Laporan Kasus Ganda Mioma

29
BAB I PENDAHULUAN Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus. Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Mioma bisa menyebabkan gejala yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang banyak dan penekanan pada pelvis. 1,3 Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 – 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 – 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 – 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali. 2,3 1

Transcript of Laporan Kasus Ganda Mioma

Page 1: Laporan Kasus Ganda Mioma

BAB I

PENDAHULUAN

Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus.

Biasa juga disebut fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Mioma

uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan.

Mioma bisa menyebabkan gejala yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang

banyak dan penekanan pada pelvis.1,3

Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun

mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih

banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarke,

sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih

bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar 20 – 30% dari seluruh

wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada 2,39 – 11,7% pada semua

penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini paling sering ditemukan pada

wanita umur 35 – 45 tahun (kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun

dan wanita post menopause. Wanita yang sering melahirkan akan lebih sedikit

kemungkinan untuk berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang

tak pernah hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri

berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali.2,3

Perihal penyebab pasti terjadi tumor mioma belum diketahui. Mioma uteri

mulai tumbuh dibagian atas (fundus) rahim dan sangat jarang tumbuh dimulut

rahim. Bentuk tumor bisa tunggal atau multiple (banyak), umumnya tumbuh

didalam otot rahim yang dikenal dengan intramural mioma. Tumor mioma ini

akan cepat memberikan keluhan, bila mioma tumbuh kedalam mukosa rahim,

keluhan yang biasa dikeluhkan berupa perdarahan saat siklus dan diluar siklus

haid. Sedangkan pada tipe tumor yang tumbuh dikulit luar rahim yang dikenal

dengan tipe subserosa tidak memberikan keluhan perdarahan, akan tetapi

seseorang baru mengeluh bila tumor membesar yang dengan perabaan didaerah

perut dijumpai benjolan keras, benjolan tersebut kadang sulit digerakkan bila

tumor sudah sangat besar.4

1

Page 2: Laporan Kasus Ganda Mioma

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Definisi

Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan

konsistensi padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak

nyeri, bisa soliter atau multipel. Tumor ini juga dikenal dengan istilah

fibromioma uteri, leiomioma uteri, atau uterine fibroid. Mioma uteri

bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan

keganasan.1,5,6

2.2. Epidemiologi

Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25

tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam

ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi

sebelum menarke, sedangkan setelah menopause hanya kira-kira 10%

mioma yang masih bertumbuh. Diperkirakan insiden mioma uteri sekitar

20 – 30% dari seluruh wanita. Di Indonesia mioma uteri ditemukan pada

2,39 – 11,7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat. Tumor ini

paling sering ditemukan pada wanita umur 35 – 45 tahun (kurang lebih

25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post menopause. Wanita

yang sering melahirkan akan lebih sedikit kemungkinan untuk

berkembangnya mioma ini dibandingkan dengan wanita yang tak pernah

hamil atau hanya 1 kali hamil. Statistik menunjukkan 60% mioma uteri

berkembang pada wanita yang tak pernah hamil atau hanya hamil 1 kali.

Prevalensi meningkat apabila ditemukan riwayat keluarga, ras, kegemukan

dan nullipara.2,3

2.3. Etiologi

Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti mioma uteri dan

diduga merupakan penyakit multifaktorial. Dipercaya bahwa mioma

merupakan sebuah tumor monoklonal yang dihasilkan dari mutasi somatik

dari sebuah sel neoplastik tunggal. Sel-sel tumor mempunyai abnormalitas

2

Page 3: Laporan Kasus Ganda Mioma

kromosom lengan 12q13-15. Ada beberapa faktor yang diduga kuat

sebagai faktor predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu : 3

1. Umur : mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang dari 20 tahun,

ditemukan sekitar 10% pada wanita berusia lebih dari 40 tahun. Tumor

ini paling sering memberikan gejala klinis antara 35-45 tahun.

2. Paritas : lebih sering terjadi pada nullipara atau pada wanita yang

relatif infertil, tetapi sampai saat ini belum diketahui apakah infertil

menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma uteri yang

menyebabkan infertil, atau apakah kedua keadaan ini saling

mempengaruhi.

3. Faktor ras dan genetik : pada wanita ras tertentu, khususnya wanita

berkulit hitam, angka kejadiaan mioma uteri tinggi. Terlepas dari

faktor ras, kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan riwayat

keluarga ada yang menderita mioma.

4. Fungsi ovarium : diperkirakan ada korelasi antara hormon estrogen

dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma uteri muncul setelah

menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami regresi

setelah menopause.

2.4. Patofisiologi

Mioma merupakan monoclonal dengan tiap tumor merupakan hasil dari

penggandaan satu sel otot. Etiologi yang diajukan termasuk di dalamnya

perkembangan dari sel otot uterus atau arteri pada uterus, dari transformasi

metaplastik sel jaringan ikat, dan dari sel-sel embrionik sisa yang persisten.

Penelitian terbaru telah mengidentifikasi sejumlah kecil gen yang mengalami

mutasi pada jaringan ikat tapi tidak pada sel miometrial normal. Penelitian

menunjukkan bahwa pada 40% penderita ditemukan aberasi kromosom yaitu

t(12;14)(q15;q24).

Meyer dan De Snoo mengajukan teori Cell Nest atau teori genioblast.

Percobaan Lipschultz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan

ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada

tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan

pemberian preparat progesteron atau testosteron. Pemberian agonis GnRH dalam

3

Page 4: Laporan Kasus Ganda Mioma

waktu lama sehingga terjadi hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma.

Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon

mediasi oleh estrogen terhadap reseptor dan faktor pertumbuhan lain. Terdapat

bukti peningkatan produksi reseptor progesteron, faktor pertumbuhan epidermal

dan insulin-like growth factor 1 yang distimulasi oleh estrogen. Anderson dkk,

telah mendemonstrasikan munculnya gen yang distimulasi oleh estrogen lebih

banyak pada mioma daripada miometrium normal dan mungkin penting pada

perkembangan mioma. Namun bukti-bukti masih kurang meyakinkan karena

tumor ini tidak mengalami regresi yang bermakna setelah menopause

sebagaimana yang disangka. Lebih daripada itu tumor ini kadang-kadang

berkembang setelah menopause bahkan setelah ooforektomi bilateral pada usia

dini.3

2.5. Klasifikasi mioma uteri

Klasifikasi mioma dapat berdasarkan lokasi dan lapisan uterus yang

terkena.3

1. Lokasi

• Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina menyebabkan

infeksi.

• Isthmica (7,2%), lebih sering menyebabkan nyeri dan gangguan traktus

urinarius.

• Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan seringkali tanpa

gejala.

2. Lapisan Uterus

Mioma uteri pada daerah korpus, sesuai dengan lokasi dibagi menjadi 3

jenis, yaitu :

• Mioma Uteri Submukosa

Mioma submukosa dapat tumbuh bertangkai menjadi polip,

kemudian dilahirkan melalui saluran serviks disebut mioma geburt. Hal ini

dapaat menyebabkan dismenore, namun ketika telah dikeluarkan dari

4

Page 5: Laporan Kasus Ganda Mioma

serviks dan menjadi nekrotik, akan memberikan gejala pelepasan darah

yang tidak regular dan dapat disalahartikan dengan kanker serviks.

Dari sudut klinik mioma uteri submukosa mempunyai arti yang

lebih penting dibandingkan dengan jenis yang lain. Pada mioma uteri

subserosa ataupun intramural walaupun ditemukan cukup besar tetapi

sering kali memberikan keluhan yang tidak berarti. Sebaliknya pada jenis

submukosa walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan

melalui vagina. Perdarahan sulit untuk dihentikan sehingga sebagai

terapinya dilakukan histerektomi.

• Mioma Uteri Subserosa

Lokasi tumor di subserosa korpus uteri dapat hanya sebagai

tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan

uterus melalui tangkai. Pertumbuhan ke arah lateral dapat berada di dalam

ligamentum latum dan disebut sebagai mioma intraligamenter. Mioma

yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa.

Perlengketan dengan usus, omentum atau mesenterium di sekitarnya

menyebabkan sistem peredaran darah diambil alih dari tangkai ke

omentum. Akibatnya tangkai makin mengecil dan terputus, sehingga

mioma akan terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam

rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai jenis parasitik.

• Mioma Uteri Intramural

Disebut juga sebagai mioma intraepitelial. Biasanya multipel

apabila masih kecil tidak merubah bentuk uterus, tetapi bila besar akan

menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah

bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti

kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah

bawah. Kadang kala tumor tumbuh sebagai mioma subserosa dan kadang-

kadang sebagai mioma submukosa. Di dalam otot rahim dapat besar, padat

(jaringan ikat dominan), lunak (jaringan otot rahim dominan).

Secara makroskopis terlihat uterus berbenjol-benjol dengan permukaan

halus. Pada potongan, tampak tumor berwarna putih dengan struktur mirip

5

Page 6: Laporan Kasus Ganda Mioma

potongan daging ikan. Tumor berbatas tegas dan berbeda dengan

miometrium yang sehat, sehingga tumor mudah dilepaskan. Konsistensi

kenyal, bila terjadi degenerasi kistik maka konsistensi menjadi lunak. Bila

terjadi kalsifikasi maka konsistensi menjadi keras. Secara histologik tumor

ditandai oleh gambaran kelompok otot polos yang membentuk pusaran,

meniru gambaran kelompok sel otot polos miometrium. Fokus fibrosis,

kalsifikasi, nekrosis iskemik dari sel yang mati. Setelah menopause, sel-sel

otot polos cenderung mengalami atrofi, ada kalanya diganti oleh jaringan

ikat. Pada mioma uteri dapat terjadi perubahan sekunder yang sebagian

besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian

darah pada sarang mioma. Perubahan ini terjadi secara sekunder dari atropi

postmenopausal, infeksi, perubahan dalam sirkulasi atau transformasi

maligna.

Gambar 1. Jenis-jenis mioma uteri. 3

2.6. Gejala klinis

Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada

pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang timbul

sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada serviks, intramural,

submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.

6

Page 7: Laporan Kasus Ganda Mioma

Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut : 6

1) Perdarahan abnormal

Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore,

menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi

penyebab perdarahan ini, antara lain adalah :

- Pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adeno

karsinoma endometrium.

- Permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.

- Atrofi endometrium di atas mioma submukosum.

- Miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma

diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah

yang melaluinya dengan baik.

2) Rasa nyeri

Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan

sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan

peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan, pula

pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga

dismenore.

3) Gejala dan tanda penekanan

Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan

pada kandung kemih akan menyebabkan poliuri, pada uretra dapat menyebabkan

retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada

rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan

pembuluh limfe dipanggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.

4) Infertilitas dan abortus

Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars

intertisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya

abortus oleh karena distorsi rongga uterus. Rubin (1958) menyatakan bahwa

apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan

penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan

miomektomi.

7

Page 8: Laporan Kasus Ganda Mioma

2.7. Diagnosis

1. Anamnesis

Dalam anamnesis dicari keluhan utama serta gejala klinis mioma lainnya,

faktor resiko serta kemungkinan komplikasi yang terjadi.

2. Pemeriksaan fisik

Pemeriksaan status lokalis dengan palpasi abdomen. Mioma uteri dapat

diduga dengan pemeriksaan luar sebagai tumor yang keras, bentuk yang

tidak teratur, gerakan bebas, tidak sakit.

3. Pemeriksaan penunjang

a. Pemeriksaan laboratorium

Akibat yang terjadi pada mioma uteri adalah anemia akibat

perdarahan uterus yang berlebihan dan kekurangan zat besi. Pemeriksaaan

laboratorium yang perlu dilakukan adalah Darah Lengkap (DL) terutama

untuk mencari kadar Hb. Pemeriksaaan lab lain disesuaikan dengan

keluhan pasien.

b. Imaging

1) Pemeriksaaan dengan USG akan didapat massa padat dan homogen

pada uterus. Mioma uteri berukuran besar terlihat sebagai massa pada

abdomen bawah dan pelvis dan kadang terlihat tumor dengan

kalsifikasi.

2) Histerosalfingografi digunakan untuk mendeteksi mioma uteri yang

tumbuh ke arah kavum uteri pada pasien infertil.

3) MRI lebih akurat untuk menentukan lokasi, ukuran, jumlah mioma

uteri, namun biaya pemeriksaan lebih mahal.

2.8. Diagnosis banding

1. Adenomiosis 7

2. Neoplasma ovarium

3. Kehamilan

8

Page 9: Laporan Kasus Ganda Mioma

2.9. Penatalaksanaan

Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah. Penanganan

mioma uteri tergantung pada umur, status fertilitas, paritas, lokasi dan ukuran

tumor, sehingga biasanya mioma yang ditangani yaitu yang membesar secara

cepat dan bergejala serta mioma yang diduga menyebabkan fertilitas. Secara

umum, penanganan mioma uteri terbagi atas penanganan konservatif dan operatif. 3

Penanganan konservatif bila mioma berukuran kecil pada pra dan post

menopause tanpa gejala. Cara penanganan konservatif sebagai berikut : 3

- Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodic setiap 3-6 bulan.

- Bila anemi

Pengobatan operatif meliputi miomektomi dan histerektomi. Miomektomi

adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini

dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukoum pada myom geburt dengan

cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah

dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan

karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan

adalah 30-50%. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya

tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdominan atau

pervaginam. Yang akhir ini jarang dilakukan karena uterus harus lebih kecil dari

telor angsa dan tidak ada perlekatan dengan sekitarnya. Adanya prolapsus uteri

akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya

dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri.

Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis

dalam mengangkat uterus.6

9

Mioma

Page 10: Laporan Kasus Ganda Mioma

Gambar 2. Bagan Penatalaksanaan Mioma Uteri. 5

2.10. Komplikasi

Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat

degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang

mioma. Perubahan sekunder tersebut antara lain : 6

• Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi

kecil.

• Degenerasi hialin : perubahan ini sering terjadi pada penderita berusia lanjut.

Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian

besar atau hanya sebagian kecil dari padanya seolah-olah memisahkan satu

kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.

• Degenerasi kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian

dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur

berisi agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan

limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini

tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.

• Degenerasi membatu (calcereus degeneration) : terutama terjadi pada wanita

berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya

pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan

memberikan bayangan pada foto rontgen.

10

Besar < 14 mgg Besar > 14 mgg

Tanpa keluhan Dengan keluhan

Konservatif Operatif

Page 11: Laporan Kasus Ganda Mioma

• Degenerasi merah (carneus degeneration) : perubahan ini terjadi pada kehamilan

dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai

gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti

daging mentah berwarna merah disebabkan pigmen hemosiderin dan hemofusin.

Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai

emesis, haus, sedikit demam, kesakitan, tumor pada uterus membesar dan nyeri

pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor

ovarium atau mioma bertangkai.

• Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

Komplikasi yang terjadi pada mioma uteri : 6

1. Degenerasi ganas.

Mioma uteri yang menjadi leiomiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6%

dari seluruh mioma; serta merupakan 50-75% dari semua sarkoma uterus.

Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus

yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma

uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam

menopause.

2. Torsi (putaran tangkai).

Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan

sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah

sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan, gangguan akut

tidak terjadi.

3. Nekrosis dan infeksi.

Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan

karena gangguan sirkulasi darah padanya.

BAB III

LAPORAN KASUS

I. Identitas pasien

11

Page 12: Laporan Kasus Ganda Mioma

Nama : Ny. S

Umur : 49 tahun

Agama : Islam

Suku/ Bangsa : Jawa/ WNI

Alamat : -

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : -

II. Anamnesis (6-3-2013)

Keluhan utama : benjolan diperut kanan bawah.

Perjalanan penyakit :

• Pasien datang ke rumah sakit pada tanggal 6-3-2013 dengan keluhan

benjolan diperut kanan bawah sejak tahun 2011 semakin membesar. Pasien

mengaku haidnya teratur. Dalam sebulan haid sebanyak 1 kali. Setiap haid

lamanya 10-12 hari. Darah haid berwarna merah kehitaman. Sakit perut saat

haid (hari ke-1 dan hari ke-2). Pasien mengaku setiap haid benjolan di

perutnya terasa nyeri. Riwayat keputihan (+) warna kekuningan sedikit

berbau.

• Sebelum MRS pasien pernah memeriksakan kesehatannya di dokter Sp.OG

pada tanggal 20-2-2013. Dari hasil pemeriksaan USG di dokter Sp.OG

tersebut didapatkan massa berbatas tegas dan rata, membulat di myometrium

dibagian dorsal corpus uteri, echo heterogen rendah, dengan gambaran

nodular pusaran air berukuran sekitar 12,8 cm x 7,28 cm x 10,56 cm.

• Kemudian pasien MRS melalui poli kandungan dan direncanakan untuk

operasi elektif histerektomi.

Riwayat menstruasi sebelum terjadi gangguan haid :

- menarche : umur 14 tahun.

- siklus : teratur 30 hari sekali.

- banyaknya : normal (2-3 pembalut/ hari)

- lamanya : 10-12 hari

12

Page 13: Laporan Kasus Ganda Mioma

- HPHT : 22-2-2013

Riwayat penggunaan KB (-), pasien tidak pernah menggunakan KB setelah hamil

anak kedua.

Riwayat pernikahan : suami ke I, menikah 1x selama 29 tahun.

Jumlah anak : 4 orang, hidup 4 orang.

Usia anak terkecil : 10 tahun.

Riwayat abortus : tidak pernah mengalami keguguran.

Riwayat penyakit dahulu : tidak pernah menderita penyakit jantung, paru, hati,

ginjal, DM dan hipertensi.

Riwayat penyakit keluarga : tidak ada anggota keluarga yang menderita penyakit

menular, mioma, keturunan dan kejiwaan.

Riwayat penyakit yang pernah diderita : sakit biasa seperti demam, flu dan batuk.

Riwayat penyakit keganasan pada keluarga : tidak ada anggota keluarga yang

menderita penyakit keganasan.

Riwayat alergi : tidak mempunyai alergi terhadap obat-obatan, makanan dan

cuaca.

III. Pemeriksaan fisik (14-2-2008)

Status present

Keadaan umum : Baik

Kesadaran : Compos mentis

Tensi : 130/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

Nafas : 24x/menit

Suhu : 36,4 0C

Tinggi badan : 157 cm

Berat badan : 71 kg

Status general

Kepala : Normocephali

Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)

Thorak : Cor S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Pulmo vesikuler -/-, rhonki -/-, wheezing -/-

13

Page 14: Laporan Kasus Ganda Mioma

Abdomen : Bising usus (+) normal

Ekstremitas : Edema -/-

Status ginekologi

Abdomen : Tidak teraba massa

Nyeri tekan (-)

Inspekulo : Tidak dilakukan

VT : Fluksus (-), teraba massa padat ukuran ± 7 cm,

nyeri (-)

IV. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan Laboratorium Cito (6-3-2013)

Hb : 14,6 g/ul

USG (tgl 20-2-2013) :

Tampak uterus membesar dengan ukuran : 12,8 cm x 7,28 cm x 10,56 cm

Kesan : mioma uteri.

V. Diagnosis Kerja

Mioma uteri

VI. Terapi

• Konsul anastesi

• Rencana untuk dilakukan Total Abdominal Histerektomi (TAH)

Operasi tanggal 7-3-2008 (jam 09.30 wib)

S : (-)

O : KU : tampak sesak

Tensi : 110/80 mmHg

Nadi : 84x/menit

14

Page 15: Laporan Kasus Ganda Mioma

Nafas : 28x/menit

Suhu : 36 0C

Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)

Thorak : Cor S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Pulmo vesikuler -/-, rhonki -/-, wheezing -/-

A : Mioma Uteri

P : • Tindakan Operasi : Total Abdominal Histerektomi (TAH)

• Terapi post operasi : - Inj. Cefotaxim 3 x 1 amp

- Inj. Vitamin C 3 x 1 amp

- inj. Alinamin F 3 x 1 amp

- Antalgin 3 x 1

- Metoklopramid 3 x 1

VII. Follow Up

8 Maret 2013

S : Nyeri bekas jahitan, batuk (+) berdahak

O : KU : Baik

Tensi : 100/60 mmHg

Nadi : 80x/menit

Nafas : 20x/menit

Suhu : 36,9 0C

Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)

Thorak : Cor S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Pulmo vesikuler -/-, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : Luka operasi baik

Urogen : Perdarahan aktif (-)

A : Post TAH hari ke I

P : - amoxicilin 3 x 500 mg

- asam mefenamat 3 x 500 mg

- antasid 3 x II

- OBH syrup 3 x 1

9 Maret 2013

15

Page 16: Laporan Kasus Ganda Mioma

S : batuk (+) berdahak, nyeri jahitan

O : KU : Baik

Tensi : 130/80 mmHg

Nadi : 76x/menit

Nafas : 20x/menit

Suhu : 37,3 0C

Mata : Anemis (-/-), ikterik (-/-)

Thorak : Cor S1, S2 tunggal, reguler, murmur (-)

Pulmo vesikuler -/-, rhonki -/-, wheezing -/-

Abdomen : Luka operasi baik

A : Post TAH hari ke II

P : - amoxicilin 3 x 500 mg

- asam mefenamat 3 x 500 mg

- antasid 3 x II

- OBH syrup 3 x 1

BAB IV

PEMBAHASAN

Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan konsistensi

padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul, tidak nyeri, bisa soliter atau

16

Page 17: Laporan Kasus Ganda Mioma

multipel. Tumor ini juga dikenal dengan istilah fibromioma uteri, leiomioma uteri,

atau uterine fibroid. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga

berhubungan dengan keganasan.1,5,6

Pada laporan kasus berikut diajukan suatu kasus seorang wanita 49 tahun

dengan diagnosa mioma uteri. Sampai saat ini belum diketahui penyebab pasti

mioma uteri dan diduga merupakan penyakit multifaktorial. Diperkirakan ada

korelasi antara hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma, dimana mioma

uteri muncul setelah menarke, berkembang setelah kehamilan dan mengalami

regresi setelah menopause.3

Diagnosa mioma uteri ditegakan berdasarkan gejala yang timbul,

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang ada. Gejala yang timbul

sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada serviks, intramural,

submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.6

Gejala-gejala pada pasien tersebut antara lain gangguan haid berupa menoragia

yaitu perdarahan haid yang lebih banyak dari normal, atau lebih lama dari normal

(lebih dari 8 hari). Sebab kelainan ini terletak pada kondisi dalam uterus, misalnya

adanya mioma uteri dengan permukaan endometrium lebih luas dari biasa dan

dengan kontraktilitas yang terganggu.6

Pemeriksaan fisik pada pasien ini didapatkan status vital yang baik, yang

berarti hemodinamik pasien masih baik. Pada palpasi abdomen tidak teraba massa

atau nyeri tekan pada abdomen. Dari pemeriksaan dalam didapatkan portio

menutup (licin), dan teraba massa padat ukuran ± 7 cm, nyeri (-).

Pemeriksaan penunjang dengan USG pada pasien ini didapatkan gambaran

uterus yang membesar dengan ukuran 12,8 cm x 7,28 cm x 10,56 cm dengan

kesan mioma uteri. Pemeriksaan dengan CT scan maupun USG juga dapat

dilakukan, namun lebih mahal dan menghabiskan waktu lebih lama tetapi tidak

memberikan informasi yang lebih daripada USG.9

Dapat ditarik kesimpulan diagnosis pasien tersebut adalah mioma uteri

melalui hasil anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang yang

dilakukan.

Penatalaksanaan pasien ini dilakukan konsul anastesi untuk mengevaluasi

keadaan pasien untuk operasi. Direncanakan Total Abdominal Histerektomi

17

Page 18: Laporan Kasus Ganda Mioma

(TAH) elektif karena selain untuk mengendalikan perdarahan, pasien juga sudah

tidak mempunyai keinginan untuk hamil lagi sehingga tidak perlu

mempertahankan fungsi dari rahim. Miomektomi bisa dipilih untuk pasien yang

masih menginginkan anak, sehingga perlu mempertahankan fungsi uterus.

Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya

karsinoma servisis uteri.6

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

18

Page 19: Laporan Kasus Ganda Mioma

Mioma uteri adalah tumor jinak miometrium uterus dengan

konsistensi padat kenyal, batas jelas, mempunyai pseudo kapsul,

tidak nyeri, bisa soliter atau multiple.

Tumor ini paling sering ditemukan pada wanita umur 35 – 45 tahun

(kurang lebih 25%) dan jarang pada wanita 20 tahun dan wanita post

menopause.

Diagnosis pasti mioma uteri dengan USG dan penanganan mioma

utieri adalah dengan konservatif dan operatif.

Saran

Sebaiknya dilakukan pemeriksaan patologi anatomi karena sangat

bermanfaat dalam menentukan diagnosis dan terapi selanjutnya

Memperbaiki gaya hidup

Usahakan selalu rutin kontrol ke dokter spesialis untuk mencegah

komplikasi tindakan dan perkembangan penyakit yang diderita.

DAFTAR PUSTAKA

1. Yuad H., 2007. Miomectomi Pada Kehamilan. Available from :

http://www.ksuheimi.blogspot.com. Accested : 01 Maret 2013.

19

Page 20: Laporan Kasus Ganda Mioma

2. Pinkerzzz, 2007. Mioma Uteri. Available from :

http://www.pinkerzzz03.blogspot.com. Accested : 01 Maret 2013.

3. Jevuska O., 2007. Mioma Geburt. Available from :

http://www.oncejevuska.blogspot.com. Accested : 01 Maret 2013.

4. Anonim, 2008. Sekilas tentang Tumor (Myoma)   Rahim . Available from :

http://www.klinikandalas.wordpress.com. Accested : 01 Maret 2013.

5. Suwiyoga K. et all., 2003. Mioma Uterus dalam Buku Pedoman

Diagnosis-Terapi dan Bagan Alir Pelayanan Pasien. SMF Obsgin FK

UNUD RS Sanglah, Denpasar.

6. Sutoto J. S. M., 2005. Tumor Jinak pada Alat-alat Genital dalam Buku

Ilmu Kandungan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirodihardjo,

Jakarta.

7. Marjono B. A. et all., 2008. Tumor Ginekologi. Available from :

http://www.geocities.com. Accested : 01 Maret 2013.

8. Edward E., 2007. Uterine Miomas : Comprehensive Review. Available

from : http://www.gynalternatives.com. Accested : March 02, 2008.

9. Stovall et all., 1992. Benign Diseases of the Uterus – Leiomyoma Uteri

and the Hysterectomy. Clinical Manual Gynecology, Second Edition, Mc.

Graw-Hill International, Singapore.

20