Laporan Kasus i Ket

25
LAPORAN KASUS G1P0A0 GRAVID 1 MINGGU dengan KEHAMILAN EKTOPIK TERGANGGU (KET) disusun Oleh : Frianto Ismail Pembimbing : dr. Acholder TP Sirait, Sp.OG, M.Kes

description

ket

Transcript of Laporan Kasus i Ket

Page 1: Laporan Kasus i Ket

LAPORAN KASUS

G1P0A0 GRAVID 1 MINGGU dengan KEHAMILAN

EKTOPIK TERGANGGU (KET)

disusun Oleh :

Frianto Ismail

Pembimbing :

dr. Acholder TP Sirait, Sp.OG, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK SENIOR

BAGIAN ILMU KEDOKTERAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BATAM

RSUD EMBUNG FATIMAH BATAM

2016

Page 2: Laporan Kasus i Ket

BAB I

PENDAHULUAN

I. Latar Belakang

Kehamilan ektopik merupakan suatu keadaan dimana kantung gestasi

berada diluar kavum uteri. Kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 50 kehamilan.

Kehamilan ektopik merupakan salah satu penyebab terbesar kematian ibu pada

triwulan pertama dari kehamilan.

Resiko kehamilan ektopik sangat besar karena kehamilan ini tidak bisa

menjadi normal. Bila telur tersebut tetap tumbuh dan besar disaluran tuba maka

suatu saat tuba tersebut akan pecah dan dapat menyebabkan perdarahan yang

sangat hebat dan mematikan. Apabila seseorang mengalami kehamilan ektopik

maka kehamilan tersebut harus cepat diakhiri karena besarnya risiko yang

ditanggungnya.

Prinsip dasarnya jika pada wanita dalam masa reproduksi dengan

gangguan atau keterlambatan haid yang disertai dengan nyeri perut bagian

bawah, perlu difikirkan kehamilan ektopik terganggu. Gambaran klinik

kehamilan ektopik yang terganggu amat beragam. Sekitar 10 – 29% pasien yang

pernah mengalami kehamilan ektopik, mempunyai kemungkinan untuk terjadi

lagi. Kira – kira sepertiga sampai separuh dari pasien dengan kehamilan ektopik

mempunyai riwayat infeksi pelvis sebelumnya.

Page 3: Laporan Kasus i Ket

BAB II

LAPORAN KASUSI. Identitas Pasien

Nama : Ny. Encik Sukmariani

Umur : 29 Tahun

Agama : Islam

Alamat : Kampung dalam, RT/RW 005/004, Kel baloi indah

Pekerjaan : Wiraswasta

Suku : Melayu

No. RM : 14.81.71

Tanggal masuk RS : 07 Maret 2016

II. Identitas Suami

Nama : Tn. Nurizki

Umur : 27 Tahun

Agama : Islam

Alamat : Kampung dalam, RT/RW 005/004, Kel baloi indah

Pekerjaan : -

Suku : Padang

III. Anamnesa

A. Keluhan Utama

Nyeri perut di seluruh lapang perut

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Ny.Encik 29 tahun datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut di seluruh

lapangan perut, muntah 1x, demam (-), BAB normal, BAK normal, pusing (-),

mual (-).

Pasien mengaku sedang hamil anak pertama, tidak pernah abortus, umur

kehamilan diperkirakan 1 minggu.

Sebelumnya pasien melakukan pemeriksaan di RS budi kemulian,

diagnosa dari hasil pemeriksaan adalah kista ovarium. OS todak memilki riwayat

alergi obat (-), darah tinggi (-), kencing manis (-), asma (-).

Page 4: Laporan Kasus i Ket

C. Riwayat Penyakit Dahulu & Keluarga

Hipertensi (-), DM (-), Asma (-).

D. Riwayat Obstetrik

Pasien sebelumnya belum pernah hamil, dan tidak pernah keguguran

E. Riwayat ANC

Pasien belum pernah melakukan pemeriksaan ANC

F. Riwayat Menstruasi

Menarche : 14 tahun

Siklus Haid : 28 hari, Dysmenorhea : ya

Lama / kuantitas : 5 hari / 1 hari 3x ganti pembalut

HPHT : ?

G. Riwayat Kontrasepsi

Os mengatakan tidak pernah menggunakan kontrasepsi dalam bentuk apapun

H. Riwayat Kebiasaan

Merokok (-), konsumsi alkohol (-), konsumsi obat – obatan selama hamil (-)

IV. Pemeriksaan Fisik

A. Status Generalis

Pemeriksaan Umum

Keadaan umum : Sedang

Kesadaran : Compos mentis

Tanda Vital

Tekanan Darah : 100/60 mmHg

Nadi : 86x/menit

Suhu : 36°C

Pernafasan : 20 x/menit

SpO2 : 98%

Kepala : Normochepal, CA (+), SI (-),

Leher : Pembesaran KGB (-)

Page 5: Laporan Kasus i Ket

Thoraks : Cor = BJ I,II reguler, Murmur (-), gallop (-)

Pulmo = SN Vesikuler (+/+), Rh (-/-), Wh (-/-)

Abdomen : Soepel (+), NT (+) di fosa iliaka dextra, BU (N)

Genitalia : P/V (-), Pem dalam (VT (-))

Ekstremitas : Akral hangat (+)

V. Pemeriksaan Penunjang

Darah Lengkap & Elektrolit (07 – 3 – 2016) : I

Hb : 8,2 gr/dl

Leukosit : 14.800 /ul

GDS : 188 mg/dl

Masa perdarahan : 4’00

Masa pembekuan : 8’00

Natrium : 133 mmol/L

Kalium : 3,7 mmol/L

Clorida : 107 mmol/L

Darah Lengkap (07 – 03 – 2016) : II

Hb : 6,6 gr/dl

Leukosit : 10.600 /ul

Trombosit : 258 ribu/ul

Darah Lengkap (07 – 03 – 2016) : III

Hb : 6,4 gr/dl

Leukosit : 9.200 /ul

Trombosit : 115 ribu/ul

Masa Perdarahan : 3’00

Masa Pembekuan : 7’30

Plano Test

Positif (+)

USG (07 – 03 – 2016) (09.30 di poli dg dr.Acholder, Sp.OG)

Hasil : Kehamilan Ektopik Terganggu (KET)

VI. Diagnosis

G1P0A0 gr 1 minggu + Kehamilan ektopik terganggu (KET)

Page 6: Laporan Kasus i Ket

VII. Penatalaksanaan

Planning diagnosa : Pemeriksaan darah lengkap, Pemeriksaan plano test.

Pemeriksaan USG

Planning terapi : pro operasi laparatomi eksplorasi, resusitasi cairan,

transfusi PRC,

Planning monitoring : KU, Tanda vital

VIII. Follow Up Pasien

Tanggal Ruangan SOAP INSTRUKSI

07/03/16

(08.30)

IGD S : Pasien datang dengan keluhan nyeri perut seluruh lapang perut, muntah (+) 1x, mual (+), demam (-), BAB (N), BAK (N), pasien sebelumnya berobat ke RSBK dgn dx Kista OvariumO : Kes : CM, KU : SedangTD : 100/60 mmHg, Nadi : 80x/menitRR : 20x/menit, Suhu : 36°CSpO2 : 98%Kepala : NormochepalyMata : Anemis (+), sklera ikterik (-)Leher : pembesaran KGB (-)Thorax :Cor : BJ I,II reguler, Murmur (-), gallop (-)Pul : SN Vesikuler +/+, Rh (-/-), Wh (-/-)Abdomen :Soepel (+), NT (+), BU (+) NormalEkstremitas : Akral hangatA : Kolik abdomen ec. Susp app akut,Dd/ Batu saluran kemihP : IVFD RL 20 tpmInj Ranitidin 1 ampInj Ondansentron 1 ampInj ketorolac 1 ampPronalges supp I

Dr. Acholder, Sp.OG Visite ke UGD

Konsul dr. April, Sp.B (04.30)Adv : Inj ketoroloac 3x1 amp Inj ranitidin 2x1 amp Pronalges supp I USG abdomen Cek urinalisa, sedimen urin Konsul obgyn

Konsul dr. Acholder, Sp.OG

Adv :

USG di poli (08.00)

Adv :

Cek plano test + Hb serial

Page 7: Laporan Kasus i Ket

(08.50)

(12.00)

Lapor hasil lab ke dr. Acholder, Sp.OG

- Transfusi Kolf I No.pack 472X1042

Adv :

Plano test (+) USG Kandungan Hasil : KET Rencana Op jam 14.00 Siapkan darah 2 kantong PRC

07/03/16

(19.30)

Mawar S :

- Kaki terasa kebas- Badan lemas- Kepala pusing

O :

- KU : baik, Kes :CM- TD : 100/70 mmHg, Nadi : 80x/menit- RR : 20x/menit, Suhu : 36°C- Kepala : Normochepaly- Mata : Anemis (-), sklera ikterik (-)- Leher : pembesaran KGB (-)Thorax :- Cor : BJ I,II reguler, Murmur (-), gallop (-)- Pul : SN Vesikuler +/+, Rh (-/-), Wh (-/-)Abdomen :- Soepel (+), NT (+), BU (+) NormalEkstremitas :- Akral hangat- Taka : RL drip tramadol + ondansenstron

1 amp 16 tpm- Taki : NaCl

DC (+)

A : Post laparotomi a/i KET

P :

- Inj epedrin 10 mg bila TD ≤ 90/60 mmHg- Ceftriaxone 2x1- Ketorolac 3x1- As.traneksamat 3x1

Page 8: Laporan Kasus i Ket

(20.10)

Transfusi darah kolf III No.pack 466U7192

08/03/16 Mawar S :- badan lemas, pusing (-), mual (-), muntah

(-)

O :

- KU : baik, Kes :CM- TD : 110/70 mmHg, Nadi : 75x/menit- RR : 20x/menit, Suhu : 36,8°C- Kepala : Normochepaly- Mata : Anemis (-), sklera ikterik (-)- Leher : pembesaran KGB (-)Thorax :- Cor : BJ I,II reguler, Murmur (-), gallop (-)- Pul : SN Vesikuler +/+, Rh (-/-), Wh (-/-)Abdomen :- Soepel (+), Nyeri bekas Op (+), BU (+)

NormalEkstremitas :- Akral hangat, oedem (-)

A : Post laparatomi a/i KET

P :

- IVFD RL- Ceftriaxone 2x1- Ketorolac 3x1- As.Traneksamat 3x1- Inj epedrin 10 mg bila TD ≤ 90/60 mmHg

09/03/16 Mawar S :- Nyeri luka post op (+)- Pusing (-), lemas (-), mual (-), muntah (-)

O :

- KU : baik, Kes :CM- TD : 110/70 mmHg, Nadi : 78x/menit- RR : 18x/menit, Suhu : 36,3°C- Kepala : Normochepaly- Mata : Anemis (-), sklera ikterik (-)

Page 9: Laporan Kasus i Ket

- Leher : pembesaran KGB (-)Thorax :- Cor : BJ I,II reguler, Murmur (-), gallop (-)- Pul : SN Vesikuler +/+, Rh (-/-), Wh (-/-)Abdomen :- Soepel (+), Nyeri bekas Op (+), BU (+)

NormalEkstremitas :- Akral hangat, oedem (-)

A : post laparatomi a/i KET

P :

Oral

- Cefadroxil 2x1- As. Met 3x1- Ganti perban pagi ini- Boleh pulang

Page 10: Laporan Kasus i Ket

BAB III

TINJAUAN PUSTAKAI. Definisi Kehamlan Ektopik

Kehamilan ektopik ialah kehamilan dengan ovum yang dibuahi

berimplantasi dan tumbuh tidak di tempat yang normal yakni dalam endometrium

kavum uteri. Istilah kehamilan ektopik lebih tepat daripada istilah ekstrauterin

yang sekarang masih juga banyak dipakai, oleh karena terdapat beberapa jenis

kehamilan ektopik yang berimplantasi dalam uterus tetapi tidak pada tempat yang

normal, misalnya kehamilan pada pars interstitialis tuba dan kehamilan pada

serviks uteri.

Kehamilan ektopik merupakan keadaan emergensi yang menjadi

penyebab kematian maternal selama kehamilan trimester pertama. Karena janin

pada kehamilan ektopik secara nyata bertanggung jawab terhadap kematian ibu,

maka para dokter menyarankan untuk mengakhiri kehamilan.

II. Epidemiologi

Kehamilan ektopik belum terganggu sulit diketahui, karena biasanya

penderita tidak menyampaikan keluhan yang khas, kehamilan ektopik baru

memberikan gejala bila kehamilan tersebut terganggu.12 Sehingga insidens

kehamilan ektopik yang sesungguhnya sulit ditetapkan. Meskipun secara

kuantitatif mortalitas akibat KET berhasil ditekan, presentase insidens dan

prevalensi KET cenderung meningkat dalam dua dekade ini. Dengan

berkembangnya alat diagnostik canggih, semakin banyak kehamilan ektopik yang

terdiagnosis sehingga semakin tinggi pula insidens dan prevalensinya.1

Keberhasilan kontrasepsi pula meningkatkan presentase kehamilan

ektopik, karena keberhasilan kontrasepsi hanya menurunkan angka kejadian

kehamilan uterin, bukan kehamilan ektopik, terutama IUD dan mungkin juga

progestage dosis rendah. Meningkatnya prevalensi infeksi tuba juga

meningkatkan keterjadian kehamilan ektopik. Selain itu, perkembangan teknologi

Page 11: Laporan Kasus i Ket

di bidang reproduksi, seperti fertilisasi in vitro, ikut berkontribusi terhadap

peningkatan frekuensi kehamilan ektopik.1

Kehamilan ektopik lebih sering ditemukan pada wanita kulit hitam

daripada wanita kulit putih. Perbedaan ini diperkirakan karena peradangan pelvis

lebih banyak ditemukan pada golongan wanita kulit hitam.

Kehamilan ektopik banyak terdapat bersama dengan keadaan gizi buruk

dan keadaan kesehatan yang rendah, maka insidennya lebih tinggi di negara

sedang berkembang dan pada masyarakat yang berstatus sosio-ekonomi rendah

daripada di negara maju dan pada masyarakat yang berstatus sosio-ekonomi

tinggi.1

Di amerika serikat, kehamilan ektopik terjadi pada 1 dari 64 hingga 1

dari 241 kehamilan, kejadian ini dipengaruhi faktor sosial, mungkin karena pada

golongan pendapatan rendah lebih sering terdapat gonorrhoe karena

kemungkinan berobat kurang.1

III. Etiologi

Etiologi kehamilan ektopik terganggu telah banyak diselidiki, tetapi

sebagian besar penyebabnya tidak diketahui. Trijatmo Rachimhadhi dalam

bukunya menjelaskan beberapa faktor yang berhubungan dengan penyebab

kehamilan ektopik terganggu.

1. Faktor mekanis

Hal hal yang mengakibatkan terhambatnya perjalanan ovum yang dibuahi ke

dalam kavum uteri, antara lain :

Salpingitis, terutama endosalpingitis yang menyebabkan aglutinasi silia

lipatan mukosa tuba dengan penyempitan saluran atau pembentukan

kantong – kantong buntu. Berkurangnya silia mukosa tuba sebagai akibat

infeksi juga menyebabkan implantasi hasil zigot pada tuba falopii.

Adhesi peritubal setelah infeksi pasca abortus / infeksi pasca nifas,

apendisitis, atau endometriosis, yang menyebabkan tertekuknya tuba atau

penyempitan lumen

Kelainan pertumbuhan tuba, terutama diventrikulum, ostium asesorius dan

hipoplasia. Namun ini jarang terjadi

Bekas operasi tuba memperbaiki fungsi tuba atau terkadang kegagalan

usaha untuk memperbaiki patensi tuba pada sterilisasi

Page 12: Laporan Kasus i Ket

Tumor yang merubah bentuk tuba seperti mioma uteri dan adanya benjolan

pada adneksia

Penggunaan IUD

2. Faktor fungsional

Migrasi eksternal ovum terutama pada kasus perkembangan duktus mulleri

yang abnormal

Refluks menstruasi

Berubahnya motilitas tuba karena perubahan kadar hormon esterogen dan

progesteron

3. Peningkatan daya penerimaan mukosa tuba terhadap ovum yang dibuahi

4. Hal lainnya, seperti riwayat KET dan riwayat abortus induksi sebelumnya.

Sebagian besar kehamilan ektopik berlokasi di tuba. Sangat jarang

terjadi implantasi pada ovarium, rongga perut, kanalis servikalis uteri, tanduk

uterus yang rudimeter, dan vertikel pada uterus. Berdasarkan implantasi hasil

konsepsi pada tuba, terdapat kehamilan pars interstisialis tuba, kehamilan pars

ismika tuba, kehamilan pars ampullaris tuba dan kehamilan infundibulum tuba.

Etiologi kehamilan ektopik telah banyak diselidiki, tetapi sebagian besar

penyebabnya tidak diketahui. Tiap kehamilan dimulai dengan pembuahan telur di

bagian ampulla tuba, dan dalam perjalanan ke uterus telur mengalami hambatan

sehingga pada saat nidasi masih dituba, atau nidasinya di tuba dipermudah.

Beberapa pembagian yang berbeda mengenai faktor – faktor yang

memegang peranan dalam hal ini adalah sebagai berikut :

1. Faktor dalam lumen tuba

Endosalpingitis dapat menyebabkan perlekatan endosalping, sehingga

lumen tuba menyempit atau membentuk kantong buntu.

Pad hipoplasia uteri lumen tuba sempit dan berlekuk – lekuk dan hal ini

sering disertai gangguan fungsi silia endosalping.

Operasi plastic tuba dan sterilisasi yang tak sempurna dapat menjadi sebab

lumen tuba menyempit.

2. Faktor pada dinding tuba

Endometriosis tuba dapat mempermudahkan implantasi telur yang dibuahi

dalam tuba.

Divertikel tuba congenital atau ostium assesorius tubae dapat menahan telur

yang dibuahi di tempat ini.

Page 13: Laporan Kasus i Ket

3. Faktor diluar dinding tuba

Perlekatan peritubal dengan distorsi atau lekukan tuba dapat menghambat

perjalanan telur

Tumor yang menekan dinding tuba dapat menyempitkan lumen tuba.

4. Faktor lain

Migrasi luar ovum, yaitu perjalanan dari ovarium kanan ke tuba kiri atau

sebaliknya dapat memperpanjang perjalanan telur yang dibuahi ke uterus,

pertumbuhan telur yang terlalu cepat dapat menyebabkan implantasi

premature.

Fertilisasi in vitro.

IV. Faktor Resiko

Faktor resiko untuk kehamilan ektopik telah dirangkum oleh ankum dkk

dalam meta-analisis yang mencakup 36 studi sebelumnya. Ada hubungan yang

kuat antara kehamilan ektopik dengan kondisi yang dianggap menghambat

migrasi sel telur yang telah dibuahi ke rahim. Dalam hal ini termasuk kerusakan

tuba falopi dari penyakit radang panggul sebelumnya, sejarah kehamilan ektopik,

dan operasi tuba sebelumnya, termasuk ligasi tuba sebelumnya. Mekanisme

patofisiologi terhadap terganggunya integritas tuba ini yang mungkin menjadi

penyebab peningkatan jumlah kehamilan ektopik pada pasien dengan infertilitas

atau operasi panggul sebelumnya.8

Merokok (diduga mempengaruhi motilitas tuba), bertambahnya usia, dan

memiliki lebih dari satu pasangan seksual juga telah memiliki kaitan yang lemah

terhadap peningkatan resiko kehamilan ektopik. Tidak jelas kaitan yang

dilaporkan antara kehamilan ektopik dan penggunaan kontrasepsi oral, keguguran

spontan, atau kelahiran secara besar.8

Faktor – faktor yang sering terjadi adalah :

Riwayat kehamilan jelek

Riwayat kehamilan yang behubungan dengan resiko kehamilan ektopik

adalah kehamilan ektopik, induksi abortus berulang dan mola. Sekali pasien

pernah mengalami kehamilan ektopik ia mempunyai kemungkinan 10 sampai

25% untuk terjadi lagi. Hanya 60% dari wanita yang pernah mengalami

kehamilan ektopik menjadi hamil lagi, walaupun angka kemandulannya akan

jadi lebih tinggi. Angka kehamilan ektopik yang berulang dilaporkan

Page 14: Laporan Kasus i Ket

berkisar 0-14,6%. Sebagai konsekuensinya, beberapa pasien melaporkan

kehamilan ektopik sebelumnya dan mengenal gejala – gejala sekarang yang

serupa.1

Riwayat infeksi pelvis

Kira-kira sepertiga sampai separuh dari pasien dengan kehamilan ektopik

mempunyai riwayat infeksi pelvis sebelumnya. Calon ibu menderita akibat

penyakit GO (gonorrhea) ataupun radang panggul. Hal inilah yang

menyebabkan ibu menderita keputihan harus melakukan pemeriksaan untuk

memastikan gejala yang di deritanya adalah tanda infeksi atau hanya

keputihan yang bersifat fisiologis.1

Riwayat kontrasepsi

Riwayat kontrasepsi membantu dalam penilaian kemungkinan kehamilan

ektopik. Pada kasus – kasus kegagaln kontrasepsi pada wanita yang

menggunakan kontrasepsi oral atau dengan alat kontrasepsi dalam rahim

(AKDR), rasio kehamilan ektopik dibandingkan dengan kehamilan

intrauterin adalah lebih besar daripada wanita – wanita yang tidak

menggunakan metode kontrasepsi. Kejadian kehamilan ektopik pada

akseptor AKDR dilaporkan 12 kali lebih tinggi dibandingkan dengan

pemakai kondom. Diperkirakan terjadi 2 kehamilan ektopik per 1000

akseptor AKDR setiap tahun.1

Akseptor pil yang berisi hanya progestagen dilaporkan mempunyai insiden

yang tinggi terhadap kehamilan ektopik apabila terjadi kehamilan selagi

menjadi akseptor yaitu 5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan insidennya

yang biasa. Pada pemakai pil 4-6% dari kehamilannya dilaporkan adalah

ektopik, akan tetapi dilaporkan tidak terjadi perubahan insiden pada akseptor

pil kombinasi.1

Riwayat operasi tuba

Adanya riwayat pembedahan tuba sebelumnya baik prosedur sterilisasi yang

gagal maupun usaha untuk memperbaiki infertilitas tuba samakin umum

sebagai faktor resiko terjadinya kehamilan ektopik.1

Merokok

Merokok pada waktu terjadi konsepsi meningkatkan insiden kehamilan

ektopik yang diperkirakan sebagai akibat perubahan jumlah dan afinitas

reseptor adrenergik dalam tuba.1

Page 15: Laporan Kasus i Ket

V. Patofisiologi

Proses implantasi ovum yang dibuahi yang terjadi di tuba pada dasarnya

sama dengan halnya di kavum uteri. Telur di tuba bernidasi secara kolumner atau

interkolumner. Implantasi secara kolumner yaitu telur berimplantasi pada ujung

atau sisi jonot endosalping. Perkembangan telur selanjutnya dibatasi oleh

kurangnya vaskularisasi dan biasanya telur mati secara dini dan kemudian di

resorpsi. Pada nidasi secara interkolumner telur bernidasi antara dua jonjot

endosalping. Setelah tempat nidasi tertutup, maka telur dipisahkan dari lumen

tuba oleh lapisan jaringan yang menyerupai desidua dan dinamakan

pseudokapsularis. Karena pembentukan desidua di tuba tidak sempurna, dengan

mudah vili korialis menembus endosalping dan masuk ke dalam lapisan otot –

otot tuba dengan merusak jaringan pembuluh darah. Perkembangan janin

selanjutnya bergantung pada beberapa faktor, seperti tempat implantasi, tebalnya

dinding tuba dan banyaknya perdarahan yang terjadi oleh invasi trofoblas.

Dibawah pengaruh hormon esterogen dan progesteron dari korpus

luteum graviditas dan trofoblas, uterus menjadi besar dan lembek. Endometrium

dapat pula berubah menjadi desidua. Setelah janin mati, desidua dalam uterus

mengealami degenerasi dan kemudian dikeluarkan berkeping – keping atau

dilepaskan secara utuh. Perdarahan pervaginam yang dijumpai pada kehamilan

ektopik terganggu berasal dari uterus dan disebabkan oleh pelepasan desidua

yang degenerative.

Tuba bukanlah tempat untuk pertumbuhan hasil konsepsi, sehingga tidak

mungkin janin tumbuh secara utuh seperti dalam uterus. Sebagian besar

kehamilan tuba terganggu pada umur kehamilan antara 6 – 10 minggu. Terdapat

beberapa kemungkinan mengenai nasib kehamilan dalam tuba yaitu :

a Hasil konsepsi mati dini dan diresorpsi

Pada implantasi secara kolumner, ovum yang dibuahi cepat mati karena

vaskularisasi kurang dan dengan mudah terjadi resorpsi total. Dalam

keadaan ini penderita tidak mengeluh apa – apa dan haidnya terlambat

untuk beberapa hari.

b Abortus kedalam lumen tuba

Perdarahan yang terjadi karena pembukaan pembuluh – pembuluh darah

oleh vili korialis pada dinding tuba di tempat implantasi dapat melepaskan

Page 16: Laporan Kasus i Ket

mudigah dari dinding tersebut bersama – sama dengan robeknya

pseudokapsularis. Pelepasan ini dapat terjadi sebagian atau seluruhnya. Bila

pelepasan menyeluruh, mudigah dan selaputnya dikeluarkan dalam lumen

tuba dan kemudian didorong oleh darah ke arah ostium tuba abdominale.

Perdarahan yang berlangsung terus menyebabkan tuba membesar dan

kebiru – biruan (hematosalping) dan selanjutnya darah mengalir ke rongga

perut melalui ostium tuba, berkumpul di kavum douglas dan akan

membentuk hematokel retrouterina.

c Ruptur dinding tuba

Ruptur tuba sering terjadi bila ovum berimplantasi pada ismus dan biasanya

pada kehamilan muda. Sebaliknya ruptur pada pars interstitialis terjadi pada

kehamilan yang lebih lanjut. Faktor utama yang menyebabkan ruptur ialah

penembusan vili koriales ke dalam lapisan muskularis tuba terus ke

peritoneum. Ruptur dapat terjadi secara spontan atau karena trauma ringan.

Darah dapat mengalir ke dalam rongga perut melalui ostium tuba

abdominale. Bilsa ostium tuba tersumbat, ruptur sekunder dapat terjadi.

Dalam hal ini, dinding tuba yang telah menipis oleh invasi trofoblas, pecah

karena tekanan darah dalam tuba. Kadang – kadang ruptur terjadi di arah

ligamentum latum dan terbentuk hematoma intraligamenter antara 2 lapisan

ligamentum tersebut. Jika janin hidup terus, dapat terjadi kehamilan

intraligamenter.

Pada ruptur ke rongga perut, seluruh janin dapat keluar dari tuba, tetapi bila

robekan tuba kecil, perdarahan terjadi tanpa hasil konsepsi dikeluarkan dari

tuba. Nasib janin bergantung pada tuanya kehamilan dan kerusakan yang

diderita. Bila janin mati dan masih kecil, dapat diresorpsi seluruhnya, dan

bila besar dapat diubah menjadi litopedion.

Janin yang dikeluarkan dari tuba dengan masih diselubungi oleh kantong

amnion dan dengan plasenta masih utuh kemungkinan tumbuh terus dalam

rongga perut, sehingga terjadi kehamilan ektopik lanjut atau kehamilan

abdominal sekunder. Untuk mencukupi kebutuhan makanan bagi janin,

plasenta dari tuba akan meluaskan implantasinya kejaringan sekitarnya

misalnya kebagian uterus, ligamentum latum, dasar panggul dan usus.1,2

VI. Klasifikasi kehamilan Ektopik

Page 17: Laporan Kasus i Ket

Menurut lokasinya, kehamilan ektopik dapat dibagi dalam beberapa

golongan ;

a Tuba fallopi.

95% kehamilan ektopik terjadi pada tuba fallopi.3 pada kasus kehamilan

tuba, 65% terjadi kehamilan ektopik pada tuba uterina kanan, dan 35%

kasus pada tuba uterina kiri.9 lokasi – lokasi tuba yang bisa terjadi

kehamilan ektopik :

Pars interstitialis

Isthmus

Ampulla

Infundibulum

Fimbriae

b Uterus

Kanalis servikalis

Diventrikulum

Kornua

Tanduk rudimeter

c Ovarium

d Intraligamenter

e Abdominal

Primer

Sekunder

f Kombinasi kehamilan dalam dan luar uterus.3