LAPORAN KASUS Posterior Elbow Joint...

28
i LAPORAN KASUS Posterior Elbow Joint Dislocation Oleh Dr. A.A. Ngurah Rai Kusuma Putra Pembimbing dr. AA Gede Yuda Asmara, Sp.OT (K) PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS PROGRAM STUDI ILMU BEDAH UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2019

Transcript of LAPORAN KASUS Posterior Elbow Joint...

i

LAPORAN KASUS

Posterior Elbow Joint Dislocation

Oleh

Dr. A.A. Ngurah Rai Kusuma Putra

Pembimbing

dr. AA Gede Yuda Asmara, Sp.OT (K)

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS

PROGRAM STUDI ILMU BEDAH

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR

2019

ii

UCAPAN TERIMAKASIH

Pertama perkenankan penulis memanjatkan puji syukur kehadapan Tuhan Yang Maha

Esa, karena atas karunia-Nya, maka laporan kasus yang berjudul : “Posterior Elbow Joint Dislocation” dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, pengarahan, sumbangsih pikiran,

dorongan semangat, dan bantuan lainnya yang sangat berharga dari semua pihak, usulan

penelitian tesis ini tidak akan terlaksana dengan baik dan lancar. Oleh karena itu, pada

kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya dan penghargaan

yang setinggi-tingginya kepada:

1. Pembimbing Prof. Dr. dr. Ketut Siki Kawiyana, Sp B, Sp OT(K).

2. Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, SpS dan Dekan Fakultas

Kedokteran Universitas Udayana, Dr. dr. I Ketut Suyasa, SpB, SpOT (K) Spine.

3. Kepala Departemen Ilmu Bedah, Dr. dr. I Nyoman Semadi, Sp.B, Sp.BTKV dan Ketua

Program Studi Ilmu Bedah, dr. I Ketut Wiargitha, Sp.B(K) Trauma.

4. Direktur Utama RSUP Sanglah, dr. I Wayan Sudana, M.Kes, beserta staf dan jajarannya.

5. Rekan sejawat PPDS-I Ilmu Bedah dan Bedah Orthopaedi, semua pihak, keluarga,

sahabat, rekan paramedis, dan non paramedis yang tidak bisa penulis sebutkan satu per

satu.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa laporan kasus ini jauh dari sempurna dan penulis

mohon maaf apabila ada kesalahan dalam penulisan karya tulis ini, serta mohon petunjuk

untuk perbaikan karya tulis ini.

Denpasar,26 maret 2019

A.A. Ngurah Rai Kusuma Putra

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena rahmat-Nya, penulis dapat

menyelesaikan Laporan Kasus yang merupakan salah satu tugas dalam Program Pendidikan

Dokter Spesialis Bedah FK Unud/RSUP Sanglah Denpasar. Laporan Kasus ini membahas

tentang Posterior Elbow Joint Dislocation

Adapun tujuan penulisan laporan kasus ini adalah untuk memperdalam wawasan

tentang dislocation di region hand serta melatih kemampuan membuat tulisan ilmiah dan

prasyarat dalam mengikuti pendidikan bedah dasar di Fakultas Kedokteran Universitas

Udayana – Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya

kepada

1. dr. I Ketut Wiargitha, Sp.B(K) Trauma sebagai Ketua Program Studi Ilmu Bedah FK

Unud/RSUP Sanglah yang telah memberikan motivasinya.

2. dr. AA Gede Yuda Asmara, Sp.OT(K) sebagai pembimbing yang telah dengan tulus

memberikan saran dan masukan baik akademik maupun moril sampai laporan kasus

ini dapat diselesaikan dengan tepat waktu.

Saya menyadari bahwa dalam penyusunan laporan kasus ini masih jauh dari

sempurna, baik dari segi penyusunan, bahasan, ataupun penulisannya. Oleh karena itu

dengan segala keredahan hati penulis menerima saran dan kritik untuk perbaikan laporan

kasus ini

Denpasar, 24 maret 2019

A.A. Ngurah Rai Kusuma Putra

iv

DAFTAR ISI

JUDUL ..................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR .................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

BAB II LAPORAN KASUS ........................................................................................... 2

BAB III TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................... 7

3.1 Anatomi elbow ..................................................................................... 7

3.2 Dislokasi Sendi Bahu ............................................................................. 14

3.3 Klasifikasi elbow dislocation ................................................................ 15

3.4 Gambaran Klinis .................................................................................... 16

3.5 Tatalaksana ........................................................................................... 18

3.6 Komplikasi ............................................................................................. 19

BAB IV PENUTUP ..................................................................................................... 20

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 21

1

BAB I

PENDAHULUAN

Dislokasi adalah terjadinya pergeseran tulang dari permukaan yang disebabkan

tertariknya kapsul (Preace, 2009). Dislokasi sendi terjadi ketika tulang bergeser dari

posisinya pada sendi. Dislokasi sendi biasanya terjadi setelah trauma berat, yang

mengganggu kemampuan ligament menahan tulang ditempatnya. (Corwin, 2007).

Dislokasi elbow adalah lepasnya hubungan sendi pada siku yang sering

disebabkan oleh suatu cidera akibat trauma tidak langsung atau trauma langsung pada

siku (Helmi, 2012).

Penanganan dislokasi dapat dilakukan dengan reduksi. Reduksi dilakukan

dengan melakukan traksi longitudinal pada lengan bahwa dengan traksi lawan pada

lengan atas. Setelah reduksi lakukan imobilisasi lengan dengan gips posisi felksi siku

>90 derajad selama 3 minggu (Madjid, 2012). Akibat yang ditimbulkan post

pemasangan gips selama 3 minggu adalah gangguan berupa imperment, fungctional

limitation, dan disability. Impairment misalnya spasme otot penggerak sendi siku, nyeri,

keterbatasan lingkup gerak sendi elbow joint, serta penuruanan kekuatan otot

penggerak sendi siku. Fungsional limitation berupa ganggaun self care seperti mandi,

makan dan berpakaian. Disability berupa ketidakmampuan pasien untuk melakukan

aktifitas atau hobi sesuai dengan usia dan perannya.

2

BAB II

LAPORAN KASUS

Identitas

Nama : Ni Gusti Ayu Agung Kartika

Jenis Kelamin : Perempun

Tanggal Lahir : 3 april 1973

Usia : 46 yo

Alamat : BR. Tegal Tamu, Batubulan- Gianyar

No MR : 19009535

Anamnesis (Anamnesis dilakukan secara auto anamnesis)

Keluhan Utama : Nyeri pada sendi siku kanan

Pasien datang sadar ke IGD dengan keluhan nyeri pada siku kanan sejak 6 jam SMRS. Pasien

sebelumnya mengendarai sepeda motor dan terpeleset terjatuh kearah kanan, dan

dikatakan siku membentur aspal. Setelah kejadian tersebut, siku kanan pasien menjadi sulit

digerakan, terasa nyeri, dan bentuk siku menjadi tidak simetris. Pasien masih bisa

merasakan seluruh jari dan lengan, masih bisa menggerakan lengan, tangan dan jari namun

terbatas karena nyeri.

Riwayat bergesernya sendi siku kanan sebelumnya (-) riwayat pengobatan

sebelumnya hanya dipijat dirumah. Riwayat tindakan operasi sebelumnya disangkal.

Riwayat penyakit serupa pada keluarga disangkal.

Primary Survey

A: Clear

B: Spontaneus, RR: 22x/min

C: Stabil, BP:110/70 mmHg, HR: 110 x/min

D: Alert

3

Secondary Survey

GCS : E4V5M6

Kepala : Cephalhematome (-)

Leher : Nyeri (-), Jejas (-), step off (-)

Mata : Refleks cahaya +/+ isokor, Konjungtiva anemis -/-

THT : Otorrhea -/-, rhinorrhea -/-

Maxillofacial : Jejas (-), Bengkak (-), malocclusion (-)

Thorax :

Insp : Simetris , Jejas (-)

Palp : Nyeri (-), Krepitasi (-)

Perc : Sonor/sonor

Aus : S1S2 Tunggal reguler murmur (-)

Po: Ves +/+, rh -/-, wh -/-

Abdomen:

Insp : jejas (-), distensi(-)

Aus : BS (+)

Palp : defans (-)

Per : timhani

Pelvis : jejas (-), pelvis stabil

Regio elbow Dextra

L : Bengkak (+), Deformitas (+) angulation (+)

F : Nyeri (+) Pada siku, A. Radialis (+) teraba, CRT < 2”, sensasi normal

SaO2 98, %, Hypoesthesia (-)

M: ROM aktif elbow terbatas karena nyeri

ROM aktif Wrist 0/90

4

Assessment

Dislocation of Right Elbow Joint dd/ CF Right Olecrano, CF Right Head Radius

Radiologi

Elbow X-Ray AP/Lateral View (Ganesha Hospital)

5

Right Elbow X-Ray AP/ Lateral View (Ganesha Hospital (2/3/19)

Diagnosis Posterior Dislocation of Right Elbow Joint

Tatalaksana Analgetik Closed reduction under GA refused Closed reduction under LA + immobilization with backslab

6

Right Elbow X-Ray Jones View/Lateral View Post Closed Reduction + Immobilization with Backslab Sanglah Hospital (2/3/19

7

RESUME KASUS

Pasien perempuan usia 46 tahun datang sendiri ke RSUP Sanglah. Pasien datang sadar

mengeluh nyeri pada siku kanannya setelah kecelakaan sepeda motor 6 jam SMRS. Pasien

sebelumnya mengendarai sepeda motor dan terpeleset terjatuh kearah kanan, dan

dikatakan siku membentur aspal. Setelah kejadian tersebut, siku kanan pasien menjadi sulit

digerakan, terasa nyeri, dan bentuk siku menjadi tidak simetris. Pasien masih bisa

merasakan seluruh jari dan lengan, masih bisa menggerakan lengan, tangan dan jari namun

terbatas karena nyeri. sebelumnya pasien ke RS ganesa dan di lakukan pemeriksaan

radiologi dan diberikan penghilang nyeri.

Riwayat tidak sadar (-), mual (-), muntah (-). Nyeri pada perut (-). Sesak (-). Dari

pemeriksaan fisik Regio elbow Dextra didapatkan Look : Bengkak (+), Deformitas (+)

angulation (+) Feel : Nyeri (+) Pada siku, A. Radialis (+) teraba, CRT < 2”, sensasi normal

SaO2 98,%, Hypoesthesia (-)M:ROM aktif elbow terbatas karena nyeri, ROM aktif Wrist

0/90.

Di RS Ganesa pasien dilakukan foto elbow AP/Lat. Pasien didiagnosa dengan

Posterior Dislocation of Right Elbow Joint diberikan penghilang nyeri dan pasien

memutuskan untuk pulang paksa, 6 jam setelah pulang pasien mengeluh nyeri dan datang ke

RS sanglah, di RSUP Sanglah pasien dilakukan tindakan Closed Reduction + Immobilization

with Backslab, observasi 2 jam dan pulangkan untuk kontrol ke poliklinik Bedah Ortopedi

8

BAB III TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN

3.1 Anatomi SIku / Elbow

Elbow joint atau sendi siku merupakan gabungan dari 3 sendi. Dua sendi pertama

adalah sendi yang secara tradisional dianggap sebagai pembentuk siku: sendi humeroulnar

(sendi engsel dengan artikulasi antara troklea dari kondilus humeri dan trochlear notch dari

ulna) dan sendi humeroradial (sendi antara kapitulum kondilus humeri dan cekungan

superior dari kepala radius). Sendi yang ketiga adalah artikulasi antara kepala radius dan

insisura radius ulna. Sendi siku terdiri dari ujung distal tulang humerus dan ujung proksimal

tulang radius dan ulna.1

Ketiga sendi ini, memungkinkan fleksi dan ekstensi siku, serta supinasi dan pronasi

lengan bawah dan pergelangan tangan. Ketika siku berada dalam posisi anatomis, axis

panjang dari lengan bawah biasanya memiliki kecenderungan lateral atau valgus di siku

sekitar 19º dari axis panjang humerus. Sudut ini menunjukkan tidak ada perbedaan antara

pria dan wanita, tetapi meningkat signifikan seiring bertambahnya usia menjadi dewasa.

Humerus memiliki lekukan kecil tepat pada superior dari anterior kondilus, fosa

radial (lateral) dan fosa koronoideus (medial) memungkinkan humerus untuk menempel

dengan kepala radius dan prosesus koronoideus ulna ketika melakukan fleksi penuh. Pada

bagian sentral dari humerus posterior di atas troklea dari kondilus humeri terdapat fosa

olecranon, yang memungkinkan humerus untuk menempel dengan olecranon ulna ketika

melakukan ekstensi.

Sendi siku memiliki membran sinovial yang melapisi kapsul sendi yang berdampingan

antara sendi engsel dan sendi radioulnar. Lapisan sinovial menutupi permukaan internal dari

kapsul sendi fibrosa dan permukaan nonarticular dari sendi intrakapsul. Aspek superior dari

9

kapsul sendi dimulai dari superior fossa koronoideus dan olekranon dan berlanjut ke bagian

inferior, melapisi hingga proksimal artikulasi radius-ulna.

Di medial, kapsul sendi menebal untuk membentuk ligamen kolateral medial atau

ulnaris, yang memanjang dari epikondilus medialis humerus ke koronoid dan olekranon

ulna. Ligamen kolateral ulna adalah penebalan segitiga dengan tiga pita utama.

Gambar 1. Ligamen sendi siku pada posisi fleksi 90° tampak medial dan lateral

Elbow atau siku dibentuk oleh tiga tulang yaitu distal humeri, proximal ulna

dan proximal radius.

a. Os Humerus

Merupakan tulang terpanjang pada anggota gerak atas. Ujung atas os

humerus terdiri dari sebuah caput humeri yang membuat persendian dengan rongga

glenoidalis scapula dan merupakan bagian dari persendian bahu. Di bagian bawah

caput terdapat bagian yang ramping di sebut collum anatomicum dan di sebelah luar

terdapat tuberositas mayor serta bagian dalam terdapat tuberositas minor. Di antara

kedua tuberositas terdapat celah, yaitu sulcus intertubercularis.

Pada Batang os humerus terdapat tuberositas deltoid, yaitu tempat

melekatnya insersio otot deltoideus. Disebelah dorsal dari tuberositas deltoid

terdapat sulcus yang membelit disebut sulcus nerve radialis.

Ujung bawah os humerus terdapat permukaan sendi yang berhubungan

dengan tulang lengan bawah. Trochlear yang terletak di sebelah sisi dalam tempat

persendian os ulna dan sisi luar terdapat caspitulum yang bersendian dengan os

10

radius. Pada kedua sisi persendian ujung bawah os humerus terdapat dua

epicondylus, yaitu epicondilus lateral dan medial.

b. Os Radius

Tulang radius terletak di sisi lateral pada lengan bawah. Merupakan tulang

yang lebih pendek di bandingkan dengan os ulna. Mempunyai sebuah batang dan

dua ujung atas, yaitu caput yang berbentuk kancing. Dibawah terdapat sebuah

tuberositas radii.

c. Os Ulna

Tulang ulna terletak di sisi medial pada lengan bawah yang terdiri atas

sebuah batang dan dua ujung. Ujung os ulna masuk dalam persendian siku yang

disebut processus olecranon. Processus ini menonjol keatas di sebelah posterior dan

masuk ke dalam fosa olecrani os humerus. Processus coronoideus os ulna menonjol

di depannya dan tempat masuk di dalam fosa coronoid os humerus, bila siku di

bengkokkan. Batang os ulna semakin ke bawah semakin mengecil dan memberi

kaitan pada otot yang mengendalikan gerak sendi pergelangan tangan dan jari-jari.

Ujung bawah os ulna terdiri dari caput ulna yang bersendian dengan os radius dan

processus styloideus yang menonjol ke bawah.

11

Gambar 2 Tulang Pada Sendi Siku

Ligamentum Sendi Siku

Untuk menghubungkan tulang humerus dengan tulang ulna dan radius, maka

diperkuat oleh ligamentum-ligamentum yang terletak pada sendi siku. Ligamen-ligamen itu

terdiri dari :

Ligamen collateral ulnare yaitu ligamen yang bersal dari epicondylus medial

humerus dan memperkuat sendi humeroulnaris di sisi medial.

Ligamen collateral radial yaitu ligamen yang terbentang dari epicondylus lateral

humeri ke ligamen anular radii menuju os ulna. Memperkuat sendi humeroradial

di sisi lateral.

Ligamen anular radii yaitu ligamen yang bersama dengan ligamen collateral radial

menahan capitulum humeri pada tempatnya.

12

Gambar 3 Ligamentum Sendi Siku

Di lateral, ligamen kolateral lateral atau radial memanjang dari epikondilus lateral

dan distal humerus yang menyatu ke ligamen anular radius. Ligamen anular radius

membungkus kepala radius dan menempel pada anterior dan posterior ulna. Permukaan

ligamen anular dilapisi membran sinovial dan memungkinkan kepala radius untuk memutar

ke dalam selama supinasi dan pronasi, dengan tetap menjaga stabilitas sendi ulna-radius.

Tiga bursae utama terletak di sendi siku. Pertama adalah bursa olekranon subkutan,

yang ditemukan dalam jaringan ikat di atas olecranon, kedua adalah bursa olecranon

intratendinous yang ditemukan di tendon trisep brachii, dan ketiga adalah bursa olekranon

subtendinous, yang mengurangi gesekan antara tendon trisep dan proksimal olecranon ke

insersinya pada olecranon.

Otot-otot

Otot-otot yang berfungsi dalam gerakan sendi siku terdiri dari otot fleksor-ekstensor,

pronator dan supinator

1) Otot-otot fleksor

a) Otot Biceps Brachii

Origo : Caput brevis ujung procesus Coracoideus scapulae.

13

Insersio : Tuberositas radii.

Persarafan : N. Musculocutaneus (C5,C6).

Fungsi Utama : Supinasi lengan bawah dan fleksi siku.

b) Otot Brachialis

Origo : Proximal supracondylaris lateralis.

Insersio : Tuberositas ulna.

Persarafan : N. Musculocutaneus (C5,C6).

Fungsi Utama : Fleksi siku.

c) Otot Brachioradialis

Origo : Tuberculum infiaglenoidale scapula

Insersio : Tuberositas radii.

Persarafan : N. Radialis (C6,C7)

Fungsi Utama : Fleksi siku.

2) Otot-otot ekstensor

a) Otot triceps brachialis

Origo : Caput longum pada tuberositas glenoidalis, Caput medial pada septum

intermuscular, Caput lateral melekat pada dorsal sulcus nervus radialis.

Insersio : Proximal olecranon.

Persarafan : N. Radialis (C6,C7)

Fungsi Utama : Extensi siku

14

b) Otot Anconeus

Origo : Epicondylus lateral humeri.

Insersio : Permukaan posterior ulna.

Persarafan : N. Radialis (C6,C7)

Fungsi Utama : Extensi siku

3) Otot-otot Pronator dan Supinator

a) Otot Pronator Teres

Origo : Epicondylus medialis humeri.

Insersio : Permukaan lateral radius

Persarafan : N. Medianus (C6,C7)

Fungsi Utama : Pronasi siku

b) Otot Pronator Quadratus

Origo : ¼ distal permukaan anterior ulna

Insersio : ¼ distal permukaan anterior radius

Persarafan : N. Medianus (C6,C7)

Fungsi Utama : Pronasi siku.

15

Gambar 2. Gambaran otot yang berperan pada posisi pronasi dan supinasi

Artikulasi humeroulnar dan humeroradial dari sendi siku dipersarafi oleh nervus

muskulokutaneus, radialis, dan ulnaris. Di bagian anterior, sisi lateral sendi siku diliputi oleh

dermatom C6, wilayah yang lebih medial diliputi oleh dermatom C5 dan T1, dan aspek

medial diliputi oleh dermatom C8. Di bagian posterior, sisi lateral diliputi oleh dermatom C6

dan dermatom C8 di medial dibagi di tengah oleh dermatom C7.

Nervus kutaneus lateralis inferior di lengan dan nervus kutaneus posterior di lengan bawah

adalah saraf sensorik dari siku lateral. Saraf kutaneus medial di lengan bawah, melalui

cabang ulnarisnya (posterior) dan cabang anteriornya, memberikan sensasi pada sisi medial

siku. Di sepanjang sisi anterior dari siku, di fosa kubiti, diberi sensasi oleh cabang sensorik

dari saraf muskulokutan (nervus kutaneus lateralis di lengan bawah).

3.2 Dislokasi Sendi Siku Dalam sebuah studi di Amerika Serikat dilaporkan bahwa kasus dislokasi sendi bahu

berupa 95% dislokasi anterior, 4% dislokasi posterior, 0,5% dislokasi inferior, serta kurang

dari 0,5% dislokasi superior (Koval dan Zuckerman, 2006). Dislokasi sendi bahu sering

16

ditemukan pada orang dewasa, jarang ditemukan pada anak-anak (Apley, 2010) dimana

71,8% laki-laki yang mengalami dislokasi, 46,8% penderita berusia antara 15-29 tahun,

48,3% terjadi akibat trauma seperti pada kegiatan olahraga. Tingkat dislokasi yang lebih

tinggi terlihat pada perempuan yang berusia >60 tahun. Penyebab tersering didapatkan

58,8% akibat jatuh. Kasus fraktur penyerta komponen sendi 16% terjadi pada kasus dislokasi

sendi bahu (Zachilli dan Owens, 2010). Dislokasi sendi merupakan salah satu dari cedera

muskuloskeletal yang cenderung terus meningkat dan akan mengancam kehidupan (Rasjad,

2003). Dislokasi sendi umumnya jarang menyebabkan kematian, namun dapat menimbulkan

penderitaan fisik, stress mental, dan kehilangan banyak waktu. Oleh karena itu, pada kasus

dislokasi sendi akan meningkatkan angka morbiditas dibanding angka mortalitas (Salter,

1999).

Dislokasi siku biasanya terjadi saat seseorang terjatuh dan terjadi saat tangan teregang.

Ketika tangan menyentuh tanah, tekanan sampai ke siku. Biasanya terjadi gerakan balik

pada gaya ini. Dislokasi siku ini bisa terjadi saat kecelakaan mobil dan siku terputar keluar

dari persendiannya. Dislokasi siku bisa terjadi pada kecelakaan mobil ketika penumpang

menahan. Tekanan diteruskan ke lengan sehingga bisa terjadi dislokasi pada siku.

Kestabilan dari siku ditunjang oleh beberapa komponen yang ada disekitar siku yaitu

antara lain permukaan tulang, ligament dan otot. Ketika terjadi dislokasi pada siku maka

banyak struktur yang cedera pada derajat yang berbeda.

Beberapa orang yang memiliki ligament yang besar dan lemah pada sikunya akan

beresiko lebih besar untuk terjadinya dislokasi pada siku. Begitu juga pada orang yang

memiliki alur ulna yang dangkal pada sendi engsel siku juga memiliki resiko yang besar

terjadinya dislokasi pada siku.

17

Gambar 3. Dislokasi Elbow Komplit

3.2 Klasifikasi elbow dislocation

Pada Dislokasi yang simple tidak terjadi cedera pada tulang yang utama, sedangkan pada

dislokasi yang kompleks akan terjadi cedera yang parah pada tulang dan ligament. Pada

dislokasi yang parah, pembuluh darah dan saraf yang melewati siku kemungkinan bisa

terjadi cedera, jika ini terjadi maka beresiko untuk kehilangan siku.

Dislokasi posterior: siku dalam keadaan fleksi yang berlebihan pada tonjolan

olecranon. Pada palpasi, didapatkan olecranon terpisah dari bidang epicondilus.

Sebagai contoh seseorang yang jatuh dari sepatu roda, jatuh ke belakang, dan dapat

menyebakan dislokasi posterior. Dislokasi ini dapat berhubungan dengan cedera

neurovaskular.

Gambar 4. Dislokasi Elbow Posterior

18

Dislokasi anterior: siku dalam keadaan ekstensi yang berlebihan, pada lengan bawah

terjadi pemendekan, sementara lengan bawah terjadi pemanjangan dalam keadaan

supinasi. umumnya terkait dengan gangguan arteri brakialis dan / atau cedera pada

saraf median.

3.3 Gambaran Klinis

Saat setelah kejadian penderita Menyanggah lengan bawahnya dengan tangan yang

lainnya.

Deformitas dan pembengkakan pd siku biasanya sangat nyata.

Penderita mempertahankan sikunya untuk tidak bergerak dalam posisi fleksi.

Arah dislokasi paling sering ke posterior namun dapat pula terjadi ke arah lateral

atau medial.

Pada dislokasi yang paling besar terjadi kerusakan jaringan lunak berupa : robekan

kapsul sendi bahkan arteri brachialis, juga dapat terjadi fraktur.

Anamnesis

Anamnesis dari dislokasi siku meliputi, mekanisme dari cedera tipe dan lokasi dari nyeri,

disfungsi, pengobatan sebelum datang ke unit gawat darurat, waktu efusi muncul dan

perjalanan terjadinya cedera.

Mekanisme : saat terjatuh dan terjadi ekstensi dan abduksi pada lengan (posterior)

atau terjadi fleksi langsung pada siku (anterior)

Nyeri, fokus disekitar sendi siku

Keterbatasan dalam gerak

Pemeriksaan fisik

19

Dislokasi posterior: siku dalam keadaan fleksi yang berlebihan pada tonjolan

olecranon. Pada palpasi, didapatkan olecranon terpisah dari bidang epicondilus.

Dislokasi anterior: siku dalam keadaan ekstensi yang berlebihan, pada lengan bawah

terjadi pemendekan, sementara lengan bawah terjadi pemanjangan dalam keadaan

supinasi.

Fungsi neurovascular harus diperhatikan sebelum dan sesudah reduksi.

Pemeriksaan dilakukan di lengan. Pemeriksaan dilakukan yaitu pemeriksaan nyeri,

bengkak dan deformitas. Lakukan evaluasi terhadap kulit dan sirkulasi pada lengan. Pulsasi

pada pembuluh darah juga harus di cek. Jika arteri cedera pada saat dislokasi, maka tangan

akan terasa dingin dan berubah menjadi pucat.

Pemeriksaan Radiologis

Radiografi

X-ray diperlukan untuk menentukan apakah ada cedera tulang. X-ray juga dapat

membantu menunjukkan arah dislokasi. Sinar-X merupakan cara terbaik untuk memastikan

adanya dislokasi sendi. Tetapi untuk menentukan tulang secara detail sulit untuk identifikasi

pada sinar X, dapat dilakukan pada computed tomography (CT) scan. Jika diperlukan untuk

mengevaluasi ligamen, magnetic resonance image (MRI) dapat membantu.

Tes Lainnya

- Arteriografi harus dilakukan untuk kasus-kasus yang dicurigai mengalami cedera vaskular.

20

3.5 Tatalaksana

Suatu dislokasi siku harus dianggap cedera darurat. Tujuan pengobatan langsung dari

dislokasi siku adalah mengembalikan siku untuk penyelarasan normal. Tujuan jangka

panjang adalah untuk mengembalikan fungsi lengan.

Terapi Non Bedah

Penyesuaian siku normal biasanya dapat dipulihkan di bagian gawat darurat

di rumah sakit. Sebelum ini dilakukan, biasanya akan diberikan obat penenang dan

obat nyeri. Tindakan mengembalikan keselarasan ke siku disebut manuver reduksi.

Manuver reduksi dilakukan dengan cara menggunakan Metode Closed Reduction

atau Rduksi Tertutup dngan Anestesi. Ada 2 cara, yaitu :

1. Puller.

Reduksi dengan cara ini dilakukan dengan cara pasien posisi supine dengan elbow

joint fleksi 90o , Kekuatan diberikan dari arah anterior dari lengan atas dengan satu

tangan sambil satu tangan lain menarik pergelangan tangan. Bisa juga dilakukan

traksi dengan cara melingkarkan kain pada dada dibawah axilla sambil dilakukan

penarikan ke arah yang berlawanan.

21

2. Meyn Quegley

Pasien dalam posisi Prone, Sendi siku diletakkan di ujung sambil disanggah dengan

satu tangan kemudian secara bersamaan mendorong ujung proximal olecranon sambil

menarik pergelangan tangan. (Meyn Quegley)

Tindakan Operatif

22

Dalam dislokasi siku kompleks, operasi mungkin diperlukan untuk mengembalikan

keselarasan tulang dan perbaikan ligamen. Ini bisa sulit untuk mengembalikan kembali

dislokasi siku kompleks dan untuk menjaga sendi sejalan. Setelah operasi, siku dapat

dilindungi dengan engsel eksternal. Perangkat ini melindungi siku dari dislokasi lagi. Jika

pembuluh darah atau saraf cedera berhubungan dengan dislokasi siku, operasi tambahan

mungkin diperlukan untuk memperbaiki pembuluh darah dan saraf serta perbaikan tulang

dan cedera ligamen.

Bedah rekonstruksi akhir berhasil dapat mengembalikan gerakan untuk beberapa

siku kaku. Operasi ini menghilangkan jaringan parut dan pertumbuhan tulang tambahan. Hal

ini juga menghilangkan hambatan untuk gerakan.

Seiring waktu, ada peningkatan risiko untuk arthritis di sendi siku jika pengembalian

tulang tidak baik, siku tidak bergerak dan memutar secara normal, atau siku terus dislokasi.

3.6 Komplikasi

Komplikasi dislokasi siku :

• Cedera arteri brakialis , medial dan ulnaris

• Fraktur secara bersamaan

• Avulsi dari triceps mekanisme penyisipan (dislokasi anterior saja)

• Jebakan fragmen tulang dalam ruang sendi

• Kekakuan sendi dengan penurunan ROM (terutama dalam ekstensi)

• Myositis ossificans

• Sindrom Kompartemen

23

BAB IV

PENUTUP

Kesimpulan

Dislokasi adalah keluarnya atau terlepasnya kepala sendi dari mangkuknya.

Dislokasi merupakan suatu kedaruratan yang memerlukan pertolongan segera. Dislokasi

sendi siku sebagian besar disebabkan oleh trauma. Dislokasi posterior yang paling banyak

terjadi. Kasus ini paling sering melibatkan pasien yang berusia kurang dari 20 tahun.

Dislokasi siku kebanyakan terjadi pada sendi ulnohumeral. Jatuh pada tangan dapat

menimbulkan dislokasi sendi siku kearah posterior. Reposisi di lanjutkan dengan membatasi

gerakan dengan sling atau gips selama tiga minggu untuk memberikan kesembuhan pada

sumpai sendi/kebanyakan pasien dislokasi siku memiliki prognosis yang baik setelah

penatalaksanaan.

24

DAFTAR PUSTAKA

1. Apley, A. Graham. Ortopedi Dan fraktur Sistem Apley. Edisi Ketujuh. Jakarta: Widya

Medika. 1995.

2. Rasjad, Chairuddin. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: Yarsif Watampone.

2007.

3. Sjamsuhidajat, R dan Wim de Jong. Buku Ajar Ilmu Bedah. Edisi Kedua. Jakarta: EGC.

2004 859-60.

4. Reksoprojo, S.1995. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara. Jakarta

5. King SW, Cowling PD. Management of first time shoulder dislocation. Journal of

Arthroscopy and Joint Surgery. 2018 May;5(2):86–9.

6. Cutts S, Prempeh M, Drew S. Anterior Shoulder Dislocation. The Annals of The Royal

College of Surgeons of England. 2009 Jan;91(1):2–7.