Laporan Anfiswan Respirasi

36
LAPORAN PROYEK ANATOMI FISIOLOGI HEWAN BI-2103 SISTEM RESPIRASI Tanggal Praktikum : 13 Oktober 2010 Tanggal Pengumpulan : 20 Oktober 2010 Disusun Oleh : Kelompok 7 Teguh Rachmanto (10609051) Tria Widiasih (10609053) Gita Dewi Kusumo (10609059) Nabhilla Chairunnisa (10609061) Karlina Febrianti (10609068) Iin Nurindah Sari (10609077) Asisten : Fajar Mujadid (10606069) PROGRAM STUDI BIOLOGI

Transcript of Laporan Anfiswan Respirasi

Page 1: Laporan Anfiswan Respirasi

LAPORAN PROYEK ANATOMI FISIOLOGI HEWAN BI-2103

SISTEM RESPIRASI

Tanggal Praktikum : 13 Oktober 2010

Tanggal Pengumpulan : 20 Oktober 2010

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Teguh Rachmanto (10609051)

Tria Widiasih (10609053)

Gita Dewi Kusumo (10609059)

Nabhilla Chairunnisa (10609061)

Karlina Febrianti (10609068)

Iin Nurindah Sari (10609077)

Asisten :

Fajar Mujadid (10606069)

PROGRAM STUDI BIOLOGI

SEKOLAH ILMU DAN TEKNOLOGI HAYATI

INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

BANDUNG

2010

Page 2: Laporan Anfiswan Respirasi

BAB I

PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Respirasi merupakan ciri terpenting pada makhluk hidup. Pentingnya pengukuran jumlah

O2 yang dikonsumsi oleh hewan dalam selang waktu tertentu dengan menggunakan small

animal metabolism apparatus dan metode Winkler adalah untuk mengetahui bagaimana sistem

pernapasan pada hewan-hewan yang diteliti, seperti pada ikan, kadal, serta mencit. Melalui

percobaan ini, kita dapat melihat kemampuan respirasi ikan sehingga kita dapat mengetahui

kadar sistem akuatik di suatu tempat, apakah ekosistem tempat ikan tersebut bersih atau tidak itu

dapat dilihat dari kemampuan respirasinya. Pada kadal dan mencit, percobaan ini memberikan

hasil perbandingan kemampuan respirasi dilihat dari pengaruh jenis hewan tersebut, yaitu yang

berdarah dingin dan berdarah panas. Hasil perbandingan inilah yang nanti digunakan untuk

melihat pula bagaimana laju metabolisme dari masing-masing jenis hewan tersebut. Pada mencit

dapat diamati leih lanjut dari sistem respirasinya yang secara umum hamper menyerupai sistem

respirasi pada manusia sehingga melalui percobaan ini dapat membantu perkembangan dunia

medik dalam mempelajari sistem respirasi manusia.

1. 2 Tujuan

Percoban kali ini memiliki tujuan :

1. Mementukan laju respirasi pada ikan,kadal dan mencit.

2. Membandingkan laju respirasi antara hewan eksotermal dan indotermal.

3. Membandingkan laju respirasi ikan yang diberi 2 perlakuan, ditempatkan pada air

ledeng dan air yang menggunakan detergen.

4. Menentukan keterkaitan laju respirasi dengan berat badan dan jenis kelamin.

Page 3: Laporan Anfiswan Respirasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Respirasi

Oksigen merupakan gas yang sangat penting bagi makhluk hidup. Sel-sel tubuh kita

memerlukan oksigen untuk melakukan pembakaran. Makanan dibakar di dalam tubuh agar

menghasilkan energi. Energi tersebut diperlukan sel untuk menjalankan fungsinya. Karbon

dioksida yang dihasilkan pada proses pembakaran ini bila terakumulasi dapat membahayakan

tubuh, karenanya harus segera dikeluarkan dari tubuh. Proses dalam uraian di atas disebut

respirasi sel. (Novida, 2008)

Oksigen yang dibutuhkan tubuh tersebut didapatkan dari proses respirasi, begitu pula

CO2 yang dikeluarkan oleh tubuh pun dilakukan oleh sistem respirasi. Respirasi adalah proses

pertukaran gas O2 (oksigen) dari udara oleh organisme hidup yang digunakan untuk serangkaian

metabolism yang akan menghasilkan CO2 (karbon dioksida) yang akan dikeluarkan oleh tubuh.

(Wiryadi, 2007)

Ditinjau dari bentuknya respirasi terbagi dua macam, yaitu respirasi eksternal (luar) dan

internal (dalam). Respirasi eksternal meliputi proses pengambilan oksigen dan pengeluaran

karbondioksida dan uap air antara makhluk hidup dengan lingkungannya, misalnya pada

tumbuhan, hewan, dan manusia. Respirasi internal disebut juga pernafasan seluler karena

pernafasan ini terjadi di dalam sel, yaitu di dalam sitoplasma dan mitokondria. (Siregar, 2010).

Berdasarkan kebutuhan akan oksigen, respirasi internal dibagi menjadi respirasi aerob

(memerlukan oksigen) dan respirasi anaerob (tidak membutuhkan oksigen). Respirasi aerob

merupakan rangkaian reaksi enzimatis yang menggunakan oksigen bebas dari udara untuk

mengubah glukosa sempurna menjadi CO2, H2O, dan energi sebesar 38 ATP dalam 3 tahapan,

yaitu glikolisis, siklus Krebs, dan transpor elektron. (Siregar, 2010)

Respirasi anaerob atau yang biasa disebut fermentasi atau peragian merupakan

serangkaian reaksi enzimatis yang memecah glukosa secara tidak sempurna karena kekurangan

oksigen yang pada umumnya terjadi pada tumbuhan, fungi, dan bakteri. Pada manusia, respirasi

anaerob menghasilkan asam laktat sehingga menyebabkan rasa lelah, sedangkan pada tumbuhan,

ragi, reaksi ini menghasilkan CO2 dan alkohol. Respirasi anaerob hanya menghasilkan sedikit

energi, yaitu 2 ATP. Menurut hasil samping yang terbentuk, maka fermentasi dibedakan atas

Page 4: Laporan Anfiswan Respirasi

fermentasi alkohol pada ragi (khamir) dan bakteri anaerobik, fermentasi asam laktat pada

umumnya di sel otot, dan fermentasi asam sitrat pada bakteri heterotrof. (Siregar, 2010)

Alat-alat respirasi tiap makhluk hidup tidak selalu sama, berbeda-beda tergantung tempat

tinggal, habitat, jenis, dan faktor-faktor penentu lainnya. Selain itu, kecepatan respirasi pada

berbagai hewan berbeda bergantung dari berbagai hal, antara lain, aktifitas, kesehatan, dan bobot

tubuh. (Wiryadi, 2007)

1. Alat Pernafasan Mamalia serta Manusia

Mamalia bernafas dengan alat pernapasan utama berupa paru-paru. Contoh mamalia yaitu

kambing, sapi, kerbau, kuda, kucing, tikus, sedangkan mamalia yang hidup di air adalah

ikan paus dan lumba-lumba. Pada manusia, paru-paru terletak di dalam rongga dada di atas

diafragma (sekat antara rongga dada dan rongga perut) yang dilindungi oleh tulang dada dan

tulang rusuk. Urutan udara masuk pada tubuh manusia yaitu udara di lingkungan hidung

faring laring trakea bronkus (cabang tenggorokan) – bronkeolus alveolus. Di

dalam hidung terdapat rambut dan lendir yang berfungsi untuk menyaring udara agar bebas

dari kotoran, penyesuaian suhu serta kelembapan. Pernafasan pada manusia terdapat 2

macam, yaitu pernafasan dada (pernafasan antar tulang rusuk) dan pernafasan perut

(pernafasan menggunakan diafragma). (Anonim, 2008)

2. Alat Pernapasan Hewan

Alat pernafasan pada hewan bermacam-macam, yaitu yang bernafas dengan paru-paru,

insang, trakea, dan kulit. Beberapa contoh alat pernafasan pada hewan :

a. Hewan bersel satu (protozoa)

Hewan bersel satu hanya mempunyai satu sel, oleh karena itu seluruh proses

kehidupan dilakukan di dalam sel tersebut. Hewan bersel satu bernafas melalui seluruh

permukaan tubuhnya dengan cara difusi, yaitu O2 masuk dan CO2 keluar dengan cara

menembus dinding sel yang tipis. Contoh hewan bersel satu adalah Amuba, Euglena, dan

Paramaecium. (Anonim, 2008)

b. Cacing

Cacing bernapas melalui permukaan kulitnya yang mengandung banyak kelenjar

yang menghasilkan lendir. Dengan adanya lendir, kulit cacing selalu dalam keadaan

basah dan licin. Melalui kulit yang basah ini, cacing menyerap oksigen serta

mengeluarkan karbondioksida dan uap air secara difusi. (Anonim, 2008)

c. Kalajengking dan Laba-laba

Page 5: Laporan Anfiswan Respirasi

Kalajengking dan laba-laba besar (Arachnida) yang hidup di darat memiliki alat

pernapasan berupa paru-paru buku, sedangkan jika hidup di air bernapas dengan insang

buku. Paru-paru buku memiliki gulungan yang berasal dari invaginasi perut. Masing-

masing paru-paru buku ini memiliki lembaran-lembaran tipis (lamela) yang tersusun

berjajar. Paruparu buku ini juga memiliki spirakel tempat masuknya oksigen dari luar.

Keluar masuknya udara disebabkan oleh gerakan otot yang terjadi secara teratur. Baik

insang buku maupun paru-paru buku keduanya mempunyai fungsi yang sama seperti

fungsi paru-paru pada vertebrata. (Anonim, 2008)

d. Serangga

Alat pernafasan serangga yang hidup di darat berbeda dengan yang hidup di air.

Serangga bernafas dengan trakea. Trakea adalah suatu sistem alat pernafasan yang terdiri

atas pembuluh-pembuluh yang bercabang-cabang ke seluruh tubuh yang dimiliki oleh

serangga dan hewan arthropoda lainnya. Cabang-cabang ini bermuara di stigma

(spirakel). Stigma merupakan pembuluh silindris berlapis kitin yang berpasangan pada

setiap segmen tubuh yang menjadi tempat keluar masuknya udara yang diatur oleh otot

sebagai katupnya. Kemudian, udara dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea

menuju trakeolus (analogi kapiler pada sistem transportasi vertebrata), lalu ke seluruh

sel-sel tubuh. Pada trakea terdapat kantong udara (kantong hawa) yang berfungsi

menyimpan udara yang masuk untuk sementara waktu. Serangga yang hidup di air,

misalnya jentik-jentik nyamuk mempunyai alat bantu pernafasan, yaitu tabung

pernafasan yang menghubungkan dengan trakea. (Wiryadi, 2007)

e. Ikan

Ikan hidup di air sehingga bernafas dengan menggunakan insang. Insang pada ikan

bertulang sejati ditutupi oleh tutup insang yang disebut operkulum, sedangkan insang

pada ikan bertulang rawan tidak ditutupi oleh operkulum. Insang tidak saja berfungsi

sebagai alat pernapasan tetapi dapat pula berfungsi sebagai alat ekskresi garam-garam,

penyaring makanan, alat pertukaran ion, dan osmoregulator. (Anonim, 2008)

Pernafasan ikan berlangsung 2 tahap, yaitu tahap pemasukan (mulut ikan membuka

dan tutup insang menutup sehingga air masuk rongga mulut, kemudian menuju lembaran

insang, disinilah oksigen yang larut dalam air diambil oleh darah, selain itu darah juga

melepaskan karbondioksida dan uap air) dan tahap pengeluaran (mulut menutup dan

tutup insang membuka sehingga air dari rongga mulut mengalir keluar melalui insang.

Air yang dikeluarkan ini telah bercmpur dengan CO2 dan uap air yang dilepaskan darah).

(Ahmadi, 2008)

Page 6: Laporan Anfiswan Respirasi

Untuk ikan yang hidup di lumpur seperti ikan lele, gabus, betok, pada insangnya

terdapat banyak lipatan yang disebut labirin yang berfungsi untuk menyimpan oksigen.

Selain labirin, ikan juga mempuyai gelembung renang yang fungsinya sama, yaitu untuk

menyimpan oksigen serta membantu gerakan ikan naik turun. (Anonim, 2008)

f. Amfibi

Amfibi adalah hewan yang dapat hidup di air dan di darat, misalnya katak. Pada

katak, oksigen berdifusi lewat selaput rongga mulut (penuh kapiler), kulit (melalui difusi

karena selalu dalam keadaan basah dan banyak kapiler), serta paru-paru (tempat

bermuara kapiler darah berbentuk gelembung dan terjadinya mekanisme inspirasi dan

ekspirasi saat mulut tertutup), kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena

hidupnya di air. (Wiryadi, 2007)

g. Reptilia

Reptilia disebut juga hewan melata, contohnya buaya, kadal, ular, kura-kura, komodo

dan cicak. Reptilia bernafas dengan paru-paru dengan lipatan dinding yang berfungsi

memperbesar permukaan pertukaran gas. Pada reptilia pertukaran gas tidak efektif. Pada

kadal, kura-kura, dan buaya paru-paru lebih kompleks, dengan beberapa belahan-belahan

yang membuat paru-parunya bertekstur seperti spons. (Wiryadi, 2007)

h. Burung

Burung bernafas menggunakan paru-paru. Selain paru-paru, alat pernafasan burung

dilengkapi dengan alat bantu, yaitu hidung, trakea, bronkus dan pundi-pundi udara

(kantong selaput ringan yang berfungsi untuk menyimpan udara, mempermudah burung

terbang, memperkeras suara/kicauan burung, memperkecil berat jenis ketika

terbang/berenang, serta mengurangi kehilangan panas tubuh yang berlebihan) yang

terletak di pangkal leher, ruang dada bagian depan, ruang dada bagian belakang, rongga

perut, serta di ketiak. (Wiryadi, 2007)

2. 2 Metode Pengukuran Laju Respirasi

Pengukuran kaju respirasi dapat dilakukan dengan berbagai macam metode. Metode yang

digunakan pada percobaan ini terdiri dari 2 metode, yaitu small animal metabolism apparatus

dan metode Winkler. Berikut ini beberapa metode pengukuran laju respirasi yang dapat

digunakan termasuk kedua metode diatas, yaitu:

1. Winkler method

Sejarah Pendek

Page 7: Laporan Anfiswan Respirasi

Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Lajos Winkler saat mengerjakan

disertasi doktoralnya pada tahun 1888. Jumlah oksigen terlarut adalah ukuran dari

aktivitas biologis pada suatu massa air. Fitoplankton dan makroalga hadir dalam massa

air dan menghasilkan oksigen dari hasil fotosintesis. Bakteri dan organisme eukaryotik

(zooplankton, ganggang, ikan) mengkonsumsi oksigen ini melalui respirasi. Hasil dari

dua mekanisme ini menentukan konsentrasi oksigen yang terlarut, yang pada akhirnya

menunjukkan produksi biomassa. Perbedaan antara konsentrasi fisik oksigen dalam air

(atau konsentrasi teoritis jika tidak ada organisme hidup) dan konsentrasi oksigen yang

sebenarnya disebut kebutuhan biologis akan oksigen.

Prinsip Kerja

Pengukuran laju respirasi dengan metode Winkler digunakan untuk menentukan

tingkat oksigen terlarut dalam sampel air juga untuk memperkirakan aktivitas biologis

dalam sampel air. Kelebihan ion Mangan (II) garam, iodida (I -) dan hidroksida (OH-),

ditambahkan ke sampel air yang sudah kita dapat, yang akan menyebabkan terbentuknya

endapan putih Mn(OH)2. Endapan putih ini kemudian dioksidasi oleh oksigen yang

terlarut dalam sampel air, ke dalam endapan Mangan yang berwarna coklat. Pada langkah

selanjutnya, asam kuat (baik asam klorida atau asam sulfat) ditambahkan kedalam

larutan, yang bertujuan untuk mengasamkan larutan. Endapan coklat kemudian

mengubah ion iodida (I-) menjadi Iodin. Jumlah oksigen terlarut adalah berbanding lurus

dengan titrasi yodium dengan larutan tiosulfat.

Metode Kerja

Pertama-tama Mangan (II) sulfat ditambahkan ke sampel air lingkungan.

Selanjutnya, Kalium Iodida ditambahkan untuk menghasilkan endapan merah muda-

coklat di dalam larutan. Selanjutnya, oksigen terlarut akan mengoksidasi Mangan (II) ion

menjadi dalam keadaan tetravalent.

2 Mn(OH)2(s) + O2(aq) → 2 MnO(OH)2(s)

MnO(OH)2 muncul sebagai endapan coklat. Para ahli masih belum dapat

memastikan apakan mangan dioksidasi itu tetravalen atau trivalen. Beberapa sumber

menyatakan bahwa Mn(OH)3 adalah endapan coklat, tetapi MnO2 yang terhidrasi juga

dapat memberikan warna coklat.

Page 8: Laporan Anfiswan Respirasi

4 Mn(OH)2(s) + O2(aq) + 2 H2O → 4 Mn(OH)3(s)

Tahap kedua dari uji Winkler adalah mengurangi keasaman solusi sampel. Terjadi

konversi, sehingga endapan coklat yang terbentuk akan larut kembali ke dalam larutan.

Asam memfasilitasi konversi endapan cokelat, larutan mangan yang masih mengandung

ion iodide, menjadi unsure Iodine. Mn(SO4)2 dibentuk oleh asam untuk mengkonversi

ion iodida menjadi Iodine, larutan itu sendirilah yang selanjutnya akan tereduksi dan

kembali menjadi ion Mangan (II) dalam media asam.

Mn(SO4)2 + 2 I-(aq) → Mn2+(aq) + I2(aq) + 2 SO42-(aq)

Larutan Tiosulfate di gunakan untuk menitrasi, dan juga ditambahkan 4-5 tetes

amilum sebagai indikator dan kemudian dititrasi.

2 S2O32-(aq) + I2 → S4O6

2-(aq) + 2 I-(aq)

Analisis

Berdasarkan reaksi kimia diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa :

1 mol O2 → 4 mol Mn(OH)3 → 2 mol I2

Oleh karena itu, setelah menentukan jumlah mol Iodine yang dihasilkan, kita dapat

bekerja di luar jumlah mol molekul oksigen yang hadir dalam sampel air asli. Kandungan

oksigen biasanya memiliki satuan mg dm-3.

Limitasi

Metode ini juga memiliki limit atau batasan tertentu. Keberhasilannya sangat

tergantung pada cara penanganan sampel saat sedang dimanipulasi. Pada semua tahap,

langkah-langkah harus dilaksanakan dengan tepat untuk memastikan oksigen yang

dibutuhkan untuk pengamatan tidak hilang dari sampel. Selanjutnya, sampel air harus

bebas dari zat terlarut yang akan dioksidasi atau Iodine yang tereduksi.

Akurasi

Page 9: Laporan Anfiswan Respirasi

Keakuratan metode ini sangat dipengaruhi oleh:

a. Oksidasi udara terhadap Iodine

b. Kevolatilan Iodine

c. Oksigen yang disumbangkan oleh reagen

d. Kontaminasi Iodida dalam larutan

e. Konsumsi atau produksi Iodine oleh reagen

f. Perbedaan antara titik akhir titrasi dan titik ekivalen.

2. Small Animal Metabolism Apparatus

Metode ini menggunakan sebuah chmber

metabolik yang dilengkapi dengan termometer

didalamnya. Tabung chamber dinamakan ruang

plexiglass silinder. Ruang ini dilengkapi dengan

kandang removable dimana tempat menempelnya

termometer. Setelah mencit masuk kedalam chamber dan disegel di ruangan itu, ia akan

mengkonsumsi oksigen dan menghembuskan nafas yang mengandung CO2. karbondioksida

tersebut akan diserap oleh kapur soda atau KOH, yang sudah ditempatkan di bagian bawah

ruangan. Oleh karena itu, karena oksigen yang berada di dalam chamber terus digunakan,

otomatis tekanan di dalam ruang akan turun. Penurunan tekanan itulah yang menyebabkan

cairan Brodie di ujung tabung dapat tertarik ke dalam ruangan. Waktu yang diperlukan

larutan Brodie untuk melintasi jarak tertentu pada pipa kapiler berskala, merupakan ukuran

konsumsi oksigen (ml / detik) yang dikonsumsi oleh mencit tersebut.

Tingkat metabolisme suatu hewan berkaitan dengan luas bidang permukaannya. Luas

bidang permukaan dapat dihitung dalam sentimeter persegi (cm2) melalui perhitungan

dengan persamaan berikut. Persamaan ini hanya dapat digunakan untuk binatang kecil,

karena hubungan ini tidak benar-benar linear kecuali rentang bobotnya kecil.

y = b + mx

keterangan :

y = luas permukaan cm2

b = 0.437 ("y" intercept)

m = 2.143 (kelandaian)

x = berat hewan

Page 10: Laporan Anfiswan Respirasi

Optical Oxygen Sensor Spots

Metode pengukuran laju respirasi ini berdasarkan quenching oksigen luminisen

pada suatu titik sensor yang dievaluasi untuk pertama kalinya bagi sekelompok bakteri

air. Metode ini tidak memerlukan waktu inkubasi yang lama, dan menghasilkan

keakuratan yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode Winkler.

The Simple Heart and Respiration Rate

Example_LabVIEW8.2.vi uses the NI

9239

Metode pengukuran laju respirasi

ini memanfaatkan platform

CompactDAQ dan lingkungan

pemrograman grafis LabVIEW. Pada

metode pengukurannya digunakan juga

modul NI 9239 untuk mengukur

tegangan kembali dari Heart Rate /

Volume Darah Pulse Sensor dan Respirasi Sabuk Sensor, keduanya berasal dari

“Thought Technologies Ltd”. Sinyal-sinyal ini kemudian diolah dan disaring untuk

menghapus komponen frekuensi noise tinggi di atas 5 Hz. Analisis sinyal dapat dilakukan

untuk mendeteksi jumlah puncak yang terjadi dalam sepuluh detik dari mulai nilai denyut

rata-rata per menit.

Ultrasonic Proximity Sensor

Metode ini menyajikan pendekatan sensor jarak ultrasonik untuk pengukuran

respirasi. Sensor ultrasonik ini dapat mengukur tanda dan tingkat respirasi secara real-

time juga untuk pemantauan jangka panjang yang diperlukan untuk mobilitas perspektif

pengguna akhir. Sensor elektronik yang digunakan adalah 240 kHz. Besar sensor ini

digunakan untuk mengukur waktu tempuh dari gelombang suara antara sinyal yang

dikirim dan sinyal diterima selama respirasi di dalam gerak-dinding perut. Laju respirasi

yang telah diukur, dibandingkan juga dengan hasil pengukuran dengan sensor termokopel

pada sepuluh subjek laki-laki untuk memastikan keakuratan data.

Pauling Oxygen Analyzer

Page 11: Laporan Anfiswan Respirasi

Rumusan dasar metode ini adalah memperoleh data konsumsi oksigen dari

pengukuran tekanan parsial oksigen yang diukur dalam sistem sirkuit buatan yang

terbuka dan tertutup. Untuk sistem terbuka-sirkuit yang digunakan harus dalam kondisi

yang steady, kemudian beberapa persamaan diberikan dan dibahas untuk kasus-kasus

berikut ini, di mana variabel lain yang diukur yaitu:

1) Volume udara masuk dan Po2, dan Po2 outlet udara

2) Volume udara masuk dan Po2, dan outlet CO2 Po2 udara bebas

3) Outlet volume udara dan Po2, dan Po2 inlet udara

4) CO2 bebas lubang udara volume dan Po2, dan masuk Po2 udara.

Perkiraan dari hasil persamaan telah diperoleh untuk sistem buka-sirkuit yang

digunakan dalam kondisi nonsteady untuk kasus khusus dari ruang metabolisme volume

besar. Sebuah volume konstan, sirkuit sistem tertutup memiliki lag yang sangat kecil,

dijelaskan juga secara rinci data yang disediakan untuk menggambarkan response waktu

serta menunjukkan bahwa sistem menghasilkan nilai sebenarnya dari konsumsi oksigen.

2. 3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Laju Respirasi

Faktor-faktor yang mempengaruhi laju pernapasan diantaranya :

1. Usia

Usia mempengaruhi kebutuhan oksigen suatu individu. Ketika usia bertambah, elastisitas

jaringan tubuh semakin berkurang, begitupula dengan paru-paru. Hal tersebut dapat

mengurangi kapasitas vital paru-paru, sehingga paru-paru dituntut untuk bernapas lebih

sering (Martini,2006).

2. Suhu

Bagi hewan Homeoterm (contoh:mencit) suhu tidak begitu berpengaruh bagi laju

respirasinya, karena hewan tersebut memiliki termoregulasi yang baik sehingga dapat

menyesuaikan suhu tubuhnya agar tetap normal. Namun, bagi hewan poikloterm

(contoh:ikan dan kadal) suhu berperan penting dalam menentukan laju respirasinya. Suhu

tubuh hewan poikloterm mengikuti suhu lingkungannya (Ganong,1995).

Ketika suhu tubuh melebihi normal, maka pembuluh darah akan melebar dan aliran darah

semakin cepat. Untuk mengalirkan darah lebih cepat, jantung memerlukan energi lebih

banyak. Sehingga tubuh membutuhkan oksigen lebih banyak untuk oksidasi karbohidrat

menjadi energi . Hal ini menyebabkan laju respirasi meningkat. Misal, kadal yang hidup di

Page 12: Laporan Anfiswan Respirasi

Bandung dengan suhu sekitar 250C akan memiliki laju respirasi lebih rendah dibandingkan

dengan kadal yang hidup di gurun dengan suhu sekitar 400C.

3. Aktivitas

Aktivitas yang banyak memerlukan energi yang besar, sehingga memerlukan oksigen

yang besar pula.

Pusat pernapasan merespon terhadap berbagai sinyal saraf dan kimiawi, menyesuaikan

laju dan kedalaman pernapasan untuk memenuhi permintaan tubuh yang berubah

(Campbell,2004).

4. Status kesehatan

Individu yang sakit memiliki laju pernapasan yang berbeda dengan individu yang

sehat.Misal, individu yang menderita emfisema memiliki laju respirasi yang lebih tinggi dari

pada individu normal.

5. Jenis kelamin

Laju respirasi hewan jantan dan betina berbeda. Hewan jantan cenderung memiliki laju

respirasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan hewan betina.

6. Ketinggian tempat hidup

Konsentrasi oksigen di udara pada dataran tinggi lebih rendah dibandingkan dengan

dataran rendah, sehingga individu dengan spesies yang sama yang hidup di dataran tinggi

memiliki laju pernapasan yang lebih tinggi daripada individu yang hidup di dataran rendah.

Dalam keadaan istirahat, seekor mencit memiliki laju konsumsi oksigen sebesar 2,5 mL

O2/gr/jam, sedangkan pada saat aktif sebesar 20mL O2/gr/jam (Seeley,2003). Berdasarkan

Seeley (2003), laju konsumsi ikan mas adalah sebesar 0,14 ml/gr/jam saat tidak aktif dan

0,255ml/gr/jam saat aktif.

Menurut Dunson (1981), laju konsumsi oksigen kadal (Sphaerodactylus cinereus) adalah

sekitar 0,1 mL O2/gr/jam.

2. 4 Efek Detergen Terhadap Respirasi Ikan

Pemakaian dalam kehidupan rumah tangga sehari-hari sudah tidak dapat disangsikan lagi

kegunaannya. Namun tidak banyak orang mengetahui komposisi dan efek di balik penggunaan

senyawa kimi ini. Detergen sebagai suatu senyawa penghilang noda pada pakaian tersusun atas 8

komponen utama, yaitu zat pembangun, flouresence dyes, enzim, zat penghambat korosi,

pemutih, fillers, zat pewangi, dan zat pewarna (John Toedt et all, 2005).

Page 13: Laporan Anfiswan Respirasi

Fillers atau yang biasa disebut dengan reagen pemroses berperan penting dalam detergen

adalah sebagai suatu reagen yang akan menambahkan volume penggunaan dtergen sehingga

terlihat lebih banyak, dalam kasus sehari-hari busa merupakan hasil yang didapatkan dari

penambahan zat fillers ke dalam campuran senyawa kimia detergen. Sedangkan zat penghambat

korosi berfungsi dalam mencegah ion-ion perusak yang dapat menstimulasi timbulnya karat pada

mesin cuci. Adapun fungsi zat pembangun, enzim, dan pemutih berperan penting dalam

menghilangkan noda pada pakaian. Sedangkan flourescence dyes dan zat pewarna berperan aktif

dalam menjaga warna dari pakaian dan terdapat pula kandungan zat pewangi yang

menambahkan wangi pada pakaian (John Toedt et all, 2005).

Berdasarkan komponen penyusunnya, detergen terbagi atas detergen ABS dan LAS.

Kedua detergen ini juga sangat berbeda dalam tingkat kesulitan terurainya komponen-komponen

di alam oleh bakteria (John Toedt et all, 2005).

Pada tahun 1950 diketahui pertama kali bahwa detergen alkylbenzene sulfonate (ABS)

yang banyak digunakan pada masa itu memiliki efek samping yang begitu besar pada ekosistem.

Alkylbenzene merupakan senyawa hasil pengolahan petroleum dan dibuat dari pemadatan

dengan menggunakan α-olefin dengan benzene. Tingkat stabilitas ABS yang begitu tinggi

merupakan hasil dari pengelompokan sulfonat dan rantai panjang hidrokarbon yang berasal dari

petroleum. Akan tetapi tingkat stabilitasnya yang begitu tinggi menjadikan detergen ABS tidak

dapat diuraikan oleh bakteria di alam, sehingga lambat laun penumpukan detergen ABS yang

begitu tinggi dapat mencemari ekosistem (John Toedt et all, 2005).

Penggunaan detergen ABS kemudian dengan segera digantikan oleh detergen linear

alkylbenzene sulfonate (LAS) yang lebih mudah diuraikan oleh bakteria. Detergen ini tersusun

atas rantai hidrokarbon panjang yang menempel pada cincin benzen yang juga melekat pada

kelompok sulfonat bermuatan negatif (John Toedt et all, 2005).

Detergen yang merupakan senyawa organik terdiri atas tiga tipe utama, yaitu detergen

anionik, non-ionik, dan kationik. Detergen anionik dan kationik memiliki muatan positif ataupun

negatif yang , melekat secara permanen pada rantai C-C yang hidrofobik dan bersifat non-polar.

Sedangkan dtergen non-ionik tidak memiliki muatan permanen, namun berbeda dengan detergen

anionik dan kationik, detergen non-ionik memiliki sejumlah atom dengan muatan elektronegatif

dan elektropositif yang lemah. Hal ini dikarenakan ole atom oksigen yang menarik elektron pada

detergen non-ionik tersebut (anonim 1, 2009).

Akan tetapi penggunaan detergen dapat berakibat buruk pada ekosistem. Tidak hanya

pada kasus penguraian oleh bakteria yang telah disebutkan sebelumnya, namun juga dikarenakan

oleh beberapa faktor lain yang tidak kalah merugikan (anonim 1, 2009).

Page 14: Laporan Anfiswan Respirasi

Pengaruh detergen dalam siklus hidup ikan dapat berpengaruh secara langsung maupun tidak

langsung. Pengaruh secara langsung dapta ditunjukkan dengan kemampuan detergen dalam

merusak lapisan lendir pada permukaan tubuh ikan yang melindungi hewan tersebut dari bakteria

dan parasit pengganggu dan juga organ insang pada ikan. Hal ini disebabkan oleh muatan pada

detergen yang menjadikannya mudah diserap oleh ikan (anonim 1, 2009).

Kandungan fosfat di dalam detergen dapat membantu perkembangbiakan alga yang dapat

melepas racun ke dalam air dan mengikat kandungan oksigen dari dalam air. Hal ini dapat

menyebabkan ikan lambat laun akan mati karena kekurangan oksigen. Kontributor lainnya dalam

zat racun pada detergen ialah adanya kandungan larutan natrium silikat yang dapat mencemari

lingkungan akuatik (anonim 1, 2009).

Detergen sebanyak 15 ppm dapat dengan mudah membunuh seluruh ikan yang terdapat

dalam lingkungan akuatik tersebut. Sedangkan konsentrasi sebesar 5 ppm dapat membunuh

embrio pada telur-telur ikan. Kandungan detergen sebanyak 2 ppm dapat menyebabkan ikan

menyerap kandungan kimia sebanyak dua kali lebih banyak dibandingkan ikan pada lingkungan

akuatik yang bersih, menjadikan ikan akan mati karena keracunan walaupun kadar tersebut tidak

akan membunuh ikan secara langsung. Kadar maksimal dari pencemaran detergen pada

lingkungan akuatik ialah kurang dari 2 ppm agar ekosistem dan siklus hidup ikan dapat tetap

terjaga (anonim 1, 2009).

Page 15: Laporan Anfiswan Respirasi

BAB III

METODOLOGI

3. 1 Alat dan Bahan

Alat Bahan Hewan Uji

Small animal metabolism apparatus KOH 20% Mencit (Mus musculus)

Botol Winkler (250mL) Larutan Brodie Ikan mas (Cyprinus carpio)

Buret dan statif Larutan thiosulfat (Na2S2O3) Kadal

Timbangan hewan Larutan H2SO4 pekat

Stopwatch Larutan KOH-KI

Erlenmeyer (250 mL) Larutan MnSO4.H2O

Erlenmeyer (2L) Larutan amilum 1%

Syringe 1mL

Pipet tetes

Kertas isap

Tisu dan dan kapas

3. 2 Cara Kerja

3. 2. 1 Metode Winkler (Ikan)

Erlenmeyer 2L diisi dengan 1 liter air. Seekor ikan dimasukkan kedalam tabung

Winkler. Erlenmeyer ditutup dengan penutup karet dengan 2 selang dan diolesi dengan

vaselin. Labu diisi air hingga penuh melalui selang 1. Air terus dimasukkan ke dalam

tabung sampai keluar air dari selang 2. Air yang keluar dari selang 2 ditampung sebanyak

250ml di botol Winkler. Selang 2 ditutup dengan penjepit dan setelah itu selang 1 juga

ditutup dengan penjepit. Erlenmeyer berisi ikan didiamkan selama 1 jam.

Botol 250ml berisi air ditambahkan 1mL MnSO4 dan 1mL KOH-KI. Botol

dikocok perlahan selama lebih kurang 4 menit. Botol didiamkan sekitar 20 menit hingga

semua endapan mengendap. Sekitar 2mL larutan dalam botol dibuang. Kemudian

ditambahkan 1mL H2SO4 pekat dengan pipet ukur. Botol ditutup dan dikocok lagi hingga

Page 16: Laporan Anfiswan Respirasi

semua endapan larut. 100mL larutan tersebut dipindahkan ke Erlenmeyer 250mL dan

kemudian dititrasi dengan Na2S2O3 sampai berwarna kuning muda (tepat akan tidak

berwarna / bening). Kemudian ditambahkan 4 tetes amilum 1% sehingga larutan dalam

labu berwarna biru. Dititrasi kembali dengan Na2S2O3 hingga warnanya tepat bening.

Angka yang terbaca pada skala buret dicatat. Dilakukan duplo dengan 100mL larutan

yang masih tersisa di botol Winkler.

Setelah 1 jam, tuang air dari dalam labu Erlenmeyer 2L ke botol Winkler 250mL

hingga penuh. Kemudian dilakukan langkah-langkah yang sama untuk mengetahui kadar

oksigen dalam air setelah 1 jam. Laju konsumsi oksigen didapat dengan cara menghitung

selisih antara jumlah kadar oksigen saat t0 (sebelum 1 jam) dan saat t1 (sesudah 1 jam).

3. 2. 2 Metode Scholander (Mencit dan Kadal)

Kertas saring yang sudah di jenuhkan dengan KOH 20% dimasukkan ke dalam

small animal metabolism apparatus. Hewan yang akan diuji ditimbang terlebih dahulu.

Hewan uji kemudian dimasukkan ke dalam ruang uji yang terbuat dari kawat besi. Ruang

uji dimampatkan dengan kapas sehingga hewan uji tidak terlalu banyak bergerak. Small

animal metabolism apparatus didiamkan sekitar 15 menit agar hewan uji menyesuaikan

diri dengan suhu lingkungan. Small animal metabolism apparatus ditutup dengan

menggunakan penutup karet yang telah di pasang skala respirometer. Penutup diolesi

oleh vaselin agar tidak ada celah untuk keluar masuk udara. Ujung skala respirometer

dimasukkan sedikit larutan Brodie dengan menggunakan syringe. Skala yang terbaca

pada waktu-waktu tertentu dicatat. Dicatat juga suhu yang terbaca pada termometer di

dalam small animal metabolism apparatus. Dilakukan duplo untuk setiap hewan (kadal

dan mencit)

Page 17: Laporan Anfiswan Respirasi

BAB IV

PEMBAHASAN

4. 1 Laju Respirasi Mencit

Pada pengukuran mencit, data yang kami dapatkan adalah :

Berat (gr) Duplo 1 Duplo 2

45,9Skala (ml) Waktu (s) Skala (ml) Waktu (s)

0,1 128 1,8 360

Dalam percobaan kami memakai dua metode yang berbeda untuk setiap duplo. Metode

pertama kami memakai standar skala, sedangkan duplo kedua memakai standar waktu. Apabila

duplo 2 disamakan terhadap waktu duplo 1, skalanya menjadi:

Duplo 2 : Waktu : 128 s

Skala : 0,64 ml

Rata-rata skala = 0,37 ml

Laju respirasi mencit = 0,37 ml/128 s/45,9 gr

= 10,41/jam/45,9 gr

= 0,227 ml/jam/gr

4. 2 Laju Respirasi Kadal

Pada pengukuran kadal, data yang kami dapatkan adalah :

Berat (gr) Duplo 1 Duplo 2

18,3Skala (ml) Waktu (s) Skala Waktu (s)

1,8 180 - -

Laju respirasi = 1,8 ml/180 s/18,3 gr

= 1,967 ml/jam/gr

Page 18: Laporan Anfiswan Respirasi

Pada percobaan ini kami tidak sempat melakukan duplo pada kadal karena alat yang kami

pakai tidak bekerja dengan baik. Tidak bekerjanya alat ini dapat dilihat dari larutan Brodie yang

tidak bergerak walaupun sudah menunggu lama. Ini disebabkan karena vaseline yang sudah

habis sehingga tidak seluruh lubang tertutupi, larutan Brodie yang menyumbat di ujung pipa

kapiler, dan pipa kapiler yang tidak seimbang sehingga larutan tidak bergerak lurus dan tidak

akurat.

4. 3 Laju Respirasi Ikan

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan diketahui spesimen ikan yang diamati

memiliki berat sebesar 15,8 gr. Tidak hanya itu, didapatkan suatu pengembangan rumus yang

didasarkan pada reaksi kimia berupa pernyataan bahwa :

4 x Kadar O2 dalam air = Volume Na2S2O3

Pada to = 0 jam

PercobaanVolume Na2S2O3 pada titrasi (ml) Total Volume

Na2S2O3 (ml)Larutan Amilum

1 4,2 0,7 4,9

2 4,3 0,5 4,8

Rata-rata 4,85

VolumeO2=Rata−rata volume Na2 S2 O3total (mL )

4=4,85

4=1,2125ml

Pada t1 = 1 jam

PercobaanVolume Na2S2O3 pada titrasi (ml) Total Volume

Na2S2O3 (ml)Larutan Amilum

1 2,1 0,3 2,4

2 1,7 0,3 2,0

Rata-rata 2,2

VolumeO2=Rata−rata volume Na2 S2 O3total (mL )

4=2,2

4=0,55ml

Page 19: Laporan Anfiswan Respirasi

Laju Konsumsi

V t=volume O2 pada t0−volume O2 pada t1

¿1,2125 mL−0,55 mL

¿0,6625 mL

Laju konsumsi = volume O2 (mL) / berat ikan (gr) / waktu (jam)

= 0,6625 mL /15,8 gr /1 jam

= 0,0419 mL /g /jam

4. 4 Data Kompilasi Respirasi Lab Instruktusional Timur

Tabel Kompilasi Respirasi Mencit dan Kadal

Kelompok Mencit Jenis kelamin Kadal Jenis kelamin Suhu

1 3,98 Jantan - - 30o

2 1.987 x 105 Betina - - 30o

3 0,4246 Tidak teramati 0,3137 Tidak teramati 30o

4 3.719 betina 5,628 Tidak teramati 30o

5 2,807 Tidak teramati 0,7321 Tidak teramati 30o

6 2,1452 Tidak teramati 0,5046 Tidak teramati 30o

7 0,227 Jantan 1,967 Jantan 30o

Dalam keadaan istirahat, seekor mencit memiliki laju konsumsi oksigen sebesar 2,5

ml/gr/jam, sedangkan pada saat aktif sebesar 20 ml/gr/jam. Hasil pengukuran beberapa

kelompok di instruk timur ini tidak menunjukkan hal tersebut. Hasil perhitungan dari berbagai

kelompok berbeda-beda, namun rata-rata masih berada pada kisaran 0-3 ml/jam/gr. Ini berarti

tikus-tikus sedang berada dalam keadaan istirahat.

Pada perhitungan mencit kelompok 2 terlihat perbedaan yang mencolok. Ini disebabkan

oleh mencit yang terlalu hiperaktif atau sedang berpenyakit. Dari hasil tabel di atas, terlihat

bahwa data jantan dan betina tidak beraturan, jadi tidak bisa disimpulkan laju pernapasan mana

yang lebih besar.

Menurut literatur, mencit jantan laju respirasinya lebih tinggi dibandingkan mencit

betina. Ini dikarenakan jantan memiliki volume darah dan jantung yang lebih besar dibandingkan

betina. Berat badan betina yang relatif lebih besar daripada jantan tidak berpengaruh terhadap

laju respirasi (Kingsley,Richard.1999).

Page 20: Laporan Anfiswan Respirasi

Untuk kadal, kelompok lain tidak mengamati jenis kelamin kadalnya. Oleh karena itu

kami tidak bisa membandingkan laju respirasi antara jantan dan betina. Namun rata-rata lajunya

berada di antara 0-1, walaupun ada satu data yang berbeda.

Menurut literatur, jantan lebih tinggi laju respirasinya dari betina. Apabila dilihat dari

tabel dapat dilihat bahwa jantan memiliki laju yang mendekati 2, sedangkan kelompok 3,5 dan 6

mendekati 0,5. Oleh karena itu diprediksi bahwa kadal kelompok 3,5, dan 6 adalah kadal betina,

sedangkan kadal 4 adalah jantan. Ini bisa dilihat dari laju respirasinya yang sangat tinggi

dibanding yang lain.

Perbedaan laju respirasi juga disebabkan oleh usia mencit yang berbeda-beda di antara

kelompok. Respirasi usia muda lebih kecil daripada dewasa. Ini dikarenakan jantung yang belum

sempurna dan aliran darah yang kecil. Temperatur juga mempengaruhi laju respirasi. Temperatur

saat melakukan percobaan ini adalah 30o

Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi, sehingga darah

akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari permukaan tubuh akan

mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan oksigen juga akan meningkat. Pada

lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya

meningkatkan tekanan darah yang akan menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga

mengurangi kebutuhan akan oksigen. Namun karena dalam percobaan ini semuanya dalam

keadaan suhu yang sama, maka suhu tidak berpengaruh terhadap laju respirasinya

(Kingsley,Richard.1999)

Tabel Kompilasi Respirasi Ikan

Kelompok 1 3 5 7 2 4 6

Perlakuan normal normal normal normal Pemberian

detergen

Pemberian

detergen

Pemberian

detergen

Laju Respirasi

(ml/g/jam)

0,3992 0,0837 0,0520 0,0419 0,0018 0,0004 0,0194

Rata-rata laju

respirasi0,1442 ml/g/jam 0,0072 ml/g/jam

Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan didapatkan perbedaan yang mencolok di

antara laju respirasi ikan dengan perlakuan normal dan dengan pemberian detergen pada

lingkungan akuatiknya. Ikan dengan perlakuan normal diketahui memiliki laju respirasi yang

lebih tinggi dibandingkan ikan dengan lingkungan akuatik yang diberi pencemar detergen.

Page 21: Laporan Anfiswan Respirasi

Perbedaan ini disebabkan oleh berkurangnya kadar O2 dalam air akibat pencemaran

detergen yang terajadi pada lingkungan akuatik percobaan. Melalui percobaan ini pula

dibuktikan bahwa detergen mampu mengurangi laju respirasi ikan dan diperkirakan hal yang

terjadi pada spesimen dalam biota laut lainnya.

4. 5 Perbandingan Hewan Endoterm dan Eksoterm

Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin dan

hewan berdarah panas. Namun lebih dikenal dengan istilah endoterm atau

ekosterm, bergantung dari sumber utama panas tubuh hewan tersebut.

Endoterm adalah hewan yang sumber panasnya berasal dari hasil

metabolisme. Suhu tubuh hewan ini cenderung lebih konstan. Endoterm

umum di jumpai pada kelompok burung (aves), dan mamalia. Hewan

endoterm disebut juga homoiterm karena suhu tubuh hewan ini konstan. Hal

ini dikarenakan adanya reseptor dalam otaknya sehingga dapat mengatur

suhu tubuh.

Eksoterm adalah hewan yang sumber panas tubuhnya berasal dari

lingkungan sekitar (menyerap panas lingkungan). Suhu tubuh hewan

eksoterm cenderung fluktuatif. Hewan dalam kelompok ini adalah amfibi,

reptilia, ikan, dan invertebrata.

Mencit merupakan hewan endoterm. Berbeda dengan hewan eksoterm

yang laju metabolismenya berubah-ubah sesuai suhu lingkungan, hewan

endoterm cenderung menjaga suhu tubuh yang konstan. Akan tetapi, secara

umum mereka akan membutuhkan lebih banyak energi untuk menjaga

kekonstanan suhu tubuhnya yang cukup tinggi tersebut. (Biofagri,2006)

Menurut studi dari literatur, karena hewan endoterm memperoleh

panas tubuh melalui metabolisme, seharusnya laju respirasi mencit lebih

tinggi daripada kadal dan ikan. Namun yang terjadi malahan sebaliknya. Hal

ini kemungkinan besar terjadi karena suhu pada small animal metabolism

aparatus memiliki suhu yang cukup tinggi / diatas suhu ruang rata – rata

yaitu 30oC. Karena suhu lingkungan cukup panas, maka yang dilakukan

mencit adalah mendinginkan suhu tubuhnya, sedangkan kadal

memanfaatkan lingkungan hangat itu untuk menghangatkan tubuhnya

sehingga kadal bernafas lebih banyak.

Page 22: Laporan Anfiswan Respirasi

BAB V

KESIMPULAN

Kesimpulan yang dapat ditarik dalam percobaaan ini adalah:

1. Laju respirasi kadal = 1,967 ml/jam/gr

Laju respirasi mencit = 0,227 ml/jam/gr

Laju respirasi ikan = 0,0419 ml/jam/gr

2. Laju respirasi kadal berdasarkan hasil perhitungan kelompok kami, lajunya lebih besar

daripada mencit. Dapat disimpulkan bahwa laju respirasi hewan eksotermal lebih tinggi

daripada hewan endotermal.

3. Laju respirasi ikan pada air biasa = 0,1442 ml/jam/gr

Laju respirasi ikan pada air detergen = 0,0072 ml/jam/gr

4. Hasil perbandingan dengan data seluruh instruk timur, mengindikasikan bahwa jenis

kelamin mempengaruhi laju respirasi. Laju respirasi pada hewan betina lebih rendah

daripada laju respirasi pada hewan jantan. Sedangkan untuk keterkaitan dengan bobot

tubuh hewan, laju respirasi akan sebanding dengan pertambahan bobot tubuh hewan.

Jadi, hewan yang memiliki bobot tubuh yang lebih berat memiliki laju respirasi yang

lebih cepat pula.

Page 23: Laporan Anfiswan Respirasi

DAFTAR PUSTAKA

Anonim 1. 2009. Detergent Occuring in Freshwater.

Anonim 2. 2010. “Mouse Metabolism”.http://csm.jmu.edu/biology/danie2jc/metabolism_lab.htm

(diakses tanggal: 20 Okober 2010, pukul: 02.16)

Biofagri, A.R. 2006. Laporan Praktikum Fisiologi Hewan : Respirasi. Bandung : Sekolah Ilmu

dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung

Campbell, N. A., Reece, J. B., Mitchell, L. G. 2002. BIOLOGI Jl.3 Ed.5. Jakarta: Erlangga. p.

64-65

Carpenter, James. 1952. The Accuracy of The Winkler Method for Dissolved Oxygen Analysis.

Maryland: The Johns IIopkins University.halaman: 135-140.

Depocas,Florent, Hart,S.J.1957. “Use of the Pauling Oxygen Analyzer for Measurement of

Oxygen Consumption of Animals in Open-Circuit Systems and in a Short- Lag, Closed-

Circuit Apparatus”. (diakses tanggal 20 Oktober 2010, pukul: 02.38

Dunson, W.A & C.R. Bramham. 1981. Evaporative Water Loss and Oxygen Consumption of

Three Small Lizards from the Florida Keys: Sphaerodactylus cinereus, S. notatus, and

Anolis sagrei. Journal of Phisiological Zoology.54 : 253-259

Ganong, William F. 1995. Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Kingsley,Richard. 1999. http://www.madsci.org/posts/archives/1999-12/944743327.Gb.r.html.

Diakses tanggal 20 Oktober 2010.

Page 24: Laporan Anfiswan Respirasi

Mallorim. 2009. “Simple Heart and Respiration Rate Measurement”. (diakses tanggal :18

Oktober 2010, pukul: 22.05)

Martini, Federic H. 2006. Fundamentals of Anatomy & Physiology, 7th edition. San Fransisco:

Pearson Education, Inc. p.837-854

Se Dong Min, dkk. 2010. “Noncontact Respiration Rate Measurement System Using an

Ultrasonic Proximity Sensor”. (diakses tanggal: 18 oktober 2010, pukul: 23.29)

Seeley, R.R., T.D. Stephens, P. Tate. 2003. Essentials of Anatomy and Physiology fourth edition.

McGraw-Hill Companies

Toedt, John, Koza, Darrell, Van Cleef-Toedt, Kathleen. 2005. Chemical Composition of

Everyday Product. New York : Greenwood Publishing Group. halaman 11 - 14

Warkentin , Mareike. 2007.” New and Fast Method To Quantify Respiration Rates of Bacterial

and Plankton Communities in Freshwater Ecosystems by Using Optical Oxygen Sensor

Spots”.http://aem.asm.org/cgi/content/short/73/21/6722. (diakses tanggal: 18 Oktober

2010, pukul : 23.18)

http://www.chem-is-try.org/materi_kimia/biologi-pertanian/metabolisme-sel/katabolisme-

respirasi/

http://www.copasmedia.com/?s=SISTEM+RESPIRASI+PADA+HEWAN

http://www.docstoc.com/docs/15177483/Respirasi-sistem

http://id.shvoong.com/exact-sciences/biology/1833673-sistem-pernapasan/

http://www.syiham.co.cc/2010/02/respirasi-pada-manusia.html

http://www.lenntech.com/aquatic/detergents.htm. Diakses pada tanggal 17 Oktober 2010

http://www.biopedia.co.cc/2009/09/thermoregulasi-hewan-berdarah-dingin.html