LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

34
LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI 2 PENETAPAN KADAR PIPERIN DALAM SIMPLISIA Disusun Oleh : Kelompok 3C Ogy Goesgiantoro (10060309086) Nur’azaniah Rakhmadewi(10060309087) Siska Hotimah (10060309089) Eldi Ali Rakhman (10060309090) Tanggal praktikum : Selasa, 27 Desember 2011 Tanggal laporan : Selasa, 3 Januari 2012 Asisten Kelompok: Gina Dwi Lukasa, S.Farm LABORATORIUM FARMASI UNIT B PROGRAM STUDI FARMASI

Transcript of LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

Page 1: LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI 2

PENETAPAN KADAR PIPERIN DALAM SIMPLISIA

Disusun Oleh :

Kelompok 3C

Ogy Goesgiantoro (10060309086)

Nur’azaniah Rakhmadewi (10060309087)

Siska Hotimah (10060309089)

Eldi Ali Rakhman (10060309090)

Tanggal praktikum : Selasa, 27 Desember 2011

Tanggal laporan : Selasa, 3 Januari 2012

Asisten Kelompok:

Gina Dwi Lukasa, S.Farm

LABORATORIUM FARMASI UNIT B

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2012

Page 2: LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

PENETAPAN KADAR PIPERIN DALAM SIMPLISIA

I. TUJUAN

Mahasiswa dapat mengenal dan memahami prinsip penetapan kadar piperin.

II. TEORI DASAR

2.1 Lada putih

Lada atau merica adalah rempah-rempah berwujud biji-bijian yang

dihasilkan tanaman Piper nigrum L. Lada sangat penting dalam komponen

masakan dunia dan dikenal luas sebagai komoditi perdagangan penting

di dunia. Piperin merupakan suatu senyawa yang sangat bermanfaat dalam

kesehatan. Piperin banyak ditemukan pada simplisia yang termasuk dalam

keluarga piperaceae, yaitu pada Piperis nigrii fructus, Piperis albi fructus, Piperis

retrofracti fructus, dll. Tanaman yang termasuk dalam keluarga piperaceae sangat

banyak ditemukan hampir seluruh dataran rendah di Indonesia, karena tanaman ini

tidak tahan dengan genangan air. Piperis nigri sangatlah mudah ditemukan di

seluruh daerah di Indonesia dengan harga yang relative rendah. Pada umumnya

kandungan piperin dalam piperis nigri sebanyak 1,7- 7,4%.

Lada mengandung minyak atsiri, pinena, kariofilena, lionena, filandrena

alkaloid piperina, kavisina, piperitina, piperidina, zat pahit dan minyak lemak.

Rasa pedas disebabkan oleh resin yang disebut kavisin. Kandungan piperine dapat

merangsang cairan lambung dan air ludah. Selain itu lada bersifat pedas,

menghangatkan dan melancarkan peredaran darah (Septiatin, Eatin, 2008).

2.1.1 Klasifikasi ilmiah

Kerajaan : Plantae

Divisi           : Magnoliophyta

Kelas         : Magnoliophyta

Ordo            : Piperales

Page 3: LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

Famili           : Piperaceae

Genus          : Piper

Spesies          : Piper nigrum L

P. nigrum (lada) menghasilkan lada hitam dan lada putih. Lada hitam yaitu

buah lada yang belum masak dikeringkan bersama kulitnya hingga kulit keriput

dan berwarna hitam. Lada putih yang berasal dari buah lada yang masak yang

setelah diberssihkan dari kulitnya lalu dikeringkan, hingga berwarna putih

(Gembong Tjitrosoepomo, 2000).

Nama lain dari lada adalah pedes (Sunda) dan merica (Jawa). Lada dengan

nama latin; Piper Nigrum, sudah dikenal sebagai penyedap makanan,mengatasi

bau dan rasa makanan yang beraroma tak sedap, serta pengawet daging (Septiatin,

2008).

Ada dua macam lada yang menjadi komoditi perdagangan yaitu lada hitam

dan lada putih. Lada hitam diperoleh dengan memetik buah yang masih

hijau,mengupasnya, difermentasi untuk menambah rasa lada, kemudian

dikeringkan di bawah sinar matahari, dan rasanya lebih pedas. Sedangkan lada

putih diperoleh dengan memetik biji masak merah, diremas perlahan-lahan dan

direndam dalam air, kulit dan daging buah dibuang sebelum dikeringkan di sinar

matahari(Septiatin, 2008).

Gambar 1.  Buah lada putih dan hitam

2.1.2 Ciri-ciri tanaman

Tumbuh tumbuhan berkayu sering kali memanjat dengan menggunakan akar

pelekat, dengan batang dengan berkas pengangkutan penampang melintang

Page 4: LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

tampak tersebar dan tersusun dalam beberapa lingkaran. Daun daun tunggal yang

tersebar dengan atau tanpa daun penumpu. Bunga tersusun dalam bunga majemuk

yang disebut dengan bunga lada. Masing masing kecil tanpa hiasan bunga,

berkelamin tunggal. Biasanya muncul pada saat musim hujan. Buahnya buah batu

atau buah buni, berbentuk bulat berbiji keras dan berkulit lunak (Gembong

Tjitrosoepomo, 2000).

Gambar 2. Gambar tanaman lada

2.1.3 Sifat Lada

Lada memiliki rasa pedas, berbau khas dan aromatik. Rasa pedas dari buah

lada hitam, 90-95% disebabkan oleh adanya komponen trans-piperin yang ada

dalam buah kering kadarnya 2-5% dan terdiri atas senyawa asam amida piperin

dan asam piperinat. Rasa pedas piperin masih ada walaupun diencerkan 1:200000.

Rasa pedas juga disebabkan oleh adanya kavisin yang merupakan isomer basa

piperin. Kandungan lain yang menghasilkan bau aromatic adalah minyak atsiri

dengaan kadar 1-2.5% yang mengandung piperonal, eugenol, safrol, metil

eugenol, dan miristissin. Lada hitam juga mengandung monoterpen dan

seskuiterpen (Wiryowidagdo, Sumaali, 2007)

2.1.4 Khasiat dan Kegunaan

Penggunaan, lada digunakan sebagai stomakik, karminatif, dan bumbu

masak. Khasiat dari buah lada yaitu dapat mengobati kaki bengkak pada ibu

hamil, kolera, nyeri haid, rematik, salesma, air mani yang encer, dan

impoten(septiatin, 2008).

Efek farmakologis lada diantara lain:

Kamfena merangsang timbulnya kejang.

Page 5: LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

Boron meluruhkan haid, merangsang keluarnya hormone androgen dan

estrogen.

Mencegah pengeroposan tulang, menghambat prostaglandin, relaksasi

otot, menghilangkan kelelahan

Merangsang semangat, calamine dan chavicine

Merangsang syaraf pusat calamine.

2.2 Alkaloid

Alkaloid adalah senyawa basa nitrogen, berasal dari tanaman, yang memiliki

aktivitas farmakologi (Tyler et al., 1988) atau senyawa organik siklik yang

mengandung nitrogen pada kondisi oksidasi negatif, yang ditribusinya terbatas

pada makhluk hidup (S. William Pelletier, 1983 dalam Samuelsson, 1999).

Biosintesis alkaloid melibatkan asam amino sebagai precursor diantaranya

Fenil alanin, Triptofan, Lysin, Tirosin, Histidin dan Ornitin.

2.2.1 Sifat Fisiko-Kimia Alkaloid

• Umumnya, tidak larut/sedikit larut dalam air, kecuali bentuk garam yang

terbentuk dengan asam.

• Alkaloid bebas, larut dalam eter, kloroform, pelarut yang relatif non-polar,

membentuk garam alkaloid tidak larut, yang berguna pada proses

pemurnian dan isolasi.

Page 6: LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

• Berasa pahit

• Umumnya, berbentuk kristal padat (diidentifikasi secara mikroskopis)

Berbentuk cair: coniin, nikotin, spartein

• Seperti halnya amina, membentuk garam ganda jika direaksikan dengan

logam berat; Hg, Pt, emas, membentuk endapan yg dapat diidentifikasi

secara mikroskopis.

2.2.2 Efek Farmakologi Secara Umum (Tyler et al.,1988):

• Analgesik dan narkotik (morfin, codein)

• Stimulan SSP (striknin, brusin)

• Midriatik (atropin)

• Miotik (fisostigmin, pilokarpin)

• Meningkatkan tekanan darah (efedrin)

• Menurunkan tekanan darah (reserpin)

2.2.3 Penggolongan alkaloid

Berdasarkan asal mulanya (biogenesis) dan hubungannya dengan asam

amino, alkaloid dibagi menjadi tiga kelas, yaitu:

(1) Truealkaloid,

(2) Proto alkaloid, dan

(3) Pseudo alkaloid.

Ciri-ciri dari ketiga kelas alkaloid adalah sebagai berikut:

1. True alkaloid (alkaloid sejati)Alkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; toksik, perbedaan keaktifan fisiologis

yang besar, basa, biasanya mengandung atom nitrogen di dalam cincin

heterosiklis, turunan asam amino, distribusinya terbatas dan biasanya terbentuk di

dalam tumbuhan sebagai garam dari asam organik. Tetapi ada beberapa alkaloid

Page 7: LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

ini yang tidak bersifat basa, tidak mempunyai cincin heterosiklis dan termasuk

alkaloid kuartener yang lebih condong bersifat asam. Contoh dari alkaloid ini

adalah koridin dan serotonin.

2. Proto alkaloidAlkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; mempunyai struktur amina yang

sederhana, di mana atom nitrogen dari asam aminonya tidak berada di dalam

cincin heterosiklis, biosintesis berasal dari asam amino dan basa, istilah

biologycal amine sering digunakan untuk alkaloid ini. Contoh dari alkaloid ini

adalah meskalina dan efedrina.

3. Pseudo alkaloidAlkaloid jenis ini memiliki ciri-ciri; tidak diturunkan dari asam amino dan

umumnya bersifat basa. Contohnya adalah kafeina

Berdasarkan atom nitrogennya, alkaloid dibedakan atas:

a. Alkaloid dengan atom nitrogen heterosiklik

Dimana atom nitrogen terletak pada cincin karbonnya. Yang termasuk pada

golongan ini adalah :

Alkaloid Piridin-Piperidin

Mempunyai satu cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Yang

termasuk dalam kelas ini adalah : Conium maculatum dari famili Apiaceae

dan Nicotiana tabacum dari famili Solanaceae.

Alkaloid Tropan

Mengandung satu atom nitrogen dengan gugus metilnya (N-CH3).

Alkaloid ini dapat mempengaruhi sistem saraf pusat termasuk yang ada

pada otak maupun sun-sum tulang belakang. Yang termasuk dalam kelas

ini adalah Atropa belladona yang digunakan sebagai tetes mata untuk

melebarkan pupil mata, berasal dari famili Solanaceae, Hyoscyamus niger,

Dubuisia hopwoodii, Datura dan Brugmansia spp, Mandragora

officinarum, Alkaloid Kokain dari Erythroxylum coca (Famili

Erythroxylaceae)

Alkaloid Quinolin

Page 8: LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen. Yang termasuk

disini adalah ; Cinchona ledgeriana dari famili Rubiaceae, alkaloid quinin

yang toxic terhadap Plasmodium vivax.

Alkaloid Isoquinolin

Mempunyai 2 cincin karbon mengandung 1 atom nitrogen. Banyak

ditemukan pada famili Fabaceae termasuk Lupines (Lupinus spp),

Spartium junceum, Cytisus scoparius dan Sophora secondiflora

Alkaloid Indol

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 1 cincin indol . Ditemukan pada

alkaloid ergine dan psilocybin, alkaloid reserpin dari Rauvolfia serpentine,

alkaloid vinblastin dan vinkristin dari Catharanthus roseus famili

Apocynaceae yang sangat efektif pada pengobatan kemoterapy untuk

penyakit Leukimia dan Hodgkin‟s.

Alkaloid Imidazol

Berupa cincin karbon mengandung 2 atom nitrogen. Alkaloid ini

ditemukan pada famili Rutaceae. Contohnya; Jaborandi paragua.

Alkaloid Steroid

Mengandung 2 cincin karbon dengan 1 atom nitrogen dan 1 rangka steroid

yang mengandung 4 cincin karbon. Banyak ditemukan pada famili

Solanaceae, Zigadenus venenosus.

Alkaloid Amina

Golongan ini tidak mengandung N heterosiklik. Banyak yang merupakan

tutrunan sederhana dari feniletilamin dan senyawa-senyawa turunan dari

asam amino fenilalanin atau tirosin, alkaloid ini ditemukan pada tumbuhan

Ephedra sinica (fam Gnetaceae)

Alkaloid Purin

Mempunyai 2 cincin karbon dengan 4 atom nitrogen. Banyak ditemukan

pada kopi (Coffea arabica) famili Rubiaceae, dan Teh (Camellia sinensis)

dari famili Theaceae, Ilex paraguaricasis dari famili Aquifoliaceae,

Paullunia cupana dari famili Sapindaceae, Cola nitida dari famili

Sterculiaceae dan Theobroma cacao.

Page 9: LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

b. Alkaloid tanpa atom nitrogen yang heterosilik

Dimana, atom nitrogen tidak terletak pada cincin karbon tetapi pada salah satu

atom karbon pada rantai samping.

Alkaloid Efedrin (alkaloid amine)

Mengandung 1 atau lebih cincin karbon dengan atom Nitrogen pada salah

satu atom karbon pada rantai samping. Termasuk Mescalin dari

Lophophora williamsii, Trichocereus pachanoi, Sophora secundiflora,

Agave americana, Agave atrovirens, Ephedra sinica, Cholchicum

autumnale.

Alkaloid Capsaicin

Dari Chile peppers, genus Capsicum. Yaitu ; Capsicum pubescens,

Capsicum baccatum, Capsicum annuum, Capsicum frutescens, Capsicum

chinense.

2.3 Piperin

Gambar 3. Struktur senyawa piperin

2.3.1 Sifat senyawa

Senyawa amida (piperin) berupa kristal berbentuk jarum, berwarna kuning,

tidak berbau, tidak berasa, lama-kelamaan pedas. Larut dalam etanol, asam cuka,

benzen, dan kloroform. Senyawa ini termasuk senyawa alkaloid golongan piridin.

2.3.2 Khasiat dan kegunaan

Piperin mempunyai daya hambat enzim prostaglandin sintase sehingga

bersifat antiflogistik. Piperin juga berkhasiat sebagai antioksidan, antidiare,

Page 10: LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

insektisida. Sebagai antiinflamasi, antinociceptive (hadyherbs.wordpress.com/

2011/12/26/piperin-dari-buah-lada.html).

2.4 Spektrofotometri Uv-vis

Gambar 4. Spektrofotometri Uv-Vis

Spektrofotometri serapan (meliputi spektro UV-VIS, IR, dan serapan atom)

merupakan pengukuran suatu interaksi antara radiasi elektromagnetik dengan

molekul atau atom dari suatu zat kimia. Molekul selalu mengabsorbsi radiasi

elektromagnetik jika frekuensi radiasi ini sama dengan frekuensi getaran molekul

tersebut. Elektron yang terikat maupun tidak terikat akan tereksitasi pada suatu

daerah frekuensi, yang sesuai dengan radiasi UV/VIS.

Bagian molekul yang mengabsorbsi dalam daerah UV-VIS dinyatakan

sebagai kromofor. Suatu molekul dapat mempunyai beberapa kromofor. Untuk

berbagai bahan farmasi, pengukuran spektrum dalam daerah UV dan visible dapat

dilakukan dengan ketelitian dan kepekaan yang lebih baik daripada dalam daerah

IR-dekat dan IR. Panjang gelombang daerah spektrum UV adalah 190-380 nm,

sedangkan spektrum visible adalh 380-780 nm. Spektrofotometer yang sesuai

untuk pengukuran di daerah spektrum UV-VIS terdiri dari suatu sistem optik

dengan kemampuan menghasilkan cahaya monokromatik dalam jangkauan 200-

800 nm dan suatu alat yang sesuai untuk menetapkan serapan.

Spektrum UV-VIS dari suatu zat umumnya tidak mempunyai derajat

spesifikasi yang tinggi. Walaupun demikian, spektrum tersebut sesuai untuk

pemeriksaan kuantitatif dan untuk berbagai zat spektrum tersebut bermanfaat

Page 11: LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

sebagai tambahan pada identifikasi. Penggunaan kualitatif sangat terbatas karena

rentang daerah radiasi yang relatif sempit (500 nm) hanya dapat mengakomodasi

sedikit sekali puncak absorpsi maksimum dan minimum, karena itu identifikasi

senyawa yang tidak diketahui tidak memungkinkan (storiku. wordpress.com/

2010/07/02/spektrofotometri-uv-vis/).

Suatu senyawa dapat dianalisis dengan spektrofotometer UV-Vis jika

mempunyai kromofor pada strukturnya, seperti :

1. Ikatan rangkap terkonjugasi : dua ikatan rangkap terkonjugasi memberikan

suatu kromofor, seperti dalam butadien akan mengabsorbsi pada 217 nm.

Panjang gelombang serapan maksimum (λmaks) dan koefisien ekstingsi

molar (e) akan bertambah dengan bertambahnya jumlah ikatan rangkap

terkonjugasi.

2. Senyawa aromatik : cincin aromatik mengabsorbsi dalam daerah radiasi

UV. Misal : benzen menunjukkan serapan pada panjang gelombang sekitar

255 nm, begitu juga asam asetil salisilat.

3. Gugus karbonil

4. Auksokrom : gugus auksokrom mempunyai pasangan elektron bebas, yang

disebabkan oleh terjadinya mesomeri kromofor. Yang termasuk dalam

gugus auksokrom ini adalah subtituen seperti –OH, -NH2, -NHR, dan –

NR2. Gugus ini akan memperlebar sistem kromofor dan menggeser

absorbsi maksimum

5. Gugus aromatic

2.4.1 Prinsip kerja

Radiasi polikromatis dipancarkan dari sumber radiasi melewati

monokromator sehingga diperoleh radiasi monokromatis. Radiasi monokromatis

diteruskan ke kuvet yang berisi larutan/pelarut yang akan dianalisis. Radiasi

tersebut akan dipantulkan, diabsorbsi dan ditransmisikan.

Page 12: LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

Jika Io adalah intensitas radiasi yang dipancarkan dan I adalah intensitas

radiasi setelah melewati larutan maka Io-I adalah intensitas radiasi yang

diabsorbsi oleh larutan. Nilai absorban (A) adalah sebagai berikut :

A = log Io/I, menurut hukum Lambert-Beer : A = a b C

Dimana : A=absorban; a=absorptivitas; b=lebar medium (cm); C=konsentrasi senyawa yang menyerap radiasi.

Jika C = molar, maka A = e = absorptivitas molar (L mol-1cm-1)

Jika C = g/L, maka A = a = absorptivitas (L g-1cm-1)

Jika C = % (b/v, g/100mL), maka A = A1% 1cm = absorptivitas jenis

III. ALAT DAN BAHAN

ALAT

Labu Erlenmeyer 250 ml

Labu takar10 dan 25 ml

Gelas ukur

Spektrofotometer UV-Vis

Kertas saring

Bahan

Methanol

Serbuk simplisia : Lada Putih, Lada Hitam, Cabe jawa.

IV. PROSEDUR

Page 13: LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

Sebanyak 200 mg serbuk simplisia dilarutkan dalam 25 ml methanol

menggunakan labu takar, diaduk atau dikocok selama 30 menit.

Disaring, 10 ml filtrate pertama dibuang, kemudian diambil 2 ml filtrate

berikutnya dan diencerkann hingga 10 ml dengan methanol.

Diukur absorbansinya pada 345 nm.

Dibuat pengenceran seperlunya apabila absorbansi yang diperoleh terlalu

tinggi.

Digunakan methanol sebagai blangko.

Digunakan pembanding 10 mg isolate piperin sebagai pembanding.

Kadar piperin dihitung dengan membandingkan absorbansi larutan sampel

dan larutan pembanding, menggunakan rumus sebagai berikut :

Cs = AsAp

x Cp

Keterangan : Cs = konsentrasi larutan sampel

Cp = konsentrasi larutan pembanding

As = absorbansi larutan sampel

Ap = absorbansi larutan pembanding

V. DATA PENGAMATAN DAN PERHITUNGAN

Pembanding : Piperin murni

Berat piperin : 10 mg

Diencerkan dengan methanol ad 100 ml ( konsentrsi 100 ppm)

Larutan piperin 100 ppm diencerkan menjadi 2 ppm:

0,2 ml dari larutan 100 ppm dipipet, diencerkan dengan methanol

ad 10 ml.

Diukur absorbansinya pada λ = 342 nm.

Abs piperin = 0,349

Konsentrasi = 2 ppm ( 0,002 mg/ml)

Page 14: LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

Kelompok 1C

Nama simplisia : Lada Hitam

Nama latin simplisia : Piperis Nigri Fructus

Nama latin tumbuhan : Piper nigrum

Berat simplisia 1 : 200 mg

Berat simplisia 2 : 200 mg

Pengamatan :

λ = 342 nm

sampel 1 (0,5 ml filtrat dalam 50 ml methanol), Abs = 0,430

sampel 2 (0,5 ml filtrat dalam 50 ml methanol), Abs = 0,635

Kelompok 2C

Nama simplisia : Lada Hitam

Nama latin simplisia : Piperis Nigri Fructus

Nama latin tumbuhan : Piper nigrum

Berat simplisia 1 : 200 mg

Berat simplisia 2 : 200 mg

Pengamatan :

λ = 342 nm

sampel 1 (0,5 ml filtrat dalam 50 ml methanol), Abs = 0,469

sampel 2 (0,5 ml filtrat dalam 50 ml methanol), Abs = 0,512

Kelompok 3C

Nama simplisia : Lada putih

Nama latin simplisia : Piperis Albi Fructus

Nama latin tumbuhan : Piper nigrum

Berat simplisia 1 : 200,5 mg

Berat simplisia 2 : 200,9 mg

Pengamatan :

λ = 342 nm

sampel 1 (0,5 ml filtrat dalam 50 ml methanol), Abs = 0,516

Page 15: LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

sampel 2 (0,5 ml filtrat dalam 50 ml methanol), Abs = 0,207

Kelompok 4C

Nama simplisia : Lada putih

Nama latin simplisia : Piperis Albi Fructus

Nama latin tumbuhan : Piper nigrum

Berat simplisia 1 : 200 mg

Berat simplisia 2 : 200 mg

Pengamatan :

λ = 342 nm

sampel 1 (0,5 ml filtrat dalam 50 ml methanol), Abs = 0,527

sampel 2 (0,5 ml filtrat dalam 50 ml methanol), Abs = 0,534

Kelompok 5C

Nama simplisia : Cabe jawa

Nama latin simplisia : Retrofracti Fructus

Nama latin tumbuhan : Piper retrofracti

Berat simplisia 1 : 208,6 mg

Berat simplisia 2 : 209,6 mg

Pengamatan :

λ = 342 nm

sampel 1 (0,5 ml filtrat dalam 50 ml methanol), Abs = 0,327

sampel 2 (0,5 ml filtrat dalam 50 ml methanol), Abs = 0,377

Kelompok 6C

Nama simplisia : Cabe jawa

Nama latin simplisia : Retrofracti Fructus

Nama latin tumbuhan : Piper retrofracti

Berat simplisia 1 : 206,6 mg

Berat simplisia 2 : 203,3 mg

Pengamatan :

Page 16: LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

λ = 342 nm

sampel 1 (0,5 ml filtrat dalam 50 ml methanol), Abs = 0,425

sampel 2 (0,5 ml filtrat dalam 50 ml methanol), Abs = 0,412

Perhitungan :

Cs = AsAp

x Cp

Kelompok 1C

Sampel 1 :

Cs1 = 0,4300,349

x 0,002 mg/ml = 0,00246 mg/ml

Larutan 1 = 0,00246 mg/ml x 50 ml = 0,123 mg

Piperin = 0,123 mg x 25 ml = 3,075 mg

Kadar 1 = 3,075 mg200 mg

x 100 % = 1,537 % b/b

Sampel 2 :

Cs2 = 0,6350,349

x 0,002 mg/ml = 0,00364 mg/ml

Larutan 2 = 0,00364 mg/ml x 50 ml = 0,182 mg

Piperin = 0,182 mg x 25 ml = 4,55 mg

Kadar 2 = 4,55 mg200 mg

x 100 % = 2,275 % b/b

Rata-rata kadar = 1,537 %+2,275 %

2 = 1,906 % b/b

Kelompok 2C

Sampel 1 :

Cs1 = 0,4690,349

x 0,002 mg/ml = 0,00269 mg/ml

Larutan 1 = 0,00269 mg/ml x 50 ml = 0,1345 mg

Piperin = 0,1345 mg x 25 ml = 3,362 mg

Page 17: LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

Kadar 1 = 3,362mg200 mg

x 100 % = 1,681 % b/b

Sampel 2 :

Cs2 = 0,5120,349

x 0,002 mg/ml = 0,00293 mg/ml

Larutan 2 = 0,00293 mg/ml x 50 ml = 0,1465 mg

Piperin = 0,1465 mg x 25 ml = 3,66 mg

Kadar 2 = 3,66 mg200 mg

x 100 % = 1,83 % b/b

Rata-rata kadar = 1,681%+1,83 %

2 = 1,75 % b/b

Kelompok 3C

Sampel 1 :

Cs1 = 0,5160,349

x 0,002 mg/ml = 0,00297 mg/ml

Larutan 1 = 0,00297 mg/ml x 50 ml = 0,148 mg

Piperin = 0,148 mg x 25 ml = 3,7 mg

Kadar 1 = 3,7 mg

200,5 mg x 100 % = 1,845 % b/b

Sampel 2 :

Cs2 = 0,2070,349

x 0,002 mg/ml = 0,001186 mg/ml

Larutan 2 = 0,001186 mg/ml x 50 ml = 0,0593 mg

Piperin = 0,0593 mg x 25 ml = 1,483 mg

Kadar 2 = 1,483 mg200,9 mg

x 100 % = 0,738 % b/b

Rata-rata kadar = 1,845 %+0,738 %

2 = 1,292 % b/b

Kelompok 4C

Sampel 1 :

Page 18: LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

Cs1 = 0,5270,349

x 0,002 mg/ml = 0,00302 mg/ml

Larutan 1 = 0,00302 mg/ml x 50 ml = 0,151 mg

Piperin = 0,151 mg x 25 ml = 3,775 mg

Kadar 1 = 3,775 mg200 mg

x 100 % = 1,887 % b/b

Sampel 2 :

Cs2 = 0,5340,349

x 0,002 mg/ml = 0,00306 mg/ml

Larutan 2 = 0,00306 mg/ml x 50 ml = 0,153 mg

Piperin = 0,153 mg x 25 ml = 3,82 mg

Kadar 2 = 3,28 mg200 mg

x 100 % = 1,91 b/b

Rata-rata kadar = 1,887+1,91

2 = 1,898 % b/b

Kelompok 5C

Sampel 1 :

Cs1 = 0,3270,349

x 0,002 mg/ml = 0,00187 mg/ml

Larutan 1 = 0,00187 mg/ml x 50 ml = 0,0935 mg

Piperin = 0,0935 mg x 25 ml = 2,3375 mg

Kadar 1 = 2,3375 mg208,6 mg

x 100 % = 1,12 % b/b

Sampel 2 :

Cs2 = 0,3770,349

x 0,002 mg/ml = 0,00216 mg/ml

Larutan 2 = 0,00216 mg/ml x 50 ml = 0,108 mg

Piperin = 0,108 mg x 25 ml = 2,7 mg

Kadar 2 = 2,7 mg

209,6 mg x 100 % = 1,28 % b/b

Rata-rata kadar = 1,12+1,28

2 = 1,2 % b/b

Page 19: LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

Kelompok 6C

Sampel 1 :

Cs1 = 0,4250,349

x 0,002 mg/ml = 0,00243 mg/ml

Larutan 1 = 0,00243 mg/ml x 50 ml = 0,121 mg

Piperin = 0,121 mg x 25 ml = 3,025 mg

Kadar 1 = 3,025 mg206,6 mg

x 100 % = 1,46 % b/b

Sampel 2 :

Cs2 = 0,4120,349

x 0,002 mg/ml = 0,00236 mg/ml

Larutan 2 = 0,00236 mg/ml x 50 ml = 0,118 mg

Piperin = 0,118 mg x 25 ml = 2,95 mg

Kadar 2 = 2,95 mg

203,3 mg x 100 % = 1,45 % b/b

Rata-rata kadar = 1,46+1,45

2 = 1,455 % b/b

Tabel 1. Tabel kadar piperin

Kelompok Simplisia Konsentrasi rata2(Cs) Kadar piperin

1C Lada hitam 0,00305 mg/ml 1,906 % b/b

2C Lada hitam 0,00281 mg/ml 1,75 % b/b

3C Lada putih 0,002078 mg/ml 1,292 % b/b

4C Lada putih 0,00304 mg/ml 1,898 % b/b

5C Cabe jawa 0,002015 mg/ml 1,2 % b/b

6C Cabe jawa 0,002395 mg/ml 1,455 % b/b

Page 20: LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

0 1 2 3 4 5 6 70

0.0005

0.001

0.0015

0.002

0.0025

0.003

0.0035

Grafik Konsentrasi Piperin

Grafik Konsentrasi Piperin

kelompok

Kons

entr

asi (

mg/

ml)

VI. PEMBAHASAN

Simplisia dapat digunakan untuk pengobatan bila simplisia tersebut

memiliki zat aktif berkhasit. Misalnya saja pada lada putih, salah satu kandungan

senyawa aktifnya adalah piperin. Piperin juga merupakan kandungan utama dari

beberapa genus Piper, misalnya Piper nigrum, Piper cubeba, dan Piper

retrofractum. Piperin sering digunakan pada obat tradisional dan juga digunakan

sebagai insektisida. Piperin juga berkhasiat sebagai antioksidan, antidiare

(Septiatin, 2008).

Pada percobaan ini dilakukan penetapan kadar piperin dalam simplisia,

piperin yang diukur kadarnya adalah piperin dari simplisia lada putih. Awalnya

simplisia dilarutkan dalam metanol, metanol digunakan agar simplisia mudah

larut. Terutama piperin yang terkandung dalam simplisia tersebut, karena piperin

sedikit larut dalam air dan lebih larut dalam alkohol (metanol). Lalu diaduk atau

dikocok agar interaksi yang terjadi antara simplisia dan metanol lebih banyak

yang terjadi sehingga piperin akan lebih banyak terekstraksi oleh pelarut. Setelah

itu larutan disaring dan filtrat diencerkan dengan metanol. Lalu filtrat yang sudah

diencerkan lalu diukur absorbansinya untuk dapat diketahui kadarnya.

Page 21: LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

Penentuan kadar piperin dilakukan dengan menggunakan alat

spektrofotometer uv-vis. Kadar piperin dapat ditentukan dengan alat

spektrofotometer uv-vis karena dari struktunya piperin memiliki gugus kromofor

(ikatan rangkap terkonjugasi) yang dapat dibaca oleh alat tersebut.

Filtrat yang sudah diencerkan diukur absorbansinya pada 342 nm, sebab

secara kimia spektum ultraviolet piperin meninjukan adanya kespesifikan dalam

bentuk pita dan panjang gelombangnya, yaitu panjang gelombang maksimumnya

pada 345 nm.

Sebelumnya metanol digunakan sebagai blanko sebab pelarut yang

digunakan untuk melarutkan piperin adalah metanol. Metanol juga digunakan

sebagai blanko karena kemungkinan akan terbaca juga oleh alat bila metanol

tersebut tidak dinolkan.

Pembanding yang digunakan adalah piperin murni yang sudah diisolasi.

Penggunaan piperin murni tersebut selain untuk pembanding juga untuk optimasi

panjang gelombang. Setelah didapatkan absorbansi dari piperin murni lalu

dibandingkan dengan absorbansi larutan sampel, setelah itu akan didapat

konsentrasi sampel. Dari percobaan absorbansi yang didapatkan adalah 0,516 dari

larutan 1 (dikocok pada labu ukur) dan 0,207 dari larutan 2 (dikocok pada beacker

glass), dan didapatkan kadar piperin dari lada putih yaitu 1,292 % b/b. Dari hasil

yang didapatkan absorbansinya jauh berbeda, absorbansi pada larutan 1 yang

dikocok dengan menggunakan labu ukur lebih besar dibandingkan dengan beacker

glass. Pengocokan sangat mempengaruhi terhadap hasil absorbansi yang

didapatkan, karena pada labu ukur interaksi antara simplisia dan pelarut lebih

banyak dibandingkan pada beacker glass, jadi absorbansinya lebih besar.

Hal lain yang mempengaruhi nilai absorbansi adalah alat, suhu, orang yang

melakukan prosedur (keakuratan). Hal tersebut sangat berpengaruh, oleh karena

itu nilai absorbansinya berbeda.

Selain itu didapatkan data sebagai berikut:

Tabel kadar piperin

Kelompok Simplisia Konsentrasi (Cs) Kadar piperin

Page 22: LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

1C Lada hitam 0,00305 mg/ml 1,906 % b/b

2C Lada hitam 0,00281 mg/ml 1,75 % b/b

3C Lada putih 0,002078 mg/ml 1,292 % b/b

4C Lada putih 0,00304 mg/ml 1,898 % b/b

5C Cabe jawa 0,002015 mg/ml 1,2 % b/bs

6C Cabe jawa 0,002395 mg/ml 1,455 % b/b

Dari data tersebut, hasil yang didapatkan dari masing-masing kelompok

berbeda, walaupun simplisia yang digunakan sama. Contohnya lada putih pada

kelompok kami (3C) kadarnya berbeda dari kelompok 4C. Kadar piperin lada

putih pada kelompok 4C lebih besar dibandingkan dengan kadar pada 3C, hal ini

mugkin dipengaruhi oleh perlakuan yang dilakukan terhadap sampel. Contohnya

saja proses pengocokan, mingkin proses pengocokan yang dilakukan pada

kelompok 3C tidak terlalu kuat sehingga metanol yang berinteraksi dengan

simplisianya tidak terlalu banyak.

Dari data yang didapatkan dapat dibuat grafik seperi berikut:

0 1 2 3 4 5 6 70

0.00050.001

0.00150.002

0.00250.003

0.0035

Grafik Konsentrasi Piperin

Grafik Konsentrasi Piperin

kelompok

Kons

entr

asi (

mg/

ml)

Dari grafik tersebut konsentrasi piperin yang paling tinggi adalah lada hitam

(kelompok 1C), lalu lada putih (kelompok 4C) dan lada hitam (kelompok 2C).

Walaupun 2 kelompok simplisia yang diujinya sama tetapi konsentrasi berbeda.

Page 23: LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

Hal ini mungkin saja dipengaruhi oleh alat, suhu, orang yang melakukan prosedur

(keakuratan). Hal tersebut sangat berpengaruh pada nilai absorbansi sehingga

konsentrasinya berbeda.

Kadar rata-rata piperin dari tiap simplisia :

Simplisia Cs 1 (mg/ml) Cs 2 (mg/ml) Cs rata-rata (mg/ml)

Lada hitam 0,00305 0,00281 0,00293

Lada putih 0,002078 0,00304 0,002559

Cabe jawa 0,002015 0,002095 0,002205

Dari kadar rata-rata yang diperoleh dari masing-masing simplisia didapat grafik:

0.5 1 1.5 2 2.5 3 3.50

0.00050.001

0.00150.002

0.00250.003

0.0035

Grafik Konsentrasi rata-rata Piperin

Grafik Konsentrasi rata-rata Piperin

simplisia

Kons

entr

asi

Keterangan : 1 = simplisia lada hitam

2 = simplisia lada putih

3 = cabe jawa

Dari grafik tersebut konsentrasi piperin yang paling tinggi adalah lada hitam

lalu lada putih, dan yang paling rendah adalah cabe jawa. Hal ini sesuai dengan

literature yang ada.

VII.KESIMPULAN

Page 24: LAPORAN FARMAKOGNOSI 2 PIPERIN

Penetapan kadar piperin dengan cara analisis kuantitatf dapat dilakukan

dengan menggunakan spektrofotometer uv-vis.

Penetapan kadar piperin dengan menggunakan spektrofotometer uv-vis

dapat dilakukan karena piperin mempunyai ikatan rangkap terkonjugasi

pada strukturnya.

Absorbansi diukur pada 342 nm.

Pembanding yang digunakan adalah piperin murni.

Kadar piperin dari lada putih (kelompok 3C) yang diperoleh adalah

1,292% b/b.

DAFTAR PUSTAKA

Septiatin, Eatin. 2008. Apotek Hidup dari Rempah-Rempah, Tanaman Hias,

dan Tanaman Liar. CV Yrama Widya, Bandung.

Gembong Tjitrosoepomo. 2000. Taksonomi Tumbuhan (Spermatophyta). UGM

Press, Yogyakarta.

Wiryowidagdo, Sumaali, Prof. 2007. Kimia dan Farmakologi Bahan Alam.

Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Tyler, V.E., L.R. Brady, J.E. Robbers, 1988, Pharmacognosy, 9 Ed,

Lea&Febiger, Philadelphia

Samuelsson, G.,1999, Drugs of Natural Origin, A Textbook of Pharmacognosy,

Fourth revised edition, Apotekarsocieteten-Swedish Pharmaceutical Press,

Stockholm.

hadyherbs.wordpress.com/2011/12/26/piperin-dari-buah-lada.html diakses

pada tanggal 29 Desember 2011

storiku.wordpress.com/2010/07/02/spektrofotometri-uv-vis.html diakses pada

tanggal 29 Desember 2011