Laporan Kasus i Ika Caesarina

23
LAPORAN KASUS I KATARAK TRAUMATIK OD Ika Rahmawati Caesarina H1A 008 040 DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM

description

makalah ini berisi pembahasan tentang katarak traumatik, berisi tentang definisi, etiologi, patofisiologi, penatalaksanaan

Transcript of Laporan Kasus i Ika Caesarina

LAPORAN KASUS I

KATARAK TRAUMATIK OD

Ika Rahmawati Caesarina

H1A 008 040

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITRAAN KLINIK MADYA

BAGIAN ILMU PENYAKIT MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MATARAM

2012

BAB I

PENDAHULUAN

Katarak berarti sebuah opasitas lensa dan istilah katarak berasal dari

bahasa yunani “katarraktes” (air terjun). Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan

pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi ( penambahan air) lensa, denaturasi

protein lensa, atau terjadi akibat kedua-duanya. Proses penuaan adalah penyebab

katarak yang paling banyak, tetapi masih banyak faktor lain yang dapat

menyebabkan katarak. Faktor lain yang dapat menyebabkan katarak adalah

trauma, keracunan beberapa jenis obat, penyakit sistemik (seperti diabetes,

galaktosemi, antikolinestrase topikal), dan herediter.

Katarak traumatic disebabkan oleh trauma okuli perforans atau non

perforans. Cahaya infra merah, sengatan listrik, dan radiasi ionisasi adalah

penyebab lain katarak traumatic yang jarang terjadi. Katarak yang disebabkan

oleh trauma tumpul biasanya membentuk opasitas aksial posterior yang berbentuk

stellate atau rosette yang mungkin stabil atau progresif, sedangkan trauma okuli

perforans dengan gangguan kapsul lensa dapat menyebabkan perubahan kortikal

yang dapat tetap bersifat lokal jika lukanya kecil atau dapat berkembang dengan

cepat menjadi total cortical opacification.

BAB II

LAPORAN KASUS

1. Identitas Pasien

Nama : Anak “M”

Umur : 9 tahun

Jenis Kelamin : Laki-laki

Pekerjaan : Pelajar

Agama : Islam

Suku : Sasak

Alamat : Kopang, Lombok Tengah

Tanggal Pemeriksaan : 17 Juli 2012

2. Anamnesis

A. Keluhan Utama:

Pengelihatan mata kanan kabur seperti tertutup kabut asap.

B. Riwayat Penyakit Sekarang:

Pasien datang ke poliklinik Mata RSUP NTB dengan keluhan

pengelihatan mata kanan kabur seperti tertutup kabut asap. Pasien datang

untuk kontrol post-operasi mata akibat trauma tajam pada mata. Pasien

mengalami trauma tajam pada mata kanan seminggu yang lalu. Pasien

mengaku bahwa pada tanggal 10 Juli 2012 mata kanan pasien terkena kail

pancingan. Dalam perjalanan ke tempat mancing, pasien tersandung batu

sehingga pasien jatuh dan kawat pancingan masuk ke mata pasien.

Kemudian pasien mengeluarkan kawat tersebut dari mata kananya. Pasien

mengaku pada saat itu mata pasien terasa nyeri, keluar darah dari mata

dan pandangan pasien menjadi lebih kabur. Pasien langsung dibawa oleh

orangtua pasien berobat ke Rumah Sakit Yatofa, namun tidak

mendapatkan tindakan apapun disana. Kemudian pasien dirujuk ke

Rumah Sakit Umum Provinsi NTB. Orangtua pasien mengaku pasien

mendapatkan perawatan di UGD selama satu malam kemudian

dipindahkan ke ruangan rawat inap. Pada tanggal 11 Juli 2012, pasien

menjalani operasi pada mata kanan. Setelah menjalani operasi tersebut,

pasien rawat inap selama 2 hari dan diperbolehkan pulang.

Berdasarkan rekam media pasien, keadaan pasien sejak pertama dirawat

akibat trauma tajam mata pada mata hingga keluar dari Rumah Sakit

Umum Provinsi NTB, sebagai berikut :

Pada tanggal 10 Juli 2012, pasien datang ke RSUP NTB akibat

trauma tajam pada mata kanan. Dari hasil pemeriksaan status

lokalis pada mata kanan didapatkan visus LP (+), ruptur kornea,

prolaps iris, himfema, COA dangkal, dan lensa keruh

Pada tanggal 11 Juli 2012, pasien menjalani operasi di RSUP NTB

pada mata kanan berupa hecting kornea dan iridectomy.

Pada tanggal 11 Juli 2012 hingga 12 Juli 2012, pasien di rawat inap

di RSUP NTB dengan hasil visite status lokalis pada mata kanan

adalah visus LP (+), himfema, iris irreguler, pupil tidak bulat, dan

lensa keruh

Pada tanggal 12 Juli 2012, pasien diperbolehkan untuk pulang.

Keluhan sekarang yang dirasakan saat datang kontrol adalah bayangan

seperti kabut pada mata kanan. Bayangan seperti kabut pada mata kanan

ini dirasakan setelah menjalani operasi pada mata kanan. Pasien juga

mengeluhkan bahwa pengelihatannya terasa silau ketika terkena sinar

terang pada mata kanan pasien, mata kanan terasa sedikit nyeri, merah

dan berair.

C. Riwayat Penyakit Dahulu

Riwayat penyakit mata

Pasien mengaku belum pernah mengalami penyakit seperti ini

sebelumnya.

D. Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarganya yang mengalami hal serupa dengan pasien.

E. Riwayat Alergi

Riwayat alergi obat (-).

F. Riwayat Pengobatan

Pasien belum pernah berobat untuk keluhan pengelihatan kabur pada

mata kanan yang dideritanya sekarang.

Pasien menyangkal penggunaan pengobatan steroid dalam waktu yang

lama.

.

3. Pemeriksaan Fisik

A. Status Generalis

Keadaan Umum : Baik

Kesadaran/GCS : Compos mentis / E4V5M6

B. Pemeriksaan Tanda Vital

Tekanan darah : 110/80 mmHg

Nadi : 88 kali/menit

Frekuensi Napas : 22 kali/menit

Suhu : 36 O C

C. Status Lokalis

No Pemeriksaan Mata Kanan Mata Kiri

1. Visus 1/ ∞ sc

Light projection

6/6 sc

2. Posisi Bola Mata Ortoforia Ortoforia

3. Gerakan bola mata Baik ke segala arah Baik ke segala arah

4. Palpebra Edema (-) (-)

Superior Hiperemi (-) (-)

Pseudoptosis (-) (-)

Entropion (-) (-)

Ektropion (-) (-)

5. Palpebra Inferior

Edema (-) (-)

Hiperemi (-) (-)

Entropion (-) (-)

Ektropion (-) (-)

6. Fissura palpebra + 10 mm + 10 mm

7. Konjungtiva Palpebra Superior

Hiperemi (+) (-)

Sikatrik (-) (-)

8. Konjungtiva Palpebra Inferior

Hiperemi (+) (-)

Sikatrik (-) (-)

9. Konjungtiva Bulbi

Injeksi Konjungtiva

(+)

Hematoma subkonjungtival (+)

(-)

Injeksi Siliar (-) (-)

Massa (-) (-)

Edema (+) (-)

10. Kornea Bentuk Cembung Cembung

Kejernihan Tidak Jernih

Lekoma adheren (+) pada pukul 8

Jernih

Permukaan Tidak licin Licin

Sikatrik (+)

Terdapat port de’entre benda tajam yang telah dijahit pada

pukul 10

(-)

Benda Asing (-) (-)

11. Bilik Mata Depan

Kedalaman Dangkal Dalam

Hifema (-) (-)

12. Iris Warna Coklat Coklat

Bentuk Bulat dan iregular Bulat dan regular

13. Pupil Bentuk irreguler Bulat

Refleks cahaya langsung

Sulit dievaluasi (+)

Refleks cahaya tidak langsung

Sulit dievaluasi (+)

14. Lensa Kejernihan Tidak jernih Jernih

Iris Shadow (+) (-)

Subluksasi (-) (-)

Dislokasi (-) (-)

15. TIO Palpasi Kesan normal Kesan normal

16. Funduskopi Refleks Fundus Sulit divaluasi Tidak dievaluasi

4. Foto Mata Pasien

Gambar 1. Mata kanan pasien 7 hari post operasi

Gambar 2. Mata kanan pasien 7 hari post-operasi akibat trauma tajam pada Mata kanan

Gambar 3. Gambaran lensa mata mata kanan pasien terlihat tidak jernih

Gambar 4. Mata kiri pasien

BAB III

IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA KASUS

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan data medis pasien diatas, ditemukan beberapa permasalahan.

Adapun permasalahan medis yang terdapat pada pasien adalah:

SUBJECTIVE

a. Pengelihatan mata kanan kabur seperti tertutup kabut asap

b. Riwayat trauma pada mata kanan.

OBJECTIVE

a. Pemeriksaan status lokalis pada mata kanan didapatkan :

visus 1/ ∞ sc

Edema konjungtiva

Hiperemi pada konjungtiva palpebra superior, inferior, dan

konjungtiva bulbi

kornea tidak jernih

bilik mata depan dangkal

Bentuk pupil irreguler

Lensa tidak jernih dan iris shadow (+)

2. Analisa Kasus

A. Penglihatan kabur seperti tertutup kabut asap

Pengelihatan kabur seperti tertutup kabut asap merupakan gejala khas

yang biasanya ditemukan pada katarak. Pada katarak, pengelihatan seperti

tertutup kabut asap ini disebabkan oleh transparansi lensa mata yang

berkurang. Hal ini dapat disebabkan leh berbaghai hal seperti proses

penuaan, trauma, keracunan beberapa jenis obat, penyakit sistemik, dan

herediter. Gejala umum yang dapat ditemukan pada katarak adalah

pengelihatan tidak jelas seperti ada kabut yang menghalangi objek, peka

terhadap sinar atau cahaya, mononuklear diplopia, dan lensa mata yang

berubah menjadi tidak jernih.

Kemungkinan diagnosis pada pasien adalah katarak et causa trauma

benda tajam. Diagnosis ini ditunjang dengan gejala lain pada katarak

seperti peka terhadap cahaya dan lensa mata yang berubah menjadi tidak

jernih. Pasien juga memiliki riwayat trauma yang dapat menjadi faktor

penyebab katarak.

B. Riwayat trauma pada mata kanan

Trauma pada mata dapat berupa trauma mekanik, kimia, dan trauma

fisik. Pada trauma mekanik ini dapat disebabkan oleh trauma benda

tumpul atau trauma benda tajam. Trauma mata dapat terjadi pada semua

segmen mata dari segmen anterior hingga posterior, meliputi trauma

palpebra, konjungtiva, kornea, uvea, lensa, retina, papil saraf optik dan

orbita. Trauma pada mata dapat mengenai bagian-bagian mata tersebut

secara terpisah atau menjadi gabungan trauma jaringan mata.

Riwayat trauma pada mata kanan yang dialami pasien merupakan hal

yang penting untuk digali. Informasi mengenai riwayat trauma pada mata

kanan diperlukan untuk mencari hubungan antara riwayat trauma yang

dialami pasien tersebut dengan keluhan yang dialami pasien saat ini.

Berdasarkan keluhan utama pasien yang mengaku pengelihatannya

tertutupi kabut asap, kemungkinan trauma tajam yang dialami pasien

mengenai lensa mata. Trauma pada lensa mata ini dapat menyebabkan

katarak traumatik.

Pada trauma mata yang mengenai lensa mata, jika kapsul lensa orang

dewasa mengalami rupture maka akan cenderung menimbulkan jaringan

fibrosis dan plak putih yang disebabkan oleh fibrosis. Trauma okuli

perferans yang mengenai kapsul lensa menyebabkan opasifikasi kortikal

pada bagian yang mengalami trauma. Jika lubangnya cukup besar,

keseluruhan lensa akan berubah menjadi opak dengan cepat, tetapi jika

lukanya kecil, katarak kortikal dapat berhenti dan tetap terlokalisasi. Pada

pemeriksaan status lokalis juga ditemukan iris shadow (+) yang biasanya

ditemukan katarak. Lensa mata kanan pasien juga terlihat tidak jernih

pada hampir seluruh lensa.

C. Hasil pemeriksaan status lokalis pada mata kanan

Pemeriksaan status lokalis pada mata kanan pasien ditemukan visus

1/ ∞ sc. Kelainan visus dapat disebabkan ooleh kelainan refraksi atau

kelaian media. Pada pasien ini, kelainan visus lebih disebabkan oleh

kelainan pada lensa mata pasien yang tidak jernih sehingga menghambat

masuknya cahaya masuk ke dalam mata dan jatuh ke retina.

Pada trauma mata kanan yang dialami pasien ini, trauma tidak hanya

menyebabkan trauma pada lensa mata, tetapi juga pada beberapa bagian

mata yang lain seperti konjungtiva, kornea, iris dan bilik mata depan.

Pada pemeriksaan status lokalis mata kanan pasien, trauma pada

konjungtiva ditandai dengan hiperemi konjungtiva dan edema

konjungtiva. Hiperemi pada konjungtiva palbera superior, inferior dan

konjungtiva bulbi ini dapat dihubungkan dengan riwayat trauma yang

dialami pasein sebelumnya. Hiperemi ini dapat disebabkan akibat

pecahnya pembuluh darah yang terdapat subkonjungtival dan arteri

episklera. Sedangkan, permukaan kornea yang kesannya tidak rata pada

pemeriksaan mata kanan pasien kemungkinan akibat erosi kornea.

Bentuk pupil yang terlihat irreguler ini akibat trauma yang terjadi pada

pasien atau tindakan operasi yang telah dilakukan. Lensa mata kanan

pasien yang tidak jernih dan iris shadow (+) merupakan tanda katarak

traumatik.

Trauma mata pada pasein juga dapat menyebabkan kelainan hingga

ke segmen posterior sehingga dapat diajukan pemeriksaan penunjang

USG untuk memastikan kelainan lain yang mungkin terjadi pada segmen

posterior mata akibat trauma tersebut.

D. Assessment

Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik, tanda dan gejala yang terdapat

pada pasien mengarahkan pada katarak traumatik. Diagnosa ini dipilih karena

pada pasien ditemukan gejala umum pada katarak yaitu pengelihatan seperti

tertutup kabut, lensa mata tidak jernih, iris shadow (+), dan riwayat trauma

pada mata kanan.

Diagnosis Kerja:

- Katarak Traumatik

E. Planning

A. Usulan Pemeriksaan Lanjutan

- Pemeriksaan slit lamp

Pemeriksaan slit lamp dilakukan untuk menilai lebih jelas segmen

anterior mata.

Hasil Pemeriksaan :

Pemeriksaan OD OS

Slit Lamp

Keterangan :

a. Leocoma adherenb. Katarak traumatikac. Koagulum

- Pemeriksaan USG

Pemeriksaan USG dilakukan untuk menilai anatomi mata hingga ke

segmen posterior.

a b

c

Hasil Pemeriksaan USG pada OD:

Keterangan :

Kesan ada suatu perdarahan vitrous.

- Pemeriksaan CT-scan orbita

Pemeriksaan ini dilakukan untuk melihat apakah terjadi fraktur

orbita dan apakah terdapat benda asing pada mata.

B. Tatalaksana

- Tatalaksana Medik

Antibiotik dan kortikosteroid topikal untuk mencegah infeksi

sekunder

Antibiotik sistemik untuk mencegah infeksi sekunder

- Tatalaksana Operatif

Operasi katarak dengan ICCE, ECCE, SICS, atau

Phacoemusifikasi

Gambar 5. Hasil USG pada mata kananGambar 6. Hasil USG pada mata kanan

F. KIE

- Pasien diberikan informasi bahwa, pasien menjaga kebersihan mata

dengan mengganti perban mata setiap hari, menjaga kebersihan tangan dan

tidak mengucek mata untuk menghindari infeksi sekunder pada mata.

- Pasien diberikan informasi bahwa pemberian obat-obatan tetes mata yang

diberikan harus dipakai secara rutin untuk menghindari terjadinya infeksi

sekunder dan untuk mengurangi rasa nyeri. Pasien diminta untuk kembali

kontrol seminggu lagi.

- Pasien diberikan informasi bahwa, dapat dilakukan prosedur pembedahan.

Namun walaupun nantinya sudah dilakukan pengobatan dengan operasi

katarak, penglihatan pasien tidak akan normal seratus persen karena ada

kemungkinan bahwa pasien juga mengalami kelainan mata pada bagian

mata yang lain sehingga tetap menggangu penglihatan.

G. Prognosis

Prognosis pada pasien ini, meliputi :

Prognosis pengelihatan (ad functionam)

Prognosis pengelihatan pasien dubia ad malam.

Prognosis nyawa (ad vitam)

Prognosis nyawa pasien dubia ad bonam,

BAB IV

RINGKASAN AKHIR

Pasien seorang laki-laki, usia 9 tahun, datang dengan keluhan pengelihatan

mata kanan kabur seperti tertutup kabut asap. Pasien merupakan pasien post-

operasi mata akibat trauma tajam pada mata. Pasien mengalami trauma tajam pada

mata kanan seminggu yang lalu.

Pada pemeriksaan fisik, visus OD 1/ ∞, dan visus OS 6/6. Pada pemeriksaan

status lokalis mata kanan ditemukan Edema konjungtiva , hiperemi pada

konjungtiva palpebra superior, inferior, dan konjungtiva bulbi. Kornea tidak

jernih, bilik mata depan dangkal, bentuk pupil irreguler, lensa tidak jernih dan iris

shadow (+). Pasien di diagnosis dengan Katarak Traumatik. Rencana pemeriksaan

tambahan adalah pemriksaan slit lamp, USG, dan CT scan mata. Rencana

tatalaksana sementara untuk pasien adalah tatalaksana medis berupa pemberian

antibiotik dan kortikosteroid topikal serta antibiotik sistemik untuk mencegah

infeksi . Prognosis penyakit mata dan visus pasien dubia ad malam.Prognosis

fungsional baik.

DAFTAR PUSTAKA

1. Iljas, S. 2007. Ilmu Penyakit Mata, Edisi ketiga. Fakultas Kedokteran

Universitas Indonesia

2. Perdami.2006. Ilmu Penyakit Mata Untuk Dokter Umum & Mahasiswa

Kedokteran, Perdami

3. Riordan, Paul dkk. 2010. Vaughan & Asbury Oftalmologi Umum, Jakarta;

EGC

4. Bradford C. Basic Ophtalmology. 8th Edition. San Fransisco-American

Academy of opthalmology. 2004.

5. Gerhand K.Lang. Basic Ophtalmology. 2nd Edition. Germany : Theime.

2004