AGAMA - Sumber Hukum Ajaran Agama Islam

23
SUMBER HUKUM AJARAN AGAMA ISLAM BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Dalam penetapan hukum dalam agama Islam harus dilandasi dengan landasan atau alasan yang disebut dengan sumber hukum, sumber hokum yang dimaksud yaitu Al Quran dan As sunnah. Namun terkadang timbul permasalahan baru yang timbul akibat perkembangan zaman, oleh karena itu dibutuhkan sesuatu yang dapat dijadikan landasan untuk menetapkan hukum perkara tersebut. Dengan didasari oleh hadits Nabi, para ulama berijtihad dan menyusun sistematika istinbat hukum. Akan tetapi dalam perkembangan pemikiran ushul fikih yang terlihat dalam kitab- kitab ushul fikih kontemporer, istilah sumber hukum dan dalil hukum tidak dibedakan. Maka dalam makalah inikami akan berusaha membahasnya dan akan kami sertakan sumber hukum utama yaitu Al Quran. 2. Pembahasan Makalah Mengingat banyaknya permasalahan dalam ilmu Ushul Al Fikih, penulis membatasi pembahasan ini hanya pada Pengertian sumber dan dalil serta membahas salah satu sumber hukum yaitu Al Quran. 3. Metode Penulisan

Transcript of AGAMA - Sumber Hukum Ajaran Agama Islam

Page 1: AGAMA - Sumber Hukum Ajaran Agama Islam

SUMBER HUKUM AJARAN AGAMA ISLAM

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Dalam penetapan hukum dalam agama Islam harus dilandasi dengan landasan atau

alasan yang disebut dengan sumber hukum, sumber hokum yang dimaksud yaitu

Al Quran dan As sunnah. Namun terkadang timbul permasalahan baru yang timbul

akibat perkembangan zaman, oleh karena itu dibutuhkan sesuatu yang dapat dijadikan

landasan untuk menetapkan hukum perkara tersebut.

Dengan didasari oleh hadits Nabi, para ulama berijtihad dan menyusun sistematika

istinbat hukum. Akan tetapi dalam perkembangan pemikiran ushul fikih yang terlihat

dalam kitab-kitab ushul fikih kontemporer, istilah sumber hukum dan dalil hukum tidak

dibedakan. Maka dalam makalah inikami akan berusaha membahasnya dan akan kami

sertakan sumber hukum utama yaitu Al Quran.

2. Pembahasan Makalah

Mengingat banyaknya permasalahan dalam ilmu Ushul Al Fikih, penulis membatasi

pembahasan ini hanya pada Pengertian sumber dan dalil serta membahas salah satu

sumber hukum yaitu Al Quran.

3. Metode Penulisan

Dalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan metode kepustakaan ( literature )

yang berhubungan dengan permasalahan.

Page 2: AGAMA - Sumber Hukum Ajaran Agama Islam

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sumber dan Dalil

1. Pengertian Dalil

Dalam kajian ushul fikih, para ulama ushul mengartikan dalil secara etimologis

yaitu “ sesuatu yang dapat memberi petunjuk kepada apa yang dikehendaki ”.

Sementara itu, Abdul Wahab Khallaf menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan

dalil ( menurut bahasa ) ialah “ sesuatu yang memberi petunjuk kepada sesuatu

yang dirasakan / dipahami baik yang sifatnya baik maupun yang tidak baik”.

Adapun secara terminologis para ulama ushul berbeda dalam mendefinisikan dalil

hukum. Abdul Wahab Khallaf menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan dalil

hukum ( menurut istilah ) ialah “ segala sesuatu yang dapat dijadikan petunjuk

dengan menggunakan pikiran yang benar untuk menetapkan hukum syara yang

bersifat amali, baik secara qat’i maupun secara zhani”.

Ibnu al Subki dalam kitab Matn Jam’i al Jawami’ menyebutkan pula bahwa yang

dimaksud dengan dalil hukum ialah “ apa saja yang dapat dipergunakan untuk

sampai kepada yang dikehendaki, yaitu hukum syara dengan berpijak pada

pemikiran yang benar ”.

Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa pada

dasarnya yang disebut dengan dalil hukum ialah segala sesuatu yang dapat

dijadikan alasan atau pijakan yang dapat dipergunakan dalam usaha menemukan

dan menetapkan hokum syara atas dasar pertimbangan yang benar dan tepat.

Oleh karena itu, dalam istinbat hukum persoalan yang paling mendasar yang

harus diperhatikan adalah menyangkut apa yang menjadi dalil yang dapat

dipergunakan dalam menetapkan hukum syara dari sesuatu persoalan yang

dihadapi. Tentu saja, penetapan hukum syara harus didukung oleh pertimbangan

yang tepat dan cermat dengan menggunakan dalil yang jelas.

Page 3: AGAMA - Sumber Hukum Ajaran Agama Islam

3

2. Pengertian Sumber

Terhadap dalil hukum, ada sebutan lain di kalangan ulama ushul seperti istilah

masadir al ahkam, masadir al syariah, masadir al tasyri atau yang diartikan

sumber hukum. Istilah-istilah ini jelas mengandung makna tempat pengambilan

atau rujukan utama serta merupakan asal sesuatu. Sedangkan dalil atau yang

diistilahkan dengan adillat al ahkam, ushul al ahkam, asas al tasyri dan adillat al

syariah mengacu kepada pengertian sesuatu yang dapat dijadikan petunjuk

sebagai alasan dalam menetapkan hukum syara.

Dalam konteks ini Al Quran dan As sunnah adalah merupakan sumber hukum

dan sekaligus menjadi dalil hukum, sedangkan selain dari keduanya seperti

al ijma, al qiyas dan lain-lainnya tidak dapat disebut sebagai sumber, kecuali

hanya sebagai dalil karena ia tidak dapat berdiri sendiri.

Akan tetapi, dalam perkembangan pemikiran ushul fikih yang terlihat dalam kitab

ushul fikih kontemporer, istilah sumber hukum dan dalil hukum tidak dibedakan.

Mereka menyatakan bahwa apa yang disebut dengan dalil hukum adalah

mencakup dalil-dalil lain yang dipergunakan dalam istinbat hukum selain Al Quran

dan As sunnah. Keduanya merupakan istilah teknis yang yang dipakai oleh para

ulama ushul untuk menyatakan segala sesuatu yang dijadikan alasan atau dasar

dalam istinbat hukum dan dalam prakteknya mencakup Al Quran, As sunnah dan

dalil-dalil atau sumber-sumber hukum lainnya.

Dikalangan ulama ushul masalah dalil hukum ini menjadi perhatian utama atau

dipandang merupakan suatu hal yang sangat penting ketika mereka berhadapan

dengan persoalan-persoalan yang akan ditetapkan hukumnya. Dengan demikian

setiap ketetapan hukum tidak akan mempunyai kekuatan hujjah tanpa didasari

oleh pijakan dalil sebagai pendukung ketetapan tersebut.

Keberadaan dalil sebagai pijakan yang mendasari suatu ketetapan hukum mutlak

harus diperhatikan dan tidak bisa diabaikan. Jika dilihat dari segi keberadaannya,

maka dalil dapat dibedakan kepada dua macam, yaitu :

Page 4: AGAMA - Sumber Hukum Ajaran Agama Islam

4

1. Al Adillah Al Ahkam Al Manshushah atau dalil-dalil hukum yang keberadaannya

secara tekstual terdapat dalam nash. Dalil-dalil hukum yang dikategorikan kepada

bagian ini adalah Al Quran dan As sunnah atau disebut pula dengan dalil naqli.

2. Al Adillah Al Ahkam ghoirul Manshushah atau dalil-dalil hukum yang secara

tekstual tidak disebutkan oleh nash Al Quran dan As sunnah. Dalil-dalil ini

dirumuskan melalui ijtihad dengan menggunakan penalaran ra’yu dan disebut

pula dengan dalil aqli.

Adapun dalil-dalil yang dikelompokkan kepada kategori terakhir ini meliputi Ijma,

Qiyas, Istihsan, Mashalih Mursalah, Istishab, Urf, Syarun Man Qablana dan Qaul

Shahabi. Ijma dan Qiyas hamper seluruh mazhab mempergunakannya, namun

dalil-dalil tersebut keberadaannya menimbulkan perdebatan di kalangan ulama

mazhab ushul. Perbedaan ini muncul ketika ulama ushul tidak menemukan dalil

atau alasan yang mendasari suatu hukum dari Nash, maka mereka menggunakan

ra’yu mereka masing-masing dengan rumusan tersendiri. Hal ini diyakini

termotivasi oleh hadits yang berisi dialog antara Nabi Muhammad SAW dengan

Mu’az Bin Jabal ketika akan dikirim ke Yaman.

Nabi bertanya kepada Mu’az Bin Jabal, “ Bagaimana engkau memutuskan suatu

perkara jika diajukan orang kepada engkau ? ” Mu’az menjawab, “ saya akan

putuskan dengan Kitab Allah ”. Nabi bertanya kembali, ” jika tidak engkau

temukan dalam Kitab Allah ?”. “ Saya akan putuskan dengan sunnah Rasulullah ”,

jawab Mu’az. Dan Rasulullah bertanya kembali, ” Jika tidak engkau temukan

dalam sunnah Rasulullah dan tidak pula dalam Kitab Allah ?”. Mu’az menjawab,

“ Saya akan berijtihad dengan pemikiran saya dan saya tidak akan berlebih-

lebihan ”, kemudian Rasulullah membenarkannya.

Atas dasar ini para ulama ushul di berbagai mazhab menyusun dan berpijak pada

sistematika istinbat yang mereka susun masing-masing secara berurutan dengan

menempatkan dalil-dalil ra’yu setelah Al Quran dan As sunnah

Page 5: AGAMA - Sumber Hukum Ajaran Agama Islam

5

B. Sumber Hukum Islam

1. Al Quran

a. Pengertian Al Quran

Sebagaimana telah disinggung sebelum ini tentang sumber dalil dalam hukum

Islam, maka Al Quran merupakan sumber utama dalam pembinaan hukum

Islam. Al Quran yang berasal dari kata qara’a yang dapat diartikan

dengan membaca, namun yang dimaksud dengan Al Quran dalam uraian

ini adalah ” Kalamullah yang diturunkan melalui perantara ruhul amin

kepada Nabi Muhammad SAW dalam bahasa arab, agar menjadi hujjah bagi

Rasul bahwa ia adalah utusan Allah dan agar menjadi pelajaran bagi orang

yang mengikuti petunjuknya. Menjadi ibadah bagi siapa yang membacanya,

ia ditulis di atas lembaran mushaf, dimulai dengan surah Al Fatihah dan di

akhiri dengan surah An Naas yang disampaikan kepada kita secara

mutawatir, baik melalui tulisan atau bacaan dari satu generasi ke generasi

berikutnya dan terpelihara dari perubahan dan pergantian .

Sebagaimana telah disebutkan bahwa sedikitpun tidak ada keraguan atas

kebenaran dan kepastian isi Al Quran itu, dengan kata lain Al Quran itu benar-

benar datang dari Allah. Oleh karena itu hukum-hukum yang terkandung di

dalam Al Quran merupakan aturan-aturan yang wajib diikuti oleh manusia

sepanjang masa. Banyak ayat-ayat yang menerangkan bahwa Al Quran

itu benar-benar datang dari Allah, diantaranya dalam surah An Nisa ayat 10

yang artinya, “ Sesungguhnya telah kami turunkan kepada engkau

( Muhammad ) kitab Al Quran dengan membawa kebenaran ”, surah An Nahl

ayat 89, “ Dan telah kami turunkan kepada engkau ( Muhammad ) kitab

Al Quran untuk menjelaskan segala sesuatu dan ia merupakan

petunjuk, rahmat serta pembawa kabar gembira bagi orang-orang yang

berserah diri ”, dan masih banyak lagi ayat-ayat Al Quran yang

menerangkan bahwa Al Quran itu benar-benar datang dari Allah.

Page 6: AGAMA - Sumber Hukum Ajaran Agama Islam

6

Ditinjau dari sudut tempatnya, Al Quran turun di dua tempat yaitu :

1. Di Mekkah atau yang disebut ayat makkiyah. Ayat-ayatnya pendek, pada

umumnya berisikan tentang kepercayaan atau ketuhanan, mengatur hubungan

manusia dengan Tuhannya, banyaknya sekitar 2/3 seluruh ayat-ayat Al Quran.

2. Di Madinah atau yang disebut ayat madaniyah. Ayat-ayatnya panjang,

berisikan peraturan yang mengatur hubungan sesama manusia mengenai

larangan, perintah, anjuran, hukum-hukum dan syari’at-syari’at, akhlaq, hal-hal

mengenai keluarga, masyarakat, pemerintahan, perdagangan, hubungan

manusia dengan hewan, tumbuh-tumbuhan, udara, air dan sebagainya.

b. Mu’jizat Al Quran

Al Quran memiliki mu’jizat-mu’jizat yang membuktikan bahwa ia benar-benar

dating dari Allah SWT. Menurut Mana’ Qattan di dalam buku Mabahits Fi

Ulumil Quran menyebutkan bahwa Al Quran memilki mu’jizat pada 4

bidang yaitu :

1. Pada lafadz dan susunan kata. Pada zaman Rasulullah Syair sangat trend

pada saat itu maka Al Quran turun dengan kata-kata dan susunan kalimat yang

maha puitis, sehingga Al Quran memastikan bahwa tak ada seorangpun yang

dapat membuat satu surah sekalipun semisal Al Quran, seperti yang termaktub

dalam surah Al Isra ayat 88, Hud ayat 13-14, Yunus ayat 38 dan Al Baqarah

ayat 23.

2. Pada keterangannya. Selain pada kata-katanya Al Quran juga memiliki

mujizat pada artinya yang membuka segala hijab tentang hakikat manusiawi.

Page 7: AGAMA - Sumber Hukum Ajaran Agama Islam

7

3. Pada ilmu pengetahuan. Di dalam terdapat sangat banyak pengetahuan

baik hal yang zahir maupun yang gaib, baik masa sekarang maupun yang akan

datang.

4. Pada penetapan hukum. Peraturan yang ada di dalam Al Quran bebas dari

kesalahan karena ia berasal dari Tuhan Yang Maha Tahu atas segala

ciptaanNya.

c. Fungsi Al Quran

Al Quran pertama kali turun di Gua Hira ( surah Al Alaq ayat 1-5 ) dan terakhir

kali turun surah al Maidah ayat 3. Al Quran terdiri dari 30 juz, 144 surah,

6.326 ayat, 324.345 huruf, Al Quran berfungsi sebagai :

1. Sumber pokok dan utama dari segala sumber-sumber hukum yang ada.

Hal ini dilandasi oleh ayat Al Quran di dalam surah An Nisa ayat 5.

2. Penuntun manusia dalam merumuskan semua hukum, agar tercipta

kemaslahatan dan keselamatan harus berpedoman dan berwawasan Al Quran.

3. Petunjuk yang diturunkan Allah SWT kepada umat manusia dengan penuh

rahmat kepada kebahagiaan umat manusia baik didunia maupun diakhirat dan

sebagai ilmu pengetahuan.

Secara garis besar hukum dalam Al Quran ada 3 macam, yaitu aqidah, akhlaq

dan syari’ah. Pada umumnya isi Al Quran dibagi 2 macam, ibadat dan

muamalat. Adapun isi pokok Al Quran ada 3 macam :

Page 8: AGAMA - Sumber Hukum Ajaran Agama Islam

8

1. Rukun Iman, yaitu percaya kepada Allah, rasul-rasul, malaikat, Kitab Allah,

hari kiamat dan kepada qadha dan qadar.

2. Rukun Islam, yaitu syahadat, shalat, puasa, zakat dan haji.

3. Munakahat ( perkawinan ), muamalat ( hukum pergaulan dalam masyarakat

atau hukum private, jinayat ( hukum pidana ), aqdiyah ( hukum mengenai

mendirikan pengadilan), khalifah ( hukum pemerintahan ), ath’imah

( makanan dan minuman ) dan jihad ( hukum peperangan ).

d. Kehujjahan Al Quran

Al quran dari segi penjelasannya ada 2 macam.

Yang pertama muhkam yaitu ayat-ayat yang terang artinya, jelas maksudnya

dan tidak mengandung keraguan / pemahaman lain selain pemahaman yang

terdapat pada lafaznya.

Yang kedua mutasyabih yaitu ayat yang tidak jelas artinya sehingga terbuka

kemungkinan adanya berbagai penafsiran dan pemahaman yang disebabkan

oleh adanya kata yang memiliki dua arti / maksud, atau karena penggunaan

nama-nama dan kiasan-kiasan.

Ibarat Al Quran dalam menetapkan dan menjelaskan hukum yang berupa

perintah dan larangan ada beberapa model :

a. Suruhan, yang berarti keharusan untuk mengerjakan atau meninggalkan.

Keharusan seperti perintah shalat, Allah berfirman yang artinya,”Dan dirikanlah

shalat dan tunaikanlah zakat ”. Larangan contohnya firman Allah dalam surah

Al An’am ayat 151 yang artinya, ” Janganlah kamu membunuh orang yang

diharamkan Allah membunuhnya kecuali dengan hak ”.

Page 9: AGAMA - Sumber Hukum Ajaran Agama Islam

9

b. Janji baik dan buruk, pahala dan dosa serta pujian dan celaan.

c. Ibarat, contohnya seperti isteri yang ditalak harus menjalankan masa iddah.

2. As-sunah atau Hadits

Sunnah adalah sesuatu yang berasal dari Rasul SAW, baik berupa perkataan,

perbuatan dan penetapan pengakuan.

Hadits berfungsi sebagai penjelas ayat-ayat Al Quran yang kurang jelas atau

sebagai penentu beberapa hukum yang tidak terdapat pada AlQur’an.

As-sunnah dibagi menjadi 4 macam yaitu :

a. Sunnah qauliyah yaitu semua perkataan Rasulullah saw

b. Sunnah fi’liyah yaitu semua perbuatan Rasulullah saw

c. Sunnah taqririyah yaitu penetapan dan pengakuan Nabi terhadap pernyataan

dan pengakuan Nabi ataupun perbuatan orang lain

d. Sunnah hammiyah yaitu sesuatu yang telah dikerjakan tapi tidak sampai

dikerjakan.

3. Sumber Pelengkap Ar-Ra’yu (Ijtihad)

Secara garis besar ayat-ayat Al-qur’an dibedakan atas ayat Muhkamat dan ayat

mutsyabihat. Ayat muhkamat adalah ayat –ayat yang sudah jelas maksudnya

dan hukum yang dikandungnya tidak memerlukan penafsiran. Pada umumnya

bersifat perintah, seperti penegakan shalat, shaum, zakat dan haji.

Sedangkan ayat - ayat mutsyabihat adalah ayat – ayat yang memerlukan

penjelasan lebih lanjut walaupun dalam bunyinya sudah jelas mempunyai arti,

seperti ayat mengenai gejala alam yang terjadi setiap hari.

Ijtihad berasal dari kata ijtihada yang artinya mencurahkan tenaga dan fikiran

atau bekerja semaksimal mungkin.

Page 10: AGAMA - Sumber Hukum Ajaran Agama Islam

10

Disini penulis akan menguraikan beberapa macam bentuk ijtihad antara lain :

1. Ijma’, yaitu kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi Muhammad SAW

sesudah beliau wafat pada suatu masa, tentang hukum suatu perkara dengan

cara musyawarah

2. Qiyas, yaitu mengukur sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya.

3. Istihsan, yaitu suatu proses perpindahan dari suatu qiyas kepada qiyas

lainnya yang lebih kuat atau mengganti argumen dengan fakta yang dapat

diterima untuk mencegah kemadharatan atau dapat diartikan pola penetapan

hukum suatu perkara yang menurut logika dapat dibenarkan.

4. Maslahat mursalah, yaitu perkara - perkara yang perlu dilakukan demi

kemaslahatan manusia

5. Sududz Dzariah, yaitu tindakan memutuskan perkara yang mudah menjadi

makruh atau haram demi kepentingan umat.

6. Istishab yaitu, melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah

ditetapkan dimasa lalu hingga dalil yang mengubah kedudukan hukum tersebut.

7. Urf yaitu, sesuatu hal yang dilakukan terus-menerus (adat ) baik berupa

perkataan ataupun perbuatan.

Page 11: AGAMA - Sumber Hukum Ajaran Agama Islam

11

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dalil secara etimologis adalah “ sesuatu yang dapat memberi petunjuk kepada

apa yang dikehendak i”. Secara terminologis dalil hukum ialah segala sesuatu

yang dapat dijadikan alasan atau pijakan yang dapat dipergunakan dalam usaha

menemukan dan meneapkan hukum syara atas dasar pertimbangan yang benar

dan tepat. Akan tetapi dalam perkembangan pemikiran ushul fikih yang terlihat

dalam kitab-kitab ushul fikih kontemporer, istilah sumber hukum dan dalil hukum

tidak dibedakan. Mereka menyatakan bahwa apa yang disebut dengan dalil

hukum adalah mencakup dalil-dalil lain yang dipergunakan dalam istinbat hukum

selain Al Quran dan As sunnah.

Al Quran merupakan sumber utama dalam pembinaan hukum Islam.

Al Quran yang berasal dari kata qara’a yang dapat diartikan dengan membaca,

namun yang dimaksud dengan Al Quran dalam uraian ini ialah ,” kalamullah

yang diturunkan berperantakan ruhul amin kepada Nabi Muhammad SAW dalam

bahasa arab, agar menjadi hujjah bagi Rasul bahwa ia adalah utusan Allah dan

agar menjadi pelajaran bagi orang yang mengikuti petunjuknya.

Menjadi ibadah bagi siapa yang membacanya, ia ditulis di atas lembaran

mushaf, dimulai dengan surah Al Fatihah dan di akhiri dengan surah An Naas,

yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, baik melalui tulisan atau

bacaan dari satu generasi ke generasi berikutnya dan terpelihara dari perubahan

serta pergantian.

Page 12: AGAMA - Sumber Hukum Ajaran Agama Islam

12

2. Saran

Saran penulis, marilah kita jadikan Al-qur’an dan As sunnah sebagai landasan

hidup kita didunia sehingga tidak terjadi penyimpangan dalam memahami

ajaran Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, sulaiman. 1995. Sumber Hukum Islam. Jambi : Sinar Grafika.

Bakry Nazar. 2003. Fiqh dan Ushul Fiqh. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada..

Karim, Syafi’i. 2001. Fiqih Ushul Fiqih. Bandung : Pustaka setia.

Khallaf, Abdul Wahab. 1972. Fi Ulumil ushul Fiqih. Kairo : Maktabah Da’wah Islamiyah.

Muhammad Syah, Ismail. 1991. Filsafat Hukum Islam : Jakarta : Bumi Aksara.

Jakart, 6 Maret 2012

Penulis

( Sugiarto )

Page 13: AGAMA - Sumber Hukum Ajaran Agama Islam

Sumber Hukum Ajaran Agama Islam

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Dalam penetapan hukum dalam agama Islam harus dilandasi dengan pijakan atau alasan yang disebut dengan

sumber hukum, sumber hukum yang dimaksud yaitu Al Quran dan as sunnah. Namun adakalanya timbul

permasalahan-permasalahan baru yang timbul akibat berkembangnya jaman, oleh karena itu dibutuhkan sesuatu

yang dapat dijadikan pijakan untuk menetapkan hukum perkara tersebut. Dengan didasari oleh hadits Nabi, para

ulama berijtihad dan menyusun sistematika istinbat hukum.

Akan tetapi, dalam perkembangan perkembangan pemikiran ushul fikih yang terlihat dalam kitab-kitab ushul fikih

kontemporer, istilah sumber hukum dan dalil hukum tidak dibedakan. Maka dalam makalah inikami akan berusaha

membahasnya dan akan kami sertakan sumber hukum utama yaitu Al Quran.

2. Pembahasan Makalah

Berdasarkan banyaknya permasalahan dalam ilmu Ushul Al Fikih, penulis membatasi masalah hanya pada

permasalahan: Pengertian sumber dan dalil serta membahas salah satu sumber hukum yaituAl Quran.

3. Metode Penulisan

Dalam pembuatan makalah ini, penulis menggunakan metode literatur atau kepustakaan yang berhubungan

dengan permasalahan.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sumber dan Dalil

1. Pengertian Dalil

Dalam kajian ushul fikih, para ulama ushul mengartikan dalil secara etimologis dengan “sesuatu yang dapat

memberi petunjuk kepada apa yang dikehendaki”. Sementara itu, Abdul Wahab Khallaf menjelaskan bahwa,

menurut bahasa yang dimaksud dengan dalil ialah “sesuatu yang meberi patunjuk kepada sesuatu yang dirasakan

atau yang dipahami baik sifatnya hal yang baik maupun yang tidak baik”.

Adapun secara terminologis para ulama ushul berbeda dalam mendefinisikan dalil hukum. Abdul Wahab Khallaf

menyebutkan, menurut istilahyang dimaksud dengan dalil hukum ialah “segala sesuatu yang dapat dijadikan

petunjuk dengan menggunakan pikiran yang benar untuk menetapkan hukum syara yang bersifat amali, baik

secara qat’i maupun secara zhani”.

Ibnu al Subki dalam kitab Matn Jam’i al Jawami’ menyebutkan pula bahwa yang dimaksud dengan dalil hukum ialah

Page 14: AGAMA - Sumber Hukum Ajaran Agama Islam

“apa saja yang dapat dipergunakan untuk sampai kepada yang dikehendaki, yaitu hukum syara dengan berpijak

pada pemikiran yang benar”.

Dari pengertian yang telah dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa pada dasarnya yang disebut dengan dalil

hukum ialah segala sesuatu yang dapat dijadikan alasan atau pijakan yang dapat dipergunakan dalam usaha

menemukan dan meneapkan hukum syara atas dasar pertimbangan yang benar dan tepat.

Oleh karena itu, dalam istinbat hukum persoalan yang paling mendasar yang harus diperhatikan adalah

menyangkut apa yang menjadi dalil yang dapat dipergunakan dalam menetapkan hukum syara dari sesuatu

persoalan yang dihadapi. Tentu saja, penetapan hukum syara harus didukung oleh pertimbangan yang tepat dan

cermat dengan menggunakan dalil yang jelas.

2.Pengertian Sumber

Terhadap dalil hukum, ada sebutan lain di kalangan ulama ushul seperti istilah masadir al ahkam, masadir al

syariah, masadir al tasyri atauyang diartikan sumber hukum. Istilah-istilah ini jelas mengandung makna tempat

pengambilan atau rujukan utama serta merupakan asal sesuatu. Sedangkan dalil atauyang diistilahkan dengan

adillat al ahkam, ushul al ahkam, asas al tasyri dan adillat al syari;ah mengacu kepada pengertian sesuatu yang

dapat dijadikan petunjuk sebagai alasan dalam menetapkan hukjum syara.

Dalam konteks ini Al Quran dan as sunnah adalah merupakan sumber hukum dan sekaligus menjadi dalil hukum,

sedangkan selain dari keduanya seperti al ijma, al qiyas dan lain-lainnya tidak dapat disebut sebagai sumber,

kecuali hanya sebagai dalil karena ia tidak dapat berdiri sendiri.

Akan tetapi, dalam perkembangan perkembangan pemikiran ushul fikih yang terlihat dalam kitab-kitab ushul fikih

kontemporer, istilah sumber hukum dan dalil hukum tidak dibedakan. Mereka menyatakan bahwa apayang disebut

dengan dalil hukum adalah mencakup dalil-dalil lain yang dipergunakan dalam istinbat hukum selain Al Quran dan

as sunnah. Sebab, keduanya merupakan istilah teknis yang yang dipakai oleh para ulama ushul untuk menyatakan

segala sesuatu yang dijadikan alasan atau dasar dalam istinbat hukum dan dalam prakteknya mencakup Al Quran,

as sunnah dan dalil-dalil atau sumber-sumber hukum lainnya.

Oleh karena itu, dikalangan ulama ushul masalah dalil hukum ini terjadi perhatian utama atau dipandang

merupakan sesuatu hal yang sangat penting ketika mereka berhadapan dengan persoalan-persoalan yang akan

ditetapkan hukumnya. Dengan demikian setiap ketetapan hukum tidak akan mempunyai kekuatan hujjah tanpa

didasari oleh pijakan dalil sebagai pendukung ketetapan tersebut.

Keberadaan dalil sebagai pijakan yang mendasari suatu ketetapan hukum mutlak harus diperhatikan dan tidak bisa

diabaikan. Jika dilihat dari segi keberadaannya, maka dalil dapat dibedakan kepada dua macam, yaitu:

1. Al Adillah Al Ahkam Al Manshushah atau dalil-dalil hukum yang keberadaannya secara tekstual terdapat dalam

nash. Dalil-dalil hukum yang dikategorikan kepada bagian ini adalahAl Quran dan as sunnah atau disebut pula

dengan dalil naqli.

Page 15: AGAMA - Sumber Hukum Ajaran Agama Islam

2. Al Adillah Al Ahkam ghoirul Manshushah atau dalil-dalil hukum yang scara tekstual tidak disebutkan oleh nash Al

Quran dan as sunnah. Dalil-dalil ini dirumuskan melalui ijtihad dengan menggunakan penalaran ra’yu dan disebut

pula dengan dalil aqli.

Adapun dalil-dalil yang dikelompokkan kepada kategori terakhir ini meliputi Ijma, Qiyas, Istihsan, Mashalih

Mursalah, Istishab, Urf, Syarun Man Qablana dan Qaul Shahabi. Ijma dan Qiyas hampir seluruh mazhab

mempergunakannya, sedangkan dalil-dalil yang keberadaannya menimbulkan perdebatan di kalangan ulama

mazhab ushul. Perbedaan ini muncul karena ketika ulama ushul tidak menemukan dalil atau alasan yang

mendasari suatu hukum dari Nash, maka mereka menggunakan ra’yu mereka masing-masing dengan rumusan

tersendiri. Hal ini diyakini termotivasi oleh hadits yang berisi dialog antara Nabi saw dengan Mu’az Bin Jabal ketika

akan dikirim ke Yaman

Nabi bertanya kepada Mu’az Bin Jabal, “Bagaimana engkau memutuskan suatu perkara jika diajukan orang kepada

engkau?”Mu’az menjawab, “saya akan putuskan dengan Kitab Allah”. Nabi bertanya kembali, ”jika tidak engkau

dalam Kitab Allah?”. “Saya akan putuskan dengan sunnah Rasulullah”, jawab Mu’az.

Dan Rasulullah bertanya kembali,”Jika tidak engkau temukan dalam sunnah Rasulullah dan tidak pula dalam Kitab

Allah?”. Mu’az menjawab, “Saya akan berijtihad dengan pemikiran saya dan saya tidak akan berlebih-lebihan”.

Kemudian Rasulullah membenarkannya.

Atas dasar ini para ulama ushul di berbagai mazhab menyusun dan berpijak pada sistematika istinbat yang mereka

susun masing-masing secara berurutan dengan menempatkan dalil-dalil ra’yu setelah Al Quran dan as sunnah

B. Sumber Hukum Islam

1. Al Quran

a. Pengertian Al Quran

Sebagaimana telah disinggung sebelum ini tentang sumber dalil dalam hukum Islam, maka Al Quran merupakan

sumber utama dalam pembinaan hukum Islam.

Al Quran yang berasal dari kata qara’a yang dapat diartikan dengan membaca, namun yang dimaksud dengan Al

Qura dalam uraian ini ialah,”kalamullah yang diturunkan berperantakan ruhul amin kepada Nabi Muhammad saw

dalam bahasa arab, agar menjadi hujjah bagi Rasul bahwa ia adalah utusan Allah dan agar menjadi pelajaran bagi

orang yang mengikuti petunjuknya.

Menjadi ibadah bagi siapa yang membacanya, ia ditulis di atas lembaran mushaf, dimulai dengan surah Al Fatihah

dan di akhiri dengan surah An Naas. Yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, baik melalui tulisan atau

bacaan dari satu generai ke generasi berikutnya. Dan terpelihara dari perubahan dan pergantian .

Sebagaimana telah disebutkan bahwa sedikitpun tidak ada keraguan atas kebenaran dan kepastian isi Al Quran itu,

dengan kata lain Al Quran itu benar-benar datang dari Allah. Oleh karena itu hukum-hukum yang terkandung di

dalam Al Quran merupakan aturan-aturan yang wajib diikuti oleh manusia sepanjang masa. Banyak ayat-ayat yang

Page 16: AGAMA - Sumber Hukum Ajaran Agama Islam

menerangkan bahwa Al Quran itu benar-benar datang dari Allah.

Dalam surah An Nisa ayat 10 yang artinya, “Sesungguhnya telah kami turunkan kepada engkau (Muhammad) kitab

Al Quran dengan membawa kebenaran”. Surah An Nahl ayat 89, “Dan telah kami turunkan kepada engkau

(Muhammad) kitab Al Quran untuk menjelaskan segala sesuatu dan ia merupakan petunjuk, rahmat serta pembawa

kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri”. Dan masih banyak lagi ayat-ayat Quran yang menerangkan

bahwa Al Quran itu benar-benar datang dari Allah.

Ditinjau dari sudut tempatnya, Al Quran turun di dua tempat yaitu:

1. Di Mekkah atau yang disebut ayat makkiyah. Pada umumnya berisikan soal-soal kepercayaan atau ketuhanan,

mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, ayat-ayatnya pendek dan ditujukan kepada seluruh ummat.

Banyaknya sekitar 2/3 seluruh ayat-ayat Al Quran.

2. Di Madinah atau yang disebut ayat madaniyah. Ayat-ayatnya panjang, berisikan peraturan yang mengatur

hubungan sesama manusia mengenai larangan, suruhan, anjuran, hukum-hukum dan syari’at-syari’at, akhlaq, hal-

hal mengenai keluarga, masyarakat, pemerintahan, perdagangan, hubungan manusia dengan hewan, tumbuh-

tumbuhan, udara, air dan sebagainya.

b. Mu’jizat Al Quran

Al Quran memiliki mu’jizat-mu’jizat yang membuktikan bahwa ia benar-benar datang dari Allah SWT. Menurut

Mana’ Qattan di dalam buku Mabahits Fi Ulumil Quran menyebutkan bahwa Al Quran memilki mujizat pada 4

bidang yaitu:

a. Pada lafadz dan susunan kata. Pada zaman Rasulullah Syair sangat trend pada saat itu maka Al Quran turun

dengan kata-kata dan susunan kalimat yang maha puitis, sehingga Al Quran memastikan bahwa tak ada

seorangpun yang dapat membuat satu surah sekalipun semisal Al Quran. Seperti yang termaktub dalam surah Al

Isra ayat 88, Hud ayat 13-14, Yunus ayat 38 dan Al Baqarah ayat 23.

b. Pada keterangannya, selain pada kata-katanya Al Quran juga memiliki mujizat pada artinya yang membuka

segala hijab tentang hakikat manusiawi.

c. Pada ilmu pengetahuan. Di dalam terdapat sangat banyak pengetahuan baik hal yang zahir maupun yang gaib,

baik masa sekarang maupun yang akan datang.

d. Pada penetapan hukum. Peraturan yang ada di dalam Al Quran bebas dari kesalahan karena ia berasal dari

Tuhan Yang Maha Tahu atas segala ciptaanNya.

c. Fungsi Al Quran

Al Quran pertama kali turun di Gua Hira surah Al Alaq ayat 1-5 dan terakhir kali turun surah al Maidah ayat 3. Al

Quran terdiri dari 30 juz, 144 surah, 6.326 ayat, 324.345 huruf . al quran berfungsi sebagai:

1. Sumber pokok dan utama dari segala sumber-sumber hukum yang ada. Hal ini dilandasi oleh ayat Al Quran di

dalam surah An Nisa ayat 5.

Page 17: AGAMA - Sumber Hukum Ajaran Agama Islam

2. Penuntun manusia dalam merumuskan semua hukum, agar tercipta kemaslahatan dan keselamatan harus

berpedoman dan berwawasan Al Quran.

3. Petunjuk yang diturunkan Allah SWT kepada umat manusia dengan penuh rahmat kepada kebahagiaan umat

manusia baik didunia maupun diakhirat dan sebagai ilmu pengetahuan.

Secara garis besar hukum dalam Al Quran ada 3 macam, yaitu aqidah, akhlaq dan syari’ah. Pada umumnya isi Al

Quran dibagi 2 macam, ibadat dan muamalat. Dan isi pokok Al Quran ad 3 macam :

1. Rukun Iman, yaitu percaya kepada Allah, rasul-rasul, malaikat, Kitab Allah, hari kiamat dan kepada qadha dan

qadar.

2. Rukun Islam, yaitu syahadt, salat, puasa zakat dan haji.

3. Munakahat (perkawinan), muamalat ( okum pergaulkan dalam masyarakat atau okum private), jinayat ( okum

pidana), ‘aqdiyah ( okum mengenai mendirikan pengadilan), khalifah ( okum pemerintahan), ath’imah (makanan

dan minuman)dan jihad ( okum peperangan).

d. Kehujjahan Al Quran

Al quran dari segi penjelasannya ada 2 macam, yang pertama muhkam yaitu ayat-ayat yang teran artinya, jelas

maksudnya dan tidak mengandung keraguan atau pemahaman lain selain pemahaman yang terdapat pada

lafaznya. Yang kedua mutasyabih yaitu ayat yang tidak jelas artinya sehingga terbuka kemungkinan adanya

berbagai penafsiran dan pemahaman yang disebabkan oleh adanya kata yang memiliki dua arti/maksud, atau

karena penggunaan nama-nama dan kiasan-kiasan.

Ibarat Al Quran dalam menetapkan dan menjelaskan hukum yang berupa perintah dan larangan ada beberapa

model :

a. Suruhan, yang berarti keharusan untuk mengerjakan atau meninggalkan. Keharusan seperti perintah shalat,

Allah berfirman yang artinya,”Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat”. Larangan contohnya firman Allah

dalam surah Al An’am ayat 151 yang artinya,”Janganlah kamu membunuh orang yang diharamkan Allah

membunuhnya kecuali dengan hak”.

b. Janji baik dan buruk, pahala dan dosa serta pujian dan celaan.

c. Ibarat, contohnya seprti istri yang ditalak harus menjalankan masa iddah.

2. As-sunah atau Hadits

Sunnah adalah sesuatu yang berasal dari Rasul SAW, baik berupa perkataan, perbuatan dan penetapan pengakuan.

Hadits berfungsi sebagai penjelas ayat-ayat alqur’an yang kurang jelas atau sebagai penentu beberapa hukum

yang tidak terdapat pada Al-Qur’an.

As-sunnah dibagi menjadi 4 macam yaitu :

a. Sunnah qauliyah yaitu semua perkataan Rasulullah saw

b. Sunnah fi’liyah yaitu semua perbuatan Rasulullah saw

Page 18: AGAMA - Sumber Hukum Ajaran Agama Islam

c. Sunnah taqririyah yaitu penetapan dan pengakuan Nabi terhadap pernyataan dan pengakuan Nabi ataupun

perbuatan orang lain

d. Sunnah hammiyah yaitu sesuatu yang telah dikerjakan tapi tidak sampai dikerjakan.

3. Sumber Pelengkap Ar-Ra’yu (Ijtihad)

Secara garis besar ayat-ayat Al-qur’an dibedakan atas ayat Muhkamat dan ayat mutsyabihat. Ayat muhkamat

adalah ayat –ayat yang sudah jelas maksudnya dan hukum yang dikandungnya tidak memerlukan penafsiran. Pada

umumnya bersifat perintah, seperti penegakan shalat, shaum, zakat dan haji.

Sedangkan ayat-ayat mutasyabihat adalah ayat-ayat yang memerlukan penjelasan lebih lanjut walaupun dalam

bunyinya sudah jelas mempunyai arti, seperti ayat mengenai gejala alam yang terjadi setiap hari.

Ijtihad berasal dari kata ijtihada yang artinya mencurahkan tenaga dan fikiran atau bekerja semaksimal mungkin.

Disini penulis akan menguraikan beberapa macam bentuk ijtihad antara lain :

1. Ijma’, yaitu kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi Muhammad saw sesudah beliau wafat pada suatu masa,

tentang hukum suatu perkara dengan cara musyawarah

2. Qiyas, yaitu mengukur sesuatu dengan yang lain dan menyamakannya

3. Istihsan, yaitu suatu peroses perpindahan dari suatu qiyas kepada qiyas lainnya yang lebih kuat atau mengganti

argumen dengan fakta yang dapat diterima untuk mencegah kemadharatan atau dapat diartikan pola penetapan

hukum suatu perkara yang menurut logika dapat dibenarkan

4. Maslahat mursalah, yaitu perkara-perkara yang perl dilakukan demi kemaslahatan manusia

5. Sududz Dzariah yaitu tindakan memutuskan perkara yang mudah menjadi makruh atau haram demi kepentingan

umat

6. Istishab yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah ditetapkan dimasa lalu hingga dalil yang

mengubah kedudukan hukum tersebut

7. Urf, yaitu sesuatu hal yang dilakukan terus-menerus (adat ) baik berupa perkataan ataupun perbuatan.

BAB III

PENUTUP

1. Kesimpulan

Dalil secara etimologis dengan “sesuatu yang dapat memberi petunjuk kepada apa yang dikehendaki”. Secara

terminologis dalil hukum ialah segala sesuatu yang dapat dijadikan alasan atau pijakan yang dapat dipergunakan

dalam usaha menemukan dan meneapkan hukum syara atas dasar pertimbangan yang benar dan tepat. Akan

tetapi, dalam perkembangan perkembangan pemikiran ushul fikih yang terlihat dalam kitab-kitab ushul fikih

kontemporer, istilah sumber hukum dan dalil hukum tidak dibedakan. Mereka menyatakan bahwa apa yang disebut

denagan dalil hukum adalah mencakup dalil-dalil lain yang dipergunakan dalam istinbat hukum selain Al Quran dan

as sunnah

Page 19: AGAMA - Sumber Hukum Ajaran Agama Islam

Al Quran merupakan sumber utama dalam pembinaan hukum Islam. Al Quran yang berasal dari kata qara’a yang

dapat diartikan dengan membaca, namun yang dimaksud dengan Al Qura dalam uraian ini ialah,”kalamullah yang

diturunkan berperantakan ruhul amin kepada Nabi Muhammad saw dalam bahasa arab, agar menjadi hujjah bagi

Rasul bahwa ia adalah utusan Allah dan agar menjadi pelajaran bagi orang yang mengikuti petunjuknya.

Menjadi ibadah bagi siapa yang membacanya, ia ditulis di atas lembaran mushaf, dimulai dengan surah Al Fatihah

dan di akhiri dengan surah An Naas. Yang disampaikan kepada kita secara mutawatir, baik melalui tulisan atau

bacaan dari satu generai ke generasi berikutnya. Dan terpelihara dari perubahan dan pergantian.

2. Saran

Saran yang ingin penulis sampaikan hendaklah kita jadikan Al-qur’an dan As-sunah sebagai landasan hidup kita

didunia, dari segala apa yang kita perbuat agar tidak terjadi penyimpangan dalam memahami ajaran Islam.

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, sulaiman. 1995. Sumber Hukum Islam. Jambi : Sinar Grafika.

Abdurachman, Asmuni. 1985. Filsafat Hukum Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu.

Al subki, ibn. t.t. Matn jam’i Al Jawa’I .Juz I dan II, Indonesia: Maktabah Dar Ihya Al Kitab Al Arabiyah.

Bakry Nazar. 2003. Fiqh dan Ushul Fiqh. Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada..

Djamil, Fathurrahman. 1997. Filsafat Hukum Islam. Jakarta : Logos Wacana Ilmu.

Karim, Syafi’i. 2001. Fiqih Ushul Fiqih. Bandung : Pustaka setia.

Khallaf, Abdul Wahab. 1972. Fi Ulumil ushul Fiqih. Kairo : Maktabah Da’wah Islamiyah.

Muhammad Syah, Ismail. 1991. Filsafat Hukum Islam : Jakarta : Bumi Aksara.

Romli. 1999 .Muqaranah Mazahib Fil Ushul. Jakarta : Gaya Media Pratama

Qattan, Manna’. 1973 . Mabahits Fi Ulumil Qur’an. Riyadh : Mansyuratul ‘Asril Hadi