Laporan Kasus i Ika Caesarina
-
Upload
sintia-destiana -
Category
Documents
-
view
83 -
download
2
description
Transcript of Laporan Kasus i Ika Caesarina
LAPORAN KASUS I
KATARAK TRAUMATIK OD
Ika Rahmawati Caesarina
H1A 008 040
DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA
BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MATARAM
2012
BAB I
PENDAHULUAN
Katarak berarti sebuah opasitas lensa dan istilah katarak berasal dari
bahasa yunani “katarraktes” (air terjun). Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan
pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi ( penambahan air) lensa, denaturasi
protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya. Proses penuaan adalah penyebab
katarak yang paling banyak, tetapi masih banyak faktor lain yang dapat
menyebabkan katarak. Faktor lain yang dapat menyebabkan katarak adalah
trauma, keracunan beberapa jenis obat, penyakit sistemik (seperti diabetes,
galaktosemi, antikolinestrase topikal), dan herediter.
Katarak traumatic disebabkan oleh trauma okuli perforans atau non
perforans. Cahaya infra merah, sengatan listrik, dan radiasi ionisasi adalah
penyebab lain katarak traumatic yang jarang terjadi. Katarak yang disebabkan
oleh trauma tumpul biasanya membentuk opasitas aksial posterior yang berbentuk
stellate atau rosette yang mungkin stabil atau progresif, sedangkan trauma okuli
perforans dengan gangguan kapsul lensa dapat menyebabkan perubahan kortikal
yang dapat tetap bersifat lokal jika lukanya kecil atau dapat berkembang dengan
cepat menjadi total cortical opacification.
BAB II
LAPORAN KASUS
1. Identitas Pasien
Nama : Anak “M”
Umur : 9 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pelajar
Agama : Islam
Suku : Sasak
Alamat : Kopang, Lombok Tengah
Tanggal Pemeriksaan : 17 Juli 2012
2. Anamnesis
A. Keluhan Utama:
Pengelihatan mata kanan kabur seperti tertutup kabut asap.
B. Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang ke poliklinik Mata RSUP NTB dengan keluhan
pengelihatan mata kanan kabur seperti tertutup kabut asap. Pasien datang
untuk kontrol post-operasi mata akibat trauma tajam pada mata. Pasien
mengalami trauma tajam pada mata kanan seminggu yang lalu. Pasien
mengaku bahwa pada tanggal 10 Juli 2012 mata kanan pasien terkena kail
pancingan. Dalam perjalanan ke tempat mancing, pasien tersandung batu
sehingga pasien jatuh dan kawat pancingan masuk ke mata pasien.
Kemudian pasien mengeluarkan kawat tersebut dari mata kananya. Pasien
mengaku pada saat itu mata pasien terasa nyeri, keluar darah dari mata
dan pandangan pasien menjadi lebih kabur. Pasien langsung dibawa oleh
orangtua pasien berobat ke Rumah Sakit Yatofa, namun tidak
mendapatkan tindakan apapun disana. Kemudian pasien dirujuk ke
Rumah Sakit Umum Provinsi NTB. Orangtua pasien mengaku pasien
mendapatkan perawatan di UGD selama satu malam kemudian
dipindahkan ke ruangan rawat inap. Pada tanggal 11 Juli 2012, pasien
menjalani operasi pada mata kanan. Setelah menjalani operasi tersebut,
pasien rawat inap selama 2 hari dan diperbolehkan pulang.
Berdasarkan rekam media pasien, keadaan pasien sejak pertama dirawat
akibat trauma tajam mata pada mata hingga keluar dari Rumah Sakit
Umum Provinsi NTB, sebagai berikut :
Pada tanggal 10 Juli 2012, pasien datang ke RSUP NTB akibat
trauma tajam pada mata kanan. Dari hasil pemeriksaan status
lokalis pada mata kanan didapatkan visus LP (+), ruptur kornea,
prolaps iris, himfema, COA dangkal, dan lensa keruh
Pada tanggal 11 Juli 2012, pasien menjalani operasi di RSUP NTB
pada mata kanan berupa hecting kornea dan iridectomy.
Pada tanggal 11 Juli 2012 hingga 12 Juli 2012, pasien di rawat inap
di RSUP NTB dengan hasil visite status lokalis pada mata kanan
adalah visus LP (+), himfema, iris irreguler, pupil tidak bulat, dan
lensa keruh
Pada tanggal 12 Juli 2012, pasien diperbolehkan untuk pulang.
Keluhan sekarang yang dirasakan saat datang kontrol adalah bayangan
seperti kabut pada mata kanan. Bayangan seperti kabut pada mata kanan
ini dirasakan setelah menjalani operasi pada mata kanan. Pasien juga
mengeluhkan bahwa pengelihatannya terasa silau ketika terkena sinar
terang pada mata kanan pasien, mata kanan terasa sedikit nyeri, merah
dan berair.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit mata
Pasien mengaku belum pernah mengalami penyakit seperti ini
sebelumnya.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada keluarganya yang mengalami hal serupa dengan pasien.
E. Riwayat Alergi
Riwayat alergi obat (-).
F. Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat untuk keluhan pengelihatan kabur pada
mata kanan yang dideritanya sekarang.
Pasien menyangkal penggunaan pengobatan steroid dalam waktu yang
lama.
.
3. Pemeriksaan Fisik
A. Status Generalis
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran/GCS : Compos mentis / E4V5M6
B. Pemeriksaan Tanda Vital
Tekanan darah : 110/80 mmHg
Nadi : 88 kali/menit
Frekuensi Napas : 22 kali/menit
Suhu : 36 O C
C. Status Lokalis
No Pemeriksaan Mata Kanan Mata Kiri
1. Visus 1/ ∞ sc
Light projection
6/6 sc
2. Posisi Bola Mata Ortoforia Ortoforia
3. Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah
4. Palpebra Edema (-) (-)
Superior Hiperemi (-) (-)
Pseudoptosis (-) (-)
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
5. Palpebra Inferior
Edema (-) (-)
Hiperemi (-) (-)
Entropion (-) (-)
Ektropion (-) (-)
6. Fissura palpebra + 10 mm + 10 mm
7. Konjungtiva Palpebra Superior
Hiperemi (+) (-)
Sikatrik (-) (-)
8. Konjungtiva Palpebra Inferior
Hiperemi (+) (-)
Sikatrik (-) (-)
9. Konjungtiva Bulbi
Injeksi Konjungtiva
(+)
Hematoma subkonjungtival (+)
(-)
Injeksi Siliar (-) (-)
Massa (-) (-)
Edema (+) (-)
10. Kornea Bentuk Cembung Cembung
Kejernihan Tidak Jernih
Lekoma adheren (+) pada pukul 8
Jernih
Permukaan Tidak licin Licin
Sikatrik (+)
Terdapat port de’entre benda tajam yang telah dijahit pada
pukul 10
(-)
Benda Asing (-) (-)
11. Bilik Mata Depan
Kedalaman Dangkal Dalam
Hifema (-) (-)
12. Iris Warna Coklat Coklat
Bentuk Bulat dan iregular Bulat dan regular
13. Pupil Bentuk irreguler Bulat
Refleks cahaya langsung
Sulit dievaluasi (+)
Refleks cahaya tidak langsung
Sulit dievaluasi (+)
14. Lensa Kejernihan Tidak jernih Jernih
Iris Shadow (+) (-)
Subluksasi (-) (-)
Dislokasi (-) (-)
15. TIO Palpasi Kesan normal Kesan normal
16. Funduskopi Refleks Fundus Sulit divaluasi Tidak dievaluasi
4. Foto Mata Pasien
Gambar 1. Mata kanan pasien 7 hari post operasi
Gambar 2. Mata kanan pasien 7 hari post-operasi akibat trauma tajam pada Mata kanan
Gambar 3. Gambaran lensa mata mata kanan pasien terlihat tidak jernih
Gambar 4. Mata kiri pasien
BAB III
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS
1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan data medis pasien diatas, ditemukan beberapa permasalahan.
Adapun permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah:
SUBJECTIVE
a. Pengelihatan mata kanan kabur seperti tertutup kabut asap
b. Riwayat trauma pada mata kanan.
OBJECTIVE
a. Pemeriksaan status lokalis pada mata kanan didapatkan :
visus 1/ ∞ sc
Edema konjungtiva
Hiperemi pada konjungtiva palpebra superior, inferior, dan
konjungtiva bulbi
kornea tidak jernih
bilik mata depan dangkal
Bentuk pupil irreguler
Lensa tidak jernih dan iris shadow (+)
2. Analisa Kasus
A. Penglihatan kabur seperti tertutup kabut asap
Pengelihatan kabur seperti tertutup kabut asap merupakan gejala khas
yang biasanya ditemukan pada katarak. Pada katarak, pengelihatan seperti
tertutup kabut asap ini disebabkan oleh transparansi lensa mata yang
berkurang. Hal ini dapat disebabkan leh berbaghai hal seperti proses
penuaan, trauma, keracunan beberapa jenis obat, penyakit sistemik, dan
herediter. Gejala umum yang dapat ditemukan pada katarak adalah
pengelihatan tidak jelas seperti ada kabut yang menghalangi objek, peka
terhadap sinar atau cahaya, mononuklear diplopia, dan lensa mata yang
berubah menjadi tidak jernih.
Kemungkinan diagnosis pada pasien adalah katarak et causa trauma
benda tajam. Diagnosis ini ditunjang dengan gejala lain pada katarak
seperti peka terhadap cahaya dan lensa mata yang berubah menjadi tidak
jernih. Pasien juga memiliki riwayat trauma yang dapat menjadi faktor
penyebab katarak.
B. Riwayat trauma pada mata kanan
Trauma pada mata dapat berupa trauma mekanik, kimia, dan trauma
fisik. Pada trauma mekanik ini dapat disebabkan oleh trauma benda
tumpul atau trauma benda tajam. Trauma mata dapat terjadi pada semua
segmen mata dari segmen anterior hingga posterior, meliputi trauma
palpebra, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik dan
orbita. Trauma pada mata dapat mengenai bagian-bagian mata tersebut
secara terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan mata.
Riwayat trauma pada mata kanan yang dialami pasien merupakan hal
yang penting untuk digali. Informasi mengenai riwayat trauma pada mata
kanan diperlukan untuk mencari hubungan antara riwayat trauma yang
dialami pasien tersebut dengan keluhan yang dialami pasien saat ini.
Berdasarkan keluhan utama pasien yang mengaku pengelihatannya
tertutupi kabut asap, kemungkinan trauma tajam yang dialami pasien
mengenai lensa mata. Trauma pada lensa mata ini dapat menyebabkan
katarak traumatik.
Pada trauma mata yang mengenai lensa mata, jika kapsul lensa orang
dewasa mengalami rupture maka akan cenderung menimbulkan jaringan
fibrosis dan plak putih yang disebabkan oleh fibrosis. Trauma okuli
perferans yang mengenai kapsul lensa menyebabkan opasifikasi kortikal
pada bagian yang mengalami trauma. Jika lubangnya cukup besar,
keseluruhan lensa akan berubah menjadi opak dengan cepat, tetapi jika
lukanya kecil, katarak kortikal dapat berhenti dan tetap terlokalisasi. Pada
pemeriksaan status lokalis juga ditemukan iris shadow (+) yang biasanya
ditemukan katarak. Lensa mata kanan pasien juga terlihat tidak jernih
pada hampir seluruh lensa.
C. Hasil pemeriksaan status lokalis pada mata kanan
Pemeriksaan status lokalis pada mata kanan pasien ditemukan visus
1/ ∞ sc. Kelainan visus dapat disebabkan ooleh kelainan refraksi atau
kelaian media. Pada pasien ini, kelainan visus lebih disebabkan oleh
kelainan pada lensa mata pasien yang tidak jernih sehingga menghambat
masuknya cahaya masuk ke dalam mata dan jatuh ke retina.
Pada trauma mata kanan yang dialami pasien ini, trauma tidak hanya
menyebabkan trauma pada lensa mata, tetapi juga pada beberapa bagian
mata yang lain seperti konjungtiva, kornea, iris dan bilik mata depan.
Pada pemeriksaan status lokalis mata kanan pasien, trauma pada
konjungtiva ditandai dengan hiperemi konjungtiva dan edema
konjungtiva. Hiperemi pada konjungtiva palbera superior, inferior dan
konjungtiva bulbi ini dapat dihubungkan dengan riwayat trauma yang
dialami pasein sebelumnya. Hiperemi ini dapat disebabkan akibat
pecahnya pembuluh darah yang terdapat subkonjungtival dan arteri
episklera. Sedangkan, permukaan kornea yang kesannya tidak rata pada
pemeriksaan mata kanan pasien kemungkinan akibat erosi kornea.
Bentuk pupil yang terlihat irreguler ini akibat trauma yang terjadi pada
pasien atau tindakan operasi yang telah dilakukan. Lensa mata kanan
pasien yang tidak jernih dan iris shadow (+) merupakan tanda katarak
traumatik.
Trauma mata pada pasein juga dapat menyebabkan kelainan hingga
ke segmen posterior sehingga dapat diajukan pemeriksaan penunjang
USG untuk memastikan kelainan lain yang mungkin terjadi pada segmen
posterior mata akibat trauma tersebut.
D. Assessment
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, tanda dan gejala yang terdapat
pada pasien mengarahkan pada katarak traumatik. Diagnosa ini dipilih karena
pada pasien ditemukan gejala umum pada katarak yaitu pengelihatan seperti
tertutup kabut, lensa mata tidak jernih, iris shadow (+), dan riwayat trauma
pada mata kanan.
Diagnosis Kerja:
- Katarak Traumatik
E. Planning
A. Usulan Pemeriksaan Lanjutan
- Pemeriksaan slit lamp
Pemeriksaan slit lamp dilakukan untuk menilai lebih jelas segmen
anterior mata.
Hasil Pemeriksaan :
Pemeriksaan OD OS
Slit Lamp
Keterangan :
a. Leocoma adherenb. Katarak traumatikac. Koagulum
- Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG dilakukan untuk menilai anatomi mata hingga ke
segmen posterior.
a b
c
Hasil Pemeriksaan USG pada OD:
Keterangan :
Kesan ada suatu perdarahan vitrous.
- Pemeriksaan CT-scan orbita
Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah terjadi fraktur
orbita dan apakah terdapat benda asing pada mata.
B. Tatalaksana
- Tatalaksana Medik
Antibiotik dan kortikosteroid topikal untuk mencegah infeksi
sekunder
Antibiotik sistemik untuk mencegah infeksi sekunder
- Tatalaksana Operatif
Operasi katarak dengan ICCE, ECCE, SICS, atau
Phacoemusifikasi
Gambar 5. Hasil USG pada mata kananGambar 6. Hasil USG pada mata kanan
F. KIE
- Pasien diberikan informasi bahwa, pasien menjaga kebersihan mata
dengan mengganti perban mata setiap hari, menjaga kebersihan tangan dan
tidak mengucek mata untuk menghindari infeksi sekunder pada mata.
- Pasien diberikan informasi bahwa pemberian obat-obatan tetes mata yang
diberikan harus dipakai secara rutin untuk menghindari terjadinya infeksi
sekunder dan untuk mengurangi rasa nyeri. Pasien diminta untuk kembali
kontrol seminggu lagi.
- Pasien diberikan informasi bahwa, dapat dilakukan prosedur pembedahan.
Namun walaupun nantinya sudah dilakukan pengobatan dengan operasi
katarak, penglihatan pasien tidak akan normal seratus persen karena ada
kemungkinan bahwa pasien juga mengalami kelainan mata pada bagian
mata yang lain sehingga tetap menggangu penglihatan.
G. Prognosis
Prognosis pada pasien ini, meliputi :
Prognosis pengelihatan (ad functionam)
Prognosis pengelihatan pasien dubia ad malam.
Prognosis nyawa (ad vitam)
Prognosis nyawa pasien dubia ad bonam,
BAB IV
RINGKASAN AKHIR
Pasien seorang laki-laki, usia 9 tahun, datang dengan keluhan pengelihatan
mata kanan kabur seperti tertutup kabut asap. Pasien merupakan pasien post-
operasi mata akibat trauma tajam pada mata. Pasien mengalami trauma tajam pada
mata kanan seminggu yang lalu.
Pada pemeriksaan fisik, visus OD 1/ ∞, dan visus OS 6/6. Pada pemeriksaan
status lokalis mata kanan ditemukan Edema konjungtiva , hiperemi pada
konjungtiva palpebra superior, inferior, dan konjungtiva bulbi. Kornea tidak
jernih, bilik mata depan dangkal, bentuk pupil irreguler, lensa tidak jernih dan iris
shadow (+). Pasien di diagnosis dengan Katarak Traumatik. Rencana pemeriksaan
tambahan adalah pemriksaan slit lamp, USG, dan CT scan mata. Rencana
tatalaksana sementara untuk pasien adalah tatalaksana medis berupa pemberian
antibiotik dan kortikosteroid topikal serta antibiotik sistemik untuk mencegah
infeksi . Prognosis penyakit mata dan visus pasien dubia ad malam.Prognosis
fungsional baik.
DAFTAR PUSTAKA
1. Iljas, S. 2007. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
2. Perdami.2006. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum & Mahasiswa
Kedokteran, Perdami
3. Riordan, Paul dkk. 2010. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum, Jakarta;
EGC
4. Bradford C. Basic Ophtalmology. 8th Edition. San Fransisco-American
Academy of opthalmology. 2004.
5. Gerhand K.Lang. Basic Ophtalmology. 2nd Edition. Germany : Theime.
2004