Laporan Baca Pendidikan Agama Islam

23
Eksistensi Tuhan dan Metode Pembuktiannya Untuk memahami eksistensi keberadaan Tuhan agar kita tidak hanya disebut sebagai penganut agama warisan, tentunya kita memerlukan pemikiran agar benar-benar kita yakin bahwa tuhan itu memang ada tanpa menimbulkan banyak tanda tanya mendasar dalam hati. Karena sifat/fitrah dari manusia pada dasarnya adalah selalu ingin tahu, termasuk ingin tahu mengenai asal muasal kehidupannya dan apa tujuannya ia hidup. Apakah hanya sekedar hidup dari buah cinta ibu bapaknya ataukah ada yang mengatur kehidupan dengan segala yang ada atau ada yang menciptakannya. Karena jika hanya ditanamkan doktrin bahwa kita hidup diciptakan oleh Tuhan tanpa kita tahu siapa Tuhan itu tentunya akan menimbulkan kontradiksi besar dalam kehidupan mendatang ketika kita menemukan pendapat lain yang bertolak belakang dengan doktrin yang telah lama tertanam. Di antara sesuatu yang wajib diterima oleh akal adalah bahwa setiap sesuatu yang ada pastilah ada yang mengadakan. Begitu pula dengan alam semesta ini, tentu ada yang menjadikannya (QS.52:35). Bukti- bukti eksistensi Allah dapat ditinjau berdasarkan lima dalil, yaitu : 1. Dalil fitrah yaitu perasaan alami yang tajam pada manusia bahwa ada dzat yang maujud, yang tidak terbatas dan tidak berkesudahan, yang mengawasi segala sesuatu, mengurus dan mengatur segala yang ada di alam semesta, yang diharapkan kasih sayang-Nya dan ditakuti kemurkaan- Nya. Hal ini digambarkan oleh Allah SWT dalam QS. 10:22. 2. Dalil akal yaitu dengan tafakkur dan perenungan terhadap alam semesta yang merupakan manifestasi dari eksistensi Allah SWT. Orang yang memikirkan dan merenungkan alam semesta akan menemukan empat unsur alam semesta :

description

PAI Bab 1 Eksistensi Tuhan Universitas Hasanuddin'12

Transcript of Laporan Baca Pendidikan Agama Islam

Page 1: Laporan Baca Pendidikan Agama Islam

Eksistensi Tuhan dan Metode Pembuktiannya

Untuk memahami eksistensi keberadaan Tuhan agar kita tidak hanya disebut sebagai penganut agama warisan, tentunya kita memerlukan pemikiran agar benar-benar kita yakin bahwa tuhan itu memang ada tanpa menimbulkan banyak tanda tanya mendasar dalam hati. Karena sifat/fitrah dari manusia pada dasarnya adalah selalu ingin tahu, termasuk ingin tahu mengenai asal muasal kehidupannya dan apa tujuannya ia hidup. Apakah hanya sekedar hidup dari buah cinta ibu bapaknya ataukah ada yang mengatur kehidupan dengan segala yang ada atau ada yang menciptakannya. Karena jika hanya ditanamkan doktrin bahwa kita hidup diciptakan oleh Tuhan tanpa kita tahu siapa Tuhan itu tentunya akan menimbulkan kontradiksi besar dalam kehidupan mendatang ketika kita menemukan pendapat lain yang bertolak belakang dengan doktrin yang telah lama tertanam.

Di antara sesuatu yang wajib diterima oleh akal adalah bahwa setiap sesuatu yang ada pastilah ada yang mengadakan. Begitu pula dengan alam semesta ini, tentu ada yang menjadikannya (QS.52:35). Bukti- bukti eksistensi Allah dapat ditinjau berdasarkan lima dalil, yaitu :

1. Dalil fitrah

yaitu perasaan alami yang tajam pada manusia bahwa ada dzat yang maujud, yang tidak terbatas dan tidak berkesudahan, yang mengawasi segala sesuatu, mengurus dan mengatur segala yang ada di alam semesta, yang diharapkan kasih sayang-Nya dan ditakuti kemurkaan- Nya. Hal ini digambarkan oleh Allah SWT dalam QS. 10:22.

2. Dalil akal

yaitu dengan tafakkur dan perenungan terhadap alam semesta yang merupakan manifestasi dari eksistensi Allah SWT. Orang yang memikirkan dan merenungkan alam semesta akan menemukan empat unsur alam semesta :

1. Ciptaan-Nya,

Bila kita perhatikan makhluk yang hidup di muka bumi, kita akan menemukan berbagai jenis dan bentuk, berbagai macam cara hidup dan cara berkembang biak (QS. 35:28). Semua itu menunjukkan adanya zat yang menciptakan, membentuk, menentukan rizki dan meniupkan ruh kehidupan (QS. 29:19,20). Bagaimanapun pintarnya manusia, tentu ia tidak akan dapat membuat makhluk yang hidup dari sesuatu yang belum ada. Allah SWT menantang manusia untuk membuat seekor lalat jika mereka mampu (QS. 22:73). Nyatalah bahwa tiada yang dapat menciptakan alam semesta ini kecuali Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Hidup.

2. Kesempurnaa n

Kalau kita perhatikan, akan terlihat bahwa alam ini sangat tersusun rapi, diciptakan dalam kondisi yang sangat sempurna tanpa cacat.Hal ini menunjukkan

Page 2: Laporan Baca Pendidikan Agama Islam

adanya kehendak agung yang bersumber dari Sang Pencipta. Sebagai contoh, seandainya matahari memberikan panasnya pada bumi hanya setengah dari panasnya sekarang, pastilah manusia akan membeku kedinginan. Dan seandainya malam lebih panjang sepuluh kali lipat dari malam yang normal tentulah matahari pada musim panas akan membakar seluruh tanaman di siang hari dan di malam hari seluruh tumbuhan membeku. Firman Allah:

"Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang? Kemudian pandanglah sekali lagi, niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah." (QS. 67:3,4)

3. Perbandingan ukuran yang tepat dan akurat (QS. 25:2)

Alam ini diciptakan dalam perbandingan ukuran, susunan, timbangan dan perhitungan yang tepat dan sangat akurat. Bila tidak, maka tidak akan mungkin para ilmuwan berhasil menyusun rumus- rumus matematika, fisika, kimia bahkan biologi.

4. Hidayah (tuntunan dan bimbingan) (QS. 20:50)

Allah memberikan hidayah (tuntunan dan petunjuk) kepada makhluk-Nya untuk dapat menjalankan hidupnya dengan mudah, sesuai dengan karakteristiknya masing-masing. Pada manusia sering disebut sebagai ilham dan pada hewan disebut insting/ naluri. Seorang bayi ketika dilahirkan menangis dan mencari puting susu ibunya. Siapa yang mengajarkan bayi- bayi tersebut? Seekor ayam betina membolak-balikkan telur yang tengah dieramnya, agar zat makanan yang terdapat pada telur itu merata, juga kehangatan dari induk ayam tersebut, dengan demikian telur tersebut dapat menetas. Secara ilmiah akhirnya diketahui bahwa anak-anak ayam yang sedang diproses dalam telur itu mengalami pengendapan bahan makanan pada tubuhnya di bagian bawah. Jika telur tersebut tidak digerak-gerakkan maka zat makanan tersebut tidak merata, dengan demikian ia tidak dapat menetas. Siapa yang mengajarkan ayam untuk berbuat demikian?

Kita sering mendengar seseorang yang ditimpa musibah yang membuat hatinya hancur luluh, putus harapan, lalu ia berdoa menghadap Allah SWT. Tiba- tiba musibah itu hilang, kebahagiaan pun kembali dan datanglah kemudahan sesudah kesusahan. Siapa yang mengabulkan doa, siapa pula yang mengajarkan orang, yang kafir sekalipun, untuk berdoa/ meminta pertolongan pada suatu zat di luar dirinya yang dirasakannya bersifat Maha Kuasa dan Maha Berkehendak ? Firman Allah :

Page 3: Laporan Baca Pendidikan Agama Islam

"Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah yang kamu seru kecuali Dia. Maka tatkala Dia menyelamatkan kamu ke daratan, kamu pun berpaling. Dan manusia adalah selalu tidak berterima kasih." (QS.17:67)

Eksistensi Allah terlihat dalam banyak sekali fenomena- fenomena kehidupan. Barangsiapa yang membaca alam yang maha luas ini dan memperhatikan penciptaan langit dan bumi serta dirinya sendiri, pasti ia akan menemukan bukti-bukti yang jelas tentang adanya Allah SWT. Firman Allah :

"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Quran itu adalah benar." (QS.41:53)

3. Dalil Akhlak

Secara fitrah manusia memiliki moral (akhlaq). Dengan adanya moral (akhlaq) inilah, ia secar naluriah mau tunduk dan menerima kebenaran agar hidupnya lurus dan urusannya berjalan teratur dan baik. Zat yang dapat menanamkan akhlaq dalam jiwa manusia adalah Allah, sumber dari segala sumber kebaikan, cinta dan keindahan. Keberadaan 'moral' yang mendominasi jiwa manusia merupakan bukti eksistensi Allah. (QS. 91:7-8)

4. Dalil Wahyu

Para rasul diutus ke berbagai umat yang berbeda pada zaman yang berbeda. Semua rasul menjalankan misi dari langit dengan perantaraan wahtu. Dengan membawa bukti yang nyata (kitab/ wahyu dan mukzijat) mengajak umatnya agar beriman kepada Allah, mengesakan- Nya dan menjalin hubungan baik dengan-Nya, serta memberi peringatan akan akibat buruk dari syirik/berpaling dari-Nya (QS.6:91). Siapa yang mengutus mereka dengan tugas yang persis sama? Siapa yang memberikan kekuatan, mendukung dan mempersenjatai mereka dengan mukzijat? Tentu suatu zat yang eksis (maujud), Yang Maha Kuat dan Perkasa, yaitu Allah. Keberadaan para rasul ini merupakan bukti eksistensi Allah.

5. Dalil Sejarah

Semua umat manusia di berbagai budaya, suku, bangsa dan zaman, percaya akan adanya Tuhan yang patut disembah dan diagungkan. Semuanya telah mengenal iman kepada Allah menurut cara masing- masing. Konsensus sejarah ini merupakan bukti yang memperkuat eksistensi Allah. (QS.47:10; perkataan ahli sejarah Yunani kuno bernama Plutarch).

Terdapat beberapa cara mengenal Tuhan menurut ajaran selain Islam, diantaranya yaitu dengan hanya mengandalkan panca indera dan sedikit akal, sehingga timbul prakiraan- prakiraan yang membentuk filsafat-filsafat atau pemikiran tentang ketuhanan. Filsafat dan pemikiran tersebut justru mendatangkan keguncangan dan kebingungan dalam jiwa. Sehingga hanya menanamkan keraguan dan kesangsian terhadap keberadaan Allah. (QS.34:51-54;

Page 4: Laporan Baca Pendidikan Agama Islam

2:147; 22:11; 10:94) Jalan yang ditempuh oleh orang-orang kafir tersebut melanggar fitrah mereka. Sebab mereka mencoba mengenal Allah dengan menggunakan panca indra saja. Padahal panca indra hanya bisa mendeteksi sesuatu yang dapat diraba, diukur, disentuh. Sebaliknya untuk mengenal sesuatu selain Allah mereka menggunakan panca indra dan akal. Jalan yang ditempuh oleh orang- orang kafir ini pada akhirnya tidak pernah membawa mereka sampai mengenal siapa Sang Pencipta. Sebaliknya yang mereka dapatkan adalah ketidaktahuan akan Allah Yang Maha Mencipta.

Adapun jalan yang ditempuh Islam untuk mengenal Allah ialah dengan menggunakan keimanan dan dilengkapi dengan akal. Kedua potensi tersebut dioptimalkan dengan proses tafakkur dan tadabbur. Tafakkur artinya memikirkan ciptaan atau tanda-tanda kebesaran Allah (ayat kauniyah). Tadabbur berarti merenungkan ayat-ayat Allah yang tertulis dalam al-Qur'an (ayat qauliyah). Sehingga timbul keyakinan di dalam hati tentang keberadaan dan kekuasaan Allah (QS.3:190-191; 12:105; 10:101) Jalan yang ditempuh oleh orang mukmin bersandarkan pada fitrahnya sebagai manusia, yaitu mengoptimalkan akal, pemikiran, ilmu, serta hatinya untuk mengenal Allah lewat tanda-tanda kebesaran-Nya (ayat-ayat-Nya), bukan zat- Nya. Baik tanda-tanda kebesaran Allah yang ada di alam, mukzijat serta dalm Al Qur'an. Lewat jalan inilah manusia akan mengenal Allah SWT.

Page 5: Laporan Baca Pendidikan Agama Islam

Sejarah Perkembangan Pemikiran Tentang Tuhan

Pada mulanya Tuhan ditasbihkan sebagai representasi arwah nenek moyang. Dimana pada zaman pra sejarah, orang yang mati arwahnya akan abadi untuk mendampingi orang yang yang masih hidup. Dari perkembangan dinamisme ini, maka munculah animisme sebagai bentuk dari perkembangan yang pesat ini. Zaman Mesir kuno, Babylonia, Yunani kuno, dsb. Mengenal banyak sekali dewa yang menguasai elemen-elemen yang sangat bermanfaat bagi manusia. Sebagai contoh dewa Amun Ra, dewa tertinggi pada kepercayaan masyarakat mesir kuno ini menguasai matahari. Zeus, dewa tertinggi Yunani kuno ini, menguasai petir. Jada banyak sekali timbul kepercayaan-kepercayaan yang akhirnya mengerucut kepada monotheisme.

 Agama Kristen di dalam Alkitab dinisbahkan kepada Abraham (Nabi Ibrahim), yang meninggalkan Ur dan akhirnya menetap di Kanaan pada suatu masa antara abad kedua puluh dan kesembilan belas SM. Kita tak memiliki riwayat kontemporer tentang Abraham, tetapi para peneliti menduga bahwa Abraham mungkin sekali merupakan salah seorang pemimpin kafilah pengembara yang membawa rakyatnya dari Mesopotamia menuju Laut Tengah pada akhir milenium ketiga SM. Para pengembara ini—sebagian dari mereka disebut Abiru, Apiru, dan Habiru dalam sumber-sumber Mesopotamia dan Mesir—berbicara dalam bahasa Semitik Barat, yang mana bahasa Ibrani adalah salah satunya. Mereka bukanlah kaum nomad padang pasir yang reguler sebagaimana orang Badui yang berimigrasi bersama ternak-ternak mereka sesuai pergantian musim. Mereka lebih sulit diklasifikasikan dan sering terlibat konflik dengan autoritas-autoritas konservatif. Status kultural mereka biasanya lebih tinggi dibanding penduduk padang pasir itu. Sebagian bekerja sebagai tentara bayaran, pegawai pemerin-tah, ada yang menjadi pedagang, pelayan, atau tukang besi. Sebagian di antara mereka menjadi kaya raya dan kemudian berupaya mem-punyai tanah dan bermukim menetap. Kisah-kisah tentang Abraham di dalam kitab Kejadian menceritakan bahwa dia bekerja pada Raja Sodom sebagai prajurit bayaran dan bahwa dia sering berkonflik dengan autoritas Kanaan dan daerah sekitarnya. Pada akhirnya, ketika istrinya, Sara, meninggal, Abraham membeli tanah di Hebron, yang sekarang terletak di Tepi Barat. Kisah dalam kitab Kejadian tentang Abraham dan anak keturun-annya mengindikasikan adanya tiga gelombang kedatangan orang Ibrani di Kanaan, kawasan Israel pada era modern. Salah satunya terkait dengan Abraham d n Hebron, terjadi sekitar 1850 SM. Gelombang kedua berkaitan dengan cucu Abraham, Yakub, yang diganti namanya menjadi Israel (“Semoga Tuhan menunjukkan kekuasaannya”); dia menetap di Sikhem, yang sekarang menjadi kota Arab Nablus di Tepi Barat. Alkitab menceritakan kepada kita bahwa putra Yakub, yang menjadi leluhur dua belas suku keturunan Israel, beremigrasi ke Mesir selama musim paceklik yang hebat di Kanaan. Gelombang ketiga pemukiman Ibrani terjadi sekitar 1200 SM ketika suku-suku yang mengaku keturunan Abraham tiba di Kanaan dari Mesir. Mereka mengatakan bahwa mereka telah dijadikan budak oleh orang Mesir, tetapi dimerdekakan oleh suatu ilah bernam a Yahweh, yang juga merupakan tuhan pemimpin mereka, Musa. Setelah mendesak masuk ke Kanaan, mereka beraliansi dengan orang Ibrani yang ada di sana dan kemudian disebut sebagai orang Israel. Alkitab membuat jelas bahwa orang-orang yang kita kenal sebagai bangsa Israel kuno merupakan konfederasi berbagai kelompok etnis, yang secara m endasar disatukan oleh

Page 6: Laporan Baca Pendidikan Agama Islam

kesetiaan mereka k e p a d a Yahweh, Tuhan Musa. Akan tetapi, kisah biblikal itu ditulis beberapa abad setelahnya, sekitar abad kedelapan SM, meskipun jelas disandar-kan pada sumber-sumber narasi yang lebih awal.

 Awal abad kesembilan, beberapa sarjana biblikal Jerman mengembangkan metode kritis yang menguraikan empat sumber berbeda dalam lima kitab pertama Alkitab: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan, dan Ulangan. Ini kemudian dikumpulkan menjadi sebuah naskah akhir yang kita kenal sebagai Lima Kitab Musa (Pentateukh) pada abad kelima SM. Bentuk kritisisme semacam ini telah mendapat banyak perlakuan keras, namun tak ada seorang pun yang mampu menciptakan teori yang lebih memuaskan untuk menjelaskan mengapa terdapat kisah yang cukup berbeda tentang peristiwa-peristiwa biblikal penting, seperti Penciptaan dan Air Bah, dan mengapa kadangkala Alkitab mengandung pertentangan dalam dirinya sendiri. Dua penulis biblikal paling awal, yang karyanya dapat ditemukan dalam kitab Kejadian dan Keluaran, kemungkinan menulis pada abad kedelapan SM, walaupun ada yang menyebut kem ungkinan penulisan di masa yang lebih awal. Salah satunya dikenal sebagai “J” karena dia menyebut nama Tuhannya dengan “Yahweh”, yang lainnya disebut “E” karena dia lebih suka meng-gunakan nama ketuhanan yang lebih formal, “Elohim”. Pada abad kedelapan, orang Israel telah membagi Kanaan menjadi wilayah dalam dua kerajaan terpisah. J menulis di Kerajaan Yehuda di sebelah selatan, sementara E berasal dari Kerajaan Israel di sebelah utara.

 Islam, sebagai agama yang tergolong muda secara historis, muncul untuk menjawab kesalah kaprahan yang terjadi di kawasan timur tengah. Dengan Lahirnya Muhammad SAW pada 635 M, membuat suatu gebrakan terhadap ajaran agama animisme yang dianut di daratan arab. Setelah beranjak dewasa Muhammad mulai berdakawah, mengingat masih keponakan orang berpengaruh di Makkah, Muhammad masih memiliki pelindung. Ditambah lagi saat menikahi Khadijah, seorang saudagar perempuan yang sangat dihormati di Mekkah. Muhammad mulai berdakwah dari orang-orang terdekat. Hingga tanpa disangka perekembangan jumlah kelompok Muhammad ini semakin pesat. Dengan doktrin toleransi dan kelembutan yang diajarkan oleh Muhammad, umat Isalam yang telah melampaui ‘Hijarh’ atau pindah ke tanah milik mereka sendiri ke daerah yang yang bernama Madinah. Muhammad mampu membuat suatu masyarakat yang sangat baik sepanjang masa. Bahkan sekarang negara-negara di dunia memakai Masyarakat Madani sebagai patokan untuk menilai keberhasilan dalam segi kehidupan bermsyarakat.

 Tentu hal ini tidak lepas dari ajaran-ajaran nenek moyang Muhammad yang telah menyebarkan agama yang sejenis. Seperti Ibrahim, Nuh, dsb. Secara historis tidak bisa kita namakan agama Ibrahim dan Nuh adalah agama islam. Mengingta tidak ada bukti sejarah yang ada. Selain itu Isalam selalu indentik dengan Muhammad dan Al Qur’an. Agama Islam ini, hanya mengenal monotheisme, atau Keesaan Tuhan. Umat Islam percaya bahwa Tuhan atau Allah SWT yang sering kita sebut, berkomunikasi dengan Muhammad. Mengingat Al Qur’an di turunkan ayat demi ayat, bukan seperti taurat yang diturunkan secara utuh di Gunung Sinai. Hal ini membuktikan bahwa Islam merupakan agama yang harus memperbaiki warisan-warisan nenek moyang Muhammad. yang mungkin memiliki kelemahan.

Page 7: Laporan Baca Pendidikan Agama Islam

 Islam mengawali pengenalan tentang tuhan bersumber pada tauhid, secara garis besar dalam islam ada 3 aliran:

a. mu’tazilahKaum rasionalisme yang menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami semua ajaran dan keimanan dalam islam, paham ini menghasilkan kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan.b. QadariahPaham ini berpendapat bahwa manusia memiliki kebebasan dalam berkehendak dan berusaha.c. JabariahPaham ini berteori bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan untuk berkehendak dan berbuat, tuhan ikut didalamnya bila manusia berbuat.

Page 8: Laporan Baca Pendidikan Agama Islam

Tauhid dan Pembagiannya

TAUHID RUBUBIYYAH

Tauhid Rububiyyah berarti mentauhidkan segala apa yang dikerjakan Allah Subhanahu wa Ta’ala baik mencipta, memberi rizki menghidupkan dan mematikan serta bahwasanya Dia adalah Raja, Penguasa dan Yang mengatur segala sesuatu.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman.

“Artinya : Ingatlah, menciptakan dan memerintahkan hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Rabb semesta alam.” [Al-A’raaf: 54]

Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Artinya : ...Yang (berbuat) demikian itulah Allah Rabb-mu, kepunyaanNya-lah kerajaan. Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah, tiada mempunyai apa-apa walaupun setipis kulit ari.”[ Faathir: 13]

Orang musyrikin juga mengakui tentang sifat Rububiyyah Allah. Sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

“Artinya : Katakanlah: ‘Siapakah yang memberi rizki kepadamu, dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan yang mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan.’ Maka, mereka men-jawab: ‘Allah.’ Maka, katakanlah: ‘Mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)?’ Maka, (Dzat yang demikian) itulah Allah Rabb kamu yang sebenarnya, maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka, bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)" [Yunus: 31-32]

Firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

“Artinya : Dan sungguh jika kamu tanyakan kepada mereka: ‘Siapakah yang menciptakan langit dan bumi,’ niscaya mereka akan menjawab: ‘Semuanya diciptakan oleh Yang Mahaperkasa lagi Maha-mengetahui"[Az-Zukhruuf: 9]

Kaum musyrikin mengakui bahwasanya hanya Allah semata Pencipta segala sesuatu, Pemberi rezeki, Yang memiliki langit dan bumi, dan Yang mengatur alam semesta, namun mereka juga menetapkan berhala-berhala yang mereka anggap sebagai penolong, yang mereka bertawasul dengannya (berhala tersebut) dan menjadikan mereka pemberi syafa’at, sebagaimana yang disebutkan dalam beberapa ayat.

Dengan perbuatan tersebut, mereka tetap dalam keadaan musyrik, sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

Page 9: Laporan Baca Pendidikan Agama Islam

"Artinya : Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (dengan sembahan-sembahan lain ).” [Yusuf: 106]

Sebagian ulama Salaf berkata: “Jika kalian tanya pada mereka : ‘Siapa yang menciptakan langit dan bumi ?’ Mereka pasti menjawab: ‘Allah.’ Walaupun demikian mereka tetap saja menyembah kepada selain-Nya.”

TAUHID ULUHIYYAH.

Artinya, mengesakan Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui segala pekerjaan hamba, yang dengan cara itu mereka bisa mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala apabila hal itu disyari’atkan oleh-Nya, seperti berdo’a, khauf (takut), raja’ (harap), mahabbah (cinta), dzabh (penyembelihan), bernadzar, isti’anah (minta pertolongan), isthighotsah (minta pertolongan di saat sulit), isti’adzah (meminta perlindungan) dan segala apa yang disyari’atkan dan diperintahkan Allah Azza wa Jalla dengan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Semua ibadah ini dan lainnya harus dilakukan hanya kepada Allah semata dan ikhlas karena-Nya. Dan tidak boleh ibadah tersebut dipalingkan kepada selain Allah. 

Sungguh Allah tidak akan ridha bila dipersekutukan dengan sesuatu apapun. Bila ibadah tersebut dipalingkan kepada selain Allah, maka pelakunya jatuh kepada Syirkun Akbar (syirik yang besar) dan tidak diampuni dosanya. [Lihat An-Nisaa: 48, 116]

Al-Ilah artinya al-Ma’luh, yaitu sesuatu yang disembah dengan penuh kecintaan serta pengagungan.

Allah Azza wa Jalla berfirman:

“Dan Rabb-mu adalah Allah Yang Maha Esa, tidak ada sesem-bahan yang haq melainkan Dia. Yang Mahapemurah lagi Maha-penyayang” [Al-Baqarah: 163]

Berkata Syaikh al-‘Allamah ‘Abdurrahman bin Nashir as-Sa’di Rahimahullah (wafat th. 1376 H): “Bahwasanya Allah itu tunggal Dzat-Nya, Nama-Nama, Sifat-Sifat dan perbuatan-Nya. Tidak ada sekutu bagi-Nya, baik dalam Dzat-Nya, Nama-Nama, Sifat-Sifat-Nya. Tidak ada yang sama dengan-Nya, tidak ada yang sebanding, tidak ada yang setara dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Tidak ada yang mencipta dan mengatur alam semesta ini kecuali hanya Allah. Apabila demikian, maka Dia adalah satu-satunya yang berhak untuk diibadahi. Tidak boleh Dia disekutukan dengan seorang pun dari makhluk-Nya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman.

“Artinya : Allah menyatakan bahwa tidak ada yang berhak disembah dengan benar selain Dia, Yang menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan demikian). Tidak ada yang berhak disembah dengan benar selain-Nya, Yang

Page 10: Laporan Baca Pendidikan Agama Islam

Maha-perkasa lagi Mahabijaksana” [Ali ‘Imran: 18]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman mengenai Lata, Uzza dan Manat yang disebut sebagai tuhan, namun tidak diberi hak Uluhiyah:

“Artinya : Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan bapak-bapakmu mengada-adakannya, Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun untuk (menyembah)nya...”[An-Najm: 23]

Setiap sesuatu yang disembah selain Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah bathil, dalilnya adalah firman Allah Azza wa Jalla.

“Artinya : (Kuasa Allah) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Haq dan sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain dari Allah, itulah yang bathil, dan sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar” [Al-Hajj: 62]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman tentang Nabi Yusuf “alaihis Sallam yang berkata kepada kedua temannya di penjara:

“Artinya : Hai kedua temanku dalam penjara, manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Mahaesa lagi Mahaperkasa? Kamu tidak menyembah selain Allah, kecuali hanya (menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-nama itu…”[Yusuf: 39-40]

Oleh karena itu para Rasul ‘Alaihimus Salam berkata kepada kaumnya agar beribadah hanya kepada Allah saja.

“Artinya : Sembahlah Allah olehmu sekalian, sekali-kali tidak ada sesem-bahan yang haq selain daripada-Nya. Maka, mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-Nya)” [ Al-Mukminuun: 32]

Orang-orang musyrik tetap saja mengingkarinya. Mereka masih saja mengambil sesembahan selain Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka menyembah, meminta bantuan dan pertolongan kepada tuhan-tuhan itu dengan menyekutukan Allah Subhanahu wa Ta’ala .

Pengambilan tuhan-tuhan yang dilakukan oleh orang-orang musyrik ini telah dibatalkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan dua bukti :

Pertama.Tuhan-tuhan yang diambil itu tidak mempunyai keistimewaan Uluhiyah sedikit pun, karena mereka adalah makhluk, tidak dapat menciptakan, tidak dapat menarik kemanfaatan, tidak dapat menolak bahaya, tidak dapat menghidupkan dan mematikan.

Page 11: Laporan Baca Pendidikan Agama Islam

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Artinya :Mereka mengambil tuhan-tuhan selain daripada-Nya (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak menciptakan apapun, bahkan mereka sendiri diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk mengam-bil) sesuatu kemanfaatan pun dan (juga) tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak (pula) membangkitkan.” [Al-Fur-qaan: 3]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Artinya : Katakanlah: ‘Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah. Mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat dzarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit. Dan bumi dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.’ Dan tiadalah berguna syafaat di sisi Allah, melainkan bagi orang yang telah diizinkan-Nya memperoleh syafaat..” [Saba’: 22-23]

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

“Artinya : Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan) berhala-berhala yang tidak dapat menciptakan sesuatu pun? Sedangkan berhala-berhala itu tidak mampu memberi pertolongan kepada penyembah-penyembahnya dan kepada dirinya sendiri pun berhala-berhala itu tidak dapat memberi pertolongan.” [Al-A’raaf: 191-192]

Apabila keadaan tuhan-tuhan itu demikian, maka sungguh sangat bodoh, bathil dan zhalim apabila menjadikan mereka sebagai ilah dan tempat meminta pertolongan.

Kedua.Sebenarnya orang-orang musyrik mengakui bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala adalah satu-satunya Rabb, Pencipta, yang di tangan-Nya kekuasaan segala sesuatu. Mereka juga mengakui bahwa hanya Dia-lah yang dapat melindungi dan tidak ada yang dapat melin-dungi-Nya. Ini mengharuskan pengesaan Uluhiyyah (penghambaan), seperti mereka mengesakan Rububiyah (ketuhanan) Allah. Tauhid Rububiyah mengharuskan adanya konsekuensi untuk me-laksanakan Tauhid Uluhiyah (beribadah hanya kepada Allah saja).

“Artinya : Hai manusia, sembahlah Rabb-mu yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertaqwa. Dia-lah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap. Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan sebagai rizki untukmu, karena itu janganlah kamu mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal kamu mengetahui”[Al-Baqarah: 21-22]

Page 12: Laporan Baca Pendidikan Agama Islam

TAUHID AL-ASMA' WASH-SHIFAT.

Ahlus Sunnah menetapkan apa-apa yang Allah Azza wa Jalla dan RasulNya Shallallahu 'alaihi wa sallam telah tetapkan atas diri-Nya, baik itu dengan Nama-Nama maupun Sifat-Sifat Allah Subhanahu wa Ta'ala dan mensucikanNya dari segala aib dan kekurangan, sebagaimana hal tersebut telah disucikan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Rasul-Nya Shallallahu alaihi wa sallam. Kita wajib menetapkan Sifat Allah sebagaimana yang terdapat dalam al-Qur'an dan as-Sunnah dan tidak boleh dita'wil.

Al-Walid bin Muslim pernah bertanya kepada Imam Malik bin Anas, al-Auza'iy, al-Laits bin Sa'ad dan Sufyan ats-Tsaury tentang berita yang datang mengenai Sifat-Sifat Allah, mereka semua menjawab:

"Perlakukanlah (ayat-ayat tentang Sifat Allah) sebagaimana datangnya dan janganlah kamu persoalkan (jangan kamu tanya tentang bagaimana sifat itu)."

Imam Asy-Syafi' Rahimahullah berkata: 

"Aku beriman kepada Allah dan kepada apa-apa yang datang dari Allah sesuai dengan apa yang diinginkan-Nya dan aku beriman kepada Rasulullah dan kepada apa-apa yang datang dari beliau, sesuai dengan apa yang dimaksud oleh Rasulullah.

Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullah: "Manhaj Salaf dan para Imam Ahlus Sunnah mereka mengimani Tauhid al-Asma' wash Shifat dengan menetapkan apa-apa yang Allah telah tetapkan atas diri-Nya dan telah ditetapkan Rasul-Nya Shallallahu alaihi wa sallam untuk-Nya, tanpa tahrif dan ta'thil serta tanpa takyif dan tamtsil. Menetapkan tanpa tamtsil, menyucikan tanpa ta'thil, menetapkan semua Sifat-Sifat Allah dan menafikan persamaan Sifat-Sifat Allah dengan makhluk-Nya"

Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

"Artinya : Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya. Dan Dia-lah Yang Mahamendengar lagi Mahamelihat" [Asy-Syuura':11]

Lafazh ayat : "Tidak ada yang serupa dengan-Nya" merupakan bantahan kepada golongan yang menyamakan Sifat-Sifat Allah dengan makhluk-Nya.

Sedangkan lafazh ayat : "Dan Dia Mahamen-dengar lagi Mahamelihat" adalah bantahan kepada orang-orang yang menafikan/mengingkari Sifat-Sifat Allah.

'Itiqad Ahlus Sunnah dalam masalah Sifat Allah Subhanhu wa Ta'ala didasari atas dua prinsip:

Pertama.

Page 13: Laporan Baca Pendidikan Agama Islam

Bahwasanya Allah Subhanahu wa Ta'ala wajib disucikan dari semua sifat-sifat kurang secara mutlak, seperti ngantuk, tidur, lemah, bodoh, mati, dan lainnya.

Kedua.Allah mempunyai sifat-sifat yang sempurna yang tidak ada kekurangan sedikit pun juga, tidak ada sesuatu pun dari makhluk yang menyamai Sifat-Sifat Allah.

Ahlus Sunnah wal Jama'ah tidak menolak sifat-sifat yang disebutkan Allah untuk Diri-Nya, tidak menyelewengkan kalam Allah Subhanahu wa Ta'ala dari kedudukan yang semestinya, tidak mengingkari tentang Asma' (Nama-Nama) dan ayat-ayatNya, tidak menanyakan tentang bagaimana Sifat Allah, serta tidak pula mempersamakan Sifat-Nya dengan sifat makhluk-Nya. 

Ahlus Sunnah wal Jama'ah mengimani bahwa Allah Azza wa Jalla tidak sama dengan sesuatu apapun juga. Hal itu karena tidak ada yang serupa, setara dan tidak ada yang sebanding dengan-Nya Azza wa Jalla, serta Allah tidak dapat diqiaskan dengan makhluk-Nya.

Yang demikian itu dikarenakan hanya Allah Azza wa Jalla sajalah yang lebih tahu akan Diri-Nya dan selain Diri-Nya. Dialah yang lebih benar firman-Nya, dan lebih baik Kalam-Nya daripada seluruh makhluk-Nya, kemudian para Rasul-Nya adalah orang-orang yang benar, jujur, dan juga yang dibenarkan sabdanya. Berbeda dengan orang-orang yang mengatakan terhadap Allah Azza wa Jalla apa yang tidak mereka ketahui, karena itu Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

"Artinya : Mahasuci Rabb-mu, yang mempunyai keperkasaan dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan dilimpahkan atas para Rasul, dan segala puji bagi Allah Rabb sekalian alam." [Ash-Shaffat: 180-182]

Allah Jalla Jalaluhu dalam ayat ini mensucikan diri-Nya, dari apa yang disifatkan untuk-Nya oleh penentang-penentang para Rasul-Nya. Kemudian Allah Azza wa jalla melimpahkan salam sejahtera kepada para Rasul, karena bersihnya perkataan mereka dari hal-hal yang mengurangi dan menodai keagungan Sifat Allah.

Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam menuturkan Sifat dan Asma'Nya, memadukan antara an-Nafyu wal Itsbat (menolak dan menetapkan). Maka Ahlus Sunnah wal Jama'ah tidak menyimpang dari ajaran yang dibawa oleh para Rasul, karena itu adalah jalan yang lurus (ash-Shiraathal Mustaqiim), jalan orang-orang yang Allah karuniai nikmat, yaitu jalannya para Nabi, shiddiqin, syuhada dan shalihin.

Page 14: Laporan Baca Pendidikan Agama Islam

Kesadaran, Ketuhanan, dan Implikasinya dalam Kehidupan

Dalam kepercayaan agama silam, kita mengenal adanya rukun iman. Rukun iman ini ada 6 dan salah satunya dan pertama adalah beriman kepada Allah. Beriman kepada Allah ini sebenarnya merupakan aspek dasardalam kehidupan yang mengikuti ajaran islam.

Hal ini dapat kita buktikan dari kenyataan bahwa ketika seseorang akan memeluk agama islam, maka kepadanya diwajibkan untuk mengucapkan kalimat syahadat. Kalimat syahadat adalah salah satu ungkapan dan keyakinan yang dimiliki seseoran beragama islam terkait dengan beriman kepada Allah.

Sementara untuk perwujudan iman kepada Allah ini dapat kita lihat berdasarkan beberapa hal dalam kehidupan seseorang. Hal-hal tersebut merupakan cerminan sikap dan pola kehidupan kita. Dan jika kita kembali pada konsep dasar dari kata iman, setidaknya kita dapat mengatakan ada 3 perwujudan iman kepada Allah dalam kehidupan kita yang dapat dilihat berdasarkan :

1. Keyakinan dirinya kepada Tuhan

Keyakinan bahwa ada sesuatu yang sangat berkuasa dalam hidup dan kehidupan kita, dimana kekuatan tersebut tidak dapat tergantikan oleh siapa dan apapun. Sedemikian berkuasanya sesuatu tersebut sehingga tidak ada yang mampu menandingi kemampuan atau kekuasaan tersebut.

Orang yang beriman kepada Allah berarti orang yang meyakini bahwa Allah itu ada. Keyakinan yang dimilikinya membuatnya tidak ragu lagi atas keberadaan Allah disekitar kita, walaupun kita tidak dapat melihat secara langsung.

Kita yakin bahwa Allah ada di dalam ketiadaannya. Artinya Allah itu memang ada walaupun kita tidak dapat melihatnya secara pasti, setidaknya kita merasakan keberadaannya dalam hati kita.

Orang-orang yang mempunyai iman kepada Allah pasti merasa nyaman dalam hidupnya. Hal ini karena mereka yakin bahwa Allah selalu menjaga kehidupannya. Bagaimanapun kondisi kehidupan, mereka yakin ada yang mengatur semua ni. Inilah keyakinan yang ada dalam diri kita.

Semakin besar rasa yakin kita kepada Allah, berarti semakin besar pula rasa iman kepada Allah. Ya, keimanan seseorang memang sangat tergantung pada tingkat keyakinan seseorang terhadap Allah. Iman itu memang sangat tergantung pada keyakinan.

Seseorang beriman, berarti seseorang itu yakin atas yang diimani. Begitulah yang kita maksudkan dengan beriman kepada Allah. Kita merasa yakin dengan mengucapkan secara kesan, dan melakukan sesuatu yang nyata untuk mewujudkan rasa iman tersebut.

2. Ucapan yang mengikuti keyakinannya

Page 15: Laporan Baca Pendidikan Agama Islam

Untuk mengetahui tingkat keyakinan seseorang atau membuktikan keimanan seseorang kepada Allah, maka kita dapat mengetahuinya dari wujud ucapan yang diungkapkannya. Kita dapat mengetahui ucapan keyakinan atas keberadaan Allah.

Ucapannya bahwa dia beriman kepada Allah merupakan wujud keseriusannya dalam perasaan imannya. Bukankah dalam kehidupan kita sehari-hari, kuta hars mengucapkan rasa cinta kita kepada seseorang agar seseorang itu mengerti apa yang kita inginkan.

Dengan ucapan yang disampaikan, maka kita dan banyak orang mengetahui bahwa seseorang mempunyai keimanan kepada Allah. Untuk menunjukkan bahwa kita mencintai seseorang, maka kita harus mengucapkan rasa cinta tersebut kepda orang yang kita cintai tersebut. Jika tidak, maka orang tersebut tidak akan mengetahui bahwa kita mencintainya.

Begitu juga halnya rasa cinta ataupun iman kepada Allah, harus kita ucapkan sehingga semua orang mengetahui bahwa kita beriman kepada Allah. Pada sisi lain, ucapan rasa iman kita merupakan proklamasi kita atas keputusan kita untuk beriman kepada Allah.

Dan selanjutnya hal tersebut mengabarkan kepada masyarakat bahwa kita telah menjadi bagian dari agama tersebut. Misalnya untuk pemeluk agama islam, keyakinan tersebut dapat kita ucapkan dengan membaca kalimat syahadat.

Kita memang masih harus mengucapkan rasa atau keimanan kita agar semakin yakin dalam diri kita terkait dengan keimanan tersebut. Ucapan kita saat mengucapkan kalimat syahadat merupakan wujud kita dalam mengaktualisasikan rasa iman kepada Allah.

3. Melakukan berbagai kegiatan hidup

Beriman kepada Allah dapat kita wujudkan dengan berbagai kegiatan hidup dalam kehidupan kita. Tentunya keimanan ini memang perlu diaktualisasikan dalam kegiatan hidup. Bagaimana kita menjalani kehidupan ini merupakan wujud dari keimanan kita kepada Allah. Apa yang kita lakukan dalam kehidupan kita mencerminkan tingkat keimanan kita pada Allah.

Semakin bagus tingkah laku kita dalam kehidupan, maka keimanan kita boleh dibilang semakin bagus pula. Setidaknya dalam hal ini kita perlu mengakui bahwa beriman kepada Allah dapat diwujudkan dalam tingkah laku kita. Bagaimana kita menjalani kehidupan kita merupakan cermianan keimanan kita.

Pada umunya mereka yang mempunyai tingkat keimanan tinggi memang pola kehidupannya selalu terga baik. Jika beriman kepada Allah kita semakin banyak diisi hal-hal positif, maka semakin beriman, kehidupan semakin positif. Semakin sedikit keimanan, maka kehidupan semakin negatif. Hal ini dapat kita perhatikan dalam kehidupan sehari-hari.

Page 16: Laporan Baca Pendidikan Agama Islam

Berapa banyak orang yang beriman yang selalu menerapkan pola kehidupan positif, dan berapa banyak orang yang tidak beriman dan selalu menerapkan pola kehidupan negatif. Hal ini emamng tidak dapat kita abaikan begitu saja.

Setiap perwujudan iman dalam kehidupan yang berupa tingkah laku atau perbuatan, maka dalam keseharian selalu menjaga agarr tingkah lakunya selalu positif. Setiap orang yang beriman akan menerapkan pola kehidupan positif agar dapat menjadi teladan bagi orang lain sehingga dapat bersikap sama dalam menjalani kehidupan.