Laporan F5.3 Puskesmas Rabies

5
LAPORAN KEGIATAN DOKTER INTERNSHIP PUSKESMAS ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG PERIODE OKTOBER 2014-JANUARI 2015 UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (F5.3) DETEKSI DAN PENCEGAHAN KASUS RABIES A. Latar Belakang Permasalahan atau Kasus Rabies adalah penyakit menular yang akut dari susunan syaraf pusat yang dapat menyerang hewan berdarah panas dan manusia yang disebabkan oleh virus rabies. Bahaya rabies berupa kematian gangguan ketentraman hidup masyarakat. Hewan seperti anjing, kucing dan kera yang menderita rabies akan menjadi ganas dan biasanya cenderung menyerang atau menggigit manusia. Penderita rabies sekali gejala klinis timbul biasanya diakhiri dengan kematian. Terhadap bahaya rabies termaksud diatas akan mengakibatkan timbulnya rasa cemas atau rasa takut baik terhadap orang yang digigit maupun masyarakat pada umumnya. Pada hewan yang menderita penyakit ini biasanya ditemukan virus dengan konsentrasi tinggi pada air

description

Laporan internship

Transcript of Laporan F5.3 Puskesmas Rabies

LAPORAN KEGIATAN DOKTER INTERNSHIP PUSKESMAS ANGGERAJAKABUPATEN ENREKANGPERIODE OKTOBER 2014-JANUARI 2015

UPAYA PROMOSI KESEHATAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT(F5.3)DETEKSI DAN PENCEGAHAN KASUS RABIES

A. Latar Belakang Permasalahan atau KasusRabies adalah penyakit menular yang akut dari susunan syaraf pusat yang dapat menyerang hewan berdarah panas dan manusia yang disebabkan oleh virus rabies. Bahaya rabies berupa kematian gangguan ketentraman hidup masyarakat. Hewan seperti anjing, kucing dan kera yang menderita rabies akan menjadi ganas dan biasanya cenderung menyerang atau menggigit manusia. Penderita rabies sekali gejala klinis timbul biasanya diakhiri dengan kematian. Terhadap bahaya rabies termaksud diatas akan mengakibatkan timbulnya rasa cemas atau rasa takut baik terhadap orang yang digigit maupun masyarakat pada umumnya. Pada hewan yang menderita penyakit ini biasanya ditemukan virus dengan konsentrasi tinggi pada air ludahnya, oleh karena itu penularan umumnya melalui suatu luka gigitan. Infeksi rabies pada hewan ditandai dengan mencari tempat yang dingin diikuti dengan sikap curiga dan menyerang apa saja yang ada disekitarnya, hipersalivasi, paralisa dan mati. Sedangkan gejala rabies pada manusia yang menyolok berupa rasa takut air (hydrophobia) dan gejala-gejala encephalitis. Pencegahan rabies pada hewan adalah tanggung jawab Dinas Peternakan dan dalam pelaksanaannya akan bekerjasama dengan semua instansi. Agar pencegahan dan pemberantasan lebih efektif, maka disusun pedoman khusus berlandaskan pada surat keputusan bersama antara menteri Kesehatan, Menteri pertanian dan Menteri Dalam Negeri tentang pencegahan dan penanggulangan rabies. Oleh karena itu pencegahan rabies terutama agar tidak menginfeksi manusia menjadi salah satu tugas paramedis yang utama dalam mengurangi mortalitas akibat rabies. Adapun aturan atau tindakan yang dilakukan terhadap orang yang digigit atau dijilat hewan yang menderita rabies antara lain. 1. Apabila terdapat informasi ada orang yang digigit anjing atan dijilat oleh hewan yang tersangka rabies harus segera ke Puskesmas terdekat guna mendapatkan perawatan luka akibat gigitan. 2. Apabila dianggap perlu orang yang digigit atau dijilat hewan yang tersangka rabies harus segera dikirim ke Unit Kesehatan yang mempunyai fasilitas pengobatan anti rabies. 3. Apabila hewan yang dimkasud ternyata menderita rabies berdasarkan pemeriksaan klinis maupun laboratories dari Dinas Peternakan, maka orang digigit atau dijilat harus segera mendapat pengobatan khusus di unit Kesehatan yang mempunyai fasilitas pengobatan anti rabies. 4. Apabila hewan yang menggigit itu tidak dapat ditangkap, atau tidak dapat diobservasi atau spesimen tidak dapat diperiksa karena rusak, maka orang digigit atan dijilat tersebut harus segera dikirim ke unit Kesehatan yang mempunyai fasilitas anti rabies.

B. Permasalahan di Keluarga, Masyarakat dan Kasus.Ditemukan 3 kasus gigitan anjing yang terjadi pada bulan januari 2015 pada wilayah puskesmas Kalosi yang menjadi puskesmas luar wilayah kerja dokter intership dengan karakterstik serangan pada dini hari dan menyerang ekstremitas bawah. Setelah investigasi ditemukan total 55 kasus gigitan yang sama dalam 2 minggu terakhir namun belum ditemukan anjing yang diduga menderita rabies

C.Intervensi dan PelaksanaanSesuai dengan aturan yang telah ada maka semua orang yang telah mendapat gigitan melapor untuk mendapatkan perawatan luka akibat gigitan. Sepanjang 2 minggu dokter Internship melaporkan 55 kasus kejadian gigitan anjing namun tidak khas rabies (karena anjing tidak menyerang bagian atas tubuh). Perawatan luka dilakukan sesuai standar disinfeksi terutama untuk mencegah terjadinya infeksi. Jenis luka berupa luka tusuk semuanya terjadi pada ekstremitas bawah dengan luka tertinggi hanya terjadi pada regio femur. Luka terkontaminasi namun tidak dalam dan tidak menimbulkan laserasi hebat. Perawatan luka dilakukan bersama dengan pemberian antibiotik profilaksis dan perujukan kasus dilakukan ke dinas kesehatan untuk mendapatkan vaksin anti rabies.

D. Monitoring dan EvaluasiWalaupun secara klinis semua pasien tidak menunjukkan adanya gejala rabies nyata maupun tersembunyi (paralise ekstremitas) diagnosis rabies masih mungkin untuk ditegakkan. Proses surveilans yang aktif dan dilakukan segera dapat mencegah dan menurunkan angka kesakitan akibat gigitan hewan liar.

Enrekang 31 Januari 2015

Peserta InternshipPendamping

dr Bumi Zulheri Herman dr Johan