Laporan Bakteri Koefisien Fenol

41
BAB Is PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini pengawasan terhadap mikroorganisme penyebab penyakit telah menjadi pemikiran para ahli semenjak penyakit-penyakit mulai dikenal. Berbagai macam cara telah dilakukan untuk menghilangkan pencemaran oleh mikroorganisme terhadap benda-benda baik hidup maupun mati. Pencemaran oleh mikroba dapat menyebabkan berbagai macam penyakit baik bagi manusia maupun di sekitarnya. Mikroba-mikroba tersebut dapat dikendalikan dengan cara mematikan atau menghambat pertumbuhannya dengan berbagai cara dari proses fisik maupun kimia. Biasanya masyarakat sering menggunakan bahan kimia untuk menanggulangi pencemaran oleh mikroba. Bahan anti mikroba yang ditemukan memiliki keefektifan yang bermacam-macam, dan pengunaannya pun ditujukan terhadap hal-hal yang berbeda-beda pula. Salah satu jenis anti mikroba yang sering dikenal sebagai disinfektan, merupakan suatu zat (biasanya kimia) yang dipakai untuk maksud disinfeksi pada bahan-bahan tidak bernyawa. Namun pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Fenol adalah salah satu contoh disinfektan yang efektif dalam membunuh kuman. Pada konsentrasi rendah, daya bunuhnya disebabkan karena fenol mempresipitasikan protein secara aktif, dan selain itu juga merusak membran sel dengan menurunkan tegangan permukaannya. Dengan 1

Transcript of Laporan Bakteri Koefisien Fenol

Page 1: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

BAB Is

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini pengawasan terhadap mikroorganisme penyebab penyakit telah

menjadi pemikiran para ahli semenjak penyakit-penyakit mulai dikenal. Berbagai

macam cara telah dilakukan untuk menghilangkan pencemaran oleh mikroorganisme

terhadap benda-benda baik hidup maupun mati.  Pencemaran oleh mikroba dapat

menyebabkan berbagai macam penyakit baik bagi manusia maupun di sekitarnya.

Mikroba-mikroba tersebut dapat dikendalikan dengan cara mematikan atau

menghambat pertumbuhannya dengan berbagai cara dari proses fisik maupun kimia.

Biasanya masyarakat sering menggunakan bahan kimia untuk menanggulangi

pencemaran oleh mikroba. Bahan anti mikroba yang ditemukan memiliki keefektifan

yang bermacam-macam, dan pengunaannya pun ditujukan terhadap hal-hal yang

berbeda-beda pula. Salah satu jenis anti mikroba yang sering dikenal sebagai

disinfektan, merupakan suatu zat (biasanya kimia) yang dipakai untuk maksud

disinfeksi pada bahan-bahan tidak bernyawa. Namun pada kenyataannya tidak semua

bahan desinfektan dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Fenol adalah salah satu contoh disinfektan yang efektif dalam membunuh kuman.

Pada konsentrasi rendah, daya bunuhnya disebabkan karena fenol mempresipitasikan

protein secara aktif, dan selain itu juga merusak membran sel dengan menurunkan

tegangan permukaannya. Dengan persetujuan para ahli dan peneliti, fenol dijadikan

standar pembanding untuk menentukan aktivitas sesuatu disinfektan.

Untuk mengetahui daya hambat suatu antiseptik atau desinfetan terhadap

pertumbuhan mikroba dapat dilakukan dengan uji koefisien fenol. Uji koefisien fenol

merupakan uji yang digunakan untuk membandingkan aktifitas antimicrobial suatu

senyawa kimia dibandingkan dengan fenol pada kondisi yang standar. Sejumlah

pengenceran seri dari bahan kimia yang akan di uji dilakukan dengan pembanding

fenol murni yang dilakukan pada tabung reaksi steril. Sejumlah kultur murni

mikroorganisme standar untuk tes ditambahkan pada setiap tabung. Subkultur dari

mikroorganisme tersebut dibuat dari setiap pengenceran desinfektan uji dalam media

cair steril pada interval waktu 5, 10 dan 15 menit setelah mikroorganisme dimasukkan

1

Page 2: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

pada desinfektan. Semua subkultur diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam dan

diamati keberadaan atau ketidak beradaan pertumbuhannya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana mengetahui teknik uji koefisien fenol?

2. Bagaimana cara mengetahui hasil uji koefisien fenol terhadap keefektifan

desinfektan yang diperiksa?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui teknik uji koefisien fenol.

2. Untuk mengetahui hasil uji koefisien fenol terhadap keefektifan desinfektan yang

diperiksa.

1.4. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Data - data dan hasil laporan pada praktikum kali ini dapat dijadikan sebagai

bahan untuk menambah wawasan, informasi dan pengetahuan penulis dalam

bidang bakteriologi serta laporan penulis dapat dijadikan sebagai pedoman dan

acuan dalam pembelajaran.

2. Manfaat Praktis 

a. Mahasiswa dapat memahami teknik uji koefisien fenol.

b. Mahasiswa dapat memahami hasil uji koefisien fenol terhadap keefektifan

desinfektan yang diperiksa

2

Page 3: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Desinfektan

Desinfektan didefinisikan sebagai bahan kimia atau pengaruh fisika yang

digunakan untuk mencegah terjadinya infeksi atau pencemaran jasad renik seperti

bakteri dan virus, juga untuk membunuh atau menurunkan jumlah mikroorganisme atau

kuman penyakit lainnya. Desinfektan ini tersedia secara komersial yang masing-masing

memiliki karakteristik kimiawi, toksisitas, biaya dan penggunaan tertentu. Desinfektan

merupakan bahan kimia yang dapat mematikan mikroorganisme yang sedang dalam

keadaan tidak aktif, sehingga hanya mematikan bentuk vegetatif dari mikroorganisme,

tetapi tidak efektif terhadap spora. Desinfektan dapat mencegah infeksi dengan jalan

penghancuran atau pelarutan jasad renik yang patogen.

Pengetahuan tentang desinfektan perlu dikembangkan, karena tidak semua

desinfektan dapat digunakan untuk pengendalian mikroorganisme secara umum.

Desinfektan tertentu hanya cocok untuk mengendalikan mikroorganisme tertentu, tidak

mampu mengendalikan mikroorganisme lain. Beberapa jenis desinfektan ada yang

hanya efektif pada lapisan luar saja, ada yang memiliki daya kerja yang luas terhadap

mikroorganisme dan ada pula yang hanya bisa mengatasi sejumlah kecil

mikroorganisme. Pengguna desinfektan dituntut bisa melakukan pilihan secara tepat,

sehingga minimal harus mengetahui kelemahan dan keunggulan masing-masing

desinfektan. Bakteri dalam bentuk spora lebih tahan terhadap desinfektan. Hal ini

disebabkan karena dinding spora bersifat impermeabel dan asam ribonukleat di dalam

protoplasma memiliki ketahanan yang tinggi terhadap pengaruh buruk dari desinfektan.

Desinfektan berbeda dengan antibiotik, karena desinfektan memiliki toksisitas

selektif yang rendah, keduanya bersifat toksik tidak hanya pada mikroba patogen tetapi

juga terhadap sel inang. Oleh karena itu, desinfektan hanya digunakan untuk membunuh

mikroorganisme pada lingkungan mati.

Sifat-sifat penting Desinfektan

Beberapa sifat-sifat penting desinfektan, antara lain :

1. Harus memiliki sifat antibakterial yang luas.

3

Page 4: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

2. Tidak mengiritasi jaringan hewan atau manusia.

3. Memiliki sifat racun yang rendah, tidak berbahaya bagi manusia maupun ternak.

4. Memiliki daya tembus yang tinggi.

5. Tetap aktif meskipun terdapat cairan tubuh, darah, nanah dan jaringan yang mati.

6. Tidak mengganggu proses kesembuhan.

7. Harga murah, karena biasanya diperlukan dalam jumlah yang besar.

Desinfektan, selain memiliki sifat-sifat tersebut di atas, maka harus memiliki juga sifat-

sifat berikut :

1. Mampu menembus rongga-rongga, liang-liang, maupun lapisan jaringan organik,

sehingga memiliki efek mematikan mikroorganisme yang lebih tinggi.

2. Harus bisa dicampur dengan air, karena air merupakan pelarut yang universal dan

dengan senyawa-senyawa lain yang digunakan untuk desinfeksi.

3. Harus memiliki stabilitas dalam jangka waktu yang panjang.

4. Efektif pada berbagai temperatur. Walaupun desinfektan daya kerjanya akan lebih

baik pada temperatur tinggi, namun desinfektan yang bagus adalah desinfektan yang

daya kerjanya tidak menurun jika temperaturnya menurun. Pada umumnya

desinfektan bekerja baik pada temperatur di atas 650F. Klorin dan Iodifor sebagai

desinfektan bekerja baik tidak lebih dari 1100F.

Beberapa jenis bahan yang berfungsi sebagai desinfektan dijelaskan di bawah ini:

1. Golongan aldehid

Bahan kimia golongan aldehid yang umum digunakan antara lain

formaldehid, glutaraldehid dan glioksal. Golongan aldehid ini bekerja dengan cara

denaturasi dan umum digunakan dalam campuran air dengan konsentrasi 0,5% - 5%

. Daya aksi berada dalam kisaran jam, tetapi untuk kasus formaldehid daya aksi

akan semakin jelas dan kuat bila pelarut air diganti dengan alkohol. Formaldehid

pada konsentrasi di bawah 1,5% tidak dapat membunuh ragi dan jamur, dan

memiliki ambang batas konsentrasi kerja pada 0,5 ml/m3 atau 0,5 mg/l serta bersifat

karsinogenik (dapat menyebabkan kanker). Larutan formaldehid dengan konsentrasi

37% umum disebut formalin dan biasa digunakan utuk pengawetan mayat

(Rismana, 2008).

4

Page 5: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

Glutaraldehid memiliki daya aksi yang lebih efektif disbanding formaldehid,

Sehingga lebih banyak dipilih dalam bidang virologi dan tidak berpotensi

karsinogenik. Ambang batas konsentrasi kerja glutaraldehid adalah 0,1 ml/m3 atau

0,1 mg/l. Pada prinsipnya golongan aldehid ini dapat digunakan dengan spektrum

aplikasi yang luas, Misalkan formaldehid untuk membunuh mikroorganisme dalam

ruangan, peralatan dan lantai, sedangkan glutaraldehid untuk membunuh virus.

Keunggulan golongan aldehid adalah sifatnya yang stabil, persisten, dapat

dibiodegradasi, dan cocok dengan beberapa material peralatan. Sedangkan beberapa

kerugiannya antara lain dapat mengakibatkan resistensi dari mikroorganisme, untuk

formaldehid diduga berpotensi bersifat karsinogen, berbahaya bagi kesehatan,

mengakibatkan iritasi pada sistem mukosa, aktivitas menurun dengan adanya

protein serta berisiko menimbulkan api dan ledakan (Rismana, 2008).

2. Golongan alcohol

Golongan alkohol merupakan bahan yang banyak digunakan selain golongan

aldehid. Beberapa bahan di antaranya adalah etanol, propanol dan isopropanol.

Golongan alkohol bekerja dengan mekanisme denaturasi serta berdaya aksi dalam

rentang detik hingga menit dan untuk virus diperlukan waktu di atas 30 menit.

Umum dibuat dalam campuran air pada konsentrasi 70-90 %. Golongan alkohol ini

tidak efektif untuk bakteri berspora serta kurang efektif bagi virus non-lipoid.

Penggunaan pada proses desinfeksi adalah untuk permukaan yang kecil, tangan dan

kulit. Adapun keunggulan golongan alkohol ini adalah sifatnya yangn stabil, tidak

merusak material, dapat dibiodegradasi, kadang cocok untuk kulit dan hanya sedikit

menurun aktivasinya bila berinteraksi dengan protein. Sedangkan beberapa

kerugiannya adalah berisiko tinggi terhadap api/ledakan dan sangat cepat menguap

(Rismana, 2008).

3. Golongan pengoksidasi

Bahan kimia yang termasuk golongan pengoksidasi kuat dibagi ke dalam

dua golongan yakni peroksida dan peroksigen di antaranya adalah hidrogen

peroksida, asam perasetik, kalium peroksomono sulfat, natrium perborat, benzoil

peroksida, kalium permanganat. Golongan ini membunuh mikroorganisme dengan

cara mengoksidasi dan umum dibuat dalam larutan air berkonsentrasi 0,02 %. Daya

aksi berada dalam rentang detik hingga menit, tetapi perlu 0,5 - 2 jam untuk

5

Page 6: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

membunuh virus. Pada prinsipnya golongan pengoksidasi dapat digunakan pada

spektrum yang luas, misalkan untuk proses desinfeksi permukaan dan sebagai

sediaan cair. Kekurangan golongan ini terutama oleh sifatnya yang tidak stabil,

korosif, berisiko tinggi menimbulkan ledakan pada konsentrasi di atas 15 %, serta

perlu penanganan khusus dalam hal pengemasan dan sistem distribusi/transport

(Rismana, 2008).

4. Golongan halogen

Golongan halogen yang umum digunakan adalah berbasis iodium seperti

larutan iodium, iodofor, povidon iodium, sedangkan senyawa terhalogenasi adalah

senyawa anorganik dan organik yang mengandung gugus halogen terutama gugus

klor, misalnya natrium hipoklorit, klor dioksida, natrium klorit dan kloramin.

Golongan ini berdaya aksi dengan cara oksidasi dalam rentang waktu sekira 10-30

menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 1-5%. Aplikasi

proses desinfeksi dilakukan untuk mereduksi virus, tetapi tidak efektif untuk

membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi. Umum digunakan sebagai

desinfektan pada pakaian, kolam renang, lumpur air selokan (Rismana, 2008).

Adapun kekurangan dari golongan halogen dan senyawa terhalogenasi

adalah sifatnya yang tidak stabil, sulit dibuat dalam campuran air pada konsentrasi

70-90 %. Golongan alkohol ini tidak efektif untuk bakteri berspora serta kurang

efektif bagi virus non-lipoid. Penggunaan pada proses desinfeksi adalah untuk

permukaan yang kecil, tangan dan kulit. Adapun keunggulan golongan alkohol ini

adalah sifatnya yangn stabil, tidak merusak material, dapat dibiodegradasi, kadang

cocok untuk kulit dan hanya sedikit menurun aktivasinya bila berinteraksi dengan

protein. Sedangkan beberapa kerugiannya adalah berisiko tinggi terhadap

api/ledakan dan sangat cepat menguap (Rismana,2008).

2.2. Fenol

Fenol memiliki kelarutan terbatas dalam air, yakni 8,3 gram/100 ml. Fenol

memiliki sifat yang cenderung asam, artinya dapat melepaskan ion H+ dari gugus

hidroksilnya. Pengeluaran ion tersebut menjadikan anion fenoksida C6H5O− yang

dapat dilarutkan dalam air (Aditya, 2009). Dibandingkan dengan alkohol alifatik

lainnya, fenol bersifat lebih asam. Hal ini dibuktikan dengan mereaksikan fenol dengan

NaOH, di mana fenol dapat melepaskan H+. Pada keadaan yang sama, alkohol alifatik

6

Page 7: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

lainnya tidak dapat bereaksi seperti itu. Pelepasan ini diakibatkan pelengkapan orbital

antara satu-satunya pasangan oksigen dan sistem aromatik, yang mendelokalisasi beban

negatif melalui cincin tersebut dan menstabilkan anionnya. Fenol didapatkan melalui

oksidasi sebagian pada benzena atau asam benzoate dengan proses Raschig, Fenol juga

dapat diperoleh sebagai hasil dari oksidasi batu bara. Fenol dapat digunakan sebagai

antiseptik seperti yang digunakan Sir Joseph Lister saat mempraktikkan pembedahan

antiseptik. Fenol merupakan komponen utama pada anstiseptik dagang, triklorofenol

atau dikenal sebagai TCP (trichlorophenol). Fenol juga merupakan bagian komposisi

beberapa anestitika oral, misalnya semprotan kloraseptik (Aditya, 2009).

Fenol berfungsi dalam pembuatan obat-obatan (bagian dari produksi aspirin,

pembasmi rumput liar, dan lainnya. Fenol yang terkonsentrasi dapat mengakibatkan

pembakaran kimiawi pada kulit yang terbuka. Penyuntikan fenol juga pernah digunakan

pada eksekusi mati. Penyuntikan ini sering digunakan pada masa Nazi, Perang Dunia II.

Suntikan fenol diberikan pada ribuan orang di kemah-kemah, terutama di Auschwitz-

Birkenau. Penyuntikan ini dilakukan oleh dokter secara penyuntikan ke vena (intravena)

di lengan dan jantung. Penyuntikan ke jantung dapat mengakibatkan kematian langsung

(Aditya, 2009).

Senyawa golongan fenol dan fenol terhalogenasi yang telah banyak dipakai

antara lain fenol (asam karbolik), kresol, para kloro kresol dan para kloro xylenol.

Golongan ini berdaya aksi dengan cara denaturasi dalam rentang waktu sekira 10-30

menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1-5%. Aplikasi

proses desinfeksi dilakukan untuk virus, spora tetapi tidak baik digunakan untuk

membunuh beberapa jenis bakteri gram positif dan ragi. Umum digunakan sebagai

dalam proses desinfeksi di bak mandi, permukaan dan lantai, serta dinding atau

peralatan yang terbuat dari papan/kayu. Adapun keunggulan dari golongan golongan

fenol dan fenol terhalogenasi adalah sifatnya yang stabil, persisten, dan ramah terhadap

beberapa jenis material, sedangkan kerugiannya antara lain susah terbiodegradasi,

bersifat racun, dan korosif. Golongan garam amonium kuarterner Beberapa bahan kimia

yang terkenal dari golongan ini antara lain benzalkonium klorida, bensatonium klorida,

dan setilpiridinium klorida (Rismana, 2008).

Golongan ini berdaya aksi dengan cara aktif-permukaan dalam rentang waktu

sekira 10-30 menit dan umum digunakan dalam larutan air dengan konsentrasi 0,1%-

7

Page 8: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

5%. Aplikasi untuk proses desinfeksi hanya untuk bakteri vegetatif, dan lipovirus

terutama untuk desinfeksi peralatannya. Keunggulan dari golongan garam amonium

kuarterner adalah ramah terhadap material, tidak merusak kulit, tidak beracun, tidak

berbau dan bersifat sebagai pengemulsi, tetapi ada kekurangannya yakni hanya dapat

terbiodegradasi sebagian. Kekurangan yang lain yang menonjol adalah menjadi kurang

efektif bila digunakan pada pakaian, spon, dan kain pel karena akan terabsorpsi bahan

tersebut serta menjadi tidak aktif bila bercampur dengan sabun, protein, asam lemak

dan senyawa fosfat. Salah satu produk yang sudah dipasarkan dari golongan ini diklaim

efektif untuk membunuh parvovirus, di mana virus ini merupakan jenis virus hidrofilik

yang sangat susah untuk dimatikan (Rismana, 2008).

2.3. Koefisien Fenol

Koefisien fenol adalah kemampuan desinfektan untuk membunuh bakteri

dibandingkan dengan fenol. Uji fenol adalah membandingkan aktivitas antimikroba dari

komponen-komponen kimia dengan fenol sebagai standar uji. Pengenceran desinfektan

secara bertahap dan fenol ditempatkan dalam tabung reaksi steril, kultur murni bakteri

yang digunakan sebagai standar ditambahkan pada setiap tabung. Bakteri itu tersbut

dimasukan pada setiap tabung dengan interval waktu 5, 10, dan15 menit .Semua

subkultur dieramkan pada suhu 37O selama 48 jam dilihat kekeruhanya. Pada prinsipnya

uji koefisien fenol merupakan Perbandingan aktivitas fenol dengan pengenceran baku

terhadap aktivitas sampel dengan pengenceran tertentu MIC ( konsentrasi terendah

dimana pertumbuhan bakteri terhambat ) suatu antiseptik terhadap bakteri tertentu.

Metode pegenceran bertingkat dengan mengurangi konsentrasi zat sebanyak setengah

dari konsentrasi awal dengan volume yang sama. Metode turbidimetri Menentukan

takaran. Koefisien fenol yang kurang dari 1 menunjukkan bahwa bahan antimikrobial

tersebut kurang efektif dibandingkan fenol. Sebaliknya, apabila koefisien fenol lebih

dari 1 artinya bahan mikrobial tersebut lebih ampuh daripada fenol.

Tujuan dari uji koefisien fenol adalah untuk mengevaluasi daya anti mikroba

suatu desinfektan dengan memperkirakan potensi dan efektifitas desinfektan

berdasarkan konsentrasi dan lamanya kontak terhadap kuman dan membandingkannya

terhadap fenol standard yang disebut koefisien fenol. Koefisien fenol ditentukan dengan

cara membagi pengenceran tertinggi dari fenol yang mematikan mikroorganisme dalam

10 menit tetapi tidak mematikan dalam 5 menit terhadap pengencaran tertinggi bahan

8

Page 9: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

mikrobial Zat-zat antimikroba yang dipergunakan untuk disinfeksi harus diuji

keefektifannua. Cara untuk menentukan daya sterilisasi zat-zat tersebut adalah dengan

melakukan tes koefisien fenol. Uji ini dilakukan untuk membandingkan aktivitas suatu

produk (desinfektan) dengan daya bunuh fenol dalam kondisi tes yang sama. Berbagai

pengenceran fenol dan produk yang dicoba dicampur dengan suatu volume tertentu

biakan Salmonella thyphosa atau Staphylococcus aureus. (Rismana, 2008)

2.4. Media Pertumbuhan Bakteri

Media pertumbuhan bakteri adalah suatu campuran bahan yang mengandung

nutrisi untuk pembiakan atau pertumbuhan, menyeleksi dan mempertahankan bakteri

yang dibiakkan secara in vitro (di luar tubuh) sehingga dapat diketahui jenis bakterinya.

Media sebagai sumber makanan bagi bakteri mengadung nutrisi yang diperlukan bagi

bakteri. Media harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan muka, temperatur, dan pH

yang agar bakteri dapat tumbuh dengan baik (Merta, 2013).

Macam – macam media menurut Dwidjoseputro (1964), media dibedakan menjadi :

o Media cair misalnya kaldu.

o Media kental (padat) menggunakan kentang yang dipotong.

o Media yang diperkaya.

o Media yang sintetik berupa ramu –ramuan zat anorganik.

o Media kering berupa serbuk kering yang dilarutkan dalam air.

Menurut Pelczar et al (1986), media dibedakan menjadi:

o Media yang diperkaya komponennya yaitu lumpur, ekstra serum dari tanaman atau

hewan.

o Media selektif yaitu bagian kimiawi secara spesifik untuk NA agar dapat tumbuh

bakteri  tanpa adanya halangan dari apapun.

o Media yang berbeda yaitu menyatukan reagen atau zat kimia di media untuk

menghasilkan pertumbuhan yang baik setelah diinkubasi dan diinokulasi dengan

mengizinkan 2 pertumbuhan bakteri yang berbeda.

Menurut Hadioetomo (2010), media  dibedakan menjadi 2 menurut komposisi

kimiawinya yaitu media sintetik dan medium nonsintetik atau kompleks. Medium

sintetik dibuat dari bahan kimia yang kemurnian tinggi dan ditentukan dengan tepat,

sedangkan medium non-sintetik tidak diketahui dengan pasti.

9

Page 10: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

Berdasarkan fungsi/sifatnya beberapa macam medium, antara lain medium

umum, medium selektif dan medium diferensial.

Media selektif (selective medium) /media penghambat adalah media yang ditambah

zat kimia tertentu yang bersifat selektif untuk mencegah pertumbuhan mikroba lain

sehingga dapat mengisolasi mikroba tertentu, misalnya media yang mengandung

kristal violet pada kadar tertentu, dapat mencegah pertumbuhan bakteri gram positif

tanpa mempengaruhi bakteri gram negatif. Media ini selain mengandung nutrisi

juga ditambah suatu zat tertentu sehingga media tersebut dapat menekan

pertumbuhan mikroba lain dan merangsang pertumbuhan mikroba yang diinginkan.

Berdasarkan komposisi kimianya, dikenal medium alami, medium semi sintetik, dan

medium sintetik. Media ini dipakai untuk menyeleksi mikrorganisme sesuai dengan

yang diinginkan, jadi hanya satu jenis mikrorganisme saja yang dapat tumbuh dalam

media ini atau hanya satu kelompok tertentu saja. (Iyandri, 2011)

Sedangkan media diferensial adalah media untuk mengklasifikasikan kelompok

jenis bakteri. Media ini digunakan oleh ahli mikrobiologi untuk mengidentifikasi

jenis bakteri tertentu. (Iyandri, 2011)

Pemindahan biakan mikroba yang dibiakkan harus sangat hati-hati dan

mematuhi prosedur laboratorium agar tidak terjadi kontaminasi. Oleh karena itu,

diperlukan teknik-teknik dalam pembiakan mikroorganisme yang disebut dengan teknik

inokulasi biakan. Untuk mengisolasi bakteri dalam biakan murni, umumnya digunakan

dua prosedur yaitu: metode agar cawan dengan goresan dan metode agar tuang.

Berikut ini media pertumbuhan yang digunakan untuk pengujian Koefisien fenol:

Media Nutrient Agar

Nutrien agar adalah medium umum untuk uji air dan produk dairy. NA juga

digunakan untuk pertumbuhan mayoritas dari mikroorganisme yang tidak selektif,

dalam artian mikroorganisme heterotrof. Media ini merupakan media sederhana yang

dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan agar. Na merupakan salah satu media yang umum

digunakan dalam prosedur bakteriologi seperti uji biasa dari air, sewage, produk

pangan, untuk membawa stok kultur, untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan

untuk mengisolasi organisme dalam kultur murni.

Untuk komposisi nutrien adar adalah eksrak beef 10 g, pepton 10 g, NaCl 5 g,

air desitilat 1.000 ml dan 15 g agar/L. Agar dilarutkan dengan komposisi lain dan

10

Page 11: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

disterilisasi dengan autoklaf pada 121°C selama 15 menit. Kemudian siapkan wadah

sesuai yang dibutuhkan.

Nutrient  Agar (NA) merupakan suatu medium yang berbentuk padat, yang

merupakan perpaduan antara bahan alamiah dan senyawa-senyawa kimia. NA dibuat

dari campuran ekstrak daging dan peptone dengan menggunakan agar sebagai pemadat.

Dalam hal ini agar digunakan sebagai pemadat, karena sifatnya yang mudah membeku

dan mengandung karbohidrat yang berupa galaktam sehingga tidak mudah diuraikan

oleh mikroorganisme. Dalam hal ini ekstrak beef dan pepton digunakan sebagai bahan

dasar karena merupakan sumber protein, nitrogen, vitamin serta karbohidrat yang sangat

dibutuhkan oleh mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Medium Nutrient

Agar (NA) merupakan medium yang berwarna coklat muda yang memiliki konsistensi

yang padat dimana medium ini berasal dari sintetik dan memiliki kegunaan sebagai

medium untuk menumbuhkan bakteri

2.5. Teknik Okulasi

Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan

memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat

ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih

dahulu diusakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar

tetap steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi.Ada beberapa tahap yang

harus dilakukan sebelum melakukan teknik penanamanbakteri (inokulasi) yaitu :

1. Menyiapkan ruangan

Ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril agar tidak

terjadi kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan .dalam labotarium pembuataan

serum vaksin dan sebagainya. Inokulasi dapat dilakukan dalam sebuah kotak kaca

(encast) udara yang lewat dalam kotak tersebut dilewatkan saringan melalui suatu

jalan agar tekena sinar ultraviolet.

2. Pemindahan dengan dengan pipet

Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan untuk

diambil 1 ml contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni.

3. Pemindahan dengan kawat inokulasi.

Ujung kawat inokulasi sebaliknya dari platina atau nikel .ujungnya boleh lurus juga

boleh berupa kolongan yang diametrnya 1-3mm. Dalam melakukuan penanaman

11

Page 12: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

bakteri kawat ini terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya tungkai cukup

dilewatkan nyala api saja setelah dingin kembali kawat itu disentuhkan lagi dalam

nyala. Ada beberapa metode yang digunakan untuk mengisolasi biakan

murnimikroorganisme yaitu :

Metode gores

Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu,

tetapi memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan.

Penggoresan yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum

digoreskan di permukaan media agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum

pindah (lup inokulasi). Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang

cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni.

Cara penggarisan dilakukan pada medium pembiakan padat bentuk lempeng.

Bila dilakukan dengan baik teknik inilah yang paling praktis. Dalam pengerjaannya

terkadang berbeda pada masing-masing laboratorium tapi tujuannya sama yaiitu

untuk membuat goresan sebanyak mungkin pada lempeng medium pembiakan.

Ada beberapa teknik menggores yang biasa digunakan : 

1. Goresan Sinambung

Cara kerja :

o Sentuhkan inokulum loop pada koloni dan gores secara kontinyu sampai

setengah permukaan agar.

o Jangan pijarkan loop, lalu putar cawan 180oC lanjutkan goresan sampai

habis.

o Goresan sinambung umumnya digunakan bukan untuk mendapatkan koloni

tunggal, melainkan untuk peremajaan ke cawan atau medium baru.

2. Goresan T

Cara kerja :

12

Page 13: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

Bagi cawan menjadi 3 bagian menggunakan spidol marker

Inokulasi daerah 1 dengan streak zig-zag

Panaskan jarum inokulan dan tunggu dingin, kemudian lanjutkan streak zig-

zag pada daerah 2 (streak pada gambar). Cawan diputar untuk memperoleh

goresan yang sempurna

Lakukan hal yang sama pada daerah 3

3. Goresan Kuadran (Streak quadrant)

Cara kerja :

Hampir sama dengan goresan T, namun berpola goresan yang berbeda yaitu dibagi

empat. Daerah 1 merupakan goresan awal sehingga masih mengandung banyak

sel mikroorganisma.Goresan selanjutnya dipotongkan atau disilangkan dari

goresan pertama sehingga jumlah semakin sedikit dan akhirnya terpisah-pisah

menjadi koloni tunggal.

13

Page 14: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

BAB III

METODE

3.1. ALAT DAN BAHAN

3.1.1. Alat

1. Neraca analitik 12. Bola hisap

2. Gelas beaker 13. Rak tabung reaksi

3. Spatel 14. Botol steril

4. Gelas ukur 15. Benang pulung

5. Pengaduk kaca 16. Incubator

6. Botol semprot 17. Ose bulat

7. Erlenmeyer 18. Plate

8. Kompor listrik 19. Wadah sampel

9. Tabung reaksi

10. Api spiritus

11. Autoclave

3.1.2. Bahan

14

Page 15: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

1. Sampel desinfektan

2. Koloni bakteri

3. Aluminium foil

4. Kapas berlemak

5. Label

6. Tissue

7. Akuadest

8. Tusuk sate

3.1.3. Media

1. Media NA

(Nutrient Agar)

2. Aquadest

15

Page 16: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

3.2. CARA KERJA

3.2.1. Pembuatan Pengenceran Fenol ( Standar Baku )

1. Tabung reaksi disiapkan 3 buah dan dilabeli

2. Pada masing- masing tabung dibuat :

- Pengenceran 1: 70 : 6,9 ml aquades steril + 0,1 ml fenol

- Pengenceran 1 : 80 : 7,9 ml aquades steril + 0,1 ml fenol

- Pengenceran 1 : 90 : 8,9 ml aquades steril + 0,1 ml fenol

3.2.2. Pembuatan Pengenceran Desinfektan

1. Tabung reaksi disiapkan sebanyak 3 buah dan di labeli

2. Pada masing-masing tabung dibuat :

- Pengenceran 1: 100 : 9,9 ml aquades steril +0,1 ml desinfektan

- Pengenceran 1 : 150 : 14,9 ml aquades steril +0,1 ml Desinfektan

- Pengenceran 1: 200 : 19,9 ml aquades steril + 0,1 ml

desinfektan

3.2.3. Pembuatan formulasi bakteri

1. Disiapkan 1 buah tabung reaksi

2. 3,5 ml aquades steril dimasukkan kedalam tabung

3. 1-2 ose koloni bakteri diambil dengan ose bulat steril dan dihomogenkan

pada aquades steril tersebut hingga terbentuk kekeruhan yang diinginkan

3.2.4. Tahap pengujian

1. Sebanyak 0,5 ml formulasi bakteri dimasukkan kedalam masing –masing

pengenceran fenol dan desinfektan serta dihomogenkan ( dengan

perhitungan waktu tidak lebih dari 5 menit )

2. Cawan petri yang berisi nutrient agar diberi kode pengenceran untuk

fenol dan desinfektan

3. Setelah 5 menit, setiap pengenceran fenol dan desinfektan diinokulasikan

pada media nutrient agar dengan ose bulat ( digoreskan )

16

Page 17: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

4. Setelah 10 menit, setiap pengenceran fenol dan desinfektan

diinokulasikan padea media nutrient agar yang baru dengan ose bulat

( digoreskan )

5. Setelah semua ditanam kemudian diinkubasi pada incubator selama 48

jam dengan suhu 37 ◦ c

6. Dilihat pertumbuhan bakteri pada masing-masing waktu dan

pengenceran fenol dan desinfektan

7. Dihitung nilai koefisien fenolnya

KF = D

F

Keterangan :

KF : koefisien Fenol

D : Pengenceran tertinggi desinfektan yang mematikan kuman dalam

10 menit

Tapi tidak mematikan kuman dalam 5 menit

F : Pengenceran tertinggi fenol yang mematikan kuman dalam 10

menit

Tapi tidak mematikan kuman dalam 5 menit

17

Page 18: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Hasil Pengamatan

4.1.1. Tabel hasil inokulasi

PengenceranWaktu

5 menit 10 menit 15 menit

Fenol 1:70 + - +

1:80 - + -

1:90 - - -

Vixal 1:100 - + -

1:150 - - -

1:200 - - +

4.1.2. Gambar Hasil Pengamatan

NO GAMBAR KETERANGAN

1.

Vixal 5 menit. hasil

positif pada fenol

1:70

18

Keterangan:

(+) = tumbuh koloni bakteri

(-) = tidak tumbuh koloni bakteri

Page 19: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

2. Vixal 10 menit. hasil positif

pada fenol 1:80, desinfektan

1:100

3.

Vixal 15 menit, hasil positif

pada Fenol 1:70, dan

Desinfektan 1:200.

Lingkaran merah

menunjukkan adanya

koloni.

4.2. Pembahasan

Koefisien fenol adalah salah satu cara untuk menentukan efektifitas suatu

desinfektan dalam membunuh bakteri. Hal ini akan sangat membantu dalam

kehidupan sehari-hari. Uji koefisien fenol merupakan uji yang digunakan untuk

membandingkan aktifitas antimikrobial suatu senyawa kimia dibandingkan dengan

fenol pada kondisi yang standar. Sejumlah pengenceran seri dari bahan kimia yang

akan di uji dilakukan dengan pembanding fenol murni yang dilakukan pada tabung

reaksi steril. Sejumlah kultur murni mikroorganisme standar unuk tes

seperti Staphylococcus aureus atau Salmonella typhi ditambahkan pada setiap tabung.

Subkultur dari mikroorganisme tersebut dibuat dari setiap pengenceran desinfektan uji

dalam media cair steril pada interval 5, 10 dan 15 menit setelah mikroorganisme

dimasukkan pada desinfektan. Semua subkultur diinkubasi pada suhu 37 ºC selama 24

jam dan diamati keberadaan atau ketidakberadaan pertumbuhannya.

Koefisien fenol adalah perbandingan ukuran keampuhan suatu bahan

antimicrobial dibandingkan dengan fenol. Fenol dijadikan pembanding karena fenol

sering digunakan untuk mematikan mikroorganisme. Koefisien fenol ditentukan

19

Page 20: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

dengan cara membagi pengenceran tertinggi dari fenol yang mematikan bakteri dalam

10 menit tetapi tidak mematikannya dalam lima menit terhadap pengenceran tertinggi

bahan antimicrobial yang mematikan mikroorganisme dalam 10 menit tetapi tidak

dalam lima menit.

Bahan antimikrobial atau desinfektan yang diuji koefisien fenolnya pada

praktikum kali ini adalah sabun pembersih lantai merk VIXAL. Media yang

digunakan untuk menumbuhkan bakter pada praktikum adalah Nutrient Agar (NA).

Media ini dipilih karena media NA merupakan media umum untuk menumbuhkan

berbagai jenis mikroba. Media ini digunakan hanya untuk mengetahui apakah ada

mikroba yang tumbuh yang tumbuh pada media tersebut tanpa memilih jenis mikroba

yang ditumbuhkan. Nutrient Agar (NA) adalah media yang baik untuk pertumbuhan

bakteri (penyimpanan kuman-kuman/bakteri). Media ini berfungsi untuk

menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi

dan perhitungan jumlah mikroba. NA juga digunakan untuk pertumbuhan mayoritas

dari mikroorganisme yang tidak selektif, dalam artian mikroorganisme heterotrof.

Media ini merupakan media sederhana yang dibuat dari ekstrak beef, pepton, dan

agar. NA merupakan salah satu media yang umum digunakan dalam prosedur

bakteriologi seperti uji biasa dari air, produk pangan, untuk membawa stok kultur,

untuk pertumbuhan sampel pada uji bakteri, dan untuk mengisolasi organisme dalam

kultur murni.

Pada penentuan koefisien fenol pada desinfektan, langkah pertama yang

dilakukan adalah pembuatan larutan pengenceran fenol dengan berbagai konsentrasi.

Pengenceran ini berfungsi untuk menentukan pada konsentrasi manakah yang efektif

untuk mengahambat pertumbuhan bakteri. Pengenceran fenol yang dibuat ada 3 yaitu

1:70, 1:80, dan 1:90. Disiapkan 3 buah tabung reaksi steril yang masing-masing

tabung reaksi berisi aquadest steril sebanyak 6,9 ml,  7,9 ml, dan 8,9 ml. Setelah itu

dimasukkan fenol sebanyak 0,1 ml pada setiap tabung. Pemipetan fenol menggunakan

mikropipet karena ukurannya yang kecil agar mendapatkan volume yang sesuai.

Variasi pengenceran fenol ini untuk memperoleh konsentrasi fenol yang baik yang

dapat membunuh kuman. Pengenceran ini sudah melalui penelitian yang dapat

membunuh kuman dalam waktu 10 menit tapi tidak membunuh kuman dalam 5 menit.

Langkah selanjutnya adalah pembuatan larutan pengenceran desinfektan.

Pengenceran yang dibuat ada 3 yaitu 1:100, 1:150, dan 1:200. Dalam pembuatan

20

Page 21: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

larutan pengenceran desinfektan, disiapkan 3 buah tabung reaksi steril yang telah

berisi aquadest steril 9,9 ml, 14,4 ml, dan 19,9 ml, kemudian ditambahkan 0,1 ml

desinfektan. Sama seperti fenol, pemipetan desinfektan ini menggunakan mikropipet.

Kemudian dilakukan pembuatan formulasi kuman. Kuman yang digunakan adalah

kuman Staphylococcus sp. Koloni diambil beberapa ose, kemudian dimasukkan pada

tabung reaksi yang berisi aquadest steril sebanyak  3,5 ml dan dihomogenkan hingga

terbentuk kekeruhan. Kekeruhan dalam aquades steril tersebut menandakan pada

aquadest steril tersebut sudah terdapat koloni kuman. Pembuatan formulasi bakteri ini

digunakan untuk menguji keefektifan desinfektan terhadap bakteri. Jika banyak

bakteri yang tumbuh, kinerja desinfektan kurang efektif.

Tabung yang telah berisi pengenceran fenol dan pengenceran desinfektan

ditambahkan suspensi bakteri Salmonella sp. sebanyak 0,5 ml pada setiap tabung.

Pada saat menambahkan suspensi bakteri, digunakan pipet volume dan harus dalam

keadaan aseptis untuk mencegah kontaminasi dari luar sehingga hasil yang didapat

menjadi lebih akurat. Pada saat memasukkan bakteri itulah perhitungan waktu

dimulai. Waktu dihitung 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. Bakteri yang telah

dimasukkan ke dalam tabung yang berisi pengenceran fenol dan pengenceran

desifektan tadi kemudian diinokulasi pada media Nutrient Agar. Penginokulasikan

dilakukan pada 5 menit tepat dan tidak boleh lebih dari 5 menit agar hasilnya dapat

baik. Ketika sudah menginokulasi pada waktu 5 menit, dilanjutkan perhitungan waktu

hingga 10 menit, kemudian 15 menit. Semua pengenceran desinfektan dan fenol harus

diinokulasi pada waktu-waktu tersebut sehingga diperhatikan manajemen waktu agar

tidak melebihi waktu yang ditentukan dan tidak menyusahkan pada saat

menginokulasikan. Inokulasi diperhatikan label pada media dan label pada tabung

pengenceran agar tidak tertukar.

Penanaman pada media Nutrient Agar pada praktikum ini dilakukan dengan

metode cawan gores. Metode cawan gores (Streak Plate) bertujuan untuk mengisolasi

mikroorganisme dari campurannya atau meremajakan kultur ke dalam medium baru.

Cara penanaman bakteri dengan metode gores adalah ose terlebih dahulu dipijarkan

sedangkan sisanya tungkai cukup dilewatkan nyala api saja setelah dingin kembali

kawat itu disentuhkan lagi dalam nyala api. Setelah difiksasi, ditunggu beberapa saat

sebelum mengambil bakteri, agar suhu ose tidak terlalu panas dan bakteri tidak mati.

Tetapi perlu diingat juga bahwa ose tidak boleh terlalu lama didiamkan agar ose tidak

21

Page 22: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

terkontaminasi dengan bakteri dari udara. Kemudian digoreskan ose  ke permukaan

media agar dengan pola lurus atau zigzag secara hati-hati tanpa ditekan sehingga tidak

merusak permukaan agar. Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel yang

cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni. Proses penggoresan ini

dilakukan secara bertahap pada masing-masing media yaitu dalam waktu 5 menit dan

10 menit. Kemudian diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37ºC.

Proses inkubasi dilakukan pada suhu tersebut karena suhu 37ºC merupakan suhu

bakteri dapat tumbuh secara optimal. Setelah diinkubasi diamati ada tidaknya koloni

bakteri yang tumbuh.

Dari praktikum uji koefisien fenol yang dilakukan pada sabun pembersih

lantai merk Vixal pada 24 jam didapat hasil sebagai berikut:

PengenceranWaktu

5 menit 10 menit 15 menit

Fenol 1:70 + - +

1:80 - + -

1:90 - - -

Vixal 1:100 - + -

1:150 - - -

1:200 - - +

Koloni yang tumbuh pada media ciri-cirinya adalah bentuknya bulat, kecil,

pinggirannya halus dan warnanya menyerupai media. Pada fenol dengan pengeceran

1:70, bakteri dihambat pada menit ke-10, sedangkan pada menit ke 5 dan 15 terdapat

koloni bakteri. Pada fenol dengan pengenceran 1:80 tumbuh koloni pada menit ke-10

sedangkan pada menit ke-5 dan ke-15 bakteri dihambat. Pada fenol dengan

pengenceran 1:90 tidak ada koloni yang tumbuh.

Pada desinfektan merk Vixal, pengenceran 1:100 tumbuh koloni pada menit

ke-10 sedangkan pada menit ke-5 dan ke-15 bakteri dihambat. Pada pengenceran

22

Keterangan:

(+) = tumbuh koloni bakteri

(-) = tidak tumbuh koloni bakteri

Page 23: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

1:150 tidak ada koloni yang tumbuh. Pada pengenceran 1:200 tumbuh koloni pada

menit ke-15 sedangkan pada menit ke-5 dan 10 bakteri dihambat.

Berdasarkan hasil tersebut terdapat banyak kesalahan dalam hasil.

Berdasarkan literatur, semakin tinggi konsentrasi dan semakin lama paparan akan

meningkatkan efektivitas senyawa desinfektan. Dari hasil praktikum, hal tersebut

tidak sesuai karena pada pengenceran 1:100 dan 1:150, konsentrasi desinfektan

tertinggi adalah 1:100 tetapi tumbuh koloni sedangkan pada pengenceran yang lebih

rendah (1:150) tidak tumbuh koloni sama sekali. Pada pengenceran 1:100 waktu 5

menit tidak tumbuh koloni sedangkan pada waktu 10 menit tumbuh koloni juga

berbeda dari literatur. Hal ini bisa disebabkan karena tidak semua desinfektan dapat

digunakan untuk pengendalian mikroorganisme secara umum. Desinfektan hanya

cocok untuk mengendalikan mikroorganisme tertentu, tidak mampu mengendalikan

mikroorganisme lain. Beberapa jenis desinfektan ada yang hanya efektif pada lapisan

luar saja, ada yang memiliki daya kerja yang luas terhadap mikroorganisme dan ada

pula yang hanya bisa mengatasi sejumlah kecil mikroorganisme.

Pertumbuhan koloni bakteri pada fenol dan desinfektan merk Vixal

menyebabkan koefisien fenol tidak dapat dihitung karena koefisien fenol ditentukan

dari membandingkan pengenceran tertinggi desinfektan dapat membunuh kuman

dalam 10 menit tapi tidak membunuh kuman dalam 5 menit dengan pengenceran

tertinggi fenol dapat membunuh kuman dalam 10 menit tapi tidak membunuh kuman

dalam 5 menit. Jadi, apabila tidak ada nilai pengenceran tertinggi fenol dan

desinfektan dalam membunuh kuman, maka koefisien fenol tidak dapat dihitung.

Kesalahan-kesalahan yang terjadi dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam

pengujian koefisien fenol:

1. Pelabelan

Pelabelan adalah hal dasar sebelum melakukan pengujian. Tabung

pengenceran, wadah media harus dilabeli terlebih dahulu. Label tabung berisi bahan

(desinfektan atau fenol), dan jumlah pengenceran. Label wadah media berisi waktu,

bahan (desnfektan atau fenol), serta jumlah pengenceran. Pada saat memipet selalu

dicocokan label tabung dengan medianya agar tidak salah.

23

Page 24: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

2. Kontaminasi

Kontaminasi adalah kesalahan yang sangat sering terjadi dalam pengujian

mikrobiologi karena mikroba berada disekitar kita. Untuk meminimalisasi

kontaminasi, semua alat gelas yang digunakan harus disterilkan dengan autoklaf

terlebih dahulu. Pengerjaan juga dilakukan di dekat api (api spiritus) untuk

mengurangi kontaminasi. Diusahakan tidak terlalu banyak bicara pada saat praktikum.

Semua pengerjaan seperti memipet dilakukan didekat api spiritus.

Kesalahan inilah yang terjadi selama praktikum, dimana di dalam

laboratorium terdapat banyak orang sehingga sulit mengontrol pekerjaan.

3. Pengenceran

Pemipetan untuk pengenceran harus tepat agar mendapatkan konsentrasi yang

diinginkan.

4. Penginokulasian

Inokulasi dilakukan dengan menggunakan ose. Caranya dengan memfiksasi

atau membakar hingga terbentuk bara pada kawat ose, didiamkan sebentar agar

suhunya turun sehingga bakteri yang diambil tidak mati, kemudian dicelupkan pada

tabung reaksi kemudian diinokulasikan ke media. Kesalahan yang terjadi adalah suhu

ose yang belum turun setelah difiksasi sehingga bakteri yang diambil sudah mati

sehingga tidak tumbuh.

Waktu penginokulasian juga diperhatikan agar tidak melewati batas waktu

yaitu 5 menit, 10 menit, dan 15 menit. Manajemen waktu sangat penting agar

pekerjaan dapat teratur dan tepat waktu.

5. Keadaan bahan harus baik untuk mendapatkan hasil yang optimal. Media yang

digunakan harus dalam keadaan layak pakai dan tidak rusak. Pada praktikum media

yang digunakan sudah mengeras sehingga kurang baik untuk digunakan.

24

Page 25: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Koefisien fenol adalah salah satu cara untuk menentukan efektifitas suatu

desinfektan dalam membunuh bakteri.

2. Hasil praktikum pertumbuhan koloni bakteri pada fenol dan desinfektan merk

Vixal menyebabkan koefisien fenol tidak dapat dihitung karena tidak ada nilai

pengenceran tertinggi fenol dan desinfektan dalam membunuh kuman, maka

koefisien fenol tidak dapat dihitung.

3. Kesalahan yang terjadi adalah adanya kontaminasi akibat pengerjaan yang

tidak aseptis dan proses inokulasi yang salah serta kondisi media.

5.2. Saran

Dalam melakukan praktikum uji fenol, harus diperhatikan waktu inokulasi ke

dalam media NA agar waktu yang telah ditentukan tidak lebih dari batas waktu yang

ditentukan.

25

Page 26: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputro, D. 1984. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Djambatan, Surabaya

Fardiat, S. 1992. Mikrobiologi Pangan I. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta

Hadieoetomo, 2010. Media. online, http://belajarmikro.co.cc/ Diakses pada tanggal 29 Maret

2014

Jawetz, MD Ernest. 1986. Mikrobiologi Untuk Profesi Kesehatan. Penerbit Buku

Kedokteran. Jakarta

Kusharyanti, Dyah Fitri. 2008. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi. Fakultas Biologi Unsoed.

Purwokerto

Lay, Bibian. 1990. Mikrobiologi. Rajawali Press. Jakarta

Lehninger. 1982. Dasar-Dasar Biokimia Jilid I. Erlangga. Jakarta

Maksum, Radji. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi dan

Kedokteran. Jakarta: EGC.

Trianto,Putut.2012.Koefisien Fenol.online.http://trianzzer.blogspot.com/2012/05/makalah-

koefisien-fenol.html (Diakses Tanggal 16 Mei 2014)

Uni,Murni.2012.Uji Koefisien Fenol.onlinehttp://serbamurni.blogspot.com/2012/03/uji-

koefisien-fenol-contoh-laporan-uji.html (Diakses Tanggal 16 Mei 2014)

26

Page 27: Laporan Bakteri Koefisien Fenol

LEMBAR PENGESAHAN

Denpasar, 23 Mei 2014

Praktikan

a.n. Kelompok 4

( )

Mengetahui,

Pembimbing I Pembimbing II

(Nyoman Mastra, S.KM.,SPd.,M.Si) (I Nyoman Jirna, S.KM.,M.Si)

Pembimbing III

(Luh Ade Wilam Krisna, S.Si.,M.Ked)

27