Laporan Histologi

26
I. JUDUL PRAKTIKUM PENGAMATAN MORFOMETRI DAN HISTOLOGI SIRIP KAUDAL IKAN WADER PARI (Rasbora lateristriata Bleeker) MELALUI METODE PARAFIN DAN PEWARNAAN TULANG. II. LATAR BELAKANG Histologi berasal dari kata histo dan logos. Histo berarti jaringan dan logos berarti ilmu sehingga histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel, organ dan jaringan tubuh secara mikroskopik. Histologi sangat diperlukan dalam mempelajari struktur jaringan normal suatu organ atau alat tubuh lain baik struktur anatomi maupun fisiologi. Struktur jaringan normal atau abnormal dapat dipelajari dengan mikroskop dalam bentuk preparat jaringan. Preparat ini dibuat melalui proses pengolahan jaringan sampai didapatkan preparat yang telah diwarnai. Struktur histologi dapat terlihat dengan jelas sehingga memudahkan pembacaan jaringan. Pembuatan preparat sediaan histologi dilakukan melalui beberapa tahap yaitu persiapan, pengolahan, pengirisan dan pewarnaan jaringan. Ikan merupakan hewan air yang memiliki bentuk, ukuran dan warna yang berbeda tergantung dari spesies dan dimana dia hidup atau beradaptasi dengan lingkungannya. Ciri pada ikan berbeda-beda yang biasa disebut ciri morfometrik dan meristik. Ikan memiliki bentuk dan ukuran tertentu dan berbeda antara ikan yang satu dengan yang lain. Hal ini menunjukkan bahwa ada spesifikasi tertentu pada karakteristik, bentuk dan ukuran tubuh ikan di alam. Analisa 1

description

laporan praktikum

Transcript of Laporan Histologi

Page 1: Laporan Histologi

I. JUDUL PRAKTIKUM

PENGAMATAN MORFOMETRI DAN HISTOLOGI SIRIP KAUDAL IKAN WADER

PARI (Rasbora lateristriata Bleeker) MELALUI METODE PARAFIN DAN

PEWARNAAN TULANG.

II. LATAR BELAKANG

Histologi berasal dari kata histo dan logos. Histo berarti jaringan dan logos berarti

ilmu sehingga histologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sel, organ dan jaringan

tubuh secara mikroskopik. Histologi sangat diperlukan dalam mempelajari struktur

jaringan normal suatu organ atau alat tubuh lain baik struktur anatomi maupun fisiologi.

Struktur jaringan normal atau abnormal dapat dipelajari dengan mikroskop dalam bentuk

preparat jaringan. Preparat ini dibuat melalui proses pengolahan jaringan sampai

didapatkan preparat yang telah diwarnai. Struktur histologi dapat terlihat dengan jelas

sehingga memudahkan pembacaan jaringan. Pembuatan preparat sediaan histologi

dilakukan melalui beberapa tahap yaitu persiapan, pengolahan, pengirisan dan pewarnaan

jaringan.

Ikan merupakan hewan air yang memiliki bentuk, ukuran dan warna yang berbeda

tergantung dari spesies dan dimana dia hidup atau beradaptasi dengan lingkungannya. Ciri

pada ikan berbeda-beda yang biasa disebut ciri morfometrik dan meristik. Ikan memiliki

bentuk dan ukuran tertentu dan berbeda antara ikan yang satu dengan yang lain. Hal ini

menunjukkan bahwa ada spesifikasi tertentu pada karakteristik, bentuk dan ukuran tubuh

ikan di alam. Analisa morfometri merupakan suatu analisis atau pengamatan terhadap

morfologi ikan tersebut (Effendie, 1997).

Ikan wader secara umum tersebar hampir diseluruh wilayah Indonesia (Sumatera,

Jawa, Bali, Kalimantan, dan Lombok) sedangkan di negara lain juga banyak tersebar di

Asia seperti Malaysia, Filipina, Thailand, Vietnam, Kamboja, Brunei Darussalam, India

hingga disebagian Cina. Ikan wader termasuk dalam family Cyprinidae yang mempunyai

berbagai macam jenis. Diperkirakan di alam ini terdapat lebih dari seratus jenis spesies

wader dari sekitar belasan genus. Beberapa jenis ikan wader yang banyak dikenal adalah

wader pari (Rasbora lateristriata Bleeker).

Pada praktikum ini ikan wader yang digunakan adalah ikan wader pari (Rasbora

lateristriata Bleeker). namun salah satu ikan wader yang diamati memiliki kelainan pada

sirip kaudal sehingga perlu Pengamatan Morfometri Dan Histologi Sirip Kaudal Ikan

1

Page 2: Laporan Histologi

Wader Pari (Rasbora Lateristriata Bleeker) Melalui Metode Parafin Dan Pewarnaan

Tulang.

A. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada praktikum yang dilakukan ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana kondisi ikan wader pari yang dipotong sirip kaudalnya.

2. Bagaimana teknik pengamatan morfometri dan histologi sirip kaudal ikan Wader Pari

(Rasbora lateristriata bleeker) melalui metode parafin dan pewarnaan tulang.

B. Tujuan Praktikum

Tujuan dari praktikum ini adalah untuk mengetahui teknik pengamatan morfometri

dan histologi sirip kaudal ikan Wader Pari (Rasbora lateristriata bleeker) melalui metode

parafin dan pewarnaan tulang.

2

Page 3: Laporan Histologi

III. LANDASAN TEORI

A. Ikan Wader Pari (Rasbora lateristriata Bleeker)

Ikan wader pari (Rasbora lateristriata Bleeker) merupakan ikan air tawar yang

sering ditemukan hidup berkelompok di dasar sungai-sungai kecil berbatu yang berarus

sedang dengan kisaran suhu antara 22° - 24°C dan pH perairan anta ra 6,0 – 6,5 (Hartoto,

1986 cit. Hartoto & Mulyana, 1996; Froese & Pauly, 2010). Ikan tersebut memiliki sebaran

yang cukup luas di daerah tropis, terutama di kawasan Asia Tenggara. Kottelat et al. (1993)

menunjukkan bahwa Rasbora lateristriata di Indonesia tersebar di wilayah Sumatera,

Kalimantan, Jawa, Bali dan Lombok.

Wader mempunyai berbagai nama lokal, untuk daerah Jawa dikenal dengan

sebutan wader pari, lunjar pari atau lunjar andong, untuk daerah Betawi dikenal sebagai

cecerah atau ikan cere, untuk daerah Sunda dikenal sebagai paray, sedangkan untuk daerah

Sumatera dikenal sebagau pantau atau seluang dan di daearah Kalimantan dikenal sebagai

seluang. Dalam bahasa inggris, ikan ini dikenal sebagai silver rasbora, sedangkan dalam

bahasa Malaysia disebut juga sebagai bunting, londoi, seluang atau wader pari

(Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2010).

Beberapa ikan pari wader di wilayah tertentu memilih memijah pada saat musim

penghujan dikarenakan pada waktu tersebut kondisi lingkungan atau perairan bersih, jernih

serta segar, suhu air yang cukup rendah, tinggi permukaan air yang rendah, dan arus yang

tidak terlalu cepat, hal ini lah yang menjadi faktor ikan wader pari untuk melakukan

pemijahan. Pemijahannya membutuhkan kondisi kualitas air yang sesuai, umumnya terjadi

pada musim pancaroba. Wader pari akan memilih pasangan mijah yang sesuai dan

pemijahan terjadi selama beberapa hari. Telur yang telah dibuahi diletakkan di atas

substrat atau melekat pada tumbuhan air dan akan menetas menjadi larva setelah 24- 30

jam (Sterba, 1989).

Ahmad dkk, 2011 menyatakan secara morfologi ikan ini mudah dikenal dari bentuk

badan yang panjang dan agak pipih pada bagian perutnya sedang bagian punggungnya

menggembung. Mulutnya menengadah dengan celah tidak terlalu panjang, Badannya pada

bagian punggung berwarna agak hitam mengkilat, bersisik kehitaman yang menutupi

bagian atas badannya. Separuh yang bagian bawah badannya berwarna agak cerah dan di

dalam air agak mengkilat keperakan. Pada bagian samping tubuhnya dengan jelas terdapat

garis hitam tebal mulai dari tutup insang sampai ke permukaan ekornya. Ikan tersebut

3

Page 4: Laporan Histologi

memiliki gurat sisi yang lengkap dengan 29 - 33 sisik berpori hingga mencapai ekor

dengan 7 baris sisik antara gurat sisi dengan pertengahan batang ekor (caudal peduncle).

Tepi sirip ekor wader pari berwarna kehitaman (Kottelat dkk., 1993).

Ikan wader pari merupakan salah satu jenis ikan yang ditemukan di sungai

Ngrancah yang mengalir dari lereng Gunung Turgo menuju Waduk Sermo. Sungai tersebut

membentuk Daerah Aliran Sungai (DAS) Ngrancah yang merupakan daerah tangkapan

hujan (catchment area) bagi Waduk Sermo yang meliputi areal seluas 19,3106 km2 di

Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta (Suharno, 1999). Ikan wader pari

merupakan alternatif sumber protein yang penting bagi masyarakat sekitar sebagai ikan

konsumsi dengan cita rasa daging yang lezat (Djumanto et al., 2008).

B. Pewarnaan Tulang

Tulang merupakan komponen utama dalam kerangka tubuh. Tulang merupakan

bentuk khusus dari jaringan penyambung padat, tulang membantu rangka tubuh dengan

kekuatan yang penting untuk fungsinya sebagai perlekatan otot serta penyokong tubuh

melawan gravitasi (Subowo, 1992).

Pembentukan tulang terjadi dengan dua cara. Cara pertama yaitu osifikasi intra

membran (membranous) di mana tulang terbentuk melalui konversi langsung dari jaringan

mesenkim menjadi jaringan tulang. Atau dapat dikatakan pembentukan tulang dengan jalan

transformasi jaringan pengikat fibrosa. Cara yang kedua yaitu osifikasi endokondral, yakni

pembentukan tulang di mana sel-sel mesenkim berdiferensiasi terlebih dahulu menjadi

kartilago (jaringan rawan) kemudian berubah menjadi jaringan tulang (Junquiera and

Carneiro, 1982).

C. Metode Parafin

Metode paraffin merupakan cara pembuatan preparat permanen dengan

menggunakan paraffin sebagai media embedding dengan tebal irisan kurang lebih

mencapai 6 µm-8 µm. Metode in imemiliki irisan yang lebih tipis dibandingkan dengan

menggunakan metode beku atau metode seloidin yang tebal irisannya kurang lebih

mencapai 10 µm. Prosesnya juga jauh lebih cepat dibandingkan metode seloidin. Selain itu

metode parafin juga memiliki kejelekan yaitu jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah

patah, jaringan-jaringan yang besar menjadi tidak dapat dikerjakan, dan sebagian besar

enzim-enzim akan larut karena menggunakan metode ini (Gunarso 1986).

4

Page 5: Laporan Histologi

Metode parafin memiliki langkah-langkah penting dalam metode ini antara lain

fiksasi, pencucian, dehidrasi, penjernihan, embedding, penyayatan (section), penempelan,

pewarnaan, dan penutupan. Larutan fiksasi yang digunakan untuk proses fiksasi adalah

larutan Bouine. Larutan fiksasi ini merupakan larutan yang mampu bereaksi dan menandai

suatu sel dengan spesimen diiris setipis mungkin. Hal ini sangat mendukung laju fiksasi

dalam sel (Dasumiati 2008).

Kualitas preparat skeleton dipengaruhi oleh tahap-tahap yang dilakukan

diantaranya yaitu tahap pencucian, pada proses inilah yang membedakan pembuatan

preparat pada tumbuhan dan hewan, jika pada tumbuhan dapat hanya menggunakan

aquadest namun pada hewan harus digunakan larutan khusus, hal ini dikarenakan jaringan

hewan lebih cepat mengalami dehidrasi yang merusak jaringan, sehingga perlu secepat

mungkin dimasukan ke dalam larutan fisiologis sebagai fiksasi sementara.

Fiksasi merupakan suatu proses yang sangat penting, hal ini dikarenakan proses ini

berfungsi untuk mempertahankan jaringan atau struktur yang lainya agar tidak mengalami

perubahan. Menurut pendapat Kurniawan (2010) bahwa fiksasi berfungsi untuk

mempertahankan bentuk jaringan sedemikian rupa sehingga perubahan-perubahan bentuk

atau struktur sel atau jaringan yang mungkin terjadi hanya sekecil mungkin. Selain itu

fiksasi berguna untuk meningkatkan indeks bias jaringan sehingga jaringan dapat terwarnai

dengan baik. Hal ini karena proses fiksasi dengan membunuh sel tanpa mengubah posisi

organel yang ada di dalamnya, dan juga untuk menghilangkan air yang ada dalam sel dan

memperoleh hasil yang sempurna pada proses infiltrasi dan juga agar alkohol tersebut

dapat menyerap air sedikit demi sedikit supayadapat menjaga agar tidak terjadi perubahan

yang tiba-tiba terhadap jaringan.

D. Morfometri

Morfometri adalah suatu studi yang bersangkutan dengan variasi dan perubahan

dalam bentuk (ukuran dan bentuk) dari organisme, meliputi pengukuran panjang dan

analisis kerangka suatu organisme. Studi morfometri didasarkan pada sekumpulan data

pengukuran yang mewakili variasi bentuk dan ukuran ikan. Dalam biologi perikanan

pengukuran morfologi (analisis morfometrik) digunakan untuk mengukur ciri-ciri khusus

dan hubungan variasi dalam suatu taksonomi suatu stok populasi ikan. Variasi morfometri

suatu populasi pada kondisi geografi yang berbeda dapat disebabkan oleh perbedaan

struktur genetik dan kondisi lingkungan. Oleh karena itu sebaran dan variasi morfometri

5

Page 6: Laporan Histologi

yang muncul merupakan respon terhadap lingkungan fisik tempat hidup spesies tersebut

(Effendi, 2004).

Morfometrik merupakan salah satu cara untuk mendeskripsikan jenis ikan dan

menentukan unit stok pada suatu perairan dengan berdasarkan atas perbedaan morfologi

spesies yang diamati. Pengukuran morfometrik dapat dilakukan antara lain panjang

standar, moncong atau bibir, sirip punggung, atau tinggi batang ekor (Rahmat, 2011).

Morfometrik adalah ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh ikan

(measuring methods). Ukuran ikan adalah jarak antara satu bagian tubuh ke bagian tubuh

yang lain. Karakter morfometrik yang sering digunakan untuk diukur antara lain panjang

total, panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar badan, tinggi dan panjang sirip, dan

diameter mata (Hubbs dan Lagler, 1958; Parin, 1999).

6

Page 7: Laporan Histologi

IV. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan tempat penelitian

Praktikum ini dilakukan di Laboratorium Histologi Fakultas Biologi UGM.

Percobaan dilakukan pada tanggal 24 Desember 2014 – 08 Januari 2015.

B. Alat dan Bahan yang digunakan:

1. Alat dan Bahan yang digunakan pada pengamatan morfometri adalah:

- Ikan wader 6 ekor

- Pisau potong/gunting

- Alkohol

- Akuarium

- Aerator

- Penggaris

- Petri disk

- Kamera

- mikroskop

2. Alat dan Bahan yang digunakan pada pewarnaan tulang ikan wader jenis

normal dan tidak normal dengan pewarnaan ARAB adalah:

- Ikan wader jenis normal dan tidak normal

- Alkohol 96%

- Larutan KOH 0,25 % dan 0,125%

- Larutan gliserin

- Pewarna ARAB

- akuades

- Botol flakon

3. Alat dan Bahan yang digunakan pada metode parafin adalah:

- Ikan wader

- Larutan Alkohol

- Larutan Toluol

- Larutan Boin

- Holder

- Hematoxcilin eosin

- Mikrotom

7

Page 8: Laporan Histologi

- parafin

- Larutan meyer albumn

C. Cara Kerja

1. Cara kerja pada pengamatan morfometri ikan wader normal yang

dipotong sirip kaudalnya adalah:

Ikan wader jenis normal diambil sebanyak 6 ekor

3 ekor ikan wader dipotong sirip kaudalnya dengan full cutting,

dan 3 ekor lainnya dipotong sirip kaudalnya dengan particular

cutting.

3 ekor ekor ikan wader dipotong yang sirip kaudalnya dengan

full cutting dipelihara di akuarium A, sedangkan 3 ekor lainnya

yang dipotong sirip kaudalnya dengan particular cutting

dipelihara di akurium B selama 20 hari.

Setiap 5 hari sekali masing-masing ikan diamati mormometri

dan struktur sirip kaudalnya dengan difoto.

2. Cara kerja pada pewarnaan tulang ikan wader jenis normal dan tidak

normal dengan pewarnaan ARAB adalah:

Ikan wader jenis normal dan tidak normal diambil masing-

masing sebanyak 3 ekor

Ikan wader dianestesi dengan direndam dalam suhu dingin (es

batu)

Ikan wader difiksasi dengan menggunakan alkohol 96% selama

3 hari

Ikan wader direndam dalam pewarnaan Alizzarin red dan

Alcian blue selama 3 hari sampai terwarnai sempurna

Sampel dicuci sampai bersih dengan akuades

Sampel direndam dalam KOH 0,25 %, kemudian KOH 0,125%

sampai sampel terlihat bening/transparan.

Setelah terlihat transparan, sampel disimpann dalam

rendaman larutan gliserin : KOH 0,125 % sebanyak 1:1.

8

Page 9: Laporan Histologi

Sampel diamati dengan difoto, warna merah menunjukkan

tulang, warna biru menujukkan tualng kartilago, sedangkan

warna transparan menunjukkan otot.

3. Cara kerja pada pembuatan preparat histologis ikan wader jenis normal

dan tidak normal dengan metode parafin adalah:

Ikan wader jenis normal dan tidak normal dianestesi dalam

rendaman air es.

Sampel difikasi dalam larutan Bouin selama 24 jam.

Ikan wader jenis normal dan tidak normal dipotong pada bagian

kaudalnya.

Sampel diwashing dengan alkohol 70% sampai warnanya

jernih.

Sampel didekalsifikasi selama 2 hari

Sampel didehidrasi dengan menggunakan alkohol bertingkat

- Alkohol 70 % 2 x 30 menit

- Alkohol 80% 2 x 30 menit

- Alkohol 90% 2 x 30 menit

- Alkohol 96% 1 x 30 menit

- Alkohol absolut 1 x 30 menit

Sampel diclearing dalam rendaman toluol selama 24 jam

Sampel diinfiltrasi dalam parafin dengan suhu 56 derajat

- Parafin : toluol 1:1 selama 30 menit

- Parafin 1 selama 50 menit

- Parafin 2 selama 50 menit

- Parafin 3 selama 50 menit

Sampel diembedding dalam parafin murni

Setelah membeku, sampel ditriming lalu ditempel pada holder

Sampel dipotong/section dengan menggunakan mikrotom

dengan tebal irisan 6 mikron.

Hasil potongan/pita di afixing diatas gelas benda yang telah

ditetesi meyer albumn, kemudian dipanaskan diatas hot plate

sampai kering

9

Page 10: Laporan Histologi

Dilakukan pewarnaan dengan hematoxcilin eosin

Dilakukan mounting

Preparat diamati dibawah mikroskop.

10

Page 11: Laporan Histologi

VIII. HASIL DAN PEMBAHASANA. Pengamatan morfometri ikan wader yang dipotong sirip kaudalnya

Morfometri adalah suatu studi yang bersangkutan dengan variasi

dan perubahan dalam bentuk (ukuran dan bentuk) dari organisme,

meliputi pengukuran panjang dan analisis kerangka suatu organisme.

Morfometri merupakan suatu analisis atau pengamatan terhadap

morfologi ikan. Ikan memiliki bentuk dan ukuran tertentu dan berbeda

antara ikan yang satu dengan ikan yang lain. Hal tersebut menunjukkan

bahwa ada spesifikasi karakteristik, bentuk dan ukuran ikan yang hidup

di alam ini. Turan (1998) menyebutkan bahwa studi morfometri

didasarkan pada sekumpulan data pengukuran yang mewakili variasi

bentuk dan ukuran ikan. Setiap ikan mempunyai ukuran yang berbeda-

beda, tergantung pada umur, jenis kelamin, dan keadaan lingkungan

hidupnya. pengamatan morfometri pada praktikum ini menggunakan

teknik estimasi photo yaitu dengan meletakkan wadah yg dibawahnya

ada kertas pengukur agar ikan tidak stres atau mati.

11

A

B

C

Page 12: Laporan Histologi

Gambar 1: Ikan Wader yang dipotong Sirip Kaudalnya secara keseluruhan dari hari ke-1

sampai hari ke-16.

Pada Gambar 1 terlihat sirip kaudal yang telah dipotong utuh

siripnya kembali tumbuh hingga hari ke-16, hal ini menunjukkan adanya

stem sel pada bagian kaudal ikan tersebut sehingga terjadinya

regenerasi. Menurut Kimbal (1993), regenerasi terjadi melalui beberapa

tahapan, yaitu :

1. Luka akan tertutup oleh darah yang mengalir, lalu membeku

membentuk scab yang bersifat sebagai pelindung.

2. Sel epitel bergerak secara amoeboid menyebar di bawah permukaan

luka, di bawah scab. Proses ini membutuhkan waktu selama dua

hari, dimana pada saat itu luka telah tertutup oleh kulit.

3. Diferensiasi sel-sel jaringan sekitar luka, sehingga menjadi bersifat

muda kembali dan pluripotent untuk membentuk berbagai jenis

jaringan baru. Matriks tulang dan tulang rawan akan melarut, sel-

selnya lepas tersebar di bawah epitel. Serat jaringan ikat juga

berdisintegrasi dan semua sel-selnya mengalami diferensiasi.

Sehingga dapat dibedakan antara sel tulang, tulang rawan, dan

jaringan ikat. Setelah itu sel-sel otot akan berdiferensiasi, serat

miofibril hilang, inti membesar dan sitoplasma menyempit.

4. Pembentukan kuncup regenerasi (blastema) pada permukaan bekas

luka. Pada saat ini scab mungkin sudah terlepas. Blastema berasal

dari penimbunan sel-sel diferensiasi atau sel-sel satelit pengembara

yang ada dalam jaringan, terutama di dinding kapiler darah. Pada

saatnya nanti, sel-sel pengembara akan berproliferasi membentuk

blastema.

5. Proliferasi sel-sel berdiferensiasi secara mitosis, yang terjadi secara

serentak dengan proses dediferensiasi dan memuncak pada waktu

blastema mempunyai besar yang maksimal dan tidak membesar

lagi.

12

D

Page 13: Laporan Histologi

6. Rediferensiasi sel-sel dediferensiasi, serentak dengan berhentinya

proliferasi sel-sel blastema tersebut. Sel-sel yang berasal dari

parenkim dapat menumbuhkan alat derifat mesodermal, jaringan

saraf dan saluran pencernaan. Sehingga bagian yang dipotong akan

tumbuh lagi dengan struktur anatomis dan histologis yang serupa

dengan asalnya.

B. Pewarnaan tulang ikan Wader dengan pewarnaan ARAB

Pewarnaan tulang menggunakan pewarna ARAB ( Alezarin Red Alcian Blue) untuk

mewarnai tulang yg mengalami kalsifikasi. AR untuk mewarnai tulang rawan, sedangkan

AB untuk mewarnai tulang sejati. Hasil dari pewarnaan akan menghasilkan warna merah

tua dan biru karena zat warna yang diberikan terikat oleh kalsium pada matriks tulang.

Praktikum ini menggunakan beberapa larutan yang memiliki fungsinya masing-masing.

Larutan Alkohol yang digunakan berfungsi sebagai fiksatif, larutan KOH berfungsi untuk

membuat otot menjadi transparan sehinga skeletonnya terlihat jelas dan larutan ARAB

digunakan sebagai pewarna skeleton.

Gambar 2: Tulang yang diwarnai dengan larutan ARAB.

Sebelum pewarnaan dilakukan sisik ikan dilepas agar larutan fiksatif lebih mudah

masuk, kemudian difiksasi dalam alkohol aboulut selama 3 hari. Perendaman dengan

alkohol ini bertujuan untuk menghilangkan air dalam jaringan. Selanjutnya ikan direndam

dalam pewarnaan Alizzarin red dan Alcian blue selama 3 hari sampai terwarnai sempurna.

Setelah itu ikan tersebut terwarnai kemudian dicuci dengan menggunakan akuades sampai

bersih dan selanjutnya direndam dalam KOH 0,25 %, kemudian KOH 0,125% sampai

sampel terlihat transparan.

13

Page 14: Laporan Histologi

Perendaman dengan KOH ini bertujuan untuk membuat otot atau jaringan selain

jaringan tulang terlihat transparan. Akan tetapi, perendaman yang dilakukan terlalu lama

mengakibatkan jaringan otot ikan wader menjadi lunak dan hancur, seperti terlihat pada

(gambar 2). Selain itu, pada gambar dilihat bahwa pada bagian sirip ekor ikan wader

terdapat tulang rawan yang ditandai dengan warna kemerahan dan terdapat abnormalitas

ikan wader jika dilihat pada struktur tulang ikan wader yang terlihat pada gambar 3

Gambar 3: Kelainan bentuk tulang pada ikan wader yang tidak normal.

C. Pembuatan preparat histologis ikan wader jenis normal dan tidak normal dengan metode parafin.

Metode parafin adalah suatu cara pembutan sediaan baik itu

tumbuhanataupun hewan dengan menggunakan parafin. Kebaikan-

kebaikan metode ini ialahirisan jauh lebih tipis dari pada menggunakan

metoda beku atau metoda seloidin. Dengan metoda beku, tebal irisan

rata-rata diatas 10 mkron, tapi dengan metode parafin tebal irisan

dapat mencapai rata-rata 6 mikron. Irisan-irisan yang bersifatseri dapat

dikerjakan dengan mudah bila menggunakan metode ini.Kelemahan dari

metode ini ialah jaringan menjadi keras, mengerut dan mudah patah.

Jaringan-jaringan yang besar tidak dapat dikerjakaan, bila

menggunakanmetode ini. Sebagian besar enzim-enzim yang terdapat

pada jaringan akan larut dengan menggunakan metode ini.

Menurut Panigoro (2007), pengamatan histologi jaringan atau organ pada ikan,

harus melalui beberapa proses pembuatan. Persiapan preparat jaringan meliputi tahap

fiksasi, pelabelan spesimen, refiksasi dan dekalfikasi. Selanjutnya, pengolahan jaringan

dilakukan dengan tahap dehidrasi, penjernihan, penyusupan parafin, dan pembuatan blok.

Jaringan berparafin dalam bentuk blok yang akan dibuat irisan tipis jaringan dengan

mikrotom sehingga menjadi preparat yang dapat diwarnai dengan beberapa jenis

14

Page 15: Laporan Histologi

pewarnaan jaringan seperti pewarnaan hematoksilin - eosin, Giemsa, Ziehl - Neelsen dan

lain-lain. Preparat yang telah diwarnai dapat diamati struktur jaringannya dengan

mikroskop. Pengamatan struktur jaringan dilakukan dengan membandingkan struktur

tersebut dengan dengan struktur jaringan normal.

Pada saat fiksasi larutan yang digunakan adalah larutan Bouin, keuntungan

penggunaan bouin karena bouin memiliki warna kuning, sehingga saat wahing dilakukan

dapat diketahui preparatnya sudah bersih atau belum yaitu dengan melihat warna preparat

tersebut. selanjutnya keuntungan menggukan bouin yaitu infiltrasi yg dimiliki bouin lebih

baik daripada formalin dalam hal waktu karena jika penetrasinya lambat maka

kemungkinan preparat tersebut sudah mengalami autolisis.

Selanjutnya tahap dehidrasi, dehidrasi dilakukan setelah fiksasi dengan tujuan

untuk mengeluarkan air dari jaringan, ini merupakan prinsip dari teknik parafin yaitu air

dikeluarkan dan diganti dengan parafin sehingga blok jaringan mudah dipotong, ini

dilakukan 2 tahap yakni dehidrasi dan penjernihan. Proses dehidrasi dilakukan dengan

memasukkan jaringan yang sudah difiksasi kedalam larutan alkohol berturut-turut dari

kadar 70% sampai 100%.

Selanjutnya dilakukan proses clearing untuk memungkinkan paraffin dapat masuk

ke dalam sel. Clearing atau dealkoholisasi ini dapat menggunakan toluol. Proses clearing

dapat dilakukan selama 24 jam.

Embedding dilakukan dengan membuat kotak kertas. Beberapa keuntungan

menggunakan kotak kertas yaitu bisa membuat arah sayatan dan menandai jaringan. Saat

infiltrasi jaringan kedalam parafin sebaiknya dilakukan didalam oven karena transisi antara

toluol ke parafin akan menyebabkan pembekuan. jika dilihat secara makro mungkin tidak

kelihatan, namun secara mikro partikelnya akan ada pembatas sehingga hasilnya akan ada

rongga atau celah yg kosong dan ketika dilakukan pemotongan akan adanya terlihat rongga

yang menyebabkan preparatnya lepas karena tidak tersokong parafin dengan baik.

Jaringan yang telah selesai dilakukan proses infiltrasi, kemudian ditanam dalam

balok dengan ukuran disesuaikan dengan ukuran jaringan. Jaringan dari parafin 3 murni

ditempatkan di dalam wadah berbentuk balok kemudian wadah tersebut diisi penuh dengan

parafin murni sampai penuh. Kemudian organ yang telah ditanam dibiarkan mengeras

selama 1 hari atau dapat disimpan di dalam lemari pendingin (Suntoro, 1983).

Tahap selanjutnya yang dilakukan adalah pewarnaan, Berdasarkan jumlah zat

warna yang digunakan, ada 4 macam cara pewarnaan yaitu pewarna tunggal, pewrna

15

Page 16: Laporan Histologi

rangkap dua, pewarna rangkap tiga, dan pewarna rangkap empat. Pewarna tunggal adalah

pewarna yang hanya menggunakan satu macam zat warna saja, misalnya pewarna gentiana

violet untuk melihat adanya polisakarida sulfat ester dan hyaluric acid. Pewarna rangkap

dua ialah pewarnaan yang menggunakan dua macam zat warna, misalnya pewarnaan

hematoxylin-eosin. Pewarna rangkap tiga adalah pewarnaan dengan tiga jenis zat warna,

misalnya Mallory Triple Stain terdiri dari zat warna acid fuchsin, aniline blue, dan orange

G. Pewarna rangkap empat jarang digunakan (Suntoro, 1983).

Hasil pewarnaan hematoksilin dan eosin dapat dilihat pada (Gambar 4) berikut ini :

Gambar 4: Preparat histologi sirip kaudal Wader Pari yang tidak normal

Dari hasil pewarnaan yang dilakukan pada jaringan otot rangka ikan terlihat dengan

jelas bahwa inti sel berwarna biru sedangkan otot berwarna merah muda sampai merah.

Proses pembiruan dalam hematoksilin akan merubah warna merah kecoklatan dari

hematoksilin menjadi biru kehitaman, dimana akan terlihat lebih jelas setelah dilakukan

counter stain dengan eosin yang berwarna merah menjadi merah muda. Proses ini akan

terjadi dalam air mengalir yang bersifat alkali.

Alat khusus untuk mendapat sayatan-sayatan jaringan yang cukup tipis agar dapat

diamati dengan mikroskop adalah mikrotom. Syarat memperoleh hasil sayatan yang baik

adalah dengan mempersiapkan jaringan yang akan disayat dengan sempurna, penggunaan

pisau yang tajam dan teknik pengoperasian alat harus terampil.

16

Page 17: Laporan Histologi

V. KESIMPULAN

Adapun Kesimpulan yang dapat diamabil dari praktikum ini adalah:

1. Sirip kaudal yang telah dipotong utuh siripnya kembali tumbuh

hingga hari ke-16, hal ini menunjukkan adanya stem sel pada

bagian kaudal ikan tersebut sehingga terjadinya regenerasi.

2. Pewarnaan tulang dilakukan dengan teknik pewarnaan ARAB (alizarin red dan alcian

blue), Larutan Alkohol yang digunakan berfungsi sebagai fiksatif, larutan KOH

berfungsi untuk membuat otot menjadi transparan sehinga skeletonnya terlihat jelas

dan larutan ARAB digunakan sebagai pewarna skeleton.

3. Perparat histologi dibuat berdasarkan beberapa tahapan meliputi: fiksasi, washing,

dehidrasi, clearing, impregnasi, embedding, cutting, dan staining.

4. Keuntungan penggunaan bouin karena bouin memiliki warna kuning, sehingga saat

wahing dilakukan dapat diketahui preparatnya sudah bersih atau belum yaitu dengan

melihat warna preparat tersebut.

5. Saat infiltrasi jaringan kedalam parafin sebaiknya dilakukan didalam oven karena

transisi antara toluol ke parafin akan menyebabkan pembekuan. jika dilihat secara

makro mungkin tidak kelihatan, namun secara mikro partikelnya akan ada pembatas

sehingga hasilnya akan ada rongga atau celah yg kosong dan ketika dilakukan

pemotongan akan adanya terlihat rongga yang menyebabkan preparatnya lepas karena

tidak tersokong parafin dengan baik.

17

Page 18: Laporan Histologi

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Muchtar, Nofrizal, 2011. Pemijahan dan Penjinakan Ikan Pantau (Rasbora latestriata). Jurnal Perikanan dan Kelautan 16,1 (2011): 71-78. Universitas Riau.

Dasumiati. 2008. Diktat Kuliah Mikroteknik. Prodi Biologi Fakultas Sains dan Teknologi UIN Syarif Hidayatullah. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah Press

Djumanto, E. Setyobudi, A. A. Sentosa, R. Budi and N. C. I. Nerwati. 2008. Reproductive Biology of the Yellow Rasbora (Rasbora lateristriata) Inhabitat of the Ngrancah River, Kulom Progo Regency. Journal of Fisheries Sciences Volume X(2): 261-275.

Effendi, I. 2004. Biologi Perikanan. Penebar Swadaya. Jakarta.

Effendie, M. I. 1997. Biologi perkanan. Yayasan Pustaka nusantara. Yogyakarta. 163 hal.

Gunarso W. 1986. Pengaruh Dua Jenis Cairan Fiksatif yang Berbeda pada Pembuatan Preparat dari Jaringan Hewan Dalam Metoda Mikroteknik Parafin. Bogor: IPB Press.

Hartoto, D.I. dan E. Mulyana. 1996. Hubungan Parameter Kualitas Air dengan Struktur Ikhtiofauna Perairan Darat Pulau Siberut. Oseanologi dan Limnologi di Indonesia 1996 No. 29: 41- 55.

Hubbs dan Lagler, 1958 ; Parin, 1999. Ichthyologi I. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Junquiera, L. C. and J. Carneiro. 1982. Histologi Dasar Edisi 3. Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Kimball, John W. 1993. Biologi Edisi Kelima Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus-EMDI, Hongkong. 289p.

Kurniawan, Wahyu. 2010. Pembuatan Sediaan Irisan Jaringan Hewan Dengan Metode Parafin. Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat.

Panigoro, N., A. Indri., B. Meliya., Salifira., D.C. Prayudha., dan W. Kunika. 2007. Teknik Dasar Histologi dan Atlas Dasar – dasar Histopatologi Ikan. Balai Budidaya Air Tawar dan Japan International Coperation Agency (JICA). Jambi.

Rahmat, E. 2011. Teknik Pengukuran Morfometrik pada Ikan Cucut di Perairan Samudera Hindia. Balai Riset Perikanan Laut .Jakarta.

Sterba, G. 1989. Freshwater Fishes of The World. Volume I. Falcon Books, New Delhi.

18

Page 19: Laporan Histologi

Subowo. 1992. Histologi Umum. Bumi Aksara , Jakarta.

Suharno. 1999. Arahan Pengelolaan Lahan Dalam Rangka Konservasi Daerah Aliran Sungai Ngrancah Kabupaten Kulon Progo. Program Magister Perencanaan Wilayah dan Kota, Program Pascasarjana, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Tesis. 136p.

Suntoro, Handari. 1983. Metode Pewarnaan. Bhratara Karya Aksara. Jakarta. Hal 221-233.

Turan, C. 1998. A Note on The Examination of Morphometric Differentiation Among Fish Populations: The Truss System. Journal of The University of Mustafa Kemal, Faculty of Fisheries, Hatay-Turkey

19