Laporan Daskua FPIK
-
Upload
diwa-perkasa -
Category
Documents
-
view
260 -
download
0
Transcript of Laporan Daskua FPIK
Laporan Praktikum Hari/Tanggal : Senin,12 Desember 2011M.K Dasar-dasar Akuakultur Asisten : 1. Asep Bulkini
2. Dendi Hidayatullah 3. Fatima Rosniar 4. Siti Soraya
PEMBENIHAN, PENDEDERAN, DAN PEMBESARAN IKAN NILA
Oreochromis niloticus
Disusun oleh :Diwa PerkasaC54100071
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERAIRANFAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR2011
I. PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Kegiatan akuakultur untuk ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat pada
umumnya dalam memenuhi permintaan perikanan baik ikan konsumsi maupun
ikan yang siap di distribusikan ke masyarakat untuk budidaya. Akuakultur
berperan dalam memproduksi biota (organisme) akuatik lingkungan terkontrol
dalam rangka mendapatkan keuntungan (profit) yang melibatkan campur tangan
manusia untuk meningkatkan produktivitas perairan melalui kegiatan budidaya
sehingga diharapkan dapat menghasilkan benih-benih ikan nila yang produktif
dan dapat menghasilkan keuntungan.
Salah satu ikan yang mudah dibudidayakan adalah ikan nila, karena ikan
nila memiliki keungulan antara lain mudah dikembangbiakan dan daya
kelangsungan hidupnya tinggi, pertumbuhannya relatif cepat dengan ukuran
badan yang relatif besar, dagingnya berwarna putih, rasanya enak,dan tidak
berduri, tahan terhadap perubahan kondisi lingkungan, serta ikan nila rakus
terhadap makanan sisa (limbah) sehingga menerima pakan beragam. Kelebihan
ikan nila adalah dapat hidup di air tawar, payau, dan laut serta tahan terhadap
penyakit. Peningkatan industri budidaya ikan nila sejalan dengan meningkatnya
permintaan pasar lokal dan dunia menuntut ketersediaan jumlah benih yang
cukup, baik secara kuantitas maupun kualitas. Tiga pilar utama kegiatan budidaya,
antara lain: pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Pembenihan merupakan
salah satu tahapan dalam kegiatan on farm yang sangat menentukan tahap
kegiatan berikutnya. Bukan hanya dalam hal pembesaran tetapi sangat
mempengaruhi budidaya yang dikembangkan dan memerhatikan beberapa
parameter seperti pemberian pakan yang tepat jumlah, mutu, cara, dan waktu serta
pengendalian hama dan penyakit.
I.2 Tujuan
Tujuan dilakukannya praktikum ini adalah mahasiswa mampu menerapkan
prinsip-prinsip akuakultur di lapangan dan mampu memproduksi benih ikan,
melakukan kegiatan pendederan dan pembesaran ikan.
II. BAHAN DAN METODE
II.1 Waktu dan Tempat
Praktikum pembenihan ikan nila dimulai pada hari kamis tanggal 8
September 2011 hingga pembesaran ikan nila sampai tanggal 4 Desember 2011.
Praktikum dilakukan di kolam penelitian Departemen Budidaya Perairan, Fakultas
Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
II.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini adalah bak (beton) untuk
pembenihan berukuran 3 m x 2 m x 0,59 m (dilengkapi dengan saluran kamalir,
inlet, outlet, pipa aerasi, dan pipa saluran lain), akuarium (kaca) berukuran 1 m x
0,5 m x 0,6 cm dan hapa (jaring halus) yang dipasang di kolam berukuran 5 m x 2
m x 1 m untuk pendederan, kolam tanah berukuran 20 m x 10 m x 1 m (dilengkapi
inlet, outlet, dan pipa saluran lain) untuk pembesaran, inlet (sumber air di bak dan
kolam), tandon (sumber air di akuarium), selang (aerasi di bak dan akuarium),
saringan (penyaring kotoran), timbangan digital (menimbang pakan), neraca,
penggaris, mangkok besar, mangkok kecil, dan sendok (sampling), termometer
(mengukur suhu), pH meter (mengukur pH), serokan kolam, dan ember.
Sedangkan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah induk ikan nila
dengan jantan 4 ekor dan betina 10 ekor. Pakan buatan tengelam untuk indukan
dan pakan halus untuk larva, serta pupuk kotoran ayam (pupuk kandang) untuk
kultur pakan alami.
II.3 Prosedur Kerja
II.3.1Pembenihan Ikan Nila Merah
Persiapan wadah terdiri dari pengeringan bak beton, pembersihan atau
pembilasan dari berbagai sampah, lumpur, serta lumut, pengecekan bagian-bagian
kolam apakah terdapat saluran yang bocor atau tidak, pengkapuran atau
penambahan CaCO3 (20 g/m2) sebagai penyangga derajat keasaman kolam,
pengisian air sedikit dan diberi karung isi pupuk ayam ± 3-5 kg untuk
menghidupkan pakan alami (berupa fitoplankton dan zooplankton), pengisian air
sampai ketinggian ¾ kolam ikan yang dipersiapkan.
Komposisi induk ikan nila yang ditebar ke dalam wadah pembenihan adalah
jantan 4 ekor dan betina 10 ekor. Kegiatan pembenihan induk ikan nila dilakukan
selama kurang lebih 6 minggu di dalam bak. Pakan yang diberikan adalah pakan
buatan tenggelam untuk indukan dan pakan halus untuk larva. Pakan tenggelam
diberikan sebanyak 2x sehari setiap pagi pukul 06.30-07.00 dan sore pukul 17.00-
18.00. Praktikan memberi makan ikan dalam bak dengan takaran maksimal 1
kantong pakan (jenis pertama) per hari, 75 gram per hari. Pemberian pakan
dihentikan hingga ikan tidak mau lagi memakan pakan yang diberikan. Pemberian
pakan ini perlu diperhatikan karena kualitas air akan menurun jika ada banyak
sisa pakan di dasar kolam. Sisa pakan tersebut akan melepas gas ammonia (NH3)
yang bersifat toksik terhadap ikan.
Selain pemberian pakan, dalam bak juga harus diambil larvanya setiap pagi,
lalu dipindahkan ke dalam akuarium (maksimal 2000 larva dalam akuarium). Saat
pagi hari, larva naik dan berkumpul ke permukaan sehingga memudahkan dalam
pengambilannya. Larva dalam akuarium diberi pakan cacing rambut dengan
metode Ad libitum.
Kualitas air di bak dicek pH dan suhunya setiap pagi atau sore saat
pemberian pakan. Untuk menjaga kualitas air, dilakukan pengurasan atau
pembersihan wadah setiap ± 5 hari sekali, tetapi jika kurang dari lima hari kolam
sudah kotor dan airnya pekat, air kolam harus diganti. Air dalam bak dikuras
sebanyak ¾ dari volume air bak. Jika diganti seluruhnya dikhawatirkan ikan akan
stress untuk beradaptasi dengan air baru. Tujuan mengganti air adalah untuk
membuang kotoran dan meminimalisir ammonia dan CO2. Outlet di bak juga
terkadang harus ditutupi dengan batu untuk mencegah kodok masuk ke dalam
bak. Selama ± 6 minggu, kegiatan pembenihan dibarengi dengan masa
pendederan.
2.3.2 Pendederan Ikan Nila Merah
Tempat untuk pendederan adalah akuarium dan hapa yang dipasang di
kolam. Akuarium digunakan untuk menempatkan larva yang baru diangkat dari
bak. Pemeliharaan dilakukan selama seminggu sampai menjadi benih. Wadah
akuarium tidak diberi kegiatan pengapuran dan pemupukan, cukup dibersihkan
dan dikeringkan saja. Akuarium yang berukuran 1 m x 0,5 m x 0,6 m diisi dengan
air dari dalam tandon sampai ketinggian ± 50 cm. Berhubung akuariumnya untuk
pemeliharaan larva yang masih rentan, maka pengisian air menggunakan saringan.
Akuarium terletak di laboratorium basah sebelah laboratorium pakan. Sebelum
digunakan, wadah dibersihkan dahulu untuk sterilisasi dari berbagai kotoran dan
penyakit. Hapa yang dipasang di kolam berukuran 5 m x 2 m x 1 m. Ikan akan
dipelihara dalam hapa sampai ukuran benih siap tebar dalam kolam pembesaran.
Hapa sudah terpasang sejak awal, praktikan tidak membantu dalam persiapan
pemasangan hapa di kolam tersebut. Hapa dibersihkan dari kotoran dan sampah-
sampah, kotoran tersebut diambil dengan menggunakan jaring.
Larva dipanen dari bak pembenihan setiap pagi saat pemberian pakan
karena saat itulah larva banyak terlihat. Saat pagi hari, larva naik dan berkumpul
ke permukaan sehingga memudahkan dalam pengambilannya. Larva lalu
dipindahkan ke akuarium selama seminggu. Larva dalam akuarium diberi pakan
cacing rambut dengan metode Ad libitum.
Setelah seminggu dalam akuarium, larva dipindahkan ke dalam hapa. Untuk
larva dalam hapa feeding time-nya ialah setiap pagi pukul 06.30-07.00, siang
pukul 12.00-13.00 dan sore pukul 17.00-18.00 dengan jatah maksimal 1 kantong
pakan (tepung ikan atau yang jenis kedua) per hari, 12-68 gram per hari. Teknik
pemberian pakan adalah langsung saja dituang ke dalam hapa tanpa melihat nafsu
ikan, jadi praktikan membagi pakan dalam setiap kantong tersebut menjadi 3
bagian yang sama rata dan harus habis atau disebut dengan metode restricted. Di
kolam sudah terdapat pakan alami karena kolam terbuat dari tanah.
Kualitas air di akuarium dan di hapa dicek pH dan suhunya setiap pagi atau
siang atau sore saat pemberian pakan. Akuarium di sifon secara berkala setiap
pagi untuk menjaga kebersihan akuarium. Setelah ± 6 minggu, larva dipanen
untuk siap dipindahkan ke kolam pembesaran.
2.3.3 Pembesaran Ikan Nila Merah
Sebelum melakukan kegiatan budidaya ikan, hal pertama yang hatus
dilakukan adalah persiapan kolam. Persiapan kolam untuk pembesaran yang
pertama adalah pengeringan kolam, tujuannya untuk pemutusan rantai patogen
dan pemeriksaan kolam apakah rusak atau tidak, apabila ada yang rusak harus
diperbaiki dan untuk memastikan kolam agar tetap steril, caranya dengan
pengambilan sampah dan kotoran-kotoran lainnya yang ada di dalam kolam. Lalu
setelah itu penambahan air di kolam, airnya berasal dari air tadah hujan dan danau
LSI. Tinggi air diisi kurang lebih sampai 1/3 kolam. Setelah itu, bila wadahnya
adalah kolam tanah maka harus dilakukan pengapuran supaya pH tanah tetap
normal. Pengapuran kolam tanah adalah menaburi dan melapisi tanah kolam
dengan CaCO3. Lalu dapat dilakukan pemupukan untuk menumbuhkan pakan
alami. Contoh pakan alami adalah plankton yang terdiri fitoplankton dan
zooplankton. Pupuk ditenggelamkan di dalam kolam dan dibiarkan selama kurang
lebih 2 minggu sampai tercapai optimalisasi penebaran benih. Setelah 2 minggu,
dilakukan penambahan air sampai setinggi yang diperlukan. Setelah setinggi
outlet maka ikan ditebar. Dimensi kolam adalah 20 m x 10 m x 1 m atau 200 m3.
Kegiatan pemanenan di hapa dilakukan oleh enam praktikan dengan
menggunakan seser dan baskom sebagai tempat menampung sementara benih
ikan. Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam pemanenan ikan,
diantaranya penyerokan ikan dan pemindahan ikan ke wadah. Penyerokan ikan
harus dilakukan dengan hati-hati dan bertahap supaya ikan tidak stress dan rusak
atau terluka. Pemindahan ikan ke wadah dilakukan dengan perlahan. Pemindahan
ikan dari seser ke wadah yang berisi air dilakukan di permukaan kolam hapa.
Usahakan dalam pemindahan ikan serokan tidak diangkat dari permukaan.
Beberapa ikan yang dipanen dari hapa diambil dan diukur bobot serta panjangnya.
Pengukuran dilakukan sebagai patokan dasar dalam menentukan pakan yang
dibutuhkan selama pembesaran.
Setelah benih ikan dipanen dan dihitung jumlahnya, benih ikan
dipindahkan ke kolam pembesaran. Sebelum dilepas ke kolam pembesaran, ikan
harus diaklimatisasi dahulu supaya ikan bisa beradaptasi dengan lingkungan yang
baru. Aklimatisasi dilakukan dengan cara merendam ikan dengan wadahnya
selama 10 menit dalam kolam pembesaran. Selanjutnya, air dari kolam
dimasukkan sedikit demi sedikit sampai air yang diwadah meluber. Penambahan
air bertujuan agar tidak terjadi perubahan suhu air dan pH-nya secara drastis yang
bisa menyebabkan ikan stres. Biarkan benih keluar sendiri dari wadah
pengangkutan ke kolam pembesaran. Salah satu ciri bahwa ikan belum menerima
dan sedang berusaha menyesuaikan diri dengan air baru, dilihat dari gerakan ikan
berenang belum jauh dari titik pelepasan.
Untuk kegiatan selama pemeliharaan dilakukan pemberian pakan.
Pemberian pakan berupa pakan tenggelam yang diberikan sebanyak 2x sehari,
pagi pukul 06.30-07.00 dan sore pukul 17.00-18.00, serta pupuk kotoran ayam
(pupuk kandang) untuk kultur pakan alami untuk menggantikan ketika belum
diberikan pupuk buatan.
Paramater secara kimia harus dilakukan, seperti kualitas air di kolam dicek
pH dan suhunya setiap pagi atau siang atau sore saat pemberian pakan.
Kebersihan kolam juga harus tetap terjaga, apabila banyak kotoran atau sampah
harus segera diambil dengan menggunakan jaring. Pemberian pakan juga harus
diperhatikan agar tidak kelebihan dan memberi pengaruh buruk untuk kualitas air.
Kualitas air yang tidak bagus untuk ikan adalah air yang banyak mengandung
karbondioksida dan besi. Dalam penggantian air, ¼ dari volume air semula harus
disisakan kemudian diisi air baru sampai warna air menjadi agak lebih muda
daripada warna sebelumnya.
2.4 Analisa Data
2.4.1 Tingkat Kelangsungan Hidup
Gunakan kata pengantar sebelum rumus:
NtNo
×100 %
Keterangan:
SR = Tingkat kelangsungan hidup (Survival Rate) (%)
No = Jumlah ikan awal (ekor)
Nt = Jumlah ikan akhir (ekor)
2.4.2 FCR (Feed Convertion Rasio)
Gunakan kata pengantar sebelum rumus:
FCR= F(Wt+Wd )−Wo
× 100%
Keterangan :
KP = Konversi pakan (%)
Wo = Bobot rata-rata ikan awal (g)
Wt = Bobot rata-rata ikan akhir (g)
Wd = Bobot pakan yang dikonsumsi selama pemeliharaan (g)
2.4.3 SGR ( Spesific growth rate)
SGR dapat diketahui dengan menggunakan rumus:
SGR=LnWt−LnWot
Keterangan :
SGR = Spesific Growth Rate (%)
Wt = Bobot rata-rata ikan awal (g)
Wo = Bobot rata-rata ikan akhir (g)
t = Waktu pemeliharaan
2.4.4 Produksi
Produksi dapat diketahui dengan menggunakan rumus:
Produksi = Biomassa Awal - Biomassa Akhir
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Hasil
A. Pembenihan
Umumnya pembenihan ikan adalah usaha untuk menghasilkan benih ikan
dari perkawinan antar indukan. Benih yang dihasilkan berkisar antara 2 sampai 3
cm per ekor. Ada beberapa tahap untuk melakuakan pembenihan, diantaranya
persiapan wadah, pemeliharaan induk agar mencapai kematangan gonad,
pemijahan indukan, penetasan telur yang berasal dari indukan, pemeliharaan
larva, pemberian pakan pada larva, pemantauan, lalu pemanenan larva. Berikut ini
adalah grafik yang menunjukan jumlah benih ikan pada tiap-tiap departemen:
Gambar 3.1 Grafik Perbandingan Jumlah Larva
Berdasarkan grafik tersebut menjelaskan jumlah larva yang berhasil menetas
pada masing-masing indukan pada tiap departemen. Hasil terbanyak diperoleh
departemen ITK dengan jumlah larva 447 ekor larva, sedangkan jumlah larva
terendah diperoleh depertemen BDP yang hanya berjumlah sekitar 250 ekor larva.
Namun untuk total keseluruhan dapat dikatakan cukup baik. Karena perbedaan
jumlah larva pada tiap departemen tidak terlalu signifikan sekali.
Tentunya jumlah larva akan berbeda-beda pada tiap-tiap departemen, hal ini
berpicu oleh beberapa faktor, seperti teknis dalam pemeliharaan larva. Karena
pada fase ini merupakan keadaan yang sangat rentan bagi larva untuk tumbuh.
Sehingga diperlukan penanganan yang ekslusif dalam pemelifaraan larva ikan.
B. Pendederan
Penedederan secara umum dapat dijelaskan sebagai pemisahan larva dengan
indukan. Hal ini dimaksudkan untuk mencapai tahap berikutnya, yaitu
pembenihan. Pembenihan adalah usaha pembesaran ikan agar mencapai ukuran 2
sampai 3 cm. Larva ikan yang telah dipisahkan sebelumnya lalu dipindahkan ke
dalam hapa untuk dilakukan pembenihan. Dalam pengerjaan tahap ini dapat juga
dilakukan beberapa pengukuran parameter ikan, seperti tingkat kelangsungan ikan
yang hidup di dalam hapa atau Survival Rate (SR), banyaknya jumlah paka yang
diberikan untuk mengasilkan 1 kg daging Feeding Convertion Rate (FCR), dan
presentase kenaikan bobot ikan per satuan waktu atau Spesific Growth Rate
(SGR).
Berikut ini adalah data mengenai SR, FCR, maupun SGR:
a. Survival Rate (SR)
Survival Rate merupakan tingkat kelangsungan hidup ikan atau rasio antara
jumlah ikan yang hidup dengan jumlah ikan yag berhasil menetas pada saat awal.
Berikut adalah hasil Survival Rate pada masing-masing departemen:
Gambar 3.2 Grafik Survival Rate pada masing-masing departemen
Terlihat bahwa nilai SR terbesar diperoleh departemen BDP dengan tingkat
kelangsungan hidup sekitar 85 %. Sedangkan nilai SR terkecil diperoleh
departemen MSP dengan nlai kelangsungan hidup sekitar 26 %. Nilai tersebut
menunjukan jumlah ikan yang bertahan pada saat dilakukan sampling. Ini berarti
terdapat jumlah ikan yang mati dengan jumlah yang besar pada kolam departemen
MSP, karena nilai SR kurang dari 50 %. Sedangkan nilai SR pada departemen
BDP, THP, dan ITK dapat dikatakan baik karena memiliki SR di atas 65 %.
b. Feeding Convertion Ratio (FCR)
Feeding Convertion Ratio menunjukan jumlah pakan yang terpakai untuk
mnghasilakan 1 kg daging. Hal ini dapat menunjukan efisiensi pemberian pakan
ikan pada tiap departemen. Berikut ini adalah data hasil FCR pada masing-masing
departemen:
BDP MSP THP PSP ITK0
0.20.40.60.81
1.21.4
Data FCR
Departemen
FCR
Gambar 3.3 Grafik FCR Tiap Departemen
Dapat terlihat bahwa nilai FCR terbesar diperoleh departemen MSP dengan
nilai sekitar 1,3, sedangkan nilai FCR terkecil diperoleh departemen BDP dengan
nilai FCR 1. Hal ini menunjukan bahwa depatemen BDP memiliki efisiensi
tertinggi karena jumlah pakan yang dipakai lebih rendah dibandingkan
departemen lain untuk menghasilkan 1 kg daging ikan. FCR yang tinggi seperti
pada departemen MSP terjadi pemborosan pakan untuk menghasilkan 1 kg
daging.
c. Spesific Growth Rate (SGR)
Spesific Growth Rate merupakan laju pertumbuhan spesifik ikan yang
dihitung per satuan waktu. Ikan akan mengalami kenaikan biomasa seiring dengan
waktu. SGR dapat melihat kelajuan biomasa ikan dengan melihat selisih biomasa
ikan per satuan waktu. Berikut adalah data hasil SGR tiap departemen:
BDP MSP THP PSP ITK02468
101214
Data SGR
Departemen
SGR
Gambar 3.4 Grafik SGR Tiap Departemen
Grafik tersebut menunjukan hasil SGR yang dihitung pada masing-masing
departemen. Terlihat nilai SGR terbesar diperoleh depertemen PSP dengan nilai
sebesar 12,78. Sedangkan nilai SGR terkecil diperoleh departemen ITK. Kelajuan
tumbuh departemen PSP lebih cepat dengan departemen lainnya. Hal ini
menunjukan bahwa besar ikan yang diperoleh dalam waktu yang sama itu lebih
besar departemen PSP.
d. Yield (Produksi)
Hasil produksi (yield) merupakan selisih antara biomasa awal dan biomasa
pada saat dilakukan panen. Yield menunjukan biomasa total ikan selama dilakukan
pembesaran.
BDP MSP THP PSP ITK0
10203040506070
YIELD
YIELD
Gambar 3.5 Grafik Yield Tiap Departemen
Berdasarkan data yang ditunjukan oleh grafik yield bahwa hasil produksi
terbesar diperoleh departemen THP dengan nilai 64 kg. Sedangkan hasil produksi
terkecil diperoleh departemen MSP dengan nilai 13. Hasil total ptoduksi itu
menunjukan kenaikan total biomasa sejak pembesaran hingga melakukan
pemanenan ikan. Banyak faktor yang memengaruhi nilai yield diantaranya yang
paling memengaruhi adalah pakan yang diberikan.
3.2. Pembahasan
Perolehan hasil larva ikan Nila Merah (Oreocromis niloticus) pada tiap
departemen berbeda-beda dengan jumlah larva departemen BDP sebanyak 245,
jumlah larva departemen MSP sebanyak 393, jumlah larva departeman THP
sebanyak 383, jumlah larva departemen PSP 315, dan jumlah larva departemen
ITK sebanyak 447. Jumlah larva yang berbeda beda ditentukan oleh banyak
faktor, dimulai secara teknis pemeliharaan, faktor biologi sampai kondisi
lingkungan yang mendukung kehidupan larva ikan.
Larva menurut Hermawan (2002) didefenisikan sebagai anak ikan yang baru
menetas. Berkaitan dengan perkembanganna, larva dibedakan menjadi dua tahap
yaitu pro (pre) larva adalah yang masih memiliki kantung kuning telur dan post
larva adalah masa ketika kantung kuning telur menghilang sampai terbentuknya
organ-organ baru. Pada saat larva, setelah habis kuning telur, Ikan Nila suka
dengan phyto plankton. Besar edikit atau saat benih sangat suka dengan
zooplankton, seperti Rotifera sp, Impusoria sp, Daphnia sp, Moina sp dan
Cladocera sp. Saat telur menetas sumber energi untuk perkembangan larva ikan
sangat bergantung pada material bawaan telur yang telah disiapkan oleh induk dan
fase ini merupakan fase yang paling kritis. Karena pada saat larva ketahanan
tubuhnya masih cenderung lemah dan bukaan mulutnya belum terlalu besar
sehingga banyak faktor-faktor yang memengaruhinya. Kondisi fisik perairan juga
mempengaruhi awal masa hidup larva sebagai tempat asuhan (nursery ground) dan
mencari makan (feeding ground) (Nurmila 2008). Menurut Djarijah (1995) Ikan
nila (Oreochromis sp) merupakan jenis ikan yang paling mudah dipeliharanya,
karena tidak banyak menuntut persyaratan air sebagai media hidupnya asalkan
tetap ada difusi oksigen yang masuk untuk ikan dapat bernafas. Ini menjadi salah
satu kemudahan juga dalam pemeliharaan ikan nila diluar faktor pembatasnya.
Tahap pendederan memiliki beberapa parameter seperti tingkat
kelangsungan hidup (SR), jumlah benih, biomassa (SGR) dan jumlah pakan yang
dihabiskan (FCR). Beberapa parameter tersebut menjelaskan secara umum tentang
perkembangan tumbuh ikan baik secara jumlah ikan dan bobot biomasanya
maupun jumlah pakan yang diberikan. Hal ini perlu dilihat guna mendapatkan
efisiensi pemelihraan ikan nila dari berbagai aspek tersebut.
Survival rate atau biasa dikenal dengan SR dalam perikanan budidaya
merupakan indeks kelulushidupan suatu jenis ikan dalam suatu proses budidaya
dari mulai awal ikan ditebar hingga ikan dipanen. SR ini merupakan salah satu
faktor penentu keberhasilan dalam kegiatan budidaya ikan. jika ikan yang hidup
saat panen banyak dan yang mati hanya sedikit tentu nila SR akan tinggi, namun
sebaliknya jika jumlah ikan yang mati banyak sehingga jumlah ikan yang masih
hidup saat dilakukan pemanenan tinggal sedikit tentu nilai SR ini akan rendah.
Berdasarkan data yang diperoleh SR tertinggi diperoleh departemen BDP dengan
nilai 85 %. Itu berarti masih banyak ikan yang hidup sejak dilakukan perhitungan
benih ikan sebanyak 85 % dari jumlah total sebelumnya. Sedangkan nilai SR
terkecil diperoleh departemen MSP dengan nilai 25 %. Hal ini menunjukan bahwa
jumlah sisa ikan yang hidup hanya 25 % dari jumlah total sebelumnya. Faktor
yang memengaruhi tingkat keberlangsungan ikan seperti kondisi fisik kolam yang
dilihat dari beberapa parameter kimia dan biologi. Kadar pH serta jumlah pakan
alami yang terdiri plankton yang hidup di kolam. Serta pemberian pakan yang
teratur akan memperbesar tingkat keberlangsungan hidup ikan karena memang
kondisi larva ikan yang sangat rentang.
Feeding Convertion Rate (FCR) merupakan konversi rasio pakan yang
diberikan pada ikan nila dengan 1 kg daging ikan nila yang dihasilkan. Jika nilai
FCR semakin besar maka akan semakin memeperbesar pengeluaran terkait
dengan biaya pakan yang diberikan untuk ikan nilatersebut. Menurut data yang
diperoleh nilai FCR terbesar diperoleh departemen MSP dengan nilai 1,25. Berarti
biaya pakan yang dikeluarkan akan lebih besar jika dibandingkan dengan
departemen lain. Sedangkan nilai FCR terkecil diperoleh departemen BDP dengan
nilai FCR 1. Melihat dari segi biaya departemen BDP mengeluarkan biaya yang
lebih murah. Nilai FCR itu bergantung dengan ketersediaan pakan alami yang
berada di kolam. Untuk persiapan pembibitan seharusnya memerhatikan kadar
pakan alami dengan cara pemupukan kolam. Penambahan pakan alami akan
membantu meringankan biaya pakan juga. Apalagi pada saat fase larva hanya
dapat memakan ukuran pakan yang sangat kecil. Ukuran yang kecil tidak dapat
diberikan pakan buatan, pakan alami akan sangat membantu pada saat fase ini.
Namun akan lebih baik lagi jika jumlah pakan alami terus diperhatikan sampai
tahap pembesaran, karena terkait dengan biaya yang dikeluarkan juga.
Spesific Growth Rate (SGR) merupakan tingkat kelajuan bobot ikan per
satuan hari. Setiap hari ikan akan mengalami kenaikan bobot masa karena
pemberian pakan yang terjadwal akan memberikan nutrisi yang sesuai bagi
pertumbuhan ikan. Nilai SGR terbesar diperoleh departemen PSP dengan nilai
12,78 sedangkan nilai SGR terendah diperoleh dapertemen ITK yaitu 8,16. Nilai
SGR menunjukan kelajuan pertambahan bobot per satuan waktu. Faktor yang
menentukan pertambahan bobot ikan yaitu pemberian pakan yang akan memeberi
nutrisi ikan untuk tumbuh. Laju pertumbuhan tubuh nila yang dibudidayakan
tergantung dari pengaruh fisika dan kimia perairan dan interaksinya. Sebagai
contoh curah hujan yang tinggi akan mengganggu pertumbuhan tanaman air dan
secara tidak langsung akan memengaruhi pertumbuhan nila yang dipelihara.
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui laju pertumbuhan nila lebih cepat jika
dipelihara di kolam yang airnya dangkal dibandingkan dengan kolam yang airnya
dalam. Penyebabnya adalah pertumbuhan tanaman air sangat cepat di perairan
yang dangkal, sehingga nila mendapatkan pasokan pakan yang cukup. Selain itu,
laju pertumbuhan nila di kolam yang dipupuk dengan pupuk organik misalnya
kotoran ternak juga. lebih cepat dibandingkan dengan nila yang dipelihara di
kolam yang dipupuk dengan pupuk anorganik (Khairul Amri dan Khairuman,
2008).
Siklus hidup ikan Nila melewati lima fase kehidupan, yaitu telur, larva,
benih, konsums dan induk. Ciri setiap fase berubah. Demikian juga dengan bentuk
dan ukuran tubuh serta sifat-sifatnya. Semua fase dilewati dalam waktu yang
berbeda-beda. Dari semua fase, konsumsi merpakan suatu fase komersil pada
sebuah usaha. Telur merupakan fase awal kehidupan ikan Nila, dimana bakal anak
itu baru dikeluarkan induknya. Fase ini dicirikan dengan bentuknya yang bulat,
berwarna kuning dan bersifat tidak melekat. Telur Ikan Nila berdiameter antara 2
– 2,5 mm. setiap butir memiliki berat rata-rata 0,02 mg . Fase telur merupakan
masa kritis dan dilewati selama 6 – 7 hari atau tergantung suhu air, kemudian
berubah menjadi fase larva yang masih memiliki kuning telur atau makanan
cadangan. Fase itu dilewati selama 2 – 3 hari. Selama fase itu tidak memerlukan
pakan dari luar, tetapi akan menghabiskan makanan cadangan itu (Ujang
Shadudin Taftajani, 2010).
Tahapan kegiatan akuakultur meliputi tiga tahapan yang tak dapat
terpisahkan atau saling berkesinambungan. Tahapannya yaitu pembenihan,
pendederan, dan pembesaran. Pembenihan yaitu usaha untuk menghasilkan ikan
ukuran kebul (benih ukuran 2-3 cm). Usaha ini dimulai dari pemeliharaan induk
untuk mencapai kematangan kelamin, pemijahan, penetasan, pemeliharaan larva
hingga pendederan pertama. Awal pembenihan dilakukan dengan cara pemijahan
yang dilakukan melalui perangsangan alam, yaitu melalui pengeringan dan
pemasangan kakaban untuk tempat penempelan telur. Keesokan hari sejak induk
ikan disatukan di kolam pemijahan ikan sudah menghasilkan telur yang telah
dibuahi. Selanjutnya induk dikembalikan ke kolam induk dan telur dirawat agar
embrio berkembang baik. Dua hari kemudian telur menetas menjadi larva. Larva
dirawat selama tiga-lima hari sebelum di pindahkan ke kolam pendederan
pertama.
Tahap akhir dari kegiatan pembenihan adalah pemeliharaan larva di kolam
pendederan. Pada pendederan pertama larva dipelihara selama 3 minggu hingga
mencapai ukuran 2-3 cm. Pada pemeliharaan ini pakan alami ditumbuhkan
melalui pemupukan (terutama menggunakan kotoran ayam) dan penggenangan air
selama lima sampai tujuh hari. Setelah pakan alami tersedia larva ikan ditebarkan.
Selama pemeliharaan ikan diberi pakan baik pakan alami yang telah disediakan
sebelumnya maupun pakan buatan.
Pembesaran merupakan usaha pembesaran benih ikan sampai ukuran siap
konsumsi. Pembesaran dilakukan pada kolam ikan yang cukup besar dan sudah
diberi pupuk sebelumnya agar jumlah pakan alami akan lebih banya daripada
kondisi biasanya. Pakan alami sangat membantu dalam pemberian pakan,
sehingga ikan tidak hanya tergantung pakan buatan saja. Usaha pembesaran ikan
memiliki faktor pembatas seperti pakan yang diberikan serta kondisi fisik kolam
maupun ancaman dan gangguan dari luar seperti hama (ular dan sejenisnya).
Ada lima faktor atau komponen yang mempengaruhi budidaya ikan yaitu ikan yang dibudidayakan, air sebagai media hidup ikan, wadah pemeliharaan, nutrisi atau makanan ikan dan manajemen Setiap faktor utama terdiri dari beberapa faktor yang jumlahnya tergantung dari derajat intensifikasi yang digunakan pada pengelolaan budidaya ikan yang dilakukan. Faktor-faktor tersebut berinteraksi secara langsung, sehingga dapat saling mempengaruhi yang pada akhirnya akan mempengaruhi produksi sebagai tujuan utama. Telah disebutkan terlebih dahulu bahwa kualitas air merupakan salah satu faktor penting dalam manajemen budidaya ikan, termasuk pemeliharaan induk dan benih ikan. Kualitas air dalam budidaya ikan didefinisikan sebagai kualitas dari air yang baik untuk kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan, yang biasanya dipengaruhi oleh beberapa faktor saja, dengan demikian pengelolaan kualitas air merupakan pengaturan kondisi lingkungan atau kualitas air sehingga berada pada kisaran yang sesuai bagi kelangsungan hidup dan pertumbuhan ikan budidaya. Beberapa faktor mempengaruhi kualitas air yang digunakan, kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan budidaya ikan seperti pemupukan, pemberian pakan dan lain-lain, serta bahan cemaran yang masuk ke wadah pemeliharaan. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam melaksanakan budidaya ikan juga dapat mempengaruhi kualitas air. Pemupukan dapat meningkatkan kelimpahan fitoplankton yang kemudian akan mempengaruhi parameter kimia dan fisika air seperti kandungan oksigen terlarut, pH, kecerahan dan sebagainya. Begitu juga pengapuran dapat mempengaruhi keseimbangan parameter kimia air. Sisa pakan yang tak termakan oleh ikan akan mencemari air media pemeliharaan dan menurunkan kualitasnya. Serta pemberian obat – obatan, seperti Kaliun permanganate, akan mempengaruhi kualitas air (Ujang Shadudin Taftajani, 2010).
Usaha akuakultur harus memperhatikan dengan teliti untuk beberapa
parameter yang dilihat. Sehingga diharapkan dari perolehan data dapat
menjadikan usaha akuakultur kali ini dapat berjalan dengan efisien.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
IV.1 Kesimpulan
Kegiatan akuakultur pada dasarnya terbagi atas tiga tahapan, yaitu
pembenihan, pendederan, dan pembesaran. Semua tahapan akuakultur
memerlukan pendekatan objektif agar kegiatan pembesaran ikan nila tersebut
dapat berjalan dengan efisien. Karena pada dasarnya kegiatan akuakultur itu
berorientasi pada profit. Baik hasil panen berupa ikan segar maupun dalam bentuk
benih dapat dijadikan salah satu bentuk hasil penjualan. Sehingga ilmu yang
didapatkan dari kuliah maupun praktikum dapat diaplikasikan dengan baik guna
mencapai tujuan utama dari kegiatan budidaya ikan, yaitu keuntungan yang
optimal.
IV.2 Saran
Kegiatan pada saat praktikum dapat dinilai cukup baik, namun sebaiknya
ditambahakan alat-alat yang menunjang kegiatan praktikum. Sehingga praktikan
tidak harus saling menunggu mendapatkan giliran memakai alat dan waktu pun
akan terpakai dengan efisien. Pelaksanaa secara umum dapat dikatakan baik,
karena praktikan dapat ikut mengerjakan secara langsung semua tahapan
pembududayaan ikan nila.
DAFTAR PUSTAKA
(Anonim). 2009. [terhubung berkala]. Pemijahan Ikan Nila.
http://ikannila.com/Pemijahan%20Ikan%20Nila.htm. (29 November
2011)
(Anonim). 2011. [terhubung berkala]. Peluang Usaha Budidaya Ikan NIla
Merah.http://www.empangraddina.com. ( 29 November 2011)
Anwar Nurmila. 2008. Karakteristik Fisika Kimia Perairan dan Kaitannya dengan
Distribusi Serta Kelimpahan Larva Ikan di Teluk Palabuhan Ratu.Tesis.
Sekolah Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor.
Arber A. 1950. The Natural Philosophy of Plant Form. London: Cambridge
University.
Djarijah AS.1995.Nila Merah: Pembenihan dan Pembesaran Ikan Nila Merah
Secara Intensif. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.
Rustadi, Sri Hartati, sukardi, Ustadi,B. Triyatmo, Triyatmo dan Dumanto. 1990.
Pembenihan ikan Nila merah (Oreochromis sp.) Dalam Kolam dan
Jaring Hapa Apung dengan Pasangan Induk Berbeda. Laporan
penelitian Fakultas Pertanian, UGM. Yogyakarta.
Taftajani, Ujang shadudin. 2010. [ terhubung berkala]. http://www.slideshare.net.
(29 November 2011)
LAMPIRAN
Tabel 1. Jumlah Pakan HarianNo Stadia FR Jumlah
pakan/hariTipe Pakan Frekuensi
1 Induk 3% 75 gr Pelet 2 x2 Larva 10% 12 gr Tepung 3 x
Tabel 2. Data Pemeliharaan Induk Ikan Nila
NoHari/
tanggal
Kualitas Air Waktu Jumlah Pakan/hari
Jumlah Sisa PakanpH Suhu
(0C) Pagi Sore
1 Jumat,16 Sep 2011
27 06.45 17.30 75 gr 16 gr
2 Sabtu,17 Sep 2011
27 06.45 17.30 75 gr 28 gr
3 Minggu,18 Sep 2011
27 06.45 17.30 75 gr 34 gr
4 Senin,19 Sep 2011
27 06.45 17.30 75 gr 22 gr
5 Selasa,20 Sep 2011
27 06.45 17.30 75 gr 24 gr
6 Rabu,21 Sep 2011
27 06.45 17.30 75 gr Habis
7 Kamis,22 Sep 2011
27 06.45 17.30 75 gr 40
8 Jumat,23 Sep 2011
27 06.45 17.30 75 gr 32
9 Sabtu,24 Sep 2011
27 06.45 17.30 75 gr 44
10 Minggu,25 Sep 2011
27 06.45 17.30 75 gr 46
11 Senin,26 Sep 2011
27 06.45 17.30 75 gr 38
12 Selasa,27 Sep 2011
27 06.45 17.30 75 gr 8
13 Rabu, 27 06.45 17.30 75 gr 44
28 Sep 2011
14 Kamis,29 Sep 2011
27 06.45 17.30 75 gr 40
15 Jumat,30 Sep 2011
27 06.45 17.30 75 gr
16 Sabtu,1 Okt 2011
27 06.45 17.30 75 gr
17 Minggu,2 Okt 2011
27 06.45 17.30 75 gr
18 Senin,3 Okt 2011
27 06.45 17.30 75 gr
19 Selasa,4 Okt 2011
27 06.45 17.30 75 gr
20 Rabu,5 Okt 2011
27 06.45 17.30 75 gr
21 Kamis,6 Okt 2011
27 06.45 17.30 75 gr
Tabel 3. Data Pemeliharaan Larva/Benih Ikan Nila
No Hari/tanggalKualitas Air Waktu Jumlah
Pakan/hariJumlah Sisa
PakanPh Suhu (0C)
Pagi Sore
1 Jumat,23 Sep 2011
27 06.45 17.30 12 gr Habis
2 Sabtu,24 Sep 2011
27 06.45 17.30 12 gr Habis
3 Minggu,25 Sep 2011
27 06.45 17.30 12 gr Habis
4 Senin,26 Sep 2011
27 06.45 17.30 12 gr Habis
5 Selasa,27 Sep 2011
27 06.45 17.30 12 gr Habis
6 Rabu,28 Sep 2011
27 06.45 17.30 12 gr Habis
7 Kamis,29 Sep 2011
27 06.45 17.30 12 gr Habis
8 Jumat, 30 Sep 2011
27 06.45 17.30 12 gr Habis
9 Sabtu,1 Okt 2011
27 06.45 17.30 12 gr Habis
10 Minggu,2 Okt 2011
27 06.45 17.30 12 gr 4
11 Senin,3 Okt 2011
27 06.45 17.30 12 gr Habis
12 Selasa,4 Okt 2011
27 06.45 17.30 12 gr Habis
13 Rabu,5 Okt 2011
27 06.45 17.30 12 gr Habis
14 Kamis,6 Okt 2011
27 06.45 17.30 12 gr Habis
15 Jumat, 28 Okt 2011
27 06.45 17.30 96,22 gr Habis
16 Sabtu,29 Okt 2011
27 06.45 17.30 96,22 gr Habis
17 Minggu,30 Okt 2011
27 06.45 17.30 96,22 gr Habis
18 Senin, 31 Okt 2011
27 06.45 17.30 96,22 gr Habis
19 Selasa,1 Nov 2011
27 06.45 17.30 96,22 gr Habis
20 Rabu,2 Nov 2011
27 06.45 17.30 96,22 gr Habis
21 Kamis, 3 Nov 2011
27 06.45 17.30 96,22 gr Habis
22 Jumat,4 Nov 2011
27 06.45 17.30 877,1304 gr
23 Sabtu,5 Nov 2011
27 06.45 17.30 877,1304 gr
24 Minggu,6 Nov 2011
27 06.45 17.30 877,1304 gr
25 Senin,7 Nov 2011
27 06.45 17.30 877,1304 gr
26 Selasa,8 Nov 2011
27 06.45 17.30 877,1304 gr
27 Rabu,9 Nov 2011
27 06.45 17.30 877,1304 gr
28 Kamis,10 Nov 2011
27 06.45 17.30 877,1304 gr
Teknik sampling
Panjang ikan = 5,8 cmTotal larva = 5000 ekorLarva yang mati = 1433 ekorTotal benih tebar = larva hidup – larva mati
= 5000-1433 = 3577 ekorBerat seluruh larva = 122,607 gram (30 ekor)Berat total = berat seluruh larva/jumlah larva yang disampling
= 122,607/30 = 4,0869 gramBiomassa = jumlah total ikan hidup x berat total = 3577 x 4,0869
= 14618,8431 gram
∑ pakan=FR× Biomassa
= 6/100 x 14618,8431= 877,1304 gram/hari
Dokumentasi Kegiatan Kelas dan Kelompok
Penimbangan ikan Penimbangan ikan 2
Pengukuran panjang ikan Pengukuran panjang ikan 2