Laporan Kasus Elektif Hendris Rev 1

23
LAPORAN KASUS PANDANGAN HUKUM PIDANA TERKAIT TEKNIK INTEROGASI DALAM PENYIDIKAN PADA PERLAKUAN KEKERASAN TERHADAP PEMBANTU RUMAH TANGGA SERTA DITINJAU DARI SUDUT PANDANG ISLAM Hendris Utama Citra Wahyudin 1102011117 Tutor : dr. Yenni Zulhamidah, M.Sc KELOMPOK 4 BIDANG KEPEMINATAN KDRT (KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA) POLRES METRO JAKARTA SELATAN BLOK ELEKTIF

description

tugas blok elektif

Transcript of Laporan Kasus Elektif Hendris Rev 1

Page 1: Laporan Kasus Elektif Hendris Rev 1

LAPORAN KASUS

PANDANGAN HUKUM PIDANA TERKAIT TEKNIK INTEROGASI DALAM PENYIDIKAN PADA PERLAKUAN KEKERASAN TERHADAP PEMBANTU RUMAH TANGGA

SERTA DITINJAU DARI SUDUT PANDANG ISLAM

Hendris Utama Citra Wahyudin

1102011117

Tutor: dr. Yenni Zulhamidah, M.Sc

KELOMPOK 4

BIDANG KEPEMINATAN KDRT

(KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA)

POLRES METRO JAKARTA SELATAN

BLOK ELEKTIF

SEMESTER VII

TAHUN AKADEMIK 2014/2015

UNIVERSITAS YARSI

YZ, 17/11/14,
Bandingkan teori dan pelaksanaan interogasipada kasus ini. Sudah baik/benar? Tp apakah di laporan ini membandingkan hukum modern dgn hukum islam bukan membandingkanpelaksanaan dengan teori? Pada pembahasan dari sudut Islam tidak menyinggung teknik interogasi tetapi hanya sedikit cara pembuktian
Page 2: Laporan Kasus Elektif Hendris Rev 1

ABSTRAK

Latar Belakang: Kekerasan dalam rumah tangga kerap sekali dilakukan terutama yang

berhubungan dengan tanpa adanya ikatan darah diantaranya, yakni salahsatunya

kekerasan terhadap pembantu rumah tangga yang termasuk ruang lingkuprumah tangga

dan berakhir kepada penganiayaan.Deskripsi Kasus:Seorangpembantu rumah tangga

yang ditemukan dan dilaporkan ke Polres Pamulang,Tangerang Selatan oleh masyarakat

setempat yang mengalami penganiayaanoleh majikannya dalam keadaan memar sekujur

tubuh karena tidak mengerjakanperintah majikan dengan benar. Diskusi:Pandangan

hukum pidana terkaitteknik interogasi dalam penyidikan terhadap tindak pidana

dalamproses pelaksanaan hukum pidana serta dilihat dalam hukum pidana

Islam.Kesimpulan:Baik Hukum pidana Islam maupun Hukum pidana Nasional dalam

penyidikan suatu tindak pidana mengedepankan pembuktian sebagai penentu

dijatuhkannya hukuman karena dari sini terlihat niat yang mencerminkan adanya

pengetahuan dan pilihan pada pelaku utnuk melakukan tindak pidana.

Keyword : Hukum Pidana, Islam, Teknik Interogasi dalam penyidikan.

Page 3: Laporan Kasus Elektif Hendris Rev 1

PENDAHULUAN

Kekerasan dalam rumah tangga (Domestic Violence) kerap sekali dilakukan

olehseseorang atau lebih kepada seorang yang bukan berasal dari lingkup keluarganya

yakni kepada pembantu rumah tangga. Pemicu terjadinya kekerasan ini beragam dan

sering sekali karena pembantu tidak dapat mengerjakan sesuai dengan apa yang

diinginkan oleh majikan. Hal ini sering luput dalam perhatian hukum di Indonesia karena

di satu sisi pembantu memerlukan pekerjaan dan mendapatakan upah kerjanya, tetapi

disisi yang lain jika terjadinya tindak kekerasan banyak pembantu yang tidak melaporkan

diri bahkan terlihat biasa saja atas apa yang dilakukan oleh majikannya. Tindak

kekerasan ini dapat terjadi dalam dua bentuk, yaitu kekerasan terhadap verbal (ancaman

kekerasan) dan kekerasan terhadap fisik yang mana diatur didalam Hukum Pidana.

MenurutMuljanto (1982), Hukumpidanaadalahbagiandaripadakeseluruhanhukum

yang berlaku di suatu Negara, yang mengadakandasar-dasardanaturan-aturanuntuk : 1.

Menentukanperbuatan-perbuatanmana yang tidakbolehdilakukan, yang dilarang,

dengandisertaiancamanatausanksiberupapidanatertentubagibarangsiapamelanggarlaranga

ntersebut ; 2. Menentukankapandandalamhal-halapakepadamereka yang

telahmelanggarlarangan-laranganitudapatdikenakanataudijatuhipidanasebagaimana yang

telahdiancamkan ; 3.

Menentukandengancarabagaimanapengenaanpidanaitudapatdilaksanakanapabilaada

orang yang disangkatelahmelanggarlarangantersebut.

LalumenurutAdamiChazawi (2002), Hukumpidanaadalahbagiandarihukum public

yang memuatatauberisiketentuan-ketentuan, tentang : 1. Aturanumumhukumpidanadan

(yang dikaitkanatauberhubungandengan) laranganmelakukanperbuatan-perbuatan

(aktifataupositifmaupupasifataunegatif) tertentu yang

disertaidenganancamansanksiberupapidana (straf) bagi yang melanggarlarangan-

laranganitu ; 2. Syarat-syarattertentu (kapankah) yang

harusdipenuhiatauharusadabagisipelanggaruntukdapatdijatuhkansanksipidana yang

diancamkanpadalaranganperbuatan yang dilanggarnya ; 3. Tindakandanupaya-upaya

yang bolehatauharusdilakukan Negara melaluialat-alatperlengkapannya (misalnyaPolisi,

Jaksa, Hakim),terhadap yang

disangkadandidakwasebagaipelanggarhukumpidanadalamrangkausaha Negara

menentukan, menjatuhkandanmelaksanakansanksipidanaterhadapdirinya,

sertatindakandanupaya-upaya yang

bolehdanharusdilakukanolehtersangkaatauterdakwapelanggarhukumtersebutdalamusaha

YZ, 17/11/14,
Belum terlihat tujuan penulisan laporan ini
YZ, 17/11/14,
Penulisan latar belakang didahului dengan apa yang melatarbelakangi topik ini dipilih. Kemudian cantumkan tujuan tulisan iniLebih baik pemaparan teori lebih banyak dicantumkan di diskusi sambil membandingkan dengan kasus.
Page 4: Laporan Kasus Elektif Hendris Rev 1

melindungidanmempertahankanhak-

haknyadaritindakannegaradalamupayanegaramenegakkanhukumpidanatersebut.

Dalamhalinisangatdiperlukanteknikinterogasidalampenyidikan yang

berupayauntukmencarikepentinganmateriilsebagaisuatukepentinganpenyidik yang

ditentukandidalamundang-

undang.Pemeriksaanmerupakansalahsatuteknikmencaridanmendapatkanketerangansaksi

maupuntersangkadalamrangkapenyidikantindakpidanadengancaramengajukanpertanyaan

baiklisanmaupuntertuliskepadatersangkaatausaksi, gunamendapatkanketerangan,

petunjuk-

petunjukdanketeranganalatbuktilainnyadankebenaranketerlibatantersangkadalamrangkam

embuatberitaacarapemeriksaan (BAP). UpayapenyidikaninimengacupadaUndang-

undangNomor 8 Tahun 1981 tentang KUHAP (KitabUndang-

undangHukumAcaraPidana) lembarnegaratahun 1981 No.3209 yang

mengubahsistempenyidikansecara fundamental.

DESKRIPSI KASUS

SeorangnonabernamaNuryati (N) 20

tahunpembanturumahtanggadilaporkankePolsekPamulangolehjajaran RT dan RW

sertatetangganyakarenaditemukanterkapartidakberdayadiluarteraskediamanmajikannyaIb

uHj.Aidiar (AI) danIbuAfriantie (AF)padaharikamis 6 November 2014.

Didugamengalamitindakpenganiayaan yang terjadi di jalan Reni Jaya Blok Y7/19

Rt.02/12, PondokBambu, Pamulang, Tangerang Selatan.

Saatditemui Nona (N) sudahmengalamiberbagaitindakkekerasan,

yakniterlihatdariberbagaimemarditubuhnyadanmatanya yang memerahsertaberbagailuka-

lukadisekujurtubuhsepertilukabekassudutanrokok,

bendaberapiataujejaskarenajeratansuatubenda.

LalusetelahdilaporkankePolsekPamulang, Tangerang Selatan, Nona (N)

dibawaolehpolisiPolsekPamulangkePolres Metropolitan Jakarta Selatan

untukditindaklebihlanjut. Tetapipadaawalnyasaudari (N)

tetaptidakmengakuiketikaditanyaperihalkekerasan yang terjadipadadirinya,

setelahkurangkebihsatu jam polisimengintrogasinya,

dengandibujukakandibelikansarapanakhirnyasaudari (N)

Page 5: Laporan Kasus Elektif Hendris Rev 1

mengakuitelahmengalamipenganiayaanolehmajikandansaudaramajikannya. Di Polres

Metropolitan Jakarta Selatan saudari (N)melaluilaporan model A,

langsungditerimadandibawakeRumahSakitPusatPertaminauntukmelakukanserangkaianpe

meriksaanfisikataspenganiayaanpadadirinya. Menurutdr.YanHardiLuthan

(selakudokterumumsaatitu) menerangkandalamselembarsuratpengantar orang

sakitsementara (keterangankesehatandarimedissementara)

untukkepentinganpenyidikansementara. Dari hasil yang

didapatkanpadapemeriksaanklinispadasaudari (N) 20 tahunialah, Index Massa Tubuh 14,

keadaanumumkurusdan marasmus, terdapathifemamatakiri,

terasanyeripadaperutkanansejak 5 hari, sertabelumdidapatisaudari (N) inihaid.

Selanjutnyapadapenyidikandanwawancara yang kami lakukankepadasaudari (N)

secaralangsung,

iamengakuisudahseringmengalamipenganiayaanselamamenjadipembanturumahtanggadik

ediamanIbuHj.Aidiar (AI) danIbuAfriantie (AF). Diantaranyakekerasan yang

dialaminyasepertidipukuli, diinjakperutnya, dipukulidengangagangsapurumah,

dilecutmatadantubuhnyadengansabukpinggang, di

jeratlehernyadengansabukpinggangsertadisudutisekujurtubuhnyadenganrokokdanlemtem

bakkepadanya.

Dalamintrogasi kami kepadasaudari (N), mengakuibahwaadaseorang yang

turutikutsertauntukmelakukankekerasanyakniIbuAriyati (AR) yang

merupakankakakpelaku yang

kiniturutmenjaditersangkakarenaikutsertadalammelakukanpeganiayaanpadadirinya.

Saudari (N) jugamengakuigajinyabelumdibayarselama 5 bulaniakerjaditempattersangka,

yaknisebesar Rp.350.000,- (tigaratuis lima puluhribu rupiah) per bulan.

Selamabekerjadirumahtersangka, korbanhanyadiberikanmakandengannasi yang

dicampurgaramselamatiga kali sehari.Korbanjugamengakuisemulaberatnya 45 kg

(empatpuluhlima kilogram) menjadi 25 kg (duapuluh lima kilogram).

Kini,

PolisiselakupenyidikmenetapkanketigasaudaratersebutmenjaditersangkayakniIbuHj.Aidi

ar (AI), IbuAfriantie (AF) danIbuAriyati (AR) sertadiancamjeratanpasal 170 KUHP dan

44 UU RI No.23/2004 tentang PKDRT yang

merupakantindakpenganiayaandandilakukansecarabersama (pengeroyokan).

YZ, 17/11/14,
Perbaiki alignmentnya.
Page 6: Laporan Kasus Elektif Hendris Rev 1

Foto : Bersama korban saudari (N) berseta rekan.

DISKUSI

Pemeriksaan memegang peranan penting dalam dalam kegiatan penyidikan atau

interogasi untuk mencari kebenaran. Pemeriksaan adalah kegiatan untuk mendapatkan

keterangan, kejelasan dan keidentikan tersangka, saksi ahli, dan atau barang bukti

maupun tentang unsur-unsur tindak pidana yang telah terjadi, sehingga kedudukan atau

peranan seseorang maupun barang bukti di dalam tindak pidana tersebut menjadi jelas

dan dituangkan di dalam berita acara pemeriksaan.(Terdapat di dalam Bujuklak,

Bujukmin Proses Penyidikan Tindak Pidana, Mabes Polri, Jakarta, September

2000,hal.230). Berita acara pemeriksaan (BAP) adalah catatan atau tulisan yang bersifat

otentik dan dibuat oleh penyidik atau penyidik pembantu memuat uraian tindak pidana

yang mencangkup unsur-unsur tindak pidana pidana yang dipersangkakan yaitu waktu,

tempat dan keadaan pada waktu tindak pidana dilakukan, identitas penyidik atau penyidik

pembantu dan yang diperiksa dan keterangan yang diperiksa.(Ibid, hal.231). BAP dikenal

sebagai Criminal Justis System dengan Polri sebagai penyidik, Jaksa sebagai penuntut

umum, dan Hakim sebagai pemutus dalam persidangan.

Page 7: Laporan Kasus Elektif Hendris Rev 1

Dalam pembuatan berita acara pemeriksaan diperlukan adanya syarat formil dan

materiil, yaitu formil dengan menulis kata-kata “Pro-Justitia” yang bermaksud atas dasar

keadilan, serta syarat materiil yaitu keseluruhan isi atau materi menyangkut orang dari

peristiwa tindak pidana yang terjadi dan dapat memenuhi unsur-unsur pasal yang

dilanggar atau yang disangkakan kepada pelaku tindak pidana.(Terdapat di

dalamHimpunan Bujuklak, Bujukmin, dan Proses Penyidikan Tindak Pidana, Op.Cit,

hal.235).

Suatu proses untuk mencari kebenaran dalam menyelesaikan suatu sengketa atau

perselisihan kepentingan adalah dengan pembuktian. Menurut M. Yahya Harahap,

menyatakan bahwa pembuktian merupakan titik sentral pemeriksaan perkara dalam

sidang pengadilan. Dimana pembuktian memegang peranana penting dalam proses

pemeriksaan di sidang pengadilan, apabila pembuktian “tidak cukup” maka seorang

terdakwa wajib dibebaskan apabila sebaliknya aka diberikan sanksi. Maka itu, proses

pembuktian merupakan inti dari penentuan salah atau tidaknya seseorang yang didakwa

dan melalui proses pembuktian dengan alat-alat bukti yang ditentukan. Dalam pasal 148

KUHAP ayat (1) menyatakan, bahwa macam-macam alat-alat bukti sebagai berikut: 1.

Keterangan saksi; 2. Keterangan ahli; 3. Surat; 4. Petunjuk; 5. Keterangan terdakwa.

Alat bukti sebagai keterangan Saksi merupakan alat bukti yang paling utama

dalam perkara pidana, dengan syarat-syarat sebagai berikut: 1. Harus mengucapkan

sumpah atau janji (pasal 160 ayat (3) KUHAP) yang diberikan sebelum memberi

kesaksian; 2. Keterangan saksi yang bernilai sebagai bukti: Yang didengar sendiri oleh

saksi, yang dilihat sendiri oleh saksi, yang dialami sendiri oleh saksi, dan menyebut

alasan dari pengetahuannya; 3. Testimonium de auditu (mendengar orang lain tidak

bernilai sebagai alat bukti) yang merupakan pendapat atau rekaan dari hasil pemikiran

saksi; 4. Keterangan saksi dalam penyidikan yang tercantum didalam BAP sebagai

keterangan saksi di sidang pengadilan oleh Jaksa Penuntut Umum; 5. Keterangan saksi

yang tidak cukup dapat didukung dengan alat bukti lain untuk membuktikan kesalahan

terdakwa atau tersangka.

Alat bukti sebagai keterangan Ahli merupakan keterangan yang diberikan oleh

seorang yang memiliki keahlian khusus, misalnya seorang dokter yang memberikan

kesaksian terkait pemeriksaan pada korban. Dalam pasal 120 KUHAP bahwa, dalam hal

penyidikan menganggap perlu, ia dapat meminta pendapat orang ahli atau orang yang

YZ, 17/11/14,
Hampir semua sitasi diakhir kalimat masih salah
Page 8: Laporan Kasus Elektif Hendris Rev 1

memiliki keahlian khusus. Pada pasal 133 KUHAP, dalm hal penyidikan untun

kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati

yang diduga karena peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan

permintaan keterangan ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan ahlinya. Dalam ayat

(1) melalui surat tertulis dan disebutkan dengan tegas. Dalam pasal 179 KUHAP, setiap

orang yang diminta pendapatnya sebagai ahli kedokteran kehakiman atau dokter ahli

lainnya wajib memberikan keterangan ahli demi keadilan.

Alat bukti sebagai surat diatur dalam pasal 187 KUHAP yang mana dibuat atas

sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah yakni surat dalam bentuk resmi yang

dibuat oleh penjabat umum berwenang atau dibuat dihadapannya; surat yang dibuat

menurut perundang-undangan mengenai hal yang termasuk tatalaksana; surat yang

memuat dari keterangan ahli berdasarkan keahliannya; surat lain yang berhubungan

dengan alat pembuktian yang lain. Surat ini merupakan alat bukti yang “sempurna” dan

mempunyai nilai pembuktian kekuatan yang kuat dimata hakim.

Alat bukti sebagai petunjuk dalam pasal 188 KUHAP adalah merupakan suatu

perbuatan, kejadian atau keadaan antara satu dengan yang lainnya dengan tindak pidana

itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.

Petunjuk tersebut diperoleh dari keterangan saksi, surat, dan keterangan ahli yang mana

penilaian dan kekuatan pembuktian tersebut dilakukan oleh hakim dengan arif lagi

bijaksana. Alat bukti ini diperlukan bila alat bukti yang lain belum mencukupi batas

minimun pembuktian yan ditentukan dalam pasal 183 KUHAP selama bergantung pada

alat bukti yang lain.

Alat bukti sebagai keterangan terdakwa merupakan hal yang disampaikan

dalam sidang pengadilan. Keterangan terdakwa lebih luas dari pengakuan terdakwa.

Proses pembuktian tetap dijalankan sekalipun terdakwa mengakui, dan jaksa penuntut

umum tetap berkewajiban membuktikan kesalahan terdakwa dengan alat bukti yang lain.

Menurut pasal 189 ayat (4) KUHAP, keterangan terdakwa dinyatakan disidang tentang

perbuatan yang dialaminya sendiri dan diketahuinya, serta hanya dapat digunakan

terhadap diri.

Tidakluputbahwapembuktianjugasangatpentingdalam proses

mencarikebenarandalammenyelesaikanberbagaiperselisihankepentingandalampenyidikan.

Teoripembuktiandikenaldenganempat system; 1.Convection in Timeyaitu system

Page 9: Laporan Kasus Elektif Hendris Rev 1

pembuktiandalammenentukankesalahanterdakwasemata-mataolehpenilaian“keyakinan”

hakim; 2.Conviction in Raisoneyaitumasihberdasarkanpada “keyakinan” hakim

tetapibersifatterbatasterutamapada alas an yang bersifatrasional; 3.

Sistempembuktiansecarapositifyaituberdasarkanundang-

undangdanalatbuktitanpamenyertakankeyakinan hakim; 4.Sistempembuktiannegatif

(negatifwettwlijk) yaitugabungansistempembuktianpostifdankeyakinan hakim.nya sendiri.

Dilakukannya penghentian penyidikan adalah merupakan suatu tindak

penghentian dilakukannya salah satu kegiatan penyelesaian perkara apabila: 1. Tidak

terdapat cukup butki; 2. Peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana; 3. Demi

hukum karena: a. tersangka meninggal dunia, b. tuntutan pidana telah kadaluarsa, c.

Nebis en idem (tindak pidana tersebut telah peroleh putusan hakimyang mempunyai

kekuatan hukum tetap) dengan mengeluarkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan

(SP3).

Dalam perspektif Hukum Islam, ternyata hukum Islam sudah menjadi pionir sejak

14 abad yang lalu dalam menerapkan hukum yang berlandaskan kepada sumber yang

valid dan akurat, yaitu Al-Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad SAW yang merupakan

sumber asli agama Islam. Tetapi berjalannya waktu dengan pemikiran-pemikiran baru

beranggapan bahwa hukum Islam sudah ketinggalan zaman dan beralih kepada hukum

modern. Anggapan ini merupakan kesalahan yang sangat besar karena telah

membandingkan dengan syari’at Islam dengan hukum modern dan mengklaim tidak

selaras lagi. Padahal hukum Islam hadir sebagai penyempurna hukum-hukum lain.

Sebagai bukti keberlakuan hukum Islam di Indonesia memiliki 2 alasan, yaitu pertama,

berlakunya hukum Islam secara normatif, artinya hukum Islam yang mempunyai sanksi

kepada masyarakat apabila di langgar, terutama yang mengatur hubungan anatar manusia

dengan Tuhan dan sangat bergantung kepada keimanan ummat Islam itu sendiri. Kedua,

bentuk hukum Islam seacara yuridis formal, yaitu bagian hukum yang mengatur

hubungan antara manusia dan hubungan manusia dengan mahluk lainnya. Di Indonesia

hukum Islam dijadikan sebagai hukum positif.

Dalam Hukum Islam turut mengenal berbagai asas, pertama adalah Asas

Legalitas dalam hukum pidana Islam (Fiqh Jinayah) berbunyi: “Tidak ada tindakan

pidana dan tidak ada sanksi hukuman atas segala sesuatu tindakan tanpa ada aturannya”

atau “Tidak ada pelanggaran dan tidak ada hukuman sebelum ada undang-undang yang

Page 10: Laporan Kasus Elektif Hendris Rev 1

mengaturnya”. (Muhammad Daud Ali, Hukum Islam; Pengantar Ilmu Hukum dan tata

Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta:Raja Grafindo Persada, 2005), hal.131). Asas ini

didasarkan pada Al-Qur’an surat Al-Isra ayat 15,(penggalan ayat)

Artinya : “…dan Kami tidak akan meng’azab sebelum Kami mengutus seorang Rasul.”

(Surat Al-Isra : 15).

Lalu pada surat Al-Qashsash ayat 59, (arti hanya penggalan ayat)

Artinya : “ Dan tidak adalah Tuhanmu mebinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di

ibukota itu seorang Rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka…” (Surat

Al-Qashash : 59)

Kedua ayat diatas menerangkan bahwa Allah SWT tidak akan mengazab kepada siapapun

kecuali telah diutusnya para Rasul sebagai pembawa kebenaran. Menurut Mazhab

Syafi’i: “Hukum yang pokok dari segala sesuatu itu adalah boleh, sehingga terdapat dalil

yang mengharamkannya.” Lalu yang kedua dalam Islam adalah Asas tidak berlaku

surut (the principal of non retro activity) yang dalam hukum pidana umum juga tidak

mengenal asas retroaktif. Asas ini yang berarti bahwa Undang-undang harus berlaku

hanya bagi perbuatan yang dilakukan setelah diundangkannya ketentuam tersebut. Dalam

Hukum Islam juga demikian dimana hanya dikenakan hukuman menurut aturan pidana

yang berlaku pada waktu terjadinya jarimah. Rasul berpidato do haji perpisahan yang

berisi: “Setiap kesalahan darah yang terjadi di masa jahiliyah harus dihapuskan dan aku

mulai dengan tuntutan dari Al Hirath Ibnu Abd Al-Muthalib, riba yang dilakukan selama

periode itu juga dihapuskan mulai dari riba pamanku, Al Abbas ibnu Abd Al-Muthlaib.”

Page 11: Laporan Kasus Elektif Hendris Rev 1

(Topo Santoso, Op.Cit., hal.118). Kecuali pada dua hal dapat berlaku surut yaitu

pertamaQidzaf (perzinaan) diterangkan didalam surat An-Nur ayat 4:

Artinya: “Dan orang-orang yang menuduhwanita-wanita yang baik-baik (berbuatzina)

danmerekatidakmendatangkanempat orang saksi, makaderalahmereka (yang

menuduhitu) delapanpuluh kali dera,

danjanganlahkamuterimakesaksianmerekabuatselama-lamanya. Dan merekaitulah

orang-orang yang fasik.”(Surat An-Nur : 4).

KeduaHirabah (pemberontakan atau perampokan) diterangkan didalam surat Al-

Maidah ayat 33:

Artinya: “Sesungguhnyapembalasanterhadap orang-orang yang memerangi Allah

danRasul-Nyadanmembuatkerusakan di mukabumi,

hanyalahmerekadibunuhataudisalib, ataudipotongtangandan kaki

merekadenganbertimbalbalik, ataudibuangdarinegeri (tempatkediamannya). Yang

demikianitu (sebagai) suatupenghinaanuntukmerekadidunia, dan di

akhiratmerekaberolehsiksaan yang besar” (Surat Al-Maidah : 33).

Berikutnya Asas yang ketiga adalah Asas praduga tak bersalah, sudah jauh

lebih dulu diterapkan dalam hukum pidana Islam sebelum hukum pidana positif karena

Islam mengajarkan ummatnya untuk tidak dihukum tanpa butki yang kuat. Setiap orang

Page 12: Laporan Kasus Elektif Hendris Rev 1

dianggap tidak bersalah untuk suatu perbuatan jahat, sebelum dibuktikan kesalahan atau

kejahatannya tanpa ada keraguan, jika suatu keraguan yang beralasan muncul, seseorang

tertuduh harus dibebaskan. Dalam hal ini lebih baik seorang hakim menghukum bebas

daripada salah dalam menetapkan hukuman bagi tersangka. (Nagaty Sanad, The Theory

of Crime and Criminal responsibility in Islamic, dalam Topo Santoso, Op.Cit,.hal.14)

Asas yang terakhir adalah Tidak sahnya hukuman karena keraguan, yaitu

batalnya keraguan karena ada keraguan didalamnya. Hal ini dijelaskan hadist Nabi

Muhammad SAW, yaitu:” Hindarkan hudud dalam keadaan ragu, lebih baik salah

dalam membebaskan dari pada salah dalam menghukum.”(Topo Santoso,

Op.Ciy.,hal.120). Menurut Mazhab Syafi’i keraguan muncul karena tiga hal: 1. Keraguan

terkait tempat, 2. Keraguan disebabkan oleh pelakunya, 3. Keraguan formal (muncul

karena tidak sepakat antara fuqaha untuk suatu masalah).

Hukum Islam mengharuskan adanya perbuatan maksiat atau perbuatan melawan

hukum untuk menjadikannya sebagai suatu sebab adanya pertanggung jawaban pidana.

Karena sebab (faktor) dijadikannya oleh syar’i sebagai pertanda menentukan atau

menghasilkan musabab (sebab dari timbulnya suatu sebab). Dengan demikian perbuatan

maksiat atau melanggar hukum harus memiliki pertanggungjawaban karena merupakan

melanggar perintah agama atau mengerjakan sesuatu yang dilanggar didalam agama.

(Topo Santoso, Menggagas hukum pidana Islam, Op.Cit hal.166). Sebagai syarat

dijatuhkannya hukuman yaitu dengan adanya pengetahuan dan pilihan pada pelaku.

Dalam hukum Islam term kemaksiatan atau melanggar hukum dapat disamakan dengan

term tersalah dan pelanggaran yang ada dalam istilah hukum konvesioanal. Dan memiliki

makna yang sementik dengan menyalahi perintah syar’i.(Alie Yafie, Umar Shihab,

Ahmad Sukaraja dkk, Ensiklopedi Hukum Pidana Islam, Op.Cit.hal.75)

Perbuatan melawan hukum atau kemaksiatan merupakan prinsip untuk

pertanggungjawaban pidana, dan perbuatan tersebut memiliki tingkatan sesuai dengan

niat, karena dari niat menujukan bahwa pelaku memiliki pengetahuan dan pilihan.

Diantara terdapat 4 tingkatan, yaitu: 1. Adakalanya disengaja (Al-‘Amdu), 2. Adakalanya

menyerupai disengaja ( Syibhu ‘amdi), 3. Adakalanya keliru (Al-Khata’), 4. Adakalanya

menyerupai kekeliruan. Satu riwayat menyebutkan bahwa ketika Ali bin Abi Thalib

berkata kepada Umar bin Khatab : “Tahukah engkau terhadap siapa kebaika dan

kejahatan itu tidak dicatat dan mereka tidak bertanggungjawab terhadap apa yang

YZ, 17/11/14,
Sitasi nya salah. Sumber tidak ada di daftar pustaka
Page 13: Laporan Kasus Elektif Hendris Rev 1

dilakukannya, yaitu orang yang gila sampai dia waras, anak-anak sampai dia

baligh(puber), dan orang yang tidur sampai dia bangun.” Syariat Islam menolak

pengujian untuk menentukan masalah abnormalitas dan kriminalaitas yang bermaksud

tidak ada tindakan yang dikatan kriminal jika pelaku mengalami kehilangan mental atau

adanya dorongan yang membuat orang tersebut tidak terkendali.(Shetan, Jehangir M.J,

Mental Abnormality and Crime is Contributon to Synthetic Jurisprudence, dalam

A.Rahman I, Doi, Penjelasan lengkap hukum-hukum Allah (syari’ah), Ibid, hal.286.)

Unsur yang mengakibatkan pertanggungjawaban pidana adalah adanya unsur

melawan hukum dan adanya kesalahan.

KESIMPULAN

Hukum Islam hadir sebagai penyempurna hukum-hukum lain. Sebagai bukti

keberlakuan hukum Islam di Indonesia memiliki 2 alasan, yaitu secara normatif

(Ketuhanan) dan yuridis formal (sesama manusia) dan dituangkan kedalam hukum positif

(Hukum pidana) Indonesia. Dalam Islam segala sesuatu adalah hukumnya boleh sampai

ada nash yang mengatur keharamnya. Pembuktian dalam Hukum pidana Islam dan

Hukum pidana Nasional sama-sama mengedepankan adanya butki tindak kejahatan yang

mana jika tidak cukup bukti kuat, lebih baik terdakwa dibebaskan dari hukum daripada

salah dalam memberi hukuman serta melihat motif dilakukannya tindak kejahatan

tersebut dari niat karena niat menejelaskan bahwa pelaku memiliki pengetahuan dan

pilihan dalam melakukan suatu tindak pidana.

YZ, 17/11/14,
Tidak ada saran?
Page 14: Laporan Kasus Elektif Hendris Rev 1

UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu’alaikum Wr Wb.

Saya panjatkan puji serta syukur atas kehadirat Allah SWT Tuhan semesta alam, atas

berkat rahmat dan taufik-Nya kita dapat merasakan manisnya iman dan kesehatan wal’afiat

serta saya dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ini dengan baik. Shalawat dan salam juga

semoga selalu tercurah kepada baginda Nabi Muhammad SAW atas hijrah beliau yang

membukakan suatu pintu zaman dengan ilmu pengetahuan.

Saya ucapkan terima kasih kepada tutor kami dr.Yenni Zulhamidah,Msc, yang rela

membagi kesibukannya untuk membimbing tugas kami dari awal sampai selesai. Saya juga

ucapkan terima kasih kepada dr. Ferryal Basbeth, Sp.F DFM dan DR.Zuhroni M.Ag, yang

turut memberikan pengantar serta kuliah pengampu untuk dilakukannya laporan kasus ini.

Ucapan terima kasih juga saya berikan kepada IPTU Nunu Suparni selaku Kepala Unit

PPA (Pelayanan Perempuan dan Anak) Polres Metro Jakarta Selatan, atas kesediannya

memberikan ilmu serta membimbing kami untuk menyelesaikan tugas kami dilapangan.

Dan terima kasih saya ucapkan kepada teman-teman kelompok 4 kepeminatan

Domestic Violence (KDRT) atas kerjasamanya selama kegiatan untuk [enyusunan laporan

kasus ini berlangsung.

Saya menyadari betul bahwa tulisan saya ini masih banyak sekali kekurangan dalam

penyajiannya, maka itu sangat sekali dibutuhkan masukan dari Ibu/Bapak serta rekan sekalian

untuk dapat memberikan masukan kepada saya. Saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr Wb.

Salam kami,

Hendris Utama Citra Wahyudin

Page 15: Laporan Kasus Elektif Hendris Rev 1

DAFTAR PUSTAKA

http://www.alquran-indonesia.com/ . Al-Qur’an. Dikutip pada Minggu, 15 Novenber 2014.

Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)

http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/5296, Usammah, Pertanggungjawaban Pidana

Dalam Perspektif Islam, Thesis, 2009. Dikutip pada Sabtu, 14 November 2014.

http://usupress.usu.ac.id, Dasar-dasar Hukum Pidana. Dikutip pada Sabtu, 14 November

2014.

http://yahmanaldi.blogspot.com, Teknik Interogasi Dalam Penyidikan, 2013, Dr.Yahman,

SH,MH. Dikutip pada Sabtu, 14 November 2014.

YZ, 17/11/14,
Penulisan daftar pustaka masih salah. Lihat penulisan daftar pustaka materi elektronikHarus lebih banyak pustaka buku atau jurnal dari pada materi elektronik