Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

23
ACARA 1 IDENTIFIKASI IKAN Disusun oleh: Kelompok 4 Haji Mustakin (H1K013006) Siti Aisah (H1K013018) Adi Nuryadi n (H1K013019) Aprilliani Dwi W (H1K013031) Azizah Kuswardini (H1K013033) Asisten : M. Azharul Rijal JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN PURWOKERTO 2014

Transcript of Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

Page 1: Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

ACARA 1

IDENTIFIKASI IKAN

Disusun oleh: Kelompok 4

Haji Mustakin (H1K013006)

Siti Aisah (H1K013018)

Adi Nuryadi n (H1K013019)

Aprilliani Dwi W (H1K013031)

Azizah Kuswardini (H1K013033)

Asisten : M. Azharul Rijal

JURUSAN PERIKANAN DAN KELAUTAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNIK

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

PURWOKERTO

2014

Page 2: Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kata “sistematika” berasal dari bahasa Latin, yaitu systema. Kata systema biasa

digunakan sebagai suatu cara atau sistem untuk mengelompokan tumbuhan dan binatang.

Istilah ini digunakan pertama kali oleh Carolus Linnaeus pada saat menulis bukunya

Systema Naturae pada tahun 1773. Selain istilah sistematika, juga dikenal istilah

“taksonomi” yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu taxis yang berarti susunan dan nomos

yang berarti hukum. Istilah ini diusulkan oleh Candolle pada tahun 1813 yang

dimaksudkan sebagai teori mengklasifikasikan tumbuhan. Salah satu bagian dari ilmu

taksonomi adalah identifikasi.

Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomi individu

yang beranekaragam dan memasukannya kedalam suatu takson. Identifikasi berkaitan

dengan ciri-ciri taksonomi yang akan menuntun suatu sampel kedalam suatu urutan kunci

identifikasi. Dalam identifikasi, jasad yang beranekaragam di alam dikelompokan dalam

kelompok yang mudah dikenal, kemudian ditetapkan ciri-ciri penting dan senantiasa dicari

pembeda yang tetap antara kelompok itu, kemudian diberi nama ilmiah. Identifikasi

penting artinya bila ditinjau dari sudut ilmiah seluruh urutan pekerjaan selanjutnya sangat

bergantung dari hasil identifikasi yang benar dari suatu spesies.

1.2. Tujuan Praktikum

Mahasiswa dapat mengidentifikasi suatu specimen ikan tertentu dan memberikan

klasifikasinya.

Page 3: Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

II. Tinjauan Pustaka

Bagian-bagian Tubuh Ikan

Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan

yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis

ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan.

Sebelum kita mengenal bentuk-bentuk tubuh ikan yang bisa menunjukkan dimana habitat

ikan tersebut, ada baiknya kita mengenal bagian-bagian tubuh ikan secara keseluruhan

beserta ukuran-ukuran yang digunakan dalam identifikasi. Ukuran tubuh ikan. Ukuran

standar yang dipakai Semua ukuran yang digunakan merupakan pengukuran yang diambil

dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan.

Panjang total (TL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir

(premaxillae)hingga ujung ekor.

Panjang standar (SL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir

(premaxillae) hingga pertengan pangkal sirip ekor (pangkal sirip ekor bukan berarti

sisik terakhir karena sisik-sisik tersebut biasanya memanjang sampai ke sirip ekor.

Panjang kepala (HL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxilla)

hingga bagian terbelakang operculum atau membran operculum (Jeffri, 2010).

Rangka dan Bentuk Tubuh

Pengenalan struktur ikan tidak terlepas dari morfologi ikan yaitu bentuk luar ikan

yang merupakan ciri-ciri yang mudah dilihat dan diingat dalam mempelajari jenis-jenis

ikan. Morfologi ikan sangat berhubungan dengan habitat ikan tersebut di perairan

(Wahyuningsih dan barus, 2006).

Page 4: Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

Rangka ikan berfungsi untuk menegakkan tubuh, menunjang atau atau menyokong

organ-organ tubuh. Secara tidak langsung rangka menentukan bentuk tubuh ikan yang

beraneka ragam. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tulang-tulang yang membentuk

sistem rangka berkaitan dengan terhadap lingkungannya secara terus menerus

(Rahardjo.dkk, 2011).

A. Sirip

Sirip pada ikan umumnya ada yang berpasangan ada yang tidak. Sirip punggung,

sirip ekor, dan sirip dubu disebut sirip tunggal atau sirip tidak berpasangan. Sirip dada

dan sirip perut disebut sirip berpasangan. Macam macam sirip ekor dapat dibedakan

berdasarkan bentuk sirip tersebut. Bentuk-bentuk sirip ekor yang simetris yaitu bentuk

membulat,bentuk persegi atau tegak, bentuk sedikit cekung atau berlengkuk tunggal,

bentuk bulan sabit, bentuk bercagak, bentuk meruncing dan bentuk lanset

(Wahyuningsih dan barus,2006).

B. Struktur Kulit

Kulit terdiri atas lapisan luar (epidermis) dan lapisan dalam yang disebut dermis

(porium). Epidermis selalu basah karena adanya lendir yang dihasilkan oleh sel-sel

yang berbentuk piala yang terdapat diseluruh permukaan tubuhnya. Lendir berguna

untuk mengurangi gesekan dengan air agar ikan dapat beranang lebih cepat, mencegah

infeksi, menutup luka, sebagai lapisan semi permiable yang menghambat masuk

keluarnya air melalui kulit (Rahardjo dkk, 2011).

Klasifikasi Ikan

Klasifikasi ikan dibedakan menjadi tiga kelas utama berdasarkan taksonominya,

yaitu:

Page 5: Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

A. Kelas agantha

Meliputi ikan primitif seperti lamprey, berumur 550 juta tahun yang lalu dan

sekarang tinggal 50 spesies. Karakteristik ikan ini tidak memiliki sirip-sirip yang

berpasangan tetapi memiliki satu dua sirip punggung dan satu sirip ekor.

B. Kelas chondroichthyes

Memiliki karakteristik adanya tulang rawan dan tidak mempunyai sisik , termasuk

kelas primitif umur 450 juta tahun yang lalu dan sekarang tinggal 300 spesies. Misalnya

ikan pari dan ikan hiu.

C. Kelas osteichthtyes

Meliputi ikan teleostei yang merupakan ikan tulang sejati, merupakan ikan

kelompok terbesar jumlahnya dari seluruh ikan yaitu melebihi 20.000 spesies dan

ditemukan pada 300 juta tahun lalu( Barus dan Hesti, 2006).

1. Klasifikasi Ikan Mas

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

kelas : Pisces

Ordo : Ostariophysi

Famili : Cyprinidae

Genus : Cyprinus

Spesies : Cyprinus carpio

Secara umum, karakteristik ikan mas memiliki bentuk tubuh yang agak memanjang

dan sedikit memipih ke samping (compressed ). Sebagian besar tubuh ikan mas ditutupi

oleh sisik. Pada bagian dalam mulut terdapat gigi kerongkongan (pharynreal teeth)

sebanyak tiga baris berbentuk geraham (Pribadi, 2002). Sirip punggung ikan mas

Page 6: Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

memanjang dan bagian permukaannya terletak berseberangan dengan permukaan sirip

perut (ventral). Sirip punggungnya (dorsal) berjari- jari keras, sedangkan di bagian akhir

bergerigi.Sirip ekornya menyerupai cagak memanjang simetris. Sisik ikan mas relatif besar

dengan tipe sisik lingkaran (cycloid) yang terletak beraturan (Pribadi, 2002).

2. Klasifikasi ikan patin (Pangasius pangasius) menurut Saanin (1984) diacu dalam

Subagja 2009 adalah sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Ostariophyri

Famili : Pangasidae

Genus : Pangasius

Spesies : Pangasius sp.

Ikan patin (Pangasius sp) merupakan jenis ikan konsumsi air tawar, berbadan

panjang berwarna putih perak dengan punggung berwarna kebiru-biruan. Kepala ikan

patinrelatif kecil, mulut terletak di ujung kepala agak di sebelah bawah (merupakan ciri

khas golongan catfish).Pada sudut mulutnya terdapat dua pasang kumis pendek yang

berfungsi sebagai peraba (Anonim 2006 diacu dalam Subagja 2009).

Morfologi ikan patin (Pangasius sp) mempunyai badan memanjang dan pipih,

posisi mulut sub terminal dengan 4 buah sungut.Sirip punggung berduri dan bersirip

tambahan serta terdapat sirip lengkung mulai dari kepala sampai pangkal sirip ekor.Bentuk

sirip tersebut agak bercagak dengan bagian tepi berwarna putih dan garis hitam di

tengah.Ikan ini mempunyai panjang maksimum 150 cm (Subagja 2009).

Page 7: Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

Ikan patin sangat toleransi terhadap derajat keasaman (pH) air.Artinya, ikan ini

dapat bertahan hidup pada kisaran pH air yang lebar, dari perairan yang agak asam (pH 5)

sampai perairan yang basa (pH 9) (Subagja 2009). Kandungan oksigen terlarut yang

dibutuhkan bagi kehidupan ikan patin adalah berkisar antara 3-6 ppm, sementara

karbondioksida yang bias ditolerir berkisar antara 9-20 ppm, dengan alkalinitas antara 80-

250 (Subagja 2009). Suhu air media pemeliharaan yang optimal berada dalam kisaran 28-

30°C (Khairuman dan Suhenda 2002 diacu dalam Subagja 2009).

3. Klasifikasi ikan nilem, Menurut Rukmana (1997), bahwa sistematika atau

klasifikasi ikan nila yaitu

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Ostariophysi

Family : Cyprinidae

Genus : Osteochilus

Spesies : Osteochilus haselti

Pada badan dan sirip ekor (Candal fin) ditemukan garis-garis lurus (vertical)

sedangkan garis-garis berbentuk memanjang ditemukan pada sirip punggung (Dorsal fin)

dan sirip dubur (Anal fin Santoso, 1996). Perbandingan tubuh antara panjang dan tinggi

ikan nilem 3 : 1, mata ikan nilem berbentuk bulat, menonjol dan bagian tepi berwarna

putih.

4. Ikan lele Menurut Sanin (1984) dan Simanjuntak (1989) dalam Rustidja (1997)

adalah sebagai berikut:

Page 8: Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Ostariophysi

Family : Clariidae

Genus : Clariias

Spesies : Clarias batrachus

Menurut Najiyati (1992), dalam Rustidja (1997) bentuk luar ikan lele dumbo

yaitu memanjang, bentuk kepala pipih dan tidak bersisik. Mempunyai sungut yang

memenjang yang terletak di seitar kepala sebagai alat peraba ikan. Mempunyai alat

olfactory yang terletak berdekatan dengan sungut hidung . Penglihatannya kurang

berfungsi dengan baik. Ikan lele dumbo mempuyai 5 sirip yaitu sirip ekor, sirip punggung,

sirip dada, dan sirip dubur. Pada sirip dada jari-jarinya mengeras yang berfungsi sebagai

patil, tetapi pada lele dumbo lemah dan tidak beracun. Insang berukuran kecil, sehingga

kesulitan jika bernafas. Selain brnafas dengan insang juga mempunyai alat pernafasan

tambahan (arborencent) yang terletak padainsang bagian atas.Sebagaimna halnya ikan dari

jenis lele, lele dumbo memiliki kulit tubuh yang licin, berlendir, dan tidak bersisik. Jika

terkena sinar matahari, warna tubuhnya otomatis menjadi loreng seperti mozaik hitam

putih. Mulut lele dumbo relatif lebar, yaitu sekitar ¼ dari panjang total tubuhnya. Tanda

spesifik lainnya dari lele dumbo adalah adanya kumis di sekitar mulut sebanyak 8 buah

yang berfungsi sebagai alat peraba. Saat berfungsi sebagai alat peraba saat bargerak atau

mencari makan (Khairuman, 2005).

5. Klasifikasi Ikan Tongkol (Euthynnus sp)

Kingdom : Animalia

Page 9: Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

Phylum : Chordata

Class : Pisces

Ordo : Percomorphi

Family : Scombridae

Genus : Euthynus

Spesies : Euthynnus sp.

Bentuk tubuh ikan tongkol seperti betuto dengan kulit yang licin .Sirip dada

melengkung ujungnya lurus dan pangkalnya sangat kecil.Ikan tongkol merupakan

perenang yang tercepat diantara ikan-ikan laut yang berangka tulang. Sirip-sirip punggung,

dubur, perut, dan dada pada pangkalnya mempunyai lekukan pada tubuh, sehingga sirip-

sirip ini dapat dilipat masuk kedalam lekukan tersebut sehingga dapat memperkecil daya

gesekan dari air pada waktu ikan tersebut berenang cepat dan dibelakang sirip punggung

dan sirip dubur terdapat sirip-sirip tambahan yang kecil-kecil yang disebut finlet (Cholik

2000). Ikan tongkol dapat mencapai ukuran panjang 60– 65 cm dengan berat 1.720 gr pada

umur 5 tahun. Panjang pertama kali matang gonad ialah 29-30cm. Ikan tongkol memiliki

10– 12 jari-jari sirip punggung,10– 13 jari-jari halus sirip punggung,10– 14 jari-jari halus

sirip dubur dengan warna punggung kebiru-biruan.Sebuah pola 15 garis-garis halus miring

hampir horisontal,garis bergelombang gelap di daerah scaleless diatas gurat sisi (linea

lateralis) bagian bawah agak putih (cerah), dada dan sirip perut ungu sisi bagian dalam

mereka hitam badan kuat memanjang dan bulat. Gigi kecil dan berbentuk kerucut dalam

rangkaian tunggal.Sirip dada pendek tapi mencapai garis vertikal melewati batas anterior

dari daerah scaleless atas corselet. Sebuah flap tunggal besar (proses interpelvic) antara

sirip perut tubuh telanjang kecuali untuk corselet yang dikembangkan dengan baik dan

sempit di bagian posterior (tidak lebih dari 5 skala yang luas di bawah asal-sirip punggung

Page 10: Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

kedua). Sebuah keel pusat yang kuat pada setiap sisi dasar sirip ekor-kecil antara 2 keel

(Cholik 2000).

6. Menurut Saanin (1984), ikan Kembung mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Percomorphi

Famili : Scombridae

Genus : Restrellinger sp

Spesies : Restrellinger sp.

Kembung merupakan ikan yang memiliki nilai komersil yang tinggi baik di bidang

berikanan tangkap dan rekreasi, namun permasalahan saat ini adalah eksploitasi yang tak

terkendali (Newman dkk 1996;. Kaunda-Arara dan Ntiba 1997; Marriott dan Mapstone

2006;. Amezcua et al 2006). Karena nilai perikanan yang tinggi, ada kekhawatiran tentang

laju ekpoitasi yang meningkat sehingga mengancam tingakt keberlangsungan populasi ikan

lutjanid. Perilaku agregatif dan distribusi terumbu karang berbasis membuat lutjanidae

sangat rentan terhadap eksploitasi (Baskoro et al, 2004).

7. Klasifikasi Ikan kurisin

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Ordo : Malacopterygii

Family : Notopterydae

Genus : Nemiterus

Page 11: Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

Spesies : Nemiterus nematophorus

Warna sangat bervariasi, seperti kemerah-merahan, kecoklat coklatan, merah

kekuningan ataupun kehijau-hiajuan.Sirip ekor bagian atas memanjang membentuk flagel

sedangkan pada sirip ekor bagian bawahnya tidak. Warna pada bagian atas kepala

kecoklatan, satu sampai tiga garis kuning membujur diatas garis rusuk, 7 sampai 9 pada

bagian bawah garis rusuk dan sebuah pita kuning sepanjang perut. Terdapat totol orange

atau merah terang dekat pangkal garis rusuk (linea lateral).Sirip dorsal berwarna merah,

dengan garis tepi berwarna kuning atau orange dengan satu pita kuning yang luas

sepanjang dasar sirip dorsal.(Sulistiawati, 2011).

8. Klasifikasi Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Kingdom : Animalia

Phylum : Chordata

Class : Pisces

Ordo : Malacopterygii

Family : Chanidae

Genus : Chanos

Spesies : Chanos chanos

Ikan bandeng dikenal sebagai ikan petualang yang suka merantau.Ikan bandeng ini

mempunyai bentuk tubuh langsing mirip terpedo, dengan moncong agak runcing, ekor

bercabang dan sisiknya halus.Warnanya putih gemerlapan seperti perak pada tubuh bagian

bawah dan agak gelap pada punggungnya (Mudjiman, 1998). Ciri umum ikan bandeng

adalah tubuh memanjang agak gepeng, mata tertutup lapisan lemak (adipase eyelid),

pangkal sirip punggung dan dubur tertutup sisik, tipe sisik cycloid lunak, warna hitam

Page 12: Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

kehijauan dan keperakan bagian sisi, terdapat sisik tambahan yang besar pada sirip dada

dan sirip perut. Bandeng jantan memiliki ciri-ciri warna sisik tubuh cerah dan mengkilap

keperakan serta memiliki dua lubang kecil di bagian anus yang tampak jelas pada jantan

dewasa (Hadie, 2000).

Habitat Ikan

Habitat ikan dibagi atas tiga tempat yaitu, di air tawar, di air laut dan di air

payau.Habitat air tawar dibagi atas dua yakni, habitat air tergenang dan habitat air

mengalir. Habitat air laut dibagi atas tiga lapisan zona yakni, zona epipelagik pada

permukaan laut sampai kedalaman 100 meter, zona eufotik pada kedalaman 100 meter

yang masih terjadi fotosintesis, zona mesopelagik pada kedalaman 100 m sampai 2000 m

dan zona batial pelagik pada kedalaman 2000 sampai 4000 m. sedangkan pada habitat

payau adalah badan – badan air dimana air tawar dari air sungai bercampur dengan air asin

dari laut (Fatkhomi, 2009).

1. Ikan Mas (Cyprinus carpio)

Menurut Asmawi (1986), ikan Mas adalah salah satu jenis ikan peliharaan yang

penting sejak dahulu hingga sekarang. Daerah yang sesuai untuk mengusahakan

pemeliharaan ikan ini yaitu daerah yang berada antara 150 – 600 meter di atas permukaan

laut, pH perairan berkisar antara 7-8 dan suhu optimum 20-25 oC. Ikan Mas hidup di

tempat-tempat yang dangkal dengan arus air yang tidak deras, baik di sungai danau

maupun di genangan air lainnya (Jeffri, 2010).

2. Ikan patin ( Pangasius sp )

Habitat ikan patin adalah di tepi sungai – sungai besar dan di muara – muara

sungai serta danau.Dilihat dari bentuk mulut ikan patin yang letaknya sedikit agak ke

bawah, maka ikan patin termasuk ikan yang hidup di dasar perairan.Ikan patin sangat

terkenal dan digemari olehmasyarakat karena daging ikan patin sangat gurih dan lezat

Page 13: Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

untuk dikonsumsi (Susanto Heru dan Khairul Amri, 1996). Patin dikenal sebagai hewan

yang bersifat nokturnal, yakni melakukan aktivitas atau yang aktif pada malam hari. Ikan

ini suka bersembunyi di liang – liang tepi sungai. Benih patin di alam biasanya

bergerombol dan sesekali muncul di permukaan air untuk menghirup oksigen langsung

dari udara pada menjelang fajar.Untuk budidaya ikan patin, media atau lingkungan yang

dibutuhkan tidaklah rumit, karena patin termasuk golongan ikan yang mampu bertahan

pada lingkungan perairan yang jelek.Walaupun patin dikenal ikan yang mampu hidup pada

lingkungan perairan yang jelek, namun ikan ini lebih menyukai perairan dengan kondisi

perairan baik (Kordi, 2005).

3. Ikan Nilem ( Osteochilus haselti )

Ikan Nilem banyak hidup di dareah sungai dan danau.Ikan nila sangat cocok

dengan dipelihara pada perairan yang tenang, kolam atau reservoir. Ikan nila merupakan

ikan tropis yang hidup pada perairan hangat yang berasal dari benua Afrika dan memiliki

sifat cepat tumbuh dan berkembang biak pada umur masih muda, sekitar 3.6 bulan. Ikan

nila akan mampu bertahan hidup pada air dengan salinitas 50 g/l dan tumbuh baik pada air

dengan salinitas 18ppt. sedangkan ikan nila dengan jenis Tilapia Aurea dan Tilapia

Nilotica akan berkembang biak dan tumbuh baik pada salinitas perairan berkisar 10-20 g/l

(Boya, 1990).

4. Ikan Lele (Clariias batrachus)

Lele mudah beradaptasi dengan lingkungan yang tergenang air. Bila sudah

dewasa, lele dapat beradaptasi pula pada lingkungan perairan yang mengalir. Parameter

kualitas air yang disukai oleh leleadalah brsuhu sedang (22–25 0C), keasaman (pH) normal

(6,5-7,5) kandungan oksigen cukup (<3> ) Menurut Najiyati (1992), lele termasuk ikan air

tawar yang menyukai genangan air yang tidak tenang. Di sungai-sungai, ikan ini lebih

banyak dijumpai di tempat-tempat yang aliran airnya tidak terlalu deras. Kondisi yang

Page 14: Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

ideal bagi hidup lele adalah air yang mempunyai pH 6,5-9 dan bersuhu 24–26 0C.

Kandungan O2 yang terlalu tinggi akan menyebabkan timbulnya gelembung-gelembung

dalam jaringan tubuhnya. Sebaliknya penurunan kandungan O2 secara tiba-tiba, dapat

menyebabkan kematiannya.

5. Ikan Tongkol (Euthynnus sp)

Ikan tongkol ditemukan pada kedalaman lebih dari 100 m. Ikan ini terdapat pada

lingkungan mencakup 100-330 m. Habitatnya di daerah karang dan area dasar berbatu-batu

dengan kedalaman minimal 100 m. Ikan ini ditemukan pada kedalaman 90-360 m. Ikan

tongkol terdapat pada kedalaman lebih dari 100 m (antara 100-600 m). Distribusi ikan

tongkol meliputi bagian utara sampai selatan Jepang, secara luas ditemukan di Indo-

Pasifik.Ikan ini penyebarannya selain di Indo-Pasifik juga terdapat di timur

Afrika.Kepulauan hawai, utara Ryukyu. Kepulauan Ogasawara, Australia Selatan dan

Atlantik Tenggara: Port Alfred, Afrika Selatan.

6. Ikan Kembung (Restrellinger sp)

Ikan kembung termasuk salah satu jenis ikan yang hidup dan banyak dijumpai di

perairan pantai, perairan karang, dan muara-muara sungai di seluruh di dunia terutama

pada daerah subtropics sehingga disebut juga sebagai ikan demersal (Manickchand, et al,

1996, McPherson, 1992). Michelle R. Heupel, et al, (2010) menemukan pada tujuh jenis

terumbu karang dapat dimanfaatkan oleh Restrellinger sp, dibandingkan dengan tingkat

variasi intrafamili pada sejarah hidup untuk beberapa spesies yang siap panen. Di Hawai

ikan kembung yang di introduksi pada tahun 1950an-1960an pada perairan dangkal dapat

hidup dan berkembang, dari tiga jenis kembung yang di introduksi dapat berkembang

dengan baik hingga saat ini (Randall, 1987). Daerah penyebaran kembung hampir di

seluruh Perairan Laut Jawa, mulai dari Perairan Bawean, Kepulauan Karimun Jawa, Selat

Sunda, Selatan Jawa, Timur dan Barat Kalimantan, Perairan Sulawesi, Kepulauan Riau.

Page 15: Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

Kelompok ikan dari famili Restrellinger pada umumnya menempati wilayah perairan

dengan substrat sedikit berkarang dan banyak tertangkap pada ke dalaman antara 40-70 m

terutama untuk yang berukuran besar, ikan muda yang masih berukuran kecil biasa

menempati daerah hutan bakau yang dangkal atau daerah-daerah yang banyak ditumbuhi

oleh rumput laut (Widodo et al., 1991 dalam Herianti dan Djamal, 1993).

7. Ikan Kurisi (Nemiterus nematophorus)

Ikan kurisi termasuk dalam jenis ikan demersal. Hal ini dicirikan dengan bentuk

mulut yang letaknya agak ke bawah dan adanya sungut yang terletak di dagunya yang

digunakan untuk meraba dalam usaha pencarian makanan, badan langsing dan padat

(compressiform ). Tipe mulut terminal dengan bentuk gigi kecil membujur dan gigi taring

pada rahang atas (kadang-kadang ada juga pada rahang bawah).Bagian depan kepala tidak

bersisik. Sisik dimulai dari pinggiran depan mata dan keping tutup insang. Sisik dibagian

badan lebih besar dan berbentuk seperti sisir dan kasar bila disentuh.Sebuah garis rusuk

(linea lateral) dengan satu sisik atau lebih.(Sulistiawati, 2011).

8. Ikan Bandeng (Chanos chanos)

Bandeng banyak dikenal orang sebagai ikan air tawar.Habitat asli ikan bandeng

sebenarnya di laut, tetapi ikan ini dapat hidup di air tawar maupun air payau.Ikan bandeng

hidup di Samudra Hindia dan menyeberanginya sampai Samudra Pasifik, mereka

cenderung bergerombol di sekitar pesisir dan pulau-pulau dengan koral.Ikan yang muda

dan baru menetas hidup di laut untuk 2 - 3 minggu, lalu berpindah ke rawa-rawa bakau,

daerah payau, dan kadangkala danau-danau. Bandeng baru kembali ke laut kalau sudah

dewasa dan bisa berkembang biak (Anonim, 2009).

Page 16: Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

III. Materi dan Metode

3.1 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum identifikasi ikan yaitu alat bedah, baki parafin,

jarum penusuk, kunci identifikasi, kamera dan pensil.

Bahan yang digunakan yaitu, ikan bandeng, ikan lele, ikan tongkol, ikan kurisi, ikan

patin, ikan mas, ikan kakap merah, dan ikan nilem.

3.2 Cara Kerja

ikan diletakan pada baki

parafin

sirip dan ekor diregangkan dan ditusuk dengan

jarum pentul

ikan di amati dan di identifikasi menurut

buku identifikasi

hasil identifikasi yang diketahui dicatat

Page 17: Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

IV. Hasil dan Pembahasan

4.1. Hasil Praktikum

No Gambar Klasifikasi

1

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Malacopterygii Family : Chanidae Genus : Chanos Spesies : Chanos chanos Nama local : Ikan Bandeng

Kingdom : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Pisces

Subkelas : Teleostei

Ordo : Percomorphi

Famili : Scombridae

Genus : Restrellinger sp

Spesies : Restrellinger sp.

Nama local: Ikan Kembung

3

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei

Ordo : Malacopterygii Family : Notopterydae Genus : Nemipterus Spesies : Nemipterus nematophorus Nama local : Ikan Kurisin

Page 18: Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

4

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi Family : Clariidae Genus : Clarias Spesies : Clarias batrachus Nama local: Ikan Lele

5

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi Famili : Cyprinidae Genus : Cyprinus Spesies : Cyprinus carpio Nama local : Ikan Mas

6

Kingdom : Animalia Filum : Chordata Kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi Family : Cyprinidae Genus : Osteochilus Spesies : Osteochilus haselti Nama local : Ikan Nilem

7

Kingdom : Animalia Filum : Chordata kelas : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Ostariophysi Famili : Pangasidae Genus : Pangasius Spesies : Pangasius sp. Nama lokal : Ikan patin

Page 19: Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

8

Kingdom : Animalia Phylum : Chordata Class : Pisces Subkelas : Teleostei Ordo : Percomorphi Family : Scombridae Genus : Euthynus Spesies : Euthynus sp. Nama local : Ikan Tongkol

4.2. Pembahasan

Secara garis besar ikan memiliki rangka yang terdiri dari tulang benar; tertutup

insang dan berasal dari subclass Teleostei.Berdasarkan hasil identifikasi dapat diketahui

bahwa ikan Bandeng memiliki nama ilmiah Chanos chanos. Berdasarkan buku identifikasi

pada saat praktikum dapat diketahui bahwa ikan bandeng bersisik, tidak bersungut, tidak

memiliki jari-jari keras pada sirip punggung, hal ini dapat diartikan bahwa ikan ini berasal

dari ordo Malacopterygii.Memiliki sirip dubur yang jauh dibelakang sirip punggung, ikan

ini berasal dari family Chanidae.Hasil terakhir dari identifikasi ikan bandeng ini adalah

sirip ekor panjang dan beragak kemudian keeping sebelah atas lebih panjang yang

mengartikan bahwa ikan ini dari genus Chanos. Selanjutnya ikan Kembung memiliki nama

ilmiah Restrellinger sp. Nama ilmiah ini bisa didapatkan setelah melalui beberapa tahap

identifikasi diantaranya sirip punggung dan dubur tidak panjang, ikan ini berasal dari ordo

Percomorphy. Berdasarkan bentuknya ikan ini berbentuk suatu V:15 yang berjari-jari

lemah, sirip ekor bercabang pada pangkalnya, dan terdapat sirip kecil dibelakang sirip

punggung serta terdapat sirip dubur, ikan ini berasal dari family Scombridae. Pada bagian

depan tulang mata banyak dan langit-langit tidak bergigi, sirip dubur tidak berjari-jari,

yang dapat dikatakan bahwa ikan ini berasal dari genus Restrellinger. Jenis ikan ketiga

yang teridentifikasi pada praktikum kali ini adalah ikan kurisi dengan nama ilmiah

Page 20: Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

Nemipterus nematophorus. Ikan ini bersisik, tidak bersungut, tidak berjari-jari keras pada

sirip punggung, ikan ini berasal dari ordo Malacopterygii.Pada bagian kepala, ikan ini

bersisik, perut tipis dan bergigi kembar yang dapat diartikan bahwa ikan ini berasal dari

family Notopterydae.Rahang tulang mata banyak dan langit tidak bergigi, ikan ini

termasuk genus Notopterus. Ikan ke empat yang dapat teridentifikasi adalah ikan Lele

dengan nama ilmiah Clariias batrachus. Ikan ini tidak bersisik, disekitar mulut terdapat

sungut, terdapat satu jari-jari yang mengeras pada sirip punggung, ikan ini berasal dari

ordo Ostariophysi.Sirip punggung berjari-jari banyak, memiliki sungut 4 pasang yang

dapat diartikan bahwa ikan ini berasal dari family Clariidae.Tidak bersirip lemak, sirip

punggung hampir bersambungan dengan sirip ekor, ini merupakan ciri dari genus Clariias.

Jenis ikan ke lima pada praktikum identifikasi ikan ini adalah ikan Mas dengan nama

ilmiah Cyprinus carpio. Penamaan ilmiah tersebut berasal dari beberapa tahapan identifikasi

diantaranya adalah ikan ini memiliki sungut di sekeliling mulutnya, terdapat empat jari-

jari yang mengeras pada bagian punggung, ikan ini dapat dikatakan bahwa berasal dari

ordo Ostariophysi. Duri tunggal atau berbelah melingkar ada di muka atau di bawah mata,

pinggir rongga mulut bebas, posisi mulut agak kebawah dan tidak pernah lebih dari sama

dengan 4 helai sungut, ikan ini berasal dari family Cyprinidae. Memiliki empat sungut, 3

garis gigi dan kerongkongan yang terbentuk geraham, ikan ini berasal dari genus

Cyprinus.Ikan nilem adalah jenis ikan ketujuh yang teridentifikasi pada praktikum

identifikasi ikan. Ikan ini memiliki nama ilmiah Osteochilus haselti. Ciri identifikasi yang

didapatkan adalah bersisik, terdapat sungut disekitar mulut, empat jari-jari yang mengeras

pada sirip punggung.Hasil ini menyatakan bahwa ikan ini berasal dari ordo Ostariophysi.

Duri tunggal atau berbelah melingkari ada di muka atau di bawah, pinggir rongga mata

bebas, posisi mata agak kebawah dan tidak pernah terdapat 4 helai sungut, ikan ini berasal

dari family Cyprinidae. Pada sirip punggung dengan 10-18 jari-jari lemah bercabang

Page 21: Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

adalah ciri genus Osteochilus.Ikan ketujuh yang teridentifikasi adalah ikan patin yang

memiliki nama ilmiah Pangasius sp. Ikan ini tidak bersisik, memiliki sungut disekitar

mulutnya dan memiliki satu jari-jari yang mengeras pada bagian punggung yang

menandakan bahwa ikan ini berasal dari ordo Ostariophysi. Lubang sungut pada ikan ini

sangat kecil, berpinggiran mata yang bebas dan sirip punggung kecil serta di hidungnya

memiliki sungut, ikan ini berasal dari family Pangasidae. Posisi lubang hidung dekat ke

yang depan dan diatas garis antara lubang hidung di depan mata. Mata sebagian dibawah

garis yang melewati sudut mulut yang dapat diartikan bahwa ikan ini berasal dari genus

Pangasius.Ikan terakhir yang teridentifikasi adalah ikan Tongkol dengan nama ilmiah

Euthynnus sp. Ciri-ciri nya adalah sirip punggung dan dubur tidak panjang yang

merupakan identitas dari ordo Percomorphy. Badan memiliki bentuk V:15 jari-jari lemah,

sirip ekor bercabang pada pangkalnya, sirip kecil dibelakang sirip punggung dan terdapat

sirip dubur, ikan ini berasal dari family Scombridae. Badan tidak bersisik, kecuali lapisan

daerah sirip dada, merupakan ciri dari genus Euthynnus

Page 22: Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

IV. PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai identifikasi dapat diambil

kesimpulan:

1. Pada praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat mengetahui mengenai identifikasi

spesies ikan yang di praktikan sebagai berikut. Secara umum semua ikan berasal

dari Kingdom Animalia, Filum Chordata dan Kelas pisces. Namun jika dilihat lebih

mengkerucut pada praktikum ini dapat diketahui bahwa, Ikan Patin merupakan

jenis ikan dari ordo Ostariophyri , family Pangasidae dan genus Pangasius. Ikan

Patin secara identifikasi memiliki nama ilmiah Pangasiussp. Ikan Lele, ikan Mas,

dan ikan Nilem berasal dari ordo yang sama, yakni berasal dari ordo Ostariophysi.

Ketiga spesies ini memiliki nama ilmiah, yakni ikan Lele ( Clariias batrachus ),

ikan Mas (Cyprinus carpio) dan ikan Nilem (Osteochilus haselti). Ikan Tongkol

dan ikan Kembung berasal dari ordo dan family yang sama yakni, ordo

Percimorphy dan family Scombridae. Ikan Tongkol memiliki nama ilmiah

(Euthynus sp) dan ikan Kembung memiliki nama ilmiah (Restrellinger sp). Ikan

Bandeng dengan ikan Kurisi berasal dari ordo yang sama yakni ordo

Malacopterygi. Ikan Bandeng memiliki nama ilmiah (Chanos chanos) dan ikan

Kurisi memiliki nama ilmiah (Nemiterus nematophorus).

5.2. Saran

Alat – alat praktikum diperlengkap. Fasilitas di laboratorium diperlengkap.

Page 23: Laporan Ikhtiologi : Acara 1 identifikasi ikan

DAFTAR PUSTAKA

Barus T.A dan Hesti wahyiningsih. 2006. Ikhtiologi. Usu-press, Medan

Boya, 1990.Anatomi.Yogyakarta : Kanisius

Fatkhomi. 2009.ekologi ikan. http://www.habitat-ikan09.pdf [30 september 2012].

Jeffri. 2010. Morfologi Ikan, Universitas Sriwijaya, Palembang.

Khairuman dan Suhenda D. 2002.Budidaya Ikan Patin Secara Intensif. Agromedia

Pustaka. Jakarta. 89 hal.

Najiyati, S. 1992. Memelihara Lele Dumbo di Kolam Taman. Penebar Swadaya. Jakarta.

Saanin 1984, Subagja Y. 2009. Fortifikasi ikan patin (Pangasius sp) [skripsi].Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Rahardjo.M.F dkk, 2011. Ikhtiology, Lubuk Agung, Jakarta.

Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan.

Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Rukmana R.1997.Ikan Nila.Budidaya dan Prospek Agribisnis.Kanisius. Yogyakarta

Rustidja. 2004. Pembenihan Ikan-Ikan Tropis. Fakultas Perikanan Universitas

Brawijaya. Malang.

Santoso. 1996. Budidaya Ikan Nila. Kanisius. Jakarta.

Sari, Citra. 2006. Kebiasaan Makan Ikan Lidah Di Perairan Ujung Pangkah Jawa

Timur.repositoryipb.ac.id [30 September 2012].

Wahyuningsih.H dan Barus. 2006. Ikhtiologi. Departemen Biologi FMIPA USU,

Medan.

.