Laporan Kasus by Wawan

32
TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWA NASKAH LAPORAN KASUS Skizofrenia Paranoid OLEH Wawan Eko Wahyudi H1A 009 011 PEMBIMBING dr. Hj. Elly Rosilla Wijaya, Sp.KJ, MM DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU PENYAKIT JIWA 0

description

Psikiatri stase

Transcript of Laporan Kasus by Wawan

TUGAS KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT JIWA

NASKAH LAPORAN KASUSSkizofrenia Paranoid

OLEHWawan Eko WahyudiH1A 009 011

PEMBIMBINGdr. Hj. Elly Rosilla Wijaya, Sp.KJ, MM

DALAM RANGKA MENGIKUTI KEPANITERAAN KLINIK MADYA BAGIAN ILMU PENYAKIT JIWAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MATARAM RUMAH SAKIT JIWA PROVINSI NTB TAHUN 2015

STATUS PSIKIATRI

I. IDENTITAS PASIENNama: Tn SJenis Kelamin: Laki-lakiUsia: 46 tahunAgama: IslamSuku: SasakPendidikan: tidak tamat SDPekerjaan: nelayanStatus Pernikahan: dudaAlamat: Desa Batu Layar Barat, Kec. Batu Layar, Lombok BaratTanggal MRS: 26 Mei 2015 (pasien kakak dan saudara ipar pasien)

Pasien dibawa oleh keluarganya ke UGD RS Jiwa Provinsi NTB pada hari selasa 26 Mei 2015 pukul 11.55 WITA. Ini adalah kali kelima pasien dirawat inap di RS Jiwa Provinsi NTB.

IDENTITAS KELUARGA PASIENNama Keluarga: Tn. SUmur: 54 tahunJenis kelamin: Laki-LakiHubungan: kakak kandung pasienAlamat: Desa Batu Layar Barat, Kec. Batu Layar, Lombok Barat Agama : IslamSuku: SasakPendidikan: tidak tamat SDPekerjaan : nelayanStatus : Menikah

II. RIWAYAT PSIKIATRIData diperoleh dari : Autoanamnesis pada tanggal 30 mei 2015 Alloanamnesis tanggal 2 Mei 2015 dari kakak kandung pasien Catatan Rekam Medik.A. Keluhan Utama :KeluyuranB. Riwayat Penyakit Sekarang :(Alloanamnesis: kakak pasien)Pasien dibawa ke IGD RSJ Provinsi NTB oleh keluarganya dengan keluhan sering keluyuran. Ini merupakan kedatangan yang ke lima kalinya. Keluarga mengatakan bahwa pasien mulai sering keluyuran sejak seminggu terakhir. Menurut keluarga, pasien keluyuran menuju masjid-masjid di lingkungannya bahkan sampai ke luar desa tempat tinggal pasien yang jaraknya hampi 3 km. Pasien keluyurun dari pagi hingga larut malam, bahkan sering tidak pulang ke rumahnya. Pasien ingin mengajak semua orang beribadah dan mengajak teman-temannya untuk ke mekkah dan berjihad. Pasien juga dikeluhkan sering adzan di luar jam sholat dan membangunkan warga sebelum subuh untuk melakukan sholat. Keluhan memberat dua hari sebelum MRS. Pasien juga pergi ke jalan raya untuk mengganggu dan menyetop kendaraan untuk mengajak orang-orang beridah di luar waktunya. Pasien mengatakn pada keluarganya bahwa hal tersebut dilakukan oleh karena ada yang suara-suara mahluk halus berjubah putih yang menyuruhnya.Pasien juga dikeluhkan bicara mulai banyak, dan kadang tidak nyambung. Pasien juga dikeluhkan sering bicara sendiri seakan-akan ada yang mengajaknya berkomunikasi. Karena hal tersebut pasien juga jarang tidur pada malam hari. Pasien juga sekarang mudah marah dengan setiap orang yang membantah perkataan dan ajakannya namun tidak sampai mengamuk membabi buta. Menurut keluarga dua hari sebelum dibawa ke RS pasien juga sempat memukul tetangganya yang membantah ajakannya, pasien juga dikatakan sempat melepaskan sapi milik beberapa tetangganya dari kandang, hal tersebut dilakukan tanpa alasan yang jelas. Selama seminggu ini pasien masih bisa dan mau makan sendiri makanan yang disediakan oleh keluarganya, masih mau mandi sendiri walaupun agak jarang namun pasien sudah tidak mau bekerja dan tidak mampu bersosialisasi dengan baik.Pasien sudah empat kali dirawat di RSJ Mutiara Sukma. Pertama kalinya pasien di rawat yaitu pada tahun 2002. Saat itu pasien dibawa ke RSJ karena sering keluyuran, mudah marah dan bicaranya kacau. Kemudian pada tahun 2010, 2011, dan 2013 pasien di rawat inap lagi dengan keluhan yang sama. Penyebab kambuh kemungkinan karena pasien tidak mau kontrol lagi ke RSJ karena merasa sudah sembuh. Keluarga telah berusaha mengantarkan pasien ke RSJ namun pasien menolak hingga membuat paasien marah-marah dan mengamuk. Autoanamnesis Pasien masuk RSJ Provinsi untuk kesekian kalinya. Pasien mengatakan dia dibawa oleh keluarganya ke RSJ karena sudah dua puluh haru tidak tidur dan keluyuran untuk berjihad. Pasien mengatakan pergi ke masjid-masjid dan ke jalan-jalan untuk mengajak teman-temannya untuk sholat dan berbuat kebaikan. Pasien juga mengatakan mendengar adanya suara-suara atau bisikan yang menyuruhnya untuk keluar dan berjihad, mengajak orang sholat dan berbuat kebaikan dan berperang melawan setan. Pasien mengatakan bisikan tersebut tidak nampak namun hanya terdengar suaranya saja. Pasien mengatakan bisikan tersebut tidak pernah menyuruh ke hal-hal yang tidak baik seperti memukul orang, melempar rumah orang. Pasien juga mengatakan bahwa suara-suara tersebut tidak ada yang berniat jahat terhadap dirinya. Pasien juga mengatakan bahwa sering melihat bayangan orang laki-laki dan perempuan menggunakan jubah putih dan bercahaya (wali Allah). Pasien mengatakan bahwa dirinya dilindungi oleh makhluk tersebut yang telah dikirim oleh Allah dalam rangka berperang melawan setan. Pasien menyangkal bahwa dirinya pernah memukul tetangganya saat sebelum di bawa ke RSJ. Pasien juga mengatakan bahwa semua orang yang ada di kampungnya sering membicarakan dirinya dan juga mengomentari apa yang ia lakukan. Pasien mengatakan bahwa selama dirawat di RSJ Provinsi NTB perasaan menjadi lebih tenang. Namun suara-suara bisikan dan bayangan-banyangan masih sering muncul namun tidak sampai mengganggu tidur. Pasien juga menyangkal adanya perasaan senang dan bersemangat sejak beberapa hari terakhir. Pasien terkadang merasa sedih melihat teman-temannya yang tidak mau berbuat kebaikan. C. Riwayat Penyakit Dahulu :1) Riwayat Gangguan PsikiatriPasien sudah pernah di rawat di RSJ sebelumnya. Keluhan serupa pernah dialami oleh pasien ini yaitu pada tahun 2002. Pasien waktu itu dikeluhkan sering keluyuran, emosinya tidak stabil, mudah marah, berbicara banyak dan kacau pasien juga merasa seluruh tetangganya membicarakan dirinya. Menurut keluarga keluhan tersebut muncul setelah pasien banyak masalah keluarga dan sampai berujung perceraian dengan istri pasien. Saat itu pasien di rawat di RSJ selama kurang lebih satu bulan, setelah pulang dari RSJ keluarga rutin mengantar pasien kontrol namun keluarga lupa sudah berapa kali kontrol saat itu. Setelah beberapa bulan pasien mengkonsumsi obat, pasien merasa sehat dan menurut keluarga sikap pasien juga kembali normal lagi dan mampu bekerja dan bergaul dengan lingkungan sekitarnya. Saat itu pasien mulai tidak mau lagi kontrol, walaupun keluarga sudah mengajaknya untuk tetap kontrol. Pada tahun 2010 pasien di rawat lagi dengan keluhan yang sama dengan keluhan saat pertama kali pasien masuk di RSJ. Menurut keluarga tidak terdapat masalah lingkungan, ekonomi atau masalah keluarga yang mengawali kambunya keluhan pasien. Keluarga hanya mengatakan bahwa pasien sudah lama tidak mengkonsumsi obat karena sudah tidak pernah kontrol lagi ke RSJ maupun ke Puskesmas. Setelah dirawat pasien kembali normal, menurut keluarga pasien dapat bekerja dan dapat mengurus diri sendiri. Pasien sempat kontrol diantar keluarga sekitar tiga kali dan akhirnya tidak mau kontrol lagi.Pada tahun 2011 pasien di rawat lagi di RSJ Mutiara Sukma untuk ketiga kalinya. Pasien di rawat sekitar satu bulan dengan keluhan yang sama dengan keluhan sebelumnya. Pasien dikeluhkan sering keluyuran ke masjid-masjid, mudah marah dan bicaranya banyak dan kacau. Pasien juga di keluhkan suka bicara sendiri. Setelah dirawat pasien pulang dan dikatakan oleh keluarga bahwa pasien sudah kembali normal, merawat diri baik, komunikasinya juga baik. Menurut keluarga pasien saat itu pasien hanya kontrol satu kali saja, dan tidak mau kontrol lagi karena pasien merasa kaku di mulutnya dan tidak nyaman setelah meminum obat-obatan dari RSJ. Akhirnya pasien tidak melanjutkan pengobatannya.Sebelum keluhan saat ini pasien terakhir kali di rawat di RSJ yaitu pada tahun 2013 selama hampir satu bulan. Saat itu pasien dikeluhkan kembali lagi sering keluyuran ke masjid-masjid, mengganggu tetangga dengan cara membangunkan mereka untuk beribadah namun di luar waktunya, pasien juga sempat memukul tetangganya yang berbeda pendapat dengannya. Setelah dirawat dan pasien pulang, pasien kembali dapat bekerja, bicaranya juga sudah tidak berlebihan, mampu mengurus dirinya. Keluarga mengatakan bahwa pasien hanya tiga kali kontrol saat itu. Menurut informasi dari keluarga pasien, pasien sulit diajak untuk kontrol ketika obatnya habis karena pasien menganggap dirinya sudah sehat dan keluhan seperti suara bisikan yang sering memerintahnya juga sudah tidak di rasakan lagi. Keluarga menganggap hal tersebut kemungkinan yang menyebabkan penyakit pasien sering kambuh. 2) Riwayat Gangguan Medis Pasien belum pernah menderita penyakit medik berat yang mengharuskannya dirawat di rumah sakit atau yang secara fisiologis berhubungan dengan keadaan pasien saat ini. Riwayat tekanan darah tinggi (-), sesak napas atau asma (-), trauma kepala (-), epilepsi (-). Sebelum keluhan yang saat ini, pasien juga tidak pernah menderita penyakit medis lain yang mengharuskannya di rawat atau berobat ke pelayanan kesehatan.3) Riwayat Penggunaan Alkohol dan Zat LainPasien tidak pernah mengkonsumsi minuman beralkohol dan tidak pernah menggunakan zat psikoaktif.D. Riwayat Kehidupan Pribadi :1) Riwayat prenatal dan perinatalPasien merupakan anak keempat dari empat bersaudara. Keluarga pasien tidak mengetahui secara pasti riwayat kehamilan dan persalinan pasien. Pasien saat lahir ditolong oleh dukun. 2) Masa kanak-kanak awal (1-3 tahun)Pasien tidak mengalami keterlambatan pertumbuhan dan perkembangan. Riwayat sakit yang berat disangkal. Tidak pernah ada riwayat kejang.3) Masa kanak-kanak pertengahan (3-11 tahun)Pasien sempat bersekolah SD namun tidak sampai tamat. Pasien mudah bergaul dengan teman-teman seusianya. Ia merupakan seorang anak yang ceria, memiliki banyak teman, dan senang bermain. Pasien memiliki beberapa teman dekat yang tinggal di dekat rumahnya dan sering bersama-sama bermain dengan temannya. Pasien juga belajar ilmu agama di salah satu ustadz di kampungnya saat itu bersama teman sebayanya.4) Masa kanak-kanak akhir (11-19 tahun)Pasien melewati masa remajanya di rumah membantu pekerjaan sehari-hari orang tuanya. Hubungan pasien dengan kakaknya cukup baik. Hubungan dengan teman-temannya juga baik. Menurut keluarga, pasien tidak memiliki sikap pendiam, tidak peduli lingkungan. Pasien juga bukan merupakan orang yang suka atau cenderung curiga terhadap orang lain, pasien juga bukan orang yang suka bermusuhan dan memiliki sikap pendendam. 5) Dewasaa. Riwayat PendidikanPasien pernah sekolah SD namun tidak tamat karena keterbatasan biaya.b. Riwayat PekerjaanPasien saat ini bekerja sebagai nelayanc. Riwayat Perkawinan Pasien sudah menikah namun saat ini statusnya adalah duda (telah bercerai dengan istri lebih dari 10 tahun yang lalu). Menurut keluarga pasien menikah sekitar umur 22 tahun. d. Riwayat AgamaPasien beragama Islam, pendidikan agama didapatkan dari orang tua, guru (ustadz) yang ada di lingkungan tempat tinggalnya.e. Aktivitas SosialPasien dapat bergaul dengan cukup baik di lingkungan rumahnya, sering mengikuti beberapa kegiatan yang pernah diadakan di lingkungan rumahnya. Pergaulan dengan tetangganya cukup baik. Di lingkungan pekerjaan pasien juga baik. Pasien memiliki teman dekat terutama yang memiliki hobi yang sama di bidang pemeliharaan burung merpati.

f. Riwayat Pelanggaran HukumPasien tidak pernah melakukan tindakan yang melanggar hukum.E. Riwayat Keluarga :Pasien adalah anak keempat dari empat bersaudara. Pasien termasuk anak yang baik. Hubungan pasien dengan saudaranya yang lain cukup baik. Hubungan pasien dengan bapak pasien kurang baik. Menurut kakak pasien, tidak terdapat anggota keluarga yaitu sepupu yang mengalami gangguan jiwa.Genogram Keluarga

Keterangan

A. Situasi Kehidupan Sekarang :Saat ini pasien tinggal sendiri di rumahnya. Rumah pasien berdekatan dengan rumah kakak kandung pasien. Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, pasien mampu memenuhinya sendiri dengan bekerja. Pasien juga sering memberikan sebagian uangnya kepada anak-anaknya. Hubungan pasien dengan kakaknya yang tinggal dekat rumah cukup baikB. Persepsi dan Harapan Keluarga :Menurut keluarga pasien, keluarga berharap pasien dapat sembuh sehingga pasien dapat menjalani kehidupannya kembali dan bisa akktivitas seperti sebelumnya. Keluarga pasien berharap pasien tidak keluyuran lagi sehingga dapat hidup normal dan bekerja seperti biasanya. Keluarga pasien mengerti dengan baik mengenai penyakit pasien, dan akan berusaha mengobatinya dan memberi semangat agar pasien bisa sembuh. C. Persepsi dan Harapan Pasien :Pasien merasa dirinya memerlukan pengobatan, diwaktu bersamaan pasien juga mengetahui bahwa dirinya sakit namun tidak mengetahui penyebab sakit yang ia derita. Pasien memiliki keinginan untuk segera pulang dan sembuh. Pasien ingin segera bisa bekerja lagi dan ingin menjenguk anaknya.III. PEMERIKSAAN FISIK Berdasarkan pemeriksaan tanggal 1 Mei 2015A. Status Mental :1) PenampilanPasien seorang laki-laki, tampak sesuai usia, penampilan cukup rapi, perawatan diri cukup baik, baju bersih, menggunakan alas kaki, perawakan sedang, ekspresi wajah tampak tenang.2) PsikomotorSaat wawancara, pasien dapat mengikuti wawancara sampai akhir, perhatiannya tidak mudah teralih3) Sikap terhadap PemeriksaKooperatif, pasien dapat mengikuti wawancara dengan cukup baik.

4) Pembicaraan Spontan, lancar, volume suara sedang, intonasi cukup dan artikulasi cukup jelas, menjawab sesuai dengan pertanyaan yang diajukan pemeriksa.5) Mood dan Afek Mood: eutimik Afek: luas Keserasian: serasi6) Gangguan Persepsi Halusinasi visual (+) dan halusinasi auditorik (+). Pasien sering mendengar suara bisikan yang memerintahnya untuk keluar (keluruyuran) untuk berjihad. Pasien juga melihat bayangan wali Allah yang selalu mendatanginya dan melindunginya saat berjihad melawan setan. 7) Pikiran Arus pikir: koheren Isi pikir: waham curiga (+) pasien selalu merasa curiga bahwa semua orang di kampungnya suka membicarakan dirinya. Bentuk: tidak realistis8) Kesadaran dan Kognisi a. Taraf Kesadaran danKesiagaaan :compos mentis, baik.b. Orientasi : Orang kesan baik. Pasien mengetahui dokter yang memeriksanya, perawat dan beberapa pasien lainnya yang berada di bangsal. Pasien juga mengetahui bahwa kakak kandung dan keluarga yang membawanya ke RS Jiwa ini. Tempat kesan baik. Pasien mengetahui bahwa saat ini dia berada di Bangsal Melati RS Jiwa Provinsi NTB. Situasional kesan baik. Pasien dapat mengetahui saat dilakukan wawancara dan saat itu adalah siang hari.c. Daya Ingat : Jangka panjang baik. Pasien dapat menceritakan tentang masa kecil dan masa remajanya dengan baik Masa lalu belum lama (recent past memory) baik pasien dapat mengingat kejadian beberapa bulan terakhir, seperti saat lebaran yang lalu. Jangka pendek (recent memory) baik. Pasien dapat mengingat menu sarapan dan makan malamnya. Segera baik. Pasien dapat menyebutkan kembali 5 angka yang disebutkan oleh pemeriksa.d. Konsentrasi dan Perhatian : baik, pasien mampu mengikuti wawancara dengan baik dan perhatiannya tidak mudah teralih. Pasien dapat mengurangi angka dengan hasil yang benar sesuai yang diberikan oleh pemeriksa.e. Kemampuan Membaca dan Menulis : kesan kurang baik, pasien tidak dapat membaca dan menulis. f. Kemampuan Visuospasial : kesan baik, pasien dapat mengikuti bentuk gambar yang dicontohkan oleh pemeriksa.g. Pikiran Abstrak : baik, pasien mengatakan persamaan dari beberapa benda, misalnya pasir, semen, batu bata itu adalah bahan yang digunakan untuk membuat bangunan rumah.h. Intelegensi dan Kemampuan Informasi : baik, pasien mengetahui nama Presiden Republik Indonesia saat ini dan sebelumnya.9) Pengendalian ImpulsSelama wawancara, pasien dapat mengendalikan diri dengan baik, namun ada riwayat pengendalian impuls yang terganggu saat sebelum dibawa ke RS.10) Daya Nilai dan Tilikan Daya Nilai Sosial saat ini cukup baik Uji Daya Nilai baik Penilaian Daya Realita (RTA) terganggu, dengan adanya ide-ide waham curiga. Tilikan Derajat 4. Pasien mengetahui bahwa dirinya mengalami gangguan dan membutuhkan pengobatan, tetapi tidak mengetahui penyebab dari sakitnya.

B. Status Internus : Keadaan: Baik Kesadaran : compos mentis Tanda Vital Tekanan darah: 120/70 mmHg Frekuensi nadi: 88 x/menit Frekuensi napas: 20 x/menit Suhu aksila: Afebris

Kepala/Leher: dalam batas normal Thorax: cor/pulmo dalam batas normal Abdomen: dalam batas normal Extremitas: atas dan bawah dalam batas normalC. Status Neurologis : Tanda Rangsang Meningeal: negatif Tanda Efek Ekstrapiramidal Tremor tangan : negatif Akatisia : negatif Bradikinesia : negatif Cara berjalan : normal Keseimbangan: baik Rigiditas : negatif Motorik : baik Sensorik : baikIV. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNATelah diperiksa seorang laki-laki berusia 46 tahun, agama Islam, suku Sasak, saat ini bekerja sebagai nelayan, status duda, datang dengan keluhan utama sering keluyuran dan mengganggu tetangga sejak satu minggu ini. Pasien juga dikeluhkan sempat memukul tetangganya yang berbeda pendapat dengannya, pasien juga sebelumnya sering keluyuran diluar rumah jika sakitnya mulai kambuh. Pasien lebih cepat marah namun tidak sampai mengamuk. Pasien juga sering bicara sendiri, bicaranya banyak dan kadang tidak nyambung. Pasien juga pernah mengatakan bahwa apa yang dia lakukan ini adalah semata-mata untuk kebaikan dan ia melakukan ini karena mendengar perintah (bisikan) dari wali Allah. Keluhan ini pernah dirasakan oleh pasien pertama kalinya pada tahun 2002 dan pasien di rawat di RSJ Mutiara Sukma. Keluhan ini juga sering kambuh. Kemudian pada tahun 2010, 2011 dan terakhir pasien memiliki keluhan yang sama pada tahun 2013 dan di rawat di RSJ. Penyebab kambuh kemungkinan karena pasien tidak mau kontrol lagi ke RSJ karena merasa sembuh. Keluarga berusaha mengantarkan pasien ke RSJ namun pasien menolak dan memicu kemarahan. Pada pemeriksaan status mental didapatkan bahwa penampilan pasien cukup rapi dan sesuai dengan usianya, perawatan diri baik. Sikap terhadap pemeriksa kooperatif. Bicara spontan, psikomotor tenang, mampu mengikuti wawancara dengan baik. Mood eutimik, afek luas, dengan kesan serasi. Terdapat halusinasi visual dan auditorik. Proses pikir koheren, pasien menjawab pertanyaan spontan dan relevan, isi pikiran terdapat ide-ide mirip waham curiga. Kesadaran compos mentis. Orientasi orang, tempat, dan waktu terkesan baik. Daya ingat baik. Konsentrasi/perhatian dan kemampuan visuospasial terkesan baik. Kemampuan membaca dan menulis terkesan kurang baik. Pikiran abstrak serta intelegensi pasien terkesan cukup baik. Daya nilai sosial baik, uji daya nilai baik, RTA terganggu, tilikan derajat 4. Sedangkan pada pemeriksaan fisik umum dan neurologis didapatkan hasil dalam batas normal.

V. FORMULASI DIAGNOSTIK Berdasarkan anamnesis riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan fisik serta status mental, pada pasien ini ditemukan adanya pola perilaku, pikiran, dan perasaan yang secara klinis bermakna dan menimbulkan suatu penderitaan (distress) dan hendaya (disability) dalam fungsi pekerjaan dan sosial. Dengan demikian berdasarkan PPDGJ III dapat disimpulkan bahwa pasien ini mengalami suatu gangguan jiwa.Berdasarkan anamnesis riwayat penyakit medis, pasien tidak pernah mengalami trauma kepala atau penyakit lainnya yang secara fisiologis dapat menimbulkan disfungsi otak sebelum menunjukkan gejala gangguan jiwa. Oleh karenanya, gangguan mental organik dapat disingkirkan (F00-F09). Pada pasien tidak didapatkan riwayat penggunaan alkohol atau zat psikoaktif sebelum timbul gejala penyakit yang menyebabkan perubahan fisiologis otak, sehingga kemungkinan adanya gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif dapat disingkirkan (F10-F19).Dari anamnesis ditemukan bahwa pasien mengalami gejala psikotik yang muncul sejak tahun 2002 dan saat ini muncul lagi sejak 1 minggu, pada pemeriksaan status mental ditemukan adanya halusinasi visual, halusinasi auditorik, waham curiga. Penilaian daya realita (RTA) terganggu, tilikan derajat 4 dan secara umum dapat dipercaya. Gejala-gejala yang timbul pada pasien tersebut merupakan gejala psikotik dan karena gangguan penilaian realita telah mengganggu kehidupan dan fungsi global pasien maka gejala-gejala tersebut memenuhi sebagai kriteria skizofrenia (F20). Adanya waham curiga, halusinasi auditorik dan visual yang menonjol dan memberi perintah kepada pasien. Ketiga gejala yang diperlihatkan oleh pasien tersebut memenuhi kriteria untuk skizofrenia paranoid (F20.0)Hasil anamnesis dari keluarga pasien, tidak didapatkan ciri-ciri adanya gangguan kepribadian pada pasien ini. Gangguan kepribadian yang bermakna secara klinis saat ini tidak dapat ditentukan sehingga untuk Aksis II Tidak ada diagnosis. Pada pasien ini juga tidak ditemukan kondisi medis umum yang bermakna, sehingga pada pasien ini Aksis III Tidak Ada Diagnosis.Pada pasien ini, untuk Aksis IV ditemukan adanya masalah utama, yaitu pada Keluarga. Dari pihak keluarga, tidak ada anggota keluarga yang tinggal bersama dengan pasien sehingga tidak adanya yang mengontrol jadwal minum obat pasien, selain itu pasien juga sering malas minum obat karena sudah sehat. Keluarga juga tidak mampu memberikan pengertian kepada pasien tentang pentingnya minum obat. Hal ini menunjukkan bahwa keluarga yang memiliki pengetahuan yang kurang terhadap penyakit atau gangguan jiwa yang diderita oleh pasien serta pengobatan yang harus diberikan kepada pasien, terutama dalam hal pentingnya pasien minum obat dan kontrol secara teratur. Pada Aksis V GAF (Global Assessment of Functioning) HLPY (Highest Level Past Year) 80-71, GAF Scale Pada Saat Ini adalah 50-41, gejala berat (serious), disabilitas beratVI. EVALUASI MULTI AKSIAL Aksis I: F20.0 Gangguan Skizofrenia paranoid Aksis II: Tidak ada diagnosis Aksis III: Tidak Ada Diagnosis Aksis IV: Masalah Keluarga Aksis V: GAF HLPY 80-71GAF Current 50-41VII. DAFTAR MASALAHA. Organobiologik :(-)B. Psikologi : Gangguan isi pikir adanya halusinasi auditorik, halusinasi visual, waham curiga. RTA terganggu Tilikan Derajat 4C. Lingkungan dan Sosioekonomi :Keluarga yang memiliki pengetahuan yang kurang terhadap penyakit atau gangguan jiwa yang diderita oleh pasien serta pengobatan yang harus diberikan kepada pasien, terutama dalam hal pentingnya pasien minum obat dan kontrol secara teratur, sehingga dukungan keluarga terhadap kesembuhan pasien juga kurang.

VIII. RENCANA PENATALAKSANAANA. Psikofarmaka : Tab. Halloperidol 3 x 5 mg Tab. Trihexylphenidil 2x2 mg bila perlu Tab. Alprazolam 1 x 0,5 mg (malam hari)B. Psikoterapi dan Psiko edukasi : Kepada pasien dilakukan psikoterapi suportif dengan cara mendukung pasien. Sistem pendukung pasien harus kuat, tidak terlalu mencampuri maupun menjauhi pasien. Pasein juga diberikan edukasi mengenai penyakitnya, gejala, penyebab, pengobatan, bagaimana dampak bila tidak kontrol atau tidak minum obat dan bagaiman jika keluhan kembali muncul. Edukasi terhadap pasien : Memberi informasi dan edukasi pada pasien mengenai gangguan yang diderita, mulai gejala, dampak, faktor resiko, pemicu, tingkat kekambuhan, dan tatacara dan manfaat pengobatan agar pasien tetap taat meminum obat, dan segera berobat bila mulai timbul gejala serupa. Memberi edukasi mengenai keuntungan pengobatan sehingga pasien termotivasi untuk minum obat secara teratur. Menjelasakan kepada pasien bahwa obat yang diberikan bisa memberikan efek samping bagi pasien namun dapat diatasi. Dan memberikan pemahaman bahwa keuntungan akan efek obat lebih besar dibandingkan dengan efek samping obat yang ditimbulkan sehingga pasien harus tetap meminum obat. Memberikan penjelasan kepada pasien bahwa suara bayangan itu tidak nyata, dan mendorong pasien untuk belajar mengabaikan bayangan yang ada. Edukasi kepada keluarga : Memberikan penjelasan tentang penyakit pasien (penyebab, gejala, hubungan antara gejala dengan perilaku, perjalanan penyakit, serta prognosis). Pada akhirnya diharapkan keluarga bisa menerima dan memahami keadaan pasien serta mendukung proses penyembuhannya dan mencegah kekambuhan. Menjelaskan bahwa sakit yang diderita oleh pasien merupakan penyakit yang membutuhkan dukungan dan peran aktif keluarga dalam membantu proses penyambuhan penyakit. Memberikan penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien (kegunaan obat terhadap gejala pasien serta efek samping yang mungkin muncul pada pengobatan). Selain itu juga ditekankan pentingnya pasien kontrol dan minum obat secara teratur. Memberikan penjelasan kepada keluarga pasien bahwa pasien dapat mengambil obat di Puskesmas terdekat dari wilayah pasien tinggal demi meningkatkan kepatuhan minum obat.

IX. PROGNOSISHal yang meringankan prognosis :1. Keluarga mendukung kesembuhan pasien2. Awitannya lambat3. Kepribadian pasien yang baik sebelum sakitHal yang memperburuk prognosis :1. Ini merupakan episode yang kelima pasien mengalami gangguan jiwa.2. Pasien tidak mau kontrol3. Jarak munculnya tiap episode gangguan jiwa pada pasien semakin pendek.4. Kurangnya pengetahuan dan dukungan keluarga mengenai gangguan jiwa.

Berdasarkan hal-hal tersebut, maka prognosis pada pasien ini adalah : Qua ad vitam: bonam Qua ad functionam: dubia ad bonam Qua ad sanationam: dubia ad bonam

X. DISKUSIPada pasien ini ditemukan gejala bermakna berupa sering keluyuran, menggangu tetangga, menyetop motor mobil di jalan, membangunkan orang tengah malam, sedangkan pada pemeriksaan fisik didapatkan adanya halusinasi auditorik, halusinasi visual, waham curiga. Keluhan pernah dirasakan sejak tahun 2002, 2010, 2011 dan terakhir diawat pada tahun 2013. Gejala-gejala ini muncul lagi dan memberat satu minggu terakhir, gajala yang timbul pada pasien merupakan gejala psikotik, dan karena gangguan penilaian realita telah mengganggu kehidupan dan fungsi global pasien, selama lebih dari 1 bulan, maka gejala-gejala tersebut memenuhi kriteria skizofrenia.Sesuai dengan pedoman diagnosis berdasarkan PPDGJ III/ICD 10 dan berdasarkan DSM IV, beberapa kemungkinan diagnosis dapat disingkirkan dari pasien. Tidak dijumpai adanya gangguan neurologis, riwayat kejang, riwayat trauma, atau gangguan pada fungsi intelektual pasien, sehingga gejala psikosis pada pasien tidak memenuhi kriteria diagnosis untuk gangguan mental organik.Pasien juga bukan merupakan pengguna zat adiktif sehingga psikosis pada pasien tidak bisa digolongkan dalam gangguan mental dan perilaku akibat penggunaaan zat adiktif. Selama episode gejala psikosis, tidak didapatkan adanya perubahan pada mood yang menonjol, hanya didapatkan perilaku pasien berupa tidurnya yang berkurang pada pasien ini tidak memenuhi kriteria diagnosis untuk gangguan skizoafektif. Semua kemungkinan lebih mengarahkan pada diagnosis Skizofrenia Paranoid.Permasalahan yang diduga menjadi pencetus pada pasien ini adalah kurangnya dukungan keluarga terhadap pasien. Pasien seorang duda dan tinggal sendiri, walaupun masih berdekatan dengan rumah kakanya. Pengobatan yang sering terputus karena pasien merasa sudah sehat dan tidak perlu kontrol.Permasalahan yang jelas dan komunikasi yang baik dengan keluarga dapat menjadi faktor pendukung dalam terapi. Prognosis pada fungsi vitalnya baik karena tidak ada ide untuk melukai diri sendiri, dan prognosis kembalinya fungsi pasien ke taraf normal kemungkinan adalah baik karena pasien kooperatif untuk diterapi dan pencetusnya jelas. Penggunaan antipsikotik pada pasien ini didasarkan pada fakta bahwa antipsikotik dapat membantu mencapai dan memelihara respons klinis yang diinginkan. Terdapat dua golongan obat antipsikotik, yaitu golongan tipikal dan atipikal. Pada pasien ini gejala positif lebih menonjol yaitu terdapat isi fikiran yang tidak wajar (waham), gangguan persepsi (halusinasi). Cara kerja antipsikotik tipikal adalah memblok reseptor dopamin terutama pada jalur mesolimbik sehingga gejala-gejala positif yang sekarang dialami pasien dapat berkurang. Pada pasien ini diberikan haloperidol yang merupakan suatu antipsikotik tipikal potensi tinggi dan baik untuk gejala skizofrenia seperti gangguan proses berpikir (waham) dan gangguan persepsi (halusinasi) jika dibandingkan dengan Chlorpromazine, yang merupakan suatu antipsikotik potensi rendah, yang lebih baik bila gejala sasaran berupa hiperaktivitas motorik. Obat antipsikosis atipikal tidak dipilih karena obat ini lebih baik diberikan pada pasien dengan gejala negatif (afek tumpul, penarikan diri, hipobulia, isi pikiran miskin) yang lebih menonjol sementara pada pasien ini, gejala positif lebih menonjol.Pada pasien ini juga langsung diberikan dosis terapeutik dalam fase stabilisasi, yaitu Haloperidol tablet 3 x 5 mg, karena perjalanan penyakitnya yang bersifat kronis. Pada pengaturan dosis pemberian antipsikotik, setelah 4-8 minggu pengobatan pasien akan memasuki tahap stabilisasi dimana gejala-gejala sudah banyak teratasi sehingga membuat pasien berhenti minum obat. Namun, pada tahap ini risiko relaps masih tinggi terutama bila pengobatan terputus tiba-tiba. Dosis optimal pada tahap stabilisasi ini dipertahankan selama 8-12 minggu baru kemudian diturunkan secara perlahan tiap 2 minggu hingga mencapai dosis maintenance. Dosis maintenancepada serangan sindrom psikosis yang multi-episode diberikan paling sedikit selama 5 tahun sehingga dapat menurunkan derajat kekambuhan. Setelah itu, baru dapat dilakukan tappering off sampai akhirnya pasien berhenti minum obat.Penggunaan obat antipsikotik golongan tipikal, terutama Haloperidol, dijelaskan banyak menyebabkan efek samping neurologis berupa gejala ekstrapiramidal, seperti kejang (antipsikotik menurunkan nilai ambang konvulsi), tremor, Parkinsonism, diskinesia, dan akatisia. Untuk mengihindari efek samping tersebut dapat diberikan Trihexyphenidyl, suatu obat golongan antikolinergik yang dapat mengatasi gejala ekstrpiramidal. Namun, jika tidak ditemukan tanda-tanda gangguan ekstrapiramidal maka pemberian THP tidak perlu diberikan terkait efek samping jangka panjang berupa Atropin Toxic Syndrome.Pada pasien ini salah keluhannya adalah sulit tidur karena ingin keluyuran terus-menerus. Salah satu tambahan obat yang diberikan pada pasien adalah Alprazolam 1 x 0,5 mg yang diberikan pada malam hari. Tujuan dari agen anti ansietas ini pada malam hari dengan harapan pasien dapat beristirahat. Alasan pemilihan obat ini adalah merupakan golongan obat benzodiazepin memiliki rasio terapeutik yang lebih tinggi dibandingkan dengan golongan lain dan toksisitasnya juga rendah selain itu onset of actionnya cepat. Penggunaan obat golongan benzodiazepin yang dikombinasikan dengan obat neuroleptik, dapat mengurangi kebutuhan dosis neuroleptik sehingga efek samping neuroleptik dapat berkurang. Terapi non farmakologis memegang peranan yang cukup penting pada pasien. Jenis terapi non farmakologis yang bisa dilakukan terhadap pasien ini adalah psikoterapi suportif, psikoedukasi. Dalam psikoterapi suportif, terapis menunjukkan penerimaan terhadap pasien, dengan cara menunjukkan perilaku yang hangat, ramah, namun tetap berwibawa. Tujuannya adalah agar pasien merasa aman, diterima, dan dilindungi.Psikoterapi suportif dapat diberikan pada pasien yang mengalami gangguan proses kognitif, gangguan dalam penilaian realita, gangguan proses pikir, serta adanya gangguan dalam melakukan hubungan dengan orang lain.Selain itu, keluarga juga memegang peranan penting sebagai primary care-givers atau primary care-support. Pada psikoedukasi keluarga diberikan penjelasan tentang penyebab, gejala, pentingnya pengobatan, terapi-terapi pendukung lainnya, serta mengenai hubungan keluarga dengan pasien.

XI. RIWAYAT PERJALANAN GANGGUAN JIWA PADA PASIEN Masalah keluarga

Putus obat

Putus obat

MRS 2 2010MRS 1 2002MRS 3 2011

Putus obat

MRS 5 2015MRS 4 2013Putus obat

20022010201120132015

Pencetus: Maslalah keluarga, perceraian dengan istri dan masalah ekonomi

Gejala: Keluyuran Sulit tidur pada malam hari Curiga ke tetangganya membicarakannya

Pencetus: Putus obat

Gejala: Keluyuran Sulit tidur pada malam hari Curiga ke tetangganya membicarakannya

Pencetus: Putus obat

Gejala: Keluyuran Suka berbicara sendiri Mudah emosiPencetus: Putus obat

Gejala: Keluyuran Mengganggu tetangga Sholat dan adzan ke masjid sebelum waktunya Memukul tetangga

Pencetus: Putus obat

Gejala: Keluyuran Sholat dan adzan ke masjid sebelum waktunya Memukul tetangga Jarang tidur Melepaskan ternak tetangganya

Tabel 1. Riwayat Perjalanan Gangguan Pada Pasien

DAFTAR PUSTAKA

1. Departemen Kesehatan RI Direktorat Jenderal Pelayanan Medik. 1993. Penggolongan danDiagnosis Gangguan Jiwa di Indonesia III. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya.2. Faith BD, Lisa D. 2007. Schizophrenia : Psychosocial Treatment in Kaplan and Saddock Comprehensive Textbook of Psychiatry.8th Edition. Philadelphia : Lippincott Williams &Wilkins. 3. Kaplan HI, Saddock BJ, et al.2007. Schizophrenia in Kaplan and Saddock Comprehensive of Psichiatry. 8th Edition.Philadelphia : Lippincott William& Wilkins.4. Maramis WF, Maramis AA. 2009. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Edisi 2. Surabaya : Airlangga University Press.5. Maslim R. 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik. Edisi Ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atma Jaya. 6. Peter BJ, Peter FB. 2006. Schizophrenia. London : Churchill Livingstone Elsevier.21