Laporan Respirasi Modul 1

45
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Skenario Kontes tahan napas Sejumlah siswa kelas 6 sebuah SD di Jakarta berlomba tahan lama menahan napas.Mereka ingin menunjukkan kemampuannya menahan napas lebih lama, tetapi tidak seorangpun yang mampu bertahan lebih dari 60 detik, walaupun ada yang menutup hidungnya dengan jari. 1.2 Kata kunci o Siswa kelas 6 SD o Berlomba tahan lama menahan napas o Tidak mampu menahan napas lebih dari 60 detik o Menutup hidungnya dengan jari 1.3 Identifikasi masalah 1) Jelaskan anatomi dari sistem respirasi 2) Sebutkan saluran – saluran pernapasan 3) Jelaskan peredaran darah ke paru-paru 4) Jelaskan histologi dari sistem respirasi 5) Sebutkan dan jelaskan mengenai struktur dan fungsi sel-sel masing-masing organ respirasi 6) Jelaskan mekanisme pernapasan 7) Jelaskan pengendalian sistem pernapasan 8) Jelaskan apa yang dimaksud dengan ventilasi, perfusi, dan difusi 1

Transcript of Laporan Respirasi Modul 1

Page 1: Laporan Respirasi Modul 1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Skenario

Kontes tahan napas

Sejumlah siswa kelas 6 sebuah SD di Jakarta berlomba tahan lama menahan

napas.Mereka ingin menunjukkan kemampuannya menahan napas lebih lama, tetapi tidak

seorangpun yang mampu bertahan lebih dari 60 detik, walaupun ada yang menutup

hidungnya dengan jari.

1.2 Kata kunci

o Siswa kelas 6 SD

o Berlomba tahan lama menahan napas

o Tidak mampu menahan napas lebih dari 60 detik

o Menutup hidungnya dengan jari

1.3 Identifikasi masalah

1) Jelaskan anatomi dari sistem respirasi

2) Sebutkan saluran – saluran pernapasan

3) Jelaskan peredaran darah ke paru-paru

4) Jelaskan histologi dari sistem respirasi

5) Sebutkan dan jelaskan mengenai struktur dan fungsi sel-sel masing-masing organ

respirasi

6) Jelaskan mekanisme pernapasan

7) Jelaskan pengendalian sistem pernapasan

8) Jelaskan apa yang dimaksud dengan ventilasi, perfusi, dan difusi

9) Jelaskan dampak dari menahan napas lebih dari 60 detik

Mengapa tidak ada yang mampu menahan naps lebih dari 60 detik

Berapa waktu normal menahan napas

Apakah ada perbedaan menahan napas biasa dengan menutup hidung

10) Apakah factor usia, jenis kelamin, dan aktivitas mempengarusi pernapasan ?

11) Jelaskan biokimia dari sistem respirasi

1

Page 2: Laporan Respirasi Modul 1

1.4 Tujuan pembelajaran

Mahasiswa diharapkan dapat menjelaskan tentang konsep dasar anatomi,

histologi, fisiologi, dan biokimia Sistem Respirasi, sehingga dapat menjelaskan peran

sistem respirasi pada manusia sehat dan yang mengalami gangguan sistem respirasi.

Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

1. Menyebutkan anatomi sistem Respirasi

Menyebutkan bagian bagian pada dinding thoraks : tulang, otot, selaput yang

membungkus paru.

Menyebutkan bagian bagian paru.

Menyebutkan bagian bagian saluran napas.

2. Menyebutkan histologi sistem respirasi

Menyebutkan histologi bagian bagian sistem respirasi

3. Menjelaskan fisiologi sistem respirasi

Menjelaskan mekanik pernapasan.

Menjelaskan ventilasi, difusi, perfusi sistem respirasi.

Menjelaskan pengendalian pernapasan.

4. Menjelaskan proses biokimia pada sitem respirasi

Menjelaskan peran paru pada pengaturan asam basa tubuh.

2

Page 3: Laporan Respirasi Modul 1

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Anatomi sistem respirasi

Anatomi saluran udara pernafasan bagian atas atau jalan napas.

Tindakan-tindakan respirologik seperti intubasi trakea, pemeriksaan bronkoskopi, harus

dilakukan melalui saluran udara pernafasn bagian atas ( Hidung, Faring, Laring ). Oleh

karena itu bidang ini perlu pula dipelajari, walaupun termasuk dalam bidang THT.

Anatomi Hidung

Sepertiga anterior rongga hidung dibagi menjadi dua oleh septum nasi.

Septum nasi terdiri dari komponen berikut :

Lamina perpendicularis ossi ethmoidalis

Vormer

Cartilagi septi nasi

3

Page 4: Laporan Respirasi Modul 1

Bagian hidung yang berupa tulang :

Kedua os nasale

Processus frontalis maxillae

Pars nasalis ossi frontalis

Bagian tulang rawan hidung : terdiri dari lima tulang rawan utama

Dua cartilagines nasi laterales

Dua cartilagines alares

Sebuah cartilago septi nasi

Anatomi Faring

Palatum molle membagi faring menjadi dua bagian, yaitu regio nasofaring dan regio

orofaring. Pada nasofaring, terdapat jaringan limfoid yang membentuk lingkaran ; adenoid

termasuk didalamnya. Tonsil yang terletak antara tenggorokan anterior dan posterior

membatasi rongga mulut dengan orofaring.

4

Page 5: Laporan Respirasi Modul 1

Anatomi Laring

Laring terdiri atas kartilago, pita suara, otot

dan ligamentum. Semuanya menjaga agar jalan

napas terbuka selama bernafas dan menutup

ketika sedang menelan.

2.2 Bagian-bagian saluran pernapasan

• Nasal Cavity(rongga hidung)

• Faring

• Trakea

• Bronkus

• Bronkheolus

• Alveolus

5

Page 6: Laporan Respirasi Modul 1

Nasal Cavity (rongga hidung)

• Hidung adalah saluran pernafasan yang pertama. Ketika prosespernafasan

berlangsung, udara yang diinspirasi melalui rongga hidung akanmenjalani tiga proses

yaitu penyaringan (filtrasi), penghangatan, danpelembaban.Di dalamnya terdapat

selaput lendir(Mucous).Selaput lendir(Mocous) berfungsi menangkap benda asing

yang masuk lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan

tebal(Cilia) yang berfungsi menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara.

Juga terdapat konka yang mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi

menghangatkan udara yang masuk.

Faring

• Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran,

yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran

pencernaan (orofarings) pada bagian belakang.

• Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring (tekak) tempat terletaknya pita

suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan menyebabkan pita suara

bergetar dan terdengar sebagai suara.

Juga terdapat katup disebut epiglotis yang berfungsi sebagai pengatur jalan masuk ke

kerongkongan dan tenggorokan.

Laring

Laring atau organ suara merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan

trakea. Laring sering disebut sebagai kotak suara dan terdiri atas :

Epiglotis : daun katup kartilago yang menutupi ostium ke arah laring selama

menelan

Glotis : ostium antara pita suara dalam laring

Kartilago tiroid : kartilago terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk

jakun (Adam’s apple)

Kartilago krikoid : satu-satunya cincin kartilago yang komplit dalamlaring (terletak di

bawah kartilago tiroid)

6

Page 7: Laporan Respirasi Modul 1

Kartilago aritenoid : digunakan dalam gerakan pita suara dengan kartilago tiroid

Pita suara : ligamen yang dikontrol oleh gerakan otot yang menghasilkan bunyi

suara (pita suara melekat pada lumen laring)

Fungsi utama laring adalah untuk memungkinkan terjadinya vokalisasi

Trakea

• Yaitu bagian tenggorokan yang berupa pipa yang panjangnya +/- 10 cm.Dan terletak

sebagian di leher dan sebagian di rongga dada(thorax)

Bronkus

• Merupakan percabangan trakea yang menuju paru-paru kanan dan kiri

Bronkheolus

• Adalah percabangan dari bronkus.Saluran ini lebih halus dan dindingnya lebih tipis.

Alveolus

• Yaitu berupa saluran udara buntu membentuk gelembung-gelembung udara.Dan

berfungsi sebagai permukaan respirasi,luas total mencapai 100 m2.(50 X luas

permukaan tubuh).Cukup untuk melakukan pertukaran gas ke seluruh tubuh.

2.3 Peredaran darah ke paru-paru

Suplai darah pada paru-paru melalui dua arteri,yaitu arteri pulmonalis dan arteri bronkialis.

Arteri bronkialis menyediakan darah yang teroksigenasi dari sirkulasi sistemik untuk

memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan di paru.

Arteri bronkialis merupakan percabangan dari aoarta torakalis dan berjalan sepanjang

dinding posterior bronkus

Vena brongkialis mengalirkan darah ke dalam sistem azigos yang bermuara di vena

kava superior dan mengembalikan darah ke ventrikel kanan. Vena bronkial yang lebih keci

megalirkan ke vena pulmonaris,sirkulasi bronkial tidak berperan dalam pertukaran

gas,sehingga darah tidak teroksigenasi dan menjadi pirau

7

Page 8: Laporan Respirasi Modul 1

Arteria pulmonalis berasal dari ventrikel kanan mengalirkan darah vena campuran ke

paru(pada darah tidak ada pertukaran gas). Darah yang teroksigenasi akan dikembalikan

melalui vena pulmonalis ke ventrikel kiri yang selanjutya akan di bagikan pada sel melalui

sirkulasi sistem.

Disensibilitas yang besar dan resistensi rendah pada jalinan vaskular pulmonar

memungkinkan beban kerja ventrikel kanan yang lebih kecil dibandingkan dengan beban

kerja ventrikel kiri dan memungkinankan kenaikan aliran darah pulmonar yang besar sewaktu

melakukan kegiatan fisik tanpa adanya kenaikan tekanan darah pulmonar yang berarti.

Jika besar tekanan hidrostaltik paru normal yang umumnya sekitar 15 mmHg

melampaui tekanan osmotik koloid darah yang besarnya sekitar 25 mmHg,cairan akan

meninggalkan kapiler paru dan masuk kedalam intertisial atau alveolus,sehingga

mengakibatkan edema paru.

2.4 Histologi dari sistem respirasi

Sistem pernapasan dibagi menjadi 2 bagian.

Bagian konduksi

Yang terdiri atas rongga hidung, nasofaring, laring, trakea, bronki, bronkiolus, dan

bronkiolus terminalis.

Bagian respirasi

Yang terdiri atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, dan alveoli.

o Epitel respirasi

Sebagian besar bagian konduksi dilapisi epitel bertingkat silindris bersilia yang

mengandung banyak sel goblet dan dikenal sebagai epitel respirasi. Dan khas dengan lima

jenis :

Sel silindris bersilia adalah sel yang terbanyak setiap sel memiliki lebih kurang 300 silia

pada permukaan apikalnya. Selain itu di bawah silia terdapat banyak mitrokondria kecil yang

menyediakan ATP untuk pergerakan silia.

Sel goblet mukosa, sel terbanyak kedua. mengandung droplet mucus yang terdiri atas

glikoprotein.

8

Page 9: Laporan Respirasi Modul 1

Sel sikat, banyaknya mikrovili pada permukaan apikalnya. Mempunyai ujung saraf aferen

pada permukaan basalnya dan dipandang sebagai reseptor sensorik.

Sel basal (pendek), sel bulat kecil yang terletak diatas lamina basal namun tidak meluas

sampai permukaan lumen epitel. Dan diduga merupakan sel induk generatif yang mengalami

mitosis dan kemudian berkembang menjadi jenis sel lain.

Sel granul kecil, mirip sel basal kecuali sel ini memiliki banyak granul berdiameter 100-300

nm dengan bagian pusat yang padat.

Foto yang menggambarkan komponen utama dari epitel respirasi.

RONGGA HIDUNG

Terdiri atas 2 struktur

Vestibulum (luar)

Bagian paling anterior dan paling luar dari rongga hidung, di dalam vestibulum,

epitelnya tidak berlapis tanduk lagi dan beralih menyjadi epitel respirasi sebelum memasuki

fosa nasalis.

Fosa nasalis (kavum nasi)

Didalam tengkorak terletak 2 bilik kavernosa yang dipisahkan oleh septum nasi oseosa.

Dari masing-masing dinding lateral, keluar tiga tonjolan bertulang mirip rak yang dikenal

9

Page 10: Laporan Respirasi Modul 1

sebagai konka. Diantara konka superior, media dan inferior, hanya konka media dan inferior

yang ditutupi oleh epitel respirasi. Konka superior ditutupi epitel olfaktorius khusus.

Menghidu (olfaction)

Kompreseptor olfaktoius terletak pada epitel olfaktorius, daerah khusus membrane

mukosa konka superior yang terletak diatap rongga hidung. Pada manusia luasnya sekitar 10

cm2 dengan tebal sampai um. Epitel ini merupakan epitel bertingkat silindris yang terdiri atas

3 jenis sel.

o Sel penyongkong, memiliki apeks silindris yang besar dan basis yang lebih sempit.

Sel-sel ini mengandung pigmen kuning muda yang menimbulkan warna mukosa

olfaktorius ini.

o Sel-sel basal, berukuran kecil, bentuknya bulat atau kerucut dan membentuk suatu

lapisan pada basis epitel.

o Sel-sel olfaktorius, diantara sel-sel basal dan sel penyongkong. Terletak dibawah inti

sel penyongkong. Apeksnya (dendrit) memiliki daerah yang meninggi dan melebar.

Pengondisian udara

Mukosa bagian konduksi dilapisi epitel respirasi khusus, dan terdapat banyak kelenjar

mukosa dan serosa serta jalinan vascular superfisial yang luas dilamina propria.

Foto Mukosa olfaktorius

memperlihatkan tiga jenis sel

(penyongkong, olfaktorius dan basal)

dan sebuah kelenjar bowman.

SINUS PARANASAL

Adalah rongga tertutup dalam tulang frontal, maksila, etmoid dan sfenoid. Sinus-sinus

ini dilapisi oleh epitel respirasi yang lebih tipis dan sedikit mengandung sel goblet. Lamina

proprianya mengandung sedikit kelenjar kecil dan menyatu dengan periosteum dibawahnya.

10

Page 11: Laporan Respirasi Modul 1

NASOFARING

Bagian pertama faring, yang berlanjut sebagai orofaring kearah kaudal, yaitu bagian

oral dari organ ini. Nasofaring Dilapisi oleh epitel respirasi pada bagian yang berkontak

dengan palatum molle.

LARING

Di dalam lamina propria, terdapat sejumlah tulang rawan laring. Tulang rawan yang

lebih besar (tiroid, krikorid, dan kebanyakan arytenoid) merupakan tulang rawan hialin.

Tulang rawan yang lebih kecil (epiglotis, kuneiformis, kornikulatum, dan ujung arytenoid)

merupakan tulang rawan elastis.

Epiglotis, yang terjurung keluar dari tepian laring, meluas kedalam faring dan memiliki

permukaan lingual dan laryngeal, seluruh y ditutupi oleh epitel berlapis gepeng. Pada

permukaan laryngeal didekat basis epiglotis, epitelnya beralih menyjadi epitel bertingkat

silindris bersilia. Dibawah epitel terdapat kelenjar campuran mukosa dan serosa.

Dibawah epiglotis, mukosanya membentuk dua pasang lipatan yang meluas kedalam

lumen laring.

Pasangan atas membentuk pita suara palsu (plika vestibularis), yang ditutupi epitel

respirasi yang dibawahnya terdapat banyak kelenjar serosa didalam lamina propria. Pasangan

lipatan bawah membentuk pita suara sejati.

TRAKEA

Dilapisi mukosa respirasi khas. Di dalam lamina propria, terdapat 16-20 cincin tulang

rawan hialin berbentuk C yang menjaga lumen trakea tetep terbuka dan terdapat banyak

kelenjar seromukosa yang menghasilkan mucus yang lebih cair.

Kontraksi otot dan penyempitan lumen trakea yang ditimbulkan terjadi pada reflex

batuk. Lumen trakea yang mengecil akibat kontraksi meningkatkan kecepatan aliran udara

ekspirasi, yang membantu membersihkan jalan napas.

11

Page 12: Laporan Respirasi Modul 1

S ediaan trakea yang memperlihatkan epitel

respirasi dengan sel goblet dan sel silindris

bersilia. Juga tampak kelenjar serosa didalam

lamina propria dan tulang rawan hialin.

Cairan mukosa yang dihasilkan sel goblet dan

sel kelenjar membentuk lapisan yang

memungkinkan pergerakan silia untuk

mendorong partikel asing keluar sistem

pernapasan.

PERCABANGAN BRONKUS

Trakea bercabang menjadi 3 bronkus primer yang memiliki paru dihilus. Di setiap

hilus, arteri masuk, dan vena beserta pembuluh limfe keluar. Struktur ini dikelilingi jaringan

ikat padat dan membentuk satu kesatuan yang disebut akar paru.

Setelah memasuki paru bronkus primer berjalan ke bawah dan keluar, memberikan 3

cabang bronkus di paru kanan dan 2 cabang di paru kiri. Dan masing-masing memasok

sebuah lobus paru. Bronkus lobaris ini kemudian bercabang lagi menyjadi bronkus yang lebih

kecil, dengan bagian ujung cabangnya disebut bronkiolus. Setiap bronkiolus memasuki

lobules paru, dan bercabang menyjadi 5-7 bronkiolus terminalis.

Lobules paru berbentuk pyramid, dengtan bagian apeksnya mengarah ke hilus paru.

Setiap lobulus dibatasi oleh septum jaringan ikat tipis, yang paling jelas terlihat pada fetus.

Bronkus primer biasanya memiliki tampilan histologic yang serupa dengan trakea.

Makin kearah bagian respirasi, akan tampak penyederhanaan susunan histologis baik pada

epitel maupun pada lamina propia dibawahnya.

Bronkus

Setiap bronkus primer bercabang secara dikotom sebanyak 9-12 kali, dan masing-

masing cabang makin mengecil sehingga tercapai diameter sekitar 5 mm. kecuali susunan

12

Page 13: Laporan Respirasi Modul 1

tulang rawan dan otot polosnya, mukosa bronkus secara stuktural mirip dengan mukosa

trakea. Tulang rawan bronkus berbentuk lebih tidak teratur dari pada tulang rawan trakea.

Pada bagian bronkus yang lebih besar, cincin tulang rawan menglilingi seluruh lumen.

Dengan mengecilnya garis tengah bronkus, cincin tulang rawan digantikan oleh lempeng-

lempeng atau pulau-pulau tulang rawan hialin. Di bawah epitel, dalam lamina propria

bronkus tampak adanya lapisan otot polos yang terdiri atas anyaman berkas otot polos yang

tersusun menyilang. Berkas otot polos lebih jelas terlihat di dekat bagian respirasi.

Pengerutan otot yang terjadi setelah kematian adalah hal yang menyebabkan penampilan

mukosa bronkus menyjadi berlipat-lipat pada sediaan histologi. Lamina propria banyak

mengandung serat elastin dan memiliki banyak kelenjar serosa dan mukosa, dengan saluran

yang bermuara kedalam lumen bronkus. Banyak limfosit yang berada didalam lamina propria

dan diantara sel-sel epitel. Terdapat kelenjar getah bening dan terutama banyak dijumpai di

tempat percabangan bronkus.

s truktur sebuah bronkus. Otot polos

terdapat disepanjang percabangan

bronkioli, termasuk bronkiolus

respiratorius. Kontraksi otot ini

berakibat terlipatnya mukosa. Serat

elastin dalam bronkus berlanjut kedalam

bronkiolus, bagian bawah gambar

menampakkan bagian dengan jaringan

ikat yang sudah dihilangkan sehingga terlihat serat-serat elastin dan otot polosnya.

Bronkus besar

Bronkiolus

13

Page 14: Laporan Respirasi Modul 1

Jalan napas intralobular berdiameter 5 mm atau kurang, tidak memiliki tulang rawan

maupun kelenjar dalam mukosanya, hanya terdapat sebaran sel goblet didalam epitel segmen

awal. Pada bronkiolus yang lebih besar, epitelnya adalah epitel bertingkat silindris bersilia,

yang makin sederhana dan makin memendek sampai menyjadi epitel selapis silindris bersilia

atau selapis kuboid pada bronkiolus terminalis yang lebih kecil. Epitel bronkiolus terminalis

juga mengandung sel clara.

Lamina propria bronkiolus sebagian besar terdiri atas otot polos dan serat elastin. Otot-

otot bronki dan bronkioli berada dibawah kendali nervus vagus dan susunan saraf simpatis.

Bronkiolus respiratorius

Mukosa bronkiolus respiratorius secara structural identik dengan mukosa bronkiolus

terminalis kecuali dindingnya yang diselingi oleh banyak alveolus tempat pertukaran gas.

Bagian bronkiolus respiratorius dilapisi oleh epitel kuboid bersilia dan sel clara, tetapi pada

tepi muara alveolus, epitel bronkiolus menyatu dengan sel-sel alveolus gepeng. Diantara

alveolus, epitel bronkiolusnya terdiri atas epitel kuboid bersilia. Otot polos dan jaringan ikat

elastis terdapat di bawah epitel bronkiolus respiratorius.

Fotomikrografi sediaan dinding bronkiolus

terminalis, tidak ada tulang rawan namun

terdapat lingkaran otot polos yang tidak utuh.

14

Page 15: Laporan Respirasi Modul 1

Sediaan bronkus terminalis dengan sebagian kecil bronkiolus respiratorius yang berlanjut

sebagai duktus alveolaris dan banyak alveolus.

Fotomikrografi irisan tebal paru yang

memperlihatkan sebuah bronkiolus

respiratorius, yang memiliki alveoli. Tampilan

paru yang mirip busa disebabkan banyaknya

alveoli dan sakus alveolaris.

Duktus alveolaris

Duktus alveolaris dan alveolus dilapisi oleh sel alveolus gepeng yang sangat halus.

Dalam lamina propria yang mengelilingi tepian alveolus terdapat anyaman sel otot polos.

Berkas otot polos mirip sfingter ini tampak sebagai tombol diantara alveoli yang berdekatan.

Otot polos tidak lagi dijumpai pada ujung distal duktus alveolaris. Matriks serat-serat elastin

dan kolagen merupakan satu-satunya penunjang bagi duktus serta alveolinya.

Duktus alveolaris bermuara kedalam atrium, yang berhubungan dengan sarkus

alveolaris.

Alveolus

15

Page 16: Laporan Respirasi Modul 1

Secara structural, alveolus menyerupai kantung kecil yang terbuka pada satu sisinya,

yang mirip dengan sarang lebah. Didalam struktur mangkuk ini, berlangsung pertukaran O2

dan CO2 antara udara dan darah. Struktur dinding alveolus dikhususukan untuk memudahkan

dan memperlancar difusi antara lingkungan luar dan lingkungan dalam. Umumnya, setiap

dinding terletak diantara dua alveolus yang bersebelahan dan karenannya disebut sebagai

septum atau dinding interalveolar. Satu septum interaveolar terdiri atas dua lapis epitel

gepeng tipis, dengan apiler, fibroblast, serat elastin dan retikulin, matriks dan sel jaringan ikat

di antara kedua lapisan tersebut. Kapiler dan jaringan ikat membentuk interstisium. Didalam

interstisium septum interaveolar terdapat jalinan kapiler terluas di dalam tubuh.

Gambar skematis 3 dimensi alveoli paru yang memperlihatkan struktur septum intraveolar.

Perhatikan kapiler, jaringan ikat, dan makrofag. Sel-sel ini juga terlihat di dalam atau

bergerak kedalam lumen alveolus. Pori-pori alveolus banyak dijumpai. Sel tipe II dikenali

dari banyaknya mikrovili apical. Alveoli dilapisi dengan lapisan epitel utuh dari sel-sel tipe I.

2.5 Struktur dan fungi sel-sel dari masing-masing organ respirasi

Sistem respirasi berfungsi untuk menyelenggarakan pengambilan oksigen oleh darah

dan untuk pembuangan karbondioksida.Tempat terjadinya pertukaran gas terdapat dalam

jaringan paru yang terletak di dalam rongga dada.

Jaringan paru dihubungkan dengan lingkungan luar melalui serangkaian saluran yaitu

hidung, faring, laring, trakea dan bronki.Saluran tersebut relatif kaku dan tetap terbuka dan

secara keseluruhan merupakan bagian konduksi dari sistem pernafasan.

16

Page 17: Laporan Respirasi Modul 1

Bagian konduksi memiliki fungsi selain merupakan saluran udara, juga menapis benda-

benda berbentuk yang terdapat di dalam udara inspirasi, membasuh dan melembabkan udara

serta menghangatkan atau menyejukkan udara, tergantung suhu udara sekeliling

HIDUNG

Hidung merupakan bangunan berongga terbagi oleh suatu sekat di bagian tengah

menjadi rongga hidung kanan dan kiri. Rongga di bagian depan berhubungan keluar melalui

nares anterior (nostril) dan bagian belakang berhubungan dengan bagian atas faring, yaitu

nasofaring, melalui nares posterior.

Masing-masing rongga hidung disusun oleh dinding kaku terdiri atas tulang dan tulang

rawan hialin, kecuali nares anterior yang dindingnya disusun oleh jaringan ikat fibrosa serta

tulang rawan, dan bentuknya dapat berubah-ubah karena adanya gerakan otot.

Masing-masing rongga hidung dibagi menjadi bagian vestibulum yaitu bagian yang

lebih lebar yang terletak tepat di belakang nares anterior, dan selebihnya adalah bagian

respirasi.

Permukaan hidung ditutupi oleh kulit yang mengandung kelenjar sebasea besar yang

meluas ke bagian depan vestibulum nasi, tempat terdapatnya kelenjar sebasea, kelenjar

keringat dan folikel rambut, dengan rambutnya yang kaku dan kasar. Rambut tersebut

berfungsi menapis benda-benda kasar yang terdapat di dalam udara inspirasi.

Di bagian yang lebih ke dalam dari vestibulum nasi, epitelnya berlapis gepeng tanpa

lapisan tanduk, dan di bagian respirasi rongga hidung, epitelnya beralih menjadi epitel

bertingkat silindris bersilia dan bersel Goblet yang disebut sebagai epitel respirasi.

Selain sel bersilia dan sel Goblet, terdapat juga sel basal yang dianggap merupakan sel

induk yang dapat berkembang menjadi sel jenis lain. Lapisan epitel terletak di atas lamina

basal dan di bawahnya terdapat lamina propria yang mengandung sejumlah kelenjar

tubuloalveolar bercabang.

Kelenjar tersebut adalah kelenjar mukosa dan serosa, dengan sebagian di antaranya

memiliki alveoli campuran, mirip kelenjar liur kecil.Lamina propria mengandung pula

sekelompok kecil jaringan limfatik, terutama di bagian belakang dekat nasofaring, dan sel-sel

mononuklir (fagosit), seringkali menyerbuki jaringan itu.

17

Page 18: Laporan Respirasi Modul 1

Lapisan terdalam lamina propria bersatu dengan periosteum atau perikondrium dari

tulang atau tulang rawan dinding rongga hidung, menyusun suatu mukoperiosteum atau

mukoperikondrium.

ALAT PENGHIDU

Pada setiap puncak rongga hidung dan meluas ke bawah, di atas konka nasalis superior,

serta di bagian sekat hidung di dekatnya, terdapat suatu daerah berwarna coklat kekuningan

(pada selaput lendir segar).

Daerah ini mengandung reseptor penghidu, disebut “daerah olfaktoria” atau “mukosa

olfaktoria”.Epitel olfaktoria adalah epitel bertingkat silindris tanpa sel Goblet, dengan lamina

basal yang tidak jelas.

Epitel olfaktoria disusun oleh tiga jenis sel yaitu :

1. Sel penyokong

2. Sel basal

3. Sel olfaktoris

SINUS PARA NASAL

Sinus paranasal merupakan rongga-rongga berisi udara yang terdapat dalam tulang-

tulang tengkorak, dan berhubungan dengan rongga hidung.

Terdapat empat sinus yaitu :

1. Sinus maksilaris

2. Sinus frontalis

3. Sinus etmoidalis

4. Sinus sfenoidalis

Epitel yang membatasi sinus-sinus paranasal merupakan lanjutan dari epitel hidung

yaitu epitel bertingkat silindris bersilia.Memiliki sedikit sel Goblet dan lamina basal kurang

berkembang.Mengandung lebih sedikit kelenjar dibanding yang ada di hidung, serta tidak

mengandung jaringan erektil.Lapisan terdalam bersatu dengan periosteum.

18

Page 19: Laporan Respirasi Modul 1

NASO FARING

Faring adalah suatu ruang pipih dengan belakang yang dilalui oleh udara dan makanan.

Dapat dibagi menjadi :

1. Nasofaring : Terletak di bawah dasar tengkorak, di belakang nares posterior, dan

di atas palatum mole.

2. Orofaring : Terletak di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah

3. Laringofaring: Terletak di belakang laring.

LARING

Laring merupakan saluran nafas yang menghubungkan faring dengan trakea.Berfungsi

sebagai saluran udara, juga berperan penting dalam pembentukan suara (fonasi).Pada

dindingnya terdapat kerangka tulang rawan hialin dan tulang rawan elastis, sejumlah jaringan

ikat, otot rangka, dan kelenjar mukosa.

Tulang-tulang rawan utama pada laring adalah tiroid, krikoid, dan aritenoid yang

merupakan tulang rawan hialin. Tulang-tulang lain yang lebih kecil adalah kornikulata,

kuneiformis, dan ujung aritenoid adalah merupakan tahap rawan elastis.

TRAKEA

Merupakan saluran kaku yang panjangnya 10 – 12 cm dan bergaris tengah 2 – 2,5 cm.

Trakea mempunyai dinding relatif tipis, lentur, dan berkemampuan untuk memanjang saat

bernafas dan gerakan badan.

Tetap terbukanya trakea disebabkan oleh tunjangan serangkaian tulang rawan

berbentuk tapal kuda berjumlah kira-kira 20, yang tidak beraturan, tersusun dari atas ke

bawah dengan bagian terbuka mengarah ke belakang.Celah yang relatif sempit diantara

cincin-cincin tulang rawan hialin yang berdekatan, diisi oleh jaringan ikat fibrosa yang

menjadi satu dengan perikondrium cincin tulang rawan.

Di sebelah belakang, pada celah di antara ujung masing-masing tulang rawan berbentuk

tapal kuda, terdapat anyaman berkas otot polos (muskulus trakealis) dan ujung berjalan

transversal dan melekat pada tulang rawan dan jaringan ikat elastis, sehingga pada saat

berkontraksi, akan memperkecil penampang trakea.

19

Page 20: Laporan Respirasi Modul 1

Di sebelah luar saluran terdapat jaringan ikat jarang (tunika adventisia) yang

mengandung pembuluh darah dan saraf (autonom) yang mengurus trakea.

PARU

PERCABANGAN BRONKUS

Paru merupakan sepasang organ terletak di dalam rongga dada pada tiap-tiap sisi dari

mediastinem, yang berisi jantung dan pembuluh darah besar, esofagus, bagian bawah trakea

dan sisa-sisa kelenjar timus.Pada tiap sisi rongga dada dilapisi oleh selaput tipis, yaitu pleura

parietalis.

Pada hilus paru, pleura parietalis akan melipat di atas paru sebagai pleura viseralis.

Rongga pleura merupakan ruangan potensial di antara pleura parietalis dan viseralis yang

mengandung sedikit cairan serosa.

BRONKUS

Susunan bronki ekstrapulmonal sangat mirip trakea dan hanya berbeda dalam garis

tengahnya yang lebih kecil.Pada bronki utama, cincin tulang rawan juga tidak sempurna,

celah pada bagian posterior ditempati oleh otot polos.

Bronkus intropulmonal tampak bulat dan tidak memperlihatkan bagian posterior yang

rata, seperti pada trakea atau bronkus ekstrapulmonal.

Hal ini disebabkan oleh tidak terdapatnya cincin tulang rawan berbentuk huruf C,

melainkan terdiri dari lempeng-lempeng tulang rawan hialin yang bentuknya tidak beraturan

dan sebagian melingkari lumen secara lengkap.

Pada potongan melintang tampak sebagai beberapa potongan kecil tulang rawan

mengelilingi lumen.

BRONKIOLUS

Bronkiolus besar dibatasi oleh epitel selapis silindris bersilia dengan sedikit sel

Goblet.Pada bronkiolus kecil, epitelnya selapis kubis bersilia.Di antara sel-sel itu, tersebar

sejumlah sel silindris berbentuk kubah, tidak bersilia, bagian puncaknya menonjol ke dalam

lumen.

20

Page 21: Laporan Respirasi Modul 1

Sel ini disebut sel bronkiolar atau sel Clara.Sel ini bersifat sel sekresi, diduga ikut

berperan membentuk cairan bronkiolar yang mengandung protein, glikoprotein, dan

kolesterol.Sel tersebut juga mengeluarkan sejumlah kecil surfaktan yang terdapat di dalam

sekret bronkiolar.

Lamina propria terutama disusun oleh berkas otot polos yang cukup menyolok serta

serat-serat elastis.

BRONKIOLUS TERMINALIS

Bronkiolus terminalis dibatasi oleh epitel selapis kubis bersilia. Di sana sini di antara

epitel selapis kubis tak bersilia. Lamina propria mengandung otot polos dan serat

elastis.Banyak jaringan elastis pada dinding bronki dan di seluruh jaringan pernafasan,

memungkinkan paru mengembang waktu inspirasi, dan pilinan serat elastis membantu

kontraksi paru waktu ekspirasi.Lendir dan silia menangkap benda-benda tertentu dan

menyingkirkannya dari sistem respirasi.

Adanya sekresi juga akan melembabkan udara inspirasi. Pada bronkiolus terkecil yang

tidak mempunyai silia, makrofag akan mengambil alih fungsi dengan jalan memfagosit

benda.

BRONKIOLUS RESPIRATORIUS

Respirasi dijumpai mulai dari bronkiolus respiratorius sampai alveolus.Bronkiolus

respiratorius dilapisi oleh epitel selapis kubis yang dilanjutkan dengan epitel selapis gepeng.

Pada dinding bronkiolus respiratorius diselingi oleh alveolus tempat terjadinya

pertukaran gas dan alveolusnya masih jarang-jarang.Di dalam lamina propria mengandung

otot polos.

DUKTUS ALVEOLARIS

Duktus alveolaris adalah saluran berdinding tipis, dilapisi oleh epitel selapis

gepeng.Pada dindingnya mengandung banyak alveolus.Masih dijumpai otot polos pada

dindingnya.

21

Page 22: Laporan Respirasi Modul 1

ATRIA, SAKUS ALVEOLARIS, DAN ALVEOLI

Duktus alveolaris bermuara ke dalam atria, yaitu suatu ruang tak teratur atau

gelembung tempat alveoli dan sakus alveolaris bermuara.Biasanya dua atau lebih sakus

alveolaris muncul dari tiap atria.

Sakus alveolaris adalah sekelompok alveoli yang bermuara ke dalam suatu

ruangan.Alveoli bentuknya polihedral atau heksagonal.Masing masing alveolus dilapisi epitel

selapis gepeng yang sangat halus tapi sempurna.

Pada potongan tipis dapat dilihat adanya celah pada septum sehingga memungkinkan

hubungan antara dua alvioli yang saling berdampingan.Celah ini disebut porus alveolaris.

2.6 Mekanisme pernapsan

Paru paru dan dinding dada adalah struktur yang elastis. Dalam keadaan normal

terdapat lapisan cairan tipis antara paru paru dan dinding dada sehingga paru paru dengan

mudah bergeser pada dinding dada. Tekanan pada ruangan antara paru-paru dan dinding dada

berada dibawah tekanan atmosfer. Paru paru teregang dan berkembang pada waktu bayi baru

lahir. Pada akhir ekspirasi tenang, cenderung terjadi “recoil” (berkerut) dinding dada yang

diimbangi oleh kecendrungan dinding dada berkerut ke arah yang berlawanan .

Otot diagfragma yang terletak di bagian dalam dan luar interkostalis kontraksinya

bertambah dalam. Rongga toraks menutup dan mengeras ketika udara masuk ke dalam paru

paru, diluar m.interkostalis menekan tulang iga dan mengendalikan luas rongga toraks yang

menyokong pada saat ekspirasi sehingga bagian luar interkostalis dari ekspirasi menekan

bagian perut. Kekuatan diagfragma ke arah atas membantu mengembalikan volume rongga

pleura

Pada waktu menarik napas dalam maka otot berkontraksi, tetapi pengeluaran

pernapasan dalam proses yang pasif. Ketika diagfragma menutup dalam, penarikan napas

melalui isi rongga dada kembali membesar paru paru dan dinding badan bergerak hingga

diagfragma dan tulang dada menutup ke posisi semula. Aktivitas bernapas merupakan dasar

yang meliputi gerak tulang rusuk sewaktu bernapas dalam dan volume udara bertambah.

22

Page 23: Laporan Respirasi Modul 1

Mekanika Pernapasan

Pernapasan eksternal à difusi 02 dan CO2 melalui membran kapiler alveolus

Pernapasan internal à proses transfer 02 dan CO2 antara kapiler-kapiler dan sel

tubuh

Inspirasi

Otot-otot inspirasi yang terpenting adalah ‘diafragma’ (sekat rongga badan)

Bila otot tersebut berkontraksi, isi abdomen tertekan ke bawah dan ke depan dan

dengan demikian dimensi vertical rongga dada meningkat. Tambahan pula iga-iga

terangkat ke atas dan bergerak (berpindah) ke depan, menyebabkan peningkatan

dalam diameter transversal thorax.

Otot-otot inspirasi pembantu (otot-otot inspirasi accessorius) adalah termasuk otot-

otot scalenius yang mengangkat sternum dan dua iga pertama. Pada pernafasan biasa

aktivitas otot-otot ini adalah kecil akan tetapi pada waktu latihan otot dapat

berkontraksi dengan sangat kuat. Otot-otot lain yang perannya kecil termasuk alae

nasi yang menyebabkan hidung melebar dan otot-otot kecil di leher dan kepala.

Ekspirasi

Ekspirasi bersifat pasif selama pernapasan biasa. Paru dan dinding dada bersifat

elastic dan cenderung kembali pada posisi semula setelah mengembang secara aktif

pada waktu inspirasi. Selama latihan dan hyperventilasi volunteer, ekspirasi menjadi

aktif.

Otot-otot ekspirasi yang terpenting adalah otot-otot dinding perut, termasuk m. rectus

abdominis, m. obliquus interna et externa, dan m. transverses abdominis. Jika otot-

otot ini berkontraksi, tekanan intra-abdominal meninggi menyebaabkan diafragma

terdorong kearah atas.

Otot-otot intercostals interna (otot-otot sela-iga dalam) membantu ekspirasi aktif

dengan jalan menarik iga-iga ke arah bawah (caudal) dan ke arah dalam (antagonis

dengan otot iga eksternal), jadi menurunkan volume thorax (rongga dada), tambahan

pula otot-otot ini memperkuat ruang sela iga untuk mencegah mencuatnya keluar pada

waktu ketegangan.

23

Page 24: Laporan Respirasi Modul 1

2.7 Pengendalian sistem respirasi

Dalam kondisi laju respirasi yang tidak seimbang, tubuh akan berusaha mengembalikan

kondisi tersebut dengan mekanisme homeostasis tubuh yang khas.

Mekanisme homeostasis yang terjadi meliputi :

1. perubahan aliran darah dan transport oksigen pada level lokal

2. perubahan laju respirasi di bawah kontrol pusat respirasi otak.

Perubahan aliran darah dan pemasukan oksigen pada level lokal

Mekanisme ini merupakan mekanisme pengaturan aliran darah dan aliran udara, sebagai

respon atas tekanan parsial gas CO2 dan O2. Pengaturan aliran darah erat kaitannya dengan

tekanan parsial O2. Bila PO2 rendah, maka pembuluh kapiler alveolar akan mengalami

vasokonstriksi. Sedangkan bila PO2 tinggi, pembuluh kapiler alveolar akan berdilatasi,

sehingga banyak O2 yang diabsorpsi oleh darah.

Mekanisme pengaturan aliran udara diatur oleh aktivitas otot polos bronkiolus. Otot

polos yang terdapat pada dinding bronkiolus sangat sensitif terhadap tekanan parsial CO2 di

udara. Kadar CO2 yang tidak sesuai akan “dikenali” oleh otot polos ini, lalu memberikan

respon berupa bronkokonstriksi atau bronkodilatasi. Bila PCO2 rendah, maka bronkiolus

akan berkonstriksi. Sedangkan bila PCO2 tinggi, akan terjadi bronkodilatasi.

Kedua mekanisme yang terjadi merupakan suatu reaksi otomatis yang dilakukan tubuh, tanpa

pengaruh dari sistem saraf pusat maupun perifer.

Perubahan laju respirasi di bawah kontrol pusat respirasi otak

Kontrol respirasi diatur oleh komponen involunter dan volunter. Pusat involunter di otak

mengatur kerja otot respirasi dan ventilasi pulmoner. Sedangkan pusat volunter mengatur

output respirasi melalui kontrol pusat pernapasan di medula oblongata atau pons, dan neuron

motorik pada sumsum tulang belakang yang mengatur otot respirasi. Motor neuron pada

sumsum tulang belakang ini berperan dalam proses refleks respirasi, namun dapat juga diatur

secara volunter melalui jalur.

2.8Ventilasi , difusi, dan perfusi

Ventilasi : Proses keluar masuknya gas-gas ( O2 dan CO2 ) dari luar ke dalam

24

Page 25: Laporan Respirasi Modul 1

paru dan sebaliknya.

Terdapat 3 tekanan penting yang berperan dalam ventilasi :

1. Tekanan Atmosfer (760 mmHg)

2. Tekanan intra-alveolus

3. Tekanan intrapleura (756 mmHg)

Difusi : Proses gas-gas melewati membran alveoli dan kapiler pulmonal.

Proses difusi ini dilakukan dari tekanan yang tinggi ke tekanan rendah.

Kekuatan pendorong untuk melakukan perpindahan ini adalah tekanan

parsial.

O2 Inspirasi

Tekanan parsial Alveoli (100 mmHg) & Tekanan Parsial kapiler (40mmHg)

/(TP Alveoli O2 > TP Kapiler O2)

O2 berdifusi dari membran alveoli ke kapiler

CO2 Ekspirasi

/Tekanan Parsial Alveoli CO2 < Tekanan Parsial Kapiler CO2

CO2 dari kapiler darah berdifusi ke alveolus ke atmosfer

O2

Paru ( vena pulmonal ( Jantung (Atrium Sinistra) ( Ventrikel Sinistra ( Arteri sistemik

( Seluruh tubuh sampai jaringan ( Digunakan untuk metabolisme untuk menghasilkan energi.

CO2

Jaringan ( Vena Sistemik ( Jantung (Atrium Dextra) ( Ventrikel Dextra ( Arteri pulmonal

( Paru ( Ke Atmosfer

Perfusi : Perfusi paru adalah gerakan aliran darah melewati sirkulasi paru untuk

dioksigenasi. Dimana pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang

mengalir pada arteri pulmonalis dari ventrikel dextra jantung. Darah ini

25

Page 26: Laporan Respirasi Modul 1

memperfusi paru bagian respirasi dan ikut dalam pertukaran O2 dan CO2

di alveolus dan kapiler.

2.9 Ketahanan napas anak kelas 6 sd

Bernapas ( Kebutuhan utama seluruh manusia. Dan seseorang mungkin bisa bertahan

tidak makan atau minum selama beberapa hari, namun tidak mungkin ada yang bisa untuk

bertahan hidup tanpa sedikitpun bernapas selama itu. Bernapas menjadi sangat penting bagi

kehidupan manusia, dan banyak orang yang tidak memperhatikan cara bernapas secara baik,

efisien dan benar. Dalam kehidupan sehari - hari banyak manusia hanya menggunakan 20-

30% dari kapasitas paru-parunya untuk bernapas. Kebutuhan oxygen didalam darah,

pembuluh syaraf dan otak dipenuhi dengan cara bernapas. Kemudian darah akan menyerap

oxygen dari udara yang dihirup dan masuk kedalam paru paru. Darah membawa oxygen ke

bagian tubuh yang membutuhkan.

1. Bagaimana dampak menahan nafas lebih dari 60 detik pada anak kelas 6 SD Jakarta??..

Nafas menjadi sesak .

Nafas menjadi pendek.

Tubuh menjadi lemah.

Rentan terhadap berbagai penyakit

Terhentinya aliran darah ( ke jantung & otak ( penyumbatan dan penggumpalan

darah ( kematian mendadak ( jantung &otak tidak dapat memenuhi kebutuhan

oksigennya.

2. Mengapa anak-anak kelas 6 SD tidak kuat untuk menahan nafas lebih dari 60 detik??..

Karena faktor kebiasaan (life style).

Seorang yang tidak terlatih hanya bisa bertahan tidak bernapas antara 30 s/d 60

second, sementara seorang yang terlatih bisa > dari itu. Ada yang sanggup

menahan napas antara 1 s/d 5 menit, contohnya seperti para penyelam alami yang

biasa menyelam dilautan tanpa alat bantu. Pada orang yang terlatih, penurunan

fungsi paru lebih kecil dibandingkan dengan seorang yang tidak terlatih (Guyton &

Hall, 1996).

Volume paru-paru mencapai nilai maksimal pada usia antara 19 - 21 tahun.

3. Berapa waktu maksimal tahan nafas pada anak-anak?

26

Page 27: Laporan Respirasi Modul 1

Bayi di bawah 2 bulan, tarikan napasnya 60 kali per menit.

bulan sampai 1 tahun, frekuensinya 50 kali per menit.

Di atas 1 tahun menjadi 40 kali per menit.

Normalnya frekuensi pernapasan ( intensitas memasukkan (inspirasi) dan

mengeluarkan (ekspirasi) udara per-menitnya. Pada umumnya ( tiap manusia

berkisar antara 16 - 18 kali tiap menitnya.

4. Apa perbedaan antara menahan nafas biasa (normal) & dengan nafas kuat (menutup

hidung atau benda-benda tertutup)??..

Pada keadaan menahan napas diakhir inspirasi biasa (normal), waktu saat breaking

point lebih lama dibandingkan pada akhir ekspirasi biasa (normal) ( Pada akhir inspirasi biasa

(normal) tekanan O2 (oksigen) lebih tinggi dibandingkan tekanan CO2 (karbon dioksida) yang

memungkinkan seseorang menahan napas lebih lama.

Dan pada akhir inspirasi tunggal kuat dan ekspirasi tunggal kuat, waktu yang

dibutuhkan untuk breaking point lebih lama pada akhir inspirasi tunggal kuat ( Jumlah O2

(oksigen) yang masuk kedalam paru > banyak dibandingkan saat inspirasi biasa. Sedangkan

saat ekspirasi tunggal yang kuat akan dikeluarkan O2 (oksigen) > banyak dibanding saat

ekspirasi biasa ( dan oleh karena itu pada ekspirasi tunggal kuat akan lebih cepat.

Saat orang menahan napas dengan menutup hidung (benda tertutup) kantong plastik

berisi O2 (oksigen) breaking point yang terjadi akan lebih lama dibanding saat bernapas

menggunakan kantong berisi CO2 (karbon dioksida) karena dengan kantong yang berisi O2

(oksigen) akan menambah cadangan O2 (oksigen) didalam paru-paru. Perbedaan (selisih)

tekanan pernapasan pada inspirasi dan ekspirasi maksimal > besar dibandingkan pada

inspirasi dan ekspirasi biasa.

2.10 Faktor – faktor yang mempengaruhi pernapasan

1. Usia

Saat lahir terjadi perubahan respirasi yang besar yaitu paru-paru yang

sebelumnya berisi cairan menjadi berisi udara. Bayi memiliki dada yang kecil dan

jalan nafas yang pendek. paru-paru anak-anak lebih kecil dan bernapas lebih cepat

daripada orang dewasa. Dapat dikatakan semakin tua usia seseorang semakin rendah

frekuensi pernapasan. Hal ini, karena penurunan proporsi kebutuhan energi.

27

Page 28: Laporan Respirasi Modul 1

2. Suhu

Sebagai respon terhadap panas, pembuluh darah perifer akan berdilatasi,

sehingga darah akan mengalir ke kulit. Meningkatnya jumlah panas yang hilang dari

permukaan tubuh akan mengakibatkan curah jantung meningkat sehingga kebutuhan

oksigen juga akan meningkat. Pada lingkungan yang dingin sebaliknya terjadi

kontriksi pembuluh darah perifer, akibatnya meningkatkan tekanan darah yang akan

menurunkan kegiatan-kegiatan jantung sehingga mengurangi kebutuhan akan

oksigen. Dapat dikatakan semakin tinggi suhu semakin tinggi pula frekuensi

pernafasan.

3. Jenis Kelamin

Pada umumnya, laki-laki lebih banyak membutuhkan energi, sehingga

memerlukan oksigen yang lebih banyak. Jadi, frekuensi pernapasan laki-laki >

perempuan.

4. Posisi tubuh

Posisi tubuh berpengaruh terhadap beban otot pada sebagian organ kita. Otot

pada organ tubuh dapat mempertahankan posisi tubuh tertentu untuk menyesuaikan

kebutuhan energi. Energi dihasilkan dengan bantuan oksigen dalam peristiwa

respirasi. Frekuensi pernapasan saat berjalan atau berlari akan lebih ceoat

dibandingkan saat diam, Begitu pula ketika kita dalam posisi bersiri frekuensi

pernapasan akan lebih cepat dibandingkan saat duduk, dan ketika posisi telentang

frekuensi pernapasan akan lebih cepat dibandingkan posisi tengkurap.

5. Kegiatan tubuh

Orang yang melakukan pekerjaan lebih berat membutuhkan banyak energi.

Energi dihasilkan dari oksigen dalam peristiwa respirasi.

2.11 Biokimia dari sistem pernapasan

PENGANGKUTAN CO2 DAN O2 DALAM DARAH

Oksigen dari paru-paru dialirkan ke jaringan perifer oleh Hb. Dalam bentuk HbO2 atau

disebut juga oksiHb. Pada jaringan perifer, oksiHb melepaskan oksigennya ke dalam sel dan

oksiHb tereduksi menjadi deoksiHb. oksiHb dan deoksiHb keduanya bersifat asam lemah.

Namun oksiHb merupakan asam yang lebih kuat dari deoksiHb. Hal ini berarti oksiHb lebih

mudah terionisasi dibandingkan dengan deoksiHb. Saat deoksiHb mengikat oksigen di

28

Page 29: Laporan Respirasi Modul 1

alveoli menjadi oksiHb, oksiHb akan melepaskan H+. sebaliknya ketika oksiHb melepaskan

oksigennya ke dalam sel di jaringan perifer dan berugah menjadi deoksiHb. deoksiHb tsb

akan mengikat H+ . kedua keadaan ini dapat diikhtisarkan sebagai berikut:

DEOKSIHb = H+Hb- ; OKSIHb = HbO-2 + H+

//PARU : H+Hb- + O2 HbO-2 + H+

/JAR.PERIFER : HbO-2 + H+ O2 H+Hb-

Pada jaringan perifer banyak terbentuk CO2 dan H2O sebagai hasil akhir metabolisme

dalam siklus asam sitrat. Kalau tidak ada mekasime khusus, CO2 dan H2O akan membentuk

asam karbonat (H2CO3) sehingga dalam 24 jam akan terbentuk +- 30 liter asam. Yang akan

menurunkan pH darah. Nyatanya pH darah kita tetap pada kisaran 7,4 hal ini disebabkan Hb

bersifat sebagai bufer darah disamping pasangan HCO-3/H2CO3.

TRANSPORT CO2 DARI JARINGAN KE PARU.

1) DALAM BENTUK BIKARBONAT (CHO-3)

CO2 yang berasal dari hasil akhit katabolisme KH. Lipid dan protein melalui siklus

asam sitrat dari jaringan masuk ke dalam SDM. Di dalam SDM CO2 dan H2O akan

membentuk H2CO3 (asam karbona). Reaksi ini dikatalisis oleh enzim “CARBONIC

ANHYDRASE”. H2CO3 selanjutnya akan terionisasi menjadi H+ dan HCO-3 (ion bikarbonat).

HCO-3 akan keluar ke plasma. Untuk memenuhi keseimbangan anion, maka Cl- masuk dari

plasma ke dalam SDM. Fenomena ini dikenal dengan “CHLORIDE SHIFT”. HCO3 mengalir

bersama darah vena menuju ke paru. Sedangka H+ akan diikat oleh deoksi Hb- menjadi

H+Hb-. Demikian CO2 diangkat dari jar.perifer ke paru tanpa mempengaruhi pH darah.

Peristiwa ini dikenal dengan istilah transport CO2 isohidrik,

Di alveoli, HCO-3 masuk ke dalam SDM dan Cl- keluar dari SDM ke plasma di dalam

SDM H+Hb- akan mengikat O2 dan melepaskan H+. H+ akan diikat oleh HCO-3 menjadi

H2CO3. Oleh “CARBONI AHYDRASE”, H2CO3 akan dipecah menjadi H2O dan CO2. CO2

akan keluar bersama udara ekspirasi.

2) SEBAGAI KARBAMINO Hb

Hb adalah protein dan protein mangandung gugus –NH2. Gugus –NH2 akan berikatan

dengan CO2 membentuk senyawa karbamino.

/CO2 + H2N-Hb HOOC-N-Hb. Di alveoli karbamino-Hb akan

terurai menjadi CO2 dan Hb. CO2 keluar bersama udara ekspirasi.

29

Page 30: Laporan Respirasi Modul 1

3) /SEBAGAI CO2 TERLARUT DI PLASMA DALAM BENTUK H2CO3

SISTEM BUFER DALAM DARAH

Dalam darah ada beberapa sistem bufer diantaranya adalah oksiHb/deoksiHb

NaHCO-3/H2CO3 (bikarbonat/asam karbonat

NaHPO4/NaH2PO4

Yang paling utama adalah bufet hemoglobin dan bikarbonat/asam karbonat pada rumus

HENDERSEN HASSELBALCH

pH = pK3 + LOG basa

asam

pH darah = 7.4 maka 7.4= pK3 + LOG basa

asam

pK3 = 6.1 maka 7.4= 6.1 + LOG NaHCO3

H2CO3

LOG NaHCO3 = 1.3 ANTILOG 1.3 adalah 20

H2CO3

Jadi pada pH 7,4 maka ratio NaHCO3/H2CO adalah 20/1

Pada penyakit akibat gangguan pernapasan. CO2 darah tidak dapat secara bebas

keluar bersama udara ekspirasi. Akibatnya PCO2 meningkat. Peningkatan PCO2

menyebabkan H2CO3 meningkat sehingga rasio NaHCO3/H2CC kurang dari 20/1.

Keadaan ini menyebabkan pH darah menurun (<7,4). Penurunan pH darah karena

peningkatan H2CO3 (pCO2) menyebabkan timbulnya asidosis respiratorik. Untuk

mengatasi peningkatan H2CO3. Agar rasio NaHCO3/H2CO3 tetap 20/1 maka tubuh

berusaha meningkatkan kadar NaHCO3 dengan cara meningkatkan reabsorpsi

NaHCO3 melalui tubuli ginjal, sehingga kadar NaHCO3 dalam darah meningkat dan

diharapkan rasio NaHCO3/H2CO3 menjadi 20/1 kembali. Bila rasio tercapai tersebut

asidosis respiratorik terkompensasi. Bila rasio 20/1 tidak tercapai maka terjadi

asidosis respiratorik tak terkompensasi.

30

Page 31: Laporan Respirasi Modul 1

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pada sistem respirasi itu terbagi menjadi dua bagian yaitu pernapasan atas dan

pernapasan bawah. Pernapasan atas meliputi Cavum nasi, Pharynx, Larynx dan

pernapasan bawah meliputi Trachea, Pulmo, Bronchus, Innervasi & Vascularisasi.

Dalam mekanisme pernapasan terjadi ventilasi, difusi, dan perfusi dimana semua itu

saling berkaitan untuk membantu kita dalam bernapas. Ph darah normal pada manusia

itu adalah 7,4 tetapi jika ph menurun maka akan meningkatkan asam karbonat dan

menimbulkan asidosis respiratorik dan jika ph darah meningkat dan menurunnya

asam karbonat maka akan menimbulkan asidosis metabolik.

Ketika anak SD menahan nafas lebihj dari 60 detik terjadi peningkatan kadar

CO2 dan asam laktat sehingga memberikan sinyal kepasa pons untuk mengaktifkan

kelompok pernafasan ventral yang menyebabkan respon penurunan CO2 sehingga

terjadi ekspirasi. Akibat dari menahan nafas lebih dari 60 detik antara lain:

Nafas menjadi sesak .

Nafas menjadi pendek.

Tubuh menjadi lemah.

Rentan terhadap berbagai penyakit

Terhentinya aliran darah ( ke jantung & otak ( penyumbatan dan penggumpalan

darah ( kematian mendadak ( jantung &otak tidak dapat memenuhi kebutuhan

oksigennya.

31

Page 32: Laporan Respirasi Modul 1

32