Laporan Kasus Rilvia Mona Cambey 13014101343

32
Laporan Kasus SEORANG PASIEN DENGAN DIAGNOSIS GANGGUAN PANIK DISERTAI SINDROM KETERGANTUNGAN BENZODIAZEPINE Oleh: Rilvia Mona Cambey 13014101343 Masa KKM 28Juli – 24Agustus 2014 Pembimbing : Dr. Linny Liando, Sp.KJ BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN

Transcript of Laporan Kasus Rilvia Mona Cambey 13014101343

Page 1: Laporan Kasus Rilvia Mona Cambey 13014101343

Laporan Kasus

SEORANG PASIEN DENGAN DIAGNOSIS GANGGUAN PANIK DISERTAI SINDROM KETERGANTUNGAN BENZODIAZEPINE

Oleh:

Rilvia Mona Cambey

13014101343

Masa KKM 28Juli – 24Agustus 2014

Pembimbing :

Dr. Linny Liando, Sp.KJ

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2014

Page 2: Laporan Kasus Rilvia Mona Cambey 13014101343

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Kasus yang berjudul

SEORANG PASIEN DENGAN DIAGNOSIS GANGGUAN PANIK DISERTAI SINDROM KETERGANTUNGAN BENZODIAZEPINE

Oleh :

Rilvia Mona Cambey

13014101343

Masa KKM 28 Juli – 24Agustus 2014

Telah dibacakan, disetujui dan dikoreksi pada tanggal Agustus 2014

.

Pembimbing

Dr. Linny Liando, Sp.KJ

Page 3: Laporan Kasus Rilvia Mona Cambey 13014101343

STATUS LAPORAN KASUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : RT

Umur : 23 Tahun

Jenis kelamin : Laki-Laki

Status perkawinan : Belum Menikah

Pendidikanterakhir : SMA

Pekerjaan : -

Suku/bangsa : Minahasa /Indonesia

Agama : Kristen Protestan

Alamatsekarang : Kalasey I Jaga 6

Tanggal MRS : 30 Juli 2014

Cara MRS : Pasien datang diantar keluarga

Tanggalpemeriksaan : 5 Agustus 2014

Tempatpemeriksaan :Kelas 1 Jiwa RS. Prof. Dr. V. L. Ratumbuysang

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Pasien dibawa oleh keluarga ke Kelas 1 jiwa RS Prof DR.V.L.Ratumbuysang pada

tanggal 30 Juli 2014.

Riwayat psikiatri diperoleh dari :

- Autoanamnesis dengan pasien

1

Page 4: Laporan Kasus Rilvia Mona Cambey 13014101343

- Rekam medik

- Alloanamnesis dengan ayah dan Ibu pasien an.M. Tampanangoi dan Detje Rumintjap

A. Keluhan utama

Kecemasan dan takut yang berlebihan disertai ketergantungan obat Zyprax sejak 2 bulan

terakhir.

B. Riwayat gangguan sekarang

Anamnesis:

Pasien masuk ke RS Prof. Dr. V.L Ratumbuysang 6 hari yang lalu tepatnya pada hari

Rabu, 30 Juli 2014. Pasien datang ke rumah sakit diantar oleh keluarganya karena pasien

merasa cemas dan takut untuk tinggal sendiri dirumah. Keluhan seperti ini pertama dirasakan

pasien pada Juni 2011. Dimana stressor awalnya dia berkelahi dan diancam oleh pacar baru dari

mantan pacarnya. Setelah pulang dari pertemuan itu, pasien naik mikrolet kemudian pasien

merasakan nyeri di dada, berdebar-debar,merasa seperti tercekik, dan berkeringat dingin

ditangan. Semenjak saat itu pasien merasa trauma, ketakutan untuk keluar rumah sendiri. Bahkan

untuk pergi kuliah pun pasien takut kecuali diantar Ibu atau papanya. Pasienpun diantar ke

tempat praktek dr frida SpKJ. Gejala pasien tidak menghilang bahkan pasien menjadi semakin

takut untuk tinggal sendiri dirumah karena katanya pernah melihat dan mendengar ayahnya

berkelahi dengan tetangganya sehingga dia menjadi trauma. 3 bulan kemudian tepatnya 24

September 2011, pasien diputuskan untuk beristirahat di RS Prof Dr. V.L Ratumbuysang dengan

keluhan tidak bisa tidur, lemas, takut ditinggal dirumah sendiri, dan selalu menghindar untuk

bergaul dengan orang-orang sekitar rumahnya. 2 minggu kemudian pasien pulang ke rumah dan

tetap kontrol minum obat yang diberikan dokter.

Dari 2011 sampai 2014 pasien rutin minum obat, tetapi kemudian 2 bulan terakhir pasien merasa

intensitas kecemasan dan ketakutannya lebih sering muncul. Pasien tidak mau sama sekali

ditinggal dirumah sendiri, pagi hari ketika ayahnya ke kantor pasien selalu minta untuk ikut.

Tetangga-tetangga pasien sudah mengetahui keadaan pasien yang pernah di rawat di RS Prof Dr.

V.L Ratumbuysang akhirnya membuat pasien lebih malu untuk bergaul. Pasien menjadi tidak

ada keinginan lagi untuk masuk gereja atau acara-acara di sekitar rumahnya. Pasien bingung

menjelaskan bagaimana rasa takutnya, pasien hanya bisa menceritakan perasaan seperti takut

2

Page 5: Laporan Kasus Rilvia Mona Cambey 13014101343

untuk mati ketika sendiri. Karena penyakitnya pasien sering diantar ke rumah tantenya di

perkamil. Ketika di perkamil, pasien melakukan aktivitas seperti orang normal lain, pasien sering

main bola dan bermain warnet. Ketika kembali pulang ke rumahnya di kalasey rasa takutnya

muncul, pasien merasa sakit dada dan gugup sekurang-kurangnya 30menit. Pasien langsung

meminum obat zyprax. Obat yang harusnya 3 kali sehari diminum pasien 8 kali sehari.

Akibatnya pasien mengalami ketergantungan obat. Menurutnya obat tersebut memberikan

kepercayaan diri untuknya, Pasien kemudian di antar ke rumah sakit Prof Dr. V.L

Ratumbuysang. Ibu pasien pernah mengalami keluhan serupa pada umur 40tahun selama 6 bulan

tapi kemudian sembuh dan tidak pernah merasa keluhan seperti itu lagi sampai sekarang.

C. Riwayat gangguan sebelumnya

1. Riwayat gangguan psikiatri

Pasien pernah mengalami gejala seperti ini pada tahun 2011.

2. Riwayat kondis imedis

Pasien didiagnosis memiliki penyakit fatty liver dan hipertensi sejak 2 tahun yang

lalu dan mengkonsumsi Dexacap sampai sekarang.

3. Riwayat penggunaan zatpsikoaktif :

Pasien tidak pernah menggunakan obat-obatan psikoaktif. Pasien tidak pernah

minum minuman beralkohol dan merokok

III. RIWAYAT KEHIDUPAN PRIBADI

A. Riwayat prenatal dan perinatal

Pasien adalah anak terakhir dari dua bersaudara. Pasien lahir secara sunsang di

rumah sakit malalayang tanpa memiliki kecacatan. Semasa hamil, ibu pasien rajin

memeriksakan kehamilan pada dokter.

B. Riwayat masa kanak-kanak awal (0-3 tahun)

Tumbuh kembang pasien sama dengan anak lainnya. Pada usia ini pasien mulai

belajar berbicara, berjalan dan makan sendiri. Pasien minum ASI sampai dengan 2

tahun dan tidak terdapat masalah dalam makanan pengganti. Pasien diasuh oleh

kedua orang tua tetapi lebih dekat dengan Ibunya. Pasiem tidak memiliki penyakit

psikiatrik atau medis.

3

Page 6: Laporan Kasus Rilvia Mona Cambey 13014101343

C. Riwayat masa kanak-kanak pertengahan (4-11 tahun)

Pasien tumbuh dan berkembang dengan normal sesuai dengan usianya.Pasien

bersekolah TK di Malalayang dan SD di Malalayang sampai tamat dan tidak pernah

tinggal kelas.Pasien merupakan anak yang pemalu dan takut ketika ditinggal di

sekolah sehingga Ibu pasien harus mengantar dan menunggu pasien di sekolah

sampai kelas 2 SD. Semenjak pasien kecil, pasien merupakan anak yang tertutup dan

tidak suka menuntut keinginannya pada orang tua. Pasien hanya menerima apa yang

dibelikan orang tua.

D. Riwayat masa kanak-kanak akhir dan remaja

Semasa SMP pasien bersekolah di SMP Rafael, pasien aktif di OSIS dan juga sering

mengikuti lomba Koor.Kemudian pasien melanjutkan SMA di SMA Negeri 1

Manado. Pasien bersekolah dengan baik dan tepat waktu (tidak pernah tinggal kelas).

Ibu pasien selalu mempersiapkan apa yang akan digunakan pasien (seragam sekolah,

bekal makananan). Ibu pasien selalu menelepon menyuruh pasien pulang ketika

pasien terlambat pulang ke rumah. Ketika menentukan mau masuk jurusan apa ketika

kuliah, pasien selalu menanyakan pendapat dan keputusan dari mamanya.

E. Riwayat masa dewasa

1. Riwayat Pendidikan

Pasien menamatkan sekolah sampai SMA.Selama pendidikan pasien sering

mendapat ranking. Pasien juga aktif di organisasi siswa.

2. Riwayat Pekerjaan

Pasien dulunya berkuliah di FISIP Unsrat namun akhirnya berhenti akibat keluhan

yang dia rasakan.

3. Psikoseksual

Pasien sadar bahwa ia seorang Laki-laki, pasien menyukai lawan jenis. Pasien

tidak mempunyai penyimpangan seksual.Pasien baru pertama kali pacaran ketika

kuliah, tetapi semasa sekolah ada teman wanita yang dia taksir.

4. Riwayat Perkawinan

Pasien belum pernah menikah.

5. Riwayat keagamaan

4

Page 7: Laporan Kasus Rilvia Mona Cambey 13014101343

Pasien beragama kristen dan rajin dalam kegiatan gereja sebelum sakit. Setelah

sakit pasien mengurung diri dirumah dan merasa tidak percaya diri untuk

bergabung dengan kegiatan gereja lagi.

6. Riwayat kehidupan sosial

Hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga baik dan tidak pernah ada

masalah dengan tetangga.Tetapi setelah sakit, pasien malu untuk bergaul di

sekitaran kompleks rumahnya. Pasien adalah tipe pemalu dan sedikit memiliki

teman.

7. Riwayat pelanggaran hukum

Pasien tidak pernah melakukan perbuatan yang melanggar hukum.

8. Situasi kehidupan sekarang

Pasien tinggal di rumah bersama ayah, ibu, dan seorang kakak laki-lakinya. Pasien

tergolong kaum menengah karena ibu dan ayahnya bekerja sebagai PNS. Rumah

pasien berada di Perumahan Kalasey. Rumah permanen beratap seng berdinding

beton. Memiliki 2 kamar. Air PAM dan listrik PLN.

Denah rumah:

9. Riwayat keluarga

Pasien merupakan anak bungsu dari dua bersaudara, pasien memiliki kakak laki-

laki. Hubungan antar anggota keluarga baik . Pasien merupakan anak kesayangan

Ibunya. Ibu merupakan sosok yang dominan untuk pasien.

5

Teras

Kamar tidur

Kamar tidur R.Tamu Dapur

WC

Page 8: Laporan Kasus Rilvia Mona Cambey 13014101343

Silsilah Keluarga

= Laki-laki

= Perempuan = Mengalami keluhan yang sama

= Pasien

Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya

o Pasien menyadari dirinya seorang yang pemalu dan tertutup

o Pasien ingin segera sembuh dan mendapatkan kepercayaan dirinya lagi

o Pasien ingin segera beraktivitas kembali

IV. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

5 Agustus 2014 Jam 16.00

A. Deskripsi umum

1. Penampilan

6

Page 9: Laporan Kasus Rilvia Mona Cambey 13014101343

Pasien seorang laki-laki muda, tampak berpenampilan sesuai dengan usia, kulit

putih, rambut pendek berwarna hitam, berwajah bulat, berbadan besar, dan

berpakaian rapi. Pasien memakai kaos berwarna putihs erta memakai celana

pendek berwarna krem.Pasien tampak sakit ringan.

2. Kesadaran

Compos mentis

3. Perilaku dan aktivitas psikomotor

Selama wawancara, pasien duduk tenang, rileks, dan menggoyangkan kakinya.

Pasien dapat merespon saat diucapkan salam, pasien dapat menjawab pertanyaan

mengenai identitas dirinya dan pasien juga dapat menjawab pertanyaan-

pertanyaan lainnya.Pasien tidak menghindari kontak mata dan perhatian pasien

tidak terpengaruh oleh sekitar. Gerakan involunter(-).

4. Sikap terhadap pemeriksa

Secara umum pasien kooperatif, menjawab semua pertanyaan yang diberikan,

tetapi terkadang malu-malu dalam menjawab dan seperti masih ada cerita yang

dia simpan dalam hatinya, tetapi belum berani dia ceritakan.

B. Mood dan Afek

1. Mood : eutimik

2. Afek : cemas

3. Keserasian : cukup serasi

C. Bicara

Kualitas : Spontan, volume pelan, suara jelas, intonasi berubah-ubah sesuai dengan

isi pembicaraan, artikulasi baik.

Kuantitas: menjawab sesuai pertanyaan.

Hendaya berbahasa : tidak ada hendaya bahasa

7

Page 10: Laporan Kasus Rilvia Mona Cambey 13014101343

D. Fungsi intelektual (kognitif)

1. Taraf pendidikan

Pasien merupakan mahasiswa FISIP Unsrat semester 3 yang berhenti karena

penyakitnya.

2. Orientasi

Tidak ada gangguan orientasi waktu, tempat dan orang.Pasien mengetahui dengan

jelas hari, tanggal, bulan, tahun, dan tempat saat pemeriksaan.Pasien mengenal

keluarga yang mengantar.

3. Daya ingat

Daya ingat segera : baik ( pasien dapat mengulang 3 benda

yang di sebutkan )

Daya ingat jangka pendek : baik ( pasien dapat mengingat nama

pemeriksa )

Daya ingat jangka panjang : baik ( pasien dapat menyebutkan nama

gurunya ketika SD, dosen ketika dia kuliah)

E. Gangguan persepsi

Tidak ditemukan.

F. Proses pikir

1. Arus pikiran

Pasien menjawab bila ditanya, jawaban pasien relevan.Pembicaraan koheren dan

logis.

2. Isi pikiran : waham kejar dan waham somatik. Pasien berusaha menjelaskan

bahwa dia bisa berpikir seperti orang normal dan dia hanya merasa terganggu bila

tinggal sendiri dan tidak ditemani orang.

G. Pengendalian impuls

Pasien tampak tenang dan dapat mengendalikan dirinya, serta tidak membahayakan

orang lain yang berada di sekitarnya.

H. Tilikan

Tilikan derajat 4.

8

Page 11: Laporan Kasus Rilvia Mona Cambey 13014101343

I. Taraf dapat dipercaya : Secara keseluruhan dapat dipercaya

V. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT

A. Status internus

Keadaan umum : Cukup baik

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda vital : T: 140/80 mmHg, N: 84 x/m, R: 18 x/m, S:36,3°C

Kepala : conj.anemis -/-, sclera ikt -/-

Thoraks : Rhonki -/-, Wh -/-

Abdomen : datar, lemas, BU (+) normal, NT (+) H/L ttb

Ekstremitas : akralhangat, edema (-)

B. Status neurologi

GCS : E4M6V5

TRM : tidak dilakukan evaluasi

Mata : Gerakan normal, searah, pupil bulat, isokhor, diameter

3mm/3mm, refleks cahaya (+/+).

Pemeriksaan nervus kranialis

1. N. olfaktorius (N.I)

Tidak dilakukan evaluasi

2. N. optikus (N.II)

Tidak dilakukan evaluasi

3. N. okulomotorius (N.III), n. trochlearis (N.IV), n. abducens (N.VI)

Selama wawancara dapat diamati bahwa pasien memiliki gerakan bola mata

yang wajar.

4. N. trigeminus (N.V)

Selama wawancara berlangsung terlihat wajah pasien simetris.

5. N. facialis (N.VII)

Selama wawancara tidak ditemukan kelainan.

6. N. vestibulocochlearis (N.VIII)

9

Page 12: Laporan Kasus Rilvia Mona Cambey 13014101343

Selama wawancara pasien mampu menjawab pertanyaan dengan tepat.Hal ini

memberi kesan bahwa pendengaran pasien normal. Untuk fungsi

keseimbangan pasien, pasien dapat berjalan normal dengan menutup mata.

7. N. glosssopharyngeus (N.IX), n. vagus (N.X)

Tidak dilakukan evaluasi

8. N. accessories (N.XI)

Pasien dapat menggerakan kepalanya ke kiri dan ke kanan, hal ini

menandakan bahwa fungsi N. Aksesoris pasien dalam batas normal.

9. N. hypoglossus (N.XII)

Ketika dijulurkan tidak ada kelainan pada lidah.

Fungsisensorik : dalam batas normal

Fungsi motorik : Kekuatan otot

Tonus otot

Refleks fisiologis : (+) normal

Refleks patologis : (-)

C. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Darah rutin tidak dievaluasi.

VI. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Berdasarkan anamnesis (secara autoanamnesis, alloanamnesis dan beberapa data

diperoleh dari rekam medik) didapatkan pasien laki-laki 23 tahun, kuliah di FISIP UNSRAT

yang kemudian berhenti, belum menikah, agama Kristen Protestan, alamat Kalasey.

Serangan pertama dialami pasien pada tahun 2011, ketika pasien mengalami stresor

berkelahi dengan orang. Pasien menjadi takut keluar sendiri, cemas berlebihan, dan ada rasa

seperti takut mati. . Semenjak saat itu pasien selalu meminum obat anti panik yang didapat

10

5 5

5 5

N N

N N

Page 13: Laporan Kasus Rilvia Mona Cambey 13014101343

ketika kontrol pada dr.Frida,SpKJ. 2 bulan yang lalu keluhan menjadi memberat, pasien sering

mengalami rasa takut tiba-tiba ketika ditinggal dirumah sendiri. Pasien kemudian datang diantar

oleh keluarga di RS dengan keluhan cemas, takut ditinggal sendiri, merasa tidak tenang, tak bisa

tidur, dan ketergantungan obat Zyprax

Pasien merupakan anak kedua dari dua bersaudara, lahir sunsang. Riwayat perkembangan

sesuai dengan anak seusianya. Tidak terdapat riwayat gangguan belajar. Pasien menempuh

pendidikan sebagai mahasiswa FISIP, tapi tidak melanjutkan karena keluhan yang dialaminya.

Pada pemeriksaan status mental pasien berpenampilan sesuai dengan usianya, berpakaian

sesuai. Selama wawancara pasien duduk tenang, kooperatif,, artikulasi jelas, volume pelan

karena malu-malu,serta dapat melakukan kontak mata dengan pemeriksa.

Pada wawancara didapatkan suasana mood eutimik dengan afek cemas.Arus pikiran

ditemukan koheren. Isi pikir ditemukan adanya waham kejar dan waham somatik. Halusinasi (-)

depersonalisasi (-) derealisasi (-) ilusi (-) . Anxietas antisipatorik (+). Penilaian realitas tidak

terganggu. Orientasi orang, tempat, dan waktu baik. Tingkat tilikan pasien derajat IV.

Pada pemeriksaan internus didapatkan tekanan darah 140/80, dimana pasien memiliki

riwayat hipertensi. Pemeriksaan neurologis tidak ditemukan kelainan bermakna.

VII. FORMULASI DIAGNOSTIK

Adanya diagnosis pada pasien ini ditegakkan berdasarkan sindrom atau pola perilaku atau

psikologik seseorang yang secara klinik cukup bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu

gejala penderitaan (distress) atau hendaya (impairment/disability) didalam satu atau lebih fungsi

yang penting dari manusia. Sebagai tambahan, disfungsi itu disimpulkan dilihat dari berbagai

aspek perilaku, psikologik atau biologik, dan gangguan itu tidak semata-mata terletak dalam

hubungan antara orang itu dengan masyarakat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pasien ini

mengalami gangguan jiwa.

11

Page 14: Laporan Kasus Rilvia Mona Cambey 13014101343

Pada Aksis I berdasarkan pemeriksaan fisik dan neurologi tidak ditemukan adanya

gangguan sistemik yang berakibat disfungsi otak yang berkaitan dengan gangguan yang dialami

pasien. Sehingga diagnosis gangguan mental organik (F0) dapat disingkirkan.

Bedasarkan anamnesis didapatkan pasien mengalami sindrom ketergantungan obat

benzodiazepine akibat penggunaan obat yang lama dan adanya rasa cemas yang berlebihan

sehingga pasien meminum obat dengan menggunakan dosis sendiri dengan tujuan

menghilangkan rasa takut dan mendapatkan kepercayaan dirinya. Pasien meminum 8 tablet

sehari. Dimana menurut PPDGJ III ditemukan 4 gejala yang dialami pasien dari 6 gejala sindrom

ketergantungan. Yaitu :

- Adanya keinginan yang kuat atau dorongan yang memaksa pasien (kompulsi) untuk

menggunakan obat benzodiazepin

- Kesulitan dalam mengendalikan perilaku menggunakan zat.

- Terbukti adanya toleransi berupa peningkatan dosis obat yang diperlukan guna

memperoleh efek yang sama yang biasanya didapatkan pasien dengan dosis yang rendah.

- Tetap menggunakan obat secara berlebihan meskipun menyadari adanya akibat yang

merugikan kesehatannya.

Sehingga pasien didiagnosis Sindrom Ketergantungan Penggunaan Sedativa atau Hipnotika.

(F13.2)

Pada pasien ini ditemukan waham kejar dan waham somatik tapi tidak memenuhi kriteria

diagnosis Skizofrenia , gangguan Skizotipal dan gangguan Waham karena dalam menegakkan

diagnosis ini harus memenuhi kriteria umum Skizofrenia yaitu 1 dari 4 kriteria dasar dan 2 dari 4

kriteria tambahan. Sehingga diagnosis F2 dapat disingkirkan.

Pada anamnesis dan pemeriksaan status mentalis pada pasien tidak ditemukan perubahan

suasana atau afek. Sehingga diagnosis F3 dapat disingkirkan.

Pada pasien ini tidak terdapat gejala anxietas fobik. Pada pasien ditemukan gejala

gangguan anxietas lainnya yaitu merasa cemas dan takut yang berlebihan ketika ditinggal sendiri

di rumah atau keluar sendiri padahal itu bukan merupakan aktivitas yang membahayakan. Pasien

tetap takut walaupun itu keadaan yang sudah bisa diprediksi ataupun tidak dapat diprediksi.

12

Page 15: Laporan Kasus Rilvia Mona Cambey 13014101343

Pasien selalu menghindari untuk tinggal sendiri atau keluar sendiri (anxietas antisipatory) dan

ketika serangan terjadi itu berlangsung selama ± 30 menit. Keluhan sudah berlangsung selama 3

tahun. Sehingga berdasarkan PPDGJ III didapatkan diagnosis pasien F.41 Gangguan Panik.

Pada Aksis II berdasarkan DSM IV dan PPDGJ III , dari riwayat kehidupan pasien

menunjukkan adanya gangguan kepribadian dependen. Aksis II didapatkan pada keadaan pasien

sebelum sakit. Pasien memenuhi kriteria diagnosis gangguan kepribadian dependen karena

memenuhi 3 kriteria dari 6 pedoman diagnostik.

- Pasien membiarkan orang lain (Ibunya) untuk mengambil sebagian besar keputusan

penting untuk dirinya.

- Keengganan untuk mengajukan permintaan pada tempatnya bergantung.

- Perasaan tidak enak atau tidak berdaya apabila sendirian

- Terbatasnya kemampuan untuk membuat keputusan sehari-hari.

Pada aksis III, pasien memiliki riwayat penyakit Hipertensi dan fatty liver. Sehingga

pasien harus selalu meminum obat dexacap.

Pada aksis IV pasien tidak memilikki masalah ekonomi , dan hubungannya dengan

keluarga baik. Pasien pertama mengalami serangan karena berkelahi dengan orang. Tetapi

stresor itu terjadi 3 tahun yang lalu jadi tidak memenuhi kriteria untuk dimasukkan ke dalam

Aksis IV.

Pada aksis V berdasarkan Global Assesment of Functioning (GAF) Scale. Pada pasien ini

GAF Scale Current = 70-61 yaitu tertinggal dalam pelajaran sekolah, depresi mood ringan,

insomnia ringan. Gejala sedang, disabilitas ringan. GAF High Level Past Year = 70-61 karena

keluhan telah dirasakan selama 3 tahun.

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL

Aksis I : Gangguan Panik dan Sindrom Ketergantungan Sedative dan Hipnotika

(F41 dan F13.2)

Aksis II : Gangguan Kepribadian Dependen

13

Page 16: Laporan Kasus Rilvia Mona Cambey 13014101343

Aksis III : Fatty liver dan Hipertensi

Aksis IV : -

Aksis V : GAF Scale current 70-61

GAF high level 70-61

DAFTAR MASALAH

A,Organobiologi : tidak ada

B. Psikologi : ada waham kejar dan waham somatik

C. Lingkungan dan sosial ekonomi : pasien tidak mau bergaul dengan tetangga dan

menarik diri dari kehidupan sosial, hanya tinggal di

dalam rumah serta harus ditemani setiap saat.

VIII. PERENCANAAN TERAPI

A. Psikofarmaka

Fluoxetin 1 x 20mg/hari tiap pagi hari

Xanax 3 x 2,9 mg (dosis akan diturunkan perlahan)

B. Psikoterapi dan intervensi psikososial

Terhadap pasien :

- Terapi relaksasi

Relaksasi adalah terapi untuk mengatasi masalah sehari-hari,

restrukturisasi kognisi membantu mengurangi ansietas.

Prinsipnya adalah melatih pernafasan untuk meredakan secara

relatif cepat serangan panik dan menenangkan individu.

- Terapi kognitif perilaku

14

Page 17: Laporan Kasus Rilvia Mona Cambey 13014101343

Individu diajak bersama-sama membentuk kembali pola perilaku

dan mengganti pikiran irasional menjadi rasional.

- Psikoterapi dinamik

Individu lebih diajak untuk lebih memahami kepribadiannya,

bukan sekedar menghilangkan gejala semata.

IX. PROGNOSIS

• Ad Vitam : Dubia ad bonam

• Ad Fungsionam : Dubia ad bonam

• Ad Sanationam : Dubia ad bonam

X. DISKUSI

Efek Ketergantungan Obat Hipnotik-Sedatif Pada Pasien Gangguan PaniK

Serangan panik teramasuk dalam gangguan panik. Gangguan panik ditandai oleh

serangan anxietas atau teror yang berkala (serangan panik, Inggris panic attack). Setiap

episode berlangsung sekitar 15-30 menit, meskipun efek sisa dapat berlangsung lebih

lama. Selama serangan panik, penderita merasakan ketakutan atau tidak nyaman yang

disertai oleh takikardia (denyut jantung yang lebih cepat daripada denyut jantung

normal), jantung berdebar, nyeri dada, perasaan tercekik, berkeringat, gemetar, mual,

pusing, perasaan tidak riil (derealisasi), depersonalisasi dan takut mati atau takut menjadi

gila. Serangan panik dapat terjadi secara spontan atau sebagai respon terhadap situasi

tertentu. Frekuensi serangan sangat bervariasi, ada yang sering (setiap hari atau minggu),

tetapi berlangsung berbulan-bulan. Ada juga yang mengalami serangkaian serangan tetapi

diikuti periode tenang selama berminggu-minggu

Pasien serangan panik selalu memiliki kecemasan serta ketakutan untuk hal yang

sudah dia ketahui maupun tidak dia ketahui. Karena selalu diliputi perasaan seperti itu,

pasien gangguan panik senantiasa mendoping perasaan mereka dengan obat anti cemas.

15

Page 18: Laporan Kasus Rilvia Mona Cambey 13014101343

Obat ini memberikan efek yang besar bagi mereka, seperti tidak takut lagi dan percaya

diri dalam melakukan aktifitas. Penggunaan obat ini secara lama dan terus-menerus

sering menimbulkan gejala ketergantungan seperti toleransi. Dimana dosis rendah yang

dia gunakan dia rasa tidak cukup untuk menanggulangi gejala yang dia rasakan oleh

karena itu pasien sering menambahkan dosis mereka sendiri.

Sedatif- Hipnotik adalah golongan obat depresi SSP yang sering digunakan pada pasien

gangguan panik  Efeknya bergantung pada dosis, mulai dari yang ringan (menenangkan,

menyebabkan kantuk, menidurkan) hingga yang berat (menghilangkan kesadaran,

keadaan anestesi, koma dan mati

Sedatif adalah zat-zat yang dalam dosis terapi yang rendah dapat menekan aktivitas

mental, menurunkan respons terhadap rangsangan emosi sehingga menenangkan.

Hipnotik adalah Zat-zat dalam dosis terapi diperuntukkan meningkatkan keinginan

untuk tidur dan mempermudah atau menyebabkan tidur.

   Benzodiazepin

Obat golongan benzodiazepine langsung bekerja pada system syaraf pusat. Efek

yang paling menonjol adalah aktivitas sedasi, hipnosis, berkurangnya ansietas, relaksasi

otot, anterograde amnesia, dan antikonvulsan.

Penggolongan obat benzodiazepine berdasarkan waktu paruh eliminasinya:

a. benzodiazepin kerja sangat singkat

b. obat kerja-singkat, dengan t1/2 kurang dari 6 jam, antara lain: triazolam,

zolpidem, nonbenzodiazepin (t1/2, sekitar 2 jam), dan zopiklon (t1/2 5 sampai 6

jam);

c. obat kerja-sedang, dengan t1/2 6 sampai 24 jam, antara lain estazolam dan

temazepam; dan

d.   obat kerja lama, dengan t1/2 lebih dari 24 jam, antara lain flurazepam, diazepam,

dan kuazepam. Benzodiazepin dan metabolit aktifnya berikatan dengan protein

plasma.

Ketergantungan akan diterapi dengan tujuan :

1. Abstinensia atau mengurangi penggunaan obat bertahap sampai

abstinensia total

2. Mengurangi frekuensi dan keparahan relaps

16

Page 19: Laporan Kasus Rilvia Mona Cambey 13014101343

3. Perbaikan fungsi psikologi dan penyesuaian fungsi sosial dalam

masyarakat.

4.

XI. WAWANCARA PSIKIATRI

autoanamnesis

D : selamat sore. Perkenalkan saya dokter muda Mona, mau minta waktu sebentar

buat tanya-tanya ridel. Boleh?

P : boleh dok.

D : ini dengan pasien ridel tampongangoy?

P : Iya dok.

D : bagus mo pangge apa ini dang? Ridel?nyong? ato?

P : ridel jo dok.

D : apa kabar dang ridel hari ini?

P : oh biasa-biasa dok.

D : Ridel umur berapa kang?

P : 23 tahun dok

D : oh, aktivitas apa dang sekarang? Kuliah? Kerja? Ato?

P : oh dulu kuliah di FISIP dok sampe semester 3. Mar karena kita rasa saki jadi

belum lanjut sampe sekarang,

D : Kalo tinggal dang, ridel tinggal dimana?

P : oh di Kalasey 1 Jaga 6 dok.

D : orang minahasa? Ato?

P : iya dokter.

D : agama apa dang ridel?

P : Kristen protestan

D : Ohh, dokter somo Tanya ridel pe keluhan ne. Kira-kira ada nda yang dokter

boleh bantu pa ridel?

P : for mo se ilang ni perasaan takut dok

D : ridel ada ka rumah sakit bagemana?

P : papa deng mama ada antar dok karena kita ada suruh.

D : ridel ada suruh karena apa?

17

Page 20: Laporan Kasus Rilvia Mona Cambey 13014101343

P : oh karena kita nda ja tenang kwa dok di rumah.

D : nda tenang karena? Apa dang yang ridel rasa?

P : hmm. Ja rasa tako-tako begitu dang dok, cemas. Kong kita nda bisa bendung tu

rasa tako.

D : sejak kapan dang ridel rasa begitu?

P : so dari 2011 dok.

D : tu cemas terus-terus ridel rasa ato hilang timbul?

P : hmm. Cuma kalo dapa setinggal sendiri dirumah dok.

D : ada apa so dirumah kong ridel nemau tinggal dirumah.

P : suka sih dok dirumah, mar kita nemau kalo Cuma sendiri.

D : karena kiapa dang ridel nemau sendiri? Ja ba dengar-dengar sesuatu so dirumah?

P : nyanda sih dok

D : kalo b alia sesuatu yang Ibu ato papa nemboleh lia dang?

P :nyanda le dok. Cuma rasa tako-tako no

D : ih kan tako musti ada sebab to ridel. Karena apa dang kang?

P : begini kwa dok, kita tako kwa tape tetangga mo beking sesuatu pa kita kalo

Cuma dirumah

D : sesuatu bagemana? Ridel ada beking apa so kong dorang mo ganggu?

P : hmm. Tuhari kwa papa ada baku salah deng dorang jadi kita tako no.

D : jadi ridel so nda ja kaluar rumah dang?

P : kalo di kalasey sih io dok. Mar kita ja sering pigi di rumah di perkamil pa tp

tante dok. Kalo disana kita nda tako.

D : kalo makan deng tidor dang? Ridel ja tidor ena kalo malam?

P : makan biasa dok, mar kalo tidor, tidor jam 10 bangun jam 12 dok, kong so nda

tatidor karena cemas.

D : ridel ja rasa tako pas papa ada baku salah deng tetangga? Ato so dari kapan ridel

rasa tako?

P : oh nda dulu kwa dok, waktu kuliah semester 3 kita ada cewe.

D : trus?

P : pas batunangan 3 bulan, kita dapa tau dia ada cowo laeng. Kong kita bakudapa

no deng depe cowo baru.

18

Page 21: Laporan Kasus Rilvia Mona Cambey 13014101343

D : oh bahugel dang ridel pe cewe.

P : mar depe cowo kwa so angkatan 2 tahun lebe tua, kong tabaku salah. Dia ada

ancam no pa kita. Pas kita mo pulang rumah, di mikro, kita pe dada rasa saki skali. Kong

nda dapa banapas. Mulai dari situ kita so nemau kaluar sendiri.

D : ada baku salah bagemana? Ridel dapa pukul ? ato Cuma baku ambe mulut?

P : oh Cuma baku marah begitu dok. Ya somo dapa inga.

D : mulai dari situ dang, kong ridel so rasa tako-tako kong so nemau dapa setinggal

sendiri?

P : iyo dok.

D : mulai dari itu ridel Cuma tinggal-tinggal dirumah dang?

P : iyo dok.

D : ada ridel pe keluarga yang rasa sama dengan ini?

P : Ibu dok , waktu umur 40 tahun pernah ja cemas-cemas bagini. Turunan kang ini

dok?

D : kalo teori sih iya, tapi kan tergantung depe orang for mo lawan depe perasaan

sendiri. Sekarang kan ridel pe mama so nda ja cemas to.

P : (badiam)

D : nanti dokter mo kase obat pa ridel supaya so tu rasa tako berkurang, mar ridel

musti berusaha le lawan tu rasa tako, jangan Cuma berharap dengan obat. Ada le terapi-

terapi yang boleh kase ringan ridel pe gejala.

P : apa dang dok?

D : Sama deng terapi relaksasi bagitu dang del.

P : Boleh mo bae sama deng pertama itu dok?

D : Kalo ridel so boleh lawan ridel pe rasa tako boleh no. Sampe sini dulu ne dokter

pe tanya-tanya. Makasih ne ridel so kase waktu. Cepat sembuh ne del.

19

Page 22: Laporan Kasus Rilvia Mona Cambey 13014101343

LAMPIRAN

20