Laporan Kasus Jiwa Amel

20
I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. I Umur : 52 Tahun Jenis Kelamin : Perempuan Alamat : Ds. Dusunan barat Pekerjaan : Petani Agama : Islam Status Perkawinan : Sudah Menikah Tanggal Pemeriksaan : 23 februari 2015 II. IDENTITAS PSIKIATRI Anamnesis (Autoanamnesis): a. Keluhan Utama : Gelisah b. Riwayat Penyakit Sekarang: Pasien datang dengan keluhan merasa gelisah. Keluhan ini dirasakan sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu. Pasien mengaku keluhan yang dia rasakan hampir tiap hari baik siang maupun malam hari. Perasaan hati yang tidak bisa pasien kendalikan. Perasaan itu mulai muncul ketika memikirkan masalah dengan tetangga berupa hubungan tidak baik karena tetangga suka menceritakan kebiasaan buruk anak pasien yang kuliah di luar kota, memikirkan anak pertama yang sering bertengkar dalam rumah tangganya, memikirkan masalah pemberian harta orang tua, memikirkan tanah yang digugat oleh

description

lapsus minggu 1

Transcript of Laporan Kasus Jiwa Amel

I. IDENTITAS PASIENNama : Ny. IUmur : 52 TahunJenis Kelamin : PerempuanAlamat: Ds. Dusunan baratPekerjaan : PetaniAgama: IslamStatus Perkawinan: Sudah MenikahTanggal Pemeriksaan: 23 februari 2015

II. IDENTITAS PSIKIATRIAnamnesis (Autoanamnesis):a. Keluhan Utama: Gelisahb. Riwayat Penyakit Sekarang:Pasien datang dengan keluhan merasa gelisah. Keluhan ini dirasakan sejak kurang lebih 2 minggu yang lalu. Pasien mengaku keluhan yang dia rasakan hampir tiap hari baik siang maupun malam hari. Perasaan hati yang tidak bisa pasien kendalikan. Perasaan itu mulai muncul ketika memikirkan masalah dengan tetangga berupa hubungan tidak baik karena tetangga suka menceritakan kebiasaan buruk anak pasien yang kuliah di luar kota, memikirkan anak pertama yang sering bertengkar dalam rumah tangganya, memikirkan masalah pemberian harta orang tua, memikirkan tanah yang digugat oleh keluarga sendiri, memikirkan keponakan kesayangan pasien yang tenggelam dan tidak diketemukan mayatnya. Sebelumnya pasien juga merasakan hal lain seperti takut, susah tidur, sukar mengendalikan emosi karena sering menangis tiba-tiba, marah dan mengamuk, namun ketika telah berobat di poliklinik jiwa dan setelah minum obat yang diberikan kurang lebih 6 hari yang lalu pasien sudah merasakan keluhan berkurang hanya perasaan gelisah yang tidak berkurang. Pasien juga mengaku sebelum berobat ke poli jiwa pasien sering mendengar suara-suara panggilan yang menyuruh keluar dari rumah yang dikatakan berasal dari keponakan tersayang yang telah meninggal tersebut. Menurut anak pasien, sebelum dibawa ke poli jiwa 6 hari yang lalu pasien sering berbicara sendiri tidak jelas, mengamuk sampai memukuli dan mencekik anaknya sendiri, marah-marah, menangis tiba tiba tanpa sebab, sering lari dari rumah tanpa berbusana, dan tidak pernah lagi beribadah.

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya PsikiatrikTidak adanya riwayat psikiatri pada pasien sebelumnya. Medik Pasien tidak memiliki riwayat penyakit medis Penggunaan zat Pasien mengaku tidak pernah mengkonsumsi obat obatan dan minuman alkohol. D. Riwayat Kehidupan Pribadi Prenatal dan perinatal Selama kehamilan ibu pasien dalam keadaan sehat. Pasien lahir spontan, cukup bulan. Pasien dilahirkan di rumah dan dibantu oleh dukun beranak. Masa kanak awal (sampai 3 tahun) Pasien mengaku menjalani masa kanak-kanak dengan baik Masa kanak pertengahan (3-14 tahun) Pasien menjalani masa sekolah dengan baik. Masa remaja Saat remaja pasien memiliki pergaulan yang baik dengan teman-temannya. Masa dewasa 1. Riwayat pekerjaanPasien adalah seorang petani di sawahnya2. Riwayat keluarga Pasien merupakan anak ke 5 dari 5 bersaudara. Keempat kakak sudah meninggal dan bersiteru dengan keponakan (anak dari kakak) soal pembagian harta3. Riwayat pernikahan Pasien sudah menikah dan memiliki 2 orang anak. Suami meninggal saat anak masih balita4. Riwayat pendidikan Pendidikan pasien hanya sampai SMP.5. Riwayat agama/kehidupan beragama Pasien beragama islam.6. Aktivitas sosial dan situasi kehidupan sekarang Pasien ada masalah dengan istri dan tetangga tetangga sekitar.7. Riwayat pelanggaran hukum Pasien tidak pernah terlibat dengan kasus kriminal dan pelanggaran hukum. 8. Riwayat psikoseksualTidak diketahui 9. Impian, fantasi dan nilai-nilaiPasien ingin mayat keponakan ditemukan, ingin anaknya tidak bertengkar dengan suami dan anak kedua cepat mendapatkan pekerjaan dan ia tidak lagi tinggal seorang diriIII. PEMERIKSAAN STATUS MENTALA. Deskripsi umum: PenampilanSeorang perempuan berusia 52 tahun tampak sesuai usia. Pasien tampak rapi, menggunakan baju selutut dan celana kain serta berjilbab. Berjalan bungkuk. Perawakan sedang dan berisi Kesadaran:komposmentis Perilaku dan aktivitas psikomotor: Normal Pembicaraan:Suara bisa didengar, dan tidak mengulang-ngulang perkataannya, bicara sedang. Sikap terhadap pemeriksa:Kooperatif dan terbuka. B. Keadaan afektif Mood: sedih Afek : Apropriate Empati : dapat diraba rasakan C. Proses Berpikir Arus pikir normal, produktivitas baik, kontinuitas relevan dan koheren. Isi pikir Preokupasi (-), waham (-), obsesi (+), kompulsi (-), fobia (-), gangguan isi pikir (+)D. Persepsi Halusinasi (+), ilusi (-), depersonalisasi (-), derealisasi (-) E. Fungsi intelektual (Kognititf) Taraf pendidikan dan pengetahuan umumPengetahuan umum dan kecerdasan sesuai dengan tingkat pendidikannya. Orientasi: orientasi waktu baik, tempat baik, orang baik. Daya ingat :Daya ingat jangka panjang, menengah, pendek dan segera baik. Pikiran abstrak : baik Bakat kreatif : baik Kemampuan menolong diri sendiri: mampu menolong diri sendiri F. Pengendalian impuls: mampu mengontrol impuls karena saat wawancara terlihat cukup baik. G. Daya nilai dan tilikan Norma sosial : baik Uji daya nilai : baik Penilaian realitas : baik Tilikan : 6 (Menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk mencapai perbaikan) H. Taraf dapat dipercaya: dapat dipercaya IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT Status internus Tekanan darah: 120/70 mmHg Nadi: 80 x/menit Pernapasan: 24 x/menit Status neurologis Kesadaran Composmentis, GCS 15, nervus cranialis dalam batas normal, fungsi sensorik dalam batas normal.

V. ANALISIS Diagnosis multiaxial : Axis I : F.23 Gangguan psikotik akutBerdasarkan hasil anamnesa dan merujuk pada kriteria diagnostik dari PPDGJ III, penderita dalam kasus ini dapat didiagnosa sebagai gangguan psikotik akut (F23) Untuk diagnosis harus memenuhi seluruh persyaratan berikut yaitu:Menggunakan urutan diagnosis yang mencerminkan urutan prioritas yang diberikan untuk ciri-ciri utama terpilih dari gangguan ini. Urutan prioritas yang dipakai ialah:(a)Onset yang akut (dalam masa 2 minggu atau kurang = jangka waktu gejala-gejala psikotik menjadi nyata dan mengganggu sedikitnya beberapa aspek kehidupan dan pekerjaan sehari-hari, tidak termasuk periode prodromal yang gejalanya sering tidak jelas) sebagai ciri khas yang menentukan seluruh kelompok.(b)Adanya sindrom yang khas ( berupa polimorfik = beraneka ragam dan berubah cepat, atau schizophrenia-like = gejala skizofrenik yang khas).(c)Adanya stres akut yang berkaitan ( tidak selalu ada, sehingga dispesifikasi dengan karakter tanpa penyerta stres akut, dengan penyerta stres akut). Kesulitan atau problem yang berkepanjangan tidak boleh dimasukkan sebagai sumber stres dalam konteks ini. Tidak ada gangguan dalam kelompok ini yang memenuhi kriteria episode manik atau episode depresif, walaupun perubahan emosional dan gejala-gejala afektif individual dapat menonjol dari waktu ke waktu. Tidak ada penyebab organik, seperti trauma kapitis, delirium dan demensia. Tidak merupakan intoksikasi akibat penggunaan alkohol atau obat-obatan.I. EVALUASI MULTIAKSIAL (SESUAI PPDGJ III) Axis I : Gangguan psikotik akut (F.23)Axis II : tidak ada Axis III: tidak ada Axis IV: masalah dengan keluarga dan lingkungan sosialAxix V : GAF Scale 80-71

II. MANAJEMEN:Pasien dengan serangan psikotik akut mungkin memerlukan rawat inap singkat untuk masalah evaluasi dan keselamatan.Jika seorang pasien menjadi agresif, pengasingan singkat atau pembatasan mungkin diperlukan untuk menjamin keselamatan pasien dan / atau orang lain.Disamping itu, lingkungan rumah sakit yang tenang dan terstruktur dapat membantu pasien memperoleh kembali rasa realitasnya. Sambil klinisi menunggu lingkungan dan obat menunjukkan efeknya, pengurungan, pengikatan fisik, atau monitoring berhadap-hadapan dengan pasien mungkin diperlukan.Penatalaksaan gangguan psikotik singkat secara umum dapat dilakukan melalui psikoterapi dan pada beberapa kasus diperlukan terapi obat (farmakoterapi) untuk mendukung psikoterapi yang dilakukan.Setelah episode akut diselesaikan, individu, keluarga, dan terapi kelompok dapat dianggap untuk membantu mengatasi stres, menyelesaikan konflik, dan meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri.FarmakoterapiTujuan dari farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas dan untuk mencegah komplikasi.Dua kelas utama obat yang perlu dipertimbangkandidalam pengobatan gangguan psikotik adalah obat antipsikotik antagonis reseptor dopamine dan benzodiazepine. Jika dipilih suatu antipsikotik, suatu antipsikotik potensi tinggi, misalnya haloperidol biasanya digunakan. Khususnya pada pasien yang berada pada resiko tinggi untuk mengalami efek samping ekstrapiramidal, suatu obat antikolinergik kemungkinan harus diberikan bersama-sama dengan antipsikotik sebagai profilaksis terhadap gejala gangguan pergerakan akibat medikasi. Selain itu, benzodiazepine dapat digunakan dalam terapi singkat psikosis. Walaupun benzodiazepine memiliki sedikit kegunaan atau tanpa kegunaan dalam pengobatan jangka panjang gangguan psikotik, obat dapat efektif untuk jangka singkat dan disertai dengan dengan efek samping yang lebih jarang daripada antipsikotik.. pada kasus yang jarang benzodiazepine disertai dengan peningkatan agitasi dan pada kasus yang lebih jarang lagi dengan kejang putus obat yang hanya biasanya terjadi pada penggunaan dosis tinggi terus menerus. Medikasi hipnotik sering kali berguna selama satu sampai dua minggu pertama setelah resolusi episode psikotik. Pemakaian jangka panjang medikasi harus dihindari dalam pengobatan gangguan ini.

III. PROGNOSISMenurut definisinya, perjalanan penyakit gangguan psikotik singkat adalah kurang dari satu bulan. Namun demikian, perkembangan gangguan psikiatrik bermakna tertentu dapat menyatakan suatu kerentanan mental pada pasien. Sejumlah pasien dengan persentasi yang tidak diketahui,yang pertama kali di klasifikasikan menderita gangguan psikotik singkat selanjutnya menunjukkan sindroma psikiatrik kronis, seperti skizofrenia dan gangguan mood. Tetapi, pada umumnya pasien dengan gangguan psikotik singkat memiliki prognosis yang baik, dan penelitian diEropa telah menyatakan bahwa 50 sampai 80 persen dari semua pasien tidak memilki masalah psikiatrik berat lebih lanjut.Lamanya gejala akut dan residual sering kali hanya beberapa hari. Kadang-kadang, gejala depresif mengikuti resolusi gejala psikotik. Bunuh diri adalah suatu keprihatinan pada fase psikotik maupun fase depresif pascapsikotik. Sejumlah indikator telah dihubungkan dengan prognosis yang baik. Pasien dengan ciri-ciri tersebutmemiliki kemungkinan kecil untukkemudianmenderita skizofrenia atau suatu gangguan mood.Ciri prognosis yang baik untuk gangguan psikotik singkat

Penyesuaian premorbid yang baikSedikit trait schizoid pramorbidStressor pencetus yang beratOnset gejala mendadakGejala afektifKonfusi selama psikosisSedikit penumpulan afektifGejala singkatTidak ada saudara yang skizofrenik

IV. FOLLOW UP Tidak dilakukan follow upV. PEMBAHASAN TINJAUAN PUSTAKAa. Definsi Gangguan psikotik singkat didefinisikan sebagai suatu gangguan kejiwaan yang terjadi selama 1 hari sampai kurang dari 1 bulan dengan gejala psikosis dan dapat kembali ke tingkat fungsional premormid2,3b. GejalaGejala gangguan psikotik singkat selalu termasuk sekurang kurangnya satu gejala psikosis utama, biasanyadengan onset yang tiba-tiba, tetapi tidak selalu memasukkan keseluruhan pola gejala yang ditemukan pada skizofrenia. Beberapa klinisi telah mengamati bahwa gejala afektif, konfusi dan gangguan pemusatan perhatian mungkin lebih sering ditemukan pada gangguan psikotik singkat daripada gangguan psikotik kronis. Gejala karakteristik untuk gangguan psikotik singkat adalah perubahan emosional, pakaian atau perilaku yang aneh, berteriak teriak atau diam membisu dan gangguan daya ingat untuk peristiwa yang belum lama terjadi. Beberapa gejala tersebut ditemukan pada gangguan yang mengarahkan diagnosis delirium dan jelas memerlukan pemeriksaan organik yang lengkap, walaupun hasilnya mungkin negatif.2,3Pemeriksaan status mental biasanya hadir dengan agitasi psikotik parah yang mungkin terkait dengan perilaku aneh, tidak kooperatif, agresif fisik atau verbal, tidak teratur berbicara, berteriak atau kebisuan, suasana hati labil atau depresi, bunuh diri, membunuh pikiran atau perilaku, kegelisahan , halusinasi, delusi, disorientasi, perhatian terganggu, konsentrasi terganggu, gangguan memori, dan wawasan miskin.3Seperti pada pasien psikiatrik akut, riwayat yang diperlukan untuk membuat diagnosis mungkin tidak dapat diperoleh hanya dari pasien. Walaupun adanya gejala psikotik mungkin jelas, informasi mengenai gejala prodromal, episode suatu gangguan mood sebelumnya, dan riwayat ingesti zat psikotomimetik yang belum lama mungkin tidak dapat diperoleh dari wawancara klinis saja. Disamping itu, klinis mungkin tidak mampu memperoleh informasi yang akurat tentang ada atau tidaknya stressor pencetus.2Contoh yang paling jelas dari stresos pencetus adalah peristiwa kehidupan yang besar yang dapat menyebabkan kemarahan emosional yang bermakna pada tiap orang. Peristiwa tersebut adalah kematian anggota keluarga dekat dan kecelakaan kendaraan yang berat. Beberapa klinis berpendapat bahwa keparahan peristiwa harus dipertimbangkan didalam hubungan dengan kehidupan pasien. Walaupun pandangan tersebut memiliki alasan, tetapi mungkin memperluas definisi stressor pencetus dengan memasukkan peristiwa yang tidak berhubungan dengan episode psikotik. Klinisi lain berpendapat bahwa stressor mungkin merupakan urutan peristiwa yang menimbulkan stress sedang, bukannya peristiwa tunggal yang menimbulakan stress dengan jelas. Tetapi penjumlahan derajat stress yang disebabkan oleh urutan peristiwa memerlukan suatu derajat pertimbangan klinis yang hampir tidak mungkin.2

c. Etiologi Didalam DSM IIIfaktor psikososial bermakna dianggap menyebabkan psikosis reaktif singkat, tetapi kriteria tersebut telah dihilangkan dari DSM IV. Perubahan dalam DSM IV menempatkan diagnosis gangguan psikotik singkat didalam kategori yang sama dengan banyak diagnosis psikiatrik utama lainnya yang penyebabnya tidak diketahui dan diagnosis kemungkinan termasuk gangguan yang heterogen.1,2Penyebabnya belum diketahui secara pasti, tapi sebagian besar di jumpai pada pasien dengan gangguan kepribadian mungkin memiliki kerentanan biologis atau psikologis terhadap perkembangan gejala psikotik. Satu atau lebih faktor stres berat, seperti peristiwa traumatis, konflik keluarga, masalah pekerjaan, kecelakaan, sakit parah, kematian orang yang dicintai, dan status imigrasi tidak pasti, dapat memicu psikosis reaktif singkat. Beberapa studi mendukung kerentanan genetik untuk gangguan psikotik singkat.3.

d. Penatalaksanaan (pengobatan) Pasien dengan serangan psikotik akut mungkin memerlukan rawat inap singkat untuk masalah evaluasi dan keselamatan.Jika seorang pasien menjadi agresif, pengasingan singkat atau pembatasan mungkin diperlukan untuk menjamin keselamatan pasien dan / atau orang lain.Disamping itu, lingkungan rumah sakit yang tenang dan terstruktur dapat membantu pasien memperoleh kembali rasa realitasnya. Sambil klinisi menunggu lingkungan dan obat menunjukkan efeknya, pengurungan, pengikatan fisik, atau monitoring berhadap-hadapan dengan pasien mungkin diperlukan.Penatalaksaan gangguan psikotik singkat secara umum dapat dilakukan melalui psikoterapi dan pada beberapa kasus diperlukan terapi obat (farmakoterapi) untuk mendukung psikoterapi yang dilakukan.Setelah episode akut diselesaikan, individu, keluarga, dan terapi kelompok dapat dianggap untuk membantu mengatasi stres, menyelesaikan konflik, dan meningkatkan harga diri dan kepercayaan diri.2FarmakoterapiTujuan dari farmakoterapi adalah untuk mengurangi morbiditas dan untuk mencegah komplikasi.Dua kelas utama obat yang perlu dipertimbangkandidalam pengobatan gangguan psikotik adalah obat antipsikotik antagonis reseptor dopamine dan benzodiazepine. Jika dipilih suatu antipsikotik, suatu antipsikotik potensi tinggi, misalnya haloperidol biasanya digunakan. Khususnya pada pasien yang berada pada resiko tinggi untuk mengalami efek samping ekstrapiramidal, suatu obat antikolinergik kemungkinan harus diberikan bersama-sama dengan antipsikotik sebagai profilaksis terhadap gejala gangguan pergerakan akibat medikasi. Selain itu, benzodiazepine dapat digunakan dalam terapi singkat psikosis. Walaupun benzodiazepine memiliki sedikit kegunaan atau tanpa kegunaan dalam pengobatan jangka panjang gangguan psikotik, obat dapat efektif untuk jangka singkat dan disertai dengan dengan efek samping yang lebih jarang daripada antipsikotik.. pada kasus yang jarang benzodiazepine disertai dengan peningkatan agitasi dan pada kasus yang lebih jarang lagi dengan kejang putus obat yang hanya biasanya terjadi pada penggunaan dosis tinggi terus menerus. Medikasi hipnotik sering kali berguna selama satu sampai dua minggu pertama setelah resolusi episode psikotik. Pemakaian jangka panjang medikasi harus dihindari dalam pengobatan gangguan ini.2

DAFTAR PUSTAKA

1. Saddock BJ, Sadock VA, Ruiz Pedro. Comprehensive Textbook of Psychiatry. 10thedition. Philadhelphia; lippincot Williams 7 Walkins. 2009.p1605-16142. Kaplan, H.I., Sadocks, B.J., Grebb, J.A. : Gangguan Psikotik Singkat, dalam Sinopsis, edisi 7, jilid 1, Jakarta, hal: 771-775.3. Memon, M.A. : Brief Psychotic Disorders.Medical Director of Geriatric Psychiatry,Departmentof Psychiatry,SpartanburgRegionalHospitalSystem. 2009. available fromhttp://emedicine.medscape.com/article/294416-print4. American Psychiatric Association.Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR).4th ed.WashingtonDC:.American Psychiatric Press;20005. Gleeson, John.F.M., Mc Gorry, P.D. : Psychological Interventions in Early Psychosis a Treatment Handbook. John Wiley & sons, Ltd. 2005. p209-2236. Departemen Kesehatan republik Indonesia. Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia