Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

57
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA “Sediaan Emulsi Oleum Maydis” Kelompok 7 Disusun oleh: Almira Wedyagustiffany P17335114045 Dibimbing oleh : Patihul Husni, M.Si., Apt.

description

laporan

Transcript of Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

Page 1: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

LAPORAN PRAKTIKUM

TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA DAN SEMISOLIDA

“Sediaan Emulsi Oleum Maydis”

Kelompok 7

Disusun oleh:

Almira Wedyagustiffany

P17335114045

Dibimbing oleh :

Patihul Husni, M.Si., Apt.

POLTEKKES KEMENKES BANDUNG

JURUSAN FARMASI

Page 2: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

SEDIAAN EMULSI OLEUM MAYDIS

I. TUJUAN PERCOBAAN

Mampu membuat dan mengevaluasi sediaan emulsi oleum maydis

II. LATAR BELAKANG

Dalam bidang industri farmasi, perkembangan teknologi farmasi sangat

berperan aktif dalam peningkatan kualitas produksi obat-obatan. Hal ini banyak

ditunjukkan dengan banyaknya sediaan obat yang disesuaikan dengan karakteristik

dari zat aktif obat, kondisi pasien dan peningkatan kualitas obat dengan

meminimalkan efek samping obat tanpa harus mengurangi atau mengganggu dari efek

farmakologis zat aktif obat ( Oputu, A, dkk., 2013).

Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam

cairan yang .lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase

terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak

dalam air. Sebaliknya, jika air atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan

minyak atau bahan seperti minyak merupakan fase pembawa, sistem ini disebut

emulsiair dalam minyak, (Depkes, 1995).

Praktikum ini dilakukan agar praktikan dapat membuat sediaan emulsi dengan

membuat formula yang sesuai antara zat aktif dan zat tambahan serta dapat

mengevaluasi sediaan tersebut. Sediaan yang dibuat adalah emulsi oleum maydis

karena zat aktif (oleum maydis) merupakan minyak mineral yang tidak larut dalam air

dan etanol. Sediaan emulsi lebih mudah ditelan dan diabsorpsi daripada bentuk tablet

sehingga mengurangi resiko iritasi pada lambung oleh zat-zat iritan.

Oleum maydis memiliki efek farmakologi sebagai penurun kadar kolestrol pada

tubuh dan suplemen yang diperlukan untuk fungsi otak yang sehat, kulit, pertumbuhan

rambut, kepadatan tulang dan kesehatan reproduksi. Sediaan emulsi ini ditujukan

sebagai suplemen untuk dikonsumsi oleh anak. Oleum maydis mengandung asam

linoleat alpha yang berperan dalam proses tumbuh kembang sel-sel neuron untuk

bekal kecerdasan pada anak, (Anonim, 2009).

Page 3: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

III. TINJAUAN PUSTAKA

1. Bahan aktif

Zat aktif Oleum Maydis

Struktur Tidak ditemukan (Martindale dan Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed)

Rumus

molekul

Tidak ditemukan (Martindale dan Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed)

Titik lebur -180 sampai -1080C.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 199)

Pemerian Jernih, kuning atau kuning minyak, rasa manis, memiliki bau khas.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 199)

Kelarutan Larut dalam benzene, kloroform, diklorometana, eter, heksana, dan

petroleum eter, praktis tidak larut di etanol 95% dan air.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 199)

Stabilitas Panas : Harus dihindari dari paparan panas yang berlebihan.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 199)

Cahaya : Tidak tahan cahaya, harus disimpan pada tempat tertutup

rapat, tahan cahaya di tempat sejuk.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 199)

pH : 2.0 – 6.0

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 199)

Inkompabilita

s

Fotooksidasi minyak jagung peka dengan kosmetik dan sampel dari

titanium oksida dilapisi dan zink oksida.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 199)

Keterangan

lain

Sebagai pelarut.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 199)

Penyimpanan Disimpan di tempat tertutup pada temperature tidak lebih dari 400. Terhindar dari cahaya. (Martindale, hlm 1955)

Kadar

penggunaan

Tidak ditemukan (Martindale dan Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed)

Page 4: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

2. Zat tambahan

a. Sukrosa

Zat Sukrosa

Sinonim Beet sugar; cane sugar; a-D-glucopyranosyl-b-D-fructofuranoside; refined sugar; saccharose; saccharum; sugar. (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th, hlm 703)

Struktur

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 703)

Rumus molekul C12H22O11

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 703)

Titik lebur 160–1860C (dengan dekomposisi)

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 704)

Pemerian Sukrosa adalah gula yang didapat dari tebu, sugarbeet dll. Tidak

mengandung bahan tambahan lain. Kristal tidak berwarna,

berbentuk bongkahan, atau serbuk kristal putih. Tidak berbau dan

berasa manis.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 704)

Kelarutan Dengan kloroform praktis tidak larut, dengan etanol 1:400, etanol

95% 1:170, propan-2-ol 1:0.5, air 1:0.5 dan 1:0.2 di suhu 1000C

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 704)

Stabilita Stabil pada suhu kamar, berubah menjadi karamel ketika

dipanaskan di atas suhu 1600C

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 704)

Inkompabilitas Serbuk sukrosa mungkin terkontaminasi oleh yang dapat

menimbulkan inkompabilitas dengan bahan aktif, sukrosa juga

mungkin terkontaminasi oleh sulfit dari proses penyulingan

sukrosa mungkin menyerang/memecahkan tutup alumunium.

Page 5: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 706)

Keterangan lain Kegunaan sukrosa sebagai pengikat untuk granulasi basah, bahan

penyalut untuk tablet, bahan perasa untuk meningkatkan rasa

atau untuk meningkatkan kekentalan

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 703-704)

b. Na CMC

Zat Na CMC

Sinonim Akucell; Aqualon CMC; Aquasorb; Blanose; Carbose D; carmellosum natricum; Cel-O-Brandt; cellulose gum; Cethylose; CMC sodium; E466; Finnfix; Glykocellan; Nymcel ZSB; SCMC; sodium carboxymethylcellulose; sodium cellulose glycolate; Sunrose; Tylose CB; Tylose MGA; Walocel C; Xylo-Mucine.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 119)Struktur

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 119)

Rumus molekul USP mendeskripsikan sodium karboksimetilselulosa merupakan

garam sodium yang berasal dari sebuah polikarboksimetil eter

selulosa.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 119)

Titik lebur 2270C - 2520C. (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 119)

Pemerian Putih, hampir putih, tidak berbau, tidak berasa, serbuk granul.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 119)

Kelarutan Praktis tidak larut dalam aseton, etanol 95%, eter dan toluene.

Mudah terdispersi dalam air pada semua suhu.

Page 6: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 119)

Stabilitas Stabil walaupun bersifat higroskopik. Pada kelembaban yang

tinggi CMC Na dapat menyerap > 50% air.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 119)

Inkompabilitas Larutan asam kuat, dan garam iron yang terlarut dan beberapa

logam seperti alumunium, merkuri dan zinc. Tidak sesuai dengan

xanthagum. Pengendapan mungkin terjadi pada pH< 2 dan bila

dicampur dengan etanol 95%. Tidak sesuai dengan gelatin dan

pectin.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 120)

Keterangan lain Coating agent; stabilizing agent; suspending agent; disintegran tablet dan kapsul; tablet binder; peningkat viskositas; agen penyerap air(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 120)

c. Metyl paraben

Zat Methyl paraben

Sinonim Aseptoform M; CoSept M; E218; 4-hydroxybenzoic acid

methylester; metagin; Methyl Chemosept; methylis

parahydroxybenzoas; methyl p-hydroxybenzoate; Methyl

Parasept; Nipagin M; SolbrolM; Tegosept M; Uniphen P-23.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 441)

Struktur

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 441)

Rumus molekul C8H8O3

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 441)

Titik lebur 125-1280C

Page 7: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 443)

Pemerian Kristal tidak berwarna atau serbuk kristal putih. Tidak berbau

atau hampir tidak berbau dan memiliki rasa panas.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 442)

Kelarutan Etanol 1 bagian dalam 2 bagian, Etanol (95%) 1 bagian dalam 3

bagian, Etanol (50%) 1 bagian dalam 6 bagian, Eter 1 bagian

dalam 10 bagian, gliserin 1 bagian dalam 60 bagian, Minyak

mineral praktis tidak larut, minyak kacang 1 bagian dalam 200

bagian, Propylene glycol 1 bagian dalam 5 bagian, Water 1

bagian dalam 400 bagian, 1 bagian dalam 50 bagian pada suhu

500C, 1 bagian dalam 30 bagian pada suhu 800C.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 443)

Stabilitas Cairan larutan dari methyl paraben pada pH 3-6 dapat disterilkan

oleh autoclave pada 1200C selama 20 menit, tanpa dekomposisi.

Larutan homogeny pada pH 3-6 stabil (kurang dari 10%

dekomposisi) selama 4 tahun pada suhu kamar (25-300C), ketika

di pH 8 akan cepat terhidrolisis (10% atau lebih setelah lebih ari

60 hari pada wadah di suhu kamar (25-300C).

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 443)

Inkompatibilitas Aktivitas antimikroba dari methyl paraben atau paraben lainnya

adalah mengurangi persen dari surfaktan nonionic, seperti

polysorbat 80. Sebaai hasil dari larut homogeny. Terkadang

propylene glikol (10%) menunjukan potensi untuk antimikroba

dari paraben terhadap surfaktan nonionic dan menunjukkan

imteraksi antara methyl paraben dengan polysorben 80.

Inkompatibilitas dengan zat lain, seperti bentonit, magnesium

trisilikat, talk, tragakan, natrium alginate, minyak atsiri, sorbitol

dan atropine.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 443)

Keterangan lain Kegunaan methyl paraben sebagai pengawet antimikroba.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 443)

d. Propil paraben

Page 8: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

Zat Propil paraben

Sinonim Aseptoform P; CoSept P; E216; 4-hydroxybenzoic acid propyl

ester; Nipagin P; Nipasol M; propagin; Propyl Aseptoform;

propyl butex; Propyl Chemosept; propylis parahydroxybenzoas;

propyl phydroxybenzoate; Propyl Parasept; Solbrol P; Tegosept

P; Uniphen P-23.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 596)

Struktur

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 596)

Rumus molekul C10H12O3

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 596)

Titik lebur 96-99°C (USP Convention,2007)

Pemerian Putih, kristal, serbuk, tidak berbau dan tidak berwarna.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 596)

Kelarutan Larut dalam aseton, etanol 1:1,1 , etanol 50% 1:5,6, larut dalam

eter, gliserin 1:250, minyak mineral 1:330, minyak kacang 1:70,

propilenglikol 1:3,9, propilenglikol 50% 1:110, air 15oC 1:4350,

air suhu normal 1:2500, air bersuhu 80oC 1:225.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 597)

Stabilitas Larutan propil paraben pada pH 3-6 dapat disterilisasi

menggunakan autoklave tanpa dekomposisi stabil pada pH 3-6

dengan <10% dekomposisi sampai dengan 4 tahun pada suhu

kamar, sedangkan pada pH >8 rentan terhadap hidrolisis dengan

10% atau lebih dari 60 hari pada suhu kamar.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 597)

Inkompatibilitas Magnesium aluminum silicat, magnesium trisilicat, yellow ion

oxide, dan ultramarine blue mengurangi efinsiensi pengawet,

propil paraben menjadi berubah warna dengan kehadiran besi

(ion) dan rentan terhadap hidrolisis dengan basa lemah dan asam

Page 9: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

kuat.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 597)

Keterangan lain Kegunaan propil paraben sebagai pengawet anti mikroba .

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hal 596)

ADI = 10 mg/kg

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 444)

e. Propilenglikol

Zat Propilenglikol

Sinonim 1,2-Dihydroxypropane; 2-hydroxypropanol; methyl ethylene

glycol; methyl glycol; propane-1,2-diol; propylenglycolum.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 592)

Struktur

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 592)

Rumus molekul C3H8O2.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 592)

Titik lebur -590C.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 592)

Pemerian Jernih, tidak berwarna, kental, cairan praktis tidak berbau,

manis,rasa agak tajam seperti gliserin.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 592)

Kelarutan Larut homogen dengan aseton, etanol (95%), gliserin, dan air.

Larut1 bagian dalam 6 bagian eter, tidak larut homogeny dengan

minyak mineral bercahaya atau campuran minyak, tetapi dapat

larut dalam sebagian minyak atsiri.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 592)

Stabilitas Stabil pada suhu dingin, stabil pada wadah tertutup rapat, tetapi

pada temperature tinggi dan terbuka akan teroksidasi.

Secara kimia propilen glikol stabil dengan campuran etano

(95%), gliserin, atau air, larutan bisa disterilkan oleh autoclave.

Page 10: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 593)

Inkompatibilitas Inkompatibilas dengan reagen oksidasi seperti potassium

permanganat.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 593)

Keterangan lain Kegunaan pengawet antimikroba, disinfektan, pembasah, solven,

agen penstabi, plasticizer, dan kosolven yang homogen dengan air

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 592)

f. Tween 80

Zat Polysorbate 80

Sinonim Tween 80

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 550)

Struktur

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 550)

Rumus molekul C64H124O26 BM= 1310

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 550)

Titik lebur Tidak ditemukan (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed)

Pemerian Mempunyai bau yang khas dan hangat serta rasa agak pahit.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 551)

Kelarutan Larut dalam etanol, tidak larut dalam minyak mineral, tidak larut

dalam minyak sayur, larut dalam air.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 592)

Stabilitas Stabil pada elektrolisis, asam lemah dan basis, saponifikasi terjadi

secara berangsur-angsur dengan asam kuat dan basis. Sensitif

terhadap oksidasi. Higroskopis, harus diperiksa kadar airnya

sebelum digunakan, dikeringkan bila perlu. Penyimpanan terlalu

Page 11: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

lama dapat membentuk peroksida.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 550)

Inkompatibilitas Kehilangan warna atau pengendapan terjadi dengan substansi

yang bermacam-macam khususnya fenol, tannin, tar dan material

seperti tar. Aktivitas antimikroba dari pengawet paraben

berkurang dengan adanya kehadiran polysorbate.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 551)

Keterangan lain Dispersing agent; emulsifying agent; nonionic surfactant; solubilizing agent; suspending agent; wetting agent. (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 592)

Penyimpanan Harus disimpan dalam tempat yang tertututp rapat, terlindung

dari cahaya, sejuk dan kering.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 550)

Kadar penggunaan Emulsifying agent Used alone in oil-in-water emulsions 1–15 % Used in combination with hydrophilic emulsifiers in oil-in-water emulsions 1–10 % Used to increase the water-holding properties of ointment 1–10 %Solubilizing agent For poorly soluble active constituents in lipophilic bases 1–15% Wetting agent For insoluble active constituents in lipophilic bases 0.1–3%(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 582)

g. Span 80

Zat Sorbitan monooleat

Sinonim Span 80

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 675)

Struktur

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 675)

Rumus molekul C24H44O6 BM= 429

Page 12: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 675)

Titik lebur Tidak ditemukan (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed)

Pemerian Cairan berwarna krim sampai kekuningan atau padat dengan bau

dan rasa yang khusus. Berupa cairan kental.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 676)

Kelarutan Secara umum larut dan terdispersi dalam minyak dalam sebagian

besar pelarut organik, dalam air walaupun tidak larut, secara

umum terdispersi.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 676)

Stabilitas Pembentukkan sabun secara berangsur-angsur terjadi dalam asam

kuat atau basa. Stabil dalam asam lemah atau basa lemah. Harus

disimpan dalam tempat sejuk dan kering.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 677)

Inkompabilitas Tidak ditemukan (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed)

Keterangan lain Kegunaan span 80 sebagai agen pendispersi, agen pengemulsi,

surfaktan nonionic, agen pelarut, suspending agent, wetting

agent.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 677)

Penyimpanan Harus disimpan dalam tempat yang tertututp rapat, terlindung

dari cahaya, sejuk dan kering.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 677)

Kadar penggunaan Emulsifying agent Used alone in oil-in-water emulsions 1–15 % Used in combination with hydrophilic emulsifiers in oil-in-water emulsions 1–10 % Used to increase the water-holding properties of ointment 1–10 %Solubilizing agent For poorly soluble active constituents in lipophilic bases 1–10% Wetting agent For insoluble active constituents in lipophilic bases 0.1–3%(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 677)

h. Natrium metabisulfit

Page 13: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

Zat Natrium metabisulfit

Sinonim Disodium disulfite; disodium pyrosulfite; disulfurous acid, disodium salt; E223; natrii disulfis; natrii metabisulfis; sodium acid sulfite. (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 654)

Struktur

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 654)

Rumus molekul Na2S2O5 BM = 190.1

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 654)

Titik lebur Sodium metabisulfite melebur dengan dekomposisi pada suhu

kurang dari 1500C.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 654)Pemerian Tidak berwarna, Kristal prisma atau putih sampai keputih-

putihan yang mempunyai bau sulfur dioksida, rasa garam.

Mengkristal dari air dingin sebagai hidrat mengandung tujuh

molekul air.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 654)

Kelarutan Etanol 95% agak larut, larut dalam gliserin, air 1:1.9 ; 1:1.2 pada

air suhu 1000C.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 654)

Stabilitas Pada paparan udara uap lembab, sedikit demi sedikit teroksidasi

menjadi natrium sulfat dengan disintegrasi dari Kristal. Dalam

air Na metabisulfit langsung berubah ke ion sodium dan bisulfit.

Larutan terdekomposisi dalam udara, khususnya pada

pemanasan. Larutan yang akan disterilkan harus dimasukkan

udara yang telah diganti seperti nitrogen. Penambahan dekstrosa

pada larutan stabilitas metabisulfit. Bahan mentah harus

disimpan dalam tempat yang tertutup rapat, terlindung dari

cahaya.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 654)

Page 14: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

Inkompabilitas Tidak ditemukan (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed)

Keterangan lain Kegunaan span 80 sebagai agen pendispersi, agen pengemulsi,

surfaktan nonionic, agen pelarut, suspending agent, wetting

agent.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 677)

Penyimpanan Harus disimpan dalam tempat yang tertututp rapat, terlindung

dari cahaya, sejuk dan kering.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 677)

Kadar penggunaan Emulsifying agent Used alone in oil-in-water emulsions 1–15 % Used in combination with hydrophilic emulsifiers in oil-in-water emulsions 1–10 % Used to increase the water-holding properties of ointment 1–10 %Solubilizing agent For poorly soluble active constituents in lipophilic bases 1–10% Wetting agent For insoluble active constituents in lipophilic bases 0.1–3%(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 677)

i. Aquadest

Zat Air suling (Aqua destillata)

Sinonim Aqua; Aqua purificata; Hydrogen oxide.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 766)

Struktur

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 766)

Rumus molekul H2O

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 766)

Titik lebur 00C

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 766)

Pemerian Jernih, tidak berwarna, tidak berbau dan cairan tidak berasa.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 766)

Kelarutan Larut dalam pelarut polar.

Page 15: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 766)

Stabilitas Secara kimia stabil pada berbagai wujud (es, cairan dan uap).

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 766)

Inkompabilitas Air dapat bereaksi dengan obat-obatan dan eksipien yang rentan

terhadap hidrolisis. Air dapat bereaksi dengan logam alkali,

kalium oksida, magnesium oksida, garam anhidrat membentuk

hidrat, bereaksi dengan beberapa bahan organik dan kalium

karbida.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 768)

Keterangan lain Kegunaan aqua destilata sebagai pelarut untuk pembuatan obat

dan sediaan farmasi.

(Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 766)

IV. DOSIS

Dosis dewasa = 10 g

/ 15 ml ( Bartel, Twyla B., dkk, 2004)

Dibuat 3 x 1 hari

10 g15 ml =

x5 ml

15 x = 50

X = 3.3 g

Sediaan ditujukan untuk anak-anak, pemakaian dibuat 3 x 1 hari sehingga dosis =

Anak umur 7 tahun

1 kali = 22.68 k g

70 k g x 3.3 g = 1.06 g/ 5 ml

1.06 g21.2 g

1 hari = 3.18 g/ 15 ml

Kadar sediaan = 1.06 g5ml x 100 % = 21.2 %

= 21.2 g100 ml x 100 ml = 21.2 g

Page 16: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

Anak umur 10 tahun

1 kali = 23.34 kg70 k g x 3.3 g = 1.41 g

1.41 g21.2 g x 100 ml = 7 ml

Jadi, 1 kali = 1.41 g/ 7 ml

1 hari = 4.23 g/ 20 ml

Anak umur 12 tahun

1 kali = 36 kg70 k g x 3.3 g = 1.69 g

1.69 g21.2 g x 100 ml = 8 ml

Jadi, 1 kali = 1.69 g/ 8 ml

1 hari = 5 g/ 24 ml

V. TINJAUAN SEDIAAN

Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam

cairan yang .lain, dalam bentuk tetesan kecil. Jika minyak yang merupakan fase

terdispersi dan larutan air merupakan fase pembawa, sistem ini disebut emulsi minyak

dalam air. Sebaliknya, jika air atau larutan air yang merupakan fase terdispersi dan

minyak atau bahan seperti minyak merupakan fase pembawa, sistem ini disebut

emulsi air dalam minyak. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan

pengemulsi yang mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan

besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah. Bahan pengemulsi

(surfaktan) menstabilkan dengan cara menempati antarpermukaan antara tetesan dan

fase eksternal, dan dengan membuat batas fisik di sekeliling partikel yang akan

berkoalesensi. Surfaktan juga mengurangi tegangan antar permukaan antara fase,

sehingga meningkatkan proses emulsifikasi selama pencampuran, (Depkes, 1995).

Polimer hidrofilik alam, semisintetik dan sintetik dapat digunakan bersama

surfaktan pada emulsi minyak dalam air karena akan terakumulasi pada antar

Page 17: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

permukaan dan juga meningkatkan kekentalan fase air, sehingga mengurangi

kecepatan pembentukan agregat tetesan. Agregasi biasanya diikuti dengan pemisahan

emulsi yang relatif cepat menjadi fase yang kaya akan butiran dan yang miskin akan

tetesan. Secara normal kerapatan minyak lebih rendah daripada kerapatan air,

sehingga jika tetesan minyak dan agregat tetesan meningkat, terbentuk krim. Makin

besar kecepatan agregasi, makin besar ukuran tetesan dan makin besar pula kecepatan

pembentukan krim. Tetesan air dalam emulsi air dalam minyak biasanya membentuk

sedimen disebabkan oleh kerapatan yang lebih besar, (Depkes, 1995).

Konsistensi emulsi sangat beragam, mulai dari cairan yang mudah dituang

hingga krim setengah padat. Umumnya krim minyak dalam air dibuat pada suhu

tinggi, berbentuk cair pada suhu ini, kemudian didinginkan pada suhu kamar, dan

menjadi padat akibat terjadinya solidifikasi fase internal. Dalam hal ini, tidak

diperlukan perbandingan volume fase internal terhadap volume fase eksternal yang

tinggi untuk menghasilkan sifat setengah padat, misalnya krim asam stearat atau krim

pembersih adalah setengah padat dengan fase internal hanya 15%. Sifat setengah

padat emulsi air dalam minyak, biasanya diakibatkan oleh fase eksternal setengah

padat, (Depkes, 1995).

Semua emulsi memerlukan bahan antimikroba karena fase air mempermudah

pertumbuhan mikroorganisme. Adanya pengawet sangat penting dalam emulsi

minyak dalam air karena kontaminasi fase eksternal mudah terjadi. Karena jamur dan

ragi lebih sering ditemukan daripada bakteri, lebih diperlukan yang bersifat

fungistatik dan bakteriostatik. Bakteri ternyata dapat menguraikan bahan pengemulsi

nonionic dan anionik, gliserin, dan sejumlah bahan penstabil alam seperti tragakan

dan gom guar, (Depkes, 1995).

Kesulitan muncul pada pengawetan sistem emulsi, sebagai akibat memisahnya

bahan antimikroba dari fase air yang sangat memerlukannya, atau terjadinya

kompleksasi dengan bahan pengemulsi yang akan mengurangi efektivitas. Karena itu,

efektivitas sistem pengawetan harus selalu diuji pada sediaan akhir. Pengawet yang

biasa digunakan dalam emulsi adalah metil-, etil-, propil-, dan butil-paraben, asam

benzoat, dan senyawa amonium kuatemer, (Depkes, 1995).

Dalam pembuatan suatu emulsi, pemilihan suatu emulgator merupakan faktor

yang penting karena mutu dan kestabilan suatu emulsi banyak dipengaruhi oleh

emulgator yang digunakan. Salah satu emulgator yang banyak digunakan adalah zat

Page 18: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

aktif permukaan atau surfaktan. Mekanisme kerja emulgator ini adalah menurunkan

tegangan antarmuka air dan minyak serta membentuk lapisan film pada permukaan

fase terdispersi (Anief, 1993).

Mekanisme kerja emulgator surfaktan, yaitu (Parrot,1970):

1. Membentuk lapisan monomolekuler: surfaktan yang dapat menstabilkan emulsi

bekerja dengan membentuk sebuah lapisan tunggal yang diabsorbsi molekul atau

ion pada permukaan antara minyak/air.

2. Membentuk lapisan multimolekuler: koloid liofolik membentuk lapisan

multimolekuler disekitar tetesan dari dispersi minyak. Sementara koloid hidrofilik

diabsorbsi pada pertemuan, mereka tidak menyebabkan penurunan

tegangan permukaan. 

3. Pembentukan kristal partikel-partikel padat: mereka menunjukkan pembiasan

ganda yang kuat dan dapat dilihat secara mikroskopik polarisasi. Sifat-sifat optis

yang sesuai dengan kristal mengarahkan kepada penandaan “KristalCair”. 

4. Emulsi yang digunakan dalam farmasi adalah satu sediaan yang terdiri dari dua

cairan tidak bercampur, dimana yang satu terdispersi seluruhnya sebagai globula-

globula terhadap yang lain. Walaupun umumnya emulsi merupakan bahan cair,

emulsi dapat digunakan untuk pemakaian dalam dan luar serta dapat digunakan

untuk sejumlah kepentingan yang berbeda.

VI. SPESIFIKASI SEDIAAN

1. Bentuk sediaan : Emulsi tipe m/a

2. Warna sediaan : Kuning

3. Rasa sediaan : Manis

4. Bau : Bau khas jeruk

5. pH sediaan : 5.0

6. Kadar sediaan : 21.2 %

7. Volume sediaan :100 mlbotol

8. Viskositas sediaan: 300 – 700 cp

VII. PENDEKATAN FORMULA

Page 19: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

VIII.

PENIMBANGAN

Dibuat sediaan 4 botol

(@ 100ml) = 400 ml

IX. PERHITUNGAN BAHAN

No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan

1 Oleum Maydis 21.2 % bv

Zat aktif

2 Tween 80 1.72 % bv

Emulgator

3 Span 80 3.27 % bv

Emulgator

4 Na CMC 1.5 % bv

Peningkat konsistensi

5 Sirupus simplex 20 % bv

Pemanis

6 Natrium metabisulfit 0.5 % bv

Antioksidan

7 Metil paraben 0.1 % bv

Pengawet

8 Propil paraben 0.01 % bv Pengawet

9 Propilenglikol 3 % bv

Pelarut Metil paraben dan

propil paraben

10 Oleum auranti qs Pengaroma

11 Lemon yellow qs Pewarna

12 Aquadest Ad 100 % vv

Pewarna

No

.

Nama Bahan Jumlah yang Ditimbang

1. Oleum Maydis 106 gram

2. Tween 80 8.64 gram

3. Span 80 16.36 gram

4. Na CMC 7.5 gram

5. Sirupus simplex 100 gram

6. Natrium metabisulfit 2.5 gram

7. Metil paraben 0.5 gram

8. Propil paraben 0.05 gram

9. Propilenglikol 15 gram

10. Oleum auranti qs

11 Lemon yellow qs

12. Aquadest Ad 500 ml

Page 20: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

Volume sediaan dilebihkan 3 % dan penimbangan atau pembuatan dilebihkan

10%, maka sediaan dikali 1.13

Jumlah sediaan yang dibuat = 4 botol x 100 ml = 400 ml

= 400 ml x 1.13 = 452 ml = 500 ml

Jumlah sediaan pada botol = 100 ml x 1.03 = 103 ml

Page 21: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

X. PERHITUNGAN ADI

No

.

Nama Bahan Perhitungan bahan

1. Oleum Maydis 21.2 g100 ml x 500 ml = 106 g

2. Tween 80 Emulgator (Tween 80 dan Span 80) =

5 g

100 ml x 500 ml = 25 g

HLB butuh = 8

HLB Tween 80 = 15

HLB Span 80 = 4.3

HLBB x B = (HLBT x BT) + (HLBS x BS)

8 x 25 = (15 x T) + (4.3 x (25 – T))

200 = 15 T + 107.5 – 4.3 T

200 - 107.5 =15 T - 4.3 T

92.5 = 10.7 T

Tween 80 = 8.64 g

Span 80 = 16.36 g

Tween 80 = 8.64 g500 ml x 100% = 1.72 %

Span 80 = 16.36 g500 ml x 100% = 3.27%

3. Na CMC 1.5 g100 ml x 500 ml = 7.5 g

4. Sirupus simplex 20 g

100 ml x 500 ml = 100 g

Sukrosa = 65 g

100 ml x 100 g = 65 g

Aquadest ad 100 g

5. Natrium metabisulfit 0.5 g

100 ml x 500 ml = 2.5 g

6. Metil paraben 0.1 g100 mlx 500 ml = 0.5 g

7.Propil paraben

0.01 g100 ml x 500 ml = 0.05 g

8. Propilenglikol 3 g100 ml x 500 ml = 15 gram

9. Oleum auranti qs

10. Lemon yellow qs

Page 22: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

1. Tween 80

ADI untuk tween 80 = 25 mg

kg BB (Rowe, 2009)

Untuk anak umr 12 tahun = 36 kg x 25 mg

kg = 900 mg

1.72 g100 ml x 24 ml = 0.4128 gram = 412.8 mg

412.8 mg ¿ 900 mg (memenuhi)

2. Span 80

ADI untuk span 80 = 25 mg

kg BB (Rowe, 2009)

Untuk anak umr 12 tahun = 36 kg x 25 mg

kg = 900 mg

3.28 g100 ml x 24 ml = 0.78 gram = 780 mg

780 mg ¿ 900 mg (memenuhi)

3. Natrium metabisulfit

ADI untuk natrium metabisulfit = 7 mgkg BB (Rowe, 2009)

Untuk anak umur 12 tahun = 36 kg x 7mgkg = 252 mg

0.5 g100 ml x 24 ml = 0.12 gram = 120 mg

120 mg ¿ 252 mg (memenuhi)

4. Metil paraben

ADI untuk metil paraben = 10 mg

kg BB (Rowe, 2009)

Untuk anak umur 12 tahun = 36 kg x 10 mg

kg = 360 mg

0.1 g100 ml x 24 ml = 0.024 gram = 24 mg

24 mg ¿ 360 mg (memenuhi)

5. Propil paraben

Page 23: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

ADI untuk propil paraben = 10 mg

kg BB (Rowe, 2009)

Untuk anak umur 12 tahun = 36 kg x 10 mg

kg = 360 mg

0.01 g100 ml x 24 ml = 0.0024 gram = 2.4 mg

2.4 mg ¿ 360 mg (memenuhi)

6. Propilenglikol

ADI untuk propilenglikol = 25 mg

kg BB (Rowe, 2009)

Untuk anak umur 12 tahun = 36 kg x 25 mg

kg = 900 mg

3 g100 ml x 24 ml = 0.72 gram = 720 mg

720 mg ¿ 900 mg (memenuhi)

XI. PROSEDUR PEMBUATAN

1. Dipanaskan aquades qs hingga suhu 1000C (mendidih) dalam beaker glass

didiamkan selama 5 menit agar bebas CO2, lalu didinginkan dalam wadah

tertutup rapat. (Handbook of Pharmaceutical Excipient 6th ed, hlm 769)

2. Mengkalibarasi beaker glass utama dan botol coklat

- Air kran sebanyak 500 ml dimasukkan ke dalam gelas ukur 500 ml.

- Air yang sudah diukur, dituang ke dalam beaker glass 500 ml. Lalu

ditandai dengan label pada miniskus bawah air.

- Air dibuang dan beaker glass dikeringkan.

3. Mengkalibarasi botol coklat

- Air kran sebanyak 103 ml dimasukkan ke dalam gelas ukur 250 ml.

- Air yang sudah diukur, dituang ke dalam botol coklat. Lalu ditandai

dengan label pada miniskus bawah air.

- Air dibuang dan botol dikeringkan.

4. Penimbangan dengan menggunakan neraca analitik.

Menimbang oleum maydis sebanyak 106 gram di beaker glass 100 ml.

Menimbang tween 80 sebanyak 8.64 gram di cawan penguap.

Menimbang span 80 sebanyak 16.36 gram di cawan penguap.

Menimbang Na. CMC sebanyak 7.5 gram di kertas perkamen.

Page 24: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

Menimbang sukrosa 65 gram di kertas perkamen besar.

Menimbang metil paraben 0.5 gram di kertas perkamen.

Menimbang propil paraben 0.05 gram di kertas perkamen.

Menimbang propilen glikol 15 gram di beaker glass 50 ml

Menimbang Na. metabisulfit sebanyak 2.5 gram di kertas perkamen.

5. Pembuatan sirupus simpleks.

Sukrosa yang sudah ditimbang sebanyak 65 gram dilarutkan dalam

aquadest ad 100 gram dalam beaker glass ukuran 100 ml di atas hot plate,

aduk ad larut.

Setelah dingin sirupus simplex disaring, ditimbang 100 gram di beaker

glass, kemudian diencerkan 5 ml dengan aquadest, aduk ad homogen

dimasukkan ke beaker glass utama. Dibilas dengan aquadest 2 ml

sebanyak dua kali.

6. Melarutkan tween 80 yang telah ditimbang 8.64 gram dengan aquadest 100 ml

ke dalam beaker glass 250 ml, diaduk ad larut. Memasukkan sirupus simpleks

ke beaker glass tersebut diaduk ad homogen. (Fase air)

7. Mencampurkan oleum maydis 106 gram dengan span 80 sebanyak 16.36 gram

ke dalam beaker glass 250 ml, diaduk ad homogeny. (Fase minyak)

8. Memanaskan kedua campuran tersebut (fase air dan fase minyak) di atas hot

plate.

9. Memanaskan mortir

Memanaskan air yang sudah dipanaskan ke dalam mortir, tunggu sampai

mortir panas lalu air dibuang dan dikeringkan.

10. Mencampurkan fase minyak ke dalam fase air di dalam mortir panas, aduk ad

kuat sampai terbentuk korpus emulsi.

11. Melarutkan natrium metabisulfit dengan 5 ml aquadest di dalam beaker glass

50 ml. Dimasukkan ke dalam mortir, dibilas dengan 2 ml aquadest sebanyak

dua kali. Aduk ad homogen.

12. Metil paraben dilarutkan ke dalam beaker glass ukuran 50 ml yang sudah

berisi propilenglikol, aduk ad larut. Kemudian larutan dipindahkan ke dalam

mortir. Dibilas dengan aquadest 2 ml sebanyak dua kali.

13. Propil paraben dilarutkan ke dalam beaker glass ukuran 50 ml yang sudah

berisi propilenglikol, aduk ad larut. Kemudian larutan dipindahkan ke dalam

mortir. Dibilas dengan aquadest 2 ml sebanyak dua kali.

Page 25: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

14. Campuran yang ada di dalam mortir dipindahkan ke dalam beaker glass

utama, ditambahkan aquadest ad 80% dari 500 ml, aduk ad homogen.

15. Mengecek pH sediaan menggunakan pH indicator, jika perlu di adjust dengan

menambahkan HCl 0.1 N atau NaOH 0.1 N sampai mendapatkan pH sediaan

5.0.

16. Menambahkan pewarna lemon yellow dan oleum auranti secukupnya sampai

didapat warna dan rasa yang sesuai.

17. Menambahkan aquadest ad 500 ml ke dalam beaker glass utama, aduk ad

homogen.

18. Memasukkan sediaan ke dalam botol coklat yang telah dikalibrasi.

19. Memberi etiket, brosur, sendok takar dan dimasukkan ke dalam kemasan

sekunder.

XII. DATA PENGAMATAN EVALUASI SEDIAAN

No. Jenis Evaluasi Prinsip evaluasi Jumlah

sampel

Hasil

pengamatan

Syarat

Evaluasi Fisika

A 1.Organoleptik

- Warna

- Bau

- Rasa

(Farmakope Indonesia

V: 1521)

Dengan metode visual

dan nonvisual. Untuk

warna dengan indera

penglihatan, bau dengan

indera penciuman, dan

rasa dengan indera

pengecap.

1 botol

Larutan

berwarna

kuning,

memiliki bau

khas jeruk,

rasanya

manis.

Larutan

berwarna

kuning,

memiliki bau

khas jeruk,

rasanya

manis.

2. Bobot jenis

(Farmakope Indonesia

V: 1563)

Menggunakan

piknometer. Menimbang

terlebih dahulu berat

piknometer kosong dan

piknometer berisi larutan

sediaan tersebut, hitung

selisih berat. Massa

bobot jenis didapat

dengan cara hasil selisih

1 botol 0.99 g

mlSediaan

sekitar 1 g

ml

Page 26: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

dibagi volume sediaan

yang dimasukkan pada

piknometer.

3. pH sediaan

(Farmakope Indonesia

V: 1563)

Menggunakan pH meter

yang sesuai.1 botol 5.0

pH sediaan =

5.0

4. Viskositas

(Farmakope Indonesia

V: 1562)

Menggunakan

viscometer stormer 1 botol 400 cp 300-700 cp

5.Homogenitas Meneteskan sediaan

dengan pipet tetes ke

kaca arloji, kemudian

diratakan menggunakan

sudip, diamati partikel

homogeny atau tidak.

Dilakukan triplo.

1 botolPartikel

homogen

Partikel

homogen

6. Volume

terpindahkan

Kocok isi wadah, tuang

ke gelas ukur yang sudah

dikalibrasi.

1 botol

Volume rata-

rata tidak

kurang dari

100% .

Satu botol

memiliki

volume 103

ml

Volume rata-

rata larutan

yang

diperoleh

tidak kurang

100% dan

tidak

satupun

volume

wadah

kurang dari

95% dari

volume yang

dinyatakan

pada etiket.

7. Creaming Memasukkan sediaan ke

dalam gelas ukur.

1 botol F = 103 ml103 ml

Page 27: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

Volume yang diisikan

merupakan volume awal

(Vo) dan perubahan

volume (Vv) diukur dan

dicatat selama 1 minggu

= 1

F = HvHo

F ≤ 1

8. Penentuan tipe

emulsi

Memipet sediaan

kemudian teteskan pada

kaca arloji dan

diteteskan 1 tetes metilen

blue. Sediaan diamati

apakah menyebar atau

tidak.

1 botol

Menyebar.

Sedian

emulsi tipe

m/a

Tipe emulsi

m/a

Evaluasi Biologi

2. a. Uji efektivitas

pengawet

(Farmakope Indonesia

V, hlm) 1354)

Menyediakan wadah

bakteriologi tertutup

steril, diinokulasi tiap

wadah dengan satu

inokula baku yang telah

disiapkan, diaduk.

Volume suspensi inokula

yang digunakan antara

0.5% dan 1% dari

sediaan. Kadar mikroba

yang uji yang

ditambahkan sekitar 105

dan 106 koloni/ml

1 botol Dispensasi

Jika sama

sekali tidak

terjadi

koagulasi,

tidak ada

satupun dari

cawan yang

mengandung

koloni.

b. Uji batas mikroba

(Farmakope Indonesia

V, hlm 1347)

Uji menggunakan

mikroba, Candida

albicans, E coli,

Pseudomonas

aeruginosa, dan

Staphylococcus aureus

1 botol Dispensasi 100 koloni

setelah

inkubasi.

Page 28: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

tidak boleh lebih dari

lima fase.

Evaluasi Kimia

3. a. Uji kadar sediaan

(Farmakope Indonesia

V, hlm 599)

Kromatografi lapis tipis

desintometer1 botol Dispensasi

Tidak

kurang dari

0.8% vb

b. Identifikasi Spektrum serapan

inframerah zat yang

telah dikeringkan dan

dilarutkan dalam

kloroform

1 botol Dispensasi

Pengamatan Uji Creaming

Hari ke- 1 2 3 4 5

Pukul 13.50 WIB 13.30 WIB 13.40 WIB 16.20 WIB 16.15 WIB

Vo 103 ml 103 ml 103 ml 103 ml 103 ml

Vv 103 ml 103 ml 103 ml 103 ml 103 ml

XIII. PEMBAHASAN

Pada praktikum ini dibuat sediaan emulsi oleum maydis. Oleum maydis dibuat

sediaan emulsi karena oleum maydis merupakan minyak mineral yang tidak larut

dalam air dan etanol (Rowe, 2009). Tipe emulsi yang dibuat pada sediaan ini adalah

tipe O/W atau emulsi minyak dalam air karena fase minyak terdispersi dalam fase air.

Formula yang digunakan pada emulsi yaitu oleum maydis sebagai zat aktif, Tween

80 dan Span 80 sebagai emulgator, Na CMC sebagai zat peningkat konsistensi,

natrium metabisulfit sebagai antioksidan, sirupus simpleks sebagai pemanis, metil

paraben dan propil sebagai pengawet, propilenglikol sebagai pelarut metil paraben

Page 29: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

dan propil paraben, serta lemon yellow dan oleum auranti sebagai pewarna dan

pengaroma pada sediaan.

Oleum maydis memiliki efek farmakologi sebagai penurun kadar kolestrol pada

tubuh dan suplemen yang diperlukan untuk fungsi otak yang sehat, kulit, pertumbuhan

rambut, kepadatan tulang dan kesehatan reproduksi. Sediaan emulsi ini ditujukan

sebagai suplemen untuk dikonsumsi oleh anak. Oleum maydis mengandung asam

linoleat alpha yang berperan dalam proses tumbuh kembang sel-sel neuron untuk

bekal kecerdasan pada anak, (Anonim, 2009)

Pembuatan emulsi dibutuhkan emulgator yang berfungsi untuk menurunkan

tegangan permukaan pada air dan minyak dimana ia mengelilingi tetesan terdispersi

dalam lapisan kuat mencegah pemisahan dan fase pendispersi, (Parrot, 1971).

Pembuatan sediaan ini digunakan dua jenis emulgator yaitu tween 80 (tipe air) dan

span 80 (tipe minyak). Dimana pada pembuatan sediaan ini yang bertindak sebagai

fase minyak yaitu oleum maydis yang dicampur dengan span 80, sedangkan fase air

yaitu aquadest yang dicampur dengan tween 80.

Pembuatan emulsi dibutuhkan peningkat konsistensi dikarenakan bahan aktif

tidak larut dalam air sehingga memungkinkan terjadi pemisahan pada sediaan. Zat

peningkat konsistensi berfungsi sebagai zat untuk memberikan viskositas dengan

demikian menghambat sedimentasi partikel, (Anonim, 2006). Zat peningkat

konsistensi yang digunakan yaitu Na CMC 1.5 %.

Permasalahan lain yang dihadapi dalam pembuatan emulsi ini yaitu, oleum

maydis memiliki rasa manis, tetapi dalam pembuatan sediaan ini akan dicampur

dengan bahan-bahan lain sehingga rasa manis dari zat aktif hilang yang dapat

mengurangi akseptabilitas pada pasien. Ditambahkan eksipien sirupus simpleks pada

sediaan sebagai pemanis sebanyak 20 % untuk meningkatkan akseptabilitas pada

pasien.

Penggunaan air sebagai pelarut di dalam sediaan dapat menimbulkan

pertumbuhan mikroorganisme karena air merupakan media yang baik untuk

pertumbuhan mikroorganisme dan penggunaan gula sebagai nutrisi pertumbuhan

mikroorganisme. Selain itu sediaan eliksir ini merupakan sediaan multiple dose

sehingga rentan terkontaminasi mikroorganisme, oleh karena itu ditambahkan

pengawet metil paraben 0.1 % dan propil paraben 0.01 % ke dalam pembuatan

sediaan. Kedua pengawet ini digunakan secara bersama agar terjadi efek sinergis

dengan menggunakan kombinasi paraben sebagai pengawet antimikroba. Metil

Page 30: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

paraben dan propil paraben sukar larut dalam air oleh karena itu, dilarutkan di

propilenglikol, (Rowe, 2009). Penggunaan metil paraben dan propil paraben sebagai

pengawet dalam sediaan emulsi ini sebenarnya akan menurunkan efeknya sebagai

antimikroba dikarenakan inkompatibel dengan surfaktan non ionik yaitu tween 80

(Rowe, 2009), namun dengan dinaikkannya konsentrasi propilenglikol dapat menjaga

kestabilan dari pengawet tersebut.

Zat aktif oleum maydis jika terlalu lama kontak dengan udara dapat menyebabkan

bau tengik (Rowe, 2009), sehingga dapat mengurangi akseptabilitas pada pasien.

Ditambahkan antioksidan yaitu natrium metabisulfit 0.5% untuk mencegah terjadinya

bau tengik pada sediaan emulsi.

Oleum maydis berwarna kuning jernih tetapi setelah dicampur dengan eksipien

lainnya sediaan memiliki warna putih. Sediaan juga memiliki bau khas yang kurang

dapat diterima oleh pasien. Hal ini dapat mengurangi akseptabilitas pada pasien

karena warna sediaan kurang menarik sehingga diberikan pewarna lemon yellow

secukupnya dan ditambahkan pengaroma oleum auranti pada sediaan emulsi.

Pembuatan sediaan dilebihkan 10% untuk menghidari terjadinya kekurangan total

pada sediaan. Pada proses pembuatan dapat terjadi hal-hal yang tidak diinginkan

seperti saat mencampurkan bahan-bahan di mortir, kemungkinan ada bahan yang

keluar dari mortir atau tumpah sehingga dapat mengurangi total jumlah pada sediaan.

Dilebihkan 2% untuk menghindari terjadinya kekurangan volume sediaan dalam botol

sehingga dilakukan kalibrasi pada botol sebanyak 103 ml setiap botolnya.

Pembuatan emulsi dilakukan dengan memanaskan mortir terlebih dahulu,

kemudian dilakukan pencampuran terlebih dahulu masing-masing emulgator ke dalam

fasenya (oleum maydis dicampurkan dengan span 80 dan aquadest dicampurkan

dengan tween 80), kemudan dipanaskan di atas hot plate. Bahan-bahan yang telah

dipanaskan dimasukkan ke dalam mortir, aduk ad kuat sampai terbentuk korpus

emulsi.

Na. CMC dikembangkan dengan aquadest panas secukupnya, kemudian digerus

sampai terbentuk mucilago. CMC yang telah dikembangkan kemudian dimasukkan

sedikit demi sedikit ke dalam mortir yang berisi korpus emulsi, gerus ad homogen.

Na CMC yang digunakan pada formula awal yaitu 5 % tetapi setelah dicampurkan

dengan korpus emulsi, sediaan tidak memiliki kekentalan yang diinginkan karena

bentuk sediaan masih seperti larutan. Konsentrasi Na CMC dinaikkan menjadi 1 %,

tetapi sediaan belum memiliki kekentalan yang sesuai setelah dicampurkan dengan

Page 31: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

eksipien lainnya. Konsentrasi Na CMC dinaikkan menjadi 1.5% dan dimasukkan ke

dalam korpus emulsi, setelah itu dilakukan pengocokkan dengan menggunakan mixer

agar Na CMC yang ditambahkan tidak membentuk gumpalan-gumpalan pada sediaan

dan dapat langsung bercampur dengan sediaan. Na CMC dengan konsentrasi 1.5 %

menghasilkan sediaan emulsi yang memiliki kekentalah sesuai.

Sediaan emulsi disimpan pada botol kaca berwarna coklat. Penggunaan botol

kaca berwarna coklat bertujuan untuk mencegah rusaknya zat aktif oleum maydis

apabila terkena cahaya matahari karena oleum maydis tidak stabil apabila terkena

panas yang berlebihan, (Rowe, 2009). Penyimpanan harus wadah tertutup rapat dan

pada suhu ruang.

Dilakukan uji evaluasi setelah sediaan dibuat.. Pertama, dilakukan evaluasi fisika

yaitu organoleptik, terdiri dari bau, rasa dan warna,. Evaluasi ini dilakukan secara

fisik menggunakan indra penciuman, pengecap dan penglihatan. Hasil evaluasi

menunjukkan bahwa sediaan emulsi oleum maydis memiliki bau khas jeruk, rasa yang

manis, dan berwarna kuning karena ditambahkan lemon yellow.

Kedua, melakukan uji bobot jenis sediaan emulsi. Uji bobot jenis ini dilakukan

dengan cara menimbang piknometer kosong, menimbang piknometer berisi air, dan

menimbang piknometer berisi sediaan emulsi kemudian didapat hasil perhitungan

bobot jenis sediaan. Bobot jenis sediaan suspensi didapat sebesar 0.99 g/ml.

Ketiga, pengukuran pH sediaan dilakukan setelah aquadest ditambahkan ad 80%,

ditambahkan hingga tanda batas. Dimulai dengan memasukkan indikator pH ke

dalam sediaan, setelah itu dicek sesuai dengan spesifikasi sediaan yaitu pH berada di

5.0. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa sediaan memiliki pH 5.0.

Keempat, melakukan uji viskositas sediaan suspensi rekonstitusi cefradin. Uji

viskositas ini dilakukan menggunakan viskometer stormer dengan cara mengisikan

sediaan ke tempat yang telah disediakan sampai penuh (sesuaikan jumlah bahan

dengan no spindel). Memilih spindel yang sesuai dengan kekentalan sedian dan

pasang (hati-hati), turunkan hingga spindel tercelup ke dalam bahan sampai tanda

batas. Spindel yang digunakan saat praktikum yaitu nomor 3. Viskositas sediaan yang

didapat sebesar 400 cp. Viskositas yang didapat sesuai dengan syarat spesifikasi,

karena pada spesifikasi sediaan emulsi memiliki viskositas sekitar 300 cp – 700 cp.

Kelima, dilakukan uji homogenitas dengan cara memipet sediaan kemudian

diteteskan pada kaca arloji, lalu diratakan dengan sudip dan diamati kehomogenan

Page 32: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

partikel sediaan. Dilakukan sebanyak tiga kali. Hasil evaluasi didapat bahwa sediaan

suspensi homogen, partikel dari sediaan hampir memiliki ukuran seragam.

Keenam dilakukan uji creaming. Uji creaming dilakukan selama 5 hari, dihitung

dari hari saat proses pembuatan sediaan. Pada hari pertama dilakukan pengamatan

pada pukul 13.50 WIB, didapat Vo = 103 ml dan Vv = 103 ml. Hari kedua dilakukan

pengamatan pada pukul 13.30, didapat Vo = 103 ml dan Vv = 103 ml. Hari ketiga

dilakukan pengamatan pada pukul 13.40 WIB, didapat Vo = 103 ml dan Vv = 103 ml.

Hari keempat dilakukan pengamatan pada pukul 16.20 WIB didapat Vo = 103 ml dan

Vv = 103 ml dan hari kelima dilakukan pengamatan pada pukul 16.15 WIB, didapat

Vo = 103 ml dan Vv = 103 ml. Didapat rata-rata Vo = 103 ml dan Vv = 103 ml,

sehingga f = 1. Sediaan tidak mengalami creaming dikarenakan memiliki nilai

kekentalan yang baik.

Ketujuh, dilakukan uji volume terpindahkan dilakukan untuk satu botol

dengan cara memindahkan sediaan pada botol ke gelas ukur dan didiamkan selama 15

menit, lalu dilihat volume sediaan tersebut sesuai atau tidak dengan syarat. Didapat

hasil uji volume terpindahkan tidak kurang dari 95 % pada botol, volume pada botol

sebanyak 103 ml.

Kedelapam dilakukan uji penentuan tipe emulsi dengan cara meneteskan 1 tetes

sedian di atas kaca arloji, kemudian diratakan dengan sudip. Diteteskan 1 tetes

metilen blue ke sediaam tersebut dan diamati apakah sediaan tipe o/w atau w./o/ Tipe

emulsi sediaan ini yaitu o/w.

Sediaan emulsi yang disimpan dalam botol dapat menyebabkan creaming

sehingga pada etiket dan brosur harus tertera tulisan “Kocok Dahulu Sebelum

Digunakan” untuk menjamin distribusi bahan padat yang merata dalam pembawa,

hingga menjamin keseragaman dan dosis yang tepat.

XIV. KESIMPULAN

Formulasi yang tepat untuk sediaan yang dibuat adalah sebagai berikut

Page 33: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

Berdasarkan evaluasi fisika yang telah dilakukan, sediaan emulsi oleum

maydis memenuhi syarat uji organoleptik, pH, viskositas, bobot jenis, volume

terpindahkan, penentuan tipe emulsi, creaming dan homogenitas.

No. Nama Bahan Jumlah Kegunaan

1 Oleum Maydis 21.2 % bv

Zat aktif

2 Tween 80 1.72 % bv

Emulgator

3 Span 80 3.27 % bv

Emulgator

4 Na CMC 1.5 % bv

Peningkat konsistensi

5 Sirupus simplex 20 % bv

Pemanis

6 Natrium metabisulfit 0.5 % bv

Antioksidan

7 Metil paraben 0.1 % bv

Pengawet

8 Propil paraben 0.01 % bv Pengawet

9 Propilenglikol 3 % bv

Pelarut Metil paraben dan

propil paraben

10 Oleum auranti qs Pengaroma

11 Lemon yellow qs Pewarna

12 Aquadest Ad 100 % vv

Pewarna

Page 34: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

XV. DAFTAR PUSTAKA

Anief, Moh. 1993. Ilmu Meracik Obat. UGM Press: Yogyakarta,

Anonim. 2006. Excipient Development for Pharmaceutical, Biotechnology, and

Drug Delivery System. US: CRC Press

Anonim. 2009. Komponen dan Manfaat Minyak Jagung. Universitas Sumatra Utara.

Bartel, Twyla B., dkk. 2004. Corn Oil Emulsion : A Simple Cholecystagogue for

Diagnosis of Chronic Acalculous Cholecytitis. Journal of Nuclear Medicine.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia edisi IV.

Jakarta: Departemen Kesehatan.

Page 35: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2014. Farmakope Indonesia edisi V.

Jakarta: Departemen Kesehatan.

Oputu, Arifin., dkk. 2013. Farmasetika Dasar. Universitas Sumatra Utara.

Parrot, Eugene L. 1971. Pharmaceutical Technology. Burgess Publishing Company:

Lowa

Rowe Raymond C, Paul J Sheskey, dan Marian E Quinn.2009. Handbook of

Pharmaceutical excipient 6th. USA: Pharmaceutical Press.

Sweetman, Sean C. 2009. Martindale The Complete Drug Reference 36th ed.

London: The Pharmaceutical Press

XVI. LAMPIRAN

- Kemasan Sekunder :

Page 36: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

- Etiket :

Page 37: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

- Brosur :

Page 38: Laporan Emulsi Oleum Maydis (Almira, IB)

- Hasil pengamatan uji creaming

Uji creaming pada sediaan hari ke-3 Uji creaming pada sediaan hari ke-5