Laporan Kasus Bagian Mata

16
LAPORAN KASUS BAGIAN MATA Hordeolum Internum DOKTER MUDA KEPANITERAAN KLINIK (Periode 3 Mar s/d 12 Apr 2014) Johannes Hendrik Lesbatta 2008-83-015 Supervisor: dr. Carmila L. Tamtelahitu, Sp.M

description

asd

Transcript of Laporan Kasus Bagian Mata

LAPORAN KASUS BAGIAN MATA

Hordeolum Internum

DOKTER MUDA KEPANITERAAN KLINIK

(Periode 3 Mar s/d 12 Apr 2014)Johannes Hendrik Lesbatta2008-83-015Supervisor:

dr. Carmila L. Tamtelahitu, Sp.M

DIBAWAKAN SEBAGAI TUGAS KEPANITERAAN KLINIK

BAGIAN MATAFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PATTIMURARSUD Dr. M. HAULUSSY AMBON2014BAB I

TINJAUAN PUSTAKA

1. Defenisi Hordeolum

Hampir setiap orang mengenal timbilen atau timbil atau bilolo yang dalam bahasa medis disebut Hordeolum. Penyakit ini dapat menyerang siapa saja, mulai anak-anak hingga orang tua. Tidak ada perbedaan angka kejadian antara wanita dengan pria. Hordeolum (stye) adalah infeksi atau peradangan pada kelenjar di tepi kelopak mata bagian atas maupun bagian bawah (infeksi pada palpebral) yang disebabkan oleh bakteri, biasanya oleh kuman Stafilokokus (Staphylococcus aureus). Hordeolum dapat timbul pada kelenjar kelopak mata. Kelenjar kelopak mata tersebut meliputi kelenjar Meibom, kelenjar Zeis dan Moll. 2. Klasifikasi Hordeolum eksternum merupakan infeksi pada kelenjar Zeiss atau Moll dengan penonjolan terutama ke daerah kulit kelopak. Pada hordeolum eksternum, nanah dapat keluar dari pangkal rambut. Tonjolannya ke arah kulit, ikut dengan pergerakkan kulit dan mengalami supurasi, memecah sendiri ke arah kulit.

Hordeolum internum merupakan infeksi kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus dengan penonjolan terutama ke daerah kulit konjungtiva tarsal. Hordeolum internum biasanya berukuran lebih besar dibandingkan hordeolum eksternum. Pada hordeolum internum, benjolan menonjol ke arah konjungtiva dan tidak ikut bergerak dengan pergerakan kulit, serta jarang mengalami supurasi dan tidak memecah sendiri. 3. EtiologiStaphylococcus aureus adalah agen infeksi pada 90-95% kasus hordeolum.4. Patogenesis

Patogenesis terjadinya hordeolum eksterna diawali dengan pembentukan nanah dalam lumen kelenjar oleh infeksi Staphylococcus aureus. Biasanya mengenai kelenjar Zeis dan Moll. Selanjutnya terjadi pengecilan lumen dan statis hasil sekresi kelenjar. Statis ini akan mencetuskan infeksi sekunder oleh Staphylococcus aureus. Terjadi pembentukan nanah dalam lumen kelenjar. Secara histologis akan tampak gambaran abses, dengan ditemukannya PMN dan debris nekrotik. Hordeolum interna terjadi akibat adanya infeksi sekunder kelenjar Meibom di lempeng tarsal.

5. Gejala

Gejalanya biasanya berawal sebagai kemerahan, nyeri bila ditekan dan nyeri pada tepi kelopak mata. Mata mungkin berair dan penderita merasa ada sesuatu dimatanya. Biasanya hanya sebagian kecil yang membengkak, meskipun kadang seluruh kelopak membengkak. Ditengah daerah yang membengkak seringkali terlihat bintik kecil yang berwarna kekuningan. Bisa terbentuk abses (kantong nanah) yang cenderung pecah dan melepaskan sejumlah nanah. Hordeolum biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga terjadi pada semua umur, terutama orang-orang dengan taraf kesehatan yang kurang baik.

6. Diagnosa banding

Diagnosa banding hordeolum adalah :

a. Kalazion

b. Meiobomianitis

7. Penatalaksanaan

a. Non-farmakologi

Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup. Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan. Lakukan dengan mata tertutup.

b. Farmakologi

Antibiotik topikal

Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan pada pasien. Dapat juga diberikan eritromisin salep mata untuk kasus hordeolum eksterna dan hordeolum interna yang ringan.

Antobiotik sistemikDiberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda pembesaran kelenjar limfe di preauricular. Pada kasus hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat diberikan cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari. Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali sehari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari.c. Pembedahan

Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur pembedahan mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum. Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokain tetes mata. Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan insisi yang bila :

Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo palpebra. Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotik.8. Pencegahan

Tindakan pencegahan untuk penyakit ini sebenarnya mudah saja yaitu dengan cara menjaga kebersihan secara umum dan kesehatan diri sendiri. 9. Prognosis

Prognosis umumnya baik, karena proses peradangan pada hordeolum bisa mengalami penyembuhan dengan sendirinya, asalkan kebersihan daerah mata tetap dijaga dan dilakukan kompres hangat pada mata yang sakit serta terapi yang sesuai.BAB IILAPORAN KASUSA. IDENTITAS PASIEN

Nama

: An. C.MUmur

: 5 tahun 2 bulanAlamat

: Asrama tentara benteng atasNomor Register

: 05 45 97Pekerjaan

: - (belum sekolah)B. ANAMMNESIS

Keluhan utama

: Benjolan pada kelopak atas mata kananKeluhan tambahan: Gatal dan nyeri pada mata kanan. Anamnesis terpimpin: timbul benjolan kecil pada mata kanan sejak 1 bulan yang lalu yang bertambah besar. Mata sering gatal sampai pasien sering mengucak mata. Nyeri tekan (+), pseudoptosis (-), kabur (-), tidak mengganggu aktivitas sehari-hari. Riw. penyakit dahulu: (-)

Riw. dalam keluarga: Ibu pasien mengaku pernah mengalami penyakit yang sama dengan pasien.Riw. penyakit sistemik: (-)

Riw. Social

: (-)Riw. Kacamata

: (-)

Riw. Pengobatan: Pasien sebelumnya sudah mendapat pengobatan oleh ibunya yaitu memberikan oxytetrasilin salap 2 sehari waktu tidur siang dan setelah selesai mandi.C. PEMERIKSAAN FISIK

1. Status generalis

Kesadaran

: Compos Mentis E4V5M6Tekanan darah: -Nadi

: 80 x/menit

Respirasi

: 20 x/menit

Suhu

: Afebris

2. Status Oftalmologi

Visus OD : pasien tidak kooperatifVisus OS: pasien tidak kooperatif Segmen anterior ODS :

ODOS

Edema (+), blefarospasme (-), eritema (+), abses (+), nyeri tekan(+) Palpebra Edema (-), blefarospasme (-), eritema(-), abses (-), nyeri tekan (-)

Kemosis (-), Subconjunctival Bleeding (-) Konjungtiva Kemosis (-), Subconjunctival Bleeding (-)

JernihKornea Jernih

DalamBilik Mata Depan Dalam

RadierIris Radier

IsokorPupil Isokor

jernih Lensa jernih

Gambar Skematik

Tekanan Intra Okuli ODS : -

Pergerakan bola mata : Normal

Funduskopi ODS : -

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan dengan cara membalikkan palpebra superior sehingga dapat melihat konjungtiva tarsusnya. Dilihat bisa dengan atau tanpa slit lamp. E. DIAGNOSIS KERJA

OD hordeolum internal

F. DIAGNOSIS BANDING

Kalazion

Meibomianitis

Selulitis orbitaG. PERENCANAAN

Diagnosa : -

Terapi:

a. Non-farmakologi

Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk membantu drainase. Lakukan dengan mata tertutup. Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampo yang tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses penyembuhan. Lakukan dengan mata tertutup. b. Farmakologi

Antibiotik topikal

Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan pada pasien. Dapat juga diberikan eritromisin salep mata untuk kasus hordeolum eksterna dan hordeolum interna yang ringan.

Antobiotik sistemik

Pasien dapat diberikan amoxilin atau ampicillin. Untuk kasus hordeolum internum.

Monitoring:

1. Keluhan

2. Visus

3. Segmen anterior

Edukasi:

1. Kondisi mata (keadaan sekarang, komplikasi, prognosis)

2. Persiapan operasi

3. Bimbingan rohani H. PROGNOSIS Quo ad Vitam: bonam

Quo ad Visam: bonam

Quo ad Sanasionam: dubia at bonam

BAB III

PEMBAHASAN

Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien didapatkan adanya tonjolan pada palpebra superior okuli dextra. Pada pasien ini tidak dapat dilakukan pemeriksaan visus natural karena pasiennya tidak kooperatif. Lewat anamnesis, diketahui bahwa pasien mengeluh rasa gatal pada mata kanan tepatnya di palpebra superior,selain itu ada nyeri tekan. Diagnosis banding yang terpikirkan adalah kalazion, meibomianitis, dan selulitis orbita.

Pada penyakit kalazion terdapat beberapa gejala umum yaitu benjolan pada mata yang tidak terdapat nyeri tekan dan karena benjolannya pada kelopak mata superior maka pasien akan mengalami pseudoptosis. Pada pasien ini terdapat keluhan nyeri tekan, dan tidak ditemukan pseudoptosis, pasien dapat membuka dan menutup mata secara simetris tanpa ada tahanan pada mata kanan maka pemeriksa dapat menyingkirkan diagnosis banding kalazion.

Pada penyakit meiobomianitis, terdapat gejala berupa mata merah pada tepian kelopak mata, mata kering, penglihatan kabur, dan kelopak mata juga bengkak. Pada pasien ini tidak ditemukan adanya penglihatan yang kabur, Hal ini dapat dibuktikan dengan pemeriksa menunjukkan jari dan dihitung dengan benar meskipun hanya dalam jarak < 2/60, pasien juga masih bisa beraktivitas dirumah dengan baik tanpa keluhan penglihatan. Berdasrkan pemerikasaan yang dilakukan, maka pemeriksa dapat menyingkirkan diagnosis banding meibomianitis.

Pada selulitis orbita terdapat gejala yaitu kelopak mata sangat edema dan kemotik, mata proptosis (menonjolnya bola mata), penglihatan ganda, sakit terutama bila digerakkan, disertai demam, dan tajam penglihatan menurun. Memang visus natural tidak dapat diperiksa dengan akurat tetapi dengan menunjukkan jari dan meminta pasien menghitungnya dan pasien dapat menjawab dengan benar maka tidak ada penglihatan yang ganda. Selain itu, pergerakan bola mata pasien tidak terdapat tahanan ataupun nyeri saat diperiksa. Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan maka pemeriksa dapat menyingkirkan diagnosis banding selulitis orbita.

Maka, dengan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik pada pasien maka dapat ditegakkan diagnosis yaitu hordeolum internum superior okuli dextra.

Pada pemeriksaan segmen anterior, ditemukan edema, abses, eritema pada mata kanan pasien tapi tidak terjadi blefarospasme ataupun ptosis. Berdasarkan anamnesis pasien tidak mengalami trauma yang dapat mengakibatkan edema ataupun eritema pada pasien.

Dengan melakukan kompres dengan air hangat pada mata kanan pasien, dan menggunakan antibiotik topikal dan sistemik maka pasien memiliki kemungkinan prognosis yang baik dan tidak perlu dilakukan pembedahan tapi dengan catatan bila pasien tidak menjaga kebersihan tubuh secara umum maka ada kemungkinan kekambuhan lagiBAB IV DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas S. Penuntun ilmu penyakit mata. Edisi 3. Jakarta; Balai penerbit FKUI; 2003. hal 45-552. Ilyas S. Ikhtisar ilmu penyakit mata. Jakarta; Balai penerbit FKUI; 2009. Hal 25-29

3. Leonid jr. hordeolum and chalazion treatment. The full gamut. [serial online] Jul 2008 [cited Apr 2014] [3 screens]. Available from: URL:http://www.optometry.co.uk 4. Kenny T. Stye is a common painful eyelid problem. [serial online] Okt 2013 [cited Apr 2014]. Available from: URL:http://www.patient.co.uk Edema pada palpebra tarsus superior, eritema, abses