LAPORAN FARMAKOGNOSI

99
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Definisi etnofarmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur, sifat fisika kimia, karakteristik dari sutau bahan alam yang digunakan sebagai obat baik berupa tanaman, mineral meliputi kultivasi (penanaman) koleksi dan pengolahan, produksi dan pemasaran juga ternasuk biosintesis dari kandungan kimia yang terdapat pada bahan alam tersebut. Etnofarmasi atau pengobatan dengan menggunakan obat dari bahan-bahan alam terbagi atas beberapa cara pengobatan kuno yang tersebar di seluruh dunia yang dikenala dengan Complement Alternatif Medicine (CAM) diantaranya adalah pengobatan ayurueda

description

LAPORAN

Transcript of LAPORAN FARMAKOGNOSI

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Definisi etnofarmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang struktur,

sifat fisika kimia, karakteristik dari sutau bahan alam yang digunakan sebagai

obat baik berupa tanaman, mineral meliputi kultivasi (penanaman) koleksi dan

pengolahan, produksi dan pemasaran juga ternasuk biosintesis dari kandungan

kimia yang terdapat pada bahan alam tersebut. Etnofarmasi atau pengobatan

dengan menggunakan obat dari bahan-bahan alam terbagi atas beberapa cara

pengobatan kuno yang tersebar di seluruh dunia yang dikenala dengan

Complement Alternatif Medicine (CAM) diantaranya adalah pengobatan

ayurueda dari india, TCM dari cina, Jamu dari indonesia dan Kampoo dari

jepang.

Sejak zaman dahulu masyarakat telah mengenal berbagai berbagai

macam tanaman yang sering dijumpai untuk dipergunakan dalam pemenuhan

kebutuhan sehari-hari mereka. Tanaman-tanaman yang mereka kenal

dipergunakan dalam berbagai hal, salah satu diantaranya adalah

dipergunakannya tanaman-tanaman tertentu sebagai bahan obat.

Pengetahuan mereka tentang tanaman yang berkhasiat obat tersebut

pada umumnya diperoleh dari orang-orang tua mereka yang diberikan secara

turun menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Tanaman-tanaman yang dipergunakan untuk keperluan tertentu

tersebut pada umunya memiliki sifat atau ciri tertentu yang dapat

membedakannya dengan tanaman lain sehingga mudah dikenal. Setiap tanaman

memiliki habitat yang berbeda dengan tanaman yang lain, hal ini disebabkan

karena kehidupan tanaman dipengaruhi oleh beberapa faktor. Diantara faktor-

faktor tersebut adalah suhu, kelembaban, kondisi tanah atau iklim dimana

tumbuhan tersebut tumbuh. Untuk pengenalan suatu tanaman perlu diketahui

bagaimana keadaan yang seharusnya agar suatu tanaman tertentu dapat terus

tumbuh terutama jika akan digunakan untuk suatu keperluan sehingga apa yang

diharapkan dari tanaman tersebut dapat diperoleh secara maksimum, misalnya

jika akan digunakan dalam suatu disiplin ilmu tertentu.

Masyarakat indonesia seperti halnya masyarakat di manca negara,

telah lama menggunakan kekayaan alam sekitarnya sebagai obat tradisional .

Obat tradisional ini di indonesia di kenal dengan obat asli indonesia atau jamu.

Obat asli indonesia umumnya terdiri atas bahan atau ramuan bahan yang

umumnya berasal dari tumbuhan , disamping yang berasal dari hewan dan

mineral.

Tanaman obat dapat dikonsumsi dengan cara diolah terlebih dahulu.

Beberapa tanaman obat dapat digunakan sehari-hari dan diolah dengan cara

sederhana seperti direbus dan dicampur dengan air atau bahan-bahan lainnya,

sedangkan tanaman yang lain diolah secara modern oleh pabrik atau industri

rumah tangga dengan cara dikeringkan dan dikemas dalam kemasan yang

praktis untuk dikonsumsi.

Walaupun telah banyak tanaman obat yang diproduksi secara moderen,

masyarakat yang mengkonsumsi harus tetap cermat dalam memilih produk

tanaman obat. Cek kadaluarsa dan produk apakah masih dalam keadaan baik

atau telah rusak. Perhatikan pula kode produksi apakah telah terdaftar di Badan

POM. Alangkah lebih baik jika memilih produk yang kemasannya lebih baik

dan tersegel dengan baik. Memang biasanya agak lebih mahal akan tetapi lebih

baik karena aman untuk kesehatan anda.

Pada saat ini pemakaian obat tradisional berkenbang dengan baik

sebagai salah asatu alternatif untuk menanggulangi masalah kesehatan seiring

dengan kecenderungan masyarakat dunia untuk kembali ke alam (back to

nature). Sesuai dengan permintaan masyarakat yang meningkat, produk jamu

dituntut tidak hanyaberdasarkan pengalaman atau empirik saja tetapi diperlukan

alasan –alasan rasional melalui referensi ilmiah sebagai produk yang alami

(100% terbuat dari alam).

Salah satu tanaman tersebut adalah bayam duri (Amaranthus

spinosus) yang banyak tumbuh secara liar dengan ukuran pohon yang cukup

besar. Pada tanaman ini banyak terdapat kandungan zat-zat kimia yang sangat

bermanfaat khususnya dalam bidang farmasi sehingga perlu mendapat perhatian

khusus disamping tanaman yang lain.

Tanaman bayam duri (Amaranthus spinosus) ini harus dimanfaatkan

sebab kandungan zat yang dimiliki tidak menutup kemungkinan dapat

mengobati suatu penyakit yang akut. Selain itu pemahaman tentang obat

tradisional yang efek sampingnya lebih kecil dari pada obat sintetik tidak boleh

diabaikan begitu saja.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah diatas, dibawah ini

akan dikemukakan masalah – masalah yang melandasi penulisan laporan ini,

yaitu:

1) Tinjauan tentang Anatomi dan Morfologi tanaman/sampel darat

2) Tinjauan tentang pemeriksaan farmakognostik

3) Tinjauan tantang simplisia, dan

4) Identifikasi kandungan kimia simplisia secara kemotaksonomi.

I.3 Tujuan Penelitian

a. Melakukan pemeriksaan farmakologik terhadap sampel, yang meliputi

pemeriksaan makroskopik, dan pemeriksaan terhadap serbuk.

b. Membuat herbarium kering yang akan sangat berguna sebagai tipe dari

tanaman yang diambil.

I.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil praktikum ini kita dapat mengetahui dan memahami teknik

atau metode farmokologi meliputi pemeriksaan morfologi, anatomi, organoleptik

dan identifikasi kandungan kimia pada tanaman obat.

I.5 Kontribusi penelitian bagi IPTEK

Hasil pembahasan tentang sampel darat ini diharapkan dapat

dimanfaatkan dan diterapkan oleh pihak – pihak yang memerlukannya misalnya

dapat digunakan oleh mahasiswa Fakultas Farmasi dalam melakukan penelitian

tentang tanaman obat.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Tentang Tanaman

2.1.1 Sistematika Tanaman

Klasifikasi :

Regnum : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Sub divisio : Angiospermae

Class : Dicotyledoneae

Subclass : Apetalae

Ordo : Caryophyllales

Familia : Amaranthaceae

Genus : Amaranthus

Spesies : Amaranthus spinosus

2.1.2 Nama Daerah Tanaman

Bayam Duri, Ind, J,S, Senggang cucuk, S, Bayem raja, J,

Bayem roda, J, Bayam cikron, J, Cikron, J, Tarnak Lakek, Md,

Stekelamaranat.

2.1.3 Morfologi Tanaman

AKAR

Akar tanaman Bayam duri (Amaranthus spinosus) sama seperti akar

tanaman bayam pada umumnya, yaitu memiliki system perakaran

tunggang.

BATANG

Batang tanaman bayam duri (Amaranthus spinosus) ini kecil bebentuk

bulat, lunak dan berair. Batang tumbuh tegak bisa mencapai satu meter

dan percabangannya monopodial. Batangnya berwarna merah kecoklatan.

Yang menjadi cirri khas tanaman ini adalah adanya duri yang terdapat

pada pangkal batang tanaman ini.

DAUN

Daun spesies ini termasuk dalam daun tunggal. Berwarna kehijauan,

bentuk bundar telur memanjang (ovalis).Panjang daun 1,5 cm sampai 6,0

cm. Lebar daun 0,5 cm sampai 3,2 cm. Ujung daun obtusus dan pangkal

daun acutus. Tangkai daun berbentuk bulat dan permukaannya opacus.

Panjang tangkai daun 0,5 ccm sampai 9,0 cm. bentuk tulang daun bayam

duri (Amaranthus spinosus) penninervis dan tepi daunnya repandus.

BUNGA

Bayam duri (Amaranthus spinosus) merupakan tanaman yang

memiliki bunga berkelamin tunggal, yang berwarna hijau, setiap bunga

memiliki 5 mahkota. Panjangnya 1,5 – 2,5 mm. Kumpulann bunganya

berbentuk bulir untuk bunga jantannya. Sedangkan bunga betina

berbentuk bulat yang tetrdapat pada ketiak batang. Bunga ini termasuk

bunga inflorencia.

BUAH

Bayam duri (Amaranthus spinosus) memiliki buah beebentuk

lonjong berwarna hijau dengan panjang 1,5 mm.

BIJI

Bayam duri (Amaranthus spinosus) memiliki biji berwarna hitam

mengkilat dengan panjang antara 0,8 – 1 mm.

2.1.4 Anatomi Tanaman

BATANG

Batang tanaman bayam duri (Amaranthus spinosus) termasuk

herbaceus. Jaringan utama penyusun batang adalah :

Jaringan epidermis yang terdiri dari selapis sel yang melindungi

jaringan dibawahnya.

Jaringan kortex terdiri dari kolenkim, serabut – serabut dan

parenkima.

Floem terdiri dari saluran dengan tapisan sebagai cirri khasnya,

sel pengiring, serabut – seranut dan parenkima

Xylem yang terdiri dari pembuluh dan tracheid yang merupakan

penyususn utama xylem, serabut – serabut dan parenkima.

Tipe berkas pengangkut yang dimiliki tanaman bayam duri

(Amaranthus spinosus) adalah kolateral terbuka, dimana xylem dan floem

dipisahkan oleh cambium. Walaupun tanaman ini termasuk dikotil namun

tanaman initetap memiliki cambium vascular seperti tanaman dikotil

lainnya. Tetapi cambium ini tidak selamnya aktif bekerja sehingga

tanaman ini tidak memiliki lingkar tahun yang menjadi cirri khas tanaman

dikotil pada umumnya. Tipe stele batang pada tanaman ini serupa dengan

tipe stele yang ada pada akar tanaman ini.

AKAR

Akar tanaman bayam duri (Amaranthus spinosus) terdiri dari

beberapa bagian yaitu :

Epidermis yang juga berderivat menjadi rambut akaruntuk

memperluas bidang penyerapan air.

Kortex jaringan kortex akar lebih tebal dibandingkan jaringan

kortek yang ada di batang. Jaringan ini terdiri dari parenkima

penyimpan dengan rongga sel yang luas. Ada endodermis pada

bagian terdalam dari kortex . Dan pada endodermis ini terdapat

pita kaspari yang membedakan anatomi akar dan batang.

Perisikel merupakan deferensiasi dari permukaan silinder

prokambium.

Jaringan pengangkut terdiri dari xylem dan floem. Anatomi

xylem dan floem pada akar sama dengan yang terdapat pada

batang.

Stele pada akar ini memiliki susunan floem terpisah berselang –

selang disebelah luar lingkaran xylem. Namun struktur ini tidak

berkembang kepusat akar sehingga terdapat empulur pada

bagian tengah akar

DAUN

Daun terdiri dari tiga bagian utama yaitu :

Epidermis yang merupakan selapis sel dan disini terdapat

stomata yang berfungsi penting dalam proses respirasi.

Dikanan kiri stomata terdapat sel yang mengatur kerja

membuka dan menutupnya stomata yaitu sel penjaga.

Mesofil jaringan ini terbagi menjadi dua yaitu

Parenkim palisade yang terdapat dibagian bawah

epidermis. Disini terdapat banyak klorofil yang

didalmnya terdapat plastid tempat kloroplast yang

berperan dalam proses fotosintesis.

Parenkim spos yang disusun oleh sel yang tidak

beraturan.

Jaringan pengangkut terdiri atas berkas – berkas pengangkut

yaitu xylem dan floem. Berkas pengangkut pada daun ini

merupakan terusan dari berkas pengangkut yang ada di cabang

tanaman. Jadi anatomi berkas pengangkut pada daun mirip

dengan anatomi pada batang.

2.1.5 Kandungan Kimia Tanaman

Bayam duri (Amaranthus spinosus) memiliki kandungan kimia

yaitu : saponin, karbohidrat, alkaloid dan pati.

2.1.6 Kegunaan Tanaman

Bayam duri (Amaranthus spinosus) berfungsi dapat mengobati

penyakit kencing nanah, kencing tidak lancar, bronchitis, demam, bisul

tambah darah eskim serta mampu meningkatkan produksi ASI.

2.1.7 Bioaktifitas Tanaman

Untuk mengobati penyakit seperti demam dan malaria, bandotan

bisa diandalkan. Selain itu, penyakit yang berkaitan dengan peradangan,

seperti sakit tenggorokan, radang paru (pneumonia) dan sakit radang

telinga tengah (otitis media), juga ampuh digunakan. Ia juga banyak

digunakan untuk menghentikan pendarahan. Sebutlah perdarahan rahim,

luka berdarah dan mimisan. Penyakit yang berhubungan dengan yang

menyerang perut, iajuga bisa memberi bantuan. Sebutlah sakit diare dan

disentri, mulas (kolik), muntah dan perut kembung. Ia juga oke untuk

mengobati keseleo, pegal linu, mencegah kehamilan, badan lelah sehabis

bekerja berat, produksi air seni sedikit, tumor rahim dan sebagai

perawatan rambut. Adapun akarnya, dipercaya memiliki khasiat mengatasi

demam. Bandotan juga digunakan untuk mengobati Demam, malaria,

Sakit tenggorokan, radang paru (pneumonia) Radang telinga tengah

(otitis media) Perdarahan, seperti perdarahan rahim, luka berdarah dan

mimisan Diare, disentri Mulas (kolik), muntah, perut kembung, Keseleo,

pegal linu Mencegah kehamilan Badan lelah sehabis bekerja berat

Produksi air seni sedikit Tumor rahim dan Perawatan rambut.

2.2 Tinjauan Tentang Pemeriksaan Farmakognostik

2.2.1 Pengertian dan Sejarah farmakognosi

Definisi etnofarmasi adalah ilmu yang mempelajari tentang

struktur, sifat fisika kimia, karakteristik dari sutau bahan alam yang

digunakan sebagai obat baik berupa tanaman, mineral meliputi

kultivasi(penanaman) koleksi dan pengolahan, produksi dan pemasaran

juga ternasuk biosintesis dari kandungan kimia yang terdapat pada

bahan alam tersebut. Etnofarmasi atau pengobatan dengan

menggunakan obat dari bahan-bahan alam terbagi atas beberapa cara

pengobatan kuno yang tersebar di seluruh dunia yang dikenala dengan

Complement Alternatif Medicine (CAM) diantaranya adalah pengobatan

ayurueda dari india, TCM dari cina, Jamu dari indonesia dan Kampoo

dari jepang.

Penggunaan tanamanan sebagai obat-obatan telah sejak berlangsung

ribuan tahun yang lalu. Para ahli kesehatan bangsa Mesir kuno pada

2500 tahun sebelum masehi telah menggunakan tanaman obat-obatan.

Sejumlah besar resep penggunaan produk tanaman untuk pengobatan

berbagai penyakit, gejala-gejala penyakit dan diagnosanya tercantum

dalam Papyru Ehers. Bangsa Yunani kuno juga banyak menyimpan

catatan mengenai penggunaan tanaman obat yaitu Hyppocrates (466

tahun sebelum masehi), Theophrastus (372 tahun sebelum masehi) dan

Pedanios Dioscorides (100 tahun sebelum masehi) membuat himpunan

keterangan terinci mengenai ribuan tanaman obat dalam De Materia

Medica. Farmakognosi pertama kali diperkenalkan oleh C.A Seydler

(1815), istilah ini berasal dari bahasa Yunani yang terdiri atas kata

“Pharmakon” yang berarti obat dan “gnosis” yang berarti ilmu

pengetahuan. Flukckiger mendefenisikannya sebagai aplikasi bersama

dari berbagai jenis ilmu pengetahuan dengan berbagai objek untuk

memperoleh pengetahuan tentang obat dari berbagai sudut pandang.

Farmakognosi mempelajari tentang obat alami yang terkandung dalam

tumbuhan dan hewan, aspek modern dari ilmu pengetahuan yang

dimaksudkan tidak hanya pada bahan baku saja tapi juga dari derivat

alamnya (Wiliams & Wilkins, 1996).

Farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan pengobatan dari

alam yang meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme dan mineral.

Keberadaan farmakognosi dimulai sejak manusia pertama kali mulai

mengenal penyakit, seperti menjaga kesehatan, menyembuhkan

penyakit, meringankan penderitaan, menanggulangi gejala penyakit dan

rasa sakit, serta semua yang berhubungan dengan minuman dan

makanan kesehatan (Gunawan, 2004).

Farmakognosi mencakup seni dan pengetahuan pengobatan dari

alam yang meliputi tanaman, hewan, mikroorganisme dan mineral.

Keberadaan farmakognosi dimulai sejak manusia pertama kali mulai

mengenal penyakit, seperti menjaga kesehatan, menyembuhkan

penyakit, meringankan penderitaan, menanggulangi gejala penyakit dan

rasa sakit, serta semua yang berhubungan dengan minuman dan

makanan kesehatan (Gunawan, 2004).

Farmakognosi adalah pengetahuan tentang obat-obatan alamiah.

Masyarkat telah mengetahui khasiat dari opium (candu), kina,

kelembak, penisilin, digitalis, insulin, tiroid, vaksin polio, dan

sebagainya. Namun, mereka tidak sadar bahwa ysng diketahui itu adalah

bidang dari farmakognosi. Mereka pun tidak mengetahui kalau bahan-

bahan yang berbahaya seperti minyak jarak, biji saga (sogok telik) dan

tempe bongkrek (aflatoksin) merupakan bagian dari pembicaraan

farmakognosi. Pada hakekatnya para pengobat herbalis itulah nyata-

nyata merupakan praktisi farmakognosi yang pertama (Gunawan, 2004.

2.2.2 Ruang lingkup Pemeriksaan Farmakognosi

Farmakognosi sendiri sebenarnya adalah cabang ilmu

Farmakologi yang mempelajari sifat-sifat tumbuhan dan bahan lain yang

merupakan sumber obat. Cabang ilmu ini tidak lagi dipelajari di

Fakultas Kedokteran, tetapi merupakan salah satu mata pelajaran

penting di Fakultas Farmasi. Seiring perkembangan waktu cabang Ilmu

Farmakognosi ini kini memiliki peranan penting dalam perkembangan

dunia Farmasi maupun Ilmu Farmakologi di Tanah

Air.(Farmako/pengertian/frmakognosi-dalam.html).

2.2.2.1 Identifikasi Dan Determinasi Tanaman

2.2.2.2 Morfologi Tanaman

Keterangan :

1. Daun

2. Batang

3. Bunga

2.2.2.3 Anatomi Tanaman

Keterangan :

1. Epidermis

2. Xylem

3. Floem

2.4 Identifikasi Kandungan Kimia Tanaman

Uji Pereaksi Pustaka

Lignin Fluroglusun + HCl Merah

Katekol FeCl3 Hijau

Tanin FeCl3 1 N Biru – Hitam

Dioksiantrakinon KOH 10% Merah

Etanol

Fenol FeCl3 Biru – Hitam

Alkaloid Mayer bouchard + HCl

0,5 N

Endapan putih

Steroid Lieberman - boucard Merah / merah

jambu

Karbohidrat Luff

Fehling A + B

Endapan merah

Endapan kuning

Pati dan Aleuron Iodin 0,1 N Biru (pati)

Sapponin + Air

hangat

(kocok)

berbuih + HCl,

buih tidak hilang

- Kuning cokelat

(aleuron)

2.2.2.5 Pemeriksaan Mutu dan Standarisasi

1. Identifikasi, meliputi pemeriksaan :

a. Organoleptik, yaitu pemeriksaan warna, bau dan rasa dari

bahan/simplisia.

b. Makroskopik, yaitu memuat uraian makroskopik paparan

mengenai bentuk, ukuran, warna dan bidang patahan/irisan.

c. Mikroskopik, yaitu memuat paparan anatomis, penampang

melintang simplisia, fragmen pengenal serbuk simplisia.

d. Tetapan fisika, meliputi pemeriksaan indeks bias, bobot jenis, titik

lebur, rotasi optic, mikrosublimasi, dan rekristalisasi.

e. Kimiawi, meliputi reaksi : warna, pengendapan, penggaraman,

logam, dan kompleks.

f. Biologi, meliputi pemeriksaan mikrobiologi seperti penetapan

angka kuman, pencemaran, dan percoban terhadap hewan.

2. Analisis bahan, meliputi penetapan jenis, konstituen (zat kandungan,

kadar konstituen (kadar abu, kadar sari, kadar air, kadar logam) dan

standarisasi simplisia.

3. Kemurnian, meliputi kromatografi : kinerja tinggi, lapisan tipis.

Kolom. Kertas, dan gas, untuk menentukan senyawa/ komponen kimia

tunggal dalam simplisia hasil metabolic primer dan sekunder tanaman.

2.3 Tinjauan Tentang Simplisia

2.3.1 Pengertian Simplisia

Simplisia adalah bahan alam yang digunakan sebagai obat yang

belum mengalami pengolahan apapun juga kecuali dinyatakan lain, berupa

bahan yang telah dikeringkan. Simplisia terbagi menjadi tiga bagian yaitu

simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia mineral.

2.3.2 Penggolongan Simplisia

Simplisia nabati atau simplisia vegetabilis adalah simplisia berupa

tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman, eksudat tanaman

merupakan isi yang spontan keluar dari tanaman atau isi sel yang

dikeluarkan dari selnya dengan cara tertentu atau zat yang dipisahkan dari

tanamannya dengan cara tertentu yang masih belum berupa zat kimia

murni.

Simplisia hewani yaitu simplisia berupa hewan utuh atau bagian

hewan atau zat – zat yang dihasilkan oleh hewan yang masih belum

berupa zat kimia murni.

Simplisia mineral merupakan simplisia yang berasal dari bumi

yang berupa bahan pelikan atau mineral yang belum diolah atau telah

diolah dengan cara sederhana yang masih belum berupa zat kimia murni.

2.3.3 Cara pembuatan simplisia

1. Pengumpulan bahan atau panen, harus memperhatikan bagian tanaman

yang diambil (bebas dari penyakit tanaman dan segar), waktu panen

(umur tanaman dan lingkungan tempat tumbuh), dan teknik

pengambilan (manual atau mesin).

a. Teknik Pengumpulan

Pengumpulan atau panen dapat dilakukan dengan

menggunakan tangan atau mesin. Apabila pengumpulan dilakukan

secara langsung (pemetikan), maka harus diperhatikan

keterampilan si pemetik agar diperoleh tanaman atau bagian

tanaman yang dikehendaki. Kalau menggunakan alat, harus

disesuaikan dengan kandungan kimianya agar tidak merusak zat

aktif yang dikandungnya.

b. Waktu pengumpulan atau panen

Kadar atau kandungan zat aktif suatu simplisia ditentukan

oleh waktu panen, umur tanaman, bagian tanaman yang diambil

dan tempat tumbuh tanaman. Sehingga, diperlukan satu waktu

pengumpulan yang tepat yaitu pada saat kandungan zat aktifnya

jumlah maksimal.

Tanaman yang diambil harus sehat, tidak berpenyakit, atau

terjangkit jamur, bakteri dan virus, karena dapat menyebabkan

berkurangnya kandungan zat aktif dan terganggunya proses

metabolisme serta terbentuknya produk metabolit yang tidak

diinginkan.

Umumnya waktu pengumpulan adalah sebagai berikut :

1) Daun dikumpulkan sewaktu tanaman berbunga dan sebelum

buah menjadi masak.

2) Bunga dikumpulkan sebelum atau segera setelah mekar

3) Buah dipetik dalam keadaan tua kecuali buah mengkudu dalam

keadaan muda.

4) Biji dikumpulkan dari buah yang masak sempurna

5) Akar, rimpang (rhizoma), umbi (tuber) dan umbi lapis

(bulbus), dikumpulkan pada waktu pertumbuhannya terhenti.

c. Bagian Tanaman

Adapun cara pengambilan simplisia atau bagian tanaman

adalah :

1) Kulit batang atau klika (cortex)

Klika diambil dari batang utama dan cabang, dikelupas dengan

ukuran panjang dan lebar tertentu, sebaiknya dengan cara

berselang-seling sebelum jaringan kambiumnya, untuk klika

yang mengandung minyak atsiri dan fenol gunakan alat

pengelupas yang bukan terbuat dari logam.

2) Batang (Caulis)

Batang diambil dari leher akar sampai cabang utama, dipotong

- potong dengan ukuran tertentu.

3) Kayu (lignum)

Kayu diambil dari batang atau cabang, kelupas kulitnya dan

potong-potong kecil.

4) Daun (folium)

Daun tua atau muda (daun kelima dari pucuk) dipetik satu

persatu secara manual.

5) Bunga (flos)

Tergantung yang dimaksud dapat berupa kuncup atau bunga

mekar atau mahkota bunga atau daun bunga, dapat dipetik

langsung dengan tangan.

6) Akar (radix)

Bagian yang digunakan adalah bagian yang terdapat di bawah

permukaan tanah, dipotong - potong dengan ukuran tertentu.

7) Rimpang (rhizoma)

Tanaman dicabut dari tanah, rimpang dibersihkan dari akar,

dipotong melintang dengan ketebalan tertentu. Pengambilan

sebaiknya saat musim kering dan bagian atas tanaman

mengering (layu).

8) Buah (fructus)

Dapat berupa buah yang masak atau matang, atau buah yang

masih muda, dipetik dengan tangan.

9) Biji (semen)

Buah yang dipetik dikupas kulit buahnya menggunakan tangan

atau alat, biji dikumpulkan dan dicuci.

10) Bulbus

Tanaman dicabut, bulbus dipisahkan dari daun dan akar dengan

memotongnya.

2. Sortasi basah, memisahkan dari tanah, dan bagian lain yang tidak

dikehendaki.

3. Pencucian, untuk membersihkan kotoran yang melekat atau untuk

menghilangkan benda-benda asing yang melekat pada tanaman.

4. Pengubahan bentuk, untuk memperluas permukaan bahan baku

sehingga mempercepat proses pengeringan, meliputi : perajangan yaitu

bagian tanaman dipotong - potong kecil dengan ukuran antara 0,25 –

0,60 cm yang setara dengan ayakan 4/18 (tergantung jenis simplisia),

pengupasan, pemiprilan (pemisahan biji dari bonggol).

5. Pengeringan, untuk menurunkan kadar air (sekitar 5 – 15%),

mencegah tumbuhnya kapang dan bakteri, memudahkan proses

pengolahan selanjutnya. Pengeringan dapat dilakukan dengan cara

alamiah dan buatan.

a. Pengeringan alamiah, tergantung dari kandungan zat aktif

simplisia, pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara , yaitu :

Sinar matahari langsung, terutama pada bagian tanaman yang

keras (kayu, kulit biji, biji, dan sebagainya) dan mengandung zat

aktif yang relatif stabil oleh panas.

Diangin-anginkan dan tidak terkena sinar matahari langsung,

umumnya untuk simplisia bertekstur lunak (bunga daun dan lain-

lain) dan zat aktif yang dikandungnya tidak stabil oleh panas

(minyak atsiri).

b. Pengeringan buatan, cara pengeringan dengan menggunakan alat

yang dapat diatur suhu, kelembaban, tekanan atau sirkulasi

udaranya

6. Sortasi kering bertujuan untuk memisahkan sisa-sisa benda asing atau

bagian tanaman yang tidak dikehendaki yang tidak tersortir pada saat

sortasi basah, dilakukan setelah proses pengeringan dan sebelum

proses pewadahan simplisia.

7. Pewadahan dan penyimpanan, simplisia harus ditempatkan dalam

wadah terpisah agar tidak tercampur dengan simplisia lain, dan diberi

label. Wadah terbuat dari plastik atau gelas yang berwarna gelap dan

tertutup kedap dapat memberikan jaminan yang memadai terhadap

isinya, wadah dari logam tidak dianjurkan agar tidak berpengaruh

terhadap simplisia. Ruangan penyimpanan simplisia harus

diperhatikan suhu, kelembaban udara dan sirkulasi udara ruangannya

8. Pengawetan untuk tanaman atau bagian tanaman sebelum dikeringkan

dengan cara merendam simplisia dalam alkohol 70%, atau dialiri uap

panas.

2.3.4 Pemeriksaan Mutu Simplisia

Pemeriksaan mutu simplisia atau identifikasi farmakognostik meliputi

beberapa bagian. Salah satunya adalah pemeriksaan organoleoptik.

Pemeriksaan organoleoptik yaitu pemeriksaan warna, bau dan rasa dari bahan

atau simplisia. Dimana pemeriksaan organoleoptik ini memuat paparan

mengenai bentuk dan rasa yang dimaskudkan untuk dijadikan petunjuk

mengenal simplisia nabati sebagai syarat baku.

Cara untuk mengidentifikasi tumbuhan juga dapat dilakukan dengan

menggunakan salah satu bagian dari ilmu pengetahuan yaitu morfologi

tumbuhan yang mempelajari tentang bentuk dan susunan tubuh tumbuhan.

Dimana, morfologi tumbuhan ini terbagi menjadi dua bagian yaitu morfologi

luar dan morfologi dalam atau lebih dikenal dengan anatomi tumbuhan.

Morfologi luar lebih menekankan pada bagian atau bentuk luar suatu

tanaman. Bentuk luar tanaman yang diuraikan biasanya terbatas pada kormus

saja yaitu tiga bagian utama tumbuhan (daun, batang dan akar). Selain bentuk

dan susunan tubuh tumbuhan biasanya dipaparkan juga mengenai sifat dan

fungsi dari bagian yang diamati.

Sedangkan anatomi tumbuhan atau morfologi dalam merupakan

bagian dari morfologi tumbuhan yang memaparkan tentang bentuk, susunan

serta fungsi dari jaringan-jaringan ataupun sel-sel yang menyusun tubuh

tumbuhan. Anatomi tumbuhan termasuk dalam identifikasi simplisia melalui

pemeriksaan mikroskopik yaitu suatu pemeriksaan yang memuat paparan

anatomis, penampang melintang simplisia, fragmen pengenal serbuk

simplisia.

2.4 Identifikasi Kandungan Kimia Simplisia Secara Kematoksonomi

2.4.1 Penggolongan Tanaman Berdasarkan Kemotaksonomi

Bayam duri (Amaranthus spinosus), kelas asteridae, pemerian :

rasanya pahit, hambar, dan sifatnya netral.

Makroskopik. Warna. Simplisia daun berwarna hijau tua,

simplisia batang berwarna coklat muda, simplisia akar berwarna coklat

tua, Bau. Jika daunnya telah layu dan membusuk, tumbuhan ini akan

mengeluarkan bau tidak enak Rasa, Herba ini rasanya sedikit pahit,

hambar, dan sifatnya netral.

Mikroskopik.Pada penampang melintang melalui tulang daun

tampak epidermis atas atau terdiri dari satu lapis sel yang berbentuk

persegi panjang, kutikula tipis dan stomata sedikit. Pada epidermis

bawah, terdiri atas satu lapis sel yang berbentuk 4 persegi panjang,

kutikula tipis, stomata bengkak, rambut penutup terdiri dari satu sel

lurus atau bengkok, ujung runcing, lebih banyak dari pada epidermis

atas, jaringan bunga karang terdiri dari beberapa lapis sel. Stomatanya

tipe diasitik (Caryophyllaceae) yakni jika jumlah sel tetangganya 2

menyilang celah stomata.

Serbuk berwarna hijau kecoklatan. Fragmen pengenal adalah

fragmen sel epidermis dengan rambut penutup, rambut kelenjar dan

stomata, rambut kelenjar dan rambut penutup yang lepas; hablur

kalsium oksalat berbentuk roset dan tampak lebih sedikit yang

berbntuk prisma.

2.4.2 Kegunaan Umum Tanaman berdasarkan Kemotaksonomi

Adapun kegunaan dari bandotan yaitu Sakit telinga tengah

akibat radang, luka berdarah, bisul, eksim, Bisul, borok,

rematik( istilah kedokteran : reumatik), bengkak karena keseleo,

Perdarahan rahim, sariawan, bisul, bengkak karena memar, Tumor

rahim, Sakit tenggorokan, Malaria, influenza.Perut kembung, mulas,

muntah, dan Perawatan rambut.

2.4.2 Cara Mengidentifikasi Kandungan Kimia Simplisia Secara

Kemotaksonomi

a. Reaksi Warna

1. Lignin

Basahi irisan atau serbuk dengan larutan fluoroglusin P, amati

dalam asam klorida P, dinding sel berwarna merah.

2. Suberin, Kutin, Minyak lemak, Minyak atsiri, Getah dan Resin

Bahan yang akan diperiksa diletakkan diatas kaca objek,

tambahkan beberapa tetes Sudan III LP, bahan dapat dijernihkan

dengan Klorahidrat LP, kecuali bahan yang mengandung minyak

atsiri. Biarkan selama 30 menit - 48 jam dalam bejana tertutup yang

didalamnya terdapat cawan berisi etanol 90% P. bagian yang

mengandung suberin, kutin, minyak lemak, minyak atsiri, getah dan

resin berwarna jingga.

3. Pati dan Aleuron

Tambahkan Iodium 0,1 N pada bahan yang akan diperiksa,

pati berwarna biru, dan aleuron warna kuning kecoklatan sampai

coklat.

4. Lendir dan Pektin

Letakkan serbuk atau bahan di atas kaca objek, ditambahkan

beberapa tetes merah Ruthenium Lp, tutup dengan kaca penutup

biarkan selama 15 menit, lendir asam dan pektin berwarna merah

intensif.

5. Selulosa

Bahan ditambahkan larutan seng (II) klorida beriodium,

memberikan warna ungu merah.

6. Samak / Tanin

Bahan ditambahkan besi (III) ammonium sulfat LP yang

telah diencerkan 5 kali, zat samak dan senyawa tanat lainnya

berwarna hijau atau biru sampai hitam.

7. Turunan Katekol

Letakkan bahan atau serbuk di atas kaca objek ditambahkan

larutran vanilin P 10% b/v dalam etanol 90% P, kemudian dalam

asam klorida P, bagian yang mengandung turunan katekol berwarna

merah intensif.

8. Dioksiantrakinon Bebas

Serbuk dalam tabung reaksi ditambahkan kalium hidroksida

etanol LP, warna merah.

9. Fenol

a.Hasil mikrosublimasi ditambahkan fosfomolibdat asam sulfat LP,

terjadi warna biru.

b. Hasil mikrosublimasi ditambahkan asam diazobensulfonat LP,

terjadi warna biru.

c.Ekstrak methanol ditambahkan :

Larutan besi (III) klorida 1%, terbentuk warna ungu biru

Pereaksi Millon, terbentuk warna merah ungu

Pereaksi Indofenol, terbentuk warna hijau biru yang stabil.

10. Saponin

Masukkan 0,5 g serbuk yang diperiksa dalam tabung reaksi

tambahkan 10 ml air panas, dinginkan kemudian kocok kuat selama

10 detik, terbentuk buih yang mantap selama kurang lebih 10 menit

setinggi 1 – 10 cm, dan pada penambahan 1 tetes asam hidroklorida

2 N, buih tidak hilang.

11. Flavanoid

Sari 0,5 g serbuk yang diperiksa dengan 10 ml methanol

dengan alat pendingin balik selama 10 menit, saring panas, encerkan

filtrat dengan 10 ml air, setelah dingin tambahkan 5 ml eter minyak

tanah P, kocok hati-hati, diamkan. Ambil lapisan methanol, uapkan

pada suhu diatas 400C dibawah tekanan, sisa dilarutkan dalam 5 ml

ethanol 95% P, tambahkan 0,1 g serbuk magnesium P dan 10 ml

asam klorida P, jika terjadi warna merah jingga – merah ungu berarti

ada flavanoid, dan jika kuning jingga terdapat flavon, kalkon.

12. Karbohidrat

Serbuk dilarutkan dengan air, larutan serbuk simplisia

disentrifuge, filtrat dibagi tiga :

Filtrat I ditambahkan Molish, alfa naftol, dan HCl 20%

terbentuk cincin ungu.

Filtrat II ditambahkan larutan Luff dan NaOH berwarna

merah jika dipanaskan.

Filtrat III ditambahkan larutan Barfoed dan NaOH

berwarna jingga jika dipanaskan.

Dapat pula menggunakan ekstrak etanol – air 2 ml dalam

cawan porselen, diuapkan. Tambahkan 2 – 3 tetes asam sulfat P,

diamkan selama 4 menit, tambahkan pereaksi Molish, terjadi warna

merah.

13. Glikosida (secara umum)

Ekstrak methanol dimasukkan ke dalam tabung reaksi dan

dibagi 3 dan ditambahkan :

Larutan besi (III) klorida 3 ml dan 1 ml asam klorida P,

terjadi warna coklat kemerahan perlahan berubah menjadi

violet atau ungu.

Pelarut benzene 5 ml, pisahkan, lapisan benzene

ditambahkan 3 ml larutan ammonia 10%, terbentuk warna

merah muda pucat.

Larutan ammonia encer 3,5 %. Lalu dikocok, terjadi warna

merah lembayung.

14. Glikosida Antrakinon

Campur 200 mg serbuk simplisia dengan 45 ml asam sulfat

encer P, didihkan sebentar, dinginkan, tambahkan 10 ml benzene P,

kocok, diamkan. Pisahkan lapisan benzene dengan 1 – 2 ml NaOH

LP, diamkan, lapisan air berwarna merah intensif dan lapisan

benzene tidak berwarna.

15. Steroid

Ekstrak methanol kering disuspensikan dengan air,

kemudian ditambahkan eter atau hexan atau petroleum eter,

dekanter filtrat dibuang, ulangi sampai heksan atau petroleum eter

tidak berwarna lagi, residu ditambahkan 10 ml kloroform, kocok 5

menit. Dekanter dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml NaSO4

anhidrat selanjutnya disaring.

Filtrate di bagi dua dan ditambahkan :

Pereaksi Lieberman – Bouchardat , menghasilkan warna

biru sampai hijau.

Pereaksi Salkwowski, menghasilkan warna merah, berarti

positif.

b. Reaksi Pengendapan

1. Alkaloid

Timbang 500 mg serbuk simplisia, tambahkan 1 ml asam

klorida 2 N dan 9 ml air, panaskan di atas tangas air selama 2 menit,

dinginkan dan saring, pindahkan masing – masing 3 tetes filtrat pada

dua gelas arloji :

Tambahkan 2 tetes Mayer Lp pada kaca arloji pertama, terbentuk

endapan menggumpal berwarna putih.

Tambahkan 2 tetes Bouchardat Lp pada kaca arloji kedua,

terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam.

c. Kromatografi Lapis Tipis

Kromatografi Lapis Tipis adalah salah satu tekhnik pemisahan

komponen kimia dengan prinsip adsorbsi dan partisi menggunakan

lempeng berukuran 3x7 cm, yang dilapisi oleh silica sebagai fase adsorben

(penyerap) atau disebut fase diam, dan uluen berupa campuran beberapa

pelarut atau fase gerak yang dapat memisahkan senyawa kimia dengan baik

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL, HIPOTESIS DAN SKEMA KERJA

III.1 Kerangka konseptual

Pengambilan sampel atau tanaman kemangi hutan diambil pada

tanggal 10 oktober yang bertempat di Kabupaten Bulukunmba Kecamatan

Bonto Bahari desa Lembana, kemudian dilakukan herbarium basah di daerah

tersebut, kemudian sampel dikeringkanuntuk membuat herbarium kering

selama dua minggu. Sampel yang lain diperiksa anatomi dan morfologinya

III.2 Hipotesisis

Dugaan sementara dari herba tanaman Bayam duri (Amaranthus

spinosus) yaitu mengandung saponin, Katekol, flavanoid. Tanaman Bayam

duri (Amaranthus spinosus) juga diduga berkhasiat sebagia obat demam.

III.3 Skema Kerja

1. Pengambilan sampel

Disiapkan alat yang akan digunakan

Diamati dan diperhatikan tanaman yang akan diambil

Tumbuhan yang akan diambil harus lengkap

(akar, batang, daun, buah dan bunga)

Tumbuhan dicabut dengan akar

Tumbuhan disimpan dalam kantong plastic

Dicari tumbuhan lain sebanyak 10 tanaman

2. Pengolahan sampel

2.1 Pengolahan herbarium kering

Disiapkan alat dan bahan

Tumbuhan yang akan diambil dengan lengkap dibersihkan dengan air.

Tumbuhan dikeringkan

Setelah dikeringkan tanaman tersebut dimasukkan ke dalam

lipatan kertas Koran

Diatur sedemikian rupa, jangan sampai ada yang rusak

bagian daun dan bunganya

Daunnya diatur agar terlihat permukaan atas daun

dan permukaan bawah daun

Dipress herbarium antara kertas Koran dan kemudian dikeringkan

pada sinar matahari

Herbarium siap ditempelkan pada kertas Koran herbarium

2.1 Pengolahan herbarium basah

Disiapkan alat dan bahan

Disiapkan larutan alkohol 70%, formalin 4%, atau FAA

(Formalin, alkohol 70% dan asam asetat perbandingan 50 = 500 = 900 ml)

Larutan yang telah disiapkan tadi dimasukkan ke dalam toples.

Tumbuhan dibersihkan akarnya dari tanah

Tumbuhan dimasukkan ke dalam toples

Toples ditutup lalu diisolasi

3. Pemeriksaan Morfologi

Disiapkan sampel atau tumbuhan yang akan diamati

Diamati bentuk luar (morfologi) tumbuhan tersebut yaitu bentuk daun, bentuk

batang, dan bentuk akar

Digambar tumbuhan (sampel) pada buku kerja dan diberi warna

4. Pemeriksaan Anatomi

Disiapkan alat dan bahan

Diiris bagian sampel yang akan diamati, sampel diiris secara

melintang dan membujur.

Dipindahkan irisan ke dalam gelas arloji yang berisi air

sebelum preparat mengering

Diletakkan irisan di atas objek gelas dengan bantuan

jarum Preparat

Sampel ditetes dengan setetes air

Sampel ditutup dengan deg gelas

Sampel disimpan pada mikroskop dan diamati anatominya

Digambar anatomi sampel pada buku kerja

Dilengkapi keterangan deskriptionya

Setelah diamati anatominya, lampu mikroskop dimatikan dan dikembalikkan

ke perbesaran terkecil.

Mikroskop dibersihkan dan dimasukkan ke dalam lemari mikroskop

5. Pemeriksaan kandungan kimia

Disiapkan alat dan bahan

Sampel dibuat dalam bentuk serbuk

Serbuk disimpan di atas deg gelas

Deck gelas yang berisi serbuk harus tipis

Ditetesi dengan air

Ditutupi dengan menggunakan objek gelas

Diamati di bawah mikroskop

Digambar pada buku kerja dan diberi keterangan serta deskripsio yang

Lengkap serta kandungan kimianya

Dimatikan mikroskop kemudian dibersihkan dan dimasukkan

ke dalam lemari mikroskop

BAB IV

MATERI DAN METODE PRAKTIKUM

4.1 Bahan, Alat dan Instrumen Praktikum

4.1.1 Bahan tanaman

Adapun bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah Bayam duri

(Amaranthus spinosus).

4.1.2 Bahan Kimia

Bahan kimia yang digunakan dalam percobaan ini, yaitu :

a. Asam klorida

b. Asam sulfat

c. Etanol (95%) P

d. Etil Asetat

e. Flouroglusin LP

f. Formalin

g. Iodin 0,1 N

h. Kloroform

i. Kloralhidrat LP

j. Kalium hidroksida 10 %

k. Larutan Besi (III) Klorida

l. Larutan Lieberman burchard

m.Larutan Mayer

n. Larutan Molish

o. Metanol

4.1.3 Alat

Adapun alat yang digunakan dalam percobaan ini yaitu:

1. Alat tulis menulis

2. Ayakan

3. Deck gelas

4. Cutter

5. Gegep kayu

6. Gelas arloji

7. Gunting

8. Isolasi

9. Kertas koran

10. Kertas saring

11. Mikroskop

12. Objek gelas

13. Pinset

14. Parang

15. Pipet tetes

16. Pipet skala

17. Pisau

18. Pot plastik

19. Rak tabung

20. Sendok tanduk

21. Sikat tabung

22. Silet

23. Tabung reaksi

24. Toples

4.2 Lokasi Praktikum

Lokasi pengambilan sampel Bayam Duri (Amaranthus spinosus)

yaitu di Desa Lembanna, Kecematan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba,

propinsi Sulawesi selatan. dan laboratorium farmakognosi fakultas farmasi

universitas muslim Indonesia.

4.3 Prosedur Praktikum

4.3.1 Pemeriksaan Farmakognostik

4.3.1.1 Identifikasi Dan Determinasi Tanaman

4.3.1.1.1 Morfologi Tanaman

Pemeriksaan morfologi tanaman dilakukan

dengan mengamati bentuk fisik dari akar, batang dan

daun dari sampel yang masih segar kemudian

dilakukan pengambilan gambar.

4.3.1.1.2 Anatomi Tanaman

Pemeriksaan dilakukan dengan mengamati

bentuk sel dan jaringan tanaman pada bagian

penampang melintang dan membujur dari akar, batang

dan serbuk daun secara mikroskopik. Caranya yaitu

dengan mengiris setipis mungkin bagian dari tanaman

yang akan diperiksa dengan menggunakan pisau silet,

kemudian diletakkan di atas kaca objek lalu ditetesi

dengan kloralhidrat LP, kemudian difiksasi dan ditutup

dengan kaca penutup, diamati di bawah mikroskop.

Pemeriksaan mikroskopik serbuk dilakukan

dengan cara Daun teki yang kering diserbukkan.

Kemudian diletakkan di atas kaca objek dan ditetesi

dengan kloralhidrat LP, kemudian difiksasi lalu

ditutup dengan deck glass, diamati di bawah

mikroskop dan dilakukan pengambilan gambar.

4.3.1.2 Pemeriksaan Simplisia

4.3.1.2.1 Pengambilan Simplisia

Bahan penelitian berupa dari tanaman Rumput

Teki (Cyperus rotundus) di kumpulkan pada pagi hari

sekitar pukul 09.00 pagi dengan cara dipetik, sampel

diambil di Desa Lembanna Kecematan Bonto Bahari

Kabupaten bulukumba, Propinsi Sulawesi Selatan.

4.3.1.2.2 Pembuatan Simplisia

Diambil tanaman yang masih segar meliputi

akar, batang dan daun untuk pemeriksaan anatomi,

morfologi dan organoleptis. Untuk pemeriksaan fisis dan

kimia bahan yang diambil berupa daun. Bahan penelitian

yang telah diambil disortasi basah kemudian dilakukan

pencucian, perajangan, pengeringan dengan cara

diangin-anginkan ditempat yang tidak kena sinar

matahari langsung, setelah kering kemudian

diserbukkan.

4.3.1.2.3 Pemeriksaan Mutu Simplisia

a. Organoleptik

Pemeriksaan organoleptik merupakan salah satu

syarat dalam identifikasi farmakognostik, dimana pada

tahap ini pemeriksaan dilakukan pada simplisia dengan

berdasarkan warna, bau, rasa dari bahan/simplisia.

Dalam buku resmi dinyatakan yaitu pemerian yang

memuat paparan mengenai bentuk dan rasa yang

dimaksudkan Untuk dijadikan petunjuk mengenal

simplisia nabati sebagai syarat baku meliputi :

a. Uji bau

Uji bau dilakukan dengan cara mengambul

sampel lalu dicium untuk mengetahui bau yang

dimiliki oleh sampel tersebut.

b. Uji rasa

Uji rasa dilakukan dengan cara mencicipi

sedikit dari sampel tersebut.

c. Uji warna

Uji warna dilakukan hanya dengan

pengamatan biasa, yakni dengan warna tembelekan

secara langsung pada waktu basah (segar) dan pada

waktu kering.

2. Mikroskopik

Pemeriksaan mikroskopik dilakuan dengan mengamati

anatomi, penampang melintang simplisia, fragmen

pengenal serbuk simplisia, meliputi uraian:

a. Jaringan pada batang dan akar terdiri dari:

i.Jaringan perimer (epidermis, korteks,

endodermis, caspari, perisikel, silinder pusat

dan empelur)

ii.Perubahan susunan silinder pusat atau

pertumbuhan sekunder.

b. Jaringan Pada daun terdiri dari:

1. tipe stomata

2. jenis rambut (rambut penutup, dan rambut

kelenjar)

3. Jaringan pada daun, batang, akar, terdiri dari:

1. Tipe sel idioblas

2. Tipe sel skelerenkim

4.3.2 Identifikasi Kandungan Kimia

4.3.2.1 Lignin

Adalah suatu uji warna yang bermaksud mengetahui

kandungan lignin yang terkandung pada tanaman. Lignin itu

sendiri umum terdapat pada tanaman yang secara morfologi

terliohat jelas memiliki batang keras, biasanya terdapat pada

bangsa dikotil, senyawa ini dapat diidentifikasi dengan

penambahan flouroglusin P dan HCl P, yang menimbulkan warna

merah pada dinding sel.

4.3.2.2 Pati & Aleuron

Merupakan polisakarida yang melimpah setelah selulosa,

berfungsi sebagai penyimpan energi, Sekitar 20% dari pati adalah

amilosa (larut) dan 80 % amilopektin . Pati dan aleuron banyak

terdapat pada padi-padian, kentang dan jagung.

4.3.2.3 Suberin, Kutin, Minyak Menguap, Dan Minyak Lemak

Suberin merupakan senyawa pelindung pada tanaman.

Metabolit primernya adalah senyawa dekarboksilat yang banyak

dijumpai pada akar sebagai pelindung pada pita kasparin.

Sedangkan kutin adalah rantai panjang dari asam lemak yang

saling membentuk ester berstruktur 3 dimensi yang kaku.

Minyak menguap adalah substansi yang menimbulkan bau

khas dan dapat menguap pada temperatur biasa. Minyak lemak

adalah sekelompok besar dari senyawa minyak alam yang tidak

larut dalam air, namun larut dalam pelarut organik.

4.3.2.4 Lendir dan peptin

Lendir pada umumnya berguna sebagai pengencer dahak

eksfektoran dan umum terdapat pada kembang sepatu ( Hibiscus

rosa sinensis ). Pektin sendiri terdapat dalam buah-buahan yang

belum masak betul. Zat ini dapat dijadikan selei dengan

penambahan gula.

4.3.2.5 Selulosa

Merupakan glukosa yang banyak terdapat dalam

tumbuhan. Zat ini merupakan konstituen pokok pada tiap dinding

sel.

4.3.2.6 Zat samak/tanin

Zat ini merupakan suatu senyawa glukosida yang

majemuk. Zat ini banyak terdapat pada kulit bakau, trengguli,

juga pinang dan gambir.

4.3.2.7 Turunan katekol

Zat ini merupakan turunan hasil hidrolisa asam gallant

dengan garam ferri yang berwarna hijau.

4.3.2.8 Dioksiantrakinon bebas

Senyawa-senyawa ini banyak terdapat dalam bentuk bebas

dan berbeda-beda, serta derajat oksidasi yang berbeda pula,

seperti antron, oksantron, dan autranol.

4.3.2.9 Fenol

Merupakan senyawa pelindung dalam tanaman, dan juga

adalah metabolit sekunder yang dapat disintesis dalam jalur

sikinat. Senyawa ini dapat ,mempengaruhi tanaman dengan

menghambat pertumbuhannya.

4.3.2.10 Saponin

Merupakan segolongan senyawa glikosida yang

berstruktur seperti asteroid dan memiliki sifat-sifat khas yang

dapat membentuk koloidal dan membuih bila dikocok serta dapat

mengoksidasi butir-butir darah merah.

4.3.2.11 Flavanoid

Merupakan turunan dari plavon, isoplavon, flavanol, dan

flavanon. Senyawa ini tidak berwarna, mempunyai gugus

hidroksi, dan terdapat dialam dalam keadaan bebas.

4.3.2.12 Karbohidrat

Karbohidrat adalah persenyawaan antara karbon,

hydrogen, oksigen yang terdapat dialam dengan rumus empiris

Cn(H2O)n. Karbohidrat adalah salah satu senyawa makromolekul

alam yang banyak ditemukan dalam tanaman dan hewan.

4.3.2.13 Glikosida

Merupakan senyawa organik yang biasa terdapat dalam

tanaman yang bila dihidrolisa akan menghasilkan satu macam

gula atau lebih, serta senyawa lain yang bukan gula.

4.3.2.14 Glikosida Antrakinon

Senyawa inidimanfaatkan sebagai zat aktif dalam obat

pencahar. Glikosida yang digunakan dalam obat tersebut, adalah

turunan autrason atau antarkinon sebagai glikolnya.

4.3.2.15 Steroid

Steroid adalah sekumpulan lipid yang banyak dijumpai

dalam tumbuhan dan hewan. Senyawa ini tidak tersabunkan,

karena tidak dapat terhidrolisis dalam media basa berbeda dengan

kompleks trigliserida dan lipid kompleks

4.3.2.16 Alkaloida

Merupakan senyawa organic yang mengandung unsure

nitrogen dan bersifat basa. Senyawa ini dijumpai pada golongan

tanaman leguminosae, rubiaceae, ladoceae,dan liliaceae.

BAB V

HASIL

5.1 Identifikasi dan Determinasi Tanaman

Daun Bayam duri (Amaranthus spinosus) termasuk dalam daun

tunggal. Berwarna kehijauan, bentuk bundar telur memanjang

(ovalis).Panjang daun 1,5 cm sampai 6,0 cm. Lebar daun 0,5 cm sampai 3,2

cm. Ujung daun obtusus dan pangkal daun acutus.Akar tanaman Bayam duri

(Amaranthus spinosus) sama seperti akar tanaman bayam pada umumnya,

yaitu memiliki system perakaran tunggang.Batang tanaman bayam duri

(Amaranthus spinosus) ini kecil bebentuk bulat, lunak dan berair. Batang

tumbuh tegak bisa mencapai satu meter dan percabangannya monopodial.

Batangnya berwarna merah kecoklatan. Yang menjadi cirri khas tanaman ini

adalah adanya duri yang terdapat pada pangkal batang tanaman ini.

Kunci Determinasi : 1b……2b……4b…….5b…….6b……

Amaranthaceae…….

5.2 Morfologi Tanaman

1. MORFOLOGI AKAR

Akar tanaman Bayam duri (Amaranthus spinosus) sama seperti

akar tanaman bayam pada umumnya, yaitu memiliki system perakaran

tunggang.

2. MORFOLOGI BATANG

Batang tanaman bayam duri (Amaranthus spinosus) ini kecil

bebentuk bulat, lunak dan berair. Batang tumbuh tegak bisa mencapai satu

meter dan percabangannya monopodial. Batangnya berwarna merah

kecoklatan. Yang menjadi cirri khas tanaman ini adalah adanya duri yang

terdapat pada pangkal batang tanaman ini.

3. DAUN

Daun spesies ini termasuk dalam daun tunggal. Berwarna

kehijauan, bentuk bundar telur memanjang (ovalis).Panjang daun 1,5 cm

sampai 6,0 cm. Lebar daun 0,5 cm sampai 3,2 cm. Ujung daun obtusus dan

pangkal daun acutus. Tangkai daun berbentuk bulat dan permukaannya

opacus. Panjang tangkai daun 0,5 ccm sampai 9,0 cm. bentuk tulang daun

bayam duri (Amaranthus spinosus) penninervis dan tepi daunnya repandus.

5.3 Anatomi Tanaman

5.3.1 Anatomi Batang

Batang membujur Batang Melintang

Batang

tanaman bayam duri (Amaranthus spinosus) termasuk herbaceus. Jaringan

utama penyusun batang adalah :

Jaringan epidermis yang terdiri dari selapis sel yang melindungi

jaringan dibawahnya.

Jaringan kortex terdiri dari kolenkim, serabut – serabut dan

parenkima.

Floem terdiri dari saluran dengan tapisan sebagai cirri khasnya,

sel pengiring, serabut – seranut dan parenkima

Xylem yang terdiri dari pembuluh dan tracheid yang merupakan

penyususn utama xylem, serabut – serabut dan parenkima.

5.3.2 AnatomiDaun

Daun Membujur Daun Melintang

Daun terdiri dari tiga bagian utama yaitu :

Epidermis yang merupakan selapis sel dan disini terdapat

stomata yang berfungsi penting dalam proses respirasi.

Mesofil jaringan ini terbagi menjadi dua yaitu :

Parenkim palisade yang terdapat dibagian bawah

epidermis.

Parenkim spos yang disusun oleh sel yang tidak

beraturan.

Jaringan pengangkut terdiri atas berkas – berkas pengangkut

yaitu xylem dan floem.

5.3.3 Anatomi Akar

5.3.3.1 Akar Membujur Akar Melintang

Akar tanaman bayam duri (Amaranthus spinosus) terdiri dari

beberapa bagian yaitu :

Epidermis yang juga berderivat menjadi rambut akar untuk

memperluas bidang penyerapan air.

Kortex jaringan kortex

Perisikel merupakan deferensiasi dari permukaan silinder

prokambium.

Jaringan pengangkut terdiri dari xylem dan floem.

Stele pada akar ini memiliki susunan floem terpisah berselang –

selang disebelah luar lingkaran xylem.

5.3 Pemeriksaan mutu simplisia

a. Organoleptis

1. Warna. Simplisia daun berwarna hijau tua, simplisia batang berwarna

coklat muda, simplisia akar berwarna coklat tua

2. Bau. Jika daunnya telah layu dan membusuk, tumbuhan ini akan

mengeluarkan bau tidak enak.

b. Rasa, herba ini rasanya sepat kepahit-pahitan

c. Makroskopik

Batang agak basah bulat, warnanya kehijau-hijauan. Daun

berbentuk pita, berwarna mengkilat dan terdiri dari 4-10 helaian pada

rimpangnya terdapat banyak tunas berwarna coklat kehitaman.

Mikroskopik

Pada penampang melintang melalui tulang daun tampak epidermis

atas atau terdiri dari satu lapis sel yang berbentuk persegi panjang, kutikula

tipis dan stomata sedikit.. Stomatanya tipe diasitik (Caryophyllaceae) yakni

jika jumlah sel tetangganya 2 menyilang celah stomata. Serbuk berwarna

hijau kecoklatan. hablur kalsium oksalat berbentuk roset dan tampak lebih

sedikit yang berbentuk prisma.

5.4 Identifikasi kandungan kimia simplisia

1. Uji katekol. Setelah serbuk ditambah dengan FeCl3, warna serbuk daun

biru kehitaman, batang dan akar tidak mengalami perubahan warna. Hal ini

menunjukkan simplisia tidak mengandung katekol

2. Uji tanin. Setelah sampel ditambah dengan FeCl3, warna serbuk daun,

batang dan akar tidak mengalami perubahan warna. Hal ini menunjukkan

simplisia tidak mengandung tannin.

3. Uji dioksian trakinon. Setelah sampel ditambah KOH 10%, simplisia daun,

batang, dan akar mengalami perubahan warna yaitu kuning. Hal ini

menunjukkan simplisia tidak mengandung dioksiantrakinon

4. Uji pati. Setelah sampel ditambah Iod , hasil pengujian menunjukkan

simplisia daun, batang, dan akar berwarna merah yang berarti tidak

mengandung pati

5. Uji aleuron. Setelah sampel ditambah Iod , hasil pengujian menunjukkan

simplisia akar berwarna coklat yang berarti pulai mengandung aleuron.

6. Uji alkaloid. Setelah sampel ditambah HCl, pereaksi Mayer, dan pereaksi

bouchardat, pada akar didapatkan hasil berbentuk hijau, hal ini berarti tidak

mengandung alkaloid.

7. Uji steroid. Setelah sampel ditambah pereaksi bouchardat, hasil percobaan

menunjukkan simplisia berwarna orage. Hal ini tidak sesuai dengan

literatur yang menunjukkan warna merah jambu. Oleh karena itu simplisia

tidak mengandung steroid.

BAB VI

PEMBAHASAN

Penggunaan obat tradisional yang berasal dari bahan alam telah lama

dikenal dan sampai saat ini masih terus berlangsung bahkan cenderung untuk

meningkat karena keampuhannya dalam mencegah, mengurangi dan mengobati

berbagai macam penyakit. Sehubungan dengan hal tersebut muncul berbagai macam

upaya dalam mencari dan menemukan bahan-bahan alam khususnya tanaman untuk

dimanfaatkan sebagai sumber bahan obat dan usaha meminilisasi kekurangannya,

salah satu caranya dengan melakukan penelitian untuk memperoleh data-data tentang

tanaman obat tradisional yang dijadikan sebagai salah satu syarat standar resmi yang

berlaku dalam pengolahan bahan baku tanaman obat, oleh karena itu dilakukan

beberapa parameter standar mutu tanaman, dan sampel yang digunakan pada

penelitian ini adalah Bayam Duri (Amaranthus spinosus).

Pengertian simplisia menurut FI III , adalah bahan alam yang digunakan

sebagai obat yang belum mengalami pengolahan apapun juga , kecuali dinyatakan

lain berupa bahan yang telah dikeringkan. Simplisia dapat dibedakan menjadi

simplisia nabati dan hewani. Adapun tahap – tahap pembuatan simplisia yaitu

pengumpulan , pencucian dan sortasi basah , perajangan , pengeringan , pengawetan

simplisia , pewadahan dan penyimpanan simplisia. Dalam pembuatan simplisia tak

luput dari pembuatan herbarium.

Pengamatan morfologi dilakukan dengan mengamati bentuk fisik dari

simplisia yakni ukuran, warna dan bentuk simplisia dan merupakan salah satu cara

dalam memperkenalkan tanaman karena mengingat tanaman yang sama belum tentu

mempunyai bentuk morfologi yang sama pula.

Pengamatan anatomi dilakukan untuk mengamati bentuk sel dan jaringan

yang diuji berupa sayatan melintang, membujur, dan serbuk dari simplisia. Dari

penelitian ini diperoleh bahwa daun dari tanaman waru tidak dilihat tipe stomatanya,

hal ini dimungkinkan karena dalam pengirisan, sampel.

Pengamatan organoleptik tanaman dimaksudkan untuk mengetahui sifat-

sifat fisik yang khas dari tanaman tersebut dengan melakukan pengamatan terhadap

kekhususan bentuk, warna, bau dan rasa dari suatu simplisia yang merupakan

pengenalan awal yang sederhana dan subyektif mungkin. Dari hasil pengamatan yang

diperoleh maka sifat organoleptis dari tanaman ini herba ini rasanya hambar dan

berair.

BAB VII

PENUTUP

7.1 Kesimpulan

Dari hasil percobaan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan

bahwa :

MORFOLOGI ANATOMI dari tanaman

1. Bayam duri (Amaranthus spinosus) berfungsi dapat mengobati

penyakit kencing nanah, kencing tidak lancar, bronchitis, demam,

bisul tambah darah eskim serta mampu meningkatkan produksi ASI.

2. Bayam duri (Amaranthus spinosus) memiliki kandungan kimia yaitu :

saponin, karbohidrat, alkaloid dan pati.

7.2 Saran

Sebaiknya alat-alat di laboratorium dilengkapi demi kelancaran

praktikum, dan lebih memperhatikan praktikan agar hal-hal yang tidak

dimengerti pada praktikan dapat mempermudah dengan adanya arahan.

DAFTAR PUSTAKA

Asni Amin, 2005., Penuntun Farmakognosi I, Universitas Muslim Indonesia, Makassar.

Dirjen POM, 1979., Farmakope Indonesia edisi III, DepKes, Jakarta

Gunawan D Mulyan, 2005., Ilmu Obat Alam (Farmakognosi), Jilid I, Penerbit suradaya, Bogor.

Departemen Kesehatan RI, 1989., Materia Medika Indonesia, Jilid IV, DirJen Pengawasan Obat dan Makanan RI, Jakarta.Steenis, G, G, G, J, Van., 1992., Flora Untuk sekolah di Indonesia terjemahan oleh Suryominoro, cetakan Ke VI, Pradaya, Paramitha, Jakarta.

Rusli, 2001.,Penuntun Fitokimia, Universitas Muslim Indonesia Makassar

Goggle Tanaman obat\httm\bayam Duri\ tanaman.,diambil pada hari kamis tanggal 16 september 2005 pada pukul 20:00 WIB.

Dr.Setiawan Dalimarta,1999.,Atlas Tumbuhan Obat Indonesi Jilid I, Jakarta.

BAB 7

PENUTUP

7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil survei yang diperoleh dapat disimpulkan tanaman-

tanaman obat yang berkhasiat sebagai obat sebagai berikut :

1. Jambu Biji (Psidium guajava), berkhasiat sebagai anti diare.

2. Pare (Mamordica caranthia), berkhasiat sebagai obat cacing / antelmentik.

3. Bunga tahi ayam (Lantana camara), berkhasiat sebagai obat luka

4. Tapak dara (Vinca rosea), berkhasiat sebagai antihipertensi

5. Putri malu (Mimosa pudica), berkhasiat sebagai obat alergi

6. Meniran (Phylantus urinaria), berkhasiat sebagai obat malaria

7. Ciplukan (Physallis peruviana), berkhasiat sebagai obat bisul

8. Jeruk nipis (Citrus aurantifolia), berkhasiat sebagai obat batuk

9. Jarak (Richinus comunis), berkhasiat sebagai antihipertensi

7.2 SaranAgar dalam kegiatan survei inventarisasi sebaiknya asisten ikut mendampingi praktikannya.

DAFTAR PUSTAKA

Asni Amin S.Si., Apt., 2006., Penuntun Praktikum Farmakognosi I., Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia., Makassar.

Faisal Attamimi M.Si., Apt., 2003., Diktat Wawasan Ilmu Farmasi., Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia., Makassar.

Mirawati S.Si., Apt., 2005., Penuntun Praktikum Farmaseutika., Fakultas Farmasi Universitas Muslim Indonesia., Makassar.

Sastroamidjojo, Seno,Dr., 2001., Obat Asli Indonesia., Daian Rakyat., Jakarta.