LAPORAN KASUS skabies

download LAPORAN KASUS skabies

of 11

description

skabies

Transcript of LAPORAN KASUS skabies

LAPORAN KASUS

SKABIESdr. Sri Primawati Indraswari, Sp. KK, MMOleh: Lidya Christy Agustine Bonita (030.10.161)

I. PENDAHULUANSkabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan sensitisasi terhadap Sarcoptes scabiei var. hominis dan produknya. Di Indonesia, penyakit ini dikenal dengan nama gudik, kudis, buduk, kerak, penyakit ampera dan gatal agogo. Skabies menjadi penyakit endemik pada negara-negara berkembang dan tingkat prevalensi yang tinggi seiringan dengan kemiskinan, kepadatan penduduk, dan higiene yang buruk. Insidensi penyakit skabies di RSUD Kardinah, Tegal pada bulan Januari 2014 sampai Desember2014 berjumlah 326 kasus baru dengan kasus yang lebih banyak pada pasien laki-laki berbanding pasien perempuan yaitu sebanyak sebanyak 184 kasus laki-laki, dan 131 kasus perempuan. Berdasarkan umur, insiden tertinggi terjadi pada pasien berusia 5 sampai 14 tahun yaitu sebanyak 102 kasus, diikuti dengan pasien berusia 15 sampai 24 tahun yaitu sebanyak 82 kasus, dan 25 sampai 44 tahun sebanyak 48 kasus. Dimana pasien berusia 1 sampai 4 tahun sebanyak 33 kasus. Pasien berusia 45 sampai 64 tahun sebanyak 26 kasus, disusulpasienberusiaberusia dibawah 1 tahun sebanyak 20 kasus. Insiden terendah adalah pasien berusia di atas 65 tahun yaitu sebanyak 9 kasus.Cara penularan tungau penyebab skabies dapat melalui kontak langsung (kontak kulit dengan kulit), misalnya berjabat tangan, tidur bersama dan hubungan seksual; ataupun kontak tak langsung (melalui benda), misalnya pakaian, handuk, sprei, bantal, dan lain-lain. Setelah berada pada permukaan kulit, tungau betina yang telah dibuahi dapat bergerak dengan kecepatan 2 mm/menit, namun hanya dapat membuat terowongan menembus stratum korneum dengan kecepatan 2 mm/hari. Tungau memproduksi 2 atau 3 telur berbentuk oval setiap hari, yang kemudian berubah menjadi tungau dewasa dalam 2-3 minggu. Kelainan kulit dapat disebabkan tidak hanya oleh tungau skabies, tetapi juga oleh penderita sendiri akibat garukan1,3. Diagnosis skabies dapat dibuat dengan menemukan 2 dari 4 tanda kardinal berikut1:1. Pruritus nokturna, artinya gatal pada malam hari yang disebabkan karena aktivitas tungau ini lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.2. Penyakit ini menyerang secara kelompok, misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan akan diserang oleh tungau tersebut. Dikenal keadaan hiposensitisasi, yang seluruh anggota keluarganya terkena. Walaupun mengalami infestasi tungau, tetapi tidak memberikan gejala. Penderita ini bersifat sebagai pembawa (carrier) 3. Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan itu ditemukan papul atau vesikel. 4. Menemukan tungau, merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.Bentuk skabies lain yaitu skabies Norwegia (skabies berkrusta) ditandai dengan dermatosis berkrusta pada tangan dan kaki, kuku yang distrofik, dan skuama yang generalisata. Bentuk ini sangat menular, tetapi rasa gatalnya sangat sedikit. Tungau dapat ditemukan dalam jumlah yang sangat besar.

II. KASUSSeorang perempuan, berusia 27 tahun, belum menikah, beragama Islam, pendidikan SMA, datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah Tegal pada tanggal 7 April 2015 pukul 11.30 WIB dengan keluhan utama bercak-bersak kehitaman dan bruntus terasa gatal pada tungkai bawah kanan dan kiri sejak 3 minggu yang lalu.

ANAMNESIS KHUSUS(autoanamnesis dilakukan pada tanggal 7 April 2015 pukul 11.30 WIB di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah Tegal)Tiga minggu yang lalu pasien mengeluhkan timbul beruntus-beruntus kemerahan pada kulit disertai gatal di tungkai bawah kanan dan kiri. Awalnya beruntus tidak begitu banyak kemudian semakin banyak muncul di tungkai. Keluhan gatal dirasa makin hebat terutama pada malam hari. Dua minggu lalu pasien berobat ke dokter umum dan mendapatkan obat salep yang bernama salep 88. Pasien menggunakan salep tersebut selama 2 minggu dioleskan pagi dan malam pada kulit yang gatal. Setelah menggunakan salep selama 2 minggu pasien belum merasa keluhannya membaik. Rasa gatal yang dirasakan membuat pasien menggaruk kulit sehingga timbul luka akibat garukan. Keluhan demam disangkal,. Riwayat digigit serangga pun disangkal.Pasien tinggal di sebuah pondok pesantren. Pasien tidur di dalam sebuah kamar yang berisikan 10 orang. Beberapa teman pasien juga mengalami keluhan yang serupa. Pasien dan teman-teman sekamarnya sering bertukar handuk Pasien mandi dua kali sehari, dan mengganti pakaian dua kali sehari. Pakaian pasien dicuci sendiri dengan sabun biasa dan disetrika. Pasien menyangkal pernah mengalami keluhan serupa sebelumnya. Riwayat asma dan penyakit alergi disangkal.

PEMERIKSAAN FISIKI. STATUS GENERALISKeadaan Umum : Baik, tampak sakit ringan.Kesadaran: Compos MentisTanda Vital:Tekanan Darah: 130/80 mmHgNadi: 72 x/menitSuhu: AfebrisPernafasan: 18 x/menitBerat Badan: 56 KgTinggi : 158 cmStatus Gizi: Baik (BMI =22,5)Kepala: Bentuk NormocephaliMata: Konjunctiva tidak anemis, Sklera tidak ikterik Hidung: Tidak ada septum deviasi, sekret(-)Mulut: Bibir tidak sianosis Karies gigi (-) geographic tongue (-) Tonsil T1-T1 tenang Faring tidak hiperemisTelinga: Normotia, serumen (-)Leher: Tidak terdapat pembesaran KGBKulit kepala: Kelainan kulit (-)

Thorax: Inspeksi: Bentuk simetris, gerak napas simetris Palpasi: Vokal fremitus sama kuat kanan dan diri Perkusi: Sonor di semua lapang paru Auskultasi: S1 S2 reguler, murmur (-), gallop (-) suara napas vesikuler, ronkhi -/-, wheezing -/-

Abdomen: Datar, lesi kulit (-), supel, hepar dan lien tidak teraba membesar, timpani, bising usus (+) normalEkstremitas: superior: oedem (-) deformitas (-) kelainan sendi (-) kelainan kulit(-) lihat status dermatologikus kelainan kuku: pitting nail (-), onikolisis (-), diskolorisasi (-)

inferior: oedem(-) deformitas (-) kelainan kulit(+) lihat status dermatologikus. kelainan kuku : pitting nail (-), onikolisis (-), diskolorisasi (-)

II. STATUS DERMATOLOGIKUSDistribusi: RegionalAd Regio: tungkai bawah kanan dan kiriLesi: multipel, diskret, sebagian konfluens, ukuran 1 cm - 2 cm, bentuk tidak teratur, batas tegas, menimbul dari permukaan kulit Efloresensi : papul hiperpigmentasi, ekskoriasi

Gambar 1. Regio kruris dextra

Gambar 2. Regio kruris sinistraPEMERIKSAAN KHUSUSPada pemeriksaan kerokan kulit, tidak ditemukan tungau Sarcoptes scabiei.

RESUMESeorang perempuan, berusia 27 tahun, beragama Islam, datang untuk berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Kardinah tanggal 7 April 2015 dengan keluhan bercak gelap di kulit tungkai bawah kanan dan kiri. Keluhan ini dirasakan sejak 3 minggu SMRS.Pada anamnesis didapatkan keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari dan membuat pasien menggaruk kulit hingga timbul luka akibat garukan. Keluhan demam disangkal. Teman-teman sepondok pasien mengalami hal yang sama. Pasien tinggal di pondok pesantren dan menepati kamar yang berisi 10 orang. Pasien mengaku terkadang bertukar-tukar handuk dengan teman-temannya. Tidak ada riwayat digigit serangga sebelumnya. Tidak ada riwayat alergi.Pada pemeriksaan fisik, status generalis didapatkan dalam batas normal. Pada pemeriksaan dermatologis didapatkan lesi regional pada regio kruris dextra dan sinistra. Lesi multiple, diskret sebagian konfluens , batas tegas dan sebagian tidak tegas, bentuk tidak teratur, ukuran miliar sampai lentikuler diameter 1 2 cm, menimbul dari permukaan kulit, kering. Efloresensi papul hiperpigmentasi, ekskoriasi.Pada pemeriksaan penunjang dengan kerokan kulit tidak ditemukan tungau Sarcoptes scabiei.

DIAGNOSIS BANDINGSkabies dengan eksematosaPedikulosis korporisDermatitis atopi

DIAGNOSIS KERJASkabies dengan eksematosa

USULAN PEMERIKSAANKadar IgE serum

PENATALAKSANAANNon medikamentosa1. Menjelaskan kepada pasien mengenai penyakit dan cara penularannya2. Menjelaskan bahwa scabies adalah penyakit menular3. Menerangkan pentingnya menjaga kebersihan perseorangan dan lingkungan tempat tinggal4. Mencuci piring, selimut, handuk, dan pakaian dengan bilasan terakhir dengan menggunakan air panas5. Menjemur kasur, bantal, dan guling secara rutin6. Bila gatal sebaiknya jangan menggaruk terlalu keras karena dapat menyebabkan luka dan resiko infeksi7. Menjelaskan pentingnya mengobati anggota keluarga yang menderita keluhan yang sama seperti adiknya.8. Memberi penjelasan bahwa pengobatan dengan penggunaan krim yang dioleskan pada seluruh badan tidak boleh terkena air, jika terkena air harus diulang kembali. Krim dioleskan ke seluruh tubuh saat malam hari menjelang tidur dan didiamkan selama 10 jam hingga keesokan harinya. Obat digunakan 1 x seminggu dan dapat diulang seminggu kemudian.

Medikamentosa1. Topikal Permetrin 5 % krim dioleskan ke seluruh tubuh pada malam hari selama 10 jam, satu kali dalam seminggu2. Sistemik Anti histamin : Klorfeniramin maleat 2 x 4 mg selama seminggu

PROGNOSISQuo ad vitam: ad bonamQuo ad fungtionam: ad bonamQuo ad sanationam: dubia ad bonamQuo ad cosmeticum: ad bonam

III. PEMBAHASANSkabies merupakan penyakit kulit yang disebabkan oleh parasit hewani, yaitu Sarcoptes scabiei var. hominis. Tempat-tempat predileksi yaitu sela-sela jari tangan, telapak tangan sebelah dalam, siku, ketiak, daerah mammae, dearah pusar dan perut bagian bawah, daerah genitalis eksterna dan pantat. Pada anak anak terutama bayi dapat mengenai bagian lain seperti telapak kaki, telapak tangan, sela jari kaki dan juga muka (pipi)6,7. Anak-anak merupakan kelompok yang rentan terkena penyakit ini oleh karena tungau yang sangat mudah ditularkan serta adanya aktivitas dan sosialisasi pada individu yang aktif.Diagnosis pasien ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala klinis, dan pemeriksaan penunjang yang dilakukan. Dari anamnesis didapatkan riwayat beruntus beruntus kemerahan yang gatal timbul pada tungkai bawah kanan dan kiri. Keluhan gatal dirasakan semakin hebat terutama pada malam hari. Pasien tinggal di pondok pesantren dan riwayat orang sekitar yang mengalami keluhan yang sama. Pasien mengaku sering berpinjam-pinjaman handuk dengan teman-teman sekamarnya. Pasien dapat didiagnosis menderita penyakit skabies, dimana hal ini sesuai dengan teori yang ada bahwa dengan ditemukannya 2 dari tanda 4 tanda kardinal skabies maka diagnosis klinis dapat ditegakkan.1 Diagnosis ditegakkan jika ditemukan 2 dari 4 tanda kardinal yakni :1. Pruritus nokturna (gatal pada malam hari ) karena akitivitas tungau lebih tinggi pada malam hari2. Ditemukan pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh keluarga, sebagian tetangga yang berdekatan3. Ditemukannya kanalikulus pada tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus atau berkelok, rata rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan ditemukan papul dan vesikel.4. Menemukan tungau. Merupakan hal yang paling diagnostik. Dimana tanda kardinal yang ditemukan adalah pruritus nokturna serta adanya orang di sekitar pasien yang mengalami keluhan yang sama.Daristatusdermatologi pada saat pemeriksaan didapatkanbahwaterdapat lesiregional padaregio kruris dextra dan sinistra. Lesi multiple, diskret dan beberapa konfluens, batas tegas dan beberapa tidak tegas, bentuk tidak beraturan, ukuran 1 cm 2 cm, menimbul daripermukaan kulit, dan kering. Efloresensi plak hiperpigmentasi, ekskoriasi. Pada pemeriksaan penunjang kerokan kulit tidak ditemukan tungau Sarcoptes scabiei, hal ini dimungkinkan karena pasien sudah menggunakan salep 88 selama 2 minggu yang dioleskan pagi dan malam pada kulit yang gatal. Salep 88 mengandung komposisi sulfur presipitatum yang juga merupakan salah satu pilihan pengobatan scabies.Diagnosis banding yang perlu dipikirkan pada pasien ini adalah pedikulosis korporis. Dimana gejala dari pedikulosis korporis biasanya menyerang orang dewasa terutama pada orang dengan hygiene buruk yang jarang mandi atau jarang mengganti pakaian. Hal ini disebabkan kutu tidak melekat pada kulit tetapi pada serat kapas di sela-sela lipatan pakaian dan hanya transien ke kulit untuk menghisap darah.Penatalaksanaan pada kasus skabies dapat dilakukan baik dengan non-medikamentosa dan medikamentosa. Penatalaksanaan non-medikamentosa yaitu dengan memberikan edukasi seperti sering melakukan pengobatan dan seluruh orang yang tinggal serumah harus diobati, menjaga kebersihan pasien dan orang terdekat, seluruh pakaian di rumah dicuci dengan menggunakan air hangat, dan kasur, bantal, dan benda-benda lain yang tidak bisa dicuci dapat dijemur, kontrol seminggu lagi untuk melihat hasil terapi dan perkembangan penyakit .1,5 Pada pasien ini penatalaksanaan medikamentosa yang diberikan dalah dengan memberikan obat secara topikal dan sistemik. Obat topikal yang diberikan adalah Permetrin 5 % krim dioleskan ke seluruh tubuh pada malam hari selama 10 jam, satu kali dalam seminggu. Pada teori yang telah dikemukakan bahwa obat topikal yang paling baik diberikan pada pasien skabies berupa permetrin 5 % mengingat efektif pada semua stadium skabies dan toksisitasnya yang rendah1. Serta penggunannya yang mudah dan dapat diperoleh dengan mudah di apotek. Selain itu untuk mengurangi gatal yang dialami pasien terutama pada malam hari juga diberikan obat antihistamin yaitu Klorfeniramin maleat 3x1 tablet. Obat ini memiliki efek mengantuk karena efek sedatif.4Prognosis dari skabies yang diderita pasien pada umumnya baik bila diobati dengan benar dan juga menghindari faktor pencetus dan predisposisi, demikian juga sebaliknya. Selain itu perlu juga dilakukan pengobatan kepada orang-oren terdekat yang tinggal bersama pasien yaitu teman-teman sepondoknya yang mengalami keluhan yang sama. Bila dalam perjalanannya skabies tidak diobati dengan baik dan adekuat maka Sarcoptes scabiei akan tetap hidup dalam tubuh manusia karena manusia merupakan host definitive dari Sarcoptes scabiei. 3,4

DAFTAR PUSTAKA

1.Handoko RP. Skabies. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi keenam. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2010.2.Stone S. Scabies and Pediculosis. In: Freedberg IM, Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA, Katz SI. Fitzpatricks Dermatology in General Medicine, 6th edition. New York: McGraw Hill. 2003.3.Weller R, Hunter J, Savin J, Dahl M. Clinical Dermatology, 4th edition. Massachusetts: Blackwell Publishing. 2008.4.Wolff K, Johnson RA. Fitzpatricks Color Atlas and Synopsis of Clinical Dermatology, 6th edition. New York: McGraw Hill. 20095.Ping NH, Lim C, Evaria, Palay MJB. Master Index of Medical Specialities, vol. 14. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. 20136.Berger TG, Dermatologic Disorder. In: Papadakis MA, McPhee SJ, Rabow MW. Current Medical Diagnosis and Treatment. New York: McGraw Hill. 2013. 7.Murtiastutik D, Ervianti E, Agusni I, Suyoso S. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi 2. Surabaya: Airlangga University Press. 2009.8.Amiruddin MD. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: LKIS. 2003 9.Mansjoer A, Suprohaita, Wardhani WI, Setiowulan W. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, edisi ketiga. Jakarta: Media Aesculapius. 2000.10.Dewoto HR. Histamin dan Antialergi. Dalam: Gunawan SG, Setiabudy R, Nafrialdi, Elysabeth. Farmakologi dan Terapi, Edisi 5. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. 2009

11