Laporan Kasus Bangsal
-
Upload
desy-ayu-permitasari -
Category
Documents
-
view
142 -
download
18
Transcript of Laporan Kasus Bangsal
LAPORAN KASUS BANGSAL
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH AMINO GONDOHUTOMO
SEMARANG
Disusun Oleh :
Desy Ayu Permitasari
22010112210002
Pengesahan:
Residen Pendamping :
dr. Muammal Hamidy
Dosen Penguji :
dr. Inna S.W. Sp.KJ
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG2012
I. DATA PRIBADI
IDENTITASA. Identitas Penderita
Nama : Tn. YJ
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 27 tahun
Agama : Katolik
Pendidikan : Tamat SMA
Suku/Warga Negara : Jawa/Indonesia
Alamat : Semarang
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan : Karyawan mebel
Tanggal Pemeriksaan : 13 November 2012
Tanggal Masuk RSJ : 10 November 2012
No. CM : 086839
Diperiksa oleh : Coass Desy Ayu Permitasari
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Alloanamnesis tanggal 13 November 2012 dari :
1
Nama Ny. S
Alamat Semarang
Pekerjaan Pensiunan guru SD
Pendidikan DII
Umur 65 tahun
Agama Katolik
Hubungan Ibu kandung
Lama Kenal 27 tahun
Sifat Perkenalan Akrab
A. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit
- Keluhan pasien: Terkena gendam oleh orang lain sehingga pasien merasa
lehernya tercekik dan pasien mendengar bisikan-bisikan di telinga.
- Keluhan keluarga/pengantar: Pasien memukul-mukul tembok, berusaha
mencelakai dirinya sendiri.
B. Riwayat Penyakit Sekarang
± 6 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien merasa sedih karena motor yang
dibeli pasien dengan menggunakan kredit tiba-tiba diambil kembali oleh perusaahan
penjual motor tersebut karena pasien belum bisa membayar kredit selanjutnya. Pasien
juga tidak mendapatkan uangnya kembali. Pasien masih mampu melakukan perawatan
diri. Makan dan mandi masih atas inisiatif sendiri. Pasien masih bekerja sebagai
karyawan mebel dan dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik. Waktu luang
digunakan untuk menyendiri di kamar. Hubungan dengan keluarga dan tetangga baik.
(GAF: 65)
± 5 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien merasa dirinya dikendalikan,
kepalanya terasa bergerak-gerak, dan tubuhnya seperti didorong dan dijatuhkan. Pasien
tiba-tiba merasa bersalah karena pernah kesal dan marah-marah dengan pabrik sebelah
yang sering menutup pintu dengan keras. Pasien merasa mudah lelah saat bekerja,
merasa sedih, dan sulit tidur. Pasien juga mendengar bisikan-bisikan di telinga setiap
hari yang isinya menghina pasien. Kemudian, pada hari berikutnya pasien tidak masuk
kerja dan dibawa berobat oleh pimpinannya ke tabib Cina di Semarang pada hari Jumat
malam. Setelah itu pasien merasa lebih baik, tetapi suara-suara tersebut masih dapat
didengar oleh pasien. Selama 3 kali pasien berobat ke tabib tersebut, tetapi belum ada
perubahan yang lebih signifikan. Pasien masih merasa dirinya dikendalikan, kepalanya
bergerak-gerak, dan lehernya seperti dicekik. Pasien masih merasa sedih, sulit tidur, dan
mudah lelah. Sejak saat itu pasien tidak bekerja. Makan, mandi masih atas inisiatif diri
sendiri. Waktu luang digunakan untuk menyendiri dan melamun di rumah. Hubungan
dengan keluarga baik. (GAF: 40)
± 4 bulan sebelum masuk rumah sakit, pasien dibawa ke Surabaya ke tempat
kakaknya untuk berobat pada pendeta gereja Kristen, karena kakaknya beragama
Kristen. Selama di Surabaya, pasien tidak merasa adanya perbaikan, dan masih
mendengar bisikan di telinga yang mengancam dan menghina pasien tersebut. Pasien
juga masih merasa dirinya dikendalikan, sehingga tengkuk leher dan badan pasien
terasa sakit. Makan, mandi masih atas inisiatif diri sendiri. Waktu luang digunakan
untuk melamun dan menyendiri di kamar. Pasien sudah tidak bekerja lagi. Hubungan
dengan keluarga dan tetangga masih baik. (GAF: 40)
± 2 minggu sebelum masuk rumah sakit, karena merasa tidak menjadi sembuh
di Surabaya, maka pasien kembali pulang ke rumahnya di Semarang. Pasien masih
merasa dikendalikan tubuhnya, kepala pasien digerak-gerakkan, dan pasien merasa
lehernya diikat lebih kuat lagi, tetapi pasien tidak sesak nafas, hanya sulit menelan.
Setiap hari pasien juga masih mendengar suara-suara yang mengancam pasien, yaitu
suara laki-laki seperti tentara yang mengancam pasien. Pasien juga semakin sulit tidur
di malam hari. Pasien mulai kehilangan semangat hidup karena tidak tahan dengan
lehernya yang terasa diikat dan tercekik. Pasien masih mau makan dan mandi sendiri.
Pasien sudah tidak bekerja. Waktu luang digunakan untuk melamun dan menyendiri di
kamar. Hubungan dengan keluarga dan tetangga masih baik. (GAF: 30)
± 6 jam sebelum masuk rumah sakit, pasien tidak tahan dan merasa sangat kesal
terhadap rasa tidak nyaman di lehernya yang terikat dan seperti tercekik. Pasien ingin
segera untuk mengakhiri hidupnya karena tidak tahan dengan lehernya yang tercekik
dan suara-suara yang didengar pasien, yang isinya mengancam pasien. Kemudian
pasien memukul-mukul tembok dan mengambil pisau, mencoba mengiris lehernya,
sehingga keluarga memutuskan untuk membawa pasien ke RSJD Amino
Gondohutomo. Namun, karena ayahnya terkena stroke dan ibunya sudah tua maka
diantar oleh tetangganya ke RSJD Amino Gondohutomo. (GAF: 20)
C. Riwayat Sebelumnya
1. Riwayat Psikiatrik
Pasien belum pernah sakit seperti ini.
2. Riwayat penyakit medis umum
Riwayat kejang demam : disangkal
Riwayat epilepsi : disangkal
Riwayat trauma kepala : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat nyeri ulu hati / sakit maag : disangkal
Riwayat nyeri dada/sakit jantung : disangkal
Riwayat pingsan/kehilangan kesadaran : (+)
Riwayat asma : disangkal
3. Penggunaan Obat-obatan dan NAPZA
Pasien pernah mengkonsumsi alkohol saat SMA yaitu pasien tidak bisa melanjutkan
sekolah ke Jepang karena ayahnya terkena stroke. Pasien minum alkohol hanya ± 3
kali, tidak sampai ketergantungan. Pasien tidak pernah menggunakan NAPZA.
Kurva GAF
D. Riwayat Pramorbid
1.Masa Prenatal dan Perinatal
Pasien lahir dengan bantuan bidan secara normal, aterm, berat lahir 3000 gram,
langsung menangis. Ibu melakukan pemeriksaan Ante Natal Care di bidan sebanyak 4
kali. Pasien tidak memiliki masalah kelainan bawaan. Imunisasi lengkap hingga usia
9 bulan.
2. Masa Kanak Awal (Sampai usia 3 Tahun)
Pasien diasuh oleh kedua orang tuanya. Pasien termasuk anak yang aktif dan tidak
nakal. Perkembangan dan pertumbuhan masa kanak awal pasien baik.
3. Masa anak-anak pertengahan (3 – 7 Tahun)
Pasien mengikuti pendidikan Taman Kanak-Kanak di Krapyak Semarang. Pasien
memiliki banyak teman. Kemudian, pasien masuk SD pada usia 6 tahun. Pasien
masuk SD Negeri di Krapyak, di mana ibu pasien juga mengajar di SD tersebut.
90-81
80-71
70-61
60-51
50-41
40-31
30-21
20-11
10-1
100-91
6 bulan SMRS
5 bulan SMRS
4 bulan SMRS
2 minggu SMRS
6 jam SMRS
4. Masa anak akhir dan remaja (7 – 11 tahun)
Pasien bersekolah dengan baik dan tidak pernah tinggal kelas. Pasien memiliki
banyak teman bermain yang sebagian besar laki-laki. Sejak SD, pasien senang
melukis dan pernah mendapat juara saat perlombaan di SriRatu Semarang.
5. Masa remaja (12 – 18 tahun )
Pasien melanjutkan SMP di SMP Masehi Semarang. Sejak SMP, pasien sudah
menjadi makelar barang-barang jualan seperti handphone dan sparepart motor. Pasien
juga sudah menginginkan untuk sekolah di Jepang seusai SMA dengan mengambil
program pendidikan awal terbelih dahulu di Yogyakarta. Pasien sering pulang malam
karena menjadi makelar barang-barang tersebut, sehingga jarang bersosialisasi
dengan tetangga di sekitar rumah. Pada usia 16 tahun pasien melanjutkan SMA di
SMA Masehi Semarang. Pasien juga masih menjadi makelar barang-barang yang
dijual. Pada tahun 2003, saat pasien duduk di bangku kelas 2 SMA, ayah pasien
mengalami stroke dan sudah tidak bisa bekerja. ± 9 bulan kemudian kakak
perempuannya meninggal karena kanker payudara, dan kakak laki-laki nya yang
sudah menikah menetap di Surabaya sehingga tidak bisa mengurus kedua orang
tuanya. Karena hal tersebut, pasien dengan terpaksa meninggalkan impiannya untuk
sekolah di Jepang, padahal pasien sudah mempersiapkan berbagai hal termasuk biaya
sekolah tersebut. Setelah tamat SMA, pasien langsung bekerja di PT Harpindo Jaya
Semarang dan menjadi tulang punggung keluarga.
6. Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Pasien merupakan lulusan SMA, tidak pernah tinggal kelas dan tidak pernah
mempunyai masalah dengan teman-teman maupun guru-gurunya. Pasien masuk
Taman Kanak-Kanal di Krapyak usia 4 tahun, kemudian pasien melanjutkan SD
Negeri Krapyak usia 6 tahun. Saat usia 13 tahun pasien masuk SMP Masehi
Semarang dan melanjutkan ke SMA Masehi Semarang saat usia 16 tahun.
b. Riwayat Pekerjaan
Sebelum sakit, pasien sudah mulai bekerja sebagai makelar barang sejak
kelas 1 SMP. Pasien bekerja setelah pulang sekolah hingga jam 8 malam.
Setelah lulus SMA pada tahun 2005 pasien bekerja di PT Harpindo Jaya
Semarang selama ± 1 tahun sebagai pegawai kontrakan. Setelah kontraknya
habis, pada tahun 2007 pasien bekerja di Pulo Gadung Jakarta selama ± 6 bulan.
Kemudian pada tahun 2008 pasien bekerja di Innextron Surabaya selama
± 1 tahun, dan pada tahun 2009 pindah di Java Mall Semarang selama ± 2 bulan.
Pada tahun 2010 pasien bekerja di PT Marimas Semarang selama ± 1
tahun. Pasien sering berpindah-pindah kerja karena kontraknya sudah habis dan
pasien tidak memperpanjang kontrak pekerjaannya tersebut. Pada tahun 2011
sampai sebelum sakit pasien bekerja sebagai karyawan mebel di Semarang.
c. Riwayat Keagamaan
Pasien beragama Katolik. Saat masih di sekolah, pasien rajin ke gereja dan
mengikuti misa. Namun, semenjak kerja pasien jarang ke gereja karena sering
bekerja hingga larut malam, dan terkadang di hari Sabtu dan Minggu pasien
masih bekerja sehingga tidak bisa menghadiri misa di gereja.
d. Riwayat Perkawinan
Pasien belum pernah menikah
e. Riwayat Kemiliteran :
Pasien belum pernah melihat suatu peperangan ataupun mengikuti kegiatan
militer.
f. Riwayat Pelanggaran Hukum
Pasien tidak pernah terlibat masalah hukum.
g. Riwayat Sosial
Sebelum sakit, pasien jarang berkumpul dan bersosialisasi dengan tetangga di
sekitar rumahnya karena sejak SMP pasien bekerja setelah pulang sekolah
sampai jam 8 malam. Saat bekerja pasien juga sering pulang di malam hari
karena pekerjaannya tersebut.
h. Riwayat Hidup Sekarang
Pasien tinggal bersama kedua orangtuanya. Biaya hidup sehari-hari ditanggung
oleh pasien. Biaya pengobatan ayahnya yang sakit stroke ditanggung oleh
pasien. Biaya pengobatan ditanggung oleh keluarga.
7. Riwayat Psikoseksual
Riwayat penyiksaan seksual pada masa anak & remaja tidak diketahui. Tidak
pernah mengalami kekerasan seksual saat usia dewasa.
8. Riwayat keluarga
Pasien adalah anak terakhir dari tiga bersaudara. Kakak keduanya sudah
meninggal karena kanker payudara. Kakak pertama tinggal di Surabaya. Di keluarga
tidak ada yang mengalami gangguan jiwa.
Silsilah keluarga :
9. Impian, Fantasi dan Nilai-nilai
Bila sudah sembuh, pasien ingin bekerja kembali
III. STATUS MENTAL
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 13 November 2012 di bangsal 3 RSJD Amino
Gondohutomo Semarang.
Deskripsi Umum
1. Penampilan : Seorang laki-laki berusia 27 tahun, tampak sesuai dengan usia,
kebersihan dan kerapihan cukup, kulit sawo matang, rambut berwarna hitam
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor :Tingkah lakuHiperaktif (-) Kleptomania (-)Hipoaktif (-) Streotipi (-)Normoaktif (+) Maniceren (-)Stupor (-) Grimaseren (-)Gelisah (-) Ambivalensi (-)Agresif (-) Gerakan autochlon (-)Befehls automatism (-) Gerakan impulsive (-)Perseverasi (-) Gerakan kompulsif (-)Verbigerasi (-) Gerakan automatism (-)Echolalia (-) Pyromania (-)Echopraxia (-)
Sikap
Indifferent (-) Curiga (-)Apatis (-) Berubah-ubah (-)Kooperatif (+) Tegang (-)Negativise pasif (-) Pasif (-)Dependent (-) Aktif (-)Infantile (-) Katalepsi (-)Rigid (-) Bermusuhan (-)
3. Sikap tehadap pemeriksa : kooperatifKontak psikis : ada, wajar dan dapat dipertahankan.
4. Mood dan Afeka. Mood
Disforik (-) Depresi (-)Euthymi (+) Anhedonia (-)Ekspansif (-) Berkabung (-)Irritable (-) Aleksitimia (-)Labil (-)Elevated (-)Ekstasi (-)
b. AfekSesuai (+) Datar (-)Tidak sesuai (-) Tumpul (-)Terbatas (-) Labil (-)
A. PembicaraanKuantitas : cukupKualitas : cukup
B. Gangguan Persepsi1. Halusinasi
Halusinasi visual (-) Halusinasi taktil (-) Halusinasi akustik (+) - Riwayat halusinasi akustik jenis phonema, terdapat suara-suara manusia yang
tidak dikenali pasien, baik suara laki-laki maupun perempuan, yang berisi hinaan dan ancaman terhadap pasien.
Halusinasi haptik (-)Halusinasi olfaktorik (-) Halusinasi kinestetik (-)Halusinasi gustatorik (-)Halusinasi autoskopi (-)
2. IlusiIlusi visual (-) Ilusi gustatorik (-)Ilusi akustik (-) Ilusi taktil (-)Ilusi olfaktorik (-)
C. Pikiran1. Bentuk pikir : tidak realistik2. Arus pikir
Flight of ideas (-) Retardasi (-)Asosiasi longgar (-) Asosiasi bunyi (-)Inkoherensi (-) Asosiasi pengertian (-)Tangensial (-) Blocking (-)Sirkumstansiality (-) Preserverasi (-)Neologisme (-) Verbigerasi (-)
Jawaban irrelevant (-) Lancar (+)3. Isi pikiran
Waham kebesaran (-)Waham hipokondri (-)Waham berdosa (-)Waham magic mistic (-)Waham kejar (-) Waham sistematis (-)Waham referensi (-)Waham cemburu (-)Waham somatic (-)Waham nihilistic (-)Fobia (-)Preokupasi (-)Obsesif kompulsif (-)Gagasan bunuh diri (-)Kemiskinan isi pikir (-)Thought echo (-)Thought insertion (-)Thought withdrawal (-)Thought broadcasting (-)Delusion of reference (-) Delusion of control (+)
- Pasien merasa dikendalikan oleh kekuatan dari luar, kepala pasien digerak-gerakkan, leher pasien tercekik, badan pasien seperti didorong dan dijatuhkan. Tengkuk leher pasien terasa sakit dan kaku.
Delusion of influense (-)Delusion of passivity (-)Delusion of perception (-)Over valued idea (-)
D. Sensorium dan Kognitif1. Kesadaran : jernih2. Orientasi
Tempat : baikWaktu : baikPersonal : baikSituasional : baik
3. Daya ingatSegera : baikJangka pendek : baikJangka sedang : baikJangka panjang : baik
4. Konsentrasi : cukup5. Perhatian : normovigilitas6. Kemampuan baca dan tulis : cukup7. Kemampuan visuospasial : cukup8. Pikiran abstrak : cukup
E. Pengendalian Impuls : cukup
F. Tilikan
1. Penyangkalan penyakit sama sekali.
2. Agak menyadari bahwa dirinya sakit dan membutuhkan bantuan tapi dalam
waktu bersamaan menyangkal penyakitnya.
3. Sadar bahwa merasa sakit tapi melampiaskan pada orang lain, pada faktor eksternal
dan organik.
4. Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada diri
pasien.
5. Tilikan intelektual : menerima bahwa pasien sakit dan bahwa gejala atau kegagalan
dalam penyesuaian sosial disebabkan oleh perasaan irrasional atau gangguan
tertentu dalam diri pasien sendiri tanpa menerapkan pengetahuan tersebut untuk
pengalaman masa depan.
6. Tilikan emosional sesungguhnya: kesadaran emosional tentang motif dan perasaan
didalam diri pasien dan orang yang dapat menyebabkan perubahan dalam perilaku.
G. Pertimbangan : cukup
Taraf Dapat Dipercaya : dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status Internus
Keadaan umum : baik
Berat/ Tinggi Badan : 68 kg/ 168 cm
Kesadaran : jernih (compos mentis)
Tekanan darah : 130 / 90 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
RR : 18 kali/menit
Suhu : afebris
Status internum :
Kepala : Sklera ikterik (-/-), konjungtiva palpebra pucat (-/-)
Leher : Pembesaran nnll (-/-)
Toraks : Cor : SI-SII reguler, suara tambahan (-)
Pulmo : suara dasar vesikuler, ronkhi (-), wheezing (-)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal
Ekstremitas : superior inferior
Edema -/- -/-
Capilary refill <2”/<2” <2”/<2”
Nyeri sendi -/- -/-
Pembengkakan sendi -/- -/-
Tremor -/- -/-
Status neurologis : dalam batas normal
B. Pemeriksaan penunjang :
Tidak dilakukan
C. Pemeriksaan Psikometri
PANSS (Positive and Negative Syndrome Scale)Tanggal 13 November 2012
Tidak ada
Min Ringan Sedang Agak berat
Berat Sangat berat
Simptom positifP1 Waham 1 2 3 4 5 6 7P2 Kekacauan proses pikir 1 2 3 4 5 6 7P3 Perilaku halusinansi 1 2 3 4 5 6 7P4 Gaduh gelisah 1 2 3 4 5 6 7P5 Waham kebesaran 1 2 3 4 5 6 7P6 Waham kejar 1 2 3 4 5 6 7P7 Permusuhan 1 2 3 4 5 6 7
Simptom NegatifN1 Afek tumpul 1 2 3 4 5 6 7N2 Penarikan emosional 1 2 3 4 5 6 7N3 Kemiskinan raport 1 2 3 4 5 6 7N4 Penarikan diri dari hubungan
Sosial secara pasif/apatis1 2 3 4 5 6 7
N5 Kesulitan berfikir abstrak 1 2 3 4 5 6 7N6 Kurangnya spontanitas dan
arus percakapan1 2 3 4 5 6 7
N7 Pemikiran stereotipik 1 2 3 4 5 6 7
Skala Psikopatologi UmumG1 Kekhawatiran somatik 1 2 3 4 5 6 7G2 Anxietas 1 2 3 4 5 6 7G3 Rasa bersalah 1 2 3 4 5 6 7G4 Ketegangan 1 2 3 4 5 6 7G5 Mannerisme & posturing 1 2 3 4 5 6 7G6 Depresi 1 2 3 4 5 6 7G7 Retradarsi motorik 1 2 3 4 5 6 7G8 Ketidakkooperatifan 1 2 3 4 5 6 7G9 Isi pikiran tidak biasa 1 2 3 4 5 6 7G10 Disorientasi 1 2 3 4 5 6 7G11 Perhatian yang buruk 1 2 3 4 5 6 7G12 Kurang daya nilai dan tilikan 1 2 3 4 5 6 7
G13 Gangguan dorongan kehendak
1 2 3 4 5 6 7
G14 Pengendalian impuls yang buruk
1 2 3 4 5 6 7
G15 Preokupasi 1 2 3 4 5 6 7G16 Penghindaran sosial secara
aktif1 2 3 4 5 6 7
Jumlah 38
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA (FORMULASI DIAGNOSTIK)
Seorang pasien laki-laki, usia 27 tahun beragama Katolik, bekerja sebagai karyawan
mebel. Pasien adalah anak ketiga dari 3 bersaudara, kakak ke dua sudah meninggal dan kakak
pertama tinggal di Surabaya. Saat ini pasien tinggal bersama kedua orang tuanya. Pasien belum
menikah. Pasien dibawa oleh tetangganya ke RSJD Amino Gondohutomo dengan keluhan
pasien memukul-mukul tembok, ingin mencederai dirinya sendiri.
Berdasarkan autoanamnesis dan alloanamnesia didapatkan:
Pasien merasa tubuhnya dikendalikan oleh kekuatan dari luar, sering mendengar suara-suara di
telinga yang hanya bisa didengar oleh pasien sendiri yaitu suara manusia yang berisi ancaman
dan menghina pasien. Pasien merasa lehernya diikat dan tercekik. Terdapat manifestasi
penurunan hendaya yaitu hendaya pekerjaan: pasien sudah tidak bisa bekerja dan hendaya
waktu luang yaitu lebih banyak menyendiri dan melamun di kamar, sulit tidur. Penurunan
hendaya mulai terjadi ± 6 bulan sebelum masuk rumah sakit. Stresor pasien yaitu karena
masalah motor hasil pembayaran secara kreditnya diambil kembali tanpa alasan yang jelas dan
pasien menjadi tulang punggung keluarga sejak lulus SMA, di mana sebenarnya pasien ingin
melanjutkan studi di Jepang sejak SMP.
Berdasarkan riwayat gangguan penyakit pasien dan dari pemeriksaan status mental
didapatkan:
Penampilan : Kebersihan dan kerapihan cukup
Kesadaran : Jernih
Perilaku : Normoaktif
Bicara : Kualitas dan kuantitas cukup
Sikap : Kooperatif, kontak (+), wajar, dapat dipertahankan
Mood : Euthymik
Afek : Serasi
Fungsi kognitif : Baik
Gangguan Persepsi : Halusinasi auditorik (+)
Proses pikir : Bentuk pikir non realistik, Arus pikir lancar, Isi pikiran
Delusion of control (+)
Daya nilai : Baik
Tilikan : 2
Axis I : Memenuhi pedoman diagnostik Skizofrenia Paranoid. Skizofrenia paranoid
ditegakkan dengan pedoman: Memenuhi kriteria umum diagnosis Skizofrenia,
sebagai tambahan yaitu halusinasi dan/atau waham harus menonjol, gangguan
afektif dorongan kehendak dan pembicaraan, serta katatonik secara relatif tidak
menonjol.
Axis II : Tidak ada gejala gangguan kepribadian
Axis III : Tidak didapatkan kelainan
Axis IV : Stresor yaitu masalah motor hasil pembayaran secara kredit nya diambil
kembali tanpa alasan yang jelas dan pasien menjadi tulang punggung keluarga
sejak lulus SMA, di mana sebenarnya pasien ingin melanjutkan studi di Jepang
sejak SMP.
Axis V : GAF saat masuk 20 dan saat diperiksa 40
VI. DIAGNOSIS MULTI AXIAL
Menurut PPDGJ III
Axis I : F 20.09 Skizofrenia Paranoid, dengan pengamatan kurang dari satu tahun
DD : Gangguan Skizoafektif Tipe Depresi (F 25.8)
Axis II : Z 03.2 tidak ada diagnosis
Axis III : Tidak ada
Axis IV : Stresor yaitu masalah motor hasil pembayaran secara kredit nya diambil
kembali tanpa alasan yang jelas dan pasien menjadi tulang punggung keluarga
sejak lulus SMA, di mana sebenarnya pasien ingin melanjutkan studi di Jepang
sejak SMP.
Axis V: GAF 1 tahun terakhir (terbaik) : 80
GAF saat masuk : 20
GAF saat diperiksa : 40
VII. RENCANA KERJA
a. Terapi biologi:
Farmakoterapi
Diberikan antipsikosis generasi 2 karena terdapat gejala psikotik. Dan pada
risperidone, efek samping sedasi, otonomik, dan ekstrapiramidal tidak kuat
Psikoterapi : kelompok, keluarga dan pasien
VIII. PENATALAKSANAAN
Farmakoterapi : Trihexyphenidyl 2 x 2 mg, Risperidone 2 x 1 mg
ECT : Tidak dilakukan ECT
Psikoterapi
Terapi kelompok : Meliputi terapi suportif, terstruktur pada kelompok guna
mengamati respon emosi, psikologi dan perilaku skizofrenia terhadap suatu masalah
yang muncul
Terapi keluarga : Memberikan pemahaman dan penjelasan kepada keluarga
mengenai penyakit yang diderita pasien dan menjelaskan bahwa pengobatan pasien
tersebut diperlukan dalam jangka panjang, serta apabila sudah pulang dari rumah sakit
untuk kontrol rutin. Diberikan penjelasan juga mengenai kekambuhan dan peranan
keluarga dalam pengobatan dan efek samping terapi yang diberikan.
Terapi suportif : Memberikan dukungan kepada pasien agar nyaman dengan
kondisi pasien dan menjelaskan agar pasien teratur minum obat, mengikuti kegiatan
yang diadakan di rumah sakit, serta menggali stresor yang menjadi penyebab pasien
seperti ini, serta memberi konseling pada pasien mengenai tindakan yang sebaiknya
dilakukan untuk mengacuhkan halusinasinya.
Terapi okupasional : Memberikan fungsi pekerjaan sesuai untuk pasien
IX. PROGNOSIS
Prognosis arah baik √ Prognosis arah buruk √
1. tidak ada kekambuhan
2. onset akut
3. faktor pencetus jelas
4. usia 15 – 25 tahun
5. gejala positif menonjol
6. riwayat seksual, sosial, premorbid baik
7. menikah
8. sistem pendukung sosial baik
9. status ekonomi baik
10. tidak ada keluarga sakit seperti ini
√
√
√
√
√
√
1. Ada keluarga sakit seperti ini
2. onset kronik
3. faktor pencetus tidak jelas
4. usia < 15 tahun atau > 25 tahun
5. gejala negatif menonjol
6. riwayat seksual, sosial, premorbid buruk
7. belum menikah/telah bercerai
8. sistem pendukung sosial buruk
9. status ekonomi buruk
10. kekambuhan
√
√
√
√
- Dubia ad bonam : karena lebih banyak faktor-faktor prognosis ke arah lebih baik.
X. SARAN-SARAN
1. Keluarga Pasien:
Menyarankan agar keluarga menjenguk pasien selama dirawat.
Mendukung pasien secara moral, tidak dikucilkan, memberi pekerjaan yang dapat
dilakukan oleh pasien untuk mengisi waktu luang.
Mengedukasikan untuk rajin kontrol di poli jiwa bila sudah keluar.
Mengedukasikan tentang efek samping obat.
2. Pasien :
Memberi nasehat kepada pasien untuk rajin minum obat dan bila telah keluar dari
rumah sakit pasien diharapkan selalu kontrol rutin
3. Lingkungan sekitar :
Mensupport pasien dan keluarga dengan tidak mengucilkan dan menghina mereka.
Mengajak berkomunikasi pasien
Berusaha menganggap pasien selayaknya orang normal