Laporan Biokimia Lemak

download Laporan Biokimia Lemak

of 19

Transcript of Laporan Biokimia Lemak

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar BelakangLemak merupakan salah satu bahan material organik yang sangat bermanfaat bagi manusia. Lemak juga merupakan sumber energi terbesar yaitu untuk 1 gram lemak menghasilkan 9,3 kalori. lemak terdiri atas unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen. Fungsi lemak umumnya yaitu sebagai sumber energi, bahan baku hormon, membantu transport vitamin yang larut lemak, sebagai bahan insulasi terhadap perubahan suhu, serta pelindung organ-organ tubuh bagian dalam.Dengan mengetahui berbagai manfaat dari lemak kita dapat memanfaatkan segala potensi yang ada dalam lemak tersebut. Oleh karananya dilakukan beberapa uji pada lemak dalam praktikum ini. Pada Praktikum ini di lakukan 3 uji terhadap lemak, yaitu penentuan bilangan penyabunan, penentuan bilangan asam, dan uji kelarutan lemak.Dalam penentuan bilangan penyabunan dapat di ketahui seberapa besar bilangan saponifikasi dari lemak yang di amati. Dengan mengetahui bilangan saponifikasi dari lemak kita dapat mengetahui seberapa banyak gliserol yang ada di dalam lemak/ minyak. Sedangkan dalam penentuan bilangan asam, dapat diketahui jumlah asam lemak yang terkandung dalam suatu lemak/minyak. Pada dasarnya kedua uji tersebut bermanfaat untuk menentukan besarnya zat-zat penyusun lemak yaitu gliserol dan asam lemak. Lain halnya dalam uji kelarutan, Dalam Uji kelarutan minyak/lemak dapat diketahui apakah minyak dapat larut dalam pelarut polar dan/ atau non-polar.Dengan mempelajari tentang lemak kita dapat memaksimalkan pemanfaatan dari lemak itu sendiri serta mencegah bahaya yang dapat ditimbulkan olehnya sehingga untuk masa yang akan datang dapat menguntungkan bagi kelangsungan umat manusia sendiri.

1.2 Tujuan1.2.1. Menentukan bilangan penyabunan suatu larutan.1.2.2. Menentukan bilangan asam suatu larutan.1.3 Manfaat Dapat mengetahui berbagai proses pengujian lemak dengan benar, juga dapat menghitung besar bilangan penyabunan dan bilangan asam pada konsentrasi zat tertentu yang telah diketahui.

II. Tinjauan Pustaka

2.1 Asam LemakAsam lemak merupakan asam monokarboksilat yang diperoleh dari hidrolisis suatu lemak atau minyak rantai panjang yang memiliki sifat amfipatik, karena memiliki struktur berupa kepala (hidrofobik) dan ekor (hidrofilik). Asam lemak yang sering ditemukan di alam umumnya mempunyai jumlah karbon genap. Asam lemak tidak lain adalah asam alkanoat atau asam karboksilat berderajat tinggi (rantai C lebih dari 6). Karena berguna dalam mengenal ciri-cirinya, asam lemak dibedakan menjadi asam lemak jenuh dan asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh hanya memiliki ikatan tunggal di antara atom-atom karbon penyusunnya, sementara asam lemak tak jenuh memiliki paling sedikit satu ikatan ganda di antara atom-atom karbon penyusunnya. Asam lemak merupakan asam lemah, dan dalam air terdisosiasi sebagian. Umumnya berfase cair atau padat pada suhu ruang (27 Celsius). Semakin panjang rantai C penyusunnya, semakin mudah membeku dan juga semakin sukar larut (anonym, 2008).Asam lemak yang tersebar paling merata di alam, yaitu asam oleat, mengandung satu ikatan rangkap. Asam-asam lemak dengan lebih dari satu ikatan rangkap adalah tidak lazim, terutama pada minyak nabati,minyak-minyak ini dapat dikatakan poliunsaturat (polyunsaturates). Konfigurasi pada sekitar semua ikatan rangkap dalam asam lemak alamiah adalah cis ,suatu konfigurasi yang dapat menyababkan titik leleh pada minyak itu rendah, pada asam lemak jenuh dapat membetuk rantai zig-zag yang dapat cocok antara yang satu dengan yang lain, secara mampat, sehingga gaya tarik van der waalsnya tinggi, oleh karena itu pada lemak-lemak jenuh tersebut bersifat padat..Sifat kimia asam lemak dan senyawa yang mengandung asam lemak ditentukan terutama oleh panjang rantai hidrokarbon dan derajat dari ketidak jenuhan dari rantai hidrokarbon. Pada beberapa ikatan rangkap cis terdapat dalam rantai, molekul tersebut tidak dapat membentuk kisi yang rapi dan mampat ,tetapi akan cenderung untuk melingkar, sedangkan pada trigliserida tak-jenuh-ganda (polyunsaturated) akan cenderung berbentuk minyak.Adapun rumus umum dari asam lemak adalah:CH3(CH2)nCOOH atau CnH2n+1-COOH(anonym, 2008).Rentang ukuran dari asam lemak adalah C12 sampai dengan C24. Ada dua macam asam lemak yaitu: 1. Asam lemak jenuh (saturated fatty acid)Asam lemak yang tidak mempunyai ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonya.2. Asam lemak tak jenuh (unsaturated fatty acid) Asam lemak yang mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap pada rantai hidrokarbonya.

Struktur asam lemak jenuh

Struktur asam lemak tak jenuh(anonym, 2008).

Simbol numerikNama UmumStrukturKeterangan

14:0Asam miristatCH3(CH2)12Sering terikat dengan atom N terminal dari membran plasma bergabung dengan protein sitoplasmik

16:0Asam palmitatCH3(CH2)14Produk akhir dari sintesis asam lemak mamalia

16:1D9Asam palmitoleatCH3(CH2)5=C(CH2)7

18:0Asam stearatCH3(CH2)16

18:1D9Asam oleatCH3(CH2)7=C(CH2)7

18:2D9,12Asam linoleatCH3(CH2)4=CCH2=C(CH2)7Asam lemak esensial

18:3D9,12,15Asam linolenatCH32=CCH2=CCH2=C(CH2)7Asam lemak esensial

20:4D5,8,11,14Assam arakhidonatCH3(CH2)3(CH2=C)4(CH2)3Prekursor untuk sintesis eikosanoid

(annonim, 2008).2.2. Bilangan PenyabunanAngka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Yang dirumuskan sebagai berikut :

Bilangan penyabunan = (Harold, 1983).Bilangan penyabunan adalah jumlah mg KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 g lemak. Sedangkan angka penyabunan adalah angka yang dihasilkan dar proses penyabunan yang menunjukkan berat molekul lemak dan minyak secara kasar .minyak yang disusun oleh asam lemak berantai karbon yang pendek berarti mempunyai berat molekul ytang relatif kecil, akan mempunyai angka penyabunan yang besar dan sebaliknya bila minya mempunyai berat molekul yang besar ,mka angka penyabunan relatif kecil . angka penyabunan ini dinyatakan sebagai banyaknya (mg) NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan satu gram lemak atau minyak. Lemak atau minyak ialah triester dari gliserol dan disebut trigliserida. Bila minyak atau lemak dididihkan dengan alkali, kemudian mengasamkan larutan yang dihasilakan, maka akan didapatkan gliserol dan campuran asam lemak. Reaksi ini juga disebut penyabunan (Hart, 2003).Sabun merupakan garam logam alkali yang dihasilkan oleh asam lemak yang dapat larut dalam air, biasannya berasal dari minyak tumbuhan dan dibuat dari proses hidrogenasi. Terdiri atas rantai hidrokabon dengan gugus COO pada ujungnya yang mempunayai sifat herofot dan herofil. Bilangan penyabunan didefinisikan sebagai jumlah KOH (mg) yang diperlukan untuk menyabunkan 1 gram minyak. Bilangan ini juga menyataka indeks berat molekul minyak, jika molekul asam lemaknya berantai pendek maka jumlah gliseridanya semakin banyak sehingga bilangan penyabunanannya bertambah besar.Reaksi penyabunan :CH2 O2C(CH2)16 CH3 CH2OH

CH2 O2C(CH2)16 CH3 + 3NaOH CHOH + 3CH3 (CH2)16 CO2Na

CH2 O2C(CH2)16 CH3 CH2OH(Poedjiadi, A. 1994 )Bilangan penyabunan adalah jumlah mg KOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 g lemak. Untuk menetralkan 1 molekul gliserida diperlukan 3 molekul alkali:R1 C OOCH2R1COOKHO C H2 + R1 C OOCH + 3 KOH R2COOK+HO C H + R3COOCH2R3COOK HOCH2Pada trigliserida dengan asam lemak yang rantai C-nya pendek, akan didapat bilangan penyabunan yang lebih tinggi daripada asam lemak dengan rantai C panjang. Mentega yang kadar butiratnya tinggi mempunyai bilangan penyabunan yang paling tinggi (Winarno, 1991).

2.3 Bilangan AsamAngka asam menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam suatu lemak atau minyak . Angka asam dinyatakan sebagai jumlah miligram NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terrdapat dalam satu gram lemak atau minyak. Adapun rumusnya :

Bilangan asam = (Harold, 1983).Bilangan asam didefinisikan sebagai jumlah KOH yang diperlukan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak. Dimana angka asam ini menunjukkan banyaknya asam lemak bebas yang terdapat dalam suatu lemak atau minyak . angka asam dinyatakan sebagai jumlah miligram NaOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terrdapat dalam satu gram lemak atau minyak. Asam lemak adalah senyawa hidrokarbon yang berantai panjang dan lurus, dimana bagian ujungnya mengikat gugus karbiksilat, asam lemak mempunyai satu atau lebih ikatan rangkap dan memiliki jumlah atom karbon genap. Asam lemak tak jarang terdapat dialam, tetapi terdapat sebagai ester dalam gabungan dengan fungsi alkohol. Asam lemak dapat bersala dari hewan maupun tumbuhan dan mempunyai rumus umum (Page,1989). OR C OH 36 Terdapat 2 (dua) jenis asam lemak, yaitu asam lemak jenuh dan tak jenuha. Asam Lemak Tak JenuhAsam lemak tak jenuh, adalah asam lemak yang memiliki ikatan rangkap pada rangkaian karbonnya. Asam ini dapat mengandung suatu ikatan rangkap atau lebih. Adapun rangkap memungkinkan terjadinya isomersitas, misalnya : Asam Oleat mengandung satu ikatan rangkap Asam Linoleat mengandung dua ikatan rangkap Asam Linoleat mengandung tiga ikatan rangkapb. Asam Lemak JenuhAsam lemak jenuh adalah asam lemak yang tidak memilii ikatan rangkap pada atom karbon dalam struktur molekulnya. Biasanya asam lemak jenuh mempunyai rantai karbon pendek dan titik leburnya rendah. Misalnya asam Litius, asam skerat dan asam palmerat (Poedjiadi, A. 1994 ).

2.4 TitrasiTitrasi atau disebut juga volumetri merupakan metode analisis kimia yang cepat, akurat dan sering digunakan untuk menentukan kadar suatu unsur atau senyawa dalam larutan. Titrasi didasarkan pada suatu reaksi yang digambarkan sebagai :

Volumetri (titrasi) dilakukan dengan cara menambahkan (mereaksikan) sejumlah volume tertentu (biasanya dari buret) larutan standar (yang sudah diketahui konsentrasinya dengan pasti) yang diperlukan untuk bereaksi secara sempurna dengan larutan yang belum diketahui konsentrasinya.Untuk mengetahui bahwareaksi berlangsung sempurna, maka digunakan larutan indikator yang ditambahkan ke dalam larutan yang dititrasi.

Larutan standar disebut dengan titran. Jika volume larutan standar sudah diketahui dari percobaan maka konsentrasi senyawa di dalam larutan yang belum diketahui dapat dihitung dengan persamaan berikut :

Dimana : NB = konsentrasi larutan yang belum diketahui konsentrasinya VB = volume larutan yang belum diketahui konsentrasinya NA = konsentrasi larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar) VA = volume larutan yang telah diketahui konsentrasinya (larutan standar)

Dalam melakukan titrasi diperlukan beberapa persyaratan yang harus diperhatikan, seperti ; Reaksi harus berlangsung secara stoikiometri dan tidak terjadi reaksi samping. Reaksi harus berlangsung secara cepat. Reaksi harus kuantitatif Pada titik ekivalen, reaksi harus dapat diketahui titik akhirnya dengan tajam (jelas perubahannya). Harus ada indikator, baik langsung atau tidak langsung.

Berdasarkan jenis reaksinya, maka titrasi dikelompokkan menjadi empat macam titrasi yaitu : Titrasi asam basa Titrasi pengendapan Titrasi kompleksometri Titrasi oksidasi reduksi

Tahap pertama yang harus dilakukan sebelum melakukan titrasi adalah pembuatan larutan standar. Suatu larutan dapat digunakan sebagai larutan standar bila memenuhi persyaratan sebagai berikut : mempunyai kemurnian yang tinggi mempunyai rumus molekul yang pasti tidak bersifat higroskopis dan mudah ditimbang larutannya harus bersifat stabil mempunyai berat ekivalen (BE) yang tinggi

Suatu larutan yang memenuhi persyaratan tersebut diatas disebut larutan standard primer. Sedang larutan standard sekunder adalah larutan standard yang bila akan digunakan untuk standardisasi harus distandardisasi lebih dahulu dengan larutan standard primer (anonym, 2011).

2.5 Sifat-sifat lemak2.5.1 Sifat Fisis Lemak

a. Pada suhu kamar, lemak hewan pada umumnya berupa zat padat, sedangkan lemak dari tumbuhan berupa zat cair.b. Lemak yang mempunyai titik lebur tinggi mengandung asam lemak jenuh, sedangkan lemak yang mempunyai titik lebur rendah mengandung asam lemak tak jenuh. Contoh: Tristearin (ester gliserol dengan tiga molekul asam stearat) mempunyai titik lebur 71 C, sedangkan triolein (ester gliserol dengan tiga molekul asam oleat) mempunyai titik lebur 17 C.c. Lemak yang mengandung asam lemak rantai pendek larut dalam air, sedangkan lemak yang mengandung asam lemak rantai panjang tidak larut dalam air. (Mengapa?)d. Semua lemak larut dalam kloroform dan benzena. Alkohol panas merupakan pelarut lemak yang baik (hartika, 2011).2.5.2 Sifat Kimia Lemaka. Reaksi Penyabunan atau Saponifikasi (Latin, sapo = sabun)Lemak dapat mengalami hidrolisis. Hidrolisis yang paling umum adalah dengan alkali atau enzim lipase. Hidrolisis dengan alkali disebut penyabunan karena salah satu hasilnya adalah garam asam lemak yang disebut sabunReaksi umum:

Reaksi hidrolisis berguna untuk menentukan bilangan penyabunan. Bilangan penyabunan adalah bilangan yang menyatakan jumlah miligram KOH yang dibutuhkan untuk menyabun satu gram lemak atau minyak. Besar kecilnya bilangan penyabunan tergantung pada panjang pendeknya rantai karbon asam lemak atau dapat juga dikatakan bahwa besarnya bilangan penyabunan tergantung pada massa molekul lemak tersebut.

b. HalogenasiAsam lemak tak jenuh, baik bebas maupun terikat sebagai ester dalam lemak atau minyak mengadisi halogen (I2 tau Br2) pada ikatan rangkapnya

Karena derajat absorpsi lemak atau minyak sebanding dengan banyaknya ikatan rangkap pada asam lemaknya, maka jumlah halogen yang dapat bereaksi dengan lemak dipergunakan untuk menentukan derajat ketidakjenuhan. Untuk menentukan derajat ketidakjenuhan asam lemak yang terkandung dalam lemak, diukur dengan bilangan yodium. Bilangan yodium adalah bilangan yang menyatakan banyaknya gram yodium yang dapat bereaksi dengan 100 gram lemak. Yodium dapat bereaksi dengan ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul yodium mengadakan reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap. Oleh karena itu makin banyak ikatan rangkap, maka makin besar pula bilangan yodium.

c. HidrogenasiSejumlah besar industri telah dikembangkan untuk merubah minyak tumbuhan menjadi lemak padat dengan cara hidrogenasi katalitik (suatu reaksi reduksi). Proses konversi minyak menjadi lemak dengan jalan hidrogenasi kadang-kadang lebih dikenal dengan proses pengerasan. Salah satu cara adalah dengan mengalirkan gas hidrogen dengan tekanan ke dalam tangki minyak panas (200 C) yang mengandung katalis nikel yang terdispersi (hartika, 2011).

III. MATERI DAN METODE

3.1 Waktu dan TempatPraktikum ini diadakan di laboratorium kimia gedung E lantai satu jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan Universitas Diponegoro Semarang Jawa Tengah pada tanggal 19 april 2013.

3.2 Alat dan Bahan3.2.1 Alat Erlenmeyer Gelas ukur Tiang statif Pipet tetes buret3.2.2 Bahan HCl 0,1 N Etanol 96% Pp Minyak ikan NaOH 0,1 N NaOH metanolat3.3 Cara Kerja1) Penentuan bilangan penyabunan BlankoTabung erlenmeyerDinginkan1,5 gram minyak

Tabung erlenmeyer

Tambahkan NaOH metanolat 25 ml Panaskan sambil diaduk, sampai larut

Dinginkan

Tambahkan 2 tetes indikator pp Titrasi dengan HCL 0,1 N

HCL yang diperlukan (V2)

HCL yang diperlukan (V1)

Bilangan penyabunan

Bilangan penyabunan =

2) Penentuan bilangan asam Titrasi dengan NaOH 0,1 N dengan indikator pp 2 tetes Tambahkan etanol 25 ml Panaskan sambil diaduk sampai larutBlankoTabung erlenmeyerDinginkan1,5 gram minyakTabung erlenmeyer

Dinginkan

NaOH yang diperlukan (V1)NaOH yang diperlukan (V2)

Bilangan asam

Bilangan Asam=

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil1) Bilangan penyabunanDiketahui: V1 = 11 mlN HCl = 0,1 NV2 = 18 ml BM NaOH = 40Berat Minyak = 1,5 gram

Bilangan penyabunan = 2) Bilangan asamDiketahui: V1 = 7 mlN HCl = 0,1 NV 2 = 2 mlBM NaOH = 40Berat minyak = 1,5 gr

Bilangan Asam=

4.2 Pembahasan 4.2.1 Penetuan bilangan penyabunanPenambahan dengan NaOH dimaksudkan karena NaOH dapat mereaksikan minyak ikan (trigliserida) sehingga menghasilkan gliserol dan garam alkali Na (sabun). Dalam proses saponifikasi, lemak akan terhidrolisis oleh basa .Molekul polar mempunyai dipol yang permanen sehingga menginduksi awan elektron non polar yang menyebabkan terbentuk dipol terinduksi, maka larutan nonpolar dapat larut dalam non polar. Dari percampuran kedua larutan tersebut timbul gelembung-gelembung kecil, gelembung-gelembung kecil tadi ialah minyak yang bergerombol sendiri dan tidak bercampur dengan NaOH. Pemanasan dilakukan supaya minyak yang ada di larutan NaOH metanolat larut. Penambahan indikator pp dengan larutan bertujuan untuk dapat memisahkan antara lapisan minyak dengan NaOH dan juga untuk menandakan bahwa larutan tersebut bersifat basa yang selanjutnya dilakukan dengan cara titrasi, titrasi dilakukan dengan maksud untuk memudahkan pencampuran antara larutan agar bersifat homogen yang ditandai dengan warna larutan hasil titrasi ialah kuning kebeningan. Dari hasil titrasi tersebut dapat diketahui nila V2 nya yaitu sebanyak 18 ml. Sedangkan V1 diperoleh dengan cara atau metode yang sama dengan pencarian nilai V2 yaitu dengan metode titrasi, hanya saja menggunakan blanko dan tidak ditambahkan dengan minyak dan hasil yang diperoleh untuk nilai V1 adalah 11 ml.Dari hasil akhir yang diperoleh dalam penentuan bilangan penyabunan yaitu dengan cara pengurangan nilai V2 terhadap V1 kemudian dikalikan dengan nilai konsentrasi HCl dan berat molekul (BM) NaOH lalu dibagi dengan berat minyak (gr) didapatkan nilai bilangan penyabunan sebesar 18,667.Berarti bilangan penyabunan atau jumlah HCL yang dibutuhkan untuk menyabunkan 1 g lemak bernilai positif (+18,667) dimana penyabunan itu sendiri didefinisikan sebagai reaksi yang terjadi karena adanya proses pendidihan minyak/ lemak dengan senyawa alkil kemudian dilakukan pengasaman larutan yang dihasilkan yang kemudian akan didapatkan gliserol dan campuran asam lemak (Hart, 2003). Kami mengetahui nilai volume dengan penambahan minyak ikan (V2) lebih besar daripada nilai volume blangko (tanpa penambahan minyak) (V1), sehingga hasil akhir pada bilangan penyabunan bernilai positive. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan adanya penambahan minyak ikan atau tidak dapat mempengaruhi nilai V dan bilangan penyabunannya. Nilai V2 lebih besar daripada nilai V1 diakibatkan karena pemberian minyak ikan pada V2 menyebabkan minyak-minyak tadi membentuk gerombolan atau gelembung-gelembung minyak kecil yang ternyata mempengaruhi nilai volume yang berpengaruh terhadap nilai bilangan penyabunannya.

4.2.2 Penentuan bilangan asamBilangan asam didefinisikan sebagai jumlah KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan asam lemak bebas yang terdapat dalam 1 gram minyak. Untuk menentukan bilangan tersebut, dalam praktikum kali penentuan bilangan asam menggunakan 1,5 gr minyak ikan yang ditambahkan dengan 25 ml etanol, penambahan etanol dalam hal ini karena etanol bersifat asam. Langkah selanjutnya yaitu dengan penambahan 2 tetes indikator pp, indikator pp ini juga memiliki sifat asam yang selanjutnya dilakukan pemanasan larutan diatas pemanas yang dimaksudkan agar percampuran kedua larutan tersebut lebih cepat sehingga warna larutan berubah menjadi kuning kebeningan. Selanjutnya dengan cara titrasi, titrasi dilakukan dengan maksud untuk memudahkan pencampuran antara larutan yang satu dengan larutan yang lain agar bersifat homogen, sehingga didapatkan nilai dari V2 yaitu sebanyak 2 ml dan warna larutan menjadi kuning tua.Nilai dari V1 diperoleh dengan cara atau metode yang sama dengan pencarian nilai V2 yaitu dengan metode titrasi, hanya saja menggunakan blanko dan tidak ditambahkan dengan minyak dan hasil yang diperoleh untuk nilai V1 adalah sebanyak 7 ml.Dari hasil akhir yang diperoleh dalam penentuan bilangan asam yaitu dengan cara pengurangan nilai V2 terhadap V1 kemudian dikalikan dengan nilai konsentrasi NaOH dan berat molekul (BM) NaOH lalu dibagi dengan berat minyak (gr) didapatkan nilai bilangan penyabunan yaitu 0,05.Bilangan asam yang diperoleh dari proses tersebut bernilai negatif yakni (-13,33). Seharusnya V2 lebih besar daripada V1 tapi entah kenapa jadi terbalik menyebabkan hasil akhir dari perhitungan menjadi negative. Banyak faktor yang menyebabkan, bisa karena salah melihat skala pada statif titrasi, pengurangan volume yang tidak pas dari proses titrasi, salah metode. Yang pasti adalah human error dari kelompok kami.

V. PENUTUP

5.1 Kesimpulan Nilai penyabunan dari 1,5 minyak dengan penambahan 25 ml NaOH Metanoleat dan 2 tetes indikator pp yang selanjutnya dititrasi dengan larutan HCL didapatkan nilai sebesar 18,667. Penentuan bilangan asam dari 1,5 gram minyak ikan dengan penambahan 25 ml etanol serta 2 tetes indikator pp dan dititrasi dengan NaOH 0,1 N didapatkan nilai sebesar -13,33. Percobaan ini gagal karena hasilnya negative dikarenakan human error .

5.2 SaranLebih teliti lagi dalam menjalankan praktikum, sebaiknya praktikan tidak bercanda dalam melakukan praktikum, menyuci alat sampai bersih setelah praktikum selesai.

DAFATAR PUSTAKA

Anonym, 2008 Metaolisme lipid. www.static.schoolrack.com. Diakses pada Selasa, 16 April 2013 pada pukul 13.00Anonym, 2011. Sifat Lemakhttp.www.rolifhartika.wordpress.com. Diakses pada Selasa, 16 April 2013 pada pukul 13.00Anonym, 2011. Titrasi Kompleksometri.www.chem-is-try.org. Diakses pada Selasa, 16 April 2013 pada pukul 13.00Hart, Harold. 2003. Kimia Organik Suatau Kulaih Singkat. Erlangga: Jakarta.Harold, Hart.1983, Organic Chemistry, a Short Course, Sixth Edition, Michigan State University, Houghton Mifflin Co.Page, David. 1989. Prinsip-prinsip Biokimia. Jakarta : Erlangga.Poedjiadi, A. 1994. Lipid. UI Press. JakartaWinarno, F. G. 1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.