BOOK CHAPTERprocen.fikom.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/Buku...iii KECAMATAN CILILIN...

161

Transcript of BOOK CHAPTERprocen.fikom.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2017/11/Buku...iii KECAMATAN CILILIN...

i

BOOK CHAPTER

PUBLIC RELATIONS AND

CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY

Editor

Susanne Dida

Priyo Subekti

Syauqy Lukman

Retasari Dewi

FX Ari Agung Prastowo

ii

Copyright @2017, Program Studi Hubungan Masyarakat Fikom UNPAD

Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

Dilarang mengutip atau memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku tanpa izin tertulis dari Penerbit.

Cetakan 1, November, 2017 Diterbitkan oleh Unpad Press

Graha Kandaga, Perpustakaan Unpad Lt 1 Jl. Raya Bandung Sumedang Km 21 Bandung 45363 e-mail : [email protected]/[email protected]

http://press.unpad.ac.id Anggota IKAPI dan APPTI

Editor : Susanne Dida, Priyo Subekti, Syauqy Lukman, Retasari Dewi, FX Ari Agung Prastowo

Tata Letak : Muhammad Al Fata Ramadhan

Desainer Sampul : Syauqy Lukman

Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT)

PUBLIC RELATIONS AND CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY/ Penulis/Editor Susanne Dida DKK, Penyunting, --Cet. 1– Bandung; Unpad Press; 151h.; 14,8 x 21 cm

ISBN: 978-602-439-241-3

I . PUBLIC RELATIONS AND CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY II. Susanne Dida, Priyo Subekti, Syauqy

Lukman, Retasari Dewi, FX Ari Agung Prastowo

iii

Kata Pengantar

Buku yang bertemakan Publik Relations (humas) dan

pemberdayaan Masyarakat, merupakan rangkaian hasil kajian

dan pemikiran dari segelintir orang yang tertarik untuk

memahami sekaligus berupaya melakukan pengembangan

ilmiah dalam kajian Corporate Social Responsibility (CSR),

sebuah bidang yang sedang banyak dikaji.

Sebagai sebuah kajian yang relatif baru, orang-orang

khususnya praktisi pada perusahaan yang dikaji lebih

mengartikan CSR secara berbeda, banyak praktisi yang lebih

berorientasi pada penerapan CSR dibanding dengan upaya

membangun CSR sebagai sebuah disiplin. Konsekuensi yang

muncul adalah terjadinya mullti interpretasi atas CSR baik

dilihat dari “Theoretical perspective” maupun “Main

argument” lebih jauhnya CSR muncul dalam berbagai bentuk.

Tulisan ini hanya merupakan hasil riset (laporan

penelitian) dari individu atau kajian kelompok yang belum

melalui tahapan diskusi dan dialog yang utuh terlebih

perdebatan-perdebatan yang dilakukan secara terbuka dengan

para praktisi juga teoritis dibidangnya.

Sebagai kajian hasil riset dalam kondisi ketiadaan kesepakatan

konsep bahkan untuk tahap kesepakatan penerimaan dan

penerapan dalam manajemen (seperti Levitt dan Friedman ),

kita masih akan mengalami kesulitan untuk menjadikan konsep

CSR sebagai subyek perdebatan dalam membangun sebuah

disilin keilmuan. Oleh karena itu kehadiran buku ini lebih tepat

sebagai informasi mengenai peta pemahaman sebagian pelaku

CSR, dan dari peta pemahaman ini diharap menjadi awal untuk

melakukan perenungan guna memberi nilai manfaat yang lebih

dari penerapan CSR oleh perusahaan baik bagi perusahaan itu

sendiri maupun masyarakat dimana perusahaan beroperasi.

Terakhir, terima kasih kepada Tantri Puspita Yazid,

Olza Triyani (Universitas Riau), Mutiara Fadia, Susie

iv

Perbawasari, Yanti Setianti , Rully Khairul Anwar, Yuliani

Samroh Fuadi, Elnovani Lusiana, Lukiati Komala, Uud

Wahyudin, Agus Setiaman, Meria Octavianti, Slamet

Mulyana, Famela, Iriana Bakti, Trie Damayanti, Muhammad

Ramelan Rimbananto, Feliza Zubair, Syauqy Lukman, Priyo

Subekti, Hanny Hafiar, (Universitas Padjadjaran Bandung),

Rahma Santhi Zinaida (Universitas Bina Darma Palembang).

Terima kasih juga kepada dekan Fakultas Ilmu Komunikasi

Universitas Padjadajarn, ketua program studi Hubungan

Masyarakat Universitas Padjadjaran yang telah memfasilitasi

penerbitan buku ini.

Jatinangor, Oktober 2017

Agus Rahmat

i

DAFTAR ISI

BUKAN SEKEDAR CSR: INVESTASI SOSIAL

UNTUK PEMBANGUNAN MASYARAKAT ........ 1

PENDAHULUAN ................................................... 1

METODE PENELITIAN ........................................ 6

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................... 8

SIMPULAN ........................................................... 14

DAFTAR PUSTAKA ............................................ 14

COMMUNITY DEVELOPMENT “SEKOLAH

GRATIS MENJAHIT RUMAH MODE QBUN”

DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN ...... 16

PENDAHULUAN ................................................. 16

METODE PENELITIAN ...................................... 21

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................. 24

SIMPULAN ........................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ............................................ 39

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY (PGE)

AREA KAMOJANG DALAM PERENCANAAN

PENGEMBANGAN BUDIDAYA JAMUR

GEOTHERMAL ...................................................... 41

PENDAHULUAN ................................................. 41

METODE PENELITIAN ...................................... 44

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................. 45

SIMPULAN ........................................................... 51

DAFTAR PUSTAKA ............................................ 52

ii

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

PT. KALREZ PETROLEUM OIL COMPANY

(KRZ) DI DESA BULA, KABUPATEN SERAM

BAGIAN TIMUR, PROVINSI MALUKU ............ 53

PENDAHULUAN ................................................. 53

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................. 59

SIMPULAN ........................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA ............................................ 69

PENGGUNAAN INSTAGRAM SEBAGAI MEDIA

KOMUNIKASI CSR OLEH PERUSAHAAN ...... 71

PENDAHULUAN ................................................. 71

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................. 73

SIMPULAN ........................................................... 78

DAFTAR PUSTAKA ............................................ 79

SAHABAT “SApa, HArgai, jaBAT” : UPAYA

PENDUKUNG KEGIATAN CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY PT MEDCO E&P INDONESIA

................................................................................... 80

PENDAHULUAN ................................................. 80

METODE PENELITIAN ...................................... 83

HASIL DAN PEMBAHASAN ............................. 85

SIMPULAN ........................................................... 94

DAFTAR PUSTAKA ............................................ 94

KEGIATAN COMMUNITY RELATIONS DINAS

PERIKANAN JAWA BARAT MELALUI

KUNJUNGAN LATIHAN (KULAT) JARING

TERAPUNG DALAM MEMBANGUN

PARTISIPASI MASYARAKAT DESA BONGAS

iii

KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG

PADA BIDANG PERIKANAN .............................. 96

PENDAHULUAN ................................................. 96

METODE PENELITIAN .................................... 101

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................... 102

SIMPULAN ......................................................... 106

DAFTAR PUSTAKA .......................................... 107

IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY MELALUI PROGRAM BEDAH

RUMAH PT. PLN DISTRIBUSI JAWA BARAT109

PENDAHULUAN ............................................... 109

METODE PENELITIAN .................................... 111

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................... 112

SIMPULAN ......................................................... 129

DAFTAR PUSTAKA .......................................... 130

PERAN KOMUNITAS BUDAYA DALAM

PENGEMBANGAN .............................................. 132

BUDAYA LOKAL DI PANGANDARAN ........... 132

PENDAHULUAN ............................................... 132

METODE PENELITIAN .................................... 135

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................... 135

SIMPULAN ......................................................... 140

DAFTAR PUSTAKA .......................................... 140

PROGRAM CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PERSPEKTIF

ELKINGSTON’S MODEL TRIPLE BOTTOM LINE

(TBL) ...................................................................... 142

iv

PENDAHULUAN ............................................... 142

METODE PENELITIAN .................................... 143

HASIL DAN PEMBAHASAN ........................... 143

SIMPULAN ......................................................... 148

DAFTAR PUSTAKA .......................................... 150

1

BUKAN SEKEDAR CSR: INVESTASI SOSIAL

UNTUK PEMBANGUNAN MASYARAKAT

Tantri Puspita Yazid, Olza Triyani

Universitas Riau

[email protected] ; [email protected]

PENDAHULUAN

Pusat atau fokus perhatian yang berbasis pada pemikiran

tentang kualitas hubungan diantara lingkungan alam (planet),

manusia (people), dan usaha ekonomi (profit) menetaskan

beragam bentuk kegiatan yang kemudian dikenal dengan

corporate social responsibility (CSR). Dalam catatannya, CSR

merupakan skema “jalan tengah” untuk mencegah gerakan

antibisnis yang muncul karena menguatnya kesadaran

masyarakat atas dampak negatif industri. Secara umum

dipahami, pemikiran tentang CSR didasarkan pada kebijakan

perusahaan sebagai komitmen untuk meningkatkan kualitas

kehidupan komunitas melalui kerjasama antara para pelaku

bisnis dan sumber daya yang ada dalam kehidupan komunitas

(Kotler dan Lee, 2005). Namun dalam perjalananya, pergeseran

pemaknaan CSR dari perhatian dunia industri pada upaya

membatasi pencemaran lingkungan ke kegiatan pembangunan

masyarakat yang berada di sekitar lingkungan operasional

bisnis perusahaan memerluas hal-hal yang perlu diperhatikan

dunia industri. Konsepsi corporate social responsibility

berkembang dan kemudian juga menjadi komitmen dunia usaha

untuk bertindak secara etis, beroperasi secara legal, dan

berkontribusi untuk meningkatkan ekonomi, meningkatkan

kualitas hidup karyawan, serta sekaligus untuk meningkatkan

kualitas komunitas lokal dan masyarakat luas dalam berbagai

bidang, selain sebagai cara yang dapat digunakan untuk

2

mengomunikasikan eksistensi perusahaan kepada masyarakat

luas (Prajarto, 2012).

Penerapan CSR dalam dunia industri di Indonesia

berbeda-beda. Bagi Chevron Pasific Indonesia (CPI), CSR

bukan sekedar bentuk tanggung jawab sosial perusahaan

terhadap lingkungan tempat operasional nya, namun lebih dari

itu menjadi sebuah bentuk investasi sosial untuk membantu

pembangunan yang berkelanjutan, terutama pembangunan

masyarakat. Tujuan utama nya memiliki kegiatan jangka

panjang dan berkelanjutan. Hal ini sekaligus membantah

kenyataan adanya beberapa perusahaan yang ‘terlalu”

menyederhanakan pelaksanaan ttanggung jawab sosial mereka

dan persepsi keliru masyarakat yang mencampuradukan hadiah

pembelian suatu produk sebagai wujud tanggung jawab sosial.

Perusahaan asal amerika Serikat ini aktif di 180 negara di

dunia,bergerak di industri minyak, gas, eksplorasi, dan

produksi. Salah satu lokasi operasional Chevron Pasicif

Indonesia adalah di Riau. Riau yang terkenal akan kekayaan

minyak bumi dan gas menjadi salah satu alasan tujuan

perusahaan dunia untuk berinvestasi, termasuk Chevron.

Perseroan yang kegiatannya usahanya di bidang dan/atau

berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan

tanggung jawab sosial dan lingkungan (TJSL) sesuai pada

aturan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 pasal 74.

Salah satu bentuk CSR CPI di Riau yang suistable adalah

dalam bidang pendidikan melalui program beasiswa

Darmasiswa Chevron Riau (DCR). Program tersebut di tujukan

untuk pelajar SMA kelas XII se Provinsi Riau. selain itu, bentuk

investasi sosial bermitra dengan pemerintah daerah untuk

membuka sekolah-sekolah. CPI telah membangun SMA Negeri

pertama di Pekanbaru, SMAN 1, dibangun tahun 1957 dan

Politeknik Caltex Riau (PCR) yang berlokasi di Rumbai,

3

Pekanbaru. Komunikasi menjadi bagian penting bagis uatu

perusahaan dalam menjaga eksistensi dan untuk menyebarkan

program merea. Disini lah letak fungsi dan peran utama humas

sebagai jembatan komunikasi perusahaan dan publik nya.

Melalui divisi PGPA (Policy Government and Public Affair),

divisi khusus menangani semua program-program social

investment atau lebih dikenal dengan corporate social

responsibility PT Chevron Pasific Indonesia. PGPA berperan

penting dalam proses mengidentifikasi, mengelola dan

mengurangi dampak sosial potensial bagi masyarakat yang

berada di sekitar lingkungan perusahaan atau dapat dikatakan

masyarakat yang terkena dampak operasional perusahaan,

termasuk masyarakat pelajar.

Investasi sosial yang dilakukan CPI di Riau untuk

pembangunan masyarakat dalam bidang pendidikan mampu

mewujudkan mimpi-mimpi anak muda Riau untuk terus maju,

terutama bagi pelajar yang kurang mampu. Aris Prima, salah

satu pelajar yang mengikuti program DCR tahun 2001, kini

telah bekerja di PT Pertamina EP. Menurut Aris, dikutip dalam

tulisan satu dasawarsa DCR Riau, “Tahun1997-1998 adalah

momentum awal kelahiran seorang pemimpi miskin yang tidak

pernah menyerah atas nasib yang orang bilang sulit diubah. Jika

momen itu tidak pernah terjadi, maka aku tidak akan pernah

seperti ini”. Program DCR dianggap mendapatkan animo yang

sangat tinggi di Riau. Beasiswa ini dianggap sangat prestis

sehingga siswa mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk

menghadapi tes beasiswa ini. Program DCR adalah pemberian

beasiswa masuk ke perguruan tinggi kepada 65 siswa SLTA

berprestasi dari wilayah operasi Chevron di Riau.

Perencanaan dan implementasi program DCR sebagai

bentuk investasi sosial dan kontribusi CPI bagi pembangunan

masyarakat yang telah berjalan lancer mendapat goncangan

4

bersamaan dengan krisis yang melanda Chevron. Minyak bumi

yang sudah mulai tak banyak lagi di Riau dan izin operasional

yang mulai mendekati akhir, mengharuskan CPI untuk

memangkas banyak karyawan dan memikirkan kembali

program kerja nya, termasuk dalam bidang CSR. Selain itu, isu

mengenai program DCR yang khusus untuk anak karyawan

mulai memudarkan semangat generasi muda Riau yang ingin

maju namun tak mampu. Pada keadaan inilah pentingnya

sebuah komuniaksi dilakukan oleh divisi PGPA agar tetap

mendaptkan kepercayaan publik dan tetap menjalin hubungan

baik dengan semua stakeholder. Berdasarkan hasil wawancara

dengan ibu Winda, divisi PGPA Chevron Riau mengatakan,

“krisis yang terjadi saat ini berdampak pada kami. Namun, kami

akan tersu komitmen untuk membangun negeri melalui social

invesmnet. Selain itu, kami juga pernah mendaptkan

penghargaan dengan program yang kami lakukan, salah satu

nya DCR pada pertemuan Chevron di Amerika. Maka, kami

akan komitmen untuk terus membantu membangun negeri”1.

Pendidikan bagi pemerintah Indonesia masih menjadi

perhatian, terutama sekali pemerataan dalam bidang

pendidikan. Untuk dapat mewujudkan pendidikan yang layak

dan merata, perlu di sinergikan dengan perusahaan melalui

CSR. Agar terjalin kualitas hubungan diantara lingkungan alam

(planet), manusia (people), dan usaha ekonomi (profit).

Komunikasi yang dilakukan oleh perusahaan kepada publik nya

mengalami pergeseran seiring dengan perkembangan teknologi

dan kesadaraan masyarakat. Hal ini juga berpengaruh terhadap

proses kerja PR. Grunig dan Hunt menggambarkan proses kerja

PR melalui 4 model, yakni Press Agentry, Public Information,

1 (13/

12/2016)

5

Two way Communication Asymetrical, Two Way

Commmunication Simetrical (Grunig dan Hunt, 1994). Humas

(PR) CPI memperkenalkan program CSR DCR kepada

publiknya dengan cara membujuk publik tersebut bekerjasama,

bersikap terbuka sesuai dengan harapan dari perusahaan. ini

feedback dan feedforward dari pihak publik diperhatikan karena

feedback (umpan balik) yang diinginkan perusahaan adalah

suatu bentuk partisipasi dari publiknya feedforward (umpan

masuk) diharapkan adalah suatu bentuk masukan ataupun

informasi yang berguna bagi pelaksanaan CSR untuk ke

depannya. Model PR two way communication symmetrical

lebih bisa menggambarkan fenoemna CSR Chevron Pasific

Indoensia cabang Rumbai untuk pembangunan masyarakat.

Model ini lebih bisa menggambarkan peran Public

Relations PT. CPI dalam mengkomunikasikan CSR DCR

perusahaan kepada publiknya. Model ini bisa membantu dalam

menganalisa bagaimana proses komunikasi yang berlangsung

antara perusahaan dengan publik dalam suatu komunikasi

yangefektif dan pada akhirnya bisa terlaksana kegiatan CSR

dengan baik. Menurut James E.Grunig yang dikutip oleh Ruslan

(2003) salah satu model komunikasi public relations yaitu

model komunikasi simetris dua arah (Model-Two Way

Symmetrical) yang menggambarkan bahwa suatu komunikasi

propaganda (kampanye) melalui dua arah timbal balik yang

berimbang. Melalui model ini, akan lebih mudah untuk

membentuk pemahaman publik dengan strategi komunikasi

yang sudah ditentukan sebelumnya karena model ini dianggap

lebih etis dalam penyampaian pesanpesan (informasi) melalui

teknik komunikasi membujuk (persuasive communication)

untuk membentuk saling pengertian, dukungan dan

menguntungkan bagi kedua belah pihak.

6

Gambar Model Two Way Symmetrical

sumber: Grunig (dalam Ruslan, 2003)

Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan CSR CPI

yang merupakan bentuk investasi sosial perusahaan untuk

pembangunan masyarakat, khusus nya pada daerah operaisonal

di Riau melalui Program DCR bagi pelajar di Riau. Penelitian

ini ingin memaparakn secara mendalam mengenai program

DCR yang telah berjalan selama satu dasawarsa di Riau. selain

itu, juga menggambarkan bagaimana pemaknaan program

tersebut bagi pelajar Riau yang mengikuti dan mendapatkan

binaan dari program DCR.

METODE PENELITIAN

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah

metode penelitian kualitatif dengan penyajian analisis

deskriptif. Penelitian kualitatif merupakan tradisi tertentu

dalam ilmu pengetahuan sosial secara fundamental bergantung

pada pengamatan terhadap manusia dalam kawasannya sendiri

dan berhubungan orang lain dalam bahasa dan peristilahannya

(Kirk dan Miller dalam Moleong, 2005 : 23). Penelitian

deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada berusaha

mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu. Pada

7

penelitian ini untuk mendeskripsikan program CSR DCR oleh

CPI dan pemaknaan DCR bagi pelajar di Riau.

Penelitian ini dilakukan tahun 2016, mulai dari bulan

Maret – Juli. Penelitian ini dilakukan do South Office Chevron

Pasific Indoensia Riau berlokasi di Rumbai, kota Pekanbaru.

Selain itu juga kepada pelajar-pelajar penerima beasiswa DCR

di Politeknik Caltex Riau. Kriteria informan yang dipilih

menjadi narasumber dalam penelitian ini adalah informan yang

dapat memberikan banyak informasi secara mendalam, sesuai

dengan kebutuhan peneliti. Subjek dalam penelitian ini

berjumlah enam orang yang terdiri dari empat orang yang

menangani program DCR, dan dua orang penerima beasiswa

DCR. Empat orang yang menangani program DCR antara lain

tiga orang staf pada bagian PGPA (Policy Goverment and

Public Affairs) South Office Chevron SMO (Sumatera

Operation) Team dan satu orang pihak Politeknik Caltex Riau.

Sugiyono menjelaskan (2009) bahwa pengumpulan

data dapat diperoleh dari hasil observasi, wawancara,

dokumentasi, dan gabungan/triangulasi. Pada penelitian ini

peneliti menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara

observasi, dokumentasi, wawancara dan library research.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis data kualitatif dengan penyajian analisa secara

deskriptif. Penulis menggunakan analisis dan model interaktif

yang digunakan oleh Miles dan Huberman. Model ini terdiri

dari tiga tahap kegiatan yaitu, reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan atau verifikasi. Bungin (2005: 68)

menjelaskan, dalam teknis analisis data dan model interaktif,

penulis terlibat dalam melakukan perbandingan-perbandingan

terhadap data yang dikumpulkan.Peneliti harus siap bergerak di

antara empat “sumbu kumparan”, yaitu proses pengumpulan

8

data, penyajian data, reduksi data, dan kesimpulan atau

verifikasi. Berikut di gambarkan teknik analisis interaktif:

Gambar. Model Analisis Data Interaktif Miles dan

Huberman

Sumber: Kriyantono, 2011

HASIL DAN PEMBAHASAN

Chevron menggunakan istilah Social Investment (SI)

dalam program-program tanggung jawab sosial perusahaan

nya. Hal itu dikarenakan Chevron tidak ingin melihat SI hanya

sebagai bagian dari bentuk tanggung jawab dari perusahaan

saja. Tapi jauh dari itu, Chevron berharap terciptanya sebuah

hubungan yang sangat harmonis dan pastinya menguntungkan

bagi kedua belah pihak, baik bagi masyarakat maupun

perusahaan terutama di bidang pendidikan. Pendidikan

merupakan salah satu pilar program pengembangan masyarakat

yang dijalankan Chevron. Komitmen perusahaan terhadap

pengembangan pendidikan di Riau dimulai sejak 53 tahun lalu,

ketika perusahaan menyerahterimakan sekolah yang kini

menjadi SMAN 1 Pekanbaru kepada pemerintah daerah pada 8

Oktober 1957. Tiva Permatasari selaku communication di

PGPASMO Chevron Riau menyatakan,

9

“Peningkatan mutu sumber daya manusia

(SDM) tempatan, utamanya melalui dunia

pendidikan, telah menjadi perhatian utama

CPI sejak awal.Kami sangat menyadari

bahwa mutu SDM merupakan kunci

kemajuan bangsa”2

Chevron menyadari bahwa pendidikan merupakan

salah satu modal dasar untuk mencapai kemandirian (self

reliance) masyarakat yang berkelanjutan. Dan, salah satu kunci

dari pencapaian masyarakat mandiri tersebut adalah generasi

penerus yang kompetitif. DCR berkomitmen untuk

mengahasilkan program CSR yang dapat memberikan akses

setara kepada setiap siswa SLTA berprestasi di Riau untuk

menempuh pendidikan secara layak. Sebuah akses bagi anak-

anak negeri untuk berkembang menjadi generasi penerus yang

inovatif, terampil, dan berwawasan luas. Program ini berjalan

dengan dilandasi semangat kemitraan bersama Pemerintah

Provinsi Riau, Dinas Pendidikan provinsi dan kabupaten/kota.

Chevron dengan program DCR melengkapi program

pemerintah Provinsi Riau. Sasaran program yang merupakan

siswa/siswi kelas XII SMA adalah perpanjangan dari program

pemerintah yaitu “Wajib Belajar 12 Tahun”. DCR memberikan

peluang pada anak berprestasi, namun memiliki hambatan daris

egi ekonomi agar melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi

untuk pembangunan masyarakat yang lebih baik.

Program Darmasiswa Chevron Riau telah dilaksanakan

sejak tahun 2001 hinga tahun 2016 kemarin tanpa ada

permasalahan yang begitu berarti. Namun di tahun 2017 ini

internal perusahaan sedang menghadapi situasi yang cukup

2 (13/6/2016)

10

sulit. Berikut hasil wawancara dengan Winda Damelia,

CoordinatorSocial Performance SMO PT. Chevron Pacific

Indonesia Riau, “Di tahun 2017 perusahaan kita sedang

mengadakan audit besar-besaran yang sifatnya menyeluruh, tak

terkecuali program-program CSR kita. Proses audit ini

sebenarnya dilakukan rutin namun memang untuk tahun ini

lebih detail. Selama proses audit, manajemen pusat

memerintahkan kita untuk mem-freeze semua program CSR

yang sedang dilakukan. Baik itu di bidang pendidikan,

kesehatan, ekonomi dan lain-lain, termasuk juga program

Darmasiwa Chevron Riau. Makanya hingga saat ini proses

seleksi DCR belum kita lakukan. Kita sebagai pelaksana

program CSR yang di Indonesia tidak bisa apa-apa karena

kebijakan berasal dari manajemen pusat dan harus menunggu

keputusan selanjutnya.”3

DCR dirancang untuk menyiapkan sumber daya

manusia (insani) yang berkualitas dan berkompetensi untuk

mengisi pembangunan dalam rangka otonomi daerah di

Provinsi Riau.. DCR merupakan program untuk

meningkatkan sumbar daya manusia Riau yang disponsori

oleh CPI ini dinilai sangat tepat sasaran. Sesuai dengan

pernyataan mantan Gubernur Riau Saleh Djasit bahwa Riau

kaya akan sumber daya alam tetapi miskin dengan sumber

daya manusia. Hal ini disebabkan rendahnya pendidikan

masyarakat.Oleh karena itu, program DCR adalah sangat

berarti dalam percepatan peningkatan pendidikan masyarakat

yang pada gilirannya akan dapat mengangkat kesejahteraan

masyarakat tempatan.

Model two way symmetrical digunakan oleh divisi

PGPA dalam mensosialisasikan DCR. Juga digunakan untuk

3 (13/6/2016)

11

berkomunikasi dengan penerima beasiswa. Perusahaan yang di

wakili oleh divisi PGPA bekerjasama dengan pihak sekolah

untuk mensosialisasikan program. Sosialisasi disesuaikan

dengan informasi u=yang dibutuhkan oleh pelajar. Komunikasi

dilakukan secara dua arah dan tatap muka. Selain itu juga

melalui media online. Materi yang disampaikan sebelumnya

telah di persiapkan divisi PGPA. Dalam Dominick (2002: 258)

disebutkan bahwa proses dan aspek manajemen PR adalah

pengumpulan informasi (information gathering), perencanaan

(planning), komunikasi (communication), evaluasi

(evaluation), disingkat IPCE. Mekanisme pelaksanaan

Progaram DCR sesuai dengan konsep IPCE. Model two way

symmetrical communication dari Grunig dan Hunt

mengisyaratkan adanya flow communication atau komunikasi

dua arah yang mengalir antara perusahaan dan publik nya.

PGPA dalam program CSR DCR menerima umpan balik dari

pelajar. Biasanya beruapa pertanayan-pertanyaan menyangkut

fasilitas beasiswa. Selain itu juga dari siswa yang telah

mengikuti program CSR DCR. Umpan balik tidak hanya dari

pihak pelajar, namun juga di dapatkan dari Dinas pendidikan

setempat, pihak sekolah dan masyarakat.

Tanggapan dari Dra. R. Deceu Berlian Purnama, M.Si,

selaku penerima beasiswa dan saat ini menjadi dosen Fak.

Psikologi UIN SUSKA Riau mengenai Program Darmasiswa

Chevron Riau, “Menurut “Saya sangat terbantu dengan

beasiswa dari Chevron yang memungkinkan saya masuk

PCR.Sebelumnya saya tidak kenal PCR.Walaupun sangat ingin

kuliah, namun saya harus realistis dengan kondisi keuangan

keluarga. Kami betul-betul tidak punya dana. Itu sebabnya saya

sangat bersyukur dengan adanya DCR yang memberikan

beasiswa penuh, baik biaya kuliah maupun uang saku.Beasiswa

ini berkah bagi kami sekeluarga.Bapak saya meninggal waktu

12

saya SMA.Sebagai anak pertama saya bertanggungjawab

menghidupi keluarga. Saya harap beasiswa seperti ini

diperbanyak di masa yang akan datang. Saya tahu banyak anak-

anak di kampong saya yang pintar, namun tidak bisa

melanjutkan sekolah karena tidak ada biaya.Program beasiswa

ini harapan bagi kami.Saya mengambil jurusan Mekatronika,

lulus terbaik pada tahun 2009 dan langsung mendapat kerja di

Schlumberger”.

Pemaknaan tentang CSR DCR di ungkapkan oleh

penerima beasiswa lain nya, yakni Rifqi Reza sebagi berikut

:“Saya sebagai salah satu penerima beasiswa DCR dari sekian

banyak penerima merasa terbantu dengan adanya program

ini.Saya tidak perlu bersusah payah mencari uang untuk biaya

kuliah dan dan bisa fokus untuk melaksanakan kuliah dengan

sebaik-baiknya. Alhamdulillah saya bisa lulus tepat waktu dan

setelah lulus saya sempat lulus tes magang di Chevron”4.

Partisipasi dari siswa-siswa SMA dan pihak sekolah yang ada

di 12 kabupaten/kota turut menentukan kualitas output dari

program ini. Makna dari investasi sosial dari DCR adalah ketika

penerima beasiswa selesai dari kuliah nya. seperti di ungkapkan

Winda Damelia, Social Performance PGPA PT. Chevron

Pacific Indonesia Riau berikut:

“Menurut saya program ini sangat bagus secara

filosofi untuk memberikan akses pendidikan

kepada siswa berprestasi. Hal ini sangat diakui oleh

stakeholder kita, terutama Dinas Pendidikan dan

Kebudayaan dan juga stakeholder yang lain. Hanya

saja begini, setiap program harus ada matriks yang

terukur.Dalam hal ini matrik yang terukur sudah

ada namun sebaiknya terus ditingkatkan

4 (15/6/2016)

13

lagi.Maksudnya adalah ketika program ini selesai

harusnya ada monitoring yang berkelanjutan

terhadap kehidupan penerima beasiswa.Entah itu di

mana mereka bekerja sekarang atau kontribusi

mereka pada kegiatan sosial dan lain-lain.Hal-hal

itu yang tidak kita lakukan sehingga tidak bisa di-

record dan capitalized”5

Beberapa kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan

program CSR DCR berasal dari faktor internal dan eksternal.

Internal perusahaan sendiri ada audit menyeluruh terhadap

semua program yang dijalankan, tak terkecuali program DCR.

Kegiatan audit ini menyebabkan pemberhentian sementara

seluruh program CSR untuk tahun 2017. Faktor eksternal yang

dihadapi adalah masih kurangnya sosialisasi panitia ke daerah-

daerah terpencil. Pelaksanaan DCR adalah faktor jarak, “Kita

cukup sulit menjangkau seluruh sekolah yang berada di tiap

kabupaten/kota.Tidak semua sekolah mendapat informasi

tentang beasiswa. Bahkan kita pernah harus menggunakan

sampan selama empat jam agar bisa sampai ke sekolah yang

berada di pelosok daerah. Karena ada hambatan ini, siswa yang

menggikuti DCR kebanyakan adalah siswa bersekolah di kota

saja.”

Kini, DCR telah berusia lebih dari 10 tahun

pelaksanaannya dengan jumlah 1.011 siswa Riau yang menjadi

alumni dan peserta.Hal ini memberikan sinyal bagi bahwa

program ini memang penting dan perlu.Penting karena DCR

merupakan hasil kerjasama yang sinergis dengan pihak Dinas

Pendidikan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dan telah

menemukan polanya yang konsisten, simultan dan

5 (13/6/2016)

14

kerkesinambungan.Perlu, karena ditunggu-tunggu oleh pelajar

SMA, orang tua dan guru di seluruh penjuru Riau.

SIMPULAN

Simpulan dari tulisan ini adalah program DCR sangat

tepat sasaran dalam meningkatkan kualitas sumber daya insani

bahkan sangat strategis dan terintegrasi dengan lima pilar

pembangunan Riau. Investasi modal insani ini sangat

menguntungkan secara finansial dan pada gilirannya akandapat

mengungkit pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan

masyarakat. Memang investasi di bidang pendidikan sangat

mahal tetapi biaya sosial dari manusia yang tidak berpendidikan

jauh lebih mahal dari biaya investasi tersebut. CSR bagi CPI

bukan sekedar bentuk tanggung jawab sosial, tetapi lebih

sebagai bentuk kontribusi investasi sosial bagi daerah

operasional. Model PR two way symmetrical merupakan model

yang diterapkan dalam menjaga hubungan baik dengan

stakeholder pada program DCR.

Saran, hambatan pada faktor eksternals bisa teratasi

dengan adanya koordinasi yang lebih baik dengan Dinas

Pendidikan kabupaten/kota setempat agar penyebaran

informasi dapat sampai hingga pelosok daerah. Sebaiknya

penyebarluasan informasi tentang DCR dilakukan hingga

tingkat kelurahan sehingga sekolah-sekolah yang berada di

pelosok daerah mengetahuinya. Program ini juga bsi adi jadikan

sebagi program CSR khusus Chevron Indonesia, khususnya di

Riau.

DAFTAR PUSTAKA

Bungin, Burhan. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif .

Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

15

Chevron IndoAsia Businsess Unit Corporate Responsibility

Profile, 2011

Kriyantono, Rachmat. 2011. Teknik Praktis Riset Komunikasi.

Jakarta: Kencana

Moleong, Lexy J. 2005. Metode Penelitian Kualitatif.

Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Prajarto, Nunung. 2012. CSR Indonesia. Yogyakarta: Gadjah

Mada Press.

Ruslan, Rosady. 2003. Manajemen Public Relations dan Media

Komunikasi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan

Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Zaelani, Muhammad Asep. Program Csr Bidang Pendidikan

Sebagai Investasi Sosial.

http://www.kompasiana.com/zaelani_ma/program-csr-

bidang-pendidikan-sebagai-investasi-

sosial_5520e90f8133116c7419fd12

16

COMMUNITY DEVELOPMENT “SEKOLAH

GRATIS MENJAHIT RUMAH MODE QBUN”

DALAM PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

Mutiara Fadia, Susie Perbawasari, Yanti Setianti

Universitas Padjadjaran

[email protected],

[email protected], [email protected]

PENDAHULUAN

Program Sosial Bank Indonesia atau PSBI merupakan

bentuk kepedulian sosial Bank Indonesia untuk membantu

memecahkan masalah sosial ekonomi yang dihadapi

masyarakat.

Tema Program Sosial Bank Indonesia pada tahun 2016

adalah “Pemberdayaan Perempuan”. Sehingga dalam

pengelolaan Program Sosial Bank Indonesia lebih menfokuskan

kepada kegiatan pengembangan yang berkelanjutan untuk

meningkatkan nilai ekonomi rumah tangga melalui Program

Pemberdayaan Perempuan dengan sasaran kelompok wanita.

Bank Indonesia dalam menjalankan kegiatan

Corporate Social Responsibility atau yang dikenal dengan

Program Sosial Bank Indonesia memiliki 2 jenis yaitu yang

pertama adalah kegiatan atas inisiatif Bank Indonesia dan yang

kedua adalah kegiatan yang merupakan permohonan bantuan

dari pihak eksternal atau masyarakat dengan cara membuat

proposal permohonan bantuan.

Bank Indonesia lebih memilih untuk menjalankan

kegiatan Corporate Social Responsibility atau Program Sosial

Bank Indonesia dari permohonan bantuan yang diberikan oleh

pihak eksternal atau masyarakat. Kepala Unit Sumber Daya

17

Manusia Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat

beranggapan bahwa masyarakat tidak akan memiliki rasa

kepemilikan, ketika Bank Indonesia menjalankan kegiatan yang

sesuai dengan inisiatif dari Bank Indonesia sendiri. Dan

masyarakat akan merasa sense of belonging ketika kegiatan

tersebut muncul dari keinginan masyarakat.

Tugas seorang Public Relations adalah dapat menjalin

relasi yang harmonis antara perusahaan dengan publiknya.

Maka dari itu Bank Indonesia telah menjalankan kegiatan

Public Relations dimana Bank Indonesia menjalin relasi dengan

berbagai pihak untuk menjalankan kegiatan Corporate Social

Responsibility, diantaranya dari Pemerintah yaitu P3UKM

(Pusat Pengembangan Pendamping Usaha Kecil dan

Menengah) yang bertugas untuk menemukan mitra calon

binaan penerima Program Pemberdayaan Perempuan yang

memiliki kesamaan visi dengan Kantor Perwakilan Bank

Indonesia Provinsi Jawa Barat.

Euis Komariah merupakan pemilik usaha menjahit

Rumah Mode Qbun yang merupakan peserta pelatihan

pengembangan UMKM yang dilaksanakan oleh Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat.

Euis Komariah selaku penggagas ide program

pengembangan masyarakat ini memiliki tujuan untuk

meningkatkan keterampilan dan kemampuan wanita yang

tinggal di daerahnya untuk menjadi mandiri dan mempunyai

nilai tambah bagi perekonomian rumah tangga. Dengan

membagikan keterampilan dan ilmu pengetahuan menjahit

yang dimiliki, Euis Komariah ingin membuat Sekolah Gratis

Menjahit Rumah Mode Qbun.

Terjaringlah satu visi yakni pemberdayaan perempuan

dalam Program “Sekolah Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun”

yang disampaikan oleh Euis Komariah melalui proposal.

18

Tahap pertama dalam identifikasi masalah, Bank

Indonesia menilai dan menganalisis proposal permohonan

bantuan tersebut dengan Formulir Kelayakan Penerima

Bantuan yang sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia

dalam Pedoman Tahunan PSBI (Program Sosial Bank

Indonesia). Terdapat 9 aspek yang akan dinilai. Jika semua atau

sebagian besar terpenuhi, maka Bank Indonesia dapat

memberikan bantuan tersebut. Kemudian Bank Indonesia

menilai program tersebut harus sesuai dengan visi Bank

Indonesia serta program kerja Bank Indonesia. Maka langkah

selanjutnya Bank Indonesia melakukan survey ke lapangan

untuk melakukan wawancara serta diskusi.

Tahap kedua dalam perencanaan program, Divisi

Sumber Daya Manusia Kantor Perwakilan Bank Indonesia

melakukan survey ke lapangan untuk melakukan pengecekan

lokasi dan peserta calon penerima bantuan sesuai dengan isi

proposal. Selanjutnya Bank Indonesia melakukan wawancara

juga diskusi dengan Euis Komariah dan Aparatur Desa

setempat terkait Program Sekolah Gratis Menjahit Rumah

Mode Qbun. Bank Indonesia telah melakukan komunikasi dua

arah atau two ways communication dimana Bank Indonesia

melakukan komunikasi langsung secara tatap muka sehingga

terdapat feedback serta respon secara langsung. Sehingga

program tidak hanya menjalankan kegiatan sesuai dengan

keinginan satu pihak saja, namun dapat berjalan sesuai dengan

kebutuhan masyarakat, agar tujuan dapat dicapai bersama-

sama.

Tahap ketiga dalam sosialisasi program, Euis Komariah

sebagai penggagas ide atau pemilik Rumah Mode Qbun

melakukan sosialisasi Program dengan cara memilih dan

menentukan masyarakat calon binaan ketika terdapat event-

event fashion show yang dihadiri yaitu dengan cara meragakan

19

pakaian yang mewah dan bagus agar masyarakat tertarik untuk

mengikuti program. Sehingga Euis Komariah sudah tidak lagi

menjual produk, namun menjual nama ‘Rumah Mode Qbun’

sebagai binaan Bank Indonesia.

Tahap keempat dalam Implementasi, Kantor

Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat memfasilitasi

kegiatan pelatihan menjahit dan bantuan peralatan jahit yang

secara permanen diserahkan dan dikelola oleh Euis Komariah.

Kegiatan berlangsung selama 3 hari di aula kantor Kelurahan

Cisarua, Kecamatan Cikole, Kota Sukabumi. Kegiatan

selanjutnya dilakukan satu minggu sekali di tempat tinggal Euis

Komariah.

Tahap kelima Bank Indonesia menjalin relasi dengan

P3UKM untuk melakukan Evaluasi dan Monitoring.

Monitoring dilakukan selama 3 bulan sekali oleh Slamet

Riyanto selaku staff P3UKM, hasil monitoring yakni Ibu Euis

Komariah selaku pemilik Rumah Mode Qbun masih

meneruskan pelatihan menjahit bagi peserta pelatihan dengan

jadwal yang telah ditentukan di rumah tinggalnya dimana

sarana pelatihan dari bantuan Bank Indonesia masih lengkap

terawat dengan baik serta masih dipergunakan dalam kegiatan

pelatihan rutin.

Evaluasi dilakukan selama 6 Bulan sekali. Hasil

evaluasi yang dilakukan oleh Slamet Riyanto di Bulan

Desember 2016 yakni peserta pelatihan menjahit yang semula

berjumlah 16 orang menjadi berkurang seiring dengan

semangat dan tingkat kesulitan materi pelatihan menjahit.

Jumlah peserta pelatihan yang masih bertahan sampai saat ini

dan konsisten sebanyak 5 orang. dan dalam Program Menjahit

Rumah Mode Qbun ini, salah satu dari peserta sudah membuka

usaha dengan menjual produk mukena dan goodie bag. Namun

peserta tersebut membuka usaha secara sendiri sehingga sudah

20

tidak lagi mengikuti program Sekolah Gratis Menjahit Rumah

Mode Qbun.

Ibu-ibu disekitar Rumah Mode Qbun yang rata-rata

memiliki usaha dibidang menjahit meminta untuk diadakannya

kursus private, setelah beberapa bulan diadakannya Program

Sekolah Gratis Menjahit dengan Euis Komariah. Sehingga

setiap hari Selasa dan Kamis, Euis Komariah membuka kursus

private untuk Ibu-ibu yang berada disekitar Rumah Mode

Qbun. Berawal dari 5 orang yang mengikuti kursus private,

sekarang bertambah menjadi 12 orang.

Euis Komariah berencana untuk mengalihkan program

Sekolah Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun untuk anak panti

asuhan serta penyandang disabilitas atau orang dengan

kebutuhan khusus, karena dilihat dari semakin menurunnya

jumlah peserta Program Sekolah Gratis Menjahit Rumah Mode

Qbun. Ibu RT setempat yang merupakan salah satu penerima

manfaat dari program tersebut beranggapan bahwa kurangnya

semangat serta komitmen peserta program Sekolah Gratis

Menjahit Rumah Mode Qbun adalah karena menjahit

memerlukan kemampuan menggunakan logika, berhitung juga

konsentrasi, sehingga para Ibu mulai enggan dengan alasan

‘sudah malas mikir’.

Faktor lain yang mengakibatkan kurangnya komitmen

serta semangat dari peserta program adalah karena Kantor

Perwakilan Bank Indonesia menjalankan kegiatan ini hanya

berdasarkan penilaian kelayakan penerimaan bantuan yang

sesuai dengan ketentuan yang sudah dirancang di Surat Edaran

Bank Indonesia. Jika semua atau sebagian besar terpenuhi,

maka Bank Indonesia dapat memberi batuan dengan tahap

selanjutnya yakni melakukan survey ke lapangan untuk

mengetahui keberadaan usaha tersebut.

21

Bank Indonesia belum melakukan social mapping atau

pemetaan lingkungan serta fact finding untuk menentukan

sasaran penerima bantuan, Bank Indonesia belum menganalisis

bagaimana komunitas, sosial budaya, bagaimana kebutuhan

masyarakat apakah kegiatan pengembangan masyarakat

tersebut telah sesuai dengan kebutuhan masyarakat sekitar atau

tidak.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

bagaimana tahapan community development menurut Elvinaro

Ardianto dan Dindin M. Fachfudz yang dijalankan oleh Divisi

Sumber Daya Manusia dan Divisi Humas Kantor Perwakilan

Bank Indonesia Jawa Barat yang terdiri dari 5 tahap yaitu

mapping (identifikasi kebutuhan masyarakat), perencanaan

program, sosialisasi program, implementasi, evaluasi dan

monitoring pada program “Sekolah Gratis Menjahit Rumah

Mode Qbun” dalam pemberdayaan perempuan sebagai salah

satu kegiatan corporate social responsibility atau yang dikenal

dengan Program Sosial Bank Indonesia.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif. Peneliti mendeskripsikan program Sekolah

Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun yang dilakukan oleh Divisi

Sumber Daya Manusia dan Divisi Humas KPw Bank Indonesia

Provinsi Jawa Barat sebagai kegiatan Corporate Social

Responsibility. Metode deskriptif menurut Sugiyono (2013)

adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan atau

menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk

membuat kesimpulan yang lebih luas.

Penelitian ini menggunakan pandangan positivistik

yakni menggunakan konsep tahap community development oleh

Elvinaro Ardianto dan Dindin M. Machfudz. Pandangan

22

posotivistik untuk mengimplikasikan apa yang dikenal dengan

operasionalisme yang pada dasarnya mengharuskan setiap

konsep yang digunakan untuk didefinisikan secara operasional

dengan menentukan aspek pembatasan serta ukuran atau

indicators tertentu. Sehingga dalam pandangan positivistik

bahwa operasionalisasi konsep menjadi hal yang penting dalam

penelitian ilmiah. Konsep yang digunakan harus didefinisikan

secara spesifik (Pawito, 2007).

Penelitian ini peneliti menentukan informan dengan

teknik purposive sampling artinya, dengan memilih narasumber

yang benar-benar mengetahui dan menjalankan program

community development sehingga mereka akan dapat

memberikan penjelasan mengenai alasan dibuatnya program

tersebut sebagai kegiatan Corporate Social Responsibility dan

bagaimana program itu dilaksanakan, key informann dalam

penelitian ini adalah Ainur Rakhma Kamila sebagai Kepala

Unit Fungsi Sumber Daya Manusia, Protokol dan Pengamanan

dan dengan Informannya adalah sebagai berikut: Maya

Mulyawati sebagai Staff Unit Fungsi SDM, Protokol dan

Pengamanan, Eka Nur Frihatin sebagai Humas KPw Bank

Indonesia Jawa Barat dan Slamet Riyanto sebagai Staff

P3UKM.

Menurut Ruslan (2003:156) mendefinisikan Purposive

Sampling sebagai “Pemilihan sample berdasarkan karakteristik

yang dianggap mempunyai sangkut pautnya dengan

karakteristik populasi yang sudah diketahui sebelumnya”.

Peneliti melakukan wawancara mendalam semi

terstruktur. Tujuan wawancara jenis ini adalah untuk

menemukan permasalahan secara lebih terbuka dan pihak yang

diajak wawancara diminta pendapatnya. Dalam melakukan

wawancara, peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan

23

mencatat apa yang dikemukakan oleh informan. (Sugiyono,

2013).

Dalam penelitian ini melakukan observasi partisipan

pasif dengan turun langsung ke lapangan untuk mengamati

kegiatan secara langsung, bagaimana pemilik usaha menjahit

Rumah Mode Qbun memberi pelatihan kepada peserta dan

bagaimana peserta menjalani program Sekolah Gratis Menjahit

Rumah Mode Qbun yang bertepat di rumah pribadi pemilik

usaha Rumah Mode Qbun di Perumahan Griya Sukabumi Blok

C No 1-2 Desa Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi.

Studi kepustakaan adalah teknik pengumpulan data

dengan mengadakan studi penelaahan terhadap buku-buku,

literatur-literatur, catatan-catatan, dan laporan-laporan yang ada

hubungannya dengan masalah yang dipecahkan (Nazir, 2009).

Metode ini dilakukan dengan mempelajari dokumen seperti

dokumen surat-surat, proposal kegiatan, press release, data

press conference dan lainnya dari setiap kegiatan berjalannya

program Pemberdayaan Perempuan.

Teknik analisis data menggunakan analisis data

dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus

menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Berdasarkan model ini terdapat tiga tahapan analisis data yakni

data reduction (merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting), data display (uraian

singkat, bagan, hubungan antar katogori yang paling sering

digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif

dengan teks yang bersifat naratif), dan conclusion drawing /

verification (penarikan kesimpulan dan verifikasi). (Miles dan

Huberman dalam Sugiyono, 2013).

Keabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan

metode analisis triangulasi. Peneliti menggunakan triangulasi

sumber dimana peneliti mewawancarai sumber lain untuk

24

melihat kebenaran informasi yang disampaikan oleh informan.

Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan

dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui

beberapa sumber (Sugiyono, 2013). Triangulator dalam

penelitian ini adalah 1) Euis Komariah selaku Pemilik Usaha

Menjahit “Rumah Mode Qbun”, 2) Endang Wahyuningsih

selaku peserta / penerima manfaat “Program Sekolah Gratis

Menjahit Rumah Mode Qbun dan 3) Oci selaku peserta /

penerima manfaat “Program Sekolah Gratis Menjahit Rumah

Mode Qbun”.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahap mapping yang dilakukan oleh Bank Indonesia

Kantor Perwakilan Jawa Barat pada Program Sekolah

Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun

Bank Indonesia memiliki 2 macam jenis corporate

social responsibility atau Program Sosial Bank Indonesia

(PSBI), yang pertama atas dasar inisiatif Bank Indonesia sendiri

dan yang kedua adalah atas permintaan dari masyarakat dengan

memberikan proposal permohonan bantuan. Program “Sekolah

Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun ini merupakan jenis

permohonan bantuan dari masyarakat dengan memberikan

proposal.

Bank Indonesia ketika melakukan corporate social

responsibility yang merupakan permintaan dari masyarakat

melakukan analisis proposal dengan cara menilai menggunakan

formulir kelayakan penerima bantuan yang sesuai dengan Surat

Edaran Bank Indonesia. Selanjutnya Bank Indonesia

mempelajari terlebih dahulu permasalahan apa yang sedang

terjadi di masyarakat, menganalisis kebutuhan apa saja yang

sedang dibutuhkan oleh masyarakat dan melihat apakah

25

proposal tersebut telah sesuai dengan visi Bank Indonesia yaitu

pengembangan ekonomi.

Ainur sebagai Kepala Unit Fungsi Sumber Daya

Manusia Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat

mengungkapkan bahwa Program Bank Indonesia adalah

melihat apa kebutuhan masyarakat, maka dari itu mengapa

Bank Indonesia memberi bantuan melalui pihak eksternal atau

masyarakat yang memberi proposal kepada Bank Indonesia,

karena jika Bank Indonesia melakukan sebuah program

pemberdayaan atas inisiatif Bank Indonesia sendiri, terkadang

masyarakat merasa tidak memiliki. Bank Indonesia pernah

melakukan program pemberdayaan Urban Farming kegiatan

bercocok tanam di daerah Garut.

Bank Indonesia sudah memberi rumah semai dan lain-

lain, dan mengajak masyrakat tersebut untuk bertanam cabai,

namun ternyata, nature masyarakat tersebut bukan bertanam

cabai, nature masyarakat tersebut bertanam kentang, sehingga

setelah Bank Indonesia tidak mendampingi lagi, tidak dikelola

dalamnya oleh masyarakat tersebut, program yang Bank

Indonesia canangkan gagal.

Bank Indonesia lebih memilih untuk mejalankan

kegiatan Program Sosial Bank Indonesia sesuai dengan

keinginan dari masyarakat agar masyarakat lebih dapat

memiliki rasa kepemilikan.

Bank Indonesia dalam melakukan pengidentifikasian

masalah belum berjalan dengan maksimal, dimana Bank

Indonesia belum melakukan social mapping atau pemetaan

sosial dan fact finding dalam Program Sosial Bank Indonesia.

Pemetaan sosial dapat dipandang sebagai salah satu

pendekatan dalam penanganan masalah sosial. Pemetaan sosial

(social mapping) adalah proses penggambaran masyarakat yang

sistematik serta melibatkan pengumpulan data dan informasi

26

mengenai masyarakat termasuk didalamnya profile dan

masalah sosial yang ada pada masyarakat tersebut (Suharto,

2005).

Pemetaan sosial memerlukan pemahaman mengenai

kerangka konseptualisasi masyarakat yang dapat membantu

dalam membandingkan elemen-elemen masyarakat antara

wilayah satu dengan wilayah lainnya. Misalnya, beberapa

masyarakat memiliki wilayah (luas-sempit), komposisi etnik

(heterogen-homogen) dan status sosial-ekonomi (kaya-miskin

atau maju-tertinggal) yang berbeda satu sama lain. Kerangka

untuk memahami masyarakat akan berpijak pada karya klasik

Warren (1978), The Community in America, yang

dikembangkan kemudian oleh Netting, Kettner dan McMurtry

(2003).

Sebagaimana digambarkan Tabel kerangka

pemahaman masyarakat dan masalah sosial terdiri dari 4 fokus

atau variabel dan 9 tugas.

Fokus Tugas

A.Pengidentifikasian

populasi sasaran

1.Memahami karakteristik

anggota populasi sasaran

B.Penentuan

karakteristik masyarakat

2.Mengidentifikasi-kan batas-

batas masyarakat

3.Menggambarkan masalah-

masalah sosial

4.memahami nilai-nilai dominan

C.Pengakuan perbedaan-

perbedaan

5.Mengidentifikasi mekanisme-

mekanisme penindasan yang

tampak forman

6.Mengidentifikasi bukti-bukti

diskriminasi

27

D.Pengidentifikasian

Struktir

7.Memahami lokasi-lokasi

kekuasaan

8.Menentukan ketersediaan

sumber

9.Mengidentifikasi pola-pola

pengawasan sumber dan

pemberian pelayanan

(Sumber: Netting, Kettner dan McMurty, 2003)

Dalam melaksanakan kegiatan Public Relations pun,

dikenal tahapan-tahapan untuk mencapai tujuan yang efektif.

Tahapan-tahapan tersebut merupakan pola kegiatan komunikasi

atau proses Public Relations. Adapun tahapan-tahapan itu

menurut Cutlip dan Center dalam Rachmadi (2001) dibagi ke

dalam empat tahap, yaitu : Penemuan Fakta (Fact Finding),

Planning, Communicating, Evaluating.

Fact finding merupakan tahap dimana kegiatannya

lebih difokuskan untuk mengetahui apakah situasi dan pendapat

dalam masyarakat (opini publik) terhadap suatu langkah yang

akan diambil, maupun yang sedang dilaksanakan itu dapat

menunjang atau justru malah akan menghambat kegiatan

organisasi atau perusahaan. Data-data dan fakta dapat diperoleh

melalui survei pendapat, baik yang bersifat internal publik

maupun yang bersifat eksternal publik dengan menggunakan

beberapa pendekatan. Dalam fase pencarian dan penemuan data

atau fakta ini, maka seorang Public Relations dituntut untuk

melakukan hal-hal sebagai berikut : a) Selalu memperhatikan

berbagai kejadian atau perkembangan sosial, politik dan juga

ekonomi yang secara langsung atau tidak langsung akan

mempengaruhi organisasi atau perusahaan; b) Mengumpulkan

berbagai macam data untuk diolah menjadi informasi; c)

Menganalisis informasi itu agar sesuai dengan keperluan

28

organisasi atau perusahaan; d) Selalu siap menyajikan berbagai

informasi secukupnya kepada setiap unit organisasi atau

perusahaan; e) Menyempurnakan segala macam informasi yang

dirasa masih kurang lengkap atau memadai; f) Melengkapi

simpanan data-data dan informasi, antara lain dengan

menyelenggarakan dokumentasi dan mengkliping semua

informasi dari media massa (press clipping). (Rachmadi 2003).

Tahap Perencaan Program Sekolah Menjahit Rumah Mode

Qbun pada Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa Barat

Tahap Bank Indonesia dalam menjalankan

perencanaan Program Sosial Bank Indonesia atau Corporate

Social Responsibility Bank Indonesia adalah yang pertama

melakukan perencanaan program yang tertuang dalam

Pedoman Tahunan Program Sosial Bank Indonesia yang telah

dirumuskan dalam Rapat Forum Perumusan oleh Satuan Kerja

yang melakukan kegiatan kehumasan. Dari Rapat Forum

Perumus menghasilkan arah Program Sosial Bank Indonesia

untuk satu tahun kedepan meliputi tujuan serta target indikatif

anggaran lalu dari hasil rapat tersebut KPw Bank Indonesia

wilayah menyampaikan daftar usulan program atau kegiatan

dan kebutuhan anggaran hasil pertemuan koordinasi atau

workshop wilayah kepada Satuan Kerja yang melaksanakan

kegiatan kehumasan.

Hasil dari Rapat Forum Perumus tersebut, Kantor pusat

menentukan tema besar tahunan. Untuk tahun 2016 sampai

tahun 2018 tema besarnya adalah “Indonesia Cerdas dan

Pemberdayaan Perempuan”.

Tahap awal perencanan program Sekolah Gratis

Menjahit Rumah Mode Qbun ini berangkat dari permohonan

bantuan berupa proposal yang diberikan dari pemilik usaha

menjahit Rumah Mode Qbun setelah itu Divisi Sumber Daya

29

Manusia dan Divisi Humas melakukan penilaian berupa

formulir kelayakan pemberian bantuan sesuai dengan Surat

Edaran yang berlaku di Bank Indonesia, kemudian melakukan

survey ke lapangan serta melakukan wawancara dan diskusi

dengan pemilik usaha dan kelurahan setempat. Tim PSBI

(Program Sosial Bank Indonesia) melakukan diskusi dan

wawancara terkait program Sekolah Gratis Menjahit Rumah

Mode Qbun yang akan dilaksanakan mengenai latar belakang

usaha, bagaimana para peserta, keberadaan usaha tersebut di

kelurahan setempat.

Perencanaan Program adalah serangkaian proses

penentuan tindakan masa depan yang disertai pertimbangan

yang logis dan kontinu untuk memanfaatkan sumber daya yang

ada semaksimal mungkin guna mencapai tujuan tertentu. Tahap

dari suatu perencanaan adalah sebagai berikut: 1) Penentuan

pilihan (setting up choices); 2) Penetapan sumberdaya

(resources allocation); 3) Penetapan dan usaha pencapaian

sasaran dan tujuan pembangunan (setting up goals and

objectives); 4) Berfikir Sistem, holistik, dan berkelanjutan

(sustainable development). (Dior, 1996)

Dalam menjalankan Program Sekolah Gratis Menjahit

Rumah Mode Qbun, Bank Indonesia telah menetapkan

penentuan pilihan yakni dengan menganalisis, menilai proposal

sampai dengan memilih Program Sekolah Gratis Menjahit

sebagai kegiatan corporate social responsibility Bank

Indonesia

Bank Indonesia telah menetapkan sumberdaya yang

akan menjalankan program tersebut yakni Divisi Sumber Daya

Manusia, Divisi Humas Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Jawa Barat dan menjalin relasi dengan Staff P3UKM sebagai

evaluasi dan monitoring.

30

Bank Indonesia telah melakukan penetapan dan usaha

pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan dengan cara

menetapkan tema besar tahunan Program Sosial Bank Indonesia

juga menilai proposal permohonan bantuan dari pihak eksternal

atau masyarakat untuk diberikannya bantuan melalui formulir

kelayakan penerima bantuan, survey, diskusi dan wawancara.

Bank Indonesia telah melakukan tahap suistanable

development dimana penggagas ide tau pemilik usaha menjahit

Rumah Mode Qbun akan diberikan pelatihan-pelatihan berupa

pengelolaan keuangan dan lain-lain.

Tahap Sosialisasi Program Sekolah Menjahit Rumah Mode

Qbun pada Kantor Perwakilan Bank Indonesia Jawa Barat

Sosialisasi pada program Sekolah Gratis Menjahit

Rumah Mode Qbun dilakukan oleh Euis Komariah selaku

penggasas ide atau pemilik usaha menjahit Rumah Mode Qbun.

Euis Komariah melakukan sosialisasi dengan cara

mempromosikan Rumah Mode Qbun disetiap ada kesempatan

yang besar seperti event fashion show yang dihadiri.

Komunikasi yang dijalin oleh Euis Komariah adalah

komunikasi persuasif dimana Euis Komariah mengajak

masyarakat sekitar Sukabumi untuk turut megikuti program

Sekolah Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun karena program

ini merupakan kegiatan yang positif yang bisa meningkatkan

keterampilan wanita-wanita sekitar rumah Euis Komariah dan

dampak besarnya adalah dapat menumbuhkan ekonomi rumah

tangga yang baru.

Euis Komariah selaku penggagas ide mengungkapkan

bahwa salah satu sosialisasi yang dilakukan agar masyarakat

turut megikuti program yaitu dengan mengadakan peragaan

busana ketika ada event fashion show. Di event tersebut Euis

31

Komariah memasang baju yang bagus dan mewah, agar

masyarakat tertarik.

Eka selaku Humas Bank Indonesia mengatakan bahwa

yang melakukan sosialisasi adalah penggagas ide yakni Euis

Komariah dengan cara mengumpulkan masyarakat yang akan

diberdayakan. Dan Bank Indonesia belum turut melakukan

sosialisasi. Jadi yang pertama adalah Bank Indonesia

melakukan survey, wawancara dan diskusi dengan penggagas

ide dan aparatur desa setempat untuk diberikannya dukungan.

Kedua, Bank Indonesia melakukan launching atau peresmian.

Ketiga berjalannya program.

Sosialisasi adalah proses belajar yang di alami

seseorang untuk memperoleh pengetahuan ketrampilan, nilai-

nilai dan norma-norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai

anggota dalam kelompok masyarakatnya (Goslin, 2008).

Sosialisasi program harus memperhatikan beberapa hal

diantaranya bagaimana penyampaian sosialisasi kepada

masyarakat terkait program yang akan dijalankan, dalam

kesempatan apa sosialisasi tersebut dilaksanakan, isi pesan

yang disampaikan kepada masyarakat yang akan diberdayakan.

Euis Komariah mengungkapkan bahwa setiap ada

kesempatan mengajak masyarakat untuk mengikuti program

pasti akan dilakukan. Sejauh ini hanya promosi dan

menginfokan dari mulut ke mulut bahwa akan diadakannya

pelatihan menjahit gratis dibawah binaan Bank Indonesia.

Tahap Implementasi Program Sekolah Menjahit Rumah

Mode Qbun pada Bank Indonesia Kantor Perwakilan Jawa

Barat

Implementasi program Sekolah Gratis Menjahit Rumah

Mode Qbun ini dibuka pada Bulan Juni 2016. Peresmian /

launching kegiatan dilaksanakan di Kantor Desa Kelurahan

32

Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi, kegiatan pertama

dibuka oleh Tim PSBI untuk menjelaskan tugas pokok Bank

Indonesia visi misi Bank Indonesia, juga menjelaskan bahwa

Bank Indonesia memiliki tugas dalam pengembangan ekonomi.

Ainur selaku Kepala Unit Sumber Daya Manusia

menjelaskan bahwa tujuan program tersebut adalah

pengembangan ekonomi masyarakat, maka dari itu Bank

Indonesia masuk kedalam program community development

dengan harapan dapat menambah edit value penghasilan bagi

Ibu rumah tangga.

Peresmian atau pembukaan program Sekolah Gratis

Menjahit Rumah Mode Qbun dihari pertama ini juga KPw Bank

Indonesia Provinsi Jawa Barat memfasilitasi kegiatan tersebut

dengan memberi bantuan peralatan jahit yang secara permanen

diserahkan dan dikelola oleh Ibu Euis Komariah selaku

penggagas ide dan pemilik usaha menjahit Rumah Mode Qbun

untuk modal awal dalam meneruskan cita-cita membuka

Sekolah Gratis Menjahit. Pelatihan tersebut juga dihadiri oleh

Ibu Walikota Sukabumi yang juga merupakan Ketua PKK

(Pembinaan Kesejahteraan Keluarga) untuk memberikan

dukungan agar terus mengembangkan Program ini menjadi

bagian dari program Pemberdayaan Perempuan di Sukabumi.

Kegiatan pengembangan masyarakat pada dasarnya

melibatkan banyak pihak. Secara garis besar, pihak-pihak yang

terlibat dalam pengembangan masyarakat salah satunya adalah

Pemerintah. Menurut Ilona Vicenovie Oisina Situmeang (2016)

dalam buku Corporate Social Responsibility menjelaskan

bahwa:

“Pemerintah merupakan pihak yang paling

bertanggungjawab dalam upaya mensejahterakan

masyarakat. Oleh karena itu pemerintah memiliki porsi

yang paling besar dalam pengembangan masyarakat.

33

Secara tidak langsung pemerintah telah melakukan

kegiatan pengembangan masyarakat melalui

penyelenggaraan program-program pembangunan pada

berbagai bidang kehidupan. Selain itu, pemerintah,

sebagai pemegang kekuasaan yang dimandatkan oleh

warganya, membuat berbagai regulasi yang ditujukan

kepada terciptanya kehidupan masyarakat yang

sejahtera.”

Bank Indonesia dalam mengimplementasikan program

ini menggunakan model Two-Way Symmetric menurut Menurut

Butterick (2012:33) menyatakan bahwa:

“Karakter utama dari model ini ialah perusahaan

ditantang untuk melakukan dialog langsung dengan

pemangku kepentingan tidak hanya membujuk tetapi

juga mendengarkan mempelajari, dan memahaminya

sebagai proses komunikasi”

Grunig (1984) mengidentifikasi banyak asumsi dari

model keempat ini yaitu dari praktisi PR seperti Lee, Bernays

juga John Hill. Asumsi yang dimasukkan ialah “telling the

truth”, “interpreting the client and public to one another,” and

“management understanding then viewpoints of employee and

neighbors”. Model two-way symmetric ini memberikan sebuah

orientasi public relations bahwa organisasi dan publik saling

menyesuaikan diri.

Implementasi dapat diartikan sebagai tindakan-

tindakan oleh individu public dan swasta (atau kelompok) yang

diarahkan pada prestasi tujuan yang ditetapkan dalam

keputusan kebijakan sebelumnya”. (Van Meter dalam

Subarsono 2006).

Materi di hari pertama yang disampaikan oleh pemberi

materi (Euis selaku pemilik usaha menjahit Rumah Mode

34

Qbun) adalah Teori pengenalan alat dan mesin jahit, Teori dan

teknik menjahit, Praktek mempergunakan mesin jahit, Teknik

dasar menjahit: cara mengukur dan membuat pola.

Materi hari kedua yang disampaikan oleh pemberi

materi (Euis selaku pemilik usaha menjahit Rumah Mode

Qbun) adalah Teori dan teknik memotong bahan, Membuat pola

beberapa kerudung, Praktek menjahit kerudung, Praktek

membuat pola mukena dan tas mukena, Praktek menjahit

mukena dan tas mukena.

Materi hari ketiga yang disampaikan oleh pemberi

materi (Euis selaku pemilik usaha menjahit Rumah Mode

Qbun) adalah Praktek membuat rok tanpa pola, Praktek

menjahit rok tanpa pola, Praktek membuat pola blus, Praktek

menjahit blus.

Tahap Evaluasi dan Monitoring Program Sekolah Menjahit

Rumah Mode Qbun pada Bank Indonesia Kantor

Perwakilan Jawa Barat

Bank Indonesia dalam melaksanakan Evaluasi dan

Monitoring pada Program Sekolah Gratis Menjahit Rumah

Mode Qbun menggandeng P3UKM (Pelaksana Pusat

Pengembangan Pendamping Usaha Kecil dan Menengah).

Evaluasi dilakukan selama 6 bulan sekali oleh Slamet Riyanto

selaku staff P3UKM. Sedangkan monitoring dilakukan 3 bulan

sekali.

Bank Indonesia telah melakukan evaluasi dan

monitoring dengan baik yakni secara berkala yaitu setiap 6 dan

3 bulan sekali.

Hasil dari evaluasi yang dilakukan oleh Slamet Riyanto

selaku staff P3UKM pada bulan Desember 2016 adalah peserta

mengalami penurunan menjadi 6 orang dari 18 orang.

Kemudian Euis Komariah menerima peserta pelatihan lain

35

sehingga menambah kepersetaan pelatihan menjahit yang

konsisten dan rutin sebanyak 4 orang. sehingga jumlah peserta

pada bulan Desember 2016 adalah 10 peserta.

Euis Komariah selaku pemilik Rumah Mode Qbun

masih meneruskan pelatihan menjahit bagi peserta pelatihan

dengan jadwal yang telah ditentukan di ruamh tinggalnya

dimana sarana pelatihan dari bantuan Bank Indonesia masih

lengkap dan terawat dengan baik serta masih dipergunakan

dalam kegiatan pelatihan rutin.

Program Sekolah Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun

telah mencetuskan 1 pengusaha baru di bidang konveksi

sehingga peserta tersebut telah mampu meningkatkan

perekonomian keluarga.

Peneliti melakukan penelitian dengan turun langsung

ke lapangan untuk mengetahui bagaimana Program Sekolah

Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun ini berlangsung. Peneliti

datang ke rumah Euis Komariah selaku penggagas ide yang

merupakan pemilik usaha Menjahit Rumah Mode Qbun yang

terletak di Kelurahan Cisarua Kecamatan Cikole Kota

Sukabumi Perumahan Griya Sukabumi Blok C pada bulan April

2017. Ketika peneliti berkunjung kesana untuk melakukan

wawancara ternyata terdapat Ibu yang melakukan les private

menjahit sebanyak 5 orang, dan peserta yang mengikuti Sekolah

Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun sebanyak 5 orang.

Evaluasi adalah menilai hasil atau produk yang telah

dihasilkan dari suatu rangkaian program sebagai dasar

mengambil keputusan tentang tingkat keberhasilan yang telah

dicapai dan tindakan selanjutnya yang diperlukan

(Mulyatiningsih, 2011).

Monitoring adalah aktifitas yang ditujukan untuk

memberikan informasi tentang sebab dan akibat dari suatu

kebijakan yang sedang dilaksanakan. Monitoring dilakukan

36

ketika sebuah aktifitas sedang diimplementasikan. Monitoring

diperlukan agar kesalahan awal dapat segera diketahui dan

dapat dilakukan tindakan perbaikan, sehingga mengurangi

risiko yang lebih besar (Mulyatiningsih, 2011).

Program inipun terdapat kendala dimana Program

Sekolah Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun masih menyatu

dengan tempat tinggal Ibu Euis Komariah sehingga tempat yang

kurang memadai menghambat proses belajar menjahit bagi para

peserta..

Peneliti melakukan wawancara dengan Euis Komariah

di bulan April 2017, dimana hasil evaluasinya masih terdapat

Ibu-ibu yang berkomitmen sebanyak 5 orang dari 16 peserta.

Namun sampai saat ini, semangat dan komitmen dari Ibu-ibu

semakin berkurang, maka dari itu, Euis Komariah beranggapan

bahwa daripada mesin yang diberikan oleh Bank Indonesia

tidak terpakai, lebih baik dimanfaatkan untuk kegiatan lainnya.

Euis Komariah membuka kursus menjahit private

untuk ibu-ibu yang berada disekitar Rumah Mode Qbun jumlah

peserta kursus sebanyak 5 orang.

Kegiatan kursus private dilaksanakan beberapa bulan

dari Program Sekolah Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun.

Peserta kursus private merupakan Ibu-ibu yang rata-rata

memiliki usaha sendiri. Terdapat Ibu yang sudah mempunyai

butik, toko baju, dan baru merintis usaha di bidang menjahit.

Euis Komariah menjelaskan bahwa peserta kursus tidak ikut

dalam Program Sekolah Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun

karena rata-rata merupakan orang yang berada dengan

kemapanan ekonomi, kemudian ibu-ibu belajar dengan

sungguh-sungguh karena niat untuk membuka usaha atau sudah

memili butik sehingga lebih semangat.

Evaluasi terakhir yang dilakukan oleh Euis Komariah

pada Bulan Juni 2017. Euis Komariah mengungkapkan bahwa

37

ia mempunyai program baru yaitu untuk anak panti asuhan juga

untuk orang yang memiliki disabilitas karena dilihat dari

semangat dan komitmen Ibu-ibu peserta Program Sekolah

Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun semakin menurun.

Sekarang Ibu-ibu yang mengikuti kursus private di Rumah

Mode Qbun bertambah. Awal berjumlah 5 orang, sekarang

sudah menjadi 12 orang.

SIMPULAN

Program Sekolah Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun

adalah program permohonan bantuan dari pihak eksternal atau

masyarakat. Dimana ketika melakukan corporate social

responsibility yang merupakan permintaan dari masyarakat,

Bank Indonesia melakukan analisis proposal dengan cara

menilai proposal menggunakan formulir kelayakan penerima

bantuan yang sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia.

Terdapat 9 aspek didalamnya. Selanjutnya Bank Indonesia

mempelajari terlebih dahulu permasalahan apa yang sedang

terjadi di masyarakat, menganalisis kebutuhan apa saja yang

sedang dibutuhkan oleh masyarakat dan melihat apakah

proposal tersebut telah sesuai dengan visi Bank Indonesia yaitu

pengembangan ekonomi. Akan tetapi Bank Indonesia dalam

menjalankan identifikasi masalah belum melakukan social

mapping (Pemetaan Sosial) dan fact finding untuk mencari data

dan menentukan sasaran penerima manfaat sehingga dalam

pelaksanaannya, banyak peserta yang kurang berkomitmen dan

meninggalkan program.

Perencanaan awal Bank Indonesia Kantor Pusat

merancang Tema Besar Tahunan PSBI yakni “Indonesia

Cerdas” dan “Pemberdayaan Perempuan”. Program Sosial

Bank Indonesia terdapat 2 jenis, yang pertama adalah kegiatan

yang merupakan inisiatif dari Bank Indonesia dan yang kedua

38

adalah adanya permohonan bantuan dari masyarakat ke Bank

Indonesia melalui proposal. Setelah proposal masuk, Bank

Indonesia melakukan analisis proposal berdasarkan Formulir

Kelayakan Penerima Bantuan sesuai dengan Surat Edaran Bank

Indonesia. Setelah dianalisis dan inline dengan program kerja

serta sesuai dengan tema besar Program Sosial Bank Indonesia,

Divisi Sumber Daya Manusia melakukan survey ke lapangan

untuk melakukan wawancara dan diskusi dengan pemilik

Rumah Mode Qbun serta Kelurahan setempat terkait tempat,

waktu juga pemberian materi yang akan dijalankan ketika

Program berlangsung.

Sosialisasi yang dijalankan dalam Program Sekolah Gratis

Menjahit Rumah Mode Qbun adalah penggagas ide yaitu

pemilik usaha menjahit Rumah Mode Qbun yaitu Euis

Komariah mencari dan menentukan masyarakat yang akan

diberdayakan dengan cara mempromosikan Rumah Mode Qbun

disetiap terdapat event fashion show dengan meragakan baju

yang bagus dan mewah agar masyarakat tertarik dan ingin

belajar menjahit di Program Sekolah Gratis Menjahit Rumah

Mode Qbun. Sehingga, tujuan Euis Komariah bukan lagi untuk

menjual produk namun lebih menjual nama ‘Rumah Mode

Qbun’ sebagai binaan Bank Indonesia.

Implementasi Program Sekolah Gratis Menjahit

Rumah Mode dilakukan pertama kali di Kantor Kelurahan

Cisarua Kecamatan Cikole Kota Sukabumi selama 3 hari.

Setelah itu, kegiatan dilakukan setiap hari Jumat bertempat di

rumah pribadi Euis Komariah.

Evaluasi dan Monitoring program Sekolah Gratis Menjahit

Rumah Mode Qbun dilakukan 6 bulan dan 3 bulan sekali. Bank

Indonesia menjalin relasi dengan Pemerintah yaitu P3UKM

(Pusat Pengembangan Pendamping Usaha Kecil dan

Menengah) untuk dilaksanakannya Evaluasi dan Monitoring.

39

Peserta Program Sekolah Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun

yang berawal terdapat 16 peserta, menjadi 5 orang semakin

berkurang seiring dengan semangat dan tingkat kesulitan materi

menjahit. Namun disisi lain, Euis Komariah membuka kursus

private untuk ibu-ibu sekitar rumah Mode QBun dan peserta

kursus private awalnya terdapat 5 peserta sampai saat ini

bertambah menjadi 12 peserta. Melihat kondisi tersebut, Euis

Komariah berencana ingin mengalihkan Program Sekolah

Gratis Menjahit Rumah Mode Qbun untuk anak panti asuhan

juga orang yang memiliki disabilitas. Monitoring dilakukan

pertiga bulan oleh Staff P3UKM, Euis Komariah selaku pemilik

Rumah Mode Qbun masih meneruskan pelatihan menjahit di

rumah tinggalnya dan sarana pelatihan dari bantuan Bank

Indonesia masih lengkap dan terawat dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro dan Dindin M. Machfudz. 2011. Efek

Kedermawanan Pebisnis dan CSR. Bandung: Elex

Media Komputindo.

Budimanta dan Rudito. 2003. Metode dan Teknik Pengelolaan

Comdev. Jakarta: ICSD (Indonesia Center

Suistanable Development).

Butterick, Keith. 2012. Pengantar Public Relations: Teori dan

Praktik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Cutlip, Scott M., Allen H. Center & Glen M. Broom. 2007.

Effective Public Relations. Jakarta: Kencana.

ior, Y. 1996. “The Planning Process”, dalam International

Review of Administrative Sciences, Vol.29, No.1,

hal 50.

Firsan, Nova. 2012. rePublic Relations, Jakarta, PT. Media

Bangsa. Goslin, David A. 2008. Engaging Minds :

Motivation and Learning in America’s School.

Lanham Maryland an Oxford : Scarecrow Education

Book.

40

Hadi, Nor. 2011. Corporate Social Responsibility. Yogyakarta:

Graha Ilmu.

Kotler, P., & Lee, N. 2005. Corporate social responsibility

America: John Wiley&Sons, Inc. Amerika: John

Wiley&Sons,Inc.

Mulyatiningsih, Endang. 2011. Evaluasi Proses Suatu

Program. Jakarta: Bumi Aksara.

Pawito. 2007, Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta:

Pelangi Aksara.

Situmeang, Ilona. 2016. Corporate Social Responsibility:

Dipandang Dari Perspektif Komunikasi Organisasi.

Yogyakarta: Ekuilibria.

Subarsono. 2006. Analisis Kebijakan Publik: Konsep Teori dan

Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Solihin, Ismail. 2009. Corporate Social Responsibility from

Charity to Sustainability. Jakarta: Penerbit Salemba

Empat. Rachmadi, F. 2001. Public Relations dalam Teori dan Praktek, Jakarta, PT.

Gramedia Pustaka Utama.

Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan

R&D. Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edi. 2005, Membangun Masyarakat, Memberdayakan

Masyarakat: Kajian Strategis Pembangunan

Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial,

Bandung : Refika Aditama.

41

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

PT PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY (PGE)

AREA KAMOJANG DALAM PERENCANAAN

PENGEMBANGAN BUDIDAYA JAMUR

GEOTHERMAL

Rully Khairul Anwar, Yuliani Samroh Fuadi

Univeritas Padjadjaran

[email protected]

PENDAHULUAN

Kamojang merupakan salah satu daerah terpencil dan

jauh dari pusat perkotaan, daerah perbatasan antara Kabupaten

Bandung dengan Kabupaten Garut yang berada pada ketinggian

1640 – 1750 m diatas permukaan laut. Kamojang adalah daerah

pertama di Indonesia yang dilakukan pencarian sumber energi

panas bumi pada tahun 1918. Dari kapasitas energi panas bumi

yang ada di Indonesia itu, 22 % diantaranya sekitar 6.096 MW

berlokasi di wilayah Provinsi Jawa Barat.

Mantan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral

(ESDM) Jero Wacik mengatakan Indonesia memiliki potensi

energi terbarukan berupa panas bumi, Indonesia mencapai 40 %

dari potensi energi panas bumi di dunia. Kapasitas yang

diperkirakan bisa diperoleh dari hasil pengolahan panas bumi

menjadi energi listrik di Indonesia bisa mencapai 29.000 MW.6

Potensi energi panas bumi yang melimpah ini ternyata

pemanfaatannya baru sekitar 1.500-an MW atau sekitar kurang

5% dari potensi yang ada. Kapasitas terpasang tersebut

6 4 November 2011, Pemanfaatan Energi Panas Bumi Akan

Dipercepat, https://www.esdm.go.id

diakses pada 11/05/17 pukul 08:12 diakses pada 11/05/17 pukul

08:12

42

seluruhnya juga masih mengadopsi dari teknologi asing, jika

penguasaan teknologi pembangkit listrik panas bumi (PLTP)

tidak segera dilakukan oleh SDM dan industri dalam negeri

maka sumber energi geothermal hanya akan menjadi pasar bagi

negara asing.

Maka dari itu, PT Pertamina Geothermal Energy Area

Kamojang (PGE Area Kamojang) yang menjadi bagian dari PT

Pertamina Geothermal Energy merupakan anak perusahaan PT

PERTAMINA (PERSERO) pada sektor hulu sampai hilir yang

menangani kegiatan usaha panas bumi yang didirikan

berdasarkan akta Nomor 10 tanggal 12 Desember 2006.

Kapasitas produksi PGE Area Kamojang adalah 1.752

GWh/tahun (setara 3,4 juta Barrel Oil Equivalent/tahun). PGE

Area Kamojang mendukung pengembangan energi baru dan

terbarukan ditandai dengan diresmikannya PLTP unit V oleh

menteri ESDM tanggal 12 Januari 2013.

Era baru bagi energi panasbumi di Indonesia diawali

dengan peresmian Lapangan Geothermal Kamojang milik PT

PERTAMINA (PERSERO) pada tanggal 29 Januari 1983

sebagai lapangan panasbumi pertama di Indonesia ditandai

dengan diresmikannya PLTP Kamojang Unit I oleh Presiden

Republik Indonesia dan Perdana Menteri Selandia Baru.

Selanjutnya dikembangkan PLTP Kamojang Unit II & III serta

Unit IV yang beroperasi masing-masing pada tahun 1988 dan

2008.

Keberhasilan PGE Area Kamojang dalam pengelolaan

pengusahaan panasbumi dengan menerapkan integrasi aspek

sustainabilitas bisnis panasbumi, lingkungan, serta community

development, PGE Area Kamojang menjadi center of

excellence perusahaan panasbumi. Berbagai perhargaan yang

telah diperoleh pada periode 2012 – 2013 sebanyak 31

penghargaan, di antaranya adalah Pencapaian PROPER EMAS

43

dua kali berturut-turut tahun 2010-2011 dan 2011-2012 dari

Kementrian Lingkungan Hidup serta sederet penghargaan lain

tingkat Propinsi, Kabupaten, Korporat, Nasional bahkan

Internasional.

PGE Area Kamojang telah mengimplementasikan

Kebijakan CSR dengan prinsip mengedepankan partisipasi aktif

masyarakat baik dalam proses perencanaan, pelaksanaan,

monitoring dan evaluasi program sehingga keberlanjutan

program terjamin, serta teralokasinya dana khusus CSR dengan

tujuan pemenuhan kebutuhan kelompok rentan melalui strategi

pemberdayaan masyarakat sehingga tercipta kemandirian dan

kesejahteraan masyarakat di bidang ekonomi, pendidikan,

kesehatan, infrastruktur dan lingkungan.

Kotler dan Lee mengatakan bahwa tanggung jawab

sosial (Corporate Social responsibility) yaitu: “Corporate

Social responsibility is a commitment to improve community

well being though discretionary business practices and

contribution of corporate resources” (Ismail, 2009).

Salah satu program CSR yang membuat PGE Area

Kamojang mendapatakan PROPER EMAS berturut-turut

selama 7 kali adalah program budidaya Jamur. Yang menjadi

poin terbesarnya, dengan adanya inovasi terbarukan yang

dikembangkan oleh Perusahaan dalam pemanfaatan panas bumi

untuk program-program CSR sebagai pemberdayaan

masyarakat yang rentan. Dengan social mapping, PGE

menemukan solusi dari permasalahan para petani jamur

kamojang yang menggunakan bahan bakar gas LPG. Jika dilihat

dari aspek geografis, Kamojang termasuk daerah yang cukup

jauh dari perkotaan sehingga untuk pemenuhan kebutuhan

masyarakat masih terbatas dan kesulitan untuk penggunaan gas

LPG yang terkadang susah didapatkan.

44

Program CSR yang salahsatunya sebagai wisata agro

dari hasil pertanian masyarakat sekitar, budidaya jamur

geothermal merupakan inovasi pertama di Indonesia dengan

memanfaatkan limbah uap geothermal pada proses sterilisasi

bag-log, selain itu proses ini pun mengurangi pencemaran

lingkungan dan kerusakan alam. Dari sekian banyak program

CSR, PGE Area Kamojang mengembangkan budidaya jamur

geotermal ini untuk dikelola oleh petani sekitar Kamojang yang

kemudian dapat dijual ke pasaran dengan hasil yang bisa

dinikmati oleh para petani.

Supaya program terlaksana sesuai dengan tujuan yang

ingin dicapai, perusahaan harus melakukan pembinaan untuk

para petani yang akan dibantu. Jika melihat kondisi masyarakat

khususnya para petani, rata-rata memiliki pendidikan yang

rendah dimana pengetahuan teori mengenai pertanian kurang

diperhatikan, hanya berlandaskan pada pengalaman dari

bertaninya. Sedangkan teknologi yang digunakan semakin

canggih dan untuk mendapatkan hasil dengan kualitas terbaik

dibutuhkan seseorang yang dapat mengkomunikasikan program

tersebut kepada petani agar sesuai dengan harapan bersama.

METODE PENELITIAN

Metode di dalam penulisan tugas akhir, penulis

menggunakan metode deskriptif, yaitu suatu metode yang

digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu hasil

penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat kesimpulan

yang lebih luas (Sugiyono, 2015). Penulis melakukan

pengamatan mengenai keadaan Humas PT Pertamina

Geothermal Energy Area Kamojang yang berkaitan dengan

program CSR Proses budidaya Jamur Geothermal yang dikelola

45

oleh paguyuban. Dengan teknik pengumpulan data berupa

observasi yaitu mengamati secara langsung kegiatan Public

Relations PT Pertamina Geothermal Energy Area Kamojang,

juga melakukan pengamatan dalam kegiatan budidaya jamur

geothermal sebagai program CSR PT Pertamina Geothermal

Energy Area Kamojang yang dikelola oleh petani Kamojang.

Juga wawancara, yakni memperoleh data dari seseorang yang

memiliki peran penting dan orang yang terlibat langsung dalam

pengelolaan kegiatan CSR tersebut. Penulis melakukan

wawancara yang merupakan teknik komunikasi secara

langsung dengan pihak yang terkait dalam program budidaya

jamur geothermal sebagai kegiatan CSR PT Pertamina

Geothermal Energy Area Kamojang dan mempelajari hasil

wawancara tersebut untuk menemukan masalah yang akan

dibahas.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Budidaya Jamur Geothermal merupakan program CSR

berupa inovasi terbarukan yang dibentuk oleh PGE yang salah

satu tujuannya adalah untuk memberdayakan masyarakat

sekitar lingkungan perusahaan. Sejauh ini PGE Area Kamojang

telah meraih banyak prestasi, salah satunya mendapatkan

PROPER EMAS selama enam tahun berturut-turut dari

Kementrian Lingkungan Hidup, karena telah berusaha

menerapkan beberapa inovasi di bidang CSR . Hal ini

membuktikan bahwa program CSR PGE Area Kamojang

memberikan perubahan dan manfaat, diantaranya, pelestarian

alam, konservasi air, konservasi fauna dan pemberdayaan

masyarakat dengan pemanfaatan limbah panas bumi untuk

sterilisasi jamur.

Pemilihan fokus usaha budidaya jamur ini merupakan

hasil pengamatan dengan melihat adanya peningkatan kondisi

46

ekonomi Garut secara keseluruhan, yang berdampak pada

peningkatan kebutuhan pangan masyarakat Garut yang tinggi,

dan juga berdampak pada meningkatnya permintaan jamur di

Garut itu sendiri. Kondisi yang ada sekarang ini, penawaran

jamur di Garut sebagian besar masih ditambah kiriman dari

beberapa wilayah sekitar Jawa Barat seperti Garut, Bandung

dan lainnya yang masih belum terpenuhi sehingga terdapat

peluang yang memungkinkan untuk usaha budidaya jamur.

Pembeda program budidaya jamur geothermal dengan

program budidaya jamur lainnya yang konvensional adalah

sebagai berikut:

47

Tabel Jenis Bahan Bakar Konvensional dan Geothermal

Uraian Bahan Bakar

Konvensional

Bahan Bakar

Geothermal Keterangan

Kebutuhan

Bahan

Bakar (1

Bulan)

144 Kg LPG Tanpa Biaya %

Kapasitas

Produksi 240 Baglog 800 Baglog 12,9

Aspek

pencemaran

Mencemari

Udara

Tidak

Mencemari 6,4

Sumber: Laporan DRKPL 2013 Pertamina Geothermal Energy

Area Kamojang

Terdapat beberapa tahapan agar program CSR dapat

berhasil dilaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,

yaitu dengan adanya pembinaan program yang dapat membantu

mengomunikasikan program yang dicanangkan perusahaan

untuk petani jamur melalui Paguyuban Jamur Garut yang terdiri

dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi.

DeMaritinis menyebutkan beberapa langkah yang dilakukan

oleh perusahaan nonprofit dalam menyusun program CSR

(Rahman, 2009), yaitu merumuskan komunitas organisasi,

menentukan tujuan, menyusun pesan yang hendak

disampaikan, memilih metode yang paling baik dalam

penyampaian pesan, realisasi program, dan analisis

hasil/evaluasi. Maka dari itu, perencanaan pembinaan program

budidaya jamur memiliki prosedur yang berdasarkan ketetapan

dari PGE Area Kamojang sebagai perusahaan yang memiliki

program CSR tersebut yang beberapa di antaranya sama seperti

tahapan-tahapan seperti yang ungkapkan Rahman.

48

Perencanaan pembinaan program budidaya jamur

geothermal memiliki beberapa tahapan yang sesuai dengan

prosedur perusahaan. Pembinaan program dilakukan oleh

Widodo selaku pembina dari pihak CSR PGE Area Kamojang.

Sebelum itu perusahaan melakukan social map, yaitu dengan

menganalisis subjek yang akan dibina dengan memerhatikan

beberapa aspek diantaranya:

Sosial Budaya

Dalam menentukan sebuah program, banyak hal yang

harus diperhatikan agar program memberikan dampak yang

maksimal bagi masyarakat, salah satunya dengan

memerhatikan sosial budaya yang ada pada masyarakat

tersebut. Di Kabupaten Garut sebagai daerah yang sebagian

besar masyarakatnya memiliki mata pencaharian sebagai

petani, maka program yang dibuat harus berbasis pertanian

karena masyarakatlah yang akan menjadi subjek dari

pelaksanaan program tersebut.

Gambaran modal subjek pelaksana program juga dapat

dilihat dari keterampilan yang dimiliki. Seperti halnya hasil

social map yang dilakukan pada Desa Laksana. Keterampilan

penunang kepala rumah tangga (KRT) seperti kursus, hanya

dimiliki oleh 20,7% KRT dan keterampilan itu berbasis pada

suatu jenis kursus. Sebesar 72,4% lainnya tidak mengikuti

kursus/pelatihan apapun. Gambaran keterampilan ibu rumah

tangga (IRT) lebih buruk lagi, hanya 14,8% yang pernah

mengikuti kursus/keterampilan dan hanya satu jenis, yang

biasanya didapatkan ketika mengikuti kegiatan PKK dan

pendampingan mahasiswa KKN.

2. Pendidikan

Aspek pendidikan sangat berpengaruh dalam

melaksanakan pembinaan. Pembina harus mengetahui kondisi

49

pendidikan para petaninya agar dalam metode

mengomunikasikan pesan kepada petani dapat tersampaikan

dan tidak mengalami kesalahan dalam berkomunikasi. Seperti

social map yang telah dilakukan PGE Area Kamojang pada

Desa Laksana.

Modal SDM Desa Laksana menunjukan angka 79% yang

berarti dalam kategori mendekati bawah-atas (skala 0-100). Hal

ini dipengaruhi oleh capaian pendidikan masyarakat yang

mayoritas tingkat SMP dan SMA. Pada keluarga yang memiliki

anak usia sekolah 89,7% anak-anak mereka melanjutkan

pendidikan dan 10,3% putus sekolah. Jumlah anak putus

sekolah cukup besar dan hal itu terjadi karena masalah biaya

yang tidak tersedia pada orang tua dan kuatnya keinginan anak

untuk segera bekerja demi uang. Disamping anak putus sekolah,

kondisi pendidian warga juga ditandai oleh angka buta huruf

sebesar 3,4%, meskipun sebagian besar di antara mereka adalah

penduduk berusia tua.

Ekonomi

Dari segi ekonomi, sebagian masyarakat Kabupaten

Garut yang berprofesi sebagai petani mengandalkan hasil panen

yang hanya cukup untuk memenuhi kebutuhan primernya dan

tidak dapat melanjutkan pendidikan karena tidak sanggup

dengan tuntutan biaya pendidikan yang semakin mahal. Dan

tingkat persentase pengangguran di daerah Garut cukup tinggi

karena sebagian anak dari keluarga kurang mampu memilih

untuk putus sekolah dan mencari pekerjaan, sedangkan untuk

bisa bekerja di sebuah ruko saja memiliki kriteria tertentu.

Sehingga dengan adanya program tersebut, dapat

menghasilkan nilai tambah secara ekonomi bagi masyarakat.

Selain itu, program tersebut menjadi peluang dan perluasan

50

lapangan kerja yang dapat memperbaiki perekonomian di

daerah Garut.

Teknologi

Sebelum melaksanakan program pembinaan, pembina

harus mengetahui tingkat pengetahuan masyarakat dan

keterampilannya terhadap teknologi yang akan digunakan,

sehingga dapat menyesuaikan dengan apa yang akan diberikan.

Selain itu, pengetahuan yang didapat oleh plasma (petani-

petani) ketika pembinaan, tidak hanya dipahami pada saat itu,

tetapi juga dapat digunakan secara berlanjut.

Teknologi yang diterapkan menjadi salah satu faktor

keberhasilan suatu program, sehingga pembina harus

mengetahui apakah teknologi yang akan digunakan berbasis

high technology atau bisa disederhanakan. Teknologi yang

digunakan harus memadai dan mudah digunakan agar dapat

membantu dalam pelaksanaan program menjadi lebih efektif

dan efesien bagi petani. Selain itu, peningkatan keterampilan

dan teknologi perlu dilakukan untuk meningkatkan kualitas

usaha guna dapat menghasilkan produk yang bermutu baik.

5. Setelah semua aspek yang sudah dipaparkan sesuai dengan

kriteria pembinaan, maka program pembinaan budidaya jamur

kepada plasma dapat dilaksanakan sesuai dengan perencanaan

yang telah ditentukan oleh pihak pembina.

Dalam melakukan perencanaan program CSR, Rahman,

(Rahman, 2009) dalam bukuya “Corporate Social

Responsibility” juga harus menyusun tujuan yang jelas, tujuan

dapat dimulai dari data temuan yang diperoleh dari lapangan

(terkait dengan needs, desires, wants, dan juga interest

komunitas) kemudian diformulasikan menjadi sebuah tujuan,

begitu pula untuk melakukan pembinaan program. Sebelum

dilakukan pembinaan, pembina mengidentifikasi mengenai

51

kebutuhan masyarakat dengan melihat kemampuan yang

dimiliki masyarakat Garut yang berada di Kampung

Pamoyanan yang sebagian penduduknya memiliki kemampuan

bertani dan berkebun, kemudian adanya hasrat dan keinginan

dari masyarakat untuk mengembangkan kemampuannya yang

dibantu dengan kecanggihan teknologi yang digunakan, yang

kemudian adanya minat untuk berkontribusi bersama

paguyuban untu menghasilkan produk yang berkualitas.

Pembina memiliki tujuan yang juga menjadi manfaat dengan

adanya program ini: 1) Meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan dalam usaha usaha budidaya jamur tiram; 2)

Membantu usaha budidaya jamur menjadi usaha kreatif di

daerah; 3) Membantu penyelesaian masalah-masalah yang

mungkin akan terjadi; 4) Tahapan proses produksi yang

dijalankan menjadi lebih efektif dan efesien; 5) Sebagai

mediator untuk mengomunikasikan program kepada petani.

SIMPULAN

Pembinaan program budidaya jamur dilakukan dengan

cara melakukan social map oleh pembina terlebih dahulu

dengan melihat 1) sosial budaya, 2) tingkat pendidikan, 3)

tingkat ekonomi dan 4) teknologi, maka selanjutnya adalah

mengidentifikasi objek yang akan dibina, kemudian survey

lokasi oleh pihak perusahaan dan pembina, kemudian

perencanaan pelaksanaan kunjungan untuk sosialisasi

pengetahuan dasar mengenai sistem produksi jamur. Dalam

perencanaan, program CSR budidaya jamur geothermal juga

menyusun beberapa tujuan yang dimulai dari data temuan yang

diperoleh dari lapangan (terkait dengan needs, desires, wants,

dan juga interest komunitas) yang kemudian diformulasikan

menjadi sebuah tujuan untuk melakukan pembinaan program

52

DAFTAR PUSTAKA

Ismail, S. (2009). Corporate Social Responsibility; From

Charity to Sustainability. Jakarta: Penerbit Salemba

Empat.

Rahman, R. (2009). Corporate Social Responsibility; Antara

Teori dan Kenyataan. Yogyakarta: Media Pressindo.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: CV. Alfabeta.

Sumber lain:

Pemanfaatan Energi Panas Bumi Akan Dipercepat (4

November 2011), diakses dari https://www.esdm.go.id diakses

pada pukul 08:12

Laporan DRKPL 2013 Pertamina Geothermal Energy Area

Kamojang.

53

CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY (CSR)

PT. KALREZ PETROLEUM OIL COMPANY

(KRZ) DI DESA BULA, KABUPATEN SERAM

BAGIAN TIMUR, PROVINSI MALUKU

Elnovani Lusiana, Lukiati Komala

Universitas Padjadjaran

[email protected]

PENDAHULUAN

CSR memang selalu menjadi topik pembahasan yang

menarik untuk diperbincangkan. Banyak wacana yang

mengupas tentang pelaksanaan CSR di Indonesia. Pemerintah

pun aktif merespon pokok bahasan terkait. Momentum seperti

ini harus terus dijaga agar tidak mengalami kemunduran ke

masa invisible-rules berjalan. Perusahaan cukup bersembunyi

dibelakang kekuasaan oknum-oknum tertentu saja untuk

menghindar dari tuntutan masyarakat. Akhirnya masyarakat

semakin marjinal dan dimiskinkan.

Ekonomi Indonesia dibangun di atas peraturan yang

memberikanpeluang tak terbatas pada perusahaan-perusahaan

besar untuk melakukan eksploitasi sumber-sumber kekayaan

alam. Di satu sisi sektor industri atau perusahaan skala besar

telah memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi

nasional, akan tetapi di sisi lain ekploitasi sumber-sumber daya

alam seringkali menyebabkan terjadinya degradasi lingkungan

yang memprihatinkan. Dalam perspektif sosiologi Booke

menyebutnya sebagai “dual society”, yakni tumbuhnya dua

karakter ekonomi (kesenjangan) di dalam satu area. Di satu sisi

ekonomi tumbuh dan berkembang secara modern, tetapi di sisi

54

keberpihakan kepada masyarakat, ekonomi justru berjalan

sangat lambat (berkebalikan).

Arah kehidupan ekonomi masyarakat semakin tidak

menentu, disertai dengan marginalisasi tenaga kerja lokal. Hal

ini terjadi karena basis teknologi tinggi menuntut perusahaan-

perusahaan besar lebih banyak menyedot tenaga kerja terampil

dari luar masyarakat sekitar, sehingga tenaga-tenaga kerja lokal

yang umumnya berketerampilan rendah (tidak terlatih) menjadi

tersingkirkan.

Kesenjangan inilah yang kemudian menyebabkan

hubungan perusahaan dengan masyarakat lokal menjadi tidak

harmonis dan diwarnai berbagai potensi konflik serta

ketegangan. Berbagai tuntutan seperti ganti-rugi atas kerusakan

lingkungan, perekrutan tenaga kerja, pembagian keuntungan,

dan lain-lain sangat jarang memperoleh solusi yang

memuaskan, sesuai dengan harapan masyarakat. Situasi

tersebut didramatisir oleh kultur perusahaan dengan cara

berpikir dan perilaku ekonomi yang bersifat profit-oriented. Di

masa lalu keadaan seperti ini kerapkali terjadi dan tidak

dipermasalahkan karena tradisi represif dalam pemerintahan

kita masih sangat dominan.

Kita dapat memahami cara pandang dunia bisnis dalam

menjalankan usahanya. Misalnya, optimalisasi pencapaian

keuntungan dianggap sebagai satu-satunya cara perusahaan

untuk tetap bertahan. Cara pandang seperti ini cenderung keliru,

tetapi telah terbukti bahwa membenarkan perusahaan untuk

melakukan apa saja demi melindungi kepentingan

mengakumulasi keuntungannya termasuk praktek-praktek yang

secara moral tidak benar, adalah tidak dapat dibenarkan. Cara

pandang semacam ini dulu berkembang luas di kalangan dunia

usaha. Jika masyarakat setempat merasa dirugikan oleh

operasional perusahaan misalnya dan kemudian mereka

55

menuntut sesuatu, maka melalui oknum-oknum tertentu,

perusahaan tidak segan-segan melakukan tindakan represif

untuk meredamnya.

Namun perubahan tatanan politik Indonesia jelang

akhir tahun sembilanpuluhan telah mengubah cara pandang

tersebut. Masyarakat kini lebih terbuka, termasuk dalam kaitan

dengan pengelolaan berbagai sumberdaya alam dan kegiatan

ekonomi perusahaan. Pola hubungan masyarakat dan

perusahaan juga secara cenderung berubah ke arah yang lebih

baik. Masyarakat kini telah semakin well informed, sehingga

daya kritis dan keberanian mereka untuk mengemukakan

pendapatnya lebih terbuka dan semakin meningkat, termasuk

tuntutannya terhadap perusahaan yang beroperasi di lingkungan

mereka. Oleh karena itu, pihak perusahan dituntut untuk

mengevaluasi “kekeliruan” pendekatan di masa lalu yang

represif, dan didorong untuk membangun pola hubungan yang

lebih baik, sehingga terbentuk sebuah kerangka hubungan yang

harmonis antara perusahaan atau industri dengan

lingkungannya.

Dasar hubungan baik tersebut, harus diletakkan pada

prinsip-prinsip simbiosis mutualisme, saling pengertian dan

saling memberi manfaat. Melalui konsep ini, masyarakat

diharapkan dapat berperilaku santun dan bekerjasama dengan

perusahaan, sementara perusahaan tetap dapat beroperasi secara

sehat dalam mengejar keuntungan ekonominya dan senantiasa

meningkatkan tanggung jawab sosial terhadap lingkungannya,

tanpa perlu khawatir akan adanya gangguan sosial.

Pertengahan september 2007, DPR mengesahkan

Undang-undang tentang Perseroan Terbatas, Pasal 74

membahas corporate social responsibility. Undang-undang

Perseroan Terbatas 2007 menjadi lembaran baru pelaksanaan

tanggungjawab sosial perusahaan yang biasa disebut CSR.

56

Fokus pada salah satu pasal undang-undang ini lebih terasa pada

masalah CSR sebagai suatu kewajiban perusahaan bukan lagi

masalah kepedulian. Tanggung jawab sosial pun mengalami

pergeseran makna menjadi tanggung jawab legal.

Kalrez Petroleum Seram Ltd, manajemen baru,

memulai aktivitas produksi dan eksplorasi di Bula Block sejak

tahun 1999. Selama hampir 9 tahun hadir di Bula sebagai

perusahaan minyak, perusahaan mulai peduli terhadap tema

CSR. Akan tetapi, kepedulian perusahaan untuk berinteraksi

dengan masyarakat Bula melalui program demi program atau

kegiatan yang dianggap perusahaan sebagai pengejawantahan

dari konsep CSR, pada prakteknya di lapangan, ternyata,

menemui banyak kendala, baik yang sifatnya internal maupun

eksternal. Terlebih lagi pasca krisis yang dialami perusahaan

sekitar akhir tahun 2005.

Pada tataran internal perusahaan, kantor pusat merasa

kecewa karena program CSR yang telah dilakukan perusahaan

dinilai tidak tepat sasaran dan dirasa kurang bermanfaat secara

langsung meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat

Bula. Staf yang langsung terjun ke lapangan di Bula pun

mengemukakan hal yang sama. Ditambah lagi dengan keluhan

terhadap kesenjangan komunikasi internal perusahaan antara

jajaran top manajemen di kantor pusat Jakarta dengan

mnajemen main office KRZ di Bula. Kenyataan di lapangan

banyak program yang terbengkalai atau tidak berjalan efektif

akibat dari gap komunikasi yang terjadi. Hal ini menjadi

tantangan tersendiri bagi peneliti yang diharapkan mampu

mengurai benang kusut dalam wacana CSR KRZ di Bula.

Bula adalah kota kabupaten di Pulau Seram. Kota ini

menjadi ibukota dari Kabupaten Seram Bagian Timur, sebuah

kabupaten baru dari pemekaran kabupaten di Maluku. Bupati

yang saat itu sedang menjabat, Abdullah Vanath, S.Sos dinilai

57

sebagai sosok pemimpin yang visioner sekaligus merakyat oleh

jajaran stafnya di dinas dinas. Pendapat serupa dikemukakan

oleh Field operation superintendent KRZ Zulkifli Manan.

Masyarakat juga menilai positif kepemimpinan Bupati SBT

tersebut. Semenjak terjadi pemekaran, Pemda Kabupaten SBT

terlibat langsung dalam aktualisasi pembangunan hingga ke

dusun dusun.

Bidang pendidikan merupakan prioritas utama

pemerintah dalam membangun daerahnya. Menurut pendapat

Humas Pemda, kaitan dengan adanya kegiatan CSR dari pihak

perusahaan yang melakukan eksplorasi di SBT, pemda merasa

sangat terbantu. Mustahil menggerakkan roda pembangunan di

daerah jika hanya mengandalkan APBD semata, dukungan

perusahaan melalui CSR dianggap Pemda sebagai sebuah usaha

strategis guna bersama-sama memajukan pembangunan di

daerahnya.

Menilik sejarah masa lalu, area Bula Blok ini sejak

masa kolonial Belanda, dikenal sebagai kota penghasil minyak.

Sumur-sumur minyak peninggalan Belanda terdapat di dalam

Blok Bula. ‘Pompa angguk’ masih beroperasi di beberapa titik,

sungguh unik dan meninggalkan jejak sejarah di masa lampau.

Seluruh masyarakat Maluku adalah bersaudara, tutur

Humas Pemda mengawali perbincangan saat berkenalan di

Kantor Pemda ketika saya baru saja menginjakkan kaki di bumi

Bula. Meskipun dari segi tampilan fisik mereka nampak

berkulit gelap, dialek bicara dengan bersuara lantang namun

masyarakat Maluku pada umumnya termasuk ramah dan

terbuka dalam menyambut kaum pendatang. Demikian

ungkapan yang Ia sampaikan untuk menggambarkan karakter

khas orang Maluku. Seram Bagian Timur adalah kabupaten di

provinsi Maluku. Bercerita tentang Bula tidak akan terlepas

dari uraian cerita tentang kampung-kampung sekitar Bula, yaitu

58

Salas, Dawang, Lowan, Bulak Air, Sesar, dan Kampung

Denser. Mengapa demikian ? Masyarakat Bula adalah

pendatang dari berbagai kampung di sekitarnya. Oleh karena

itu, karakteristik mereka juga menampilkan keberagaman,

tergantung dari kampung mana mereka berasal.

Mereka berdatangan saat zaman kolonial Belanda

memulai aktivitas eksplorasi minyak di Blok Bula , di akhir

abad 19. Masyarakat dengan karakteristik yang kompleks,

demikian kesan pertama, saat menyimak tuturan Humas Pemda

tentang Bula. Masyarakat Bula terbagi bagi menjadi beberapa

dusun lagi. Kehidupan masyarakat dengan fanatisme agama

yang tinggi menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat

Bula.

Selama kurang lebih 1 abad Bula menjadi lokasi

produksi dan eksplorasi minyak. Demikian disampaikan oleh

Humas Pemda. Akan tetapi perusahaan tetangga yang

sebelumnya, Kufpec, sangat tertutup dan tidak ada akses

komunikasi sama sekali dengan pihak masyarakat maupun

pemerintah. Akibatnya, pembangunan masyarakat di lokasi

pertambangan minyak Bula menjadi terbelakang dan terisolir.

Baru 3 tahun belakangan, ketika Citic Seram mengambil alih

manajemen Non Bula Block berdampingan dengan Kalrez yang

beroperasi sejak tahun 1999, kondisi masyarakat mulai

tersentuh dengan kegiatan-kegiatan CSR. Komunikasi antara

pihak perusahaan dan pemerintah daerah juga mulai terbina

Perusahaan yang beroperasi dengan penuh kesadaran

menyisihkan sebagian keuntungan dari hasil eksplorasinya

untuk mendukung program pembangunan pemerintah daerah.

Mulailah masyarakat, pemda serta perusahaan bersinergi

membangun Kabupaten Seram Bagian Timur (SBT) yang baru-

baru ini mengalami pemekaran.

59

Citic Seram yang juga menyusul beroperasi di Seram

mengelola Blok Non Bula merupakan remote area, sehingga

tak ada penduduk yang dapat berkeliaran secara bebas

berinteraksi dengan aktivitas produksi. Lain halnya dengan

Kalrez yang merupakan open area. Kondisi tersebut

menyebabkan pemandangan unik dimana penduduk benar-

benar hidup, tinggal dan beraktivitas sehari-hari di sekitar

sumur-sumur minyak yang bertebaran di sekitar 300 titik area.

Benar-benar unik namun sekaligus memprihatinkan.

Bagaimana perusahaan menjalani aktivitas produksinya, lalu

lalang alat-alat produksi, kendaraan proyek dan kegiatan

lainnya di tengah-tengah komunitas kehidupan penduduk Bula.

Mana yang lebih dulu hadir antara perusahaan dengan

penduduk Bula tak lagi menjadi perdebatan untuk menentukan

mana yang lebih berhak menerapkan aturan main.

Kenyataannya adalah bahwa Kalrez sebagai perusahaan harus

tetap beroperasi melakukan produksi minyak di tengah-tengah

komunitas masyarakat Bula.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Corporate Social Responsibility. Perusahaan dalam

melaksanakan kegiatannya tidak lagi hanya memanfaatkan

keuntungan untuk kepentingan manajemen dan investor

semata. Perusahaan juga perlu untuk memikirkan konsumen

yang telah membeli produk mereka dan masyarakat sekitar

perusahaan yang secara langsung maupun tidak langsung

terkena dampak dari munculnya perusahaan. Begitu juga

karyawan yang merupakan bagian utama perusahaan.

Perusahaan diharapakan mampu untuk memberikan bantuan

kepada internal publik dan eksternal publik dari sebagian

keuntungan perusahaan tiap tahunnya.

60

Definisi Corporate Social Responsibility menurut World Bank

adalah:

The Commitment of business to contribute to

sustainable economic development working with

employees and their representatives the local

community and society at large to improve quality of

life, in ways that are both good for business and good

for development”(Wibisono, 2007:7).

Public Relations pada kegiatan Corporate Social

Responsibility dapat saja berhubungan dengan pekerja, keluarga

dari pekerja, komunitas sekitar perusahaan, maupun masyarakat

luas. Sebagaimana The World Business Council for Sustainable

Development dalam Kotler dan Lee (2005:3) mendefinisikan

Corporate Social Responsibility sebagai:

Business commitment to contribute to sustainable

economic development, working with employees, their

families the local community, and society at large to

improve their quality of life.

Kotler dan Lee (2005) memiliki definisi sendiri untuk

Corporate Social Responsibility. Corporate Social

Responsibility didefinisikan Kotler dan Lee (2005:3) sebagai

berikut :

Corporate Social Responsibility is a commitment to

improve community well-being through discretionary

business practice and contributions of corporate

resources.

Pemberian dana kepada masyarakat dari sebagian

keuntungan perusahaan tiap tahunnya tidak menjadi solusi yang

61

tepat, karena dana yang diberikan banyak yang tidak

dimanfaatkan dengan efektif dan efisien, sehingga tanggung

jawab perusahaan kemudian menjadi semakin kompleks.

Moore (2000:262) menyatakan bahwa sumbangan perusahaan

merupakan pernyataan falsafah manajemen yang memberikan

keuntungan pertama kepada manusia dalam melaksanakan

suatu bisnis. Pelaksanaan kegiatan Corporate Social

Responsibility tidak hanya dengan memberikan dana secara

langsung, namun dana tersebut dapat dikelola perusahaan yang

kemudian mengadakan pelatihan untuk meningkatkan

pendidikan ataupun pengadaan pemeriksaan kesehatan keliling

dengan dana tersebut. Sebagaimana pernyataan Moore

(2000:262), bahwa perusahaan mempunyai tanggung jawab

sosial guna meningkatkan kesejahteraan, kesehatan,

pendidikan, serta kehidupan kemasyarakatan dan kebudayaan

mereka yang bekerja untuk, membeli dari, menanamkan modal

di, menyediakan dan mendistribusikan untuk itu.

Tujuan Public Relations pada Corporate Social

Responsibility dapat saja untuk membuktikan perusahaan

sebagai warga yang baik dan tidak melaksanakan bantuan sosial

atas nama perorangan. Tujuan Public Relations mengenai

bantuan perusahaan menurut Moore (2000:267) adalah:

Membuktikan kewargaan perusahaan yang baik, untuk

meningkatkan iklim bisnis, memperkenalkan

perusahaan yang bebas, memperkuat kebebasan

masyrakat, dan memenuhi kebutuhan dana yang tidak

lagi disediakan oleh aksi kemanusiaan perorangan.

Pemberian bantuan oleh perusahaan sebagai bentuk

Corporate Social Responsibility dapat dilatarbelakangi oleh

keterpaksaan karena tuntutan dari masyarakat sekitar,

kewajiban perusahaan karena mengikuti peraturan yang

62

berlaku, dan keikhlasan perusahaan karena merasa bahwa

masyarakat dan lingkungan patut dibantu.

Suatu perusahaan ataupun organisasi haruslah

berkomunikasi dengan menjalin hubungan yang harmonis

dengan publik di dalam perusahaan dan publik di luar

perusahaan. PT Kalrez Petroleum Seram Ltd yang merupakan

perusahaan pertambangan minyak perlu untuk memperhatikan

publik, karena akan menentukan keberhasilan dan kegagalan

perusahaan. Public Relations sebagai salah satu fungsi

manajemen berupaya membina pengertian, simpati, dan

dukungan dari publik internal maupun eksternal untuk tujuan

pribadi, lembaga dan perusahaan. Senada dengan pengertian

Public Relations berikut:

Definisi Public Relations menurut Cutlip, Scott M.,

Allen H. Center, Glen M. Broom, (2006:6) adalalah:

Fungsi manajemen yang membangun dan

mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat

antara organisasi dengan publik yang mempengaruhi

kesuksesan atau kegagalan organisasi tersebut.

Public Relations juga dapat diartikan sebagai fungsi

manajemen dimana berupaya membina pengertian, simpati, dan

dukungan dari mereka yang ada kaitannya atau yang mungkin

ada hubungannya dengan perusahaan. Sebagaimana The

International Public Relations Association (IPRA)

mendefinisikan Public Relations sebagai berikut:

Public Relations is management function, of a

continuing and palnned character, through which

public and private organizations and institutions seek to

win and retain the understanding, sympathy, and

support of those with whom they are or my be

concerned-by evaluating public opinion about

63

themselves, in order to correlate, as fat as possible,

there own policies and procedures, to achieve by

planned and widespread information more productive

co-operation and more efficient fulfilment of their

common interest.” (Public Relations adalah fungsi

manajemen dari sikap budi yang berencana dan

berkesinambungan, yang dengan itu organisasi-

organisasi dan lembaga-lembaga yang bersifat umum

dan pribadi berupaya membina pengertian, simpati, dan

dukungan dari mereka yang ada kaitannya atau yang

mungkin ada hubungannya- dengan jalan menilai

pendapat umum di antara mereka, untuk

mengorelasikan, sedapat mungkin, kebijaksanaan dan

tata cara mereka, yang dengan informasi yang

berencana dan tersebar luas, mencapai kerjasama yang

lebih produktif dan pemenuhan kepentingan bersama

yang lebih efisien) (Effendy, 1998:21).

Pelaksanaan kegiatan CSR yang berhubungan dengan

pemberdayaan masyarakat tidak dilaksanakan oleh Bagian

Public Relations, tetapi oleh karyawan yang sedang turun

bertugas di lapangan. Bagian PR KRZ di lapangan secara

langsung berada di bawah komando filed manager dan

dilaksanakan langsung oleh safety manager yang merangkap

sebagai pelaksana lapangan CSR didukung oleh pejabat PR di

lapangan.

Karakteristik Masyarakat Bula

Pihak kalrez yang melaksanakan fungsi Public

Relations dalam berhubungan dengan komunitasnya perlu

selalu melakukan proses pemecahan masalah, karena opini,

sikap, dan perilaku internal dan eksternal publik akan dapat

64

berubah setiap waktu terhadap perusahaan.Menurut Cutlip,

Center, dan Glenn (2006:320), bahwa Public Relations perlu

melakukan empat langkah proses pemecahan masalah, sebagai

berikut:

Pertama. Mendefinisikan permasalahan. Langkah

pertama ini mencangkup penyelidikan dan memantau

pengetahuan, opini, sikap, dan perilaku pihak-pihak yang

terkait dengan, dan dipengaruhi oleh, tindakan dan kebijakan

organisasi. Pada dasarnya ini adalah fungsi intelegen

perusahaan. Fungsi ini menyediakan semua dasar untuk semua

langkah dalam pemecahan masalah dengan menentukan “apa

yang sedang terjadi saat ini?”

Kedua. Perencanaan dan Program. Informasi yang

dikumpulkan dalam langkah pertama dipergunakan untuk

membuat keputusan tentang program publik, strategi tujuan,

tindakan dan komunikasi, taktik, dan sasaran. Langkah ini

mempertimbangkan temuan dari langkah dalam membuat

kebijakan dan program organisasi. Langkah kedua ini akan

menjawab pertanyaan “Berdasarkan apa yang kita ketahui

tentang situasi, dan apa yang harus kita lakukan atau apa yang

harus kita ubah, dan apa yang harus kita katakan?”

Ketiga. Aksi dan komunikasi. Langkah ketiga adalah

mengimplementasikan program aksi dan komunikasi yang

didesain untuk mencapai tujuan spesifik untuk masing-masing

publik dalam rangka mencapai tujuan program. Pertanyaan

dalam langkah ini adalah “Siapa yang harus melakukan dan

menyampaikannya, kapan, dimana, dan bagaimana caranya?”

Keempat. Mengevaluasi program. Langkah terakhir

dari proses ini adalah melakukan penilaian atas persiapan,

implementasi, dan hasil dari progam. Penyesuaian akan

dilakukan sembari program diimplementasikan, dan didasarkan

pada evaluasi atas umpan balik tentang bagaimana program itu

65

berhasil atau tidak. Program akan dilakukan atau dihentikan

setelah menjawab pertanyaan “Bagaimana keadaan kita

sekarang atau seberapa baik langkah yang telah kita lakukan?”

PT. Kalrez Petroleum Seram Ltd mengkontruksi makna

tentang Corporate Social Responsibility sebagai sebuah social

reaction. Reaksi sosial masyarakat Bula terhadap

ketidakpekaan Kalrez dalam menjaga keseimbangan

lingkungan telah mendorong Kalrez untuk mulai melakukan

kegiatan corporate social responsibility.

Pemaknaan atas CSR itu sendiri masih merupakan

kontroversi di kalangan internal Kalrez. Dari mulai stakeholder

yang terbagi dua kubu, pro dalam memandang pentingnya

makna CSR untuk menjaga stabilitas usaha serta mengantisipasi

krisis. Namun di lain pihak ada pihak top manajemen yang

kontra memandang CSR sebagai sumbangan buang-buang uang

yang tidak pernah mendatangkan positif feedback kepada

Kalrez.

Jajaran stokeholder juga mulai menerapkan berbagai

pemaknaan terhadap konsep CSR yang diaplikasikan kepada

perubahan regulasi CSR yang diberlakukan juga kepada

perusahaan-perusahaan pertambangan, termasuk oil company.

keberagaman pemaknaan CSR ini menjadi fenomena yang

mewarnai adaptasi Kalrez dalam sebuah bangunan kesadaran

barunya memaknai CSR.

Internal public Kalrez, yang terdiri dari karyawan lokal

juga berharap banyak dari CSR Kalrez. Bukan hanya sebatas

antisipasi terhadap krisis yang pernah terjadi, akan tetapi juga

ketulusan untuk mengambil peran aktif dan partisipatif dalam

geliat pembangunan pemekaran Kabupaten SBT. Terlebih lagi

Bula blok adalah daerah produksi Kalrez dimana Kalrez

menggali minyak dan mengambil keuntungan. Maka Kalrez lah

yang berkewajiban menjaga keseimbangan lingkungan di Bula.

66

Implementasi CSR Kalrez di Bula

Corporate social responsibility Kalrez di Bula, sejauh

ini melibatkan Kalrez dalam kegiatan-kegiatan pembangunan

infrastruktur dan fasilitas umum. Misalnya, klinik, MCK,

lapangan olah raga, sekolah, jalan proyek yang juga digunakan

sebagai sarana transportasi masyarakat, mesjid, dan lain-lain.

Kebersediaan Kalrez menyisihkan sebagian

keuntungannya untuk membangun Bula, dan Kabupaten SBT

sebenarnya suatu iklim positif yang dapat mewujudkan tripple

bottom line di Kabupaten SBT. Akan tetapi patut disayangkan

pada kenyataannya, Kalrez selalu menempatkan posisi untuk

mengambil peran terkecil dalam kegiatan CSR nya. Hal ini

menimbulkan citra yang kurang baik di mata, Citic, Pemda

SBT, maupun di kalangan masyarakat Bula sendiri yang

memang tidak merasakan peran Kalrez dalam pembangunan

daerahnya. Mereka mengecilkan peran Kalrez karena

Kalreznya sendiri yang kurang mampu menempatkan diri

sebagai bagian dari masyarakat Bula yang harus aktif

partisipatif dalam membangun Bula sebagai implementasi CSR

Kalrez.

Persepsi Masyarakat Bula terhadap CSR Kalrez Dalam

Meningkatkan Kehidupan Masyarakat Bula

Masyarakat Bula adalah pihak yang menerima

implementasi CSR Kalrez. Semestinya sebagai pihak yang

menjadi sasaran kegiatan CSR Kalrez, masyarakat Bula mampu

menuangkan tanggapan atau respons terhadap CSR Kalrez.

Namun yang terjadi, saat penelitian berlangsung,

peneliti sangat sulit menggali persepsi masyarakat yang

mewakili kelompok-kelompok masyarakat tentang CSR Kalrez.

Baik kelompok pemda Bula yang diwakili beberapa aparatnya,

67

tokoh masyarakat maupun masyarakat umum, semua

kebingungan memberikan gambaran tentang peran Kalrez di

Bula. Kesulitan menggali persepsi masyarakat bukan karena

gap komunikasi antara peneliti dengan responden akan tetapi

terjadi karena kurang populernya CSR Kalrez di Bula.

Masyarakat kebingungan dimintai komentar, karena yang

selama ini dipandangan mereka yang aktif membangun Bula

adalah Citic dan Pemda.

Akhirnya data hasil wawancara diungkap sebagaimana

adanya, berusaha menggambarkan gelora pembangunan Bula

yang berada dalam atmosfer pemekaran Kabupaten SBT,

dengan harapan menemukan kesan atau sedikitnya peran Kalrez

di benak masyarakat, namun memang sulit. Akhirnya fakta-

fakta yang muncul terbatas pada pemaparan kondisi masyarakat

Bula yang hidup dan berkembang bersama Kalrez, disadari

ataupun tidak oleh mereka.

SIMPULAN

CSR Kalrez perlu dibenahi, CSR adalah suatu ekspresi

integral. sebuah institusi memerlukan adanya bangunan visi-

misi yang dihayati seluruh elemen yang terkait dalam CSR

Kalrez. Baik internal public, eksternal public maupun Add

public Kalrez. Kalrez perlu menyatukan konsep pemahaman

CSR yang dituangkan dalam rancangan visi-misi dan struktur

organisasi. Dengan demikian tanggung jawab CSR

dilaksanakan oleh bagian yang memang mampu mengatasi gap

komunikasi dan menguasai strategi serta langkah-langkah CSR.

Untuk itu, peneliti menyarankan perlunya kehadiran seorang

PR profesional atau jasa PR consultant sebagai solusi dari CSR

Kalrez Petroleum Seram Ltd.

Implementasi CSR di Bula. Untuk mengatasi

inefectivity & inefisiensi CSR Kalrez di Bula, peneliti

68

menyarankan untuk terlebih dahulu menjalankan langkah

pertama. Solusi atas kegagalan implementasi CSR di Bula

adalah wacana lama yang harus diatasi step by step, dimulai dari

pembenahan internal perusahaan, lalu baru kemudian dapat

ditindaklanjuti dengan langkah-langkah selanjutnya yang lebih

strategis dan tepat sasaran. Kepekaan pelaksana CSR untuk

mengidentifikasi perbedaan between needs & wants masyarakat

Bula. Jangan selalu terjebak pada aspirasi masyarakat yang

juga belum mampu mengidentifikasi kebutuhannya. Sebagian

masyarakat Bula baru mampu menyuarakan keinginannya, tapi

mereka belum sungguh-sungguh menyadari apa yang

dibutuhkannya.

Persepsi Masyarakat Bula terhadap CSR Kalrez dalam

meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat Bula. Ada

beberapa temuan fakta dari Bula, urgensi dari rencana

pembangunan Bula di Kabupaten SBT adalah bidang-bidang

agama, pendidikan dan kesehatan. Dengan kata lain,

sebenarnya masyarakat sangat antusias dengan aktivitas di

ketiga bidang diatas. Saran peneliti dalam hal ini, Kalrez dapat

memanfaatkan peluang ini untuk ditindaklanjuti sebagai bekal

dalam melakukan fact finding.

Membangun kedekatan dengan masyarakat Bula

melalui pendekatan religius, pemberdayaan kaum ibu dan

peningkatan kesadaran kesehatan masyarakat, merupakan

upaya-upaya yang diharapkan mampu menempatkan Kalrez

lebih dekat di hati masyarakat Bula. Apabila telah tumbuh

kedekatan, masyarakat akan dapat merasakan kehadiran serta

eksistensi Kalrez secara proporsional di tengah masyarakat

Bula.

Dengan kapasitas Kalrez sebagai perusahaan minyak

kecil, tidak perlu memaksakan diri terlibat dalam kegiatan-

kegiatan pembangunan infrastruktur yang membutuhkan dana

69

sangat besar diluar kemampuan Kalrez. Alangkah lebih

bijaksana apabila Kalrez menebar manfaat bagi masyarakat

Bula melalui kegiatan-kegiatan pembinaan ataupun pelatihan

yang dirancang sedemikian rupa, sesuai dengan keahlian yang

dibutuhkan masyarakat Bula. Pemberdayaan kaum wanita akan

lebih mampu memantapkan eksistensi Kalrez di Bula. Kaum

wanita terbukti sebagai kelompok masyarakat yang paling

mudah dipengaruhi serta diarahkan untuk kegiatan

pemberdayaan.

Dengan gambaran atau citra positif Kalrez di tengah

masyarakat Bula, diharapkan kehadiran Kalrez akan lebih

diterima. CSR Kalrez akan lebih tepat sasaran dan bermanfaat

bagi masyarakat Bula. CSR Kalrez dapat benar-benar menjadi

solusi dalam meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat

Bula apabila dilakukan dengan sinergis.

Demikian kesimpulan sekaligus saran atas penelitian

berjudul Corporate Social Responsibility PT Kalrez Petroleum

Seram Ltd, berbasis karakteristik masyarakat Bula di

Kabupaten Seram Bagian Timur, Provinsi Maluku. Semoga

Bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

DAFTAR PUSTAKA

Adimiharja, Kusnaka dan Hikmat, Harry . 2004. Partisipatory

reserch Appraisal dalam Pelaksanaan Pengabdian

Kepada Masyarakat. Bandung: Humaniora Pustaka

Press.

Ardianto, Elvinaro dan Erdinaya, Lukiati Komala. 2004.

Komunikasi Massa; Suatu Pengantar. Bandung:

Simbiosa Rekatama Media.

Creswell, John W. 1998. Qualitative inquiry and Research

Design Choosing Among Five Traditions. London: Sage

Publication.

Cutlip, Scott M., Center, Allen H., Broom, dan Glen M.2006.

Effective Public Relations, 9th Edition.Jakarta: Kencana

70

Iriantara, Yosral. 2004. Community Relations.

Bandung:Simbiosa Rekatama Media.

_____________, 2004. Manajemen Strategis Public Relations.

Jakarta: Ghalia Indonesia.

Jefkins, Frank. 2000. Public Relation; Edisi ke Empat.Jakarta:

Penerbit Erlangga

Kasali, Rhenald.2003. Manajemen Public Relations: Konsep

dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama

Grafiti.

Kotler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran, edisi Milenium.

Jakarta: Prenhalindo

Kotler, Philip dan Lee, Nancy. 2005. Corporate Social

Responsibility: Doing the Most Good for Your Company

and Your Cause. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Moore, H. Frazier. 2000. Hubungan Masyarakat: Prinsip,

Kasus, dan Masalah (dua). Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mulyana, Deddy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif:

Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial

Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Moleong, Lexy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rakhmat, Jalaluddin. 2003. Metode Penelitian Komunikasi

dilengkapi contoh analisis Statistik. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Soemirat, Soleh dan Ardianto, Elvinaro. 2005. Dasar-dasar

Public Relations. Bandung: Remaja Rosdakarya.

71

PENGGUNAAN INSTAGRAM SEBAGAI MEDIA

KOMUNIKASI CSR OLEH PERUSAHAAN

Uud Wahyudin dan Agus Setiaman

Universitas Padjadjaran

[email protected]

PENDAHULUAN

Mayoritas dari pengguna internet di Indonesia

memanfaatkan internet untuk media sosial secara aktif. Para

pengguna mengakses media sosial melalui perangkat mobile.

Banyak pilihan media sosial tersedia, sehingga mereka leluasa

untuk memilih media sosial yang akan mereka akses.

Salah satu media sosial ternama di dunia yang sering

digunakan, yaitu Instagram yang memiliki lebih dari 500 juta

pengguna setiap bulan, dan 300 jutanya menggunakan layanan

ini setiap hari. Pengguna aktif Instagram Indonesia sendiri

mencapai 22 juta.7

Keunikan dari Instagram yang dapat membagikan

berbagai foto dan video ke pengguna lain, dapat memberikan

komentar dan me-like pada foto atau video yang di post. Dengan

kata lain banyak sekali orang-orang yang memanfaatkan salah

satu media sosial ini dalam ajang mencari hubungan dan ingin

dikenal banyak pengguna akun. Instagram merupakan sebuah

media sosial yang banyak digunakan orang yang berbentuk

aplikasi yang dapat diunduh dengan mudah melalui playstore

atau AppStore dari iOS atau Android. Instagram sendiri

memiliki fitur untuk berbagi foto dan video bagi penggunanya

7 Fajrina, Nur, 2016, Ada 22 Juta Pengguna Aktif Instagram dari Indonesia,

www.cnnindonesia.com, diakses pada tanggal 22 November 2016 pada pukul

19:51 melalui http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20160623112758-

185-140353/ada-22-juta-pengguna-aktif-Instagram-dari-indonesia/

72

dan setiap orang dapat menyisipkan beberapa komentar dan

juga dapat meng-like dan dapat dibagikan lagi ke akun lain

selain Instagram seperti Facebook, Twitter, Tumblr dan

lainnya.

Berbicara mengenai media sosial instagram sebagai

media promosi, tentunya tidak luput dari media sosial instagram

yang kerap kali digunakan oleh pelaku bisnis dan beberapa

perusahaan sebagai media promosi. Kemudahan dan efektifitas

media sosial Instagram ini banyak dimanfaatkan sebagai media

komunikasi, promosi, dan penyalur informasi. Salah satunya

dapat dimanfaatkan perusahaan yang akan menyalurkan dana

CSR- nya. Setiap perusahaan memiliki hak untuk dapat

menggunakan media sosial. Membuat akun media sosial lalu

membuat status, lalu mengupload foto kegiatan CSR dan lain

sebagainya.

Instagram merupakan media sosial yang cukup sering

digunakan oleh para pelaku bisnis dan beberapa perusahaan

untuk kegiatan beriklan atau promosi, baik itu meggunakan fitur

sponsored milik Instagram atau dengan membuat akun

tersendiri dan melakukan kegiatan beriklan atau promosi di

akun tersebut. Instagram merupakan media sosial yang terfokus

pada berbagi foto, walaupun demikian Instagram juga memiliki

fitur video hingga durasi 1 menit yang memungkinkan

pengguna juga dapat membagikan video. Selain itu Instagram

juga memiliki fitur layaknya Twitter, yaitu penggunaan hastag

pada setiap konten yang diunggah. Sehingga tidak menutup

kemungkinan konten yang diunggah akan menjadi terkenal atau

masuk kedalam kumpulan konten yang paling dicari. Adanya

fitur-fitur tersebut tentunya memberikan peluang bagi pelaku

bisnis maupun perusahaan untuk menggunakan Instagram

sebagai media untuk mempromosikan perusahaannya, seperti

program CSR perusahaan. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa

73

Instagram memang berpotensi untuk pelaku bisnis atau

perusahaan untuk menyampaikan/menyebarkan dan melakukan

promosi kegiatan CSR-nya di Instagram.

Media sosial instagram memberikan manfaat bagi

perusahaan sebagai penggunanya. Penggunaan media sosial

instagram menjadikan informasi mudah untuk didapatkan.

Sehingga banyak organisasi atau perusahaan yang dapat

menggunakan instagram untuk menyebarkan informasi kepada

khalayak banyak, khususnya masyarakat lingkungan. Terjadi

pergeseran di mana instagram dapat menjadi media komunikasi

oleh perusahaan untuk mengomunikasikan program CSR nya

secara efektif karena dapat diakses oleh siapa saja dan di mana

saja.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penggunaan Instagram untuk CSR Perusahaan

Dalam bukunya berjudul Media Sosial, Rulli Nasrullah

mengatakan, bahwa:

“Karakter dasar dari media sosial adalah terbentuknya

jaringan antarpengguna. Jaringan

ini tidak sekadar memperluas hubungan pertemanan

atau pengikut di internet semata,

tetapi juga harus dibangun dengan interaksi

antarpengguna tersebut. Secara sederhana

interaksi yang terjadi di media sosial minimal

berbentuk saling mengomentari atau

memberikan tanda” (Nasrullah, 2015:25).

Jaringan antarpengguna yang terbentuk melalui

instagram tentunya sangat menguntungkan bagi perusahaan

74

karena dapat terhubung dan berinteraksi dengan masyarakat

lingkungan (stakeholder dan shareholder).

Lebih lanjut Gane & Beer (2008) mengungkapkan,

bahwa:

“Interaksi dalam kajian media merupakan salah satu

pembeda antara media lama (old media) dengan media

baru (new media). Di media baru, pengguna bisa

berinteraksi, baik di antara pengguna itu sendiri

maupun dengan prosedur konten media”(Gane & Beer,

(2008) dalam Nasrullah (2015: 26-27).

Media sosial instagram memungkinkan perusahaan

termediasi oleh media baru dan memberikan kemungkinan

untuk berinteraksi dengan masyarakat lingkungan, baik

stakeholder maupun shareholder dalam proses komunikasi

interpersonal.

Lebih lanjut, Nasrullah (2015:33) mengatakan bahwa:

“penyebaran (share/ sharing) merupakan karakter

lainnya dari media sosial. Medium ini tidak hanya

menghasilkan konten yang dibangun dari dan

dikonsumsi oleh penggunanya, tetapi juga

didistribusikan sekaligus dikembangkan oleh

penggunanya”.

Hal ini tentunya, sangat membantu masyarakat

lingkungan dalam mengusulkan program CSR kepada

perusahaan. Demikian pula, perusahaan akan mengetahui

kebutuhan masyarakat berkaitan dengan program CSR. Pada

akhirnya, terjadi interaksi yang saling menguntungkan kedua

belah pihak berkaitan dengan program CSR yang sesuai dengan

visi dan misi perusahaan.

75

Media sosial instagram memungkinkan konten

program CSR perusahaan terpubilkasi dalam jaringan

instagram. Penyebaran program CSR perusahaan melalui media

sosial instagram menjadi lebih luas jangkauan kontennya. Hal

ini akan mempermudah perusahaan untuk mengeluarkan dana

CSR secara tepat dan efisien.

Sementara itu, Howard Stephenson dalam bukunya

Hand Book of Public Relations (1971) mendefinisikan profesi

humas adalah: “The practice of skilled, art or service base on

training, a body of knowledge, adherence to agree on standard

of ethics” (Ruslan, 2001:71).

Dalam pengertian yang lain, Public Relations (PR)

adalah sebuah payung besar yang menaungi banyak bidang

keahlian, dan jelas lebih luas daripada sekadar penghubung

antara pers dan klien seperti yang biasa dilakukan sebelumnya.

Publisitas hanya bagian kecil dari PR, demikian pula dengan

penggunaan berbagai jenis media mulai dari koran, film atau

majalah (Rivers, et al.2003 dalam Ardianto dan Erdinaya,

2004:176). Menurut pendapat penulis, melalui perkembangan

media sosial, khususnya instagram maka kegiatan PR dapat

dilakukan dengan lebih mudah, efektif, dan efisien melalui

instagram.

Sasaran PR atau hubungan masyarakat adalah sasaran

komunikasi manajemen. Dalam usaha mencapai tujuan

manajemen secara efektif, manusia-manusia yang menjadi

sasaran hubungan masyarakat dibagi menjadi dua kelompok

besar, disebut khalayak dalam dan khalayak luar (Effendy,

2004:135). Jadi yang dimaksud dengan khalayak dalam

hubungan masyarakat adalah termasuk juga masyarakat

lingkungan, baik stakeholder maupun shareholder.

Tujuan dari kegiatan PR adalah menumbuhkan citra

yang baik bagi perusahaan. Katz mengatakan bahwa citra

76

adalah cara bagaimana pihak lain memandang sebuah

perusahaan, seseorang, suatu komite, atau suatu aktivitas. Frank

Jefkins, mengungkapkan bahwa, citra diartikan sebagai kesan

seseorang atau individu tentang sesuatu yang muncul sebagai

hasil dari pengetahuan dan pengalamannya (Soemirat dan

Ardianto, 2002:113-114).

Perusahaan harus mampu menciptakan citra

perusahaan yang baik melalui kegiatan PR-nya. Terlebih,

kegiatan atau program CSR perusahaan pada akhirnya harus

membangun citra yang baik tentang perusahaan di mata

masyarakat lingkungan dalam jangka panjang. Citra diri

merupakan penilaian yang dilakukan individu mengenai

penampilan diri dan perasaan yang menyertai serta pandangan

orang lain terhadap diri kita.

Selanjutnya yang dimaksud CSR itu adalah sebuah

tanggung jawab sosial perusahan terhadap masyarakat

lingkungan. CSR merupakan salah satu kegiatan dari PR.

Dalam kaitan ini CSR dapat diartikan sebagai:

“ a corporations initiatives to assess and take

responsibility for the company’s effect on

environmental and social wellbeing. The term generally

applies to efforts that go beyond what may be required

by regulations or environment protection group. CSR

may also be refferred to as “corporate-citizenship” and

can involve incurring short-term costs that do not

provide and immediate financial benefit to the

company, but instead promote positive social and

environmental change”.8

Perusahaan harus memiliki komitmen dalam bidang

sosial dan lingkungan dalam operasi bisnis mereka dan dalam

interaksinya dengan stakeholder. Melalui kegiatan CSR yang

dilakukan perusahaan dapat mengakomodasikan kerjasama

8 www.investopedia.com/term/c/corp-social-responsibility.asp.

77

yang saling menguntungkan antara perusahaan dengan

stakeholder. Perusahaan tidak saja mencari keuntungan

ekonomis, tetapi juga harus membangun sektor sosial,

lingkungan, dan sebagainya.

Lebih lanjut, Commission of the European

Communities 2001, mendefinisikan CSR sebagai:

“Aktifitas yang berhubungan dengan kebijakan-

kebijakan perusahaan untuk mengintegrasikan

penekanan pada bidang sosial dan lingkungan dalam

operasi bisnis mereka dan interaksi dengan stakeholder.

Terdapat dua pandangan tentang kepada siapa

organisasi bertanggung jawab sosial, yaitu (1) model

pemegang saham (shareholder). Pandangan tentang

tanggung jawab sosial yang menyebutkan bahwa

sasaran organisasi yang utama adalah memaksimalkan

keuntungan bagi manfaat para pemegang saham...(2)

model pihak yang berkepentingan (stakeholder). Teori

tentang tanggung jawab perusahaan yang mengatakan

bahwa tanggung jawab manajemen yang terpenting

kelangsungan hidup jangka panjang (bukan hanya

memaksimalkan laba), dicapai dengan memuaskan

keinginan berbagai pihak yang berkepentingan

terhadap perusahaan (bukan hanya pemegang

saham)”.9

Perusahaan sebagai pengguna instagram dapat

menggugah foto atau video, sehingga instagram tidak hanya

digunakan oleh akun personal tetapi juga banyak digunakan

oleh perusahaan untuk memasarkan produknya dan

9 www.akademia.edu/7018653/Tanggung-Jawab Sosial Perusahaan.

78

menyampaikan program CSR mereka. Sehingga perusahaan

dapat lebih leluasa untuk memberikan informasi mengenai

program CSR yang ditawarkan. Tampilan instagram yang

memperlihatkan gambar sebagai fokus utama sangat sesuai bagi

perusahaan untuk menyebarkan atau menyampaikan program

CSR-nya kepada masyarakat lingkungan. Dengan demikian,

instagram dapat dimanfaatkan sebagai media komunikasi antara

perusahaan dengan masyarakat lingkungan yang menjadi target

CSR-nya.

SIMPULAN

Persoalan yang dihadapi perusahaan-perusahaan di

Indonesia adalah kesulitan mereka menemukan aktivitas CSR

yang relevan dengan posisi (visi dan misi) mereka sebagai dunia

usaha. Sehingga, banyak perusahaan kesulitan dalam

mengeluarkan dana CSR-nya.

Kelebihan instagram dengan beragam fitur-nya dapat

meningkatkan hubungan kemitraan perusahaan dengan

masyarakat lingkungan (stakeholder dan shareholder), sehingga

media sosial instagram dapat menjadi pilihan yang tepat sebagai

media komunikasi perusahaan. Media sosial instagram

memberikan kemudahan dan sangat efektif sehingga dapat

dimanfaatkan sebagai media komunikasi untuk menyalurkan

informasi kegiatan CSR oleh perusahaan kepada masyarakat

lingkungan. Penggunaan Instagram dalam kegiatan CSR oleh

perusahaan akan dapat menarik banyak pengunjung baru,

khususnya dari masyarakat lingkungan.

Masyarakat lingkungan yang memiliki akun Instagram

dapat me-like atau memberikan komentar pada upload-an foto

dari kegiatan CSR perusahaan. Pada akhirnya, akun Instagram

yang dimiliki perusahaan nantinya dapat membantu

79

mengomunikasikan kegiatan CSR perusahaan yang relevan

dengan posisi (visi dan misi) perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto,Elvinaro. Erdinaya, Lukiati Komala. 2004.

Komunikasi Massa. Bandung: Simbiosa Rekatama

Media

Ardianto, Soemirat. 2002. Dasar-dasar Public Relations.

Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Effendy, Onong Uchjana. 1984. Ilmu Komunikasi: Teori dan

Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nasrullah, Rulli. 2015. Media Sosial. Bandung: Simbiosa

Rekatama Media

Ruslan, Rosady. 2001. Etika Kehumasan. Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada.

Sumber Internet:

Fajrina, Nur, 2016, Ada 22 Juta Pengguna Aktif Instagram dari

Indonesia, www.cnnindonesia.com, diakses pada

tanggal 22 November 2016 pada pukul 19:51 melalui

http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20160623112

758-185-140353/ada-22-juta-pengguna-aktif-

Instagram-dari-indonesia/

Winarso, Bambang. 2017. Apa Itu Instagram, Fitur dan Cara

Menggunakannya?. https://dailysocial.id/post/apa-itu-

instagram.

www.investopedia.com/term/c/corp-social-responsibility.asp.

www.akademia.edu/7018653/Tanggung-Jawab Sosial

Perusahaan.

80

SAHABAT “SApa, HArgai, jaBAT” : UPAYA

PENDUKUNG KEGIATAN CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY PT MEDCO E&P INDONESIA

Meria Octavianti1, Slamet Mulyana2, Famela3

Universitas Padjadjaran

Email : [email protected] , [email protected], [email protected]

PENDAHULUAN

“Corporate social responsibility is a commitmen to

improve community well-being through discretionary

business practice and contributions of corporate.”

(Kotler & Lee, 2005:3)

Kehadiran perusahaan di tengah kehidupan masyarakat

dengan berbagai fasilitas dan kegiatannya telah membawa

dampak yang nyata terhadap kualitas kehidupan manusia baik

itu terhadap individu, masyarakat, dan seluruh kehidupan.

Sebagai perusahaan migas yang berarti kegiatan operasionalnya

bergerak di pemanfaatan Sumber Daya Alam, PT. Medco E&P

tidak asing dengan adanya isu lingkungan maupun isu sosial

yang kerap ditujukan kepada perusahaan dan berlangsung terus-

menerus hingga akhirnya muncul konsep tanggungjawab sosial

perusahaan atau CSR.

Ada regulasi baik dalam bentuk undang-undang,

peraturan pemerintah maupun peraturan menteri yang

membahas mengenai kewajiban perusahaan menerapkan

program CSR atau pada umumnya identik dengan istilah

Community Development (ComDev) maupun Program

Kemitraan dan Bina Lingkungan (PKBL) seperti Undang-

81

Undang Perseroan Terbatas Nomor 40 Tahun 2007 tentang

Peraturan mengikat Perseroan Terbatas (PT) yang

operasionalnya terkait Sumber Daya Alam (SDA), keputusan

menteri BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan

Bina Lingkunan (PKBL), Undang-Undang Minyak dan Gas

Bumi Nomor 22 Tahun 2001 tentang peraturan CSR bagi

perusahaan pengelola Minyak dan Gas (Migas). Beberapa

daerah juga telah memiliki peraturan daerah (PERDA) seperti

PERDA Provinsi Kalimantan Tengah No. 11 Tahun 2012

tentang pelaksanaan tanggungjawab sosial dan lingkungan

perusahaan, dan ISO 26000 yang secara konsisten

mengembangkan tanggungjawab sosial. Peraturan ini bersifat

mengikat yang dimaksudkan agar perusahaan wajib untuk

melaksanakan tanggungjawab sosialnya.

Prinsip tanggungjawab sosial kepada masyarakat di PT

Medco E&P Indonesia mengedepankan pada pemberdayaan

masyarakat, tidak berbentuk tunai (derma/ charity), didasarkan

pada kebutuhan masyarakat (bukan keinginan masyarakat),

peran aktif para pemangku kepentingan dalam program

(masyarakat, perusahaan, dan pemerintah daerah), tidak

berorientasi pada ideologi, SARA, dan politik, serta mengacu

pada WP&B yang telah mendapat persetujuan SKKMIGAS.

Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya PT

Medco E&P Indonesia senantiasa berkomitmen dan peduli

terhadap masyarakat di sekitar wilayah operasi secara khusus

dan berbagai elemen masyarakat secara umum. Bentuk

kepedulian Perseroan berupa Investasi Sosial Berkelanjutan

merupakan bagian penting dari strategi Perseroan.

Community Enhancement atau pada lingkungan sehari-

hari perusahaan lebih familiar dengan sebutan Departemen

ComDev merupakan bagian dari perusahaan untuk mendukung

kelancaran operasi serta berperan dalam kegiatan

82

pemberdayaan (empowerment) dan pengembangan masyarakat

(development) yang dilakukan secara sistematis dan terencana

guna mencapai kondisi sosial, ekonomi, kesehatan, pendidikan,

dan kualitas kehidupan yang lebih baik dan mandiri. Hal

tersebut seperti yang diungkapkan oleh Kotler dan Lee

(2005:208) bahwa socially responsible business practice are

where the corporation adapts and conducts disretionary

business practice and invesments that support social causes to

improve community well-being and protect the environtment.

PT Medco E&P Indonesia melalui departemen

ComDev telah memenuhi tanggungjawab sosial kepada

masyarakat dan lingkungannya di 117 desa yang tersebar di

lima belas wilayah kerja di Indonesia, yakni dengan merancang

dan melaksanakan setidaknya 27 aktivitas program

pemberdayaan masyarakat lokal dan menempatkan program

ComDev sebagai landasan bagi percepatan pembangunan

berkelanjutan di masyarakat tempat perusahaan beroperasi.10

Tujuan utama dari kegiatan yang dilakukan adalah

mengembangkan potensi lokal, meningkatkan produktivitas

dan kesejahteraan rakyat dengan prinsip-prinsip pembangunan

berkelanjutan berdasarkan modal sosial dan sumber daya

alam/manusia, infrastruktur, dan finansial lokal. Program ini

diimplikasikan oleh perusahaan mencakup empat fokus

kegiatan yakni, local economic development, social investment,

social environtmentally program, serta public accessibillity

improvement.11

Melalui berbagai program yang dijalankan oleh

departemen ComDev, perusahaan berusaha agar terjalin

hubungan yang baik dan saling menguntungkan dengan

10Annual Report Departemen ComDev 2014-2017 11Pemaparan Pemetaan Pelaksanaan Program oleh Group Lead Project

Community, 2017

83

melibatkan partisipasi masyarakat di dalam pelaksanaannya.

Banyak penghargaan yang telah diperoleh PT Medco E&P

dengan berbagai program CSR yang telah dilakukan oleh

departemen ComDev, tetapi walaupun begitu ternyata masih

ditemukan berbagai permasalahan yang terjadi karena adanya

ketidakpuasan dari masyarakat yang tinggal di sekitar

perusahaan. Aksi kriminalitas, demo, blokade, dan lain

sebagainya yang mengganggu efektivitas perusahaan masih

terus terjadi. Berdasarkan hal tersebut maka muncullah sebuah

program yang diberi nama SAHABAT untuk dapat mengatasi

permasalahan tersebut.

Berdasarkan latar belakang tersebut, dengan

menggunakan pendekatan studi kasus deskriptif, penelitian ini

berusaha memberikan gambaran yang komprehensif mengenai

program Sahabat sebagai salah satu upaya dalam memperkuat

berbagai kegiatan corporate social responsibility yang

sebelumnya telah dilakukan oleh PT Medco E&P Indonesia.

METODE PENELITIAN

Metode penelitian yang digunakan adalah metode

kualitatitif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian ini

berusaha memberikan uraian dan penjelasan komprehensif

mengenai program SAHABAT sebagai salah satu program

yang diinisiasi oleh departemen ComDev PT Medco E&P. Hal

tersebut sesuai dengan apa yang disampaikan Mulyana (2002:

201) bahwa studi kasus merupakan uraian dan penjelasan

komprehensif mengenai berbagai aspek seorang individu, suatu

kelompok, suatu organisasi (komunitas), suatu program, atau

suatu situasi sosial. Dengan mempelajari semaksimal mungkin

seorang individu, suatu kelompok, atau suatu kejadian, peneliti

ingin memberikan pandangan yang lengkap dan mendalam

mengenai subjek yang diteliti.

84

Pendekatan ini menganggap kasus sebagai entitas

menyeluruh dan bukan sebagai kumpulan bagian-bagian atau

kumpulan skor mengenai variabel (Ragin dalam Mulyana,

2002: 203). Sehingga studi kasus bersifat holistik dan

multisources. Oleh karena itu peneliti berusaha mengumpulkan

data dari berbagai sumber yang terkait dengan topik yang dikaji

dalam penelitian ini. Data penelitian diperoleh dengan

menggunakan beberapa metode pengumpulan data seperti

observasi, wawancara, dan studi literatur. Observasi dilakukan

pada sejumlah kegiatan perencanaan program SAHABAT dan

juga pelaksanaan program SAHABAT yang sudah memasuki

fase pertama. Wawancara dilakukan kepada berbagai pihak

yang terkait dengan program SAHABAT seperti group leading

community project departemen ComDev yaitu Bondan

Brilianto, community enhancement manager yaitu Firsta Jusra

Iskandar, staff learning and development departement yaitu

Rully Chairullah dan beberapa staff departemen ComDev.

Observasi dan wawancara ini dilakukan untuk memperoleh data

primer dalam penelitian, sedangkan data sekunder diperoleh

dari studi literatur yang dilakukan penulis pada berbagai

dokumen yang terkait dengan topik yang dikaji.

Berdasarkan pada Matthew B. Miles & Michael A.

Huberman (1992) dikutip dari Agus Salim (2001: 22), analisis

data dalam penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu (1)

proses pemilihan, yaitu pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, abstraksi, dan transformasi data kasar yang di

peroleh di lapangan atau yang biasa dikenal dengan reduksi data

(data reduction), (2) penyajian data (data display), yaitu

mendeskripsikan kumpulan informasi yang telah tersusun,

untuk selanjutnya dilakukan (3) penarikan kesimpulan dan

verifikasi (conclusion drawing and verification). Peneliti

mencari makna dari setiap gejala yang diperoleh di lapangan,

85

mencatat keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi yang

mungkin ada, alur kausalitas, dan proposisi. Selama penelitian

masih berlangsung, setiap kesimpulan yang ditetapkan akan

terus-menerus diverifikasi hingga benar-benar diperoleh

kesimpulan yang valid dan kokoh.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjujkkan bahwa berbagai

aktivitas yang dijalankan oleh departemen Community

Development, PT Medco E&P telah berhasil memperoleh

berbagai penghargaan dari berbagai lembaga yang kompeten.

Penghargaan-penghargaan tersebut adalah (1) Gold Proper

Award (2015), (2) CDM Award (2007), (3) MDGs Award

(2010), (4) GCG Award (2009 - 2012), (4) PROPER Emas

(2011 - 2014), (5) Suistanability Reporting Awards (2015).

Selain itu PT Medco E&P juga mendapatkan PROPER Emas

untuk Blok Rimau yang kelima kali berturut-turut yaitu 2011,

2012, 2013, 2014 dan 2015. Penghargaan-penghargaan tersebut

merupakan bukti bahwa departemen ComDev PT Medco E&P

Indonesia serius dalam menjalankan pekerjaannya.

Kegiatan yang dilakukan oleh departemen Community

Development pada dasarnya merupakan upaya pemberdayaan

masyarakat melalui kemampuan dan potensi yang dimiliki

masyarakat itu. Dalam pengembangan masyarakat ini,

masyarakat adalah partisipan sekaligus pemetik manfaat

(benefitcaries) dari pembangunan. Tetapi pada kenyataannya,

penghargaan-penghargaan yang diperoleh oleh PT Medco E&P

tidak kemudian menjadi tolak ukur bahwa perusahaan telah

maksimal dengan apa yang dilakukannya. Karena meskipun

penghargaan dan berbagai pencapaian berhasil didapat ternyata

ada faktor lain yang membuat perusahaan mengalami kerugian

baik dari segi material maupun segi sosial. Hal tersebut

86

kemudian menjadi motivasi bagi perusahaan terutama

departemen ComDev untuk membenahi dan lebih

meningkatkan kualitas pekerjaannya.

Kegiatan yang dijalankan oleh departemen ComDev

pada hakikatnya bukanlah sebagai pemadam kebakaran untuk

masalah sosial yang dialami perusahaan, bukan pula sekedar

menggugurkan kewajiban terhadap peraturan-peraturan yang

mengikatnya, namun dilakukan atas dasar kebaikan serta

kepedulian perusahaan terhadap masyarakat dan lingkungan.

Corporate Social Responsibility bukan sebuah program

pemaksaan tapi merupakan bentuk dari rasa kesetiakawanan

terhadap sesama umat manusia, yaitu membantu melepaskan

pihak-pihak dari berbagai kesulitan yang mendera mereka dan

efeknya nanti untuk perusahaan itu juga (Fahmi, 2013:81).

Selain bertanggungjawab untuk mensejahterakan setiap

aspek yang ada dalam masyarakat, PT Medco E&P Indonesia

juga memiliki kewajiban untuk menciptakan sebuah hubungan

yang harmonis antara perusahaan dengan masyarakat untuk

meningkatkan kepedulian sosial dan saling pengertian.

Menjaga hubungan baik dengan masyarakat pada

dasarnya bukan hanya tanggungjawab dari departemen

ComDev, namun pekerja non-ComDev juga sebenarnya

memiliki peran penting dalam hal ini. Untuk menciptakan

sebuah hubungan yang diharapkan tersebut tentu bukanlah hal

yang sederhana, diperlukan sebuah aktivitas komunikasi yang

intensif antara masyarakat dan perusahaan yang dapat

menimbulkan rasa saling menghormati dan memahami. Seperti

yang diungkapkan oleh Branco dan Rodrigues (2006) dalam

artikelnya yang berjudul Corporate Social Responsibility and

Resource-Based Perspectives bahwa terdapat dua manfaat CSR

bila dikaitkan dengan keunggulan kompetitif dari sebuah

perusahaan, yakni manfaat internal dan manfaat eksternal

87

(Mursitama dkk, 2011:27-31). Salah satu manfaat eksternal

yang dapat diperoleh perusahaan adalah kegiatan Corporate

Social Responsibility dapat menjadi sebuah instrumen untuk

menjalin komunikasi yang baik dengan khalayak.

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan oleh tim

peneliti bersama Group Lead Project Community ComDev PT

Medco E&P Indonesia, ternyata aktivitas komunikasi hanya

terjadi antara pekerja ComDev dan masyarakat. Sementara

pekerja non-ComDev cenderung jarang bahkan bisa dikatakan

tidak pernah menjain sebuah komunikasi yang berarti dengan

masyarakat, sehingga tanpa disadari timbul sebuah tembok

pemisah antara perusahaan dan masyarakat. Pekerja non-

ComDev seolah-olah tidak memiliki kepedulian tentang apa

yang tengah dilakukan departemen ComDev, padahal

kenyataannya apa yang dikerjakan oleh departemen ComDev

ini bagaikan ujung tombak bagi apa yang mereka kerjakan dan

bagi perusahaan. Masyarakat akan memberikan sikap dan opini

bergantung kepada apa yang perusahaan lakukan kepada

masyarakat melalui program yang dijalankan departemen

ComDev baik formal maupun nonformal.

Kepedulian terhadap kegiatan ComDev diindikasi

karena kurangnya pengetahuan yang dimiliki pekerja terhadap

kegiatan tersebut. Meskipun sampai saat ini tak jarang kegiatan

ComDev diberitakan secara masif melalui media internal

perusahaan intranet maupun dipublikasikan melalui wallpaper

desktop setiap pekerja secara pararell, pekerja cenderung tidak

peduli dan tidak menyadarinya karena fokus mereka pada

pekerjaan yang menjadi tanggungjawab mereka. Padahal

program-program CSR yang disusun dan dikerjakan oleh

departemen ComDev PT Medco E&P adalah program CSR

yang masuk pada kategori sosicially responsible business

practice atau praktik bisnis yang memiliki tanggungjawab

88

social. Menurut Kotler dan Lee (2005:22-24) terdapat enam

jenis pelaksanaan program CSR yaitu: cause promotions

(promosi kegiatan sosial), cause related marketing (pemasaran

terkait dengan kegiatan sosial), corporate social marketing

(pemasaran kemasyarakatan korporat), corporate philanthtopy

(kegiatan filantropi perusahaan/ kedermawanan perusahaan),

community volunteering(pekerja sosial kemasyarakatan

sukarela), dan socially responsible business practice (praktik

bisnis yang memiliki tanggungjawab sosial).

Kartini (2009) seperti dikutip dari Ardianto dan

Machfudz (2011:177) menyatakan bahwa :

Soscially responsible business practice (praktik bisnis

yang memiliki tanggungjawab sosial), dalam kegiatan

ini, perusahaan melaksanakan kegiatan bisnis

melampaui aktivitas bisnis yang diwajibkan oleh

hukum serta melaksanakan investasi yang mendukung

kegiatan sosial dengan tujuan meningkatkan

kesejahteraaan komunitas dan memelihara lingkungan

hidup. Yang dimaksud komunitas dalam hal ini

mencakup pekerja perusahaan, pemasok, distributor,

organisasi nirlaba yang menjadi mitra perusahaan serta

masyarakat secara umum. Sedangkan yang dimaksud

dengan kesejahteraan mencakup di dalamnya aspek-

aspek kesehatan, keselamatan, pemenuhan kebutuhan

psikologis dan emosional.

Hal tersebut menunjukkan bahwa seharusnya ada

sinergitas dari seluruh pihak dalam menyukseskan berbagai

program CSR dari sebuah perusahaan. Terlebih lagi PT Medco

E&P yang merupakan sebuah perusahaaan yang memiliki visi

menjadi “perusahaan energi pilihan bagi investor, pemegang

89

saham, mitra kerja, pekerja serta masyarakat umum”12. Dimana

dalam visi perusahaan sudah tereksplisitkan mengenai

sinergitas yang seharusnya terbangun dari seluruh pihak dalam

melaksanakan segala bentuk kegiatan.

Pada kenyataan yang terjadi di lapangan, data

gangguan pada area operasi tahun 2016 menjelaskan bahwa

dalam tiga tahun terakhir masih terjadi 457 gangguan

kriminalitas serta 127 aksi masyarakat di lima wilayah aset yang

berarti setiap dua hari terjadi setidaknya satu kali gangguan

operasional di wilayah asset.

Gangguan-gangguan tersebut ternyata disebabkan oleh

beberapa faktor.Faktor pertama yang menjadi penyebab

terjadinya gangguan tersebut diantaranya yaitu berupa demo

blokade aktivitas perusahaan yang diindikasi disebabkan oleh

tuntutan pekerjaan yang tidak terpenuhi, tuntutan mengenai isu

pencemaran lingkungan yang tidak sepenuhnya benar, serta

tuntutan perbaikan jalan yang sebetulnya pemerintah turut

bertanggungjawab dalam hal ini. Faktor kedua terkait dengan

tanggungjawab sosial dan ekonomi yang disebabkan karena

perusahaan tidak memenuhi tuntutan masyarakat untuk

melakukan perbaikan infrastruktur, tuntutan masyarakat kepada

perusahaan dalam partisipasi bantuan (donasi), dan

kesenjangan sosial yang terjadi antara anggota masyarakat lokal

dengan perusahaan ataupun pendatang lainnya. Faktor ketiga

yakni kriminalitas berupa ancaman, pencurian minyak, serta

perusakan aset.

Data tersebut tentu cukup menjelaskan bahwa dengan

apa yang telah perusahaan lakukan melalui 27 aktivitas program

corporate social responsibility (CSR) yang disusun dan

dikerjakan oleh departemen ComDev PT Medco E&P, ternyata

12 Brand Book MedcoEnergi

90

masih ada masyarakat yang menganggap belum merasakan

kebermanfaatan dari adanya perusahaan tersebut di wilayah

mereka. Selain itu, ternyata ditemukan data bahwa masyarakat

di sekitar perusahaan memiliki harapan yang tinggi kepada PT

Medco E&P yang sesungguhnya banyak diantara harapan

(tuntutan-tuntutan) tersebut bukan sepenuhnya tanggungjawab

perusahan melainkan juga merupakan tanggung jawab

pemerintah. Dengan terjadinya gangguan-gangguan tersebut,

secara tidak langsung telah menjelaskan bahwa upaya

perusahaan dalam menciptakan sebuah hubungan yang

diharapkan ternyata tidak berhasil secara efektif.

Selain dari pada itu, Tiga Pilar Strategi Investasi Sosial

berkelanjutan PT Medco E&P yakni, menjalankan program

bagi masyarakat guna mendukung faktor kepastian

keberlanjutan perusahaan dan pencegahan ganguan operasi

perusahaan berbasis komunitas13 ternyata belum berhasil

diwujudkan oleh departemen ComDev. Perusahaan perlu

membenahi hubungan yang saat ini dapat dinilai kurang baik

dan cenderung merugikan pihak perusahaan tersebut dengan

sebuah sistem atau strategi komunikasi yang baru yang dapat

meningkatkan kualitas hubungan yang baik serta membentuk

opini positif perusahaan di masyarakat sekitar dimana

perusahaan berada.

Atas latar belakang tersebut akhirnya departemen

ComDev PT Medo E&P mengembangkan sebuah strategi

komunikasi yang diberi nama SAHABAT (SApa, HArgai,

jaBAT) dengan keterlibatan pekerja sebagai agen sosial.

Program ini diusung oleh group leading community project

departemen ComDev yaitu Bondan Brilianto, sejak awal

13 Kebijakan Pemberdayaan Komunitas PT Medco E&P Indonesia 2017

91

Februari 2017 dan melibatkan staffnya dalam perumusan

perencanaan program.

Program SAHABAT ini akan melibatkan seluruh

pekerja sebaagai agen sosial. Agen sosial akan berperan sebagai

jembatan komunikasi antara masyarakat dan perusahaan.

Tujuan dari program ini adalah untuk meningkatkan intensitas

interaksi antara perusahaan dan masyarakat dalam membina

suatu hubungan yang harmonis dalam berbagai konteks

komunikasi dan aktivitas yang terjadi di masyarakat, baik itu

komunikasi sederhana yang terjadi dalam keseharian

masyarakat, maupun keterlibatan pekerja dalam aktivitas

masyarakat, dan sebagainya. Sesuai dengan perannya sebagai

jembatan komunikasi, tentu pekerja terlebih dahulu harus

memiliki paham yang sama dengan tujuan-tujuan departemen

ComDev maupun perusahaan sehingga ketika pelaksanaannya,

pertukaran informasi dan pendapat yang terjadi antara pekerja

dan masyarakat tidak menimbulkan kesalahpahaman dan tetap

berada pada nilai-nilai etis yang ada pada perusahaan.

Program yang dirumuskan oleh departemen ComDev

PT Medco E&P Indonesia ini mengandung tiga tata nilai

perusahaan yakni etis, terbuka, dan inovatif. Mengandung nilai

“Etis” karena dalam program ini, setiap individu dalam

perusahaan dituntut untuk berperilaku etis serta menjunjung

nilai-nilai moral dalam setiap perilaku dan aktivitas dimanapun

mereka berada. Terbuka, dalam program SAHABAT ini

pekerja sebagai agen sosial diharapkan memiliki sikap terbuka

dalam komunikasi setiap tingkatan, membangun suasana saling

percara dengan masyarakat, serta saling menghormati.

“Inovatif”, karena dalam program ini departemen ComDev

telah merumuskan sebuah solusi yang inovatif, mudah, murah,

serta membangun sebuah budaya baru yang lebih maju.

92

SAHABAT memiliki akronim SApa, HArgai, jaBAT

memiliki penjabaran bentuk aktivitas dalam setiap kata yang

terkandung didalamnya. Aktivitas yang ada dalam program ini

mengandung dua tata nilai perusahaan yakni etis dan terbuka.

SAPA, aktivitas yang mencakup ke dalam poin Sapa ini dapat

berupa banyak hal, mulai dari aktivitas sederhana saling

menyapa (melambaikan tangan, bersalaman, tegur sapa) saat

bertemu masyarakat, membuka jendela mobil ketika

berpapasan dengan masyarakat, berbelanja di warung milik

masyarakat lokal, berkunjung dan bersilaturahmi kepada

masyarakat, hingga berpartisipasi dalam aktivitas dan terlibat

dalam kegiatan masyarakat. HARGAI, hargai memiliki makna

bahwa setiap individu harus saling menghargai tata karma,

norma, dan budaya lokal, sopan santun, adat istiadat setempat,

serta menunjukan rasa simpati empatinya. JABAT, adalah

bentuk nyata kepedulian dan keterlibatan seluruh pekerja

sebagai bagian dari agen sosial perusahaan untuk mewujudkan

sikap saling menolong, membantu, bekerja sama dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Aktivitas ini tidak

berarti hanya berlaku bagi pekerja yang bertugas di lapangan,

namun juga dapat dilakukan pekerja yang berada di kantor

pusat, Jakarta seperti dengan membeli produk hasil kreasi

masyarakat.

Saat ini, program SAHABAT masih dalam tahap

perencanaan yaitu pada fase pertama dari tiga fase yang

rencananya akan dilakukan dalam program ini. Meskipun

alasan-alasan perancangan progam SAHABAT sudah cukup

mendukung, namun departemen ComDev meyakini masih

banyak hal yang perlu untuk dipertimbangkan serta dikaji dan

akan dikerjakan sepanjang tahun 2017 ini. Berikut merupakan

tahapan penerapan program SAHABAT tersebut:

93

Gambar Fase Penerapan SAHABAT

Sumber: Juklak Program SAHABAT (Maret, 2017)

Fase pertama dimulai sejak Mei 2017 dan akan berakhir

pada Desember 2017. Pada fase ini terdapat empat tahapan yang

terdiri dari sosialisasi SAHABAT, uji coba penerapan,

tanggapan serta evaluasi. Sosialisasi program SAHABAT

dilakukan kepada pekerja (sebagai agen sosial) yang berada di

Jakarta dan yang bertugas di wilayah operasi. Tujuan sosialisasi

ini untuk menginformasikan mengenai program dan persiapan

dilaksanaannya program. Uji coba penerapan dilakukan pada

bulan Agustus 2017, dimana para pekerja (sebagai social agent)

yang telah mendapat sosialisasi mulai menerapkan kegiatan

yang termasuk dalam program SAHABAT. Laporan,

melaporkan setiap aktivitas pekerja dalam menjalankan

program. Laporan menggunakan form/kartu yang telah

dibagikan untuk kemudian dikumpulkan kepada petugas yang

telah ditunjuk untuk dilakukan pendataan. Setelah tahap

pendataan, tahap yang selanjutnya adalah tanggapan yang

diperoleh dari social agent maupun masyarakat yang terlibat

dalam program. Evaluasi, setiap tanggapan yang diperoleh

kemudian dilakukan evaluasi program sehingga dapat dianalisis

serta dilaksanakan pengembangan/ perbaikan program.

Fase I

• Sosialisasi SAHABAT

• Uji coba penerapan

• Laporan

• Tanggapan

• Evaluasi

Fase II

• Pengembangan program

• Sosialisasi tingkatan SAHABAT

• Pemberian reward SAHABAT

FASE III

• Pengembangan ke arah digital

• Sosialisasi aplikasi SAHABAT

• Hasil penerapan dan evaluasi aplikasi

94

SIMPULAN

Program SAHABAT (SApa, HArgai, jaBAT) muncul

karena PT Medco E&P, khususnya Departemen ComDev yang

merasa perlu membenahi hubungan dengan masyarakat sekitar

yang saat ini dinilai kurang baik dan cenderung merugikan

pihak perusahaan. Program SAHABAT merupakan sebuah

program yang melibatkan seluruh pekerja sebaagai agen sosial.

Agen sosial akan berperan sebagai jembatan komunikasi antara

masyarakat dan perusahaan. Sebagai sebuah sistem atau strategi

komunikasi yang baru, program SAHABAT diharapkan dapat

meningkatkan kualitas hubungan yang baik serta membentuk

opini positif perusahaan di masyarakat sekitar dimana

perusahaan berada.

Program SAHABAT akan terus terlaksana dan dapat

mencapai tujuan yang diharapkan apabila dalam

pelaksanaannya, seluruh pekerja di PT Medco E&P menjunjung

tinggi komitmen yang sudah disepakati bersama. Tanpa adanya

kesungguhan melaksanakan komitmen, bukan hanya dari para

agen sosial tetapi juga kesungguhan dari pihak manajemen,

maka program SAHABAT yang saat ini baru masuk pada fase

pertama ini, tidak akan mampu untuk melanjutkan pada fase-

fase selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro dan Machfudz, Dindin. 2011. Efek

Kedermawanan Pebisnis dan CSR. Jakarta: PT Elex

Media Komputindo

Mulyana, Deddy. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif.

Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Kotler, P. dan N. Lee. 2005. CSR: Doing The Most Good Most

For Your Company and Your Cause. New Jersey: John

Wiley and Sons, Inc.

95

Fahmi, Irham.2013. Perilaku Organisasi. Teori, Aplikasi dan

Kasus. Bandung: Alfabeta.

Mursitama, Tirta, Fadhil Hasan & Iman Fakhrudin. 2011. CSR

di Indonesia, Teori dan Implementasi. Jakarta: Institut

for Development of Economics and Finance (INDEF)

Salim, Agus. 2001. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial.

Yogyakarta: Tiara Wacana

Annual Report Departemen ComDev 2014-2017

Kebijakan Pemberdayaan Komunitas PT Medco E&P

Indonesia 2017

Brandbook MedcoEnergi

96

KEGIATAN COMMUNITY RELATIONS DINAS

PERIKANAN JAWA BARAT MELALUI

KUNJUNGAN LATIHAN (KULAT) JARING

TERAPUNG DALAM MEMBANGUN

PARTISIPASI MASYARAKAT DESA BONGAS

KECAMATAN CILILIN KABUPATEN BANDUNG

PADA BIDANG PERIKANAN

Iriana Bakti, Trie Damayanti

Universitas Padjadjaran

[email protected]

PENDAHULUAN

Kabupaten Bandung Barat merupakan salah satu daerah

perikanan budidaya air tawar di Jawa Barat dengan komoditas

yang dipelihara sangat beragam, yang dapat berkontribusi

sebagai penyedia protein, dan sebagai penyumbang devisa

negara. Oleh karena itu, untuk menjaga dan mempertahankan

potensi perikanan di wilayah tersebut, Dinas Perikanan Propinsi

Jawa Barat melaksanakan Program Pengembangan Perikanan

Budidaya khususnya Ikan Air Tawar di Kabupaten Bandung

Barat bertujuan untuk menumbuh-kembangkan ekonomi

kerakyatan berbasis agribisnis perikanan, sehingga dapat

meningkatkan pendapatan dan indeks daya beli masyarakat.

Namun demikian, dalam pelaksanaan Program

Pengembangan Perikanan Budidaya khususnya Ikan Air Tawar

di Kabupaten Bandung Barat terdapat berbagai permasalahan,

di antaranya Teknologi pembenihan dan pembesaran untuk

beberapa komoditas belum sepenuhnya dikuasai, pola Cara

Budidaya Ikan yang Baik (CBIB) dan Pembenihan Ikan yang

Baik (CPIB) belum sepenuhnya diterapkan para pembudidaya,

97

dan Mekanisme penyuluhan belum berjalan dengan baik serta

kurangnya tenaga penyuluh perikanan.

Untuk menangani permasalahan di atas, Dinas terkait

melaksanakan pembinaan Jaring Terapung kepada masyarakat

yang berdomisili di sekitar waduk Saguling agar mereka dapat

mengembangkan lapangan kerja di wilayah tersebut, dan

masyarakatnya dapat meningkatkan meningkatkan

perekonomian keluarganya.

Pembinaan Jaring terapung tersebut dilaksanakan

melalui mekanisme kunjungan dan latihan (Kulat) yang

dilakukan oleh pembina dari dinas terkait dengan tujuan untuk

membangun pengetahuan dan partisipasi masyarakat yang

tergabung ke dalam Rumah Tangga Perikanan (RTP).

Pada dasarnya, Kulat yang dilaksanakan oleh Dinas

Perikanan ini merupakan kegiatan community relations, bukan

sekedar tupoksi lembaga/instansi, karena kedua belah pihak

(lembaga dan masyarakat/komunitas) akan memperoleh

keuntungan bersama. Bagi lembaga, keuntungannya bisa

menjalin kerjasama yang harmonis dalam rangka pencapaian

tujuan lembaga, bagi masyarakat/komunitas keuntungannya

berupa peningkatan pemahaman dan keterampilan usaha

perikanan, dan kemudahan mendapatkan akses informasi dalam

mengembangkan usaha.

Kegiatan Kulat ini merupakan implementasi dari

perencanaan lembaga yang didasarkan pada anaisis kebutuhan

masyarakat/komunitas di Saguling yang semula bermata

pencaharian di bidang pertanian persawahan, kemudian

mencoba mengembangkan usaha di bidang perikanan. Oleh

karena itu, dalam kegiatan Kulat ini, intensitas kegiatan,

kesesuaian materi, dan teknik penyelenggaraan Kulat menjadi

penting bagi kedua belah pihak untuk mencapai efektivitas

98

kegiatan, dan terbangunnya partisipasi masyarakat dalam

bidang perikanan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) Intensitas

masyarakat dalam mengikuti Kulat jaring terapung. 2) Faktor

pesan yang disampaikan dalam Kulat jaring terapung. 3) Teknik

pelaksanaan Kulat jaring terapung. 4) Partisipasi masyarakat

dalam mengikuti Kulat jaring terapung.

Kegiatan Kulat merupakan program pembinaan yang

pada hakekatnya merupakan aktivitas komunikasi, yang di

dalamnya terjadi proses penyampain pesan dari komunikator

(pembina) kepada komunikan (masyarakat) yang tergabung

dalam RTP dengan tujuan untuk merubah sikap den

perilakunya. Menurut Mathis (2002:112), “pembinaan adalah

suatu proses dimana orang-orang mencapai kemampuan

tertentu untuk membantu mencapai tujuan

organisasi”.(https://www.google.com/search?q=kkk#q=penger

tian+pembinaan/21/07/201)

Implementasi dari pembinaan jaring terapung dilakukan

melalui penyuluhan, yang menurut Aminah ( 2006,: 64)

“merupakan proses pendidikan, sehingga dalam

pelaksanaannya penyuluhan berpegang pada falsafah

pentingnya individu, berkesinambungan, dan berasas

demokrasi, agar klien mandiri”.

Kulat ini dapat dikategorikan sebagai kegiatan

community relations yang dilakukan oleh sebuah

lembaga/instansi (Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat) untuk

membantu komunitas dalam meningkatkan produktivitas

kerjanya di bidang perikanan. Menurut Peak dalam Lattimor,

dkk. (2010: 257), “community relations adalah pertisipasi dari

lembaga yang terencana, aktif, dan terus-menerus dengan

masyarakat, dalam rangka memelihara dan meningkatkan

99

lingkungannya untuk memperoleh keuntungan bagi lembaga

maupun bagi komunitas”.

Community relations yang dilakukan oleh Dinas

Perikanan terhadap masyarakat di sekitar waduk Saguling

berdampak saling menguntungkan kedua belah pihak, karena

menurut Lattimore , dkk. (2010: 255):

“Sebuah organisasi menjadi bagian dari

komunitas, menciptakan solusi saling menguntungkan

(win-win solution) yang menghasilkan garis dasar yang

lebih sehat serta membawa keuntungan bagi stakeholder

dan masyarakat secara keseluruhan. Kunci bagi program

community relations yang efektif adalah adanya tindakan

yang positif dan bertanggung jawab secara sosial untuk

membantu masyarakat sebagai bagian dari organisasi”.

Selanjutnya Lesly dalam Lattimore, dkk. (2010: 263)

kriterian untuk aktivitas community relations, yaitu: (1)

Membuat sesuatu yang dibutuhkan yang belum pernah ada

sebelumnya. (2) Menghapus sesuatu yang menjadi masalah

komunitas. (3) Mengembangkan alat untuk menentukan

keberlangsungan lembaga. (4) Memperluas penggunaan

sesuatu yang ada untuk memasukan kelompok orang “tak

berpunya”. (5) Membagi peralatan, fasilitas, dan keahlian. (6)

Membentuk ulang, memperbaiki, dan menciptakan. (7)

Tutorial, konseling, dan pelatihan. (8) Mengaktifkan orang lain.

Manfaat community relations menurut Rogovsky dalam

Iriantara (2004: 70)

Komunitas pada organisasi Organisasi pada komunitas

• Reputasi dan citra

organisasi yang

lebih baik

• Peluang penciptaan

kesempatan kerja,

100

• “Lisensi untuk

beroperasi” secara

sosial

• Memanfaatkan

pengetahuan dan

tenaga kerja lokal

• Keamanan yang

lebih besar

• Infrastruktur dan

lingkungan

sosioekonomi yang

lebih baik

• Menarik dan

menjaga personel

berkaliber tinggi

untuk memiliki

komitmen yang

tinggi

• Menarik tenaga

kerja, pemasok,

pemberi jasa, dan

mungkin pelanggan

lokal yang bermutu

• “laboratorium

pembelajaran” untuk

inovasi organisasi

pengalaman kerja,

dan pelatihan

• Pendanaan investasi

komunitas,

pengembangan

infrastruktur

• Keahlian komersial

• Kompetensi teknis

dan personal

individual pekerja

yang terlibat

• Representatif bisnis

sebagai juru promosi

bagi prakarsa-

prakarsa komunitas

Kegiatan Kulat ini bertujuan untuk membangun

partisipasi masyrakat di sekitar waduk Saguling, di mana

menurut Mardikanto (2009):

101

“Partisipasi atau peran serta merupakan suatu

bentuk keterlibatan dan keikutsertaan secara aktif dan

suka rela baik alasan dari dalam (intrinsik) maupun

alasan dari luar (ekstrinsik) dalam keseluruhan proses

kegiatan yang bersangkutan yang mencangkup

pengambilan keputusan dalam perencanaan,

pelaksanaan, pengendalian (pemantauan, evaluasi, dan

pengawasan), serta pemanfataan hasil kegiatan yang

dicapai”.

Slamet (2003) dalam Anantanyu (2009: 22) membagi

partisipasi masyarakat dalam pembangunan dalam lima jenis,

yaitu:

(a) Ikut memberi input proses pembangunan,

menerima imbalan atas input tersebut dan ikut menikmati

hasilnya; (b) Ikut memberi input dan menikmati hasilnya;

(c) Ikut memberi input dan menerima imbalan tanpa ikut

menikmati hasil pembangunan secara langsung; (d)

Menikmati/memanfaatkan hasil pembangunan tanpa ikut

memberi input; dan (e) Memberi input tanpa menerima

imbalan dan tidak menikmati hasilnya.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif

di mana peneliti berusaha menggambarkan variabel pembinaan

berupa Kulat, dilihat dari intensitas masyarakat dalam

mengikuti pembinaan, faktor pesan dalam kegiatan Kulat,

Teknik pelaksanaan Kulat, dan partisipasi masyarakat dalam

kegiatan Kulat. Populasi dalam penelitin ini adalah masyarakat

yang termasuk ke dalam Rumah Tangga Perikanan (RTP)

sebesar 421, sedangkan sampelnya diambil secara random

102

dengan menggunakan pecahan sampling 10%, sehingga

diperoleh ukuran sampel sebersar 42 RTP.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Komposisi RTP di lihat dari usia, adalah sebagai

berikut: 30 – 34 tahun ada 13,33%, 35 -39 tahun ada 23,33%,

40 – 44 tahun ada 36,67%, 45 – 49 tahun ada16,67 %, dan yang

berusia 50 tahun ke atas ada 10%. Dari komposisi usia tersebut

ternyata semua RTP merupakan usia produktif dan memiliki

potensi yang sangat besar untuk mengembangkan usaha

perikanan jaring terapung di wilayah tersebut, karena pada usia

tersebut, mereka masih mampu bekerja dan menghasilkan

sesuatu. Dengan kata lain, berdasarkan komposisi usia tersebut,

masyarakat/komunitas yang menjadi RTP tergolong tenaga

kerja. Hal ini sesuai dengan pengertian tenaga kerja menurut

UU No. 13 tahun 2003 Bab I pasal 1 ayat 2 bahwa, “tenaga kerja

adalah setiap orang yang mampu melakukan pekerjaan guna

menghasilkan barang dan atau jasa baik untuk memenuhi

kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat” (Subijanto, 2011:

708).

Komposisi RTP dilihat dari tingkat pendidikan sebagai

berikut: SD 16,67%, SMTP ada 40%, dan SMTA ada 43,33%.

Dari komposisi usia tersebut mayoritas anggota RTP tingkat

pendidikannya menengah ke atas. Hal ini bisa dipahami bahwa,

sebagian besar tingkat pendidikan di pedesaan cenderung

menengah, namun demikian, terlepas dari tingkat pendidikan

tersebut, masyarakat yang menjadi anggota RTP tersebut

memiliki keinginan untuk mengikuti proses pendidikan

informal untuk meningkatkan keterampilan dan

mengajarkannya kembali kepada keluarganya. Hal ini sesuai

dengan pendapat Crow and Crow, dalam Idris dan Jamal (1995:

2), “pendidikan adalah proses yang berisi berbagai macam

103

kegiatan yang sesuai dengan kegiatan seseorang untuk

kehidupan sosialnya dan membantunya meneruskan kebiasaan

dan kebudayaan, serta kelembagaan sosial dari generasi ke

generasi”.

Intensitas petani dalam mengikuti kunjungan dari

pembina dalam 6 bulan terakhir adalah sebagai berikut: 5 – 6 x

ada 66,67%, dan 3 -4 x ada 33,33%. Dari persentase tersebut,

tidak ada seorang pun dari RTP yang tidak pernah mengikuti

kunjungan dari para pembina, dan meyoritas dalam mengikuti

kunjungan tersebut tergolong tinggi intensitasnya. Hal yang

sama terjadinya dengan intensitas petani dalam mengikuti

latihan dari pembina dalam 6 bulan terakhir adalah sebagai

berikut: 3 – 4 x ada 46,67%, 5 – 6 x ada 43,33%, dan yang

mengikuti 1 – 2 x ada 10%. Dari persentase tersebut, tidak ada

seorang pun dari RTP yang tidak pernah mengikuti kunjungan

dari para pembina, dan mayoritas dalam mengikuti kunjungan

tersebut tergolong tinggi intensitasnya.

Tingginya intensitas anggota RTP dalam mengikuti

Kulat menunjukkan bahwa mereka merasa yakin bahwa Kulat

ini dapat membantunya meningkatkan pengetahuan dan

keterampilan khususnya di bidang perikanan. Kulat sebagai

pendidikan luar sekolah yang diikuti oleh anggota RTP ini

menurut Far-far (2014: 49) “merupakan suatu usaha untuk

menimbulkan perubahan perilaku petani seperti perubahan

pengetahuan yang lebih luas, perubahan keterampilan teknis

yang lebih baik serta perubahan sifat untuk lebih produktif

sehingga para petani dapat memperbaiki cara berusahatani agar

lebih menguntungkan”

Pesan atau materi yang diberikan dalam kulat Jaring

terapung terdiri dari cara pembuatan jaring, penanaman ikan,

pemeliharaan, cara panen, dan kegitan pasca panen, ternyata

100% responden menyatakan materi tersebut sangat tepat dan

104

sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian, ketepatan materi

yang sesuai dengan kebutuhan ini merupakan salah satu

komponen yang sangat penting dalam rangka pembinaan jaring

terapung ini.

Teknik pembinaan yang dilaksanakan berupa

kunjungan dan latihan ini dianggap oleh semua RTP (100%)

sudah tepat, sehingga mereka antusias mengikutinya. Hal ini

bisa dilihat dari intensitas dalam mengikuti kedua teknik

tersebut yang dapat dikategorkan tinggi. Teknik Kulat yang

dilaksanakan ini dianggap oleh anggota RTP lebih

mengakrabkan kedua belah pihak dan memudahkan mereka

untuk mengemukakan permasalahan selama kegiatan tersebut

berlangsung, sekaligus juga dapat memperlancar

pengorganisasian kegiatan tersebut. Hal ini sesuai dengan

pendapat Rasyid (2012: 34), bahwa “adanya pengorganisasian

ini akan mempermudah koordinasi, memperlancar arus

informasi, sekaligus menjalin kerja sama”.

Partisipasi anggota RTP dilihat dari urun rembug dalam

kelompok, ternyata mayoritas (66,67%) menyatakan selalu ikut

urun rembug dalam masalah perikanan jaring terapung,

sedangkan 33,33% menyatakan kadang-kadang ikut urun

rembug. Adapun urun rembug yang dilakukannya berupa

pemberian ide-ide untuk kemajuan perikanan, dan memberi

motivasi kepada sesama anggota, selain itu partisipasi yang

dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan berupa mempraktekan

semua informasi yang berkaitan dengan teknis pengelolaan

perikanan. Hal ini menurut Rizal dan Rahayu (2015: 357),

“selain karena adanya kesadaran sendiri tanpa ada paksaan dan

memiliki banyak waktu, juga karena merasakan banyaknya

manfaat yang diperoleh dalam hal kegiatan pengelolaan

usahatani, peningkatan produktivitas maupun dalam kehidupan

sosial”.

105

Kegiatan kunjungan latihan (Kulat) perikanan di

kawasan waduk Saguling bukan semata-mata tupoksi

lembaga/instansi Dinas Perikanan Propinsi Jawa barat,

melainkan sekaligu juga kegiatan community relations, berupa

kegiatan terencana bersama masyarakat (anggota RTP) yang

bertujuan untuk membangun kerja sama yang saling

menguntungkan kedua belah pihak, karena menurut Lattimore ,

dkk. (2010: 255):

“Sebuah organisasi menjadi bagian dari

komunitas, menciptakan solusi saling menguntungkan

(win-win solution) yang menghasilkan garis dasar yang

lebih sehat serta membawa keuntungan bagi stakeholder

dan masyarakat secara keseluruhan. Kunci bagi program

community relations yang efektif adalah adanya tindakan

yang positif dan bertanggung jawab secara sosial untuk

membantu masyarakat sebagai bagian dari organisasi”.

Sebagai sebuah kegiatan community relations, Kulat

yang dilaksanakan oleh Dinas Perikanan Propinsi Jawa Barat

mengimplementasikan sesuatu yang dibutuhkan oleh

masyarakat yang berkaitan dengan pengelolaan perikanan air

tawar yang sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh masyarakat

sekitar waduk Saguling yang sebelumnya bertani sawah. Selain

itu, di dalam Kulat telah dikembangkan alat yang relatif baru

bagi masyarakat berupa jaring terapung, membagi peralatan

pendukung lainnya, dan membangun keterampilan anggota

RTP dalam pengelolaan perikanan air tawar, yang kesemuanya

itu dilakukan melalui metode pelatihan dan konseling, sehingga

anggota RTP terlibat aktif di dalamnya. Hal ini sesuai dengan

kriteria community relations dari Lesly dalam Lattimore, dkk.

(2010: 263), di antaranya: (1) Membuat sesuatu yang

dibutuhkan yang belum pernah ada sebelumnya. (2)

106

Mengembangkan alat untuk menentukan keberlangsungan

lembaga. ”. (3) Membagi peralatan, fasilitas, dan keahlian. (7)

Tutorial, konseling, dan pelatihan. (8) Mengaktifkan orang lain.

SIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan sebagai

berikut:

Kegiatan Kunjungan Latihan (Kulat) merupakan

implementasi dari program community relations Dinas

Perikanan Propinsi Jawa barat yang bertujuan untuk

membangun hubungan yang harmonis dan kerja sama saling

menguntungkan (win-win solution) di antara kedua belah pihak.

Sebagai kegiatan yang saling menguntungkan, Kulat ini

diapresiasi oleh anggota RTP dengan mengikutinya secara

penuh, sehingga intensitas kehadirannya dapat dikategorikan

tinggi, karena mereka merasa yakin bahwa Kulat ini dapat

membantunya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan

khususnya di bidang perikanan air tawar.

Faktor pesan/informasi yang disampaikan dalam Kulat

menjadi penilaian juga dari anggota RTP, yang menurut

mereka, pesan yang disampaikan telah sesuai dengan

kebutuhannya. Ketepatan materi yang sesuai dengan kebutuhan

ini merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam

rangka pembinaan jaring terapung ini.

Teknik pelaksanaan Kulat dianggap sudah tepat oleh

anggota RTP, karena teknik ini lebih mengakrabkan kedua

belah pihak dan memudahkan mereka untuk mengemukakan

permasalahan selama kegiatan tersebut berlangsung, sekaligus

juga dapat memperlancar pengorganisasian kegiatan tersebut,

sehingga mempermudah koordinasi, memperlancar arus

informasi, sekaligus menjalin kerja sama di antara kedua belah

pihak.

107

Partisipasi yang dilakukan oleh anggota RTP berupa urun

rembug dalam kelompok berupa pemberian ide-ide untuk

kemajuan perikanan, dan memberi motivasi kepada sesama

anggota, selain itu partisipasi yang dilakukan dalam

pelaksanaan kegiatan berupa mempraktekan semua informasi

yang berkaitan dengan teknis pengelolaan perikanan.

Partisipasi ini dapat terbangun, karena adanya kesadaran

sendiri tanpa ada paksaan dan memiliki mereka meluangkan

waktunya seoptimal mungkin, karena mereka merasakan

bahwa Kulat tersebut memiliki banyaknya manfaat dalam hal

kegiatan pengelolaan usaha perikanan, peningkatan

produktivitas perikanan, maupun dalam kehidupan sosialnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aminah, Siti. (2006). Penyuluhan Perikanan. Jurnal

Penyuluhan Desember 2006, Vol. 2, No. 4 hal 64. Bogor:

IPB

Far-dar, Risyart. (2014). Respon Petani Terhadap Penerapan

Metode Penyuluhan Pertanian Di Kota Ambon Provinsi

Maluku. Jurnal Budi Daya Pertanian, Vol. 10, No. 1 Hal

48-51.

Idris , Zahara dan H. Lisma Jamal. (1995). Pengantar

Pendidikan. Jakarta: Grasindo

Iriantara, Yosal. (2004). Community Relations. Bandung:

Simbiosa Rekatama Media.

Lattimore, Dan, Otis Baskin, Suzzette T. Haiman, Elizabeth L.

Toth. (2010). Public Relations Profesi Dan Praktik.

Jakarta: Salemba Humanika.

Mardikanto (2009), Sistem penyuluhan Pertanian. Surakarta:

UNS Press

Rasyid, Anuar. (2012). Metode Penyuluhan Pada Petani

Sawah. Jurnal Ilmu Komunikasi, Volume 1, No. 1 Maret

2012, hal 1-55.

108

Subijanto. (2011). Peran Negara Dalam Hubungan Tenaga

Kerja Indonesia , Jurnal Pendidikan Dan Kebudayaan (

vol 17 no 6, 2011), hal 708

Pengertian Pembinaan: Mathis (2012), diambil dari:

https://www.google.com/search?q=kkk#q=pengertian+p

embinaan/21/07/2017

109

IMPLEMENTASI CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY MELALUI PROGRAM BEDAH

RUMAH PT. PLN DISTRIBUSI JAWA BARAT

Muhammad Ramelan Rimbananto, Feliza Zubair, Syauqy

Lukman

Universitas Padjadjaran

[email protected]

PENDAHULUAN

Corporate social responsibility adalah sebuah program

perusahaan yang ditujukan kepada masyarakat sebagai bentuk

nyata perusahaan untuk lingkungan dan masyarakat (Ardianto

dan Machfudz, 2011; Ismail, 2009; Yusuf, 2007). Kewajiban

bagi perusahaan untuk melakukan program CSR tersebut

pertama kali diatur melalui Undang – Undang No.19 Tahun

2003 tentang BUMN dan kemudian dijabarkan lebih jauh oleh

Peraturan Menteri Negara BUMN No.4 Tahun 2007 yang

mengatur mulai dari besaran dana hingga tatacara pelaksanaan

CSR, dimana CSR milik BUMN adalah program Kemitraan dan

Bina Lingkungan (PKBL). Kemudian kewajiban CSR untuk

perusahaan secara umum dituangkan dalam Undang – Undang

Perseroran (UU PT) No. 40 Tahun 2007 bahwa PT yang

menjalankan usaha di bidang dan/atau bersangkutan dengan

sumber daya alam wajib menjalankan tanggung jawab social

dan lingkungan.

Perusahaan Listrik Negara (PLN), sebagai salah satu

BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang wilayah kerjanya

mencakup seluruh Indonesia wajib melakukan CSR. Salah satu

fokus dalam program CSR PLN adalah pembangunan dan

pengentasan kemiskinan. Oleh karena itu PLN melakukan

110

sebuah program CSR yang mencakup kedua poin tersebut yaitu

Program Bedah Rumah. PT. PLN DJB (Distribusi Jawa Barat)

sebagai salah satu unit PLN yang operasi kerjanya sibuk dan

pelanggannya terbilang banyak diantara unit PLN di Indonesia

turut serta melaksanakan program ini juga melalui divisi

Humasnya. PLN DJB telah melakukan program bedah rumah

terhadap pensiunan PLN dan para veteran.

Program “Bedah Rumah” adalah program bantuan

untuk pihak–pihak internal maupun eksternal yang berbentuk

renovasi rumah. Dalam hal ini peneliti mencoba untuk meneliti

program bedah rumah yang ditujukan kepada veteran perang

khususnya yang ada di daerah Jawa Barat.Program Bedah

Rumah ini membantu 8 veteran perang yang tersebar di Jawa

Barat yaitu 4 di Kuningan, 2 di Garut, sisanya berada di

Majalengka dan Cianjur.

Program Bedah Rumah untuk veteran perang ini dalam

rangka memperingati hari kemerdekaan republic Indonesia ke -

71. Selain bertepatan dengan HUT RI, program bedah rumah

ini juga dilaksanakan dalam rangka menyambut HUT TNI ke-

71 dan HUT PLN ke- 71. PLN dan TNI berencana untuk

membantu merenovasi rumah para veteran dengan jumlah total

71 rumah.

Pelaksanaan kegiatan ini diinisiasi oleh Kementerian

BUMN dan difasilitasi oleh seluruh BUMN yang memiliki

wilayah kerja di 34 Provinsi seluruh Indonesia, juga menjadi

bagian dalam “membangun pemahaman para pemangku

kepentingan (stakeholders)” mengenai peran Kementerian

BUMN dan BUMN dalam turut serta “Membangun Kapasitas

Nasional (National Capacity Building) melalui generasi muda

penerus bangsa” serta memberikan kontribusi nyata pada

masyarakat.

111

Dengan adanya program “Bedah Rumah”, PLN

berharap para veteran perang mendapatkan kesejahteraan hidup

yang lebih layak. Selain itu juga diharapkan program ini dapat

meningkatkan citra PLN di kalangan masyarakat. Dengan citra

yang baik di kalangan masyarakat reputasi perusahaan akan

terjaga baik. Reputasi baik yang tercipta di masyarakat akan

membuat PLN mudah dalam menjalankan suatu program

lainya.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk

mendeskripsikan kegiatan Implementasi CSR di PT. PLN

Distribusi Jawa Barat melalui program Bedah Rumah karena

dalam pra-riset, peneliti melihat terdapatnya banyak aspek yang

dinyatakan kurang optimal berdasarkan observasi dan juga

interviu dengan informan kunci..

METODE PENELITIAN

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode

penelitian deskriptif, sebuah metode yang efektif untuk tujuan

mendeskripsikan atau menggambar fenomena-fenomena yang

ada, baik fenomena yang bersifat alamiah maupun fenomena

hasil rekayasa. Penelitian deskriptif merupakan metode

penelitian yang berusaha menggambarkan dan menginterpretasi

objek sesuai dengan apa adanya (Bungin, 2003; Moleong,

2012).

Penelitian ini menggunakan paradigma positivisme.

Paradigma positivisme dikembangkan oleh para ahli sosiolog,

seperti Comte, Durkheim, dan Mill. Keyakinan dasar aliran

positivisme ini berakar pada paham ontologi realisme yang

menyatakan bahwa realitas berada dalam kenyataan yang

berjalan sesuai dengan hukum alam (Moleong, 2012; Salim,

2006: 69). Dengan demikian, penelitian ini berusaha untuk

112

mengungkap kebenaran realitas yang ada dan menjelaskan

bagaimana realitas tersebut sebenarnya berjalan.

Metode penelitian deskriptif adalah salah satu metode

penelitian yang banyak digunakan pada penelitian yang

bertujuan untuk menjelaskan suatu kejadian. Seperti yang

dikemukakan oleh Sugiyono metode deskriptif adalah metode

yang digunakan untuk menggambarkan atau menganalisis suatu

hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk membuat

kesimpulan yang lebih luas (Sugiyono, 2012:29). Sifat data

yang digunakan adalah kualitatif.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tahap Perencanaan (Plan)

Tahap Perencanaan dalam Implementasi CSR yang

dilakukan PT. PLN Distribusi Jawa Barat terbagi menjadi 2

yaitu Conduct a CSR Assesment (Penilaian CSR) dan Develop

a CSR Strategy (Mengembangkan Strategi CSR.

113

Tabel Conduct a CSR Assesment

Fase

Konseptual Tugas Bagaimana?

Hasil dan

Pembahasan

Plan

(Perencanaa

n)

Conduct

a CSR

Assesme

nt

(Penilaia

n CSR)

Menyusun tim

Kepemimpina

n CSR

PLN tidak

membentuk

tim khusus

dalam program

ini. Hal ini

tidak menjadi

terlalu masalah

karena Divisi

CSR sudah

diberi

wewenang

langsung dan

dituntut

melakukan

inisiatif

sendiri.

Mengembangk

an Definisi

Kerja

PLN dan LVRI

dari awal

sudah

membagi

tugasnya

masing –

masing. Dalam

pelaksanaan

program,

hampir

keseluruhan

dilakukan oleh

PLN. LVRI

hanya

memberikan

data dan

melakukan

114

fungsi

pengawasan.

Identifikasi

Persyaratan

Hukum

Undang –

undang telah

mengatur

bahwa ada

kewajiban ikut

membantu

mensejahteraka

n veteran

Tinjau

Dokumen,

Proses dan

Kegiatan serta

kapasitas

perusahaan

BUMN

mengeluarkan

surat perintah

untuk

melaksanakan

kegiatan bedah

rumah. Melihat

kapasitas

perusahaan,

PLN menjadi

salah satu

perusahaan

yang

melaksanakan.

Identifikasi

dan ikut

sertakan para

pemangku

keperntingan

PLN Aktif

mengikutsertak

an stakeholder

perusahaan.

Para veteran

merupakan

salah satu

stakeholder

mereka, karena

mereka

konsumen PLN

juga.

115

Perencanaan yang dilakukan PLN diltarabelakangi

salah satunya karena angka hidup layak di Indonesia yang

masih sangat kecil, banyak diantaranya tidak memiliki rumah

yang layak. Diantara dari mereka adalah para veteran perang

yang berjuang mempertahankan Republik Indonesia.Pada saat

ini veteran perang masih dirasa sangat minim perhatian oleh

masyarakat. Kemudian PLN atas perintah Kementrian BUMN

memberikan solusi yaitu Program BUMN Hadir Untuk Negeri.

Humas PT. PLN Distribusi Jawa Barat bekerjasama dengan

LVRI merumuskan program Bedah Rumah Veteran 2016

sebagai aktivitas CSR.

116

Tabel Develop a CSR Strategy

Fase

Konseptual Tugas Bagaimana?

Hasil dan

Pembahasan

Plan

(Perencana

an)

Develop a

CSR

strategy

(Kembangk

an Strategi

CSR)

Bangun

dukungan

dengan CEO,

manajemen

senior dan

karyawan

Karena ini

merupakana

program

Nasional

yang di

usulkan oleh

Kementrian

BUMN

melalui

program

BUMN untuk

negeri tentu

dukungan

dari CEO

dana

manajemen

tentu ada.

Melakukan

riset,

bagaimana

CSR pesaing

perusahaann

dan menilai

nilai

instrumen

CSR mereka

PLN

Melakukan

riset

mengenai

CSR

perusahaan

dan

membanding

kan dengan

program yang

ada di PLN.

Akan tetapi

117

yang riset

yang

dilakukan

tidak

dilakukan

secara

mendalam

karena PLN

percaya

dengan

programnya

sendiri.

Menyiapkan

matriks

program CSR

yang

diusulkan

Persyaratan

Hukum

PLN

melakukanya

sehingga

terjadi

beberapa

miss, salah

satunya

program yang

telat selesai.

Akan tetapi

dalam

persyaratan

hukum, PLN

melakukanya

dengan jelas.

118

Mengembang

kan pilihan

untuk

menindaki

program CSR

PLN

mengajak

LVRI untuk

kolaborasi

dalam

Program

Bedah

Rumah ini

menindak

lanjuti

Perintah

Kementrian

BUMN

mengenai

program

bedah

Rumah.

Menentukan

arah,

pendekatan,

batas-batas

dan area fokus

Dalam

program

bedah rumah

hanya

dilakukan di

8 daerah dulu

saja di Jawa

Barat, yang

penyebaranny

a dilakukan

melalui

media lokal

dan forum

lokal.

119

Berdasarkan kategori aktivitasnya, Kotler dan Lee (2005)

dalam) menyebutkan enam aktivitas CSR, yaitu:

(1) Promosi kegiatan sosial (cause promotions) ; (2)

Pemasaran terkait kegiatan sosial (cause related

marketing); (3) Pemasaran kemasyarakatan korporat

(corporate societal marketing); (4) Kegiatan filatropi

perusahaan (corporate philanthropy) ; (5) Pekerja sosial

kemasyarakatan secara sukarela (community

volunteering); (6) Praktik bisnis yang memiliki tanggung

jawab sosial (socially responsible business practice)

(Kotler & Lee, 2005).

Berdasarkan konsep diatas, program Bedah Rumah

Veteran merupakan kategori aktivitas CSR filantropi

perusahaan (corporate philanthropy), alasanya karena

perusahaan membuat kontribusi langsung ke badan amal, paling

sering dalam bentuk hibah tunai, sumbangan, pelayanan secara

cuma-cuma.

Dalam perencanaan program Bedah Rumah Veteran,

PLN melakukan perencanaan dalam pengembangan strategi

CSR diantara lainya Mencari partner kolaborasi,

Mempublikasikan program melalui media, Menyebarkan

melalui forum – forum.

Tahap Implementasi (Implementation)

Dalam pemaparan tahap pelaksanaan (do), akan

dijabarkan bagaimana tim Public Relations mengembangkan

komitmen CSR (develop CSR commitments) dan

mengimplementasikan program CSR (implement CSR

commitments).

Tabel Develop CSR Commitments

120

Fase

Konseptua

l

Tugas Bagaimana? Hasil dan

Pembahasan

Do

(Pelaksana

an)

Develop

CSR

Commitme

nts

(Kembang

kan

Komiteme

n CSR)

Melakukan

scan komitmen

CSR

PT. PLN

(Persero)

Distribusi

Jawa Barat

merancang

program

Bedah Rumah

berlandaskan

dengan visi

dan misi CSR

PLN.

Diskusi dengan

para

stakeholders

utama

Stakeholder

utama dalam

program ini

adalah

Veteran

perang yang

mendapatkan

bantuan

program,

mulai dari

tahap

perencanaan

PLN selalu

berdiksusi

dengan para

penerima

manfaat.

121

Membuat

sebuah

kelompok kerja

untuk

mengembangka

n komitmen

PLN bekerja

sama dengan

Legiun

Veteran

Republik

Indonesia dan

Kementrian

BUMN dalam

perumusan

dan

pelaksanaan

program

Bedah Rumah

Veteran

Membuat draft

awal

Draft awal

dilakukan

dengan

membuat

laporan

program CSR

yang jelas dan

disarankan

untuk

mengidentifik

asi pembagian

kerja pada

pihak-pihak

yang terlibat

dalam

pelaksananaa

n CSR

122

Mengkonsultas

ikan dengan

stakeholders;

Di sini PLN

Memberikan

edukasi dan

sosisalisasi

kepada

penerima

manfaat

Merevisi dan

mempublikasik

an komitmen

CSR

Dalam hal ini

PLN

Distribusi

Jawa Barat

dan LVRI

mempublikasi

kan program

Bedah Rumah

Veteran

melalui

website PLN

dan juga

website LVRI

Tabel Implements CSR Commitments

Fase

Konseptual Tugas Bagaimana?

Hasil dan

Pembahasan

Do

(Pelaksanaa

n)

Implemets

CSR

Commitmen

ts

(Implement

asi

Mengembangk

an struktur

pengambilan

keputusan

CSR

terintegrasi

Pengambilan

keputusan

dilakukan

oleh Divisi

CSR/PKBL

dengan

123

Komitemen

CSR)

sepengetahua

n manager

komunikasi

Menyiapkan

dan

melaksanakan

rencana bisnis

CSR

Persiapan

program

dilakukan

dengan

menyiapkan

materi

promosi dan

publikasi

untuk

menjangkau

masyarakat

untuk ikut

berpartisipasi

dalam

memperhatik

an para

veteran

Menetapkan

target yang

terukur dan

mengidentifik

asi ukuran

kinerja

Jumlah

penerima

manfaat

dalam

program ini

ada 8,

Kuningan 4,

Majalengka,

Garut 2 dan

Cianjur

124

Melibatkan

karyawan dan

lain-lain

kepada siapa

yang

berkomitmen

melakukan

CSR

Dalam

pelaksanaan

Program

Bedah

Rumah

Veteran PLN

tidak terlalu

melibatkan

karyawan

lain

Membuat

desain dan

melakukan

pelatihan CSR

Hal ini juga

tidak

dilakukan

oleh PLN,

karena dirasa

tidak perlu

Membangun

mekanisme

untuk

mengatasi

permasalahan

CSR

Saat

pelaksanaan

program

PLN

menemukan

masalah

yaitu adanya

penerima

manfaat

yang

melenceng

dari tujuan

awal. Kasus

seperti ini

sudah

dipersiapkan

125

oleh PLN,

sehingga

PLN tanggap

dalam

penyelesaian

masalah ini.

Membuat

perencanaan

komunikasi

internal dan

eksternal

melalui

newsletter,

tahunan

laporan,

komunikasi

Intranet,

pertemuan,

pelatihan

atau

mekanisme

informal,

karyawan

harus tahu

bahwa CSR

merupakan

prioritas

perusahaan

Membuat

komitmen

publik

pelaporan

program

dipublikasika

n melaui

website

masing –

masing dan

126

setiap

tahunya

dimasukan

kedalam

annual

report CSR

PLN

Tahap Pengecekan/Peninjauan Ulang (Check)

Poin pertama dalam pengecekan, yaitu pelaporan.

Pelaporan adalah cara berkomunikasi dengan stakeholder

mengenai manajemen ekonomi, lingkungan, sosial, dan kinerja

suatu perusahaan. Pelaporan harus membahas bagaimana tren

sosial yang mempengaruhi suatu perusahaan dan pada

gilirannya, bagaimana perusahaan beroperasi dan

mempengaruhi masyarakat. Dengan demikian, pelaporan dapat

menunjukkan motivasi perusahaan dan kemauan untuk

memposisikan diri dalam konteks yang lebih luas. Dalam

membuat laporan harus terdapat keseimbangan antara informasi

yang terbuka dan transparan namun tidak membebani dengan

data yang berlebihan. Tujuan pelaporan adalah untuk berbagi

informasi dengan para stakeholders untuk mendapatkan

kepercayaan mereka dan dipandang sebagai sebagai perusahaan

yang berkredibel. Pelaporan itu sendiri juga dapat meyakinkan,

dengan pihak ketiga menilai keandalan laporan itu (Hohnen,

2007: 67).

Prinsip-prinsip good corporate governance, seperti

fairness, transparency, accountability, dan responsibility,

kemudian menjadi pijakan untuk mengukur keberhasilan

program CSR. Terdapat prinsip-prinsip CSR yang dibagi

menjadi tiga, yaitu:

127

(1) Sustainability, kegiatan CSR yang dilakukan oleh

perusahaan harus memberikan keuntungan jangka

panjang bagi masyarakat sasaran kegiatan tersebut.(2)

Accountability, kewajiban perusahaan untuk

menjelaskan kinerja dan menyampaikan

pertanggungjawaban mengenai kegiatan CSR yang

akan dan telah dilakukan. (3) Transparency,

ketersediaan informasi dari erusahaan dan material

yang relevan dan berkaitan dengan kegiatan CSR yang

dilaksanakan (Crowther David dalam Nor Hadi, 2011:

59).

Berdasarkan konsep prinsip-prinsip CSR di atas, pada

poin sustainability, program Bedah Rumah Veteran dirancang

untuk memberikan keuntungan jangka panjang bagi para

veteran karena mereka bisa merasakahan hidup di rumah yang

layak di masa tuanya. Namun, poin ini dikembalikan PT PLN

(Persero) Distribusi Jawa Barat kepada masing-masing

individu.

Pada poin accountability dan transparency, divisi CSR

atau Kemitraan dan Bina Lingkungan PT PLN (Persero)

Distribusi Jawa Barat membuat report yang digabungkan ke

dalam laporan bulanan bidang Komunikasi PT PLN Distribusi

Jawa Barat. Report tersebut merupakan wujud komitmen divisi

Kemitraan dan Bina Lingkungan terhadap akuntabilitas dalam

menjaga keberlangsungan perusahaan pada aspek ekonomi,

sosial, dan lingkungan karena aktivitas perusahaan

mempengaruhi dan juga dipengaruhi oleh lingkungan eksternal

perusahaan. Selain dalam bentuk report formal, divisi

Kemitraan dan Bina Lingkungan juga membuat laporan yang

mudah dibaca dan dipahami oleh masyarakat umum dalam

bentuk artikel yang dipublikasikan melalui annual report di

128

official website PT PLN Distribusi Jawa Barat dan juga melalui

release yang dibagikan kepada rekan-rekan media, yang

kemudian akan di muat di berbagai media massa.

Poin kedua adalah verifikasi kemajuan. Verifikasi

kemajuan dilakukan oleh divisi Kemitraan dan Bina

Lingkungan PT PLN Distribusi Jawa Barat dengan mencermati

beberapa aspek. Divisi Kemitraan dan Bina Lingkungan PT

PLN Distribusi Jawa Barat merasa verifikasi kemajuan penting

dilakukan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang terjadi di

lapangan selama program dilaksanakan karena pada program

Bedah Rumah Veteran. Selain itu juga, untuk menilai kinerja

yang sudah dilakukan selama program apakah sudah efektif dan

efisien atau belum.

Tahap Evaluasi (Evaluation)

Data evaluasi yang telah diperoleh dijadikan dasar

pembuatan laporan akhir dan annual report yang nantinya

dipresentasikan kepada jajaran direksi PT. PLN Distribusi Jawa

Barat.

Berdasarkan data hasil evaluasi yang dimilik divisi

CSR PLN ditambah dari evaluasi pihak LVRI, program Bedah

Rumah Veteran sejauh ini dapat dikatakan kurang berhasil

karena keterlambatan selesainya program walaupun goals PT.

PLN Distribusi Jawa Barat tercapai dan dampak jangka pendek

yang diharapakan PT. PLN Distribusi Jawa Barat terliha, yaitu

para veteran yang awalnya hidup di rumah yang kurang layak

kini beberapa sudah ada yang tinggal di rumah yang layak.

Selain itu juga, program Bedah Rumah ini diterima dan

mendapat feedback yang positif dari masyarakat sekitar, hal ini

menambah image positif PT. PLN Perserod Distribusi Jawa

Barat

129

Dari data hasil evaluasi, PT. PLN Distribusi Jawa Barat

mengetahui hal–hal yang harus diperbaiki untuk

penyelenggaraan program Bedah Rumah selanjutnya, seperti

mungking penambahan fasilitian (listrik, telepon) dan

penambahaan kuota agara lebih merata program Bedah Rumah

ini.

Pengukuran keberhasilan program Bedah Rumah

Veteran secara menyeluruh dilakukan oleh PT PLN Distribusi

Jawa Barat dengan melihat jumlah penerima manfaat dan

tanggapan masyarakat sekitar mengenai program, realisasi

program Bedah Rumah di lapangan.

SIMPULAN

Tahap perencanaan program Bedah Rumah Veteran

sudah dilakukan oleh divisi CSR atau Kemitraan Bina

Lingkungan PT PLN Distribusi Jawa Barat dilakukan dengan

step by step dan ternyata sesuai dengan konsep yang ada, yaitu

dengan menyelaraskan berbagai aspek dalam perusahaan,

seperti visi, misi, tujuan, dan target sasaran. Bersama LVRI dan

Kementrian BUMN merumuskna program dengan baik. Akan

tetapi masih ada satu kekurangan, yaitu top management tidak

ikut terlibat. Selain itu juga perencanaan butuh waktu yang lama

dan juga perlu adanya target penyelesaian program yang jelas.

Tahap pelaksanaan program Bedah Rumah Veteran

yang dilakukan oleh Divisi CSR PT PLN (Persero) Distribusi

Jawa Barat sudah berjalan sesuai dengan mengembangkan

komitmen CSR dalam mengatasi masalah sosial. Tahap Akan

tetapi, pada saat pengimplementasian program Bedah Rumah,

divisi CSR atau Kemitraan dan Bina Lingkungan PT. PLN

Distribusi Jawa Barat belum memikirkan dampak keberlanjutan

setelah program selesai.

130

Tahap pengecekan program Bedah Rumah Veteran

sudah dilakukan divisi CSR atau Kemitraan dan Bina

Lingkungan PT. PLN Distribusi Jawa Barat dalam bentuk

penjurian pada saat survey di masing-masing daerah rumah

veteran. PLN melakukan pengecekan program secara rutin,

tidak hanya penerima manfaat yang menjadi fokus saat

melakukan pengecekan akan tetapi lingkungan sekitar juga

dicek.

Tahap evaluasi program Bedah Rumah Veteran sudah

dilakukan d divisi CSR atau Kemitraan dan Bina Lingkungan

PT. PLN Distribusi Jawa Barat. Evaluasi yang dilakukan tidak

hanya pada program semata, PLN juga mengevaluasi dampak

pada masyarakat sekitar.

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro & Dindin M. Machfudz. 2011. Efek

Kedermawanan Pebisnis dan CSR. Jakarta: Elex

Media Komputindo.

Bungin, Burhan H.M. 2003. Analisis Data Penelitian

Kualitatif. Jakarta: PT. Rajagrafindo. Persada.

Hadi, Nor. 2011. “Corporate Social Responsibility (CSR)”.

Yogyakarta : Graha Ilmu.

Hohnen, P. (2007). Corporate Social Responsibility: An

Implementation Guide for Business. . Manitoba:

International Institute for Sustainable Development

Kotler, P., & Lee, N. (2005). Corporate Social Responsibility

Amerika: John Wiley&Sons, Inc. Amerika: John

Wiley&Sons,Inc.

Kasali, Rhenald. 2009. Manajemen Publik Relations: Konsep

dan Aplikasinya di Indonesia. Jakarta: Pustaka Utama

Grafiti.

131

Moleong, Lexy. 2012. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Salim, Agus. 2006 Teori dan Paradigma

Solihin, Ismail. 2009. Corporate Social Responsibility : From

Charity to Sustainability. Jakarta: Salemba Empat.

Sugiyono. 2012. Metode PenelitianPendidikan : Pendekatan

Kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung: CV.

Alfabeta

Wibisono, Yusuf. 2007. Membelah Konsep dan Aplikasi CSR.

Gresik: Fascha Publishing.

132

PERAN KOMUNITAS BUDAYA DALAM

PENGEMBANGAN

BUDAYA LOKAL DI PANGANDARAN

Priyo Subekti, Hanny Hafiar

Universitas Padjadjaran

[email protected]

PENDAHULUAN

Kabupaten Pangandaran kaya akan budaya dan seni

yang belum terpublikasikan sehingga banyak masyarakat

Indonesia yang tidak mengetahuinya. Budaya khas

pangandaran yang saat ini sedang di lestarikan dan dikenalkan

pada publik adalah Ronggeng Gunung (kebudayaan khas milik

Kabupaten Pangandaran), hajat laut, hajat leuweung dan pesona

purnama pesisir.

Pemerintahan Kabupaten Pangandaran bekerja sama

dengan Kompepar (komunitas penggerak wisata) dalam

mendiseminasikan informasi mengenai potensi baik alam

maupun budaya yang dapat memberikan citra positif mengenai

pangandaran sebagai destinasi wisata dunia (Subekti, Hafiar, &

Sugiana, 2016). Untuk itu Komunitas Budaya di Pangandaran

bekerja sama dengan pemerintah dalam rangka penertiban

administrasi kelompok lingkung kesenian. Pemerintah berperan

untuk turut serta memberikan rekomendasi layak dan tidaknya

sebuah kelompok budaya diberikan ijin operasional seni. Setiap

lingkung seni atau kelompok seni harus memiliki ijin dari

pemerintah Kabupaten Pengandaran. Hal ini bertujuan agar

pemerintah dapat mengawasi kegiatan-kegiatan yang

dilaksanakan oleh kelompok seni yang ada di Pangandaran dan

memberikan support berupa fasilitas dan sarana prasarana yang

133

diperlukan. Melestarikan seni budaya bukan hanya semata-mata

menjadi kepentingan dan tanggungjawab pemerintah, namun

juga kewajiban semua lapisan masyarakat, hal ini menjadi salah

satu latar belakang dibentuknya komunitas budaya.

Pengertian Komunitas sendiri adalah sekelompok

orang yang saling peduli satu sama lain lebih dari yang

seharusnya, dimana dalam sebuah komunitas terjadi relasi

pribadi yang erat antar para anggota komunitas tersebut karena

adanya kesamaan interest atau values (Kertajaya, 2008).

Dengan demikian suatu komunitas budaya merupakan suatu

kelompok sosial yang dapat dinyatakan sebagai “masyarakat

setempat”, suatu kelompok yang bertempat tinggal dalam suatu

wilayah tertentu dengan batas-batas tertentu pula, dimana

kelompok itu dapat memenuhi kebutuhan hidup dan dilingkupi

oleh perasaan kelompok serta interaksi yang lebih besar di

antara para anggotanya serta memiliki interest yang sama dalam

hal seni dan budaya.

Proses pembentukannya bersifat horisontal karena

dilakukan oleh individu- individu yang kedudukannya setara.

Komunitas adalah sebuah identifikasi dan interaksi sosial yang

dibangun dengan berbagai dimensi kebutuhan fungsional

(Soenarno, 2002). Kekuatan pengikat suatu komunitas,

terutama, adalah kepentingan bersama dalam memenuhi

kebutuhan kehidupan sosialnya yang biasanya, didasarkan atas

kesamaan latar belakang budaya, ideologi, sosial-ekonomi.

Pengikat dalam komunitas budaya seni Pangandaran adalah

kesamaan latar belakang budaya dan tujuan yaitu untuk

melestarikan seni dan budaya yang ada di Pangandaran agar

tidak hilang tergerus zaman.

Salah satu seni yang tumbuh dan berkembang di

wilayah Pangandaran dikenal dengan sebutan Ronggeng

Gunung. Tarian Ronggeng Gunung merupakan sebuah tarian

134

yang digunakan untuk mengenang dan mengembalikan Prabu

Anggalarang serta memiliki tujuan yaitu mengajak para kaum

muda untuk ikut serta menjadi prajurit Kerajaan Galuh

Tanduran dan untuk membalas dendam kepada para perompak

(Bajo) yang telah membunuh Prabu Anggalarang.

Ronggeng gunung ini tumbuh subur di wilayah

Sidamulih, Parigi, Kalipucang, dan Padaherang. Eksistensi

Ronggeng Gunung kini bertransformasi menjadi Ronggeng

Kaleran (biasa ditampilkan dalam acara pernikahan,

menyambut seseorang, hajatan, dan lain-lain). Perbedaan

Ronggeng Gunung dengan Ronggeng Kaleran itu terletak pada

penarinya. Dalam Ronggeng Gunung penari bertugas sekaligus

sebagai juru kawih (sinden), sedangkan pada Ronggeng

Kaleran penari dan juru kawihnya berbeda orang.

Bapak Asep Kartiwa salah satu tokoh yang aktif dalam

mengembangkan kesenian, kebudayaan, dan pariwisata yang

ada di Pangandaran dengan mendorong masyarakat guna

mengembangkan potensi-potensi yang ada di Pangandaran

terutama dalam bidang kesenian dan kebudayaan. Salah satu

bentuk kiprah nyata adalah dengan mendirikan sebuah

komunitas yang diberi nama Desa Wisata Margacinta.

Pendirian komunitas dilakukan dengan bekerja sama kepala

desa beserta jajarannya dan bekerja sama dengan pihak

Kompepar (Kelompok Masyarakat Penggerak Pariwisata).

Kesenian dan kebudayaan yang tergabung dalam

komunitas ini mulai dari kesenian badud, kesenian rengkong,

kesenian gondang, terbang. Dari sekian banyak kesenian yang

tergabung di Desa Wisata Margacinta, kesenian yang

ditonjolkan adalah kesenian badud. Alasan kesenian badud

ditonjolkan dalam Komunitas Desa Wisata Margacinta adalah

karena kesenian badud merupakan kesenian asli yang sudah

lama tumbuh dan berkembang di Desa Margacinta. Latar

135

belakang pendirian komunitas Desa Wisata Margacinta adalah

belum adanya wadah untuk menaungi berbagai kesenian,

kebudayaan, dan pariwisata yang ada dan tumbuh berkembang

di Desa Margacinta. Penelitian ini bertujuan untuk

menggambarkan bagaimana peran komunitas budaya dalam

pengembangan budaya lokal di Wilayah Pangandaran.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode deskriptif dengan data kualitatif. Penelitian deskriptif

ini bertujuan untuk mendeskripsikan apa-apa yang saat ini

berlaku. Di dalamnya terdapat upaya mendeskripsikan,

mencatat, analisis dan menginterpretasikan kondisi yang

sekarang ini terjadi atau ada. Dengan kata lain penelitian

deskriptif ini bertujuan untuk memperoleh informasi informasi

mengenai keadaan yang ada (Mardalis, 1999). Informan dalam

penelitian ini adalah 1) Asep Kartiwa (Ketua Komunitas

Budaya Desa Margacinta), 2) Edi (ketua Kompepar

Pangandaran), 3) Dinas Kebudayaan Pangandaran, 4) Ki

Adwidi (Ketua Kampung Badud).

Alasan peneliti menggunakan jenis penelitian deskripsi

adalah karena dengan penelitian ini mampu memberikan

gambaran yang menyeluruh dan jelas terhadap situasi satu

dengan situasi sosial yang lain atau dari waktu tertentu dengan

waktu yang lain, atau dapat menemukan pola-pola hubungan

antara aspek tertentu dengan aspek yang lain, dan dapat

menemukan hipotesis dan teori.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengandaran dipersiapkan untuk menjadi salah satu

destinasi wisata, baik wisata berbasis lingkungan (alam)

maupun wisata berbasis budaya lokal. Untuk itu Pemerintah

136

Kabupaten Pangandaran bekerjasama dengan komunitas

budaya di wilayah pangandaran untuk melakukan kolaborasi di

bidang publikasi, pembinaan seni dan penyelenggaraan event

event budaya untuk menarik pehatian masyarakat luar.

Peran komunitas budaya dalam pembinaan seni

misalnya dibutuhkan seni X untuk duta seni diluar Kabupaten

Pangandaran. Maka, Disbudpar bertanggung jawab

menanyakan dan memilih komunitas mana yang layak untuk

dikirim. Adanya komunitas-komunitas seni ini berguna sabagai

wadah untuk mengembangkan bakat dan minat orang-orang di

Pangandaran. Dalam berbagai festival yang diselenggarakan

oleh Disbudpar komunitas-komunitas seni juga sering diundang

untuk meramaikan acara.

Bapak Edi menuturkan bahwa, komunitas budaya

berperan sebagai pendukung dengan cara memfasilitasi

kegiatan-kegiatan budaya. Dalam kompepar terdapat bidang

seni budaya yang dikhususkan untuk menginvertarisir

kesenian-kesenian dan kebudayaan yang ada di masyarakat.

Seperti kegiatan Hajat Leuwueng di desa Salasari kompepar

ikut berpartisipasi dalam kegiatan diskusi atau sharing

bagaimana cara pengemasan acaranya. Mulai dari saran secara

teknis dalam proses dan tahapan produksi sampai pelaksanaan

sebuah acara termasuk dalam pembuatan rencana anggaran,

layout, dekorasi, juga kostum sehinggga sebuah acara bisa

terlaksana dan memiliki keunikan tersendiri.

Beberapa kegiatan yang diselenggrakan oleh

komunitas budaya yang bekerjasama dengan Kompepar antara

lain:

Hajat Laut, merupakan kegiatan yang rutin

dilaksanakan di kabupaten Pangandaran setiap satu tahun

sekali. Dilaksanakan pada muharam atau tahun baru islam

karena dinilai suci, khusunya pada hari Jumat Kliwon. Kegiatan

137

tersebut dilaksanakan dengan cara memotong kepala kerbau

yang kemudian di lempar ke laut, hal itu dilakukan sebagai

bentuk rasa syukur masyarakat Pangandaran atas hasil laut yang

mereka dapatkan.

Pesona Purnama Pesisir yaitu pementasan seni tradisi

berkaitan dengan adat kebiasaan disaat bulan purnama

biasanya masyarakat melakukan kegiatan yang di sebut

“ngabungbang” yaitu keluar dari rumah dan melaksanakan

kegiatan seperti anak-anak yang melakukan permainan

tradisional, atau pun orang tua yang bercengkrama bersama.

Konsepnya memang di dasarkan pada saat bulan purnama,

sehingga dinamakan Pesona Purnama Pesisir. Tahun lalu

kegiatan tersebut sudah dilaksanakan dengan tema kesenian

“buhun” yang ada di pesisir, pelakasanaannya mengikuti

agenda milangkala kabuapten pada bulan Oktober. Untuk tahun

ini rencanyanya akan diadakan kembali dengan tema “kaulinan

barudak” pada bulan Juli dan sudah masuk ke agenda dinas

pariwisata. Secara tanggal masih tentatif, bergantung pada

purnamanya jatuh pada tanggal berapa namun

pelaknsanakannya tetap di akhir pekan yaitu malam minggu,

maka akan dicari minggu mana yang paling mendekati. Akan

tetapi bapak Edi berharap pelaksanaannya bisa pas pada

tanggal 14 bulan jawa.

Festival Alam Seni Budaya Kampung Singkur yang

dilaksanakan di DTW Jojogan, dalam hal ini kompepar

kabupaten Pangandaran hanya sebagai supporter atau partisipan

karena pelaksanaannya dilakulan oleh kompepar DTW Jojogan

sendiri. Kegiatan ini bukan sebuah kegiatan yang diambil dari

kebiasaan atau tradisi setempat, melaikan diciptakan atau

sesuatu yang baru diadakan.

Hajat Lewueung di desa wisata Salasari pada bulan

Agustus, yaitu berupa kegiatan pagelaran seni tradisional, yang

138

diproses dikhususkan pada kesenian yang ada di masyarakat

disana. Kegiatan ini juga bertujuan untuk mengakamodir dan

melestarikan apa yang menjadi kebiasaan orang tua jaman dulu

sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Dalam pelaksaannya, Komunitas budaya dan kompepar

banyak sekali menmeukan tantangan dan hambatan antara lain

: adanya tekanan dari pihak para ulama yang mengklaim trasidi

hajat laut sebagai bentuk bid’ah karena adanya ritual di dalam

pelaksanan proses hajat laut yang mana di dalam islam tidak ada

istilah atau kegiatan ritual seperti yang biasa dilakukan dalam

hajat laut. Beliau juga mengatakan Pemerintah pun tidak terlalu

memberikan dukungannya secara materi, contohnya pada

pelaksanaan hajat laut tahun lalu yang sama sekali tidak

diberikan anggaran dana dari pemerintah. Pelaksaan hajat laut

tahun lalu, anggarannnya di dapat murni dari penggalangan

dana dari masyarakat Pangandaran yang masih ingin

memepertahankan kegiatan hajat laut tersebut. Dalam hal ini

pemerintah kurang bisa memfasilitasi permasalahan bid’ah

tersebut, tidak ada soluasi yang pasti yang dilakukan oleh

pemerintah.

Salah satu cara mempromosikan kesenian dan

kebudayaan Pariwisata di Pangandaran adalah dengan cara

menjaga tradisi ritual dalam kegiatan-kegiatan kebudayaan

yang diadakan karena hal itu bisa menjadi daya tarik wisata dan

merupakan sesuatu yang unik. Tradisi tidak bisa dilaksanakan

setiap waktu, ini yang membedakatan tradisi dengan kesenian

lain ronggeng misalnya. Tradisi berkaitan dengan ritual, karena

waktu pelaksaannnya sudah ditentukan. Contohnya hajat laut,

yang harus dilaksanakan pada bulan muharam dan hari Jumat

Kliwon, hal ini akan menimbulkan pertanyaan mengapa harus

pada bulan dan hari tertentu, dan itu merupakan sesuatu yang

wajar.

139

Sebuah cara mempromosikan sebuah daerah wisata

yaitu dengan menciptakan sebuah event, seperti Festival Alam

Seni Budaya di Jojogan. Akan tetapi untuk menciptakan sebuah

event sehingga menjadi sebuah brand suatu daerah butuh waktu

yang lama dan dilakukan secara terus-menerus. Kegiatan-

kegiatan yang dilakukan secara terus menerus secara cepat atau

lambat akan menarik perhatian orang untuk melihat, sehingga

berduyun-duyun datang ke Pangandaran. tentunya kegiatan

tersebut juga harus didukung oleh pemerintah sehingga bisa

terjaga dan diteruskan oleh generasi muda.

Perkembangan zaman akan terus maju, di era

globalisasi masyarakat dengan mudah bisa melihat budaya luar

seperti budaya Barat dan Cina maupun juga budaya kota-kota

besar di Indonesia seperti Jakarta, Bandung dan sebagainya.

Secara umum memang sangat terlihat perbedaannya dalam hal

fisik, khusunya pakaiannya jika dibandingkan dengan

kebudayaan di desa Salasari Pangandaran. Perbedaan yang ada

itu tidak berpengaruh terhadap kebiasaan di masyarakat

Pangandaran, masyarakat tidak perlu meniru bagaimana cara

orang luar berpakaian misalnya, tetapi tetap berpakaian seperti

kebiasaan sendiri. Contohnya jika orang luar sering

menggunakan celana jeans, maka masyarakat khususnya

perempuan yang terbiasa menggunakan samping atau kebaya

diharapkan tetap mengenakan samping dan kebaya. Akan tetapi

hal itu tidak bisa diatur secara mudah karena hal itu merupakan

ranah pribadi, maka setidaknya kebiasaan itu bisa dijaga

melalui sebuah kegiatan atau event yang diadakan oleh

kompepar pemerintah kabupaten sampai komunitas budaya.

Perubahan kabupaten Pangandaran menjadi suasana kota dapat

terlihat dari fashion dan banyaknya hotel-hotel yang telah

dibangun.

140

Hambatan dalam mendirikan komunitas Desa Wisata

Margacinta adalah masyarakat di Desa Margacinta itu sendiri.

Sebagian besar penduduk di Desa Margacinta pengetahuannya

tentang pariwisata, kesenian. dan kebudayaan masih sangat

minim. Mereka hanya sekedar mengetahui bahwa Pangandaran

merupakan daerah wisata namun mereka belum tahu harus

berbuat apa untuk mengembangkan daerah-daerah wisata

maupun kesenian dan kebudayaan yang mereka miliki. Seperti

di Desa Margacinta, awalnya kesenian badud itu tumbuh

dibiarkan begitu saja tanpa adanya suatu pengkoordinasian.

Pembentukan sebuah komunitas yang mencakup kesenian,

kebudayaan, dan pariwisata. Selain digunakan untuk

mengembangkan potensi, minta dan bakat, komunitas ini juga

bisa digunakan sebagai tempat memberikan wawasan mengenai

pariwisata, kesenian, dan kebudayaan. Sehingga masyarakat itu

tidak hanya pasif menunggu kesenian dan kebudayaan

berkembang saja, tetapi masyarakat ikut berperan aktif dalam

mengembangkan kesenian dan kebudayaan di daerah kabupaten

Pangandaran.

SIMPULAN

Komunitas budaya di wilayah Pangandaran berperan sebagai

pelestari seni budaya khas Pangandaran yang meliputi seni

badud, taradisi hajat laut, hajat leuweung, pesona pesiri pantai,

seni ronggeng gunung melalui event event budaya yang

dilaksanakan bekerjasama dengan pemerintah Kabuapaten

Pangandaran.

DAFTAR PUSTAKA

Kertajaya, H. (2008). Arti Komunitas. Jakarta: Gramedia

Pustaka.

141

Mardalis. (1999). Metode Penelitian Suatu Pendekatan

Proposal. Jakarta: Bumi Aksara.

Soenarno. (2002). Kekuatan Komunitas Sebagai Pilar

Pembangunan Nasional. Jakarta.

Subekti, P., Hafiar, H., & Sugiana, D. (2016). Peningkatan Citra

Pangandaran Melalui Kearifan Lokal oleh Pemerintah

Kabupaten Pangandaran. Departemen Antropologi

Universitas Padjadjaran (pp. 236-240). Bandung:

Unpad Press.

142

PROGRAM CORPORATE SOCIAL

RESPONSIBILITY (CSR) DALAM PERSPEKTIF

ELKINGSTON’S MODEL TRIPLE BOTTOM LINE

(TBL)

Rahma Santhi Zinaida

Universitas Bina Darma Palembang

[email protected]

PENDAHULUAN

CSR saat ini mempengaruhi kinerja ekonomi suatu

perusahan, kinerja ekonomi menurut Suratno, dkk (2006)

merupakan kinerja makro ekonomi dari satu set perusahaan

dalam suatu industri. Pengungkapan CSR terhadap lingkungan

perusahaan yang mempengaruhi kinerja ekonomi perusahaan

dapat dilihat dari respon pemangku kepentingan, salah satu

investor perusahaan. Kecenderungan investor

menginvestasikan modalnya tidak hanya melihat kinerja

keuangan perusahaan dalam hal tentunya, namun juga pada

program daripada perusahaan yang terkait dengan lingkungan

hidup, hutang semacam itu merupakan sinyal positif bagi

investor.Di masa kontemporer, CSR menjadi isu yang sangat

penting untuk dialamatkan oleh berbagai sektor, terutama saat

ini peran media dan teknologi informasi telah mampu

mengungkapkan berbagai keburukan dari perilaku perusahaan

pada masyarakat dan lingkungan hidup menurut Albdour ,dkk

(2012).

143

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualiatif

deskriptif dengan pendekatan metode studi kasus yang artinya

ialah peneliti ingin menggali informasi apa yang akhirnya bisa

dipelajari atau ditarik dari sebuah kasus, baik kasus tunggal

maupun jamak. Stake (1994; 236) menyebutnya “what can be

learned from a single case?. Agar sebuah kasus bisa digali

maknanya peneliti harus pandai-pandai memilah dan memilih

kasus macam apa yang layak diangkat menjadi tema penelitian.

sumberdata primer diapatkan dari hasil wawancara dan data

sekunder dari observasi dan studi pustaka yang juga

menggunakan dokumen sebagai referensi data tambahan. Key

informan penelitian ini adalah pimpinan dan humas Pertamina

Pertamina EP Region Sumatera.

Dilihat dari kasus yang diteliti, menurut Endraswara

(2012: 78), Studi Kasus dapat dibagi menjadi dua golongan,

yaitu Studi Kasus berupa penyimpangan dari kewajaran dan

Studi Kasus ke arah perkembangan yang positif. Untuk

menganalisis data, menggunakan model Miles dan Huberman

dalam Ardianto (2010: 223) ada tiga jenis dalam analisis data,

yaitu Reduksi, Penyajian data (data display), Penarikan

kesimpulan atau verifikasi. Lokasi penelitian yang peneliti

lakukan adalah PT Pertamina EP Region Sumatera yang berada

di kota Prabumulih dan masyarakat yang menerima program

CSR di Desa Tanjung Tiga Kabupaten Muara Enim.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Program CSR merupakan komitmen PT Pertamina EP

untuk membantu mengembangkan masyarakat (community

144

empowerment) dan menjaga lingkungan di sekitar daerah

operasi, guna menciptakan kondisi masyarakat yang kondusif,

serta mampu menanggapi berbagai perubahan dalam kehidupan

bermasyarakat terutama pasca kegiatan pertambangan.

Pelaksanaan kegiatan tanggung jawab sosial tersebut

diwujudkan dalam berbagai program, di antaranya: keagamaan,

kesehatan, pendidikan dan ekonomi.

Sebelum proses pelaksanaan program CSR pada PT

Pertamina EP Region Sumatera, terlebih dahulu dilakukan

dengan social mapping. Social mapping adalah penggambaran

masyarakat yang sistematik serta pengumpulan data informasi

mengenai masyrakat termasuk di dalamnya profil dan masalah

sosial yang ada pada masyrakat tersebut. Fungsi utama

pemetaaan sosial adalah memasok data informasi bagi

pelaksana CSR (Ardianto dan Dindin, 2011: 180). Awal

mapping yang dilakukan humas PT Pertamina EP Region

Sumatera adalah dengan melakukan kunjungan langsung ke

lapangan mengenai kondisi letak demografi yaitu dengan

memetakan wilayah yang menjadi jalur pipa-pipa pengeboran

yang dilakukan oleh PT Pertamina EP Region Sumatera.

Sedangkan pemetaan yang dilakukan berdasarkan kondisi

geografis yaitu untuk mengetahui seberapa besar dampak

terhadap lingkungan sekitar masyarakat dari aktifitas

pengeboran minyak yang dilakukan perusahaan. Selain itu juga

mapping dilakukan untuk mengetahui status sosial dan ekonomi

masyarakat.

Dengan adanya social mapping, humas perusahaan

dapat merencanakan program CSR apa yang akan dilaksanakan.

Sama halnya yang dikatan oleh Wicaksana, et al. (2011: 110)

dalam implementasi CSR, perencanaan merupakan kata kunci

agar proses transformasi sosial ekonomi masyarakat terarah,

realistas, sistematis, dan hasil akhirnya mengkomodir

145

kepentingan semua pihak. Dengan demikian, perushaan akan

bermanfaat bagi masyarakat itu sendiri. Apabila nantinya

masyarakat sejahtera dan mandiri, peushaan juga akan

menerima manfaatnya, baik secara langsung maupun tidak

langsung. Maka Humas perusahaan mengetahui target program

CSR apa yang akan diaplikasikan sesuai dengan pengukuran

kebutuhan (need assessment) masyarakat. Sehingga humas

perusahaan bisa merumuskan dan melaksanakan program CSR

yang tepat sesuai dengan dasar kebutuhan (basic need)

masyarakat, baik itu program CSR jangka pendek dan jangka

panjang. Program CSR PT Pertamina EP Region Sumatera,

yang berjangka pendek itu adalah pembangunan ifrastruktur

seperti membangun tempat ibadah, perbaikan jalan untuk

kepentingan umum dan kelancaran operasional perusahaan.

Sedangkan yang berjangka panjang itu merupakan kegiatan

yang sifatnya pemberdayaan seperti pemberdayaan bibit karet

dan pemberdayaan bibit ikan.

Humas PT Pertamina EP Region Sumatera melihat dari

pelaksanaan pada tahun-tahun sebelumnya dalam

melaksanakan program CSR, terdapat berbagai hambatan

dalam menjalankan program CSR. humas PT Pertamina EP

Region Sumatera yang bertindak mengalami hambatan dari

perusahaan yang mereka pegang yaitu, luasnya wilayah operasi

perusahaan yang luas dan kuota tenaga kerja khususnya humas

bidang staf CSR itu kurang, membuat program CSR yang

mereka laksanakan menjadi tidak fokus dalam arti ketika

melaksanakan program CSR tidak ada pendampingan dan

monitoring dari pihak humas itu sendiri, sehingga masyarakat

yang sebelumnya diberikan program CSR yang bersifat

pemberdayaan dan pelatihan-pelatihan tidak tahu langkah

selanjutnya mereka akan kemana.

146

Untuk mengatasi hambatan tersebut, dengan melihat bidang

pengalaman pada tahun-tahun sebelumnya. Dengan kuota

tenaga kerja humas PT Pertamina EP Region Sumatera pada

sekarang ini mereka merasa sudah cukup, dan belajar dari

tahun-tahun sebelumnya, mereka akan membuat program-

program CSR yang benar-benar didalamnya terdapat

pendampingan, dan monitoring. Selain itu juga, humas

perusahaan menyewa pihak ketiga untuk memberikan laporan

kepada humas perusahaan mengenai program CSR yang

mereka laksanakan.

Sebagian besar humas staff CSR PT Pertamina EP

Region Sumatera menyatakan bahwa keberhasilan dari program

CSR yang telah dilaksanakan sudah bisa dikatakan berhasil,

tetapi ada perbedaaan ketika humas menyatakan mengenai

keberhasilan program CSR yang dilaksanakan untuk

membentuk citra positif perusahaan. Dua humas mengatakan

dari program CSR yang dilaksanakan lakukan bisa membantu

meningkatkan citra positif perusahaan indikatornya adalah

operasional di lapangan cukup lancar, itu karena di back up oleh

bantuan masyarakat. Berbeda dengan satu pernyataan humas

yang menyatakan bahwa belum merasakan citra positif,

menurut humas tersebut citra itu ada efek timbal balik terhadap

perusahaan itu sendiri. Jadi ada kontribusi dari masyarakat yang

sudah dibina, minimal masyarakat itu sebagai wujud terima

kasihnya mereka ada niat untuk melanjutkan program itu

sendiri. Citra positif seharusnya memang tidak dijadikan sebuah

target, namun dengan adanya citra yang positif, maka profit

akan naik pula sesuai dengan Profit dari elkingtons model.

Sebagai bentuk kepedulian dan tanggung jawab sosial

yang dilakukan oleh PT Pertamina EP Region Sumatera kepada

masyarakat melalui program CSR dapat membentuk citra

perusahaan berdasarkan penilaian masyrakat yang menerima

147

program CSR dari perusahaan. Hal ini sesuai dengan apa yang

diungkapkan Ardianto (2008: 131), Citra adalah tujuan utama,

dan sekaligus merupakan hasil yang hendak dicapai bagai dunia

humas dan public relation. Pengertian citra itu sendiri abstrak

(intangible) dan tidak dapat diukur secara sistematis, tetapi

hasilnya dapat dirasakan dari hasil penilaian baik atau buruk,

seperti penerimaan dan tanggapan baik positif maupun negatif

yang khususnya datang dari publik (khalayak sasaran) dan

masyarakat luas pada umumnya. Penilaian atau tanggapan

masyarakat tersebut dapat berkaitan dengan timbulnya rasa

hormat (respek), kesan-kesan yang baik dan menguntungkan

terhadap suatu citra lembaga/organisasi atau produk barang dan

jasa pelayanan yang diwakili oleh pihak humas/PR.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan

masyarakat yang menerima langsung program CSR dari PT

Pertamina EP Region Sumatera khususnya di desa Tanjung

Tiga yang merupakan lokasi operasional perusahaan dapat

diketahui tanggapan masyarkat terhadap perusahaan. Image

yang baik adalah hasil penilaian mereka terhadap perusahaan,

masyarakat menilai bahwa PT Pertamina EP Region Sumatera

sudah peduli terhadap mereka dalam hal membantu tingkat

sosial-ekonomi di desa mereka. Selain itu juga masyarakat

memberikan feedback kepada perusahaan berupa menjaga

nama baik perusahaan, siap bekerjasama dengan perusahaan

dalam hal mengamankan alat-alat dan aset-aset PT Pertamina

EP Region Sumatera yang berada dalam lingkungan desa

Tanjung Tiga. Feedback dari masyarakat merupakan

upayamemajukan model people pada elkingtons model TBL.

Berdasarkan adanya persepsi dan kognisi dari masyarakat maka

terbentuklah motivasi dan sikap dari dalam diri masyarakat,

motivasi yang timbul adalah dengan berkomitmen untuk

bergotong royong mengamankan alat-alat milik perusahaan

148

yang berada di wilayah Desa Tanjung Tiga dan siap untuk

menjadi mitra perusahaan. Adapun sikap masyarakat yang

merupakan wujud dari motivasi adalah dengan membentuk tim

keamanan yang disebut BANSEK (Bantuan Keamanan),

terbukti dengan terselesaikannya kasus pencurian pipa milik

perusahaan di Desa Tanjung Tiga beberapa waktu yang lalu.

Berdasarkan adanya persepsi dan kognisi dari

masyarakat maka terbentuklah motivasi dan sikap dari dalam

diri masyarakat, motivasi yang timbul adalah dengan

berkomitmen untuk bergotong royong mengamankan alat-alat

milik perusahaan yang berada di wilayah Desa Tanjung Tiga

dan siap untuk menjadi mitra perusahaan. Adapun sikap

masyarakat yang merupakan wujud dari motivasi adalah dengan

membentuk tim keamanan yang disebut BANSEK (Bantuan

Keamanan), terbukti dengan terselesaikannya kasus pencurian

pipa milik perusahaan di Desa Tanjung Tiga beberapa waktu

yang lalu. Upaya pengamanan ini merupakan bentuk peran

pemerintah menaikan pemahaman elkingtons model untuk

planet / tempat tinggal manusia dan upaya

keberlangsungannya.

SIMPULAN

Konsep seperti triple bottom line (TBL) yitu Profit,

People dan Planet, merupakan tugas bersama pemangku

kepentingan dan pembangunan berkelanjutan berada di bawah

payung CSR dalam skala besar. Implikasinya membantu

organisasi untuk bertindak secara bertanggung jawab terhadap

praktik bisnis yang berkelanjutan. Ada kebutuhan untuk bekerja

di bidang pengembangan bisnis yang berkelanjutan oleh

organisasi dan organisasi mengerti dan menerapkannya dalam

proses bisnis. Organisasi seharusnya tidak hanya

dipertimbangkan dalam perspektif ekonomi bisnis tapi dua

149

aspek penting lainnya, sosial dan lingkungan harus tergabung

dalam bisnis. Masa depan bisnis akan berada pada kepuasan

pelanggan dengan memberi mereka nilai yang mungkin

diciptakan bersama dengan melibatkan mereka dalam proses

pengembangan layanan dengan menggunakan strategi CSR.

P yang pertama “Profit”, bukan semata mata tujuan

CSR, namun suatu perusahaan yang menjalankan CSR dengan

baik dan berkelanjutan serta bermanfaat bagi masyarakatnya

akan berhubungan dengan naiknya profut perusahaan, hal ini

didapatkan karena pencitraan perusahaan yang baik dimata

masyarakat secara langsung akan menaikan profit atau

tambahan dana di perusahaan. Sedangkan P Yang ke dua,

“People” dilihat dari upaya pertamina EP Region Sumatera di

Kota Prabumulih untuk melakukan serangkaian pra CSR

terlebih dahulu dengan melibatkan elemen masyarkat yaitu

dengan mengadakan community empowerment, melakukan

social maapping, meneliti need assesment yang keseluruhan

kegiatan pra, masa dan pasca kegiatan CSR PT.Pertamina ER

Region Sumatera selalu melibatkan masyarakat sekitar sebagai

subjek penerma program CSRnya ,dan proses CSR yang

dilakukan secara baik dan terstruktur dalam penyampaiannya.

P yang ke tiga adalah “Planet”, kegiatan CSR yang

dilakukan memperhatikan kelestarian bumi sebagai tempat

manusia hidup, lingkungan menjadi fokus utama kegiatan CSR.

Dalam pelaksanaan konsep Triple Bottom Line (BTL)

Elkingtons, PT.Pertamina ER Region Sumatera sudah mulai

melaksanakan dengan baik namun masih harus ditingkatkan

dalam pelaksanaannya sehingga penerapan TBL diperusahaan

akan terlihat hasilnya dalam waktu dekat baik dari balancing

image, kesejahteraan perushaaan dan hubungan dengan

masyarakat yang baik dan bersinergi.

150

DAFTAR PUSTAKA

(CSR) on Economis Performance and Environmental

Performance Intervening Variables (Study on

Manufacturing Companies That are listed in Indonesia

Stock Exchange 2010 – 2012 ) I J A B E R, Vol. 13, No.

7 (2015): 5289-5303

Al-Bdour, Ali Abbaas & Altarawneh, Ikhlas Ibrahim (2012).

Corporate Social Responsibility and

Ardianto, Elvinaro., dkk.2010. Metodelogi Penelitian untuk

Public Relations Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:

Simbiosa Rektama Media.

Azheri, Busyra, 2012. Corporate Social Responsibility, dari

Voluntary Menjadi Mandatory. Jakarta: Raja Grafindo

Persada

Bahadur, Waseem dan Omar Waqqas (2013). Corporate Social

Responsibility for a Sustainable

Business. Journal of Sustainable Society Vol. 2, No. 4, 2013,

92-97. DOI: 10.11634/216825851302389

Citizenship Behaviour Operating in Petra City . European

Scientific Journal May 2013 edition vol.9, No.14. ISSN:

1857 – 7881 (Print) e - ISSN 1857- 7431

Employee Engagement in Jordan, International Journal of

Business and Management; Vol. 7, No. 16, PP: 89-105,

Doi:10.5539/ijbm.v7nl6p89.

Endraswara, Suwardi. 2012. Metodologi penelitian

Kebudayaan. Yogyakarta: Gadjah Mada University

Press.

Environmental Disclosure dan Economic Performance (Studi

Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di

Bursa Efek Jakarta Periode 2001 – 2004). Simposium

Nasional Akuntansi IX. Padang, (Online),

(http://smartaccounting.files.wordpress.com/2011/03/ k-

akpm29.pdf), diakses 20 september 2017

Futa, Sahar Moh'd (2013). The Relationship between Social

Responsibility and Oragnizational

151

Responsibility (CSR): Studi Kasus Aqua Danone Klaten. Jurnal

Hubungan Internasional □Tahun VIII, No.2, Juli -

Desember 2015

Saputro, Andreas Christianto, dkk (2015). The effect of

Corporate Social Responsibility

Stake, Robert E. 1994. “Case Studies” in Norman K. Denzin

and Yvonna S. Lincoln (eds.). “Handbook of Qualitative

Research”, Thousand Oaks, California: SAGE

Publications, Inc.

Suratno, I.B., Darsono, dan Mutmainah. 2006. Pengaruh

Environmental Performance Terhadap

Zain, Qurratie (2015). Collaboration Strategy dalam

Implementasi Corporate Social