 0,82 3,84 0,26 2,97 1,05 1,78 0,61 1,16 4,27 -0,98 1,26 0,70 1,58 0,46 2,87 0,25 4,15 0,74 1,42 1,07 1,44 4,36 -0,90 1,36 1,01 1,09 -0,07 1,12 0,42 4,26 -0,06 1,75 0,24 1,55 3,70 -0,27 1,53 1,17 1,47 1,20 1,31 1,93 3,51 -0,36 0,92 1,29 0,77 2,21 0,52 1,37 4,26 -0,77 1,23 1,76 1,02 1,25 2,70 0,24 3,24 0,98 1,26 0,56 1,43 3,20 -0,13 1,09 1,00 1,10 1,09 2,80 -0,24 3,95 0,57 1,31 0,56 0,76 4,74 -0,62 0,77 1,55 0,60 0,61 3,25 -0,54 3,33 0,47 1,63 0,19 1,46 4,58 -0,49 0,87 1,00 1,23 0,43 2,52 0,59 4,07 0,67 1,35 0,30 1,14 4,54 -0,74 0,79 0,80 0,86 1,15 2,77 0,34 3,69 0,92 1,50 0,55 1,22 4,68 -0,19 1,33 1,06 1,09 0,92 2,83 0,03 4,05 0,88 1,13 0,45 1,11 3,97 -0,61 1,27 0,95 0,49 0,49 3,14 -0,31 3,77 0,77 1,71 0,27 1,04 4,22 -0,29 1,06 1,06 0,90 0,92 2,90 0,11 3,66 0,69 1,64 0,71 1,33 4,03 0,34 1,34 1,13 0,59 1,81 0,18 0,22 4,28 -0,84 1,17 1,19 0,63

1 Lhokseumawe2 Banda Aceh3 Meulaboh4 Padang Sidempuan5 Sibolga6 Pematang Siantar7 M e d a n8 Padang9 Bukittinggi10 Pekanbaru11 Batam12 Jambi13 Bungo14 Palembang15 Lubuklinggau16 Bengkulu17 Bandar Lampung18 Metro19 Pangkal Pinang20 Tj. Pandan21 Dumai22 Tembilahan23 Tanjung Pinang24 Jakarta25 Tasikmalaya26 Serang27 Tangerang28 Cilegon29 Bogor30 Sukabumi31 Bekasi32 Depok33 Bandung34 Cirebon35 Purwokerto36 Surakarta37 Semarang38 Tegal39 Cilacap40 Kudus41 Yogyakarta42 Jember43 Sumenep44 Kediri45 Malang46 Probolinggo47 Madiun48 Surabaya49 Banyuwangi

K o t a 2012 2013 2014 2015 IV I II III IV I II III IV I II III IV

Page 57: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Triwulan IV 2015 43

Tabel Statistik

1,13 3,73 -0,32 3,20 0,60 1,96 0,24 1,36 4,29 -0,08 0,92 1,05 0,78 -0,01 3,33 0,48 3,77 1,43 1,39 -0,08 1,98 3,74 0,34 0,29 1,47 1,12 -0,09 3,66 0,40 5,48 0,58 1,19 1,54 2,65 1,80 -0,45 0,34 1,71 2,47 0,64 1,33 0,04 3,25 1,51 1,06 0,85 -0,07 2,12 -0,34 0,54 2,07 1,58 1,55 3,02 -0,13 4,21 1,51 1,87 0,64 -0,11 5,78 -0,49 1,36 0,37 3,79 0,47 2,08 1,91 4,09 1,10 1,97 1,70 1,59 3,82 1,81 1,78 1,69 0,75 0,11 2,15 0,63 2,45 0,79 3,14 0,02 3,28 2,93 1,27 0,16 1,69 0,83 1,16 3,46 0,50 2,57 0,57 1,64 1,45 0,82 3,79 0,17 1,88 1,36 2,20 2,10 1,98 0,59 2,14 1,60 0,75 2,41 0,37 2,96 -0,16 2,10 -0,08 2,30 1,74 1,76 -0,20 3,64 1,64 0,00 2,42 0,89 3,70 -0,13 1,49 1,74 1,85 1,95 2,03 0,70 3,87 0,00 1,59 2,64 2,31 0,52 2,52 1,01 3,70 1,08 1,04 1,60 1,73 2,86 1,69 1,66 1,68 1,09 0,21 2,91 1,08 5,69 0,39 1,22 0,39 0,70 4,31 0,18 1,18 1,08 1,75 1,04 3,13 2,69 4,21 -0,01 2,02 0,99 3,82 4,63 -0,16 1,23 0,95 1,35 1,64 2,34 -0,50 4,09 2,01 1,14 0,81 0,56 6,95 -0,40 1,51 1,13 3,25 0,85 0,65 -0,27 5,98 1,12 0,91 1,97 1,30 4,42 -2,39 2,66 0,69 3,24 -0,25 1,65 0,42 4,81 -0,12 1,26 1,61 1,10 4,02 -1,13 0,28 1,16 0,67 0,43 2,19 0,21 4,44 -0,67 1,47 0,29 2,00 4,53 0,38 1,48 2,32 0,92 0,21 1,91 0,17 4,99 -0,82 0,62 0,96 1,43 6,15 -2,00 1,39 1,46 0,76 -0,30 1,84 -0,40 4,15 -0,38 1,75 1,32 0,96 4,67 -0,12 1,27 1,25 0,95 2,13 0,94 1,42 4,68 -0,89 0,85 1,91 0,30 0,09 0,18 1,94 4,97 -1,20 -0,76 1,28 1,58 5,19 -1,30 0,89 2,01 0,05 0,35 2,62 2,30 5,71 -0,41 2,05 0,80 1,47 1,07 1,65 -0,47 1,12 3,46 -0,32 1,00 0,27 5,15 -1,13 1,77 1,50 2,12 0,49 1,43 0,41 3,44 0,54 0,57 1,25 2,05 3,83 -0,56 2,11 1,00 2,45 -0,91 0,27 2,37 8,01 -1,85 2,31 1,50 0,01 2,84 3,88 1,15 -0,38 1,20 0,09 0,74 3,71 6,61 4,38 2,09 0,05 1,83 0,88 1,18 0,14 7,28 0,99 0,28 1,89 2,39 4,52 -1,03 2,17 0,86 2,49 1,89 0,87 1,90 0,62 1,17 -0,13 0,95 2,52 2,25 0,76 0,48 -0,30 1,80 -0,36 1,83 1,96 7,09 -2,93 0,44 0,72 4,84 0,73 0,70 2,43 3,02 -0,08 2,82 0,84 0,89 3,81 2,52 2,12 -1,24 0,72 6,30 0,24 0,77 0,24 1,51 2,55 0,54 2,68 6,09 -0,25 -0,28 -0,03 6,36 1,38 0,91 2,09 5,63 0,15 0,66 1,34 0,79 0,77 2,43 0,90 4,08 0,75 1,41 0,57 1,68 4,49 -0,44 1,39 1,27 1,08

50 Denpasar51 Mataram52 Bima53 Maumere54 Kupang55 Pontianak56 Singkawang57 Sampit58 Palangkaraya59 Banjarmasin60 Tanjung61 Balikpapan62 Samarinda63 Tarakan64 Manado65 P a l u66 Watampone67 Makassar68 Parepare69 Palopo70 Bulukumba71 Kendari72 Bau bau73 Gorontalo74 Mamuju75 Ambon76 Tual77 Ternate78 Manokwari79 Sorong80 Jayapura81 Merauke82 Singaraja NASIONAL

Tabel 7 Perkembangan Laju Inflasi Menurut Kota(Persen)1)

Keterangan : 1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ) Sejak triwulan I 2014 perhitungan IHK menggunakan tahun

dasar 2012 (2012 = 100).

Sumber : Badan Pusat Statistik (diolah)

K o t a

2012 2013 2014 2015 IV I II III IV I II III IV I II III IV

Page 58: Laporan Kebijakan Moneter€¢ Kebijakan Moneter dari waktu ke waktu dikomunikasikan melalui media komunikasi yang lazim seperti penjelasan kepada pers dan pelaku pasar, website maupun

Laporan Kebijakan Moneter44 Bank Indonesia

Tabel Statistik

Tabel 8 Perubahan Indeks Harga Perdagangan Besar(Persen) 1)

Akhir Periode Pertanian Pertambangan Industri Impor Ekspor Umum

2009Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2010Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2011Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2012Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2013Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2014Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

2015Trw. ITrw. IITrw. IIITrw. IV

Keterangan : 1) Perubahan indeks pada akhir triwulan yang bersangkutan dibandingkan dengan indeks pada akhir triwulan sebelumnya (QTQ) Perhitungan IHPB sejak tahun 2009 menggunakan tahun dasar 2005 (2005 = 100). Sejak November 2013, data Indeks Harga Perdagangan Besar menggunakan tahun dasar 2010 (2010 = 100). Pada periode November 2013 BPS tidak lagi menerbitkan angka IHPB ekspor migas Sumber : Badan Pusat Statistik (BPS diolah)

2,93 7,52 -0,26 5,28 2,44 1,80 3,07 -0,40 1,23 0,54 -0,81 0,99 5,19 1,22 1,13 -0,37 -2,86 0,79 1,19 1,05 0,53 0,60 1,88 0,91 2,05 0,60 1,57 0,22 0,27 1,17 2,25 0,80 0,60 0,69 2,70 1,29 3,74 0,52 1,41 0,14 -1,00 1,14 1,75 0,92 1,04 5,17 4,30 2,43 1,16 1,56 1,80 5,13 5,19 2,86 0,22 1,31 0,65 -0,61 3,54 0,65 3,14 0,70 1,18 2,10 1,53 1,81 0,42 1,59 0,85 1,56 1,83 0,94 1,58 1,72 1,40 4,60 4,91 2,65 1,61 0,85 0,58 -4,25 -3,20 -0,81 1,85 -0,66 1,04 6,67 2,39 2,35 -0,49 0,74 0,22 -0,07 -1,46 -0,27 5,77 1,40 1,03 1,08 2,29 2,12 0,76 0,26 0,85 -1,40 -1,70 -0,05 4,55 2,94 3,19 8,41 10,78 5,73 6,13 3,66 2,91 0,54 -0,95 1,37 3,27 5,52 1,05 3,88 -0,71 1,75 7,95 0,06 1,16 -0,92 -0,06 0,50 20,96 1,36 1,76 -3,60 5,07 1,26 -5,69 -0,43 1,49 -0,81 1,29 -0,35 14,27 -0,69 1,07 1,48 -0,43 2,86 12,91 0,45 -0,25 1,39 3,36 2,60 15,10 -0,67 1,06 0,21 -0,71 2,59