Laporan Kasus Mioma Uteri

85
STATUS PASIEN IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. E Jenis Kelamin : Perempuan Usia : 47 tahun No. RM : 04-474426 Agama : Islam Suku : Sunda Pendidikan : SD Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Status : Menikah Alamat : Kp. Bumijaya 01/03 desa Sukamanah Kec.Cijati Kab. Cianjur Tanggal masuk RS : 18 Juli 2011 Jam Masuk : Pk. 15.18 WIB ANAMNESIS ( alloanamnesis ) Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir 1

description

miom

Transcript of Laporan Kasus Mioma Uteri

Page 1: Laporan Kasus Mioma Uteri

STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. E

Jenis Kelamin : Perempuan

Usia : 47 tahun

No. RM : 04-474426

Agama : Islam

Suku : Sunda

Pendidikan : SD

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Status : Menikah

Alamat : Kp. Bumijaya 01/03 desa Sukamanah Kec.Cijati Kab. Cianjur

Tanggal masuk RS : 18 Juli 2011

Jam Masuk : Pk. 15.18 WIB

ANAMNESIS ( alloanamnesis )

Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir

Keluhan tambahan : Nyeri panggul (+),Nyeri / kram perut bawah (+), Menorraghia

(+), Dismenore (+), sulit BAK, mengeluh benjolan diperut (+)

Riwayat Penyakit Sekarang :

P2 A0 (AH 2, AT 20 tahun), mengeluh perdarahan sedikit sedikit yang semakin banyak

dari jalan lahir sejak 3 hari SMRS, perdarahan membasahi 2-3 pembalut / hari. Perdarahan

diawali saat OS jatuh dikamar mandi 3 hari lalu. Riwayat perdarahan sebelumnya disangkal.

1

Page 2: Laporan Kasus Mioma Uteri

OS mengaku cemas karena terdapat sesuatu massa didalam perutnya (jika ditekan) berupa

benjolan yang mulai dirasakan sejak 2 bulan SMRS. Benjolan dirasakan keras tetapi tidak ada

nyeri tekan. OS mengaku sering merasakan nyeri panggul disertai nyeri (keram) perut bawah

sejak ± 1 bulan SMRS. OS mengaku 3 bulan terakhir mengalami siklus haid lebih panjang

dan perdarahan lebih banyak. kadang disertai nyeri perut. BAK/ BAB baik. Riwayat

Perdarahan post coitus disangkal. keputihan disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Riwayat penyakit kista disangkal.

Riwayat penyakit tumor disangkal.

Riwayat Hipertensi disangkal.

Riwayat Penyakit keluarga :

Riwayat penyakit tumor/keganasan disangkal.

Ibu OS menderita HT (+)

Riwayat Perkawinan :

Ini merupakan perkawinan kedua, sudah berlangsung selama 5 tahun, perkawinan saat

ibu berumur 42 tahun.

Perkawinan pertama berlangsung selama 20 tahun, OS menikah saat usia OS 20

tahun. (saat ini sudah cerai)

Riwayat Pengobatan :

OS belum berobat sebelumnya

Riwayat Haid :

Menarke : 15 tahun

Siklus haid : 28 hari

Lama haid : 3-4 hari

HPHT : tidak diketahui

Dismenorea : +

Riwayat Persalinan :

2

Page 3: Laporan Kasus Mioma Uteri

Tahun partus

Tempat partus

Umur hamil

Jenis persalinan

Penolong persalinan

Penyulit Anak kel/BB

Keadaan anak sekarang

1985 Rumah Aterm Spontan Paraji Tidak ada

2600 Baik

1991 Rumah Aterm Spontan Paraji Tidak ada

2400 baik

PEMERIKSAAN FISIK

A. Keadaan Umum

Keadaan umum : tampa sakit sedang

Kesadaran : CM

Tekanan Darah : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Respirasi : 22 x/menit

Suhu : afebris

B. Status Generalis

Kepala : Normocephal

Mata

Konjungtiva : Tidak anemis

Sklera : Tidak ikterik

Leher : - KGB tidak ada pembengkakan

- JVP tidak meningkat,

- Tiroid tidak teraba membesar

Thoraks : - Bentuk dan gerak simetris ,

- Vokal fremitus kanan = kiri, sonor,

- Wheezing (-), Ronchi (-)

- BJ I dan II murni reguler, Murmur (-). Gallop (-)

3

Page 4: Laporan Kasus Mioma Uteri

Abdomen : datar, lembut

- Palpasi Teraba Massa (+) 3 jari dibawah umbilikus sesuai dengan kehamilan 10-12 minggu, permukaan rata, nyeri tekan (-).

Ekstremitas : - RCT < 2 detik, akral hangat,

- Sianosis (-).

- Oedem (-/-, -/-)

C. Status Obstetri

Pemeriksaan luar :

Inspeksi : cembung, lembut

Palpasi : teraba massa sesuai dengan usia kehamilan 10-

12 minggu, permukaan rata, nyeri tekan (-)

Pemeriksaan Dalam

Vulva/vagina : tak ada kelainan

Portio : bentuk dan konsistensi biasa

Pembukaan : 1 jari sempit

Corpus uteri : membesar sesuai dengan usia kehamilan 10-12

minggu, permukaan rata, mudah digerakkan.

Nyeri tekan : (-),

Kavum duoglasi : tidak menonjol

Fluksus : (+).

4

Page 5: Laporan Kasus Mioma Uteri

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan darah (Tgl 18 Juli 2011) :

No. Nilai Satuan Nilai Normal

1 WBC : 9,3 103 /µl 4,8 - 10,8

LY : 14,2 % 20 – 40

MO : 4,4 % 0 – 11

GR : 81,4 % 40 – 70

LY : 1,3 103 /µl 1,0 – 4,3

MO : 0,4 103 /µl 0,0 – 1,2

GR : 7,6 103 /µl 1,9 – 7,6

2 RBC : 4,26 106 /µl 4,2 - 5,40

3 HGB : 11,7 g/dl 12 – 16

4 HCT : 35,4 % 37 – 47

5 MCV : 83,1 Fl 80 – 94

6 MCH : 27,5 Pg 27 – 31

7 MCHC : 33,1 g/dl 33 – 37

8 PLT : 206 103 /µl 150 – 450

9 RDW : 15,5 % 9 – 14

10 PCT : 0,06 % 0,1 – 0,5

11 MPV : 3,3 Fl 8 – 12

12 PDW : 19,0 10 – 18

Hasil Laboratorium tanggal 20 Juli 2011

No. Nilai Satuan Nilai Normal

1 WBC : 32,1 103 /µl 4,8 - 10,8

Neut % : 86,8

LYM % : 6,6

5

Page 6: Laporan Kasus Mioma Uteri

MXD % : 6,6

Neut # : 27,9

LYM # : 2,1

MXD # : 2,1

2 RBC : 4,1 106 /µl 4,2 - 5,40

3 HGB : 11,1 g/dl 12 – 16

4 HCT : 34,4 % 37 – 47

5 MCV : 84,9 Fl 80 – 94

6 MCH : 27,4 Pg 27 – 31

7 MCHC : 32 g/dl 33 – 37

8 PLT : 312 103 /µl 150 – 450

9 RDW : 14,5 % 9 – 14

10 PCT : 8,2 % 0,1 – 0,5

11 MPV : 7,8 Fl 8 – 12

12 PDW : 11,1 10 – 18

13 PLT : 312 103 /µl

14 BPW-CV : 14,5 %

15 PDW : 8,2 Fl

16 MFV : 7,8 Fl

17 P-LCR : 11,1 Fl

GDS : 83 mg%

Ureum : 15,0 mg%

Kreatinin : 0,7 mg%

S.G.O.T : 16 mg%

S.G.P.T : 11 mg%

Elektrolit

Natrium : 139,4 mEq/L

Kalium : 3,60 mEq/L

Klorida : 103 mEq/L

6

Page 7: Laporan Kasus Mioma Uteri

HbsAg : (-)

PP Test : (-)

RESUME

P2 A0 (AH 2, AT 20 tahun) usia 47 tahun, mengeluh perdarahan dari jalan lahir sejak

3 hari SMRS, perdarahan membasahi 2-3 pembalut / hari. OS cemas karena terdapat massa

diperutnya sejak 2 bulan SMRS. Palpasi Teraba Massa (+) 3 jari dibawah umbilikus sesuai

dengan kehamilan 10-12 minggu, permukaan rata, nyeri tekan (-). Nyeri panggul (+), nyeri /

keram perut bawah (+). Menorraghia (+) Dismenorrhea (+). Palpasi Teraba Massa (+) 3 jari

dibawah umbilikus sesuai dengan kehamilan 10-12 minggu, permukaan rata, nyeri tekan (-).

PD fluksus (+) Pembukaan 1 jari sempit ,corpus uteri membesar sesuai dengan usia

kehamilan 10-12 minggu, permukaan rata, mudah digerakkan. PP test (-).

DIAGNOSIS

Suspek Mioma Uteri,

PENATALAKSANAAN

- Infus RL

- Cek lab rutin

- crossmatch sedia darah transfusi

- Rencana Histerektomi Total

- informed concent

- USG

- foto thorax AP

- Konsultasi IPD

- Observasi KU, TTV, Perdarahan

FOLLOW UP NIFAS

7

Page 8: Laporan Kasus Mioma Uteri

Tanggal S O A P

19 Juli

2011

Perdarahan (+) sedikit dari jalan lahir,nyeri perut +, nyeri panggul (+)

KU : CM

TD : 100/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit

RR : 18x/menit

Suhu : afebris

Abdomen :

Massa (+) 3 jari

dibawah umbilikus,

permukaan rata,

terfiksir, NT (-)

Ukuran ± 8x10 cm

Hasil RO Thoraks;

klinis : Cor, sinuses dan

diapraghma normal.

pulmo : hili, kasar, dan

corakan bertambah,

tidak tampak bercak

lunak. Kesan :

bronkhitis

Suspek

Mioma Uteri

Asam mefenamat

3x1,

Observasi KU,

TTV, Perdarahan.

USG ulang

20 Juli

2011

Perdarahan (+) sedikit dari jalan lahir,nyeri perut +, nyeri panggul (+)

KU : CM

TD : 100/70 mmHg

Nadi : 80 x/menit

RR : 20x/menit

Suhu : afebris

Abdomen :

Massa (+) 3 jari

dibawah umbilikus,

permukaan rata,

Mioma Uteri Asam mefenamat

3x1,

Observasi KU,

TTV, Perdarahan.

Lab darah lengkap

(hematokrit,

trombosil, HB,

leukosit.)

8

Page 9: Laporan Kasus Mioma Uteri

terfiksir, NT (-)

Ukuran ± 8x10 cm

Lab : PP Test (-)

USG : endometrial line

(+), massa hipoekhoik

di korpus belakang,

adneksa dalam batas

normal ; cavum uteri,

uterus sesuai 12 – 14

minggu, Kesan :

Mioma Uteri

konsul IPD dan

Anestesi.

21 Juli

2011

Perdarahan (+) sedikit dari jalan lahir,nyeri perut +, nyeri panggul (+)

KU : CM

TD : 130/90 mmHg

Nadi : 82 x/menit

RR : 22 x/menit

Suhu : afebris

Abdomen :

Massa (+) 3 jari

dibawah umbilikus,

permukaan rata,

terfiksir, NT (-)

Ukuran ± 8x10 cm

Jawaban Konsul IPD :

EKG normal, Lab

normal, rencana operasi

dengan KU baik

Mioma Uteri Observasi KU,

TTV, Perdarahan.

Informed concent,

Persiapan operasi,

EKG, foto thoraks

AP, asam

mefenamat 3x1

22 Juli

2011

Perdarahan

jalan lahir

(-) ,nyeri

KU : CM

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Mioma Uteri - Observasi KU,

TTV, perdarahan

- Asam mefenamat

9

Page 10: Laporan Kasus Mioma Uteri

perut (+),

nyeri panggul

(+)

Mules –

mules (+)

RR : 20 x/menit

Suhu : afebris

Abdomen :

Massa (+) 3 jari

dibawah umbilikus,

permukaan rata,

terfiksir, NT (-)

Ukuran ± 8x10 cm

3x1

- Bedrest

persiapan operasi

Histerektomi Total

23 Juli

2011

Perdarahan

jalan lahir (+)

sedikit ,nyeri

perut (+),

nyeri panggul

(+)

Mules mules

(+)

KU : CM

TD : 110/70 mmHg

Nadi : 84 x/menit

RR : 18 x/menit

Suhu : afebris

Abdomen :

Massa (+) 3 jari

dibawah umbilikus,

permukaan rata,

terfiksir, NT (-)

Ukuran ± 8x10 cm

Mioma Uteri - Observasi KU,

TTV, perdarahan

- Asam mefenamat

3x1

- Bedrest

persiapan operasi

Histerektomi Total

24 Juli

2011

Perdarahan

jalan lahir (+)

sedikit ,nyeri

perut (+),

nyeri panggul

(+)

Mules mules

(+)

KU : CM

TD : 100/60 mmHg

Nadi : 84 x/menit

RR : 18 x/menit

Suhu : afebris

Abdomen :

Massa (+) 3 jari

dibawah umbilikus,

permukaan rata,

terfiksir, NT (-)

Ukuran ± 8x10 cm

Mioma Uteri - Observasi KU,

TTV, perdarahan

- Asam mefenamat

3x1

- Bedrest

persiapan operasi

Histerektomi Total

10

Page 11: Laporan Kasus Mioma Uteri

25 Juli

2011

Perdarahan

jalan lahir (+)

sedikit ,nyeri

perut (+),

nyeri panggul

(+)

Mules mules

(-)

KU : CM

TD : 120/80 mmHg

Nadi : 84 x/menit

RR : 20 x/menit

Suhu : afebris

Abdomen :

Massa (+) 3 jari

dibawah umbilikus,

permukaan rata,

terfiksir, NT (-)

Ukuran ± 8x10 cm

Jawaban KonsuL

Anestesi :

Rawat H-1, Puasa mulai

jam 22.00, hari ini

evaluasi di OK, inform

concent suami (+) Tn

Eddy

Mioma Uteri - Observasi KU,

TTV, perdarahan

- Asam mefenamat

3x1

- Bedrest

persiapan operasi

Histerektomi Total

- puasa persiapan

operasi

LAPORAN OPERASI

Jenis Operasi : Histerektomi Total

Tanggal : 26 Juli 2011

Jam Operasi mulai : 09.30

Jam Operasi Selesai : 11.00

Lama Anestesi : 1 jam 30 menit

- dilakukan tindakan a dan antiseptik didaerah operasi dan sekitarnya

- dilakukan incisi mediana inferior ± 10 cm

11

Page 12: Laporan Kasus Mioma Uteri

- setelah peritoneum dibuka tampak uterus membesar sesuai gravida 14 – 16 minggu.

Konsistensi kenyal padat berwarna merah muda. Tidak mengadakan perlengketan dengan

organ sekitar. Adneksa kanan- kiri dalam batas normal.

Kesan : mioma uteri

Dipututskan dilakukan histerektomi total.

- ligmentum rotundum kiri di klem, dipotong dan di ikat.

- plika vesikouterina digunting ke arah ligamentum rotundum, disisihkan secara tumpul.

- dibuat jendela ligamentum ovarium proprium dan pangkal tuba diklem, digunting dan

diikat.

- dilakukan hal yang sama pada bagian kiri

- ligaentum latum di klem, digunting dan diikat hingga mencapai a. uterina

- dibuat cutt posterior

- pangkal vagina di kelm dengan 2 buah klem vagina, tepat dibawah portio dipotong

menggunakan skalpel.

- tumpul vagina dijahit dengan jahitan angka delapan

- perdarahan dirawat

- retroperitoneum dijahit jelujur

- rongga abdomen dibersihkan dari darah dan bekuan darah

- dinding abdomen dijahit lapis demi lapis, kulit dijahit subkutikuler.

- perdarahan ± 400 cc

- diuresis ± 200 cc

DIAGNOSIS

Diag. Pra operatif : Mioma Uteri

Diag. Post operatif : Mioma Uteri Intramural.

FOLLOW UP Post Op

27 Juli 2011

POD I

Keluhan (-) Kesadaran CM,

TD = 130/90

mmHg, Nadi

80x/menit, RR

20x/menit, suhu

afebris,

post op

Histerektomi

hari-1 a.i Mioma

Uteri Intramural

Lepas kateter,

Cefotaxime 2x1

gr IV, kaltropen

supp 2x1,

mobilisasi, tes

feeding, obs KU

12

Page 13: Laporan Kasus Mioma Uteri

Abd : datar

lembut, DM (-),

PS/PP (-/-), NT

(+), BU (+),

Perdarahan (+)

sedikit,

BAK/BAB =

+/-, flatus (+)

LO tertutup

verban, terawat

baik

TTV

28 Juli 2011

POD II

Keluhan (-) Kesadaran CM,

TD = 110/70

mmHg, Nadi

80x/menit, RR

20x/menit, suhu

afebris,

Abd : datar

lembut, DM (-),

PS/PP (-/-), NT

(-), BU (+),

Perdarahan (+)

sedikit,

BAK/BAB =

+/-, flatus (+)

LO tertutup

verban, terawat

baik

post op

Histerektomi

hari-2 a.i Mioma

Uteri Intramural

Cefotaxime 2x1

gr, as

mefenamat 3x1,

viliron 1x1,

mobilisasi,

observasi KU,

TTV,

Perdarahan.

29 Juli 2011

POD III

Keluhan (-) Kesadaran CM,

TD = 120/80

mmHg, Nadi

80x/menit, RR

20x/menit, suhu

post op

Histerektomi

hari-3 a.i Mioma

Uteri Intramural

Cefotaxime 2x1

gr, as

mefenamat 3x1,

viliron 1x1,

mobilisasi,

13

Page 14: Laporan Kasus Mioma Uteri

afebris,

Abd : datar

lembut, DM (-),

PS/PP (-/-), NT

(-), BU (+),

Perdarahan (-)

sedikit,

BAK/BAB =

+/-, flatus (+)

LO tertutup

verban, terawat

baik

observasi KU,

TTV,

Perdarahan.

BLPL

ANALISIS KASUS

Mengapa Pasien ini didiagnosis Mioma Uteri ?

Apa saja faktor predisposisi pada pasien ini?

Bagaimana tatalaksana pada pasien ini?

14

Page 15: Laporan Kasus Mioma Uteri

15

Suspek Mioma Uteri

Mioma Uteri

Anamnesis :

Gangguan HaidMerasa ada benjolan

di perut bawahKeluhan penekanan

Pemeriksaan Bimanual

Pemeriksaan Tambahan (bila perlu):

Tes Kehamilan, USG, Histeroskopi

Tanpa Kehamilan Dengan kehamilan

Keluhan (-) Keluhan (+) Pengobatan tergantung komplikasiBila menghalangi jalan lahir, pada persalinan dilakukan seksio sesarea

Uterus ≤ 12 mg

Uterus > 12 mg

Keluhan Penekanan

Perdarahan

Ingin Punya Anak

Ya Tidak

Miomektomi bila teknis memungkinkan

ObservasiHisterektomi

Umur agak tua : Dilatasi dan Kuret

Pemeriksaan PA

Tidak Ganas Ganas

Lihat Pengelolaan Ca Endometrium

Pedoman Diagnosis dan Terapi Obstetri & Ginekologi RSHS, hlmn 92

Page 16: Laporan Kasus Mioma Uteri

Bagaimana porgnosis pasien ini?

LANDASAN TEORI

PENDAHULUAN

Mioma uteri, dikenal juga dengan sebutan fibromioma, fibroid ataupun leiomioma

dan merupakan neoplasma jinak yang berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang

16

Page 17: Laporan Kasus Mioma Uteri

menumpangnya.1 Sering ditemukan pada wanita usia reproduksi ( 20 – 25 %), kejadiannya

lebih tinggi pada usia diatas 35 tahun, yaitu mendekati angka 40 %. Tingginya kejadian

mioma uteri antara usia 35 - 50 tahun, menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan

estrogen. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche dan menopause

angka kejadian sekitar 10 %. Di Indonesia angka kejadian mioma uteri ditemukan 2,39 % -

11,87 % dari semua penderita ginekologi yang dirawat. Di USA wanita kulit hitam 3-9 kali

lebih tinggi menderita mioma uteri dibandingkan wanita berkulit putih.Sedangkan di

Afrika,wanita kulit hitam sedikit sekali menderita mioma uteri.1,2

Sejak tahun 1946 Goodman, melaporkan terapi medikamentosa dengan pemberian

hormon progesteron pada 7 wanita dengan mioma uteri, menyebabkan pengecilan ukuran

mioma uteri. Peneliti Segaloff tahun 1949 melaporkan gagal mengkonfirmasi fenomena ini.

Pada tahun 1966 Goldzieher mendemonstrasikan bahwa pertumbuhan mioma uteri dapat

dihambat dengan pemberian dosis besar progesteron. Coutinho mengobservasi pengecilan

ukuran mioma dengan menggunakan anti progestin gestrinon. Pada tahun 1983 De Cherney

dan rekan-rekan mempresentasikan data awal yang melaporkan bahwa terapi danazol dapat

mengecilkan ukuran mioma uteri. Filicori dan rekan-rekan tahun 1983 melaporkan bahwa

pemakaian analog GnRH, untuk mengecilkan mioma uteri.3

Referat ini bertujuan membahas pengobatan medika mentosa pada mioma uteri. 2

17

Page 18: Laporan Kasus Mioma Uteri

18

Page 19: Laporan Kasus Mioma Uteri

19

Page 20: Laporan Kasus Mioma Uteri

20

Page 21: Laporan Kasus Mioma Uteri

21

Page 22: Laporan Kasus Mioma Uteri

22

Page 23: Laporan Kasus Mioma Uteri

23

Page 24: Laporan Kasus Mioma Uteri

DEFINISI

24

Page 25: Laporan Kasus Mioma Uteri

25

Page 26: Laporan Kasus Mioma Uteri

26

Page 27: Laporan Kasus Mioma Uteri

DEFINISI

Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang dilipat oleh pseudo kapsul,

yang berasal dari sel otot polos yang imatur. Dengan nama lain leiomioma, fibroid dan

fibromioma.1

PATOGENESIS

Etiologi yang pasti terjadinya mioma uteri saat ini belum diketahui. Mioma uteri

banyak ditemukan pada usia reproduktif dan angka kejadiannya rendah pada usia menopause,

dan belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Diduga penyebab timbulnya mioma

uteri paling banyak oleh stimulasi hormon estrogen.1

Pukka menemukan bahwa reseptor estrogen pada mioma uteri lebih banyak

didapatkan dibandingkan dengan miometrium normal. Meyer dan De Snoo mengemukakan

patogenesis mioma uteri dengan teori cell nest dan genitoblast.4

Apakah estrogen secara langsung memicu pertumbuhan mioma uteri, atau memakai

mediator masih menimbulkan silang pendapat. Dimana telah ditemukan banyak sekali

mediator didalam mioma uteri, seperti estrogen growth factor, insulin growth factor – 1 ( IGF

– 1 ), connexsin – 43 – Gap junction protein dan marker proliferasi.

Awal mulanya pembentukan tumor adalah terjadinya mutasi somatik dari sel-sel

miometrium. Mutasi ini mencakupi rentetan perubahan pada kromosom, baik secara parsial

maupun secara keseluruhan. Aberasi kromosom ditemukan pada 23-50% dari mioma uteri

yang diperiksa, dan yang terbanyak (36,6%) ditemukan pada kromosom 7 ( del ( 7 ) ( q 21 )/

q 21 q 32 ). Keberhasilan pengobatan medikamentosa mioma uteri sangat tergantung apakah

telah terjadi perubahan pada kromosom atau tidak.2,53

27

Page 28: Laporan Kasus Mioma Uteri

PATOLOGI ANATOMI

Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uteri ( 1-3% ) dan selebihnya adalah dari

korpus uteri. Menurut tempatnya di uterus dan menurut arah pertumbuhannya, maka mioma

uteri dibagi 4 jenis antara lain :

1. Mioma submukosa

2. Mioma intramural

3. Mioma subserosa

4. Mioma intraligamenter

Jenis mioma uteri yang paling sering adalah jenis intramural ( 54% ), subserosa ( 48,2% ),

submukosa ( 6,1% ) dan jenis intraligamenter

( 4,4% ).1,2

1. Mioma submukosa

Berada dibawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus. Jenis ini di jumpai

6,1% dari seluruh kasus mioma . Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan

perdarahan.

Mioma uteri jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan,

tetapi mioma submukosa, walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan

perdarahan.

Mioma submukosa umumnya dapat diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya

benjolan waktu kuret, di kenal sebagai “ Currete bump” dan dengan pemeriksaan

histeroskopi dapat diketahui posisi tangkai tumor. Tumor jenis ini sering mengalami

infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata. Mioma submukosa pedinkulata

adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari

rongga rahim ke vagina,dikenal dengan nama “mioma geburt” atau mioma yang di

lahirkan, yang mudah mengalami infeksi, ulserasi dan infark.

Pada beberapa kasus, penderita akan mengalami anemia dan sepsis karena proses di atas.

2. Mioma intramural

Terdapat didinding uterus diantara serabut miometrium. Karena pertumbuhan tumor,

jaringan otot sekitarnya akan terdesak dan terbentuklah semacam simpai yang

mengelilingi tumor. Bila didalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus

akan mempunyai bentuk yang berbenjol-benjol dengan konsistensi yang padat. Mioma

yang terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan menekan dan

mendorong kandung kemih keatas, sehingga dapat menimbulkan keluhan miksi.

3. Mioma subserosa

28

Page 29: Laporan Kasus Mioma Uteri

Apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus diliputi

oleh serosa. Mioma subserosa dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum latum

menjadi mioma intraligamenter.

4. Mioma intraligamenter

Mioma subserosa yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum

atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga disebut “wondering /

parasisic fibroid”. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus.

Mioma pada serviks dapat menonjol ke dalam satu saluran serviks sehingga ostium uteri

eksternum berbentuk bulan sabit.

Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri dari berkas otot polos dan

jaringan ikat yang tersusun seperti kumparan ( whorle like pattern ) dengan psoudo kapsul

yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma

ini.

5

29

Page 30: Laporan Kasus Mioma Uteri

GAMBARAN MIKROSKOPIK

Pada pembelahan jaringan mioma tampak lebih putih dari jaringan sekitarnya. Pada

pemeriksaan secara mikroskopik dijumpai se-sel otot polos panjang, yang membentuk

bangunan yang khas sebagai kumparan ( whorle like pattern). Inti sel juga panjang dan

bercampur dengan jaringan ikat. Pada pemotongan tranversal, sel berbentuk polihedral

dengan sitoplasma yang banyak mengelilinginya. Pada pemotongan longitudinal inti sel

memanjang, dan ditemukan adanya “mast cells” diantara serabut miometrium sering

diinterprestasi sebagai sel tumor atau sel raksasa ( giant cells ).1,6,7

PERUBAHAN SEKUNDER

a. Atrofi sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan berakhir mioma uteri menjadi kecil.

b. Degenerasi hialin, perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita usia lanjut. Tumor

kehilangan struktur aslinya menjadi homogen.Dapat meliputi sebagian besar atau hanya

sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari

kelompok lainnya

30

Page 31: Laporan Kasus Mioma Uteri

c. Degenerasi kistik, dapat meliputi daerah kecil maupun luas, sebagian dari mioma

menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti

agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe

sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistansi yang lunak tumor ini sukar

dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.

d. Degenerasi membatu ( calcireous degeneration ), terutama terjadi pada wanita

berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya

pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan

memberikan bayangan pada foto rontgen.

e. Degenerasi merah ( carneous degeneration ), perubahan ini biasanya terjadi pada

kehamilan dan nifas. Patogenesis diperkirakan karena suatu nekrosis subakut akibat

gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat terlihat sarang mioma seperti

daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan

hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda

yang disertai emesis dan haus, sedikit demam dan kesakitan, tumor dan uterus

membesar dan nyeri pada perabaan.Penampilan klinik seperti ini menyerupai tumor

ovarium terpuntir atau mioma bertangkai.

f. Degenerasi lemak, keadaan ini jarang dijumpai, tetapi dapat terjadi pada degenerasi

hialin yang lanjut, dikenal dengan sebutan fibrolipoma.4

KOMPLIKASI

1. Degenerasi ganas

Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemuken hanya 0.32 – 0.6 % dari

seluruh mioma serta merupakan 50 – 75 % dari semua sarkoma uterus. Keganasan

umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah diangkat.

Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma

7

31

Page 32: Laporan Kasus Mioma Uteri

uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam

menopause.2,6

Novak dan Woodruff melaporkan insiden leiomiosarkoma adalah dibawah 0.5 %.

2. Torsi ( putaran tangkai )

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi

akut sehingga mengalami nekrosis. Keadaan ini dapat terjadi pada semua bentuk

mioma tetapi yang paling sering adalah jenis mioma submukosa pendinkulata.

VIII. GAMBARAN KLINIS DAN DIAGNOSIS

1. Gejala klinis

Keluhan yang diakibatkan oleh mioma uteri sangat tergantung pada lokasi, arah

pertumbuhan, jenis, besar dan jumlah mioma. Hanya dijumpai pada 20 – 50 % saja

mioma uteri menimbulkan keluhan, sedangkan sisanya tidak mengeluh apapun.

Hipermenoroe, menometroragia adalah merupakan gejala klasik dari gejala mioma

uteri.

Dari penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 pasien ditemukan 44% gejala

perdarahan, yang paling sering adalah jenis mioma submukosa, sekitar 65 % wanita

dengan mioma mengeluh dismeneroe, nyeri perut bagian bawah, serta nyeri

pinggang. Tergantung dari lokasi dan arah pertumbuhan mioma, maka kandung

kemih, ureter dan usus dapat terganggu, dimana peneliti melaporkan keluhan disuri

( 14 % ), keluhan obstipasi (13 % ). Mioma uteri sebagai penyebab infertilitas

hanya dijumpai pada 2 – 10 % kasus. Infertilitas terjadi sebagai akibat obstruksi

mekanis dari tuba fallopi. Abortus spontan dapat terjadi bila mioma menghalangi

pembesaran uterus, dimana menyebabkan kontraksi uterus yang abnormal, dan

mencegah terlepas atau tertahannya uterus didalam panggul.2

2. Pemeriksaan fisik

Mioma uteri mudah ditemukan melalui pemeriksaan bimanual rutin uterus.

Diagnosis mioma uteri menjadi jelas bila dijumpai gangguan kontur uterus oleh

satu atau lebih massa yang licin, tetapi sering sulit untuk memastikan bahwa massa

seperti ini adalah bagian dari uterus.

3. Temuan laboratorium

Anemia merupakan akibat paling sering dari mioma. Hal ini disebabkan perdarahan

uterus yang banyak dan habisnya cadangan zat besi. Kadang-kadang mioma

32

Page 33: Laporan Kasus Mioma Uteri

menghasilkan eritropoetin yang pada beberapa kasus menyebabkan polisitemia.

Adanya hubungan antara polisitemia dengan penyakit ginjal diduga akibat

penekanan mioma terhadap ureter yang menyebabkan peninggian tekanan balik

ureter dan kemudian menginduksi pembentukan eritropoetin ginjal.

4. Pemeriksaan penunjang

a. Ultrasonografi

Ultrasonografi transabdominal dan transvaginal bermanfaat dalam menetapkan

adanya mioma uteri. Ultrasonografi transvaginal terutama bermanfaat pada

uterus yng kecil. Uterus atau massa yang paling besar paling baik diobservasi

melalui ultrasonografi transabdominal. Mioma uteri secara khas menghasilkan

gambaran ultrasonografi yang mendemonstrasikan irregularitas kontur maupun

pembesaran uterus. Adanya kalsifikasi ditandai oleh fokus-fokus hiperekoik

dengan bayangan akustik. Degenerasi kistik ditandai adanya daerah yang

hipoekoik.2

4. Histeroskopi

Dengan pemeriksaan ini dapat dilihat adanya mioma uteri submukosa, jika

tumornya kecil serta bertangkai. Tumor tersebut sekaligus dapat diangkat.

5. MRI ( Magnetic Resonance Imaging )

MRI sangat akurat dalam menggambarkan jumlah,ukuran dan lokasi mioma,

tetapi jarang diperlukan.

Pada MRI, mioma tampak sebagai massa gelap terbatas tegas dan dapat

dibedakan dari miometrium yang normal. MRI dapat mendeteksi lesi sekecil 3

mm yang dapat dilokalisasi dengan jelas, termasuk mioma submukosa. MRI

dapat menjadi alternatif ultrasonografi pada kasus -kasus yang tidak dapat

disimpulkan.2

IX. PENATALAKSANAAN

1. Konservatif

Penderita dengan mioma yang kecil dan tanpa gejala tidak memerlukan

pengobatan, tetapi harus diawasi perkembangan tumornya. Jika mioma lebih besar

dari kehamilan 10 – 12 minggu, tumor yang berkembang cepat, terjadi torsi pada

tangkai, perlu diambil tindakan operasi.1,4,8

2. Terapi medikamentosa

Terapi medikammentosa yang dapat memperkecil volume atau menghentikan

pertumbuhan mioma uteri secara menetap belum tersedia pada saat ini. Terapi

33

Page 34: Laporan Kasus Mioma Uteri

medikamentosa masih merupakan terapi tambahan atau terapi pengganti sementara

dari terapi operatif.3,9

Adapun preparat yang selalu digunakan untuk terapi medikamentosa adalah analog

GnRH, progesteron,danazol, gestrinon, tamoksifen, goserelin, anti

prostaglandin,agen-agen lain (gossipol,amantadine)

Analog GnRH .

Penelitian multisenter yang dilakukan pada 114 pasien dengan mioma uteri yang

diberikan analog GnRH leuprorelin asetat selama 6 bulan, ditemukan pengurangan

volume uterus rata-rata 67 %, pada 90 wanita didapatkan pengecilan volume uterus

sebesar 20 %, dan pada 35 wanita ditemukan pengurangan volume mioma

sebanyak 80 %.

Efek maksimal dari analog GnRH baru terlihat setelah 3 bulan dimana cara

kerjanya menekan produksi estrogen dengan sangat kuat, sehingga kadarnya dalam

darah menyerupai kadar estrogen wanita usia menopause. Setiap mioma uteri

memberikan hasil yang berbeda-beda terhadap pemberian analog GnRH.2,10

Mioma submukosa dan mioma intramural merupakan mioma uteri yang paling

responsif terhadap pemberian analog GnRH. Sedangkan mioma subserosa tidak

responsif dengan pemberian analog GnRH ini.

Keuntungan pemberian pengobatan medikamentosa dengan analog GnRH adalah.2

1. Mengurangi volume uterus dan volume mioma uteri

2. Mengurangi anemia akibat pendarahan

3. Mengurangi pendarahan pada saat operasi

4. Tidak diperlukan insisi yang luas pada uterus saat pengangkatan mioma

5. Mempermudah tindakan histerektomi vaginal

6. Mempermudah pengangkatan mioma submukosa dengan histeroskopi

Progesteron

Peneliti Lipschutz tahun 1939, melaporkan perkembangan mioma uteri dapat

dihambat atau dihilangkan dengan pemberian progesteron. Dimana progesteron

yang diproduksi oleh tubuh dapat berinteraksi secara sinergis dengan estrogen,

tetapi mempunyai aksi antagonis.3,11,12

11

34

Page 35: Laporan Kasus Mioma Uteri

Tahun 1946 Goodman melaporkan terapi injeksi progesteron 10 mg dalam 3 kali

seminggu atau 10 mg sehari selama 2 – 6 minggu, terjadi regresi dari mioma uteri,

setelah pemberian terapi. Segaloff tahun 1949, mengevaluasi 6 pasien dengan

perawatan 30 sampai 189 hari, dimana 3 pasian diberi 20 mg progesteron

intramuskuler tiap hari, dan 3 pasian lagi diberi 200 mg tablet. Pengobatan ini tidak

mempengaruhi ukuran mioma uteri.

Goldhiezer, melaporkan adanya perubahan degeneratif mioma uteri pada

pemberian progesteron dosis besar. Dengan pemberian medrogestone 25 mg pr hari

selama 21 hari. Pada pemberian 2 mg norethindrone tiap hari selama 30 hari tidak

mempengaruhi perubahan ukuran volume mioma uteri. Perkiraan ukuran mioma

uteri sebelum dan sesudah terapi tidak dilakukan dan efektifitasnya dimulai

berdasarkan temuan histologis. Terapi progesteron mungkin ada berhasil dalam

pengobatan mioma uteri, hal ini belum terbukti saat ini.2,3,12

Danazol

Danazol merupakan progestogen sintetik yang berasal dari testoteron, dan pertama

kali digunakan untuk pengobatan endometrosis. Prof. Maheux tahun 1983 pada

pertemuan tahunan perkumpulan fertilitas Amerika, mempresentasikan hasil

studinya di Universitas Yale, 8 pasien mioma uteri diterapi 800 mg danazol setiap

hari, selama 6 bulan. Dosis substansial didapatkan hanya menyebabkan

pengurangan volume uterus sebesar 20 – 25 %, dimana diperoleh fakta bahwa

damazol memiliki substansi androgenik.3

Tamaya, dan rekan-rekan tahun 1979, melaporkan reseptor androgen pada mioma

terjadi peningkatan aktivitas 5 ∝ - reduktase dibandingkan dengan miometrium dan

endometrium normal. Yamamoto tahun 1984,

12

35

Page 36: Laporan Kasus Mioma Uteri

dimana mioma uteri, memiliki suatu aktifitas aromatase yang tinggi dan dapat

membentuk estrogen dari androgen.3,13

Gestrinon.

Gestrinon adalah suatu trienic 19- nonsteroid sintetik, juga dikenal sebagai R 2323

yang terbukti efektif dalam pengobatan endometrosis. Coutinho tahun 1986

melaporkan, 97 wanita, kelompok A (n = 34) menerima 5 mg gestrinon peroral 2

kali seminggu, kelompok B (n = 36) 2,5 mg gestrinon peroral 2 kali seminggu, dan

kelompok C (n = 27) menerima 2,5 mg gestrinon pervaginan 3 kali seminggu.3,14

Data masing-masing pasien di evakuasi setelah 4 bulan pengobatan dengan

gesterinon, didapatkan volume uterus berkurang 18 % pada kelompok A, 27% pada

kelompok B, tetapi pada kelompok C meningkat 5 %.

Setelah masa pengobatan selama 4 bulan berakhir, 95 % pasien mengalami

amenorce. Coutinho, menyarankan penggunaan gesterinon sebagai terapi

preoperatif untuk mengontrol perdarahan menstruasi yang banyak berhubungan

dengan mioma uteri.

Tamoksifen

Tamoksifen merupakan turunan trifeniletilen mempunyai khasiat estrogenik

maupun antiestrogenik. Dan dikenal sebagai “selective estrogen receptor

modulator” (SERM) dan banyak digunakan untuk pengobatan kanker payudara

stadium lanjut. Karena khasiat sebagai estrogenik maupun antiestrogenik. Beberapa

peneliti melaporkan, pemberian tamoksifen 20 mg tablet perhari untuk 6 wanita

premenopause dengan mioma uteri selama 3 bulan dimana, volumae mioma tidak

berubah.

Kerja tamoksifen pada mioma uteri, dimana konsentrasi reseptor estradiol total

secara signifikan lebih rendah. Hal ini terjadi karena peningkatan kadar progesteron

bila diberikan secara berkelanjutan.3

Goserelin

Goserelin merupakan GnRH agonis, dimana ikatan reseptornya terhadap jaringan

sangat kuat, sehingga kadarnya dalam darah berada cukup lama. Dan pada

pemberian goserelin dapat mengurangi setengah ukuran mioma uteri dan dapat

menghilangkan gejala menorargia dan nyeri pelvis. Pada wanita premenopause

dengan mioma uteri, pengobatan jangka panjang dapat menjadi alternatif tindakan

36

Page 37: Laporan Kasus Mioma Uteri

histerektomi terutama pada saat menjelang menopause. Pemberian goserelin 400

mikrogram 3 kali sehari semprot hidung sama efektifnya dengan pemberian 500

mikrogram sehari sekali dengan cara injeksi subkutan.15,16,17

Untuk pengobatan mioma uteri, dimana kadar estradiol kurang signifikan disupresi

selama pemberian goserelin dan pasien sedikit mengeluh efek samping berupa

keringat dingin. Pembereian dosis yang sesuai, agar dapat menstimulasi estrogen

tanpa tumbuh mioma kembali atau berulangnya peredaran abnormal sulit diterima.

Peneliti mengevaluasi efek pengobatan dengan formulasi depot bulanan goserelin

dikombinasi dengan HRT (estrogen konjugasi 0.3 mg ) dan medroksiprogesteron

asetat 5 mg pada pasien mioma uteri, parameter yang diteliti adalah volume mioma

uteri, keluhan pasien, corak perdarahan, kandungan mineral tulang dan fraksi

kolesterol.

Dapat disimpulkan dari hasil penelitian, dimana pemberian goserelin dikombinasi

dengan HRT dilaporkan mioma uteri berkurang, dengan keluhan berupa keringat

dingin dan pola perdarahan spotting, bila pengobatan dihentikan. Dimana

kandungan mineral tulang berkurang bila pemberian pengobatan selama 6 bulan

pertama. Tiga bulan setelah pengobatan perlu dilakukan observasi, dan konsentrasi

HDL kolesterol meningkat selama pengobatan, sedangkan plasma trigliserida

konsentrasi menetap selama pemberian terapi.11,18

Antiprostaglandin

Penghambat pembentukan prostaglandin dapat mengurangi perdarahan yang

berlebihan pada wanita dengan menoragia, dan hal ini beralasan untuk diterima

atau mungkin efektif untuk menoragia yang diinduksi oleh mioma uteri.

Ylikorhala dan rekan-rekan, melaporkan pemberian naproxen 500 – 1000 mg setiap

hari untuk terapi selama 5 hari tidak memiliki efek pada menoragia yang diinduksi

mioma, meskipun hal ini mengurangi perdarahan menstruasi 35,7 % wanita dengan

menoragia idiopatik. Studi ini didasarkan hanya penilaian secara simptomatik,

sedangkan ukuran mioma tidak diukur.3

Agen-agen lain ( Gossypol dan Amantadin )

Gossypol

Meiling pada tahun 1980, melaporkan penggunaan gossypol pada 30 wanita

dengan perdarahan menopause fungsional, mioma uteri dan endometrosis. Kadar

ekstrogen menurun pada 70 kasus endometrium, menunjukkan tingginya kejadian

atrofi endometrium.3

37

Page 38: Laporan Kasus Mioma Uteri

Pada 65.5 % didapatkan pengurangan volume mioma yang terbatas. Perhatian

utama dengan agen ini ada kemungkinan efek-efek samping. Pada uji klinik,

dilaporkan kelelahan dan hipokalemu irreversibel dan efek permanen secara

langsung pada gonad atau kontrasepsi pria.

Amantadin

Amantadin telah dibuktikan oleh FDA untuk pengobatan parkinson, dan reaksi

ekstra piramidal yang diinduksi obat. Dan menyebabkan pelepasan dopamin

endogen dan mengaktivasi neuron dopaminergik dan noradrenergik.

Luisi dan luisi, melaporkan selama 10 tahun pengalamannya mengobati mioma

simptomatik dengan amantadin. Keseluruhan dengan 160 pasien menerima

amantadin ( 200 mg perhari ) untuk 20 hari dalam sebulan selama 6 bulan. Setelah

6 bulan pengobatan, pertumbuhan mioma dihambat, dimana konsistensinya

berkurang secara bertahap dan gejalanya berkurang. Mekanisme kerjanya tidak

jelas, diduga bahwa pengurangan ukuran tumor berhubungan dengan penurunan

aliran darah. Amantadin mungkin berguna untuk pengobatan mioma uteri,

kemanjuran tidak ditunjukkan secara tepat dengan efek samping gagal jantung

kongestif, gagal ginjal dan hipotensi ortostatik.3

3. Embolisasi Arteri Uterina

a. Sejarah

Akhir tahun 1980 dan awal 1990, Dr. Jacques Ravina melakukan embolisasi

arteri uterina pada pasien yang akan menjalani pembedahan mioma. Sebagai suatu

usaha untuk mengurangi angka kejadian perdarahan tanpa diduga pasien-pasien

yang arteri uterinanya telah diembolisasi beberapa minggu sebelum jadual operasi

membatalkan untuk operasi, karena gejala perdarahan, nyeri dan gejala akibat

pembesaran mioma mengilang setelah diembolisasi. Penemuan yang tidak disangka

ini membawa perubahan dalam penanganan mioma uteri.19,20

Dewasa ini embolisasi arteri uterina telah berkembang untuk mengobati

mioma uteri. Arteri uterina yang mensuplai aliran darah ke mioma dihambat secara

permanen dengan agen emboli (partikel polyvinyl alkohol). Keamanan dan

kemudahan dari embolisasi arteri uterina tidak dapat dipungkiri, karena tindakan

ini efektif untuk mengurangi ukuran mioma dan mengobati semua bentuk mioma.

Jaringan parut dan perlengketan yang terlihat dengan tindakan pembedahan, tidak

terlihat pada embolisasi arteri uterina.20

16

38

Page 39: Laporan Kasus Mioma Uteri

b. Defenisi

Embolisasi arteri uterina adalah suatu tindakan yang menghambat aliran darah

ke uterus dengan cara memasukkan agen emboli ke arteri uterina.20

c. Vaskularisasi Uterus

Pembuluh darah yang menperdarahi uterus terutama berasal dari arteri uterina

dan arteri ovarika. Arteri uterina merupakan cabang utama dari arteri

hipogastrika yang masuk ke dasar ligamentum latum dan membelok ke medial

menuju ke sisi uterus. Pada waktu membelok ke medial, arteri uterina

menyilang di depan ureter.21

Gambar 2. Pembuluh darah uterus.21

Dekat dengan bagian supravaginal dari serviks, arteri uterina bercabang menjadi

dua cabang utama. Cabang yang lebih kecil arteri servikovaginalis, memberi darah

pada bagian bawah serviks dan bagian atas vagina. Cabang utama membelok

secara tajam ke atas dan selanjutnya sebagai pembuluh darah yang berbelok-belok

dan berjalan sepanjang kedua sisi uterus, pembuluh darah ini bercabang ke bagian

atas serviks dan juga membentuk cabang lain yang menembus badan uterus.21

Mendekati tuba, cabang utama arteri uterina bercabang menjadi tiga cabang

terminal : cabang fundus, tuba, dan ovarium. Pada cabang ovarium arteri uterina

mengadakan anastomosis dengan cabang terminal arteri ovarika; cabang tuba

dengan melalui mesosalping memberi darah pada sebagian dari tuba; cabang

fundus memberi darah ke fundus uteri.

Kurang lebih 2 cm sebelah lateral serviks, arteri uterina menyilang di atas

ureter. Pada titik ini dimana arteri uterina dan vena uterina terletak dekat dengan

ureter mempunyai arti yang sangat penting saat pembedahan, karena pada waktu

histerektomi ureter dapat terluka atau terikat ketika pembuluh darah uterina diklem

dan diikat.

Arteri ovarika, merupakan cabang langsung dari aoarta, memasuki ligamentum

latum melewati ligamentum infundibulopelvikum. Pada hilus ovarium, arteri

ovarika bercabang menjadi beberapa cabang yang lebih kecil dan memasuki

ovarium, sedangkan cabang utama dari arteri ovarika berjalan sepanjang

ligamentum latum dekat mesosalping menuju kebagian atas batas lateral uterus

dimana beranastomosis dengan cabang ovarium arteri uterina. Masih terdapat

banyak anastomosis yang lain diantara arteri pada kedua sisi uterus.

39

Page 40: Laporan Kasus Mioma Uteri

Pada kedua sisi uterus, vena arkuatus bersatu membentuk vena uterina, yang

mengalirkan darah ke vena hipogastrika dan seterusnya ke vena iliaka komunis.

Sebagian dari darah uterus bagian atas dan darah dari ovarium serta bagian

atas ligamentum latum dikumpulkan kedalam beberapa vena yang terletak di dalam

ligamentum latum, yang membentuk pleksus pampiniformis dan berakhir di vena

ovarika. Vena ovarika kanan mengalirkan darah ke vena cava, sedangkan vena

ovarika kiri mengalirkan darah ke vena renalis kiri.

40

Page 41: Laporan Kasus Mioma Uteri

d. Indikasi

Indikasi untuk tindakan ini adalah22 :

1) Ada kontra indikasi terhadap pengobatan dan pembedahan yang mempunyai

keluhan belum dapat diatasi (menoragia,nyeri pelvis,penekanan mioma

terhadap organ disekitarnya).

2) Pasien yang ingin mempertahankan uterus.

3) Pasien yang tidak menghendaki tindakan pembedahan.

e. Kontra Indikasi21

1) Karsinoma uteri

2) Penyakit radang panggul

3) Hamil

4) Gangguan fungsi ginjal

f. Prosedur Embolisasi Arteri Uterina

1) Persiapan Pasien

Pemeriksaan ginekologi,pemeriksaan penunjang.

2) Persiapan Prabedah19,21

- Izin tertulis untuk melakukan tindakan

- Pasien dipuasakan sejak malam hari.

- Rambut pubis harus dicukur habis.

- Dua jam sebelum tindakan diberikan antibiotik sebagai profilaksis

dan obat penenang.

3) Persiapan Alat

Gambar 3. Ruangan angiografi (digital subtraction angiography).23 19

41

Page 42: Laporan Kasus Mioma Uteri

- Angiografi

Prosedur embolisasi menggunakan angiografi digital subtraksi dan dibantu

fluoroskopi. Hal ini dibutuhkan untuk memetakan pengisian pembuluh

darah atau memperlihatkan ekstravasasi darah secara cepat.23

Digital Subtraction Angiography menawarkan keuntungan berupa

manipulasi gambaran yang memperlihatkan gambaran seketika, dan alat

ini memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap gambaran dengan kontras

yang rendah, dimana medium kontras yang diinjeksikan jumlahnya lebih

sedikit. Hal ini sangat berguna pada pasien yang mempunyai resiko yang

tinggi pada pemakaian kontras.23

Gambar 4. Cara kerja Digital Subtraction Angiography.23

- Kateter angiografi

Kateter berukuran panjang, berbentuk tabung berongga yang menjadi jalur

lewatnya kontras, material untuk embolisasi, atau pengobatan terapeutik.

Kateter mempunyai ukuran yang disebut 20

42

Page 43: Laporan Kasus Mioma Uteri

French, digunakan untuk menunjukkan diameter bagian kateter. Ukuran

yang biasanya digunakan adalah 4F – 9F. kateter angiografi juga memiliki

berbagai bentuk, termasuk lengkung tunggal atau lebih. Kateter didisain

radiolusen untuk melihat gelembung-gelembung atau radio opaq.23

Syarat kateter yang digunakan adalah :

- Harus dapat mempertahankan bentuk (memori)

- Harus dapat dipelintir atau diputar (turgue)

- Dapat mengikuti kabel pembimbing dengan baik (tractability).

Gambar 5. Kateter angiografi.23

- Kabel Pembimbing (guide wires)

Kabel pembimbing berukuran tipis yang terbuat dari bahan besi

tahan karat. Kabel pembimbing sangat fleksibel, ukuran

panjangnya sangat bervariasi dari 100 – 300 cm dan diameternya

0,025” – 0,045”. Ukuran yang biasa digunakan adalah 0,016” –

0,01, kabel ini juga dapat dipelintir atau digulung dan dibuat

sesuai bentuk yang kita inginkan, sehingga dapat diarahkan ke

area yang akan diperiksa.23 21

43

Page 44: Laporan Kasus Mioma Uteri

Kabel pembimbing dapat dibungkus dengan teflone, poliuritane, polietilen,

atau bungkus hidrofilik, sehingga dapat mencegah kerusakan dinding

pembuluh darah. Kabel pembing juga dapat diberikan heparin

mengurangi kemungkinan terbentuknya gumpalan darah dan terbentuknya

emboli.

Gambar 6. Kabel pembimbing.23

- Jarum pungsi arteri

Berukuran panjang 2 1/8 inci atau 3 ¼ inci dan mempunyai ukuran guage

yang bervariasi. Ukuran 16 – 20 G paling sering digunakan dan

standarnya adalah ukuran 18 G. Semua jarum yang digunakan pada

angiografi mempunyai dinding yang lebih tipis bila dibandingkan dengan

jarum hipodermik. Jarum pungsi arteri bisa didapatkan dalam berbagai

bentuk, seperti gambar dibawah ini.23 22

44

Page 45: Laporan Kasus Mioma Uteri

Gambar 7. Jarum Pungsi Arteri23

- Agen emboli

Polivinyl alkohol adalah partikel plastik sintetis yang kecil seperti pasir

dengan ukuran yang bervariasi. Ukuran ideal belum dapat ditentukan.

Ravina dkk memakai polivinyl alkohol berukuran antara 150 – 500

mikron. Goodwin dkk memakai partikel berukuran 500 – 710 mokron.27,29

Katz dkk, memakai “gel form” sebagai agen emboli untuk embolisasi

arteri uterina.29

Gambar 8. Polyvinyl alkohol (Agen Emboli).2323

45

Page 46: Laporan Kasus Mioma Uteri

4) Teknik Embolisasi19,24,25

- Dilakukan aseptik dan antiseptik di daerah lipatan paha (ingiuinal)

kanan dengan betadine.

-Dilakukan tindakan anestesi epidural yang bertujuan untuk

memblokir persyarafan didaerah pelvik.

-Daerah pungsi pada daerah yang teraba denyut arteri (yang diraba dengan

jari telunjuk, jari tengah dan jari manis). Antara jari telunjuk dan jari

tengah, dan jari manis digunakan untuk meraba dan memfiksasi arteri

fermoralis.

Jarum pungsi arteri beserta mandrin ditusukan kearah denyut yang paling

besar dekat jari tengah dengan sudut ± 600.

Setelah jarum masuk, mandirin dicabut dan jarum dimasukkan perlahan-

lahan ke atas.

Bila jarum pungsi arteri berada di lumen arteri, maka dimasukkan kabel

pembimbing (guide wire) melalui jarum ke dalam lumen arteri.Dibawah

tuntunan fluoroskopi, ujung kabel pembimbing dimasukkan ke arteri iliaka

komunis kanan melewati arkus aorta, selanjutnya masuk ke arteri iliaka

komunis kiri kemudian ke arteri iliaka interna kiri dan seterusnya ke arteri

uterina kiri.

Kateter dimasukkan melalui kabel pembimbing dibawah tuntunan

fluoroskopi sampai ke arteri ufterina kiri. Kabel pembimbing di cabut

selanjutnya kateter dibilas dengan NaCl.

Diinjeksikan agen emboli sehingga aliran darah ke mioma terhenti.

Kateter dikeluarkan dan dimasukkan kembali melalui pembuluh darah

pelvis ke arteri uterina kanan dengan bantuan kabel pembimbing dan

fluoroskopi, kemudian diinjeksi agen emboli di ulangi kembali. Jika telah

diyakini bahwa aliran darah ke arteri uterina kanan sudah berhenti maka

kateter dikeluarka

24

46

Page 47: Laporan Kasus Mioma Uteri

5) Pasca Bedah

Pasien berada di rumah sakit selama 24 jam untuk memastikan tidak

dijumpai adanya komplikasi.27,28

Obat yang diberikan paska tindakan adalah anti inflamasi non steroid

( ibuprofen 4 x 600 mg perhari selama 10 hari), untuk mengurangi nyeri

dan pembengkakan,anti piretik (acetaminofen 4x 325 mg per

hari ),pencahar.

g. Efek Samping

Setelah tindakan embolisasi pasien akan mengalami efek samping dini sebagai

sindroma paska embolisasi berupa nyeri pelvis, mual dan demam, fluksus,

iskemik uteri , penurunan fungsi ovarium, mortalitas, paparan sinar x19,23

h. Pemeriksaan Lanjutan

Pasien harus melakukan pemeriksaan ulang dalam beberapa minggu, setelah

tindakan. Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemeriksaan ultrasonografi atau

MRI pada minggu kedua dan bulan ketiga setelah tindakan untuk menilai hasil

dari embolisasi.

i. Keuntungan Embolisasi 23

- Tidak terjadi proses perlengketan

- Mengobati semua mioma secara bersamaan

- Tidak dijumpai pertumbuhan kembali mioma yang diobati

- Jika terjadi perdarahan pervaginam 87 – 90 %, berhenti dalam 24 jam

- Secara psikis, keuangan dan fisik, embolisasi memiliki keuntungan

dibanding prosedur lain (masa pemulihan yang lebih singkat,tidak

dilakukan tindakan anestesi umum).

25

47

Page 48: Laporan Kasus Mioma Uteri

j. Kerugian Embolisasi Uterina 23

- Secara teknis sukses dilakukan, tetapi 10-15 % tidak respon

- Prosedur gagal secara teknis 5 %

-Terjadi komplikasi serius 2 % yang memerlukan histerektomi karena,

iskemik dan infeksi uterus

- Mengalami penurunan fungsi ovarium 1-2 %

h. Hasil

Ravina tahun 1997 melaporkan terapi mioma uteri dengan embolisasi

arteri uterina. 88 wanita menjalani prosedur embolisasi arteri uterina,

dimana 5 orang mengalami kegagalan prosedur secara teknis,

sementara 3 orang lainnya hilang dalam pemantauan ( sisanya 80

wanita). Dari 67 pasien yang menderita menoragia 60 pasien (89 %)

mengalami perbaikan, sedangkan 7 pasien (11 %) mengalami kegagalan.

Ukuran mioma berkurang hingga 55 % dalam waktu 2 bulan dan 69 % dalam

waktu 6 bulan.26

Goodwin di UCLA melaporkan, hasil pengobatan ini pada 11 pasien.

Prosedur embolisasi yang digunakan hampir sama dengan Ravina tetapi

dengan menggunakan polyvinyl alkohol dengan ukuran yang lebih besar (500

– 700 mikron). Mereka berhasil dalam melakukan prosedur embolisasi

bilateral terhadap 10 pasien dan unilateral pada 1 orang. Seorang pasien

mengalami endometritis dan piometra dalam waktu 3 minggu setelah

prosedur embolisasi, yang memerlukan histerektomi. Dari 10 pasien, 8 orang

menunjukkan perbaikan gejala yang jelas. Seorang pasien hilang dalam

pemantauan dan yang lainnya tidak menunjukkan perbaikan. Rata-rata terjadi

penurunan volume uterus 40 % dan volume mioma berkurang 60-65 % dalam

masa 3 bulan setelah prosedur embolisasi.

26

48

Page 49: Laporan Kasus Mioma Uteri

Bradley dan Reidy melaporkan, 53 pasien dan secara teknis tindakan ini berhasil pada

52 orang ( 88%) pasien menunjukkan perbaikan pola haid dalam waktu 3 bulan

pemantauan. 31 pasien dengan gejala penekanan dimana 29 diantaranya ( 94 % )

menunjukkan perbaikan. Pengurangan rata-rata volume mioma 46 % pada 32

pasien yang dipantau ulang dengan USG. Komplikasi berupa infark yang luas

terjadi pada 1 orang pasien yang memerlukan histeraktomi 12 hari setelah prosedur

embolisasi, pasien lainnya mengalami perdarahan saluran pencernaan bagian atas

sekunder yang dapat sembuh sendiri.26

Katz mempresentasikan hasil awal perbandingan partikel Polyvinyl Alkohol

dengan gel foam. Meskipun ukuran survey ini kecil (n=17) tidak dijumpai

perbedaan yang bermakna dalam pengontrolan gejala awal.

Pada pertemuan Society Minimally Invasive Therapy (SMIT) Robert juga

menilai keberhasilan pengobatan berdasarkan gejala yang ada. Dipresentasikan

hasil dari 126 pasien, 46 pasien dengan gejala menoragia, 60 pasien menoragia

dengan penekanan atau pembesaran dan hanya 20 pasien dengan gejala

penekanan . Untuk pasien-pasien dengan menoragia saja, pengurangan volume

uterus rata-rata 41 % dalam waktu 6 bulan. Pada pasien menoragia dengan gejala

penekanan atau pembesaran, rata-rata pengurangan volume uterus 48 % dengan

gejala penekanan saja, akibat pembesaran mioma, pengurangan volume uterus rata-

rata 45% dan gejala penekanan menurun sebesar 80 % dalam waktu 6 bulan.

Di RS Daerah Royal Surrey di Guildford Inggris, 109 pasien telah menjalani

prosedur embolisasi. 84 % pasien mengalami perbaikan menoragia yang bermakna.

94 % pasien dengan gejala penekanan uterus mengalami perbaikan. Sebagian besar

pasien yang menjalani prosedur embolisasi menggunakan partikel polyvinyl

alkohol ukuran 300-500 mikron. Volume mioma berkurang rata-rata 65 % pasca

embolisasi.27

49

Page 50: Laporan Kasus Mioma Uteri

Pada pertemuan di Georgetown Unviersity bulan Nopember 1998, Dref dkk

dari Perancis melaporkan hasil dari pengobatan dari 82 pasien yang menjalani

prosedur embolisasi dengan keluhan hanya menoragia dan mencatat perbaikan haid

yang terjadi pada 68 dari 76 pasien. Hasilnya stabil dengan rata-rata pemantauan

selama 20 bulan. Dua pasien mengalami amenorea sementara dan 4 pasien

mengalami amenorea permanen sebagai akibat terapi dan tidak dijumpai adanya

kekambuhan.

Pemantauan dengan USG dilakukan terhadap 54 pasien dengan pemantauan 3

bulan pertama (rata-rata 4,9 bulan) dengan hasil penurunan volume uterus rata-rata

34% dan pengurangan volume mioma sebesar 50%. 1 tahun setelah prosedur (rata-

rata 12,3 bulan), MRI menunjukkan pengurangan volume uterus rata-rata 50% dan

penurunan volume mioma 78%.

Tingkat keberhasilan penatalaksanaan mioma uteri dengan embolisasi adalah

85-90 %. Hal ini telah dibuktikan oleh serangkaian penelitian seperti yang telah

diuraikan di atas.

l. KEHAMILAN SETELAH EMBOLISASI

Forman dkk 39 di London mengidentifikasi 14 kehamilan setelah melakukan lakukan

prosedur embolisasi 1000 kali.

Pada laporan lainnya Revina dkki 39 mencatat terjadi 12 kehamilan pada 9

wanita setelah terapi embolisasi dari 184 wanita. Terjadi 5 pasien keguguran,

( pada 3 pasien berusia antara 40-42 tahun). Ada 4 pasien dengan persalinan aterm

dan 3 partus prematur, 1 pasien persalinan prematur pada masa kehamilan 35

minggu yang diakibatkan kehamilan kembar dengan preeklampsi. Berat badan bayi

aterm berkisar antara 2560 sampai 3830 gram. Pada 36 wanita yang berumur antara

21-37 tahun, terjadi 3 kehamilan. Tetapi laporan ini tidak menggambarkan jumlah

wanita yang berusaha untuk hamil setelah prosedur embolisasi. Nicholas 28

50

Page 51: Laporan Kasus Mioma Uteri

dan Ettles 39 melaporkan 1 kehamilan setelah terapi pada 24 pasien di Hull,

Inggris. Setelah terapi, ukuran mioma pada wanita ini berkurang 60%. Lima bulan

setelah konsepsi mioma berkembang lagi dan menyebabkan letak lintang. Seorang

bayi aterm dilahirkan dengan seksio sesaria. Setelah persalinan, kemudian mioma

mengecil.

4. GENETIK DAN PERKEMBANGAN MIOMA

Studi sitogenetik molekuler dan epidemiologi memperkirakan adanya komponen

genetik yang kuat pada patogenesis dan patologi mioma uteri.Dimana 40 % mioma

memiliki abnormalitas kromosom yang tidak acak. Abnormalitas kromosom dibagi

6 subgrup utama sitogenetik, termasuk translokasi antara kromosom 12 dan 14,

trisomi 21, translokasi lengan pendek kromosom 6 dan lengan panjang kromosom

10 dan delesi kromosom 3 dan 7. Mayoritas ( 60 % ) mioma memiliki kromosom

yang normal. Beberapa studi terkini menyatakan adanya korelasi antara translokasi

kariotipe dengan besarnya ukuran mioma sama seperti anatominya. Rein,dkk

menemukan tumor dengan delesi kromosom 7 rata-rata ukurannya lebih kecil dari

pada tumor translokasi kromosom 12 ( 5,0 cm vs 8,5 cm ) tetapi sama dengan

tumor yang secara kariotipik normal

( 5,4 cm ), hasil ini juga dikonfirmasi oleh Hening,dkk.

Brosens, dkk menemukan mioma submokosa dengan lebih sedikit translokasi

kromosom ( 12 % ) dari pada mioma intramural ( 35 % ) dan mioma subserosa ( 29

% ). Tidak ada kolerasi antara keberadaan abnormalitas sitogenetik dengan umur

penderita atau paritas penderita. Korelasi lain antara genotip dan fenotip dapat

dipengaruhi, termasuk korelasi antara genotip tumor dengan kepekaan terhadap

terapi dengan GnRH agonis, kekambuhaan mioma daan etnis penderita. Beberapa

mekanisme sitogenetik yang terlibat dalam biologi mioma antara lain : subgrup t

( 12; 14 ), subgrup 6 p 21, grup protein bermobilitas tinggi 29

51

Page 52: Laporan Kasus Mioma Uteri

( HMG), subgrup Del ( 7 ) ( q 22 q 23 ), abnormalitas sitogenetik lain.27

Subgrup t ( 12 ; 14 )

Studi molekuler telah menemukan penampakan HMGIC yang dapat dideteksi pada

mioma, dibandingkan dengan tidak dapat dideteksi pada pasangan miometrium

normal. Kromosom t ( 12 ; 14 ) mempunyai spesifik untuk mioma dibandingkan

dengan tumor mesenkim lainnya, dimana HMGIC disusun kembali. Translokasi

posisi HMGIC pada mioma dengan

t ( 12 ; 14 ), merupakan suatu mekanisme molekuler yang signifikan yang

mendasari patogenesis dan patobiologi mioma.

Subgrup 6 p 21

Studi hibridisasi floresensi insitu, mengkonfirmasi peningkatan penampakan

HMGIY telah ditemukan pada mioma dengan penyusunan kembali kromosom 6 p

21. Penyusunan kembali 6 p 21 termasuk translokasi dengan kromosom 1,2,4,10

dan 14 sama seperti translokasi dengan kromosom lain yang bervariasi,terjadi

kurang dari 110 % mioma secara kariotipik abnormal.

Grup protein mobilitas tinggi

Kedua HMGI-C dan HMGI-Y, merupakan grup protein bermobilitas tinggi yang

heterogen. Tingkat tertinggi dari penampakan kedua HMGI-C dan HMGI-Y

terlihat pada sel tumor dan selama perkembangan normal jaringan embrional,

dimana penampakan hilang pada jaringan orang dewasa. Peranan spesifik dari

HMGI-c dan HMGI-Y pada tumor jinak mesenkim sedang dalam penyelidikan

studi translokasi kromosom 12 pada mioma.

Subgrup Del ( 7 ) ( q 22 q 23 )

Delesi kromosom 7 tampak pada sekitar 17 % mioma secara kariotipe,dan lebih

sering dideteksi pada mioma dari pada tumor padat lainnya. Usaha penemuan gen

dimasa depan akan dibantu oleh studi molekuler terbaru 30

52

Page 53: Laporan Kasus Mioma Uteri

yang mendekatkan wilayah penilaian lebih jauh pada kromosom 7 ke wilayah 4 –

cM ( centi Morgan )

Abnormalitas sitogenetik lain

Abnormalitas sitogenetik yang kurang umum pada mioma adalah kromosom X 1,

3, 10, 13 dan trisomi 12. Saat ini tidak ada gen yang jelas relevan pada beberapa

dari kromosom ini yang telah diidentifikasi sebagai memiliki peranan pada formasi

mioma, tetapi tidak disangkal pada penemuan masa depan.

Peningkatan yang menakjubkan pada keberhasilan DNA yang diselenggarakan

oleh Human Genom Project, ketersediaan dari keberhasilan pada data basis

online.Baru – baru ini Center For Uterine Fibroid, pada Brigham and women, s

Hospital di Boston , mengidentifikasi gen yang menjadi predisposisi pada wanita

terjadi perkembangan mioma.

X. RINGKASAN

1. Analog GnRH merupakan agen yang efektif untuk pengobatan non operatif pada

mioma uteri.

2. Keamanan dan kemanjuran analog GnRH jangka panjang dan kombinasi

penambahan hormon steroid, lebih baik untuk pengobatan pada mioma

simptomatik.

3. Embolisasi arteri uterina merupakan terapi alternatif terhadap tindakan operatif

pada mioma uteri.

4. Studi sitogenetik, molekuler,dan epidemiologi memperkirakan adanya komponen

genetik yang kuat pada patogenesis dan patologi mioma.

53

Page 54: Laporan Kasus Mioma Uteri

DAFTAR PUSTAKA

1. Thomas EJ. The aetiology and phatogenesis of fibroids. In : Shaw RW. eds.

Advences in reproduktive endocrinology uterine fibroids. England – New Jersey :

The Phartenon Publishing Group, 1992 ; 1 – 8

2. Baziad A. Pengobatan medikamentosa mioma uteri dengan analog GnRH. Dalam :

Endokrinologi ginekologi edisi kedua. Jakarta : Media Aesculapius FKUI, 2003:;

151 - 156

3. Sivecney G.Mc, Shaw RW. Attempts at medical treatment of uterine fibroids. In :

R.W. Shaw, eds. Advences in reproductive endocrinology uterine fibroids.

England – New Jersey : The Phartenon Publishing Group, 1992 ; 95 – 101

4. Joedosaputro MS. Tumor jinak alat genital.Dalam: Sarwono Prawiroharjo,edisi

kedua.Ilmu Kandungan.Yayasan Bina Pustaka.Jakarta:1994;338-345

5. Friedman AJ, Rein MS, Murugan R, Pandian, Barbieri RL.Fasting serum growth

hormone and insulin_like growth factor – I and –II concentrations in women with

leiomyomata uteri treated with leuprolide acetate or placebo. Fertility and

Sterility, 1990 ; 53 : 250 – 253

6. Crow J. Uterine febroids : Histological features. In : Shaw RW, eds. Advances in

reproductive endocrinology uterine febroids. England – New Jersey : The

Parthenon Publishing Group, 1992; 21 – 33

7. Schwartz MS. Epidermiology of uterine leiomyomata. In : Chesmy M, Heather,

Whary eds. Clinical Obstetric and Ginecology. Philadelphia : Lippincott Williams

and Willkins, 2001 ; 316 – 318

8. Bradley J, Voorhis V. Management options for uterine fibroids, In : Marie

Chesmy,Heather Whary eds. Clinical obstetric and Gynecology. Philadelphia :

Lippincott Williams and Wilkins, 2001 ; 314 – 315

9. Chaves, Stewart, Medical treatment of uterine fibroids. In : Marie Chesmy, Heather

Whary eds. Clinical Obstetric and Gynecologi. Philadelphia : Lippincott Williams

and Wilkins, 2001 ; 374 – 379

10. Schweppe KW. GnRH analogues in the treatment uterine fibroids:results of

clinical studies. In: Shaw RW, eds. Advences in reproductive endocrinology

uterine fibroids. England – New Jersey : The Phartenon Publishing Group, 1992 ;

103-105

54

Page 55: Laporan Kasus Mioma Uteri

11. Lumsden MA. The role of oestrogen and growth factors in the control of the

growth of uterine leiomyomata. In : R.W. Shaw, eds. Advances in reproductive

endokrinology uterine fibroids. England-New Jersey: The Parthenon Publishing

Group, 1992; 9 – 20

12. Baziad A. Pengaruh hormon seks terhadap genitalia dan ekstragenitalia. Dalam :

Endokrinologi genikologi edisi kedua. Jakarta : Media Aesculapius FKUI, 2003 ;

131 – 132

13. Friedman AJ, Harrison D, Atlas CNM, Barbieri R, Benacerraf B, Gleason R,

Schiff I. A randomized, placebo – controlled, double - blind study evaluating the

efficacy of leuprolide acetate depot in the treatment of uterine leiomyomata.

Fertility and Sterility, 1989 ; 51 : 251 – 256

14. Perl V, Marquez J, Schally AV et al. Treatment of leiomyomata uteri with D – Trp 6 – luteinizing hormone – releasing hormone. Fertility and Sterility, 1987 ; 48 : 383

– 389

15. Maheux R.. Treatment of fibroids with the combination of the GnRH agonist

gosereline (zoladex) and hormone replacement therapy. In : Shaw RW, eds.

Advances in reproductive endocrinology uterine fibroids. England – New Jersey :

The Parthenon Publishing Group, 1992; 135 – 146

16. Matta WHM, Stabile I, Shaw RW. Campbell S. Doppler assessment of uterine

blood flow changes in patients with fibroids receiving the gonadotropin –

releasing hormone agonist gosereline. Fertility and Sterility, 1988 ; 49 ; 1083 –

1085

55

Page 56: Laporan Kasus Mioma Uteri

17. Friedman AJ, Barbieri RL, Benacerraf BR, Schiff I. Treatment of leiomyomata

with intranasal or subcutaneous leuprolide, Agonadotropin releasing hormone

agonist. Fertility and sterility, 1987; 48 : 560 – 564

18. Rein MS, Friedman AJ, Stuart JM, David T, Laughlin M. Fibroid dan myometrial

steroid receptors in women treated with gonadotropin-releasing hormone agonist

leuprolide acetate. Fertility and Sterility, 1990 ; 53 : 1018 – 1021

56

Page 57: Laporan Kasus Mioma Uteri

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kami panjatkan atas ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Tidak lupa salawat serta salam kepada junjungan

besar Rasulullah SAW beserta para sahabatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan

laporan kasus Mioma Uteri.

Laporan kasus ini di susun berdasarkan kepustakaan dan dari berbagai buku ajar dan

internet sehingga kami bisa mengetahui lebih lanjut mengenai Mioma Uteri.

Selain itu kami ingin mengucapkan terima kasih kepada dokter pembimbing,

dr.Sukardi, Sp.OG, yang telah banyak membantu dalam penyusunan laporan kasus ini.

Tak ada gading yang tak retak, maka dari itu penulis mengharapkan saran dan kritik

demi perbaikannya laporan kasus ini. Terima kasih.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Cianjur, 21 Juli 2011

Penulis

57

Page 58: Laporan Kasus Mioma Uteri

LAPORAN KASUS

M I O M A U T E R I

Disusun oleh :

Muh. Deriyatmiko

( 2007730034 )

Pembimbing : dr. Sukardi, Sp.OG

Kepaniteraan Klinik Stase Obstetri dan Ginekologi

Rumah Sakit Umum Daerah Cianjur

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2011

58