Laporan Centering,Smb.i Vertikal Dan Pembacaan Sudut

29
LAPORAN RESMI PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1 SENTERING, PENGATURAN SUMBU I VERTIKAL DAN PEMBACAAN SUDUT PADA TEODOLIT FENNEL KASSEL Kelompok 4 Kelas A Anggota : 1. Aeny Sugianto 12/330070/TK/39261 2. Ahmad Baihaqi 12/330398/TK/39565 3. Bondan Galih Dewanto 12/332934/TK/39648 4. I Made Sapta Hadi 12/330081/TK/39272 5. Puji Nurhidayah 12/330456/TK/39598 TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA

description

Centering,Smb.i Vertikal Dan Pembacaan Sudut

Transcript of Laporan Centering,Smb.i Vertikal Dan Pembacaan Sudut

LAPORAN RESMI

PRAKTIKUM ILMU UKUR TANAH 1

SENTERING, PENGATURAN SUMBU I VERTIKAL DAN PEMBACAAN SUDUT PADA TEODOLIT FENNEL KASSEL

Kelompok 4 Kelas AAnggota : 1. Aeny Sugianto

12/330070/TK/392612. Ahmad Baihaqi

12/330398/TK/395653. Bondan Galih Dewanto

12/332934/TK/396484. I Made Sapta Hadi

12/330081/TK/39272

5. Puji Nurhidayah

12/330456/TK/39598TEKNIK GEODESI FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2012

A. Materi

1. Sentering2. Pengaturan sumbu I vertical3. Pembacaan sudut horizontal dan verticalB. Tujuan1. Untuk mengetahui cara melakukan sentering2. Untuk mengetahui cara mengatur Sumbu I menjadi vertical3. Untuk mengetahui cara membaca sudut horizontal dan vertical pada fennel kassel besar dan fennel kassel kecil C. Alat

1. Statif

1 buah

2. Teodolit FK besar1 buah

3. Teodolit FK kecil 1 buah

4. Unting-unting

1 buah

5. Patok

1 buah

6. Alat tulis

D. Teori1. Pengertian Teodolit

Teodolit adalah instrument atau alat yang dirancang untuk pengukuran sudut secara cermat dan teliti. Pengukuran ini dapat berapa sudut- sudut dalam sebuah bidang vertikal maupun horizontal, dimana sudut-sudut tersebut berperan penting dalam penentuan jarak dan beda tinggi di antara titik titik yang diukur dilapangan. Pengukuran dengan alat teodolit terbagi atas dua bagian yaitu jarak dan sudut, sedangkan pengukuran jarak juga dibedakan atas dua bagian yaitu jarak mendatar dan jarak miring.

Keterangan gambar:

1) Visir

11) Centering Optis

2) Teropong

12) Skrup Gerak Halus Horizontal Atas

3) Skrup Pengunci Gerak Vertial13) Skrup Gerak Halus Pengunci Atas

4) Srup Okuler

14) Skrup Pengunci Gerak Halus Hz Bawah

5) Kaca Penerang

15) Skrup Gerak Halus Horizontal Bawah

6) Teropong Pembaca Sudut

16) Lensa Penerang

7) Skrup Obyektif

17) Nivo Kotak

8) Skrup Gerak Halus Vertikal

18) Tribach

9) Nivo Tabung

19) Skrup Penyetel

10) Skrup Mikrometer

20) Statif

A. Bagian Atas1. Teropong

Teropong digunakan untuk membidik atau mengamati benda yang jauh agar terlihat jelas. dekat dan besar. Teropng teodolit menggunakan prinsip Klepper, yaitu terdiri dari lensa positif sebagai lensa objektif dan lensa negatif sebagai lensa okuler, yang bertindak sebagai loupe. Lensa objektif memberikan bayangan nyata, terbalik dan diperkecil. Bayangan ini digunakan sebagai benda oleh lensa okuler untuk selanjutnya bayangan menjadi diperbesar, dekat dan terbalik.

Rumus umum pembentuk bayangan pada lensa adalah:

Keterangan:

f = jarak fokus/titik api

b = jarak benda

v = jarak bayangan

Perbesaran bayangn dinyatakan dengan rumus:

Keterangan:

P = perbesaran bayangan

f1 = jarak fokus lensa objektif

f2 = jarak fokus lensa okuler

Gambar: Perbesaran bayangan pada teropong

Agar benda terlihat jelas, maka bayangan yang terbentuk oleh lensa objektif harus jatuh pada bidang bakar dari okuler. Karena jarak benda yang diamati berbeda-beda, maka jarak bayangan pun demikian, sehingga agar bayangan tetap jatuh pada bidang bakar lensa okuler, maka lensa okuler dibuat dalam tabung yang terpisah dengan tabung objektif . Terdapat gigi-gigi yang dapat digerakkan dengan sekrup pengatur atau ronsel agar dapat bergerak maju atau mundur. Dengan demikian teropong semacam ini dapat menjadi panjang atau pendek.

Pada alat baru, permasalahan tersebut dipecahkan dengan memasang lensa positif yang dapat digeser maju atau mundur di antara objektif dan okuler (lensa sentral) dan berlaku pula sebagai lensa pembalik sehingga teropong panjangnya tetap dan bayangan menjadi tegak.

Selain lensa sentral, teropong juga dilengkapi dengan benang silang pada diafragma untuk pembidikan dan skrup koreksi diafragma kiri, kanan, atas dan bawah untuk pengaturan garis bidik.

Garis bidik adalah garis khayal yang menghubungkan antara titik silang benang silang pada diafragma dengan sumbu optis lensa objektif. Diafragma adalah pelat kaca yang dipasang di depan lensa okuler. Benang silang dan benang stadia (benang atas dan benang bawah) digrafir pada permukaan kaca (diafragma) ini.2. Lingkaran vertical

Adalah piringan dari metal atau kaca tempat skala lingkaran. Lingkaran ini berputar bersama teropong dan dilindungi oleh alhidade vertikal.3. Sumbu mendatar (sumbu II)

Adalah sumbu perputaran teropong yang disangga oleh dua tiang penyangga kiri dan kanan. Pada teodolit lama sumbu ini dapat dikoreksi atau diatur tegak lurus dengan sumbu vertikal (sumbu I). Sedang pada alat yang baru, pabrik yang memproduksi teodolit sudah membuat sumbu ini tegak lurus dengan sumbu vertikal.4. Klem teropong dan penggerak halus

Klem teropong digunakan untuk mematikan gerakan teropong, sedangkan skrup penggerak halus digunakan untuk gerakan halus. Gerakan halus ini berfungsi apabila klem telah dimatikan.

5. Alhidade vertikal dan nivo

Alhidade vertikal digunakan untuk melindungi piringan vertikal dan nivo alhidade vertikal digunakan untuk mengatur mikroskop pembacaan lingkaran vertikal. Pada alat-alat yang baru, nivo ini sudah tidak ada lagi.6. Nivo teropong

Nivo teropong digunakan untuk membuat garis bidik mendatar. Pada kebanyakan teodolit yang baru, nivo teropong sudah tidak ada lagi.

B. Bagian Tengah

1. Kaki penyangga sumbu II (sumbu mendatar)Pada teodolit yang baru (optis), kaki penyangga sumbu mendatar berisi prisma-prisma pemantul sinar pembacaan lingkaran horizontal.2. Alhidade horizontalMerupakan pemersatu dari kaki penyangga sumbu II dan pelindung lingkaran horizontal.

3. Piringan lingkaran horizontalMerupakan tempat skala lingkaran horizontal, terbuat dari metal atau kaca. Pada teodolit repetisi lingkaran ini terpisah dari tribach dan dapat diatur kedudukannya, sedang pada teodolit reiterasi menjadi satu dengan tribach dan posisinya tetap.

4. Klem dan penggerak halus alhidade horizontal.

Seperti halnya pada teropong, klem ini dipakai untuk mematikan gerakan sumbu I (sumbu tegak), dan gerakan halus dilakukan dengan memutar skrup penggerak halus alhidade horizontal.

5. Klem dan penggerak halus limbusKlem dan penggerak halus limbus hanya ada pada teodolit repetisi (sumbu ganda), digunakan untuk mengatur kedudukan piringan horizontal.

6. Nivo (tabung) alhidade horizontal

Nivo alhidade horizontal digunakan untuk membuat sumbu I vertikal secara halus, setelah dilakukan pendekatan dengan nivo kotak. Kadang-kadang nivo kotak juga berdekatan dengan nivo tabung, artinya terletak pada alhidade horizontal, namun ada pula yang berada pada tribach atau kiap.

7. Mikroskop pembacaan lingkaran horizontalPada alat yang baru (optical teodolite), mikroskop pembacaan lingkaran horizontal dijadikan satu dengan pembacaan lingkaran vertikal, dan untuk pembacaan yang lebih teliti, dilengkapi dengan skrup mikrometer.C. Bagian Bawah1. Tribach

Tribach merupakan tempat tumpuan dari sumbu I.2. Nivo kotak

Nivo kotak dipakai sebagai penolong dalam pengaturan sumbu I vertikal secara pendekatan.

3. Skrup penyetel ABC

Terdiri dari tiga buah skrup, digunakan utnuk mengatur sumbu I agar vertikal. Skrup ini juga disebut leveling screw.4. Plat dasar

Plat dasar digunakan untuk menyatukan alat dengan statip. Bagian tengah plat dasar diberikan lubang drat untuk baut instrumen.

5. Alat sentering optis

Pada alat lama piranti sentering berupa tempat penggantung tali unting-unting yang berada pada baut instrumen. Beberapa alat buatan Kern menggunakan sentering dengan tongkat teleskopik.

6. Statip

Merupakan piranti untuk mendirikan alat di lapangan yang terdiri dari kepala statip dan kaki tiga yang dapat distel ketinggiannya. Statip terbuat dari kayu atau metal atau alumunium sehingga lebih ringan. Ketinggian statip dapat diatur, disesuaikan dengan ketinggian si pengamat. Kepala statip ada yang datar, melengkung (sferis), ada pula yang menyerupai bonggol (Kern) dengan sambungan alat sentering tongkat teleskopik sekaligus untuk mengatur tinggi alat.2. Sentering

Yang dimaksud dengan sentering adalah bahwa sumbu I (sumbu vertikal) teodolit segaris dengan garis gaya berat yang melalui tempat berdiri alat (paku atau titik silang di atas patok) Sentering dapat dilakukan dengan bantuan salah satu alat di bawah ini:

1) Dengan unting-unting yang digantung pada baut instrumen di bawah kepala statip.

2) Dengan bantuan alat sentering optic

3) Dengan bantuan alat snetering tongkat teleskopik

4) Dengan bantuan sentering laser

Apabila alat yang berada dalam keadaan tidak sentering digunakan untuk mengukur sudut horizontal, maka sudut hasil pengukurannya akan dihinggapi kesalahan.3. Sistem Pembacaan LingkaranSistem pembacaan lingkaran teodolit ada beberapa macam, antara lain skala garis, digital dan elektronik. Skala garis dapat dibagi menjadi 4, yaitu :

1). Garis lurus

2). Garis lurus dan skala

3). Nonius

4). Mikrometer

Garis lurus dan nonius terdapat pada teodolit dengan ketelitian rendah di mana bacaan lansung pada skala lingkarannya atau yang disebut pula dengan vernier. Skala mikrometer terdapat pada teodolit dengan ketelitian tinggi (Teodolit optis)

Pada teodolit lama pembacaan lingkaran horizontal dan vertikalnya masing-masing ada 2, mikroskop I dan II. Sedang pada teodolit yang baru, lingkaran horizontal dan vertikalnya umumnya masing-masing satu. Pada teodolit optis yang piringan horizontal dan vertikalnya terbuat dari kaca atau mika sehingga tembus sinar, sistem bacaan lingkarannya bisa dibuat konsiden, maksudnya bacaan mikroskop I dan II dijadikan satu. Bahkan antara bacaan horizontal dan vertikal yang masing-masing konsiden dijadikan dalam satu piranti mikroskop pembacaan.

1. Garis lurus

Pada teodolit dengan ketelitian rendah, umumnya pada alat pembacaan hanya ada garis-garis pembagian derajat dan puluhan menit saja.

Garis pembacaan dinamakan garis Index. Garis ini diam tidak berputar bersama skala lingkaran, berada di depan lensa mikroskop pembacaan. Angka yang menunjukkan banyaknya menit dikira-kira (diestimasi)

2. Garis lurus dan skala

Pada sistem ini pembagian terkecil dari piringan pembacaan hanya sampai dalam derajat. Selain itu masih ada skala lain yang tidak ikut berputar bersama piringan lingkaran dan angka-angka pembagiannya berlawanan arah dengan angka pembagian lingkaran. Sebagai garis index adalah garis derajat dari piringan lingkaran.

3. Nonius (Vernier)

Nonius adalah skala bantu pembacaan, agar diperoleh perkiraan pembacaan yang relatif lebih teliti dari sebelumnya. Skala nonius tidak ikut berputar bersama lingkaran. Arah angka dan garis skala nonius searah dengan angka dan garis skala lingkaran. Garis nol dari nonius akan berlaku sebagai garis index. Untuk itu perlu dicari lebih dulu besarnya kesatuan nonius yaitu berapa besar harga satu kolom dari skala nonius. Hal ini dapat dicari dengan membagi besar harga satu kolom dari skala lingkaran (R) dengan banyaknya kolom dari nonius (n).

Misal besar harga satu kolom lingkaran (R) = 10 dan banyaknya kolom nonius (n) = 30, maka kesatuan noniusnya adalah :

R/n = 10/30 = 20

Banyaknya menit dan sekon dicari dengan melihat garis nonius mana yang tepat berimpit dengan garis skala lingkaran.

4. Mikrometer

Berupa sebuah prisma yang dipasang di depan lensa mikroskop pembacaan. Prisma ini dapat diputar-putar kedudukannya dengan skrup pemutar (skrup mikrometer) untuk memanipulasi jalannya sinar dari piringan skala.

Sedangkan sistem pembacaannya sebenarnya sistem nonius. Apabila prisma tersebut diputar, maka bayangan skala nonius dan skala lingkaran bergerak berlawanan arah. Selain itu biasanya kesatuan nonius di sini lebih kecil dibanding dengan sistem sebelumnya. Garis index pada sistem ini berupa dua buah garis sejajar dan pembacaan baru bisa dilakukan apabila salah satu garis skala lingkaran telah masuk di tengah antara dua garis index tersebut. Untuk memasukkannya digunakan skrup mikrometer.

TEODOLIT T1 AE

Pembacaan sudut teodolit T1 AE :

SUDUT VERTIKAL

Himpitkan angka yang pas, misal 88 ke tengah garis sejajar dengan skrup mikrometer.

Hasil bacaan : 880 12 20

SUDUT HORIZONTAL

Himpitkan angka yang pas, 160 ke tengah garis sejajar dengan skrup mikrometer.

Hasil bacaan : 1600 2000

4. Pelaksanaan PraktekI. Sentering1. Menyiapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan. Tentukan tempat yang akan menjadi lokasi patok

2. Membuka ketiga klem kaki statif, mendirikan statif diatas patok dengan merentangkan ketiga kaki statip sehingga ketiga kaki statip membentuk segitiga sama sisi dengan patok sebagai pusatnya.

3. Pasang unting-unting dengan jarak 3 cm dari patok. Kemudian, pastikan unting-unting berada tepat diatas patok dengan cara :

Menarik-turunkan kaki statif agar panjangnya sama

Menggeser letak kaki statif

4. Setelah itu, mengencangkan instrument statif dan memastikan statif sudah sejajar dan tidak goyah dengan menekan ujung kaki statif ke tanah.

II. Sumbu I Vertical

1. Menyeimbangkan gelembung nivo kotak dengan menyetel skrup A dan B bersamaan kea rah yang berlawanan (kea rah dalam atau luar)

2. Memutar teodolit pada sumbu I sehingga nivo tabung sejajar dengan sekrup penyetel A dan B. Menyeimbangkan gelembung nivo dengan memutar sekrup penyetel A dan B, bersamaan dan arah berlawanan.

3. Memutar teodolit pada sumbu I 180 . Apabila gelembung bergeser, pergeseran ditengahkan dengan sekrup A dan atau B.

4. Memutar teodolit pada sumbu I sebesar 90. Apabila gelembung tidak ditengah, menengahkan dengan memutar sekrup C.

5. Memutar alat pada sumbu I sembarang. Apabila gelembung sudah seimbang, berarti sumbu I telah vertical. Tetapi bila gelembung masih belum seimbang, maka mengulangi langkah nomer 3 dan nomer 4 sehingga pada posisi sembarang, gelmbung nivo tabung tetap seimbang.

III. Pembacaan sudut vertical dan horizontal

a) Fennel Kassel Besar lingkaran horizontal

1. Membidik menggunakan teodolit ke sembarang arah.

2. Mengunci pergerakan menggunakan klem horizontal

3. Mengatur jarum pebacaan pada lingkaran horizontal agar berhimpit di skala utama dan nonius dengan memutar klem penggerak halus horizontal.

4. Membaca hasil bacaan dengan aturan :

Pada skala utama menentukan besar derajat dan menit dengan memerhatikan jarum yang berhimpi pada skala, setiap skala mempunyai nilai 10.

Pada skala nonius mencari pula jarum yang berhimpit dengan skala, dengan besar sudut setiap skala 20.

Menjumlahkan hasil bacaan antara skala utama dan nonius.

b) Fennel kassel besar lingkaran vertical

1. Membidik teodolit ke segala arah

2. Mengunci pergerakan dengan klem vertical

3. Membaca besar sudut pada mikroskop bacaan lingkaran vertical dengan aturan sebagai berikut :

Pada skala utama, besar sudut ditentukan dengan memerhatikan skala sebelum angka nol pada skala nonius,jarum diabaikan.

A. Hasil dan Pembahasan1Sudut Horisontal FK Besar

Menggunakan data Bondan Galih Dewanto

Pembacaan sudut:

Skala utama = 53 50

Skala nonius = 06 20

+

53 56 20

Ahmad Baihaqi

Puji NurhidayahI Made Sapta HadiAeny Sugianto

Pembacaan sudut

Skala utama =

54 10

Skala nonius =

06 20

Jumlah=

54 16 20Pembacaan sudut

Skala utama =

86 30

Skala nonius =

05 00

Jumlah=

86 35 00Pembacaan sudut

Skala utama =

179 50

Skala nonius =

04 00

Jumlah=

179 54 00Pembacaan sudut

Skala utama =

26 30

Skala nonius =

06 20

Jumlah=

26 36 20

2Sudut Vertikal FK Besar

Menggunakan data Puji Nurhidayah

Pembacaan sudut:

Skala utama = 283 15

Skala nonius = 02 30

+

283 17 30

I Made Sapta HadiBondan Galih DewantoAeny SugiantoAhmad Baihaqi

Pembacaan sudut

Skala utama =

275 40

Skala nonius =

01 00

Jumlah=

275 41 00Pembacaan sudut

Skala utama =

290 15

Skala nonius =

00 00

Jumlah=

290 15 00Pembacaan sudut

Skala utama =

252 30

Skala nonius =

03 00

Jumlah=

252 33 00Pembacaan sudut

Skala utama =

272 10

Skala nonius =

00 00

Jumlah=

272 10 00

3Sudut Horisontal FK Kecil

Menggunakan data I Made Sapta Hadi

Pembacaan sudut:

Skala utama = 222 30

Skala nonius = 04 00

+

222 34 00

Bondan Galih DewantoAeny SugiantoAhmad BaihaqiPuji Nurhidayah

Pembacaan sudut

Skala utama =

273 15

Skala nonius =

00 00

Jumlah=

273 15 00Pembacaan sudut

Skala utama =

222 25

Skala nonius =

02 30

Jumlah=

222 27 30

Pembacaan sudut

Skala utama =

174 30

Skala nonius =

03 00

Jumlah=

174 33 00Pembacaan sudut

Skala utama =

299 15

Skala nonius =

02 30

Jumlah=

299 17 30

4Sudut Vertikal FK Kecil

Menggunakan data Ahmad Baihaqi

Pembacaan sudut:

Pembacaan sudut:

Skala utama = 294 23

Skala nonius = -

+

294 23 00

Aeny SugiantoPuji NurhidayahBondan Galih DewantoI Made Sapta Hadi

Pembacaan sudut

Skala utama =

279 40

Skala nonius = - Jumlah=

279 40 00

Pembacaan sudut

Skala utama =

289 00 00

Skala nonius = -

Jumlah=

289 00 00

Pembacaan sudut

Skala utama =

294 10

Skala nonius = -

Jumlah=

294 10 00Pembacaan sudut

Skala utama =

256 00

Skala nonius = -

Jumlah=

256 00 00

Dalam melakukan sentering kita harus memastikan posisi unting unting benar benar berada ditengah tengah titik pusat patok atau paku. Selain itu bagian kepala statif harus mendatar. Hal ini akan memudahkan kita dalam menyeimbangkan nivo kotak dan nivo tabung. Apabila posisi theodolit diputar sembarang, dan posisi nivo tabung dan nivo kotak tetap seimbang , maka pekerjaan mengatur sumbu I tepat diatas titik patok telah selesai dan apabila posisi unting unting tepat diatas titik patok maka pekerjaan sentering telah selesai. Intinya sentering ,merupakan kegiatan memusatkan sumbu I alat ke titik tengah tengah patok.

Dalam melakukan sentering ada beberapa hambatan yang kami alami yakni :

1. Kondisi angin yang berhembus cukup kencang dan membuat tali unting unting bergerak dan sulit untuk dipusatkan ke titik tengah tengah patok / titik senter.

2. Kondisi permukaan tanah yang kurang datar, sehingga untuk membuat kepala statif mendatar dibutuhkan ketelitian yang tinggi.

Dalam pembacaan sudut menggunakan theodolite FK besar , pada arah horizontal kami memperoleh sudut sebesar xxxxxxxxx, dan pada arah vertical kami kami memperoleh sudut sebesar xxxxxxxxxx. Pada arah horizontal pembacaannya berpedoman pada jarum yang mengarah ke sekala bacaan. Dalam theodolit FK besar terdapat dua skala bacaaan yakni skala utama dan skala nonius. Pada pembacaan sudut arah horizontal besar skala utamanya xxxxxxxxx dan skala noniusnya xxxxxxxx, sehingga sudutnya dapat diproleh dengan menjumlahkan bacaan skala utama dan skala nonius. Pada arah vertical pembacaannya tidak mengacu pada jarum bacaan,melainkan mengacu pada angka 0 pada skala nonius dan angka yang berimpit antara skala utama dan skala nonius. Untuk membaca skala utamanya dilakukan dengan melihat angka pada skala utama sebelum melewati angka 0 pada skala nonius,dan untuk membaca skala noniusnya kita cukup melihat angka yang berimpit antara skala nonius dan skala utama.

Kemudian dalam pembacaan sudut menggunaan theodolite FK kecil,cara pembacaan sudut horisontalnya sama dengan pembacaan vertical pada theodolite FK besar. Sedangkan pembacaan vertikalnya dengan cara melihat jarum bacaaan yang dituju pada skala utama. Pada pembacaan vertical theodolit FK kecil ini, tidak terdapat skala nonius.

Adapun hambatan yang kami alami dalam melakukan pembacaan sudut horizontal dan vertical ini yakni :

1. Kondisi theodolite yang sudah terlalu tua usianya,sehingga skala pembacaannya sedikit buram.DAFTAR PUSTAKA

Basuki, Slamet.2012. Ilmu Ukur Tanah Edisi Revisi.Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.

http://informasi-budidaya.blogspot.com/2010/02/pengukuran-jarak-horizontal.html

_1411489870.unknown

_1411489951.unknown

_1411488233.unknown

_1411489731.unknown