Laporan Daskua FPIK

34
Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Senin,12 Desember 2011 M.K Dasar-dasar Akuakultur Asisten : 1. Asep Bulkini 2. Dendi Hidayatullah 3. Fatima Rosniar 4. Siti Soraya PEMBENIHAN, PENDEDERAN, DAN PEMBESARAN IKAN NILA Oreochromis niloticus Disusun oleh : Diwa Perkasa C54100071

Transcript of Laporan Daskua FPIK

Page 1: Laporan Daskua FPIK

Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Senin,12 Desember 2011M.K Dasar-dasar Akuakultur Asisten : 1. Asep Bulkini

2. Dendi Hidayatullah 3. Fatima Rosniar 4. Siti Soraya

PEMBENIHAN, PENDEDERAN, DAN PEMBESARAN IKAN NILA

Oreochromis niloticus

Disusun oleh :Diwa PerkasaC54100071

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR2011

Page 2: Laporan Daskua FPIK

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kegiatan akuakultur untuk ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat pada

umumnya dalam memenuhi permintaan perikanan baik ikan konsumsi maupun

ikan yang siap di distribusikan ke masyarakat untuk budidaya. Akuakultur

berperan dalam memproduksi biota (organisme) akuatik lingkungan terkontrol

dalam rangka mendapatkan keuntungan (profit) yang melibatkan campur tangan

manusia untuk meningkatkan produktivitas perairan melalui kegiatan budidaya

sehingga diharapkan dapat menghasilkan benih-benih ikan nila yang produktif

dan dapat menghasilkan keuntungan.

Salah satu ikan yang mudah dibudidayakan adalah ikan nila, karena ikan

nila memiliki keungulan antara lain mudah dikembangbiakan dan daya

kelangsungan hidupnya tinggi, pertumbuhannya relatif cepat dengan ukuran

badan yang relatif besar, dagingnya berwarna putih, rasanya enak,dan tidak

berduri, tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan, serta ikan nila rakus

terhadap makanan sisa (limbah) sehingga menerima pakan beragam. Kelebihan

ikan nila adalah dapat hidup di air tawar, payau, dan laut serta tahan terhadap

penyakit. Peningkatan industri budidaya ikan nila sejalan dengan meningkatnya

permintaan pasar lokal dan dunia menuntut ketersediaan jumlah benih yang

cukup, baik secara kuantitas maupun kualitas. Tiga pilar utama kegiatan budidaya,

antara lain: pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Pembenihan merupakan

salah satu tahapan dalam kegiatan on farm yang sangat menentukan tahap

kegiatan berikutnya. Bukan hanya dalam hal pembesaran tetapi sangat

mempengaruhi budidaya yang dikembangkan dan memerhatikan beberapa

parameter seperti pemberian pakan yang tepat jumlah, mutu, cara, dan waktu serta

pengendalian hama dan penyakit.

I.2 Tujuan

Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah mahasiswa mampu menerapkan

prinsip-prinsip akuakultur di lapangan dan mampu memproduksi benih ikan,

melakukan kegiatan pendederan dan pembesaran ikan.

Page 3: Laporan Daskua FPIK

II. BAHAN DAN METODE

II.1 Waktu dan Tempat

Praktikum pembenihan ikan nila dimulai pada hari kamis tanggal 8

September 2011 hingga pembesaran ikan nila sampai tanggal 4 Desember 2011.

Praktikum dilakukan di kolam penelitian Departemen Budidaya Perairan, Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

II.2 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah bak (beton) untuk

pembenihan berukuran 3 m x 2 m x 0,59 m (dilengkapi dengan saluran kamalir,

inlet, outlet, pipa aerasi, dan pipa saluran lain), akuarium (kaca) berukuran 1 m x

0,5 m x 0,6 cm dan hapa (jaring halus) yang dipasang di kolam berukuran 5 m x 2

m x 1 m untuk pendederan, kolam tanah berukuran 20 m x 10 m x 1 m (dilengkapi

inlet, outlet, dan pipa saluran lain) untuk pembesaran, inlet (sumber air di bak dan

kolam), tandon (sumber air di akuarium), selang (aerasi di bak dan akuarium),

saringan (penyaring kotoran), timbangan digital (menimbang pakan), neraca,

penggaris, mangkok besar, mangkok kecil, dan sendok (sampling), termometer

(mengukur suhu), pH meter (mengukur pH), serokan kolam, dan ember.

Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah induk ikan nila

dengan jantan 4 ekor dan betina 10 ekor. Pakan buatan tengelam untuk indukan

dan pakan halus untuk larva, serta pupuk kotoran ayam (pupuk kandang) untuk

kultur pakan alami.

II.3 Prosedur Kerja

II.3.1Pembenihan Ikan Nila Merah

Persiapan wadah terdiri dari pengeringan bak beton, pembersihan atau

pembilasan dari berbagai sampah, lumpur, serta lumut, pengecekan bagian-bagian

kolam apakah terdapat saluran yang bocor atau tidak, pengkapuran atau

penambahan CaCO3 (20 g/m2) sebagai penyangga derajat keasaman kolam,

pengisian air sedikit dan diberi karung isi pupuk ayam ± 3-5 kg untuk

Page 4: Laporan Daskua FPIK

menghidupkan pakan alami (berupa fitoplankton dan zooplankton), pengisian air

sampai ketinggian ¾ kolam ikan yang dipersiapkan.

Komposisi induk ikan nila yang ditebar ke dalam wadah pembenihan adalah

jantan 4 ekor dan betina 10 ekor. Kegiatan pembenihan induk ikan nila dilakukan

selama kurang lebih 6 minggu di dalam bak. Pakan yang diberikan adalah pakan

buatan tenggelam untuk indukan dan pakan halus untuk larva. Pakan tenggelam

diberikan sebanyak 2x sehari setiap pagi pukul 06.30-07.00 dan sore pukul 17.00-

18.00. Praktikan memberi makan ikan dalam bak dengan takaran maksimal 1

kantong pakan (jenis pertama) per hari, 75 gram per hari. Pemberian pakan

dihentikan hingga ikan tidak mau lagi memakan pakan yang diberikan. Pemberian

pakan ini perlu diperhatikan karena kualitas air akan menurun jika ada banyak

sisa pakan di dasar kolam. Sisa pakan tersebut akan melepas gas ammonia (NH3)

yang bersifat toksik terhadap ikan.

Selain pemberian pakan, dalam bak juga harus diambil larvanya setiap pagi,

lalu dipindahkan ke dalam akuarium (maksimal 2000 larva dalam akuarium). Saat

pagi hari, larva naik dan berkumpul ke permukaan sehingga memudahkan dalam

pengambilannya. Larva dalam akuarium diberi pakan cacing rambut dengan

metode Ad libitum.

Kualitas air di bak dicek pH dan suhunya setiap pagi atau sore saat

pemberian pakan. Untuk menjaga kualitas air, dilakukan pengurasan atau

pembersihan wadah setiap ± 5 hari sekali, tetapi jika kurang dari lima hari kolam

sudah kotor dan airnya pekat, air kolam harus diganti. Air dalam bak dikuras

sebanyak ¾ dari volume air bak. Jika diganti seluruhnya dikhawatirkan ikan akan

stress untuk beradaptasi dengan air baru. Tujuan mengganti air adalah untuk

membuang kotoran dan meminimalisir ammonia dan CO2. Outlet di bak juga

terkadang harus ditutupi dengan batu untuk mencegah kodok masuk ke dalam

bak. Selama ± 6 minggu, kegiatan pembenihan dibarengi dengan masa

pendederan.

2.3.2 Pendederan Ikan Nila Merah

Tempat untuk pendederan adalah akuarium dan hapa yang dipasang di

kolam. Akuarium digunakan untuk menempatkan larva yang baru diangkat dari

Page 5: Laporan Daskua FPIK

bak. Pemeliharaan dilakukan selama seminggu sampai menjadi benih. Wadah

akuarium tidak diberi kegiatan pengapuran dan pemupukan, cukup dibersihkan

dan dikeringkan saja. Akuarium yang berukuran 1 m x 0,5 m x 0,6 m diisi dengan

air dari dalam tandon sampai ketinggian ± 50 cm. Berhubung akuariumnya untuk

pemeliharaan larva yang masih rentan, maka pengisian air menggunakan saringan.

Akuarium terletak di laboratorium basah sebelah laboratorium pakan. Sebelum

digunakan, wadah dibersihkan dahulu untuk sterilisasi dari berbagai kotoran dan

penyakit. Hapa yang dipasang di kolam berukuran 5 m x 2 m x 1 m. Ikan akan

dipelihara dalam hapa sampai ukuran benih siap tebar dalam kolam pembesaran.

Hapa sudah terpasang sejak awal, praktikan tidak membantu dalam persiapan

pemasangan hapa di kolam tersebut. Hapa dibersihkan dari kotoran dan sampah-

sampah, kotoran tersebut diambil dengan menggunakan jaring.

Larva dipanen dari bak pembenihan setiap pagi saat pemberian pakan

karena saat itulah larva banyak terlihat. Saat pagi hari, larva naik dan berkumpul

ke permukaan sehingga memudahkan dalam pengambilannya. Larva lalu

dipindahkan ke akuarium selama seminggu. Larva dalam akuarium diberi pakan

cacing rambut dengan metode Ad libitum.

Setelah seminggu dalam akuarium, larva dipindahkan ke dalam hapa. Untuk

larva dalam hapa feeding time-nya ialah setiap pagi pukul 06.30-07.00, siang

pukul 12.00-13.00 dan sore pukul 17.00-18.00 dengan jatah maksimal 1 kantong

pakan (tepung ikan atau yang jenis kedua) per hari, 12-68 gram per hari. Teknik

pemberian pakan adalah langsung saja dituang ke dalam hapa tanpa melihat nafsu

ikan, jadi praktikan membagi pakan dalam setiap kantong tersebut menjadi 3

bagian yang sama rata dan harus habis atau disebut dengan metode restricted. Di

kolam sudah terdapat pakan alami karena kolam terbuat dari tanah.

Kualitas air di akuarium dan di hapa dicek pH dan suhunya setiap pagi atau

siang atau sore saat pemberian pakan. Akuarium di sifon secara berkala setiap

pagi untuk menjaga kebersihan akuarium. Setelah ± 6 minggu, larva dipanen

untuk siap dipindahkan ke kolam pembesaran.

Page 6: Laporan Daskua FPIK

2.3.3 Pembesaran Ikan Nila Merah

Sebelum melakukan kegiatan budidaya ikan, hal pertama yang hatus

dilakukan adalah persiapan kolam. Persiapan kolam untuk pembesaran yang

pertama adalah pengeringan kolam, tujuannya untuk pemutusan rantai patogen

dan pemeriksaan kolam apakah rusak atau tidak, apabila ada yang rusak harus

diperbaiki dan untuk memastikan kolam agar tetap steril, caranya dengan

pengambilan sampah dan kotoran-kotoran lainnya yang ada di dalam kolam. Lalu

setelah itu penambahan air di kolam, airnya berasal dari air tadah hujan dan danau

LSI. Tinggi air diisi kurang lebih sampai 1/3 kolam. Setelah itu, bila wadahnya

adalah kolam tanah maka harus dilakukan pengapuran supaya pH tanah tetap

normal. Pengapuran kolam tanah adalah menaburi dan melapisi tanah kolam

dengan CaCO3. Lalu dapat dilakukan pemupukan untuk menumbuhkan pakan

alami. Contoh pakan alami adalah plankton yang terdiri fitoplankton dan

zooplankton. Pupuk ditenggelamkan di dalam kolam dan dibiarkan selama kurang

lebih 2 minggu sampai tercapai optimalisasi penebaran benih. Setelah 2 minggu,

dilakukan penambahan air sampai setinggi yang diperlukan. Setelah setinggi

outlet maka ikan ditebar. Dimensi kolam adalah 20 m x 10 m x 1 m atau 200 m3.

Kegiatan pemanenan di hapa dilakukan oleh enam praktikan dengan

menggunakan seser dan baskom sebagai tempat menampung sementara benih

ikan. Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam pemanenan ikan,

diantaranya penyerokan ikan dan pemindahan ikan ke wadah. Penyerokan ikan

harus dilakukan dengan hati-hati dan bertahap supaya ikan tidak stress dan rusak

atau terluka. Pemindahan ikan ke wadah dilakukan dengan perlahan. Pemindahan

ikan dari seser ke wadah yang berisi air dilakukan di permukaan kolam hapa.

Usahakan dalam pemindahan ikan serokan tidak diangkat dari permukaan.

Beberapa ikan yang dipanen dari hapa diambil dan diukur bobot serta panjangnya.

Pengukuran dilakukan sebagai patokan dasar dalam menentukan pakan yang

dibutuhkan selama pembesaran.

Setelah benih ikan dipanen dan dihitung jumlahnya, benih ikan

dipindahkan ke kolam pembesaran. Sebelum dilepas ke kolam pembesaran, ikan

harus diaklimatisasi dahulu supaya ikan bisa beradaptasi dengan lingkungan yang

baru. Aklimatisasi dilakukan dengan cara merendam ikan dengan wadahnya

Page 7: Laporan Daskua FPIK

selama 10 menit dalam kolam pembesaran. Selanjutnya, air dari kolam

dimasukkan sedikit demi sedikit sampai air yang diwadah meluber. Penambahan

air bertujuan agar tidak terjadi perubahan suhu air dan pH-nya secara drastis yang

bisa menyebabkan ikan stres. Biarkan benih keluar sendiri dari wadah

pengangkutan ke kolam pembesaran. Salah satu ciri bahwa ikan belum menerima

dan sedang berusaha menyesuaikan diri dengan air baru, dilihat dari gerakan ikan

berenang belum jauh dari titik pelepasan.

Untuk kegiatan selama pemeliharaan dilakukan pemberian pakan.

Pemberian pakan berupa pakan tenggelam yang diberikan sebanyak 2x sehari,

pagi pukul 06.30-07.00 dan sore pukul 17.00-18.00, serta pupuk kotoran ayam

(pupuk kandang) untuk kultur pakan alami untuk menggantikan ketika belum

diberikan pupuk buatan.

Paramater secara kimia harus dilakukan, seperti kualitas air di kolam dicek

pH dan suhunya setiap pagi atau siang atau sore saat pemberian pakan.

Kebersihan kolam juga harus tetap terjaga, apabila banyak kotoran atau sampah

harus segera diambil dengan menggunakan jaring. Pemberian pakan juga harus

diperhatikan agar tidak kelebihan dan memberi pengaruh buruk untuk kualitas air.

Kualitas air yang tidak bagus untuk ikan adalah air yang banyak mengandung

karbondioksida dan besi. Dalam penggantian air, ¼ dari volume air semula harus

disisakan kemudian diisi air baru sampai warna air menjadi agak lebih muda

daripada warna sebelumnya.

2.4 Analisa Data

2.4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup

Gunakan kata pengantar sebelum rumus:

NtNo

×100 %

Keterangan:

SR = Tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate) (%)

No = Jumlah ikan awal (ekor)

Nt = Jumlah ikan akhir (ekor)

Page 8: Laporan Daskua FPIK

2.4.2 FCR (Feed Convertion Rasio)

Gunakan kata pengantar sebelum rumus:

FCR= F(Wt+Wd )−Wo

× 100%

Keterangan :

KP = Konversi pakan (%)

Wo = Bobot rata-rata ikan awal (g)

Wt = Bobot rata-rata ikan akhir (g)

Wd = Bobot pakan yang dikonsumsi selama pemeliharaan (g)

2.4.3 SGR ( Spesific growth rate)

SGR dapat diketahui dengan menggunakan rumus:

SGR=LnWt−LnWot

Keterangan :

SGR = Spesific Growth Rate (%)

Wt = Bobot rata-rata ikan awal (g)

Wo = Bobot rata-rata ikan akhir (g)

t = Waktu pemeliharaan

2.4.4 Produksi

Produksi dapat diketahui dengan menggunakan rumus:

Produksi = Biomassa Awal - Biomassa Akhir

Page 9: Laporan Daskua FPIK

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1. Hasil

A. Pembenihan

Umumnya pembenihan ikan adalah usaha untuk menghasilkan benih ikan

dari perkawinan antar indukan. Benih yang dihasilkan berkisar antara 2 sampai 3

cm per ekor. Ada beberapa tahap untuk melakuakan pembenihan, diantaranya

persiapan wadah, pemeliharaan induk agar mencapai kematangan gonad,

pemijahan indukan, penetasan telur yang berasal dari indukan, pemeliharaan

larva, pemberian pakan pada larva, pemantauan, lalu pemanenan larva. Berikut ini

adalah grafik yang menunjukan jumlah benih ikan pada tiap-tiap departemen:

Gambar 3.1 Grafik Perbandingan Jumlah Larva

Berdasarkan grafik tersebut menjelaskan jumlah larva yang berhasil menetas

pada masing-masing indukan pada tiap departemen. Hasil terbanyak diperoleh

departemen ITK dengan jumlah larva 447 ekor larva, sedangkan jumlah larva

terendah diperoleh depertemen BDP yang hanya berjumlah sekitar 250 ekor larva.

Namun untuk total keseluruhan dapat dikatakan cukup baik. Karena perbedaan

jumlah larva pada tiap departemen tidak terlalu signifikan sekali.

Tentunya jumlah larva akan berbeda-beda pada tiap-tiap departemen, hal ini

berpicu oleh beberapa faktor, seperti teknis dalam pemeliharaan larva. Karena

pada fase ini merupakan keadaan yang sangat rentan bagi larva untuk tumbuh.

Sehingga diperlukan penanganan yang ekslusif dalam pemelifaraan larva ikan.

Page 10: Laporan Daskua FPIK

B. Pendederan

Penedederan secara umum dapat dijelaskan sebagai pemisahan larva dengan

indukan. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai tahap berikutnya, yaitu

pembenihan. Pembenihan adalah usaha pembesaran ikan agar mencapai ukuran 2

sampai 3 cm. Larva ikan yang telah dipisahkan sebelumnya lalu dipindahkan ke

dalam hapa untuk dilakukan pembenihan. Dalam pengerjaan tahap ini dapat juga

dilakukan beberapa pengukuran parameter ikan, seperti tingkat kelangsungan ikan

yang hidup di dalam hapa atau Survival Rate (SR), banyaknya jumlah paka yang

diberikan untuk mengasilkan 1 kg daging Feeding Convertion Rate (FCR), dan

presentase kenaikan bobot ikan per satuan waktu atau Spesific Growth Rate

(SGR).

Berikut ini adalah data mengenai SR, FCR, maupun SGR:

a. Survival Rate (SR)

Survival Rate merupakan tingkat kelangsungan hidup ikan atau rasio antara

jumlah ikan yang hidup dengan jumlah ikan yag berhasil menetas pada saat awal.

Berikut adalah hasil Survival Rate pada masing-masing departemen:

Gambar 3.2 Grafik Survival Rate pada masing-masing departemen

Terlihat bahwa nilai SR terbesar diperoleh departemen BDP dengan tingkat

kelangsungan hidup sekitar 85 %. Sedangkan nilai SR terkecil diperoleh

departemen MSP dengan nlai kelangsungan hidup sekitar 26 %. Nilai tersebut

Page 11: Laporan Daskua FPIK

menunjukan jumlah ikan yang bertahan pada saat dilakukan sampling. Ini berarti

terdapat jumlah ikan yang mati dengan jumlah yang besar pada kolam departemen

MSP, karena nilai SR kurang dari 50 %. Sedangkan nilai SR pada departemen

BDP, THP, dan ITK dapat dikatakan baik karena memiliki SR di atas 65 %.

b. Feeding Convertion Ratio (FCR)

Feeding Convertion Ratio menunjukan jumlah pakan yang terpakai untuk

mnghasilakan 1 kg daging. Hal ini dapat menunjukan efisiensi pemberian pakan

ikan pada tiap departemen. Berikut ini adalah data hasil FCR pada masing-masing

departemen:

BDP MSP THP PSP ITK0

0.20.40.60.81

1.21.4

Data FCR

Departemen

FCR

Gambar 3.3 Grafik FCR Tiap Departemen

Dapat terlihat bahwa nilai FCR terbesar diperoleh departemen MSP dengan

nilai sekitar 1,3, sedangkan nilai FCR terkecil diperoleh departemen BDP dengan

nilai FCR 1. Hal ini menunjukan bahwa depatemen BDP memiliki efisiensi

tertinggi karena jumlah pakan yang dipakai lebih rendah dibandingkan

departemen lain untuk menghasilkan 1 kg daging ikan. FCR yang tinggi seperti

pada departemen MSP terjadi pemborosan pakan untuk menghasilkan 1 kg

daging.

c. Spesific Growth Rate (SGR)

Spesific Growth Rate merupakan laju pertumbuhan spesifik ikan yang

dihitung per satuan waktu. Ikan akan mengalami kenaikan biomasa seiring dengan

waktu. SGR dapat melihat kelajuan biomasa ikan dengan melihat selisih biomasa

ikan per satuan waktu. Berikut adalah data hasil SGR tiap departemen:

Page 12: Laporan Daskua FPIK

BDP MSP THP PSP ITK02468

101214

Data SGR

Departemen

SGR

Gambar 3.4 Grafik SGR Tiap Departemen

Grafik tersebut menunjukan hasil SGR yang dihitung pada masing-masing

departemen. Terlihat nilai SGR terbesar diperoleh depertemen PSP dengan nilai

sebesar 12,78. Sedangkan nilai SGR terkecil diperoleh departemen ITK. Kelajuan

tumbuh departemen PSP lebih cepat dengan departemen lainnya. Hal ini

menunjukan bahwa besar ikan yang diperoleh dalam waktu yang sama itu lebih

besar departemen PSP.

d. Yield (Produksi)

Hasil produksi (yield) merupakan selisih antara biomasa awal dan biomasa

pada saat dilakukan panen. Yield menunjukan biomasa total ikan selama dilakukan

pembesaran.

BDP MSP THP PSP ITK0

10203040506070

YIELD

YIELD

Gambar 3.5 Grafik Yield Tiap Departemen

Berdasarkan data yang ditunjukan oleh grafik yield bahwa hasil produksi

terbesar diperoleh departemen THP dengan nilai 64 kg. Sedangkan hasil produksi

Page 13: Laporan Daskua FPIK

terkecil diperoleh departemen MSP dengan nilai 13. Hasil total ptoduksi itu

menunjukan kenaikan total biomasa sejak pembesaran hingga melakukan

pemanenan ikan. Banyak faktor yang memengaruhi nilai yield diantaranya yang

paling memengaruhi adalah pakan yang diberikan.

3.2. Pembahasan

Perolehan hasil larva ikan Nila Merah (Oreocromis niloticus) pada tiap

departemen berbeda-beda dengan jumlah larva departemen BDP sebanyak 245,

jumlah larva departemen MSP sebanyak 393, jumlah larva departeman THP

sebanyak 383, jumlah larva departemen PSP 315, dan jumlah larva departemen

ITK sebanyak 447. Jumlah larva yang berbeda beda ditentukan oleh banyak

faktor, dimulai secara teknis pemeliharaan, faktor biologi sampai kondisi

lingkungan yang mendukung kehidupan larva ikan.

Larva menurut Hermawan (2002) didefenisikan sebagai anak ikan yang baru

menetas. Berkaitan dengan perkembanganna, larva dibedakan menjadi dua tahap

yaitu pro (pre) larva adalah yang masih memiliki kantung kuning telur dan post

larva adalah masa ketika kantung kuning telur menghilang sampai terbentuknya

organ-organ baru. Pada saat larva, setelah habis kuning telur, Ikan Nila suka

dengan phyto plankton. Besar edikit atau saat benih sangat suka dengan

zooplankton, seperti Rotifera sp, Impusoria sp, Daphnia sp, Moina sp dan

Cladocera sp. Saat telur menetas sumber energi untuk perkembangan larva ikan

sangat bergantung pada material bawaan telur yang telah disiapkan oleh induk dan

fase ini merupakan fase yang paling kritis. Karena pada saat larva ketahanan

tubuhnya masih cenderung lemah dan bukaan mulutnya belum terlalu besar

sehingga banyak faktor-faktor yang memengaruhinya. Kondisi fisik perairan juga

mempengaruhi awal masa hidup larva sebagai tempat asuhan (nursery ground) dan

mencari makan (feeding ground) (Nurmila 2008). Menurut Djarijah (1995) Ikan

nila (Oreochromis sp) merupakan jenis ikan yang paling mudah dipeliharanya,

karena tidak banyak menuntut persyaratan air sebagai media hidupnya asalkan

tetap ada difusi oksigen yang masuk untuk ikan dapat bernafas. Ini menjadi salah

satu kemudahan juga dalam pemeliharaan ikan nila diluar faktor pembatasnya.

Page 14: Laporan Daskua FPIK

Tahap pendederan memiliki beberapa parameter seperti tingkat

kelangsungan hidup (SR), jumlah benih, biomassa (SGR) dan jumlah pakan yang

dihabiskan (FCR). Beberapa parameter tersebut menjelaskan secara umum tentang

perkembangan tumbuh ikan baik secara jumlah ikan dan bobot biomasanya

maupun jumlah pakan yang diberikan. Hal ini perlu dilihat guna mendapatkan

efisiensi pemelihraan ikan nila dari berbagai aspek tersebut.

Survival rate atau biasa dikenal dengan SR dalam perikanan budidaya

merupakan indeks kelulushidupan suatu jenis ikan dalam suatu proses budidaya

dari mulai awal ikan ditebar hingga ikan dipanen. SR ini merupakan salah satu

faktor penentu keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. jika ikan yang hidup

saat panen banyak  dan yang mati hanya sedikit tentu nila SR akan tinggi, namun

sebaliknya jika jumlah ikan yang mati banyak sehingga jumlah ikan yang masih

hidup saat dilakukan pemanenan tinggal sedikit tentu nilai SR ini akan rendah.

Berdasarkan data yang diperoleh SR tertinggi diperoleh departemen BDP dengan

nilai 85 %. Itu berarti masih banyak ikan yang hidup sejak dilakukan perhitungan

benih ikan sebanyak 85 % dari jumlah total sebelumnya. Sedangkan nilai SR

terkecil diperoleh departemen MSP dengan nilai 25 %. Hal ini menunjukan bahwa

jumlah sisa ikan yang hidup hanya 25 % dari jumlah total sebelumnya. Faktor

yang memengaruhi tingkat keberlangsungan ikan seperti kondisi fisik kolam yang

dilihat dari beberapa parameter kimia dan biologi. Kadar pH serta jumlah pakan

alami yang terdiri plankton yang hidup di kolam. Serta pemberian pakan yang

teratur akan memperbesar tingkat keberlangsungan hidup ikan karena memang

kondisi larva ikan yang sangat rentang.

Feeding Convertion Rate (FCR) merupakan konversi rasio pakan yang

diberikan pada ikan nila dengan 1 kg daging ikan nila yang dihasilkan. Jika nilai

FCR semakin besar maka akan semakin memeperbesar pengeluaran terkait

dengan biaya pakan yang diberikan untuk ikan nilatersebut. Menurut data yang

diperoleh nilai FCR terbesar diperoleh departemen MSP dengan nilai 1,25. Berarti

biaya pakan yang dikeluarkan akan lebih besar jika dibandingkan dengan

departemen lain. Sedangkan nilai FCR terkecil diperoleh departemen BDP dengan

nilai FCR 1. Melihat dari segi biaya departemen BDP mengeluarkan biaya yang

lebih murah. Nilai FCR itu bergantung dengan ketersediaan pakan alami yang

Page 15: Laporan Daskua FPIK

berada di kolam. Untuk persiapan pembibitan seharusnya memerhatikan kadar

pakan alami dengan cara pemupukan kolam. Penambahan pakan alami akan

membantu meringankan biaya pakan juga. Apalagi pada saat fase larva hanya

dapat memakan ukuran pakan yang sangat kecil. Ukuran yang kecil tidak dapat

diberikan pakan buatan, pakan alami akan sangat membantu pada saat fase ini.

Namun akan lebih baik lagi jika jumlah pakan alami terus diperhatikan sampai

tahap pembesaran, karena terkait dengan biaya yang dikeluarkan juga.

Spesific Growth Rate (SGR) merupakan tingkat kelajuan bobot ikan per

satuan hari. Setiap hari ikan akan mengalami kenaikan bobot masa karena

pemberian pakan yang terjadwal akan memberikan nutrisi yang sesuai bagi

pertumbuhan ikan. Nilai SGR terbesar diperoleh departemen PSP dengan nilai

12,78 sedangkan nilai SGR terendah diperoleh dapertemen ITK yaitu 8,16. Nilai

SGR menunjukan kelajuan pertambahan bobot per satuan waktu. Faktor yang

menentukan pertambahan bobot ikan yaitu pemberian pakan yang akan memeberi

nutrisi ikan untuk tumbuh. Laju pertumbuhan tubuh nila yang dibudidayakan

tergantung dari pengaruh fisika dan kimia perairan dan interaksinya. Sebagai

contoh curah hujan yang tinggi akan mengganggu pertumbuhan tanaman air dan

secara tidak langsung akan memengaruhi pertumbuhan nila yang dipelihara.

Berdasarkan hasil penelitian, diketahui laju pertumbuhan nila lebih cepat jika

dipelihara di kolam yang airnya dangkal dibandingkan dengan kolam yang airnya

dalam. Penyebabnya adalah pertumbuhan tanaman air sangat cepat di perairan

yang dangkal, sehingga nila mendapatkan pasokan pakan yang cukup. Selain itu,

laju pertumbuhan nila di kolam yang dipupuk dengan pupuk organik misalnya

kotoran ternak juga. lebih cepat dibandingkan dengan nila yang dipelihara di

kolam yang dipupuk dengan pupuk anorganik (Khairul Amri dan Khairuman,

2008).

Siklus hidup ikan Nila melewati lima fase kehidupan, yaitu telur, larva,

benih, konsums dan induk. Ciri setiap fase berubah. Demikian juga dengan bentuk

dan ukuran tubuh serta sifat-sifatnya. Semua fase dilewati dalam waktu yang

berbeda-beda. Dari semua fase, konsumsi merpakan suatu fase komersil pada

sebuah usaha. Telur merupakan fase awal kehidupan ikan Nila, dimana bakal anak

itu baru dikeluarkan induknya. Fase ini dicirikan dengan bentuknya yang bulat,

Page 16: Laporan Daskua FPIK

berwarna kuning dan bersifat tidak melekat. Telur Ikan Nila berdiameter antara 2

– 2,5 mm. setiap butir memiliki berat rata-rata 0,02 mg . Fase telur merupakan

masa kritis dan dilewati selama 6 – 7 hari atau tergantung suhu air, kemudian

berubah menjadi fase larva yang masih memiliki kuning telur atau makanan

cadangan. Fase itu dilewati selama 2 – 3 hari. Selama fase itu tidak memerlukan

pakan dari luar, tetapi akan menghabiskan makanan cadangan itu (Ujang

Shadudin Taftajani, 2010).

Tahapan kegiatan akuakultur meliputi tiga tahapan yang tak dapat

terpisahkan atau saling berkesinambungan. Tahapannya yaitu pembenihan,

pendederan, dan pembesaran. Pembenihan yaitu usaha untuk menghasilkan ikan

ukuran kebul (benih ukuran 2-3 cm). Usaha ini dimulai dari pemeliharaan induk

untuk mencapai kematangan kelamin, pemijahan, penetasan, pemeliharaan larva

hingga pendederan pertama. Awal pembenihan dilakukan dengan cara pemijahan

yang dilakukan melalui perangsangan alam, yaitu melalui pengeringan dan

pemasangan kakaban untuk tempat penempelan telur. Keesokan hari sejak induk

ikan disatukan di kolam pemijahan ikan sudah menghasilkan telur yang telah

dibuahi. Selanjutnya induk dikembalikan ke kolam induk dan telur dirawat agar

embrio berkembang baik. Dua hari kemudian telur menetas menjadi larva. Larva

dirawat selama tiga-lima hari sebelum di pindahkan ke kolam pendederan

pertama.

Tahap akhir dari kegiatan pembenihan adalah pemeliharaan larva di kolam

pendederan. Pada pendederan pertama larva dipelihara selama 3 minggu hingga

mencapai ukuran 2-3 cm. Pada pemeliharaan ini pakan alami ditumbuhkan

melalui pemupukan (terutama menggunakan kotoran ayam) dan penggenangan air

selama lima sampai tujuh hari. Setelah pakan alami tersedia larva ikan ditebarkan.

Selama pemeliharaan ikan diberi pakan baik pakan alami yang telah disediakan

sebelumnya maupun pakan buatan.

Pembesaran merupakan usaha pembesaran benih ikan sampai ukuran siap

konsumsi. Pembesaran dilakukan pada kolam ikan yang cukup besar dan sudah

diberi pupuk sebelumnya agar jumlah pakan alami akan lebih banya daripada

kondisi biasanya. Pakan alami sangat membantu dalam pemberian pakan,

sehingga ikan tidak hanya tergantung pakan buatan saja. Usaha pembesaran ikan

Page 17: Laporan Daskua FPIK

memiliki faktor pembatas seperti pakan yang diberikan serta kondisi fisik kolam

maupun ancaman dan gangguan dari luar seperti hama (ular dan sejenisnya).

Ada lima faktor atau komponen yang mempengaruhi budidaya ikan yaitu ikan yang dibudidayakan, air sebagai media hidup ikan, wadah pemeliharaan, nutrisi atau makanan ikan dan manajemen Setiap faktor utama terdiri dari beberapa faktor yang jumlahnya tergantung dari derajat intensifikasi yang digunakan pada pengelolaan budidaya ikan yang dilakukan. Faktor-faktor tersebut berinteraksi secara langsung, sehingga dapat saling mempengaruhi yang pada akhirnya akan mempengaruhi produksi sebagai tujuan utama. Telah disebutkan terlebih dahulu bahwa kualitas air merupakan salah satu faktor penting dalam manajemen budidaya ikan, termasuk pemeliharaan induk dan benih ikan. Kualitas air dalam budidaya ikan didefinisikan sebagai kualitas dari air yang baik untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan, yang biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor saja, dengan demikian pengelolaan kualitas air merupakan pengaturan kondisi lingkungan atau kualitas air sehingga berada pada kisaran yang sesuai bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan budidaya. Beberapa faktor mempengaruhi kualitas air yang digunakan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan budidaya ikan seperti pemupukan, pemberian pakan dan lain-lain, serta bahan cemaran yang masuk ke wadah pemeliharaan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan budidaya ikan juga dapat mempengaruhi kualitas air. Pemupukan dapat meningkatkan kelimpahan fitoplankton yang kemudian akan mempengaruhi parameter kimia dan fisika air seperti kandungan oksigen terlarut, pH, kecerahan dan sebagainya. Begitu juga pengapuran dapat mempengaruhi keseimbangan parameter kimia air. Sisa pakan yang tak termakan oleh ikan akan mencemari air media pemeliharaan dan menurunkan kualitasnya. Serta pemberian obat – obatan, seperti Kaliun permanganate, akan mempengaruhi kualitas air (Ujang Shadudin Taftajani, 2010).

Usaha akuakultur harus memperhatikan dengan teliti untuk beberapa

parameter yang dilihat. Sehingga diharapkan dari perolehan data dapat

menjadikan usaha akuakultur kali ini dapat berjalan dengan efisien.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

Page 18: Laporan Daskua FPIK

IV.1 Kesimpulan

Kegiatan akuakultur pada dasarnya terbagi atas tiga tahapan, yaitu

pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Semua tahapan akuakultur

memerlukan pendekatan objektif agar kegiatan pembesaran ikan nila tersebut

dapat berjalan dengan efisien. Karena pada dasarnya kegiatan akuakultur itu

berorientasi pada profit. Baik hasil panen berupa ikan segar maupun dalam bentuk

benih dapat dijadikan salah satu bentuk hasil penjualan. Sehingga ilmu yang

didapatkan dari kuliah maupun praktikum dapat diaplikasikan dengan baik guna

mencapai tujuan utama dari kegiatan budidaya ikan, yaitu keuntungan yang

optimal.

IV.2 Saran

Kegiatan pada saat praktikum dapat dinilai cukup baik, namun sebaiknya

ditambahakan alat-alat yang menunjang kegiatan praktikum. Sehingga praktikan

tidak harus saling menunggu mendapatkan giliran memakai alat dan waktu pun

akan terpakai dengan efisien. Pelaksanaa secara umum dapat dikatakan baik,

karena praktikan dapat ikut mengerjakan secara langsung semua tahapan

pembududayaan ikan nila.

DAFTAR PUSTAKA

Page 19: Laporan Daskua FPIK

(Anonim). 2009. [terhubung berkala]. Pemijahan Ikan Nila.

http://ikannila.com/Pemijahan%20Ikan%20Nila.htm. (29 November

2011)

(Anonim). 2011. [terhubung berkala]. Peluang Usaha Budidaya Ikan NIla

Merah.http://www.empangraddina.com. ( 29 November 2011)

Anwar Nurmila. 2008. Karakteristik Fisika Kimia Perairan dan Kaitannya dengan

Distribusi Serta Kelimpahan Larva Ikan di Teluk Palabuhan Ratu.Tesis.

Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.

Arber A. 1950. The Natural Philosophy of Plant Form. London: Cambridge

University.

Djarijah AS.1995.Nila Merah: Pembenihan dan Pembesaran Ikan Nila Merah

Secara Intensif. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Rustadi, Sri Hartati, sukardi, Ustadi,B. Triyatmo, Triyatmo dan Dumanto. 1990.

Pembenihan ikan Nila merah (Oreochromis sp.) Dalam Kolam dan

Jaring Hapa Apung dengan Pasangan Induk Berbeda. Laporan

penelitian Fakultas Pertanian, UGM. Yogyakarta.

Taftajani, Ujang shadudin. 2010. [ terhubung berkala]. http://www.slideshare.net.

(29 November 2011)

LAMPIRAN

Page 20: Laporan Daskua FPIK

Tabel 1. Jumlah Pakan HarianNo Stadia FR Jumlah

pakan/hariTipe Pakan Frekuensi

1 Induk 3% 75 gr Pelet 2 x2 Larva 10% 12 gr Tepung 3 x

Tabel 2. Data Pemeliharaan Induk Ikan Nila

NoHari/

tanggal

Kualitas Air Waktu Jumlah Pakan/hari

Jumlah Sisa PakanpH Suhu

(0C) Pagi Sore

1 Jumat,16 Sep 2011

27 06.45 17.30 75 gr 16 gr

2 Sabtu,17 Sep 2011

27 06.45 17.30 75 gr 28 gr

3 Minggu,18 Sep 2011

27 06.45 17.30 75 gr 34 gr

4 Senin,19 Sep 2011

27 06.45 17.30 75 gr 22 gr

5 Selasa,20 Sep 2011

27 06.45 17.30 75 gr 24 gr

6 Rabu,21 Sep 2011

27 06.45 17.30 75 gr Habis

7 Kamis,22 Sep 2011

27 06.45 17.30 75 gr 40

8 Jumat,23 Sep 2011

27 06.45 17.30 75 gr 32

9 Sabtu,24 Sep 2011

27 06.45 17.30 75 gr 44

10 Minggu,25 Sep 2011

27 06.45 17.30 75 gr 46

11 Senin,26 Sep 2011

27 06.45 17.30 75 gr 38

12 Selasa,27 Sep 2011

27 06.45 17.30 75 gr 8

13 Rabu, 27 06.45 17.30 75 gr 44

Page 21: Laporan Daskua FPIK

28 Sep 2011

14 Kamis,29 Sep 2011

27 06.45 17.30 75 gr 40

15 Jumat,30 Sep 2011

27 06.45 17.30 75 gr

16 Sabtu,1 Okt 2011

27 06.45 17.30 75 gr

17 Minggu,2 Okt 2011

27 06.45 17.30 75 gr

18 Senin,3 Okt 2011

27 06.45 17.30 75 gr

19 Selasa,4 Okt 2011

27 06.45 17.30 75 gr

20 Rabu,5 Okt 2011

27 06.45 17.30 75 gr

21 Kamis,6 Okt 2011

27 06.45 17.30 75 gr

Tabel 3. Data Pemeliharaan Larva/Benih Ikan Nila

No Hari/tanggalKualitas Air Waktu Jumlah

Pakan/hariJumlah Sisa

PakanPh Suhu (0C)

Pagi Sore

1 Jumat,23 Sep 2011

27 06.45 17.30 12 gr Habis

2 Sabtu,24 Sep 2011

27 06.45 17.30 12 gr Habis

3 Minggu,25 Sep 2011

27 06.45 17.30 12 gr Habis

4 Senin,26 Sep 2011

27 06.45 17.30 12 gr Habis

5 Selasa,27 Sep 2011

27 06.45 17.30 12 gr Habis

6 Rabu,28 Sep 2011

27 06.45 17.30 12 gr Habis

7 Kamis,29 Sep 2011

27 06.45 17.30 12 gr Habis

8 Jumat, 30 Sep 2011

27 06.45 17.30 12 gr Habis

9 Sabtu,1 Okt 2011

27 06.45 17.30 12 gr Habis

10 Minggu,2 Okt 2011

27 06.45 17.30 12 gr 4

11 Senin,3 Okt 2011

27 06.45 17.30 12 gr Habis

Page 22: Laporan Daskua FPIK

12 Selasa,4 Okt 2011

27 06.45 17.30 12 gr Habis

13 Rabu,5 Okt 2011

27 06.45 17.30 12 gr Habis

14 Kamis,6 Okt 2011

27 06.45 17.30 12 gr Habis

15 Jumat, 28 Okt 2011

27 06.45 17.30 96,22 gr Habis

16 Sabtu,29 Okt 2011

27 06.45 17.30 96,22 gr Habis

17 Minggu,30 Okt 2011

27 06.45 17.30 96,22 gr Habis

18 Senin, 31 Okt 2011

27 06.45 17.30 96,22 gr Habis

19 Selasa,1 Nov 2011

27 06.45 17.30 96,22 gr Habis

20 Rabu,2 Nov 2011

27 06.45 17.30 96,22 gr Habis

21 Kamis, 3 Nov 2011

27 06.45 17.30 96,22 gr Habis

22 Jumat,4 Nov 2011

27 06.45 17.30 877,1304 gr

23 Sabtu,5 Nov 2011

27 06.45 17.30 877,1304 gr

24 Minggu,6 Nov 2011

27 06.45 17.30 877,1304 gr

25 Senin,7 Nov 2011

27 06.45 17.30 877,1304 gr

26 Selasa,8 Nov 2011

27 06.45 17.30 877,1304 gr

27 Rabu,9 Nov 2011

27 06.45 17.30 877,1304 gr

28 Kamis,10 Nov 2011

27 06.45 17.30 877,1304 gr

Teknik sampling

Panjang ikan = 5,8 cmTotal larva = 5000 ekorLarva yang mati = 1433 ekorTotal benih tebar = larva hidup – larva mati

= 5000-1433 = 3577 ekorBerat seluruh larva = 122,607 gram (30 ekor)Berat total = berat seluruh larva/jumlah larva yang disampling

Page 23: Laporan Daskua FPIK

= 122,607/30 = 4,0869 gramBiomassa = jumlah total ikan hidup x berat total = 3577 x 4,0869

= 14618,8431 gram

∑ pakan=FR× Biomassa

= 6/100 x 14618,8431= 877,1304 gram/hari

Dokumentasi Kegiatan Kelas dan Kelompok

Penimbangan ikan Penimbangan ikan 2

Pengukuran panjang ikan Pengukuran panjang ikan 2