LAPORAN KASUS BEDAH
description
Transcript of LAPORAN KASUS BEDAH
LAPORAN KASUS BEDAH
HERNIA INGUINALIS LATERALIS
Disusun Oleh :
BRAM RAY
NPM : 08700237
SMF ILMU PENYAKIT BEDAHRSUD SIDOARJO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2013
BAB I
LAPORAN KASUS HERNIA INGUINALIS LATERALIS
I. IDENTITAS PENDERITA
Nama Penderita : Tn. Suparman
Umur : 54 tahun
Jenis Kelamin : laki - laki
Agama : Islam
Suku : Jawa
Pekerjaan : swasta
Pendidikan : SD
Status : Menikah
Alamat : kesamben 2/1 wonoayu
Tanggal MRS : 23 oktober 2013
Tanggal Pemeriksaan : 23 oktober 2013
Tanggal KRS : -
No.Rekam Medik : 161-60-20
II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan terhadap pasien
A. Keluhan Utama : Pasien mengeluh nyeri perut
B. Anamnesis Khusus : Pasien dirawat sejak 3 hari yang lalu dengan keluhan nyeri perut
kiri bawah, demam, mual muntah, napsu makan menurun
C. Riwayat Penyakit : Pasien dirawat sejak 3 hari yang lalu dengan keluhan nyeri pada
perutnya, nyeri terus bertambah hingga menjalar sampai ke perut sebelah kiri bawah.
Nyeri dirasakan terus menerus dan dirasakan 3 hari sebelum ke rumah sakit..
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Tidak ada
E. Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang berpenyakit seperti ini
F. Riwayat Pengobatan
Sering minum obat maag “promag”
G. Riwayat Sosial Ekonomi
Kepala keluarga
Tidak ada riwayat mengkonsumsi alcohol
Tidak ada riwayat merokok
III. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pemeriksaan Umum
a. Keadaan Umum : cukup
b.Kesadaran : komposmentis (GCS 4-5-6)
c. Tanda Vital : TD : 115/80 mmHg
N : 88 x/mnt
RR : 18 x/mnt
Tax : 36 °C
A/I/C/D : -/-/-/-
d. Kulit : Turgor kulit normal, elastisitas baik, tidak ada
Ruam, tidak ada ptekie, tidak ada nodul, tidak ada
tanda infeksi.
e. Kelenjar Limfe : Tidak ada pembesaran kelenjar limfe di leher,
Aksila, dan inguinal
f. Otot : Tidak terdapat atrofi otot
g. Tulang : Tidak ada deformitas
2. Pemeriksaan Keadaan Umum
a. Kepala
Bentuk : bulat, simetris
Rambut : panjang beruban, warna hitam tidak mudah dicabut
Mata : konjungtiva tidak anemis, sclera tidak ikterik, tidak ada edema
Pada daerah palpebra pada kedua mata
Hidung : tidak ada sekret, tidak ada bau, tidak ada perdarahan
Telinga : tidak ada secret, tidak ada bau, tidak ada perdarahan
Mulut : tidak sianosis
Lidah : tidak kotor, tidak hiperemi
b. Leher
Inspeksi : simetris, tidak tampak pembesaran KGB leher
Palpasi : tidak teraba pembesaran KGB leher
Kaku kuduk : tidak ada
c. Dada
RH : -/-
WH : -/-
S1 S2 : Tunggal
d. Paru
Inspeksi : simetris
Palpasi : fremitus raba (+) normal
Perkusi : sonor
Auskultasi : RH (-), WH (-)
e. Abdomen
Hepar : tidak teraba , tidak ada nyeri tekan
Limpa : tidak teraba, tidak ada nyeri tekan
Inspeksi : datar
Auskultasi : bising usus (-) normal
Perkusi : timpani disekuruh lapang abdomen
Palpasi : hepar dan lien tidak teraba, ada nyeri tekan, turgor kulit
f. Ektremitas
Superior : akral hangat -/-, edema -/-
Inferior : akral hangat -/-, edema -/-
.
IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil Laboratorium
Hasil laboratorium pada tanggal 23 oktober 2013
PEMERIKSAAN METODE HASIL
HEMATOLOGI
Darah lengkap
WBC (Leukosit)
RBC (Eritrosit)
HGB (Hemoglobin)
HCT (Hematokrit)
NCV
MCJ
NCHC
PLT (Trombosit)
RDW
PDN
MPV
P-LCR
NEUT%
LYMPH%
MXD%
NEUT#
LYMPH#
MXD#
Cell counter
Flocymetri
Cell counter
Cell counter
Cell counter
Cell counter
Cell counter
Terlampir
23.03
5,15
15.5
46,4
90.1
25,8
32,7
323
14,2
10,7
8,9
17,4
83,1
10,9
6,0
10,3
1,3
0,7
KIMIA KLINIK
Gula darah sewaktu
BUN
Creatinin
SGOT (AST)
SGPT (ALT)
ELEKTROLIT
Natrium
Kalium
Chlorida
Hexokinase
Kinetik UV
Jafie
IFCC
IFCC
ISE
ISE
ISE
201
20,2
1.0
32
31
145
4,6
105
V. DIAGNOSA KERJA
Hernia inguinalsi lateralis dengan di temukan benjolan di sekitar inguinal.
VI. PLANNING
Pemeriksaan laboratorium :
a. Cek ulang DL (Darah Lengkap)
b. USG
c. Foto BOF
Planning terapi
a. Non medikamentosa
- Bedrest
- Asupan gizi
- Diet bebas TKTP
- Mobilisasi jalan
b. Medikamentosa
- Ceftriaxone 2x1 g (iv)
- Metronidazole 3x500 mg
- Antrain 3x1 g (iv)
- Kalbumi 500vl
Planning monitoring
a. Evaluasi vital sign
b. Evaluasi komplikasi
Planning edukasi
a. Menjelaskan pada pasien mengenai penyakitnya
b. Menjelaskan pada pasien mengenai pentingnya faktor-faktor pencetus
c. Menjelaskan pada pasien pentingnya berobat dan control
VII. PROGNOSIS
Dubia ad bonam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tinjauan Pustaka
Hernia inguinalis merupakan kasus bedah digestif terbanyak setelah appendicitis. Sampai saat ini masih
merupakan tantangan dalam peningkatan status kesehatan masyarakat karena besarnya biaya yang diperlukan dalam penanganannya dan hilangnya tenaga kerja akibat lambatnya pemulihan dan angka rekurensi. Dari keseluruhan jumlah operasi di Perancis tindakan bedah hernia sebanyak 17,2 % dan 24,1 % di Amerika Serikat.
Hernia inguinalis sudah dicatat sebagai penyakit pada manusia sejak tahun 1500 sebelum Masehi dan mengalami banyak sekali perkembangan seiring bertambahnya pengetahuan struktur anatomi pada regio inguinal.
Hampir 75 % dari hernia abdomen merupakan hernia ingunalis. Untuk memahami lebih jauh tentang hernia diperlukan pengetahuan tentang kanalis inguinalis. Hernia inguinalis dibagi menjadi hernia ingunalis lateralis dan hernia ingunalis medialis dimana hernia ingunalis lateralis ditemukan lebih banyak dua pertiga dari hernia ingunalis. Sepertiga sisanya adalah hernia inguinalis medialis.Hernia lebih dikarenakan kelemahan dinding belakang kanalis inguinalis.
Hernia ingunalis lebih banyak ditemukan pada pria daripada wanita, untuk hernia femoralis sendiri lebih sering ditemukan pada wanita.Sedangkan jika ditemukan hernia ingunalis pada pria kemungkinan adanya hernia ingunalis atau berkembangnya menjadi hernia ingunalis sebanyak 50 % Perbandingan antara pria dan wanita untuk hernia ingunalis 7:1. Prevalensi hernia ingunalis pada pria dipengaruhi oleh umur.Hernia merupakan keadaan yang lazim terlihat oleh semua dokter, sehingga pengetahuan umum tentang manifestasi klinis, gambaran fisik dan penatalaksaan hernia penting.
DefinisiHernia berasal dari kata latin yang berarti rupture. Hernia didefinisikan adalah suatu
penonjolan abnormal organ atau jaringan melalui daerah yang lemah (defek) yang diliputi oleh dinding. Meskipun hernia dapat terjadi di berbagai tempat dari tubuh kebanyakan defek melibatkan dinding abdomen pada umumnya daerah inguinal.
Hernia ingunalis dibagi menjadi dua yaitu Hernia Ingunalis Lateralis (HIL) dan Hernia Ingunalis Medialis. Disini akan dijelaskan lebih lanjut hernia ingunalis lateralis. Hernia inguinalis lateralis mempunyai nama lain yaitu hernia indirecta yang artinya keluarnya tidak langsung menembus dinding abdomen. Selain hernia indirek nama yang lain adalah Hernia oblique yang artinya Kanal yang berjalan miring dari lateral atas ke medial bawah. Hernia ingunalis lateralis sendiri mempunyai arti pintu keluarnya terletak disebelah lateral Vasa epigastrica inferior. Hernia inguinalis lateralis (HIL) dikarenakan kelainan kongenital meskipun ada yang didapat.
Tabel. 2.1. Perbedaan HIL dan HIM.Tipe Deskripsi Hubungan
dg vasa epigastrica
inferior
Dibungkus oleh fascia
spermatica interna
Onset biasanya pada waktu
Hernia ingunalis lateralis
Penojolan melewati cincin
inguinal dan biasanya
merupakan kegagalan
penutupan cincin ingunalis interna
pada waktu embrio setelah penurunan
testis
Lateral Ya CongenitalDan bisa pada waktu dewasa.
Hernia ingunalis medialis
Keluarnya langsung
menembus fascia dinding abdomen
Medial Tidak Dewasa
B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya hernia inguinalis masih diliputi berbagai kontroversi, tetapi diyakini ada tiga penyebab, yaitu:
1. Peninggian tekanan intra abdomen yang berulang.
OverweightMengangkat barang yang berat yang tidak sesuai dengan ukuran badanSering mengedan karena adanya gangguan konstipasi atau gangguan saluran kencingAdanya tumor yang mengakibatkan sumbatan ususBatuk yang kronis dikarenakan infeksi, bronchitis, asthma, emphysema, alergiKehamilanAscites
2. Adanya kelemahan jaringan /otot.
3. Tersedianya kantong.
C. PATOFISOLOGI
Terjadinya hernia disebabkan oleh dua faktor yang pertama adalah factor congenital yaitu kegagalan penutupan prosesus vaginalis pada waktu kehamilan yang dapat menyebabkan masuknya isi rongga pertu melalui kanalis inguinalis faktor yang kedua adalah faktor yang dapat seperti hamil, batuk kronis, pekerjaan mengangkat benda berat dan factor usia, masuknya isi rongga perut melalui kanal ingunalis, jika cukup panjang maka akan menonjol keluar dari annulus ingunalis ekstermus. Apabila hernia ini berlanjut tonjolan akan sampai ke skrotum karena kanal inguinalis berisi talis perma pada laki-laki, sehingga menyebakan hernia. Hernia ada yang dapat kembali secara spontan maupun manual juga adayang tidak dapat kembali secara spontan ataupun manual akibat terjadi perlengketan antara isi hernia dengan dinding kantong hernia sehingga isi hernia tidak dapat dimasukkan kembali. Keadaan ini akan mengakibatkan kesulitan untuk berjalan atau berpindah sehingga aktivitas akan terganggu. Jika terjadi penekanan terhadap cincin hernia maka isi hernia akan mencekik sehingga terjadi hernia strangulate yang akan menimbulkan gejala illeus yaitu gejala abstruksi usus sehingga menyebabkan peredaran darah terganggu yang akan menyebabkan kurangnya suplai oksigen yang bisa menyebabkan iskemik. Isi hernia ini akan menjadi nekrosis. Kalau kantong hernia terdiri atas usus dapat terjadi perforasi yang akhirnya dapat menimbulkan abses local atau prioritas jika terjadi hubungan dengan rongga perut. Obstruksi usus juga menyebabkan penurunan peristaltikusus yang bisa menyebabkan konstipasi. Pada keadaan strangulate akan timbul gejala illeus yaitu perut kembung, muntahdan obstipasi pada strangulasi nyeri yang timbul lebih berat dan kontinyu, daerah benjolanmenjadi merah.
D . Manifestasi Klinik
1. Pada orang dewasa
a Laki-laki
1) Benjolan di daerah inguinal dapat mencapai skrotum.
2) Benjolan timbul bila berdiri atau mengejan dan bila berdiri lama/mengejan kuat maka
benjolan makin membesar.
3) Terasa nyeri bila terjadi incarserata dan terasa kram apabila benjolannya besar.
b.Wanita
Benjolan dapat mencapai labium majus.
2. Pada anak-anak
Bila menangis, timbul benjolan pada abdomen bagian bawah, dapat mencapai skrotum
atau labium majus, bila berbaring benjolan akan hilang karena isi kantong hernis masuk ke
dalam kavum abdomen.
E. Komplikasi
1. Perlekatan / hernia akreta
2. Hernia irreponibel
3. Jepitan → vaskularisasi terganggu → iskhemi → gangrene → nekrosis
4. Infeksi
5. Obstipasi → obstruksi / konstipasi
6. Hernia incarserata → Illeus
F. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
2. Rontsgen
3. EKG
4. USG
G. Penatalaksanaan
Pengobatan konservatif terbatas mulai tindakan melakukan reposisi. Dan pemakaian penyangga
atau penunjang untuk mempertahankan isi hernia yang telah direposisi. Indikasi operasi sudah
ada begitu diagnosis ditegakkan. Prinsip dasar operasi hernia terdiri dari herniotomi dan
hernioplastik. Pada herniotomi dilakukan pembebasan kantong hernia sampai ke lehernya,
kantong dibuka dan isi hernia dibebaskan kalau ada perlengketan, kemudian direposisi. Kantong
hernia dijahit ikat setinggi mungkin lalu dipotong. Pada hernioplastik dilakukan tindakan
memperkecil anulus inguinalis internus dan memperkuat dinding belakang kanalis inguinalis. (R.
Sjamsuhidajat dan Wim de Jong).
Hernia inguinalis reponibilis (uncomplicated inguinal hernia) dapat diperbaiki melalui
pembedahan elektif;
operasi pada hernia reponibilis bukan merupakan operasi darurat, namun tidak boleh
ditunda terlampau lama mengingat bahaya strangulasi yang dapat terjadi.
Hidrokel: lakukan operasi jika tidak hilang saat anak berumur 1 tahun.
DAFTAR PUSTAKA
1. Widjaja, H, Anatomi abdomen, Jakarta, EGC, 2007, Hal : 21-25. Sjamsuhidayat R, Wim de Jong, 2005, Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2, Jakarta, EGC,Hal: 523-537
2. Henry MM, Thompson JN , 2005, Principles of Surgery, 2nd edition, Elsevier Saunders, page 431-445.
3. Sabiston, Buku Ajar Ilmu Bedah, bagian I, cetakan ke-dua, , Jakarta, 1995. Hal :228, 243.
4. Schwartz, Shires, Spencer, Intisari Prinsip-prinsip Ilmu Bedah, Edisi 6, EGC, Jakarta,Hal : 509 – 517.
5. McVay, C.B : Pada Davis, L (Ed) : Christopher’s Text – Book of Surgery, 9th ed. Philadelphia, W.B. Saunders Company, 1968.