Laporan Gizi Dtp Cililin

19
PENDAHULUAN Sejak tahun 2004, berbagai masalah kesehatan masyarakat termasuk gizi buruk meningkat di Indonesia. Masalah gizi buruk muncul pertama kali di Propinsi Nusa Tenggara Barat yang sampai saat ini jumlah penderitanya mencapai 2316 orang. Kemudian sampai saat ini peningkatan kasus gizi buruk telah dilaporkan oleh 29 Propinsi. Dengan peningkatan yang signifikan kita yakini bahwa masalah gizi merupakan masalah kesehatan yang mau tidak mau perlu mendapat perhatian besar dari semua kalangan masyarakat dan pemerintah. Masalah gizi buruk banyak dijumpai pada Balita Indonesia yang mana merupakan usia yang sangat rentan. Hal ini mungkin disebabkan karena Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi yang berkepanjangan yang menurunkan perhatian masyarakat terhadap pembangunan kesehatan yang jelas mempengaruhi status gizi balita dan secara tidak langsung meningkatkan kasus KEP atau gizi buruk. Gizi buruk pada bayi dan balita dapat menyebabkan timbulnya gangguan pertumbuhan fisik termasuk otak yang dapat mempengaruhi kecerdasan. Yang menyebabkan kualitas sumber daya masyarakat Indonesia menurun bahkan dapat mengakibatkan hilangnya generasi yang berpengaruh terhadap kualitas atau kemajuan bangsa. Penanggulangan masalah gizi buruk tidak cukup dari aspek kesehatan saja tetapi dengan pendekatan yang menyeluruh oleh semua pihak baik keluarga, masyarakat, pemerintah maupun pelaku ekonomi. Untuk mencegah dan menanggulangi KEP diperlukan dukungan dan kerjasama lintas program, lintas sektor dan masyarakat dan Puskesmas sebagai 1

description

ihhnnkmnbguybijn

Transcript of Laporan Gizi Dtp Cililin

Page 1: Laporan Gizi Dtp Cililin

PENDAHULUAN

Sejak tahun 2004, berbagai masalah kesehatan masyarakat

termasuk gizi buruk meningkat di Indonesia. Masalah gizi buruk

muncul pertama kali di Propinsi Nusa Tenggara Barat yang sampai saat

ini jumlah penderitanya mencapai 2316 orang. Kemudian sampai saat

ini peningkatan kasus gizi buruk telah dilaporkan oleh 29 Propinsi.

Dengan peningkatan yang signifikan kita yakini bahwa masalah gizi

merupakan masalah kesehatan yang mau tidak mau perlu mendapat

perhatian besar dari semua kalangan masyarakat dan pemerintah.

Masalah gizi buruk banyak dijumpai pada Balita Indonesia yang

mana merupakan usia yang sangat rentan. Hal ini mungkin disebabkan

karena Indonesia sedang mengalami krisis ekonomi yang

berkepanjangan yang menurunkan perhatian masyarakat terhadap

pembangunan kesehatan yang jelas mempengaruhi status gizi balita

dan secara tidak langsung meningkatkan kasus KEP atau gizi buruk.

Gizi buruk pada bayi dan balita dapat menyebabkan timbulnya

gangguan pertumbuhan fisik termasuk otak yang dapat mempengaruhi

kecerdasan. Yang menyebabkan kualitas sumber daya masyarakat

Indonesia menurun bahkan dapat mengakibatkan hilangnya generasi

yang berpengaruh terhadap kualitas atau kemajuan bangsa.

Penanggulangan masalah gizi buruk tidak cukup dari aspek

kesehatan saja tetapi dengan pendekatan yang menyeluruh oleh

semua pihak baik keluarga, masyarakat, pemerintah maupun pelaku

ekonomi. Untuk mencegah dan menanggulangi KEP diperlukan

dukungan dan kerjasama lintas program, lintas sektor dan masyarakat

dan Puskesmas sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan

masyarakat merupakan unit kerja terdepan pelaksana program

perbaikan gizi di daerah.

Salah satu upaya untuk meningkatkan keadaan gizi masyarakat

adalah melalui Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) yang sebagian

kegiatannya dilaksanakan di Posyandu. Kegiatan-kegiatan UPGK ini

meliputi 3 komponen besar yaitu penyuluhan gizi dengan

menggunakan pesan – pesan gizi sederhana, pelayanan gizi melalui

1

Page 2: Laporan Gizi Dtp Cililin

posyandu dan peningkatan pemanfaatan tanaman pekarangan, yang

secara keseluruhan kegiatan tersebut dapat dilaksanakan oleh

masyarakat sendiri.

Gizi buruk dipengaruhi oleh banyak faktor yang saling terkait. Dua

faktor penyebab utama terjadinya gizi buruk adalah rendahnya

konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari yang terjadi

dalam kurun waktu lama. Penyebab kedua adalah terjadinya serangan

penyakit infeksi yang berulang. Kurang Energi Protein nyata adalah

istilah yang digunakan dilapangan yang meliputi KEP sedang dan

berat, yang pada KMS berada di bawah garis merah (tidak ada garis

pemisah antara KEP sedang dan berat pada KMS).

Klasifikasi :

a. KEP ringan : Berat badan menurut umur (BB/U) 70-80%

baku median WHO-NCHS dan / atau berat badan menurut

tinggi badan (BB/TB) 80-90% baku median WHO-NCHS

atau bila hasil penimbangan berat badan pada KMS

terdapat pada pita warna kuning.

b. KEP sedang : BB/U 60-70% baku median WHO-NCHS dan /

atau BB/TB 70-80% baku median WHO-NCHS atau bila

hasil penimbangan berat badan pada KMS terdapat di

Bawah Garis Merah (BGM).

c. KEP berat : BB/U < 60% baku median WHO-NCHS dan /

atau BB/TB <70% baku median WHO-NCHS

Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat / gizi buruk

dan KEP sedang.

KEP berat secara klinis terdapat dalam 3 tipe :

kwashiorkor, marasmus dan marasmik-kwashiorkor tanpa

melihat BB bila disertai edema yang bukan karena

penyakit lain adalah KEP berat tipe kwashiorkor.

BAB I

PERENCANAAN

2

Page 3: Laporan Gizi Dtp Cililin

1.1 Target :

Balita yang terdaftar dan mempunyai KMS yang tidak naik berat

badannya dan balita yang ada dibawah garis merah di Posyandu

pada bulan Oktober 2005 di Wilayah Kerja Puskesmas Dengan

Tempat Perawatan (DTP) Cililin dengan angka kejadian tertinggi

yaitu di Desa Batulayang, Kecamatan Cililin, Kabupaten Bandung.

1.2 Jenis Kegiatan Yang Direncanakan

Pelayanan perbaikan gizi berupa pemberian makanan tambahan

keluarga miskin.

a. Tujuan

Umum : Mempertahankan dan meningkatkan status gizi

keluarga miskin.

Khusus :

Pemberian makanan tambahan pemulihan bayi / anak 6 –

23 bulan keluarga miskin.

Pemberian makanan tambahan anak 24 – 59 bulan keluarga

miskin.

b. Sasaran

Seluruh bayi 6 – 11 bulan keluarga miskin.

Seluruh anak 12 – 23 bulan keluarga miskin.

Seluruh anak 24 – 59 bulan keluarga miskin.

c. Perencanaan Kegiatan

- Posyandu :

1. Kader memberikan nasehat pada orang tua balita untuk

memberikan hanya ASI kepada bayi usia 0 – 6 bulan (ASI

eksklusif) dan tetap memberikan ASI sampai usia 2 tahun.

2. Kader memberikan penyuluhan pemberian MP – ASI sesuai

dengan usia anak dan kondisi anak sesuai kartu nasehat ibu.

3. Kader melakukan penimbangan balita setiap bulan di posyandu

sertamencatat hasil penimbangan pada KMS.

4. Kader menganjurkan makanan beraneka ragam untuk anggota

keluarga lainnya.

3

Page 4: Laporan Gizi Dtp Cililin

5. Bagi balita dengan berat badan tidak naik (T) diberikan

penyuluhan gizi seimbang dan PMT-Pemulihan.

6. Kader memberikan PMT-Pemulihan bagi balita dengan berat

badan tidak naik tiga kali (3T) dan berat badan dibawah garis

merah (BGM).

7. Kader diberi pengetahuan untuk mengetahui batasan rujukan

balita dengan gizi buruk dan penyakit penyerta lain.

8. Kader melakukan kunjungan rumah untuk memantau

perkembangan kesehatan balita.

- Pemberian Makanan Tambahan

a. Umur 6-11 bulan

o ASI

o MP-ASI dalam bentuk makanan lembik / lunak / lumat dan

blended food yang lama pemberiannya 180 hari.

b. Umur 12-23 bulan dan 24-59 bulan

berbentuk kudapan / makanan dari bahan lokal dan bahan

makanan yang dibawa pulang untuk 6 hari ( anak 12 –23

bulan keluarga miskin) dengan lama pemberian 12-23 bulan

adalah 90 hari dan 24-59 bulan adalah 1 minggu sekali.

- Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan untuk Balita

Yang Berada Di Pita Warna Kuning atau dibawah Garis

Merah Pada KMS.

4

Page 5: Laporan Gizi Dtp Cililin

1. Makanan tambahan diberikan dalam bentuk makanan jadi dan

diberikan setiap hari.

2. Bila makanan tidak memungkinkan untuk dimakan bersama

makanan tersebut diberikan satu hari dalam bentuk matang,

selebihnya diberikan dalam bentuk bahan makanan lengkap.

3. Apabila berat badan anak berada di pita warna kuning pada

KMS teruskan pemberian PMT Pemulihan sampai 90 hari.

4. Apabila setelah 90 hari, berat badan anak belum berda di pita

warna hijau pada KMS, kader merujuk anak ke Puskesmas

untuk mencari kemungkinan penyebab lain.

5. Apabila berat badan anak berada di pita warna hijau pada

KMS, kader menganjurkan pada ibu untuk mengikuti

pelayanan di Posyandu setiap bulan dan tetap melaksanakan

anjuran gizi dan kesehatan yang telah diberikan.

6. Ibu memperoleh penyuluhan gizi / kesehatan serta

demonstrasi cara menyiapkan makanan untuk anak KEP.

7. Kader menganjurkan pada ibu untuk tetap melaksanakan

nasehat yang diberikan tentang gizi dan kesehatan

8. Kader melakukan kunjungan rumah untuk memantau

perkembangan kesehatan dan gizi anak.

1.3 Sumberdaya

a. Tenaga :

Dokter

Bidan desa

Kader Posyandu

Ibu asuh / penjaja makanan

b. Dana :

Pemerintah Daerah

c. Sarana dan prasarana

1. Peralatan posyandu

5

Page 6: Laporan Gizi Dtp Cililin

Dacin

Jangka

Sarung timbangan

Meja dan kursi

ATK

KMS

Alat peraga

PMT, berupa penyuluhan dan pemberian makanan

tambahan

2. Penyebarluasan Informasi ( misal melalui pengeras suara).

d. Kegiatan Persiapan Lapangan

Dilaksanakan minimal 3 hari sebelum hari H yang melibatkan :

1. Kader

2. RW

3. RT

4. PLKB

5. Bidan Desa.

BAB II

PELAKSANAAN

2.1Pelaksanaan Kegiatan

6

Page 7: Laporan Gizi Dtp Cililin

Kegiatan pemberian makanan tambahan dan pemberian makanan

tambahan pemulihan dilakukan di Posyandu yang dipantau oleh

bidan desa dan dilaksanakan oleh kader bersamaan dengan

penimbangan balita di Desa Batulayang, Kecamatan Cililin.

2.2Penemuan kasus

Pada penimbangan balita di Posyandu desa Batulayang didapatkan

data adanya balita yang ada di bawah garis merah sebanyak 2

balita, 11 balita berumur antara 1-3 tahun dan 3 balita berumur

antara 3-5 tahun dan balita yang tidak naik berat badannya

sebanyak 152 balita.

Laporan Penimbangan Bulanan Balita di Posyandu

Hasil yang telah dicapai pada bulan Oktober 2005 :

I. Umum

a. Posyandu : 13 RW

b. Desa : Batulayang

c. Petugas lapangan yang membina : 1 orang

d. Jumlah kader yang ada : 65 orang

e. Jumlah kader yang aktif bulan ini : 35 orang

II. Kegiatan penimbangan

Tabel 1. Laporan Penimbangan Bulanan Balita di Posyandu Bulan

Oktober 2005 di desa Batulayang.

N Sasaran 0-11 1-3 3-5

7

Page 8: Laporan Gizi Dtp Cililin

o bln thn thn

1 Jml semua Balita yang ada di Posyandu bulan ini

(S)

201

anak

615

anak

288

anak

2 Jml balita yang terdaftar & mempunyai KMS bln

ini (K)

201

anak

615

anak

288

anak

3 Jml balita yang naik berat badannya bulan ini

(N)

96

anak

322

anak

115

anak

4 Jml balita yang tidak naik berat badannya bulan

ini (T)

25

anak

79

anak

48

anak

5 Jml balita yg ditimbang bln ini, tapi tidak

ditimbang bulan lalu (O)

28

anak

43

anak

34

anak

6 Jml balita yang baru pertama kali di Posy. Bulan

ini (B)

10

anak

29

anak

20

anak

7 Jml balita yang ditimbang bulan ini ( 3 + 4 + 5 +

6 ) = (D)

159

anak

473

anak

217

anak

8 Jml balita yang ditimbang bulan ini mencapai

umur 36 bln (□ )

- 45

anak

-

9 Jml balita yang mencapai umur 36 bln ini dgn BB

11,5 / lebih (L)

- 41

anak

-

1

0

Jml balita yang tidak hadir di posyandu pd bln ini

(2 – 7) = (- )

42

anak

142

anak

71

anak

1

1

Jml balita yang ada di bawah garis merah (BGM)

bln ini (∆)

- 1 anak 1

anak

12 Jml balita yang menerima vit A bulan ini - -

BAB III

EVALUASI

Evaluasi dilakukan untuk menilai apakah program peningkatan

status gizi keluarga sudah berjalan dengan baik atau belum. Bentuk

laporannya dapat kita ketahui melalui kegiatan penimbangan bulanan

8

Page 9: Laporan Gizi Dtp Cililin

di Posyandu sehingga akan didapatkan data jumlah balita dengan

kondisi Kurang Energi Protein (KEP).

Dengan mengetahui data balita KEP diharapkan akan ditemukan

langkah-langkah perbaikan selanjutnya seperti perbaikan pada sektor

masukan (7M), proses (POAC), dan keluaran (4A4C).

Dari pelaporan penimbangan bulanan balita di Posyandu pada

bulan Oktober 2005 di wilayah kerja Puskesmas DTP Cililin, Kecamatan

Cililin, berdasarkan KMS, didapatkan data bahwa desa Batulayang

memiliki jumlah balita di bawah garis merah yang berjumlah 2 balita

dan jumlah balita yang tidak naik berat badannya bulan Oktober 2005

adalah sebanyak 152 balita. Dari data tersebut menunjukkan bahwa

jumlah balita dengan KEP ringan dan sedang melebihi target yang

seharusnya yaitu 10%.

Cakupan data yang diperoleh adalah :

Cakupan = balita KEP / jumlah balita yang ada di Posyandu bulan ini X

100%

= 154 / 1104 X 100%

= 13,9%

Dengan demikian dapat dipastikan bahwa jumlah balita KEP di desa

Batulayang melebihi target yang seharusnya.

Pada pelaksanaan didapatkan perbedaan kegiatan antara yang

direncanakan dengan yang dilaksanakan seperti kurangnya

penyuluhan kader kepada ibu keluarga miskin mengenai

pemberitahuan pemberian makanan tambahan pemulihan untuk balita

KEP sehingga ibu keluarga miskin ada yang tidak datang ke Posyandu

untuk penimbangan balita, pemberian makanan tambahan dan

pemberian makanan tambahan pemulihan, serta kurangnya ibu asuh /

penjaja makanan, dan kurangnya pemahaman keluarga miskin akan

fungsi dan peran Posyandu, yang mengakibatkan usaha perbaikan gizi

keluarga menjadi terhambat dan sulit.

BAB IV

PEMBAHASAN

9

Page 10: Laporan Gizi Dtp Cililin

Jika kita evaluasi maka dapat kita lihat dan simpulkan bahwa saat

pelaksanaan kegiatan pemberian makanan pemulihan yang dilakukan

bersamaan dengan kegiatan penimbangan balita di Posyandu pada

desa Batulayang, Kecamatan Cililin, terdapat faktor – faktor yang

mungkin berpengaruh pada sebab mengapa jumlah balita KEP ringan

dan sedang melebihi jumlah yang seharusnya, yaitu :

a. Masukan ( Man)

1. Kurangnya para kader Posyandu dalam memberikan

pemberitahuan dan penyuluhan mengenai usaha perbaikan gizi

keluarga dan dampak dari gizi buruk kepada ibu keluarga miskin,

dimana salah satu usahanya melalui pemberian makanan

tambahan pemulihan setiap bulan di Posyandu.

2. Kurangnya faktor pendidikan dan pengetahuan ibu terhadap

perlunya penimbangan balita secara teratur setiap bulan, sampai

usia 5 tahun. Hal ini sangatlah penting sehingga apabila

ditemukan kelainan pada kesehatan dan tumbuh kembang bayi

dapat diketahui secara dini.

3. Tenaga ibu asuh / penjaja makanan yang masih kurang.

4. Kurangnya monitoring bidan desa terhadap kader dalam

pelaksanaan usaha perbaikan gizi keluarga.

b. Proses (POAC)

1. Actuating

Faktor kegiatan Posyandu yang tidak terlaksana setiap bulan

karena berbagai kendala, antara lain menyangkut :

- motivasi, pengetahuan, kesempatan dan sikap kader dalam

memberikan penyuluhan usaha peningkatan gizi keluarga

kepada ibu keluarga miskin.

- kehadiran petugas Puskesmas dalam setiap kegiatan Posyandu

yang tidak setiap saat hadir pada pelaksanaan.

2. Controlling

Kurangnya pengawasan terhadap pelaksanaan Posyandu

baik secara langsung oleh bidan desa maupun secara tidak

10

Page 11: Laporan Gizi Dtp Cililin

langsung oleh dokter selaku kepala Puskesmas, sehingga kinerja

para kader tidaklah mencapai maksimal.

c. Keluaran

1. Continuity

Pemberian makanan tambahan pemulihan yang tidak

berkesinambungan yang tidak berkesinambungan, disebabkan

oleh kurangnya tenaga ibu asuh / penjaja makanan untuk balita

KEP ringan dan sedang sehingga asupan gizi kurang baik yang

mengakibatkan sulitnya menurunkan angka balita KEP.

2. Care

Tingkat kepedulian masyarakat terhadap gizi khususnya di

desa Batulayang masih kurang, hal ini didukung dengan masih

ditemukannya data balita di bawah garis merah yang berjumlah 2

balita dan jumlah balita yang tidak naik berat badannya sebanyak

152 balita. Masih sulitnya untuk mencari tenaga ibu asuh /

penjaja makanan untuk KEP.

3. Comprehensibility

Masyarakat di desa Batulayang masih memiliki asumsi,

bahwa segala sesuatu yang berhubungan dengan kesehatan

adalah tanggungjawab Puskesmas dan sehat itu identik dengan

biaya yang mahal. Sehingga pemahaman mereka bahwa

Posyandu itu adalah dari masyarakat, oleh masyarakat, dan untuk

masyarakat tidaklah berlaku. Akibatnya masih ditemukannya KEP

di desa tersebut, akibat ketidak pahaman dan ketidak pedulian

mereka sendiri.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

11

Page 12: Laporan Gizi Dtp Cililin

5.1 Kesimpulan

1. Jika kita lihat pada program kegiatan Posyandu di desa

Batulayang, maka dapat kita simpulkan bahwa umumnya

berjalan baik.

2. Adapun pada tingkat pengetahuan ibu pada keluarga miskin

masih kurang terutama mengenai pentingnya dilakukan

penimbangan balita secara teratur setiap bulan hingga

mencapai usia 5 tahun dan pengetahuan ibu mengenai gizi

keluarga.

3. Kurangnya aktifitas kader dalam hal pemberitahuan akan

kegiatan Posyandu dan penyuluhan terhadap manfaat dari

adanya kegiatan pemberian makanan tambahan dan

pemberian makanan tambahan pemulihan untuk balita

setiap bulan di Posyandu terhadap ibu keluarga miskin.

4. Kurangnya tenaga ibu asuh / penjaja makanan untuk

memberikan makanan setiap hari kepada sasaran.

5. Tidak maksimalnya pengawasan yang dilakukan Puskesmas

terhadap bidan desa, dan bidan desa terhadap kader dalam

hal pelaksanaan program Posyandu khususnya gizi.

5.2 Saran

1. Peningkatan dalam hal motivasi kader dan ibu asuh dalam

pelaksanaan kegiatan Posyandu dan pemberian makanan

tambahan untuk balita KEP.

2. Mengadakan pertemuan antar kader baik dalam 1 Posyandu

maupun dengan Posyandu lain untuk bertukar pikiran dan

pengalaman.

3. Mengadakan pertemuan yang terjadwal dan

berkesinambungan antara kader, bidan desa dan dokter

selaku kepala Puskesmas untuk berdiskusi dan bertukar

pikiran tentang kekurangan dan kelebihan dari masing –

masing Posyandu yang ada pada wilayah kerja Puskesmas.

4. Pemberitahuan akan adanya kegiatan pemberian makanan

tambahan dan pemberian makanan tambahan pemulihan

12

Page 13: Laporan Gizi Dtp Cililin

yang bersamaan dengan kegiatan penimbangan balita di

Posyandu melalui pengumuman dari kader Posyandu.

5. Peningkatan pengetahuan ibu keluarga miskin mengenai gizi

keluarga dan pentingnya penimbangan balita secara teratur

setiap bulan sampai usia 5 tahun melalui penyuluhan yang

intensif, bahkan jika diperlukan jalin kerjasama dengan para

pemuka agama atau pemuka adat yang lebih di percaya di

desa tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

13

Page 14: Laporan Gizi Dtp Cililin

1. Buku Pegangan Kader : Usaha Perbaikan Gizi Keluarga. Edisi

XV. Proyek Perbaikan Gizi Propinsi Jawa Barat. Bandung : Dinas

Kesehatan Propinsi Jawa Barat, 1995.

2. Direktur Jenderal Bina Kesehatan masyarakat.

Penanggulangan Masalah Gizi Buruk, Revitalisasi Puskesmas

dan Posyandu. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2005.

3. Djais, J. Nutrisi. Garna, H (ed). Pedoman Diagnosis dan Terapi

Ilmu Kesehatan Anak. Edisi ke-3. Bandung : Bagian Ilmu

Kesehatan Anak FKUP / RSHS, 2005.

4. Pedoman Tatalaksana KEP Pada Anak di Puskesmas dan di

Rumah Tangga. Jakarta : Departemen Kesehatan RI, 2000.

5. Tim Pemegang Program Gizi. Laporan Penimbangan Bulanan

Balita Di Posyandu. Kecamatan Cililin : Desa Batulayang,

Oktober 2005.

6. Tim Revisi Buku Pedoman Kerja Puskesmas. Gizi. Pedoman

Kerja Puskesmas. Jilin II. Jakarta : Departemen Kesehatan RI,

1990.

PROGRAM PENANGGULANGAN GIZI BURUK DI

POSYANDU BERKAITAN DENGAN PREVALENSI

14

Page 15: Laporan Gizi Dtp Cililin

BALITA KURANG ENERGI PROTEIN DI DESA

BATULAYANG KECAMATAN CILILIN

Diajukan untuk memenuhi tugas kepaniteraan

Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat

Pembimbing :

dr. H. Sutedja.,SKM

Disusun Oleh :

Mia Agni Randhiana Putri

41031018

BAGIAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

JENDERAL ACHMAD YANI

C I M A H I

2005

15