Laporan kasus jiwa

39
BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT PENGGUNAAN ZAT MULTIPEL DAN PENGGUNAAN ZAT PSIKOAKTIF LAINNYA DENGAN INTOKSIKASI AKUT DISERTAI DELIRIUM (F19.03) Disusun Oleh: Sri Rahayu Arismawati Ningsih 10542 0330 11 Pembimbing dr.Hj. Novry Renny Hasan B.,Sp.KJ MARS DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA 1 LAPORAN KASUS OKTOBER 2015

description

(lapsus)

Transcript of Laporan kasus jiwa

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

GANGGUAN MENTAL DAN PERILAKU AKIBAT

PENGGUNAAN ZAT MULTIPEL DAN PENGGUNAAN ZAT

PSIKOAKTIF LAINNYA DENGAN INTOKSIKASI AKUT

DISERTAI DELIRIUM (F19.03)

Disusun Oleh:

Sri Rahayu Arismawati Ningsih

10542 0330 11

Pembimbing

dr.Hj. Novry Renny Hasan B.,Sp.KJ MARS

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITERAAN KLINIK PADA

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN JIWA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

1

LAPORAN KASUS

OKTOBER 2015

LEMBAR PENGESAHAN

Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa:

Nama : Sri Rahayu Arismawati Ningsih

NIM : 10542 0330 11

Telah menyelesaikan tugas dalam rangka kepaniteraan klinik pada bagian Ilmu Kesehatan

Jiwa Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Makassar.

Makassar, Oktober 2015

Pembimbing

dr.Hj. Novry Renny Hasan B.,Sp.KJ MARS

2

LAPORAN KASUS PSIKIATRI

Tanggal Masuk : 01-10-2015

Tanggal Pemeriksaan : 16-10-2015

I. IDENTITAS PASIEN

Nama : Ferdi

TTL : 25 – 10 - 2000

Umur : 15 tahun

Jenis Kelamin : Laki-Laki

Alamat : Asrama Wipayono, Pampang

Agama : Islam

Pekerjaan : Siswa

Status perkawinan : Belum kawin

II. RIWAYAT PSIKIATRI

Diperoleh dari catatan medis, autoanamnesis, dan alloanamnesis yang

diperoleh dari:

Nama : Ny.Hajra

Umur : 34 tahun

Hubungan dengan pasien : Ibu kandung

A. Keluhan Utama

Kesadaran menurun

B. Riwayat Gangguan Sekarang

Pasien 15 tahun masuk RS TK II Pelamonia untuk pertama kalinya

diantar oleh pihak sekolah beserta ibu kandungnya dengan keluhan

kesadaran menurun dan tampak linglung/bingung. Keluhan kesadaran

menurun dan tampak linglung disertai juga dengan keluar busa dari mulut

hingga kejang. Pasien juga bahkan tidak mengenal orang-orang

terdekatnya terutama ibunya. Keluhan ini baru pertama kali dialaminya.

3

Ditemukan juga pembungkus obat di saku pasien yang diduga

dikonsumsinya. Pasien menyatakan obat tersebut adalah Trihexyphenidyl

yang pasien sebut “THD”. Diduga pasien juga mengonsumsi Tramadol

menurut keterangan ibunya. Keluhan yang dialami ini muncul saat

beberapa jam setelah ujian dimulai. Pasien mengaku mengonsumsi obat

THD (Trihexyphenidyl) sebanyak 3 biji sekaligus di sekolah. Kemudian

saat ujian berlangsung, pasien merasa pusing dan lembar soal didepannya

terasa berbayang. Setelah itu, pasien tidak lagi mengingat apa yang terjadi

setelahnya. Menurut Ibunya, pasien juga bicara sendiri dan tidak lama

setelah itu pasien mulai menurun kesadarannya selama disekolah. Pihak

sekolah pun memanggil pihak keluarga ke sekolah. Namun pasien tidak

mengenal ibunya. Guru pasien menemukan sebuah pembungkus obat di

saku pasien. Pasien mengaku membelinya sendiri dari teman. Dengan

keluhan dan temuan tersebut, pasien kemudian dilarikan ke UGD RS TK

II Pelamonia dan kemudian mendapat perawatan di seruni.

Hari pertama perawatan di seruni, pasien masih bicara sendiri dan

tidak mengenali ibunya. Pasien juga marah besar jika ditentang

perkataannya atau kemauannya. Pasien merasa melihat temannya dan

mengajak berbicara juga mendengar suara – suara temannya. Setelah

mengonsumsi obat tersebut pasien juga merasa enak serta tidak merasakan

apa – apa. Dihari pertama perawatan, pasien juga tidak bisa tidur 1 hari 1

malam.

Hari kedua perawatan ibu pasien mengatakan bahwa pasien sudah

bisa tidur namun masih berbicara sendiri. Hari ketiga perawatan pasien

sudah mengenali ibunya yang sebelumnya tidak dikenalnya.

Ibu pasien tidak merasa anaknya mengalami perubahan perilaku

sebelumnya seperti mengurung diri, menarik diri, tidak mau terlibat

dengan orang- orang yang ada di masyarakat. Hanya saja pasien memang

adalah sosok yang diketahuinya agak tertutup terhadap orang lain dan

pendiam. Sebelumnya pasien adalah sosok yang pendiam, jarang meminta

sesuatu pada orang tuanya, sabar dan tidak pernah bermasalah disekolah.

4

Sehingga guru dan ibu pasien merasa sedih dan kaget ketika mengetahui

bahwa anaknya mengonsumsi obat yang disalahgunakan.

Pasien juga mengaku merokok sejak kelas 6 SD ( kurang lebih 4

tahun yang lalu) sebanyak 3 batang/hari tanpa diketahui orang tuanya.

Merokok pertama kalinya diakui karena ditawari oleh temannya. Pertama

kali mencoba rokok ia merasa tidak nyaman namun mencoba lagi untuk

yang kesekian kalinya hingga ketagihan. Ayah pasien meninggal karena

kanker otak pada saat pasien berumur 10 tahun. Diduga karena hal

tersebutlah yang menjadi stressor pasien tersebut yang membuatnya

mencoba rokok, namun pasien adalah sosok yang pendiam.

Menurut keterangan ibunya, pasien adalah sosok yang tidak suka

keluar rumah, aktivitas dirumah hanya mendengar musik, main game dan

menelpon dengan teman dekatnya, namun patuh dan sering membantu

orang tuanya dirumah. Pasien jarang bergaul atau berkumpul dengan

teman atau tetangganya di rumah atau di sekitar rumah. Pasien lebih

banyak menghabiskan waktu dirumah.

- Hendaya/disfungsi :

Hendaya sosial (+)

Hendaya pekerjaan (-)

Hendaya waktu senggang (+)

- Faktor stressor psikososial :

Tidak jelas karena pasien hanya mengatakan mengonsumsi obat ini

hanya karena ingin coba-coba, dan tidak ada masalah yang terkait

dengan keinginan coba-coba obat tersebut. Begitu pula dengan rokok

yang awalnya pasien ini hanya ingin coba-coba dan akhirnya

ketagihan. Pasien juga tidak merasa di kekang oleh orang tuanya

serta mengaku tidak ada masalah dalam keluarga ataupun dengan

teman. Ayah pasien meninggal karena kanker otak saat pasien

berumur 10 tahun, dan diduga karena hal tersebut sebagai

kompensasi sehingga pasien berfikir untuk mencoba mengonsumsi

rokok namun pasien mengelak hal tersebut.

5

C. Riwayat Gangguan Sebelumnya

1. Riwayat penyakit dulu :

Infeksi (-)

Trauma (-)

Kejang (-)

2. Riwayat penggunaan Zat Psikoaktif :

Merokok (+) 3 batang/hari di sekolah

Alkohol (-)

Obat-obatan terlarang (-)

Obat – obat lain (+) trihexyphendyl sejak 2 minggu yang lalu

sebanyak 3 biji sekaligus, menurut pasien, ini baru pertama kalinya

mengonsumsi obat tersebut.

D. Riwayat Gangguan Psikiatrik Sebelumnya :

Tidak ada

E. Riwayat kelahiran pribadi

1. Riwayat Prenatal dan Perinatal

Lahir normal di RS TK II Pelamonia ditolong oleh dokter

Pasien merupakan anak yang diinginkan.

Ibu pasien tidak mengalami masalah selama pasien dikandung

2. Riwayat Masa Kanak Awal-Pertengahan

a. Usia 1 – 3 tahun

Pasien mendapat ASI hingga umur 2 tahun

Toilet training dilakukan dengan baik

Pertumbuhan dan perkembangan baik dan sesuai usianya

b. Usia 3 – 5 tahun

Pertumbuhan dan perkembangan sama dengan anak sebayanya.

c. Usia 6 – 11 tahun

Mampu bergaul dan bekerja sama dengan teman sebayanya di

sekolah

Menurut keluarga, pasien adalah anak yang pendiam ,jarang

meminta sesuatu kepada orang tuanya, dan sabar.

6

Pertumbuhan dan perkembangan sama dengan anak sebayanya

3. Riwayat masa kanak akhir dan remaja

Prestasi belajar biasa – biasa saja

Hubungan dengan keluarga baik

Hobi mendengar musik dan bermain game online

Pertumbuhan dan perkembangan sama dengan anak sebayanya

Pasien lebih banyak menghabiskan waktu dirumah dibanding di luar

rumah kecuali kegiatan sekolah

Pasien dimasukkan di SMK kartika oleh keluarganya karena sekolah

tersebut tergolong disiplin dan ketat sehingga pasien tidak perlu

merasa khawatir dengan pergaulan bebas.

4. Riwayat masa dewasa

a. Riwayat pendidikan

Riwayat pendidikan sekarang SMA ( SMK Kartika). Sekarang

pasien kelas 1 SMA (sementra bersekolah) tapi ijin sakit beberapa

hari tidak masuk sekolah selama dirawat dirumah sakit.

b. Riwayat pekerjaan

Pasien merupakan siswa

c. Riwayat Militer

Pasien tidak pernah mengikuti kegiatan militer

d. Riwayat pernikahan

Pasien belum menikah

e. Riwayat keluarga

Pasien adalah anak pertama dari 3 bersaudara (♂,♀,♂)

Pasien memiliki hubungan yang baik dengan kedua orang tuanya

Hubungan dengan saudara kurang baik terutama dengan adik

perempuannya. Pasien sering berkelahi dengan saudaranya tersebut.

Riwayat keluarga dengan keluhan yang sama tidak ada

f. Riwayat kehidupan sosial

Hubungan dengan teman – teman lingkungan sekitar diakui baik

namun jarang berkumpul kecuali di sekolah

7

g. Riwayat agama

Pasien menganut ajaran agama islam dan beribadah dengan baik tapi

masih tidak teratur dan tepat waktu.

h. Situasi kehidupan sekarang

Pasien tinggal bersama dengan orang tuanya dan saudara –

saudaranya.

Keluarga tercukupi secara finansial

i. Riwayat Kriminalitas

Pasien tidak pernah menjadi korban, pelaku, ataupun saksi pada

suatu kasus kriminal

j. Persepsi pasien tentang diri dan kehidupannya

Pasien menyadari mengonsumsi obat – obatan, merokok itu tidak

baik, dan pasien ingin sembuh.

k. Riwayat Psikoseksual

Tidak ditemukan gangguan

III. PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

Pemeriksaan status mental dilakukan pada hari terakhir perawatan

kemudian dilanjutkan pada saat kontrol di poli jiwa kurang lebih 10 hari

setelah perawatan.

a. Deskripsi Umum

1. Penampilan : Seorang anak laki – laki, rambut hitam cepak,

wajah sesuai umur, kulit sawo matang, perawakan tinggi,

memakai baju kaos kotak – kotak cokelat abu – abu dengan jaket

semijeans biru, memakai headset dan celana panjang jeans

cokelat dan memakai sepatu warna krem.

2. Kesadaran :

Kesadaran baik saat dilakukan wawancara

3. Perilaku dan Aktivitas Psikomotor :

Pasien tampak tenang saat wawancara

4. Sikap terhadap pemeriksa : Kooperatif

8

b. Keadaan Afektif

1. Mood : eutimik

2. Afek : luas

3. Serasi : serasi

4. Empati : tidak dapat dirabarasakan

c. Pembicaraan : Gaya bicara tidak spontan

d. Gangguan persepsi

1. Halusinasi : auditorik (pasien kerap kali mendengar suara-suara

temannya mengajak bicara setelah mengonsumsi

obat tersebut)

2. Ilusi : (+) pasien menganggap seolah-olah orang yang ada

disekitarnya itu adalah teman-temannya pada saat itu.

3.Depersonalisasi: (-)

4.Derealisasi: (-)

e. Pikiran :

1. Bentuk pikir : Dereisme

2. Arus Pikiran : Irrelevan

3. Isi pikiran :

Gangguan isi pikir (-)

f. Fungsi Intelektual (kognitif)

1. Taraf pendidikan, pengetahuan umum, dan kecerdasan : sesuai

tingkat pendidikan

2. Orientasi

a. Waktu : Baik

b. Tempat : Baik

c. Orang : Baik

*awalnya pasien mengalami disorientasi setelah beberapa jam

hingga 1 hari setelah mengonsumsi obat tersebut.

3. Daya Ingat:

a. Jangka panjang : Baik

b. Jangka sedang : Baik

9

c. Jangka pendek : Baik

d. Jangka segera : Baik

4. Konsentrasi dan Perhatian : Cukup

5. Kapasitas berbahasa, membaca dan menulis: baik, hendaya

berbahasa (-)

6. Pikiran abstrak : Cukup

7. Bakat kreatif : tidak ada

8. Kemampuan menolong diri sendiri : kurang (pasien sering

berkelahi dengan saudaranya yang lawan jenis; usia 5 tahun)

g. Pengendalian Impuls : Terganggu

h. Daya nilai & tilikan :

Norma sosial : kurang

Uji daya nilai : kurang

Penilaian realitas : kurang

Tilikan : derajat 6 (sadar dirinya sakit dan perlu

pengobatan)

i. Taraf dapat dipercaya : cukup

IV. PEMERIKSAAN FISIK DAN NEUROLOGIS

Status Internus : KU baik

Tanda-tanda vital:

TD : 120/80 mmHg S : 36,2 oC

N : 84 x/m P : 18 x/m

Status Neurologis

GCS : E4M6V5 (compos mentis)

kaku kuduk (-)

V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA

Pasien 15 tahun masuk RS TK II Pelamonia untuk pertama kalinya

diantar oleh pihak sekolah beserta ibu kandungnya dengan keluhan

kesadaran menurun dan linglung/bingung. Keluhan kesadaran menurun

10

dan tampak linglung disertai juga dengan keluar busa dari mulut hingga

kejang. Pasien juga bahkan tidak mengenal orang-orang terdekatnya

terutama ibunya. Keluhan ini baru pertama kali dialaminya. Ditemukan

juga pembungkus obat yang diduga dikonsumsi pasien sebelumnya.

Pasien menyatakan obat tersebut adalah Trihexyphenidyl yang pasien

sebut “THD”. Keluhan yang dialami ini muncul saat beberapa jam setelah

ujian dimulai. Pasien mengaku mengonsumsi obat THD (Trihexyphenidyl)

sebanyak 3 biji sekaligus disekolah. Diduga pasien juga mengonsumsi

Tramadol menurut keterangan ibunya. Kemudian saat ujian berlangsung,

pasien merasa pusing dan lembar soal didepannya terasa berbayang.

Setelah itu, pasien tidak lagi mengingat apa yang terjadi setelahnya.

Menurut Ibunya, pasien juga bicara sendiri dan tidak lama setelah itu

pasien mulai menurun kesadarannya selama disekolah. Pihak sekolah pun

memanggil pihak keluarga ke sekolah. Namun pasien tidak mengenal

ibunya. Guru pasien menemukan sebuah pembungkus obat di saku pasien.

Pasien mengaku membelinya sendiri dari teman. Dengan keluhan dan

temuan tersebut, pasien kemudian dilarikan ke UGD RS TK II Pelamonia

dan kemudian mendapat perawatan di seruni.

Hari pertama perawatan di seruni, pasien masih bicara sendiri dan

tidak mengenali ibunya. Pasien juga marah besar jika ditentang

perkataannya atau kemauannya. Pasien merasa melihat temannya dan

mengajak berbicara juga mendengar suara – suara temannya. Setelah

mengonsumsi obat tersebut pasien juga merasa enak serta tidak merasakan

apa – apa. Dihari pertama perawatan, pasien juga tidak bisa tidur 1 hari 1

malam.

Hari kedua perawatan ibu pasien mengatakan bahwa pasien sudah

bisa tidur namun masih berbicara sendiri. Hari ketiga perawatan pasien

sudah mengenali ibunya yang sebelumnya tidak dikenalnya.

Ibu pasien tidak merasa anaknya mengalami perubahan perilaku

sebelumnya seperti mengurung diri, menarik diri, tidak mau terlibat

dengan orang- orang yang ada di masyarakat. Hanya saja pasien memang

11

adalah sosok yang diketahuinya agak tertutup terhadap orang lain dan

pendiam. Sebelumnya pasien adalah sosok yang pendiam, jarang meminta

sesuatu kepada orang tuanya, sabar dan tidak pernah bermasalah

disekolah. Sehingga guru dan ibu pasien merasa sedih dan kaget ketika

mengetahui bahwa anaknya mengonsumsi obat yang disalahgunakan.

Pasien juga mengaku merokok sejak kelas 6 SD ( kurang lebih 4

tahun yang lalu) sebanyak 3 batang/hari tanpa diketahui orang tuanya.

Merokok pertama kalinya diakui karena ditawari oleh temannya. Pertama

kali mencoba rokok ia merasa tidak nyaman namun mencoba lagi untuk

yang kesekian kalinya hingga ketagihan. Diduga karena hal tersebutlah

yang menjadi stressor pasien tersebut yang membuatnya mencoba rokok,

namun pasien adalah sosok yang pendiam.

Menurut keterangan ibunya, pasien adalah sosok yang tidak suka

keluar rumah, aktivitas dirumah hanya mendengar musik, main game dan

menelpon dengan teman dekatnya, namun patuh dan sering membantu

orang tuanya dirumah. Pasien jarang bergaul atau berkumpul dengan

teman atau tetangganya di rumah atau di sekitar rumah. Pasien lebih

banyak menghabiskan waktu dirumah.

- Hendaya/disfungsi :

Hendaya sosial (+)

Hendaya pekerjaan (-)

Hendaya waktu senggang (+)

- Faktor stressor psikososial :

Tidak jelas karena pasien hanya mengatakan konsumsi obat ini

hanya karena ingin coba-coba, dan tidak ada masalah yang terkait

dengan keinginan coba-coba obat tersebut. Begitu pula dengan rokok

yang awalnya pasien ini hanya ingin coba-coba dan akhirnya

ketagihan. Pasien juga tidak merasa di kekang oleh orang tuanya

serta mengaku tidak ada masalah dalam keluarga ataupun dengan

teman. Ayah pasien meninggal karena kanker otak saat pasien

berumur 10 tahun, dan diduga karena hal tersebut sebagai

12

kompensasi sehingga pasien berfikir untuk mencoba mengonsumsi

rokok namun pasien mengelak hal tersebut.

Pada pemeriksaan status mental didapatkan penampilan Seorang

anak laki – laki, rambut hitam cepak, wajah sesuai umur, kulit sawo

matang, perawakan tinggi, memakai baju kaos kotak – kotak cokelat abu –

abu dengan jaket semijeans biru, memakai headset dan celana panjang

jeans cokelat dan memakai sepatu warna krem. Kesadaran baik, perilaku

dan aktivitas motorik pasien tenang saat dilakukan wawancara. Ditemukan

mood yang eutimik dengan afek terbatas dan serasi, serta empati tidak

dapat dirabarasakan. Gaya bicara tidak spontan (hanya menjawab atau

berbicara jika ditanya, tidak pernah memulai pembicaraan dan bersifat

terbuka untuk bercerita seputar keluhan dan kehidupannya), terdapat

gangguan persepsi berupa halusinasi auditorik dan juga terdapat ilusi

sesaat setelah mengonsumsi obat tersebut. Tidak terdapat gangguan

pikiran baik dari segi bentu, arus, maupun isi pikiran. Taraf pendidikan

sesuai, tidak ada gangguan orientasi dan daya ingat. Pasien tampak penuh

konsentrasi dan perhatian, pikiran abstrak baik, kemampuan menolong diri

sendiri baik. Tidak ada gangguan daya nilai, dan tilikan derajat 6 yakni

pasien merasa dirinya sakit dan perlu pengobatan.

VI. DIAGNOSIS MULTIAKSIAL (Berdasarkan PPDGJ III dan DSM-IV

yang dikaitkan dengan ICD-10)

Aksis I: Berdasarkan alloanamnesis, autoanamnesis, dan pemeriksaan

status mental didapatkan adanya penggunaan obat yang tidak

sesuai anjuran (tingkat dosis obat yang digunakan) serta konsumsi

zat adiktif sejak lama, tidak ada sindrom ketergantungan, adanya

kondisi peralihan yang timbul akibat penggunaan zat psikoaktif

(rokok yang terkait nikotin) dan obat sehingga terjadi gangguan

kesadaran, fungsi kognitif, persepsi, perilaku, atau fungsi dan

respon psikofisiologis pada pasien ini sehingga menurut PPDGJ III

13

dan DSM IV pasien ini tergolong mengalami gangguan mental

dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan penggunaan

zat psikoaktif lainnya dengan intoksikasi akut disertai delirium

(F19.03)

Aksis II : Dari hasil alloanamnesis, autoanamnesis dan pemeriksaan status

mental, didapatkan ciri kepribadian yang mengarah ke kepribadian

dependen. Pasien jarang meminta sesuatu kepada orang tuanya,

dan sebagian besar keputusan ada pada orang tuanya (data ini

didapatkan dari alloanamnesis)

Aksis III : Intoksikasi akut karena penggunaan obat yang tidak sesuai

anjuran (terkait dosis obat yang digunakan)

Aksis IV: Tidak jelas (karena pasien hanya mengatakan mengonsumsi obat

ini hanya karena ingin coba-coba, dan tidak ada masalah yang

terkait dengan keinginan coba-coba obat tersebut. Begitu pula

dengan rokok yang awalnya pasien ini hanya ingin coba-coba dan

akhirnya ketagihan. Pasien juga tidak merasa di kekang oleh orang

tuanya serta mengaku tidak ada masalah dalam keluarga ataupun

dengan teman. Namun, ayah pasien meninggal karena kanker otak

pada saat pasien berumur 10 tahun dan diduga hal tersebut lah yang

memicu pasien (sebagai kompensasi) untuk mencoba rokok namun

pasien mengelak hal tersebut)

Aksis V : GAF scale 70-61 (beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas

ringan dalam fungsi, secara umum masih baik)

VII. PROGNOSIS

Dubia ad bonam

Faktor pendukung:

- Tidak ditemukan adanya riwayat keluarga (herediter) yang mengalami

gangguan jiwa

- Tidak ada kelainan organik dan neurologik

- Keluarga mendukung kesembuhan pasien

14

- Onset yang masih tergolong akut

Faktor penghambat:

- Lingkungan pasien yakni teman-teman sepergaulan pasien yang

kemungkinan menghasut/mengajak pasien menggunakan obat tersebut

atau obat lainnya lagi.

VIII. RENCANA TERAPI

1) Farmakoterapi

Risperidone 2 mg 2x1

2) Psikoterapi

Ventilasi

Memberi kesempatan kepada pasien untuk menceritakan

keluhan dan isi hati serta perasaan pasien menjadi lega

Konseling

Memberikan masukan dan penjelasan kepada keluarga pasien

dan orang-orang terdekat pasien serta lingkungannya tentang

keadaan yang dialami pasien, sehingga tercipta dukungan

sosial dalam lingkungan yang kondusif sehingga membantu

proses penyembuhan pasien serta melakukan kunjungan

berkala.

*terapi yang diutamakan pada pasien ini yaitu psikoterapi.

IX. DISKUSI

Otak manusia terbagia atas 3 bagian besar yaitu neokortex atau kortex

cerebri, sistem limbik, dan batang otak, yang bekerja secara simbiosis. Cortex

cerebri berfungsi untuk berfikir, berhitung, memori, bahasa. Sistem limbik

berfungsi dalam mengatur emosi dan memori emosional, dan batang otak

mengatur fungsi vegetatif tubuh antara lain denyut jantung, aliran darah,

kemampuan gerak atau motorik. Ketiganya bekerja bersama saling

mendukung dalam waktu yang bersamaan tetapi juga dapat juga bekerja

secara terpisah. Otak terbentuk dari 2 jenis sel yaitu glia dan neuron. Glia

15

berfungsi untuk menunjang dan melindungi neuron, sedangkan neuron

membawa informasi dalam bentuk aksi potensial. Mereka berkomunikasi

dengan neuron yang lain dan keseluruh tubuh dengan mengirimkan berbagai

macam bahan kimia yang disebut neurotransmitter. Neurotransmitter paling

mempengaruhi sikap, emosi, dan perilaku seseorang antara lain serotonin,

asetil kolin, dopamin, epinefrin, dan norepinefrin.

Obat (“drug atau farmakon”) didefinisi oleh WHO sebagai “semua zat

yang bila dimasukkan ke dalam tubuh suatu makhluk, akan mengubah atau

memengaruhi satu atau lebih fungsi faali makhluk tersebut.

Trihexyphenidyl merupakan golongan antikolinergik. Antikolinergik

merupakan obat alternatif levodopa dalam pengobatan parkinsonisme. Dasar

kerja obat ini adalah mengurangi aktivitas antikolinergik yang berlebihan di

ganglia basalis. Antiparkinson golongan antikolinergik menimbulkan efek

samping sentral dan perifer. Efek samping sentral dapat berupa gangguan

neurologik yaitu ataksia, disartria, hipertermia; gangguan mental: pikiran

kacau, amnesia, delusi, halusinasi, somnolen dan koma. Obat antikolinergik

khususnya bermanfaat terhadap parkinsonimsme akibat obat, misalnya oleh

neuroleptik. Senyawa ini bekerja dengan menghambat pelepasan asetilkolin

endogen dan eksogen, menghambat reuptake dopamine pada ujung saraf pre

sinaptik di otak. Efek sentral terhadap susunan saraf pusat akan merangsang

pada dosis rendah dan mendepresi pada dosis toksik. Trihexyphenidyl

menunjukkan inhibisi pada sistem saraf simpatetik, serta mempunyai efek

merelaksasi otot polos, secara langsung memberikan efek kepada otot dan

secara tidak langsung melalui sistem parasimpatetik.

Trihexyphenidyl (THD) ini bersifat antikolinergik yang merupakan

obat alternatif dopamin yang mekanisme kerjanya sebagai obat dopaminergik

sentral. Obat ini secara tidak langsung melepaskan dopamin ke dalam otak

yang sangat bermanfaat untuk mengobati parkinson, tapi dalam waktu yang

bersamaan obat ini menekan berbagai bagian lobus prefrontalis dan area yang

berkaitan dengan yang lainnya. Neurotransmitter lain (asetilkolin) ditekan

16

sehingga terjadi kelebihan dopamin yang disekresikan oleh sekelompok

neuron yang menyekresikan dopamin yang badan selnya terletak di

tegmentum ventral dari mesensefalon, di sebelah medial dan anterior dari

sistem limbik, khususnya hipokampus, amigdala, nukleus kaudatus anterior

dan sebagian lobus pre frontalis ini semua pusat-pusat pengatur tingkah laku

sehingga terjadilah perubahan perilaku pada pasien. Obat ini mencapai kadar

puncak setelah 1-2 jam, sedangkan waktu paruh obat ini yakni 10-12 jam.

Tembakau adalah bentuk nikotin yang paling banyak ditemukan.

Tingkat pencapaian pendidikan berkorelasi dengan penggunaan tembakau.

Secara perilaku, efek stimulatorik nikotin menimbulkan peningkatan atensi,

pembelajaran, waktu reaksi, dan kemampuan menyelesaikan masalah. Hasil

studi tentang efek nikotin pada aliran darah otak menemukan bahwa pajanan

nikotin jangka pendek meningkatkan aliran darah otak tanpa mengubah

metabolisme oksigen otak, tetapi pajanan jangka panjang menurunkan aliran

darah otak. Bertentangan dengan efek stimulatorik terhadap SSP, nikotin

bekerja sebagai relaksan otot skeletal. Nikotin adalah alkaloid yang sangat

toksik. Dosis 60 mg pada dewasa bersifat fatal sekunder terhadap paralisis

respiratorik; dosis 0,5 mg didapatkan melalui merokok kretek biasa. Pada

dosis rendah, tanda dan gejala toksisitas nikotin meliputi mual, muntah,

salivasi, pucat, pusing, sakit kepala, peningkatan tekanan darah. Toksisitas

juga menyatakan ketidakmampuan konsentrasi. Pasien ini juga mengonsumsi

rokok sejak kelas 6 SD (sejak usia 11 tahun), dengan kata lain konsumsi rokok

sudah berlangsung selama 3 tahun. Awal pasien mengonsumsi rokok, terdapat

gejala mual akibat toksisitas dari nikotin. Dan efek sekarang yang dirasakan

pasien akibat nikotin adalah penurunan konsentrasi serta fungsi kognitif yang

terganggu.

Terapi yang diberikan pada pasien ini yakni antipsikotik golongan

atypical atau generasi II. Disebut atipikal karena obat ini hampir tidak

menimbulkan efek ekstrapiramidal. Mekanisme kerja obat psikotik atipikal,

disamping berafinitas terhadap Dopamine D2 Reseptor, juga terhadap

17

serotonin 5 HT2 Reseptor. Antipsikotik atipikal juga diketahui dapat

mengatasi gejala positif maupun negatif. Ini bermanfaat untuk pasien dengan

gejala positif berupa bicara sendiri dan halusinasi, serta gejala negatif dari

pasien.

18

AUTOANAMNESIS

Dokter Muda (DM), Pasien (P)

Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 16-10-2015 saat pasien

berkunjung ke poli jiwa untuk kontrol.

DM : Assalamualaikum, boleh saya minta waktunya sebentar?

Saya mau tanya-tanya seputar keluhan dan kehidupan nya adek.

P : waalaikumsalam. Iya dok silahkan

DM : perkenalkan, saya Dokter Muda Ayu. Namanya siapa dek?

P : Ferdi dok

DM : tinggal dimana ferdi?

P : di pampang dok

DM : Ferdi umurnya berapa?

P : 15 tahun dok

DM : oh berarti masih sekolah ya?

P : SMA kelas 1 dok

DM : sekolah dimana?

P : SMK kartika

DM : kalau tidak salah, ferdi pernah dirawat disini ya?

P : iya dok

DM : bisa diceritakan bagaimana kronologisnya sampai dibawa

kesini apa keluhannya? Mulai dari masuk disini itu hari apa?

P : masuk disini hari kamis

19

DM : apa keluhannya sampai dibawa kesini?

P : pusing kayak tidak bisa jalan, katanya sempat pingsan

juga dok. Setelah itu saya sudah tidak ingat

DM : iya saya sudah dengar dari ibunya Ferdi kalau awal

kejadiannya itu di sekolah, adek pingsan sampai keluar busa dari mulut.

Setelah itu di bawa ke UGD sini. Ibu juga bilang kalau adek minum obat

tramadol makanya begitu, dan didapat juga di sakunya adek pembungkus

obatnya, isinya sudah tidak ada. Benar?

P : bukan tramadol

DM : lantas apa?

P : THD dok?

DM : sejak kapan pertama kali diminum obat itu?

P : itu pertama kalinya dok

DM : belum pernah sebelumnya? atau mungkin obat selain THD

?

P : tidak pernah dok. Ini pertama kalinya

DM : adek tau tidak, itu obat apa?

P : yang jelas temanku bilang kalau obat itu bisa buat tidak

merasakan apa-apa dan bisa buat rileks

DM : pas di sekolah? pas jam istirahat?

P : iya di sekolah. Jam istirahat sebelum ujian

DM : berapa banyak yang diminum?

P : 3 biji

20

DM : Cuma 3 biji? Bukan 1 papan?

P : iya 3 biji dok

DM : setelah diminum apa yang adek rasa?

P : pertamanya sih tidak adadok. Tapi pas mulai ujian, itu

kertas soal ku seperti berbayang dan saya mulai pusing saat itu. Terus pas

habis ujian guru dapat pembungkus obat di kantong saya. Terus saya

dibawa ka ke ruang BK. Setelah itu tidak ingat lagi apa yang terjadi

DM : selain itu, apalagi efek-efek yang ferdi rasa? Selama di

perawatan mungkin? Karena Ibunya ferdi sempat bilang juga kalau ferdi

tidak ingat wajahnya orang-orang. Sering juga bicara sendiri dan

berhalusinasi. Betul?

P : iya dok. Katanya saya tidak ingat ibuku waktu disini

DM : terus berhalusinasi seperti apa waktu itu? Ferdi dengar

suara-suara? Atau liat orang yang sebetulnya orang lain tidak bisa liat?

P : saya dengar suaranya teman-teman ajak bicara. Saya kira

ada temanku saat itu tapi orang-orang bilang kalau temanku tidak ada saat

itu. Yang ada hanya ibuku dan suster.

DM : jadi Ibu juga dikira temannya?

P : iya dok

DM : alasan minum itu obat memang karena mau ji coba-coba?

atau ada masalah mungkin? Masalah sama teman misalnya, atau sama

saudara atau orangtua?

P : tidak ada, memang mau coba-coba saja karena sering

ditawari sama teman

DM : teman yang lain banyak yang minum itu obat?

21

P : iya lumayan dok

DM : ada teman dekatnya adek juga yang minum obat itu?

sudah berapa lama dia minum? Dia minum THD juga?

P : kalau teman-temanku, banyak dok

DM : banyak apa maksudnya? banyak macam atau apa?

P : iya, bukan Cuma THD, tramadol juga mungkin

DM : berapa banyak mereka minum dalam sekali minum?

P : banyak, karena mereka sudah lama.

DM : mereka sering minum obat itu?

P : sering sekali. Mungkin sudah ketergantungan

DM : jangan-jangan ferdi juga sudah lama? Karena kan ada

teman dekatnya juga yang sudah lama minum ?

P : tidak dok, barupi satu kali ini saya coba. Memang sering

ditawari teman tapi baru kali ini punya keberanian coba

DM : terus obat itu dibeli dimana?

P : beli di teman dok

DM : temannya beli dimana?

P : di apotek dok

DM : ferdi tau kalau obat itu tidak bisa dipakai sembarangan?

Semua obat itu ada indikasi dan dosis tertentu nya.

P : iya dok tapi saya tidak tau

DM : terus masih mau diminum lagi itu obat? Menyesal minum

obat itu atau tidak?

22

P : tidak mau lagi dok. Saya menyesal dok

DM : iya, jangan langsung minum obat tanpa anjuran dokter

apalagi kalau hanya teman yang kasih begitu saja. Ferdi juga sudah tau

kalau banyak kerugian dari pemakaian obat itu.

P : iya dok

DM : Ferdi juga merokok ?

P : iya dok

DM : sejak kapan?

P : sejak kelas 6 SD

DM : siapa yang pertama kali mengenalkan rokok ke ferdi?

P : teman dok

DM : pertama coba, apa yang ferdi rasakan?

P : tidak enak, rasa mau muntah dok

DM : terus dicoba lagi atau berhenti sampai disitu?

P : coba lagi besoknya dok. Terus lama-kelamaan sudah tidak

ada lagi perasaan mau muntah, perasaan juga sudah enak dok.

DM : jadi Ferdi merokok sampai sekarang?

P : iya dok

DM : berapa batang per hari?

P : 3 batang saja dok

DM : orang tua tau kalau Ferdi merokok?

P : tidak dok

23

DM : apa alasan adek ferdi merokok? Menghilangkan stress,

selesaikan masalah, atau untuk menghadapi ujian mungkin?

P : tidak dok. Pertama hanya coba-coba juga kemudian

ketagihan hingga sekarang.

DM : selama lepas perawatan, masih ada keluhan yang ferdi

rasa dirumah? Susah tidur misalnya, gelisah, kejang, dll

P : tidak ada dok

DM : apakah obatnya diminum teratur?

P : iya dok

DM : oke, sekarang saya mau bertanya lagi seputar kehidupan

pribadi. Ferdi anak ke berapa dari berapa bersaudara?

P : anak pertama dari 3 bersaudara dok.

DM : bagaimana hubungan dengan adek-adeknya? Apakah tidak

sering bertengkar?

P : sering dok

DM : sering bertengkar dengan adik yang perempuan atau yang

laki-laki?

P : yang perempuan dok

DM : berkelahinya sampai pukul-pukul?

P : tidak dok

DM : kalau hubungannya dengan orang tua dirumah

bagaimana?

P : baik dok

24

DM : kalau hubungan dengan teman-temannya bagaimana?

P : baik juga dok

DM : banyak teman dekatnya di sekolah? Sering teman-teman

ke rumah main-main?

P : banyak dok disekolah. Kalau dirumah, saya jarang keluar

rumah, teman-teman juga jarang ke rumah.

DM : jadi kalau dirumah bikin apa saja?kata Ibu, Ferdi kemana-

mana bawa headset. Entah dengar musik atau menelfon.

P : iya dok. Kalau dirumah paling sering dengar musik, main

game online, menelfon juga

DM : telfonan dengan siapa?

P : (Senyum) teman dok

DM : waktu dirawat disini, ada teman yang kunjungi?

P : iya ada dok

DM : sekarang saya mau lakukan pemeriksaan daya ingat dll

dengan pertanyaan-pertanyaan yah dik

P : iya dok

DM : sekarang hari apa ferdi? Siang atau malam?

P : jumat dok. Siang

DM : ferdi tau lagi dimana sekarang

P : Rumah sakit

DM : siapa orang yang disampingnya Ferdi sekarang?

(menunjuk ke arah ibu pasien)

25

P : (senyum) Ibu saya

DM : masih ingat SD dimana?

P : masih dok. Di kolaka

DM : tadi dirumah, Ferdi makan apa saja dirumah?

P : nasi goreng

DM : coba eja dari belakang kata yang saya sebut ya,

“SEMBUH”

P : “H-U-B-M-E-S”

DM : di sekolah belajar peribahasa. apa artinya ada udang di

balik batu?

P : hmmmm ada maksud yang tersembunyi mungkin

DM : apa bakat ferdi? Menyanyi kah? Main basket kah?

P : tidak ada

DM : dirumah, Ferdi sudah bisa mandiri? Makan sendiri,

rapikan barang-barang sendiri

P : iya dok

DM : kalau liat ada orang yang jatuh dompetnya di dijalan,

diapakan dompet itu?

P : beri tahu orang itu kalau dompetnya jatuh atau dompetnya

langsung di kembalikan ke pemiliknya

DM : Ferdi paling suka pelajaran apa disekolah?

P : Matematika mungkin?

DM : tidak dok. Saya paling lemah di matematika

26

P : lantas dari semua pelajaran, pelajaran apa yang ferdi

paling senangi

DM : hmmmmm (berpikir)

P : tidak ada dok

DM : Baiklah. Terimakasih banyak sudah mau sempatkan

waktunya untuk saya tanya-tanya dek. Jangan lupa diminum obatnya.

Semoga cepat sembuh dan semoga sekolahnya lancar. Saya minta maaf

kalau ada salah-salah kata atau perkataan yang tidak berkenan nah.

P : iye sama-sama. Terimakasih dok.

DM : iya dek. Assalamualaikum

P : Waalaikumsalam

27